pengaruh jumlah uang beredar, harga premium

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, HARGA PREMIUM,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP TINGKAT INFLASI
DI INDONESIA PERIODE 2006.1 -2015.12
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Wayan Astawan
131324037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk :
 Sang Hyang Widhi (Tuhan yang Maha Esa) atas
dikabulkannya doa-doaku selama ini
 Bapak dan ibu yang tercinta
 Adikku Kadek Astuti yang tersayang
 Niluh Dewi Purnami yang selalu memberikan semangat dan
dukungan
 Laksmita putri yang selalu memberi semangat dari awal
skripsi ini
 Teman-teman satu daerah yang tidak bisa saya sebutkan satu
per satu
 Teman-teman kontrakan Bali No 139 A yang selalu
memberikan motivasi
 Teman-temanku Angkatan 2013 yang selalu memberikan
dukungan, semangat untuk berjuang bersama-sama dari awal
sampai akhir
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“ Kerja keras yang diimbangi dengan doa akan membuahkan hasil
yang baik”
Kerjakanlah segala sesuatu dengan sepenuh hati,
Bukan hanya karena orang lain mengatakan Anda harus
mengerjakan,
Melaikan karna Anda percaya bahwa anda harus mengerjakannya.
(J Donald Walters)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Juni 2017
Penulis
Wayan Astawan
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Wayan Astawan
Nim
: 131324037
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Tingkat Suku Bunga terhadap
Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2006.1- 2015.12
Beserta pengangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada
Perpustakaan
Universitas
Sanata
Dharma
hak
untuk
menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akdemis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupunmemberikan
royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 13 Juni 2017
Yang menyatakan
Wayan Astawan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, HARGA PREMIUM,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP TINGKAT INFLASI
DI INDONESIA PERIODE 2006.1-2015.12
Wayan Astawan
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untukmengujidanmenganalisis: 1) pengaruh jumlah
uang beredarterhadaptingkatinflasi; 2)pengaruhharga premiumterhadaptingkatinflasi;
dan 3) pengaruh tingkat suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode
2006.1-2015.12. Penelitian ini merupakanexplanatorystudy. Pengumpulan data
dengan teknik dokumentasi yaitu dengan mencari data yang disediakan Bank
Indonesia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis data menggunakan
teknik Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) jumlah uang beredar tidak berpengaruh
terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12;2) harga premium
berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12;dan
3) tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia
periode 2006.1-2015.12
Kata kunci: inflasi, jumlah uang beredar, harga premium, suku bunga.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE QUANTITY OF SPREAD OUT OF
MONEY, PREMIUM PRICE, AND THE INTEREST RATES ON
THE LEVEL OF INFLATION IN INDONESIA IN 2006.1-2015.12
Wayan Astawan
Sanata Dharma University
2017
The aims of this research were to examine and analyze: 1) the effect of quantity
of spreadout of money on the level of inflation;2) the effect of premium price on the
level of inflation; and 3) the effect of interest rateson the level of inflation inIndonesia
in 2006.1-2015.12. This reseach is explanatory study. The data collection methodwas
documentation;the data was provided byBank Indonesia in Yogyakarta Province. The
data was analyzed usingMultipleLinier Regresion Technique.
The results of this research were: 1) the quantity of spread out of money has
noeffecton the level ofinflation in Indonesia in 2006.1-2015.12; 2) the premium price
has a positive effecton the level of inflation in Indonesia in 2006.1-2015.12; and 3)
the level of interest rates has a positive effecton the level of inflation in Indonesia
2006.1-2015.12.
Keywords: inflation, the quantity of spread out of money, premium price, interest
rates.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena skripsi ini telah selesai tepat
pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Penulis
menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan
saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalamdalamnya kepada:
1.
Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas sanata dharma Yogyakarta;
2.
Ibu C. Wigati Retno Astuti., M.Si., M.Ed. selaku Ketua ProramStudi Pendidikan
Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta;
3.
Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik
dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
4.
Dr.
YohanesHarsoyo,
S.Pd,
M.SidanC.
Wigati
Retno
Astuti.,
M.Si.,
M.Edselakudosenpenguji;
5.
Segenap dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan
tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;
6.
Seluruh mahasiswa Angkatan 2013 yang juga telah memberi masukan selama
proses diskusi dalam mata kuliah seminar proposal penelitian dan kerjasama
yang baik selama ini;
7.
Staf administrasi Prodi Pendidikan Ekonomi yang telah membantu kelancaran
proses belajar selama ini;
Penulis
Wayan Astawan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................iv
MOTTO........................................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS..................................................................................vii
ABSTRAK.................................................................................................................viii
ABSTRACT...................................................................................................................ix
KATA PENGANTAR..................................................................................................x
DAFTAR ISI................................................................................................................xi
DAFTARGRAFIK.....................................................................................................xv
DAFTAR TABEL......................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Batasan Masalah................................................................................................6
C. Rumusan Masalah..............................................................................................6
D. Tujuan Penelitian...............................................................................................7
E. Manfaat Penelitian.............................................................................................7
BAB II TINJAUANPUSTAKA.................................................................................8
A. Inflasi.................................................................................................................8
1. Pengertian Inflasi.........................................................................................8
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengukuran Inflasi.......................................................................................9
3. Dampak Inflasi terhadap Perekonomian....................................................11
B. Teori – Teori Tentang Inflasi...........................................................................13
C. Penggolongan Inflasi.......................................................................................22
D. Faktor-Faktor Utama Penentu Inflasi..............................................................28
E. Berbagai Kebijakan Moneter...........................................................................31
F. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi............................................34
G. Pengaruh Harga Premium terhadap Inflasi......................................................37
H. Pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi............................................................38
I. Penelitian Terdahulu........................................................................................39
J. Kerangka Berpikir Teoritik dan
Hipotesis..........................................................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................43
A. Jenis Penelitian................................................................................................43
B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................43
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................................43
D. Data dan Sumber Data.....................................................................................45
E. Metode Pengumpulan Data.............................................................................46
F. Teknik Analisis Data.......................................................................................46
G. Uji Prasayarat.................................................................................................47
1. Uji Normalitas...........................................................................................47
2. Uji Linieritas.............................................................................................4
H. Uji Asumsi Klasik..........................................................................................48
1. Uji Multikolonieritas................................................................................48
2. Uji Heteroskedastisitas.............................................................................49
3. Uji Autokorelasi.......................................................................................50
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.............................................52
A. Analisis Deskriptif Data................................................................................52
1. Deskripsi Data Inflasi..............................................................................52
2. Deskripsi Data JUB.................................................................................54
3. Deskripsi Data Harga Premium...............................................................55
4. Deskripsi Data Suku Bunga....................................................................57
B. Temuan Data.................................................................................................59
C. Analisis Data.................................................................................................62
1. Pengujian Prasayarat Regresi..................................................................62
a. Pengujian Normalitas........................................................................62
b. Pengujian Linieritas...........................................................................64
2. Pengujian Asumsi Klasik.........................................................................68
a. Pengujian Multikolonieritas...............................................................68
b. Pengujian Heteroskedastisitas...........................................................70
c. Pengujian Autokorelasi......................................................................72
3. Analisis Regresi Linier Berganda............................................................73
a. Uji F...................................................................................................75
b. Koefisien Determinasi (R2)................................................................76
D. Pembahasan.....................................................................................................77
1. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Tingkat Inflasi........................77
2. Pengaruh Harga Premium terhadap Tingkat Inflasi..................................78
3. Pengaruh Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi........................................79
4. Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Suku Bunga
terhadap Tingkat Inflasi............................................................................81
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................83
A. Kesimpulan......................................................................................................83
B. Saran................................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................86
LAMPIRAN
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1
Grafik IV.2
Grafik IV.3
Grafik IV.4
Halaman
Rata-Rata Tingkat Inflasi Tahun 2006-2015....................................53
Rata-Rata Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015.........................55
Rata-Rata Harga Premium Tahun 2006-2015..................................56
Rata-Rata Suku Bunga Tahun 2006-2015........................................59
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.1
Tabel III.1
Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV.3
Tabel IV.4
Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel IV.8
Tabel IV.9
Tabel IV.10
Tabel IV.11
Tabel IV.12
Tabel IV.13
Tabel IV.14
Tabel IV.15
Tabel IV.16
Tabel IV.17
Halaman
Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2006-2016..................................3
Uji Statistik Durbin-Watson..............................................................49
Rata-Rata Tingkat Inflasi Tahun 2006-2015.....................................52
Rata-Rata Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015..........................54
Rata-Rata Harga Premium Tahun 2006-2015...................................56
Rata-Rata Suku Bunga Tahun 2006-2015.........................................57
Rata-Rata Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015........59
Rata-Rata Inflasi dan Harga Premium Tahun 2006-2015.................60
Rata-Rata Inflasi dan Suku Bunga Tahun 2006-2015.......................61
Hasil Uji Normalitas..........................................................................62
Hasil Uji Linieritas Jumlah Uang Beredar ........................................65
Hasil Uji Linieritas Harga Premium...................................................66
Hasil Uji Linieritas Suku Bunga........................................................67
Hasil Uji Multikolonieritas.................................................................79
Hasil Uji Heteroskedastisitas.............................................................70
Hasil Uji Autokorelasi.......................................................................72
Hasil Uji Regresi Berganda...............................................................74
Hasil Uji F.........................................................................................76
Hasil Analisis Uji R2.........................................................................77
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jumlah Uang Beredar Tahun 2006.1-2015.12..........................87
Lampiran 2 Harga Premium Tahun 2006.1-2015.12...................................92
Lampiran 3 Suku Bunga Tabungan tahun 2006.1-2015.12.........................97
Lampiran 4 Tingkat Inflasi tahun 2006.1-2015.12.....................................106
Lampiran 5 Uji Normalitas.........................................................................107
Lampiran 6 Uji Linieritas Jumlah Uang Beredar.......................................108
Lampiran 7 Uji Linieritas Harga Premium.................................................109
Lampiran 8 Uji Linieritas Suku Bunga......................................................110
Lampiran 9 Uji Multikolinieritas................................................................111
Lampiran 10 Uji Heteroskedastisitas............................................................112
Lampiran 11 Uji Autokorelasi......................................................................113
Lampiran 12 Uji Regresi Linier Berganda...................................................114
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian suatu negara dapat dikatakan sehat jika pertumbuhan
ekonominya stabil serta menunjukkan arah yang positif. Hal tersebut tercermin
dari kegiatan ekonomi makro. Salah satu indikator ekonomi makro untuk melihat
stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi. Inflasi adalah proses
kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus dalam suatu
periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan
persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
Inflasi
ibarat
sesuatu
yang
mengintai
perekonomian
dimana
pergerakannya sulit untuk diprediksi sehingga sangat menarik untuk dibahas
karena berdampak luas. Inflasi seperti ancaman pada negara-negara berkembang
seperti halnya Indonesia dengan struktur perekonomian bercorak agraris. Inflasi
tidak akan menjadi masalah yang terlalu berarti jika keadaan tersebut diiringi oleh
tersedianya komoditi yang dibutuhkan Inflasi bagaikan pedang bermata dua
dimana satu sisi bisa memberikan keuntungan, dilain sisi merugikan. Inflasi
bagaikan pegas yang harus dijaga kelenturannya jika terlalu tinggi bisa
membahayakan pertumbuhan ekonomi, namun sebaliknya jika terlalu rendah akan
menyebakan kelesuan ekonomi dan tidak akan memberikan stimulan kepada
sektor riil untuk melakukan kegiatan produksi.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada banyak faktor yang mempengaruhi inflasi,penelitian sebelumnya
yang menganalisis perilaku inflasi yang dilakukan oleh Maggi dan Saraswati
(2013) menyimpulkan bahwa pada periode 2001.1 sampai 2011.12 variabel
jumlah uang beredar yang berpengaruh secara signifikan dan positif dalam jangka
panjang terhadap inflasi. Variabel tingkat suku bunga pasar uang antar bank
berpengaruh secara signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di
Indonesia periode 2000.1 sampai 2011.4 yang dilakukan oleh Nugroho dan
Basuki (2012) menyimpulkan bahwa variabel suku bunga memiliki hubungan
yang positif dan signifikan dengan inflasi. Namun, Jumlah Uang Beredar
berpengaruh negatif terhadap inflasi dengan nilai koefisien beta sebesar 0,001,
Artinya apabila variabel independen lainnya konstan, maka setiap kenaikan
jumlah uang beredar (M2) sebesar satu rupiah akan menurunkan inflasi sebesar
0,001. Berdasarkanacuan 2 penelitian sebelumnya diatas yang telah meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi,peneliti memilih tiga faktor yang paling
dominan mempengaruhi inflasi yaitu JUB (jumlah uang beredar), harga premium,
dan suku bunga. Peneliti memilih Jumlah Uang Beredar sebagai variabel yang
akan diteliti karena dalam penelitian sebelumnya Nugroho dan Basuki (2012)
menemukan bahwa variabel JUB berpengaruh negatif terhadap inflasi, sedangkan
yang berpengaruh positif adalah variabel suku bunga, sementara itu pada
penelitian Saraswati (2013) variabel Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif
dan signifikan terhadap inflasi. Karena temuan yang belum kondusif diatas
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peneliti tertarik untuk menguji bagaimana pengaruh variabel Jumlah Uang
Beredarterhadap inflasi. Selain Jumlah Uang Beredar peneliti juga menyertakan
variabel harga premium dan suku bunga untuk diteliti sebagai variabel yang
diduga mempengaruhi inflasi. Berdasarkan sepuluh tahun terakhir peneliti tertarik
untuk menguji dan menganalisis Jumlah Uang Beredar, harga premium, dan suku
bungaterhadap inflasi. Berikut datanya.
Tabel 1.1: Tingkat Inflasi di Indonesia tahun 2005-2016
Tahun
Tingkat Inflasi
Desember 2006
6,60%
Desember 2007
6,59 %
Desember 2008
11,06 %
Desember 2009
2,78 %
Desember 2010
4,30 %
Desember 2011
6,96 %
Desember 2012
3,79 %
Desember 2013
8,38 %
Desember 2014
8,36 %
Desember 2015
3,35 %
Desember 2016
3,02 %
Sumber: Laporan Bank Indonesia2006-2016
Menurut Mankiw (2006:81), negara-negara yang memiliki pertumbuhan
uang yang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi sedangkan negara-negara
yang memiliki pertumbuhan uang yang rendah cenderung memiliki inflasi yang
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rendah. Hal tersebut sesuai dengan teori kuantitas bahwa kenaikan tingkat
pertumbuhan uang satu persen menyebabkan kenaikan satu persen inflasi. Dalam
teori kuantitas uang, inflasi hanya akan terjadi jika terdapat penambahan volume
jumlah uang beredar. Bila jumlah uang tidak bertambah, inflasi akan terhenti
dengan sendirinya.
Indonesia adalah salah satu negara importir minyak terbesar akibat
ketergantungan terhadap minyak yang sangat tinggi guna menggerakkan
perekonomian negara. Peranan minyak sangat besar dalam kegiatan ekonomi
sebagai input produksi di tingkat perusahaan maupun untuk konsumsi di tingkat
rumah tangga. Kenaikan harga minyakdimana akan mempengaruhi harga barang
atau jasa dalam negeri. Menurut Blanchard (2004), variabel kenaikan tingkat
harga minyak didasarkan oleh mekanisme transmisi dampak oil price shock
terhadap harga dan inflasi yang menyatakan bahwa ketika terjadinya kenaikan
harga minyak dunia maka suatu perusahaan akan merespon dengan menaikan
mark-up sehingga harga naik, karena hubungan keduanya berbanding lurus.
Dengan asumsi upah tetap, peningkatan harga minyak menyebabkan peningkatan
biaya produksi dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan harga. Cost-pust
inflation merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya tekanan biaya. Salah satu
pemicu terjadinya cost-pust inflation yaitu adanya peningkatan harga-harga
komuniti yang diatur pemerintah (administered price). BBM merupakan salah
satu contoh komoditi yang harganya diatur oleh pemerintah. Terjadinya kenaikan
harga BBM akan menyebabkan terjadinya inflasi karena selain BBMmerupakan
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebutuhan mendasar bagi masyarakat, kenaikan harga BBM meningkatkan biaya
produksi dari perusahaan-perusahaan. Oleh karena itu kenaikan BBM bersifat
cost-pust inflation dalam menciptakan inflasi.
Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan
inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan
dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di
masyarakat. Namun, di sisi lain, tingginya suku bunga akan meningkatkan nilai
uang selain menyebabkan besarnya opportunity cost pada sektor riil (Khalwaty,
2000:143).
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasanya inflasi sudah menjadi
masalah perekonomian di Indonesia sejak lama dimana fenomena inflasi ini
sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berkaitan dengan kondisi. Sehingga
penulis tertarik meneliti mengenai masalah inflasi karena ingin mengetahui apa
saja yang mempengaruhi inflasi di indonesia 10 tahun terakhir ini dengan judul
“Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Tingkat Suku Bunga
terhadapInflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12”.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi antara lain faktor
politik, produk domestik bruto, kurs, jumlah uang beredar, harga premium, dan
suku bunga. namun dalam penelitian kali ini hanya meneliti beberapa aspek saja
yang diduga memiliki pengaruh paling dominan yaitu Jumlah uang beredar, harga
premium, dan suku bunga.
C. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi di
Indonesia periode 2006.1-2015.12?
2. Apakah ada pengaruh harga premium terhadap tingkat inflasi di Indonesia
periode 2006.1-2015.12?
3. Apakah ada pengaruh suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode
2006.1-2015.12?
4. Apakah ada pengaruh jumlah uang beredar, harga premium, suku bunga
secara bersama terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis:
1. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode
2006-2015.12
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengaruh harga premium terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.12015.12?
3. Pengaruh suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2005.12016.12?
4. Pengaruh jumlah uang beredar, harga premium, suku bunga secara bersama
terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan sumbangsih pemikiran dalam upaya untuk meningkatkan
stabilitas perekonomian Indonesia.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti sebagai
acuan untuk melengkapi penelitian yang sedang dilakukan dan dapat
memberikan informasi-informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat inflasi.
3. Bagi penulis atau peneliti, hasil penelitian ini merupakan latihan dalam
mengaplikasikan teori dan menghubungkannya dengan kenyataan untuk
mengumpulkan pikiran dan analisis secara sistematis dalam memecahkan
masalah yang timbul di lingkungan masyarakat dengan menggunakan metode
ilmiah.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inflasi
1. Pengertian
Inflasi adalah suatu kondisi dimana tingkat harga meningkat secara
umum dan terus menerus (Boediono, 2001: 246). Menurut Nanga
(2000:.241), setidaknya ada tiga hal yang perlu ditekankan dalam memahami
inflasi, yaitu:
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa
saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik atau turun, tetapi
tetap menunjukkan tendensi atau kecenderungan yang meningkat.
b. Kenaikan tingkat harga tersebut terjadi secara terus-menerus (sustained),
yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, tetapi beberapa waktu
lamanya. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti pada saat
momen-momen tertentu seperti hari raya tidak dapat dikatakan sebagai
inflasi.
c. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum, bukan hanya
satu atau beberapa komoditas saja. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan harga itu
meluas (atau mengakibatkan kenaikan) pada barang lainnya.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengukuran inflasi
Menurut Nopirin, (1978:25) dan Bank Indonesia,Kenaikan harga
dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang
sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
a. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen (IHK) adalah salah satu pengukuran inflasi
yang paling banyak digunakan. Indeks harga konsumen merupakan indeks
harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa-jasa di
pasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian, perumahan, bahan bakar
transportasi, perawatan kesehatan, pendidikan dan komoditi lain yang
dibeli masyarakat untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. IHK
menunjukkan pergerakan harga dari paket sekeranjang barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat yang dilakukan atas dasar survei bulanan di
berbagai kota di Indonesia, baik di pasar tradisional dan modern yang
mencakup ratusan jenis barang/jasa di setiap kota di Indonesia.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7
kelompok pengeluaran yaitu:
1) Kelompok Bahan Makanan
2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3) Kelompok Perumahan
4) Kelompok Sandang
5) Kelompok Kesehatan
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6) Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7) Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar
Indeks Harga Perdagangan Besar adalah suatu indeks dari harga
bahan-bahan baku, produk antara dan peralatan modal dan mesin yang
dibeli oleh sektor bisnis atau perusahaan. Sehingga indeks harga produsen
hanya mencakup bahan baku dan barang antara atau setengah jadi saja,
sementara barang-barang jadi tidak dimasukkan di dalam perhitungan
indeks harga (Nopirin, 2011:26). Biasanya pergerakannya sejalan dengan
perkembangan IHK.
c. Gross Domestic Product Deflator (GDP)
GDP
Deflator
adalah
suatu
indeks
yang
merupakan
perbandingan atau rasio antara GDP nominal (atas dasar harga berlaku)
dan GDP riil (atas dasar harga konstan/tahun dasar) dikalikan dengan 100.
GDP riil adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan di
dalam perekonomian, yang diperoleh ketika output dinilai dengan
menggunakan harga tahun dasar. Sedangkan GDP nominal adalah GDP
yang dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku (GDP at current
market price). Sedangkan menurut Nopirin (2011:26), GDP Deflator
merupakan jenis indeks yang lain yang mencakup jumlah barang dan jasa
yang masuk dalam perhitungan GDP sehingga jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan indeks yang lain. Karena GDP deflator ini
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cakupannya lebih luas dalam arti perhitungannya meliputi semua barang
yang diproduksi di dalam perekonomian, maka indeks ini merupakan
indeks harga yang secara luas digunakan sebagai basis untuk mengukur
inflasi.
3. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung
parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai
pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik,
yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi
yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyper inflation),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga
hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Contohnya seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990,
uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di
tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak
dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang
bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika
tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk
berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari
tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur,
nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena
nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan
yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini
terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka
produsen
enggan
untuk
meneruskan
produksinya.
Produsen
bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan
suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan
pembangunan,
pembayaran,
dan
ketidakstabilan
merosotnya
tingkat
ekonomi,
kehidupan
dan
defisit
neraca
kesejahteraan
masyarakat.
B. Berbagai Macam Teori Tentang Inflasi
Secara garis besar ada 3 pandangan ahli ekonomi mengenai teori inflasi,
yaitu teori inflasi kaum Klasik (Teori Kuantitas), Keynes, dan kaum Strukturalis.
1. Pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik
Teori ini menerangkan hubungan diantara permintaan aggregat dan
penawaran aggregat dan tingkat harga. Pada dasarnya teori ini mengatakan
bahwa perubahan-perubahan dalam penawaran uang akan menyebabkan
kenaikan harga yang sama dengan tingkat kenaikan penawaran uang. Rumus
yang digunakan adalah MV=PT yang dikenal sebagai teori kuantitas.
(Keterangan: M adalah jumlah uang yang beredar, V adalah Velocity of money
atau kecepatan perputaran uang dalam suatu periode, P adalah tingkat harga
rata-rata dan T adalah jumlah transaksi yang terjadi selama periode tertentu).
Persamaan tersebut merupakan identitas karena pada hakikatnya nilai
transaksi yang dilakukan dalam perekonomian adalah sama nilainya dengan
produk nasional nominal yang dibeli (nilai transaksi = nilai barang). MV
mencerminkan total pengeluaran uang atau nilai transaksi untuk barang dan
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jasa (total money expenditure on goods and services) dan PT mencerminkan
total penerimaan uang hasil penjualan barang dan jasa (total receipts from the
sale of good and services).
Di balik teori itu ada 3 pandangan penting ahli ekonomi klasik:
a. Seluruh penawaran uang yang ada dalam perekonomian digunakan untuk
transaksi (untuk membeli barang dan jasa). Orang memegang uang untuk
membeli barang dan jasa atau untuk memperlancar transaksi yang akan
dilakukan. Semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
bertransaksi, semakin banyak uang yang dipegang untuk keperluan
transaksi tersebut. Persamaan di atas dapat ditulis menjadi M=1/V PT,
artinya
banyaknya
uang
yang
diminta
atau
diperlukan
dalam
perekonomian adalah sebesar 1/V dari pendapatan nasional.
b. Ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa nilai V (kecepatan perputaran
uang) tetap (konstan). V relatif tetap atau paling tidak V hanya berubah
jika terjadi
perubahan
kelembagaan, seperti
misalnya kebiasaan
melakukan pembayaran serta perubahan teknologi komunikasi. Dengan
demikian dalam jangka pendek V tidak berubah (konstan). Pendapat ini
didasarkan kepada keyakinan bahwa kebiasaan orang menerima uang dan
membelanjakannya relatif tetap.
c. Ahli ekonomi klasik berpendapat dalam perekonomian selalu terdapat
kesempatan kerja penuh sehingga nilai T konstan (tidak dapat ditambah
lagi). Dengan asumsi bahwa perekonomian selalu dalam keadaan full
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
employment, maka besarnya T tidak berubah.Sehingga dari 3 pandangan
itu ahli ekonomi klasik mempunyai keyakinan bahwa pertambahan
penawaran uang tidak akan menambah pendapatan nasional melainkan
hanya menimbulkan kenaikan harga yang tingkatannya sama dengan
pertambahan penawaran uang. Peranan uang adalah netral (money is
neutral)Uang tidak dapat mempengaruhi variabel-variabel dalam sektor
riil seperti pendapatan nasional riil, nilai riil tabungan, investasi, suku
bunga. Uang hanya akan mempengaruhi tingkat harga).
Teori kuantitas adalah teori yang paling klasik mengenai inflasi,
namun teori ini masih berguna untuk menerangkan proses terjadinya
inflasi terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini
menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar
dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga
(expectations). Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:
a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat. Tanpa adanya tambahan jumlah uang yang beredar
tidak akan terjadi inflasi.
b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar
dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa
yang akan datang.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada tiga kemungkinan keadaan:
a. Keadaan pertama, bila masyarakat tidak mengharapkan harga-harga akan
naik, maka tambahan uang yang beredar akan diterima sebagai tambahan
likuiditasnya, dan sebagian besar dari kenaikan tersebut tidak dibelanjakan
untuk membeli barang-barang.
b. Keadaan kedua, adalah masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi, orangorang mulai mengharapkan kenaikan harga. Penambahan jumlah uang
yang beredar akan digunakan untuk membeli barang-barang, hal ini
dilakukan untuk menghindari kerugian memegang uang kas.
c. Keadaan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu
tahap hiperinflasi. Keinginan untuk tidak memegang uang kas dan adanya
keinginan yang sangat besar untuk membelanjakan dengan membeli
barang-barang. Keadaan ini ditandai oleh makin cepatnya peredaran uang.
Prosentase kenaikan jumlah uang yang beredar akan diikuti kenaikan
prosentase harga yang lebih besar.
2. Pandangan Keynesian
Keynes mengkritik teori-teori yang disampaikan kaum klasik, misalnya:
a. Terdapat beberapa tujuan masyarakat meminta uang, selain untuk
transaksi juga ada untuk berjaga-jaga dan spekulasi.
b. Pengangguran sering dihadapi masyarakat jadi dalam perekonomian tidak
terjadi full employment. Sistem pasar bebas kurang bisa membuat
penyesuaian-penyesuaian sehingga kesempatan kerja penuh sangat sulit
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk dicapai. Pada saat terjadi pengangguran, pendapatan nasional dapat
ditingkatkan dengan pertambahan uang tanpa menyebabkan kenaikan
harga.
c. Nilai V dalam jangka panjang tidak konstan. Nilai V cenderung semakin
tinggi dari waktu ke waktu, misalnya: karena modernisasi yang membuat
alat pembayaran semakin canggih (contoh: penggunaan kartu kredit)
sehingga menyebabkan laju perputaran uang bisa menjadi lebih cepat.
d. Peranan uang tidak netral (money is not neutral) (Uang dapat
mempengaruhi variabel-variabel dalam sektor riil seperti pendapatan
nasional riil, nilai riil tabungan, investasi, suku bunga). Perubahanperubahan dalam penawaran uang dapat mempengaruhi perekonomian dan
pendapatan nasional melalui mekanisme transmisi sebagai berikut:
1) Pertambahan penawaran uang akan menurunkan suku bunga.
2) Penurunan suku bunga akan menambah investasi.
3) Kenaikan investasi akan meningkatkan pendapatan nasional melalui
proses multiplier.
Analisis Keynes tidak memperhatikan efek pertambahan uang
terhadap tingkat harga. Harga dianggap konstan karena pengangguran yang
terjadi dalam perekonomian tinggi.Menurut Keynes (dalam Boediono,
1994:163), inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas
kemampuan ekonominya, sehingga permintaan masyarakat akan barangbarang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (terjadi
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
inflationary gap).
Senjang inflasi (inflationary gap) ini timbul karena
golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi
yang dimiliki menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang.
Masyarakat berhasil memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi
rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan
masyarakat seperti ini bisa jadi adalah pemerintah sendiri yang berusaha
memperoleh output masyarakat dengan jalan deficit financing, yaitu dengan
mencetak uang baru, karena penerimaan dari pajak dan penerimaan lain-lain
tidak mencukupi. Bisa juga pengusaha-pengusaha swasta yang ingin
membiayai investasi-investasi barunya dengan kredit dari bank atau serikat
buruh yang menuntut gaji yang tinggi melebihi produktivitasnya. Keadaan ini
menggeser permintaan agregat sehingga terjadi kelebihan permintaan yang
disebut inflationary gap, kenaikan permintaan agregat dalam keadaan output
full employment akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan pada
pasar barang dan jasa sehingga harga barang dan jasa meningkat yang akan
menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan terhadap faktor produksi,
sehingga harga faktor produksi juga akan naik. Kenaikan harga barang dan
jasa serta faktor produksi inilah yang merupakan inflasi bagi perekonomian.
Adanya kenaikan harga-harga berarti bahwa sebagian dari rencana-rencana
pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak bisa terpenuhi. Pada
periode selanjutnya, golongan-golongan tersebut akan berusaha untuk
memperoleh dana yang lebih besar lagi (dari pencetakan uang baru atau kredit
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bank yang lebih besar atau dari kenaikan gaji yang lebih besar). Tentunya
tidak semua golongan tersebut berhasil memperoleh tambahan dana.
Golongan yang menang adalah yang bisa memperoleh dana yang lebih banyak
sehingga bisa memperoleh bagian output yang lebih banyak, dan sebaliknya
yang kalah (yaitu golongan berpenghasilan tetap atau yang penghasilannya
tidak secepat laju inflasi) akan memperoleh bagian output yang lebih sedikit.
Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari
semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan.
Inflasi akan berhenti bila permintaan efektif total tidak melebihi jumlah output
yang tersedia.
Penyebab terjadinya kenaikan permintaan agregat ini, menurut
monetaris adalah sebagai akibat dari kenaikan ekspansi jumlah uang beredar,
sedangkan Keynes tidak menyangkal anggapan tersebut, tetapi menambahkan
bahwa kenaikan permintaan agregat bisa juga karena peningkatan pengeluaran
konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor netto, meskipun
tidak disertai dengan kenaikan jumlah uang beredar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa meningkatnya kurva permintaan agregat dapat disebabkan
baik oleh faktor-faktor moneter maupun non moneter.
3. Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin.
Teori ini memberikan tekanan pada adanya ketegaran dari struktur
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perekonomian negara-negara sedang berkembang. Faktor-faktor struktural itu
hanya dapat berubah secara gradual dan dalam jangka panjang. Oleh karena
itu, teori ini sering disebut teori inflasi jangka panjang. Menurut teori ini, ada
dua “ketegaran” utama dalam perekonomian negara-negara yang sedang
berkembang yang bisa menimbulkan inflasi (Boediono 1994:167), yaitu:
a. Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu laju pertumbuhan nilai ekspor
lebih lamban dibanding dengan laju pertumbuhan sektor-sektor lainnya.
Kelambanan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu: (1) harga barang
ekspor di pasaran dunia tidak menguntungkan bila dibandingkan dengan
harga barang-barang impor atau terms of trade yang semakin memburuk.
Sering dianggap bahwa harga barang-barang hasil alam (yang merupakan
ekspor utama negara sedang berkembang), dalam jangka panjang naik
lebih lambat daripada harga barang-barang industri (yang merupakan
impor negara sedang berkembang). (2) supply atau produksi barangbarang ekspor yang tidak responsif terhadap kenaikan harga. Kelambanan
pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan
kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan untuk
konsumsi maupun investasi. Akibatnya, negara tersebut terpaksa
mengambil
kebijaksanaan
pembangunan
yang
menekankan
pada
penggalakan produksi dalam negri dari barang yang sebelumnya diimpor
(import substitution strategy), meskipun seringkali ongkos produksi dalam
negri adalah lebih tinggi daripada barang-barang sejenis yang diimpor.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ongkos produksi yang lebih tinggi ini mengakibatkan harga yang lebih
tinggi. Bila proses substitusi impor ini makin meluas, kenaikan ongkos
produksi juga makin luas ke berbagai barang (yang tadinya diimpor),
sehingga makin banyak harga barang yang naik. Dengan demikian
terjadilah inflasi.
b. Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan di dalam
negeri, yaitu laju pertumbuhan produksi bahan makanan di dalam negeri
lebih lamban dibandingkan dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk
dan pendapatan per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negri
cenderung untuk menaik melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Hal
ini mengakibatkan tuntutan kenaikan upah dari para karyawan (di sektor
industri), dengan demikian akan menyebabkan kenaikan ongkos produksi,
sehingga biaya produksi total meningkat. Hal inilah yang menyebabkan
para pengusaha menaikkan harga jual produknya. Kenaikan harga barangbarang seterusnya mengakibatkan timbulnya tuntutan kenaikan upah lagi.
Kenaikan upah kemudian diikuti oleh kenaikan harga-harga. Dan
seterusnya.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Penggolongan Inflasi
Prasetyo (2011) dan Nopirin (2011) menggolongkan inflasi dengan cukup
lengkap diantaranya:
1. Menurut tingkat keparahannya
Laju inflasi dapat berbeda dari suatu negara dengan negara lain atau
dalam satu negara untuk waktu yang berbeda. Adapun besarnya laju inflasi
dapat dibagi ke dalam empat kategori:
a. Inflasi ringan
Pada umumnya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang
rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan lambat,
dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.
b. Inflasi sedang
Inflasi sedang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar
(double digit) sebesar 10% sampai dengan 30% per tahun).
c. Inflasi berat
Besarnya antara 30% sampai 100% per tahun. Inflasi ini dapat
dikatakan ganas karena dampaknya sudah semakin luas dan sulit
dikendalikan
d. Inflasi Tinggi (HiperInflation)
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya.
Besarnya lebih dari 100% per tahun. Nilai uang merosot dengan tajam
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga masyarakat tidak percaya pada uang yang dipegang dan ingin
segera ditukarkan dengan barang. Uang juga berputar dengan cepat.
2. Menurut Penyebabnya
Menurut teori kuantitassebab utama timbulnya inflasi adalah
kelebihan permintaan yang disebabkan penambahan jumlah uang beredar.
Adapun jenis-jenis inflasi menurut sebabnya (Samuelson dan Nordhaus,
1998:587) adalah:
a. Inflasi tarikan Permintaan (Demand-Pull Inflation)
Merupakan inflasi yang disebabkan karena tarikan permintaan.
Inflasi ini bermula dari adanya permintaan total (agregat demand),
sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh
atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan seperti
ini, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga dapat juga
menaikan hasil produksi atau output. Apabila kesempatan kerja penuh
(full
employment)
benar-benar
tercapai,
penambahan
permintaan
selanjutnya hanya akan menaikan harga saja. Apabila kenaikan
permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP pada kesempatan kerja
penuh maka akan terdapat “inflationary gap”. Inflationary gap inilah yang
dapat menimbulkan inflasi.
Menurut Bank Indonesia, penyebab terjadinya demand pull
inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. Kondisi ini digambarkan dengan output riil yang
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melebihi output potensialnya atau dengan kata lain permintaan aggregat
lebih besar daripada kapasitas perekonomian.
b. Inflasi dorongan biaya (Cost-Push Inflation)
Merupakan inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya produksi
yang mengakibatkan adanya penurunan penawaran aggregat. Kenaikan
biaya produksi ini ditimbulkan oleh beberapa faktor diantaranya akibat
depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negri khususnya negara-negara
partner dagang, peningkatan harga barang yang diatur pemerintah
(administered prices), terjadinya guncangan sisi penawaran akibat bencana
alam dan terganggunya distribusi (BI), persatuan serikat buruh dalam
menuntut kenaikan upah, industri yang bersifat monopolistis, sehingga
dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga yang
lebih tinggi, dan lain-lain.
c. Inflasi campuran (Mixed Inflation)
Adalah jenis inflasi yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan
penawaran atau kelebihan dalam permintaan. Inflasi ini sering terjadi
karena perilaku permintaan dan penawaran yang tidak seimbang.
d. Ekspektasi inflasi
Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat
dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan
ekonominya. Ekspektasi tersebut apakah disebabkan oleh adanya perilaku
masyarakat yang secara umum bersifat adaptif atau forward looking,
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena masyarakat melihat harapan di masa datang akan lebih baik
daripada sebelumnya. Harapan masyarakat ini dapat menyebabkan
demand pull inflation maupun cost push inflation tergantung dari harapan
masyarakat yang mana yang lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan
barang dan faktor produksi saat itu dan masa datang. Hal ini dapat
tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan
pedagang terutama saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran,
natal, tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR).
Meskipun barang diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan
permintaan, namun harga barang dan jasa saat hari raya keagamaan
meningkat lebih tinggi dari kondisi suppply-demand. Demikian pula pada
saat penentuan UMR, pedagang ikut pula menaikkan harga barang
walaupun tingkat kenaikan upah kurang dapat menaikkan permintaan (BI).
3. Berdasarkan asal timbulnya inflasi
Menurut Boediono, (1994) mengemukakan bahwa timbulnya inflasi
berdasarkan dua faktor yaitu:
a. Inflasi berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya sebagai
akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), yaitu inflasi
sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibatbiaya
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor
barang. .
D. Faktor-Faktor Utama Penentu Inflasi
1. JUB (Jumlah Uang beredar)
Jumlah Uang Beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat.
Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua,
yaitu: jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’
(M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan uang
beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1
ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).
Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah narrow
money adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran
atau dapat diperluas mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati “uang”
(deposito berjangka dan tabungan). Narrow money yang biasanya
disimbolkan dengan M1 terdiri dari uang tunai/kartal (currency) dan uang
giral (Demand Deposit). Uang kartal merupakan uang kertas dan uang logam
yang ada di tangan masyarakat umum, sedangkan uang giral mencakup saldo
rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank,
(Boediono, 1992)
M1 = C + D
Dimana:\
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C
= Currency (uang kartal: kertas dan logam)
D = Demand Deposits (uang giral: rekening koran/giro)
Pengertian uang beredar dalam arti lebih luas (Broad Money) adalah
M1 ditambah dengan deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada
bank-bank, (Boediono, 1992)
M2 = M1 + TD + SD
Dimana:
TD
= Time deposits (deposito berjangka)
SD
= Savings Deposits (Saldo Tabungan)
Menurut Mankiw (2006:81), negara – negara yang memiliki
pertumbuhan uang yang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi
sedangkan negara – negara yang memiliki pertumbuhan uang yang rendah
cenderung memiliki inflasi yang rendah. Hal tersebut sesuai dengan teori
kuantitas bahwa kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang satu persen
menyebabkan kenaikan satu persen tingkat inflasi.
2. Harga Premium
Harga premium adalah harga jual real premium di POM di Indonesia.
Menurut Mankiw (2007:265), guncangan pada penawaran agregat dapat
menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran adalah guncangan
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa dan
akibatnya, mempengaruhi harga yang dibebankan perusahaan kepada
konsumen. Salah satu contoh peristiwa yang menyebabkan guncangan
penawaran yaitu organisasi kartel minyak internasional. Dengan membatasi
persaingan, dapat menyebabkan produsen minyak utama meningkatkan harga
minyak dunia. Peristiwa ini merupakan guncangan penawaran yang
memperburuk (adversesupply shock), yang berarti dapat meningkatkan biaya
dan harga.
Kenaikan harga BBM memperberat beban hidup masyarakat terutama
mereka yang berada di kalangan bawah dan juga para pengusaha, karena
kenaikan bbm menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan itu akan
mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan
sehingga akan menurunkan tingkat penjualan yang pada akhirnya juga akan
menurunkan laba perusahaan. Naiknya harga BBM di indonesia diawali oleh
naiknya harga minyak dunia yang membuat pemerintah tidak dapat menjual
BBM kepada masayarakat dengan harga yang sama dengan harga
sebelumnya, karena hal itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN untuk
subsidi minyak menjadi lebih tinggi.
3. Suku bunga
BI Rate adalah tingkat bunga tabungan, deposito, dan pinjaman yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan
Bank
Indonesia
melalui
pengelolaan
likuiditas
(liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter. Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh
perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
Demikian juga halnya dengan suku bunga jangka panjang, produsen akan
merespon kenaikan suku bunga di pasar uang dengan mengurangi
investasinya, maka produksi dalam negeri (output) menurun sehingga tingkat
inflasi domestik menurun.
4. Kurs (nilai tukar)
Kurs adalah Harga atau nilai dari satu mata uang yang dinyatakan
dalam ukuran mata uang negara lain”. Dapat juga didefinisikan sebagai
“jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing. (Sadono Sukirno, 2000:397) Melemahnya nilai tukar rupiah
menjadikan harga barang-barang impor meningkat dikarenakan dibutuhkan
jumlah rupiah yang lebih banyak untuk mendapatkan barang-barang impor
tersebut, demikian pula halnya dengan barang-barang dengan bahan baku
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
produksi yang diimpor. Hal ini juga akan menaikkan harga produksi dalam
negeri yang dapat berujung pada terjadinya inflasi. Depresiasi nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing juga mengakibatkan meningkatnya nilai
ekspor. Harga barang domestik yang lebih murah menarik minat pihak luar
negeri untuk menambah jumlah permintaan akan barangnya sehingga
perlahan-lahan harga akan naik dan menyebabkan inflasi (Sipayung, 2013:
337)
E. Berbagai Kebijakan Moneter
1. Discount policy (politik diskonto)
Politik
diskonto
artinya
kebijakan
untuk
menaikkan
atau
menurunkan suku bunga bank dalam rangka memperlancar likuiditas seharihari. Bank sentral dalam menjalankan tugasnya mengawasi kegiatan bank
umum, dapat mengubah tingkat bunga yang berlaku. Jika dalam kondisi
kegiatan ekonomi masih berada di bawah tingkat kegiatan yang diharapkan,
bank sentral dapat menurunkan tingkat diskonto/suku bunga, sehingga
masyarakat melakukan pinjaman dan banyak investasi yang ada di
masyarakat. Begitu juga sebaliknya, apabila bank sentral ingin membatasi
kegiatan ekonomi, maka tingkat suku bunga perlu dinaikkan, sehingga
masyarakat/pengusaha banyak melakukan tabungan dan uang yang beredar
dapat dikurangi.
2. Open market policy (politik pasar terbuka atau operasi pasar terbuka)
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Politik pasar terbuka artinya kebijakan untuk memperjualbelikan
surat-surat berharga oleh Bank Indonesia di pasar uang. Pada waktu
perekonomian mengalami resesi, maka uang yang beredar perlu diadakan
penambahan untuk mendorong kegiatan ekonomi yaitu dengan cara membeli
surat-surat berharga. Pada waktu inflasi, untuk mengurangi kegiatan ekonomi
yang berlebihan, uang yang beredar harus dikurangi dengan cara menjual
surat-surat berharga. Agar operasi pasar terbuka dapat berjalan dengan baik
dan berhasil sesuai yang diharapkan, yakni pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, maka harus diciptakan keadaan perekonomian di mana:
a) bank umum tidak memiliki kelebihan cadangan minimum.
b) dalam perekonomian telah tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang
diperjualbelikan.
3. Cash Receive Ratio (politik cadangan kas atau giro wajib minimum)
Politik cadangan kas artinya kebijakan untuk menaikkan atau
menurunkan cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum. Apabila
kondisi perekonomian terjadi kenaikan harga (inflasi), maka bank sentral
dapat menaikkan cadangan kas minimumnya sehingga uang yang beredar
dapat dikurangi. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang lesu, maka
pemerintah dapat menurunkan cadangan kas minimumnya, sehingga uang
yang beredar bertambah karena banyaknya pinjaman yang diberikan kepada
masyarakat. Akibat dari naiknya cadangan kas, maka kemampuan bank umum
untuk memberikan pinjaman berkurang atau bank umum tidak mampu
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan pinjaman dan sekaligus dana yang menganggur di bank semakin
bertambah.
4. Pengendalian kredit selektif
Yaitu untuk membatasi penggunaan kredit yang terlalu besar atau
terlalu cepat pada sector tertentu dan terutama untuk mengurangi penggunaan
kredit untuk tujuan spekulasi pembelian surat-surat obligasi, maka
diterapkanlah kebijakan pengendalian kredit selektif ini. Caramnya adalah
dengan
menaikan ketentuan maksimum kredit yang bias dipinjam untuk
membiayai
pembelian
spekulatif
tersebut,
yang
dilakukan
dengan
menurunkan presntasi kredit maksimum yang dapat digunakan untuk
membiayai pembelian spekulatif tersebut.
Sama halnya dibidang konsumsi misalnya untuk kredit perumahan,
dilakukan pengendalian dengan cara menaikkan atau menurunkan ketentuan
minimum pembayaran uang muka cicilan. Denagn ini akan menaikan
besarnya pembayaran cicilan selanjutnya yang akan semakin besar, sehingga
diharapkan akan mempengaruhi terhadap keputusan permintaan kredit untuk
pembelian tersebut. Hal ini dilakukan apabila memang permintaan kredit
untuk pembelian/konsumsi perumahan tadi sudah terlalu besar sehingga
menimbulkan tingkat inflasi yang tinggi.
5. Moral Suasion
Yaitu untuk menghindari kemungkinan buruk akibat perluasan ataupun
kontraksi pembelian kredit bank itu terhadap bekerjanya system perbankan
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun
kegiatan
ekonomi
secara
keseluruhan,
maka
dibutuhkan
bujukan/himbauan moral dari otoritas moneter yang ditujukan kepada bankir
atau pengusaha. Persuasi moral ini bertujuan agar para bankir dan pengusaha
mentaati kebijakan yang telah ditetapkan oleh Bank Sentral. Kebijakan ini
akan lebih efektik jika didukung oleh tindakan yang lebih positif oleh Bank
Sentral, antara lain dengan cara melalui: pidato-pidato Gubenur bank sentral,
publikasi-publikasi agar dicapai kondisi seperti yang diinginkan oleh otoritas
moneter. Himbauan ini ditujukan baik terhadap kredit perbankan secara
keseluruhan maupun kepada suatu kredit jenis tertentu atau kepada sector
tertentu. Kebijakan moral susion ini hanya akan bermanfaat pada saat tertentu
saja sampai kebijakan yang fundamental dilakukan.
F. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi
Teori yang menyoroti hubungan antara inflasi dengan Jumlah Uang
Beredar adalah teori kuantitas uang. Pertama, inflasi hanya bisa terjadi jika
terdapat penambahan volume uang beredar tanpa ada kenaikan jumlah uang
beredar hanya akan menaikan harga-harga sementara waktu saja. Artinya apabila
jumlah uang beredar melebihi dari yang diinginkan masyarakat, masyarakat
cenderung akan membelanjakan uangnya dengan meningkatkan konsumsi barang
dan jasa. Sepanjang kapasitas produksi masih tersedia, kenaikan konsumsi
tersebut tersebut akan meningkatkan produksi dan memperluas kesempatan kerja.
Akan tetapi, apabila kapasitas produksi telah jenuh maka kenaikan permintaan
barang dan jasa tersebut pada gilirannya akan meningkatkan harga-harga pada
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
umumnya (inflasi) (Pohan, 2008:35). Bila jumlah uang tidak bertambah, inflasi
akan terhenti dengan sindirinya. Uang selalu didefinisikan sebagai Benda benda
yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar
menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan disetujui dalam definisi ini
adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat untuk
menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantaraan dalam kegiatan
tukar- menukar (Sukirno, 2006:267). Uang tidak lain adalah segala sesuatu yang
dapat dipakai/diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun
utang. Dalam sejarah uang, beberapa jenis barang telah pernah dipakai sebagai
uang (misalnya kerang, emas, gigi binatang, kulit, perak dan sebagainya). Dengan
demikian uang dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang secara umum
mempunyai fungsi sebagai berikut : sebagai satuan pengukur nilai, sebagai alat
tukar dan sebagai alat penimbun/penyimpan kekayaan. (Nopirin 2011:2).
1. Teori Penawaran Uang
Terdapat
perbedaan pendapat dikalanganekonom tentang cara
mendefenisikan uang yang dianggap paling tepat. Dua pendekatan dasar yang
terbak yang dapat dipergunakan adalah pendekatan transaksi (Transaction
Approach) dan pendekatan Likuiditas (Liquidity approach) (Widayatsari dan
Mayes, 2009:22-23).
a. Pendekatan Transaksi (Transaction Approach)
Pendekatan transaksi menekankan fungsi uang sebagaimedium
of exchange. Pendukung pendekatan ini menyatakan inti dari uang adalah
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa masyarakat menerimanya sebagai alat pembayaran. Karena ini
adalah perbedaan pokok antara uang dan aset keuangan lainnya, dimana
semua aset dapat dipergunakan sebagai store of value namun hanya sedikit
yang dapat berfungsi sebagai medium of exchange. Inti pendekatan ini
menganjurkan kita untuk memperhitungkan aset yang memilikifungsi
sebagai medium of exchange dalam perhitungan empiris uang. Aset yang
termasuk dalam kategori uang menrurt defenisi ini adalah uang koin dan
uang kertas dan juga chekable accountyang dapat ditarik melalui penulisan
chek.
b. Pendekatan Likuiditas
Pendekatan ini mnenekankan kepada properti utama dari uang
yaitu bahwa uang haruslah yang bersifat paling likuid dari semua aset
yang ada. Likuiditas dinilai berdasarkan seberapa mudahnya aset dijual
dimasa depan pada masa tertentu, dengan waktu yang singkat dan dengan
biaya transaksi minimal. Pendekatan ini menekankan fungsi uang sebagai
store of value. Uang dalam pendekatan ini adalah tidak berbeda dengan
aset keuangan lainnya, semuanya memiliki kemampuan likuiditas
meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda Tingkatan likuiditas
dimulai dari uang kartal hingga aset keuangan seperti hingga mulai dari
uang yang paling likuid, yaitu aset dengan mudah dapat ditukar dengan
uang cash dalam waktu singkat tanpa biaya apapun. Uang yang termasuk
katagori ini adalah aset yang berfungsi sebagai medium of exchangeyaitu
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
uang koin, uang kertas, rekening koran yang dapat ditarik denagn cek.
Ekonomi menyebut aset yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi yang
hanya akan menghasilkan keuntungan atau kerugian tipis sebagai
nearmoney. Contoh dari near moneyadalah aset-aset likuiditas tinggi yang
tidak termasuk katagori M1.
G. Pengaruh Harga Premium Terhadap Inflasi
Variabel kenaikan tingkat harga premium didasarkan oleh mekanisme
transmisi dampak oil price shock terhadap harga dan inflasi yang dijelaskan oleh
Blanchard (2004), yang menyatakan ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia
maka suatu perusahaan akan merespon dengan menaikkan mark-up sehingga
harga naik, karena hubungan keduanya berbanding lurus. Artinya apabila harga
premium naik, maka akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa
di masyarakat, peningkatan biaya produksi danmendorong perusahaan untuk
meningkatkan hargapada umumnya (Inflasi).
Cost-push inflation merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya
tekanan biaya. Salah satu pemicu terjadinya cost-push inflation yaitu adanya
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price).
BBM merupakan salah satu contoh komoditi yang harganya diatur oleh
pemerintah. Terjadinya kenaikan harga BBM akan menyebabkan terjadinya
inflasi karena selain BBMmerupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat,
kenaikan harga BBM menyebabkan meningkatnya biaya produksi dari
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perusahaan-perusahaan. Olehkarena itu kenaikan harga BBM bersifat cost-push
inflation dalam menciptakan inflasi.
Menurut Mankiw (2007:265), guncangan pada penawaran agregat dapat
menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran adalah guncangan pada
perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa dan
akibatnya,
mempengaruhi
harga
yang
dibebankan
perusahaan
kepada
konsumen.Salah satu contoh peristiwa yang menyebabkan guncangan penawaran
yaituorganisasi kartel minyak internasional. Dengan membatasi persaingan,
dapatmenyebabkan produsen minyak utama meningkatkan harga minyak
dunia.Peristiwa ini merupakan guncangan penawaran yang memperburuk
(adversesupply shock), yang berarti dapat meningkatkan biaya dan harga
H. Pengaruh Suku bunga Terhadap Inflasi
Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan
inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan
dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di
masyarakat. Artinya apabila suku bunga tabungan tinggi, masyarakat akan lebih
bergairah untuk menabung yang menyebabkan saving tinggi, sehingga
mengurangi pergerakan jumlah uang beredar yang nantinya akan berpengaruh
terhadap rendahnya inflasi. Namun, di sisi lain, tingginya suku bunga akan
meningkatkan nilai uang selain menyebabkan besarnya opportunity cost pada
sektor riil (Khalwaty, 2000:143).
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat bunga kredit yang tinggi juga menyebabkan gairah masyarakat
untuk meminjam di bank untuk melakukan investasi dan konsumsi juga semakin
berkurang karena tingkat bunga merupakan salah satu komponen biaya modal.
Sehingga kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi permintaan aggregat
dalam masyarakat.. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank
Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui
penurunan
suku
bunga
untuk
mendorong
aktifitas
ekonomi.
Dengan
mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia
pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan
melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan.
Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga
permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan
untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan
investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila
tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan
menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang
terlalu cepat sehingga meningkatkan biaya dana dan biaya modal sehingga
keinginan untuk melakukan investasi dan konsumsi menjadi berkurang dan pada
akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi (www.bi.go.id). Jadi jika terjadi
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kenaikan tingkat bunga diharapkan dapat menekan permintaan aggregat. Hal ini
menunjukkan efektifnya suku bunga sebagai instrumen kebijakan untuk
mengomunikasikan keberadaan (stance) kebijakan moneter. Pasar lebih mudah
menangkap sinyal kebijakan moneter melalui suku bunga dibandingkan dengan
aggregat moneter (Maski, 2007:14).
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang masalah inflasi telah banyak dilakukan oleh peneliti
dengan berbagai model yang digunakan. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Kurniawan Saputra (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2007-2012”.
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh JUB (M2), suku bunga, Kurs,
dan harga beras terhadap inflasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Jumlah
Uang Beredar, kurs, dan harga beras berpengaruh positif dan signifikan
terhadap inflasi. Sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap inflasi.
2. Rio Maggi dan Brigita Dian Saraswati melakukan penelitian dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia : Model Demand Pull
Inflation”. Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Jumlah Uang
Beredar, suku bunga, dan perubahan musim terhadap inflasi. Peneliti
menyimpulkan bahwa pada tahun 2001.1 – 2011.12 variabel JUB yang
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpengaruh signifikan dan positif terhadap inflasi di indonesia hanya dalam
jangka panjang. Variabel suku bunga berpengaruh positif terhadap inflasi baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan variabel perubahan
musim tidak berpengaruh terhadap inflasi baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang
J. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan uraian penelitian sebelumnya, maka
disusun kerangka penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi
Jumlah uang beredar yang tinggi mempengaruhi tingkat inflasi. Artinya
jika
jumlah uang beredar melebihi dari yang diinginkan masyarakat,
masyarakat
cenderung
akan
membelanjakan
uangnya
dengan
cara
meningkatkan konsumsi barang dan jasa. Kenaikan permintaan barang dan jasa
yang tidak disertai dengan kenaikan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan akan mengakibatkan terjadinya inflasi. Berdasarka uraian di atas
dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:
H1= jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi.
2. Pengaruh harga premium terhadap tingkat inflasi
Kenaikan tingkat harga premium mempengaruhi tingkat inflasi. Artinya
apabila harga premium naik, maka akan diikuti oleh naiknya harga barangbarang dan jasa-jasa di masyarakat. Peningkatan biaya produksi akan
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendorong perusahaan untuk meningkatkan harga pada umumnya (inflasi).
Adanya harga premium yang tinggi akan diikuti dengan kenaikan harga barang
dan jasa sehingga dapat menyebabkan inflasi. Berdasarkan urain tersebut dapat
dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
H2 = harga premium berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi.
3. Pengaruh tingkat suku bunga terhadap tingkat inflasi
Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan
dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di
masyarakat.Apabila suku bunga tinggi, masyarakat akan lebih bergairah untuk
menabung yang menyebabkan saving tinggi, sehingga mengurangi pergerakan
jumlah uang beredar yang nantinya akan berpengaruh terhadap rendahnya
inflasi. Adanya suku bunga yang tinggi dapat menurunkan tingkat inflasi.
Berdasarkan urain tersebut dapat dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3 = tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap tingkat inflasi.
4. Pengaruh jumlah uang beredar, harga premium dan suku bunga terhadap
inflasi
Jumlah uang beredar yang tinggidan kenaikan harga premium akan
mengakibatkan naiknya harga barang dan jasa di Masyarakat sehingga
menyebabkan inflasi. Sebaliknya tingkat suku bunga yang tinggi akan
meningkatkan tabungan masyarakat dan mengurangi jumlah uang beredar
sehingga dapat menurunkan tingkat inflasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jumlah uang beredar, harga premium dan tingkat suku bunga berpengaruh
terhadap inflasi.
Kerangka penelitian studi tersebut adalah sebagai berikut
JUB (Uang Kartal
dan Uang Giral)
(X1)
Harga Premium
(X2)
Inflasi (Y)
Suku Bunga
(X3)
Keterangan:
= Regresi Berganda
= Regresi
Gambar II.1
Kerangka Penelitian Studi
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitimemilih menggunakan jenis penelitian
exsplanatorystudyyaitu
penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan
kerangka pemikiran terlebih dahulu kemudian dirumuskan dalam bentuk
hipotesis. Penelitian ini mengambiljudul“Pengaruh Jumlah Uang beredar, Harga
premium, Tingkat Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode
2006.1-2015.12”
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dari bulan April –
Juni 2017 di Indonesia.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Data yang diteliti dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua variabel
yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen adalah
variabel yang bersifat menentukan atau mempengaruhi variabel dependen.
Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga
variabel independen
a. Variabel X (Independent)Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah
uang beredar, harga premium, dan suku bunga periode 2006.1-2015.12
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Variabel Y (Dependent/terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat Inflasi periode 2006.12015.12
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana variabelvariabel dalam penelitian diukur. Berikut adalah definisi operasional dari
variabel yang akan diteliti, yaitu :
1. Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan harga-harga meningkat secara
umum dan terus menerus dalam periode waktu tertentu. yang diukur
dalam persen (%) selama periode Januari 2006 – Desember 2015.
2. JUB
Jumlah Uang Beredar adalah uang yang berada di tangan
masyarakat. Pada penelitian kali ini hanya akan menjelaskan tentang
jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) yaitu uang kartal dan uang
giral periode Januari 2006-Desember 2015 yang diterbitkan BI dan diukur
dalam satuan milyar rupiah (Rp).
3. Harga premium
Harga BBM adalah harga jual real premium di POM di Indonesia
dalam bulanan yang diterbitkan oleh pemerintah yang diukur dengan
satuan ribu rupiah (Rp).
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Suku bunga
BI Rate adalah tingkat suku bunga tabungan real berdasarkan
kelompok bank yaitu Bank Umum 1 bulan yang diukur dengan satuan
persen (%).
D. Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan Data sekunder dari
BPS (Badan Pusat Statistik), Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)
dan dari Bank Indonesia (BI) dikarenakan pada penelitian ini peneliti hanya
memerlukan data sekunder untuk melihat apakah ada Pengaruh Jumlah Uang
Beredar, Harga Premium, Dan suku bunga terhadap tingkat Inflasi.
Data yang dicari dalam penelitian ini adalah :
1. Data inflasi di Indonesia periode Januari 2006-Desember 2015, bersumber
dari BI (www.bi.go.id)
2. Jumlah Uang Beredar di Indonesia periode Januari 2006-Desember 2015,
bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) BI, dalam
satuan milyar.
3. Harga Premium di Indonesia periode Januari 2006-Desember 2015,
Bersumber dari Kementrian Energia Sumber Daya Mineral (ESDM)
4. Suku bunga tabungan periode Januari 2006- Desember 2015, bersumber dari
BI (www.bi.go.id).
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
dalam
suatu
penelitian
dimaksudkan
untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan realistis. Karena data bersifat
makro, metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah metode dokumentasi, yaitu mendapatkan informasi melalui catatan,
literatur, dokumentasi, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian. Selain itu
juga terdapat data-data laporan tertulis yang terkait dengan penelitian ini dari
berbagai studi pustaka yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan website.
F. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Berganda. Persamaan
Regresi untuk tiga prediktor (Sugiyono, 2008) adalah:
Rumus : Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ e
Y = Variabel terikat (independent)
a = Konstanta
b1 b2 b3 = Koefisien Beta
X1 =Jumlah Uang Beredar
X2 = Harga Premium
X3 = Suku Bunga
e = Error
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Uji
normalitas
dimaksudkan
untuk
mengetahui
apakah
data
berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji
normalitas dilakukan dengan mengamati penyebaran data pada sumbu
diagonal suatu grafik. Uji signifikansi pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika residual yang kita
dapatkan mempunyai distribusi normal. Ada beberapa metode yang bisa
digunakan untuk mendeteksi apakah residual mempunyai distribusi normal
atau tidak. Metode yang digunakan adalah dengan metode Uji KolmogorovSmirnov.
Kriteria pengujian:
b. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig > 0.05 maka data
berdistribusi normal
c. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig < 0.05 , maka data tidak
berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Metode yang
digunakan adalah dengan Uji Hipotesis Serempak (Uji F). Uji ini dilakukan
dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.
Kriteria:
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Jika F hitung > F tabel atau nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima,
artiinya linier.
b. Sebaliknya, jika F hitung < F tabel atau nilai Sig > 0,05 maka Ho diterima,
Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh signifikan (tidak linier).
H. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antar variabel-variabel
bebas. Salah satu syarat yang harus dipenuhi regresi berganda adalah tidak
terdapatnya multikolinieritas atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan
antara variabel penjelas. Dalam penelitian ini akan di uji dengan Variance
Inflation Factor Dan Tolerance
Jika kita mempunyai sejumlah k variabel independen tidak termasuk
konstanta didalam sebuah model, maka varian dari koefisien regresi parsial
dapat ditulis sbb:
Var(βj)=(
∑
) atau Var(βj)=(
∑
)(
)
Dimana R2j merupakan R2 yang diperoleh dari regresi auxiliary antara
variabel independent dengan variabel independent sisanya (k-1). Sedangkan
VIF adalah Varian Infaltion Factor. Ketika R2j mendekati satu atau dengan
kata lain ada kolonieritas antar varibael independent maka, VIF akan naik dan
mendekati tak terhingga jika nilainya Rj2 = 1. Bila nilai R2 tinggi tetapi hanya
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedikit nilai t yang signifikan maka diduga model regresi terkena penyakit
multikolinieritas.
Cara mendeteksi:
Lihat pada bagian VIF (Variance Inflation Factor) pada output Coefficients
Nilai VIF = 1 / Tolerance
a. Jika VIF > 5 maka variabel tersebut mempunyai persoalan
multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya
b. Jika VIF < 5 maka variabel tersebut terbebas dari persoalan
multikolinieritas
Selain itu para ahli ekonometrika juga menggunakan nilai tolerance untuk
mendeteksi masalah multikolinieritas di dalam model regresi berganda. Nilai
tolerance (TOL) dapat dicari dengan menggunakan formulas sbb:
TOL = (1- R2j)
=
jika R2j = 0 berarti tidak ada kolonieritas antara variabel independent maka
nilai TOL sama dengan 1 dan sebaliknya jika R2j = 1 ada kolonieritas antar
variabel independent maka nilai TOL sama dengan 0.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
adalah
untuk
melihat
apakah
terdapat
ketidaksamaan varians dari residualsatu ke pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap atau disebut homoskedastisitas. Dalam penelitian ini akan di uji dengan
menggunakan Metode
Korelasi Spearman. Metode berikutnya untuk
mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah metode yang dikembangkan
oleh spearman. Metode ini dapat digunakan untuk sampel besar maupun
sampel kecil. Menurut Singgih Santoso (2001) ada kriteria dalam uji korelasi
spearman, yaitu:
a. Jika nilai Sig < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi
yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.
b. Sebaliknya, jika nilai Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.
3. Uji Autokerelasi
adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t
dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis
regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi
sebelumnya.Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung
autokorelasi dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson).Prosedur uji
yang di kembangkan oleh Durbin - Watson dapat dijelaskan dengan model
sederhana seperti:Y1 = β0 +β1X1t +et
Menurut Singgih Santoso (2001) ada kriteria apakah ada autokorelasi
atau tidaknya dari masing-masing variabel yaitu:
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III.1: Uji Statistik Durbin- Watson d
d < dL
d > dU
dL d  dU
d > 4 - dL
d < 4 - dU
4 - dL d  4 - dU
Auto Korelasi
Terdapat autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi +/Daerah keraguan
Terdapat autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi +/Daerah keraguan
Ragu- Ragu Tidak Ada
Positif
Ragu-Ragu
Autokorelasi
Auto
Korelasi
Negatif
0
dL
dU
2
4-dU
Gambar III.1. Statistik Durbin – Watson d
51
4-dL
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Deskriptif Data
1. Deskripsi Tingkat Inflasi
Data inflasi pada penelitian ini adalah data bulanan yang peneliti
peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi rata-rata untukmasingmasing tahun yaitu dari tahun 2006 .1 – 2015.12. Rata-rata tingkat inflasi di
Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut:
Tabel IV.1 Rata-rata Tingkat Inflasi tahun 2006 – 2015
Tahun
Tingkat Inflasi (persentase)
2006
6,60
2007
6,40
2008
10,31
2009
4,90
2010
5,13
2011
5,38
2012
4,28
2013
6,38
2014
6,42
2015
6,97
Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017
Tingkat inflasi di Indonesia dapat divisualisasikan dalam bentuk
grafik berikut ini :
Grafik VI.1 Rata-rata Tingkat Inflasi tahun 2006 – 2015
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat Inflasi
12.00
10.31
Persentase
10.00
8.00
6.00
6.60 6.40
6.38 6.42
5.38
4.90 5.13
6.97
4.28
4.00
Tingkat
Inflasi
(persentase)
2.00
0.00
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017
Berdasarkan data inflasi yang divisualisasikan dalam bentuk
grafik IV.1 dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi rata-rata tertinggi
berada pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,31 % yang berarti bahwa tergolong
dalam inflasi sedang.Hal tersebut disebabkan karena pada tahun 2008
negara Amerika Serikat mengalami krisis global yang berawal ketika
Amerika Serikat gagal mengelola usaha properti, sehingga berdampak
terhadap laju inflasi dalam negeri yang meningkat mencapai 10,31
%.Sementara inflasi terendah berada pada tahun 2012 sebesar 4,28 % yang
berarti bahwa tergolong dalam inflasi ringan, yang disebabkan karena pada
tahun 2012 tidak terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Deskripsi Data Jumlah Uang Beredar
Data jumlah uang beredar (JUB) pada penelitian ini adalah data
bulanan yang peneliti peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi
rata-rata untuk masing-masing tahun yaitu dari tahun 2006 – 2015. Rata-rata
jumlah uang beredar di Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut:
Tabel IV.2 Rata-rata Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015
Tahun
Rata-rata
Jumlah
Uang
Beredar (milyar rupiah)
297.807
2006
375.324
2007
2008
441.761
2009
471.959
534.390
2010
2011
634.788
761.126
2012
842.943
2013
905.439
2014
1.002.448
2015
Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017
Jumlah uang beredar di Indonesia dapat divisualisasikan dalam
bentuk grafik berikut ini :
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Grafik IV.2 Rata-rata Jumlah Uang Beredar tahun 2006.1-2015.12
Rata-rata Jumlah Uang Beredar
Milyar Rupiah
1,200,000
1,002,448
905,439
842,943
761,126
800,000
634,788
534,390
600,000
471,959
441,761
375,324
400,000 297,807
1,000,000
200,000
Rata-rata
Jumlah Uang
Beredar
(milyar
rupiah)
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017
Berdasarkan
data
jumlah
uang
beredar
(JUB)
yang
divisualisasikan dalam bentuk grafik IV.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah
rata-rata uang beredar tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu sebesar
1.002.448 milyar rupiah dan jumlah uang beredar terendah berada pada
tahun 2006 sebesar 297.807 milyar rupiah.Menurut BI meningkatnya
pertumbuhan JUB tersebut terutama dipengaruhi oleh akselerasi penyaluran
kredit perbankan yang tumbuh lebih tinggi
3. Deskripsi Data Harga Premium
Data harga premium pada penelitian ini adalah data bulanan yang
peneliti peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi rata-rata
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untukmasing-masing tahun yaitu dari tahun 2006.1– 2015.12. Rata-rata
harga premium per tahun di Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut:
Tabel IV.3 Rata-rata Harga Premium tahun 2006- 2015
Tahun
Harga Premium (ribu rupiah)
4.500
2006
4.500
2007
4.700
2008
4.500
2009
4.500
2010
5.292
2011
4.500
2012
6.500
2013
6.833
2014
7.217
2015
Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017
Harga premium di Indonesia dapat divisualisasikan dalam bentuk
grafik berikut ini :
Grafik IV.3 Harga premium Tahun 2006.1- 2016.12
Ribu Rupiah
Harga Premium
8,000
7,217
6,5006,833
7,000
6,000
5,292
4,7004,5004,500
4,500
5,000 4,5004,500
4,000
3,000
2,000
1,000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
56
Harga
Premium
(ribu rupiah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan data harga premium yang divisualisasikan dalam
bentuk grafik IV.3 dapat disimpulkan bahwa rata-rata harga premium
tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 7.217. Hal ini di
karenakan pada tahun 2015rata-rata harga minyak dunia dan masih
berfluktuasi serta melemahnya nilai tukar rupiah sedangkanharga premium
terendah berada pada tahun 2006 – 2012 yaitu sebesar RP 4.500. Hal ini di
karenakan pada tahun 2006 masih diterapkan subsidi BBM, sehingga harga
premium berda pada kisaran rendah.
4. Deskripsi Data Suku Bunga
Data tingkat suku bunga pada penelitian ini adalah data bulanan
yang peneliti peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi rata-rata
untuk masing-masing tahun yaitu dari tahun 2006 .1– 2015.12. Rata-rata
tingkat suku bunga di Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut:
Tabel IV.4 Rata-rata Tingkat Suku Bunga Tahun 2006- 2015
Tahun
Suku bunga (persentase)
4,75
2006
4,98
2007
3,28
2008
3,67
2009
3,13
2010
2,53
2011
1,94
2012
1,84
2013
1,80
2014
1,74
2015
Sumber : Bank Indonesia, diolah 2017
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat suku bunga di Indonesia dapat divisualisasikan dalam
bentuk grafik berikut ini :
Grafik IV.4 Rata-rata Tingkat Suku Bunga tahun 2006- 2015
Suku bunga
6
Persentase
5
4
3
4.75 4.98
3.28
3.67
3.13
2.53
1.94 1.84 1.8 1.74
2
Suku bunga
(persentase)
1
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Sumber : Bank Indonesia, diolah 2017
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku
bunga tertinggi setelah di rata-rata berada pada tahun 2007 yaitu sebesar
4,98 % karena keadaan bank saat itu mengalami kekurangan dana (jumlah
simpanan sedikit) sehingga harus meningkatkan tingkat suku bunga untuk
menarik nasabah menyimpan uangnya di bank dan tingkat suku bunga
terendah berada pada tahun 2015 yaitu sebesar 1,74 % karena bank memiliki
jumlah simpanan yang besar sehingga suku bunga diturunkan.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Temuan Data
Tabel IV.5 Rata-rata Inflasi dan Jumlah Uang Beredar
TAHUN
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
JUB
INFLASI
1.002.448
905.439
842.943
761.126
634.788
534.390
471.959
441.761
375.324
297.807
6,97
6,42
6,38
4,28
5,38
5,13
4,90
10,31
6,40
6,60
Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017
Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah uang beredar
cenderung mengalami peningkatan secara terus menerus setiap tahun. Pada tahun
2008 tingkat inflasi di Indonesia mencapai 10,31 %, sedangkan JUB
dimasyarakat sebesar 441.761 milyar rupiah. Hal ini disebabkan karena negara
amerika serikat mengalami krisis global yang berawal ketika Amerika serikat gagal
mengelola usaha properti, sehingga berdampak terhadap laju inflasi dalam negeri yang
meningkat mencapai 10,31%. Dan pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan
yaitu sebesar 4,90% dan jumlah uang beredar dimasyarakat sebesar 472.959. hal
ini disebabkan karena di Indonesia terjadi deflasi pada barang-barang yang harganya
ditetapkan oleh pemerintah, seperti bahan bakar minyak dan listrik.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV.6 Rata-rata Inflasi dan Harga Premium tahun 2006-2015
TAHUN
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
HARGA
PREMIUM
7.217
6.833
6.500
4.500
5.292
4.500
4.500
4.700
4.500
4.500
INFLASI
6,97
6,42
6,38
4,28
5,38
5,13
4,90
10,31
6,40
6,60
Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 inflasi
mencapai 10,31 % sedangkan harga premium sebesar Rp 4.700. Pada tahun
2009 tingkat inflasi menurun menjadi 4,90 % sedangkan harga premium
menurun menjadi Rp 4.500. Hal ini disebabkan karena harga minyak dunia
mengalami penurunan yang menyebabkan pemerintah menurunkan harga minyak
dalam negeri, salah satunya yaitu harga premium.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV.7 Rata-rata Inflasi dan Tingkat Suku Bunga tahun 2006-2015
TAHUN
SUKU
BUNGA
TABUNGAN
INFLASI
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
1,74
1,80
1,84
1,94
2,53
3,13
3,28
3,67
4,98
4,75
6,97
6,42
6,38
4,28
5,38
5,13
4,90
10,31
6,40
6,60
Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2007 suku bunga
tabungan mencapai 4,98 % sedangkan tingkat inflasi sebesar 56,40 %. Dan pada
tahun 2008 tingkat suku bunga tabungan turun menjadi 3,67 % sedangkan tingkat
inflasi meningkat menjadi 10,31 %. Hal ini disebabkan karena krisis ekonomi
yang terjadi di Amerika Serikat yang berdampak pada Indonesia. Pada tahun
2012 tingkat suku bunga tabungan mencapai 1,94 % sedangkan tingkat inflasi
mencapai 4,28 %. Dan pada tahun 2013 tingkat suku bunga turun menjadi 1,84
%, sedangkan tingkat inflasi meningkat menjadi 6,38 %. Hal ini disebabkan
karena Bank Indonesia memiliki banyak simpanan sehingga tingkat suku bunga
tabungan diturunkan dan jumlah uang beredar dimasyarakat semakin banyak
membuat masyarakat ingin menjadi konsumen dibandingkan saving, sehingga
tingkat harga pun meningkat.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C.
Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Regresi
Sebelum melakukan analisis data, maka terlebih dahulu akan
dilakukan pengujian prasyarat regresi. Hal ini penting dilakukan karena
untuk mengetahui rumus “Regresi Linier Berganda” maka data-data yang
diperlukan harus memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan sebagai
berikut:
a. Pengujian Normalitas
Tabel IV.8 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Harga
JUB (dalam
milyar rupiah)
N
Normal
Mean
a
Parameters
Std.
Deviation
tingkat
premium (ribu suku bunga
rupiah)
inflasi
(persentase) (persentase)
120
120
120
120
626761.94
5284.17
2.7848
6.9490
232456.089
1119.648
.96485
3.28467
Most Extreme
Absolute
.129
.400
.170
.187
Differences
Positive
.129
.400
.170
.187
Negative
-.092
-.242
-.128
-.087
1.413
4.380
1.862
2.049
.872
.433
.082
.118
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus atau uji
“One Sample Kolmogorov Smirnov”. Pengujian normalitas ini dilakukan
untuk semua data atau variabel penelitian yaitu sebagai berikut:
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) Jumlah Uang Beredar (JUB) (X1)
a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean :
626761.94, Standar Deviasi : 232456.089.
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai
Asymp. Sig yaitu : 0,872. Jadi probabilitas (sig) 0,872 > 0,05. Hal ini
berarti Jumlah Uang Beredar (JUB) (X1) berdistribusi normal.
2) Harga Premium (X2)
a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean :
5284.17, Standar Deviasi : 1119.648.
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai
Asymp. Sig yaitu : 0,433. Jadi probabilitas (sig) 0,433 > 0,05. Hal ini
berarti Harga premium (X2) berdistribusi normal
3) Tingkat Suku Bunga
a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean :
2.7848, Standar Deviasi : 0. 96485.
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai
Asymp. Sig yaitu : 0, 82. Jadi probabilitas (sig) 0,82 > 0,05. Hal ini
berarti tingkat suku bunga (X3) berdistribusi normal.
4) Tingkat Inflasi (Y)
a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean :
6.9490, Standar Deviasi : 3.28467.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai
Asymp. Sig yaitu : 0,118. Jadi probabilitas (sig) 0,118 > 0,05. Hal ini
berarti tingkat inflasi (Y) berdistribusi normal.
b. Pengujian Linieritas
Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F,
dimana pengujian linieritas ini dilakukan untuk setiap variabel bebas
yaitu sebagai berikut :
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
Jumlah Uang Beredar (X1)
Tabel IV.9
Hasil Uji Linieritas Jumlah Uang Beredar
ANOVA Table
Sum of
Squares
tingkat inflasi
Between
(Combined)
(persentase) *
Groups
Linearity
Mean
df
Square
F
Sig.
2165.582
7
323.655 2.369
.027
220.120
1
220.120 43.160
.010
163.987
5
30.431 3.465
.222
JUB (milyar
Deviation
rupiah)
from
Linearity
Within Groups
S
1118.315 113
9.985
Total
1283.896 119
umber :
Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017
Dengan inflasi (Y) dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh F
hitung sebesar 43,160 dengan probabilitas (sig) 0,010 maka diperoleh F
tabel 5,59. Jadi F hitung 43,160 > F tabel 5,59 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga hubungan antara Jumlah Uang Beredar (X1) dan
Inflasi (Y) bersifat linier.
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Harga Premium (X2)
Tabel IV.10
Hasil Uji Linieritas Harga Premium
ANOVA Table
Sum of
Squares
Mean
df
Square
tingkat inflasi
Between
(Combined)
165.582
8
23.655
(persentase) *
Groups
Linearity
137.595
1
163.987
6
27.331
1118.315 112
9.985
F
Sig.
2.369
.017
137.595 35.140
.030
Harga premium
Deviation
(ribu rupiah)
from Linearity
Within Groups
Total
2.737
.326
1283.896 119
S
umber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017
Dengan inflasi (Y) dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh F
hitung sebesar 35,140 dengan probabilitas (sig) 0,030 maka diperoleh F
tabel 5,32. Jadi F hitung 35,140> F tabel 5,32 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga hubungan antara Harga premium (X2) dan Inflasi
(Y) bersifat linier.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tingkat Suku Bunga (X3)
Tabel IV.11
Hasil Uji Linieritas Tingkat Suku Bunga
ANOVA Table
Sum of
Squares
tingkat inflasi
Between
(persentase) *
Groups
(Combined)
Linearity
Mean
df
Square
1217.576
80
15.032
387.973
1
829.603
80
10.370
66.321
38
1.745
1283.896
119
F
Sig.
8.613
.020
387.973 222.298
.015
suku bunga
Deviation
(persentase)
from
5.942
.115
Linearity
Within Groups
S
Total
umber : LaporanBank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017
Dengan inflasi (Y) dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh F
hitung sebesar 222,298 dengan probabilitas (sig) 0,015maka diperoleh F
tabel 3,96. Jadi F hitung 222,298 > F tabel 5,32 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga hubungan antara Tingkat suku bunga (X3) dan
Inflasi (Y) bersifat linier.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendeteksi dan mengetahui ada tidaknya pelanggaran dan
penyimpangan dalam pengujian “Regresi Linier Berganda”. Pengujian
asumsi klasik meliputi :
a. Pengujian Multikolinieritas
Tabel IV. 12
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
JUB (dalam milyar rupiah)
.075
3.287
Harga premium (ribu rupiah)
.335
2.982
suku bunga (persentase)
.115
3.718
a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk data dari variabel
bebas yaitu sebagai berikut :
1). Jumlah Uang Beredar (X1)
Dari hasil output “Coliinearity Statistics” diperoleh VIF
(Variance Inflations Factor) 3,287, berarti VIF 3,287 < 5. Dengan
hasil tersebut maka variabel jumlah uang beredar bersifat “ tidak
terjadi multikolinieritas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
uang beredar sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau
korelasi dengan variabel yang lainnya.
2). Harga Premium (X2)
Dari hasil output “Coliinearity Statistics” diperoleh VIF
(Variance Inflations Factor) 2,982, berarti VIF 2,982 < 5. Dengan
hasil tersebut makan variabel harga premium bersifat “ tidak terjadi
multikolinieritas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah harga
premium sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau
korelasi dengan variabel yang lainnya
3). Tingkat suku bunga (X3)
Dari hasil output “Coliinearity Statistics” diperoleh VIF
(Variance Inflations Factor) 3,718, berarti VIF 3,718 < 5. Dengan
hasil tersebut makan variabel tingkat suku bunga bersifat “ tidak
terjadi multikolinieritas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
suku bunga sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau
korelasi dengan variabel yang lainnya.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pengujian Heteroskedastisitas
Tabel IV.13
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
JUB
Harga
(dalam
Spearman' JUB (dalam milyar
s rho
rupiah)
rupiah)
suku bunga
(persentase)
Unstandardized
Residual
milyar
(ribu
rupiah)
rupiah)
(persentase ardized
)
Residual
1.000
.743**
-.961**
-.056
.
.000
.000
.542
120
120
120
120
.743**
1.000
-.695**
.010
Sig. (2-tailed)
.000
.
.000
.912
N
120
120
120
120
-.961**
-.695**
1.000
.034
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.
.716
N
120
120
120
120
-.056
.010
.034
1.000
Sig. (2-tailed)
.542
.912
.716
.
N
120
120
120
120
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Harga premium (ribu
premium suku bunga Unstand
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan uji korelasi rank dari spearman (Spearman’s rank
Corellation test). Pengujian ini dilakukan untuk menunjukan bahwavariasi
(Varian’s) dari variabel tidak sama untuk setiap pengamatan. Pengujian
ini dilakukan untuk semua variabel bebas :
1). Jumlah Uang Beredar (X1) dan Residu
Pada output antara (X1) dan residu menghasilkan angka (r) 0,056 dengan probabilitas (sig) 0,542. Jadi dengan membandingkan
probabilitas
diperoleh bahwa nilai Sig 0,542 > 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa antara jumlah uang beredar dengan inflasi “tidak
terjadi heteroskedastisitas”.
2). Harga Premium (X2) dan Residu
Pada output antara (X2) dan residu menghasilkan angka (r)
0,010 dengan probabilitas (sig) 0,912. Jadi dengan membandingkan
probabilitas
diperoleh bahwa nilai Sig 0,912 > 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa antara harga premiumdengan inflasi “ tidak
terjadi heteroskedastisitas”.
3). Tingkat suku bunga (X3) dan Residu
Pada output antara (X3) dan residu menghasilkan angka (r)
0,034 dengan probabilitas (sig) 0,716. Jadi dengan membandingkan
probabilitas
diperoleh bahwa nilai Sig 0,716 > 0,05. Hal ini
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan bahwa antara tingkat suku bunga dengan inflasi “ tidak
terjadi heteroskedastisitas”.
c.
Pengujian Autokorelasi
Tabel IV.14
Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error of the
Model
R
R Square
.731a
1
Adjusted R Square
.535
Estimate
.523
2.26948
Durbin-Watson
2.324
a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam
milyar rupiah)
b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
Sumber : LaporanBI berbagai edisi, diolah 2017
Dengan N = 120, k = 3 maka didapat harga tabel D-W yaitu DL :
1,6513, DU: 1,7536. Kesimpulannya dalam uji autokorelasi didapat nilai
D-W yaitu 2,324, jadi nilai D-W 2,324 > DU 1,7536, sehingga tidak ada
autokorelasi.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruhjumlah uang peredar, harga premium, dan suku bunga terhadap
tingkat inflasi. Berdasarkan hasil analisis linier berganda menggunakan
program SPSS. Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan : Y = Inflasi
a = konstanta
X1 = jumlah uang beredar
X2 = harga premium
X3 = suku bunga
Uji regresi linier berganda yang dilakukan meliputi Uji t, Uji F,
dan R2(koefisien determinasi).Hasil analisis regresi linier berganda
ditunjukkan seperti pada Tabel IV.12 berikut:
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV.15
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1(Constant)
JUB (dalam milyar rupiah)
Harga premium (ribu
rupiah)
suku bunga (persentase)
B
Std. Error
-12.210
3.108
1.019
.000
.002
3.354
Coefficients
Beta
t
Sig.
-3.929
.000
.072
.312
.755
.000
.592
5.415
.000
.637
.985
5.268
.000
a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda maka didapat
persamaan sebagai berikut:
Y = -12,210 + 1,019X1 + 0,002X2 + 3,354X3 + e
Berdasarkan persamaan regresi di atas maka dapat diberikan interpretasi
sebagai berikut :
Koefisien beta konstanta sebesar -12,210 dengan probabilitas 0,000,
karena probabilitas < 0,05 maka pengaruhnya negatif dan signifikan. Artinya
variabel yang tertampung dalam konstanta berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tngkat inflasi.
Koefisien beta jumlah uang beredar sebesar 1,019 dengan probabilitas
0,755. Koefisien regresi bertanda positif dan probabilitas >0,05 sehingga
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan jumlah uang beredar
terhadap tingkat inflasi. Koefisien regresi JUB sebesar 1,019 mengandung arti
bahwa jika jumlah uang beredar meningkat 1 satuan, maka tingkat inflasi
tidak ikut serta meningkat sebesar 1,119.
Koefisien beta harga premium sebesar 0,002 dengan probabilitas
0,000. Koefisien regresi bertanda positif dan probabilitas < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan harga premium
terhadap tingkat inflasi. Koefisien regresi harga premium sebesar 0,002
mengandung arti bahwa jika harga premium meningkat 1 satuan, maka tingkat
inflasi juga meningkat sebesar 0,002.
Koefisien beta suku bunga sebesar 3,354 dengan probabilitas 0,000.
Koefisien regresi bertanda positif dan probabilitas < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
inflasi. Koefisien regresi tingkat suku bunga sebesar 3,354 mengandung arti
bahwa jika suku bunga meningkat 1 satuan, maka tingkat inflasi juga
meningkat sebesar 3,354.
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen
berpengaruh secara simultan terhadap variaben dependen. Apabila nilai F
hiung
>F
tabel
atau nilai Sig < alpha 5 % maka H0 ditolak dan Ha diterima,
sehingga semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen dan sebaliknya jika nilai F hiung < F
75
tabel
atau nilai Sig >
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alpha 5 % maka H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga semua variabel
independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Hasil uji F terhadap model regresi menggunakan SPSS disajikan
pada model berikut ini :
Tabel IV.16
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
686.435
3
228.812
Residual
597.461
116
5.151
1283.896
119
Total
F
44.425
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam
milyar rupiah)
b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
Berdasarkan tabel IV.16 terlihat bahwa hasil analisisnya diperoleh hasil
perhitungan Fhitung sebesar 44,425 dengan signifikansi 0,000. Karena nilai F
hitung
44,425 > F tabel 2,68 atau nilai Sig 0,000 < alpha 5 % maka H0 ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel jumlah uang beredar, harga
premium, dan tingkat suku bunga secara simultan berpengaruh terhadap
variabel inflasi.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Dalam analisis regresi terdapat koefisien determinasi berganda dapat
digunakan sebagai ukuran untuk menyatakan kecocokan garis regresi yang
diperoleh, semakin besar nilai R2 (R Square) maka semakin kuat
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan model regresi yang diperoleh untuk menerangkan kondisi
yang sebenarnya. Apabila R2 sama dengan 1 maka fungsi regresi 100%
menjelaskan variasi dari nilai Y sebaliknya jika nilainya 0 maka model
yang digunakan sama sekali tidak mendekati nilai Y kecocokan model
dikatakan lebih baik jika nilai R2 mendekati1.
Tabel IV.17
Hasil Analisis Uji R2
Model Summary
Model
R
1
R Square
.731a
.535
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.523
2.26948
a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB
(dalam milyar rupiah)
Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R
Square sebesar 0,523. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh Jumlah uang
beredar, harga premium, dan tingkat suku bunga terhadap laju inflasi di
Indonesia sebesar 52,3 % sedangkan sisanya 47,7 % dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
D.
Pembahasan
1. Pengaruh JUB terhadap Tingkat inflasi
Hipotesis pertama menyatakan bahwa jumlah uang beredar (JUB)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat/laju inflasi di
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12. Berdasarkan hasil analisis regresi
linier berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 0,312 dengan
probabilitas 0,755. Hal ini berarti tidak ada pengaruh positif jumlah
uang beredar (JUB) terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 –
2015.12.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata jumlah uang
beredar (JUB) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laju inflasi
di Indonesia karena ketika jumlah uang beredar meningkat akan disertai
dengan peningkatan produksi barang dan jasa. Oleh karena itu jumlah
uang beredar yang meningkat tidak menyebabkan inflasi. Dengan
demikianhasil uji regresitidak mendukung hipotesis penelitian.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Astuti (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
inflasi di Indonesia periode 1995-2004,dan Harjunata, Rotinsulu dan
Maramis (2016) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
inflasi di Indonesia periode 2000-2014. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa JUB tidak berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi.
2. Pengaruh Harga Premium terhadap Tingkat Inflasi
Hipotesis
kedua
menyatakan
bahwa
harga
premium
berpengaruh positif terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 –
2015.12. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh
nilai t hitung sebesar 5,415 dengan probabilitas 0,000. Hal ini berarti ada
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengaruh positif harga premium terhadaptingkat Inflasi di Indonesia
tahun 2006.1 – 2015.12
Harga premium adalah harga jual real premium di SPBU di
Indonesia. Secara teori, harga premium berpengaruh positif terhadap laju
inflasi di Indonesia karena kenaikan tingkat harga premium didasarkan
oleh mekanisme transmisi dampak oil price shock terhadap harga dan
inflasi. Blanchard (2004) menyatakan ketika terjadi kenaikan harga
minyak dunia, maka perusahaan akan merespon dengan menaikkan
mark-up sehingga harga naik. Artinya apabila harga premium naik,
maka akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di
masyarakat.Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan
untuk meningkatkan harga pada umumnya (inflasi).
Dengan demikian penelitian ini mendukung hipotesis penelitian
yaitu harga premium berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi.
3. Pengaruh Suku Bunga Tabungan terhadap Tingkat Inflasi
Hipotesis ketiga
menyatakan bahwa tingkat
suku bunga
berpengaruh negatif terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2005.1 –
2015.12. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh
nilai t hitung sebesar 5,268 dengan probabilitas 0,00.0 Hal ini berarti ada
pengaruh tingkat suku bunga terhadap laju inflasi di Indonesia tahun
2006.1 – 2015.12.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Harjunata, Rotinsulu dan Maramis yang meneliti tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi inflasi di Indonesia periode 2000 - 2014.
Hasil analisisnya mengatakan bahwa suku bunga berpengaruh
positif terhadap inflasi, yang artinya dengan tingginya tingkat suku
bunga dapat menurunkan sifat konsumtif masyarakat dan lebih memilih
untuk menyimpan uangnya di bank sehingga jumlah uang beredar
berkurang di masyarakat dan kenaikan harga dapat ditekan.
Suku
bunga
merupakan
instrumen
konvensional
untuk
mengendalikan inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang
untuk menanamkan dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot
uang yang beredar di masyarakat. Artinya apabila suku bunga tabungan
tinggi, masyarakat akan lebih bergairah untuk menabung yang
menyebabkan saving tinggi, sehingga mengurangi pergerakan jumlah
uang beredar yang nantinya akan berpengaruh terhadap rendahnya
tingkat inflasi.
Penelitian ini menemukan bahwa tingkat suku bunga memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia. Hal ini
terjadiketika inflasi meningkat Bank Indonesia membuat sebuah
kebijakan yaitu dengan meningkatkan suku bunga.Dalam hipotesis,
tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laju
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
inflasi di Indonesia. Dengan demikiantemuan penelitian ini tidak
mendukung hipotesis penelitian.
4. Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Suku Bunga
terhadap Tingkat Inflasi
Berdasarkan pada analisis di atas, akan diuraikan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi laju inflasi di Indonesia. Dalam analisis data
dikatakan bagaimana jumlah uang beredar (JUB), harga premium, tingkat
suku bunga terhadap laju inflasi di Indonesia. Pengaruh yang ditimbulkan
bisa positif atau negatif yaitu apakah pengaruh dari jumlah uang beredar
(JUB), harga premium, tingkat suku bunga tersebut meningkatkan laju
inflasi di Indonesia atau menurunkan laju inflasi di Indonesia. Ternyata
sebesar 52,3 % laju inflasi di Indonesia dapat dijelaskan atau dipengaruhi
secara bersama-sama (serentak) oleh jumlah uang beredar (JUB), harga
premium, dan tingkat suku bunga. Namun, laju inflasi tidak hanya di
pengaruhi oleh ketiga variabel tersebut, tetapi sebesar 47,7 % laju inflasi di
Indonesia dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel pertama yang ikut mempengaruhi tingkat inflasi adalah
Sertifikat bank indonesia. jika bank indonesia menjual sertifikat bank
indonesia maka jumlah uang beredar akan berkurang sehingga inflasi
menurun. Sebaliknya jika bank indonesia membelil sertifikat bank indonesia
maka jumlah uang beredar akan meningkat sehingga menyebabkan inflasi.
Selain sertifikat bank indonesia.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Variabel yang kedua adalah produk domestik bruto. Produkdomestik
bruto merupakan total permintaan dari seluruh rumah tangga suatu negara
(agregat demand). Produk domestik bruto yang tinggi dapat menyebabkan
inflasi jika nilai produk domestik bruto riil lebih besar dibandingkan produk
domestik bruto potensialnya. Hal ini didukung oleh penelitian Nugroho dan
Basuki (2012) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di
Indonesia periode 2000.1-2011.4
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan
dalam bab terdahulu, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Jumlah uang beredar (JUB) tidak berpengaruh terhadap laju inflasi di
Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12.
2. Harga premium berpengaruh terhadap laju inflasi di Indonesia tahun
2006.1 – 2015.12
3. Tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju
inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12.
4. Jumlah uang beredar, harga premium, dan tingkat suku bunga
berpengaruh terhadap inflasi sebesar 52,3 %, sedangkan 47,7 %
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
B. Saran
Laju inflasi di Indonesia perlu dikendalikan agar tidak terlalu
tinggi sehingga kestabilan harga umum dapat tercapai dan perekonomian
dapat berjalan lancar. Pemerintah maupun Bank Indonesia harus bisa
mengambil keputusan agar laju Inflasi di Indonesia dapat terkendali. Maka
hal-hal yang perlu dilakukan adalah :
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa jumlah uang beredar belum
berpengaruh terhadap tingkat inflasi, hal ini mengindikasikan bahwa
Pengendalian inflasi dengan menggunakan jumlah uang beredar sebagai
instrumen moneter tidak membawa dampak sesuai yang diharapkan.
Sekalipun penelitian ini tidak menemukan pengaruh positif jumlah uang
beredar terhadap tingkat inflasi, namun mengingat bahwa data inflasi
menunjukan trend meningkat maka pemerintah perlu mengendalikan
inflasi. Ketika Bank indonesia meningkatkan jumlah uang beredar,hal
ini disertai dengan peningkatan produksi barang dan jasa, dengan
demikian antara pasar uang dan pasar barang seimbang. Sebaiknya
dalam pengendalian inflasi digunakan kebijakan politik cadangan kas,
yaitu kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas yang
harus ada di bank-bank umum.
2. Mengingat penelitian ini menemukan pengaruh postif harga premium
terhadap tingkat inflasi, maka diharapkan pemerintah dapat mengatasi
kenaikan harga premium sehingga tidak menyebabkan kenaikan barang
dan jasa yang akan menyebabkan inflasi.
3. Mengingat
penelitian
ini
menemukanpengaruh
positif
suku
bungaterhadap tingkat inflasi, untuk mengendalikan inflasi pemerintah
dapat menggunakan suku bunga. Ketika terjadi inflasi tinggi Bank
Indonesia dapat membuat sebuah kebijakan yaitu dengan meningkatkan
suku bunga. Suku bunga digunakan untuk mengandalikan inflasi.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan ditingkatkannya suku bunga maka pergerakan jumlah uang
beredar dapat teratasi, karena orang akan cenderung untuk menabung.
4. Jumlah uang beredar, harga premium, dan tingkat suku bunga
berpengaruh sebesar 52,3 % sedangkan 47,7 % dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.Untuk penelitian selanjutnya
disarankan menambahkan variabel-variabel lain yang diharapkan bisa
menjadi solusi atas inflasi yang lain,misalnya open market policy yaitu
kebijakan untuk memperjualbelikan surat-surat berharga oleh Bank
Indonesia di pasar uang. Ketika terjadi inflasi, untuk mengurangi
kegiatan ekonomi yang berlebihan uang yang beredar harus dikurangi
dengan cara menjual surat-surat berharga.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
AstutiLinggar Novi, C.(2007) “Faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi tahun
1995- 2004. Skripsi. Yogyakarta
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Berbagai edisi
penerbitan dan website : www.bi.go.id. Yogyakarta: Bank Indonesia
Boediono. (1994). Ekonomi Makro. Cetakan Keempatbelas. Yogyakarta:BPFE
Yogyakarta
Boediono.(1998). Ekonomi Moneter. Edisi 3, Yogyakarta: BPFE UGM
Harjunata Y.T.Kalalo, Tri Oldy Rotinsulu, Mauna Th. B. Maramis (2016) melakukan
penelitian tentang “ Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di
indonesia periode 2000-2014. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 16 No.01
Tahun 2016
Khalwaty, T.(2000). Inflasi dan Solusinya, Jakarta: Gramedia
Maggi, R. dan Saraswati,B.D.(2013) “Analsis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Inflasi di Indonesia periode 2001.1-2011.12: Model Demand Pull Inflation”.
Mankiw, N. Gregory. (2006). Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat . Terjemahan.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Maski, Ghozali. 2007. Transmisi Kebijakan Moneter Kajian Teoritis dan Empiris.
Malang: BPFE Unibraw
Mishkin,Frederic S. (2001).The Economics of money , Bank-ing, and Finnancial
Markets, pearson addison Wesley, Boston.
Nanga, Muana. (2000). Ekonomi Makro Teori, Masalah dan Kebijakan. Erlangga,
Jakarta.
Nopirin. (2011). Ekonomi Moneter Buku II, BPFE-UGM, Yogyakarta
Prasetyo, P Eko. (2011). Fundamental Makroekonomi. Yogyakarta: Beta Offset
Nugroho,P.W. dan Basuki, M.U. (2012) “ Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2000.1-2014.4”. Jurnal Ekonomi
Diponegoro Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Hal. 1-10
Saputra,K.(2013) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia
Periode 2007-2012”. Skripsi. Semarang
Samuelson, P. dan Nordhaus,W. (1994).Makro Ekonomi, Edisi 14, Alih Bahasa Drs
Haris Munandar, Erlanga, Jakarta.
Samuelson, P. dan Nordhaus,W. (2004). Ilmu Makro Ekonomi. Terjemahan, Jakarta:
Media Global Edukasi
Santoso, S. (2001). Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: Elek Media
Komputindo
Sugiyono. (2005), Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
Sukirno, S. (2000). Makro Ekonomi Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dari Klasik
Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sukirno, S. (2006). Teori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017
www.bi.go.id
www.esdm.go.id
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Jumlah Uang Beredar (JUB) 2005-2015
Tahun
Bulan
Uang kartal
Uang giral
2015
2014
Desember
469.379
585.906
November
437.756
613.435
Oktober
435.065
601.246
Septtember
428.860
634.178
Agustus
423.101
603.222
Juli
413.460
600.446
Juni
409.713
629.805
Mei
406.499
574.416
April
395.687
563.690
Maret
382.005
575.576
Febuari
387.889
539.958
Januari
391.256
526.824
Desember
419.185
522.960
November
405.706
549.891
Oktober
396.114
544.236
September
395.234
553.939
Agustus
399.272
496.557
Juli
452.769
465.778
Juni
381.644
564.080
Mei
380.472
526.253
April
372.334
508.129
Maret
377.433
476.065
Febuari
367.651
466.881
Januari
380.074
462.608
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2013
2012
2011
Desember
399.632
487.475
November
375.823
494.632
Oktober
363.797
492.374
September
360.079
507.636
Agustus
359.417
496.365
Juli
383.982
496.054
Juni
347.146
511.353
Mei
334.033
488.843
April
324.333
507.880
Maret
331.169
478.886
Februari
321.483
465.065
Januari
326.826
461.031
Desember
361.967
479.755
November
327.069
474.334
Oktober
326.119
448.864
September
325.566
469.952
Agustus
327.059
445.370
Juli
315.375
456.417
Juni
314.6704
464.746
Mei
294.768
454.682
April
290.861
430.069
Maret
287.046
427.212
Febuari
280.103
403.150
Januari
286.242
410.082
Desember
307.760
415.231
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2010
2009
November
279.066
388.521
Oktober
281.341
383.659
September
279.224
376.872
Agustus
324.725
338.081
Juli
275.437
364.251
Juni
261.504
374.702
Mei
254.066
357.725
April
252.013
332.621
Maret
241.618
338.984
Febuari
245.327
340.563
Januari
247.481
356.688
Desember
260.227
345.184
November
238.500
332.837
Oktober
235.709
319.840
September
229.825
320.117
Agustus
241.166
314.328
Juli
228.239
311.507
Juni
222.828
322.577
Mei
214.695
299.310
April
211.390
283.327
Maret
205.083
289.378
Februari
211.708
278.376
Januari
211.811
284.716
Desember
226.006
289.818
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2008
2007
November
212.054
283.007
Oktober
205.854
279.674
September
210.822
279.674
Agustus
200.424
289.709
Juli
200.774
268.170
Juni
203.406
279.215
Mei
193.733
263.221
April
189.910
263.027
Maret
186.119
261.914
Febuari
187.139
247.622
Januari
191.796
246.049
Desember
209.747
247.040
November
195.274
268.316
Oktober
190.496
268.619
September
222.805
296.934
Agustus
191.460
248.876
Juli
188.521
257.400
Juni
189.040
264.007
Mei
177.506
248.777
April
170.682
243.706
Maret
164.609
245.159
Febuari
165.254
236.151
Januari
166.546
244.205
Desember
182.967
267.089
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2006
November
160.930
252.516
Oktober
156.613
247.431
September
159.985
240.121
Agustus
148.852
243.103
Juli
143.837
242.397
Juni
146.390
225.378
Mei
134.074
206.230
April
131.352
210.789
Maret
129.309
202.427
Febuari
128.088
208.308
Januari
130.352
205.349
Desember
129.389
202.927
November
135.912
200.361
Oktober
129.166
194.219
September
123.476
195.542
Agustus
124.960
178.245
Juli
123.499
180.305
Juni
116.289
179.813
Mei
113.635
159.909
April
112.362
158.063
Maret
110.230
160.168
Febuari
114.003
160.065
Januari
123.991
147.149
Sumber: Bank Indonesia. (www.bi.go.id)
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Harga Premium
Daftar Harga Premium Tahun 2005-2015
Tahun
Bulan
Harga Premium
2015
2014
2013
Desember
7.300
November
7.300
Oktober
7.300
September
7.300
Agustus
7.300
Juli
7.300
Juni
7.300
Mei
7.300
April
7.400
Maret
7.400
Febuari
6.700
Januari
6.700
Desember
8.500
November
8.500
Oktober
6.500
September
6.500
Agustus
6.500
Juli
6.500
Juni
6.500
Mei
6.500
April
6.500
Maret
6.500
Febuari
6.500
januari
6.500
Desember
6.500
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2012
2011
November
6.500
Oktober
6.500
September
6.500
Agustus
6.500
Juli
6.500
Juni
6.500
Mei
6.500
April
6.500
Maret
6.500
Febuari
6.500
Januari
6.500
Desember
4.500
November
4.500
Oktober
4.500
September
4.500
Agustus
4.500
Juli
4.500
Juni
4.500
Mei
4.500
April
4.500
Maret
4.500
Febuari
4.500
Januari
4.500
Desember
4.500
November
4.500
Oktober
4.500
September
4.500
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Agustus
4.500
Juli
4.500
Juni
2010
2009
Mei
4.500
April
4.500
Maret
4.500
Febuari
4.500
Januari
4.500
Desember
4.500
November
4.500
Oktober
4.500
September
4.500
Agustus
4.500
Juli
4.500
Juni
4.500
Mei
4.500
April
4.500
Maret
4.500
Febuari
4.500
Januari
4.500
desember
4.500
November
4.500
Oktober
4.500
September
4.500
Agustus
4.500
Juli
4.500
Juni
4.500
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2008
2007
Mei
4.500
April
4.500
Maret
4.500
Febuari
4.500
Januari
4.500
Desember
5.000
November
6.000
Oktober
6.000
September
6.000
Agustus
6.000
Juli
6.000
Juni
6.000
Mei
4.500
April
4.500
Maret
4.500
Febuari
4.500
Januari
4.500
Desember
4.500
November
4.500
Oktober
4.500
September
4.500
Agustus
4.500
Juli
4.500
Juni
4.500
Mei
4.500
April
4.500
Maret
4.500
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2006
Febuari
4.500
Januari
4.500
Desember
4.500
November
4.500
Oktober
4.500
September
4.500
Agustus
4.500
Juli
4.500
Juni
4.500
Mei
4.500
April
4.500
Maret
4.500
Febuari
4.500
Januari
4.500
Sumber:Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2016
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Suku Bunga Tabungan, 2005-2015
Tahun
Bulan
2015
Desember
1,73
Nopember
1,70
Oktober
1,69
September
1,72
Agustus
1,72
Juli
1,72
Juni
1,72
Mei
1,73
April
1,94
Maret
1,74
Februari
1,76
Januari
1,72
Desember
1,76
Nopember
1,77
Oktober
1,76
September
1,77
Agustus
1,76
Juli
1,74
Juni
1,69
Mei
1,77
April
1,88
Maret
1,88
Februari
1,88
Januari
1,88
2014
Suku Bunga (%)
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2013
2012
Desember
1,89
Nopember
1,86
Oktober
1,86
September
1,87
Agustus
1,88
Juli
1,87
Juni
1,88
Mei
1,88
April
1,76
Maret
1,76
Februari
1,78
Januari
1,79
Desember
1,83
Nopember
1,81
Oktober
1,80
September
1,81
Agustus
1,82
Juli
1,84
Juni
1,93
Mei
1,97
April
1,99
Maret
2,03
Februari
2,15
Januari
2,27
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2011
2010
2009
Desember
2,33
Nopember
2,38
Oktober
2,39
September
2,47
Agustus
2,52
Juli
2,52
Juni
2,64
Mei
2,57
April
2,56
Maret
2,62
Februari
2,68
Januari
2,70
Desember
3,92
Nopember
2,94
Oktober
3,85
September
2,91
Agustus
2,88
Juli
2,90
Juni
2,90
Mei
3,05
April
3,02
Maret
3,03
Februari
3,06
Januari
3,08
Desember
3,00
Nopember
3,01
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2008
2007
Oktober
3,02
September
3,03
Agustus
3,06
Juli
3,12
Juni
3,14
Mei
3,16
April
3,19
Maret
3,23
Februari
3,29
Januari
3,31
Desember
3,33
Nopember
3,31
Oktober
3,30
September
3,25
Agustus
3,23
Juli
3,23
Juni
3,24
Mei
3,24
April
3,23
Maret
3,27
Februari
3,30
Januari
3,42
Desember
3,48
Nopember
3,46
Oktober
3,46
September
3,54
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2006
Agustus
3,66
Juli
3,55
Juni
3,58
Mei
3,62
April
3,79
Maret
4,05
Februari
4,13
Januari
4,22
Desember
4,38
Nopember
4,51
Oktober
4,58
September
4,77
Agustus
4,84
Juli
4,83
Juni
4,85
Mei
4,86
April
4,84
Maret
4,90
Februari
4,84
Januari
4,84
Sumber: Bank Indonesia. (www.bi.go.)
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Tingkat Inflasi
Bulan tahun
Tingkat inflasi (%)
Desember 2015
3.35
Nopember 2015
4.89
Oktober 2015
6.25
September 2015
6.83
Agustus 2015
7.18
Juli 2015
7.26
Juni 2015
7.26
Mei 2015
7.15
April 2015
6.79
Maret 2015
6.38
Februari 2015
6.29
Januari 2015
6.96
Desember 2014
8.36
Nopember 2014
6.23
Oktober 2014
4.83
September 2014
4.53
Agustus 2014
3.99
Juli 2014
4.53
Juni 2014
6.70
Mei 2014
7.32
April 2014
7.25
Maret 2014
7.32
Februari 2014
7.75
Januari 2014
8.22
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Desember 2013
8.38
Nopember 2013
8.37
Oktober 2013
8.32
September 2013
8.40
Agustus 2013
8.79
Juli 2013
8.61
Juni 2013
5.90
Mei 2013
5.47
April 2013
5.57
Maret 2013
5.90
Februari 2013
5.31
Januari 2013
4.57
Desember 2012
4.30
Nopember 2012
4.32
Oktober 2012
4.61
September 2012
4.31
Agustus 2012
4.58
Juli 2012
4.56
Juni 2012
4.53
Mei 2012
4.45
April 2012
4.50
Maret 2012
3.97
Februari 2012
3.56
Januari 2012
3.65
Desember 2011
3.79
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nopember 2011
4.15
Oktober 2011
4.42
September 2011
4.61
Agustus 2011
4.79
Juli 2011
4.61
Juni 2011
5.54
Mei 2011
5.98
April 2011
6.16
Maret 2011
6.65
Februari 2011
6.84
Januari 2011
7.02
Desember 2010
6.96
Nopember 2010
6.33
Oktober 2010
5.67
September 2010
5.80
Agustus 2010
6.44
Juli 2010
6.22
Juni 2010
5.05
Mei 2010
4.16
April 2010
3.91
Maret 2010
3.43
Februari 2010
3.81
Januari 2010
3.72
Desember 2009
2.78
Nopember 2009
2.41
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oktober 2009
2.57
September 2009
2.83
Agustus 2009
2.75
Juli 2009
2.71
Juni 2009
3.65
Mei 2009
6.04
April 2009
7.31
Maret 2009
7.92
Februari 2009
8.60
Januari 2009
9.17
Desember 2008
11.06
Nopember 2008
11.68
Oktober 2008
11.77
September 2008
12.14
Agustus 2008
11.85
Juli 2008
11.90
Juni 2008
11.03
Mei 2008
10.38
April 2008
8.96
Maret 2008
8.17
Februari 2008
7.40
Januari 2008
7.36
Desember 2007
6.59
Nopember 2007
6.71
Oktober 2007
6.88
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
September 2007
6.95
Agustus 2007
6.51
Juli 2007
6.06
Juni 2007
5.77
Mei 2007
6.01
April 2007
6.29
Maret 2007
6.52
Februari 2007
6.30
Januari 2007
6.26
Desember 2006
6.60
Nopember 2006
5.27
Oktober 2006
6.29
September 2006
14.55
Agustus 2006
14.90
Juli 2006
15.15
Juni 2006
15.53
Mei 2006
15.60
April 2006
15.40
Maret 2006
15.74
Februari 2006
17.92
Januari 2006
17.03
Sumber: Bank Indonesia. (www.bi.go.id)
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Harga
JUB (dalam
milyar rupiah)
N
Normal
Mean
a
Parameters
Std.
Deviation
tingkat
premium (ribu suku bunga
rupiah)
inflasi
(persentase) (persentase)
120
120
120
120
626761.94
5284.17
2.7848
6.9490
232456.089
1119.648
.96485
3.28467
Most Extreme
Absolute
.129
.400
.170
.187
Differences
Positive
.129
.400
.170
.187
Negative
-.092
-.242
-.128
-.087
1.413
4.380
1.862
2.049
.872
.433
.082
.118
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6: Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of
Squares
tingkat inflasi (persentase)
Between
(Combined
* JUB (milyar rupiah)
Groups
)
Linearity
Mean
df
Square
F
Sig.
2165.582
7
323.655 2.369
.027
220.120
1
220.120 43.160
.010
163.987
5
30.431 3.465
.222
Deviation
from
Linearity
Within Groups
1118.315 113
9.985
Total
1283.896 119
Measures of Association
R
R Squared
Eta
Eta Squared
tingkat inflasi (persentase) *
JUB (milyar rupiah)
.235
108
.049
1.359
1.129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7 : Hasil Uji Linieritas Harga Premium
ANOVA Table
Sum of
Squares
tingkat inflasi (persentase) *
Between
Harga premium (ribu rupiah) Groups
Mean
df
Square
(Combined)
165.582
8
23.655
Linearity
137.595
1
163.987
6
27.331
1118.315 112
9.985
F
Sig.
2.369
.017
137.595 35.140
.030
Deviation
from
2.737
Linearity
Within Groups
Total
1283.896 119
Measures of Association
R
R Squared
Eta
Eta Squared
tingkat inflasi (persentase) *
harga premium (milyar rupiah)
.035
.001
Lampiran 8 : Hasil Uji Linieritas Tingkat suku bunga
109
.359
.129
.326
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANOVA Table
Sum of
Squares
tingkat inflasi (persentase) *
Between
(Combin
suku bunga (persentase)
Groups
ed)
Linearity
Mean
df
Square
F
1217.576
80
15.032
387.973
1
829.603
80
10.370
66.321
38
1.745
1283.896
119
Sig.
8.613
.020
387.973 222.298
.015
Deviation
from
5.942
.115
Linearity
Within Groups
Total
Measures of Association
R
R Squared
Eta
Eta Squared
tingkat inflasi (persentase) *
suku bunga (persentase)
.550
110
.302
.974
.948
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9 : Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
JUB (dalam milyar rupiah)
.075
3.287
Harga premium (ribu rupiah)
.335
2.982
suku bunga (persentase)
.115
3.718
a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10 : Hasil Uji Heteroskedantisitas
Correlations
JUB
Harga
(dalam
Spearman' JUB (dalam milyar
s rho
rupiah)
rupiah)
suku bunga
(persentase)
Unstandardized
Residual
milyar
(ribu
rupiah)
rupiah)
(persentase ardized
)
Residual
1.000
.743**
-.961**
-.056
.
.000
.000
.542
120
120
120
120
.743**
1.000
-.695**
.010
Sig. (2-tailed)
.000
.
.000
.912
N
120
120
120
120
-.961**
-.695**
1.000
.034
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.
.716
N
120
120
120
120
-.056
.010
.034
1.000
Sig. (2-tailed)
.542
.912
.716
.
N
120
120
120
120
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Harga premium (ribu
premium suku bunga Unstand
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error of the
Model
1
R
R Square
.731a
Adjusted R Square
.535
Estimate
.523
2.26948
Durbin-Watson
2.324
a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam milyar
rupiah)
b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
Sumber : Laporan BI berbagai edisi, diolah 2017
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12 : Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
1(Constant)
Std. Error
-12.210
3.108
1.019
.000
.002
3.354
JUB (dalam milyar rupiah)
Harga premium (ribu
rupiah)
suku bunga (persentase)
Coefficients
Beta
t
Sig.
-3.929
.000
.072
.312
.755
.000
.592
5.415
.000
.637
.985
5.268
.000
a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
686.435
3
228.812
Residual
597.461
116
5.151
1283.896
119
Total
F
Sig.
44.425
.000a
a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam
milyar rupiah)
b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase)
Model Summary
Model
1
R
R Square
.731a
.535
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.523
2.26948
a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB
(dalam milyar rupiah)
114
Download