PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, HARGA PREMIUM, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP TINGKAT INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2006.1 -2015.12 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi Oleh: Wayan Astawan 131324037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Karya sederhana ini aku persembahkan untuk : Sang Hyang Widhi (Tuhan yang Maha Esa) atas dikabulkannya doa-doaku selama ini Bapak dan ibu yang tercinta Adikku Kadek Astuti yang tersayang Niluh Dewi Purnami yang selalu memberikan semangat dan dukungan Laksmita putri yang selalu memberi semangat dari awal skripsi ini Teman-teman satu daerah yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu Teman-teman kontrakan Bali No 139 A yang selalu memberikan motivasi Teman-temanku Angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan, semangat untuk berjuang bersama-sama dari awal sampai akhir iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “ Kerja keras yang diimbangi dengan doa akan membuahkan hasil yang baik” Kerjakanlah segala sesuatu dengan sepenuh hati, Bukan hanya karena orang lain mengatakan Anda harus mengerjakan, Melaikan karna Anda percaya bahwa anda harus mengerjakannya. (J Donald Walters) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 13 Juni 2017 Penulis Wayan Astawan vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Wayan Astawan Nim : 131324037 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Tingkat Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2006.1- 2015.12 Beserta pengangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akdemis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupunmemberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 13 Juni 2017 Yang menyatakan Wayan Astawan vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, HARGA PREMIUM, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP TINGKAT INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2006.1-2015.12 Wayan Astawan Universitas Sanata Dharma 2017 Penelitian ini bertujuan untukmengujidanmenganalisis: 1) pengaruh jumlah uang beredarterhadaptingkatinflasi; 2)pengaruhharga premiumterhadaptingkatinflasi; dan 3) pengaruh tingkat suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12. Penelitian ini merupakanexplanatorystudy. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu dengan mencari data yang disediakan Bank Indonesia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis data menggunakan teknik Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12;2) harga premium berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12;dan 3) tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12 Kata kunci: inflasi, jumlah uang beredar, harga premium, suku bunga. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT THE EFFECT OF THE QUANTITY OF SPREAD OUT OF MONEY, PREMIUM PRICE, AND THE INTEREST RATES ON THE LEVEL OF INFLATION IN INDONESIA IN 2006.1-2015.12 Wayan Astawan Sanata Dharma University 2017 The aims of this research were to examine and analyze: 1) the effect of quantity of spreadout of money on the level of inflation;2) the effect of premium price on the level of inflation; and 3) the effect of interest rateson the level of inflation inIndonesia in 2006.1-2015.12. This reseach is explanatory study. The data collection methodwas documentation;the data was provided byBank Indonesia in Yogyakarta Province. The data was analyzed usingMultipleLinier Regresion Technique. The results of this research were: 1) the quantity of spread out of money has noeffecton the level ofinflation in Indonesia in 2006.1-2015.12; 2) the premium price has a positive effecton the level of inflation in Indonesia in 2006.1-2015.12; and 3) the level of interest rates has a positive effecton the level of inflation in Indonesia 2006.1-2015.12. Keywords: inflation, the quantity of spread out of money, premium price, interest rates. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalamdalamnya kepada: 1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas sanata dharma Yogyakarta; 2. Ibu C. Wigati Retno Astuti., M.Si., M.Ed. selaku Ketua ProramStudi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; 3. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini; 4. Dr. YohanesHarsoyo, S.Pd, M.SidanC. Wigati Retno Astuti., M.Si., M.Edselakudosenpenguji; 5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan; 6. Seluruh mahasiswa Angkatan 2013 yang juga telah memberi masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah seminar proposal penelitian dan kerjasama yang baik selama ini; 7. Staf administrasi Prodi Pendidikan Ekonomi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini; Penulis Wayan Astawan x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................iv MOTTO........................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................................vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..................................................................................vii ABSTRAK.................................................................................................................viii ABSTRACT...................................................................................................................ix KATA PENGANTAR..................................................................................................x DAFTAR ISI................................................................................................................xi DAFTARGRAFIK.....................................................................................................xv DAFTAR TABEL......................................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................................1 B. Batasan Masalah................................................................................................6 C. Rumusan Masalah..............................................................................................6 D. Tujuan Penelitian...............................................................................................7 E. Manfaat Penelitian.............................................................................................7 BAB II TINJAUANPUSTAKA.................................................................................8 A. Inflasi.................................................................................................................8 1. Pengertian Inflasi.........................................................................................8 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Pengukuran Inflasi.......................................................................................9 3. Dampak Inflasi terhadap Perekonomian....................................................11 B. Teori – Teori Tentang Inflasi...........................................................................13 C. Penggolongan Inflasi.......................................................................................22 D. Faktor-Faktor Utama Penentu Inflasi..............................................................28 E. Berbagai Kebijakan Moneter...........................................................................31 F. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi............................................34 G. Pengaruh Harga Premium terhadap Inflasi......................................................37 H. Pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi............................................................38 I. Penelitian Terdahulu........................................................................................39 J. Kerangka Berpikir Teoritik dan Hipotesis..........................................................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................43 A. Jenis Penelitian................................................................................................43 B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................43 C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................................43 D. Data dan Sumber Data.....................................................................................45 E. Metode Pengumpulan Data.............................................................................46 F. Teknik Analisis Data.......................................................................................46 G. Uji Prasayarat.................................................................................................47 1. Uji Normalitas...........................................................................................47 2. Uji Linieritas.............................................................................................4 H. Uji Asumsi Klasik..........................................................................................48 1. Uji Multikolonieritas................................................................................48 2. Uji Heteroskedastisitas.............................................................................49 3. Uji Autokorelasi.......................................................................................50 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.............................................52 A. Analisis Deskriptif Data................................................................................52 1. Deskripsi Data Inflasi..............................................................................52 2. Deskripsi Data JUB.................................................................................54 3. Deskripsi Data Harga Premium...............................................................55 4. Deskripsi Data Suku Bunga....................................................................57 B. Temuan Data.................................................................................................59 C. Analisis Data.................................................................................................62 1. Pengujian Prasayarat Regresi..................................................................62 a. Pengujian Normalitas........................................................................62 b. Pengujian Linieritas...........................................................................64 2. Pengujian Asumsi Klasik.........................................................................68 a. Pengujian Multikolonieritas...............................................................68 b. Pengujian Heteroskedastisitas...........................................................70 c. Pengujian Autokorelasi......................................................................72 3. Analisis Regresi Linier Berganda............................................................73 a. Uji F...................................................................................................75 b. Koefisien Determinasi (R2)................................................................76 D. Pembahasan.....................................................................................................77 1. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Tingkat Inflasi........................77 2. Pengaruh Harga Premium terhadap Tingkat Inflasi..................................78 3. Pengaruh Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi........................................79 4. Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi............................................................................81 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................83 A. Kesimpulan......................................................................................................83 B. Saran................................................................................................................83 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................86 LAMPIRAN xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GRAFIK Grafik IV.1 Grafik IV.2 Grafik IV.3 Grafik IV.4 Halaman Rata-Rata Tingkat Inflasi Tahun 2006-2015....................................53 Rata-Rata Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015.........................55 Rata-Rata Harga Premium Tahun 2006-2015..................................56 Rata-Rata Suku Bunga Tahun 2006-2015........................................59 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I.1 Tabel III.1 Tabel IV.1 Tabel IV.2 Tabel IV.3 Tabel IV.4 Tabel IV.5 Tabel IV.6 Tabel IV.7 Tabel IV.8 Tabel IV.9 Tabel IV.10 Tabel IV.11 Tabel IV.12 Tabel IV.13 Tabel IV.14 Tabel IV.15 Tabel IV.16 Tabel IV.17 Halaman Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2006-2016..................................3 Uji Statistik Durbin-Watson..............................................................49 Rata-Rata Tingkat Inflasi Tahun 2006-2015.....................................52 Rata-Rata Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015..........................54 Rata-Rata Harga Premium Tahun 2006-2015...................................56 Rata-Rata Suku Bunga Tahun 2006-2015.........................................57 Rata-Rata Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015........59 Rata-Rata Inflasi dan Harga Premium Tahun 2006-2015.................60 Rata-Rata Inflasi dan Suku Bunga Tahun 2006-2015.......................61 Hasil Uji Normalitas..........................................................................62 Hasil Uji Linieritas Jumlah Uang Beredar ........................................65 Hasil Uji Linieritas Harga Premium...................................................66 Hasil Uji Linieritas Suku Bunga........................................................67 Hasil Uji Multikolonieritas.................................................................79 Hasil Uji Heteroskedastisitas.............................................................70 Hasil Uji Autokorelasi.......................................................................72 Hasil Uji Regresi Berganda...............................................................74 Hasil Uji F.........................................................................................76 Hasil Analisis Uji R2.........................................................................77 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jumlah Uang Beredar Tahun 2006.1-2015.12..........................87 Lampiran 2 Harga Premium Tahun 2006.1-2015.12...................................92 Lampiran 3 Suku Bunga Tabungan tahun 2006.1-2015.12.........................97 Lampiran 4 Tingkat Inflasi tahun 2006.1-2015.12.....................................106 Lampiran 5 Uji Normalitas.........................................................................107 Lampiran 6 Uji Linieritas Jumlah Uang Beredar.......................................108 Lampiran 7 Uji Linieritas Harga Premium.................................................109 Lampiran 8 Uji Linieritas Suku Bunga......................................................110 Lampiran 9 Uji Multikolinieritas................................................................111 Lampiran 10 Uji Heteroskedastisitas............................................................112 Lampiran 11 Uji Autokorelasi......................................................................113 Lampiran 12 Uji Regresi Linier Berganda...................................................114 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat dikatakan sehat jika pertumbuhan ekonominya stabil serta menunjukkan arah yang positif. Hal tersebut tercermin dari kegiatan ekonomi makro. Salah satu indikator ekonomi makro untuk melihat stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus dalam suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. Inflasi ibarat sesuatu yang mengintai perekonomian dimana pergerakannya sulit untuk diprediksi sehingga sangat menarik untuk dibahas karena berdampak luas. Inflasi seperti ancaman pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia dengan struktur perekonomian bercorak agraris. Inflasi tidak akan menjadi masalah yang terlalu berarti jika keadaan tersebut diiringi oleh tersedianya komoditi yang dibutuhkan Inflasi bagaikan pedang bermata dua dimana satu sisi bisa memberikan keuntungan, dilain sisi merugikan. Inflasi bagaikan pegas yang harus dijaga kelenturannya jika terlalu tinggi bisa membahayakan pertumbuhan ekonomi, namun sebaliknya jika terlalu rendah akan menyebakan kelesuan ekonomi dan tidak akan memberikan stimulan kepada sektor riil untuk melakukan kegiatan produksi. 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ada banyak faktor yang mempengaruhi inflasi,penelitian sebelumnya yang menganalisis perilaku inflasi yang dilakukan oleh Maggi dan Saraswati (2013) menyimpulkan bahwa pada periode 2001.1 sampai 2011.12 variabel jumlah uang beredar yang berpengaruh secara signifikan dan positif dalam jangka panjang terhadap inflasi. Variabel tingkat suku bunga pasar uang antar bank berpengaruh secara signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia periode 2000.1 sampai 2011.4 yang dilakukan oleh Nugroho dan Basuki (2012) menyimpulkan bahwa variabel suku bunga memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan inflasi. Namun, Jumlah Uang Beredar berpengaruh negatif terhadap inflasi dengan nilai koefisien beta sebesar 0,001, Artinya apabila variabel independen lainnya konstan, maka setiap kenaikan jumlah uang beredar (M2) sebesar satu rupiah akan menurunkan inflasi sebesar 0,001. Berdasarkanacuan 2 penelitian sebelumnya diatas yang telah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi,peneliti memilih tiga faktor yang paling dominan mempengaruhi inflasi yaitu JUB (jumlah uang beredar), harga premium, dan suku bunga. Peneliti memilih Jumlah Uang Beredar sebagai variabel yang akan diteliti karena dalam penelitian sebelumnya Nugroho dan Basuki (2012) menemukan bahwa variabel JUB berpengaruh negatif terhadap inflasi, sedangkan yang berpengaruh positif adalah variabel suku bunga, sementara itu pada penelitian Saraswati (2013) variabel Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi. Karena temuan yang belum kondusif diatas 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI peneliti tertarik untuk menguji bagaimana pengaruh variabel Jumlah Uang Beredarterhadap inflasi. Selain Jumlah Uang Beredar peneliti juga menyertakan variabel harga premium dan suku bunga untuk diteliti sebagai variabel yang diduga mempengaruhi inflasi. Berdasarkan sepuluh tahun terakhir peneliti tertarik untuk menguji dan menganalisis Jumlah Uang Beredar, harga premium, dan suku bungaterhadap inflasi. Berikut datanya. Tabel 1.1: Tingkat Inflasi di Indonesia tahun 2005-2016 Tahun Tingkat Inflasi Desember 2006 6,60% Desember 2007 6,59 % Desember 2008 11,06 % Desember 2009 2,78 % Desember 2010 4,30 % Desember 2011 6,96 % Desember 2012 3,79 % Desember 2013 8,38 % Desember 2014 8,36 % Desember 2015 3,35 % Desember 2016 3,02 % Sumber: Laporan Bank Indonesia2006-2016 Menurut Mankiw (2006:81), negara-negara yang memiliki pertumbuhan uang yang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi sedangkan negara-negara yang memiliki pertumbuhan uang yang rendah cenderung memiliki inflasi yang 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rendah. Hal tersebut sesuai dengan teori kuantitas bahwa kenaikan tingkat pertumbuhan uang satu persen menyebabkan kenaikan satu persen inflasi. Dalam teori kuantitas uang, inflasi hanya akan terjadi jika terdapat penambahan volume jumlah uang beredar. Bila jumlah uang tidak bertambah, inflasi akan terhenti dengan sendirinya. Indonesia adalah salah satu negara importir minyak terbesar akibat ketergantungan terhadap minyak yang sangat tinggi guna menggerakkan perekonomian negara. Peranan minyak sangat besar dalam kegiatan ekonomi sebagai input produksi di tingkat perusahaan maupun untuk konsumsi di tingkat rumah tangga. Kenaikan harga minyakdimana akan mempengaruhi harga barang atau jasa dalam negeri. Menurut Blanchard (2004), variabel kenaikan tingkat harga minyak didasarkan oleh mekanisme transmisi dampak oil price shock terhadap harga dan inflasi yang menyatakan bahwa ketika terjadinya kenaikan harga minyak dunia maka suatu perusahaan akan merespon dengan menaikan mark-up sehingga harga naik, karena hubungan keduanya berbanding lurus. Dengan asumsi upah tetap, peningkatan harga minyak menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan harga. Cost-pust inflation merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya tekanan biaya. Salah satu pemicu terjadinya cost-pust inflation yaitu adanya peningkatan harga-harga komuniti yang diatur pemerintah (administered price). BBM merupakan salah satu contoh komoditi yang harganya diatur oleh pemerintah. Terjadinya kenaikan harga BBM akan menyebabkan terjadinya inflasi karena selain BBMmerupakan 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kebutuhan mendasar bagi masyarakat, kenaikan harga BBM meningkatkan biaya produksi dari perusahaan-perusahaan. Oleh karena itu kenaikan BBM bersifat cost-pust inflation dalam menciptakan inflasi. Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di masyarakat. Namun, di sisi lain, tingginya suku bunga akan meningkatkan nilai uang selain menyebabkan besarnya opportunity cost pada sektor riil (Khalwaty, 2000:143). Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasanya inflasi sudah menjadi masalah perekonomian di Indonesia sejak lama dimana fenomena inflasi ini sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berkaitan dengan kondisi. Sehingga penulis tertarik meneliti mengenai masalah inflasi karena ingin mengetahui apa saja yang mempengaruhi inflasi di indonesia 10 tahun terakhir ini dengan judul “Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Tingkat Suku Bunga terhadapInflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12”. 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Batasan Masalah Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi antara lain faktor politik, produk domestik bruto, kurs, jumlah uang beredar, harga premium, dan suku bunga. namun dalam penelitian kali ini hanya meneliti beberapa aspek saja yang diduga memiliki pengaruh paling dominan yaitu Jumlah uang beredar, harga premium, dan suku bunga. C. Rumusan Masalah Dari batasan masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12? 2. Apakah ada pengaruh harga premium terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12? 3. Apakah ada pengaruh suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12? 4. Apakah ada pengaruh jumlah uang beredar, harga premium, suku bunga secara bersama terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis: 1. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006-2015.12 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Pengaruh harga premium terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.12015.12? 3. Pengaruh suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2005.12016.12? 4. Pengaruh jumlah uang beredar, harga premium, suku bunga secara bersama terhadap tingkat inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangsih pemikiran dalam upaya untuk meningkatkan stabilitas perekonomian Indonesia. 2. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti sebagai acuan untuk melengkapi penelitian yang sedang dilakukan dan dapat memberikan informasi-informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi. 3. Bagi penulis atau peneliti, hasil penelitian ini merupakan latihan dalam mengaplikasikan teori dan menghubungkannya dengan kenyataan untuk mengumpulkan pikiran dan analisis secara sistematis dalam memecahkan masalah yang timbul di lingkungan masyarakat dengan menggunakan metode ilmiah. 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi 1. Pengertian Inflasi adalah suatu kondisi dimana tingkat harga meningkat secara umum dan terus menerus (Boediono, 2001: 246). Menurut Nanga (2000:.241), setidaknya ada tiga hal yang perlu ditekankan dalam memahami inflasi, yaitu: a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik atau turun, tetapi tetap menunjukkan tendensi atau kecenderungan yang meningkat. b. Kenaikan tingkat harga tersebut terjadi secara terus-menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, tetapi beberapa waktu lamanya. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti pada saat momen-momen tertentu seperti hari raya tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. c. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum, bukan hanya satu atau beberapa komoditas saja. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan harga itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) pada barang lainnya. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Pengukuran inflasi Menurut Nopirin, (1978:25) dan Bank Indonesia,Kenaikan harga dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks harga konsumen (IHK) adalah salah satu pengukuran inflasi yang paling banyak digunakan. Indeks harga konsumen merupakan indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa-jasa di pasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian, perumahan, bahan bakar transportasi, perawatan kesehatan, pendidikan dan komoditi lain yang dibeli masyarakat untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. IHK menunjukkan pergerakan harga dari paket sekeranjang barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat yang dilakukan atas dasar survei bulanan di berbagai kota di Indonesia, baik di pasar tradisional dan modern yang mencakup ratusan jenis barang/jasa di setiap kota di Indonesia. Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran yaitu: 1) Kelompok Bahan Makanan 2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3) Kelompok Perumahan 4) Kelompok Sandang 5) Kelompok Kesehatan 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6) Kelompok Pendidikan dan Olah Raga 7) Kelompok Transportasi dan Komunikasi. b. Indeks Harga Perdagangan Besar Indeks Harga Perdagangan Besar adalah suatu indeks dari harga bahan-bahan baku, produk antara dan peralatan modal dan mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau perusahaan. Sehingga indeks harga produsen hanya mencakup bahan baku dan barang antara atau setengah jadi saja, sementara barang-barang jadi tidak dimasukkan di dalam perhitungan indeks harga (Nopirin, 2011:26). Biasanya pergerakannya sejalan dengan perkembangan IHK. c. Gross Domestic Product Deflator (GDP) GDP Deflator adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan atau rasio antara GDP nominal (atas dasar harga berlaku) dan GDP riil (atas dasar harga konstan/tahun dasar) dikalikan dengan 100. GDP riil adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian, yang diperoleh ketika output dinilai dengan menggunakan harga tahun dasar. Sedangkan GDP nominal adalah GDP yang dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku (GDP at current market price). Sedangkan menurut Nopirin (2011:26), GDP Deflator merupakan jenis indeks yang lain yang mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GDP sehingga jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan indeks yang lain. Karena GDP deflator ini 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI cakupannya lebih luas dalam arti perhitungannya meliputi semua barang yang diproduksi di dalam perekonomian, maka indeks ini merupakan indeks harga yang secara luas digunakan sebagai basis untuk mengukur inflasi. 3. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyper inflation), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Contohnya seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, pembayaran, dan ketidakstabilan merosotnya tingkat ekonomi, kehidupan dan defisit neraca kesejahteraan masyarakat. B. Berbagai Macam Teori Tentang Inflasi Secara garis besar ada 3 pandangan ahli ekonomi mengenai teori inflasi, yaitu teori inflasi kaum Klasik (Teori Kuantitas), Keynes, dan kaum Strukturalis. 1. Pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik Teori ini menerangkan hubungan diantara permintaan aggregat dan penawaran aggregat dan tingkat harga. Pada dasarnya teori ini mengatakan bahwa perubahan-perubahan dalam penawaran uang akan menyebabkan kenaikan harga yang sama dengan tingkat kenaikan penawaran uang. Rumus yang digunakan adalah MV=PT yang dikenal sebagai teori kuantitas. (Keterangan: M adalah jumlah uang yang beredar, V adalah Velocity of money atau kecepatan perputaran uang dalam suatu periode, P adalah tingkat harga rata-rata dan T adalah jumlah transaksi yang terjadi selama periode tertentu). Persamaan tersebut merupakan identitas karena pada hakikatnya nilai transaksi yang dilakukan dalam perekonomian adalah sama nilainya dengan produk nasional nominal yang dibeli (nilai transaksi = nilai barang). MV mencerminkan total pengeluaran uang atau nilai transaksi untuk barang dan 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jasa (total money expenditure on goods and services) dan PT mencerminkan total penerimaan uang hasil penjualan barang dan jasa (total receipts from the sale of good and services). Di balik teori itu ada 3 pandangan penting ahli ekonomi klasik: a. Seluruh penawaran uang yang ada dalam perekonomian digunakan untuk transaksi (untuk membeli barang dan jasa). Orang memegang uang untuk membeli barang dan jasa atau untuk memperlancar transaksi yang akan dilakukan. Semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak uang yang dipegang untuk keperluan transaksi tersebut. Persamaan di atas dapat ditulis menjadi M=1/V PT, artinya banyaknya uang yang diminta atau diperlukan dalam perekonomian adalah sebesar 1/V dari pendapatan nasional. b. Ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa nilai V (kecepatan perputaran uang) tetap (konstan). V relatif tetap atau paling tidak V hanya berubah jika terjadi perubahan kelembagaan, seperti misalnya kebiasaan melakukan pembayaran serta perubahan teknologi komunikasi. Dengan demikian dalam jangka pendek V tidak berubah (konstan). Pendapat ini didasarkan kepada keyakinan bahwa kebiasaan orang menerima uang dan membelanjakannya relatif tetap. c. Ahli ekonomi klasik berpendapat dalam perekonomian selalu terdapat kesempatan kerja penuh sehingga nilai T konstan (tidak dapat ditambah lagi). Dengan asumsi bahwa perekonomian selalu dalam keadaan full 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI employment, maka besarnya T tidak berubah.Sehingga dari 3 pandangan itu ahli ekonomi klasik mempunyai keyakinan bahwa pertambahan penawaran uang tidak akan menambah pendapatan nasional melainkan hanya menimbulkan kenaikan harga yang tingkatannya sama dengan pertambahan penawaran uang. Peranan uang adalah netral (money is neutral)Uang tidak dapat mempengaruhi variabel-variabel dalam sektor riil seperti pendapatan nasional riil, nilai riil tabungan, investasi, suku bunga. Uang hanya akan mempengaruhi tingkat harga). Teori kuantitas adalah teori yang paling klasik mengenai inflasi, namun teori ini masih berguna untuk menerangkan proses terjadinya inflasi terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Inti dari teori ini adalah sebagai berikut: a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Tanpa adanya tambahan jumlah uang yang beredar tidak akan terjadi inflasi. b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa yang akan datang. 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ada tiga kemungkinan keadaan: a. Keadaan pertama, bila masyarakat tidak mengharapkan harga-harga akan naik, maka tambahan uang yang beredar akan diterima sebagai tambahan likuiditasnya, dan sebagian besar dari kenaikan tersebut tidak dibelanjakan untuk membeli barang-barang. b. Keadaan kedua, adalah masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi, orangorang mulai mengharapkan kenaikan harga. Penambahan jumlah uang yang beredar akan digunakan untuk membeli barang-barang, hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian memegang uang kas. c. Keadaan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap hiperinflasi. Keinginan untuk tidak memegang uang kas dan adanya keinginan yang sangat besar untuk membelanjakan dengan membeli barang-barang. Keadaan ini ditandai oleh makin cepatnya peredaran uang. Prosentase kenaikan jumlah uang yang beredar akan diikuti kenaikan prosentase harga yang lebih besar. 2. Pandangan Keynesian Keynes mengkritik teori-teori yang disampaikan kaum klasik, misalnya: a. Terdapat beberapa tujuan masyarakat meminta uang, selain untuk transaksi juga ada untuk berjaga-jaga dan spekulasi. b. Pengangguran sering dihadapi masyarakat jadi dalam perekonomian tidak terjadi full employment. Sistem pasar bebas kurang bisa membuat penyesuaian-penyesuaian sehingga kesempatan kerja penuh sangat sulit 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk dicapai. Pada saat terjadi pengangguran, pendapatan nasional dapat ditingkatkan dengan pertambahan uang tanpa menyebabkan kenaikan harga. c. Nilai V dalam jangka panjang tidak konstan. Nilai V cenderung semakin tinggi dari waktu ke waktu, misalnya: karena modernisasi yang membuat alat pembayaran semakin canggih (contoh: penggunaan kartu kredit) sehingga menyebabkan laju perputaran uang bisa menjadi lebih cepat. d. Peranan uang tidak netral (money is not neutral) (Uang dapat mempengaruhi variabel-variabel dalam sektor riil seperti pendapatan nasional riil, nilai riil tabungan, investasi, suku bunga). Perubahanperubahan dalam penawaran uang dapat mempengaruhi perekonomian dan pendapatan nasional melalui mekanisme transmisi sebagai berikut: 1) Pertambahan penawaran uang akan menurunkan suku bunga. 2) Penurunan suku bunga akan menambah investasi. 3) Kenaikan investasi akan meningkatkan pendapatan nasional melalui proses multiplier. Analisis Keynes tidak memperhatikan efek pertambahan uang terhadap tingkat harga. Harga dianggap konstan karena pengangguran yang terjadi dalam perekonomian tinggi.Menurut Keynes (dalam Boediono, 1994:163), inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, sehingga permintaan masyarakat akan barangbarang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (terjadi 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI inflationary gap). Senjang inflasi (inflationary gap) ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi yang dimiliki menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang. Masyarakat berhasil memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini bisa jadi adalah pemerintah sendiri yang berusaha memperoleh output masyarakat dengan jalan deficit financing, yaitu dengan mencetak uang baru, karena penerimaan dari pajak dan penerimaan lain-lain tidak mencukupi. Bisa juga pengusaha-pengusaha swasta yang ingin membiayai investasi-investasi barunya dengan kredit dari bank atau serikat buruh yang menuntut gaji yang tinggi melebihi produktivitasnya. Keadaan ini menggeser permintaan agregat sehingga terjadi kelebihan permintaan yang disebut inflationary gap, kenaikan permintaan agregat dalam keadaan output full employment akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan pada pasar barang dan jasa sehingga harga barang dan jasa meningkat yang akan menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan terhadap faktor produksi, sehingga harga faktor produksi juga akan naik. Kenaikan harga barang dan jasa serta faktor produksi inilah yang merupakan inflasi bagi perekonomian. Adanya kenaikan harga-harga berarti bahwa sebagian dari rencana-rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak bisa terpenuhi. Pada periode selanjutnya, golongan-golongan tersebut akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi (dari pencetakan uang baru atau kredit 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bank yang lebih besar atau dari kenaikan gaji yang lebih besar). Tentunya tidak semua golongan tersebut berhasil memperoleh tambahan dana. Golongan yang menang adalah yang bisa memperoleh dana yang lebih banyak sehingga bisa memperoleh bagian output yang lebih banyak, dan sebaliknya yang kalah (yaitu golongan berpenghasilan tetap atau yang penghasilannya tidak secepat laju inflasi) akan memperoleh bagian output yang lebih sedikit. Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan. Inflasi akan berhenti bila permintaan efektif total tidak melebihi jumlah output yang tersedia. Penyebab terjadinya kenaikan permintaan agregat ini, menurut monetaris adalah sebagai akibat dari kenaikan ekspansi jumlah uang beredar, sedangkan Keynes tidak menyangkal anggapan tersebut, tetapi menambahkan bahwa kenaikan permintaan agregat bisa juga karena peningkatan pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor netto, meskipun tidak disertai dengan kenaikan jumlah uang beredar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meningkatnya kurva permintaan agregat dapat disebabkan baik oleh faktor-faktor moneter maupun non moneter. 3. Teori Strukturalis Teori ini didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan tekanan pada adanya ketegaran dari struktur 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perekonomian negara-negara sedang berkembang. Faktor-faktor struktural itu hanya dapat berubah secara gradual dan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, teori ini sering disebut teori inflasi jangka panjang. Menurut teori ini, ada dua “ketegaran” utama dalam perekonomian negara-negara yang sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi (Boediono 1994:167), yaitu: a. Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu laju pertumbuhan nilai ekspor lebih lamban dibanding dengan laju pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Kelambanan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu: (1) harga barang ekspor di pasaran dunia tidak menguntungkan bila dibandingkan dengan harga barang-barang impor atau terms of trade yang semakin memburuk. Sering dianggap bahwa harga barang-barang hasil alam (yang merupakan ekspor utama negara sedang berkembang), dalam jangka panjang naik lebih lambat daripada harga barang-barang industri (yang merupakan impor negara sedang berkembang). (2) supply atau produksi barangbarang ekspor yang tidak responsif terhadap kenaikan harga. Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan untuk konsumsi maupun investasi. Akibatnya, negara tersebut terpaksa mengambil kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada penggalakan produksi dalam negri dari barang yang sebelumnya diimpor (import substitution strategy), meskipun seringkali ongkos produksi dalam negri adalah lebih tinggi daripada barang-barang sejenis yang diimpor. 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ongkos produksi yang lebih tinggi ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi. Bila proses substitusi impor ini makin meluas, kenaikan ongkos produksi juga makin luas ke berbagai barang (yang tadinya diimpor), sehingga makin banyak harga barang yang naik. Dengan demikian terjadilah inflasi. b. Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan di dalam negeri, yaitu laju pertumbuhan produksi bahan makanan di dalam negeri lebih lamban dibandingkan dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negri cenderung untuk menaik melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Hal ini mengakibatkan tuntutan kenaikan upah dari para karyawan (di sektor industri), dengan demikian akan menyebabkan kenaikan ongkos produksi, sehingga biaya produksi total meningkat. Hal inilah yang menyebabkan para pengusaha menaikkan harga jual produknya. Kenaikan harga barangbarang seterusnya mengakibatkan timbulnya tuntutan kenaikan upah lagi. Kenaikan upah kemudian diikuti oleh kenaikan harga-harga. Dan seterusnya. 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C. Penggolongan Inflasi Prasetyo (2011) dan Nopirin (2011) menggolongkan inflasi dengan cukup lengkap diantaranya: 1. Menurut tingkat keparahannya Laju inflasi dapat berbeda dari suatu negara dengan negara lain atau dalam satu negara untuk waktu yang berbeda. Adapun besarnya laju inflasi dapat dibagi ke dalam empat kategori: a. Inflasi ringan Pada umumnya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. b. Inflasi sedang Inflasi sedang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (double digit) sebesar 10% sampai dengan 30% per tahun). c. Inflasi berat Besarnya antara 30% sampai 100% per tahun. Inflasi ini dapat dikatakan ganas karena dampaknya sudah semakin luas dan sulit dikendalikan d. Inflasi Tinggi (HiperInflation) Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Besarnya lebih dari 100% per tahun. Nilai uang merosot dengan tajam 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sehingga masyarakat tidak percaya pada uang yang dipegang dan ingin segera ditukarkan dengan barang. Uang juga berputar dengan cepat. 2. Menurut Penyebabnya Menurut teori kuantitassebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan penambahan jumlah uang beredar. Adapun jenis-jenis inflasi menurut sebabnya (Samuelson dan Nordhaus, 1998:587) adalah: a. Inflasi tarikan Permintaan (Demand-Pull Inflation) Merupakan inflasi yang disebabkan karena tarikan permintaan. Inflasi ini bermula dari adanya permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan seperti ini, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga dapat juga menaikan hasil produksi atau output. Apabila kesempatan kerja penuh (full employment) benar-benar tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanya akan menaikan harga saja. Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat “inflationary gap”. Inflationary gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi. Menurut Bank Indonesia, penyebab terjadinya demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Kondisi ini digambarkan dengan output riil yang 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melebihi output potensialnya atau dengan kata lain permintaan aggregat lebih besar daripada kapasitas perekonomian. b. Inflasi dorongan biaya (Cost-Push Inflation) Merupakan inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya produksi yang mengakibatkan adanya penurunan penawaran aggregat. Kenaikan biaya produksi ini ditimbulkan oleh beberapa faktor diantaranya akibat depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negri khususnya negara-negara partner dagang, peningkatan harga barang yang diatur pemerintah (administered prices), terjadinya guncangan sisi penawaran akibat bencana alam dan terganggunya distribusi (BI), persatuan serikat buruh dalam menuntut kenaikan upah, industri yang bersifat monopolistis, sehingga dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga yang lebih tinggi, dan lain-lain. c. Inflasi campuran (Mixed Inflation) Adalah jenis inflasi yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan penawaran atau kelebihan dalam permintaan. Inflasi ini sering terjadi karena perilaku permintaan dan penawaran yang tidak seimbang. d. Ekspektasi inflasi Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi tersebut apakah disebabkan oleh adanya perilaku masyarakat yang secara umum bersifat adaptif atau forward looking, 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karena masyarakat melihat harapan di masa datang akan lebih baik daripada sebelumnya. Harapan masyarakat ini dapat menyebabkan demand pull inflation maupun cost push inflation tergantung dari harapan masyarakat yang mana yang lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan barang dan faktor produksi saat itu dan masa datang. Hal ini dapat tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun barang diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi suppply-demand. Demikian pula pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula menaikkan harga barang walaupun tingkat kenaikan upah kurang dapat menaikkan permintaan (BI). 3. Berdasarkan asal timbulnya inflasi Menurut Boediono, (1994) mengemukakan bahwa timbulnya inflasi berdasarkan dua faktor yaitu: a. Inflasi berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya sebagai akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibatbiaya 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. . D. Faktor-Faktor Utama Penentu Inflasi 1. JUB (Jumlah Uang beredar) Jumlah Uang Beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu: jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit). Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah narrow money adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran atau dapat diperluas mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati “uang” (deposito berjangka dan tabungan). Narrow money yang biasanya disimbolkan dengan M1 terdiri dari uang tunai/kartal (currency) dan uang giral (Demand Deposit). Uang kartal merupakan uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat umum, sedangkan uang giral mencakup saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank, (Boediono, 1992) M1 = C + D Dimana:\ 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C = Currency (uang kartal: kertas dan logam) D = Demand Deposits (uang giral: rekening koran/giro) Pengertian uang beredar dalam arti lebih luas (Broad Money) adalah M1 ditambah dengan deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada bank-bank, (Boediono, 1992) M2 = M1 + TD + SD Dimana: TD = Time deposits (deposito berjangka) SD = Savings Deposits (Saldo Tabungan) Menurut Mankiw (2006:81), negara – negara yang memiliki pertumbuhan uang yang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi sedangkan negara – negara yang memiliki pertumbuhan uang yang rendah cenderung memiliki inflasi yang rendah. Hal tersebut sesuai dengan teori kuantitas bahwa kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang satu persen menyebabkan kenaikan satu persen tingkat inflasi. 2. Harga Premium Harga premium adalah harga jual real premium di POM di Indonesia. Menurut Mankiw (2007:265), guncangan pada penawaran agregat dapat menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran adalah guncangan 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa dan akibatnya, mempengaruhi harga yang dibebankan perusahaan kepada konsumen. Salah satu contoh peristiwa yang menyebabkan guncangan penawaran yaitu organisasi kartel minyak internasional. Dengan membatasi persaingan, dapat menyebabkan produsen minyak utama meningkatkan harga minyak dunia. Peristiwa ini merupakan guncangan penawaran yang memperburuk (adversesupply shock), yang berarti dapat meningkatkan biaya dan harga. Kenaikan harga BBM memperberat beban hidup masyarakat terutama mereka yang berada di kalangan bawah dan juga para pengusaha, karena kenaikan bbm menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan itu akan mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan sehingga akan menurunkan tingkat penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan. Naiknya harga BBM di indonesia diawali oleh naiknya harga minyak dunia yang membuat pemerintah tidak dapat menjual BBM kepada masayarakat dengan harga yang sama dengan harga sebelumnya, karena hal itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN untuk subsidi minyak menjadi lebih tinggi. 3. Suku bunga BI Rate adalah tingkat bunga tabungan, deposito, dan pinjaman yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Demikian juga halnya dengan suku bunga jangka panjang, produsen akan merespon kenaikan suku bunga di pasar uang dengan mengurangi investasinya, maka produksi dalam negeri (output) menurun sehingga tingkat inflasi domestik menurun. 4. Kurs (nilai tukar) Kurs adalah Harga atau nilai dari satu mata uang yang dinyatakan dalam ukuran mata uang negara lain”. Dapat juga didefinisikan sebagai “jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sadono Sukirno, 2000:397) Melemahnya nilai tukar rupiah menjadikan harga barang-barang impor meningkat dikarenakan dibutuhkan jumlah rupiah yang lebih banyak untuk mendapatkan barang-barang impor tersebut, demikian pula halnya dengan barang-barang dengan bahan baku 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI produksi yang diimpor. Hal ini juga akan menaikkan harga produksi dalam negeri yang dapat berujung pada terjadinya inflasi. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing juga mengakibatkan meningkatnya nilai ekspor. Harga barang domestik yang lebih murah menarik minat pihak luar negeri untuk menambah jumlah permintaan akan barangnya sehingga perlahan-lahan harga akan naik dan menyebabkan inflasi (Sipayung, 2013: 337) E. Berbagai Kebijakan Moneter 1. Discount policy (politik diskonto) Politik diskonto artinya kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga bank dalam rangka memperlancar likuiditas seharihari. Bank sentral dalam menjalankan tugasnya mengawasi kegiatan bank umum, dapat mengubah tingkat bunga yang berlaku. Jika dalam kondisi kegiatan ekonomi masih berada di bawah tingkat kegiatan yang diharapkan, bank sentral dapat menurunkan tingkat diskonto/suku bunga, sehingga masyarakat melakukan pinjaman dan banyak investasi yang ada di masyarakat. Begitu juga sebaliknya, apabila bank sentral ingin membatasi kegiatan ekonomi, maka tingkat suku bunga perlu dinaikkan, sehingga masyarakat/pengusaha banyak melakukan tabungan dan uang yang beredar dapat dikurangi. 2. Open market policy (politik pasar terbuka atau operasi pasar terbuka) 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Politik pasar terbuka artinya kebijakan untuk memperjualbelikan surat-surat berharga oleh Bank Indonesia di pasar uang. Pada waktu perekonomian mengalami resesi, maka uang yang beredar perlu diadakan penambahan untuk mendorong kegiatan ekonomi yaitu dengan cara membeli surat-surat berharga. Pada waktu inflasi, untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang berlebihan, uang yang beredar harus dikurangi dengan cara menjual surat-surat berharga. Agar operasi pasar terbuka dapat berjalan dengan baik dan berhasil sesuai yang diharapkan, yakni pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka harus diciptakan keadaan perekonomian di mana: a) bank umum tidak memiliki kelebihan cadangan minimum. b) dalam perekonomian telah tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang diperjualbelikan. 3. Cash Receive Ratio (politik cadangan kas atau giro wajib minimum) Politik cadangan kas artinya kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum. Apabila kondisi perekonomian terjadi kenaikan harga (inflasi), maka bank sentral dapat menaikkan cadangan kas minimumnya sehingga uang yang beredar dapat dikurangi. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang lesu, maka pemerintah dapat menurunkan cadangan kas minimumnya, sehingga uang yang beredar bertambah karena banyaknya pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Akibat dari naiknya cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk memberikan pinjaman berkurang atau bank umum tidak mampu 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memberikan pinjaman dan sekaligus dana yang menganggur di bank semakin bertambah. 4. Pengendalian kredit selektif Yaitu untuk membatasi penggunaan kredit yang terlalu besar atau terlalu cepat pada sector tertentu dan terutama untuk mengurangi penggunaan kredit untuk tujuan spekulasi pembelian surat-surat obligasi, maka diterapkanlah kebijakan pengendalian kredit selektif ini. Caramnya adalah dengan menaikan ketentuan maksimum kredit yang bias dipinjam untuk membiayai pembelian spekulatif tersebut, yang dilakukan dengan menurunkan presntasi kredit maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai pembelian spekulatif tersebut. Sama halnya dibidang konsumsi misalnya untuk kredit perumahan, dilakukan pengendalian dengan cara menaikkan atau menurunkan ketentuan minimum pembayaran uang muka cicilan. Denagn ini akan menaikan besarnya pembayaran cicilan selanjutnya yang akan semakin besar, sehingga diharapkan akan mempengaruhi terhadap keputusan permintaan kredit untuk pembelian tersebut. Hal ini dilakukan apabila memang permintaan kredit untuk pembelian/konsumsi perumahan tadi sudah terlalu besar sehingga menimbulkan tingkat inflasi yang tinggi. 5. Moral Suasion Yaitu untuk menghindari kemungkinan buruk akibat perluasan ataupun kontraksi pembelian kredit bank itu terhadap bekerjanya system perbankan 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan, maka dibutuhkan bujukan/himbauan moral dari otoritas moneter yang ditujukan kepada bankir atau pengusaha. Persuasi moral ini bertujuan agar para bankir dan pengusaha mentaati kebijakan yang telah ditetapkan oleh Bank Sentral. Kebijakan ini akan lebih efektik jika didukung oleh tindakan yang lebih positif oleh Bank Sentral, antara lain dengan cara melalui: pidato-pidato Gubenur bank sentral, publikasi-publikasi agar dicapai kondisi seperti yang diinginkan oleh otoritas moneter. Himbauan ini ditujukan baik terhadap kredit perbankan secara keseluruhan maupun kepada suatu kredit jenis tertentu atau kepada sector tertentu. Kebijakan moral susion ini hanya akan bermanfaat pada saat tertentu saja sampai kebijakan yang fundamental dilakukan. F. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi Teori yang menyoroti hubungan antara inflasi dengan Jumlah Uang Beredar adalah teori kuantitas uang. Pertama, inflasi hanya bisa terjadi jika terdapat penambahan volume uang beredar tanpa ada kenaikan jumlah uang beredar hanya akan menaikan harga-harga sementara waktu saja. Artinya apabila jumlah uang beredar melebihi dari yang diinginkan masyarakat, masyarakat cenderung akan membelanjakan uangnya dengan meningkatkan konsumsi barang dan jasa. Sepanjang kapasitas produksi masih tersedia, kenaikan konsumsi tersebut tersebut akan meningkatkan produksi dan memperluas kesempatan kerja. Akan tetapi, apabila kapasitas produksi telah jenuh maka kenaikan permintaan barang dan jasa tersebut pada gilirannya akan meningkatkan harga-harga pada 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI umumnya (inflasi) (Pohan, 2008:35). Bila jumlah uang tidak bertambah, inflasi akan terhenti dengan sindirinya. Uang selalu didefinisikan sebagai Benda benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan disetujui dalam definisi ini adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantaraan dalam kegiatan tukar- menukar (Sukirno, 2006:267). Uang tidak lain adalah segala sesuatu yang dapat dipakai/diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang. Dalam sejarah uang, beberapa jenis barang telah pernah dipakai sebagai uang (misalnya kerang, emas, gigi binatang, kulit, perak dan sebagainya). Dengan demikian uang dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang secara umum mempunyai fungsi sebagai berikut : sebagai satuan pengukur nilai, sebagai alat tukar dan sebagai alat penimbun/penyimpan kekayaan. (Nopirin 2011:2). 1. Teori Penawaran Uang Terdapat perbedaan pendapat dikalanganekonom tentang cara mendefenisikan uang yang dianggap paling tepat. Dua pendekatan dasar yang terbak yang dapat dipergunakan adalah pendekatan transaksi (Transaction Approach) dan pendekatan Likuiditas (Liquidity approach) (Widayatsari dan Mayes, 2009:22-23). a. Pendekatan Transaksi (Transaction Approach) Pendekatan transaksi menekankan fungsi uang sebagaimedium of exchange. Pendukung pendekatan ini menyatakan inti dari uang adalah 34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa masyarakat menerimanya sebagai alat pembayaran. Karena ini adalah perbedaan pokok antara uang dan aset keuangan lainnya, dimana semua aset dapat dipergunakan sebagai store of value namun hanya sedikit yang dapat berfungsi sebagai medium of exchange. Inti pendekatan ini menganjurkan kita untuk memperhitungkan aset yang memilikifungsi sebagai medium of exchange dalam perhitungan empiris uang. Aset yang termasuk dalam kategori uang menrurt defenisi ini adalah uang koin dan uang kertas dan juga chekable accountyang dapat ditarik melalui penulisan chek. b. Pendekatan Likuiditas Pendekatan ini mnenekankan kepada properti utama dari uang yaitu bahwa uang haruslah yang bersifat paling likuid dari semua aset yang ada. Likuiditas dinilai berdasarkan seberapa mudahnya aset dijual dimasa depan pada masa tertentu, dengan waktu yang singkat dan dengan biaya transaksi minimal. Pendekatan ini menekankan fungsi uang sebagai store of value. Uang dalam pendekatan ini adalah tidak berbeda dengan aset keuangan lainnya, semuanya memiliki kemampuan likuiditas meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda Tingkatan likuiditas dimulai dari uang kartal hingga aset keuangan seperti hingga mulai dari uang yang paling likuid, yaitu aset dengan mudah dapat ditukar dengan uang cash dalam waktu singkat tanpa biaya apapun. Uang yang termasuk katagori ini adalah aset yang berfungsi sebagai medium of exchangeyaitu 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI uang koin, uang kertas, rekening koran yang dapat ditarik denagn cek. Ekonomi menyebut aset yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi yang hanya akan menghasilkan keuntungan atau kerugian tipis sebagai nearmoney. Contoh dari near moneyadalah aset-aset likuiditas tinggi yang tidak termasuk katagori M1. G. Pengaruh Harga Premium Terhadap Inflasi Variabel kenaikan tingkat harga premium didasarkan oleh mekanisme transmisi dampak oil price shock terhadap harga dan inflasi yang dijelaskan oleh Blanchard (2004), yang menyatakan ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia maka suatu perusahaan akan merespon dengan menaikkan mark-up sehingga harga naik, karena hubungan keduanya berbanding lurus. Artinya apabila harga premium naik, maka akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat, peningkatan biaya produksi danmendorong perusahaan untuk meningkatkan hargapada umumnya (Inflasi). Cost-push inflation merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya tekanan biaya. Salah satu pemicu terjadinya cost-push inflation yaitu adanya peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price). BBM merupakan salah satu contoh komoditi yang harganya diatur oleh pemerintah. Terjadinya kenaikan harga BBM akan menyebabkan terjadinya inflasi karena selain BBMmerupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat, kenaikan harga BBM menyebabkan meningkatnya biaya produksi dari 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perusahaan-perusahaan. Olehkarena itu kenaikan harga BBM bersifat cost-push inflation dalam menciptakan inflasi. Menurut Mankiw (2007:265), guncangan pada penawaran agregat dapat menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran adalah guncangan pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa dan akibatnya, mempengaruhi harga yang dibebankan perusahaan kepada konsumen.Salah satu contoh peristiwa yang menyebabkan guncangan penawaran yaituorganisasi kartel minyak internasional. Dengan membatasi persaingan, dapatmenyebabkan produsen minyak utama meningkatkan harga minyak dunia.Peristiwa ini merupakan guncangan penawaran yang memperburuk (adversesupply shock), yang berarti dapat meningkatkan biaya dan harga H. Pengaruh Suku bunga Terhadap Inflasi Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di masyarakat. Artinya apabila suku bunga tabungan tinggi, masyarakat akan lebih bergairah untuk menabung yang menyebabkan saving tinggi, sehingga mengurangi pergerakan jumlah uang beredar yang nantinya akan berpengaruh terhadap rendahnya inflasi. Namun, di sisi lain, tingginya suku bunga akan meningkatkan nilai uang selain menyebabkan besarnya opportunity cost pada sektor riil (Khalwaty, 2000:143). 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tingkat bunga kredit yang tinggi juga menyebabkan gairah masyarakat untuk meminjam di bank untuk melakukan investasi dan konsumsi juga semakin berkurang karena tingkat bunga merupakan salah satu komponen biaya modal. Sehingga kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi permintaan aggregat dalam masyarakat.. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga meningkatkan biaya dana dan biaya modal sehingga keinginan untuk melakukan investasi dan konsumsi menjadi berkurang dan pada akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi (www.bi.go.id). Jadi jika terjadi 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kenaikan tingkat bunga diharapkan dapat menekan permintaan aggregat. Hal ini menunjukkan efektifnya suku bunga sebagai instrumen kebijakan untuk mengomunikasikan keberadaan (stance) kebijakan moneter. Pasar lebih mudah menangkap sinyal kebijakan moneter melalui suku bunga dibandingkan dengan aggregat moneter (Maski, 2007:14). I. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang masalah inflasi telah banyak dilakukan oleh peneliti dengan berbagai model yang digunakan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kurniawan Saputra (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2007-2012”. Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh JUB (M2), suku bunga, Kurs, dan harga beras terhadap inflasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Jumlah Uang Beredar, kurs, dan harga beras berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi. Sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap inflasi. 2. Rio Maggi dan Brigita Dian Saraswati melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia : Model Demand Pull Inflation”. Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar, suku bunga, dan perubahan musim terhadap inflasi. Peneliti menyimpulkan bahwa pada tahun 2001.1 – 2011.12 variabel JUB yang 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berpengaruh signifikan dan positif terhadap inflasi di indonesia hanya dalam jangka panjang. Variabel suku bunga berpengaruh positif terhadap inflasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan variabel perubahan musim tidak berpengaruh terhadap inflasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang J. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan uraian penelitian sebelumnya, maka disusun kerangka penelitian sebagai berikut: 1. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi Jumlah uang beredar yang tinggi mempengaruhi tingkat inflasi. Artinya jika jumlah uang beredar melebihi dari yang diinginkan masyarakat, masyarakat cenderung akan membelanjakan uangnya dengan cara meningkatkan konsumsi barang dan jasa. Kenaikan permintaan barang dan jasa yang tidak disertai dengan kenaikan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan akan mengakibatkan terjadinya inflasi. Berdasarka uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut: H1= jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi. 2. Pengaruh harga premium terhadap tingkat inflasi Kenaikan tingkat harga premium mempengaruhi tingkat inflasi. Artinya apabila harga premium naik, maka akan diikuti oleh naiknya harga barangbarang dan jasa-jasa di masyarakat. Peningkatan biaya produksi akan 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendorong perusahaan untuk meningkatkan harga pada umumnya (inflasi). Adanya harga premium yang tinggi akan diikuti dengan kenaikan harga barang dan jasa sehingga dapat menyebabkan inflasi. Berdasarkan urain tersebut dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut: H2 = harga premium berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi. 3. Pengaruh tingkat suku bunga terhadap tingkat inflasi Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di masyarakat.Apabila suku bunga tinggi, masyarakat akan lebih bergairah untuk menabung yang menyebabkan saving tinggi, sehingga mengurangi pergerakan jumlah uang beredar yang nantinya akan berpengaruh terhadap rendahnya inflasi. Adanya suku bunga yang tinggi dapat menurunkan tingkat inflasi. Berdasarkan urain tersebut dapat dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut: H3 = tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap tingkat inflasi. 4. Pengaruh jumlah uang beredar, harga premium dan suku bunga terhadap inflasi Jumlah uang beredar yang tinggidan kenaikan harga premium akan mengakibatkan naiknya harga barang dan jasa di Masyarakat sehingga menyebabkan inflasi. Sebaliknya tingkat suku bunga yang tinggi akan meningkatkan tabungan masyarakat dan mengurangi jumlah uang beredar sehingga dapat menurunkan tingkat inflasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jumlah uang beredar, harga premium dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi. Kerangka penelitian studi tersebut adalah sebagai berikut JUB (Uang Kartal dan Uang Giral) (X1) Harga Premium (X2) Inflasi (Y) Suku Bunga (X3) Keterangan: = Regresi Berganda = Regresi Gambar II.1 Kerangka Penelitian Studi 42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitimemilih menggunakan jenis penelitian exsplanatorystudyyaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran terlebih dahulu kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Penelitian ini mengambiljudul“Pengaruh Jumlah Uang beredar, Harga premium, Tingkat Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode 2006.1-2015.12” B. Waktu Penelitian Waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dari bulan April – Juni 2017 di Indonesia. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Data yang diteliti dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen adalah variabel yang bersifat menentukan atau mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga variabel independen a. Variabel X (Independent)Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar, harga premium, dan suku bunga periode 2006.1-2015.12 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Variabel Y (Dependent/terikat) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat Inflasi periode 2006.12015.12 Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana variabelvariabel dalam penelitian diukur. Berikut adalah definisi operasional dari variabel yang akan diteliti, yaitu : 1. Inflasi Inflasi merupakan kecenderungan harga-harga meningkat secara umum dan terus menerus dalam periode waktu tertentu. yang diukur dalam persen (%) selama periode Januari 2006 – Desember 2015. 2. JUB Jumlah Uang Beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Pada penelitian kali ini hanya akan menjelaskan tentang jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) yaitu uang kartal dan uang giral periode Januari 2006-Desember 2015 yang diterbitkan BI dan diukur dalam satuan milyar rupiah (Rp). 3. Harga premium Harga BBM adalah harga jual real premium di POM di Indonesia dalam bulanan yang diterbitkan oleh pemerintah yang diukur dengan satuan ribu rupiah (Rp). 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Suku bunga BI Rate adalah tingkat suku bunga tabungan real berdasarkan kelompok bank yaitu Bank Umum 1 bulan yang diukur dengan satuan persen (%). D. Data dan Sumber Data Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan Data sekunder dari BPS (Badan Pusat Statistik), Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan dari Bank Indonesia (BI) dikarenakan pada penelitian ini peneliti hanya memerlukan data sekunder untuk melihat apakah ada Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Dan suku bunga terhadap tingkat Inflasi. Data yang dicari dalam penelitian ini adalah : 1. Data inflasi di Indonesia periode Januari 2006-Desember 2015, bersumber dari BI (www.bi.go.id) 2. Jumlah Uang Beredar di Indonesia periode Januari 2006-Desember 2015, bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) BI, dalam satuan milyar. 3. Harga Premium di Indonesia periode Januari 2006-Desember 2015, Bersumber dari Kementrian Energia Sumber Daya Mineral (ESDM) 4. Suku bunga tabungan periode Januari 2006- Desember 2015, bersumber dari BI (www.bi.go.id). 45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan realistis. Karena data bersifat makro, metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu mendapatkan informasi melalui catatan, literatur, dokumentasi, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian. Selain itu juga terdapat data-data laporan tertulis yang terkait dengan penelitian ini dari berbagai studi pustaka yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan website. F. Teknik Analisis Data Analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Berganda. Persamaan Regresi untuk tiga prediktor (Sugiyono, 2008) adalah: Rumus : Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ e Y = Variabel terikat (independent) a = Konstanta b1 b2 b3 = Koefisien Beta X1 =Jumlah Uang Beredar X2 = Harga Premium X3 = Suku Bunga e = Error 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI G. Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan mengamati penyebaran data pada sumbu diagonal suatu grafik. Uji signifikansi pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distribusi normal. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi apakah residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan adalah dengan metode Uji KolmogorovSmirnov. Kriteria pengujian: b. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig > 0.05 maka data berdistribusi normal c. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig < 0.05 , maka data tidak berdistribusi normal. 2. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Metode yang digunakan adalah dengan Uji Hipotesis Serempak (Uji F). Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Kriteria: 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Jika F hitung > F tabel atau nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima, artiinya linier. b. Sebaliknya, jika F hitung < F tabel atau nilai Sig > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh signifikan (tidak linier). H. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antar variabel-variabel bebas. Salah satu syarat yang harus dipenuhi regresi berganda adalah tidak terdapatnya multikolinieritas atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara variabel penjelas. Dalam penelitian ini akan di uji dengan Variance Inflation Factor Dan Tolerance Jika kita mempunyai sejumlah k variabel independen tidak termasuk konstanta didalam sebuah model, maka varian dari koefisien regresi parsial dapat ditulis sbb: Var(βj)=( ∑ ) atau Var(βj)=( ∑ )( ) Dimana R2j merupakan R2 yang diperoleh dari regresi auxiliary antara variabel independent dengan variabel independent sisanya (k-1). Sedangkan VIF adalah Varian Infaltion Factor. Ketika R2j mendekati satu atau dengan kata lain ada kolonieritas antar varibael independent maka, VIF akan naik dan mendekati tak terhingga jika nilainya Rj2 = 1. Bila nilai R2 tinggi tetapi hanya 48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sedikit nilai t yang signifikan maka diduga model regresi terkena penyakit multikolinieritas. Cara mendeteksi: Lihat pada bagian VIF (Variance Inflation Factor) pada output Coefficients Nilai VIF = 1 / Tolerance a. Jika VIF > 5 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya b. Jika VIF < 5 maka variabel tersebut terbebas dari persoalan multikolinieritas Selain itu para ahli ekonometrika juga menggunakan nilai tolerance untuk mendeteksi masalah multikolinieritas di dalam model regresi berganda. Nilai tolerance (TOL) dapat dicari dengan menggunakan formulas sbb: TOL = (1- R2j) = jika R2j = 0 berarti tidak ada kolonieritas antara variabel independent maka nilai TOL sama dengan 1 dan sebaliknya jika R2j = 1 ada kolonieritas antar variabel independent maka nilai TOL sama dengan 0. 2. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residualsatu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat 49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Dalam penelitian ini akan di uji dengan menggunakan Metode Korelasi Spearman. Metode berikutnya untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah metode yang dikembangkan oleh spearman. Metode ini dapat digunakan untuk sampel besar maupun sampel kecil. Menurut Singgih Santoso (2001) ada kriteria dalam uji korelasi spearman, yaitu: a. Jika nilai Sig < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan. b. Sebaliknya, jika nilai Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan. 3. Uji Autokerelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya.Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson).Prosedur uji yang di kembangkan oleh Durbin - Watson dapat dijelaskan dengan model sederhana seperti:Y1 = β0 +β1X1t +et Menurut Singgih Santoso (2001) ada kriteria apakah ada autokorelasi atau tidaknya dari masing-masing variabel yaitu: 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel III.1: Uji Statistik Durbin- Watson d d < dL d > dU dL d dU d > 4 - dL d < 4 - dU 4 - dL d 4 - dU Auto Korelasi Terdapat autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi +/Daerah keraguan Terdapat autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi +/Daerah keraguan Ragu- Ragu Tidak Ada Positif Ragu-Ragu Autokorelasi Auto Korelasi Negatif 0 dL dU 2 4-dU Gambar III.1. Statistik Durbin – Watson d 51 4-dL 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Deskripsi Tingkat Inflasi Data inflasi pada penelitian ini adalah data bulanan yang peneliti peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi rata-rata untukmasingmasing tahun yaitu dari tahun 2006 .1 – 2015.12. Rata-rata tingkat inflasi di Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut: Tabel IV.1 Rata-rata Tingkat Inflasi tahun 2006 – 2015 Tahun Tingkat Inflasi (persentase) 2006 6,60 2007 6,40 2008 10,31 2009 4,90 2010 5,13 2011 5,38 2012 4,28 2013 6,38 2014 6,42 2015 6,97 Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017 Tingkat inflasi di Indonesia dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik berikut ini : Grafik VI.1 Rata-rata Tingkat Inflasi tahun 2006 – 2015 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tingkat Inflasi 12.00 10.31 Persentase 10.00 8.00 6.00 6.60 6.40 6.38 6.42 5.38 4.90 5.13 6.97 4.28 4.00 Tingkat Inflasi (persentase) 2.00 0.00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017 Berdasarkan data inflasi yang divisualisasikan dalam bentuk grafik IV.1 dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi rata-rata tertinggi berada pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,31 % yang berarti bahwa tergolong dalam inflasi sedang.Hal tersebut disebabkan karena pada tahun 2008 negara Amerika Serikat mengalami krisis global yang berawal ketika Amerika Serikat gagal mengelola usaha properti, sehingga berdampak terhadap laju inflasi dalam negeri yang meningkat mencapai 10,31 %.Sementara inflasi terendah berada pada tahun 2012 sebesar 4,28 % yang berarti bahwa tergolong dalam inflasi ringan, yang disebabkan karena pada tahun 2012 tidak terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak. 53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Deskripsi Data Jumlah Uang Beredar Data jumlah uang beredar (JUB) pada penelitian ini adalah data bulanan yang peneliti peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi rata-rata untuk masing-masing tahun yaitu dari tahun 2006 – 2015. Rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut: Tabel IV.2 Rata-rata Jumlah Uang Beredar Tahun 2006-2015 Tahun Rata-rata Jumlah Uang Beredar (milyar rupiah) 297.807 2006 375.324 2007 2008 441.761 2009 471.959 534.390 2010 2011 634.788 761.126 2012 842.943 2013 905.439 2014 1.002.448 2015 Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017 Jumlah uang beredar di Indonesia dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik berikut ini : 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Grafik IV.2 Rata-rata Jumlah Uang Beredar tahun 2006.1-2015.12 Rata-rata Jumlah Uang Beredar Milyar Rupiah 1,200,000 1,002,448 905,439 842,943 761,126 800,000 634,788 534,390 600,000 471,959 441,761 375,324 400,000 297,807 1,000,000 200,000 Rata-rata Jumlah Uang Beredar (milyar rupiah) 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017 Berdasarkan data jumlah uang beredar (JUB) yang divisualisasikan dalam bentuk grafik IV.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata uang beredar tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu sebesar 1.002.448 milyar rupiah dan jumlah uang beredar terendah berada pada tahun 2006 sebesar 297.807 milyar rupiah.Menurut BI meningkatnya pertumbuhan JUB tersebut terutama dipengaruhi oleh akselerasi penyaluran kredit perbankan yang tumbuh lebih tinggi 3. Deskripsi Data Harga Premium Data harga premium pada penelitian ini adalah data bulanan yang peneliti peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi rata-rata 55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untukmasing-masing tahun yaitu dari tahun 2006.1– 2015.12. Rata-rata harga premium per tahun di Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut: Tabel IV.3 Rata-rata Harga Premium tahun 2006- 2015 Tahun Harga Premium (ribu rupiah) 4.500 2006 4.500 2007 4.700 2008 4.500 2009 4.500 2010 5.292 2011 4.500 2012 6.500 2013 6.833 2014 7.217 2015 Sumber : Laporan Bank Indonesia, diolah 2017 Harga premium di Indonesia dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik berikut ini : Grafik IV.3 Harga premium Tahun 2006.1- 2016.12 Ribu Rupiah Harga Premium 8,000 7,217 6,5006,833 7,000 6,000 5,292 4,7004,5004,500 4,500 5,000 4,5004,500 4,000 3,000 2,000 1,000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun 56 Harga Premium (ribu rupiah) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan data harga premium yang divisualisasikan dalam bentuk grafik IV.3 dapat disimpulkan bahwa rata-rata harga premium tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 7.217. Hal ini di karenakan pada tahun 2015rata-rata harga minyak dunia dan masih berfluktuasi serta melemahnya nilai tukar rupiah sedangkanharga premium terendah berada pada tahun 2006 – 2012 yaitu sebesar RP 4.500. Hal ini di karenakan pada tahun 2006 masih diterapkan subsidi BBM, sehingga harga premium berda pada kisaran rendah. 4. Deskripsi Data Suku Bunga Data tingkat suku bunga pada penelitian ini adalah data bulanan yang peneliti peroleh dari Bank Indonesia yang diubah menjadi rata-rata untuk masing-masing tahun yaitu dari tahun 2006 .1– 2015.12. Rata-rata tingkat suku bunga di Indonesia dapat diamati dalam tabel berikut: Tabel IV.4 Rata-rata Tingkat Suku Bunga Tahun 2006- 2015 Tahun Suku bunga (persentase) 4,75 2006 4,98 2007 3,28 2008 3,67 2009 3,13 2010 2,53 2011 1,94 2012 1,84 2013 1,80 2014 1,74 2015 Sumber : Bank Indonesia, diolah 2017 57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tingkat suku bunga di Indonesia dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik berikut ini : Grafik IV.4 Rata-rata Tingkat Suku Bunga tahun 2006- 2015 Suku bunga 6 Persentase 5 4 3 4.75 4.98 3.28 3.67 3.13 2.53 1.94 1.84 1.8 1.74 2 Suku bunga (persentase) 1 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Sumber : Bank Indonesia, diolah 2017 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga tertinggi setelah di rata-rata berada pada tahun 2007 yaitu sebesar 4,98 % karena keadaan bank saat itu mengalami kekurangan dana (jumlah simpanan sedikit) sehingga harus meningkatkan tingkat suku bunga untuk menarik nasabah menyimpan uangnya di bank dan tingkat suku bunga terendah berada pada tahun 2015 yaitu sebesar 1,74 % karena bank memiliki jumlah simpanan yang besar sehingga suku bunga diturunkan. 58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Temuan Data Tabel IV.5 Rata-rata Inflasi dan Jumlah Uang Beredar TAHUN 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 JUB INFLASI 1.002.448 905.439 842.943 761.126 634.788 534.390 471.959 441.761 375.324 297.807 6,97 6,42 6,38 4,28 5,38 5,13 4,90 10,31 6,40 6,60 Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017 Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah uang beredar cenderung mengalami peningkatan secara terus menerus setiap tahun. Pada tahun 2008 tingkat inflasi di Indonesia mencapai 10,31 %, sedangkan JUB dimasyarakat sebesar 441.761 milyar rupiah. Hal ini disebabkan karena negara amerika serikat mengalami krisis global yang berawal ketika Amerika serikat gagal mengelola usaha properti, sehingga berdampak terhadap laju inflasi dalam negeri yang meningkat mencapai 10,31%. Dan pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan yaitu sebesar 4,90% dan jumlah uang beredar dimasyarakat sebesar 472.959. hal ini disebabkan karena di Indonesia terjadi deflasi pada barang-barang yang harganya ditetapkan oleh pemerintah, seperti bahan bakar minyak dan listrik. 59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IV.6 Rata-rata Inflasi dan Harga Premium tahun 2006-2015 TAHUN 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 HARGA PREMIUM 7.217 6.833 6.500 4.500 5.292 4.500 4.500 4.700 4.500 4.500 INFLASI 6,97 6,42 6,38 4,28 5,38 5,13 4,90 10,31 6,40 6,60 Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 inflasi mencapai 10,31 % sedangkan harga premium sebesar Rp 4.700. Pada tahun 2009 tingkat inflasi menurun menjadi 4,90 % sedangkan harga premium menurun menjadi Rp 4.500. Hal ini disebabkan karena harga minyak dunia mengalami penurunan yang menyebabkan pemerintah menurunkan harga minyak dalam negeri, salah satunya yaitu harga premium. 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IV.7 Rata-rata Inflasi dan Tingkat Suku Bunga tahun 2006-2015 TAHUN SUKU BUNGA TABUNGAN INFLASI 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 1,74 1,80 1,84 1,94 2,53 3,13 3,28 3,67 4,98 4,75 6,97 6,42 6,38 4,28 5,38 5,13 4,90 10,31 6,40 6,60 Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2007 suku bunga tabungan mencapai 4,98 % sedangkan tingkat inflasi sebesar 56,40 %. Dan pada tahun 2008 tingkat suku bunga tabungan turun menjadi 3,67 % sedangkan tingkat inflasi meningkat menjadi 10,31 %. Hal ini disebabkan karena krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat yang berdampak pada Indonesia. Pada tahun 2012 tingkat suku bunga tabungan mencapai 1,94 % sedangkan tingkat inflasi mencapai 4,28 %. Dan pada tahun 2013 tingkat suku bunga turun menjadi 1,84 %, sedangkan tingkat inflasi meningkat menjadi 6,38 %. Hal ini disebabkan karena Bank Indonesia memiliki banyak simpanan sehingga tingkat suku bunga tabungan diturunkan dan jumlah uang beredar dimasyarakat semakin banyak membuat masyarakat ingin menjadi konsumen dibandingkan saving, sehingga tingkat harga pun meningkat. 61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C. Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat Regresi Sebelum melakukan analisis data, maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian prasyarat regresi. Hal ini penting dilakukan karena untuk mengetahui rumus “Regresi Linier Berganda” maka data-data yang diperlukan harus memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan sebagai berikut: a. Pengujian Normalitas Tabel IV.8 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Harga JUB (dalam milyar rupiah) N Normal Mean a Parameters Std. Deviation tingkat premium (ribu suku bunga rupiah) inflasi (persentase) (persentase) 120 120 120 120 626761.94 5284.17 2.7848 6.9490 232456.089 1119.648 .96485 3.28467 Most Extreme Absolute .129 .400 .170 .187 Differences Positive .129 .400 .170 .187 Negative -.092 -.242 -.128 -.087 1.413 4.380 1.862 2.049 .872 .433 .082 .118 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus atau uji “One Sample Kolmogorov Smirnov”. Pengujian normalitas ini dilakukan untuk semua data atau variabel penelitian yaitu sebagai berikut: 62 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1) Jumlah Uang Beredar (JUB) (X1) a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean : 626761.94, Standar Deviasi : 232456.089. b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai Asymp. Sig yaitu : 0,872. Jadi probabilitas (sig) 0,872 > 0,05. Hal ini berarti Jumlah Uang Beredar (JUB) (X1) berdistribusi normal. 2) Harga Premium (X2) a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean : 5284.17, Standar Deviasi : 1119.648. b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai Asymp. Sig yaitu : 0,433. Jadi probabilitas (sig) 0,433 > 0,05. Hal ini berarti Harga premium (X2) berdistribusi normal 3) Tingkat Suku Bunga a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean : 2.7848, Standar Deviasi : 0. 96485. b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai Asymp. Sig yaitu : 0, 82. Jadi probabilitas (sig) 0,82 > 0,05. Hal ini berarti tingkat suku bunga (X3) berdistribusi normal. 4) Tingkat Inflasi (Y) a) Dari tabel deskriftif statistik diperoleh jumlah N : 120, Mean : 6.9490, Standar Deviasi : 3.28467. 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai Asymp. Sig yaitu : 0,118. Jadi probabilitas (sig) 0,118 > 0,05. Hal ini berarti tingkat inflasi (Y) berdistribusi normal. b. Pengujian Linieritas Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F, dimana pengujian linieritas ini dilakukan untuk setiap variabel bebas yaitu sebagai berikut : 64 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Jumlah Uang Beredar (X1) Tabel IV.9 Hasil Uji Linieritas Jumlah Uang Beredar ANOVA Table Sum of Squares tingkat inflasi Between (Combined) (persentase) * Groups Linearity Mean df Square F Sig. 2165.582 7 323.655 2.369 .027 220.120 1 220.120 43.160 .010 163.987 5 30.431 3.465 .222 JUB (milyar Deviation rupiah) from Linearity Within Groups S 1118.315 113 9.985 Total 1283.896 119 umber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017 Dengan inflasi (Y) dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh F hitung sebesar 43,160 dengan probabilitas (sig) 0,010 maka diperoleh F tabel 5,59. Jadi F hitung 43,160 > F tabel 5,59 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hubungan antara Jumlah Uang Beredar (X1) dan Inflasi (Y) bersifat linier. 65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Harga Premium (X2) Tabel IV.10 Hasil Uji Linieritas Harga Premium ANOVA Table Sum of Squares Mean df Square tingkat inflasi Between (Combined) 165.582 8 23.655 (persentase) * Groups Linearity 137.595 1 163.987 6 27.331 1118.315 112 9.985 F Sig. 2.369 .017 137.595 35.140 .030 Harga premium Deviation (ribu rupiah) from Linearity Within Groups Total 2.737 .326 1283.896 119 S umber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017 Dengan inflasi (Y) dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh F hitung sebesar 35,140 dengan probabilitas (sig) 0,030 maka diperoleh F tabel 5,32. Jadi F hitung 35,140> F tabel 5,32 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hubungan antara Harga premium (X2) dan Inflasi (Y) bersifat linier. 66 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Tingkat Suku Bunga (X3) Tabel IV.11 Hasil Uji Linieritas Tingkat Suku Bunga ANOVA Table Sum of Squares tingkat inflasi Between (persentase) * Groups (Combined) Linearity Mean df Square 1217.576 80 15.032 387.973 1 829.603 80 10.370 66.321 38 1.745 1283.896 119 F Sig. 8.613 .020 387.973 222.298 .015 suku bunga Deviation (persentase) from 5.942 .115 Linearity Within Groups S Total umber : LaporanBank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017 Dengan inflasi (Y) dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh F hitung sebesar 222,298 dengan probabilitas (sig) 0,015maka diperoleh F tabel 3,96. Jadi F hitung 222,298 > F tabel 5,32 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hubungan antara Tingkat suku bunga (X3) dan Inflasi (Y) bersifat linier. 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi dan mengetahui ada tidaknya pelanggaran dan penyimpangan dalam pengujian “Regresi Linier Berganda”. Pengujian asumsi klasik meliputi : a. Pengujian Multikolinieritas Tabel IV. 12 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF JUB (dalam milyar rupiah) .075 3.287 Harga premium (ribu rupiah) .335 2.982 suku bunga (persentase) .115 3.718 a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017 Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk data dari variabel bebas yaitu sebagai berikut : 1). Jumlah Uang Beredar (X1) Dari hasil output “Coliinearity Statistics” diperoleh VIF (Variance Inflations Factor) 3,287, berarti VIF 3,287 < 5. Dengan hasil tersebut maka variabel jumlah uang beredar bersifat “ tidak terjadi multikolinieritas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah 68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI uang beredar sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel yang lainnya. 2). Harga Premium (X2) Dari hasil output “Coliinearity Statistics” diperoleh VIF (Variance Inflations Factor) 2,982, berarti VIF 2,982 < 5. Dengan hasil tersebut makan variabel harga premium bersifat “ tidak terjadi multikolinieritas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah harga premium sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel yang lainnya 3). Tingkat suku bunga (X3) Dari hasil output “Coliinearity Statistics” diperoleh VIF (Variance Inflations Factor) 3,718, berarti VIF 3,718 < 5. Dengan hasil tersebut makan variabel tingkat suku bunga bersifat “ tidak terjadi multikolinieritas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat suku bunga sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel yang lainnya. 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Pengujian Heteroskedastisitas Tabel IV.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations JUB Harga (dalam Spearman' JUB (dalam milyar s rho rupiah) rupiah) suku bunga (persentase) Unstandardized Residual milyar (ribu rupiah) rupiah) (persentase ardized ) Residual 1.000 .743** -.961** -.056 . .000 .000 .542 120 120 120 120 .743** 1.000 -.695** .010 Sig. (2-tailed) .000 . .000 .912 N 120 120 120 120 -.961** -.695** 1.000 .034 Sig. (2-tailed) .000 .000 . .716 N 120 120 120 120 -.056 .010 .034 1.000 Sig. (2-tailed) .542 .912 .716 . N 120 120 120 120 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Harga premium (ribu premium suku bunga Unstand Correlation Coefficient Correlation Coefficient Correlation Coefficient **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017 70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank dari spearman (Spearman’s rank Corellation test). Pengujian ini dilakukan untuk menunjukan bahwavariasi (Varian’s) dari variabel tidak sama untuk setiap pengamatan. Pengujian ini dilakukan untuk semua variabel bebas : 1). Jumlah Uang Beredar (X1) dan Residu Pada output antara (X1) dan residu menghasilkan angka (r) 0,056 dengan probabilitas (sig) 0,542. Jadi dengan membandingkan probabilitas diperoleh bahwa nilai Sig 0,542 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa antara jumlah uang beredar dengan inflasi “tidak terjadi heteroskedastisitas”. 2). Harga Premium (X2) dan Residu Pada output antara (X2) dan residu menghasilkan angka (r) 0,010 dengan probabilitas (sig) 0,912. Jadi dengan membandingkan probabilitas diperoleh bahwa nilai Sig 0,912 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa antara harga premiumdengan inflasi “ tidak terjadi heteroskedastisitas”. 3). Tingkat suku bunga (X3) dan Residu Pada output antara (X3) dan residu menghasilkan angka (r) 0,034 dengan probabilitas (sig) 0,716. Jadi dengan membandingkan probabilitas diperoleh bahwa nilai Sig 0,716 > 0,05. Hal ini 71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menunjukkan bahwa antara tingkat suku bunga dengan inflasi “ tidak terjadi heteroskedastisitas”. c. Pengujian Autokorelasi Tabel IV.14 Hasil Pengujian Autokorelasi Model Summaryb Std. Error of the Model R R Square .731a 1 Adjusted R Square .535 Estimate .523 2.26948 Durbin-Watson 2.324 a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam milyar rupiah) b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) Sumber : LaporanBI berbagai edisi, diolah 2017 Dengan N = 120, k = 3 maka didapat harga tabel D-W yaitu DL : 1,6513, DU: 1,7536. Kesimpulannya dalam uji autokorelasi didapat nilai D-W yaitu 2,324, jadi nilai D-W 2,324 > DU 1,7536, sehingga tidak ada autokorelasi. 72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Analisis Regresi Linier Berganda Uji regresi linier berganda ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruhjumlah uang peredar, harga premium, dan suku bunga terhadap tingkat inflasi. Berdasarkan hasil analisis linier berganda menggunakan program SPSS. Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e Keterangan : Y = Inflasi a = konstanta X1 = jumlah uang beredar X2 = harga premium X3 = suku bunga Uji regresi linier berganda yang dilakukan meliputi Uji t, Uji F, dan R2(koefisien determinasi).Hasil analisis regresi linier berganda ditunjukkan seperti pada Tabel IV.12 berikut: 73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IV.15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1(Constant) JUB (dalam milyar rupiah) Harga premium (ribu rupiah) suku bunga (persentase) B Std. Error -12.210 3.108 1.019 .000 .002 3.354 Coefficients Beta t Sig. -3.929 .000 .072 .312 .755 .000 .592 5.415 .000 .637 .985 5.268 .000 a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017 Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda maka didapat persamaan sebagai berikut: Y = -12,210 + 1,019X1 + 0,002X2 + 3,354X3 + e Berdasarkan persamaan regresi di atas maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut : Koefisien beta konstanta sebesar -12,210 dengan probabilitas 0,000, karena probabilitas < 0,05 maka pengaruhnya negatif dan signifikan. Artinya variabel yang tertampung dalam konstanta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tngkat inflasi. Koefisien beta jumlah uang beredar sebesar 1,019 dengan probabilitas 0,755. Koefisien regresi bertanda positif dan probabilitas >0,05 sehingga 74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi. Koefisien regresi JUB sebesar 1,019 mengandung arti bahwa jika jumlah uang beredar meningkat 1 satuan, maka tingkat inflasi tidak ikut serta meningkat sebesar 1,119. Koefisien beta harga premium sebesar 0,002 dengan probabilitas 0,000. Koefisien regresi bertanda positif dan probabilitas < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan harga premium terhadap tingkat inflasi. Koefisien regresi harga premium sebesar 0,002 mengandung arti bahwa jika harga premium meningkat 1 satuan, maka tingkat inflasi juga meningkat sebesar 0,002. Koefisien beta suku bunga sebesar 3,354 dengan probabilitas 0,000. Koefisien regresi bertanda positif dan probabilitas < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat inflasi. Koefisien regresi tingkat suku bunga sebesar 3,354 mengandung arti bahwa jika suku bunga meningkat 1 satuan, maka tingkat inflasi juga meningkat sebesar 3,354. a. Uji F Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variaben dependen. Apabila nilai F hiung >F tabel atau nilai Sig < alpha 5 % maka H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen dan sebaliknya jika nilai F hiung < F 75 tabel atau nilai Sig > PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI alpha 5 % maka H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji F terhadap model regresi menggunakan SPSS disajikan pada model berikut ini : Tabel IV.16 Hasil Uji F ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 686.435 3 228.812 Residual 597.461 116 5.151 1283.896 119 Total F 44.425 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam milyar rupiah) b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) Berdasarkan tabel IV.16 terlihat bahwa hasil analisisnya diperoleh hasil perhitungan Fhitung sebesar 44,425 dengan signifikansi 0,000. Karena nilai F hitung 44,425 > F tabel 2,68 atau nilai Sig 0,000 < alpha 5 % maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel jumlah uang beredar, harga premium, dan tingkat suku bunga secara simultan berpengaruh terhadap variabel inflasi. b. Koefisien Determinasi (R2) Dalam analisis regresi terdapat koefisien determinasi berganda dapat digunakan sebagai ukuran untuk menyatakan kecocokan garis regresi yang diperoleh, semakin besar nilai R2 (R Square) maka semakin kuat 76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan model regresi yang diperoleh untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya. Apabila R2 sama dengan 1 maka fungsi regresi 100% menjelaskan variasi dari nilai Y sebaliknya jika nilainya 0 maka model yang digunakan sama sekali tidak mendekati nilai Y kecocokan model dikatakan lebih baik jika nilai R2 mendekati1. Tabel IV.17 Hasil Analisis Uji R2 Model Summary Model R 1 R Square .731a .535 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .523 2.26948 a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam milyar rupiah) Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,523. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh Jumlah uang beredar, harga premium, dan tingkat suku bunga terhadap laju inflasi di Indonesia sebesar 52,3 % sedangkan sisanya 47,7 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. D. Pembahasan 1. Pengaruh JUB terhadap Tingkat inflasi Hipotesis pertama menyatakan bahwa jumlah uang beredar (JUB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat/laju inflasi di 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 0,312 dengan probabilitas 0,755. Hal ini berarti tidak ada pengaruh positif jumlah uang beredar (JUB) terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata jumlah uang beredar (JUB) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia karena ketika jumlah uang beredar meningkat akan disertai dengan peningkatan produksi barang dan jasa. Oleh karena itu jumlah uang beredar yang meningkat tidak menyebabkan inflasi. Dengan demikianhasil uji regresitidak mendukung hipotesis penelitian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia periode 1995-2004,dan Harjunata, Rotinsulu dan Maramis (2016) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia periode 2000-2014. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa JUB tidak berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi. 2. Pengaruh Harga Premium terhadap Tingkat Inflasi Hipotesis kedua menyatakan bahwa harga premium berpengaruh positif terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 5,415 dengan probabilitas 0,000. Hal ini berarti ada 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengaruh positif harga premium terhadaptingkat Inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12 Harga premium adalah harga jual real premium di SPBU di Indonesia. Secara teori, harga premium berpengaruh positif terhadap laju inflasi di Indonesia karena kenaikan tingkat harga premium didasarkan oleh mekanisme transmisi dampak oil price shock terhadap harga dan inflasi. Blanchard (2004) menyatakan ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia, maka perusahaan akan merespon dengan menaikkan mark-up sehingga harga naik. Artinya apabila harga premium naik, maka akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat.Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan harga pada umumnya (inflasi). Dengan demikian penelitian ini mendukung hipotesis penelitian yaitu harga premium berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi. 3. Pengaruh Suku Bunga Tabungan terhadap Tingkat Inflasi Hipotesis ketiga menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2005.1 – 2015.12. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 5,268 dengan probabilitas 0,00.0 Hal ini berarti ada pengaruh tingkat suku bunga terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12. 79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjunata, Rotinsulu dan Maramis yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia periode 2000 - 2014. Hasil analisisnya mengatakan bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap inflasi, yang artinya dengan tingginya tingkat suku bunga dapat menurunkan sifat konsumtif masyarakat dan lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank sehingga jumlah uang beredar berkurang di masyarakat dan kenaikan harga dapat ditekan. Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank. Suku bunga yang tinggi menyedot uang yang beredar di masyarakat. Artinya apabila suku bunga tabungan tinggi, masyarakat akan lebih bergairah untuk menabung yang menyebabkan saving tinggi, sehingga mengurangi pergerakan jumlah uang beredar yang nantinya akan berpengaruh terhadap rendahnya tingkat inflasi. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia. Hal ini terjadiketika inflasi meningkat Bank Indonesia membuat sebuah kebijakan yaitu dengan meningkatkan suku bunga.Dalam hipotesis, tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laju 80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI inflasi di Indonesia. Dengan demikiantemuan penelitian ini tidak mendukung hipotesis penelitian. 4. Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Harga Premium, Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi Berdasarkan pada analisis di atas, akan diuraikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju inflasi di Indonesia. Dalam analisis data dikatakan bagaimana jumlah uang beredar (JUB), harga premium, tingkat suku bunga terhadap laju inflasi di Indonesia. Pengaruh yang ditimbulkan bisa positif atau negatif yaitu apakah pengaruh dari jumlah uang beredar (JUB), harga premium, tingkat suku bunga tersebut meningkatkan laju inflasi di Indonesia atau menurunkan laju inflasi di Indonesia. Ternyata sebesar 52,3 % laju inflasi di Indonesia dapat dijelaskan atau dipengaruhi secara bersama-sama (serentak) oleh jumlah uang beredar (JUB), harga premium, dan tingkat suku bunga. Namun, laju inflasi tidak hanya di pengaruhi oleh ketiga variabel tersebut, tetapi sebesar 47,7 % laju inflasi di Indonesia dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel pertama yang ikut mempengaruhi tingkat inflasi adalah Sertifikat bank indonesia. jika bank indonesia menjual sertifikat bank indonesia maka jumlah uang beredar akan berkurang sehingga inflasi menurun. Sebaliknya jika bank indonesia membelil sertifikat bank indonesia maka jumlah uang beredar akan meningkat sehingga menyebabkan inflasi. Selain sertifikat bank indonesia. 81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Variabel yang kedua adalah produk domestik bruto. Produkdomestik bruto merupakan total permintaan dari seluruh rumah tangga suatu negara (agregat demand). Produk domestik bruto yang tinggi dapat menyebabkan inflasi jika nilai produk domestik bruto riil lebih besar dibandingkan produk domestik bruto potensialnya. Hal ini didukung oleh penelitian Nugroho dan Basuki (2012) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia periode 2000.1-2011.4 82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan dalam bab terdahulu, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jumlah uang beredar (JUB) tidak berpengaruh terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12. 2. Harga premium berpengaruh terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12 3. Tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia tahun 2006.1 – 2015.12. 4. Jumlah uang beredar, harga premium, dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi sebesar 52,3 %, sedangkan 47,7 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. B. Saran Laju inflasi di Indonesia perlu dikendalikan agar tidak terlalu tinggi sehingga kestabilan harga umum dapat tercapai dan perekonomian dapat berjalan lancar. Pemerintah maupun Bank Indonesia harus bisa mengambil keputusan agar laju Inflasi di Indonesia dapat terkendali. Maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah : 83 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa jumlah uang beredar belum berpengaruh terhadap tingkat inflasi, hal ini mengindikasikan bahwa Pengendalian inflasi dengan menggunakan jumlah uang beredar sebagai instrumen moneter tidak membawa dampak sesuai yang diharapkan. Sekalipun penelitian ini tidak menemukan pengaruh positif jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi, namun mengingat bahwa data inflasi menunjukan trend meningkat maka pemerintah perlu mengendalikan inflasi. Ketika Bank indonesia meningkatkan jumlah uang beredar,hal ini disertai dengan peningkatan produksi barang dan jasa, dengan demikian antara pasar uang dan pasar barang seimbang. Sebaiknya dalam pengendalian inflasi digunakan kebijakan politik cadangan kas, yaitu kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum. 2. Mengingat penelitian ini menemukan pengaruh postif harga premium terhadap tingkat inflasi, maka diharapkan pemerintah dapat mengatasi kenaikan harga premium sehingga tidak menyebabkan kenaikan barang dan jasa yang akan menyebabkan inflasi. 3. Mengingat penelitian ini menemukanpengaruh positif suku bungaterhadap tingkat inflasi, untuk mengendalikan inflasi pemerintah dapat menggunakan suku bunga. Ketika terjadi inflasi tinggi Bank Indonesia dapat membuat sebuah kebijakan yaitu dengan meningkatkan suku bunga. Suku bunga digunakan untuk mengandalikan inflasi. 84 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dengan ditingkatkannya suku bunga maka pergerakan jumlah uang beredar dapat teratasi, karena orang akan cenderung untuk menabung. 4. Jumlah uang beredar, harga premium, dan tingkat suku bunga berpengaruh sebesar 52,3 % sedangkan 47,7 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambahkan variabel-variabel lain yang diharapkan bisa menjadi solusi atas inflasi yang lain,misalnya open market policy yaitu kebijakan untuk memperjualbelikan surat-surat berharga oleh Bank Indonesia di pasar uang. Ketika terjadi inflasi, untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang berlebihan uang yang beredar harus dikurangi dengan cara menjual surat-surat berharga. 85 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Daftar Pustaka AstutiLinggar Novi, C.(2007) “Faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi tahun 1995- 2004. Skripsi. Yogyakarta Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Berbagai edisi penerbitan dan website : www.bi.go.id. Yogyakarta: Bank Indonesia Boediono. (1994). Ekonomi Makro. Cetakan Keempatbelas. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta Boediono.(1998). Ekonomi Moneter. Edisi 3, Yogyakarta: BPFE UGM Harjunata Y.T.Kalalo, Tri Oldy Rotinsulu, Mauna Th. B. Maramis (2016) melakukan penelitian tentang “ Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di indonesia periode 2000-2014. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 16 No.01 Tahun 2016 Khalwaty, T.(2000). Inflasi dan Solusinya, Jakarta: Gramedia Maggi, R. dan Saraswati,B.D.(2013) “Analsis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia periode 2001.1-2011.12: Model Demand Pull Inflation”. Mankiw, N. Gregory. (2006). Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat . Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga Maski, Ghozali. 2007. Transmisi Kebijakan Moneter Kajian Teoritis dan Empiris. Malang: BPFE Unibraw Mishkin,Frederic S. (2001).The Economics of money , Bank-ing, and Finnancial Markets, pearson addison Wesley, Boston. Nanga, Muana. (2000). Ekonomi Makro Teori, Masalah dan Kebijakan. Erlangga, Jakarta. Nopirin. (2011). Ekonomi Moneter Buku II, BPFE-UGM, Yogyakarta Prasetyo, P Eko. (2011). Fundamental Makroekonomi. Yogyakarta: Beta Offset Nugroho,P.W. dan Basuki, M.U. (2012) “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2000.1-2014.4”. Jurnal Ekonomi Diponegoro Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Hal. 1-10 Saputra,K.(2013) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2007-2012”. Skripsi. Semarang Samuelson, P. dan Nordhaus,W. (1994).Makro Ekonomi, Edisi 14, Alih Bahasa Drs Haris Munandar, Erlanga, Jakarta. Samuelson, P. dan Nordhaus,W. (2004). Ilmu Makro Ekonomi. Terjemahan, Jakarta: Media Global Edukasi Santoso, S. (2001). Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: Elek Media Komputindo Sugiyono. (2005), Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Sukirno, S. (2000). Makro Ekonomi Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Sukirno, S. (2006). Teori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sumber: Data Sekunder Bank Indonesia, diolah tahun 2017 www.bi.go.id www.esdm.go.id 86 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1. Jumlah Uang Beredar (JUB) 2005-2015 Tahun Bulan Uang kartal Uang giral 2015 2014 Desember 469.379 585.906 November 437.756 613.435 Oktober 435.065 601.246 Septtember 428.860 634.178 Agustus 423.101 603.222 Juli 413.460 600.446 Juni 409.713 629.805 Mei 406.499 574.416 April 395.687 563.690 Maret 382.005 575.576 Febuari 387.889 539.958 Januari 391.256 526.824 Desember 419.185 522.960 November 405.706 549.891 Oktober 396.114 544.236 September 395.234 553.939 Agustus 399.272 496.557 Juli 452.769 465.778 Juni 381.644 564.080 Mei 380.472 526.253 April 372.334 508.129 Maret 377.433 476.065 Febuari 367.651 466.881 Januari 380.074 462.608 87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2013 2012 2011 Desember 399.632 487.475 November 375.823 494.632 Oktober 363.797 492.374 September 360.079 507.636 Agustus 359.417 496.365 Juli 383.982 496.054 Juni 347.146 511.353 Mei 334.033 488.843 April 324.333 507.880 Maret 331.169 478.886 Februari 321.483 465.065 Januari 326.826 461.031 Desember 361.967 479.755 November 327.069 474.334 Oktober 326.119 448.864 September 325.566 469.952 Agustus 327.059 445.370 Juli 315.375 456.417 Juni 314.6704 464.746 Mei 294.768 454.682 April 290.861 430.069 Maret 287.046 427.212 Febuari 280.103 403.150 Januari 286.242 410.082 Desember 307.760 415.231 88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2010 2009 November 279.066 388.521 Oktober 281.341 383.659 September 279.224 376.872 Agustus 324.725 338.081 Juli 275.437 364.251 Juni 261.504 374.702 Mei 254.066 357.725 April 252.013 332.621 Maret 241.618 338.984 Febuari 245.327 340.563 Januari 247.481 356.688 Desember 260.227 345.184 November 238.500 332.837 Oktober 235.709 319.840 September 229.825 320.117 Agustus 241.166 314.328 Juli 228.239 311.507 Juni 222.828 322.577 Mei 214.695 299.310 April 211.390 283.327 Maret 205.083 289.378 Februari 211.708 278.376 Januari 211.811 284.716 Desember 226.006 289.818 89 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2008 2007 November 212.054 283.007 Oktober 205.854 279.674 September 210.822 279.674 Agustus 200.424 289.709 Juli 200.774 268.170 Juni 203.406 279.215 Mei 193.733 263.221 April 189.910 263.027 Maret 186.119 261.914 Febuari 187.139 247.622 Januari 191.796 246.049 Desember 209.747 247.040 November 195.274 268.316 Oktober 190.496 268.619 September 222.805 296.934 Agustus 191.460 248.876 Juli 188.521 257.400 Juni 189.040 264.007 Mei 177.506 248.777 April 170.682 243.706 Maret 164.609 245.159 Febuari 165.254 236.151 Januari 166.546 244.205 Desember 182.967 267.089 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2006 November 160.930 252.516 Oktober 156.613 247.431 September 159.985 240.121 Agustus 148.852 243.103 Juli 143.837 242.397 Juni 146.390 225.378 Mei 134.074 206.230 April 131.352 210.789 Maret 129.309 202.427 Febuari 128.088 208.308 Januari 130.352 205.349 Desember 129.389 202.927 November 135.912 200.361 Oktober 129.166 194.219 September 123.476 195.542 Agustus 124.960 178.245 Juli 123.499 180.305 Juni 116.289 179.813 Mei 113.635 159.909 April 112.362 158.063 Maret 110.230 160.168 Febuari 114.003 160.065 Januari 123.991 147.149 Sumber: Bank Indonesia. (www.bi.go.id) 91 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2: Harga Premium Daftar Harga Premium Tahun 2005-2015 Tahun Bulan Harga Premium 2015 2014 2013 Desember 7.300 November 7.300 Oktober 7.300 September 7.300 Agustus 7.300 Juli 7.300 Juni 7.300 Mei 7.300 April 7.400 Maret 7.400 Febuari 6.700 Januari 6.700 Desember 8.500 November 8.500 Oktober 6.500 September 6.500 Agustus 6.500 Juli 6.500 Juni 6.500 Mei 6.500 April 6.500 Maret 6.500 Febuari 6.500 januari 6.500 Desember 6.500 92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2012 2011 November 6.500 Oktober 6.500 September 6.500 Agustus 6.500 Juli 6.500 Juni 6.500 Mei 6.500 April 6.500 Maret 6.500 Febuari 6.500 Januari 6.500 Desember 4.500 November 4.500 Oktober 4.500 September 4.500 Agustus 4.500 Juli 4.500 Juni 4.500 Mei 4.500 April 4.500 Maret 4.500 Febuari 4.500 Januari 4.500 Desember 4.500 November 4.500 Oktober 4.500 September 4.500 93 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Agustus 4.500 Juli 4.500 Juni 2010 2009 Mei 4.500 April 4.500 Maret 4.500 Febuari 4.500 Januari 4.500 Desember 4.500 November 4.500 Oktober 4.500 September 4.500 Agustus 4.500 Juli 4.500 Juni 4.500 Mei 4.500 April 4.500 Maret 4.500 Febuari 4.500 Januari 4.500 desember 4.500 November 4.500 Oktober 4.500 September 4.500 Agustus 4.500 Juli 4.500 Juni 4.500 94 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2008 2007 Mei 4.500 April 4.500 Maret 4.500 Febuari 4.500 Januari 4.500 Desember 5.000 November 6.000 Oktober 6.000 September 6.000 Agustus 6.000 Juli 6.000 Juni 6.000 Mei 4.500 April 4.500 Maret 4.500 Febuari 4.500 Januari 4.500 Desember 4.500 November 4.500 Oktober 4.500 September 4.500 Agustus 4.500 Juli 4.500 Juni 4.500 Mei 4.500 April 4.500 Maret 4.500 95 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2006 Febuari 4.500 Januari 4.500 Desember 4.500 November 4.500 Oktober 4.500 September 4.500 Agustus 4.500 Juli 4.500 Juni 4.500 Mei 4.500 April 4.500 Maret 4.500 Febuari 4.500 Januari 4.500 Sumber:Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2016 96 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3: Suku Bunga Tabungan, 2005-2015 Tahun Bulan 2015 Desember 1,73 Nopember 1,70 Oktober 1,69 September 1,72 Agustus 1,72 Juli 1,72 Juni 1,72 Mei 1,73 April 1,94 Maret 1,74 Februari 1,76 Januari 1,72 Desember 1,76 Nopember 1,77 Oktober 1,76 September 1,77 Agustus 1,76 Juli 1,74 Juni 1,69 Mei 1,77 April 1,88 Maret 1,88 Februari 1,88 Januari 1,88 2014 Suku Bunga (%) 97 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2013 2012 Desember 1,89 Nopember 1,86 Oktober 1,86 September 1,87 Agustus 1,88 Juli 1,87 Juni 1,88 Mei 1,88 April 1,76 Maret 1,76 Februari 1,78 Januari 1,79 Desember 1,83 Nopember 1,81 Oktober 1,80 September 1,81 Agustus 1,82 Juli 1,84 Juni 1,93 Mei 1,97 April 1,99 Maret 2,03 Februari 2,15 Januari 2,27 98 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2011 2010 2009 Desember 2,33 Nopember 2,38 Oktober 2,39 September 2,47 Agustus 2,52 Juli 2,52 Juni 2,64 Mei 2,57 April 2,56 Maret 2,62 Februari 2,68 Januari 2,70 Desember 3,92 Nopember 2,94 Oktober 3,85 September 2,91 Agustus 2,88 Juli 2,90 Juni 2,90 Mei 3,05 April 3,02 Maret 3,03 Februari 3,06 Januari 3,08 Desember 3,00 Nopember 3,01 99 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2008 2007 Oktober 3,02 September 3,03 Agustus 3,06 Juli 3,12 Juni 3,14 Mei 3,16 April 3,19 Maret 3,23 Februari 3,29 Januari 3,31 Desember 3,33 Nopember 3,31 Oktober 3,30 September 3,25 Agustus 3,23 Juli 3,23 Juni 3,24 Mei 3,24 April 3,23 Maret 3,27 Februari 3,30 Januari 3,42 Desember 3,48 Nopember 3,46 Oktober 3,46 September 3,54 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2006 Agustus 3,66 Juli 3,55 Juni 3,58 Mei 3,62 April 3,79 Maret 4,05 Februari 4,13 Januari 4,22 Desember 4,38 Nopember 4,51 Oktober 4,58 September 4,77 Agustus 4,84 Juli 4,83 Juni 4,85 Mei 4,86 April 4,84 Maret 4,90 Februari 4,84 Januari 4,84 Sumber: Bank Indonesia. (www.bi.go.) 101 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4: Tingkat Inflasi Bulan tahun Tingkat inflasi (%) Desember 2015 3.35 Nopember 2015 4.89 Oktober 2015 6.25 September 2015 6.83 Agustus 2015 7.18 Juli 2015 7.26 Juni 2015 7.26 Mei 2015 7.15 April 2015 6.79 Maret 2015 6.38 Februari 2015 6.29 Januari 2015 6.96 Desember 2014 8.36 Nopember 2014 6.23 Oktober 2014 4.83 September 2014 4.53 Agustus 2014 3.99 Juli 2014 4.53 Juni 2014 6.70 Mei 2014 7.32 April 2014 7.25 Maret 2014 7.32 Februari 2014 7.75 Januari 2014 8.22 102 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Desember 2013 8.38 Nopember 2013 8.37 Oktober 2013 8.32 September 2013 8.40 Agustus 2013 8.79 Juli 2013 8.61 Juni 2013 5.90 Mei 2013 5.47 April 2013 5.57 Maret 2013 5.90 Februari 2013 5.31 Januari 2013 4.57 Desember 2012 4.30 Nopember 2012 4.32 Oktober 2012 4.61 September 2012 4.31 Agustus 2012 4.58 Juli 2012 4.56 Juni 2012 4.53 Mei 2012 4.45 April 2012 4.50 Maret 2012 3.97 Februari 2012 3.56 Januari 2012 3.65 Desember 2011 3.79 103 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Nopember 2011 4.15 Oktober 2011 4.42 September 2011 4.61 Agustus 2011 4.79 Juli 2011 4.61 Juni 2011 5.54 Mei 2011 5.98 April 2011 6.16 Maret 2011 6.65 Februari 2011 6.84 Januari 2011 7.02 Desember 2010 6.96 Nopember 2010 6.33 Oktober 2010 5.67 September 2010 5.80 Agustus 2010 6.44 Juli 2010 6.22 Juni 2010 5.05 Mei 2010 4.16 April 2010 3.91 Maret 2010 3.43 Februari 2010 3.81 Januari 2010 3.72 Desember 2009 2.78 Nopember 2009 2.41 104 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Oktober 2009 2.57 September 2009 2.83 Agustus 2009 2.75 Juli 2009 2.71 Juni 2009 3.65 Mei 2009 6.04 April 2009 7.31 Maret 2009 7.92 Februari 2009 8.60 Januari 2009 9.17 Desember 2008 11.06 Nopember 2008 11.68 Oktober 2008 11.77 September 2008 12.14 Agustus 2008 11.85 Juli 2008 11.90 Juni 2008 11.03 Mei 2008 10.38 April 2008 8.96 Maret 2008 8.17 Februari 2008 7.40 Januari 2008 7.36 Desember 2007 6.59 Nopember 2007 6.71 Oktober 2007 6.88 105 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI September 2007 6.95 Agustus 2007 6.51 Juli 2007 6.06 Juni 2007 5.77 Mei 2007 6.01 April 2007 6.29 Maret 2007 6.52 Februari 2007 6.30 Januari 2007 6.26 Desember 2006 6.60 Nopember 2006 5.27 Oktober 2006 6.29 September 2006 14.55 Agustus 2006 14.90 Juli 2006 15.15 Juni 2006 15.53 Mei 2006 15.60 April 2006 15.40 Maret 2006 15.74 Februari 2006 17.92 Januari 2006 17.03 Sumber: Bank Indonesia. (www.bi.go.id) 106 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 5: Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Harga JUB (dalam milyar rupiah) N Normal Mean a Parameters Std. Deviation tingkat premium (ribu suku bunga rupiah) inflasi (persentase) (persentase) 120 120 120 120 626761.94 5284.17 2.7848 6.9490 232456.089 1119.648 .96485 3.28467 Most Extreme Absolute .129 .400 .170 .187 Differences Positive .129 .400 .170 .187 Negative -.092 -.242 -.128 -.087 1.413 4.380 1.862 2.049 .872 .433 .082 .118 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. 107 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 6: Hasil Uji Linieritas ANOVA Table Sum of Squares tingkat inflasi (persentase) Between (Combined * JUB (milyar rupiah) Groups ) Linearity Mean df Square F Sig. 2165.582 7 323.655 2.369 .027 220.120 1 220.120 43.160 .010 163.987 5 30.431 3.465 .222 Deviation from Linearity Within Groups 1118.315 113 9.985 Total 1283.896 119 Measures of Association R R Squared Eta Eta Squared tingkat inflasi (persentase) * JUB (milyar rupiah) .235 108 .049 1.359 1.129 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 7 : Hasil Uji Linieritas Harga Premium ANOVA Table Sum of Squares tingkat inflasi (persentase) * Between Harga premium (ribu rupiah) Groups Mean df Square (Combined) 165.582 8 23.655 Linearity 137.595 1 163.987 6 27.331 1118.315 112 9.985 F Sig. 2.369 .017 137.595 35.140 .030 Deviation from 2.737 Linearity Within Groups Total 1283.896 119 Measures of Association R R Squared Eta Eta Squared tingkat inflasi (persentase) * harga premium (milyar rupiah) .035 .001 Lampiran 8 : Hasil Uji Linieritas Tingkat suku bunga 109 .359 .129 .326 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANOVA Table Sum of Squares tingkat inflasi (persentase) * Between (Combin suku bunga (persentase) Groups ed) Linearity Mean df Square F 1217.576 80 15.032 387.973 1 829.603 80 10.370 66.321 38 1.745 1283.896 119 Sig. 8.613 .020 387.973 222.298 .015 Deviation from 5.942 .115 Linearity Within Groups Total Measures of Association R R Squared Eta Eta Squared tingkat inflasi (persentase) * suku bunga (persentase) .550 110 .302 .974 .948 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 9 : Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF JUB (dalam milyar rupiah) .075 3.287 Harga premium (ribu rupiah) .335 2.982 suku bunga (persentase) .115 3.718 a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) Sumber : Laporan Bank Indonesia berbagai edisi, diolah 2017 111 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10 : Hasil Uji Heteroskedantisitas Correlations JUB Harga (dalam Spearman' JUB (dalam milyar s rho rupiah) rupiah) suku bunga (persentase) Unstandardized Residual milyar (ribu rupiah) rupiah) (persentase ardized ) Residual 1.000 .743** -.961** -.056 . .000 .000 .542 120 120 120 120 .743** 1.000 -.695** .010 Sig. (2-tailed) .000 . .000 .912 N 120 120 120 120 -.961** -.695** 1.000 .034 Sig. (2-tailed) .000 .000 . .716 N 120 120 120 120 -.056 .010 .034 1.000 Sig. (2-tailed) .542 .912 .716 . N 120 120 120 120 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Harga premium (ribu premium suku bunga Unstand Correlation Coefficient Correlation Coefficient Correlation Coefficient **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 112 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 11. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Std. Error of the Model 1 R R Square .731a Adjusted R Square .535 Estimate .523 2.26948 Durbin-Watson 2.324 a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam milyar rupiah) b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) Sumber : Laporan BI berbagai edisi, diolah 2017 113 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 12 : Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model B 1(Constant) Std. Error -12.210 3.108 1.019 .000 .002 3.354 JUB (dalam milyar rupiah) Harga premium (ribu rupiah) suku bunga (persentase) Coefficients Beta t Sig. -3.929 .000 .072 .312 .755 .000 .592 5.415 .000 .637 .985 5.268 .000 a. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 686.435 3 228.812 Residual 597.461 116 5.151 1283.896 119 Total F Sig. 44.425 .000a a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam milyar rupiah) b. Dependent Variable: tingkat inflasi (persentase) Model Summary Model 1 R R Square .731a .535 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .523 2.26948 a. Predictors: (Constant), suku bunga (persentase), Harga premium (ribu rupiah), JUB (dalam milyar rupiah) 114