1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Peran

advertisement
1
BAB I
PENGANTAR
1.1
Latar Belakang
Peran Lembaga Pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik
sangat penting. Beberapa tokoh menyatakan pentingnya pendidikan karakter
karena telah terjadi penurunan moral. Beberapa tokoh yang menyampaikan
pentingnya pendidikan karakter yaitu Emerson (dalam Lickona, 2013:12)
menegaskan, “karakter lebih tinggi dari kecerdasan” sementara Psikiater Frank
Pittman menyatakan, “stabilitas hidup kita tergantung pada karakter kita.”
Sejarawan Toynbee (dalam Lickona, 2013:12) mengamati, “dari 21 peradaban
penting, 19 tewas bukan oleh penaklukan dari luar, tetapi oleh pembusukan moral
dari dalam.” Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno bahkan
menegaskan, “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan
karakter (character building) karena character building inilah yang akan
membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat.
Kalau character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia menjadi
bangsa kuli” (Samani, 2013:1)
Bukti-bukti penurunan moral di lembaga pendidikan yaitu telah terjadi
baku pukul di kampus IPDN, sejumlah Praja perempuan kena cairan asam (Tribun
Jogja, 30 April 2014 hal. 1), dan sederet kasus sebelumnya di kampus STPDN
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, hampir setiap tahun ada yang
meninggal karena kekerasan seniornya. Kekerasan juga terjadi di lembaga
1
2
pendidikan tinggi lain di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta
Utara (Kedaulatan Rakyat, 2014: 6) yaitu:
“Seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda,
Jakarta Utara bernama Dimas Dikita Handoko berusia 19 tahun tewas di
rumah sakit Pelabuhan, setelah diduga dianiaya oleh para seniornya,
karena di seluruh tubuhnya terdapat luka lebam”
Pendidikan karakter sebagaimana juga telah diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) Bab II pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kretaif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Kementerian Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan
karakter harus meliputi dan berlangsung salah satunya yaitu pada pendidikan
formal di perguruan tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau
ekstra-kurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran
pada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan (Samani, 2013: 19).
Salah satu lembaga pendidikan perguruan tinggi adalah Akademi
Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta. Pelaksanaan pendidikan di Akademi
Angkatan Udara Yogyakarta berdasarkan pada falsafah pendidikan TNI, yaitu
"Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana" yang berarti mengutamakan pembentukan
kepribadian dengan jiwa kejuangan yang tinggi dengan dilengkapi kemampuan
3
profesi yang mantap sebagai suatu kebulatan. Pendidikan di Akademi Angkatan
Udara juga tidak terlepas adanya isu kekerasan yang terjadi (Dispenau, 2007),
yang menyatakan sebagai berikut:
“Kasau juga mengingatkan tentang isu kekerasan di lembaga pendidikan
yang mencuat di masyarakat, bahwa kita tidak boleh ragu dalam
melaksanakan proses pendidikan. Tetap melaksanakan pendidikan secara
terukur seperti yang dilakukan selama ini. Pendidikan militer memang
ditempuh dengan disiplin keras, karena itu akan menghasilkan sosok
prajurit TNI yang tanggap, tanggon dan trengginas. Tetapi bukan
kekerasan tanpa batas, namun dilaksanakan secara terukur dan
memperhatikan faktor keselamatan dan keamanan”
Isu kekerasan di lembaga pendidikan AAU ternyata terbukti, yaitu telah
terjadi tindakan kekerasan yang menciderai dilakukan oleh beberapa calon
perwira Angkatan Udara di lembaga pendidikan AAU. Beberapa taruna senior
telah melakukan tindakan kekerasan yang menciderai terhadap taruna yunior.
Sermatutar AR dan Sermadatar AA telah melakukan pembinaan yang
menyebabkan Sertar C mengalami cidera HNP. Sermatutar RM melakukan
pembinaan terhadap Sermadatar RA yang menyebabkan cidera dibagian perut,
dan Sermadatar OA, JA dan YF telah melakukan pembinaan terhadap sertar AG
yang menyebabkan nyeri telinga kiri dan pasca operasi usus buntu (Laplaksproja
AAU, 2013:52-53). Tindakan yang menunjukkan karakter kurang berkualitas juga
dilakukan oleh beberapa perwira Angkatan Udara dengan melakukan tindakan
kekerasan. Tindakan kekerasan yang dilakukan beberapa perwira Angkatan Udara
yaitu:
“Sebanyak 8 perwira TNI Angkatan Udara dengan pangkat lettu, kapten
dan mayor, memukuli dokter Lanud Adisutjipto Kapten Kes dr A. Dari 8
pelaku penganiayaan, 4 pelaku telah dikeluarkan dari pendidikan Lanud
Adisutjipto” (Kedaulatan Rakyat, 2014: 1).
4
Kejadian lain yang menunjukkan adanya tindakan kekerasan dari seorang
perwira Angkatan Udara yaitu “Pamen AU Letkol RS melakukan pemukulan pada
wartawan contoh tak baik pada anak SD” (Wijiseno, 2012). Peristiwa-peristiwa
tersebut membuktikan adanya konflik yang diselesaikan dengan kekerasan.
Mengatasi konflik dengan kekuatan dan kekerasan pada dasarnya merupakan
tindakan tidak bermoral (Zuchdi, 2010: 43). Peristiwa kekerasan yang dilakukan
oleh calon perwira/perwira Angkatan Udara sebagai seorang prajurit tersebut,
tentunya berkaitan dengan kualitas karakternya.
Karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas akan diketahui
dengan melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian terkait peran lembaga
pendidikan dalam membentuk karakter calon perwira Angkatan Udara yang
berkualitas, berada di AAU terutama oleh Wingtar AAU Yogyakarta.
Pembentukan karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas,
dibutuhkan kualitas organisasi dan personel Wingtar AAU, mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi dalam membentuk karakter calon perwira AU, serta
mempunyai upaya-upaya dalam mewujudkan karakter calon perwira Angkatan
Udara yang berkualitas.
Pertama, untuk mengetahui kualitas organisasi maka perlu ditinjau tujuan
dan sasaran organisasi, kurikulum, pengasuh Wingtar AAU, core value
pembangunan karakter, sarana dan prasarananya serta piranti lunak/ dasar-dasar
yang mendukung. Peninjauan terhadap personel yang mengawaki organisasi
Wingtar AAU yaitu para pejabat Wingtar AAU selaku pengasuh langsung/ para
komandan dalam melaksanakan tugas kewajibannya dan meninjau kebijakan
5
pimpinan dalam membangun karakter perwira Angkatan Udara yang berkualaitas.
Kedua, mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi dalam
membentuk karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas dikaitkan
dengan karakter rasa hormat (respect) dan bertanggung jawab (responsibility)
merupakan nilai-nilai mewakili dasar moralitas utama yang berlaku secara
universal (Lickona, 2013:69), kejujuran (fairness), dan efikasi diri (self eficacy).
Ketiga, yaitu upaya-upaya dalam membentuk karakter calon perwira Angkatan
Udara yang berkualitas. Sesuai dengan Design Induk Pendidikan Karakter yang
dirancang Kementerian Pendidikan Nasional (2010) strategi pengembangan
pendidikan karakter yang akan diterapkan di Indonesia antara lain melalui
transformasi budaya sekolah (school culture) dan habituasi melalui kegiatan
ekstrakurikuler (Samani, 2013:145). Strategi tersebut sejalan dengan pemikiran
Berkowittz Elkind dan Sweet (2004), mengutip Berkowitz, “ Effective Character
education is nota adding a program of set of programs to a scool. Rather it is a
transformation of the culture and life of the school.” Jadi menurut para ahli
tersebut, implementasi pendidikan karakter melalui transformasi budaya dan peri
kehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif dari pada mengubah kurikulum dengan
menambahkan materi pendidikan karakter ke dalam muatan kurikulum (Samani,
2013:146).
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Peran Lembaga
Pendidikan dalam Membentuk Karakter Calon Perwira Angkatan Udara yang
6
Berkualitas dan Implikasinya terhadap Ketahanan Prajurit (Studi di Wing Taruna
Akademi Angkatan Udara Yogyakarta)”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti merumuskan3
permasalahan yang akan dikaji, yaitu:
1.
Bagaimanakah peran Wing Taruna Akademi Angkatan Udara dalam
membentuk karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas?
2.
Apakah faktor-faktor yang memengaruhi bagi Wing Taruna Akademi
Angkatan Udara dalam membentuk karakter calon perwira Angkatan
Udara yang berkualitas?.
3.
Apakah upaya-upaya Wing Taruna Akademi Angkatan Udara dalam
membentuk karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas?.
1.3
Keaslian Penelitian
Penelitian ini yang berjudul: “Peran Lembaga Pendidikan dalam
Membentuk Karakter Calon Perwira Angkatan Udara yang Berkualitas dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Prajurit (Studi di Wing Taruna Akademi
Angkatan Udara Yogyakarta)”, sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.
Peneliti telah menelusuri penelitian-penelitian yang ada tetapi tidak menemukan yang
sama dengan penelitian ini. Penelitian lain yang peneliti perkirakan ada kemiripan
yaitu :
7
Penelitian Silitonga (2003), dalam tesisnya yang berjudul “Peranan
Lembaga Pendidikan Tinggi Militer Implikasinya Terhadap Masalah Disintegrasi
Bangsa (Studi di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta)”. Penelitian Silitonga
menghasilkan
peranan
Akademi
Angkatan
Udara
adalah
melakukan
penyeimbangan minimal terhadap dimensi perubahan sosial berupa pemahaman
yang kian ekstensif tentang akselerasi bangsa. Profesionalisme militer merupakan
instrumen yang tidak bisa ditawar-tawar lagi agar TNI dapat berfungsi sebagai
pertahanan negara dalam menjaga keutuhan NKRI. Penelitian yang dilakukan
peneliti adalah meneliti tentang peran Wing Taruna Akademi Angkatan Udara dalam
membentuk karakter calon perwira Angkatan udara yang berkualitas.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1
Mengetahui tentang peran Wing Taruna Akademi Angkatan Udara dalam
membentuk karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas dan
implikasnya terhadap ketahanan prajurit.
2
Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi bagi Wing Taruna Akademi
Angkatan Udara dalam membentuk karakter calon perwira Angkatan
Udara yang berkualitas.
3
Mengetahui upaya-upaya Wing Taruna Akademi Angkatan Udara dalam
membentuk karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas.
8
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tentang peran lembaga pendidikan dalam membentuk
karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas dan implikasinya
terhadap ketahanan prajurit (Studi di Wing Taruna Akademi Angkatan Udara
Yogyakarta), yaitu:
1.
Secara teori, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk lebih
memperkaya dan berguna bagi studi bidang sosial khususnya yang
berkaitan dengan kebijakan dalam upaya pembentukan karakter.
2.
Secara prakmatis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi pimpinan Angkatan Udara bagi upaya-upaya
meningkatkan peran Wing Taruna Akademi Angkatan Udara dalam
membentuk karakter calon perwira Angkatan Udara yang berkualitas
(tanggap, tanggon dan trengginas).
3.
Penelitian ini dapat memperkaya keragaman studi tentang pembentukan
karakter sekaligus sebagai dokumentasi kajian ilmiah dan memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan kajian akademik pada
Program Studi Ketahanan Nasional.
Download