hati-hati atur calon tunggal

advertisement
EDISI 7, JULI 2015
BAWASLU
BULETIN
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Dari Bawaslu Kita Selamatkan Pemilu Indonesia
HATI-HATI
ATUR CALON TUNGGAL
SOROTAN
Setelah MK
Legalkan
Politik Dinasti
INVESTIGASI
Dukungan Calon
Masih Terjebak
KMP vs KIH?
BRIEFING
Sekretariat Pengawas
Pemilihan Juga
Terikat Kode Etik
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
www.bawaslu.go.id
BADAN
UM
UM
IK INDO
A S L U
I
N
E
B
BL
W
R
P
U
SI
A
RE
A
-
Buletin BAWASLU ini diterbitkan
oleh Badan Pengawas Pemilihan
Umum, sebagai wahana informasi
kepada khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas
Pemilu di seluruh tanah air. Terbit
satu bulan sekali.
Penerbit:
Bawaslu RI
Pengarah:
Prof. Dr. Muhammad, S.IP., MSi,
Nasrullah, SH.,
Endang Wihdatiningtyas, SH.,
Daniel Zuchron,
Ir. Nelson Simanjuntak
Penanggung Jawab:
Gunawan Suswantoro, SH, M.Si
Redaktur:
Ferdinand ET Sirait, SH, MH,
Drs. Hengky Pramono, M.Si,
Nurmalawati Pulubuhu, S.IP,
Raja Monang Silalahi, S.Sos,
Hilton Tampubolon, SE,
Redaktur Bahasa:
Saparuddin, Ken Norton
Pembuat Artikel:
Falcao Silaban,
Christina Kartikawati, M Zain,
Ali Imron, Hendru Wijaya,
Anastasia, Irwan, Deytri Aritonang,
Haryo Sudrajat, Ira Sasmita, Pratiwi
Design Grafis dan Layout:
Christina Kartikawati,
M Zain, Muhtar, Wisnu
Sekretariat:
Tim Sekretariat Bawaslu
Alamat Redaksi:
Jalan MH. Thamrin No. 14
Jakarta Pusat, 10350.
Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911.
www.bawaslu.go.id
2
nan. Hal ini
m e n g a k i b atBAWASLU
kan dinamika
politik
tidak
berjalan akiHATI-HATI
bat minimnya
ATUR
CALON
TUNGGAL
calon yang terkendala syarat
administratif.
Tidak
hanya
bagi
calon
yang diusulkan
Parpol maucover: Tika
pun gabungan
Parpol, tetapi juga calon yang berasal
dari perseorangan.
Minimnya calon dalam Pilkada, tentu
saja membutuhkan jalan keluar dengan
resiko politik yang tidak terlalu besar.
Boleh saja kita menawarkan “bumbung
kosong” agar calon tunggal tetap dilegitimasi dalam Pilkada. Atau mungkin ada
pihak yang memaksakan kompromi politik memalui “calon boneka” yang sekedar
meramaikan proses hajatan demokrasi
daerah ini. Tetapi perlu dipertimbangkan
lagi bahwa kedua hal tersebut justru akan
merusak esensi demokrasi dan menciderai edukasi politik bagi masyarakat.
EDISI 7, JULI 2015
BULETIN
N
PE
Menjaga Kualitas Demokrasi
AS PEMIL
AW
IH
A
NG
Minimnya calon dalam proses
pendaftaran pemilihan kepala daerah
(Pilkada) menjadi pertanyaan bagi sistem
demokrasi kita. Setidaknya terdapat beberapa analisa mengapa hal ini terjadi.
Pertama, gagalnya mesin Partai Politik
dalam mencetak kader terbaik yang
akan dipersiapkan untuk mengisi pospos penting struktur pemerintahan. Hal
ini menandakan proses kaderisasi yang
tidak berjalan secara maksimal, baik di
dalam maupun diluar organisasinya. Parpol terkesan enggan mengelaborasi kemampuannya untuk memberikan pendidikan politik secara efisien dan efektif
kepada masyarakat. Memang ukuran keberhasilan Parpol tidak hanya diukur dari
banyaknya calon semata, tetapi minimnya calon yang berkompetisi, menandakan ada yang salah dari tanggung jawab
partai Parpol dalam meciptakan kaderkader yang berkualitas dan kompeten.
Kedua, pusaran kepentingan yang
merasa diuntungkan dengan keberadaan
calon tunggal dalam Pilkada, sehingga
baik secara sengaja atau tidak sengaja
berkehendak untuk menciptakan situasi
untuk membiarkan calon tunggal terjadi.
Ketiga, ketatnya persyaratan pencalo-
DAFTAR ISI
Dari Redaksi
Laporan Utama
Hati-hati Atur Calon Tunggal
Opini
Upaya Administratif Sengketa
Tata Usaha Negara Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota
Sorotan
Setelah MK Legalkan Politik
Dinasti
Investigasi
Dukungan Calon Masih “Terjebak”
KMP vs KIH?
Info Bawaslu Briefing
Sekretariat Pengawas Pemilihan
Juga Terikat Kode Etik
Bawaslu Terkini
RDP Gabungan: Mengukur
Kesiapan Penyelenggaraan,
Pengawasan dan Pengamanan
Pilkada
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
2
3
6
7
10
12
13
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Dari Bawaslu Kita Selamatkan Pemilu Indonesia
SOROTAN
Setelah MK
Legalkan
Politik Dinasti
INVESTIGASI
Dukungan Calon
Masih Terjebak
KMP vs KIH?
BRIEFING
Sekretariat Pengawas
Pemilihan Juga
Terikat Kode Etik
www.bawaslu.go.id
Salam Awas
Divisi Update
Persiapan Pelaksanaan
Pengawasam Pilkada Tahun 2015
Bawaslu Targetkan Raih Predikat
WTP Tahun 2015
Menuju Sentra Gakkumdu yang
Profesional Tanpa Ego Sektoral
Bawaslu Perkuat Kerjasama
dengan Kepolisian dan Kejaksaan
Sudut Pandang
Daniel Zuchron: Panwas Terus
Potret Kesiapan KPU di Daerah
Profil
Jenderal Pol. Badrodin Haiti
Ekspose Daerah
Rakernis Matangkan
Penanganan Pelanggaran dan
Sengketa Pilkada
Feature
Galeri
16
18
20
21
22
24
26
27
28
Hati-hati
Atur Calon Tunggal
HENDRU
Penundaan pemilihan kepala daerah tidak hanya dimungkinkan apabila di suatu
wilayah pemilihan terjadi bencana alam, kerusuhan, gangguan keamanan, dan/
atau gangguan lainnya yang mengakibatkan terganggunya seluruh tahapan
penyelenggaraan Pemilihan. Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9
Tahun 2015 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota, diatur bahwa penundaan juga
akan dilakukan apabila pasangan calon (paslon) yang mendaftar kurang dari dua.
Pasal 89 PKPU 12/2015 ayat (1),
menyebutkan dalam hal sampai dengan
akhir masa pendaftaran paslon hanya
terdapat satu paslon atau tidak ada
paslon yang mendaftar, KPU Provinsi/
KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/
Kota memperpanjang masa pendaftaran
paslon paling lama tiga hari. Kemudian
pada ayat (4) menegaskan dalam hal
sampai dengan berakhirnya perpanjangan
masa pendaftaran hanya terdapat satu
paslon atau tidak ada paslon yang
mendaftar, KPU Provinsi/KIP Aceh atau
KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkan
keputusan penundaan seluruh tahapan
dan pemilihan diselenggarakan pada
pemilihan serentak berikutnya.
Potensi pilkada hanya diikuti
calon tunggal, tidak hanya ada pada
masa pendaftaran. Jika berdasarkan
hasil penelitian perbaikan persyaratan
pencalonan dan persyaratan calon
tidak ada atau hanya satu paslon yang
memenuhi persyaratan, maka KPU
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
3
masing-masing
daerah
membuka
kembali pendaftaran pendaftaran paslon
paling lama tiga hari. Dalam hal sampai
dengan berakhirnya pembukaan kembali
masa pendaftaran hanya terdapat satu
paslon atau tidak ada paslon yang
mendaftar, maka untuk pemilihan di
2015 ini akan ditunda pada 2017.
Berdasarkan jadwal yang telah
ditetapkan KPU, pendaftaran paslon di
9 provinsi, 36 kota dan 224 kabupaten,
akan dilaksanakan secara serentak oleh
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/
Kota tanggal 26 - 28 Juli 2015. Menilik
dinamika politik yang ada di daerah,
peluang hanya adanya calon tunggal di
daerah cukup terbuka. Karena itu, Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) meminta
agar KPU cermat dan hati-hati dalam
membuat aturan teknis terkait calon
tunggal guna memperkecil peluang
ditundanya pilkada 2015 menjadi ke
2017.
Pimpinan Bawaslu RI, Nasrullah
mengatakan
kehati-hatian
perlu
dikedepankan
mengingat
pilihanpilihan yang akan diambil KPU dalam
aturan teknis jika ada calon tunggal,
bisa menentukan apakah calon-calon
penantang bakal muncul ataukah
tidak. Dia menjelaskan yang krusial
adalah pengaturan lebih lanjut tentang
perpanjangan masa pendaftaran yang
akan dilakukan jika selama 26-28 Juli
2015 ternyata paslon di sebuah daerah
yang mendaftar kurang dari dua.
Kembalikan Berkas
Menurutnya
dalam
tahapan
perpanjangan masa pendaftaran yang
akan berlangsung tiga hari, harus
diartikan dengan KPU membuka kembali
pendaftaran paslon dari awal. Apabila
dalam masa pendaftaran 26-28 Juli telah
ada satu paslon yang mendaftar, maka
pada perpanjangan masa pendaftaran
paslon tersebut dapat kembali mendaftar
meskipun dengan komposisi partai
politik pendukung yang berbeda.
“Jika KPU mengembalikan berkas
pasangan calon tunggal, kemungkinan
besar pada saat perpanjangan masa
pendaftaran, akan bertambah pasangan
calon yang mendaftar,” kata Nasrullah.
Diketahui dalam UU Pilkada,
parpol atau gabungan parpol yang
ingin mengusung paslon disyaratkan
4
”
Jika KPU mengembalikan
berkas pasangan calon
tunggal, kemungkinan besar
pada saat perpanjangan
masa pendaftaran, akan
bertambah pasangan calon
yang mendaftar
”
Nasrullah
PIMPINAN BAWASLU RI
memenuhi persyaratan perolehan paling
sedikit 20 persen dari jumlah kursi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) atau 25 persen dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan
umum anggota DPRD di daerah yang
bersangkutan. Nasrullah mengatakan,
calon tunggal dapat saja terjadi karena
beberapa sebab seperti petahana yang
dianggap terlalu kuat, maupun terlalu
besarnya dukungan gabungan parpol
yang mengusung salah satu paslon.
Oleh sejumlah kalangan, calon tunggal
disinyalir dapat pula sengaja diciptakan
sebagai bagian dari skenario atau strategi
untuk melemahkan dominasi lawan
politik dengan memundurkan pilkada.
Nasrullah mengungkapkan jika
KPU mengatur bahwa perpanjangan
masa pendaftaran diperbolehkan untuk
mengocok ulang besaran dukungan
bahkan nama paslon, maka peluang
munculnya paslon lain sangat besar.
Pasalnya satu-satunya paslon yang
mendaftar,
dapat
saja
memecah
dukungannya
sehingga
memberi
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
jalan bagi paslon yang mungkin telah
disepakati oleh koalisinya untuk menjadi
paslon nomor dua.
Menurutnya dengan cara tersebut,
nantinya paslon yang akan bertarung
bahkan dapat bertambah menjadi tiga.
Sebab koalisi parpol yang awalnya
tidak mengajukan paslon misalnya
karena ingin “menyandera” pilkada
2015 sehingga diundur 2017, menjadi
terpaksa mengusung paslon karena
hadirnya paslon nomor dua tersebut.
“Akan tetapi kalau yang telah
mendaftar tidak bisa mengotak-atik
dukungan maupun calon yang maju,
pasti tidak ada yang mau maju bertarung
dengan pasangan calon tunggal. Nah, nanti
sengaja tidak ada yang mau mendaftar
agar pilkada diundur,” kata Nasrullah.
Anggota KPU, Hadar Nafis Gumay
mengatakan jika perpanjangan masa
pendaftaran terpaksa dilakukan, hal
itu tidak akan menggeser jadwal
pelaksanaan pilkada serentak pada
9 Desember 2015. Sementara itu
terkait paslon yang telah diterima pada
pendaftaran pertama yang kemudian
ingin mencabut pendaftarannya setelah
yang bersangkutan menjadi paslon
tunggal, KPU masih mendiskusikannya
lebih lanjut.
“Sedang
kita
diskusikan.
Untuk sementara, peraturan tidak
memperbolehkan,” kata dia.
Anggota Komisi II DPR RI Muhamad
Arwani Thomafi menegaskan bahwa
UU Pilkada telah mengamanatkan
pelaksanaan 8 Pilkada diikuti minimal
oleh dua pasang calon. Menurutnya
dampak jika adanya calon tunggal
berupa penundaan pilkada di daerah
yang bersangkutan, hal itu merupakan
kewenangan dari KPU. “Sebab UU
Pilkada tidak mengatur tentang itu,”
ujarnya. Karena itu Arwani mengatakan
bahwa partai politik harus menyiapkan
kader yang akan maju menjadi kontestan
dalam Pilkada agar paslon yang bertarung
tidak tunggal.
Jangan “Bumbung Kosong”
Wacana calon tunggal di pilkada, ikut
memunculkan wacana untuk penerbitan
peraturan pemerintah pengganti undangundang (Perppu) sebagai solusi agar
pilkada yang hanya diikuti satu pasangan
calon tetap dapat dilaksanakan di
2015. Calon tunggal diusulkan untuk
melawan kolom kosong atau yang dalam
penyelenggaraan pemilihan kepala
desa (pilkades) sering disebut dengan
bumbung kosong. Menurut Ketua
Departemen Riset dan Cunsulting PARA
Syndicate, Toto Sugiarto, wacana perppu
tersebut jangan sampai terwujud.
“Presiden
sebaiknya
tidak
menerbitkan perppu terkait bolehnya
calon tunggal lawan bumbung kosong,
langkah tersebut bisa berbahaya bagi
demokrasi. Jika diberlakukan dalam
jangka panjang, apalagi dipermanenkan
dalam UU nantinya, akan banyak politisi
dompet gendut yang borong parpol, itu
bahaya,” kata dia.
Toto
menuturkan,
apabila
diberlakukan bagi pilkada 2015
saja, perppu memang tidak akan
memunculkan aksi borong partai oleh
politisi. Akan tetapi hal tersebut akan jadi
preseden buruk kedepan bahwa bangsa
ini tidak menghormati hukum yang telah
dibuatnya sendiri. “Hukum dibelokbelokkan demi kepentingan sesaat
parpol. Sebaiknya bangsa ini belajar
menghormati hukum yang dibuatnya
”
Presiden sebaiknya tidak menerbitkan perppu terkait bolehnya calon
tunggal lawan bumbung kosong,
langkah tersebut bisa berbahaya bagi
demokrasi. Jika diberlakukan dalam
jangka panjang, apalagi dipermanenkan dalam UU nantinya, akan banyak
politisi dompet gendut yang borong
parpol, itu bahaya
sendiri, menjalankannya dengan segala
konsekwensi yang muncul,” tandasnya.
Apabila alasannya adalah khawatir
sejumlah daerah menjadi dipimpin oleh
pelaksana tugas (Plt), sambung Toto, hal
tersebut juga akan terjadi meskipun tidak
ada calon tunggal di pilkada. Pasalnya
sebagian daerah peserta pilkada serentak
2017, masa jabatan kepala daerahnya
berakhir pada 2016 mendatang. “Jadi
alasan kedaruratannya terbantahkan,”
Toto Sugiarto
KETUA PARA SYNDICATE
Toto menjelaskan.
Lebih lanjut dikatakan, penundaan
pilkada 2015 bagi daerah dengan calon
tunggal memang tidak akan menjamin
akan memunculkan calon di 2017. Akan
tetapi, menurutnya parpol akan belajar
banyak dari penundaan ini. Apalagi
ditahun tersebut diperkirakan sengketa
yang terjadi pada Partai Golkar dan
Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
telah selesai. [Haryo Sudrajat]
www.kompasiana.com
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
5
Opini
Upaya Administratif Sengketa Tata Usaha Negara
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
L
ahirnya Undang-Undang Nomor 1
Kabupaten/Kota adalah KPU Kabupaten/
Tahun 2015 sebagaimana diubah
Kota yang mengeluarkan Keputusan yang
dengan Undang-Undang Nomor 8
menjadi obyek sengketa. Makanya syarat
Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur
yang harus dipenuhi sebagai lembaga
danWakil Gubernur, Bupati dan Wakil
banding administratif adalah memastikan
Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota
seluruh upaya keberatan di internal KPU
memberikan
kewenangan
sengketa
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota sudah
pemilihan kepada Badan Pengawas Pemilu
selesai dilakukan oleh pemohon.
(Bawaslu) Provinsi atau (Panitia Pengawas
Lembaga
Banding
Administratif
Pemilu)
Panwaslu
Kabupaten/Kota.
menggantikan keberadaan Pengadilan Tata
Sengketa Pemilihan yang dapat ditangani
Usaha Negara (PTUN) dalam memeriksa
oleh Bawaslu Provinsi atau Panwaslu
dan memutus pengujian Keputusan Pejabat
Kabupaten/Kota adalah sengketa antarTata Usaha Negara. Oleh karenanya banding
peserta pemilihan dan sengketa antara
yang bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang
Oleh:
Peserta Pemilihan dengan Penyelenggara
tidak puas atas Keputusan Lembaga Banding
HERIYANTO*
Pemilihan akibat dikeluarkannya Keputusan
Administratif ditujukan ke Pengadilan Tinggi
Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau Komisi
Tata Usaha Negara (PT TUN). PT TUN
Independen Pemilihan (KIP) Provinsi atau
merupakan pengadilan tingkat pertama yang
KPU/KIP Kabupaten/Kota. Hukum acara penyelesaian memeriksa dan memutus setelah seluruh upaya administrasi
sengketa pemiliihan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan selesai dilakukan di Lembaga Banding Administratif.
Bawaslu Nomor 8 Tahun 2015.
Sebagai Lembaga Banding Administratif, Bawaslu
Upaya administratif di dalam praktik hukum tata usaha Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota dituntut
negara bukanlah sesuatu yang baru, kita pernah mengenal profesionalitasnya dalam memeriksa dan memutus. Bawaslu
yang namanya upaya adminstratif di bidang kepegawaian Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota bukan hanya
ditangani oleh Badan Administrasi Kepegawaian dan upaya memusyawarahkan para pihak untuk bersepakat, melainkan
administratif di bidang pajak ditangani Majelis Pertimbangan wajib menyelesaikan dengan membuat Keputusan. Keputusan
Pajak. Keberadaan lembaga upaya adminsitratif sudah Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota bersifat
dikenal eksistensinya jauh hari sebelum lahirnya Undang- Final dan Mengikat kecuali Keputusan terkait Sengketa
Undang Peradilan Tata Usaha Negara (UU No.5 Thn 1986). antara Peserta Pemilihan dengan Penyelenggara Pemilihan
Pemikiran di balik perlunya lembaga yang menjalankan akibat dikeluarkannya Keputusan KPU/KIP Provinsi atau
upaya administratif adalah untuk mengurangi beban Keputusan KPU/KIP Kabupaten/Kota.
perkara yang sudah menumpuk di pengadilan. Lembaga
Dalam perjalanannya, penyelesaian sengketa di Pemilu
yang menjalankan upaya adminsitratif merupakan lembaga Legislatif 2014 sukses dimainkan oleh Bawaslu RI dan
yang bersifat Quasi Judicial atau lembaga penyelenggaraan Bawaslu Provinsi sebagai lembaga Banding Administrasi.
(eksekutif) yang memiliki
Sudah banyak Keputusan yang
fungsi
memutus
seperti
dikeluarkan menjadi jalan keluar
layaknya peradilan. Lembaga
terhadap keadilan konstitusional
upaya administraif semacam
dari Partai Politik dan juga Calon
ini dikenal dengan lembaga
Legislatif. Tentu saja apa yang
Banding
Administrasi
sudah dilakukan oleh Bawaslu
(Administrative Beroep).
RI dan Bawaslu Provinsi dalam
Peran
lembaga
menyukseskan sengketa pemilu
administratif memposisikan
legislatif, perlu diikuti oleh
diri sebagai lembaga yang
Bawaslu Provinsi atau Panwaslu
seolah-olah bertindak seperti
Kabupaten/Kota dalam memeriksa
pejabat tata usaha negara asal.
dan
memutus
penyelesaian
Sebagai contoh Panwaslu
sengketa pemiliihan Gubernur,
Kabupaten/Kota
ketika
Bupati, dan Walikota.
memutus sengketa pemilihan
*Heriyanto, SH., MH. adalah
maka seolah-olah Panwaslu
Tim Asistensi Bawaslu RI
FRONTROLL.COM
6
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
Setelah MK Legalkan Politik Dinasti
Ilustrasi. Gambar: Nusa Online
Terbitnya Surat Edaran
No.302/KPU/VI/2015 dari
Komisi Pemilihan Umum
(KPU) memunculkan
polemik terkait terbukanya
celah bagi petahana untuk
memelihara politik dinasti.
Sebagian besar Anggota Komisi
II DPR RI meminta KPU mencabut
surat tersebut. DPR RI menilai, SE
No.302 telah menyebabkan sejumlah
kepala daerah berbondong-bondong
mengundurkan diri hanya agar kerabat
mereka dapat mencalonkan diri dalam
Pilkada Serentak 2015. Hal itu dinilai
telah menyalahi semangat UU Pilkada
yang ingin membatasi politik dinasti di
daerah.
“Materi ini bertentangan dengan
PKPU, pun UU. Solusinya sederhana,
ini kita tegas, cabut! Yang kedua, Ketua
KPU jangan berpolemik. Ini kita bicara
hukum, Pak, bicara hukum yang ada
aturannya. PKPU ini tanggal 12 Mei
sudah diundangkan. Bunyinya adalah
inkumben itu yang sedang menjabat. Ini
jelas di sini, Pak!” kata Anggota Komisi
II DPR RI, Arteri Dahlan, di Gedung DPR
RI, Jakarta Selatan (24/6).
Wakil Ketua Komisi II, Riza Patria
mengatakan, SE No.302 tak salah dalam
segi menjelaskan definisi petahana.
Namun demikian, SE itu juga memberi
peluang bagi petahana untuk mencalonkan
keluarganya. “Kalau SE direvisi, paling
penting ia mampu menjelaskan substansi
yang diinginkan oleh UU, sekalipun tak
cukup kuat. Untuk itu saya usul, selain
perlu merevisi UU, tapi dalam waktu
dekat adalah merevisi SE,” kata Anggota
Dewan dari Fraksi Partai Gerakan
Indonesia Raya itu.
Sementara KPU berkeras bahwa surat
itu dibutuhkan untuk menjelaskan makna
petahana dalam Peraturan KPU (PKPU).
KPU RI sendiri tak bisa mencabut surat
itu, sebab SE No.302 memuat petunjuk
teknis pendaftaran calon kepala daerah
bagi penyelenggara di tingkat bawah.
Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik,
mengatakan, semangat UU untuk
membatasi terpeliharanya politik dinasti
telah disampaikan dalam PKPU, sebelum
kemudian DPR RI menilai bahwa tafsiran
KPU terkait petahana dalam peraturan
tersebut telah melanggar UU. “Definisi
petahana yang kami ajukan dikoreksi,
dan kami menerima koreksi itu, dan
point ini, tidak lama kemudian kita
nyatakan kesepakatan, dan wajah Pak
Ketua (Rambe Kamarul Zaman) langsung
cerah,” tuturnya.
SE No.302, demikian Husni, terbit
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
7
setelah muncul banyaknya pertanyaan
terkait dengan makna petahana. SE itu
menjelaskan bahwa petahana adalah
pejabat yang eksistik (yang sedang
menjabat). “Bagaimana dengan mereka
yang, misalnya, akhir masa jabatannya
habis sehari sebelum pendaftaran?
Apakah dia petahana? Maka tidak
dinyatakan sebagai petahana,” ujarnya.
Perdebatan antara Komisi II dan
KPU di rapat dengar pendapat (24/6)
pada akhirnya berakhir deadlock.
Sebagian besar Anggota Komisi II DPR
RI berkeras agar KPU mencabut surat
tersebut, sementara KPU sendiri tetap
pada keyakinan bahwa makna petahana
dalam PKPU terlalu lemah, sehingga
SE No.302 harus ada untuk mendukung
semangat UU terkait pembatasan politik
dinasti
Menutup celah
Arwani Thomafi, anggota Komisi
II dari partai PPP menawarkan solusi.
Menutup celah politik dinasti tak bisa
hanya dilakukan dengan pendekatan
hukum. Jalan politik juga mesti turut
ditempuh dalam mencegah ini.
“Solusi untuk membatasi atau
mengantisipasi munculnya praktik politik
dinasti tidak hanya dalam bentuk UU, tapi
juga, misalnya, dalam bentuk keputusan
politik dari pemerintah,” kata Anggota
Komisi II DPR RI, Arwani Thomafi, di
”
Solusi untuk membatasi
atau mengantisipasi munculnya praktik politik dinasti tidak hanya dalam bentuk
UU, tapi juga, misalnya,
dalam bentuk keputusan
politik dari pemerintah,
”
Arwani Thomafi
Anggota Komisi II DPR RI
Gedung DPR RI, Jakarta Selatan (24/6).
Menurutnya, ketika UU dan PKPU
dapat disiasati oleh petahana, maka partai
dapat menutup celah tersebut. “Partai
politik jangan pernah mencalonkan
mereka
yang
terindikasi
mau
melanggengkan politik dinasti,” ujarnya.
Selain partai, pemerintah juga dapat
memainkan perannya untuk menjalankan
semangat UU melalui wewenangnya
atas pemerintahan di daerah. DPR dapat
mendesak Menteri Dalam Negeri untuk
tidak mengeluarkan Surat Keputusan
Pengunduran
Diri
dari
kepalakepala daerah yang terindikasi ingin
melanggengkan politik dinasti.
“Tidak hanya solusinya itu dalam
bentuk SE atau PKPU atau UU. Yang
riil justru tindakan keputusan politik dari
pemerintah, dalam hal ini Mendagri, dan
juga keputusan politik dari partai poilitik
itu sendiri,” kata Anggota Dewan dari
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) itu.
Ia mengatakan, Komisi II DPR
RI bisa saja menyampaikan usul pada
ketua-ketua umum partai untuk tak
merekomendasikan kepala daerah yang
terindikasi ingin melanggengkan politik
dinasti. Hal itu lebih solutif dibandingkan
dengan terus memperdebatkan SE No.302
dari KPU.
“Kita enggak hanya mendorong KPU,
namun celah di parpol justru terbuka
lebar untuk menyiasati hal itu. Kalau
parpol sepakat, enggak akan jadi. Pintu
terakhirnya kan di parpol,” kata dia. [Ira
Sasmita]
Political Quotes
The democracy
process provides for
political and social
change without
violence.
Aung San Suu Kyi
Pemimpin Oposisi Myanmar
Amerika Serikat
8
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
It’s very important
to vote. People died
for this right.
Lenny Kravitz
Penyanyi asal Amerika Serikat
Komisi II: Bawaslu Sangat Penting
Pengalaman melaksanakan berbagai pemilihan,
seharusnya bisa menjadi jaminan bahwa gelaran
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota
pada 9 Desember mendatang berjalan sukses.
Tidak hanya kelancaran pelaksanaan seluruh
tahapan, namun para pemimpin yang dihasilkan
pun benar-benar pilihan rakyat yang berkualitas
sehingga nantinya mampu mengantarkan nasib
daerah dan rakyatnya ke jenjang yang lebih baik.
Demikian disampaikan, Ketua Komisi II Rambe Kamarul Zaman saat menghadiri rapat konsultasi gabungan di Gedung DPR
RI Jakarta, Senin, (6/7). ‘’Kita sudah berkali-kali menyelenggarakan pemilu, jadi, hasil pemilu harus ada perubahan, harus lebih
baik dari pemilu-pemilu sebelumnya, termasuk pemilihan kepala
daerah serentak nanti,” tegasnya.
Ia menegaskan kembali, ukuran keberhasilan dalam pilkada
adalah bermanfaat bagi bangsa ini. Peraturan perundangundangan yang telah dikeluarkan dengan lengkap harus bisa
menjadi pedoman a dalam pilkada yang demokratis. Selain itu ia
mengatakan terkait siapa yang akan menyelesaikan perselisihan
hasil akhir Pilkada, DPR masih menunggu keputusan antara
Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah Agung (MA).
Sebelumnya dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pilkada, MA telah diberi kewenangan untuk menyelesaikan
jika terjadi perselisihan hasil Pilkada, namun secara terbuka MA
tidak bersedia atas pemberian kewenangan tersebut. Setali tiga
uang dengan apa yang di tegaskan MA dalam menyelesaikan
perselisihan hasil Pilkada, MK juga telah menyatakan hal yang
sama jika nantinya terdapat perselisihan hasil akhir Pilkada.
’’Akan tetapi jika sampai batas akhir perundingan namun belum juga terbentuk peradilan khusus, maka MK masih berwenang
untuk menyelesaikan perselisihan hasil akhir Pilkada,’’ jelas
Rambe.
Selain hal diatas, Rambe juga mengatakan terkait peran Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan jajarannya, Komisi II DPR RI
mengharapkan Bawaslu RI dan jajarannya ke bawah diperkuat.
Bawaslu diharapkan dapat meningkatkan kapasitas lewat bimbingan teknis kepada Panwas sampai tingkat bawah.
“Pentingnya pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu dan
jajarannya terjawab dengan suksesnya gelaran Pemilu Legislatif
dan Pemilu Presiden 2014. Jadi Komisi II DPR RI menganggap
penting adanya Bawaslu RI dan tingkatannya ke bawah untuk
mengawasi Pemilu dan Pilkada,’’tegasnya.
Seperti yang telah diketahui, atas peran Bawaslu, pelanggaran yang terjadi pada gelaran Pemilu Legislatif dan Presiden 2014
semakin berkurang dibandingkan pelanggaran yang terjadi pada
Pemilu sebelumnya. Atas sukses penyelenggaraan Pemilu 2014,
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu selaku penyeleng-
gara mendapat apresiasi dari dunia internasional. Khususnya KPU
negara tetangga yang mengakui bahwa Indonesia patut dijadikan
contoh dalam berpemilu.
Indonesia dapat mengelola pemilu dengan kurang lebih 190
juta pemilih dengan perbedaan suku, agama, dan tantangan
geografis lainnya, Indonesia bisa menyelesaikan pemilu tahun
2014 dengan baik tanpa menimbulkan sebuah konflik yang
ekstrim seperti yang diperkirakan banyak orang.
Terus Diperjuangkan
Pada kesempatan berbeda, Sekretaris Jenderal Bawaslu Gunawan Suswantoro mengungkapkan bahwa gelaran pilkada serentak tahun 2015 menjadi ujian sekaligus batu loncatan bagi Bawaslu. Karena itu penting bagi Bawaslu untuk dapat menghasilkan
pengawasan yang efektif baik dalam proses pengawasan tahapan
pemilu maupun dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
dana hibah.
Demikian disampaikan Gunawan dalam sambutannya pada
acara Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Dana Hibah Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh Indonesia Gelombang I di Hotel Arya Duta, Jakarta, Senin (27/7).
Dia menjelaskan saat ini Bawaslu di tingkat kabupaten/kota
masih bersifat ad hoc (panitia), bukan lembaga permanen. Hal
tersebut berbeda dengan kelembagaan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang secara struktural telah permanen sampai tingkat
kabupaten/kota. Pilkada serentak 2015 menjadi batu loncatan,
sambung Gunawan, karena hal tersebut juga akan terkait dengan upaya memperkuat kelembagaan Bawaslu. Apabila pengawasan di pilkada serentak 2015 berjalan efektif, maka hal itu akan
menjadi masukan positif bagi pembentuk undang-undang untuk
mempertimbangkan Bawaslu di tingkat kabupaten/kota menjadi
permanen.
“Kami tidak henti-hentinya memperjuangkan kesetaraan antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu. Pilkada 2015
adalah ujian bagi Bawaslu, maka kita harus berhasil mewujudkan pengawasan yang efektif agar teman-teman di Senayan bisa
mudah mendukung kita dan berlaku sebaliknya jika hasil pengawasan ini kurang efektif maka sulit bagi Bawaslu untuk diperjuangkan,” ujarnya. [Irwan/Alfa Yusri]
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
9
Pilihan Rasional Pilkada
Dukungan Calon Masih “Terjebak”
dalam KMP vs KIH?
ILUSTRASI: MUHTAR
Pilpres 2014 menyisakan dua kubu politik yang berseberangan, yakni Koalisi Merah Putih
(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Bahkan dua koalisi yang kerap menunjukkan
perbedaan di level legislatif itu belum menunjukkan tanda-tanda ‘perdamaian’ jelang
Pilkada serentak Tahun 2015. Mungkinkah ini tetap akan berlanjut dalam Pilkada,
mengingat pengalaman Pilpres lalu atau sebaliknya?
M
asih kita ingat, dalam rancangan UU Pilkada, ada dua wacana yang saling bertentangan
di DPR, yakni tetap pilkada langsung
(dipilih oleh rakyat) atau pilkada tidak
langsung (dipilih oleh DPRD). KMP yang
terdiri dari Gerindra, PAN, Golkar, PKS,
dan PPP mendukung Pilkada tidak langsung lewat fraksinya. Sebaliknya, KIH
yang terdiri dari PDI Perjuangan, PKB,
Hanura, dan Nasdem pada fraksinya di
DPR memutuskan tetap pada pilkada
langsung dengan beberapa syarat perbaikan. Sedangkan keputusan Fraksi Partai Demokrat yang kebetulan berada di
luar KIH dan KMP hampir sama dengan
10
keputusan yang dibuat oleh fraksi-fraksi
di KIH. Namun, pada saat-saat terakhir
voting, Fraksi Partai Demokrat walk out,
hingga voting memutuskan pilkada tidak
langsung.
Dari segi politik, pengalaman tersebut
memang tidak bisa dijadikan acuan saat
melakukan dukungan terhadap pasangan
calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah di suatu daerah. Rational Choice
Theory (Teori Pilihan Rasional) akan
dengan mudah menjelaskan kemungkinan
tersebut, bahwa politik itu seperti halnya
ekonomi, dimana keuntungan sebesarbesarnya dan kerugian sekecil-kecilnya
harus diperjuangkan. Teori tersebut bisa
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
menjelaskan bagaimana pilihan partai
politik dalam mendukung pasangan calon
kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Partai politik tentu akan memperhitungkan untung dan rugi dalam mendukung salah satu pasangan calon. Salah
dukungan terhadap pasangan calon, bisa
menjadi bumerang bagi partai itu sendiri.
Partai akan kehilangan suaranya untuk
bisa ikut serta dalam eksekutif dan lebih
cenderung menjadi oposisi. Oposisi memang bukan pilihan yang buruk, namun
kekuasaan eksekutif akan lebih nyata untuk merealisasikan kebijakan-kebijakan
yang telah dibuat oleh partai.
Selain itu, KIH dan KMP hanya seke-
dar koalisi. Eksistensi partai politik tidak
bisa ditentukan oleh pilihan politik partai
lain, baik yang berada dalam satu koalisi
maupun tidak. Partai punya kedaulatan
tersendiri untuk mendukung salah satu
pasangan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah, karena pada dasarnya partai punya ideologi serta visi dan misi yang
harus diperjuangkan.
Terlebih, beberapa pimpinan partai
politik pun sudah mengisyaratkan tidak
adanya KMP dan KIH dalam Pilkada tahun 2015, yang menjadi jembatan antara
parpol yang berseberangan pada Pilpres
akan mudah bersatu pada Pilkada nanti.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua
Umum Partai Amanat Nasional, Zulkifli
Hasan bahwa KMP dan KIH sama saja.
Tidak ada pembedaan dalam Pilkada
serentak ini. Ini berarti membuka pintu
PAN akan berkoalisi dengan partai di
KIH dalam Pilkada serentak nanti.
Demikian juga dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketua Umum
Muhaimin Iskandar menyatakan dukungan kepada pasangan calon lain yakni
kadernya untuk bertarung dalam Pilkada
Kota Surabaya. PKB yang masuk KIH,
berbeda dengan PDI Perjuangan yang
mengusung Tri Rismaharini-Wishnu. Walaupun belum menentukan calonnya bersama lima partai lain yakni, Golkar, PKS,
Demokrat, Gerindra, dan PAN, namun
Muhaimin sedang menyiapkan kadernya
untuk bertarung menghadapi incumbent
di Pilkada Kota Surabaya.
Teori Pilihan Rasional juga menjelaskan bagaimana perilaku pemilih dalam
menentukan pilihannya setelah mempertimbangkan untung ruginya. Para pemilih
akan cenderung memilih kandidat yang
kerugiannya paling minim. Dalam konteks teori semacam itu, sikap dan pilihan
politik tokoh-tokoh populer tidak selalu diikuti oleh para pengikutnya kalau
ternyata secara rasional tidak menguntungkan. Beberapa indikator yang biasa
dipakai oleh para pemilih untuk menilai
seorang kandidat khususnya bagi pejabat
yang hendak mencalonkan kembali, diantaranya kualitas, kompetensi, dan integritas kandidat.
Jelang pencalonan ini, lembaga survei pasti sudah memetakan bagaimana
peluang dan potensi calon-calon kepala
daerah. Calon yang lebih populer dan
mendapat tempat di rakyat tentu menjadi
pilihan rasional bagi partai politik untuk
mendukungnya. Sebaliknya, partai politik
tidak akan memaksakan mendukung kader atau orang lain, yang tingkat elektabilitasnya rendah. Jadi, kemungkinan besar
dalam Pilkada nanti partai politik dan pemilih yang rasional akan lebih mementingkan pilihan yang rasional daripada terjebak pada perseteruan dua kubu koalisi
yang merupakan residu dari pelaksanaan
pemilu sebelumnya.
Sekolah Calon Kepala Daerah
Pilkada serentak tahun 2015 menjadi
pengalaman pertama bagi partai politik peserta pemilihan untuk menyiapkan
kandidat calon kepala daerah dalam jumlah banyak. Pada pemilihan sebelumnya,
parpol biasanya hanya terkosentrasi pada
satu atau dua daerah tertentu yang akan
menggelar pilkada. Namun untuk pilkada
tahun ini, parpol harus menyiapkan calon
kepala daerah di 269 daerah.
Tak ayal, beragam langkah dan strategi dilakukan parpol untuk menyiapkan
kandidat calon terbaik. Persiapan pencalonan bahkan sampai melibatkan pimpinan partai di tingkat pusat.
”
Kurikulum sudah
disusun, mencakup aspek
pemerintahan pro rakyat
yang menyelesaikan
masalah rakyat dengan
cara gotong royong, politik
legislasi dan anggaran,
strategi membangun
pemerintahan yang efektif,
pemerintahan yang bebas
dari korupsi, dan hal-hal
berkaitan dengan strategi
pemenangan pemilu,
”
Hasto Kristiyanto
Sekjen PDIP
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menempuh langkah yang cukup progresif dalam mempersiapkan calon kepala
daerah. Tak tanggung-tanggung, PDIP
meresmikan sekolah calon kepala daerah untuk menyiapkan kader-kadernya
mengikuti pemilihan gubernur, bupati
dan walikota.
Kepala Sekolah Calon Kepala Daerah
PDIP Komarudin Watubun mengatakan,
program sekolah partai merupakan penanda kesiapan PDIP dalam menghadapi
pilkada serentak. Para calon kepala daerah yang mengikuti program sekolah dianggap telah menyatakan komitmennya
untuk menang.
“Para calon kepala daerah dilarang
keras menjadikan PDIP hanya sebagai
kendaraan politik semata,”kata Komarudin.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menambahkan, melalui sekolah partai peserta dibekali strategi pemenangan
tentang bagaimana merebut pikiran dan
hati rakyat. Peserta juga diajarkan tentang
survei, manajemen pemenangan dan strategi pada saat mengikuti tahapan pilkada.
Menurut Hasto, sekolah partai diikuti
137 peserta, yaitu para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang sudah
mendapat rekomendasi dari DPP Partai.
Peserta berasal dari 25 provinsi dan 99
kabupaten/kota.
“Kurikulum sudah disusun, mencakup
aspek pemerintahan pro rakyat yang menyelesaikan masalah rakyat dengan cara
gotong royong, politik legislasi dan anggaran, strategi membangun pemerintahan
yang efektif, pemerintahan yang bebas
dari korupsi, dan hal-hal berkaitan dengan strategi pemenangan pemilu,” jelas
Hasto.
Seleksi di Pusat
Penjaringan calon kepala daerah
juga dilakukan cukup ketat oleh Partai
Demokrat. Partai yang dipimpin Susilo
Bambang Yudhoyono ono melakukan
penjaringan dan penyeleksian terpusat.
“Kita sudah lakukan penjaringan
calon kepala daerah, sudah ada di DPP
Demokrat sejak beberapa hari yang lalu.
Nanti dilanjutkan interview dan seleksi
di pusat,” kata Sekjen Partai Demokrat,
Hinca Panjaitan.
Hinca menjelaskan, proses penjaringan kepala daerah nantinya dibagi
beberapa kloter yang masing-masing
kloter berbeda tahapan seleksinya. Calon
kepala daerah dibagi menjadi tiga klasemen, yakni atas Partai Demokrat mandiri,
klasemen menengah harus berkoalisi, dan
terakhir klasemen bawah. Kloter pertama
diikuti 100 calon kepala daerah. [Falcao
Silaban, Ira Sasmita]
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
11
Briefing
Sekretariat Pengawas Pemilihan
Juga Terikat Kode Etik
Oleh:
GUNAWAN SUSWANTORO
Sekretaris Jenderal Bawaslu RI
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun
2015 yang dilaksanakan secara serentak pada Desember 2015
nanti, akan melibatkan berbagai kelas masyarakat dan tarikmenarik kepentingan yang cukup luas. Penyelenggara pemilihan,
KPU di daerah dan Pengawas Pemilihan diharapkan dapat mawas
diri dan menjaga integritas secara baik, karena ada kemungkinan
akan banyak godaan-godaan yang dapat meruntuhkan integritas
penyelenggara.
Konsekuensi paling berat jika integritas Panwas terbukti
menggadaikan integritasnya adalah sanksi etik pemberhentian
tidak hormat oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP). Walaupun tidak ada ketentuan pidana dalam sanksi
tersebut, namun dapat dipastikan penyelenggara yang dikenakan
sanksi akan sulit berkarir di mana pun, khususnya dalam bidang
kepemiluan.
Sanksi pemberhentian dengan tidak hormat merupakan
sanksi terberat yang dikeluarkan oleh lembaga yang dipimpin
oleh Jimly Ashiddiqie itu. Paling banyak penyelenggara pemilu/
pemilihan yang diberhentikan tidak hormat, karena kasus yang
berkaitan dengan integritas dan netralitas. Rata-rata dari mereka
yang diberhentikan, terbukti mendukung atau berat sebelah pada
salah satu pasangan calon kepala daerah.
Berulang-ulang, Jimly menegaskan bahwa integritas dan
netralitas tidak hanya ada dalam diri seseorang, namun juga
terlihat dari tindakannya dan tingkah lakunya. Sebab, walaupun
ia memiliki integritas namun jika tidak ditunjang dengan
sikapnya, maka tetap saja bisa dilaporkan karena banyak pasang
mata yang memantau gerak-gerik mereka.
Tidak hanya komisioner penyelenggara pemilihan, sekretariat
juga merupakan bagian dari penyelenggara pemilu. Sekretariat,
yang merupakan unit pendukung tugas-tugas penyelenggara
pemilihan, memiliki fungsi dan peran strategis. Sukses atau
tidaknya penyelenggaraan pemilihan tergantung juga dengan
kinerja sekretariat.
KPU dan Panwaslih di tingkat daerah didukung oleh seorang
Kepala Sekretariat tenaga pegawai negeri sipil (PNS) dan
tenaga kontrak. Untuk Panwaslih, kepala sekretariat dan tenaga
PNS difasilitasi oleh pemerintah daerah setempat. Potensi
12
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
pelanggaran kode etik sangat mungkin dilakukan, mengingat
sebelumnya mereka berada di bawah koordinasi Pemda. Oleh
karena itu, sedari awal harus diingatkan bahwa mereka terikat
dengan integritas penyelenggara pemilihan seperti diatur dalam
Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP tentang kode etik
penyelenggara pemilu.
Selain itu, khusus untuk Pengawas Pemilihan, ada 10
pakta integritas yang harus dipahami dan dilaksanakan dalam
dilaksanakan termasuk oleh jajaran sekretariat, yakni :
1.Membangun dan menginternalisasi budaya anti korupsi
dengan dengan berperan pada pencegahan dan pemberantasan
korupsi, kolusi, dan nepotisme
2. Tidak menerima atau memberikan secara langsung atau tidak
berupa suap, hadiah, bantuan yang tidak sesuai
3. Bersikap transparan, jujur, dan adil
4.Menghindarkan pertentangan kepentingan atau conflict of
interest
5. Mengedepankan efisiensi anggaran negara dalam setiap
kegiatan
6.Memberi contoh kepatuhan terhadap peraturan dan
perundang-undangan dan melaksanakan tugas, kepada
pegawai lain
7. Bertindak secara substansi dan prosedur standar operasional
dalam adminstrasi dan teknis pengawasan Pemilu
8. Bertindak netral terhadap parpol, calon atau peserta pemilu
tertentu
9.Akan menyampaikan informasi publik dan turut menjaga
kerahasiaan saksi
10.Bila melanggar ketentuan di atas siap bertanggung jawab dan
menghadapi konsekuensinya
Maka dari itu, dengan 10 pakta integritas tersebut, diharapkan
jajaran sekretariat mampu menjaga marwah penyelenggara
pemilihan. Suksesnya penyelenggaraan Pilkada akan terasa
manis jika penyelenggara menjunjung tinggi integritasnya.
Sedangkan, penyelenggara yang tidak berintegritas dan netral
merupakan awal dari kehancuran dari sebuah Pilkada yang
diinginkan oleh rakyat. n
RDP Gabungan:
Mengukur Kesiapan
Penyelenggaraan, Pengawasan, dan
Pengamanan Pilkada
IRWAN
Rapat Dengar Pendapat (RDP) Gabungan yang dihadiri Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti, Mendagri, Tjahjo Kumolo, Ketua Bawaslu,
Muhammad, Ketua KPU, Husni Kamil Manik, Hakim Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman, Komisioner Bawaslu dan Komisioner KPU.
Menjelang Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) serentak
yang akan dilaksanakan pada
9 Desember mendatang,
Komisi II dan III DPR RI
kembali melaksanakan rapat
gabungan dengan Menteri
Dalam Negeri, Wakil Ketua
Mahkamah Konstitusi, Menteri
Hukum dan HAM, Ketua Badan
Pengawas Pemilu, Ketua
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
dan Kepala Kepolisian RI.
Rapat gabungan yang digelar di
Gedung DPR RI Jakarta, Senin (6/7)
dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI
bidang Politik dan Keamanan, Fadli
Zon dan dihadiri 10 Fraksi di DPR RI,
termasuk hadir Ketua Komisi II Rambe
Kamarul Zaman dan Ketua Komisi III
Aziz Syamsuddin.
Rapat gabungan ini untuk mengetahui
kesiapan dalam pemilihan Gubernur dan
wakil Gubernur, Bupati dan wakil Bupati,
serta Walikota dan wakil Walikota tahun
2015. Selain itu juga memastikan soal
anggaran, kendala di lapangan, maupun
regulasi.
Pada kesempatan ini Ketua Bawaslu,
Muhammad menyampaikan beberapa
kesiapan internal pengawasan Pemilu
dalam menghadapi Pilkada serentak 9
Desember mendatang. Poin pertama terkait
regulasi, Bawaslu telah menyelesaikan 10
Peraturan Bawaslu (Perbawaslu) yang
mencakup pengawasan seluruh tahapan
pilkada serentak dan telah ditetapkan di
Kementerian Hukum dan HAM.
Kedua, lanjut Muhammad, terkait
dengan struktur pengawasan Pemilu
saat ini sedang berlangsung rekrutmen
pengawas Pemilu di tingkat kecamatan
dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL).
‘’Pada pengawas tingkat Kabupaten/
Kota dan Kecamatan, sebagian telah
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
13
sekolah, rekan-rekan media, dan pemilih
pemula guna menyamakan persepsi
dalam menyongsong Pilkada serentak
2015’’ tutupnya.
’’
Polri akan melibatkan
personil sebanyak 255.362
personil yang terdiri
dari 3.929 personil dari
Mabes Polri, dan 251.433
personil yang tersebar
pada kabupaten/kota
dan provinsi yang akan
melaksanakan pilkada
serentak
’’
Jenderal Pol. Badrodin Haiti
Kapolri
dilakukan bimbingan teknis (Bimtek)
oleh Bawaslu RI. Hal ini dilaksanakan
agar pengawas Pemilu di setiap tingkatan
lebih memahami secara mendalam
tentang pengawasan Pemilu/Pilkada’’
jelasnya.
Sementara itu, tentang substansi
pelaksanaan pengawasan, Bawaslu RI
telah melaksanakan rapat koordinasi
dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) di beberapa Provinsi,
dan Sosialisasi di 50 titik Kabupaten/
Kota yang akan melaksanakan Pilkada
serentak.
‘’Sosialisasi yang dilaksanakan oleh
Bawaslu yaitu tentang proses penyelesaian
penanganan
dugaan
pelanggaran
pemilihan, serta penyelesaian sengketa
Pemilu,’’ tambah pria asal Makassar
tersebut.
“Direncanakan sesuai anggaran yang
tersedia, sosialisasi akan dilaksanakan di
100 titik Kabupaten/Kota. Sosialisasi ini
menghadirkan peserta dari partai politik,
organisasi masyarakat dan kepemudaan,
Panwaslu, perguruan tinggi, kepala
14
Siap Amankan
Seperti yang telah ditegaskan oleh
Bawaslu dalam menghadapi Pilkada
serentak akhir tahun 2015, Kepolisian
Republik Indonesia juga telah menyatakan
kesiapannya
dalam
mengamankan
Pilkada. Dalam menjalankan tugasnya,
Polri akan membentuk beberapa satuan
tugas (Satgas). Demikian disampaikan
Kapolri, Jenderal (Pol) Badroddin Haiti
dalam forum yang sama.
Satuan tugas yang dibentuk tersebar
dibeberapa
wilayah.
Satgas
satu
melakukan pengamanan di wilayah
barat, Satgas dua di wilayah tengah,
Satgas tiga di wilayah timur, dan Satgas
empat merupakan bantuan teknis.
‘’Pembentukan satuan tugas dalam
pengamanan Pilkada diharapkan dapat
menjadikan Pilkada yang aman, tenteram,
dan demokratis,’’ tegasnya.
Selain itu ia menyampaikan, pihaknya
sudah mengantisipasi kerawanan yang
mungkin terjadi dalam gelaran pilkada
nanti, baik dalam bentuk tindak pidana
umum, seperti pembakaran, penculikan,
perkelahian,
bahkan
pembunuhan.
Ataupun, sambung Badrodin, dalam
tindak pidana pemilu, seperti pemalsuan
dokumen, pengrusakan kelengkapan
pilkada, dan bahkan unjuk rasa atas hasil
akhir yang tidak bisa diterima (bagi pihak
yang kalah).
‘’Polri akan melibatkan personil
sebanyak 255.362 personil yang terdiri
dari 3.929 personil dari Mabes Polri,
dan 251.433 personil yang tersebar
pada kabupaten/kota dan provinsi yang
akan melaksanakan pilkada serentak,’’
jelasnya.
Polri juga menyiapkan sekitar 15 ribu
personel Brimob Polda yang bertugas
untuk menghadapi kontigensi. Tak lupa,
bantuan dari TNI pun dipersiapkan
untuk memastikan ketertiban masyarakat
bisa terjaga dari tahap persiapan hingga
pelaksanaan pilkada.
Selanjutnya ia mengatakan terkait
tahapan
pengamanan
di
tempat
pemungutan suara (TPS), pengamanan
TPS dilakukan pola perbandingan antara
Polri, Linmas dan jumlah TPS. Kategori
TPS yang aman terdiri dari, 2 (dua)
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
anggota Polri dan 10 anggota Linmas
untuk 5 buah TPS. Kategori TPS rawan
satu, terdiri dari 2 (dua) anggota Polri dan
5 (lima) anggota Linmas untuk 2 (dua)
buah TPS. Sedangkan TPS rawan dua
terdiri dari 2 (dua) anggota Polri, 2 (dua)
anggota Linmas untuk 2 (dua) TPS.
Sebelumnya, telah kita ketahui
bahwa, Pilkada serentak periode pertama
akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015
di 269 daerah, yang meliputi sembilan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
224 pemilihan Bupati dan Wakil Bupati,
serta 36 pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota.
Sebagaimana diatur Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2015, Pilkada serentak
akan dilaksanakan bertahap, yakni tahap
pertama pada 9 Desember 2015, tahap
kedua pada Februari 2017, tahap ketiga
pada Juni 2018, tahap keempat pada
2020, tahap kelima tahun 2022 dan tahap
kelima pada 2023. [Irwan]
’’
Direncanakan sesuai
anggaran yang tersedia,
sosialisasi akan dilaksanakan
di 100 titik Kabupaten/Kota.
Sosialisasi ini menghadirkan
peserta dari partai politik,
organisasi masyarakat dan
kepemudaan, Panwaslu,
perguruan tinggi, kepala
sekolah, rekan-rekan media,
dan pemilih pemula guna
menyamakan persepsi
dalam menyongsong Pilkada
serentak 2015
’’
MUHAMMAD
Ketua Bawaslu RI
Divisi Pengawasan
Persiapan Pelaksanaan Pengawasan Pilkada
Tahun 2015
Bagian Analisis Teknis Pengawasan dan Potensi Pelanggaran (ATP3) telah menyampaikan Laporan Analisis Mingguan
(Weekly Report) terkait persiapan pelaksanaan pengawasan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota 2015.
Seperti diketahui, Bawaslu RI telah meminta kepada Ketua
Bawaslu Provinsi di seluruh Indonesia untuk secara rutin menyampaikan data kesiapan pelaksanaan Pengawasan pemilihan
kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2015 tentang laporan
perkembangan kelembagaan, personil, dan anggaran Bawaslu
Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota yang melaksanakan
Pilkada tahun 2015.
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data pada
tanggal 10 Juli 2015 terdapat 19 (sembilan belas) Bawaslu
Provinsi yang mengirimkan data diantaranya : Bali, Bengkulu,
D.I Yogyakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kepri, Lampung, Maluku Utara, Maluku, NTB, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara.
Berkaitan dengan kesiapan kelembagaan Panitia Pengawas
(Panwas) di 308 Kabupaten/Kota yang melaksanakan Pilkada
yaitu 260 Kabupaten/Kota yang melaksanakan pemilihan bupati
dan walikota, dan 48 Kabupaten/Kota yang merupakan bagian
dari 9 Provinsi yang melaksanakan pemilihan gubernur, semua
Panwas di Kabupaten/Kota telah terbentuk.
Tabel Ketersediaan Panwas Kabupaten/Kota
Panwas Kab/Kota
Sudah Dilantik
Belum
ada
Belum
ada
data
Total Kab/
Kota
Lengkap Belum
Lengkap
Belum
dilantik
Total
308
0
0
0
0
308
Persentase
100%
0%
0%
0%
0%
100%
Kesiapan kelembagaan Panwas di tingkat kecamatan juga dapat
dilaporkan bahwa berdasarkan data per tanggal 10 Juli 2015
telah terbentuk Panwas Kecamatan di 2718 Kecamatan yang
sudah dilantik dan lengkap. Tidak ada Kecamatan yang sudah
dilantik tapi belum lengkap. 160 Kecamatan belum dilantik.
838 belum ada Panwascam, sedangkan 455 Kecamatan belum
ada data yang masuk.
Diagram Ketersediaan Panwas Kecamatan
di Kabupaten/Kota per tanggal 10 Juli 2015
Tabel Ketersediaan Panwas Kecamatan
di Kabupaten/Kota per tanggal 10 Juli 2015
Data
Jumlah Kecamatan
Lengkap
yang
Masuk
Panwascam
Belum
Lengkap
Belum
dilantik
3716
2718
0
-
61%
0%
Ada
Belum
ada
Belum
Total
ada data Kecamatan
160
838
455
4171
5%
23%
11%
100%
Selain itu, kesiapan kelembagaan Panwas di tingkat kelurahan,
dapat dilaporkan bahwa 234 kabupaten/kota telah mengirimkan
datanya, sedangkan 74 kabupaten/kota lainnya belum
mengirimkan data terbaru. Tercatat sebanyak 10032 kelurahan
telah memiliki Pengawas Pemilu Lapangan (PPL)dari total
35558 kelurahan yang telah dilaporkan atau sebesar 28.21%.
Tabel Ketersediaan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL)
per Tanggal 10 Juli 2015
PPL
Data
Ada
Jumlah
Sudah dilantik
Kelurahan
Belum
yang Masuk Lengkap
Lengkap
35558
10032
0
Belum
dilantik
Belum
ada
Belum ada
data
4344
21142
74 (Kabupaten/
Kota)
Berkenaan dengan kesiapan anggaran, tidak ada perubahan
data dari laporan pertanggal 10 Juli 2015, yaitu dari 9 Provinsi,
semua anggaran telah disetujui, dengan komposisi: 1 anggaran
yang telah disetujui sesuai dengan besaran yang diusulkan,
yaitu Provinsi Jambi, 7 telah disetujui anggarannya namun dengan besaran kurang dari yang diusulkan, sedangkan 1 Bawaslu
Provinsi lainnya disetujui dengan besaran yang lebih dari yang
diusulkan, yaitu Provinsi Kalimantan Utara.
Diagram Anggaran Pengawasan Pemilihan Gubernur
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
15
Divisi Pengawasan
Diagram Perkembangan Anggaran Pengawasan
Pemilihan Gubernur
Tanggal 08 Mei s.d. 10 Juli 2015
Kota yang sudah terbentuk masih belum memiliki kesiapan
personil yang cukup.
Tanggal 10 Juli 2015
Sudah Ada
Mengenai kesiapan anggaran pada tingkat Panwaslu Kabupaten/
Kota yang akan melaksanakan Pemilihan Bupati/Walikota,
menunjukkan sebagian besar anggaran Panwaslu Kabupaten/
Kota sudah disetujui, tetapi dari segi besaran anggaran mayoritas
kurang dari yang diusulkan.Gambaran secara lengkap kondisi
anggaran Panwaslu Kabupaten/Kota kami gambarkan dalam
tabel sebagai berikut:
Tabel Anggaran Pemilihan Bupati dan Walikota di Kabupaten/Kota
Besaran Anggaran
Kota dan Kabupaten
Sesuai dengan usulan
18
Lebih dari usulan
10
Kurang dari usulan
220
Belum disetujui/belum ada data
12
Belum Ada
Belum Ada Data
Jumlah
Kepala Sekretariat
253
18
37
308
Staf Sekretariat
252
19
37
308
Kantor Sekretariat
Panwas
248
23
37
308
Tabel Perkembangan Ketersediaan Kepala Sekretariat
Jumlah Kepala Sekretariat
9 Juni
12 Juni
22 Juni
29 Juni
3 Juli
10 Juli
170
191
207
235
250
253
Kepala
Sekretariat
Tabel Perkembangan Ketersediaan Staf Sekretariat
Jumlah Staf Sekretariat
9 Juni
12 Juni
22 Juni
29 Juni
3 Juli
10 Juli
168
191
208
235
249
252
Staf
Sekretariat
Tabel Perkembangan Ketersediaan Kantor Sekretariat
Diagram Anggaran Pengawasan Pemilihan Bupati dan Walikota
Jumlah Kantor Sekretariat
9 Juni
12 Juni
22 Juni
29 Juni
3 Juli
10 Juli
169
203
209
230
246
248
Kantor
Sekretariat
Pada tingkat Kecamatan ketersediaan kepala sekretariat, staf,
dan kantor secara garis besar masih belum memadai. Sebagian
besar Panwaslu Kecamatan yang sudah terbentuk masih belum
memiliki kesiapan personil yang cukup.
Tabel Kesiapan Personil pada Tingkat Kecamatan
Diagram Perkembangan Anggaran Pengawasan
Pemilihan Bupati dan Walikota
Tanggal 08 Mei s.d. 10 Juli 2015
Dalam hal kesiapan personil, pada tingkat kabupaten/kota
ketersediaan kepala sekretariat, staf, dan kantor secara garis besar
masih belum memadai. Sebagian besar Panwaslu Kabupaten/
16
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
Tanggal 10 Juli 2015
Sudah Ada
Belum Ada
Belum Ada Data
Kepala Sekretariat
Panwascam
1753
1532
871
Staff Sekretariat
Panwascam
1721
1564
871
Kantor Sekretariat
Panwascam
1720
1546
890
Berkenaan dengan data sebagaimana dimaksud dan mengingat
tahapan pencocokan dan penelitian serta pemuktahiran data pemilih akan segera dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2015, maka
Bawaslu mempercepat pembentukan seluruh kelembagaan pada
tingkat kecamatan dan kelurahan untuk memastikan pengawasan
terlaksana dengan baik. (ATP3)
Divisi Pengawasan
NO.
1
PROVINSI
KABUPATEN/KOTA
NO.
KABUPATEN/KOTA
1
Kab. Lingga
Panwas Kab. Lingga dilantikNPHD
April 2015
Daftar kabupaten/kota
yang belum•menandatangani
PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
1
Kab. Lingga
2
JAWA TIMUR
1
Kab. Mojokerto
2
JAWA TIMUR
1
Kab. Mojokerto
3
3
KETERANGAN
KEPULAUAN RIAU
NO.
1
NO.
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN BARAT
1
Kab. Sintang
2
Kab. Melawi
1
Kab. Sintang
2
Kab. Melawi
4
KALIMANTAN UTARA
1
Kab. Nunukan
4
KALIMANTAN UTARA
1
2
Kab. Nunukan
Kab. Malinau
5
SULAWESI TENGAH
12
Kab.
Kab. Toli-Toli
Malinau
6
PAPUA
1
Kab. Asmat
5
SULAWESI TENGAH
1
Kab. Toli-Toli
6
PAPUA
1
Kab. Asmat
2
Kab. Supiori
32
Kab.
Kab. Pegunungan
Supiori
Bintang
3
4
Kab. Pegunungan
Kab.
Mamberamo Raya
Bintang
54
Kab.
Kab. Yahukimo
Mamberamo Raya
5
Kab. Yahukimo
•
•
••
••
••
•
••
•
•
••
••
•
•
••
•
••
••
••
••
••
Kab. Lingga Defisit
Bupati jarang di tempatKETERANGAN
9 Kecamatan
Panwas
Kab. Lingga dilantik April 2015
Anggaran
yang
diberikan kurang
Kab.
Lingga
Defisit
Diusulkan
6.3 di
M,tempat
disetujui oleh Pemda 300 Juta, hanya cukup
Bupati
jarang
untuk
operasional
2 bulan
9 Kecamatan
Pertemuan
4.2
M
pembahasan
Anggaran yang diberikan kurangdengan TAPD, tanggal 1 Juli
2015 belum6.3mau
ttd NPHDoleh Pemda 300 Juta, hanya cukup
Diusulkan
M, disetujui
Anggaran
Panwas
M
untuk operasional 21.8
bulan
Proses
penyusunan
UPA
untuk dengan
tambahan
Panwas
dan1KPU
Pertemuan 4.2 M pembahasan
TAPD,
tanggal
Juli di
P-APBD
2015
belum mau ttd NPHD
NPHD belum
ttd krn1.8
Panwas
belum mengajukan proses
Anggaran
Panwas
M
pencairan
ke
Pemda
Proses penyusunan UPA untuk tambahan Panwas dan KPU di
Uang sudah siap di APBD & P-APBD
P-APBD
NPHD belum
didelegasikan
ke SKPDbelum
Kesbangpol
NPHD
ttd krn Panwas
mengajukan proses
Bulan
Juli
2015
rencana
ttd
NPHD
pencairan ke Pemda
Usulansudah
Panwas
M disetujui
1.8 M oleh Pemda
Uang
siap7.1
di APBD
& P-APBD
Anggaran
1.8 M tidakke
cukup
untuk
18 Kec 304 desa, 219 TPS
NPHD
didelegasikan
SKPD
Kesbangpol
Belum
buka
rekening
Panwas
Bulan Juli 2015 rencana ttd NPHD
Belum terbit
satuan
dari Bupati
Kab Mojokerto
Usulan
Panwas
7.1 harga
M disetujui
1.8 M oleh
Pemda
Butuh
kepastian
dari Pemda
tentang
Anggaran
1.8 M tidak
cukup untuk
18besaran
Kec 304anggaran
desa, 219Panwas
TPS
•
•
•
Belum buka rekening Panwas
Belum terbit satuan harga dari Bupati Kab Mojokerto
Butuh kepastian dari Pemda tentang besaran anggaran Panwas
•
•
•
••
••
Alasan dari Pemda belum ada kepala Sekretariat Panwas
Dana sudah sepakat 6 M
Pemda menganggarkan Panwas 700 juta
Anggaran
Panwas
Alasan daridisusulkan
Pemda belum
ada 9.451
kepalaMSekretariat Panwas
Pemda
menganggarkan
Dana sudah
sepakat 6 MPanwas 700 juta, padahal seharusnya
dianggarkan
minimal sesuai
dengan
sebelumnya
Pemda menganggarkan
Panwas
700Pileg/Pilpres
juta
Panwas
Ad
Hoc,
sampai
1
April
2015
dilantik,
30
April
2015
Anggaran disusulkan Panwas 9.451 M
dibentuk
Sekretariat
Pemda menganggarkan Panwas 700 juta, padahal seharusnya
Personil
yangminimal
diajukansesuai
berbeda
dengan
yang disetujui
oleh
dianggarkan
dengan
Pileg/Pilpres
sebelumnya
Pemda
Panwas Ad Hoc, sampai 1 April 2015 dilantik, 30 April 2015
Baru
dilantik
tanggal 1 Juli 2015, langsung berangkat ke Jakarta
dibentuk
Sekretariat
anggaranyang
diusulkan
6.3berbeda
M
Personil
diajukan
dengan yang disetujui oleh
Pemda menyiapkan 2 M
Pemda
Ada
Kecamatan
Baru16
dilantik
tanggaldi1Nunukan
Juli 2015, langsung berangkat ke Jakarta
Bawaslu
Prov
dibentuk
anggaran diusulkan
6.3 5MMei 2015, Panwas Malinau dibentuk tgl
1Pemda
Juli 2015
menyiapkan 2 M
Rencana
anggaran diusulkan
Ada 16 Kecamatan
di NunukanPanwas 5 M
NPHD
terkenali
karena
jarangPanwas
di tempat
Bawaslu Prov dibentuk 5Bupati
Mei 2015,
Malinau dibentuk tgl
Sekretariat
belum
ada,
hanya
bekerja
3 orang di Panwas
1 Juli 2015
Panwas Baru
dilantikdiusulkan Panwas 5 M
Rencana
anggaran
Jam
14.00
tgl 3 Juli
2015
akan jarang
diinformasikan
NPHD
terkenali
karena
Bupati
di tempatdari Pemda
besaran
anggaran
Panwas
Sekretariat belum ada, hanya bekerja 3 orang di Panwas
Usulan
13 M
PanwasPanwas
Baru dilantik
Bupati
jarang
Jam
14.00
tgl ada
3 Juli 2015 akan diinformasikan dari Pemda
Anggaran
diusulkanPanwas
15 M, disepakati dengan Pemda 12.5 M
besaran anggaran
Diharapkan
menegur
Usulan Panwas 13 M Pemda yang kurang kooperatif dengan
Panwas
Bupati jarang ada
Anggaran
9.4 M, disetujui
Pemda
Anggaran Panwas
diusulkandiusulkan
15 M, disepakati
denganoleh
Pemda
12.52MM
29
distrik menggunakan
pesawat,
distrik kooperatif
jalan daratdengan
Diharapkan
menegur Pemda
yang5kurang
Pemda
Panwasmengatakan uang habis
Belum
sepakat
besaran
anggaran
Anggaran
Panwas
diusulkan
9.4 M,Panwas
disetujui oleh Pemda 2 M
Anggaran
diusulkan olehpesawat,
Panwas 8.6
M jalan darat
29 distrik menggunakan
5 distrik
APBD
dianggarkan
Pemda2015
mengatakan
uanguntuk
habisPanwas500 Juta, akan
ditambah
2.5 M,besaran
jika setelah
P-APBD
Belum sepakat
anggaran
Panwas
Sudah
bertemu
dengan
Pemda
Anggaran diusulkan oleh Panwas 8.6 M
Usulan
Panwas
15.8 M untuk Panwas500 Juta, akan
APBD 2015
dianggarkan
51 Distrik,2.5
518M,Kampung
ditambah
jika setelah P-APBD
Ingin ttdbertemu
NPHD dulu,
nilaiPemda
nominal menyusul
Sudah
dengan
•
••
•
•
•
•
••
•
••
••
•
••
••
•
••
••
•
••
••
•
••
•
••
••
•
••
••
••
•
••
••
•
••
•
•
•
Usulan Panwas 15.8 M
51 Distrik, 518 BULETIN
Kampung BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
Ingin ttd NPHD dulu, nilai nominal menyusul
17
Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Bawaslu Targetkan Raih
Predikat WTP Tahun 2015
Pemilihan Kepala Daerah tahun 2015 ini adalah
hajatan bersama dimana pelaku utamanya adalah
penyelenggara baik Komisi Pemilihan Umum (KPU)
dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang didukung
oleh jajaran di daerah. Komisioner dan Kepala
Sekretariat sebagai perpanjangan tangan Bawaslu perlu
membangun komunikasi yang baik dengan Komisioner
dan Sekretariat di pusat, karenanya sukses dan gagalnya
Pilkada tahun 2015 ini menjadi tanggung jawab
bersama.
Hal ini disampaikan Ketua Bawaslu
Muhammad dalam sambutannya pada
acara Bimbingan Teknis Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Dana Hibah
Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh
Indonesia Gelombang I di Hotel Arya
Duta, Jakarta, Senin (27/7). “Penting bagi
kita untuk mengetahui bagaimana cara
mengelola keuangan. Komisioner perlu
mendapatkan penjelasan pengelolaan
anggaran oleh Sekretariat. Bangun
komunikasi yang baik dan rutin, bisa
berupa rapat anggaran atau hal lainnya,”
ujar Muhammad.
Muhammad menambahkan bahwa
pada tahun 2015 ini, Bawaslu menargetkan laporan keuangannya dapat meraih
predikat wajar tanpa pengecualian (WTP)
dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
“Hal ini tentu sangat berarti bagi kami,
maka berdasarkan pleno diputuskan niat
untuk WTP di tahun 2015”, ujarnya.
Karena itu menurut Muhammad lagi,
pengelolaan keuangan yang baik, termasuk
Ketua Bawaslu Muhammad memberikan sambutan pada acara Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Hibah
Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh Indonesia Gelombang I di Hotel Arya Duta, Jakarta, Senin (27/7)
18
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia
pengelolaan dana hibah pemilihan ini
yang sekarang mekanismenya mengacu
kepada surat Menteri Keuangan dengan
nomor S-423/MK.05/2015 mengenai
pengelolaan dana hibah langsung
pilkada serentak 2015 langsung melalui
mekanisme Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), daerah dituntut untuk
mengetahui bagaimana mekanismenya
agar mendukung niatan ini. “Penting
bagi daerah mengetahui bagaimana cara
mengelola keuangan ini dengan baik”,
ujarnya.
Diketahui setidaknya terdapat empat
jenis opini yang biasa diberikan oleh
akuntan pemeriksa dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), yaitu opini wajar tanpa
pengecualian (WTP), wajar dengan
pengecualian (WDP), tidak wajar, dan
tidak memberikan opini (disclaimer).
Muhammad menceritakan bahwa
biasanya dalam pertemuan Presiden
dengan Kementerian Lembaga terkait
dengan laporan keuangan ini, Kementerian
dan Lembaga yang mendapat predikat
WTP dipisahkan duduknya dengan yang
mendapat WDP, tidak wajar, atau bahkan
Disclaimer (tidak memberikan opini).
“Jadi Bapak Ibu, dalam pertemuan
Presiden dengan Kementerian/Lembaga
yang dapat WTP itu dipisahkan
duduknya. Misal, yang dapat WTP itu
dipisah di kanan sudah ada terpampang
nama Kementerian/Lembaganya, kalau
yang WDP itu sama panitia diarahkan
ke sebelah kiri, silahkan pak dipilih saja
duduknya dimana bebas kata panitia. Nah
makanya kami target ini, karena ingin juga
rasanya Bawaslu merasakan mendapat
kehormatan seperti itu,” ujarnya disambut
riuh tepuk tangan peserta acara Bimtek
tersebut.
Sebagai
tambahan
Muhammad
mengatakan, Bawaslu sejak memiliki
badan anggaran sendiri tahun 2012 hingga
sekarang belum pernah mendapatkan
peringkat WTP. “Bawaslu sejak berdiri
belum pernah mendapatkan peringkat
WTP, oleh karena itu kami targetkan hal
ini dalam pleno”, ujarnya.
Bawaslu sendiri pada tahun 2014
kemarin mendapatkan predikat WDP.
Hal ini sesungguhnya sudah merupakan
prestasi mengingat usianya sebagai
lembaga yang relatif masih muda. Opini
wajar dengan pengecualian (WDP)
adalah opini audit yang diterbitkan jika
sebagian besar informasi dalam laporan
”
Mari sama-sama teguhkan
itikad dan niat untuk
melaksanakan tugas di
Bawaslu meskipun ada
Kasek yang baru karena
diperbantukan atau
ditugaskan dari dinas yang
sebelumnya bukan dari
background pemilu tetapi
ini adalah kesempatan yang
baik untuk membuktikan
bahwa bapak ibu sekalian
bisa dan merupakan pilihan
tepat
”
Endang Wihdatiningtyas
Pimpinan Bawaslu RI
keuangan bebas dari salah saji material,
kecuali item tertentu yang menjadi
pengecualian.
Sebagian
pemeriksa
BPK memberikan julukan little adverse
(ketidakwajaran yang kecil) terhadap
opini jenis ini, untuk menunjukan adanya
ketidakwajaran dalam item tertentu,
namun demikian ketidakwajaran tersebut
tidak mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.
Sementara
itu
Komisioner
Bawaslu,
Endang
Wihdatiningtyas
selaku Kordiv SDM dan Administrasi
menyampaikan alasan kenapa terjadi
perubahan mekanisme pengelolaan dan
pertanggungjawaban dana hibah daerah
ini yang ternyata berdasarkan kepada
audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). “BPK diminta oleh DPR
untuk melakukan audit pra (sebelum)
pelaksanaan Pilkada 2015 dilaksanakan,
untuk mengetahui kira-kira apa yang
menjadi permasalahan dan inilah kiranya
kenapa anggaran Pilkada masuk ke APBN
Bawaslu”, ujarnya.
Sejatinya sukses pengawasan juga
sukses pertanggungjawaban penggunaan
anggaran Pilkada. Endang pun mengajak
kepada seluruh elemen baik itu Bawaslu
Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota
untuk sama-sama teguhkan niat untuk
melaksanakan tugas di Bawaslu sebaik
mungkin.
“Mari sama-sama teguhkan itikad dan
niat untuk melaksanakan tugas di Bawaslu
meskipun ada Kasek yang baru karena
diperbantukan atau ditugaskan dari dinas
yang sebelumnya bukan dari background
pemilu tetapi ini adalah kesempatan yang
baik untuk membuktikan bahwa bapak
ibu sekalian bisa dan merupakan pilihan
tepat”, tambahnya.
Menanggapi
surat
Kementerian
Keuangan diatas, Dermawan Adhi
Santoso selaku Kepala Biro Administrasi
dalam laporannya mengatakan, Bawaslu
selanjutnya mengeluarkan Keputusan
Bawaslu Nomor 0611-KEP Tahun
2015. Menurut Keputusan tersebut,
Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi
bertanggungjawab untuk menetapkan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dan Bendahara Pengeluaran Pembantu
(BPP). PPK merupakan tugas dari Kepala
Sekretariat (Kasek) Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab atas penggunaan dana
hibah. Sedangkan BPP pada Panwas
Kabupaten/Kota adalah orang yang
bertanggungjawab untuk menampung
penerimaan dana hibah untuk pilbup/
pilwali ke dalam rekening BPP,
menyimpan, dan membayar pengeluaran
dana sesuai dengan bukti pendukung
yang telah diversifikasi kelengkapan dan
keabsahannya, serta telah disetujui oleh
PPK. Sedangkan untuk dana hibah Pilgub
yang bertanggungjawab adalah BPP
Bawaslu Provinsi.
“Provinsi
bertanggungjawab
menetapkan PPK dan BPP, PPK
merupakan tugas Kasek Panwas Kab/kota
yang bertanggungjawab atas penggunaan
dana. Sedangkan BPP Panwas Kab/
kota adalah orang yang menampung
penerimaan, menyimpan, dan membayar
pengeluaran dana sesuai dengan bukti
pendukung yang telah diverifikasi PPK.
Sedangkan untuk dana hibah Pilgub yang
bertanggungjawab adalah BPP Provinsi”,
jelasnya.
[Alfa Yusri]
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
19
Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran
Menuju Sentra Gakkumdu yang
Profesional Tanpa Ego Sektoral
S
entra Penegakan Hukum Terpadu
(Sentra Gakkumdu) merupakan
amanat dari Undang-Undang kepada Bawaslu, Polri, dan Kejaksaan Agung
untuk membentuk sebuah forum penanganan tindak pidana pemilu/pemilihan.
Forum yang sudah terbentuk beberapa
kali dalam beberapa pagelaran pemilu/
pilkada di Indonesia ini, belum dapat dikatakan sukses atau berhasil karena ada
beberapa kendala yang menjadi hambatan
optimalnya Sentra Gakkumdu.
Belum dapat dikatakan berhasil, karena Sentra Gakkumdu belum menemukan
formula yang efektif dalam menangani
tindak pidana pemilu/pemilihan. Salah
satu kelemahan mendasar di Sentra Gakkumdu adalah perbedaan pemahaman terhadap penafsiran pidana pemilu/pemilihan.
Seringkali,
kepolisian
berbeda
pendapat soal alat bukti yang dipenuhi
oleh pengawas pemilu. Begitu juga sebaliknya, pengawas pemilu berharap
rekomendasinya terhadap suatu tindakan
pidana pemilu harus dipenuhi oleh kepolisian untuk diselanjutnya diserahkan
pada tingkat penuntutan.
Ketua Bawaslu Muhammad, dalam
Rapat Koordinasi Sentra Gakkumdu bersama Bawaslu, Kepolisian, dan Kejaksaan di Ancol, awal Juli lalu mengatakan
bahwa Panwas sangat keberatan jika dituntut oleh kepolisian untuk memenuhi
dua unsur alat bukti yang dimaksud dalam
penyidikkan. Pasalnya, Panwas tidak memiliki kewenangan untuk memaksa orang
hadir dalam klarifikasi yang dilakukan
kepolisian.
“Beda dengan Kepolisian yang memiliki sifat ‘memaksa’ orang untuk
memenuhi panggilan penyidik. Sifat
klarifikasi hanyalah undangan, jadi ketidakhadiran tidak mempengaruhi,” tutur
Muhammad.
Dia juga menambahkan bahwa Bawaslu dan jajarannya tidak dilatih untuk
menjadi seorang penyidik atau penuntut.
Sehingga ia meminta agar dalam Sentra
Gakkumdu, Kepolisian dan Kejaksaan
memahami peran Pengawas Pemilu.
20
HUMAS
Ketua Bawaslu RI, Muhammad memukul gong tanda dibukanya Rapat Koordinasi
Nasional Sentra Penegakkan Hukum Terpadu Tahap I dalam rangka Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota Tahun 2015, 8 Juli 2015.
“Saat klarifikasi saja, Panwas sudah kalah
mental dengan kuasa hukum orang yang
berkasus,” jelas Muhammad.
Rakor Sentra Gakkumdu dilaksanakan
dalam rangka penyamaan persepsi antara Bawaslu, Kepolisian, dan Kejaksaan.
Dalam Rakor ini selain mengungkap masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan Pilkada ke depan, Sentra Gakkumdu juga diupayakan agar lebih efektif
dalam penanganan pidana pemilihan.
Sementara itu, usai acara Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim)
Mabes Polri, Irjen (Pol) Johny Mangasi
Samosir mengatakan, keluhan yang disampaikan Ketua Bawaslu sangat wajar
dan harus diperhatikan oleh Kepolisian
dan Kejaksaan. Oleh karena itu, ia meminta kepada seluruh elemen dari Sentra
Gakkumdu agar memberikan perhatian
terhadap perbedaan persepsi antara Pengawas pemilu dengan penegak hukum.
Sementara itu, Kapolri Jenderal (Pol)
Badrodin Haiti mengatakan agar masingmasing lembaga dalam Sentra Gakkumdu
menjaga integritasnya namun tidak mementingkan ego sektoral. “Sentra Gakkumdu bukan hal yang mudah. Tapi ini
bukan hambatan. Saya himbau komitmen
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
dan tekad kinerja terbaik dan menghilangkan ego sektoral menuju Sentra Gakkumdu yang profesional,” ujar Badrodin.
Selanjutnya, ia juga meminta agar
masing-masing anggota Sentra Gakkumdu memberdayakan posko dengan baik.
Dengan begitu maka, akan nada peningkatan koordinasi dan komunikasi. Untuk
menghindari komplain atas pengaduan
yang disampaikan masyarakat, ia juga
meminta agar anggota Sentra Gakkumdu
memedomani mekanisme pelaporan atau
temuan dan terus mengasah kemampuan.
“Saya juga mengimbau Forum Sentra
Gakkumdu untuk selalu mengikuti
perkembangan pemilihan kepala daerah
dengan seksama dengan mengupdate
berita-berita terbaru seputar tahapan
Pilkada,” jelasnya.
Lebih lanjut, Muhammad juga
mengimbau kepada lembaga-lembaga di
forum Sentra Gakkumdu untuk memaknai forum sebagai satu lembaga utuh dan
tak terpisah-pisahkan. Sehingga apapun
yang terjadi dalam Sentra Gakkumdu bukan menjadi kegagalan atau kesuksesan
satu lembaga saja, namun menjadi tanggung jawab bersama.
[Falcao Silaban]
Divisi Sosialisasi, Humas dan Kerjasama Antar Lembaga
Bawaslu Perkuat Kerja Sama dengan
Kepolisian dan Kejaksaan
Menjelang pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota
(Pilkada) serentak 9 Desember mendatang,
Bawaslu memperkuat kerja sama dengan
pihak-pihak yang tergabung dalam Sentra
Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu),
yang terdiri dari Kepolisian dan Kejaksaan.
Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah
menegaskan, Bawaslu, Kepolisian, dan
Kejaksaan, harus bekerja sama dalam
satu atap sehingga terlihat lebih kolektif
kolegial. Dengan begitu, penanganan kasus
(pidana pemilu) akan lebih cepat diusut
sampai ke pengadilan.
Agar ideal, menurutnya Sentra Gakkumdu harus dibentuk seperti sebuah lembaga semi-otonom sehingga administrasi
pun dilakukan dalam satu atap dan tidak
lagi terpecah-pecah seperti sebelumnya.
“Ini bisa membuat roda Sentra Gakkumdu
berjalan dengan baik,” ujarnya.
Nasrullah juga sepakat nantinya, Sentra
Gakkumdu di tingkat pusat dapat bersamasama melaksanakan supervisi forum yang
sama di tingkat provinsi dan kabupaten/
kota. “Bahkan, jika diperlukan forum Sentra Gakkumdu di atasnya dapat mengambil alih kasus-kasus yang dianggap cukup
serius,” tegas Nasrullah.
Namun untuk mewujudkan itu semua,
Memorandum of Understanding (MoU)
antara Bawaslu dan Kepolisian serta Kejaksaan perlu direvisi. Hal tersebut disebabkan adanya kendala di lapangan terkait
pelaksanaan kesepakatan bersama yang
sudah dirumuskan dan menjadi landasan
Sentra Gakkumdu untuk penyelenggaraan
Pileg dan Pilpres masih dianggap tidak
dapat digunakan dalam penyelenggaraan
Pilkada serentak tahun 2015.
Sebagaimana diungkapkan Kepala
Bagian Temuan dan Laporan Sekretariat
Jenderal Bawaslu RI, Yusti Erlina, sejak
dimulainya tahapan Pilkada, sudah ada beberapa kasus yang ditemukan oleh Panwas
maupun yang dilaporkan ke Panwas yang
perlu ditangani.
“Pada rapat kerja teknis yang dihadiri
Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota beberapa waktu lalu, beberapa
Panwas Kabupaten/Kota melaporkan jika
ada pihak kepolisian di suatu daerah yang
tidak menindaklanjuti laporan Panwas dengan alasan belum ada kesepakatan bersama
mengenai Sentra Gakkumdu ini,” ungkap
Yusti dalam Rapat Pembahasan MoU Sentra Gakkumdu bersama Kepolisian dan Kejaksaan di Kantor Bawaslu pada awal Juli
lalu.
Oleh sebab itu, Yusti mengharapkan
perlu adanya pembahasan terkait kes-
epakatan bersama yang sudah ada untuk
dilakukan revisi yang disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. “Peraturan perundang-undangan kita
mengalami perubahan maka kesepakatan
bersama ini juga perlu direvisi karena perlu
disesuaikan dengan aturan yang berlaku,”
terangnya.
Jika memang kesepakatan bersama ini
belum bisa diperbaharui, sambung Yusti,
diharapkan ada surat edaran dari pusat,
khususnya dari pihak kepolisian yang
dikirimkan kepada tiap daerah agar dapat
menghidupkan Sentra Gakkumdu sebagaimana mestinya.
Ditambahkan Rudi Setiawan dari
Bareskrim Kepolisian, Sentra Gakkumdu
ini perlu lebih aktif menghadapi pengaduan
dari masyarakat. Ia mengatakan pihaknya
akan membuat tim kecil untuk membahas
usulan terkait revisi kesepakatan bersama
Sentra Gakkumdu ini.
“Kami akan bahas lagi terlebih dahulu
dan laporkan ke pimpinan. Jika memang
pada akhirnya belum bisa selesai kesepakatan bersama yang baru maka kami akan
sampaikan kepada jajaran yang ada di daerah untuk segera menindaklanjuti laporan
yang masuk terkait pelanggaran Pilkada,”
tegasnya.
[Pratiwi Eka P]
HUMAS
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
21
Persoalan Daftar Pemilih di Pilkada
Kendati terus dilakukan upaya perbaikan, soal daftar pemilih masih saja menjadi
salah satu hal yang mendapat sorotan negatif dari pemilihan ke pemilihan.
Temuan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) maupun laporan masyarakat
menyebutkan beberapa permasalahan seperti pemilih fiktif, pemilih ganda, telah
meninggal dunia, pemilih yang tidak memenuhi syarat, sementara ada orangorang yang memenuhi syarat tetapi justru tidak masuk dalam daftar pemilih yang
disusun Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lewat Undang-Undang tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota teranyar, berbagai masalah seputar daftar pemilih
untuk pelaksanaan pilkada serentak 2015 coba dibenahi.
Anggota Bawaslu RI, Daniel Zuchron
Panwas Terus Potret Kesiapan KPU Daerah
Terkait perbedaan jumlah DPT Pilpres 2014 dengan DP4 Pilkada, Pimpinan
Bawaslu RI Daniel Zuchron mengatakan
bahwa Bawaslu telah melaksanakan pengawasan melekat, yakni pengawas Pemilu
berkoordinasi langsung dengan KPU. Jadi,
Panwas memastikan pelaksanaan seluruh
prosedur dan ketaatan penyelenggara Pemilu secara melekat.
Selain pengawasan melekat, Bawaslu
j u g a
22
melakukan pengawasan dan audit dokumen. Jadi Panwas harus memiliki histori
data KPU. Hal ini untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan terburuk, misalnya dalam konteks ini terjadi mobilisasi
dan lain hal. Pengawasan lainnya dilakukan lewat penelusuran.
Guna memastikan persoalan daftar pemilih sampai pada derajat yang lebih presisi, Bawaslu sudah mendapatkan DP4,
tetapi panitia pengawas (Panwas) juga
terus melakukan pengawasan data. Jangan
sampai pemerintah daerah ketika data sudah diserahkan ke pemerintah pusat namun
masih ada laporan data yang tidak benar.
Daniel selaku Koordinator Divisi
Pengawasan
Bawaslu
mengatakan,
Bawaslu sudah menugaskan kepada para
Panwas untuk menelusuri histori data di
tiap daerahnya. Karena mereka bukan
PPDP
(Petugas Pemutakhiran
Data Pemilih), tapi mereka
adalah pengawas yang akan
menunjukkan gejala-gejala
anomali yang mungkin
bisa dicegah sejak dini.
“Tapi jika itu ada persoalan
misalnya laporan Pemda terkait data
kependudukan yang tidak benar/
sesuai kepada pemerintah pusat, maka
hal ini harus ditindaklanjuti,” tegasnya.
Meskipun secara formal data DP4
Pilkada sudah diserahkan ke KPU yang
berjumlah 102.068.130 pemilih untuk 269
daerah yang akan melaksanakan Pilkada,
namun pengawas Pemilu akan terus memastikan di lapangan.
Daniel juga mengingatkan kepada
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri bahwa jika
daerah melaporkan DP4 yang tidak sesungguhnya kepada pemerintah pusat, maka
kemungkinan KPU juga tidak akan bisa
maksimal dalam penyelenggaraan Pilkada. Karena pengawas Pemilu juga sedang
memotret persiapan KPU daerah terkait
proses pemutakhiran data pemilih yang
akan dimulai pada tahapan pencocokan
dan penelitian (Coklit) tanggal 15 Juli 19 Agustus 2015. Artinya sebelum tanggal
pelaksanaan Coklit, KPU harusnya sudah
membentuk PPDP (petugas pemutkhiran
data pemilih).
Dari beberapa laporan yang ada, sebenarnya perencanaan KPU terhadap kegiatan pemutakhiran nanti dengan mempersiapkan petugas PPDP masih belum
maksimal. “Jadi PPDP kita potret juga
terkait kesiapan KPU untuk melakukan
pemutakhiran. Jika PPDP tidak siap, maka
pastinya nanti mereka tidak akan mampu
membersihkan data pemilih yang sudah
dikonsolidasi oleh KPU, tetapi akan ditarik
lagi ke sumber DP4”.
Bawaslu berharap meskipun pemerintah sudah menyelesaikan tugasnya, namun
ke depan untuk Pilkada selanjutnya agar
secara bersama memastikan bahwa pemerintah menyerahkan DP4 berikutnya kepada
daerah yang akan melaksanakan Pilkada
harus belajar dari yang sekarang. Sehingga
pemerintah sudah mendapatkan gambaran
dan view dan nantinya regulasi yang dibuat
pemerintah bisa membantu penyelenggara.
(Ali Imron)
Koordinator JPPR, Maskurudin Hafidz
Jangan Sampai Data Pemilih Pilkada Lebih Buruk Dari Pilpres
Menanggapi perbaikan atas perbedaan
jumlah data pemilih dalam Daftar Pemilih
Tetap (DPT) Pemilihan Presiden tahun
2014 dengan Daftar Penduduk Potesial
Pemilih Pemilihan (DP4) Pemilihan Kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2015,
koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih
untuk Rakyat (JPPR) Maskurudin Hafidz
mengatakan bahwa perbaikan data pemilih
itu sangat penting. Dalam konteks ini dua
lembaga ini (KPU dan Kemendagri) sesungguhnya tidak perlu menyajikan data
mana yang valid dan mana yang benar.
Karena kedua lembaga sebenarnya bisa
saling mengisi.
Bagi Kemendagri dengan adanya data
pemilih itu bisa menvalidasi data kependudukan, termasuk juga bagi KPU bisa
mendapatkan data yang valid dari data
kependudukan untuk data pemilih, semua
saling sinkronisasi saja.
Karena waktu untuk Pilkada masih
panjang, kata Hafidz, maka KPU, Bawaslu
dan Kemendagri bisa saling berkoordinasi
yang sama-sama memiliki niat untuk lebih
baik. Intinya jangan sampai data pemilih
Pilkada itu lebih buruk dari Pilpres, karena
kita menanggapi data Pilpres itu lebih baik
daripada data Pemilu atau Pilkada sebelumnya.
Jadi harus ada perbaikan terus menerus
kuncinya koordinasi tiga lembaga tersebut. Jangan sampai ada pemilih yang berhak memilih tapi dia tidak bisa memilih
gara-gara datanya kurang valid,” tandasnya. (Ali Imron)
www.kronosnews.com
Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arief Fakhrullah
Pemutahkhiran Bukan untuk Merubah Elemen Data
Pemutakhiran daftar pemilih untuk
pemilihan kepala daerah 2015 tengah berjalan. Namun beberapa masalah disinyalir
menjerat persoalan daftar pemilih dan
dikhawatirkan mengancam hak konstitusional warga. Dirjen Kependudukan dan
Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri
Zudan Arief Fakhrullah mengatakan bahwa kependudukan ini sangat dinamis, artinya ada yang lahir, mati, usianya menjadi
hak pilih, pindah, dan pergi sehingga perlu
adanya pemutakhiran.
Untuk Pilkada, Pemerintah menggunakan dua alat, yakni Data Agregat
Kependudukan Per Kecamatan (DAK2)
dan Daftar Penduduk Potesial Pemilih Pemilihan (DP4).
Zudan mengatakan apa yang dibutuhkan dalam Pilkada adalah ketunggalan
atau keseragaman data. Maka mekanisme
yang dipakai adalah Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil (Dukcapil) kabupaten/
kota mengirimkan data ke Dukcapil Depdagri, kemudian dikonsolidasikan/dimutakhirkan oleh Depdagri dan kemudian
Mendagri mengirim ke KPU. Dari KPU
dikirim ke KPU masing-masing sesuai
jenjangnya.
Pola ini berbeda dari sebelumnya.
Dulu DP4 diambil dari Pemda, kemudian
diberikan ke KPU Kabupaten/Kota. Lalu
pemerintah pusat memberi ke KPU.
Mekanisme
yang
saat ini digunakan sesuai
dengan Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2013
tentang
administrasi
kependudukan (perubahan) pasal 58 bahwa
seluruh data yang digunakan untuk perencanaan
pembangunan, anggaran,
data
program-program
itu bersumber data dari
Kemendagri. Ia menambahkan bahwa titik penting pemerintah, KPU
dan Bawaslu adalah mempunyai konsen
yang sama agar warga negara yang sudah
memenuhi syarat untuk memilih tidak kehilangan hak konstitusionalnya. Maka ketiga lembaga ini terus menjalin hubungan
dan menyiapkan instrumen yang paling
tepat misalnya untuk pemutakhiran data.
Mengenai adanya perbedaan jumlah
data pemilih antara DPT Pilpres 2014 dengan DP4 yang dipakai dalam Pilkada 2015
ini, Zudan menjawab bahwa pemutakhiran data itu intinya adalah untuk mencocokkan dengan kondisi nyata di lapangan,
bukan untuk merubah elemen data. Di
www.mahkamahkonstitusi.go.id
dalam proses verifikasi bisa bertambah
dan bisa berkurang. “Jadi, pemutakhiran
data pemilih adalah menambah dan/atau
mengurangi calon pemilih sesuai dengan
kondisi nyata di lapangan, bukan untuk
merubah elemen data yang bersumber dari
DP4,” paparnya.
Zudan juga mengatakan bahwa Kemendagri sudah memberikan instrumen
pemutakhiran data kepada KPU atau petugas pemutakhiran, agar bisa melakukan
pemutakhiran data dengan nyaman dan
menjadi panduan seragam seluruh Indonesia.
(Ali Imron)
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
23
Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti
Prioritaskan
Pemberantasan
Korupsi
Nama Jenderal Pol Badrodin
Haiti tidak pernah lalu lalang
dalam bursa pemilihan Kepala
Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Kapolri). Namun
akhirnya, rakyat dan Presiden
RI Joko Widodo memercayakan
amanat sebagai orang nomor
satu di Polri kepada Badrodin.
Sebagai Wakil Kapolri (2014-April
2015), Badrodin praktis diangkat sebagai
Pelaksana Tugas (Plt) Kapolri menggantikan Kapolri Jenderal Sutarman. Perwira
tinggi asal Jember, Jawa Timur itu memulai karirnya sebagai anggota kepolisian
pada 1982 setelah lulus dari Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) dan merupakan lulusan
terbaik peraih Adhi Makayasa di angkatanya.
Gelar lulusan terbaik juga diraih pria
kelahiran 24 Juli 1958 itu di Perguruan
Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun
1989 (dengan penghargaan Adhi Wira)
dan di Lemhanas KRA 36 Tahun 2003
(dengan penghargaan Wibawa Seroja Nugraha).
Prestasi Badrodin tidak hanya ditunjukkan saat mengeyam pendidikan
kepolisian dan kepemimpinan. Mantan
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Utara itu juga mengukir prestasi
yang menuai banyak pujian saat menjabat
sebagai Kapolda Sulawesi Tengah (20062008). Kala itu, tangan dingin Badrodin
24
dipercaya sebagai salah satu jalan yang
mendamaikan Poso yang telah lama dilanda konflik horizontal dan tindak kekerasan.
Pada 2006, ia menggantikan posisi
Oegroseno sebagai Kapolda Sulawesi
Tengah dengan memiliki tugas yang cukup berat di Poso. Untuk menangani
konflik itu, Badrodin selalu melakukan
pendekatan langsung ke masyarakat di
daerah konflik tersebut dan memilih berkantor di Polres Poso daripada di balik
meja kantornya di Polda Sulawesi Tengah
di Palu.
Keputusan untuk blusukan dan berkantor di Polres Poso dinilai sejumlah
pihak sebagai keputusan yang tepat untuk menuntaskan konflik dan tindak kekerasan di Tanah Sintuvu Maroso.
Dengan pendekatan yang dilakukannya, konflik panjang yang berlangsung
di Poso terbukti reda pada 2007. Prestasi
Badrodin itu mengubah citra Polri dan
menyulap sikap pesimistis rakyat di Poso
akan tugas Polri dalam mengamankan
konflik dan tindak kekerasan.
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
Setelah menyelesaikan tugasnya di
Sulawesi Tengah, Badrodin ditarik ke
Mabes Polri pada 2008 untuk menduduki jabatan sebagai Direktur I Bareskrim
Polri.
Satu tahun bertugas di Bareskrim
Polri, Badrodin kembali dimutasi sebagai
Kapolda Sumatera Utara dan kemudian
ditarik lagi ke Mabes Polri dengan jabatan
Kepala Divisi Hukum Polri.
Pada 2010, nama Badrodin diterpa
isu tidak sedap. Setelah sebelumnya namanya dikenal public sebagai juru damai
Poso, kali itu Badrodin kembali diingat
masyarakat karena dugaan kepemilikan
rekening gendut.
Tetapi, kabar tersebut tidak menghalangi karirnya, pada 2011, dia malah
dipromosikan menjadi dimutasi menjadi
Kapolda Jatim. Hanya, jabatan tersebut
bertahan beberapa bulan saja karena ia
kemudian dimutasi menjadi staf ahli Kapolri.
Karir Badrodin kemudian berlanjut
menjadi Asisten Operasi Kapolri dan kemudian menjadi Kepala Badan Pemeli-
haraan Keamanan (Kabaharkam) Mabes
Polri. Pada akhir Februari 2014, Jenderal Sutarman menunjuk Badrodin sebagai Wakapolri menggantikan Komjen
Oegroseno yang memasuki masa pensiun.
Nasib baik memang menimpa Badrodin. Setelah Presiden Jokowi membatalkan pelantikan Budi Gunawan sebagai
Kapolri, Jokowi malah mengajukan
Badrodin Haiti sebagai calon Kapolri.
Dalam uji kepatutan dan kelayakan
calon Kapolri di hadapan Komisi III DPR,
Badrodin menyatakan komitmennya pada
delapan hal. Yaitu, menjaga integritas,
soliditas, membangun sinergi polisional,
kesinambungan, kepemimpinan transformatif, pembinaan internal, pelayanan
prima, dan taat azaz.
Dia menyatakan, tugas polisi tidak
hanya menangani korupsi. Polisi juga
bertanggung jawab menanggulangi kejahatan terorisme, narkoba, kecelakaan lalu
lintas, kejahatan jalanan dan tinak pidana
lainnya. “Namun, saya setuju pemberantasan korupsi diprioritaskan. Di Polri kini
ada Direktorat Tindak Pidana Korupsi di
Bareskrim. Direktorat itu akan diperkuat
dengan menguatkan anggaran dan pera-
latan yang sejalan dengan penguatan target operasi,” katanya. [Deytri]
PROFIL
Nama: Badrodin Haiti
Tempat/Tanggal Lahir: Jember/
24 Juli 1958
PENDIDIKAN
1982: Akademi Kepolisian
1989: Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
1998: Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian
2003: Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia
KARIR
1983: Kasubro Ops Polres Metro Depok
Polda Metro Jaya
1983: Kapolsek Pancoran Mas Polres
Metro Depok Polda Metro Jaya
1984: Kabin Info PPKO Polda Metro Jaya
1985: Kabag Min Polres Aileu Polwil
Timor Timur
1990: Kasat Serse Polres Metro Bekasi
Polda Metro Jaya
1993: Kapolsek Metro Sawah Besar
Polres Metro Jakpus Polda Metro Jaya
1994: Kasat Serse Polres Metro Jakarta
Barat Polda Metro Jaya
1995: Wakapolres Metro Jakarta Timur
Polda Metro Jaya
1996: Pabungkol Spri Kapolri
1997: Pamen Mabes Polri
1998: Paban Madya Dukminops Paban
II/Ops Sops Polri
1999: Kapolres Probolinggo Polwil
Malang Polda Jawa Timur
2000: Kapoltabes Medan
2003: Direskrim Polda Jawa Timur
2004: Kapolwiltabes Semarang Polda
Jawa Tengah
2004: Kapolda Banten
2005: Seslem Lemdiklat Polri
2006: Kapolda Sulawesi Tengah
2008-2009: Dir I Bareskrim Polri
2009-2010: Kapolda Sumatera Utara
2010: Kadivkum Polri
2010-2011: Kapolda Jawa Timur
2011: Sahli Kapolri
2011-2013: Asops Kapolri
2013-2014: Kabaharkam
2014-Januari 2015: Wakapolri
Januari-April 2015: Plt Kapolri
April 2015-sekarang: Kapolri
FOTO: HENDRU WIJAYA
BULETIN BAWASLU
BAWASLU || EDISI
EDISI 7,
7, JULI
JULI 2015
2015
BULETIN
25
Rakernis Matangkan Penanganan
Pelanggaran dan Sengketa Pilkada
HUMAS
Untuk lebih mematangkan kesiapan
dalam penanganan pelanggaran dan
sengketa dalam pelaksanaan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil
Walikota (Pilkada) serentak 9 Desember
2015 mendatang, Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu) menggelar rapat kerja
teknis (rakernis) bagi Bawaslu provinsi
dan Panwas Kabupaten/Kota pada akhir
Juni dan awal Juli 2015. Rakernis tahap
I dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara
Barat dan rakernis tahap II dilaksanakan
di Provinsi Kepulauan Riau.
Pimpinan Bawaslu RI Nelson
Simanjuntak mengharapkan keseriusan
para pengawas Pemilu, baik di jajaran
Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/
Kota, hingga ke pengawas TPS, dalam
mencegah dan menangani adanya
pelanggaran ataupun sengketa dalam
proses Pilkada.
“Sebisa mungkin kita cegah terjadinya
pelanggaran dan sengketa. Kalaupun
terjadi, pengawas Pemilu harus sigap
dalam mengatasinya,” tegas Nelson.
Nelson mengarahkan kepada semua
jajaran pengawas Pemilu untuk aktif
berkoordinasi dengan KPU. “Sejauh ini
koordinasi ke KPU mengenai penanganan
pelanggaran administrasi Pemilu sudah
26
cukup baik. Semua ini harus kita
lanjutkan. Begitupun di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota. Antara Bawaslu
dan KPU harus terjalin koordinasi yang
baik, jangan terkesan kejar-kejaran seperti
kartun anak-anak Tom & Jerry,” jelasnya.
Para pengawas Pemilu ini dibekali
tata cara penanganan pelanggaran yang
juga hampir serupa dengan proses
penanganan tindak pidana yang dilakukan
oleh aparat kepolisian. Kompol Nur
Said dari Bareskrim Polri memberikan
gambaran terkait upaya penanganan
tindak pidana yang juga berkaitan dengan
penanganan pelanggaran Pemilu. Nur
Said menegaskan, dalam pengawasan,
menangani pelanggaran, apalagi ketika
”
Sebisa mungkin kita cegah
terjadinya pelanggaran dan
sengketa. Kalaupun terjadi,
pengawas Pemilu harus sigap
dalam mengatasinya
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
”
Nelson Simanjuntak
Pimpinan Bawaslu RI.
melakukan pemeriksaan atau dalam
menjalankan hal tersebut dikenal dengan
istilah klarifikasi.Pengawas Pemilu harus
memiliki sifat pemberani.
“Ketika memeriksa orang, kita harus
berani. Jangan sampai orang yang kita
periksa justru lebih mengusai kita.
Hasilnya pemeriksaan atau klarifikasi
tidak maksimal,” tegasnya.
Ia juga mengarahkan para pengawas
Pemilu untuk mengawasi segala materi
yang berkaitan dengan penanganan
pelanggaran. “Segala prosesnya harus
dipahami terlebih dulu. Begitu juga
dengan segala yang berkaitan dengan
pelanggarannya, laporannya seperti apa,
alat buktinya, waktu prosesnya, dan
lainnya,” terangnya.
Para peserta rakernis ini juga dibekali
praktek penanganan pelanggaran secara
langsung. Dipandu oleh Tenaga Ahli
dan Tim Asistensi Bawaslu RI, para
peserta melakukan simulasi penanganan
pelanggaran atas kasus yang terjadi dalam
penyelenggaraan Pemilu. Dalam simulasi
tampak para pengawas ini serius dalam
menangani dugaan pelanggaran yang
terjadi. Diharapkan keseriusan ini juga
terus dipertahankan hingga pelaksanaan
Pilkada serentak maupun Pilkada
selanjutnya. [Pratiwi EP]
Dicurigai Ada Upaya Pelemahan Pengawasan Pilkada
Provinsi Jawa Timur dalam
sejarah pemilihan umum selalu
menjadi barometer Pemilu
nasional
maupun
daerah.
Situasi dan kondisi perpolitikan
di wilayah Jatim sangat dinamis
sehingga menjadi sorotan
publik dan media massa.
Beberapa alasan itulah Bawaslu
RI memberikan penguatan
secara serius terhadap kerjakerja lembaga pengawas Pemilu
di Jawa Timur.
“Karena tantangan Pemilu di Jatim
berbeda dengan daerah lain, di sini tensi
dan dunamika politiknya sangat tinggi”
ujar Ketua Bawaslu RI Muhammad saat
membuka Rapat Koordinasi Persiapan Pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Jawa
Timur, Sabtu (11/7) di Kantor Sekretariat
Bawaslu Jatim, Jalan Tanggulangin 03,
Surabaya.
Salah satu persoalan jelang Pilkada
di Jatim adalah mengenai anggaran seperti yang terjadi di Kabupaten Mojokerto.
Tidak hanya di Kabupaten Mojokerto,
permasalahan sulitnya proses pencairan
anggaran Nota Perjanjian Hibah Daerah
(NPHD) juga terjadi di beberapa kabupaten di provinsi lain, diantaranya Kabupaten Lingga (Kepri), Kabupaten Sintang
dan Kabupaten Melawi (Kalbar), Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau
(Kaltara), Kabupaten Tolo-Toli (Sulteng),
Kabupaten Asmat, Kabupaten Supiori dan
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Mamberamo Raya dan Kabupaten Yahukimo (Papua). Muhammad menilai bahwa bohong besar jika ada Bupati/Walikota
yang mengaku tidak punya anggaran atau
defisit karena Bawaslu mengetahui dan
memiliki semua data APBD setiap daerah
di Indonesia. “Bohong besar juga pemerintah daerah tidak punya cara melakukan
revisi anggaran, karena Bawaslu dan Kemendagri sudah memberi jalan keluar terbaik,” imbuhnya.
“Kalau misalnya ada praktek-praktek
kabupaten/kota dengan indikasi seperti itu
berarti ada indikasi politik dan Pengawas
Pemilu tidak boleh diam, harus dilawan”
HUMAS
Ketua Bawaslu RI, Muhammad didampingi Pimpinan Bawaslu Endang Wihdatiningtyas,
Sekjen Bawaslu Gunawan Suswantoro, Kepala Biro Administrasi, Adhi Santoso memberikan pengarahan saat berkunjung ke kantor Bawaslu Provinsi Jawa Timur.
tegasnya. Menurutnya hal itu merupakan bagian dari modus politik dan upaya
pelemahan pengawasan.
Ia menandaskan, jika memang tidak
ada itikad serius dari pemeritah daerah 12
kabupaten/kota dimaksud, maka Bawaslu
akan merekomendasi 12 Kabupaten/Kota
tersebut supaya tidak ikut Pilkada 2015.
“Yang bisa merekomendasi penundaan
Pilkada bukan hanya KPU, tapi juga Bawaslu. Hal ini sesuai pernyataan undangundang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu,” ujarnya.
Untuk pengawas Pemilu di Jatim secara
umum fungsi pengawasan yang standar
sudah siap 90 persen. Sehingga tidak ada
alasan bagi daerah yang sudah terfasilitasi
kebutuhan dasarnya untuk tidak bekerja
optimal. Bila besok ada problem pengawas
bahwa tidak berintegritas dan tidak profesional dalam pengawasan Pilkada, maka
publik akan mengkritik dan menuntut dengan keras atas fungsi dan kinerja Panwas.
Karena pengawas Pilkada sudah difasiltasi
dengan baik, ujar Muhammad.
Guru besar Universitas Hasanuddin
Makassar ini menilai bahwa Pemda yang
terlalu baik juga perlu dicurigai. Kalau
semua kebutuhan yang diminta Panwas difasilitasi dan dikasih berlebih oleh Pemda,
hal itu patut dicurigai. “Jangan sampai
fasilitas berlebih itu menggoda integritas
pengawas Pemilu. Karena sudah semua
fasilitasi dan yang dibutuhkan diberi ber-
lebih, sehingga Pilkada besok pada saat
incumbent melakukan pelanggaran, membuat anda (pengawas Pilkada) tutup mata
dan tutup report,” tuturnya.
Muhammad juga meminta kepada
Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan
Suswantoro untuk membuat matriks tentang daerah yang anggarannya di atas angin (berlebih). Hal ini dilakukan Bawaslu
karena ingin melihat seperti apa progres
pengawasan Panwas pada penyelenggaraan Pilkada di daerahnya masing-masing.
Ia berharap kepada Panwas yang anggarannya terfasilitasi dengan baik dan mudah
itu benar-benar mensupport efektivitas dan
komitmen integritas Panwas dalam pengawasan Pilkada. “Tapi ternyata hal itu
justru menjadi lubang maut bagi Panwas,
sehingga tidak bisa bekerja dengan netral
dan hanya diam, maka saya anggap itu kejahatan pengawas Pemilu, dan itu di atasnya pelanggaran etik” tegasnya.
Fasilitasi pemerintah daerah kepada penyelenggara Pemilu adalah kewajiban dan
itu merupakan perintah undang-undang.
“Yang harus kita lawan dan harus diperjuangkan kalau Pemda tidak memfasilitasi
Panwas” tandasnya.
Muhammad juga berpesan kepada seluruh Panwas Kabupaten/kota di Jatim untuk terus membangun semangat, komitmen
kebersamaan, integritas dan tetap solid terhadap Bawaslu Provinsi Jatim yang saat ini
sedang mendapat ujian. [Ali Imron]
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
27
Ketua Bawaslu Supervisi
Tahapan Pencalonan di Kota Palu
Ketua Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) RI, Muhammad didampingi
Ketua Bawaslu Provinsi Sulawesi
Tengah (Sulteng), Ratna Dewi Pettalolo
dan Anggota Bawaslu Provinsi Sulteng,
Asrifai beserta sejumlah staf melakukan
supervisi tahapan pencalonan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah di
Kota Palu, Sulteng, Selasa (28/7). Dalam
kesempatan tersebut Ketua Bawaslu
mengamati langsung pendaftaran calon
Walikota dan Wakil Walikota Palu.
“Bawaslu RI datang di Kota Palu
untuk mengamati persiapan yang
dilakukan KPU dan Panwaslu Kota Palu,”
terang Muhammad saat berkunjung ke
KPU Kota Palu.
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
menetapkan setiap pemilihan kepala daerah (Pilkada) paling
sedikit harus diikuti
oleh dua pasangan
calon. Namun jika
ada daerah yang masih belum memiliki
dua pasangan calon,
maka akan diberikan
tambahan waktu selama 3 kali 24 jam.
Sebelum perpanjangan masa pendaftaran
Christina Kartika
Ketua Bawaslu RI, Muhammad diwawancara sejumlah wartawan tersebut dibuka, KPU
mesti
melakukan
di Kota Palu
sosialisasi terkait perpanjangan tersebut
kepada Bawaslu Provinsi, Panwaslu, Partai Politik, dan pihak lain yang dianggap
perlu, serta mengungumkan kepada masyarakat melalui laman KPU Provinsi atau
KPU Kabupaten/Kota atau media.
Ketua Bawaslu RI, Muhammad menerangkan KPU dan Bawaslu masih memberikan kesempatan selama tiga hari
dengan harapan minimal ada dua calon
dalam Pilkada yang memenuhi unsur persyaratan di KPU. Selanjutnya Muhammad mengatakan Bawaslu sebagai badan
analisis pemilu memberikan pengawasan
khusus dalam rangka mengantisipasi kemungkinan yang terjadi dalam dinamika
politik. “Jadi Bawaslu berharap dihari
terakhir ini semua partai politik menggunakan kesempatan ini dengan sebaikbaiknya,” harapnya. Untuk pilkada Kota
Palu sendiri tidak memerlukan perpanjangan masa pendaftaran. Pasalnya terdapat
empat pasangan calon yang telah mendaftarkan diri ke KPU Kota Palu. [Christina
Kartika]
Dukungan Calon Perseorangan Rawan Pelanggaran
Ketua Bawaslu Provinsi Jawa Barat
Harminus Koto mengatakan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
Walikota secara serentak 2015 berpotensi
terjadi sejumlah pelanggaran. Harminus
menyebutkan potensi pelanggaran salah
satunya ada pada tahapan pencalonan lewat jalur perseorangan yang saat ini tengah
berjalan.
“Fenomena pemalsuan tanda tangan,
dukungan ganda, serta data dukungan
yang tidak lengkap sangat mungkin terjadi
pada tahapan pencalonan perseorangan,”
ujarnya dalam sambutan sekaligus membuka acara Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota
Kerjamasa dengan OMS dan Perguruan
Tinggi di Hotel Wiwi Perkasa Kabupaten
Indramayu, Jumat (19/6).
Harminus menuturkan, potensi pelanggaran dalam tahapan pilkada serentak 2015
harus menjadi fokus perhatian, terutama
pada tahapan pencalonan. Dalam UU No-
28
mor 8 Tahun 2015, terdapat
dua persyaratan dukungan
calon perseorangan yakni,
fotokopi e-KTP dan surat
pernyataan dukungan. Calon
perseorangan harus bekerja
lebih keras karena UU Pilkada menaikkan syarat jumlah
dukungan minimal bagi calon
perseorangan untuk bisa berpartisipasi. Dari sebelumnya
antara 3–6,5 persen menjadi
6,5–10 persen dari jumlah
penduduk.
Menurutnya jika hal ini tidak diantisipasi sejak dini maka pelanggaran yang
nantinya akan timbul dapat mengakibatkan
terhambatnya proses pencalonan dan dapat
mengganggu jadwal tahapan yang sudah
ditentukan.
Selanjutnya Harimus menjelaskan sebagai salah satu antisipasi terhadap potensi
pelanggaran tersebut pengawas melakukan sosialisasi secara aktif yaitu dengan
melakukan pengawasan partisipatif. Hal
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
itu untuk memberikan pemahaman yang sama terkait
tugas pengawas pemilu dan
peran serta aktif seluruh elemen mahasiswa, ormas, dan
masayarakat.
Harminus meyakini melalui sosialisasi diharapkan
ada pemahaman masyarakat
dan menjadi sebuah informasi yang mengalir. Sehinggoogle.com
ga masyarakat mengetahui,
larangan-larangan yang berpotensi terjadi pada tahapan pemilu. Selain
tahapan pencalonan, yang rawan pelanggaran dalam tahapan pemilukada adalah periode pemungutan hingga rekapitulasi suara.
“Saya sangat berharap kepada bapak
dan ibu sekalian, selain berpartisipasi
memberikan suara ke bilik juga bisa berpartisipasi dalam bentuk penindakan,
melaporkan pelanggaran dan mengawasi
setiap tahapan pemilukada ditempat bapak
dan ibu masing-masing,” kata dia.
[Bawaslu Provinsi Jabar]
Feature
Tingkatkan Disiplin dan
Kebersamaan Pasca Lebaran
Lebaran memang menjadi momen
yang paling ditunggu bagi seluruh umat
muslim untuk bisa berkumpul bersama
keluarga. Begitu pun yang dirasakan
para pegawai di lingkungan Sekretariat
Jenderal Bawaslu RI. Selama enam
hari diberi libur cuti bersama Lebaran,
para pegawai banyak yang pulang ke
kampung halaman.
Meski dirasa cukup singkat, hari
pertama aktif kerja pasca libur cuti
bersama Lebaran, para pegawai ini
tetap masuk kerja seperti biasa di
tanggal 22 Juli 2015. Sebagaimana
yang diungkapkan Sekretaris Jenderal
Bawaslu RI Gunawan Suswantoro pada
apel Senin pagi sebelum libur Lebaran
agar pegawai disiplin, mematuhi aturan,
dan melaksanakan imbauan dengan
sebaik-baiknya. Hal tersebut berdasarkan
Keputusan Bersama Menteri Agama,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
dan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2014; Nomor 3/SKB/
MEN/V/2014; Nomor 02/SKB/
MENPAN/V/2014, tentang Hari Libur
Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2015
bahwa Cuti Bersama Idul Fitri 1436
H, jatuh pada tanggal 16, 20, dan 21
Juli 2015. Ia mengatakan, disiplin yang
dimaksud adalah setiap pegawai tanpa
terkecuali harus sudah
kembali bekerja pada 22 Juli
2015.
“Pemerintah sudah
mengeluarkan peraturan
terkait cuti bersama
menjelang lebaran. Oleh
karena itu saya tidak akan
memberikan kesempatan
untuk mengambil cuti,
kecuali yang bisa dibuktikan
dengan surat keterangan
sakit. Jadi tanggal 22 Juli
sudah masuk kembali dan
saya sendiri yang akan
kembali memimpin apel
pagi pasca libur Lebaran,”
tegasnya.
Arahan Sekretaris Jenderal Bawaslu
ini sangat dipertimbangkan oleh para
pegawai. Buktinya di hari pertama pasca
libur cuti bersama Lebaran, seluruh
pegawai, baik PNS, CPNS, maupun non
PNS langsung mengikuti apel pagi pada
22 Juli 2015.
Berbeda dengan apel biasanya, di
akhir apel ini juga dilakukan tradisi
bersalam-salaman antar seluruh
pegawai guna saling memaafkan dan
meningkatkan rasa kekeluargaan.
Tampak tidak ada jarak antara atasan
maupun bawahan, yang tua maupun
yang muda, semuanya tampak terjalin
dalam suasana yang harmonis dan penuh
kehangatan.
Dalam arahan apel, Gunawan
menyampaikan kepada seluruh pegawai
agar toleransi antar sesama pegawai yang
berbeda agama juga lebih ditingkatkan.
Jangan sampai, kata Gunawan,
harmonisasi antar umat beragama
tidak terjalin sebagaimana yang terjadi
baru-baru ini. “Toleransi yang sudah
kita bangun selama ini harus dijaga dan
ditingkatkan. Saat Lebaran kemarin,
pegawai yang nonmuslim melaksanakan
tugas piket di kantor. Begitu pun nanti
ketika perayaan Natal, pegawai yang
muslim gantian yang akan melaksanakan
tugas piket di kantor,” katanya.
Gunawan juga menegaskan kepada
seluruh pegawai untuk meneruskan
disiplin yang sudah ‘dipupuk’ selama
Ramadan kemarin. “Saat Ramadan, kita
sudah terbiasa disiplin ketika berpuasa.
Berhenti makan ketika sudah mulai
Imsak dan Subuh serta berbuka ketika
masuk Magrib. Saya harap disiplin
seperti ini juga dibiasakan dalam
menjalankan tugas di Bawaslu,” tegas
Gunawan.
Lebih lanjut Gunawan meminta
semua staf untuk bisa saling memaafkan
dan meningkatkan persaudaraan. “Mari
kita saling memaafkan dan membangun
rasa kekeluargaan kita yang lebih
kokoh,” katanya.
Sidak Kesiapan
Sementara di pekan kedua aktif kerja
pasca libur cuti bersama Lebaran, Ketua
Bawaslu RI Muhammad didampingi
Sekretaris Jenderal Bawaslu RI Gunawan
Suswantoro melakukan pemantauan
atau inspeksi mendadak (sidak) kesiapan
para pegawai dalam rangka menghadapi
Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
Walikota dan Wakil Walikota (Pilkada)
serentak. Sidak ini juga bertujuan untuk
mengecek kesiapan serta silaturahmi dan
mendengar aspirasi dari para staf yang
hadir, juga mendata jumlah
staf, baik PNS, CPNS,
maupun non PNS, yang
tercatat masuk kantor, izin,
sakit, alpa, serta cuti pada
hari tersebut.
Muhammad
mengingatkan kepada seluruh
pejabat dan staf agar tetap
mengawali kerja dengan niat
yang bersungguh-sungguh.
“Awali kerja dengan niat
sungguh-sungguh dan disertai
kedisiplinan yang tinggi
agar hasil kerja kita bisa
maksimal,” ujar Muhammad.
[Pratiwi Eka P]
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
29
Inspirasi
PEMINUM ARAK DAN PENZINA
(JANGAN MENILAI SESEORANG DARI TAMPILANNYA)
Dikisahkan bahwa suatu malam Sultan Murod ArRabi` mengalami kegundahan yang sangat, dan dia tidak
mengetahui sebabnya.
Maka Sang Sultan memanggil kepala penjaga/sipir
dan memberitahukan tentang keadaannya yang sedang
gundah,
Dan memang merupakan kebiasaan Sultan bahwa dia
sering memeriksa keadaan masyarakat/rakyatnya secara
sembunyi-sembunyi.
Maka Sultan berkata kepada Kepala Sipir : Mari kita
keluar, jalan-jalan di antara penduduk (guna memeriksa
dan memantau keadaan mereka).
Mereka pun berjalan hingga sampailah di sebuah
penghujung desa, dan Sultan melihat seorang pria
tergeletak di atas tanah.
Sultan menggerak-gerakknnya (untuk memeriksa)
dan ternyata pria tersebut telah tewas.
Namun anehnya orang-orang yang melintasi dan
berlalu lalang di sekitarnya tidak memperdulikannya.
Maka Sultan pun memanggil mereka, tapi mereka
tidak mengetahui Sang Sultan,
Mereka berseru : Ada apa?
Sultan : Kenapa pria ini tewas dan tidak seorangpun
yang membawanya? Siapa dia? Dan dimana keluarganya?
Mereka berujar : Ini orang zindiq, suka minum
khomar, pezina.
Sultan menimpali : Namun bukankah dia dari
golongan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam?
Ayo bawa dia ke rumah keluarganya.
Maka mereka pun membawanya.
Ketika sampai di rumah, istrinya pun melihatnya dan
langsung menangis.
Dan orang-orang pun mulai beranjak pergi, kecuali
Sang Sultan dan Kepala Sipir.
Di tengah tangisan si wanita (istri si mayit), dia
berseru kepada Sultan (namun wanita tersebut tidak
mengetahuinya) : Semoga Allah merahmatimu wahai
wali Allah, aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali
Allah.
Maka terheranlah Sultan Murod dengan ucapan
wanita tersebut, dan berkata : Bagaimana mungkin aku
termasuk wali Allah sementara orang-orang berkata
buruk terhadap si mayyit, hingga mereka enggan
mengurusi mayatnya.
(Penjaga, Sultan merasa heran, bagaimana mungkin
seorang zindiq ditolong oleh wali Allah)
Wanita pun menjawab : Aku sudah duga hal itu,
Sungguh suamiku setiap malam pergi ke penjual
arak/khomar lantas membeli seberapa banyak yang dia
bisa beli, kemudian membawanya ke rumah kami dan
menumpahkan seluruh khomar ke toilet, dan dia (suami)
berkata : Semoga aku bisa meringankan keburukan
khomar dari kaum muslimin.
Suamiku juga selalu pergi kepada para zaniah/
pelacur dan memberinya uang, dan berkata : malam
ini kau ku bayar dan jangan kau buka pintu rumahmu
(untuk melacur) hingga pagi,
Kemudian suamiku kembali ke rumah dan berujar :
Alhamdulillah, semoga dengan itu aku bisa meringankan
keburukannya ( pelacur) dari pemuda-pemuda muslim
malam ini.
Namun sementara orang-orang menyaksikan
dan mengetahui bahwa suamiku membeli khomar,
dan masuk ke rumah pelacur, Dan lantas mereka
membicarakan suamiku dengan keburukan.
Pernah suatu hari aku berkata pada suamiku :
Sungguh jika seandainya engkau mati, maka tidak akan
ada orang yang akan memandikanmu, menyolatkanmu,
dan menguburkanmu.
Suamikupun tersenyum dan menjawab : Jangan
khawatir Sayangku… Sultan/Pemimpin kaum muslimin
lah yang akan menyolatkanku beserta para ulama dan
pembesar-pembesar negeri lainnya.
(Setelah mendengarnya) Sultan pun menangis lantas
berkata : Suamimu benar, Demi Allah aku adalah Sultan
Murod Ar-Robi`, Dan besok kami akan memandikan
suamimu, menyolatkannya dan menguburkannya.
Dan diantara yang menyaksikan jenazahnya adalah
Sultan Murod, para ulama, para masyayikh dan seluruh
penduduk kota.
Maha Suci Allah, kita hanya bisa menilai orang dengan
hanya melihat penampilan dan kulit luarnya dan kita
pula hanya mendengar omongan orang.
Maka sendainya jika kita mampu bijak, kita akan
memandang dan menilai orang dari kebersihan hatinya,
Maka niscaya lisan kita akan kelu membisu dari
menceritakan keburukan orang lain..
Subhanallaah….Semoga kita bisa mengambil contoh
teladan…(Ibroh)
Ditulis oleh Syaikh Ali Jaber
Cerita di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan
tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain. Semoga dapat membawa manfaat.
30
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
Anekdot
Cerimor
(Cerita Humor)
Membuang Uang dari Pesawat
Tiga orang anggora DPR yang terkena
kasus korupsi sedang berada di
penerbangan di pesawat Angkatan
Udara. Anggota pertama mengeluarkan
uang 100 ribu dan berkata, “Aku akan
membuang uang ini dan membuat
seseorang di bawah senang.”
Anggota ke dua tidak ingin mau kalah
mengatakan,
“Kalau itu, saya akan membaginya menjadi dua 50 ribuan dan membuangnya
turun. Itu akan membuat dua orang di
bawah senang.”
Tentu saja anggota ke tiga tidak ingin dua
kandidat ini mengalahkan dia, lalu dia
berkata,
“Saya malah akan mengambil sepuluh
lembar uang 10 ribuan dan membuang
mereka, dan membuat 10 orang sedikit
lebih bahagia.”
Pada titik ini pilot yang telah mendengar
Meminta Bantuan kepada Polisi
semua bualan ini dan tidak tahan lagi,
lalu keluar ke kabin penumpang dan
mengatakan,
“Jika saya membuang kalian bertiga keluar dari pesawat ini, aku akan membuat
200 juta orang Indonesia berbahagia!”
Bangsa yang Menghormati Lalat
Karena melihat banyak sekali lalat
beterbangan di sekitar makanan yang
dijual, Cak Mamat menyalakan lilin untuk
mengusirnya.
Dengan heran seorang turis Belanda
yang kebetulan sedang makan di warung
soto babat tersebut bertanya.
“Buat apa menyalakan lilin siang hari
begini?” tanya di turis.
“Untuk lalat, tuan,” jawab Cak Mamat.
“Bangsa Anda memang benar-benar baik
hati. Bukan cuma manusia. Lalat pun di
beri penerangan,” katanya kagum.
Ketika sedang memeriksa laporan vandalisme di sebuah sekolah dasar, seorang
polisi agak terganggu oleh seorang anak
gadis 6 tahun yang melihat seragamnya
dari atas ke bawah.
Anak itu bertanya. “Apakah Anda seorang
polisi?”
Ya,” jawab polisi itu sambil terus menulis
laporan.
“Ibu saya bilang jika saya membutuhkan
bantuan saya harus meminta tolong
kepasa polisi. Apakah itu benar?”
“Ya, itu benar,” kata polisi.
“Nah, kalau begitu,” kata gadis kecil itu
sambil menjulurkan kakinya ke arah polisi
itu, “bisa tolong ikat tali sepatu saya?”
Sumber: http://www.ketawa.com/
SUARA dari THAMRIN 14
Sarapan Aneh si Qodri
Aneh, hidup pula. Sebut saja Qodri.
Jejaka (??) asal Tegal ini punya
kebiasaan yang aneh. Di saat
teman-temannya memilih menu
sarapan nasi goreng, bubur ayam,
atau langsung hajar nasi rames,
Qodri mencoba tampil beda.
Kokod, begitu saya biasa memanggil
dia, lebih memilih menu sarapan
super duper aneh. Satu gelas kecil
kopi hitam, segelas es teh tawar, dan
beberapa batang rokok.
Qodry tidak pernah memberikan
penjelasan yang memuaskan
kenapa memilih menu sarapan itu.
Kombinasi kopi pahit-es teh-rokok
di pagi hari bisa dipastikan bukan
pilihan yang ramah bagi tubuh.
Saya yakin penghuni perutnya juga
keberatan dengan asupan pagi yang
dipilih Qodri. Tapi mau bagaimana
lagi. Dasar Qodri caper.
Semoga Qodri dilindungi Tuhan dan
segera hijrah. [Ira]
BULETIN BAWASLU
BAWASLU || EDISI
EDISI 7,
7, JULI
JULI 2015
2015
BULETIN
31
IRWAN
P
S
EMI
A
W
L
A
IH
G
A
N
UM
BADAN
N
PE
Sekjen Bawaslu RI Gunawan Suswantoro berfoto bersama dengan Pejabat Struktural, Staf PNS dan non PNS dilingkungan Bawaslu RI
sesaat setelah melaksanakan Apel pagi yang dilanjutkan dengan Halal Bihalal pasca libur lebaran. Acara ini dilaksanakan di lapangan
parkir Gedung Bawaslu RI, Jakarta, Rabu (22/7).
UM
HENDRU
Pimpinan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) mendengarkan hasil kesimpulan rapat konsultasi
antara KPU, Bawaslu, Kementerian Dalam Negeri dengan Komisi II
DPR RI, di Jakarta, Kamis (9/7).
A S L U
I
R
W
N
O
IK IND
E
P
BL
SI
A
RE
A
B
U
HENDRU
Ketua Bawaslu RI, Muhammad, Pimpinan Bawaslu RI, Nasrullah, Endang
Wihdatiningtyas, Nelson Simanjuntak, Ketua Bawaslu Provinsi Kepulauan
Riau, Razaki Persada hadir dalam Rapat Kerja Teknis Penyelesaian Sengketa Pemilihan yang dilaksanakan di Batam, Juli 2015.
-
HENDRU
HUMAS
Buka puasa bersama Biro H2PI, tampak Kepala Biro H2PI, Ferdinand
E.T. Sirait, Kabag Hukum, Tagor Fredy, Kabag Humas dan Hubal, Hengky Pramono, Kasubbag Hubal, Hilton Tampubolon, beserta staf Biro
H2PI.
Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas beserta jajaran Sekretariat
Bawaslu menerima kunjungan Koalisi Kawal Pilkada yang terdiri dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) antara lain Direktur Perludem
Titi Anggraini, Koordinator JPPR Masykurudin Hafidz, Pengamat Hukum
Tata Negara Refly Harun, Direktur IPC Sulastio, dan beberapa pegiat Pemilu lainnya. Tujuannya pertemuan ini adalah mempertanyakan kesiapan
pengawasan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil
bupati, serta walikota dan wakil walikota.
32
BULETIN BAWASLU | EDISI 7, JULI 2015
Download