BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang banyak Bank yang menghadapi para nasabah yang sensitife akan masalah kenyamanan tempat dan pelayananya. Dan juga banyak instansi bank memahami perlunya memberi perhatian yang cukup untuk memnbangun pencitraan yang positif yang menguntungkan, tapi tidak terlepas itu semua dalam sebuah instansi bank juga dapat terbentuk suatu citra yang negatif apabila tidak di managemen dengan baik atas kebijakan-kebijakan yang di buat instansi bank tersebut. Hal ini terkait dengan tingkat pelayanan sebuah instansi bank tersebut, yang mana kebijakan-kebijakan dalam hal pelayanan akan sangat mempengaruhi persepsi-persepsi terhadapa nasabah bank, dan persepsi tersebut dapat berupa persepsi yang positif atau pun yang negatif. Dari fenomena yang kita lihat sekarang banyak perusahaan perbankan yang berlomba-lomba untuk mencari nasabah sebanyak-banyaknya agar perusahaan tersebut tidak mengalami kebangkrutan atau gulung tikar akan tetapi keadaan tersebut tidak dibarengi dengan tingkat pelayanan yang memadai seperti teller yang kurang dan tempat yang sempit, Dari situlah akan muncul persepsi-persepsi nasabah yang berbeda-beda. Menurut salah satu nasabah yang saya temui memaparkan bahwa “pelayanan yang di lakukan bank BRI unit simpang baru panam belum melakukan pelayanan yang makasimal di contohkan seperti memberikan kartu 1 antrian yang masih manual sehingga para nasabah harus ada yang berdiri untuk menunggu kartu antrian tersebut dan juga pihak teller yang kurang memberikan sapaan berupa body language (bahasa tubuh) terlebih lagi masih banyak masalah-masalah yang lain.”. Karena persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, di mana persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifat, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang atau sesuatu yang lain sebagai obyek persepsi tersebut (Mardiah, 2011: 115). Untuk itulah persepsi ini juga dapat berkaitan dengan sebuah pencitraan dalam perusahaan atau instansi tersebut. Menurut Seitel (Soemirat dan Ardianto, 2005: 111), citra perusahaan adalah komoditas yang mudah rapuh atau mudah pecah, namun, kebanyakan sebuah perusahaan berkayakinan citra positif adalah esensial dan sukses yang berkelanjutan. Karena banyak dari sebuah persepsi yang negatif sebuah perusahaan mengalami sebuah krisis dan pencitraan yang tidak baik di mata publik. Di sebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi persepsi dari individu atau kelompok seperti pelayanan yang kurang baik atau tidak memuaskan oleh Bank BRI. Jika di bandingkan dengan Bank Swasta yang lain yang sudah memiliki tempat yang nyaman dan pelayanan yang maksimal seperti bank BNI yang saat ini banyak para nasabahnya. 2 Bank BRI yang merupakan salah satu bank yang terpercaya dan memiliki jaringan yang terluas, saat ini memiliki beberapa produk unggulan yang dapat bersaing baik dari segi teknologi maupun kedekatan kepada masyarakat. Adapun produk tabungan yang paling diandalkan dan memiliki jumlah nasabah terbesar adalah BritAma.(http://winda- ananda.blogspot.sg/2012/12/pandangan-terhadap-bank-bri.html) Dengan permasalahan di atas maka penulis tertarik ingin meneliti lebih jauh tentang persepsi yang di terima oleh nasabah bank, untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Persepsi Nasabah Pada Tingkat Pelayanan Bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru”. Dengan harapan penilitian ini dapat menjadi salah satu pemecahan dan jawaban dari permasahalahan yang terjadi dalam perusahaan atau instansi bank terkait. 3 B. Alasan Pemilihan Judul Adapun alasan penulis mengambil judul ini karena: 1. Bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru perlu memperhatikan pencitraan. 2. Masalah ini merupakan masalah komunikasi khususnya tentang kehumasan. 3. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya kehumasan dan berguna bagi perusahaanperusahaan. 4. Penulis merasa mampu melakukan penelitian ini dengan kemampuan pengetahuan yang penulis miliki, masalah ini mempunyai variabel yang di konsepkan, dapat dioperasionalkan, memiliki sumber data yang jelas, memiliki alat ukur yang jelas, dapat di analisis dengan teknik analisis yang jelas. Penulis juga mampu dalam hal waktu, tenaga, dana, dan mempunyai izin dari yang berwenang dalam pengumpulan data. C. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi nasabah terhadap tingkat pelayanan oleh bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru ? 4 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi para nasabah terhadap tingkat pelayanan oleh bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru? 3. Bagaimana dampak dari persepsi nasabah terhadap pencitraan bank BRI? 4. Bagaimana perbandingan pelayanan Bank BRI dengan Bank yang lain? 5. Apa yang langkah-langkah yang dilakukan pihak bank BRI Unit Simpang Baru panam dalam membangun citra dimata masyarakat? D. Batasan masalah Agar kajian penelitian ini tidak melenceng jauh dalam pembahasan untuk itu peneliti perlu adanya batasan masalah, yaitu sebagai berikut 1. Kajian penelitian ini hanya dilakukan di bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru. 2. Kajian dalam penelitian ini adalah persepsi nasabah terhadap tingkat pelayaanan bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru. E. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu “ Bagaimana Persepsi Nasabah Terhadap Tingkat Pelayanan Bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru”? F. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi nasabah terhadap tingkat pelayanan bank BRI. 2. Kegunaan Penelitian a). Kegunaan Akademis 5 1). Memberikan sumbangan pemikiran bagi kajian ilmu komunikasi khususnya di bidang kehumasan. 2). Memberikan gambaran teoritis. b). Kegunaan praktis 1). Sebagai sumbangan pemikiran atau masukan kepada praktisi humas/public relations pada Bank BRI. 2). Sebagai bahan masukan bagi public relations dan instansi terkait dalam mengembangkan peran kehumasan. E. Penegasan Istilah Untuk memperluas dan menghindari distorsi terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan variabel-variabel, yang akan digunakan sebagai patokan peneltian ini sebelum mengkonsepkan variabel-varabel tersebut. Istilah-istilah yang perlu di tegaskan adalah sebagai berikut : 1. Persepsi adalah cara kita menginterpretasi atau mengerti pesan yang telah di proses oleh sistem inderawi kita (Mardiah, 2011: 116). 2. Nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman.(Kasmir, 2000: 50) 3. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Kasmir, 2000: 58) 6 4. Pelayanan adalah sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (dalam Raminto, 2005: 116). F. Kerangka Teoritis dan Konsep Operasional 1. Kerangka Teoritis Pembahasan kerangka teorritis ini bertujuan atau menjelaskan konsepkonsep teori yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian. Konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu obyek (Rachmat, 2007: 17). a). Pengertian Persepsi Persepsi diartikan sebagai suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Proses memperhatikan dan menyeleksi terjadi karena setiap saat panca indera (ndera pendengar, perasa, penglihatan, penciuman dan indera peraba) dihadapkan pada begitu banyak stimulus lingkungan (Gitosudarmo dan Sudita, 2000: 16). Persepsi adalah proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkunganya melalui indera-indera yang dimilikinya (Gulo, 1982: 207). 7 Dalam pengertian lain persepsi merupakan proses kemampuan untuk memnbedakan, mengelompokan, memfokuskan terhadap suatu obyek (Sarwono, 1986: 39). Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dengan mengumpulkan dan menafisirkan pesan. Selain itu juga persepsi dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk melihat dan menanggapi realitas nyata. Disini lebih ditekankan pada kemampuan seseorang dalam mengamati suatu obyek (Kartono, 1986: 151). Ditinjau dari prosesnya, Davidoff (dalam Darmawan, 1994: 56), mengemukakan persepsi adalah suatu proses yang mengorganisir dan menggabungkan data penginderaan sehingga terbentuk interpretasi dari beberapa pengalaman. Jadi persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera kita (indera penglihatan, indera penciuman, indera pengecap, dan indera pendengar), atensi dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirim keotak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Reseptor inderawi-mata, telinga, kulit, otot, hidung, dan lidah adalah penghubung antara otak manusia dari lingkungan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan persepsi merupakan suatu pengalaman, pengamatan oleh seseorang, kelompok ataupun secara massa terhadap suatu obyek, dengan demikian mereka dapat memberikan tanggapan terhadap apa yang ia lihat dan didengar. 8 b). Proses Persepsi Ada beberapa subproses persepsi dalam pengeritan ini dan yang dapat dipergunakan hal ini kompleks dan interkatif. Subproses yang pertama dan dianggap penting ialah stimulus, atau situasi yang hadir. Subproses selanjutnya adalah registrasi dan umpan balik. 1). Stimulus, mula terjadinya persepsi di awali ketika seseorang dihadapi dengan situasi atau stimulus. Situasi ini mungkin bisa terjadi berupa penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiolkultural dan fisik yang menyerah. 2). Registrasi adalah suatu gejala yang nampak pada mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang, terpengaruh kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi persepsi. 3). Interpretasi, proses ini tergantung pada cara pendalaman, motifasi, dan kepribadian seseorang akan berbeda dengan orang lain. 4). Umpan balik, subproses ini dapat mempengaruhi seseorang untuk mengklarifikasi. Menurut Thoha (2005; 145) adapun subproses dalam persepsi yang dapat di gunakan sebagai bukti sifat persepsi bersifat komplek dan interaktif yaitu stimulus dan situasi, registrasi suatu gejala yang nampak oleh penginderaan dan mempengaruhi persepsi, interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting yaitu pendalaman atau pembelajaran, motivasi, dan kepribadian yang berbeda dari orang 9 lain dan terakhir adalah umpan balik dimana nantinya dapat mempengaruhi persepsi seseorang. c). Faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut David Krech dan Richard Crutchfield, persepsi ditentukan oleh beberapa hal : 1). Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, masa lalu dan halhal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor –faktor personal. Krech dan Cructchfield merumuskan bahwa persepsi bersifat selektif secara fungsional. Hal ini berarti obyek-obyek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka dan latar belakang budaya terhadap persepsi. 2). Faktor Struktural Faktor-faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkanya pada sistem syaraf tertentu. 3). Perhatian Perhatian terjadi apabila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain (dalam Rachmat, 2003: 51-61). Faktor funsional yang mempegaruhi persepsi lazim di sebut kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan 10 mempengaruhi bagaiman orang memberi makna pesan yang diterimnya. Pada faktor struktural pemaknaan terjadi ketika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perssepsi individu terhadap suatu obyek antara lain: 1). Faktor yang ada pada pelaku persepsi (perceiver) Yang meliputi sikap, kebutuhan atau motif, kepentingan atau minat pengalaman atau penghargaan pada individu. 2). Aktor yang ada pada obyek atau target yang dipersepsikan Faktor ini meliputi hal-hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan. 3). Faktor konten situasi di mana persepsi itu dilakukan, Yang meliputi waktu, keadaan atau tempat kerja atau keadaan sosial (Rivai, 2002: 231) d). Kesalahan Persepsi Kesalahan persepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : 1). Kesalahan Atribusi Atribusi adalah proses internal dalam diri untuk memahami penyebab perilaku orang lain. 2). Efek Halo 11 Pada efek halo merujuk pada fakta bahwa kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan menyeluruh cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. 3). Streotip Kesulitan akan muncul dari penstreotip yakni menjeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan pembentukan asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok. 4). Prasangka Kekeliruan seseorang terhadap persepsi biasanya dipengaruhi oleh prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan streotip. Streotip dapat dikatakan sebagai suatu komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka. 5). Gegar Budaya Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Dengan kata lain gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality maladjustmen ) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru (Mulyana, 2000: 226). 12 Munculnya persepsi terhadap seseorang dipengaruhi oleh adanya obyek dan adanya syarat yang harus dipenuhi antara lain: 1). Adanya yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. 2). Alat indera atau reseptor, merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu ia merupakan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf sebagai alat untuk mengadakan resptor yang diperlukan syaraf motoris. 3). Adanya pengertian yang merupakan langkah pertama bagi suatu persiapan akan mengadakan persepsi, tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Adapun syarat terjadinya persepsi antara lain yaitu : perhatian, stimulus rangsangan, proses penafsiran, proses pengecekan khalayak ataupun penerima pesan dapat digolongkan menjadi lima antara lain: 1). Innovator (pembaharuan). 2). Early adaptor (penerima dini) 3). Early majority (penerima mayoritas) 4). Late majority (penerima mayoritas lambat) 5). Langgard (pengukut) (Cangara, 2000: 158) Ada 3 (tiga) aspek yang perlu diketahui oleh komunikator menyangkut khalayak, antara lain: 1). Aspek sosiodemografis, yang meliputi: 13 a. Jenis kelamin, apakah mayoritas khalayak itu laki-laki atau wanita. b. Usia, apakah khalayak itu anak-anak, remaja, atau orang tua. c. Populasi, apakah jumlah khalayak yang ada kurang dari 10 orang atau lebih dari 40 orang. d. Tingkat pendidikan, apakah pendidikan mereka rata-rata Sarjana atau hanya tamatan Sekolah Dasar. e. Bahasa, apakah mereka mengerti bahasa Indonesia atau tidak. f. Agama, apakah mereka umumnya beragama Islam atau ada agama lain. g. Pekerjaan, apakah petani, nelayan, guru, atau pengusaha. h. Idiologi, apakah mereka umumnya nggota partai tertentu atau tidak. i. Pemilihan media, apakah mereka rata-rata memiliki pesawat TV, radio atau berlangganan surat kabar. 2). Aspek profil psikologis, yaitu memahami khalayak dari segi kejiwaan, yang meliputi : a. Emosi, apakah mereka rata-rata memiliki tempramen (kepribadian) mudah tersinggung. b. Bagaimana pendapat-pendapat mereka c. Apakah keinginan mereka perlu dipenuhi. d. Apakah selama ini mereka menyimpan kecewa, frustasi atau dendam. 14 3). Aspek karakteristik perilaku khalayak, yang meliputi : a. Hobi, apakah mereka pada umunya suka olah raga, seni, berita dan lain-lain. b. Nilai dan norma, hal-hal yang menjadi tabu bagi mereka. c. Mobilitas sosial, apakah mereka pada umumnya suka bepergian atau tidak. d. Perilaku komunikasi, apakah kebiasaan mereka suka berterus terang atau tidak (Cangara 2005: 135-137). e). Memahami hakikat sikap Sikap merupakan presdiposisi mental individual untuk mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang disukai atau tidak sukai (Alo 2011: 165) Sikap manusia tersusun oleh tiga komponen utama yaitu kognitif, afektif, dan konatif atau perilaku dan evaluatif. 1). Kognitif Aspek kognitif berisi apa yang di ketahui mengenai suatu obyek bagaimana pengalaman anda tentang obyek ini, bagaimana pendapat atau pandangan anda tentang obyek ini? Aspek kognitif berkaitan dengan kepercayaan kita, teori, harapan, sebab, dan akibat dari suatu keepercayaan dan persepsi relatif terhadap suatu obyek tertentu. 2). Afektif 15 Afektif berisi apa yang anda rasakan mengenai suatu obyek, jadi komponen afektif menunjukan perasaan, respek, atau perhatian kita terhadap obyek tertentu, seperti ketakutan, atau kemarahan. 3). Konatif Konatif berisi presdiposisi anda untuk bertindak terhadap obyek. Jadi berisi kecenderungan untuk bertindak (memutuskan) atau bertindak terhadap obyek, atau mengimplentasikan perilaku sebagai tujuan suatu objek. 4). Evaluatif Evaluasi acapkali dipertimbangkan sebagai inti dari tiga komponen sikap tersebut di atas. Evaluasi dapat dibayangkan sebagai suatu rentangan menggambarkan derajat sikap kita terhadap objek mulai dari paling baik-paling buruk. (Alo 2011: 166) d). Pengertian Pelayanan Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik memenuhi, menanggapi kebutuhan dan keluhan orang lain. Pelayanan berasal dari kata “layan” yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an, dalam kamus bahasa Indonesia berarti meladeni. Adapun pengertian pelayanan menurut Moenir (1992: 26) adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan landasan faktor materil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. 16 Menurut Napitulu (2007: 164), secara umum pelayanan merupakan serangkaian kegiatan atau proses pemenuhan kebutuhan orang secara lebih memuaskan berupa produk jasa dengan sejumlah ciri seperti tidak terwujud, cepat hilang dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses konsumsi jasa tersebut. Adapun karakteristik pelayanan menurut Koetler (1994) adalah sebagai berikut : 1). Intangibilty (tidak berwujud) : tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum ada tranksaksi. Pembeli tidak mengethui dengan pasti atau dengan baik hasil pelayan (Service Costumer). 2). Inseparability (tidak dapat dipisahkan): dijual lalu diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Karena itu konsumen ikut menghasilkan jasa layanan. 3). Variability (berubah-ubah dan bervariasi); jasa beragam, selalu mengalami perubahan, tidak selalu sama kualitasnya tergantunng kepada siapa yang menyediakanya dan kapan serta dimana disediakan. 4). Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama); jasa tidak dapat disimpan dan permintaanya berfluktuasi. Daya tahan suatu jasa layanan bergantung kepada siatuasi yang diciptakan oleh berbagai faktor (Napitulu, 2007: 165). Pelayanan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain memang tidak dapat dilihat dan cepat hilang, namun kesan terhadap 17 pelayanan yang dirasakan seseorang biasanya akan tetap diingat, baik kesan terhadap pelayanan yang baik maupun kesan terhadap pelayanan buruk. Sedangkan menurut Gasperz (1997) ada sepuluh indikator pengukuran Service Quality dalam bidang jasa yakni; 1). Ketepatan waktu pelayanan 2). Akurasi pelayanan. 3). Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. 4). Tanggung jawab 5). Kelengkapan 6). Kemudahan mendapat pelayanan 7). Variasi model pelayanan 8). Pelayanan pribadi 9). Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan 10). Atribut pendukung pelayanan lainya (Napitulu, 2007: 173-174) Konsep pelayanan ini adalah bagaimana upaya pegawai Bank BRI dalam memberikan pelayanan prima dan memenuhi kebutuhan para nasabahnya dengan sebaik-baiknya, dalam waktu yang cepat dan tepat serta kenyamanan akan kepentingan tersebut, menyalurkan informasi baru dari pusat dapat diterima baik oleh para nasabahnya. e). Kajian Humas 1). Definisi humas 18 pada dasarnya, humas (hubungan masyrakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organiasasi, baik itu organiasasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun orgasniasasi nonkomersial. Jadi humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian kampenye atau program terpadu. ( Anggoro, 2: 2001). Salah satu bidang perhatian utama humas dewasa ini adalah pengelolaan hubungan politik, yakni pembinaan hubungan baik antara orgasniasasi atau perusahaan yang bersangkutan dengan kekuatan politik, termasuk pula urusan-urusan melobi. 2). Perencanaan Humas Ada empat alasan dilakukanya perencanaan humas adalah sebagai berikut: a. Untuk menetapkan target-target operasi humas yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas segenap hasil yang diperoleh. b. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya uang diperlukan. c. Untuk memilih prioritas-prioritas yang paling penting guna menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan guna melaksanakan segenap program humas yang telah diprioritaskan tersebut. 19 d. Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai upaya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. ( Anggoro, 76: 2001). f). Keterkaitan Pelayanan dengan pencitraan Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai, Pengertian citra itu sendiri masih abstrak dan tidak dapat di ukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa di rasakan dari hasil penilaian baik dan buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya (Rosady, 2005: 74). Menurut Wasesa (2005: 15), proses PCR (Persepsi-Realita-Citra) harus dibangun dengan pondasi kredibiltas, tanpa didasari informasi realitas dengan kreddibilitas tinggi hanya akan menghasilkan citra yang lemah. Resiko yang akan diakibatkan oleh informasi yang tidak kredibel adalah banyaknya celah yang bisa dilihat oleh publik, yang dapat mengubah citra menjadi negatif. Bila di kaitkan dengan pelayanan maka pencitraan itu sangat mudah sekali berubah-ubah tergantung dari pelayanan itu sendiri karena persepsi seseorang sangat di pengaruhi oleh sikap yang dapat mempengaruhi proses pembentukan citra. 2. Konsep Operasional Di dalam konseptual telah dijelaskan sepuluh indikator pengukuran Service Quality dalam bidang jasa menurut Gazper ( 1997) yaitu 20 1). Ketepatan waktu pelayanan 2). Akurasi pelayanan. 3). Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. 4). Tanggung jawab 5). Kelengkapan 6). Kemudahan mendapat pelayanan 7). Variasi model pelayaanan 8). Pelayanan pribadi 9). Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan 10). Atribut pendukung pelayanan lainya (dalam Napitulu, 2007: 173-174) Kesepeluh indikator pengukuran service quality tentang jasa yang dikemukakan oleh Gasperz diatas dapat menjadi cerminan bagi pegawai yang bekerja di bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru agar pelayanan yang maksimal dapat diberikan kepada nasabah bank tersebut. Malalui indikator tersebut khsusunya tanggung jawab terhadap pekerjaan pegawai akan lebih memaksimalkan pelayanan terhadap para nasabahnya. G. Metode Penelitian Metode penelitian akan memberikan pedoman kepada peneliti dalam memperoleh dan mengolah data. Dalam hal ini, peneliti memilih metode yang cocok dengan penelitian Penelitian ini meenggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena tidak mengutamakan besarnya populasi atau samplingnya sangat terbatas (Rachmat, 2007 :58). 21 Metode yang di gunakan adalah wawancara mendalam yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agaar mendapatkan data lengkap dan mendalam (Rachmat, 2007 : 65) Jenis atau tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena penelitian ini menggambarkan realita yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan variabel (Rachmat, 2007 : 69) . 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru Jl. HR Seobrantas Panam Pekanbaru. 2. Subyek Dan Obyek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah Para nasabah bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah persepsi nasabah pada bank BRI Unit Simpang Baru Panam Pekanbaru. 3. Populasi Dan Sampel Populasi merupakan kumpulan obyek penelitian. Sementara sampel merupakan bagian yang diamati dan mewakili populasi yang telah ditetapkan. Adapun yang menjadi sampel yakni sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi seperti usia dan jenis kelamin. Sedangkan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria 22 tertentu untuk melakukan spesifikasi penelitian sehingga diperoleh jawaban yang baik dan terpercaya sesuai dengan tujuan penelitian. (Rachmat, 2007: 85). 4. Sumber Data a). Data Primer Data primer adalah data yang langsung dapat dilapangan, dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data mengenai tanggapan responden tentang data-data maupun informasi yang di perlukan. b). Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku atau arsip-arsip. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam peneelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu : a). Wawancara dan angket terbuka yaitu percakapan antara perisetseseorang yang berharap mendapatkan informasi dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu obyek (Rachmat,2007: 96). Adapun informan yang di wawancara dalam penelitian ini adalah para nasabah dan pihak-pihak yang terkait dengan Bank BRI. b). Observasi merupakan suatu teknik pengambilan data dan informasi dengan cara mengamati secara langsung dan dicatat secara sistematis. Di dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati langsung kegiatan dalam pelayanan terhadap nasabah BRI. 23 c). Dokumentasi, data-data penelitin ini berupa arsip penelitian yang didapat melalui pengelola organisasi perusahaan maupun responden untuk mendukung data primer dan data sekunder dalam penelitian. Data dokumentasi berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organiasasi perusahaan maupun dari perorangan yang di anggap perlu serta relevan dengan penelitian ini. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskritif kualitatif yaitu menggambarkan dan menjelaskan permasalahan yang diteliti dalam bentuk kalimat yang sesuai dengan teori-teori yang terdapat dalam penyajian data. Dalam analisa data disini adalah dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokan, dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. (Rachmat, 2007: 45). 7. Sistematika Penulisan Penulisan terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, landasan teoritis dan konsep operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bab II penulis mengungkap profil perusahaan yang akan di kaji. 24 Pada bab III berisi penyajian data. Dipaparkan inti penelitian yang berangkat dari rumusan masalah yang dibuat. Bagian ini merupakan hasil penelitin dengan melampirkan data yang akurat. Pada bab IV berisi analisis data. Bagian ini merupakan hasil penelitian dan analisis yang rasional. Pada bab V merupakan bab penutup. Bagian ini terdiri atas kesimpulan dan saran-saran. DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia. Gito Sudarmo, Indriyo, Dan Sudita Inyoman. 2000. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE Gulo, Doli, 1982. Kamus Psikologi. Bandung: Tonis Kartono, Kartini.1986. Psikologi Umum. Jakarta: Kasgoro Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Press Kriyanto, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunkasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Avertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana. Mulyana, Dedy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya. 25 Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik Dan Costumer Satisfaction. Bandung: Alumni. Rachmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya Raminto Dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rivai, Veithal. 2002. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Pustaka Setia. Rubani Mardiah. 2011. Psikologi Komunikasi. Pekanbaru : CV. Witra Irzani Sarwono, Wirawan Sarlito. 1976. Psikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang. Supriharto, John Agung, M Harsawi Dan Praksos Hadi. 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Aditya Media. Thoha, Mifta. 2005. Perilaku Organisasi Konsep Dan Aplikasinya. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 26