BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk memperoleh laba secara efektif dan efisien.Dalam prakteknya, rasio-rasio profitabilitas yang digunakan adalah profit margin (profit margin on sales), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan laba per lembar saham (Kasmir, 2014). Rasio profabilitas yang penting bagi bank adalah Return On Asset (ROA). Oleh karena itu profitabiltas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan income. Setiawan (2009) dalam Swandayani dan Kusumaningtias (2012) menjelaskan bahwa ROA penting bagi bank karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya semakin besar berasal dari dana simpanan masyarakat. ROA merupakan metode pengukuran yang 1 2 paling obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan. Menurut Hanafi dan Halim (2003), Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Semakin besar tingkat ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian returnnya semakin besar (Kalengkongan, 2013). ROA merupakan indikator penting dari laporan keuangan yang memiliki berbagai kegunaan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memeroleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) angka ROA dapat dikatakan baik apabila lebih besar dari 2 persen. Dalam menjalankan kegiatan operasinya, bank perlu memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegitan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Semakin besar BOPO suatu bank tentunya menunjukkan 3 semakin tidak efisiennya bank tersebut dalam beroperasi, begitu juga sebaliknya (Eng, 2013). Dalam mencapai keuntungan yang maksimal selalu ada risiko yang sepadan, semakin tinggi keuntungannya semakin besar risiko yang dihadapi dalam perbankan sangat dipengaruhi oleh besarnya suku bunga. Peningkatan keuntungan dalam kaitannya dengan perubahan suku bunga sering disebut Net Interest Margin (NIM) akan mempengaruhi laba rugi bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut (Ponco, 2008). Pada pelaksanaan kegiatan operasionalnya, bank tidak terlepas dari pengaruh kondisi perekonomian. Kaitannya dalam hal ini, faktor-faktor ekonomi makro seperti neraca pembayaran, pendapatan nasional meliputi produk domestik bruto dan produk nasional bruto, gross domestik produk, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat pengangguran, nilai tukar valas, jumlah uang beredar dan suku bunga (Sukirno, 2006). Salah satu faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap profitabilitas bank adalah suku bunga BI (BI rate). Besarnya tingkat suku bunga (BI Rate) menjadi salah satu faktor bagi perbankan untuk menentukan besarnya suku bunga yang ditawarkan kepada masyarakat. Semakin banyak kredit yang disalurkan berdampak pada besarnya pendapatan yang diperoleh bank (Almilia dan Utomo, 2006). Dengan demikian tingkat suku bunga dapat mempengaruhi kinerja keuangan (Kalengkongan, 2013). Dalam perbankan, nilai tukar valuta asing sebagai salah satu faktor eksternal perusahaan juga mempunyai pengaruh terhadap tingkat profitabilitas. Menurut Sukirno (2006) nilai tukar valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah 4 mata uang dalam negri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Nilai tukar valas akan menentukan imbal hasil investasi riil. Mata uang yang menurun secara jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan modal yang didapat dari jenis investasi apapun. Sehingga profitabilitas bank juga akan ikut menurun. Penelitian oleh Wibowo dan Syaichu (2013) menjelasakan bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat beban pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil. Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban atau kredit yang semakin tinggi akan mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki bank. Namun penelitian yang dilakukan oleh Eng (2013) menjelaskan hasil yang berbeda yaitu BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Selain itu penelitian yang dilakukan Eng (2013) menunjukkan hasil bahwa NIM berpengaruh terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis perbankan masih mengandalkan selisih bunga sebagai sumber pendapatan. Di samping itu penelitian lain yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2012) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap ROA. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009), mengungkapkan hasil yang berbeda yaitu suku bunga BI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Begitu pula penelitian terhadap nilai tukar valuta asing. Penelitian yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2012) menunjukkan bahwa nilai tukar valas berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan, penelitian oleh Perdana 5 (2009) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu nilai tukar valas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum. Berdasarkan fenomena gap dan research gap dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, makaperlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap Return On Asset (ROA). Penelitian ini merupakan sintesa dari jurnal Wibowo dan Syaichu (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Syaichu (2013) adalah menggunakan variabel suku bunga dan BOPO sebagai variabel independen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wibowo dan Syaichu (2013) adalah tidak menggunakan variabel inflasi, CAR, NPF sebagai varibel indpenden. Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel independen lain yaitu net interest margin dan nilai tukar valuta asing. Penelitian ini menambahkan dua variabel independen didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Eng (2013) yang menyebutkan bahwa NIM berpengaruh terhadap ROA dan penelitian yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2012) yang menjelaskan bahwa nilai tukar valas berpengaruh terhadap ROA. Perbedaan lain dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan objek bank-bank umum di Indonesia periode 2009-2013. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh BOPO, NIM, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Valuta Asing Terhadap Profitabilitas Bank Umum”. 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Apakah BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum? 2. Apakah NIM berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum? 3. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum? 4. Apakah nilai tukar valuta asing berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap profitabilitas bank umum. 2. Untuk mengetahui pengaruh NIM terhadap profitabilitas bank umum. 3. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap profitabilitas bank umum. 4. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar valuta asing terhadap profitabilitas bank umum. 1.4 Manfaat Penelitian Secara umum dengan adanya hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi berupa manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Emiten Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan dan pemegang saham, 7 sehingga perusahaannya dapat terus bertahan dan mempunyai returnyang besar. 2. Bagi Akademik Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian berkaitan dengan rasio keuangan dan perubahan laba pada perusahaan perbankan. 3. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pengetahuan sebagai bukti empiris di bidang perbankan. 4. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor dalam berinvestasi dengan melihat inflasi, suku bunga, nilai tukar valas, jumlah uang beredar dan produk domestik bruto sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan perbankan. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan. Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat serta sistematika penulisan. 8 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan teori-teori yang melandasi penelitian ini sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, mencakup definisi operasional dari variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, metode analisis data, hasil analisis regresi, pengujian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan penelitian, serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pensignalan (Signalling Theory) Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori sinyal (Signalling Theory). Teori ini menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi ini merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada dasarnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, masa sekarang maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi pada perusahaan. Menurut Jogiyanto (2000), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahan yang dapat menjadi signal bagi pihak luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah 10 laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non- akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan prefensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. 2.2 Lembaga Bank Bank dapat diartikan sebagai Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dana menyalurkan dana (Kasmir,2004). Bank adalah lembaga keuangan, berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja (Hasibuan, 2001). Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan 11 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Menurut PSAK No. 31 (Revisi 2000) Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka serta memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. 2.2.1 Fungsi Bank Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana penyalur dana masyarakat (Hasibuan, 2001). Menurut Triandaru dan Budisantoso (2008) secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. a. Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpun dana maupun penyalur dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan 12 dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. b. Agent of development Kegiatan perkonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan.Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. c. Agent of services Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. 2.2.2 Jenis Bank Seperti halnya yang telah kita ketahui fungsi perbankan yang begitu banyak bagi dunia perekonomian maupun bagi masyarakat luas.Dalam praktiknya bank dibedakan menjadi beberapa bagian, baik menurut jenis mapun usahanya. Berdasarkan UU RI. No. 10 Tahun 2008 tentang perbankan dan jenis bank terdiri dari: 13 1. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dimana dalam pelaksanaa kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan syariah.Sebagaimana halnya fungsi dan tugas perbankan Indonesia, bank umum merupakan agent of developmentyang bertujuan meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Hasibuan, 2001). Menurut Hasibuan (2001) dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugasnya, bank umum dapat melakukan kegiatan usaha pokok berikut : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu, 2. Memberikan kredit, 3. Menerbitkan surat pengakuan utang, 4. Membeli dan menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya, 14 5. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah, 6. Menempatkan dana pada, meminjamkan dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lain, 7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga, 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (save deposit box), 9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (custodian-ship), 10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek, 11. Membeli melalui pelelangan agunan, baik semua maupun sebagian dalam hal debitor tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya, 12. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat, 13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah, 14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. 15 2.3 Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan penjualan. Menurut Kasmir (2014) rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan profitabilitas untuk menilai kinerja keuangan bank. Ukuran profitabilitas bank dapat dilihat dari berbagai macam rasio, seperti Return OnAssets (ROA), Return On Equity (ROE), NetProfit Margin (NPM), dan Rasio Biaya Operasional (Dendawijaya, 2003). Rasio profitabilitas yang paling penting adalah Return On Asset (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dengan kata lain ROA dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produktifitas aset yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar (Nusantara, 2009). Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut (Swandayani dan Kusumaningtias, 2012): 16 2.4 Biaya Operasional Dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Eng, 2013): Rasio biaya operasional ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyrakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya, 2003). Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika angka rasio BOPO melebihi 90% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya (Ponco, 2008). 2.5 Net Interest Margin (NIM) Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No. 5/2003, salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Di dalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola 17 aktiva produktifnya untuk menghasikan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemapuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditematkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Biaya intermediasi keuangan dapat diukur dengan selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh bank dengan beban bunga yang harus ditanggung oleh bank (net interest margin). Semakin rendah net interest margin, maka akan semakin rendah biaya intermediasi keuangan. Namun demikian, NIM juga merupakan salah satu indikator profitabilitas bank (khususnya dalam usaha yang menghasilkan pendapatan bunga). Tingginya imbal hasil yang didapatkan dari pemberian kredit serta masih rendahnya proporsi pendapatan yang bersal dari fee based income membuat bank di Indonesia mengandalkan NIM untuk memperoleh profitabilitas yang tinggi. Oleh karena itu berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP/2004 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank dengan margin bunga bersih (NIM) berkisar antara 1,5% sampai dengan 2% dikategorikan cukup tinggi. Sedangkan NIM di Indonesia secara rata – rata dibawah 6%. NIM dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004): 18 2.6 Suku Bunga (BI Rate) Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrumen konvensional untuk mengendalikan laju inflasi, dimana inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan (Dendawijaya, 2006). Suku bunga dibedakan menjadi dua macam yaitu suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat dilihat diamati dalam pasar, dan suku bunga riil adalah konsep mengukur tingkat bunga setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan. Sedangkan Kasmir (2010) menjelaskan suku bunga adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau nasabah atas harga yang harus dibayar kepada pihak bank. Faktor yang mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga yaitu: kebutuhan dana, jangka waktu, target laba yang diininkan, kualitas jaminan, kebijaksanaan pemerintah, reputasi perusahaan, hubungan baik, dan produk yang kompetitif. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga Bank Indonesia (BI rate). BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui 19 sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. 2.7 Nilai Tukar Valuta Asing Menurut Soekirno (2006) nilai tukar valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Sedangkan menurut Hasibuan (2009), nilai tukar valuta asing adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara asing atau perbandingan nilai tukar valuta antar negara. Kurs Bank Indonesia (Kurs Standar = Kurs Pajak) adalah kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada bursa valas di Jakarta (Hasibuan, 2009). Jadi, dari kesimpulan diatas nilai tukar valuta asing adalah nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Menurut Hasibuan (2009) kurs dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1) Kurs Jual adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara asing jika bank yang akan menjualnya atau masyarakat yang akan membelinya. 2) Kurs Beli adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara asing jika bank yang akan membelinya atau masyarakat yang akan menjualnya. Nilai tukar valas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah US$. Salah satu kelebihan digunakannya kurs tengah, yaitu kurs ini ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk memelihara integritas dan stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional, serta stabilitas nilai tukar. Untuk mencapai stabilitas nilai tukar perlu dilakukan pengaturan dalam pengelolaan risiko transaksi valuta asing 20 yang dilakukan oleh perbankan. Salah satu faktor penting dalam pengelolaan risiko transaksi valuta asing adalah besaran posisi devisa neto yang diperkenankan dimiliki oleh perbankan. Jadi kurs ini digunakan oleh bank untuk menyusun laporan posisi devisa neto. Hal ini dijelaskan dalam peraturan Bank Indonesia No.6/20/PBI/2004 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum. 2.8 Penelitian Terdahulu Penelitian yang terkait dengan Return On Assets (ROA) telah banyak dilakukan, pada sub bab ini akan diuraikan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain: Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu No. 1. 2. Nama Peneliti (Tahun) Eng (2013) Judul Penelitian Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL, & CAR terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public Periode 2007 – 2011) Variabel Kalengkongan (2013) Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA) pada Industri Perbankan Variabel dependen: ROA Variabel independen: Tingkat Suku Bunga Variabel dependen: ROA Variabel independen: NIM BOPO LDR NPL CAR Alat Analisis Metode Regresi Linier Berganda Metode Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian Secara bersamasama semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara parsial BOPO tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan NIM, LDR, NPL, dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Tingkat suku bunga dan inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. 21 yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah 3. Sahara (2013) 4. Wibowo dan Syaichu (2013) 5. Setyowati dan Septiani (2012) Pengaruh Karakteristik Rasio Finansial dan Faktor Makroekono mi terhadap ROA Bank Komersial. 6. Swandayani dan Kusumaningtias (2012) Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 20052009 Inflasi Variabel dependen: ROA Variabel independen: Inflasi Suku Bunga BI PDB Model Regresi Linier Berganda 1. Secara parsial suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. 2. Secara simultan inflasi, suku bunga BI dan PDB berpengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel dependen: ROA Variabel independen: Suku bunga Inflasi CAR BOPO NPF Variabel dependen: ROA Variabel independen: DAR CAR NIM NPL Inflasi PDB IPGR Variabel dependen: ROA Variabel dependen: Inflasi Suku Bunga Nilai Tukar Valas Jumlah Uang Beredar Metode Regresi Linier Berganda Secara parsial BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA, sedangkan variabel lain yaitu CAR, NPF, Infasi dan suku bunga tidak berpengaruh. Metode Regresi Linier Berganda. NIM dan NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan DAR, CAR, inflasi, PDB, dan IPGR berpengaruh tidak signifikan. Model Regresi Linier Berganda Penelitian dari seluruh bank syariah dan unit usaha syariah yang ada di Indonesia periode tahun 2005-2009. Dengan menggunakan alat analisis regresi didapatkan bahwa secara bersama sama semua variabel X berpengaruh signifikan terhadap ROA. 22 7. Supriyanti (2008) Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk berdasarkan Rasio Keuangan. Variabel dependen: ROA ROE NIM Variabel independen: Inflasi Suku Bunga BI Metode Regresi Linier Berganda 8. Suyono (2005) Analisis Rasio-rasio yang Berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) Variabel independen: CAR BOPO NIM LDR NPL Pertumb uhan Laba Operasi onal (PLO) Pertumb uhan Kredit (PK) Variabel dependen: Return On Asset (ROA) Metode Regresi Linier Berganda 2.9 Inflasi dan tingkat suku bunga BI berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk. yang dalam hal ini diukur dengan menggunakan variabel ROA, ROE, NIM sebagai variabel independen. CAR, BOPO, dan LDR secara parsial signifikan terhadap ROA. Sedangkan NIM, NPL, PLO, dan PK tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Kerangka Konseptual Gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran teoritis peneliti yang merupakan hubungan antar variabel penelitian. Di dalam gambar menunjukkan bahwa BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar valas sebagai variabel indpenden. Sedangkan Return On Assets (ROA) adalah sebagai variabel dependen. Berdasarkan telaah pustaka dan penelitian terdahulu diduga bahwa BOPO, NIM, suku bunga, dan 23 nilai tukar valas berpengaruh pada Return On Asset. Dengan demikian dapat dirumuskan kerangka pikir sebagai berikut: BOPO (X1) NIM (X2) Return On Asset (Y) Suku Bunga (X3) Nilai Tukar Valas (X4) Gambar 2.1 Kerangka Pemimikiran 2.10 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2005). 2.10.1 Pengaruh BOPO terhadap ROA Semakin besar rasio BOPO menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki beban operasional yang besar sehingga diperkirakan akan menggunakan laba yang diperoleh untuk menutup beban operasional tersebut (Rizkita, 2013). Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi karena digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Setiap peningkatan biaya operasional terhadap pendapatan operasional akan berakibat pada 24 berkurangnya laba sebelum pajak dan pada akhirnya akan menurunkan profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Syaichu (2013) menunjukkan hasil bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti, sehingga terbentuk hipotesis penelitian yaitu: H1= variabel BOPO mempunyai pengaruh terhadap ROA. 2.10.2 Pengaruh NIM terhadap ROA Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalm kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga semakin besar perubahan NIM suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika perubahan NIM semakin kecil, profitabilitas bank (ROA) juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja keuangan perusahaan tersebut semakin menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Eng (2013) menunjukkan hasil bahwa NIM berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti, sehingga terbentuk hipotesis penelitian yaitu: H2= variabel NIM mempunyai pengaruh terhadap ROA. 25 2.10.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA Penetapan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia akan mempengaruhi jumlah dana bank dalam bentuk kredit yang bisa disalurkan sebagai pinjaman bank (Sinungan, 2000). Kenaikan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia mendorong terjadinya kenaikan tingkat suku bunga kredit. Kenaikan suku bunga kredit menyebabkan beban bunga pinjaman pun ikut meningkat, sehingga pendapatan bunga bank yang diterima dari pinjaman akan ikut meningkat dan semakin besar. Pendapatan bunga bank naik maka akan meningkatkan laba atau keuntungan bank yang bersangkutan. Dengan kata lain, kenaikan Suku Bunga SBI akan meningkatkan ROA (dengan asumsi kenaikan Suku Bunga SBI diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit sehingga biaya bunga ikut naik dan pendapatan bunga yang diterima bank akan semakin besar) (Puspitasari, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Kalengkongan (2013) menunjukkan hasil bahwa suku bunga berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA, yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga dapat meningkatkan rasio profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti, sehingga terbentuk hipotesis penelitian yaitu: H3= variabel suku bunga mempunyai pengaruh terhadap ROA. 2.10.4 Pengaruh Nilai Tukar Valas terhadap ROA Nilai tukar mata uang asing menjadi salah satu faktor profitabilitas perbankan karena dalam kegiatannya, bank memberikan jasa jual beli valuta asing. Dalam situasi normal, memperdagangkan valuta asing pada dasarnya sangat menguntungkan karena transaksi menghasilkan keuntungan berupa selisih kurs. Hal itu terjadi karena 26 para pelaku perdagangan valuta asing selalu menawarkan dua harga nilai tukar (Loen & Ericson, 2008). Dalam kegiatan transaksi tesebut, nilai tukar akan mata uang asing menjadi perhatian bank karena hal tersebut mampu mempengaruhi tingkat profitabilitas bank. Dengan terjadinya fluktuasi akan nilai tukar mata uang asing, bank dapat memperoleh pendapatan berupa fee dan selisih kurs. Penelitian yang dilakukan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2012) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar valas berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti, sehingga terbentuk hipotesis penelitian yaitu: H4= variabel nilai tukar valas mempunyai pengaruh terhadap ROA. 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Penelitian ini menggunakan lima variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar valas. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). 3.1.2 Definisi operasional Definisi operasional adalah penentuan constructs sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indriantoro dan Supomo, 2009). Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 28 3.1.2.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). ROA merupakan laba atas aktiva perusahaan, yaitu dengan mengukur prosentase keuntungan (laba bersih) perusahaan atas jumlah aktiva yang digunakan oleh perusahaan. Atau dengan kata lain, ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. 3.1.2.2 Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2005). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (X1) Rasio biaya operasional ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya, 2003). 2. Net Iinterest Margin (X2) Net Interest Margin merupakan rasio rentabilitas rentabilitas untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya – biaya. Rasio ini diperoleh dari dari selisih antara semua penerimaan bunga atas aset bank dan 29 semua biaya bunga atas dana bank yang diperoleh dibagi dengan rata – rata aktiva produktif (Kasmir, 2010). 3. Suku Bunga (X3) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Data suku bunga yang digunakan diukur dalam satuan persen yang diperoleh dari web resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). 4. Nilai tukar Valas (X4) Kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang lain. Dalam penelitian ini digunakan kurs tengah dolar Amerika Serikat atau US$ terhadap rupiah. Diukur dalam satuan rupiah. Nilai tukar merupakan perbandingan 1 US$ terhadap nilai rupiah. Jika interpretasi positif menunjukkan terjadinya depresiasi Rupiah (Rupiah melemah) dan sebaliknya jika negatif menunjukkan terjadinya apresiasi Rupiah (Rupiah menguat). 3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2013. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011). Teknik dalam pemilihan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik pemilihan sampel non acak atau purposive sampling, purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan 30 tertentu (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan perbankan umum yang mempublikasikan laporan tahunan secara berturut - turut pada tahun 2009-2013. 2) Perusahaan perbankan umum yang memiliki data lengkap terkait dengan variabel dependen dan independen yang digunakan dalam penelitian pada tahun 2009-2013. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data merupakan pengelompokan data yang didasarkan pada sifat data.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter (documentary data). Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian. Data ini diambil dari BEI (www.idx.co.id) pada tahun 2009-2013, dan Bank Indonesia (www.bi.go.id). Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesia Stock Exchange (IDX) Cabang Semarang dan Bank Indonesia. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang menggunakan data sekunder umumnya dengan penelitian arsip (archival research) yang memuat kejadian masa lalu (Indriantoro dan Supomo, 2002). Atau berdasarkan dokumentasi-dokumentasi masa lalu. Dalam penelitian ini pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahanbahan yang relevan dan akurat. Data diambil dari annual report perusahaan 31 perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2013, dan Bank Indonesia (www.bi.go.id). 3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum (Ghozali,2011). 3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.Pengujian ini ditujukan untuk menghindari adanya regresi lancung yang menyebabkan tidak sahih hasil estimasi.Pengujian ini idealnya dijalankan bersama pemilihan variabel (Ghozali, 2011). 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah yang kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2011). a. Analisis Grafik Melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. 32 b. Analisis Statistik Menggunakan uji statistik non parametik Kolmogorov – Smirnov (KS). 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value. Kedua ukuran menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya.Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih dan tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance), jika nilai tolerance value ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011). 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini 33 timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin − Watson (DW Test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut (Ghozali, 2011): Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 –dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du 34 4. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan yang lain tetap maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi uji heterokedastisitas menggunakan uji glejser yang mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. (Ghozali, 2011). 3.5.3 Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan maka teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda (multiple regresion). Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel BOPO, NIM, suku bunga dan nilai tukar valuta asing terhadap ROA. 3.5.3.1 Uji Analisis Regresi Linear Berganda Studi mengenai ketergantungan variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih variabel bebas (independent) dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen.model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e 35 Keterangan: Y = ROA a = Konstanta b = Koefisien regresi X1 = BOPO X2 = NIM X3 = Suku Bunga X4 = Nilai Tukar Valuta Asing e = error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian 3.5.3.2 Uji Regresi Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen secara simultan. Taraf nyata yang ditetapkan dalam penilitian ini adalah 5% (a-0,05) dengan batasan (Ghozali, 2009) : a. Ha akan diterima bila sig < 0,05 atau terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama b. Ha akan ditolak bila sig > 0,05 atau tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama 36 3.5.3.3 Uji Signifikan Paramater Individual (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabelindependen lainnya konstan (Ghozali, 2009). Uji t digunakan untuk mengetahui faktor fundamental manakah dari variabel independen yang paling berpengaruh terhadap ROA. Taraf nyata yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 5 % (a-0,05), dengan batasan : a. Ha akan diterima bila sig < 0,05 atau terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen b. Ha akan ditolak bila sig > 0,05 atau tidak terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen 3.5.3.4 Uji Koefisien Determinan (Uji R2) Koefisien determinan (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berati kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Nilai – nilai yang mendekati satu berati variabel variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.Secara koefisien determinasi untuk data silang relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing – masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka 37 R2akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi (Ghozali, 2011). 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Penelitian ini mengambil sampel perusahan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009 - 2013. Perusahaan tersebut menyajikan laporan tahunan secara lengkap dan berturut – turut. Kriteria khusus adalah perusahaan perbankan tersebut memiliki data lengkap terkait dengan variabel independen dan dependen yang digunakan dalam penelitian pada tahun 2009 – 2013 dalam laporan tahunan. Berdasarkan teknik purposive sampling maka diperoleh sampel sebanyak 24 perusahan, daftar sampel sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel Penelitian Kriteria Sampel Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 - 2013 145 Jumlah perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan dan (25) laporan tahunan lengkap 2009 – 2013 secara berturut – turut Jumlah perusahaan tidak yang memiliki data lengkap (0) Total sampel 120 Sumber : Data sekunder yang diolah 39 4.2 Analisis Data 4.2.1 Statistik Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari jumlah sampel (N), nilai maksimum, nilai minimum, rata – rata (mean), dan standar deviasi. Karena belum terdapat nilai pasti dalam menentukan apakah suatu data baik atau tidak maka dari analisis deskriptif ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu data dikatakan baik apabila nilai Mean > Std.Deviation sehingga data bersifat homogen, namun apabila nilai penyimpangan lebih besar daripada nilai rata – rata dapat dikatan kurang baik karena bersifat heterogen. Berikut ini statistik deskriptif data penelitian yang terdiri dari variabel : Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian Sebelum Outliers Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 120 -7,58 5,15 2,0222 1,54980 BOPO 120 45,30 182,52 83,9230 18,41569 NIM 120 ,76 14,00 5,7353 2,39698 BIRATE 120 5,75 7,50 6,4500 ,60252 LNVALAS 120 9,10 9,39 9,1862 ,10528 Valid N (listwise) 120 Sumber : Data sekunder yang diolah 40 Tabel 4.3 Tabel Normalitas Sebelum Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 120 Normal Parameters Mean a,b 0E-7 Std. Deviation Most Extreme Differences 1,08136277 Absolute ,154 Positive ,143 Negative -,154 Kolmogorov-Smirnov Z 1,687 Asymp. Sig. (2-tailed) ,007 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Pada tabel 4.2 jumlah data yang diteliti adalah 120 dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti bahwa data belum terdistribusi secara normal sehingga perlu dilakukan outlier data. Berikut adalah hasil setelah dilakukan outlier. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Penelitian Setelah Outliers Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 89 -,09 3,80 1,8531 ,98319 BOPO 89 50,30 100,82 82,9229 9,98785 NIM 89 2,82 8,28 5,2412 ,98989 BIRATE 89 5,75 7,50 6,4157 ,59226 LNVALAS 89 9,10 9,39 9,1828 ,10086 Valid N (listwise) 89 Sumber : Data sekunder yang diolah 41 Penjelasan dari tabel 4.4 adalah sebagai berikut : 1. Nilai rata – rata BOPO yang diukur dengan total beban operasional dibandingkan dengan total pendapatan operasional adalah sebesar 82,9229. Artinya, perbandingan antara prosentase total beban operasional dibandingkan dengan total pendapatan operasional adalah 82,9 %. Nilai terendah dari BOPO sebesar 50,30 dan nilai tertinggi dari BOPO sebesar 100,82. Nilai standar deviasi sebesar 9,98785 lebih kecil dari nilai rata-rata 82,9229 dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel BOPO merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data yang lainnya. 2. Nilai rata – rata NIM yang diukur dengan pendapatan bunga bersih dibandingkan dengan rata – rata aktiva produktif adalah sebesar 5,2412. Artinya, perbandingan antara prosentase pendapatan bunga bersih dibandingkan dengan rata – rata aktiva produktif adalah sebesar 5,24%. Nilai terendah dari NIM sebesar 2,82 dan nilai tertinggi NIM sebesar 8,28. Nilai standar deviasi sebesar 0,98989 lebih kecil dari nilai rata – rata 5,2412 dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel NIM adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainnya. 3. Nilai rata – rata BI rate adalah sebesar 6,4157, artinya prosentase jumlah BI rate di suatu perusahaan adalah sebesar 6,41%. Nilai terendah dari BI rate sebesar 5,75 dan nilai tertinggi BI rate sebesar 7,50. Nilai standar deviasi sebesar 0,59226 lebih kecil dari nilai rata – rata 6,4157 dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel BI rate adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainnya. 42 4. Nilai rata - rata valas adalah sebesar 9,1828, artinya prosentase jumlah kurs tengah di suatu perusahaan adalah sebesar 9,18%. Nilai terendah dari valas sebesar 9,10 dan nilai tertinggi valas sebesar 9,39. Nilai standar deviasi sebesar 0,10086 lebih kecil dari nilai rata – rata 9,1828 dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel valas adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainnya. 5. Nilai rata – rata Return On Assets (ROA) yang diukur dengan jumlah laba sebelum pajak dibandingkan dengan rata – rata total aset sebesar 1,8531. Artinya, prosentase jumlah laba sebelum pajak dibandingkan dengan rata – rata total aset sebesar 1,85 %. Nilai terendah dari ROA sebesar -0,09 dan nilai teringgi ROA sebesar 3,80. Nilai standar deviasi ROA sebesar 0,98319 lebih kecil dari nilai rata – rata sebesar 1,8531 dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel ROA adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainnya. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik Pada penilitian ini uji asumsi klasik terhadap model regresi diolah menggunakan program IBM SPSS Statistics Ver. 20. Pengujian dengan analisis regresi diperlukan adanya kemungkinan penyimpangan penyimpangan yang terjadi terhadap asumsi klasik, pengujian tersebut meliputi : uji normalitas, uji multikolenaritas, uji autokorelasi, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. 4.2.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regersi, variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau 43 tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas data menggunakan Uji Probability Plot yang diperkuat dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pengujian diperoleh: Sumber : Data sekunder yang diolah Gambar 4.1 Grafik Normalitas Dengan melihat kumpulan grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada grafik normal plot terlihat titik – titik menyebar jauh dari garis diagonal. Jadi, grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Namun, untuk memperkuat hasil uji tersebut harus dilakukan uji normalitas yang lain, maka digunakan Uji Kolmogorov Smirnov dengan hasilnya sebgai berikut : 44 Tabel 4.5 Hasil uji normalitas sebelum outliers One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences 120 Mean Std. Deviation 0E-7 1,08136277 Absolute ,154 Positive ,143 Negative -,154 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 1,687 ,007 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa nilai Kolmogorov Smirnov Z adalah 1,687 dengan nilai signifikansi 0,07 yang berarti bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan dengan melakukan outliers, sehingga jumlah data yang diolah setelah outliers adalah 89 dari data sebelumnya yang berjumlah 120. Hasil pengujian setelah dilakukan outliers data diperoleh sebagai berikut: 45 Sumber : Data Sekunder yang diolah Gambar 4.2 Grafik Normalitas Dengan melihat tampilan graik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada grafik mormal plot terlihat titik titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya tidak menjauh dari garis diagonal. Jadi, grafik ini juga menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Untuk hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan data yang telah dioutliers hasilnya sebagai berikut: 46 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Setelah dilakukan Outliers Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 89 Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation 0E-7 ,31679047 Absolute ,068 Positive ,053 Negative -,068 Kolmogorov-Smirnov Z ,643 Asymp. Sig. (2-tailed) ,802 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Sekunder yang diolah Hasil pengujian data setelah dilakukan outliers menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,643 dengan signifikansi 0,802 yang berati bahwa data residual terdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian berikutnya. 4.2.2.2 Uji Multikolenaritas Uji multikolenaritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolenaritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolenaritas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) dan Tolerance – nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang kurang 47 dari 1, menandakan tidak terjadi multikolenaritas. Hasil pengujian multikolenaritas dapat dilihat dari tabel 4.7 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolenaritas Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B (Constant) BOPO 1 Std. Error -3,755 4,563 -,087 ,004 ,134 LNVALA S Sig. Collinearity Statistics Beta Tolerance VIF -,823 ,413 -,879 -23,341 ,000 ,871 1,148 ,037 ,135 3,602 ,001 ,880 1,136 -,165 ,091 -,099 -1,816 ,073 ,414 2,413 1,431 ,534 ,147 2,679 ,009 ,412 2,428 NIM BIRATE T a. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil perhitungan pada tabel 4.6 diperoleh nilai VIF yang kurang dari 10 dan nlai tolerance yang lebih dari 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa model regersi tidak terjadi multikolenaritas. 4.2.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antar kesalahan penganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penilitian ini maka dilakukan Uji Durbin Watson berikut ini : 48 Tabel 4.8 Hasil Uji Durbin Watson Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square 1 ,947 a ,896 Estimate ,891 ,32425 2,208 a. Predictors: (Constant), LNVALAS, BOPO, NIM, BIRATE b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh angka DW sebesar 2,208. Sedangkan nilai batas bawah (dL) sebesar 1,5627 dan nilai batas atas (dU) sebesar 1,7501. Tabel DW dapat dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 4.9 Durbin Watson Test Bound Autokorelasi Ragu - ragu Ragu – ragu Bebas Positif Autokorelasi Autokorelasi Negatif DW 2,208 0 dL dU 4-dU 4-dL 1,5627 1,7501 2,2499 3,4373 Dari tabel 4.8 diatas terlihat bahwa DW berada di daerah bebas autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual bebas autokorelasi. 4 49 4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Uji hetero kedastisitas pada penelitian ini di deteksi dengan menggunakan Grafik Scaterrplot dan Uji Glejser yang diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data sekunder yang diolah Gambar 4.3 Grafik Scaterrplot Dengan melihat tampilan grafik scaterrplot dapat disimpulkan bahwa pada grafik scaterrplot terlihat jelas bahwa titik titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak membentuk sebuah pola tertentu maka grafik ini menunjukkan bahwa model regresi bebas dari Heterokedastisitas. Untuk mendeteksi 50 bahwa model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan melihat hasil dari tabel Uji Glejser berikut ini : Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B 1 Std. Error (Constant) 4,593 3,078 BOPO -,002 ,003 NIM ,016 BIRATE LNVALA S t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 1,492 ,139 -,105 -,920 ,360 ,871 1,148 ,025 ,072 ,631 ,530 ,880 1,136 ,076 ,061 ,207 1,249 ,215 ,414 2,413 -,517 ,360 -,239 -1,435 ,155 ,412 2,428 a. Dependent Variable: ABSRES Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa tingkat signifikansi seluruh variabel independen lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regersi tidak mengandung adanya heterokedastisitas dan model regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya. 4.2.3 Hasil Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar valuta asing terhadap variabel dependen yaitu Return On Assets (ROA). Hasil pengujian hipotesis sebagai berikut: 51 4.2.3.1 Uji Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan data data yang diuraikan sebelumnya, selanjutnya akan dikaji mengenai ketergantungan variabel bebas (independen) yaitu BOPO, NIM, BI rate, dan valas terhadap ROA. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program komputer IBM SPSS Statistics Ver. 20, dapat diperoleh hasil pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients B (Constant) -3,755 4,563 -,087 ,004 ,134 BIRATE LNVALAS BOPO 1 Std. Error NIM Beta Tolerance VIF -,823 ,413 -,879 -23,341 ,000 ,871 1,148 ,037 ,135 3,602 ,001 ,880 1,136 -,165 ,091 -,099 -1,816 ,073 ,414 2,413 1,431 ,534 ,147 2,679 ,009 ,412 2,428 a. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.10 diatas maka dapat diperoleh sebuah model persamaan regresi untuk mengetahui faktor faktor dalam memprediksi ROA adalah sebagai berikut: Y = -3,755 – 0,087 X1+ 0,134 X2 – 0,165 X3 + 1,431 X4 + e Dari persamaan regresi tersebut maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut : 1. Konstanta (nilai mutlak Y) apabila semua variabel independen tetap atau tidak berubah, maka ROA bernilai -3,755. 52 2. Koefisien regresi BOPO (X1) sebesar -0,087. Artinya apabila BOPO mengalami kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan menurunnya ROA sebesar 0,087 % bila variabel lain konstan. 3. Koefisien regresi NIM (X2) sebesar 0,134. Artinya apabila NIM mengalami kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan meningkatnya ROA sebesar 0,134% bila variabel lain konstan. 4. Koefisien regresi BI rate (X3) sebesar -0,165. Artinya apabila BI rate mengalami kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan menurunnya ROA sebesar 0,165 % 5. Koefisien regresi valas (X4) sebesar 1,431. Artinya apabila valas mengalami kenaikan sebesar 1% akan menyebabkan meningkatnya ROA sebesar 1,431% 4.2.3.2 Uji Regresi Simultan (Uji F) Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yaitu BOPO, NIM, BI rate, dan valas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel dependen yaitu ROA. Uji F digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen secara simultan. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : 53 Tabel 4.12 Hasil Uji F ANOVAa Model Sum of Squares Regression 1 Residual Total df Mean Square 76,235 4 19,059 8,831 84 ,105 85,066 88 F 181,279 Sig. ,000b a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), LNVALAS, BOPO, NIM, BIRATE Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas nilai F hitung sebesar 181,279 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya bahwa persamaan semua variabel independen ( BOPO, NIM, BI rate, dan valas) secara bersama sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (ROA). Dengan demikian dapat dijelaksan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak untuk di analisis. 4.2.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Uji t atau uji secara parsial antara individu antara variabel dependen yaitu BOPO, NIM, BI rate, dan valas terhadap ROA. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : 54 Tabel 4.13 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B (Constant) BOPO NIM 1 BIRATE LNVALA S Std. Error -3,755 4,563 -,087 ,004 ,134 t Sig. Collinearity Statistics Beta Tolerance VIF -,823 ,413 -,879 -23,341 ,000 ,871 1,148 ,037 ,135 3,602 ,001 ,880 1,136 -,165 ,091 -,099 -1,816 ,073 ,414 2,413 1,431 ,534 ,147 2,679 ,009 ,412 2,428 a. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah 1. Pengaruh Variabel BOPO Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar -23,341 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 diterima, yang artinya bahwa variabel BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA. 2. Pengaruh Variabel NIM Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar 3,602 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima, yang artinya bahwa variabel NIM berpengaruh signifikan terhadap ROA. 3. Pengaruh Variabel BI rate Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar -1,816 dengan nilai signifikansi sebesar 0,073 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 55 hipotesis 3 ditolak, yang artinya bahwa variabel BI rate tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. 4. Pengaruh Variabel valas Berdasarkan hasil tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar 2,679 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 diterima. Yang artinya bahwa variabel valas berpengaruh signifikan terhadap ROA. 4.2.3.4 Uji Koefisien Deteminasi (Uji R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi kecil berati kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Nilai – nilai yang mendekati satu berati variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R square. Nilai adjusted R square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Hasil pengujian dapat dilihat di tabel berikut : 56 Tabel 4.14 Hasil Uji R2 Model Summaryb Model R R Square ,947a 1 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,896 ,891 ,32425 Durbin-Watson 2,208 a. Predictors: (Constant), LNVALAS, BOPO, NIM, BIRATE b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar 0,891 atau 89,1%. Hal ini berati 89,1% variasi ROA dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen yaitu BOPO, NIM, BI rate, dan valas. Sedangkan sisanya sebesar 10,9 % ( 100% - 89,1%) dijelaskan oleh variasi lain diluar model. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan studi yang melakukan analisis untuk mengetahui pengaruh BOPO, NIM, suku bunga, dan nilai tukar valas terhadap Return On Assets (ROA) pada perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI. 4.3.1 Pengaruh BOPO terhadap ROA Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan bahwa BOPO mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis 1 diterima. Adanya pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi BOPO suatu perusahaan maka ROA perusahaan tersebut akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan koefisien regresi BOPO sebesar -0,087 menunjukkan arah negatif. Apabila beban operasional yang 57 ditanggung perusahaan semakin besar maka akan berdampak pada penurunan laba perusahaan yang tercermin dengan ROA. Berdasarkan data penelitian yang diolah, contoh perusahaan perbankan umum yang tercantum di BEI yang pada saat nilai BOPO tinggi sedangkan nilai ROA rendah yaitu Bank Bukopin (BBKP) pada tahun 2009 mempunyai nilai BOPO tinggi sebesar 86,93% (rata – rata BOPO sebesar 82,9229%) dan nilai ROA rendah sebesar 1,46% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%). Sedangkan pada perusahaan Bank Central Asia (BBCA) pada tahun 2010 mempunyai BOPO rendah sebesar 65,1% (rata – rata BOPO sebesar 82,9229%) dan ROA tinggi sebesar 3,5% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%). Hal ini sesuai dengan Teori Pensignalan (Signalling Theory), bahwa BOPO yang tinggi bukan menjadi signal yang baik bagi investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO, semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar BOPO maka akan semakin kecil ROA yang didapat oleh suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat beban pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil. Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang semakin tinggi mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki bank. Jika kondisi biaya operasional semakin meningkat tetapi tidak dibarengi dengan pendapatan operasional maka akan berakibat berkurangnya Return On Assets. 58 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA. Hasil ini didukung oleh penelitian Wibowo dan Syaichu (2013) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA. Namun hasil tersebut bertentangan dengan hasil penelitian penelitian Eng (2013) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh BOPO terhadap ROA yang menunjukkan hasil bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA. 4.3.2 Pengaruh NIM terhadap ROA Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan bahwa NIM mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis 2 diterima. Adanya pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi NIM suatu perusahaan maka ROA perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Berdasarkan data penelitian yang diolah, contoh perusahaan perbankan umum yang tercantum di BEI yang mempunyai nilai NIM tinggi dan ROA tinggi adalah Bank CIMB Niaga (BNGA) pada tahun 2009 mempunyai nilai NIM tinggi sebesar 6,78% (rata – rata NIM sebesar 5,2412%) dan nilai ROA tinggi sebesar 2,1% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%). Sedangkan pada perusahaan Bank Capital (BACA) pada tahun 2010 mempunyai NIM rendah sebesar 3,95% (rata – rata NIM sebesar 5,2412%) dan ROA rendah sebesar 0,74% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%). Hal ini sesuai dengan Teori Pensignalan (Signalling Theory), bahwa NIM yang tinggi menjadi signal yang baik bagi investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio perbandingan antara rasio pendapatan bunga bersih dengan rata – rata aktiva produktif. Yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk 59 menghasilkan pendapatan bunga bersih. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar NIM maka akan semakin besar ROA yang didapat oleh suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan bunga bersih maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Hal ini berarti bahwa semakin besar perubahan Net Interest Margin (NIM) suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank tersebut, sehingga kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Eng (2013) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh terhadap ROA. Namun hasil tersebut bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyono (2005) yang menyatakan bahwa NIM tidak berpengaruh terhadap ROA. 4.3.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan hasil bahwa suku bunga tidak mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,073 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis 3 ditolak. Menurut Signalling Theory (Teori Sinyal), apabila Suku bunga tinggi maka menyebabkan nilai ROA juga tinggi. Karena jika suku bunga tinggi, logikanya jumlah dana yang dihimpun dari masyarakat juga tinggi. Namun dalam pengaruhnya terhadap kredit yang akan disalurkan kepada masyarakat, jika suku bunga bank tinggi, kredit yang disalurkan rendah karena masyarakat enggan melakukan kredit ke bank karena melihat kondisi tingkat suku bunga kreditnya juga ikut tinggi. Dalam prakteknya, perusahaan mendapat dana dari nasabah banyak, tapi perusahaan juga harus punya kemampuan untuk melakukan perputaran dana tersebut kembali karena bunga yag 60 nantinya akan dibayarkan kepada nasabah yang menabung berasal dari perputaran kredit tersebut. Jika suku bunga tinggi dengan kredit rendah maka akan menurunkan laba perusahaan yang dalam penelitian ini menggunakan ROA. Pada saat tingkat suku bunga tinggi dapat diasumsikan berpengaruh terhadap rendahnya kredit yang dapat dihimpun. Secara langsung jika kredit rendah maka laba perusaahan juga ikut rendah. Berdasarkan teori signal diatas, dapat dikatakan bahwa suku bunga yang tinggi memberikan signal negatif kepada investor karena kredit perusahaan yang rendah akan menurunkan laba perusahaan yang dihitung dengan ROA. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Supriyanti (2008) yang menyatakan bahwa suku bunga tidak berpengaruh terhadap ROA. Namun hasil penelitian ini bertentangan pada penelitian yang dilakukan oleh Kalengkongan (2013) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap ROA. 4.3.4 Pengaruh Nilai Tukar Valuta Asing terhadap ROA Berdasarkan hasil pengujian statistik, penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar valas mempunyai pengaruh terhadap ROA. Terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis 4 diterima. Adanya pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai tukar valas suatu perusahaan maka ROA perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Berdasarkan data penelitian yang diolah, contoh perusahaan perbankan umum yang tercantum di BEI yang mempunyai nilai valas tinggi dan ROA tinggi yaitu Bank Mandiri (BMRI) pada tahun 2009 mempunyai nilai valas tinggi sebesar 9,39% (rata – rata valas sebesar 9,1828%) dan nilai ROA tinggi sebesar 3,54% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%). Sedangkan pada perusahaan Bank Kesawan (BKSW) pada tahun 2010 61 mempunyai valas rendah sebesar 9,1% (rata – rata valas sebesar 9,1828%) dan ROA rendah sebesar 0,17% (rata – rata nilai ROA sebesar 1,8531%). Hal ini sesuai dengan Teori Pensignalan (Signalling Theory), bahwa valas yang tinggi menjadi signal yang baik bagi investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai tukar mata uang asing menjadi salah satu faktor profitabilitas perbankan karena dalam kegiatannya, bank memberikan jasa jual beli valuta asing. Dalam situasi normal, memperdagangkan valuta asing pada dasarnya sangat menguntungkan karena transaksi menghasilkan keuntungan berupa selisih kurs. Hal itu terjadi karena para pelaku perdagangan valuta asing selalu menawarkan dua harga nilai tukar. Dalam kegiatan transaksi tesebut, nilai tukar akan mata uang asing menjadi perhatian bank karena hal tersebut mampu mempengaruhi tingkat profitabilitas bank. Dengan terjadinya fluktuasi akan nilai tukar mata uang asing, bank dapat memperoleh pendapatan berupa fee dan selisih kurs. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar valas maka akan semakin besar ROA yang didapat oleh suatu perusahaan. Nilai tukar valas akan menentukan imbal hasil investasi riil. Mata uang yang menurun secara jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan modal yang didapat dari jenis investasi apapun. Penurunan investasi ini akan mempengaruhi kegiatan operasional bank. Dengan turunnya investasi, permintaan pembiayaan pada bank juga akan menurun. Turunnya pembiayaan pada bank akan berpengaruh terhadap rasio keuangan bank yang dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu rasio profitabilitas (ROA). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Swandayani dan Kusumaningtias (2012) yang menyatakan bahwa valas berpengaruh terhadap ROA. Namun pada penelitian ini menjelaskan hasil yang bertentangan oleh penelitian yang 62 dilakukan Perdana (2009) yang menyatakan hasil yaitu valas tidak berpengaruh terhadap ROA. 63 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan analisis mengenai pengaruh BOPO (Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional, NIM (Net Interest Margin), Suku Bunga, dan Nilai Tukar Valuta Asing terhadap ROA (Return On Asset) yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka selanjutnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat beban pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil. 2. Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan bunga bersih maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 3. Suku bunga tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,073 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga akan meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil atau rendah. 64 4. Nilai tukar valuta asing berpengaruh terhadap ROA (Return On Asset). Dengan tingkat signifikansi 0,009 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar valas akan menentukan imbal hasil investasi riil. Mata uang yang menurun secara jelas akan mengurangi daya beli dari pendapatan dan keuntungan modal yang didapat dari jenis investasi apapun. Penurunan investasi ini akan mempengaruhi kegiatan operasional bank. Dengan turunnya investasi, permintaan pembiayaan pada bank juga akan menurun. Turunnya pembiayaan pada bank akan berpengaruh terhadap rasio keuangan bank yang dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu rasio profitabilitas (ROA). 5.2 Keterbatasan Masalah Dalam penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Keterbatasan penelitian ini perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Data awal yang digunakan dalam penelitian ini tidak normal sehingga penelitian ini melakukan outliers, jumlah data sebelumnya 120. Setelah dilakukan outliers terdapat 89 sehingga data yang hilang sebanyak 31. Data yang paling banyak dihilangkan adalah variabel NIM (Net Interest Margin). 5.3 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan adalah : 1. Sebelum mengambil keputusan untuk menanamakan sahamnya ke sebuah perusahaan, sebaiknya para investor terlebih dahulu melihat dan mempertimbangkan nilai tukar valuta asing yang sedang berlaku pada 65 suatu periode. Hal ini dikarenakan nilai koefisien regresi valas pada penelitian ini menunjukkan angka paling tinggi diantara ketiga variabel lain yang diteliti (BOPO, NIM, dan suku bunga) yaitu sebesar 1,431.