Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang tua Terhadap Prestasi

advertisement
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pola Asuh
Orang tua merupakan tokoh sentral dalam proses pendewasaan anak,
karena seorang anak lahir dalam lingkungan keluarga dan orang tua
merupakan pemimpin dalam keluarga. Tugas utama orang tua adalah
mendidik, memberi kasih sayang serta memberi perlindungan bagi anak.
Keluarga sebagai lingkungan yang sangat berpengaruh bagi anak akan
memberi dampak yang besar bagi anak. Keluarga itu memberi pengaruh
baik atau buruk bagi anak akan berpengaruh juga terhadap tumbuh
kembang dan kepribadian anak. Orang tua berperan peting dalam proses
penerapan nilai-nilai, norma dan kasih sayang yang berkaitan dengan
kepribadian anak melalui suatu interaksi dalam keluarga.
Menurut Singgih D. Gunarsa (2000: 55) pola asuh orang tua merupakan
perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan
kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan
atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh
yang diterapkan. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam
mendidik anak, hal ini berhubungan erat dari latar belakang keluarga,
pendidikan serta lingkungan keluarga yang berbeda-beda yang didapat
orang tua. Berdasarkan pengalaman serta pendidikan yang didapat oleh
orang tua, membuat orang tua memiliki cara mengasuh anak yang berbedabeda.
1. Pengertian Pola Asuh
Singgih (dalam Kristina 2012) menyatakan pola asuh orang tua
merupakan perilaku orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua
menunjukan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan
keinginannya. Kekuasaan yang dimaksud adalah otoritas orang tua
sebagai tokoh sentral dalam keluarga yang mengatur dan membina
dalam mendidik anak untuk menjadi mandiri.
Menurut Habibi (2006) pola asuh merupakan sikap orang tua dalam
berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara
orang tua memberi aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang
tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan
perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh orang tua yang
6
diterapkan pada anak yang mencerminkan hubungan keluarga yang
sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak
(Shochib, 2001).
Sejalan dengan pendapat para ahli di atas bahwa pola asuh
berhubungan dengan interaksi anak dengan orang tua, Gunarsa (2002)
menggungkapkan pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak
dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuh kebutuhan fisik
(makan, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi
atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat
agar anak dapa hidup selaras dengan lingkungan.
Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan
anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anak dengan
mengubah tingkah laku, memberi pengetahuan serta nilai-nilai yang
dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh
dan berkembang secara sehat dan optimal.
2. Macam - Macam Pola Asuh
Pola atau cara pemahaman nilai dan aturan dalam masyarakat
dituangkan oleh orang tua dengan berbagai cara yang berbeda-beda.
Kebiasaan dan tingkah laku orang tua dalam mendidik anak akan
mempengaruhi perkembangan anak nantinya. Macam-macam pola asuh
yang diterapkan orang tua terhadap anak yang dampaknya nantinya
dapat juga dilihat dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak
dalam masyarakat.
Menurut Hurlock (dalam Kristina, 2012) jenis -jenis pola asuh orang
tua meliputi: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh
permisif.
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh secara umum dapat diartikan kepatuhan yang mutlak,
hal ini berarti seseorang akan dapat dan tunduk terhadap
kehendaknya dan keinginanya orang tua. Powell dan Hospon
berpendapat orang tua yang otoriter selalu mengontrol dan
biasanya percaya pada pepatah yang tidak menghukum berarti
memanjakan anak (dalam Kristina, 2012).
Pola asuh otoriter menurut Baumrind (dalam Kharisma, 2011)
adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang
7
mendesak individu untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk
menghormati pekerjaan dan usaha. Pola asuh yang menetapkan
standar mutlak yang harus dituruti. Kadang disertai dengan
ancaman. Orang tua seperti itu akan membuat anak tidak percaya
diri, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan sering
menarik diri dari lingkungan sosial.
Kekurangan dari pola asuh ini menurut Adek, bawa pola asuh
otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri.
Pola asuh ini akan menghasilkan anak dengan tingkah laku pasif dan
cenderung menarik diri. Sikap orangtua yang keras akan
menghambat inisiatif anak. Sementara itu Dewi menjelaskan bahwa,
di sisi lain anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter cenderung
memiliki kompetensi dan tanggungjawab seperti orang dewasa
(dalam Joko dkk, 2009).
b. Pola Asuh Demokratis
Prasetya (2003) pola asuh demokratis merupakan pola asuh
dimana orang tua lebih memprioritaskan kepentingan anak
dibandingkan dirinya, tetapi mereka tidak ragu-ragu mengendalikan
anaknya. Sedangkan menurut Hurlock (2006) menyatakan metode
demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk
membentuk anak mengerti perilaku tertentu yang diharapkan.
Mereka berani menegur anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan
keterampilan-kererampilan yang mendasar kehidupan anaknya
dimasa mendatang.
Suherman (dalam Kristina, 2012) menyatakan bahwa orang tua
yang mempunyai karakteristik sikap demokratis memerlukan
pendapat anak dan memperlihatkan serta mempertimbangkan
keingina-keinginan anak.
Menurut Hurlock (2006) bahwa orang tua yang menerapkan
pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan
anak untuk berpendapat mengapa anak melanggar peraturan
sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku
salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang
8
benar. Pola asuh demokrati ditandai dengan ciri-ciri; 1) aturan
dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga (anak dan orang tua),
2) orang tua memperhatikan keinginan dan pendapat anaknya, 3)
anak diajak mendiskusikan untuk mengambil keputusan, 4) ada
bimbingan dan kontrol dari orang tua, 5) anak mendapat
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, 6) anak diberi
kepercayaan dan tanggungjawab.
Kelebihan dari pola asuh menurut Dewi (dalam Joko dkk, 2009),
anak yang diasuh secara demokratis cenderung aktif, berinisiatif,
tidak takut gagal karena anak diberi kesempatan untuk berdiskusi
dalam pengambilan keputusan di keluarga. Orang tua memberikan
pengawasan terhadap anak dan kontrol yang kuat serta dorongan
yang positif. Namun kekurangan dari pola asuh ini adalah tidak
menutup kemungkinan akan berkembang pada sifat membangkang
dan tidak mampu menyesuaikan diri.
c. Pola Asuh Permisif
Bee & Boyd menyatakan pola asuh permisif yaitu pola asuh yang
di dalamnya ada kehangatan dan toleran terhadap anak, orang tua
tidak memberikan batasan, tidak menuntut, tidak terlalu
mengontrol dan cenderung kurang komunikasi. Sedangkan Hurlock
menyatakan pola asuh permisif tidak memiliki konsekuensi,
peraturan dan hukuman bagi anak atas perbuatannya serta pola
komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja yaitu dari anak karena
orang tua hanya mengikuti saja (dalam Rahmawan, 2012). Coloroso
(2006) menyatakan pola asuh permisif adalah sebuah keluarga yang
tidak memiliki aturan yang kuat dan tidak konsisten, seperti ada
ketegasan, namun beberapa waktu memperlihatkan perasaan dan
emosi yang sehat padahal tidak konsisten diterapkan.
Menurut Lutvita (dalam Joko dkk, 2009), anak yang diasuh
secara permisif mempunyai kecenderungan kurang berorientasi
pada prestasi, egois, suka memaksakan keinginannya, kemandirian
yang rendah, serta kurang bertanggungjawab. Anak juga akan
berperilaku agresif dan antisosial, karena sejak awal tidak diajarkan
untuk mematuhi peraturan sosial, tidak pernah diberi hukuman
ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orangtua.
9
Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas dapat
kita lihat bahwa pola asuh permisif sangat minim kontrolnya, dan
anak sangat dibebaskan bahkan anak terkesan dimanjakan oleh
orang tua. Orang tua tidak banyak memberi bimbingan kepada
anak, sehingga arahan untuk menjadikan anak yang mandiri
terkesan tidak ada.
Sementara itu macam-macam pola asuh menurut Shochib (2001)
menyatakan bahwa, pola asuh yang paling efektif diterapkan pada anak
adalah pola asuh demokratis. Orang tua memberikan kontrol terhadap
anaknya dalam batas-batas tertentu, aturan untuk hal-hal yang esensial
saja, dengan tetap menunjukkan dukungan, cinta dan kehangatan
kepada anaknya.
3. Aspek – Aspek dalam Pola Asuh
Menurut Hurlock (1999) mengunakan empat aspek pola asuh orang
tua, yaitu kontrol orang tua, hukuman dan hadiah, komunikasi dan
disiplin.
a. kontrol orang tua, yaitu usaha yang dilakukan orang tua untuk
membatasi pola asuh anak yang didasarkan pada sasaran yang
bertujuan memodifikasi perilaku anak
b. hukuman dan hadiah, yaitu usaha orang tua dalam memberikan
hukuman dan hadiah yang didasarkan pada perilaku anak
c. komunikasi, yaitu usaha pencapaian informasi antara orang tua dan
anak yang didalamnya bersifat mendidik, menghibur dan
pemecahan masalah
d. disiplin, yaitu usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk
mendisiplinkan anak dan mengajarkan nilai agar anak bisa
menghargai dan menaati peraturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Baumrind (dalam Nia, 2006) aspek-aspek pola
asuh orang tua adalah strictness, supervision, acceptance, dan
involment.
a. Strictness, yaitu tingkat keketatan orang tua dalam membuat banyak
peraturan untuk mengatur perilaku anak.
b. Supervision, yaitu tingkat pengawasan orang tua terhadap perilaku
dan aktivitas anak.
c. Acceptance, yaitu tingkat penerimaan orang tua terhadap perilaku
anak.
10
d. Involment yaitu tingkat keterlibatan orang tua dalam kehidupan
anak.
Aspek-aspek pola asuh orang tua yang diungkapkan menurut para
ahli dapat menjadi tolak ukur atau indikator dalam menganalisis jenis
pola asuh itu sendiri. Penelitian yang dilakukan kali ini menggunakan
aspek pola asuh menurut Hurlock (1999) yaitu kontrol hukuman dan
hadiah, komunikasi dan disiplin. Aspek aspek ini kemudian dikorelasikan
dengan ciri-ciri pola asuh demokratis menurut Hurlock yaitu :
a. Ada bimbingangan dan kontrol dari orang tua serta kepercayaan
yang bertanggung jawab.
b. Terjalinnya komunikasi yang baik, keputusan dilakukan bersama dan
memperhatikan pendapat dari anak.
c. Aturan dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga (anak dan
orang tua).
B. Prestasi Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) menyatakan bahwa “prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Slameto (2003) berpendapat
prestasi belajar merupakan performance dan kopetensinya dalam mata
pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran
dalam satu satuan waktu yang bisa berupa semester atau tahun pelajaran.
Performance dan kopetensi tersebut meliputi: ranah kognitif seperti
informasi dan pengetahuan /knowledge, konsep diri dan prinsip
(understanding), pemecahan masalah dalam kreatifitas; ranah
psikomotorik/skill; dan ranah efektif seperti perasaan, sikap, nilai dan
intergritas pribadi.Prestasi belajar juga tidak dapat dipisahkan dengan yang
namanya belajar.
Prestasi belajar adalah capaian dari suatu proses belajar. Belajar
merupakan suatu aktifitas mental maupun psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dangan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
(bersifat relative konstan dan berbekas) dalam pengetahuan pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Belajar dapar menghasilkan perubahan, namun
terdapat perubahan yang bukan akibat dari belajar, sehingga tidak semua
perubahan adalah akibat dari belajar (Winkel, 2004). Belajar ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari
11
proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk seperti perubahan
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
perimannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2008).
Belajar dapat disimpulkan merupakan hasil pengalaman yang diterima dari
interaksi dengan sekelilingnya.
Penilaian dalam melihat seorang anak dapat menerima pembelajaran
adalah dengan melihat prestasi belajarnya. Suryabrata (dalam Kristina,
2012) mengemukakan prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha
kegiatan hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,
maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
pelajar atau prestasi belajar diartikan sebagai tingkatan penguasaan yang
dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Simbol, angka, huruf maupun kalimat
bisa kita jumpai dalam raport yang melaporkan hasil setelah proses belajar
dalam kurun waktu tertentu. Nilai-nilai yang tertera tersebut merupakan
penjumlahan nilai dari seluruh mata pelajaran yang diperoleh siswa dalam
satu semester. Dengan demikian besar kecilnya nilai yang diperoleh
menunjukkan besar kecilnya prestasi yang dicapai.
Indikator dari belajar dapat dilihat dari prestasi belajar seorang anak.
Terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong dan mempengaruhi suatu
keberhasilan dalam prestasi belajar. Slameto (2003) mengungkapkan bahwa
faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah(kesehatan,
cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan) dan kelelahan. Faktor eksternal meliputi faktor
keluarga (cara orang tua mendidik, latar belakang kebudayaan), faktor
sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pengajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat
(teman bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat).
Hal yang sama dinyatakan menurut Sumadi Suryabrata (2002 : 233)
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah:
a. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) terdiri dari :
12
1) Faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alatalat yang dipakai belajar
2) Faktor sosial seperti faktor manusia
b. Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) terdiri dari :
1) Faktor Fisiologis seperti jasmani
2) Faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi,
ingatan, berpikir, dan motif, minat.
C. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika adalah usaha belajar
yang dicapai seorang anak didik yang ingin meraih cita-cita serta memiliki
tujuan berupa kecakapan pengetahuan pasti dan eksak dalam materi yang
dipelajari melalui proses belajar di sekolah dengan melakukan evaluasi atau
pemberian tes (Susanti, 2005).
Syair (Dalam Dimas, 2012) mengungkapkan bahwa prestasi belajar
matematika adalah tingkat penguasan yang dicapai siswa dalam mengikuti
proses belajar matematika sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Surybrata mengungkapkan, prestasi belajar adalah kemampuan
siswa yang didapat dari proses belajar, biasanya dinyatakan atau
diwujudkan dalam bentuk nilai rapor yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Berdasarkan pendapat Suryabrata mengenai prestasi belajar matematika
Hardina (2008) mengungkapkan bahwa prestasi belajar matematika adalah
suatu kemapuan siswa yang didapat setelah mengikuti kegiatan belajar
matematika di sekolah, biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai rapor.
Berdasarkan pernyataan di atas mengenai prestasi belajar matematika
yang dikemukakan, maka tolak ukur prestasi belajar matematika dalam
penelitian ini menggunakan nilai raport sebagai inikator pencapaian prestasi
belajar matematika.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian yang diungkapkan oleh Kristina (2012) mengungkapkan
bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari pola asuh
orang tua pada mata pelajaran PKn kelas VIII SMP Negeri 2 Kecamatan
Susukan Kabupaten semarang semester II Tahun 2011/2012. Hal
tersebut diketahui dari signifikasinya 0,002 dan 0,001. Dimana p atau
signifikasinya tersebut lebih kecil dari 0,005 hal ini berarti bahwa
13
terdapat perbedaan yang signifikan antara perbedaan tersebut berlaku
pada populasinya. Dari hasil Ttes dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa berdasar pola
asuh orang tua, dimana pola asuh Authoritarian dan Authoritative
menghasilkan prestasi belajar yang paling tinggi.
2. Berdasarkan hasil penelitian Yusniyah (2008) yang dilakukan di MTS ALFALAH Jakarta Timur , diperoleh angka indeks korelasi sebesar 0,605,
kemudian angka ini di interpretasikan pada interpretasi secara
sederhana angka indeks korelasi yang diperoleh ternyata terletak antara
0,40 - 0,70 dengan ini berarti terdapat korelasi yang positif yang
signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa.
Sedangkan dalam interpretasi dengan menggunakan Table Nilai “r”
Product Moment, ternyata “r” hitung lebih besar dari pada “r” table,
baik pada taraf signifikansi 5 % maupun 1 %. Dengan demikian Hipotesa
Alternatif (Ha) diterima atau disetujui, sedangkan Hipotesa Nol (Ho)
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
di rumah. Semakin demokratis pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua, maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa.
Berdasarkan penelitaian tersebut menjadikan dasar atau alasan adanya
pengaruh yang signifikan antara pola asuh dengan prestasi belajar yang
dapat menguatkan penelitan yang akan dilakukan.
E. Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dan Prestasi Belajar
Matematika
Tugas orang tua adalah membantu anak dalam menyiapkan masa
depannya. Orang tua sebagai pemimpin keluarga berperan aktif membantu
mendampingi anak untuk dapat mengawasi dalam proses belajar di sekolah
maupun di rumah. Perhatian dan komunikasi orang tua dalam mendidik
anak diharapkan dapat membangun hubungan serta motivasi anak untuk
belajar lebih giat untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Pola asuh
demokratis orang tua yang mengedepankan kepentingan anak membawa
rasa nyaman anak terhadap lingkungan di keluarga, dengan lingkungan
keluarga yang baik akan membawa suasana belajar anak menjadi kondusif
dan nyaman dalam proses pendidikan anak.
Yusniyah (2008) mengungkapkan bahwa pola asuh demokratis orangtua
memberi kebebasan dan kesempatan luas dalam mendiskusikan segala
14
permasalahan, memberi hak yang sama serta kepercayaan, akan membuat
anak nyaman dalam keluarganya sehingga dapat belajar dengan baik
sehinga anak dapat berprestasi di sekolah.
F. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor interal adalah faktor yang berasal dari
diri siswa yang mencangkup fisiologis dan psikologis. Faktor eksternal adalah
faktor dari luar siswa yang mencangup lingkungan. Lingkungan mencangkup
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan keluarga mencangkup cara orang tua mengasuh dan
mendidik anak, dengan menerapkan pola asuh tertentu. Pola asuh
demokratis salah satu bentuk dari berbagai macam bentuk pola asuh,
metode ini menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk
membentuk anak mengerti perilaku tertentu yang diharapkan (Hurlock,
2006). Dengan metode pola asuh demokratis seperti itu, maka suasana
dalam keluarga terjalin, hubungan, komunikasi dan perhatian orang tua
yang akan membuat suasana dalam lingkungan kondusif dan baik.
Pola asuh demokratis menunjukan bahwa anak diutamakan oleh orang
tua, hal ini membuat anak akan merasa nyaman, keberadaan anak
disamakan dan anak memiliki kepribadian yang baik. Ketika anak nyaman
dalam keluarganya dan memiliki kepribadian baik dalam lingkungan sekolah
dan masyarakat juga akan diterapkan. Anak akan menerapkan hasil didik
orang tua ke dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis tidak akan membiarkan anak begitu saja
diluar lingkungan keluarga, orang tua akan memberikan kontol dan
hubungan yang bertangung jawab agar anak tidak lepas dari perhatian
orang tua. Orang tua juga memberikan anak kebebasan dalam bersosialisasi
dengan orang lain dengan penuh tanggungjawab. Dengan demikian anak
akan merasa bebas namun dengan batasan-batasn tertentu yang penuh
tanggungjawab dan perhatian dan kontrol dari orang tua
Pola pengasuhan demokratis yang menimbulkan suasana yang kondusif
dalam keluarga akan mempengaruhi faktor internal yang ada dalam diri
anak. Dalam fisiologis atau jasmani anak orang tua memperhatikan
kesehatan dan kebugaran anak. Orang tua juga membing anak dalam
mencapi prestasi belajar.
15
Pemaparan tersebut menunjukan bahwa pola asuh demokratis orang
tua mempengaruhi faktor dalam berprestasi. Pola asuh demokratis orang
tua mempengaruhi dalam lingkungan keluarga sehinga mempengaruhi juga
lingkungan-lingkungan yang lain melalui pola asuh tersebut. Pola asuh
demokratis orang tua juga mempengaruhi faktor internal anak dengan
memperhatikan tumbuh kembang dan kebugaran anak serta member
dukungan anak dalam berprestasi di sekola. Hubungan tersebut di
gambarkan dalam diagram Gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1
Keterangan :
PB
FE
FI
NS
S
J
P
LK
LS
LM
PD
: Prestasi Belajar
: Faktor Eksternal
: Faktor Internal
: Non Sosial
: Sosial
: Jasmani
: Psikologis
: Lingkungan Keluarga
: Lingkungan Sekolah
: Lingkungan Masyarakat
: Pola Asuh Demokratis
16
G. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, penelitian ini merumuskan hipotesis
penelitian yang akan diteliti sebagai berikut:
Hipotesa Alternatif (H1)
:Ada pengaruh positif yang signifikan
antara pola asuh demokratis orang tua
dengan prestasi belajar matematika.
Hipotesa Nihil (Ho)
:Tidak ada pengaruh positif yang
signifikan antara pola asuh demokratis
orang tua dengan prestasi belajar
matematika.
Download