BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profitabilitas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Menurut
Sugiyarso dan Winarni (2005) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal
sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba
perusahaan.
Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang
maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk memperoleh laba secara
efektif dan efisien.Dalam prakteknya, rasio-rasio profitabilitas yang digunakan
adalah profit margin (profit margin on sales), Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE) dan laba per lembar saham (Kasmir, 2014). Rasio profabilitas yang
penting bagi bank adalah Return On Asset (ROA). Oleh karena itu profitabiltas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. ROA bertujuan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk
menghasilkan income.
Setiawan (2009) dalam Swandayani dan Kusumaningtias (2012) menjelaskan
bahwa ROA penting bagi bank karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai
profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya semakin besar
berasal dari dana simpanan masyarakat. ROA merupakan metode pengukuran yang
1
2
paling obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya
ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama
perbankan. Menurut Hanafi dan Halim (2003), Return on Assets (ROA) merupakan
rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat
pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat
menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam
kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Semakin besar tingkat ROA
menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian
returnnya semakin besar (Kalengkongan, 2013). ROA merupakan indikator penting
dari laporan keuangan yang memiliki berbagai kegunaan. Rasio ROA digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memeroleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan
kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut
semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan
semakin besar. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) angka ROA dapat dikatakan
baik apabila lebih besar dari 2 persen.
Dalam menjalankan kegiatan operasinya, bank perlu memperhitungkan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu rasio
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegitan utama bank pada prinsipnya
adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana
masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya
bunga dan hasil bunga. Semakin besar BOPO suatu bank tentunya menunjukkan
3
semakin tidak efisiennya bank tersebut dalam beroperasi, begitu juga sebaliknya
(Eng, 2013).
Dalam mencapai keuntungan yang maksimal selalu ada risiko yang sepadan,
semakin tinggi keuntungannya semakin besar risiko yang dihadapi dalam perbankan
sangat dipengaruhi oleh besarnya suku bunga. Peningkatan keuntungan dalam
kaitannya dengan perubahan suku bunga sering disebut Net Interest Margin (NIM)
akan mempengaruhi laba rugi bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank
tersebut (Ponco, 2008).
Pada pelaksanaan kegiatan operasionalnya, bank tidak terlepas dari pengaruh
kondisi perekonomian. Kaitannya dalam hal ini, faktor-faktor ekonomi makro seperti
neraca pembayaran, pendapatan nasional meliputi produk domestik bruto dan produk
nasional bruto, gross domestik produk, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
tingkat pengangguran, nilai tukar valas, jumlah uang beredar dan suku bunga
(Sukirno, 2006).
Salah satu faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap profitabilitas bank
adalah suku bunga BI (BI rate). Besarnya tingkat suku bunga (BI Rate) menjadi salah
satu faktor bagi perbankan untuk menentukan besarnya suku bunga yang ditawarkan
kepada masyarakat. Semakin banyak kredit yang disalurkan berdampak pada
besarnya pendapatan yang diperoleh bank (Almilia dan Utomo, 2006). Dengan
demikian tingkat suku bunga dapat mempengaruhi kinerja keuangan (Kalengkongan,
2013).
Dalam perbankan, nilai tukar valuta asing sebagai salah satu faktor eksternal
perusahaan juga mempunyai pengaruh terhadap tingkat profitabilitas. Menurut
Sukirno (2006) nilai tukar valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah
4
mata uang dalam negri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing.
Nilai tukar valas akan menentukan imbal hasil investasi riil. Mata uang yang
menurun secara jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan
modal yang didapat dari jenis investasi apapun. Sehingga profitabilitas bank juga
akan ikut menurun.
Penelitian oleh Wibowo dan Syaichu (2013) menjelasakan bahwa BOPO
berpengaruh terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
beban pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil.
Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan bank umumnya
akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban
atau kredit yang semakin tinggi akan mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki
bank. Namun penelitian yang dilakukan oleh Eng (2013) menjelaskan hasil yang
berbeda yaitu BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Selain itu penelitian
yang dilakukan Eng (2013) menunjukkan hasil bahwa NIM berpengaruh terhadap
ROA. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis perbankan masih mengandalkan selisih
bunga sebagai sumber pendapatan.
Di samping itu penelitian lain yang dilakukan oleh Swandayani dan
Kusumaningtias (2012) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap ROA.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009), mengungkapkan hasil yang
berbeda yaitu suku bunga BI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
Begitu pula penelitian terhadap nilai tukar valuta asing. Penelitian yang
dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2012) menunjukkan bahwa nilai
tukar valas berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan, penelitian oleh Perdana
5
(2009) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu nilai tukar valas tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas bank umum.
Berdasarkan fenomena gap dan research gap dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu, makaperlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap Return On Asset (ROA). Penelitian ini
merupakan sintesa dari jurnal Wibowo dan Syaichu (2013) yang berjudul “Analisis
Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank
Syariah”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo
dan Syaichu (2013) adalah menggunakan variabel suku bunga dan BOPO sebagai
variabel independen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wibowo
dan Syaichu (2013) adalah tidak menggunakan variabel inflasi, CAR, NPF sebagai
varibel indpenden. Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel independen
lain yaitu net interest margin dan nilai tukar valuta asing. Penelitian ini
menambahkan dua variabel independen didasarkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Eng (2013) yang menyebutkan bahwa NIM berpengaruh terhadap ROA dan
penelitian yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2012) yang
menjelaskan bahwa nilai tukar valas berpengaruh terhadap ROA. Perbedaan lain
dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan objek bank-bank
umum di Indonesia periode 2009-2013. Dengan demikian penelitian ini berjudul
“Analisis Pengaruh BOPO, NIM, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Valuta Asing
Terhadap Profitabilitas Bank Umum”.
6
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan
yang ada sebagai berikut:
1.
Apakah BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum?
2.
Apakah NIM berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum?
3.
Apakah suku bunga berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum?
4.
Apakah nilai tukar valuta asing berpengaruh terhadap profitabilitas bank
umum?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap profitabilitas bank umum.
2. Untuk mengetahui pengaruh NIM terhadap profitabilitas bank umum.
3. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap profitabilitas bank umum.
4. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar valuta asing terhadap profitabilitas
bank umum.
1.4
Manfaat Penelitian
Secara umum dengan adanya hasil penelitian diharapkan memberikan
kontribusi berupa manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama
dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan dan pemegang saham,
7
sehingga perusahaannya dapat terus bertahan dan mempunyai returnyang
besar.
2. Bagi Akademik
Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam
melakukan penelitian berkaitan dengan rasio keuangan dan perubahan laba
pada perusahaan perbankan.
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan sebagai bukti empiris di bidang perbankan.
4. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor
dalam berinvestasi dengan melihat inflasi, suku bunga, nilai tukar valas, jumlah
uang beredar dan produk domestik bruto sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi di perusahaan perbankan.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk
gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan,
diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan.
Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari :
BAB I
: PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,
manfaat serta sistematika penulisan.
8
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan teori-teori yang melandasi penelitian ini sebagai dasar
dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian
terdahulu, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian,
mencakup definisi operasional dari variabel penelitian, populasi dan
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode
analisis.
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, metode analisis data,
hasil analisis regresi, pengujian hipotesis serta pembahasan hasil
penelitian.
BAB V
: PENUTUP
Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan
penelitian, serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Pensignalan (Signalling Theory)
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori sinyal (Signalling
Theory). Teori ini menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi ini
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada
dasarnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa
lalu, masa sekarang maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan
hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal
sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi pada perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2000), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika
pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi
perubahan dalam volume perdagangan saham.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahan yang dapat
menjadi signal bagi pihak luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
10
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan
informasi non- akuntansi yaitu
informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna
laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.Semua investor memerlukan informasi
untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan
diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan prefensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka
perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan
transparan.
2.2
Lembaga Bank
Bank dapat diartikan sebagai Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga
keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana
kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau
kedua-duanya menghimpun dana menyalurkan dana (Kasmir,2004).
Bank adalah lembaga keuangan, berarti bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta
bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja
(Hasibuan, 2001). Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-undang No. 10 tahun
1998 tentang Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
11
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Menurut PSAK No. 31 (Revisi 2000) Bank adalah lembaga yang berperan
sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki
dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank
adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank
yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito
berjangka serta memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.
2.2.1
Fungsi Bank
Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana penyalur dana
masyarakat (Hasibuan, 2001). Menurut Triandaru dan Budisantoso (2008) secara
umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of
trust, agent of development, dan agent of services.
a. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal
penghimpun dana maupun penyalur dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat
percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan
12
dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah
dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.
b. Agent of development
Kegiatan perkonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak
dapat dipisahkan.Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila
sektor moneter tidak bekerja dengan baik.
c. Agent of services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman
uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian
tagihan.
2.2.2
Jenis Bank
Seperti halnya yang telah kita ketahui fungsi perbankan yang begitu banyak
bagi dunia perekonomian maupun bagi masyarakat luas.Dalam praktiknya bank
dibedakan menjadi beberapa bagian, baik menurut jenis mapun usahanya.
Berdasarkan UU RI. No. 10 Tahun 2008 tentang perbankan dan jenis bank terdiri
dari:
13
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, dimana dalam pelaksanaa kegiatan usahanya dapat secara konvensional
atau berdasarkan syariah.Sebagaimana halnya fungsi dan tugas perbankan Indonesia,
bank umum merupakan agent of developmentyang bertujuan meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak (Hasibuan, 2001).
Menurut Hasibuan (2001) dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugasnya,
bank umum dapat melakukan kegiatan usaha pokok berikut :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya
yang disamakan dengan itu,
2. Memberikan kredit,
3. Menerbitkan surat pengakuan utang,
4. Membeli dan menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya,
14
5. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah,
6. Menempatkan dana pada, meminjamkan dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lain,
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga,
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (save
deposit box),
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak (custodian-ship),
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek,
11. Membeli melalui pelelangan agunan, baik semua maupun sebagian dalam
hal debitor tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya,
12. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali
amanat,
13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah,
14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
15
2.3
Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan
antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan
per saham, dan penjualan. Menurut Kasmir (2014) rasio profitabilitas merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan
tingkat efesiensi suatu perusahaan.
Penelitian ini menggunakan profitabilitas untuk menilai kinerja keuangan
bank. Ukuran profitabilitas bank dapat dilihat dari berbagai macam rasio, seperti
Return OnAssets (ROA), Return On Equity (ROE), NetProfit Margin (NPM), dan
Rasio Biaya Operasional (Dendawijaya, 2003). Rasio profitabilitas yang paling
penting adalah Return On Asset (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dengan kata lain ROA
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produktifitas aset yang dimiliki oleh
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar
(Nusantara, 2009). Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA adalah sebagai
berikut (Swandayani dan Kusumaningtias, 2012):
16
2.4
Biaya Operasional Dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Eng, 2013):
Rasio biaya operasional ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama
bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana (misalnya dana masyrakat), maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya, 2003).
Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%,
karena jika angka rasio BOPO melebihi 90% maka bank tersebut dapat dikategorikan
tidak efisien dalam menjalankan operasinya (Ponco, 2008).
2.5
Net Interest Margin (NIM)
Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No. 5/2003, salah satu proksi dari
resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan
selisih antara suku bunga pendanaan (funding) atau dalam bentuk absolute, yang
merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga
pinjaman. Di dalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin (NIM). Rasio
ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola
17
aktiva produktifnya untuk menghasikan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga
bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini
menunjukkan kemapuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya dari
dana yang ditematkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM
menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk
kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas.
Biaya intermediasi keuangan dapat diukur dengan selisih antara pendapatan bunga
yang diperoleh bank dengan beban bunga yang harus ditanggung oleh bank (net
interest margin). Semakin rendah net interest margin, maka akan semakin rendah
biaya intermediasi keuangan. Namun demikian, NIM juga merupakan salah satu
indikator profitabilitas bank (khususnya dalam usaha yang menghasilkan pendapatan
bunga). Tingginya imbal hasil yang didapatkan dari pemberian kredit serta masih
rendahnya proporsi pendapatan yang bersal dari fee based income membuat bank di
Indonesia mengandalkan NIM untuk memperoleh profitabilitas yang tinggi. Oleh
karena itu berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP/2004 tentang penilaian tingkat
kesehatan bank umum, bank dengan margin bunga bersih (NIM) berkisar antara
1,5% sampai dengan 2% dikategorikan cukup tinggi. Sedangkan NIM di Indonesia
secara rata – rata dibawah 6%. NIM dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran
BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
18
2.6
Suku Bunga (BI Rate)
Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrumen konvensional untuk
mengendalikan laju inflasi, dimana inflasi yang tinggi akan menyebabkan
menurunnya profitabilitas suatu perusahaan (Dendawijaya, 2006). Suku bunga
dibedakan menjadi dua macam yaitu suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang
dapat dilihat diamati dalam pasar, dan suku bunga riil adalah konsep mengukur
tingkat bunga setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang
diharapkan. Sedangkan Kasmir (2010) menjelaskan suku bunga adalah bunga yang
diberikan kepada para peminjam atau nasabah atas harga yang harus dibayar kepada
pihak bank. Faktor yang mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga yaitu:
kebutuhan dana, jangka waktu, target laba yang diininkan, kualitas jaminan,
kebijaksanaan pemerintah, reputasi perusahaan, hubungan baik, dan produk yang
kompetitif.
Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga Bank
Indonesia (BI rate). BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di
pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada
umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui
19
sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
2.7
Nilai Tukar Valuta Asing
Menurut Soekirno (2006) nilai tukar valuta asing adalah suatu nilai yang
menunjukkan jumlah mata uang dalam negri yang diperlukan untuk mendapat satu
unit mata uang asing. Sedangkan menurut Hasibuan (2009), nilai tukar valuta asing
adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara
asing atau perbandingan nilai tukar valuta antar negara. Kurs Bank Indonesia (Kurs
Standar = Kurs Pajak) adalah kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada bursa
valas di Jakarta (Hasibuan, 2009). Jadi, dari kesimpulan diatas nilai tukar valuta
asing adalah nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara
lain. Menurut Hasibuan (2009) kurs dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1) Kurs Jual adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan
mata uang negara asing jika bank yang akan menjualnya atau masyarakat
yang akan membelinya.
2) Kurs Beli adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan
mata uang negara asing jika bank yang akan membelinya atau masyarakat
yang akan menjualnya.
Nilai tukar valas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah
US$. Salah satu kelebihan digunakannya kurs tengah, yaitu kurs ini ditetapkan oleh
Bank Indonesia untuk memelihara integritas dan stabilitas sistem keuangan dan
perekonomian nasional, serta stabilitas nilai tukar. Untuk mencapai stabilitas nilai
tukar perlu dilakukan pengaturan dalam pengelolaan risiko transaksi valuta asing
20
yang dilakukan oleh perbankan. Salah satu faktor penting dalam pengelolaan risiko
transaksi valuta asing adalah besaran posisi devisa neto yang diperkenankan dimiliki
oleh perbankan. Jadi kurs ini digunakan oleh bank untuk menyusun laporan posisi
devisa neto. Hal ini dijelaskan dalam peraturan Bank Indonesia No.6/20/PBI/2004
tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum.
2.8
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang terkait dengan Return On Assets (ROA) telah banyak
dilakukan, pada sub bab ini akan diuraikan beberapa penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya, antara lain:
Tabel 2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
Nama Peneliti
(Tahun)
Eng (2013)
Judul
Penelitian
Pengaruh
NIM, BOPO,
LDR, NPL, &
CAR terhadap
ROA Bank
Internasional
dan Bank
Nasional Go
Public
Periode 2007
– 2011)
Variabel
Kalengkongan
(2013)
Tingkat Suku
Bunga dan
Inflasi
Pengaruhnya
terhadap
Return On
Asset (ROA)
pada Industri
Perbankan
Variabel
dependen:
 ROA
Variabel
independen:
 Tingkat
Suku
Bunga
Variabel
dependen:
 ROA
Variabel
independen:
 NIM
 BOPO
 LDR
 NPL
 CAR
Alat
Analisis
Metode
Regresi
Linier
Berganda
Metode
Regresi
Linier
Berganda
Hasil Penelitian
Secara bersamasama semua
variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA. Secara
parsial BOPO tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap ROA.
Sedangkan NIM,
LDR, NPL, dan
CAR berpengaruh
signifikan terhadap
ROA.
Tingkat suku bunga
dan inflasi secara
parsial berpengaruh
signifikan terhadap
ROA.
21
yang Go
Public di
Bursa Efek
Indonesia
Analisis
Pengaruh
Inflasi, Suku
Bunga BI,
dan Produk
Domestik
Bruto
terhadap
Return On
Asset (ROA)
Bank Syariah
di Indonesia
Analisis
Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, CAR,
BOPO, NPF
terhadap
Profitabilitas
Bank Syariah
3.
Sahara (2013)
4.
Wibowo dan
Syaichu (2013)
5.
Setyowati dan
Septiani (2012)
Pengaruh
Karakteristik
Rasio
Finansial dan
Faktor
Makroekono
mi terhadap
ROA Bank
Komersial.
6.
Swandayani dan
Kusumaningtias
(2012)
Pengaruh
Inflasi, Suku
Bunga, Nilai
Tukar Valas
dan Jumlah
Uang Beredar
terhadap
Profitabilitas
pada
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode 20052009

Inflasi
Variabel
dependen:
 ROA
Variabel
independen:
 Inflasi
 Suku
Bunga
BI
 PDB
Model
Regresi
Linier
Berganda
1. Secara parsial
suku bunga BI
berpengaruh
negatif terhadap
ROA.
2. Secara simultan
inflasi, suku bunga
BI dan PDB
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA.
Variabel
dependen:
 ROA
Variabel
independen:
 Suku
bunga
 Inflasi
 CAR
 BOPO
 NPF
Variabel
dependen:
 ROA
Variabel
independen:
 DAR

CAR

NIM

NPL
 Inflasi
 PDB
 IPGR
Variabel
dependen:
 ROA
Variabel
dependen:
 Inflasi

Suku
Bunga

Nilai
Tukar
Valas

Jumlah
Uang
Beredar
Metode
Regresi
Linier
Berganda
Secara parsial
BOPO berpengaruh
signifikan negatif
terhadap ROA,
sedangkan variabel
lain yaitu CAR,
NPF, Infasi dan
suku bunga tidak
berpengaruh.
Metode
Regresi
Linier
Berganda.
NIM dan NPL
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA. Sedangkan
DAR, CAR, inflasi,
PDB, dan IPGR
berpengaruh tidak
signifikan.
Model
Regresi
Linier
Berganda
Penelitian dari
seluruh bank
syariah dan unit
usaha syariah yang
ada di Indonesia
periode tahun
2005-2009. Dengan
menggunakan alat
analisis regresi
didapatkan bahwa
secara bersama
sama semua
variabel X
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA.
22
7.
Supriyanti (2008)
Analisis
Pengaruh
Inflasi dan
Suku Bunga
BI terhadap
Kinerja
Keuangan PT.
Bank
Mandiri, Tbk
berdasarkan
Rasio
Keuangan.
Variabel
dependen:
 ROA
 ROE
 NIM
Variabel
independen:
 Inflasi

Suku
Bunga
BI
Metode
Regresi
Linier
Berganda
8.
Suyono (2005)
Analisis
Rasio-rasio
yang
Berpengaruh
terhadap
Return On
Asset (ROA)
Variabel
independen:
 CAR
 BOPO
 NIM
 LDR
 NPL
 Pertumb
uhan
Laba
Operasi
onal
(PLO)
 Pertumb
uhan
Kredit
(PK)
Variabel
dependen:
 Return
On
Asset
(ROA)
Metode
Regresi
Linier
Berganda
2.9
Inflasi dan tingkat
suku bunga BI
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
kinerja keuangan
PT. Bank Mandiri
Tbk. yang dalam
hal ini diukur
dengan
menggunakan
variabel ROA,
ROE, NIM sebagai
variabel
independen.
CAR, BOPO, dan
LDR secara parsial
signifikan terhadap
ROA. Sedangkan
NIM, NPL, PLO,
dan PK tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA
Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran teoritis peneliti yang
merupakan hubungan antar variabel penelitian. Di dalam gambar menunjukkan
bahwa BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar valas sebagai variabel indpenden.
Sedangkan Return On Assets (ROA) adalah sebagai variabel dependen. Berdasarkan
telaah pustaka dan penelitian terdahulu diduga bahwa BOPO, NIM, suku bunga, dan
23
nilai tukar valas berpengaruh pada Return On Asset. Dengan demikian dapat
dirumuskan kerangka pikir sebagai berikut:
BOPO (X1)
NIM
(X2)
Return On Asset (Y)
Suku Bunga
(X3)
Nilai Tukar Valas (X4)
Gambar 2.1
Kerangka Pemimikiran
2.10
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2005).
2.10.1 Pengaruh BOPO terhadap ROA
Semakin besar rasio BOPO menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki beban operasional yang besar sehingga diperkirakan akan menggunakan
laba yang diperoleh untuk menutup beban operasional tersebut (Rizkita, 2013).
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut
rasio efisiensi karena digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
mengendalikan biaya
operasional
terhadap
pendapatan operasional.
Setiap
peningkatan biaya operasional terhadap pendapatan operasional akan berakibat pada
24
berkurangnya laba sebelum pajak dan pada akhirnya akan menurunkan profitabilitas
(ROA) bank yang bersangkutan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Syaichu (2013) menunjukkan
hasil bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk meneliti, sehingga terbentuk hipotesis penelitian yaitu:
H1= variabel BOPO mempunyai pengaruh terhadap ROA.
2.10.2 Pengaruh NIM terhadap ROA
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga
dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan
bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank
dalm kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga semakin besar perubahan NIM
suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank
tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat.
Begitu juga dengan sebaliknya, jika perubahan NIM semakin kecil, profitabilitas
bank (ROA) juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja keuangan perusahaan
tersebut semakin menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Eng (2013) menunjukkan hasil bahwa NIM
berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik
untuk meneliti, sehingga terbentuk hipotesis penelitian yaitu:
H2= variabel NIM mempunyai pengaruh terhadap ROA.
25
2.10.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA
Penetapan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia akan mempengaruhi
jumlah dana bank dalam bentuk kredit yang bisa disalurkan sebagai pinjaman bank
(Sinungan, 2000). Kenaikan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
mendorong terjadinya kenaikan tingkat suku bunga kredit. Kenaikan suku bunga
kredit menyebabkan beban bunga pinjaman pun ikut meningkat, sehingga
pendapatan bunga bank yang diterima dari pinjaman akan ikut meningkat dan
semakin besar. Pendapatan bunga bank naik maka akan meningkatkan laba atau
keuntungan bank yang bersangkutan. Dengan kata lain, kenaikan Suku Bunga SBI
akan meningkatkan ROA (dengan asumsi kenaikan Suku Bunga SBI diikuti oleh
kenaikan suku bunga kredit sehingga biaya bunga ikut naik dan pendapatan bunga
yang diterima bank akan semakin besar) (Puspitasari, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Kalengkongan (2013) menunjukkan hasil
bahwa suku bunga berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA,
yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga dapat meningkatkan rasio
profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti,
sehingga terbentuk hipotesis penelitian yaitu:
H3= variabel suku bunga mempunyai pengaruh terhadap ROA.
2.10.4 Pengaruh Nilai Tukar Valas terhadap ROA
Nilai tukar mata uang asing menjadi salah satu faktor profitabilitas perbankan
karena dalam kegiatannya, bank memberikan jasa jual beli valuta asing. Dalam
situasi normal, memperdagangkan valuta asing pada dasarnya sangat menguntungkan
karena transaksi menghasilkan keuntungan berupa selisih kurs. Hal itu terjadi karena
26
para pelaku perdagangan valuta asing selalu menawarkan dua harga nilai tukar (Loen
& Ericson, 2008). Dalam kegiatan transaksi tesebut, nilai tukar akan mata uang asing
menjadi perhatian bank karena hal tersebut mampu mempengaruhi tingkat
profitabilitas bank. Dengan terjadinya fluktuasi akan nilai tukar mata uang asing,
bank dapat memperoleh pendapatan berupa fee dan selisih kurs.
Penelitian yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2012)
menunjukkan hasil bahwa nilai tukar valas berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan
uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti, sehingga terbentuk hipotesis
penelitian yaitu:
H4= variabel nilai tukar valas mempunyai pengaruh terhadap ROA.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Penelitian ini
menggunakan lima variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar
valas. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Assets
(ROA).
3.1.2 Definisi operasional
Definisi operasional adalah penentuan constructs sehingga menjadi variabel
yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan
oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi
peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indriantoro dan
Supomo, 2009).
Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
28
3.1.2.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). ROA merupakan laba atas aktiva
perusahaan, yaitu dengan mengukur prosentase keuntungan (laba bersih) perusahaan
atas jumlah aktiva yang digunakan oleh perusahaan. Atau dengan kata lain, ROA
menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba.
3.1.2.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2005).
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (X1)
Rasio biaya operasional ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan
utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu
menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya
dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil
bunga (Dendawijaya, 2003).
2.
Net Iinterest Margin (X2)
Net Interest Margin merupakan rasio rentabilitas rentabilitas untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya – biaya. Rasio ini
diperoleh dari dari selisih antara semua penerimaan bunga atas aset bank dan
29
semua biaya bunga atas dana bank yang diperoleh dibagi dengan rata – rata
aktiva produktif (Kasmir, 2010).
3. Suku Bunga (X3)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. Data suku bunga yang digunakan diukur dalam satuan persen
yang diperoleh dari web resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id).
4. Nilai tukar Valas (X4)
Kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate) merupakan harga suatu mata
uang terhadap mata uang lain. Dalam penelitian ini digunakan kurs tengah
dolar Amerika Serikat atau US$ terhadap rupiah. Diukur dalam satuan rupiah.
Nilai tukar merupakan perbandingan 1 US$ terhadap nilai rupiah. Jika
interpretasi positif menunjukkan terjadinya depresiasi Rupiah (Rupiah
melemah) dan sebaliknya jika negatif menunjukkan terjadinya apresiasi
Rupiah (Rupiah menguat).
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI selama tahun 2009-2013. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011). Teknik dalam pemilihan sampel yang
digunakan adalah menggunakan teknik pemilihan sampel non acak atau purposive
sampling, purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
30
tertentu (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini sampel yang diambil dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Perusahaan perbankan umum yang mempublikasikan laporan tahunan secara
berturut - turut pada tahun 2009-2013.
2) Perusahaan perbankan umum yang memiliki data lengkap terkait dengan
variabel dependen dan independen yang digunakan dalam penelitian pada
tahun 2009-2013.
3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data merupakan pengelompokan data yang didasarkan pada sifat
data.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter
(documentary data). Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau
transaksi, serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian. Data ini diambil dari BEI
(www.idx.co.id) pada tahun 2009-2013, dan Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono,
2011). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesia
Stock Exchange (IDX) Cabang Semarang dan Bank Indonesia.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang menggunakan data sekunder umumnya
dengan penelitian arsip (archival research) yang memuat kejadian masa lalu
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Atau berdasarkan dokumentasi-dokumentasi masa
lalu. Dalam penelitian ini pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahanbahan yang relevan dan akurat. Data diambil dari annual report perusahaan
31
perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2013, dan Bank Indonesia
(www.bi.go.id).
3.5
Metode Analisis Data
3.5.1
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum
(Ghozali,2011).
3.5.2
Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan
dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang
tepat.Pengujian ini ditujukan untuk menghindari adanya regresi lancung yang
menyebabkan tidak sahih hasil estimasi.Pengujian ini idealnya dijalankan bersama
pemilihan variabel (Ghozali, 2011).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah yang kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
(Ghozali, 2011).
a. Analisis Grafik
Melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
32
b. Analisis Statistik
Menggunakan uji statistik non parametik Kolmogorov – Smirnov (KS).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel sama dengan nol.
Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan tolerance value. Kedua ukuran menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
lainnya.Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel
dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih dan tidak
dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance), jika nilai tolerance value
≥ 0,10 dan VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011).
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
33
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut
waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok
cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama
pada periode berikutnya (Ghozali, 2011).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Cara
yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
adalah dengan Uji Durbin − Watson (DW Test). Uji Durbin Watson hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lagi diantara variabel independen. Pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut (Ghozali, 2011):
Tabel 3.1
Pengambilan Keputusan Autokorelasi
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 –dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
34
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan yang lain tetap maka
disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model
regresi uji heterokedastisitas menggunakan uji glejser yang mengusulkan
untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen dengan
persamaan regresi.
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. (Ghozali, 2011).
3.5.3
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan maka teknik analisis yang
digunakan adalah regresi berganda (multiple regresion). Alat analisis ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh variabel BOPO, NIM, suku bunga dan nilai tukar valuta
asing terhadap ROA.
3.5.3.1 Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Studi mengenai ketergantungan variabel terikat (dependent) dengan satu atau
lebih variabel bebas (independent) dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan
nilai variabel yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011).
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel
independen.model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
35
Keterangan:
Y
=
ROA
a
=
Konstanta
b
=
Koefisien regresi
X1
=
BOPO
X2
=
NIM
X3
=
Suku Bunga
X4
=
Nilai Tukar Valuta Asing
e
=
error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
3.5.3.2 Uji Regresi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama – sama terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk melihat apakah
ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen
secara simultan. Taraf nyata yang ditetapkan dalam penilitian ini adalah 5% (a-0,05)
dengan batasan (Ghozali, 2009) :
a. Ha akan diterima bila sig < 0,05 atau terdapat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama
b. Ha akan ditolak bila sig > 0,05 atau tidak terdapat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama
36
3.5.3.3 Uji Signifikan Paramater Individual (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen
dengan
menganggap
variabelindependen lainnya konstan (Ghozali, 2009). Uji t digunakan untuk
mengetahui faktor fundamental manakah dari variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap ROA. Taraf nyata yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
5 % (a-0,05), dengan batasan :
a. Ha akan diterima bila sig < 0,05 atau terdapat pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen
b. Ha akan ditolak bila sig > 0,05 atau tidak terdapat pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen
3.5.3.4 Uji Koefisien Determinan (Uji R2)
Koefisien determinan (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berati kemampuan variabel – variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Nilai – nilai yang
mendekati satu berati variabel variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.Secara
koefisien determinasi untuk data silang relatif rendah karena adanya variasi yang
besar antara masing – masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time
series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Kelemahan
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka
37
R2akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti yang
menganjurkan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi (Ghozali,
2011).
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel perusahan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009 - 2013. Perusahaan tersebut
menyajikan laporan tahunan secara lengkap dan berturut – turut. Kriteria khusus
adalah perusahaan perbankan tersebut memiliki data lengkap terkait dengan variabel
independen dan dependen yang digunakan dalam penelitian pada tahun 2009 – 2013
dalam laporan tahunan. Berdasarkan teknik purposive sampling maka diperoleh
sampel sebanyak 24 perusahan, daftar sampel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
Kriteria Sampel
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 - 2013
145
Jumlah perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan dan
(25)
laporan tahunan lengkap 2009 – 2013 secara berturut – turut
Jumlah perusahaan tidak yang memiliki data lengkap
(0)
Total sampel
120
Sumber : Data sekunder yang diolah
39
4.2
Analisis Data
4.2.1
Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari jumlah sampel (N), nilai maksimum, nilai minimum, rata – rata
(mean), dan standar deviasi. Karena belum terdapat nilai pasti dalam menentukan
apakah suatu data baik atau tidak maka dari analisis deskriptif ini merupakan salah
satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu data dikatakan baik apabila nilai
Mean > Std.Deviation sehingga data bersifat homogen, namun apabila nilai
penyimpangan lebih besar daripada nilai rata – rata dapat dikatan kurang baik karena
bersifat heterogen. Berikut ini statistik deskriptif data penelitian yang terdiri dari
variabel :
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Data Penelitian Sebelum Outliers
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
120
-7,58
5,15
2,0222
1,54980
BOPO
120
45,30
182,52
83,9230
18,41569
NIM
120
,76
14,00
5,7353
2,39698
BIRATE
120
5,75
7,50
6,4500
,60252
LNVALAS
120
9,10
9,39
9,1862
,10528
Valid N (listwise)
120
Sumber : Data sekunder yang diolah
40
Tabel 4.3
Tabel Normalitas Sebelum Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
120
Normal Parameters
Mean
a,b
0E-7
Std. Deviation
Most Extreme Differences
1,08136277
Absolute
,154
Positive
,143
Negative
-,154
Kolmogorov-Smirnov Z
1,687
Asymp. Sig. (2-tailed)
,007
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Pada tabel 4.2 jumlah data yang diteliti adalah 120 dengan nilai Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti bahwa data belum terdistribusi secara normal
sehingga perlu dilakukan outlier data. Berikut adalah hasil setelah dilakukan outlier.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Data Penelitian Setelah Outliers
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
89
-,09
3,80
1,8531
,98319
BOPO
89
50,30
100,82
82,9229
9,98785
NIM
89
2,82
8,28
5,2412
,98989
BIRATE
89
5,75
7,50
6,4157
,59226
LNVALAS
89
9,10
9,39
9,1828
,10086
Valid N (listwise)
89
Sumber : Data sekunder yang diolah
41
Penjelasan dari tabel 4.4 adalah sebagai berikut :
1.
Nilai rata – rata BOPO yang diukur dengan total beban operasional
dibandingkan dengan total pendapatan operasional adalah sebesar 82,9229.
Artinya, perbandingan antara prosentase total beban operasional dibandingkan
dengan total pendapatan operasional adalah 82,9 %. Nilai terendah dari BOPO
sebesar 50,30 dan nilai tertinggi dari BOPO sebesar 100,82. Nilai standar
deviasi sebesar 9,98785 lebih kecil dari nilai rata-rata 82,9229 dapat diartikan
bahwa penyebaran data untuk variabel BOPO merata, artinya tidak terdapat
perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data yang lainnya.
2.
Nilai rata – rata NIM yang diukur dengan pendapatan bunga bersih
dibandingkan dengan rata – rata aktiva produktif adalah sebesar 5,2412.
Artinya,
perbandingan
antara
prosentase
pendapatan
bunga
bersih
dibandingkan dengan rata – rata aktiva produktif adalah sebesar 5,24%. Nilai
terendah dari NIM sebesar 2,82 dan nilai tertinggi NIM sebesar 8,28. Nilai
standar deviasi sebesar 0,98989 lebih kecil dari nilai rata – rata 5,2412 dapat
diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel NIM adalah merata, artinya
tidak terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainnya.
3.
Nilai rata – rata BI rate adalah sebesar 6,4157, artinya prosentase jumlah BI
rate di suatu perusahaan adalah sebesar 6,41%. Nilai terendah dari BI rate
sebesar 5,75 dan nilai tertinggi BI rate sebesar 7,50. Nilai standar deviasi
sebesar 0,59226 lebih kecil dari nilai rata – rata 6,4157 dapat diartikan bahwa
penyebaran data untuk variabel BI rate adalah merata, artinya tidak terdapat
perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainnya.
42
4.
Nilai rata - rata valas adalah sebesar 9,1828, artinya prosentase jumlah kurs
tengah di suatu perusahaan adalah sebesar 9,18%. Nilai terendah dari valas
sebesar 9,10 dan nilai tertinggi valas sebesar 9,39. Nilai standar deviasi sebesar
0,10086 lebih kecil dari nilai rata – rata 9,1828 dapat diartikan bahwa
penyebaran data untuk variabel valas adalah merata, artinya tidak terdapat
perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainnya.
5.
Nilai rata – rata Return On Assets (ROA) yang diukur dengan jumlah laba
sebelum pajak dibandingkan dengan rata – rata total aset sebesar 1,8531.
Artinya, prosentase jumlah laba sebelum pajak dibandingkan dengan rata – rata
total aset sebesar 1,85 %. Nilai terendah dari ROA sebesar -0,09 dan nilai
teringgi ROA sebesar 3,80. Nilai standar deviasi ROA sebesar 0,98319 lebih
kecil dari nilai rata – rata sebesar 1,8531 dapat diartikan bahwa penyebaran
data untuk variabel ROA adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang
tinggi antara data satu dengan data lainnya.
4.2.2
Uji Asumsi Klasik
Pada penilitian ini uji asumsi klasik terhadap model regresi diolah
menggunakan program IBM SPSS Statistics Ver. 20. Pengujian dengan analisis
regresi diperlukan adanya kemungkinan penyimpangan penyimpangan yang terjadi
terhadap asumsi klasik, pengujian tersebut meliputi : uji normalitas, uji
multikolenaritas, uji autokorelasi, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regersi, variabel
independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
43
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Pengujian normalitas data menggunakan Uji Probability Plot
yang diperkuat dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pengujian diperoleh:
Sumber : Data sekunder yang diolah
Gambar 4.1
Grafik Normalitas
Dengan melihat kumpulan grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada
grafik normal plot terlihat titik – titik menyebar jauh dari garis diagonal. Jadi, grafik
ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Namun,
untuk memperkuat hasil uji tersebut harus dilakukan uji normalitas yang lain, maka
digunakan Uji Kolmogorov Smirnov dengan hasilnya sebgai berikut :
44
Tabel 4.5
Hasil uji normalitas sebelum outliers
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
120
Mean
Std. Deviation
0E-7
1,08136277
Absolute
,154
Positive
,143
Negative
-,154
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
1,687
,007
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa nilai Kolmogorov Smirnov Z adalah
1,687 dengan nilai signifikansi 0,07 yang berarti bahwa data tidak terdistribusi secara
normal. Untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan dengan melakukan outliers,
sehingga jumlah data yang diolah setelah outliers adalah 89 dari data sebelumnya
yang berjumlah 120.
Hasil pengujian setelah dilakukan outliers data diperoleh sebagai berikut:
45
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Gambar 4.2
Grafik Normalitas
Dengan melihat tampilan graik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada
grafik mormal plot terlihat titik titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya tidak menjauh dari garis diagonal. Jadi, grafik ini juga menunjukkan
bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Untuk hasil uji
Kolmogorov Smirnov dengan data yang telah dioutliers hasilnya sebagai berikut:
46
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Setelah dilakukan Outliers Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
89
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
0E-7
,31679047
Absolute
,068
Positive
,053
Negative
-,068
Kolmogorov-Smirnov Z
,643
Asymp. Sig. (2-tailed)
,802
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Hasil pengujian data setelah dilakukan outliers menunjukkan bahwa nilai
Kolmogorov Smirnov adalah 0,643 dengan signifikansi 0,802 yang berati bahwa data
residual terdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian
berikutnya.
4.2.2.2 Uji Multikolenaritas
Uji multikolenaritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem Multikolenaritas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala
multikolenaritas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang
dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF ( Variance Inflation Factor )
dan Tolerance – nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang kurang
47
dari 1, menandakan tidak terjadi multikolenaritas. Hasil pengujian multikolenaritas
dapat dilihat dari tabel 4.7
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolenaritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
BOPO
1
Std. Error
-3,755
4,563
-,087
,004
,134
LNVALA
S
Sig.
Collinearity
Statistics
Beta
Tolerance
VIF
-,823
,413
-,879
-23,341
,000
,871
1,148
,037
,135
3,602
,001
,880
1,136
-,165
,091
-,099
-1,816
,073
,414
2,413
1,431
,534
,147
2,679
,009
,412
2,428
NIM
BIRATE
T
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Hasil perhitungan pada tabel 4.6 diperoleh nilai VIF yang kurang dari 10 dan
nlai tolerance yang lebih dari 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa model regersi
tidak terjadi multikolenaritas.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier terdapat korelasi antar kesalahan penganggu (residual) pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
dalam penilitian ini maka dilakukan Uji Durbin Watson berikut ini :
48
Tabel 4.8
Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the Durbin-Watson
Square
1
,947
a
,896
Estimate
,891
,32425
2,208
a. Predictors: (Constant), LNVALAS, BOPO, NIM, BIRATE
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh angka DW sebesar
2,208. Sedangkan nilai batas bawah (dL) sebesar 1,5627 dan nilai batas atas (dU)
sebesar 1,7501. Tabel DW dapat dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.9
Durbin Watson Test Bound
Autokorelasi
Ragu - ragu
Ragu – ragu
Bebas
Positif
Autokorelasi
Autokorelasi
Negatif
DW
2,208
0
dL
dU
4-dU
4-dL
1,5627
1,7501
2,2499
3,4373
Dari tabel 4.8 diatas terlihat bahwa DW berada di daerah bebas autokorelasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual bebas autokorelasi.
4
49
4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Uji hetero
kedastisitas pada penelitian ini di deteksi dengan menggunakan Grafik Scaterrplot
dan Uji Glejser yang diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data sekunder yang diolah
Gambar 4.3
Grafik Scaterrplot
Dengan melihat tampilan grafik scaterrplot dapat disimpulkan bahwa pada
grafik scaterrplot terlihat jelas bahwa titik titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
(nol) pada sumbu Y dan tidak membentuk sebuah pola tertentu maka grafik ini
menunjukkan bahwa model regresi bebas dari Heterokedastisitas. Untuk mendeteksi
50
bahwa model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas juga dapat
dilakukan dengan melihat hasil dari tabel Uji Glejser berikut ini :
Tabel 4.10
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
4,593
3,078
BOPO
-,002
,003
NIM
,016
BIRATE
LNVALA
S
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1,492
,139
-,105
-,920
,360
,871
1,148
,025
,072
,631
,530
,880
1,136
,076
,061
,207
1,249
,215
,414
2,413
-,517
,360
-,239
-1,435
,155
,412
2,428
a. Dependent Variable: ABSRES
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa tingkat signifikansi seluruh variabel
independen lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regersi
tidak mengandung adanya heterokedastisitas dan model regresi dapat digunakan
untuk pengujian berikutnya.
4.2.3
Hasil Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara
variabel independen BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar valuta asing terhadap
variabel dependen yaitu Return On Assets (ROA). Hasil pengujian hipotesis sebagai
berikut:
51
4.2.3.1 Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Berdasarkan data data yang diuraikan sebelumnya, selanjutnya akan dikaji
mengenai ketergantungan variabel bebas (independen) yaitu BOPO, NIM, BI rate,
dan valas terhadap ROA. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi
linear berganda dengan menggunakan bantuan program komputer IBM SPSS
Statistics Ver. 20, dapat diperoleh hasil pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients
B
(Constant)
-3,755
4,563
-,087
,004
,134
BIRATE
LNVALAS
BOPO
1
Std. Error
NIM
Beta
Tolerance
VIF
-,823
,413
-,879
-23,341
,000
,871
1,148
,037
,135
3,602
,001
,880
1,136
-,165
,091
-,099
-1,816
,073
,414
2,413
1,431
,534
,147
2,679
,009
,412
2,428
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 diatas maka dapat diperoleh sebuah model persamaan
regresi untuk mengetahui faktor faktor dalam memprediksi ROA adalah sebagai
berikut:
Y = -3,755 – 0,087 X1+ 0,134 X2 – 0,165 X3 + 1,431 X4 + e
Dari persamaan regresi tersebut maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
1. Konstanta (nilai mutlak Y) apabila semua variabel independen tetap atau
tidak berubah, maka ROA bernilai -3,755.
52
2. Koefisien regresi BOPO (X1) sebesar -0,087. Artinya apabila BOPO
mengalami kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan menurunnya ROA
sebesar 0,087 % bila variabel lain konstan.
3. Koefisien regresi NIM (X2) sebesar 0,134. Artinya apabila NIM mengalami
kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan meningkatnya ROA sebesar 0,134%
bila variabel lain konstan.
4. Koefisien regresi BI rate (X3) sebesar -0,165. Artinya apabila BI rate
mengalami kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan menurunnya ROA
sebesar 0,165 %
5. Koefisien regresi valas (X4) sebesar 1,431. Artinya apabila valas mengalami
kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan meningkatnya ROA sebesar 1,431%
4.2.3.2 Uji Regresi Simultan (Uji F)
Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
yaitu BOPO, NIM, BI rate, dan valas yang dimasukkan dalam model regresi
mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel dependen yaitu ROA.
Uji F digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen dan variabel dependen secara simultan. Hasil pengujian ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
53
Tabel 4.12
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of Squares
Regression
1
Residual
Total
df
Mean Square
76,235
4
19,059
8,831
84
,105
85,066
88
F
181,279
Sig.
,000b
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), LNVALAS, BOPO, NIM, BIRATE
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel diatas nilai F
hitung
sebesar 181,279 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya bahwa persamaan semua variabel
independen ( BOPO, NIM, BI rate, dan valas) secara bersama sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (ROA). Dengan demikian dapat
dijelaksan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak untuk di analisis.
4.2.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Uji t atau uji secara parsial antara individu antara variabel dependen yaitu
BOPO, NIM, BI rate, dan valas terhadap ROA. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
54
Tabel 4.13
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
BOPO
NIM
1
BIRATE
LNVALA
S
Std. Error
-3,755
4,563
-,087
,004
,134
t
Sig.
Collinearity
Statistics
Beta
Tolerance
VIF
-,823
,413
-,879
-23,341
,000
,871
1,148
,037
,135
3,602
,001
,880
1,136
-,165
,091
-,099
-1,816
,073
,414
2,413
1,431
,534
,147
2,679
,009
,412
2,428
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder yang diolah
1.
Pengaruh Variabel BOPO
Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar -23,341
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 1 diterima, yang artinya bahwa variabel BOPO berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
2.
Pengaruh Variabel NIM
Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t
hitung
sebesar 3,602
dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 2 diterima, yang artinya bahwa variabel NIM berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
3.
Pengaruh Variabel BI rate
Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t
hitung
sebesar -1,816
dengan nilai signifikansi sebesar 0,073 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
55
hipotesis 3 ditolak, yang artinya bahwa variabel BI rate tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
4.
Pengaruh Variabel valas
Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t
hitung
sebesar 2,679
dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 4 diterima. Yang artinya bahwa variabel valas berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
4.2.3.4 Uji Koefisien Deteminasi (Uji R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara 0
dan 1. Nilai koefisien determinasi kecil berati kemampuan variabel – variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Nilai – nilai yang
mendekati satu berati variabel – variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R square. Nilai adjusted R
square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Hasil pengujian dapat
dilihat di tabel berikut :
56
Tabel 4.14
Hasil Uji R2
Model Summaryb
Model
R
R Square
,947a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,896
,891
,32425
Durbin-Watson
2,208
a. Predictors: (Constant), LNVALAS, BOPO, NIM, BIRATE
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted
R2) adalah sebesar 0,891 atau 89,1%. Hal ini berati 89,1% variasi ROA dapat
dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen yaitu BOPO, NIM, BI rate,
dan valas. Sedangkan sisanya sebesar 10,9 % ( 100% - 89,1%) dijelaskan oleh variasi
lain diluar model.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan studi yang melakukan analisis untuk mengetahui
pengaruh BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar valas terhadap Return On Assets
(ROA) pada perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI.
4.3.1
Pengaruh BOPO terhadap ROA
Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan bahwa
BOPO mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis 1 diterima. Adanya
pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi BOPO suatu perusahaan maka
ROA perusahaan tersebut akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan koefisien regresi
BOPO sebesar -0,087 menunjukkan arah negatif. Apabila beban operasional yang
57
ditanggung perusahaan semakin besar maka akan berdampak pada penurunan laba
perusahaan yang tercermin dengan ROA. Berdasarkan data penelitian yang diolah,
contoh perusahaan perbankan umum yang tercantum di BEI yang pada saat nilai
BOPO tinggi sedangkan nilai ROA rendah yaitu Bank Bukopin (BBKP) pada tahun
2009 mempunyai nilai BOPO tinggi sebesar 86,93% (rata – rata BOPO sebesar
82,9229%) dan nilai ROA rendah sebesar 1,46% (rata – rata nilai ROA sebesar
1,8531%). Sedangkan pada perusahaan Bank Central Asia (BBCA) pada tahun 2010
mempunyai BOPO rendah sebesar 65,1% (rata – rata BOPO sebesar 82,9229%) dan
ROA tinggi sebesar 3,5% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%).
Hal ini sesuai dengan Teori Pensignalan (Signalling Theory), bahwa BOPO
yang tinggi bukan menjadi signal yang baik bagi investor untuk berinvestasi pada
suatu perusahaan. BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin
kecil BOPO, semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Dari data tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar BOPO maka akan semakin
kecil ROA yang didapat oleh suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat beban pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin
kecil. Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan bank
umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari alokasi
pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang semakin tinggi mengurangi permodalan
dan laba yang dimiliki bank. Jika kondisi biaya operasional semakin meningkat
tetapi tidak dibarengi dengan pendapatan operasional maka akan berakibat
berkurangnya Return On Assets.
58
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA.
Hasil ini didukung oleh penelitian Wibowo dan Syaichu (2013) yang menyatakan
bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA. Namun hasil tersebut bertentangan
dengan hasil penelitian penelitian Eng (2013) dalam penelitiannya yang menguji
pengaruh BOPO terhadap ROA yang menunjukkan hasil bahwa BOPO tidak
berpengaruh terhadap ROA.
4.3.2
Pengaruh NIM terhadap ROA
Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan bahwa NIM
mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai signifikansi sebesar
0,001 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis 2 diterima. Adanya pengaruh
ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi NIM suatu perusahaan maka ROA
perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Berdasarkan data penelitian yang diolah,
contoh perusahaan perbankan umum yang tercantum di BEI yang mempunyai nilai
NIM tinggi dan ROA tinggi adalah Bank CIMB Niaga (BNGA) pada tahun 2009
mempunyai nilai NIM tinggi sebesar 6,78% (rata – rata NIM sebesar 5,2412%) dan
nilai ROA tinggi sebesar 2,1% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%). Sedangkan
pada perusahaan Bank Capital (BACA) pada tahun 2010 mempunyai NIM rendah
sebesar 3,95% (rata – rata NIM sebesar 5,2412%) dan ROA rendah sebesar 0,74%
(rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%).
Hal ini sesuai dengan Teori Pensignalan (Signalling Theory), bahwa NIM
yang tinggi menjadi signal yang baik bagi investor untuk berinvestasi pada suatu
perusahaan. Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio perbandingan antara rasio
pendapatan bunga bersih dengan rata – rata aktiva produktif. Yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
59
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa
semakin besar NIM maka akan semakin besar ROA yang didapat oleh suatu
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan bunga bersih
maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Hal ini
berarti bahwa semakin besar perubahan Net Interest Margin (NIM) suatu bank, maka
semakin besar pula profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank tersebut, sehingga
kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Eng (2013)
yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh terhadap ROA. Namun hasil tersebut
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyono (2005) yang
menyatakan bahwa NIM tidak berpengaruh terhadap ROA.
4.3.3
Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA
Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
suku bunga tidak mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai
signifikansi sebesar 0,073 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis 3 ditolak. Menurut
Signalling Theory (Teori Sinyal), apabila Suku bunga tinggi maka menyebabkan
nilai ROA juga tinggi. Karena jika suku bunga tinggi, logikanya jumlah dana yang
dihimpun dari masyarakat juga tinggi. Namun dalam pengaruhnya terhadap kredit
yang akan disalurkan kepada masyarakat, jika suku bunga bank tinggi, kredit yang
disalurkan rendah karena masyarakat enggan melakukan kredit ke bank karena
melihat kondisi tingkat suku bunga kreditnya juga ikut tinggi. Dalam prakteknya,
perusahaan mendapat dana dari nasabah banyak, tapi perusahaan juga harus punya
kemampuan untuk melakukan perputaran dana tersebut kembali karena bunga yag
60
nantinya akan dibayarkan kepada nasabah yang menabung berasal dari perputaran
kredit tersebut. Jika suku bunga tinggi dengan kredit rendah maka akan menurunkan
laba perusahaan yang dalam penelitian ini menggunakan ROA. Pada saat tingkat
suku bunga tinggi dapat diasumsikan berpengaruh terhadap rendahnya kredit yang
dapat dihimpun. Secara langsung jika kredit rendah maka laba perusaahan juga ikut
rendah. Berdasarkan teori signal diatas, dapat dikatakan bahwa suku bunga yang
tinggi memberikan signal negatif kepada investor karena kredit perusahaan yang
rendah akan menurunkan laba perusahaan yang dihitung dengan ROA.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Supriyanti (2008) yang
menyatakan bahwa suku bunga tidak berpengaruh terhadap ROA. Namun hasil
penelitian ini bertentangan pada penelitian yang dilakukan oleh Kalengkongan
(2013) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap ROA.
4.3.4
Pengaruh Nilai Tukar Valuta Asing terhadap ROA
Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
tukar valas mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai signifikansi
sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis 4 diterima. Adanya
pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai tukar valas suatu
perusahaan maka ROA perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Berdasarkan data
penelitian yang diolah, contoh perusahaan perbankan umum yang tercantum di BEI
yang mempunyai nilai valas tinggi dan ROA tinggi yaitu Bank Mandiri (BMRI) pada
tahun 2009 mempunyai nilai valas tinggi sebesar 9,39% (rata – rata valas sebesar
9,1828%) dan nilai ROA tinggi sebesar 3,54% (rata – rata nilai ROA sebesar
1,8531%). Sedangkan pada perusahaan Bank Kesawan (BKSW) pada tahun 2010
61
mempunyai valas rendah sebesar 9,1% (rata – rata valas sebesar 9,1828%) dan ROA
rendah sebesar 0,17% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%).
Hal ini sesuai dengan Teori Pensignalan (Signalling Theory), bahwa valas
yang tinggi menjadi signal yang baik bagi investor untuk berinvestasi pada suatu
perusahaan. Nilai tukar mata uang asing menjadi salah satu faktor profitabilitas
perbankan karena dalam kegiatannya, bank memberikan jasa jual beli valuta asing.
Dalam situasi normal, memperdagangkan valuta asing pada dasarnya sangat
menguntungkan karena transaksi menghasilkan keuntungan berupa selisih kurs. Hal
itu terjadi karena para pelaku perdagangan valuta asing selalu menawarkan dua harga
nilai tukar. Dalam kegiatan transaksi tesebut, nilai tukar akan mata uang asing
menjadi perhatian bank karena hal tersebut mampu mempengaruhi tingkat
profitabilitas bank. Dengan terjadinya fluktuasi akan nilai tukar mata uang asing,
bank dapat memperoleh pendapatan berupa fee dan selisih kurs. Dari data tersebut
dapat diartikan bahwa semakin besar valas maka akan semakin besar ROA yang
didapat oleh suatu perusahaan. Nilai tukar valas akan menentukan imbal hasil
investasi riil. Mata uang yang menurun secara jelas akan mengurangi daya beli dari
pendapatan dan keuntungan modal yang didapat dari jenis investasi apapun.
Penurunan investasi ini akan mempengaruhi kegiatan operasional bank. Dengan
turunnya investasi, permintaan pembiayaan pada bank juga akan menurun. Turunnya
pembiayaan pada bank akan berpengaruh terhadap rasio keuangan bank yang dalam
penelitian ini rasio yang digunakan yaitu rasio profitabilitas (ROA).
Hasil
penelitian
ini
didukung
oleh
penelitian
Swandayani
dan
Kusumaningtias (2012) yang menyatakan bahwa valas berpengaruh terhadap ROA.
Namun pada penelitian ini menjelaskan hasil yang bertentangan oleh penelitian yang
62
dilakukan Perdana (2009) yang menyatakan hasil yaitu valas tidak berpengaruh
terhadap ROA.
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan
analisis mengenai pengaruh BOPO (Beban
Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional, NIM (Net Interest
Margin), Suku Bunga, dan Nilai Tukar Valuta Asing terhadap ROA (Return On
Asset) yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka selanjutnya dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat beban
pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil.
2.
Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar pendapatan bunga bersih maka akan meningkatkan pendapatan
bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
3.
Suku bunga tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,073 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan
suku bunga akan meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan
juga biaya bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan
pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil atau
rendah.
64
4.
Nilai tukar valuta asing berpengaruh terhadap ROA (Return On Asset).
Dengan tingkat signifikansi 0,009 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar
valas akan menentukan imbal hasil investasi riil. Mata uang yang menurun secara
jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan modal yang didapat
dari jenis investasi apapun. Penurunan investasi ini akan mempengaruhi kegiatan
operasional bank. Dengan turunnya investasi, permintaan pembiayaan pada bank
juga akan menurun. Turunnya pembiayaan pada bank akan berpengaruh terhadap
rasio keuangan bank yang dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu rasio
profitabilitas (ROA).
5.2 Keterbatasan Masalah
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.
Keterbatasan penelitian ini perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut:
1. Data awal yang digunakan dalam penelitian ini tidak normal sehingga
penelitian ini melakukan outliers, jumlah data sebelumnya 120. Setelah
dilakukan outliers terdapat 89 sehingga data yang hilang sebanyak 31.
Data yang paling banyak dihilangkan adalah variabel NIM (Net Interest
Margin).
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan adalah :
1. Sebelum mengambil keputusan untuk menanamakan sahamnya ke sebuah
perusahaan, sebaiknya para investor terlebih dahulu melihat dan
mempertimbangkan nilai tukar valuta asing yang sedang berlaku pada
65
suatu periode. Hal ini dikarenakan nilai koefisien regresi valas pada
penelitian ini menunjukkan angka paling tinggi diantara ketiga variabel
lain yang diteliti (BOPO, NIM, dan suku bunga) yaitu sebesar 1,431.
Download