MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU LAR LIMUNG DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor LEMBAR PENGESYAHAN MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU LAR LIMUNG Sumbawa Besar, Desember 2011 Mengesyahkan/Menyetujui: Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, Tim Pelaksana, Pejabat Pemegang Komitmen, Ir. Syafruddin, Noer NIP. 19650605199203026 Dr. Ir. Dahlanuddin, MRur.Sc NIP. ii PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor SUSUNAN TIM PELAKSANA: 1. Ir. Dahlanuddin, M Rur. Sc., Ph.D. 2. Pror. Ir. H. Yusuf Akhyar Sutaryono, Ph.D 3. Ir.Tanda Panjaitan, M.Sc., Ph.D 4. Ir. H. Ahmad Zaini, MA., Ph.D. 5. Ir. I Putu Sudrana, MS. 6. Ir. Muhammad Muhzi, MS. 7. Dian Sidharta, ST 8. Wahyu Indrajaya, ST 9. Erma Hadi Suryani, ST 10. Supriyadi, ST SKPD/ JABATAN Fak. Peternakan Unram Fak. Peternakan Unram Fak. Peternakan Unram Fak. Peternakan Unram Fak. Peternakan Unram Fak. Peternakan Unram Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum kab. Sumbawa Kepala Subdit SDA & Lingkungan Hidup Bappeda Ka. Sumbawa Staf Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sumbawa -- 11. Randy Chartana, ST -- NO. N A M A KEDUDUKAN Surveyor Ketua Tim Tenaga Ahli Peternakan Tenaga Ahli Peternakan Tenaga Ahli Peternakan Tenaga Ahli Peternakan Tenaga Ahli Peternakan Tenaga Teknis Arsitektur Tenaga Teknis Sipil Tenaga Teknis Planologi Drafter iii PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor KATA PENGANTAR Puji Syukur kami, Tim Pelaksana panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penyusunan dokumen Master Plan Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung ini dapat kami selesaikan. Dokumen Master Plan ini merupakan bukti tanggungjawab kami kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa c.q Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa sebagai instansi pemberi pekerjaan yang dalam kegiatan ini berkedudukan sebagai Tim Perencana dan Tim Evaluasi. Penyusunan Master Plan menggunakan metode pendekatan partisipatif dan komprehensif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) terutama peternak/ pemilik lahan, tokoh masyarakat, dan penentu kebijakan (Dinas Peternakan dan Bappeda Kabupaten Sumbawa). Untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan, dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan gabungan dari beberapa metoda yaitu analisis situasi, observasi langsung, dan analisis terhadap kebijakan dan program yang telah dilaksanakan. Dokumen Master Plan Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung disusun secara swakelola oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa dengan dukungan dari berbagai pihak yaitu Tim Ahli dari Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan BPTP NTB serta Tim teknis dari SKPD terkait di Kabupaten Sumbawa. terkait beserta stafnya, 3) pimpinan wilayah mulai tingkat kecamatan hingga dusun terkait kawasan pengembangan peternakan terpadu Lar Limung, 4) para peternak/pemilik lahan dan tokoh masyarakat di kawasan Lar Limung, dan 5) pihak lainnya, baik yang bersifat teknis maupun non-teknis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Atas bantuan dan dukungannya, kami hanya dapat mengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga amal ibadah bapak/ibu/sdr mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sumbawa Besar, Desember 2011. Tim Pelaksana iv PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor DAFTAR ISI Halaman JUDUL DOKUMEN ……………………………………………………… i LEMBAR PENGESYAHAN …………………………………………….. ii TIM PELAKSANA ………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iv DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v DAFTAR TABEL ………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… BAB I BAB II PENDAHULUAN ……………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang …………………………………………. 1 1.2. Maksud dan Tujuan Master Plan ………………………. 3 1.3. Dasar Penyusunan Master Plan ………………………… 4 1.4. Konsep Dasar Pengembangan Model ………………….. 4 1.4.1. Pengertian …………………………………….. 4 1.4.2. Pendekatan Pengembagan Model ……………. 4 1.4.3. Prinsip Operasional …………………………... 4 1.4.4. Komponen Pokok ……………………………. 5 1.5 Metode Penyusunan Master Plan ………………………. 5 1.6 Ruang Lingkup ………………………………………… 6 REFLEKSI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU LAR LIMUNG KABUPATEN SUMBAWA ………………………………… 8 2.1 Kondisi Kabupaten Sumbawa ……………………….. 8 2.1.1 Letak Geografis dan Adminitrasi …………….. 8 2.1.2 Potensi Lahan untuk Produksi Ternak Potong .. 8 2.1.3 Klimatologi …………………………………... 9 Refleksi Kebijakan Pengembangan Peternakan Kabupaten Sumbawa …………………………………... 10 2.2.1. RPJP Kabupaten Sumbawa …………………... 10 2.2.2. RPJM Kabupaten Sumbawa …………………. 11 2.2.3. RTRW Kabupaten Sumbawa ………………… 13 2.2. v PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.2.4. Rencana Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung …………….. 15 SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan Lar Limung di Dusun Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai tempat Pengembalaan Ternak … 16 2.3. Potensi Ternak Potong sebagai Komoditas Unggulan …. 16 2.4. Kondisi Kawasan Lar Limung …………………………. 19 2.4.1. Kondisi Umum Kawasan Lar Limung ……….. 19 2.4.2. Kondisi Iklim, Tanah dan Air Tanah ………… 22 2.4.3. Ketersediaan Infrastruktur ……………………. 24 2.4.4. Kondisi Usaha Ternak Potong ……………….. 25 2.4.5. Kondisi Peternak dan Pola Pemeliharaan Ternak ………………………………………... 26 2.4.6. Produktivitas Ternak …………………………. 29 2.4.7. Kondisi Penduduk ……………………………. 32 2.4.8. Pendapat Peternak tentang Program KPT Lar Limung ……………………………………….. 32 Pendapat Masyarakat tentang Kondisi Lar Limung ……………………………………….. 33 ISU STRATEGIS, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG …………………………………. 36 3.1 Isu Strategis …………………………………………….. 36 3.2 Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung …………………………………………….. 36 3.2.1. Visi …………………………………………… 36 3.2.2. Misi …………………………………………... 37 3.2.3. Arah Pengembangan Peternakan Terpadu …… 37 3.3 Kebijakan Pengembangan Peternakan Terpadu ……….. 39 3.4 Strategi Pengembangan Peternakan Terpadu ………….. 39 PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG . 41 4.1 Program Pengembangan Peternakan Terpadu …………. 41 4.1.1. Peningkatan Kelembagaan Kelompok ……….. 41 4.1.2. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih . 44 2.2.5. 2.4.9. BAB III BAB IV vi PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.1.3. Peningkatan Kualitas Air …………………….. 46 4.1.4. Penyediaan Sumber Air dan Sarana ………….. 46 4.1.5. Sistem Produksi Pakan Berbasis Legum Pohon 47 4.1.6. Konservasi Kelebihan Pakan Musim Hujan dan Pemanfaatan Limbah Pertanian ………………. 51 4.1.7. Meningkatkan Angka Kelahiran ……………... 53 4.1.8. Peningkatan Mutu Ternak ……………………. 59 4.1.9. Menekan Angka Kematian …………………… 61 4.1.10. Mempercepat Pertambahan Berat Badan …….. 62 4.1.11. Meningkatkan Dearajat Kesehatan Ternak …... 64 4.1.12. Perbaikan Sanitasi Kandang Komunal ……….. 65 4.1.13. Pengadaan Fasilitas Penanganan Ternak …….. 65 4.1.14. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung 66 4.1.15. Penataan Lingkungan ………………………… 67 4.1.16. Peningkatan Keamanan Ternak ………………. 67 4.1.17. Pelaksanaan Penelitian dan Pengkajian Lhan, Air, Tanaman, dan Ternak …………………… 68 Matriks Out come, Program dan Kegiatan Aksi Pengembangan Peternakan Terpadu …………………… 69 MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU …………………………………. 80 PENUTUP …………………………………………….............. 83 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… 86 4.2 BAB V BAB VI vii PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor DAFTAR TABEL Tabel: Halaman 1. Luas Lahan Kering Menurut Penggunaannya ………………………… 9 2. Populasi Ternak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 ……………….. 17 3. Location Quotient (LQ) Ternak Potong pada Semua Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ………………………………………………………. 18 4. Kondisi Tanah (hasil analisis BPPTP NTB, 2011) …………………… 23 5. Kondisi Air Tanah (hasil analisis BPLH Kabupaten Sumawa, 2011) ... 24 6. Infrastruktur/fasilitas yang Telah Dibangun menurut Kelompok Ternak ………………………………………………………………… 24 7. Populasi Ternak Herbivora Di Kawasan Lar Limung ……………….. 25 8. Potensi Kerja dan Kerjasama Sesama Peternak ………………………. 26 9. Pola Pemeliharaan Ternak ……………………………………………. 29 10. Parameter Terkait Produktivitas Ternak ……………………………… 30 11. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2006-2009 ……………... 32 12. Pendapat Peternak dan Syarat yang Diajukan Tentang KPT Lar Limung ………………………………………………………………... 33 viii PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor DAFT AR GAMBAR Gambar: Halaman 1. Grafik Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan dan Penguapan …………….. 10 2. Grafik Populasi Ternak Herbivora/Potong di Provinsi NTB pada Setiap Kabupaten ……………………………………………………... 17 3. Peta Kawasan Lar Limung Saat Ini …………………………………... 20 4. Peta Topografi Kawasan Lar Limung ………………………………… 21 5. Grafik Sebaran Curah Hujan di Kawasan Lar Limung ……………….. 22 6. Grafik Struktur Populasi Ternak Menurut Jenisnya ………………….. 25 7. Grafik Bulan Kelahiran dan Kematian Ternak ……………………….. 31 8. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung ………………………………………………………………... 38 9. Photo Integrasi Lamtoro dengan Jagung di NTT …………………….. 48 10. Photo Produksi Lamtoro dan Rumput dengan Sistem Potong Angkut di Poto Pedu, Rhee ……………………………………………………. 49 11. Photo Padang Penggembalaan Lamtoro-Rumput di Australia ……….. 50 12. Photo Contoh Bal Jerami Padi Kering Dipress untuk Menghemat Tempat Penyimpanan ………………………………………………… 53 13. Kalender Kawin yang Sesuai untuk mendapatkan Satu Anak Setiap Tahun di Lar Limung …………………………………………………. 55 14. Photo Pejantan Umur 3 Tahun dengan Warna Standard Bangsa Sapi Bali ……………………………………………………………………. 56 15. Photo Induk Sapi Bali dari Skor Tubuh 2, 3, dan 4 pada Skala 1-5 ….. 57 16. Grafik Korelasi Antara Skor Kondisi Tubuh (BCS) dengan Tingkat Kebuntingan …………………………………………………………... 58 17. Grafik Penetapan Mutu Calon Bibit Ternak Potong …………………. 60 18. Grafik Potensi Peningkatan Mutu Bibit Ternak Potong Melalui Perbaikan Manajemen dan Seleksi Berkelanjutan ……………………. 61 19. Photo Suplementasi Daun Turi untuk Meningkatkan Pertambahan Berat Badan Pedet Lepas sapih di Lombok Tengah (atas) dan penggemukan dengan Daun Lamtoro di Rhee (bawah) ………………. 63 ix PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 20. Sketsa Holding Ground/Kandang Komunal ………………………….. 66 x PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor xi PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah dikenal sebagai salah satu daerah penghasil ternak sapi dan kerbau di Indonesia, baik ternak bibit maupun ternak potong. Permintaan sapi bibit dan potong asal NTB terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan tersebut pemerintah daerah Provinsi NTB membuat satu gerakan yang dikenal dengan Program Nusa Tenggara Barat Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) yang sejalan dengan program nasional yaitu Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014. Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten dengan populasi ternak ruminansia (terutama sapi dan kerbau) yang tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya di Provinsi NTB sehingga pemerintah daerah mendeklarasikan Kabupaten Sumbawa sebagai dan masyarakat Sumbawa telah Kabupaten Peternakan. Hal ini menunjukkan pentingnya usaha peternakan dalam mendukung perekonomian masyarakat dan adanya dukungan dan kepedulian yang nyata dari pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak potong di Kabupaten Sumbawa. Sistim produksi ternak ruminansia di Kabupaten Sumbawa sangat spesifik, yang dicirikan oleh peternakan dengan sistim Lar (suatu kawasan tempat melepas ternak terutama selama musim tanam). Lar mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan produktivitas dan populasi ternak terutama sapi dan kerbau. Untuk mengoptimalkan fungsi Lar sebagai sentra pengembangan peternakan berbasis peternakan rakyat, maka pada tanggal 22 Januari 2009, Gubernur NTB dan Bupati Sumbawa menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pengembangan Peternakan melalui Sistem Lar. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan peran Kabupaten Sumbawa dalam mendukung program NTB BSS dan mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan. Kabupaten Sumbawa memiliki lahan kering yang luas dan masih dapat dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas ternak potong. Kabupaten Sumbawa memiliki populasi ternak sapi dan kerbau yang paling tinggi di NTB (156,797 ekor sapi dan 54,535 ekor kerbau). Berdasarkan analisa potensi komoditi unggulan Kabupaten Sumbawa mempunyai potensi tertinggi untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi NTB. Hal ini terlihat dari nilai LQ PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor (location quotient) untuk ternak sapi dan kerbau (masing-masing 1,28 dan 1,77). Nilai LQ untuk ternak sapi lebih tinggi (4,75) jika dikoreksi dengan jumlah penduduk. Namun dibalik berbagai keunggulan tersebut, terdapat masalah dan tantangan dibidang pembangunan peternakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah antara lain adalah: a. Menyempitnya jumlah dan luas Lar sebagai akibat dari konversi lahan, invasi gulma karena over grazing dan/atau konflik kepentingan. Jumlah titik Lar yang dulunya tidak kurang dari 60, sekarang hanya sebagian kecil yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan hanya 2 Lar yang telah disyahkan dengan SK Bupati, sehingga status Lar yang lain masih bisa berubah untuk keperluan lainnya. Akibatnya, pemeliharaan ternak dengan sistim Lar akan terus menurun. b. Sebagian besar masyarakat Sumbawa belum terbiasa memelihara ternak dengan cara mencarikan rumput secara potong angkut (cut and carry) dan belum menyadari bahwa sumberdaya untuk pemeliharaan sistim ekstensif (dilepas) sudah berkurang drastis. Hal ini menjadi faktor penyebab utama penurunan kepemilikan ternak (ekor/keluarga) di Kabupaten Sumbawa. Peternak yang dulunya memiliki ternak dalam jumlah ratusan sampai ribuan ekor harus menjual sebagian besar ternaknya (pengurangan aset) atau memindahkan pengelolaan ternaknya kepada peternak lain (dengan sistim kadasan). c. Upaya konkrit dari pemerintah daerah untuk memfasilitasi peternak beradaptasi terhadap perubahan pola ekstensif menuju pola intensif belum banyak dilakukan sehingga peternak tidak memiliki kapasitas mengikuti perubahan tersebut. Mengingat pentingnya peran ternak terutama sapi dan kerbau sebagai sumber penghasilan utama masyarakat, diperlukan upaya strategis dan terencana agar budaya beternak (modal sosial) masyarakat tidak pudar akibat berkurangnya luas dan daya tampung Lar. Untuk itu maka kapasitas peternak perlu ditingkatkan sehingga mampu melakukan perubahan secara terencana dari sistim ekstensif menjadi sistim intensif yang produktif dan efisien. Atas dasar hal tersebut, perlu disusun Master Plan Kawasan Peternakan “Terpadu” Lar Limung yang selanjutnya diharapkan dapat dijadikan acuan atau model pengembangan ternak potong di berbagai kawasan di Kabupaten Sumbawa. 1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Master Plan Penyusunan master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung adalah: 2 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor a. Sebagai pedoman bagi Dinas Peternakan dan SKPD terkait, swasta, masyarakat dan unsur terkait lainnya dalam melaksanakan pengembangan peternakan. b. Memberikan pemahaman kepada semua pihak terkait bahwa dengan menerapkan pola pengembangan peternakan terpadu sebagaimana dirumuskan dalam master plan ini dapat meningkatkan produktivitas ternak secara optimal. c. Merupakan bentuk rekomendasi kepada penentu kebijakan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten dalam upaya mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan. d. Menjadikan Kawasan Lar Limung sebagai model atau contoh pengembangan peternakan terpadu bagi kawasan lain di Kabupaten Sumbawa. Master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung disusun dengan tujuan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan untuk mengetahui keterbatsan, hamabtan dan peluang pengembangan usaha peternakan yang tepat, efektif, efisien, dan menguntungkan dan sesuai dengan daya dukung lahan yang ada. b. Mewujudkan kelembagaan kelompok peternak yang kuat dan mandiri sehingga mampu mewadahi semua anggota/pemilik lahan dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota melalui pembentukan badan usaha perkoperasian. c. Menyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pengembangan peternakan terpadu. d. Membangun kawasan peternakan “terpadu” yang dapat dikembangkan menjadi kawasan agribisnis/agrowisata. e. Mewujudkan Kawasan Lar Limung sebagai model percontohan Kawasan Peternakan “Terpadu” berbasis Lar di Sumbawa. 1.3. Dasar Penyusunan Master Plan 3 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Penyusunan master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung mengacu pada a) Rencana Induk Pembangunan Kabupaten Sumbawa, b) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa, c) Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Emparano, d) Rencana Strategis Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa Periode 2005 – 2010 dan SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan Lar Limung sebagai tempat penggembalaan ternak. 1.4. Konsep Dasar Pengembangan Model 1.4.1. Pengertian Kawasan pengembangan peternakan terpadu Lar Limung adalah kawasan percontohan sistim produksi ternak potong yang terintergrasi dengan sistim produksi tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan untuk mengoptimalkan produktivitas lahan dan ternak. Model ini diharapkan dapat diadaptasikan dan direplikasi di kawasan lain di Kabupaten Sumbawa. 1.4.2. Pendekatan Pengembangan Model Pengembangan model dilakukan pada lahan milik petani dalam kawasan Lar Limung dengan pola partisipatif yang terfokus pada peningkatan kapasitas peternak dan kelembagaan peternak untuk dapat menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya yang tersedia dengan memperhatikan kaidah-kaidah agribisnis. Prioritas komiditi yang dikembangkan adalah sapi, kerbau dan jagung secara terintegrasi. Peran pemerintah daerah khususnya Dinas Peternakan lebih pada upaya memfasilitasi pengembangan kawasan peternakan terpadu dengan dukungan dari SKPD terkait. 1.4.3. Prinsip Operasional Mengingat keberhasilan pembangunan Lar Limung adalah indikator keberhasilan Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan maka diperlukan dukungan semua SKPD yang terkait. Prinsip operasional dari pengembangan kawasan Lar Limung adalah keterpaduan lintas sektor yang terkait dan lintas subsistem agribisnis peternakan yang meliputi subsistem penyediaan sarana produksi, perbaikan teknik budidaya, peningkatan teknik pengolahan hasil dan pengembangan sistim pemasaran yang memberikan keuntungan yang layak bagi peternak 4 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 1.4.4. Komponen Pokok Komponen pokok dari konsep dasar pengembangan kawasan peternakan terpadu adalah sebagai berikut: a. Penataan kelembagaan peternak yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan kerjasama peternak untuk mencapai sistim produksi yang berorientasi pasar, b. Sistim produksi pakan yang teintegrasi dengan tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan, c. Sistim produksi ternak terpadu yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, d. Penataan sistim penjagaan keamanan lingkungan untuk menciptakan suasana beternak yang kondusif, e. Penataan sistim pemasaran yang dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi peternak, f. Penyediaan sarana dan prasarana dengan menekankan asas manfaat, efisiensi dan keberlanjutan, g. Meningkatkan ketersediaan informasi dan teknologi mutakhir yang siap pakai melalui program penelitian dan pengkajian bersama petani. 1.5. Metode Penyusunan Master Plan Master Plan ini disusun dengan pendekatan partisipatif oleh tim pelaksana yang terdiri dari tim teknis Dinas Peternakan dan SKPD terkait dan didukung oleh tim ahli dari Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan BPTP NTB. Proses penyusunan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) seperti peternak/pemilik lahan, tokoh masyarakat, dan penentu kebijakan di Kabupaten Sumbawa. Penyusunan Master Plan ini didasarkan atas data, informasi dan pengalaman empirik yang dikumpulkan melalui tahapan sebagai berikut: a. Pengumpulan data sekunder yang meliputi: • Kondisi umum, kebijakan dan program yang telah dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa dan kawasan Lar Limung 5 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor • Hasil-hasil penelitian / kajian dan pengalaman empirik yang sesuai untuk diterapkan di kawasan Lar Limung dan wilayah lain di Kabupaten Sumbawa yang memiliki kondisi biofisik yang serupa b. Pemetaan kondisi kawasan saat ini (existing condition) yang meliputi koordinat batas wilayah, jaringan jalan dan fasilitas yang sudah tersedia c. Analisis situasi kasawan Lar Limung yang dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu: • Telaah program yang telah dilaksanakan, ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana di Lar Limung bersama Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa • Observasi kondisi biofisik kawasan yang terdiri dari pengumpulan dan analisis sampel air dan tanah, jenis tanaman yang tumbuh dan kondisi ternak saat ini • Wawancara mendalam dengan peternak (pemilik lahan) untuk menggali data yang terkait dengan lahan, ternak dan kondisi ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan peternak. • Focus group discussion (FGD) dengan perwakilan kelompok peternak di Lar Limung untuk menggali pemahaman bersama tentang kondisi Lar Limung saat ini, permasalahan yang dihadapi, tujuan bersama yang ingin dicapai dan bagaimana mewujudkan tujuan yang diinginkan. 1.6. Ruang Lingkup Lokasi pekerjaan adalah Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung meliputi 2 (dua) wilayah administrasi pemerintahan desa, yakni Dusun Limung (Desa Pungkit, Kecamatan Moyo Utara) dan Dusun Prajak (Desa Batu Bangka, Kecamatan Moyo Hilir) dengan luas areal sekitar 1.007 ha. Kegiatan penyusunan Master Plan meliputi: a. Persiapan personil pelaksana pekerjaan, bahan dan peralatan b. Pengumpulan data sekunder dan data primer serta hasil kajian perencanaan, penelitian dan pengalaman empirik yang dapat digunakan untuk menetapkan arah pengembangan c. Penyusunan model pengembangan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah, kondisi biofisik kawasan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat 6 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor d. Pekerjaan kantor/studio untuk membuat peta existing dan peta rencana pengembangan kawasan e. Perhitungan volume pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya masing-masing komponen kegiatan Master Plan yang disusun akan diajukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa kepada Pemerintah Daerah untuk ditetapkan dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Kabupaten Sumbawa 7 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor BAB II. REFLEKSI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU LAR LIMUNG KABUPATEN SUMBAWA 2.1. Kondisi Kabupaten Sumbawa 2.1.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Sumbawa secara geografis terletak antara 1160 42’ – 1180 22’ Bujur Timur dan 80 08’ – 90 07’ Lintang Selatan. Kabupaten Sumbawa terdiri atas 24 kecamatan dengan Kecamatan Sumbawa sebagai lokasi pusat pemerintahan kabupaten (ibukota Kabupaten Sumbawa). Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Sumbawa adalah: • Sebelah Utara : Laut Flores • Sebelah Timur : Kabupaten Dompu • Sebelah Selatan : Samudera Indonesia • Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat Kabupaten Sumbawa memiliki luas wilayah 6.643,98 km2. Dari luas tersebut, Kecamatan Empang merupakan wilayah kecamatan yang paling luas, yaitu 558,55 km2 atau sekitar 8 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. Kecamatan Moyo Hilir dan Moyo Utara termasuk kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil (sekitar 4% dari total wilayah Kabupaten Sumbawa), namun memiliki potensi sebagai lokasi percontohan peternakan terpadu di Kabupaten Sumbawa. 2.1.2. Potensi Lahan Untuk Produksi Ternak Potong Wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari 48.194 ha (7,25%) sawah, 240.245 ha (36,16%) lahan kering, dan 375.959 ha (56,59%) lain-lain. Untuk lahan kering, macam penggunaannya tercantum pada Tabel 1. 8 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Tabel 1. Luas Lahan Kering Menurut Penggunaannya Luas Penggunaan Ha No. 1. Kolam/tebat/empang 2. % 252 0,11 Tegal/kebun 60.038 24,99 3. Ladang/huma 9.691 4,03 4. Penggembalaan/padang rumput 3.780 1,58 5. Sementara tidak diusahakan 26.105 10,87 6. Hutan rakyat 89.306 37,17 7. Tambak 2.987 1,24 8. Perkebunan 27.780 11,56 9. Lain-lain 20.306 8,45 240.245 100,00 Jumlah Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka, 2010. BPS 2.1.3. Klimatologi Berdasarkan data tahun 2010, musim hujan di Kabupaten Sumbawa berlangsung 6 bulan, yaitu dari bulan November sampai bulan April sedangkan musim kemarau berlangsung selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai bulan Oktober. Kondisi curah hujan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa hampir merata. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 24 hari hujan dengan curah hujan 300 mm, sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan Oktober dengan jumlah hari hujan 4 hari, dengan curah hujan 2 mm. Banyaknya hari hujan, curah hujan serta penguapan yang terjadi pada tahun 2010, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1. 9 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Gambar 1. Grafik Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan dan Penguapan (Sumbawa Dalam Angka, 2010) 2.2. Refleksi Kebijakan Pengembangan Peternakan Kabupaten Sumbawa 2.2.1. RPJP Kabupaten Sumbawa Visi Kabupaten Sumbawa yang tertuang dalam RPJP Tahun 2005-2025 adalah “Terwujudnya Kabupaten Sumbawa Sebagai Daerah Agribisnis Berdaya Saing Menuju Masyarakat Sejahtera” Daerah Agribisnis adalah daerah yang kegiatan utama masyarakat berbasis pada bisnis sumberdaya pertanian (dalam arti luas) meliputi kegiatan budidaya, proses pengolahan dan pemasaran. Daerah agribisnis yang dituju merupakan proses transformasi kehidupan masyarakat dari proses produksi untuk pemenuhan kebutuhan sendiri (subsisten) kearah peningkatan produksi dan nilai tambah yang berorientasi pasar (market oriented). Produk agribisnis dapat berasal dari tumbuhan, hewan maupun organisme lainnya dan seiring dengan perkembangan teknologi. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau efisiensi pada level mikro perusahaan atau individu. Kata kunci daya saing adalah kompetisi, yaitu kondisi persaingan dengan para kompetitor dalam suatu sistem 10 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor perekonomian yang terbuka. Berdasarkan tinjauan berbagai literatur mengenai daya saing disimpulkan bahwa daya saing dalam konteks perekonomian daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (PPSK BI, 2002). Kesejahteraan dalam masyarakat Sumbawa memiliki tiga dimensi, yakni dimensi kesejahteraan spiritual (senap semu), kesejahteraan sosial (riam remo) dan kesejahteraan ekonomis (nyaman nyawe). Dimensi kesejahteraan tersebut sejalan dengan visi masyarakat yang hendak dituju baik dalam lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun Nasional. Masyarakat yang sejahtera sebagai wujud masyarakat yang dicita-citakan melalui proses pembangunan yang diselenggarakan dalam kurun waktu 2005 hingga 2025 didorong melalui pengerahan segala sumberdaya pembangunan yang dimiliki masyarakat Tana Samawa sesuai dengan kekuatan dan kelemahan faktor internal serta peluang dan ancaman faktor eksternal yang melingkupinya. Oleh karena itu pilihan perencanaan pembangunan hingga tahun 2025 diarahkan dan bahkan wajib difokuskan pada terbentuknya Kabupaten Sumbawa dengan core competency sebagai daerah agribisnis yang memiliki daya saing di tingkat regional, nasional dan bahkan internasional Hal ini sangat selaras dengan program nasional PSDSK 2014 dan NTB-Bumi Sejuta Sapi yang memberi peran kepada Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan sehingga diharapkan Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu penyedia terbesar kebutuhan ternak potong/ ternak bibit bagi daerah lain di Indonesia. 2.2.2. RPJM Kabupaten Sumbawa Program RPJM selaras dengan pengembangan kawasan peternakan terpadu mandiri yang direfleksikan dalam visi RPJM Kabupaten Sumbawa 2011-2015 yaitu : “Terwujudnya Masyarakat Sumbawa Berdaya Saing dalam Memantapkan Samawa Mampis Rungan” Kata kunci dari pernyataan visi tersebut adalah Masyarakat Sumbawa, Berdaya Saing, memantapkan Samawa Mampis Rungan. Kata kunci tersebut bermakna sebagai berikut: 11 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor a. Masyarakat Sumbawa. Masyarakat secara sosiologis memiliki pengertian kumpulan orang per orang dengan beragam latar belakang suku, ras dan agama yang bertempat tinggal pada suatu wilayah. Kumpulan orang per orang tersebut dalam tata kelola pemerintahan dikelompokkan dalam tiga institusi yakni institusi pemerintah atau dalam konteks ini pemerintahan daerah, institusi dunia usaha dan institusi masyarakat sipil seperti ormas, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dll. Orang per orang dalam institusi tersebut dalam istilah manajemen sumber daya merupakan sumber daya manusia (human resources). Kata Sumbawa merujuk pada Kabupaten Sumbawa yakni salah satu wilayah adminsitrasi kabupaten di wilayah Provinsi NTB. b. Berdaya Saing: Kemampuan pengelolaan sumber daya daerah secara bermutu, ekonomis, efektif dan efisien, sehingga lebih unggul dari daerah lainnya. Berdaya saing juga mengandung makna kemampuan untuk berprestasi dalam bidang kerja masing-masing, dengan kualifikasi atau kualitas tertentu, sehingga dapat sejajar atau bahkan lebih tinggi dari daerah lain. c. Memantapkan Samawa Mampis Rungan. Kondisi Kabupaten Sumbawa yang Makmur Aman Mandiri, Partisipatif, Inovatif dan Sehat yang bersendikan Semangat Religius, Ulet dan Unggul, Gotong royong, Akuntabel dan transparaN. Memantapkan mengandung pengertian mempertahankan prestasi yang telah dicapai sebelumnya sekaligus memperbaiki dan meningkatkan hal-hal yang masih kurang atau belum tercapai. Secara harfiah Samawa Mampis Rungan berarti Sumbawa yang menebarkan kabar baik. Samawa Mampis Rungan merupakan bagian dari syiar masyarakat Sumbawa yang berkehendak tenteram secara spiritual religius (senap semu), rukun damai secara sosial (riam remo) dan makmur secara material-ekonomis (nyaman nyawe). Memantapkan terwujudnya Samawa Mampis Rungan dilakukan dengan fokus utama pada peningkatan pelayanan dasar, peningkatan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dan percepatan pengembangan potensi agribisnis wilayah. Salah satu Misi RPJM Kabupaten Sumbawa yaitu mempercepat pengembangan ekonomi daerah berbasis agrobisnis melalui percepatan pembangunan infrastruktur, pengembangan kawasan strategis, penguatan kelembagaan ekonomi merupakan muatan kebijakan yang sesuai dengan pengembangan peternakan terpadu dengan sasaran 12 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor peningkatan kesejahteraan peternak melalui strategi peningkatan produksi dan populasi ternak. 2.2.3. RTRW Kabupaten Sumbawa 2.2.3.1. Tujuan RTRW Kabupaten Sumbawa Tujuan dari RTRW Kabupaten Sumbawa adalah mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif berbasis agribisnis, pariwisata dan pertambangan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan berdasarkan keunggulan komparatif, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. 2.2.3.2. Kebijakan dan Strategi Kebijakan pengembangan kawasan yang berbasis peternakan, kelautan dan perikanan, dan pulau pulau kecil dilakukan dengan: a. Meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan, kelautan dan perikanan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha peternakan, kelautan dan perikanan yang ekonomis; b. Melaksanakan penataan dan penyediaan lahan pengembangan peternakan; c. Melaksanakan penataan dan pengembangan budidaya perikanan laut, perikanan darat dan perairan umum; d. Mengembangkan usaha agribisnis peternakan, kelautan dan perikanan; e. Mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis peternakan, kelautan dan perikanan; f. Mengembangkan pulau-pulau kecil untuk kegiatan konservasi, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, budidaya laut, pariwisata, usaha perikanan dan industri perikanan secara lestari, pertanian organik dan atau peternakan; dan g. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang produksi dan pemasaran. 13 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.2.3.3. Rencana Struktur Ruang untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung Kawasan pengembangan peternakan terpadu LAR Limung termasuk dalam Wilayah Moyo Utara dan Moyo Hilir yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah Perkotaan Sumbawa yang diarahkan sebagai agribisnis bagi wilayah bawahannya. Jaringan jalan yang melaluinya adalah jaringan jalan kolektor primer yaitu jaringan jalan yang melalui Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Utara - Kecamatan Moyo Hilir, dan jaringan jalan yang menghubungkan antara Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Hilir 2.2.3.4. Rencana Pola Ruang untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung Kawasan Pengembangan Peternakan merupakan Kawasan Budidaya yang dalam RTRW Kabupaten Sumbawa 2011-2031 memiliki luasan kurang lebih 22.450,54 Ha dilakukan diarahkan untuk : a. Pengembangan sentra produksi peternakan atau kawasan ternak unggulan di Kecamatan Empang, Moyo Utara dan Plampang; b. Pola pemeliharaan secara intensif dan semi intensif di wilayah sekitar kota dan kawasan barat Kabupaten Sumbawa; dan c. Pola pemeliharaan secara ekstensif dan pola kawasan di wilayah timur dan selatan Kabupaten Sumbawa. 2.2.3.5. Kawasan Strategis untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu berdasarkan RTRW Kabupaten Sumbawa 2011-2031 termasuk dalam wilayah Kawasan Strategis Propinsi dan Kawasan Strategis Kabupaten yaitu a. Kawasan Strategis Propinsi yaitu Kawasan Minapolitan Teluk Saleh dan sekitarnya dari sektor unggulan perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri; dan b. Kawasan Strategis Kabupaten yaitu Kawasan Kota Samawa Rea dari sektor unggulan perdagangan, jasa- jasa dan industri; 14 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.2.4. Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung Visi Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa adalah “Terwujudnya Peningkatan Populasi Ternak Berkualitas dalam Memantapkan Sumbawa Kabupaten Peternakan.” Visi tersebut mengandung arti bahwa untuk mencapai visi dimaksud, diperlukan optimisme baru dalam membangun peternakan, sehingga seluruh komponen yang terlibat didalamnya, saling berinteraksi dan bersinergi guna mempercepat pencapaian kondisi masyarakat peternakan yang sejahtera, mandiri dan tangguh. Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka misi pembangunan sub sektor peternakan meliputi : a. Meningkatkan mutu, produksi dan produktivitas ternak, menyediakan pangan asal hewan yang cukup, melalui pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam serta penerapan teknologi tepat guna. b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menumbuhkembangkan agribisnis peternakan. c. Mengoptimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam pengelolaan serta pengembangan ternak dan hasil ternak menuju masyarakat yang maju dan tangguh. d. Penanggulangan penyakit hewan menular. e. Menyediakan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pendukung sebagai peningkatan pelayanan peternakan f. Menumbuh-kembangkan kawasan peternakan pola Lar berbasis agribisnis peternakan yang disinergiskan dengan kawasan strategis peternakan g. Penanggulangan penyakit gangguan reproduksi. 15 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.2.5. SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan Lar Limung di Dusun Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai tempat Pengembalaan Ternak Berdasarkan SK Bupati Sumbawa nomor 650 tahun 2009, untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pengembangan Kawasan Lar Limung maka ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi adalah sebagai berikut: a. Pemanfaatan Kawasan harus melakukan secara bersama – sama terhadap: 1. Pembentukan kelembagaan (Asosiasi) pengelola dan pemanfaat Kawasan; 2. Pembuatan aturan - aturan internal dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan Kawasan; 3. Membantu dan rnenyiapkan pagar keliling kawasan secara swadaya sebagai batas kawasan; 4. Membantu program pemerintah berupa penghijauan yang dilaksanakan secara swadaya dilokasi dan atau sekitar Lar ternak seluas minimal 5 % dari luasan lahan ktitis didalarn dan diluar kawasan tersebut; 5. Membantu menyiapkan sarana penunjang lainnya secara '' swadaya dalam rangka pengembangan kawasan oleh pemanfaat dan pengelola kawasan sesuai dengan kemampuan. b. Tidak melahukan pengrusakan, pembalakan dan pembakaran terhadap kawasan dan diluar kawasan tersebut; c. Lokasi kawasan semata mata dikelola secara bersama dan dimanfaatkan seluasluasnya untuk kepentingan masyarakat yang bergabung dalam kelompok (Asosiasi) Kawasan Lar Limung; d. Mendukung secara utuh kebijakan dan program pemerintah, baik terkait dan atau tidak terkait dengan kawasan peternakan tersebut. 2.3. Potensi Ternak Potong Sebagai Komoditas Unggulan Kabupaten Sumbawa memiliki wilayah yang terluas di NTB (6.643,98 km2) dengan kepadatan penduduk yang rendah (63 jiwa/km2), sehingga memiliki potensi yang besar untuk pengembangan ternak potong (sapi, kerbau dan kambing). Secara komparatif, 16 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Kabupaten Sumbawa memiliki popuasi ternak sapi dan kerbau yang paling tinggi di NTB (Gambar. 2.) 200,000 180,000 Sapi Kerbau Kambing Domba Lotim Loteng KSB Kuda Populasi (ekor) 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Lobar Sumbawa Dompu Bima Gambar 2. Grafik Populasi Ternak Herbivora di Provinsi NTB pada Setiap Kabupaten (diolah dari data Dinas Peternakan NTB, 2010) Populasi ternak potong tahun 2010 terdiri dari 48% sapi Bali, 21% kerbau, 14% kambing, 0,7% sapi Hissar dan 0.5% domba. Data tersebut menunjukkan bahwa sapi, kerbau dan kambing merupakan komoditi ternak potong utama di Kabupaten Sumbawa. Untuk lebih jelasnya dapat di pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi No. Kecamatan Kuda 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee 1.224 1.754 601 920 575 467 344 8. Batulanteh 1.072 Ternak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 Kerbau Kambing Domba Sapi Sbw Babi 10.223 2.158 1.789 3.624 2.034 9.082 4.709 1.594 2.026 367 1.344 514 386 140 1.271 1.375 1.534 932 1.211 4.117 875 244 244 99 603 45 16 - 1.046 950 305 3.810 692 1.798 - - - Sapi 17 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Kerbau Kambing Domba Sapi Sbw Babi 4.761 8.196 173 492 834 1.505 - - 3.099 448 3.934 7.497 8.467 372 7.743 2.839 1.856 17 267 - 887 2.195 2.846 1.291 1.191 3.849 3.235 167 422 6.228 1.689 112 36.051 5.661 11.384 4.175 3.035 2.328 3.067 9.734 10.117 4.229 2.020 2.648 4.446 129.194 2.448 6.617 535 2.953 335 5.214 3.259 4.374 189 3.716 8.240 2.913 56.636 1.164 1.617 867 1.052 527 1.686 868 2.138 431 600 3.434 2.091 36.622 21 26 8 1.307 1.333 10 10 14 26 48 2 25 48 1.799 109 123 5.632 No. Kecamatan 9. 10 Sumbawa Lab. Badas 262 338 11. 12. Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano Jumlah 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Kuda Sapi Sumber : Sumbawa dalam Angka Tahun 2010 Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kawasan Lar Limung merupakan kawasan utama untuk produksi ternak sapi, kerbau dan kambing. Kabupaten Sumbawa memiliki konsentrasi relatif ternak sapi, kerbau dan kambing yang menunjukkan bahwa ketiga komoditi tersebut merupakan basis ekonomi masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ (location quotient) yang lebih besar dari 1.0 (Tabel 3). Tabel 3. Location Quotient (LQ) Ternak Potong pada Semua Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Sapi Kerbau Kambing Domba Kab/Kota A B A B A B A B Lobar 1.25 0.55 0.57 0.06 0.81 0.27 0.78 0.02 Lotim 1.06 0.48 0.31 0.03 1.11 0.38 1.68 0.04 Loteng 1.08 1.47 0.79 0.27 1.01 1.03 0.09 0.01 KSB 1.17 2.71 1.48 0.85 0.62 1.08 0.79 0.09 18 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Sapi Kerbau Kambing Domba Kab/Kota A B A B A B A B Sumbawa 1.28 4.75 1.77 1.64 0.42 1.16 0.22 0.04 Dompu 1.07 4.88 0.99 1.13 0.96 3.28 0.05 0.01 Bima 0.58 1.62 0.91 0.64 1.51 3.17 2.34 0.31 Kota Bima 0.82 0.83 0.98 0.25 1.27 0.97 0.59 0.03 Mataram 0.64 0.01 0.08 0.00 1.64 0.02 3.36 0.00 Keterangan: A= LQ berdasarkan rasio ternak tertentu terhadap semua ternak di kabupaten/kota dibandingkan di NTB, B= rasio ternak tertentu terhadap total populasi ternak yang dikoreksi dengan jumlah penduduk di Kabupaten/kota Berdasarkan kondisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sumbawa adalah wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan ternak potong, khususnya sapi dan kerbau. 2.4. Kondisi Kawasan Lar Limung 2.4.1. Kondisi Umum Kawasan Lar Limung Lar Limung berada pada ketinggian 25-75 m di atas permukaan laut dan berjarak sekitar 20 km dari kota Sumbawa Besar. Lahan kawasan Lar Limung terdiri dari petakpetak lahan peternak/pemilik lahan, jalan, fasilitas yang telah dibangun seperti kandang, gudang tempat penyimpanan pakan, bangunan gasbio, dan sumur dalam serta lokasi pemukiman penduduk. Gambar 3 memperlihatkan peta kawasan Lar Limung saat ini, sedangkan Gambar 4 memberikan gambaran tentang topografi kawasan Lar Limung. 19 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Gambar 3. Peta Kawasan Lar Limung Saat Ini 20 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Gambar 4. Peta Topografi Kawasan Lar Limung 21 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.4.2. Kondisi Iklim, Tanah dan Air Tanah 2.4.2.1. Kondisi Iklim Kawasan Lar Limung merupakan lahan kering iklim kering dengan rata-rata curah hujan sekitar 800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 82 hari per tahun. Curah hujan terbanyak terjadi mulai bulan Desember sampai bulan Mei (Gambar 5). Gambar 5. Grafik Sebaran Curah Hujan di Kawasan Lar Limung (rata-rata 2006-2009, BPS Kabupaten Sumbawa) 2.4.2.2. Kondisi Tanah dan Air Tanah Hampir 70% kawasan Lar Limung merupakan lahan kering dengan tekstur tanah lempung berpasir, pH tanah netral hingga alkalis, kandungan makro nutrient bervariasi. Menurut Balai Penelitian Tanah (2005), kandungan unsur hara tanah yang dianggap baik adalah 0,21 – 0,5% N, 11-15 ppm P dan 0.4-0,5 cmol/kg K, dengan pH 6,6-7,5. Berdasarkan hasil analisis tanah di kawasan Lar Limung, kandungan N jauh dibawah nilai minimal 2% sedangkan P dan K berada dalam kisaran normal. pH cenderung alkalis karena tingginya kandungan garam. Hasil lengkap analisis tanah di kawasan Lar Limung disajikan pada Tabel 4. 22 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor No. 1. Tabel 4. Kondisi Peubah Tanah Kawasan Lar Limung (hasil analisis BPTP NTB 2011) Tekstur tanah: Tingkat kedalaman: 2. 3. Penjelasan pH tanah: Hasil analisis Lempung berpasir - 0 – 40 cm Lempung berpasir - 40 – 60 cm Pasir berlempung - 60 – 80 cm Lempung - 80 – 100 cm Liat lempung berpasir Sampai kedalaman 100 cm Netral hingga alkalis Menggunakan air destilasi 7,9±2,3 (netral alkalis) Menggunakan larutan KCl 7,1±0,4 (netral) pH tanah: Lapisan permukaan dan lapisan Netral hingga alkalis bawah 4. Menggunakan air destilasi 7,8±0,5 (netral alkalis) Menggunakan larutan KCl 7,2±0,7 (netral) Makro nutrient: Bervariasi, lapisan permukaan kandungan P> lapisan bawah 5. - N (%) 0,09±0,04 - P (ppm) 11,4±5,9 (P2O5) - K (cmol/kg) 1,5±0,9 Kandungan bahan organik Sangat rendah, dibawah ambang batas 2% 6. C-organik (%) Kapasitas Tukar Ion (KTK) 0,6±0,4 Rendah karena kandungan BO rendah - KTK (%) 35,7±1,4 Hasil analisis air tanah dari 4 sumur bor dan 2 sumur gali (Tabel 5) menunjukkan bahwa sebagian besar air tanah memiliki salinitas (kadar garam) tinggi dan cenderung bersifat basa. Kesadahan (kandungan mineral kalsium dan magnesium dalam bentuk garam karbonat) air sumur bor rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan air sumur gali. Dengan kualitas air seperti pada Tabel 5 dan debit air sumur bor yang rendah (3-5 liter per detik) maka sumber daya air yang tersedia tidak layak digunakan untuk mengairi tanaman, akan tetapi, sebagian besar air yang tersedia masih layak dan cukup untuk digunakan sebagai air minum ternak. 23 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Tabel 5. Kondisi Air Tanah (hasil analisis sampel di BPLH Kabupaten Sumbawa, 2011) No 1. 2. 3. 4. Parameter 1 0.4 7.5 88 3 Salinitas (g/dL) pH Kesadahan total (mg/L) Debit (L/detik) Sumur bor 2 3 1.9 0.6 7.4 7.4 350 191 3 5 Sumur gali 4 0.2 7.4 115 3 0.0 8.0 21 0.2 6.8 35 2.4.3. Ketersediaan Infrastruktur Kawasan Lar limung telah memiliki berbagai fasilitas pendukung (Tabel 6) akan tetapi belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh: a. Peternak belum memiliki kapasitas yang memadai untuk memanfaatkan fasilitas tersedia b. Pembangunan sarana dan prasarana tidak didasarkan atas analisis kebutuhan yang akurat dan sesuai dengan kondisi peternak saat ini, atau tidak dilakukan sesuai dengan tahapan yang tepat c. Air yang dihasilkan dari sumur bor sebagian besar memiliki salinitas tinggi Tabel 6. Infrastruktur/fasilitas yang Telah Dibangun menurut Kelompok. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jenis Infrastruktur Bak air minum Gudang pakan Instalasi gas bio Irigasi tanah dangkal Kandang jepit Kandang komunal Kebun HMT Koda Sumur bor Sumur resapan Sumur gali Cek dam Padang gembala Rumah kompos Lab/Kantor Jumlah per kelompok I 5 1 1 1 2 1 4 1 1 3 Total II 1 III 3 IV 6 V 2 VI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 1 3 18 1 1 1 7 1 9 7 3 11 5 1 10 1 1 Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa (2011) 24 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.4.4. Kondisi Usaha Ternak Potong 2.4.4.1. Populasi Ternak, Struktur Populasi, dan Pemilikan Ternak Populasi ternak herbivora di kawasan Lar Limung (berdasarkan kecamatan dan desa) tercantum dalam Tabel 7. Tabel 7. Populasi Kecamatan / Desa Ternak Herbivora di Kawasan Lar Limung Jenis Ternak Sapi Sapi Hissar Kerbau Kuda Kambing Moyo Utara 5405 1194 2402 887 1164 Moyo Hilir 9658 267 7612 3934 1856 Jumlah ditingkat 15.063 1.461 10.014 4.821 3.020 kecamatan Pungkit 1233 66 433 191 301 Batu Bangka 882 71 1396 923 305 Jumlah ditingkat desa 2.115 137 1.829 1.114 606 Sumber: Kecamatan Moyo Utara dan Moyo Hilir Dalam Angka, 2009 dan 2010 2.4.4.2. Struktur Populasi Ternak Struktur populasi ternak di kawasan Lar Limung 1200 Popuasi (ekor) 1000 Dewasa Muda Pedet 800 600 400 200 0 Jantan Betina Jantan Sapi Bali Betina Jantan Sapi Hisar Betina Jantan Kerbau Betina Kuda Gambar 6. Grafik Struktur Populasi Ternak Menurut Jenisnya. Sumber: Diolah dari data KUPT Moyo Hilir (2010). 25 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Gambar 6 menunjukkan bahwa: a. Jenis ternak dengan populasi terbanyak dipelihara oleh peternak adalah sapi Bali yang diikuti oleh kerbau, kuda, dan sapi Hisar. b. Rasio pejantan-induk pada semua jenis ternak tergolong tidak efisien. c. Angka panen pedet (calf crop) diperkirakan sebesar 79 % untuk sapi Bali, 64% untuk sapi Hisar, 84% untuk kerbau, dan 67% untuk ternak kuda. Hasil wawancara dengan 32 orang peternak di kawasan Lar Limung menunjukkan bahwa struktur populasi ternak di kawasan Limung sesuai dengan data KUPT Moyo Hilir (Gambar 6). Sapi Bali mewakili 72% total ternak yang ada di kawasan Limung, diikuti oleh kerbau (17%), kuda 8,3% dan sapi Hissar 2,7%. Semua responden (32 orang) memiliki sapi Bali, sedangkan sapi Hisar hanya dimilki oleh 3 (tiga) responden, ternak kerbau dimiliki oleh 10 responden, dan ternak kuda oleh 11 responden. Data dapat memberi petunjuk, bahwa sapi Bali dapat diperkirakan dimiliki oleh semua peternak di kawasan Lar Limung, sementara sapi Hisar, kerbau, dan kuda masing-masing secara berturut-turut dimilki oleh sekitar 9%, 31%, dan 34% peternak di kawasan Lar Limung. 2.4.5. Kondisi Peternak dan Pola Pemeliharaan Ternak 2.4.5.1. Kondisi Peternak Kriteria kondisi peternak yang dianggap penting karena terkait dengan potensi kerja dan kerjasama sesama peternak terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Potensi Parameter Kerja dan Kerjasama Sesama Peternak Hasil Analisis Umur (thn) Pekerjaan utama saat ini (%) Pekerjaan sebelumnya (%) 36,3±10,56 a.Petani ternak 93,8 b.Tidak ada jawaban 6,2 a.Petani ternak 50,0 b.Swasta 6,2 c.Buruh tani 3,1 d.Nelayan 34,4 e.Tidak ada jawaban 6,2 26 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Parameter Hasil Analisis Partisipasi dan inisiatif masyarakat a.Sangat baik 37,5 dalam mengatasi dan b.Baik 53,1 menyelesaikan masalah (%) c.Sedang 9,4 Lembaga yang turut membantu a.Tokoh masyarakat 3,1 mengatasi dan memecahkan b.Kelompok ternak 9,4 masalah c.Lembaga formal (Kadus) 53,1 d.Gapoktan 12,5 e.Semua lembaga 3,1 f.Tidak ada jawaban 18,7 Dari data Tabel 8 nampak bahwa peternak/pemilik lahan yang berdomisili di KPT Lar Limung dari sudut: a. Umur tergolong pada kelompok orang yang sangat produktif dan mempunyai nilai juang dan keinginan yang tinggi. Hal ini merupakan potensi yang harus diberdayakan agar nilai juang mereka dapat ditampilkan seoptimal mungkin demi tercapainya cita-cita hidup kedepan yang lebih baik. b. Jenis pekerjaan utama, terlihat telah terjadi pergeseran yang cukup signifikan. Saat ini, sekitar 94% masyarakat menjadikan bertani ternak sebagai pekerjaan utama, yang sebelumnya pekerjaan sebagai petani ternak sekitar 50%. Dengan demikian terdapat peningkatan sekitar 43% masyarakat yang kini mengalihkan jenis pekerjaan utamanya menjadi petani ternak, diduga belum mempunyai pengalaman yang cukup dibidang peternakan. c. Sikap kebersamaan dan kerjasama, ternyata sangat baik. Hal ini terlihat dari cara mengatasi masalah dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengatasi dan memecahkan masalah. Kerjasama terjadi antara masyarakat dengan masyarakat dan masyarakat dengan tokoh masyarakat dan lembaga kemasyarakatan yang ada. Lembaga kemasyarakatan yang dominan turut membantu mengatasi dan atau memecahkan masalah yang terjadi adalah lembaga formal yakni Kepala Dusun (65%). Ini membuktikan, bahwa seorang Kepala Dusun mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap keamanan dan kerukunan warganya. Partisipasi dan 27 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor inisiatif masyarakat dalam mengatasi dan memecahkan masalah ternyata sudah baik. Yang dirasakan masih perlu mendapat kajian adalah peran Kepala Dusun, apakah peran yang signifikan ini terjadi untuk kalangan internal (masalah dalam dusun) atau untuk kalangan eksternal (masalah dengan dusun lain). Seyogyanya, peran Kepala Dusun dalam mengatasi dan memecahkan masalah internal berlaku sebagai fasilitator/mediator, penyelesaian masalah dilakukan secara kekeluargaan oleh kelompoknya masing-masing. 2.4.5.2. Pola Pemeliharaan Ternak Hal-hal yang berhubungan dengan pola pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh peternak di KPT Lar Limung dapat dilihat dari Tabel 9 yang memberikan gambaran bahwa: a. Tujuan pemeliharaan ternak adalah untuk pengembangbiakan (87,5%). Tujuan ini dapat dinyatakan sesuai dan benar jika dikaitkan dengan data pada Tabel 8, yakni angka kelahiran kasar dari jumlah induk untuk sapi Bali sekitar 87% dari jumlah induk, artinya induk sapi Bali beranak setiap 14 bulan sedangkan ternak kuda sekitar 71% dari jumlah induk, artinya kuda beranak setiap 17 bulan. Untuk sapi Bali, angka kelahiran ini lebih tinggi dibanding angka kelahiran sapi Bali di NTB yang besarnya 72,6% (Arman, dkk., 2006). b. Cara pemeliharaan ternak masih termasuk dalam cara dilepas, walaupun pada saat atau kondisi tertentu “dikandangkan”. Berdasarkan jawaban peternak, maksud ternak dikandangkan antara lain adalah untuk keamanan, menghindari cuaca yang terlalu panas, dan/atau agar ternak tidak mengganggu/merusak tanaman pangan yang ditanam. Yang menarik dari cara pemeliharaan ini adalah tempat ternak dilepas yang ternyata tempatnya didominasi pada lahan sendiri (78,1%). Ini dapat dijadikan indikator bahwa mayoritas peternak bersedia memelihara ternak secara intensif dengan alasan yang dominan adalah agar ternak mudah dikontrol dan untuk meningkatkan kualitas ternak. Terdapat sekitar 6,25% peternak yang menyatakan tidak bersedia memelihara ternak secara intensif dengan alasan masing-masing adalah lahan yang sempit dan susah cari pakan sehingga dirasakan perlu untuk diperhatikan. 28 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor c. Asal-usul ternak didominasi dari bantuan/kadasan pemerintah. Dilihat dari jawaban peternak, dapat diperkirakan sekitar 87,5% ternak (sapi Bali) berasal dari bantuan pemerintah yang merupakan petunjuk adanya keseriusan pemerintah untuk perbaikan perekonomian peternak. Ketersediaan air dan pakan merupakan masalah utama yang dirasakan peternak, selain itu, juga penyakit. Tabel 9. Pola Pemeliharaan Ternak Parameter Cara Pemeliharaan Tempat melepas Tujuan pemeliharaan Bersedia intensif Asal usul ternak Persen a.Pagi-sore lepas, malam dikandang b.Malam dilepas, pagi-sore dikandang c.Dilepas terus menerus 46,9 25,0 21,9 d.Dikandangkan saat musim tanam e.Tidak ada jawaban a.Di lahan sendiri b.Di Lahan orang lain c.Tidak ada jawaban a.Perkembangbiakan b.Tabungan c.Kombinasi ab a.Ya b.Tidak c.Tidak ada jawaban a.Beli b.Ladasan pemerintah c.Kadasan teman d.Warisan e.Kombinasi abc f.Kombinasi ab 3,1 3,1 78,1 9,4 12,5 87,5 3,1 9,3 78,1 6,2 15,6 9,4 43,7 3,1 12,5 31,2 2.4.6. Produktivitas Ternak Data Tabel 10, memperlihatkan peubah-peubah yang terkait dengan performan reproduksi ternak yang memberikan gambaran, bahwa: a. Peternak mengetahui cara-cara untuk meningkatkan angka kelahiran, diantaranya adalah dengan cara perbaikan mutu dan jumlah pakan yang diberikan kepada ternaknya serta pengaturan perkawinan ternak. 29 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor b. Kelahiran ternak terjadi sepanjang tahun dengan puncak kelahiran terjadi pada bulan Mei dan terrendah pada bulan September sementara puncak kematian terjadi pada bulan September dan Oktober. Sudrana, dkk., (1998) melaporkan, puncak kelahiran sapi Bali di P3Bali dan P3B Dompu terjadi pada bulan Juli sementara terrendah pada bulan Januari. Bulan terjadinya kelahiran, kelahiran terbanyak, kelahiran terrendah, dan kematian ternak, digambarkan pada Gambar 7. Tabel 10. Parameter Terkait Produktivitas Ternak. Parameter Penyebab kematian (%) Cara meningkatkan kelahiran Ternak betina beranak pertama Ternak kawin pertama Gejala penyakit dominan Persen a.Cuaca yang panas b.Sakit c.Kurang perhatian peternak d.Kurang pakan dan air e.Kombinasi b dan d f.Kombinasi a dan d g.Tidak ada jawaban a.Penuhi kebutuhan gizi b.Atur perkawinan c.Penyediaan pejantan unggul d.IB e.Pemeliharaan intensif f.Sistem pemeliharaan diperbaiki g.Tidak ada jawaban a.24 bln b.30 bln c.36 bln d.42 bln e.48 bln f.Tidak ada jawaban a.18 bln b.24 bln c.30 bln d.36 bln e.Tidak ada jawaban a.Mata berair/ cacingan d. Ngorok / SE e. Anthrax 3,1 37,5 9,4 25,0 3,1 6,2 15,6 18,7 21,9 6,2 9,4 3,1 3,1 31,2 9,4 3,1 75,0 3,1 3,1 9,4 25,0 43,7 12,5 9,4 43,8 50,0 6,2 30 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Penyebab kematian nampaknya berhubungan dengan manajemen ternak. Peternak juga mengetahui cara-cara untuk mengurangi bahkan mencegah kematian ternak. Cara-cara yang diketahui juga berkaitan dengan manajemen ternak baik yang berhubungan dengan aspek pakan, perkawinan, dan cara pemeliharaan. Aspek pakan melalui pemberian pakan yang cukup baik jumlah maupun kualitasnya. Aspek perkawinan dengan cara pengaturan saat kawin, sementara dari aspek manajemen dengan cara pemeliharaan kearah intensif. c. Tentang ternak kawin pertama kali, untuk sapi Bali, terdapat sekitar 9,3% peternak menyatakan terjadi pada umur 18 bulan sementara sekitar 81,2% menyatakan di atas 18 bulan. Jawaban peternak mungkin agak kacau karena pertanyaan tidak focus pada sapi Bali, namun jika peternak menjawab dengan pikiran pertanyaan ini untuk sapi Bali, maka jawaban peternak ini harus ditelusuri agar dapat diketahui cara penanggulangannya. Diduga penyebabnya terkait dengan kondisi iklim dan sumber air yang berdampak terhadap ketersediaan pakan. Akibat dari terlambatnya kawin pertama terlihat dari terlambatnya ternak betina beranak pertama. Sekitar 81,25% peternak menyatakan ternak beranak pertama pada umur 36 bulan ke atas. d. Macam penyakit yang sering menyerang ternak perlu mendapat perhatian oleh pihak terkait. Jenis penyakit tersebut adalah penyakit SE dan Anthrax. 25 20 LAHIR 15 MATI B.LAHIR 10 R.LAHIR 5 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Gambar 7. Grafik Bulan Kelahiran dan Kematian Ternak 31 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.4.7. Kondisi Penduduk Pertambahan jumlah penduduk dan kepadatannya empat tahun terakhir pada tingkat desa dan kecamatan terkait terdapat pada Tabel 11. Nampak Desa Batu Bangka lebih padat hampir 2 (dua) kali dibanding Desa Pungkit, namun pertambahan jumlah penduduknya pertahun yang sekitar 0,75% ternyata lebih rendah dibanding desa Pungkit yang pertambahannya pertahun sekitar 1,07% . Adapun rata-rata jumlah anggota pada setiap rumah tangga (ART) adalah empat orang yang memberi arti bahwa setiap keluarga mempunyai anak dua orang yang dapat merupakan gambaran ketersediaan tenaga kerja dan keberhasilan program KB. Pertambahan jumlah penduduk, untuk jangka waktu yang lama, akan berdampak terhadap penggunaan lahan. Tabel 11. Wilayah Kecamatan Moyo Hilir Desa Batu Bangka Kecamatan Moyo Utara Desa Pungkit Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2006 – 2009 Tahun Kependudukan 2006 2007 2008 Jumlah penduduk 21.131 (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) 113 Jumlah penduduk 2.256 (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) 134 Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) 2009 21.674 22.027 116 2.314 118 2.324 138 138 9.034 9.110 9.266 9.417 99 1.358 100 1.370 102 1.393 104 1.416 75 76 77 78 Sumber: Kecamatan Moyohilir dan Moyo Utara Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010. BPS Kabupaten Sumbawa. 2.4.8. Pendapat Peternak tentang Program KPT Lar Limung Informasi yang tercantum pada Tabel 12 memberikan gambaran tentang harapan dan masalah yang terkait dengan program pengembangan kawasan Lar Limung yang berguna dalam menyusun program/kegiatan pengembangan kawasan. Alasan masyarakat yang setuju (sekitar 63%) dengan program pemerintah daerah menjadikan Lar Limung sebagai kawasan peternakan terpadu merupakan cermin dari harapan masyarakat, yakni program pemerintah daerah ini akan dapat meningkatkan 32 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor kesejahteraan masyarakat. Harapan lainnya yang diungkapkan walaupun oleh sebagian kecil masyarakat dalam bentuk syarat adalah, pemerintah daerah harus serius dan aturanaturan yang akan diterapkan tidak merugikan masyarakat waktu pelaksanaannya. Tabel 12. Pendapat Peternak dan Syarat yang Diajukan tentang KPT Lar Limung. Parameter Alasan setuju program Syarat yang diajukan Syarat jika ada aturan a.Rencana bagus karena dapat meningkatkan kesejahteraan b.Ingin lebih maju sebagai peternak c.Dapat binaan d.Lahan dapat lebih bermanfaat e.Tanpa alas an dan syarat f.Tidak ada jawaban a.Libatkan semua kelompok b.Hilangkan keraguan masyarakat c.Pemerintah tunjukkan keseriusannya d.Ada dulu sertifikat dan SPPT e.Sesuai ekspose f.Transparansi dan terarah g.Tidak ada jawaban a.Tidak merugikan dan menimbulkan masalah b.Sertifikat dan SPPT ada c.Kembalikan surat pernyataan d.Perbanyak sosialisasi e.Pemerintah lebih serius beri bimbingan, bantuan, dan turun ke lapangan f.Tidak ada jawaban Jumlah responden 20 Hasil analisis (%) 62,5 1 3,1 1 5 2 3 2 1 2 3,1 15,6 6,2 9,4 6,2 3,1 6,2 1 1 1 24 8 3,1 3,1 3,1 75,0 25,0 2 1 2 1 6,2 3,1 6,2 3,1 18 56,3 2.4.9. Pendapat Masyarakat tentang Kondisi Lar Limung Melalui focus group discussion (FGD) diperoleh beberapa informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan program serta kegiatan yang akan dilakukan untuk membangun kawasan Lar Limung. Informasi yang diperoleh adalah : a. Banyak biaya untuk membangun fasilitas tapi belum dimanfaatkan secara optimal b. Ternak kurus (musim kemarau skor kondisi rata-rata 2 dari skala 1-5) c. Pakan tidak cukup terutama musim kemarau akibat: 1. Rumput unggul yg ditanam mati pada musim kemarau 33 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2. Ternak lebih memilih rumput alam yang kering daripada rumput unggul yang kering 3. Tidak ada tempat penyimpanan pakan untuk persediaan musim kemarau d. Kesulitan mendapatkan air minum sapi karena: 1. Air dari sumur bor sebagian besar asin yang diduga penyebabnya karena galiannya terlalu dalam. 2. Terdapat beberapa sumur dangkal dan satu sumur dalam / bor yang airnya tidak asin dan masih ada airnya pada musim kemarau namun jumlahnya terbatas dan belum dapat didistribusikan ke semua kelompok peternak / kandang komunal 3. Cek dam kering di musim kemarau e. Kekurangan air untuk menanam pakan ternak. Tanaman mati kalau disiram dengan air dari sumur bor. f. Kematian ternak (terutama anak sapi) tinggi. Angka kematian pedet diungkapkan melebihi 30%. Kematian terjadi pada musim kemarau, yakni setelah bulan Juni yang jumlah lebih dari 50%. Resiko kematian pedet lebih besar jika dilahirkan pada musim kemarau disbanding jika pedet lahir pada musim hujan. 1. kematian anak sapi >30% 2. >50% anak sapi lahir musim kemarau (setelah Juni), resiko kematian lebih besar daripada yang lahir musim hujan g. Pertumbuhan ternak lambat (jantan butuh sekitar 4 tahun untuk mencapai berat 250-300 kg) h. Masih menggunakan pejantan dari keturunan sendiri meskipun ada pejantan dari Dinas Peternakan (tidak ada seleksi dan pengaturan penggunaan pejantan) i. Harga sapi potong turun (tidak banyak yang membeli sapi) j. Kelembagaan peternak belum efektif baru kelompok IV yang melakukan pertemuan rutin. Pengaturan hak dan kewajiban anggota yang tercantum dalam awiq-awiq belum dilaksanakan (meskiput telah difasilitasi oleh petugas) k. Kekompakan kelompok masih rendah (terutama di luar kelompok IV). Masalah utama adalah masih ragu dengan komitmen Pemda untuk memusnahkan surat pernyataan penyerahan hak dan masih khawatir dengan status kepemilikan lahan (banyak yang belum terima SPPT) 34 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Berdasarkan hasil analisis wawancara mendalam, FGD telaah hasil kajian maka dapat disimpulkan bahwa: a. Status lahan Lar Limung adalah tanah milik masyarakat sehingga pengembangan harus berbasis lahan petani. Sebagian pemilik lahan belum memiliki sertifikat sehingga status kepemilikan lahan harus segera diselesaikan b. Fasilitas yang ada belum dapat dimanfaatkan secara efektif. c. Kelembagaan peternak belum berfungsi secara efektif d. Kekurangan air untuk minum ternak dan menanam pakan ternak (tanaman mati kalau disiram dengan air dari sumur bor) e. Kematian ternak (terutama anak sapi) tinggi. Kematian anak sapi diatas 30%. Lebih dari 50% anak sapi lahir pada musim kemarau (setelah Juni) sehingga resiko kematian lebih besar dari pada yang lahir musim hujan. Angka kematian ini dapat ditekan menjadi 10% atau lebih rendah melalui perbaikan manajemen beternak secara menyeluruh (pakan, pemeliharaan, perkawinan, dan kesehatan). f. Pertumbuhan ternak lambat (jantan butuh sekitar 4 tahun untuk mencapai berat 250-300 kg). Dengan perbaikan pakan dan manajemen, berat 250-300 kg dapat dicapai pada umur sekitar 2 tahun. g. Diperlukan kajian lebih lanjut untuk meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan suplai dan kualitas air, memilih komoditas tanaman pangan dan tanaman pakan yang sesuai dilokasi yang berbeda dan strategi untuk meningkatkan efisiensi reproduksi dan mempercepat pertumbuhan ternak. h. Penggunaan pejantan yang berasal dari keturunan sendiri merupakan hal yang positif dan diharapkan untuk dilakukan oleh peternak dalam kegiatan seleksi, asalkan pejantan yang digunakan telah melalui proses seleksi yang benar dan dalam penggunaannya, pejantan terseleksi harus diatur sedemikian rupa sehingga peluang terjadi silang dalam (inbreeding) dapat dihindari atau terjadi seminimal mungkin. Dampak dari inbreeding adalah menurunkan ptoduktivitas ternak. 35 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor BAB III ISU STRATEGIS, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG 3.1. Isu strategis Dari hasil analisis dan refleksi kondisi peternakan di Kabupaten Sumbawa dan kawasan Lar Limung maka dapat dirumuskan beberapa isu strategis yang harus ditangani: a. Daya tampung Lar semakin terbatas b. Produktivitas ternak lebih rendah dari potensi genetiknya c. Ketersediaan dan kualitas pakan tidak memadai terutama pada musim kemarau d. Ketersediaan dan kualitas air minum ternak tidak memadai e. Lemahnya kinerja kelambagaan peternak (pengadaan input, adopsi teknologi dan pemasaran hasil) f. Program lintas instansi terkait belum terpadu dan sinergis untuk mendukung sistim produksi ternak terpadu g. Sarana dan prasarana pendukung belum memadai dan belum berfungsi secara efektif h. Peternak belum mendapatkan akses terhadap hasil-hasil penelitian yang dapat diterapkan dikawasan Lar Limung 3.2. Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung Dengan mempertimbangkan kebijakan pembangunan peternakan Kabupaten Sumbawa dan analisis situasi kawasan Lar Limung maka ditetapkan Visi, Misi dan Arah pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung sebagai berikut: 3.2.1. Visi : Lar Limung sebagai Model Kawasan Pengembangan Ternak Potong Terpadu yang Berorientasi Agrobisnis dan Agrowisata. 36 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 3.2.2. Misi: a. Meningkatkan kapasitas peternak untuk menerapkan teknologi dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak b. Mewujudkan usaha peternakan yang berorientasi agrobisnis c. Mendorong terwujudnya Kawasan Limung sebagai Kawasan Agrowisata 3.2.3. Arah Pengembangan Peternakan Terpadu a. Memfasilitasi proses transisi dari sistim pemeliharaan ekstensif (sistim lepas bebas) ke sistim intensif) dengan menanam pakan dan memelihara ternak di lahan sendiri b. Fokus pada usaha penyediaan ternak bibit dan bakalan yang berkualitas tinggi c. Menjadikan usaha peternakan sebagai sumber penghasilan utama. Gambar 8 memperlihatkan peta rencana pengembangan KPT Lar Limung. 37 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Gambar 8. Peta Rencana Pengembangan KPT Lar Limung 38 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 3.3. Kebijakan Pengembangan Peternakan Terpadu Berdasarkan Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung, maka ditetapkan Kebijakan Peternakan Terpadu Lar Limung sebagai berikut: a. Peningkatan produktivitas lahan kering melalui pengembangan tanaman pakan dan pangan atau rumput yang dapat dijadikan sebagai sumber penyediaan pakan dengan pola integrasi tanaman pakan legum pohon dan tanaman pangan, legume pohon dan rumput, atau pengembangan pasture legum pohon dan rumput untuk penggembalaan terbatas b. Peningkatan produktivitas ternak sesuai dengan potensi genetiknnya c. Peningkatan produksi pakan dengan sistim integrasi tanaman pakan, pangan, perkebunan dan kehutanan d. Optimalisasi pemanfaatan air yang tersedia untuk keperluan air minum ternak dan keperluan air bersih rumah tangga e. Penguatan fungsi kelembagaan peternak dalam meningkatkan produktivitas lahan, tanaman pangan, ternak dan pendapatan masyarakat f. Peningkatan keterpaduan dan sinergitas program instansi terkait untuk mendukung program peternakan terpadu Lar Limung g. Peningkatan sarana dan prasarana secara bertahap sesuai dengan kebutuhan 3.4. Strategi Pengembangan Peternakan Terpadu a. Pengembangan Lar sebagai kawasan produksi ternak terpadu b. Mengatur sistim perkawinan, penyapihan, pemberian pakan strategis, pemilihan dan penggunaan pejantan, dan meningkatkan derajat kesehatan ternak c. Pengembangan sistim produksi pakan terpadu d. Menambah jumlah sumber air dan mengurangi kadar garam air yang tersedia e. Revitalisasi kelembagaan dan peningkatan kapasitas SDM f. Melibatkan semua instansi terkait mulai dari perencanaan, implementasi, dan monitoring dan evaluasi (monev) g. Optimalisasi pemanfaatan sarana yang sudah ada dan penambahan sarana lain sesuai dengan prioritas 39 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor h. Melakukan penilitian dan pengkajian lebih lanjut bersama petani peternak untuk meningkatkan kesuburan tanah, meningkatan suplai dan kualitas air, meningkatkan produktivitas tanaman pakan dan pangan dan strategi meningkatkan produktivitas ternak dan mutu hasil ternak. 40 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor BAB IV PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG 4.1. Program Pengembangan Peternakan Terpadu 4.1.1. Peningkatan Kelembagaan Kelompok Peternak Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting dalam rekayasa sosio- budaya pedesaan, yakni sebagai pengatur hubungan antar individu melalui interaksi dan relasi sosial dalam penguasaan dan pemanfaatan faktor produksi. Karena itu, kelembagaan (sosial) seperti kelompok peternak dipandang sebagai salah satu “syarat kecukupan” (sufficient condition) dalam pembangunan peternakan di samping sumberdaya alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM) dan teknologi. Transformasi kelembagaan kelompok, khususnya kelompok peternak yang sedang berjalan saat ini tidak mengarah pada tujuan pembangunan peternakan yang seharusnya dicapai yakni petani/peternak yang sejahtera dalam kehidupannya. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok petani/peternak yang ada dikawasan Lar Limung. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Lar Limung sebagai kawasan pengembangan peternakan terpadu di Kabupaten Sumbawa maka diperlukan adanya peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok peternak dan kapasitas peternaknya. 4.1.1.1. Peningkatan Kapasitas Kelompok Kelompok tani/ternak pada dasarnya adalah organisasi non formal di perdesaan yang ditumbuh kembangkan “dari, oleh dan untuk petani /peternak“. Kelompok tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: (a). Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, (b). Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani, (c). Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi. (d). Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. Bila kelembagaan kelompok tani/ternak kuat dan mandiri, maka akan dapat berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. 41 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Sebagai Kelas Belajar, kelompok tani/ternak merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani/ternak sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. Sebagai Wahana Kerjasama, kelompok tani/ternak merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani/ternak dan antar kelompok tani/ternak serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha tani/ternaknya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Terakhir, sebagai Unit Produksi, usaha tani/ternak yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompok tani/ternak, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Untuk dapat berfungsinya kelompok sebagaimana tersebut di atas maka diperlukan peningkatan kapasitas kelompok yang diarahkan pada: (a) peningkatan kemampuan kelompok tani/ternak dalam melaksanakan fungsinya, (b) peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, (c) penguatan kelompok tani/ternak menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri . Kondisi kelompok petani/peternak yang demikian dicirikan antara lain : a. Adanya pertemuan/rapat anggota/pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan; b. Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan, dilakukan evaluasi secara partisipasi; c. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama; d. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapi; e. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir; f. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar; g. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya; h. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain; 42 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor i. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok. Dalam rangka mewujudkan fungsi dan peran kelompok tersebut diperlukan adanya berbagai pelatihan antara lain: a. Pelatihan penyusunan program, b. Pelatihan penyusunan dan penetapan aturan main (awig-awig), c. Pelatihan manajemen kelompok, d. Pelatihan kewirausahaan, dan e. Pelatihan tentang pemasaran ternak dan produknya. Melalui pelatihan penyusunan program, kelompok peternak diharapkan dapat menyusun rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan, dilakukan evaluasi secara partisipasi; adanya pertemuan/rapat anggota/pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.??? Dengan pelatihan penyusunan dan penetapan aturan main (awig-awig), kelompok diharapkan dapat memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama. Norma dan aturan ini akan menjadi landasan dalam setiap melakukan aktifitas kelompok baik dalam internal organisasi maupun dengan pihak luar ketika melakukan kerjasama. Melalui pelatihan manajemen, kelompok diharapkan akan dapat menjalin kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain, pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok serta dapat sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya, serta pencatatan/ pengadministrasian organisasi yang rapi. Melalui pelatihan kewirausahaan, diharapkan akan dapat melahirkan kelompok yang mampu (a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir; (b) Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar; 4.1.1.2. Peningkatan Kapasitas Peternak Disamping upaya peningkatan kapasitas kelompok, maka peningkatan kapasitas petani/peternak merupakan hal yang harus mendapat perhatian. Peningkatan kapasitas peternak terutama ditujukan agar peternak mampu memahami dan melaksanakan cara pemeliharaan ternak secara profesional, efektif dan efisien sehingga prinsip ”3S” (satu 43 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor anak, satu induk, satu tahun) yang telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah dapat direalisasikan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka peternak harus mendapat pelatihan teknis secara tematis seperti pelatihan manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, reproduksi dan kesehatan hewan. Melaui pelatihan manajemen pemeliharaan diharapkan peternak dapat memelihara ternaknya secara lebih baik dan lebih menguntungkan. Salah satu cara yang murah, cepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kapasitas peternak, selain pelatihan adalah dengan melakukan kunjungan peternak ke kelompok peternak yang lebih maju. Melalui proses belajar seperti ini telah dapat memberikan dampak yang sangat signifikan baik dari sisi tumbuh kembangnya motivasi untuk dapat beternak lebih baik maupun dari sisi pengalaman dalam memelihara ternaknnya. Hal ini telah menjadi salah satu model pembelajaran yang efektif yang sering dilakukan dalam project ACIAR di Kabupaten Lombok Tengah. 4.1.2. Pengembangan Sistim Penyediaan Air Bersih Penyediaan air bersih di kawasam Lar Limung, lebih diarahkan untuk ketersediaan air minum ternak. Keterbatasan sumber air minum di kawasan Lar Limung, merupakan masalah utama yang dihadapi dalam program pengembangan peternakan terpadu. Optimalisasi pemanfaatan sumber air bersih yang ada, hendaknya diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum ternak diseluruh wilayah kawasan Lar Limung. Untuk itu diperlukan suatu sistem penyimpanan dengan menaikkan dan menampung air tersebut kedalam tower air / reservoir (bak penampung) yang ditempatkan pada ketinggian tertentu untuk memudahkan pendistribusiannya. Ukuran reservoir tersebut diupayakan agar mampu menampung air untuk memenuhi kebutuhan air minum semua ternak yang ada di kawasan Lar Limung (setara dengan 4000-5000 ekor sapi dewasa). 4.1.2.1. Pembuatan reservoir (tower) Sumber air yang berpeluang dimanfaatkan untuk keperluan minum ternak dan kebutuhan air bersih peternak adalah sumur bor/dalam yang telah ada. Agar air dari sumur bor dapat dialirkan ke seluruh lahan kelompok maka air harus ditampung terlebih dahulu dalam suatu bak penampung yang berada pada ketinggian tertentu (reservoir). Volume reservoir sekitar 20 m3. 44 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.1.2.2. Pembuatan saluran / pipa distribusi air Agar pendistribusian air minum ternak lebih efektif dan dapat menjangkau keseluruh kelompok peternak di kawasan Lar Limung, diperlukan jaringan distribusi dengan sistem pipanisasi. Sistem pipa ini dimaksudkan untuk mencegah pemborosan air karena kebocoran saluran distribusi. 4.1.2.3. Kelembagaan dan manajemen pemakaian air Agar fasilitas sumber air bersih yang dibangun dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien serta terawat dalam jangka panjang, maka perlu ada wadah kelembagaan yang khusus mengatur, memantau dan mengawasi makanisme pemanfaatan sumber air tersebut. Seyogyanya keberadaan wadah itu sekaligus rambu-rambu ( “awiq-awiq”) pengelolaannya, dibuat dan disepakati oleh masyarakat peternak di kawasan Lar Limung. Dalam hal ini peran dinas instansi / pemerintah terkait, lebih banyak sebagai fasilitator. 4.1.2.4. Memperbanyak sumur dangkal / sumur gali (air tawar) Dari hasil wawancara dengan peternak setempat, diketahui terdapat satu sumur gali di kelompok IV (dengan kedalaman sekitar 15 m) yang airnya tawar dan layak dikonsumsi ternak maupun untuk keperluan rumah tangga Dari gambaran ini memberikan harapan bahwa di lokasi lain di kawasan Lar Limung, masih ada potensi sumur gali yang airnya tawar. Oleh kerenanya diperlukan upaya untuk memperbanyak sumur gali / dangkal yang merupakan kerjasama pemerintah dan partisipasi aktif masing-masing kelompok peternak setempat. 4.1.2.5. Pembuatan tempat minum ternak Tempat minum ternak harus ada di setiap kelompok, dibuat sedemikian rupa agar ternak mudah menjangkaunya, tidak mudah tercemar kotoran ternak, tidak berbahaya bagi pedet dan kapasitasnya dapat memenuhi jumlah air yang dibutuhkan untuk minum ternak. Pada setiap kelompok dapat dipertimbangkan untuk dibuatkan lebih dari satu tempat minum ternak, tergantung populasi ternak dan saluran distribusi air yang tersedia. 45 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.1.3. Peningkatan Kualitas Air 4.1.3.1. Pengurangan kadar garam air Mengingat sebagian besar sumber air / “sumur dalam” yang ada di kawasan Lar Limung memiliki air yang payau (kadar garamnya tinggi), maka diperlukan teknologi untuk menurunkan kadar garamnya sampai batas aman dikonsumsi sebagai air minum ternak. Diperlukan treatmen / perlakuan tertentu terhadap air tersebut, atau mungkin dengan menggunakan/mengembangkan teknologi yang mampu dilaksanakan oleh para peternak setempat. Jika upaya pengurangan kadar garam ini berhasil dilakukan, akan sangat membantu tidak hanya untuk minum ternak , tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga peternak. 4.1.3.2. Memperbanyak sumur resapan / jebakan air hujan. Keberadaan sumur resapan air hujan dalam jangka panjang diharapkan akan berdampak positif terhadap empat hal yaitu : a. Mengurangi kadar garam air tanah / sumur b. Menambah potensi ketersediaan air tawar pada sumur gali / sumur dangkal. air tawar c. Meningkatkan kelembaban tanah d. Menurunkan temperatur udara sekitar sehingga lebih nyaman bagi ternak 4.1.4. Penyediaan Sumber Air dan Sarana 4.1.4.1. Memperbanyak jebakan air hujan Jebakan air hujan dimaksudkan untuk menghambat, bila memungkinkan menahan air hujan agar tidak langsung mengalir ke sungai namun meresap ke dalam tanah terlebih dahulu, yang dalam jangka panjang diharapkan dapat memunculkan sumbersumber air tanah. Jebakan air hujan ini dibuat sedemikian rupa dan tempatnya disesuaikan dengan topografi lahan peternak. 4.1.4.2. Penyediaan air dari tanaman sumber pakan 46 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Salah satu strategi untuk mengurangi kebutuhan air minum ternak di musim kemarau adalah dengan menanam tanaman yang banyak mengandung air dan dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu tanaman yang cocok digunakan adalah tanaman pohon pisang yang ternyata dapat tumbuh baik di kawasan Lar Limung. Batang pohon, tangkai daun, daun, dan kulit buah dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Khusus batang pohon, selain sebagai pakan, juga sebagai penyedia air minum ternak. 4.1.4.3. Menyusun DED penyediaan air minum ternak Tempat air minum ternak dibangun pada setiap kandang komunal yang jumlah disesuaikan dengan jumlah ternak pada setiap kelompok. Tempat air minum ini sedemikian rupa sehingga semua ternak relatif dapat minum secara bersamaan. Ukuran tempat air minum ternak sekitar 1x10x0,5 m3. 4.1.5. Sistim Produksi Pakan Berbasis Legum Pohon Ada 3 model yang akan dikembangkan yaitu: 1) Model integrasi legum pohon dan rumput dengan sistim potong angkut, 2) Model integrasi legum pohon dengan tanaman pangan dengan sistim potong angkut dan 3) Model integrasi legum pohon dan rumput dengan sistim penggembalaan terbatas. Ketiga model tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang selama ini menghasilkan tanaman pangan atau pakan hanya pada musim hujan. Dengan model pertama, peternak dapat memproduksi legum pohon sebagai sumber protein terutama untuk persediaan musim kemarau dan tetap memproduksi tanaman pangan pada musim hujan. Integrasi legum pohon dengan rumput unggul (model kedua), dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu rumput unggul pada musim hujan dan legum pohon diupayakan tesedia sepanjang tahun. Dengan model ketiga (penggembalaan terbatas), produktivitas lahan ditingkatkan dengan ketersediaan legum pohon sepanjang tahun disamping meningkatkan produktivitas dan mutu rumput padang gembala pada musim hujan. Model 1. Integrasi legum pohon dengan tanaman pangan Pada model 1, lahan dipagari dengan pohon gamal dan didalamnya ditanami dengan lamtoro taramba secara alley cropping. Lamtoro taramba dipilih karena tahan kering, produksi daun lebih tinggi, kualitas nutrisi baik dan lebih tahan kutu loncat 47 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor dibandingkan dengan lamtoro lokal. Lamtoro ditanam secara berbaris (timur-barat) dengan jarak antar pohon 1 m dan jarak antar baris 5-10 m. Diantara baris lamtoro, ditanam tanaman pangan yang sesuai (jagung, ubi kayu, kacang hijau dll). Gambar 9. Photo Integrasi Lamtoro dengan Jagung di NTT (photo Marthen Mullik) Dengan model 1, peternak harus memelihara ternak dengan sistim potong angkut. Lamtoro (dan gamal) digunakan sebagai sumber protein yang diberikan bersama rumput pada musim hujan atau sebagai pakan penguat limbah tanaman pangan (jerami jagung atau jerami kacang) pada musim kemarau. Lamtoro dipangkas (dipanen) pada tinggi yang sesuai dengan jangkauan peternak (sekitar 1.5 m) secara berkala (setiap 8 minggu) dan jangan dibiarkan untuk menghasilkan biji agar tidak menyebar kedalam lahan secara tidak terkontrol. Model 2. Integrasi legum pohon dengan rumput unggul Model 2 mirip dengan model 1, namun diantara baris lamtoro ditanami rumput unggul yang sesuai. Jenis rumput yang ditanam bisa berupa rumput Gajah, rumput Raja, Brachiaria mulato dll. Jenis rumput disesuaikan dengan kemampuan peternak untuk mengelola sesuai dengan kebutuhan masing-masing varitas rumput. Penting untuk diperhatikan bahwa, rumput unggul memerlukan pemupukan yang memadai dan manajemen pemotongan yang sesuai. Apabila peternak tidak memiliki 48 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor kemampuan untuk melakukan pemupukan atau melakukan pengelolaan rumput secara benar sebaiknya jangan menanam rumput unggul karena tidak akan meningkatkan produktivitas lahan. Gambar 10. Photo Produksi lamtoro dan rumput dengan sistim potong angkut di Poto Pedu, Rhee (photo Dahlanuddin) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model 2 adalah: a. Pemupukan: Dosis pupuk minimal 100 kg urea /ha (atau dengan pupuk kandang dengan dosis yang setara), dilakukan seminggu setelah pemotogan b. Pemotongan rumput dilakukan sesaat sebelum berbunga (sekitar 6-8 minggu) c. Lamtoro dan gamal dipotong secara berkala (setiap 6-8 minggu) agar produksi daun tetap tinggi d. Kelebihan produksi rumput dan legum pohon pada musim hujan disimpan dalam bentuk hay (dikeringkan). Model 3. Integrasi legum pohon dan rumput dengan sistim penggembalaan terbatas Model 3 disediakan bagi peternak yang memilih untuk tidak menanam tanaman pangan dan menggunakan lahan hanya untuk menggembalakan ternak. Basis pakan untuk 49 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor penggembalaan adalah lamtoro taramba yang telah terbukti tahan penggembalaan dan dapat berproduksi sepanjang tahun. Lamtoro ditanam rapat (jarak antar pohon skitar 0.4 m) dalam baris ganda yang membentang dari timur ke barat, dengan jarak antar baris 2-5 m. Diantara baris lamtoro, ditanam rumput yang tahan gembala (jenis Brachiaria atau African Star grass). Gambar 11. Photo Padang Penggembalaan Lamtoro-rumput di Australia utara (photo Max Shelton) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model 3 ini adalah: a. Lamtoro dipotong setinggi 40-50 cm untuk memudahkan penggembalaan (dipotong pertama setelah lamtoro mencapai tinggi sekitar 5 m) b. Penggembalaan dilakukan secara rotasi (dengan sistim ikat) c. Rumput dipupuk dengan dosis pupuk sekitar 100 kg urea /ha (atau dengan pupuk kandang dengan dosis yang setara), dilakukan seminggu setelah selesai penggembalaan di masing-masing petak Untuk tahap awal (tahun pertama) ketiga model tersebut dibuat secara partisipatif di setiap kelompok sebagai contoh. Peternak diberikan kebebasan untuk memilih model 50 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial ekonomi masing-masing. Hasil akhir yang diharapkan dari ketiga model tersebut adalah meningkatnya pendapatan peternak baik dari penjualan ternak maupun dari tanaman pangan atau tanaman lain yang dihasilkan. 4.1.6. Konservasi Kelebihan Pakan Musim Hujan Dan Pemanfaatan Limbah Pertanian Hijauan merupakan sumber protein dan energi yang paling murah untuk dapat dikonversi menjadi protein dan energi daging asal herbivora. Ketersediaan rumput tropis, khususnya di daerah semiarid seperti Sumbawa sangat erat hubungannya dengan musim. Rumput tropis atau lazim disebut rumput C4 mempunyai kemampuan tumbuh yang sangat cepat dan mampu memproduksi biomas hijauan dalam jumlah yang besar pada awal musim hujan namun cepat menjadi dewasa dan tua. Hal ini menyebabkan rendahnya kualitas rumput tropis sebagai pakan ternak herbivora dan produksi hijauannya juga cepat menurun memasuki musim kering, sehingga waktu pemanfaatan sebagai hijauan pakan berkualitas tinggi dalam jumlah yang banyak menjadi relatif pendek. Pertumbuhan ternak berbasis pakan rumput tropis berfluktuasi mengikuti pola pertumbuhan rumput tersebut, dimana berat badan meningkat dari awal musim hujan sampai awal musim kering, dan kemudian terjadi kehilangan berat badan sejak pertengahan sampai puncak musim kering. Hal ini berdampak pada umur ternak mencapai berat pubertas, berat dewasa dan berat jual menjadi lebih panjang. Untuk induk, seringkali kekurangan pakan pada musim kering, seringkali berdampak pada menurunnya kemampuan reproduksi ternak yang ditandai dengan post partum estrus yang panjang dan angka service per conception yang tinggi. Konservasi merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk memperpanjang waktu pemanfaatan rumput tropis. Melalui konservasi, kemampuan pertumbuhan yang cepat dengan kualitasnya yang tinggi pada musim hujan dapat dimanfaatkan secara optimal dan dapat memperbaiki tingkat ketersediaan pakan sehingga ternak mendapatkan pakan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang tahun. Konservasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun metode konservasi yang membutuhkan banyak tenaga dan biaya cenderung mempunyai tingkat adopsi dan expansi yang rendah. Konservasi dengan cara sederhana dapat dilakukan dengan mengeringkan hijauan dengan menggunakan sinar 51 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor matahari untuk menurunkan kadar air tanaman dan cara konservasi sederhana ini berpeluang diterapkan di kawasan Lar Limung. Selain murah dan tidak membutuhkan banyak tenaga, proses pengeringan yang berjalan dengan cepat dan sempurna akan mengurangi kehilangan nutrisi selama proses pengeringan dan hijauan kering dapat disimpan dalam waktu yang lama. Limbah pertanian merupakan sumber pakan alternatif yang tersedia dalam jumlah yang besar dan melebihi kebutuhan ternak pada waktu panen. Konservasi limbah pertanian dapat meningkatkan ketersediaan pakan musim kering dan menjamin kontinuitas pakan sepanjang tahun. Jagung dan kacang hijau merupakan tanaman pangan utama yang ditanam masyarakat di kawasan Lar Limung. Jagung menghasilkan limbah berupa brangkasan atas dan bawah mencapai 6 ton BK/Ha/panen sedangkan jerami kacang hijau mencapai 7 ton BK/Ha/panen (Panjaitan dan Wirajaswadi, 2004), yang masing-masing limbah cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan dasar 3-4 ekor sapi betina dewasa selama setahun. Kualitas dan kandungan nutrisi hay rumput yang dipangkas setelah dewasa dan brangkasan jagung sebagai pakan ternak tergolong rendah sehingga kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian terbatas. Untuk memperbaiki tingkat konsumsi limbah pertanian dan pakan berkualitas rendah lainnya, dapat dilakukan dengan memberikan suplemen berupa hijauan berkualitas tinggi, seperti daun legum pohon. Walaupun legume dapat memproduksi hijauan sepanjang tahun namun produksi hijauan pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kering sehingga kelebihan selama musim hujan juga dapat dikeringkan untuk persediaan pakan tambahan pada musim kering. Pakan yang dikeringkan mempunyai sifat bulki atau mempunyai volume yang besar. Seringkali sifat bulki ini merupakan kendala dan hambatan bagi petani untuk menyimpan pakan karena keterbatasan dalam menyediakan tempat penyimpanan. Volume hay rumput dan limbah pertanian dapat dikurangi dengan memadatkannya dalam bentuk bal dimana tumpukan hay dipadatkan dari keempat sisi untuk membentuk bal. Pemadatan dapat dilakukan menggunakan alat hay press sederhana berbentuk tuas panjang dengan pemberat sehingga berbentuk bal sebelum diikat dan disimpan. 52 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Gambar 12. Photo Contoh Bal Jerami Padi Kering Dipress untuk Menghemat Tempat Penyimpanan (Photo Tanda Panjaitan). 4.1.7. Meningkatkan Angka Kelahiran Tujuan utama memelihara induk adalah untuk menghasilkan pedet berkualitas setiap tahun. Kualitas pedet yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas induk, kualitas pejantan dan yang terutama kecukupan pakan selama proses kebuntingan. Untuk menjamin kecukupan pakan diperlukan strategi yang tepat sehingga kebutuhan nutrisi untuk mendukung perkembangan folikel sampai menjadi sel telur, mendukung pertumbuhan embrio sampai phase akhir kebuntingan dan menyusui dapat terpenuhi. Strategi untuk mencukupi kebutuhan pakan mendukung aktivitas reproduksi induk dilakukan dengan menyelaraskan aktivitas reproduksi dengan waktu pakan tersedia. Prinsip dasarnya adalah waktu induk membutuhkan nutrisi yang tinggi untuk mendukung tahapan reproduksi dalam menghasilkan pedet diselaraskan dengan waktu dimana pakan tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tinggi, sebaliknya pada waktu ketersediaan pakan menipis diupayakan induk berada pada tahapan reproduksi yang tidak membutuhkan nutrisi yang tinggi sehingga kebutuhan induk tetap terpenuhi. Hal ini dapat dilakukan melalui pengaturan waktu kawin dan waktu sapih. 53 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.1.7.1. Pengaturan waktu kawin dengan pejantan terseleksi. Pakan merupakan faktor pengendali utama dalam menentukan waktu kawin agar dapat menghasilkan pedet berkualitas baik. Induk membutuhkan pakan dalam jumlah dan kualitas yang tinggi pada beberapa phase reproduksi untuk dapat menghasilkan pedet yaitu pada phase perkembangan sel telur, phase akhir kebuntingan dan phase menyusui. Phase tersebut merupakan phase kritis sehingga suplai nutrisi harus dapat disediakan diatas garis kebutuhan nutrisi minimal untuk mendukung aktivitas reproduksi tersebut dalam menghasilkan pedet setiap tahun. Kekurangan nutrisi pada phase kritis berdampak pada terganggunya proses pematangan sel telur sehingga post partum estrus tertunda, pertumbuhan embrio pada phase akhir kebuntingan terhambat sehingga kondisi pedet dilahirkan buruk dan produksi air susu rendah. Pada kondisi nutrisi yang cukup, perkembangan folicle sampai menghasilkan sel telur yang matang dan siap dibuahi membutuhkan waktu ± 90 hari. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan pedet setiap tahun maka nutrisi tersedia harus mencukupi kebutuhan janin pada phase puncak perkembangannya yaitu pada ⅓ periode akhir kebuntingan (7-9 bulan) dan mencukupi kebutuhan perkembangan folicel sampai matang sehingga birahi kembali setelah beranak terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan demikian nutrisi yang dibutuhkan induk menjadi sangat tinggi karena phase akhir kebuntingan membutuhkan nutrisi yang tinggi dan pada waktu yang sama nutrisi yang tinggi juga diperlukan untuk mendukung perkembangan folicel sampai menjadi sel telur yang matang dan siap dibuahi setelah induk beranak. Terjadinya akumulasi kebutuhan sehingga meningkatkan total kebutuhan nutrisi pada waktu yang pendek untuk mendukung phase kritis reproduksi tersebut dibutuhkan cara-cara yang strategis untuk dapat memenuhinya. 54 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Gambar 13. Kalender Kawin yang Sesuai untuk Mendapatkan Satu Anak setiap Tahun di Lar Limung Cara strategis, sederhana dan murah dapat dilakukan melalui pengaturan perkawinan sehingga kelahiran dapat tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tinggi. Berdasarkan data curah hujan di Moyo Utara pada tahun 2007 sampai 2009, hujan mulai turun dengan stabil pada bulan Desember yang artinya rumput mulai tumbuh dan segera tersedia dengan jumlah dan kualitas yang cukup pada bulan Januari. Jika perkawinan dapat diatur sehingga kebanyakan induk sudah memasuki umur kebuntingan 7 bulan pada bulan Desember maka akan terjadi flushing alamiah dimana hijauan pakan tersedia melebihi kebutuhan minimum nutrisi untuk mendukung pertumbuhan folicel sampai siap dibuahi, mendukung perkembangan embrio sampai dilahirkan dan mendukung produksi air susu pada periode awal menyusui. Dengan demikian untuk kawasan Lar Limung, sesuai dengan bulan hujan dan intensitas hujan yang ada maka waktu ideal, kelahiran pedet adalah dari bulan Maret 55 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor sampai Agustus atau sampai akhir musim hujan. Untuk mendapatkan induk beranak pada bulan kelahiran yang ideal (Maret-Agustus) maka perlu dilakukan pengaturan perkawinan yaitu dari bulan Juni sampai Desember (Gambar 13). Pada musim kawin bulan Juni sampai Desember betina harus mendapatkan akses sebesar-besarnya terhadap pejantan. Ketersediaan pejantan yang fertil sangat menentukan tingkat keberhasilan perkawinan. Selain itu untuk dapat menghasilkan pedet berkualitas dibutuhkan pejantan yang mempunyai berbagai sifat unggul yang dapat diturunkan pada anaknya. Seleksi pejantan di lapangan dapat dilakukan menggunakan beberapa indikator sederhana seperti; umur terhadap perkembangan tubuh, temperamen, kemampuan dan nafsu makan, catatan kesehatan, penampilan luar sesuai dengan standard bangsa sapi Bali dan indikator lain dapat ditambahkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat peternak di kawasan Lar Limung. Untuk kemampuan melayani betina birahi dapat digunakan indikator ukuran testis dan libido. Libido merupakan indikator terpenting dalam menentukan keberhasilan perkawinan karena seringkali terjadi lebih dari satu betina menunjukkan tanda-tanda birahi pada hari yang sama, sehingga dibutuhkan pejantan dengan libido yang tinggi untuk dapat melayani semua betina birahi pada hari yang sama. Jantan terseleksi yang digunakan sebagai pejantan selama 6 bulan musim kawin dapat melayani ≥ 50 betina . Gambar 14. Photo Pejantan Umur 3 Tahun dengan Warna sesuai dengan Standard Bangsa Sapi Bali (Photo Tanda Panjaitan) 56 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.1.7.2. Melakukan penyapihan pedet umur 6 bulan Penyapihan bertujuan untuk mempertahankan kondisi induk supaya aktivitas reproduksi tetap berjalan secara normal dengan cara menurunkan titik kritis kebutuhan nutrisi sehubungan dengan menurunnya ketersediaan pakan baik dari jumlah maupun kualitasnya memasuki musim kering. Untuk aktivitas reproduksi berjalan dengan normal dibutuhkan skor kondisi tubuh induk ≥ 3, pada skala 1 – 5 (Gambar 15). Penurunan titik kritis kebutuhan nutrisi sehingga suplai nutrisi dapat tetap berada diatas garis kebutuhan minimum dapat dilakukan dengan menghentikan pedet menyusu. Menurunnya kebutuhan nutrisi, memungkinkan penggunaan pakan berkualitas rendah untuk memenuhi kebutuhan induk kering mempertahankan skor kondisi tubuh ≥ 3. Dengan demikian pakan berkualitas tinggi, yang ketersediaannya terus menurun pada musim kering dapat diberikan pada pedet sapihan untuk mendukung pertumbuhannya secara optimal. Skor 2 Skor 3 Skor 4 Gambar 15. Photo Induk Sapi Bali dari Skor Kondisi Tubuh 2, 3 dan 4 pada Skala 1–5. 57 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Penyapihan untuk kawasan Lar Limung idealnya dilakukan pada umur 6 bulan dengan pertimbangan jika induk mempunyai aktivitas reproduksi yang normal dan birahi kembali 2 bulan setelah beranak maka dapat diperkirakan pada waktu pedet disapih induk juga sedang bunting 4 bulan. Dengan demikian waktu recovery tersedia untuk induk kering hanya 3 bulan atau sampai umur kebuntingan mencapai 7 bulan. Apabila pada phase recovery ini skor kondisi tubuh dapat mencapai nilai ≥ 3 sampai phase akhir kebuntingan (7-9 bulan) maka diharapkan tingkat kebuntingan yang berikutnya akan meningkat karena terdapat korelasi postif antara skor kondisi tubuh waktu beranak dengan tingkat kebuntingan berikutnya dimana semakin tinggi tinggi skor kondisi tubuh maka peluang terjadinya kebuntingan akan semakin tinggi pula (Gambar 16). Korelasi skor kondisi tubuh dengan tingkat kebuntingan Gambar 16. Grafik Korelasi antara Skor Kondisi Tubuh (BCS) dengan Tingkat Kebuntingan. 4.1.7.3. Perbaikan pakan induk saat bunting tua dan menyusui. Pertumbuhan embrio pada akhir kebuntingan berjalan sangat cepat dimana embrio berkembang 2 sampai 3 kali lebih besar dari phase sebelumnya. Perkembangan yang pesat pada phase akhir kebuntingan membutuhkan suplai nutrisi yang cukup agar perkembangan embrio dapat terjadi secara optimal. Kebutuhan nutrisi yang tinggi menyebabkan titik kritis kebutuhan minimal nutrisi meningkat, dan untuk dapat memenuhi 58 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor suplai nutrisi berada diatas garis minimal kebutuhan tersebut diperlukan berbagai strategi untuk memenuhinya. Untuk induk yang pada saat memasuki bunting tua tidak mencapai skor kondisi tubuh ≥ 3, membutuhkan suplai nutrisi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mendukung perkembangan embrio, perkembangan sel telur dan produksi air susu. Berbagai penelitian menunjukkan, pemberian pakan tambahan setelah beranak tidak efektif dilakukan untuk memperbaiki kondisi setelah beranak dan untuk meningkatkan produksi air susu induk, sehingga pilihan yang dapat di lakukan untuk di kawasan Lar Limung adalah melakukan perbaikan pakan pada waktu bunting tua untuk menjamin perkembangan embrio dan produksi air susu induk selama menyusui pedetnya. Perbaikan pakan untuk induk bunting tua di kawasan Lar Limung, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan induk bunting tua untuk mengkonsumsi pakan berserat atau berkualitas rendah terutama jika bunting tua terjadi selama musim kering. Kemampuan ternak mengkonsumsi pakan berserat tinggi dibatasi oleh rendahnya kandungan Nitrogen pada pakan tersebut sehingga diperlukan asupan Nitrogen untuk mengoptimalkan kemampuan ternak mengkonsumsi pakan berserat sehingga suplai nutrisi dapat berada diatas garis minimal yang dibutuhkan. Sumber Nitrogen tersedia dan murah di kawasan Lar Limung adalah Nitrogen yang berasal dari legume pohon. Berdasarkan pengalaman empirik diberbagai tempat menunjukkan bahwa, pemberian daun legume pohon sebagai pakan tambahan sebesar 1% berat badan atas dasar bahan kering, dapat meningkatkan kemampuan induk bunting tua mengkonsumsi pakan berserat tinggi dan kenaikan konsumsi dapat mencapai titik kritis kebutuhan nutrisi betina bunting tua. 4.1.8. Peningkatan Mutu Ternak Penigkatan mutu genetik ternak untuk tujuan pengembangan ternak dilakukan melalui kegiatan seleksi. Seleksi merupakan kegiatan memilih ternak-ternak yang mempunyai produktivitas tinggi, seperti pertumbuhan yang cepat sehingga menghasilkan berat badan yang tinggi pada umur tertentu dan mampu beranak setiap tahun secara rutin. Selanjutnya ternak-ternak terpilih tersebut diberi kesempatan untuk berkembangbiak dalam rangka menghasilkan keturunan yang diharapkan juga mempunyai produktivitas tinggi. Ternak terseleksi merupakan ternak pengganti tetua, baik induk maupun pejantan. 59 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Produktivitas ternak meliputi unsur produksi ternak dan reproduksi. Unsur produksi utama terdiri dari berat badan atau ukuran tubuh, sementara unsur reproduksi utama terdiri dari angka kelahiran dan angka kematian. Untuk melakukan seleksi perlu dilakukan tahapan-tahapan kegiatan yakni identifikasi ternak dan pemilik ternak, pengamatan dan pencacatan, serta analisis data dan informasi yang dicacat. Identifikasi ternak dapat menggunakan kombinasi antara cara tradisional sebagai kearifan lokal dengan penggunaan ear tag. Data / informasi yang dicacat meliputi kondisi dan prestasi sifat-sifat ternak seperti warna tubuh, ukuran-ukuran tubuh, berat badan pada umur tertentu (berat lahir, berat sapih, berat setahun), tanggal lahir, silsilah perkawinan, umur induk saat beranak, dan data kesehatan ternak, serta mutasi ternak. Semua data dicatat pada kartu ternak dan juga disimpan dalam file elektronik. Mencatat (recording) data yang diperlukan merupakan prasyarat utama yang harus dilakukan pada kegiatan perbaikan mutu genetik (pemuliaan) ternak, terutama pada kegiatan seleksi. Seleksi dilakukan berdasarkan informasi dari data ini. Contoh kartu ternak pada Lampiran 1. Dengan penerapan seleksi dan penetapan standar mutu akan menghambat proses seleksi negatif. Proses seleksi dan penetapan standar mutu dilaksanakan dengan menilai ciri-ciri penotif dan mengelompokkan bibit sesuai dengan ukuran tubuh atau berat badan masing-masing spesies ternak (Gambar 17). Stok komersial Grade C - 1 stdev Grade B Rata-rata Grade A + 1 stdev Gambar 17. Penetapan Standar Mutu Calon Bibit Ternak Potong Standar mutu di atas diharapkan akan berkembang seiring dengan peningkatan performans calon bibit, sehingga standar mutu bisa meningkat dalam kurun waktu tertentu, apabila telah terjadi peningkatan ukuran tubuh (tinggi gumba, lingkar dada dan panjang badan) calon bibit. 60 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Target jangka panjang yang ingin dicapai adalah meningkatnya mutu calon bibit sesuai dengan potensi genetik ternak. Hal ini diharapkan akan terjadi melalui proses seleksi yang berkelanjutan sehingga akan terjadi pergeseran nilai rata-rata ukuran tubuh seperti diilustrasikan secara hipotetis pada Gambar 18. Kondisi saat ini Setelah seleksi Gambar 18. Potensi Peningkatan Mutu Bibit Ternak Potong Melalui Perbaikan Manajemen dan Seleksi Berkelanjutan. 4.1.9. Menekan Angka Kematian Tingginya angka kematian, terutama pedet hingga mencapai lebih dari 30%, jelas berdampak terhadap perkembangan populasi dan keuntungan peternak karena pedet merupakan aset produksi yang berfungsi sebagai sumber pendapatan dan atau pengganti tetua. Oleh karena itu, harus diupayakan untuk menekannya sampai seminimal mungkin. Direncanakan, dalam jangka 5 (lima) tahun kematian pedet menjadi dibawah 10%. Untuk itu akan dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. Perbaikan sanitasi kandang dan lingkungan Kandang adalah tempat tinggal ternak, baik bersifat sementara atau menetap. Kondisi kandang dan lingkungannya, dapat mempangaruhi kondisi ternak, yakni terhadap kesehatan ternak, terutama pedet, yang jika tidak mendapat perhatian yang baik atau serius dapat mengakibatkan kematian. Sanitasi kandang termasuk lingungan sekitar kandang harus dilakukan secara rutin, caranya antara lain dengan membersihkan kandang dan lingkungannya secara rutin, serta melakukan penyemprotan desinfektan secara periodik. Selain itu, diperlukan sistim drainase sedemikian rupa sehingga kandang, terutama pada musim hujan relatif tidak becek, dan / atau pemanfaatan kotoran ternak untuk kesuburan lahan (pembuatan pupuk, kompos) atau diolah sebagai sumber energi (gasbio). 61 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Kegiatan sanitasi ini membutuhkan komitmen yang kuat dari semua anggota kelompok peternak, sementara pemerintah sebagai fasilitator. b. Mengandangkan pedet selama induk digembalakan (model NTT) Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak, diketahui kematian pedet terbanyak terjadi saat pedet berumur antara 4 – 5 bulan yang disebabkan oleh kekurangan pakan. Kekurangan pakan bagi si induk menyebabkan produksi susu terbatas yang selanjutnya berakibat terhadap daya tahan si pedet. Agar pedet relatif terbatas mengikuti induk mengembara mencari pakan, maka direncanakan melakukan pengandangan pedet saat pedet berumur 4 (empat) bulan yang sekaligus dapat dijadikan sebagai tahap awal umur penyapihan. 4.1.10. Mempercepat Pertambahan Berat Badan Peningkatan pertambahan berat badan ternak penggemukan sangat dipengaruhi oleh kondisi nutrisi induk ternak tersebut mulai dalam kandungan (sepertiga kebuntingan terakhir) dan saat menyusui serta jenis pakan yang diberikan setelah pedet disapih. Secara genetik sapi Bali mampu tumbuh dengan kecepatan 0.8 kg per hari dengan ransum yang seimbang. Dengan pakan legum pohon pertambahan berat badan per hari dapat mencapai 0.3 kg per hari mulai lepas sapih sampai menjadi bakalan dan 0.4-0.5 kg/hari pada fase penggemukan. Dengan kecepatan pertumbuhan tersebut, seekor sapi jantan dengan berat lahir 14-16 kg dan berat sapih 70-80 kg (umur 6 bulan) mestinya dapat mencapai berat potong (250 - 300 kg) pada umur 24 bulan. 62 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 70 Lokasi demonstrasi: 0.4 kg/hari Pertambahan BBbadan kumulatif(kg) Pertambahan berat kumulatif (kg) 60 50 40 30 20 Lokasi kontrol 0.2 kg/hari 10 0 0 1 2 3 4 Waktu pengamatan (bulan) Bulan 5 6 Suplementasi dg daun turi 30% dari total ransum, ADG meningkat 2 kali lipat Gambar 19. Suplementasi Daun Turi untuk Meningkatkan Pertambahan Berat Badan Pedet Lepas Sapih di Lombok Tengah (atas) dan Penggemukan dengan Daun Lamtoro di Rhee (bawah). Untuk mencapai hal ini maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah: a. Perbaiki nutrisi induk 2 bulan sebelum beranak dan selama menyusuio 63 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor b. Berikan pakan berkualitas baik (rumput muda dan legum pohon) pada pedet yang baru lepas sapih c. Berikan legum pohon (dan sumber energi seperti dedak atau ubi kayu kalau harganya murah) pada ternak selama penggemukan 4.1.11. Meningkatkan Derajat Kesehatan Ternak Salah satu program yang harus dilaksanakan sesuai kebijakan dan strategi pengembangan peternakan terpadu Lar Limung adalah meningkatkan derajat kesehatan ternak yang dipelihara. Kondisi yang ingin diciptakan dan menjadi target program ini adalah terbebasnya kawasan Lar Limung dari parasit dan penyakit menular strategis. Untuk mewujudkan target dimaksud ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam pengelolaan kawasan Lar Limung sebagai kawasan pengembangan peternakan terpadu, meliputi : a. Penyediaan satu Unit Pelaksana Teknis berupa Pos Pelayanan Kesehatan Hewan, yang dilengkapi dengan tenaga Dokter hewan dan paramedis serta peralatan pendukung yang memadai. Tugas dokter hewan dan paramedis ini, selain memberikan pelayanan kesehatan dalam perawatan ternak, juga memantau dan melaporkan perkembangan derajat kesehatan ternak yang dipelihara di kawasan Lar Limung b. Melaksanakan vaksinasi secara berkala terhadap induk maupun pedet yang ada, sesuai kebutuhan dan standar teknis yang baku. Langkah vaksinasi ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan menularnya penyakit tertentu, terutama yang sering muncul di kawasan Lar Limung seperti penyakit SE (Septichaemia Epizootica) dan Anthrax (sesuai data pada Tabel 10). c. Pengisolasian terhadap sapi yang sakit dan sekaligus pengobatannya (sakit SE dengan pemberian antibiotika I.V / I.M , dosis 10 mg / kg BB) d. Penanganan ternak mati (karena sakit) sesuai petunjuk teknis dan tindakan standar yang ditentukan. e. Melakukan upaya perbaikan sanitasi kandang komunal, seperti mencegah adanya genangan air atau kandang becek, menghindari adanya tumpukan / timbunan faeces didalam kandang, melakukan penyemprotan dengan insektisida terhadap 64 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor serangga yang tergolong penghisap darah, secara rutin membersihkan kandang dan mendesinfektan semua peralatan yang digunakan. f. Penyediaan tempat pakan dan minum sedemikian rupa agar tidak mudah tercemar dengan kotoran yang ada disekitarnya. Bentuk dan ukuran tempat pakan dan tempat minum, disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi yang ada dan tidak berpotensi beresiko terutama bagi pedet. g. Pemberian antibiotik dan feed suplemen / vitamin, sesuai kebutuhan dan ketentuan 4.1.12. Perbaikan Sanitasi Kandang Komunal Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan sanitasi kandang adalah : a. Pembuatan sistem drainase disekitar kandang komunal untuk mencegah adanya genangan air yang berlebihan yang mengakibatkan kandang menjadi becek. b. Pengerasan lantai disebagian luasan kandang agar ternak dapat beristirahat lebih nyaman dan bersih. c. Pembuatan tempat penampungan dan pengolahan limbah ternak sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar kandang dan sekaligus memudahkan pegolahannya sebagai sumber tambahan pendapatan peternak atau untuk perbaikan mutu tanah. 4.1.13. Pengadaan Fasilitas Penanganan Ternak Fasilitas ini diperlukan agar kegiatan vaksinasi, pengobatan ternak sakit, pemberian identitas, pengukuran dan mungkin penimbagan ternak dan macam-macam penanganan ternak lainnya dapat dilakukan secara lebih mudah dan teliti. Yang diperlukan antara lain adalah suatu areal lahan yang dirancang sedemikian rupa yang dikenal dengan holding ground yang dilengkapi dengan fasilitas kandang jepit, jika mungkin juga dilengkapi dengan timbangan ternak portable. Direncanakan luas areal yang diperlukan sekitar 3 are. Oleh karena setiap kelompok direncanakan memiliki kandang komunal, maka kandang komunal sekaligus difungsikan sebagai holding ground. Manfaat yang diperoleh dengan memfungsikan kandang komunal sebagai areal penanganan ternak adalah penghematan lahan dan kenyamanan ternak karena telah familier dengan lokasi dan kondisi kandang. Sketsa sederhana fasilitas penanganan ternak seperti pada Gambar 20. Bentuk dan luas dapat disesuikan dengan kondisi areal / kandang komunal masing-masing kelompok. 65 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor C B D A Gambar 20. Sketsa Kandang Komunal sekaligus dengan Fasilitas Penangan Ternak A = Pintu masuk, lebar 2-3 m yang dapat buka-tutup B = Tempat kumpul ternak, luas sekitar 300 m2 C= Lorong yang menyempit, ukuran 1,5 x 6 m untuk 2-3 ekor ternak dewasa D= Kandang jepit ukuran 0.8 x 2 m 4.1.14. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung Sarana dan prasarana pendukung dalam rangka lebih memperlancar pengembangan kawasan Lar Limung yang perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya antara lain adalah: a. Perbaikan jalan raya. Kemudahan dan kelancaran hubungan transportasi antara pusat / ibukota Kabupaten Sumbawa dengan kawasan Lar Limung , merupakan salah satu kebutuhan utama yang sangat menunjang keberhasilan pengembangan peternakan terpadu di Lar Limung. Perbaikan jalan raya menuju kawasan Lar Limung diharapkan menjadi prioritas awal sebelum kegiatan-kegiatan lainnya. b. Perbaikan jalan lingkungan dan jalan usahatani disekitar dan / didalam kawasan Lar Limung, sudah tentu akan sangat menaikkan semangat produksi para peternak dan masyarakat sekitar kawasan, sekaligus dapat meningkatkan efisiensi dalam beragribisnis. Penataan yang rapi dan indah dari jalan lingkungan dan jalan usaha tani ini, dalam jangka panjang akan menjadi pendukung awal dari terwujudnya agrowisata yang diharapkan. c. Balai pertemuan yang merupakan bangunan sederhana disetiap kelompok, menjadi sangat penting keberadaannya, sebagai media pusat informasi dan tempat komunikasi diantara peternak dan untuk kemudahan pembinaan kelompok secara 66 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor rutin dari berbagai instansi terkait. Perawatan, termasuk perbaikannya kedepan menjadi tanggungjawab peternak. d. Pengadaan fasilitas listrik bagi masyarakat Dusun Limung (Desa Pungkit) dan Dusun Prajak (Desa Batubangka). Ini sangat penting untuk menggerakkan potensi bisnis sebagai usaha alternatif yang dapat menambah pendapatan masyarakat setempat, sekaligus akan lebih mengamankan keberhasilan program pengembangan peternakannya. 4.1.15. Penataan Lingkungan 4.1.15.1. Penanaman pohon pelindung sepanjang jalan lingkungan dan jalan usaha tani Penentuan jenis tanaman / pohon dan penataan posisi / jarak tanam, paling tidak memperhatikan tiga hal yaitu jenis tanaman tahan panas, dapat sebagai pakan ternak dan memberikan rasa indah serta dapat memberi nilai tambah masyarakat. Dari hasil identifikasi lapangan, jenis pohon yang tetap hijau pada musim kemarau di kawasan Lar Limung adalah pohon ”imba”, ”bantenan’”, asam, mangga, dll. Pohon pelindung juga bisa berupa tanaman keras yang memiliki nilai ekonomi tinggi (sebagai bahan bangunan) seperti pohon jati. 4.1.15.2. Penanaman pohon naungan untuk ternak Penanaman pohon naungan ini sangat diperlukan untuk menciptakan temperatur yang lebih ideal bagi ternak sepanjang waktu, terutama disekitar kandang komunal pada musim kemarau. Adapun jenis pohon yang ditanam, serupa dengan jenis-jenis pohon yang menjadi pilihan sesuai uraian sebelumnya. 4.1.16. Peningkatan Keamanan Ternak Rasa aman dalam melakukan suatu kegiatan sangat mendukung dalam pengembangan dari usaha tersebut. Pada bidang peternakan, rasa aman terhadap usahanya antara lain adalah tidak hilangnya ternak yang dimiliki oleh peternak. Untuk itu, diperlukan upaya agar keamanan ternak dapat meningkat. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah : 67 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor a. Pembuatan pos jaga atau pembuatan portal pada tempat-tempat ternak keluarmasuk wilayah kawasan peternakan. Bila memungkinkan, portal dibuat pada setiap kandang komunal b. Pemagaran keliling kawasan dengan pagar hidup. Pagar hidup sebaiknya yang dapat sebagai sumber pakan seperti pohon lamtoro, gamal, turi. c. Pengadaan kuda kontrol. Kuda juga merupakan jenis ternak yang dipelihara oleh peternak di kawasan Lar Limung walaupun dalam jumlah terbatas baik dari pemelihara dan jumlah yang dipelihara. Kuda juga merupakan alat transportasi yang telah familier bagi masyarakat, oleh karena itu kuda dijadikan sebagai sarana pembantu peternak untuk mengontrol keberadaan ternak pada saat ternak tidak berada di kandang 4.1.17. Pelaksanaan Penelitian dan Pengkajian Lahan, Air, Tanaman, dan Ternak Penelitian dan pengkajian merupakan suatu kegiatan yang sangat berguna dalam menemukan dan menguji suatu ilmu dan atau teknologi yang akan digunakan untuk tujuan peningkatan produktivitas secara efisien dan efektif. Terkait dengan kondisi kawasan Lar Limung seperti yang telah diuraikan pada BAB II, maka bidang-bidang penelitian dan pengkajian yang perlu dilakukan adalah: a. Penelitian dan pengkajian peningkatan kesuburan lahan b. Penelitian dan pengkajian peningkatan suplai air dan mutu air c. Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas ternak dan mutu ternak d. Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas tanaman pangan Penelitian dan pengkajian dilakukan dengan melibatkan peternak dan pihak lain yang terkait (bersifat partisipatif) 68 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.2. 69 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Outcome 1. Kelembagaan peternak berfungsi secara efektif Program 1.1. Peningkatan kapasitas peternak Kegiatan 1.1.1 . 1.1.2 . 1.1.3 . 1.1.4 . Pelatihan teknis secara menyeluruh (manajemen pemeliharaan, pakan, reproduksi dan keswan) Kunjungan peternak ke kelompok/ peternak yang lebih maju Pelatihan penyusunan program, penetapan aturan main (awig-awig), manajemen kelompok dan kewirausahaan Pelatihan pengolahan hasil ternak, limbah ternak, kewirausahaan dan pemasaran Target /Sasaran Pihak yg Terlibat minimal 1 kali per topic Disnak, BP4K, Diskoperinda g 2 orang per kelompok 1 kali per kelompok Tahun pelaksanaan 2013 2014 2015 2016 2017 X X X X X X X X X X X X X X X X 70 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2. Air bersih untuk keperluan air minum ternak tercukupi 2.1. Pengembang an Sistem penyediaan air Bersih 2.1.1 Pembuatan . Reservoir (tower) 1 unit reservoir Disnak, /sumber air bersih Bappeda, PU (vol sekitar 20 m3) X X Pembuatan 2.1.2 saluran/pipa . distribusi air Air bersih terdistribusi ke minimal 6 lokasi didalam lar Limung Disnak, Bappeda, PU X X 2.1.3 Memperbanyak . sumur dangkal sumur dangkal air tawar tersedia di setiap kelompok Bappeda, PU X Disnak, Bappeda, PU X Disnak, PU, BPMLH, PDAM X Pembuatan 2.1.4 tempat minum . ternak 2.2 Peningkatan kualitas air 2.2.1 Pengurangan . kadar garam air Tersedia tempat air minum ternak di semua kelompok (ukuran 10x1x0.5m) air payau dari sumur pompa dalam, layak digunakan untuk air minum ternak dan keperluan rumah tangga X X X X X X X X X X X 71 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 2.3 Pakan tercukupi sepanjang tahun 3 baik dalam Kuantitas maupun kualitas Penyediaan sumber air dan sarana 2.4 Penyediaan sumber air dan sarana 3.1 Sistim produksi pakan berbasis legum pohon 2.2.2 . Pengurangan kadar garam air disesuaikan dengan topografi Disnak, PU X X 2.3.1 . Memperbanyak jebakan air hujan disetiap Sudut lahan Disnak, Dishutbun, Dinas pertanian X X 2.3.2 . Penanaman pohon pisang atau tanaman lain yang mengandung banyak air Tersedia sumber air yang layak untuk ternak di kawasan LAR Disnak, PU X 2.3.3 . Menyusun DED penyediaan sarana air mium ternak 1 DED prasarana air resapan Disnak, PU X 3.1.1 . Pembuatan model integrasi legum pohon dan rumput dengan sistim potong angkut Tersedia satu percontohan (minimal 1 Ha/tahun) di setiap kelompok Disnak, Dinas Pertanian, Kehutanan X X X X X 72 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 3.1.2 . 3.2 3.2.1 Konservasi . kelebihan pakan musim hujan dan pemanfaatan limbah pertanian 3.2.2 . 4. Produktivitas ternak meningkat 4.1 Meningkatka n angka kelahiran 4.1.1 . 4.1.2 . Pembuatan model integrasi legum pohon dan rumput dengan sistim penggembalaan terbatas Tersedia satu percontohan (minimal 1 Ha/tahun) di setiap kelompok Disnak X X X X X Pembuatan hay rumput dan legum pohon dan pengawetan limbah pertanian 1 unit percontohan tempat penyimpanan pakan sederhana (volume 150m3, bahan kayu, atap seng, model terbuka) tersedia di tiap kelompok Disnak X X X X X Pembuatan bal hay rumput dan jerami 1 unit alat pres dan pemotong hay tersedia di setiap kelompok Disnak X X X X X angka kelahiran minimal 80% Disnak, BP4K X X X X X Disnak, BP4K X X X X X Pengaturan waktu kawin dengan pejantan terseleksi Melakukan penyapihan pedet umur 6 bulan 73 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.1.3 . Perbaikan pakan induk saat bunting tua dan menyusui Disnak, BP4K X X X X X 4.1.4 . Penyiapan pengganti (replacement) induk dan pejantan Disnak, BP4K X X X X X 4.2.1 . Perbaikan sanitasi kandang dan lingkungan Disnak, Bapeluh X X X X X 4.2.2 . Mengandangkan pedet selama induk digembalakan Disnak, BP4K X X X X X Mempercepa t 4.3.1 4.3. pertambaha . n berat badan Perbaikan pakan pedet lepas sapih dan sapi penggemukan pbb >0.4 kg / hari Disnak, BP4K X X X X X 4.4.1 . Vaksinasi secara berkala Bebas parasit dan penyakit menular strategis Disnak X X X X X 4.4.2 . Penyediaan 1 pos pelayanan kesehatan hewan (P3KH) Disnak X X 4.2. 4.4. Menekan angka kematian Meningkatka n derajat kesehatan ternak angka kematian <10% 74 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 4.4.3 . 4.5. Peningkatan Mutu Ternak 4.5.1 4.5.2 4.5.3 Keamanan Ternak 5 Terjaga Penjaga / 5.1 Keamanan Ternak 5.1.1 . Perbaikan sanitasi kandang komunal/modern Pembuatan kartu ternak, pengadaan alat ukur / timbang dan identifikasi ternak Melakukan pengamatan, pengukuran / penimbangan ternak, identifikasi ternak dan peternak secara berkala Melakukan seleksi ternak berdasarkan hasil analisis data yang tersedia Pembuatan Pos Jaga/Portal Keluar masuk ternak Disnak X X X X X Tersedia kartu ternak sesuai jumlah ternak Disnak X X X X X Semua peternak dan ternak teridentifikasi serta semua ternak tersedia datanya secara baik dan benar Disnak X X X X X Diperoleh ternak bermutu lebih tinggi disbanding rata-rata kelompoknya Disnak dan Perguruan Tinggi terkait X X X X 2 Portal Disnak, PU, Bappeda X 75 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 6. Fasilitas pendukung pengelolaan ternak tersedia dan berfungsi secara efektif 6.1 Perbaikan sanitasi kandang komunal 5.1.2 . Pemagaran Keliling Kawasan dengan pagar hidup Seluruh batas kawasan Disnak 5.1.3 . Pengadaan Kuda Kontrol 1 paket Disnak Pembuatan drainase, pengerasan lantai 1 unit kandang komunal yang memenuhi standar sanitasi (luas 3 m2 per eor ternak dewasa) Disnak, PU X 1 unit per kelompok Disnak, BPMLH X 1 kandang handling ternak (300 m2) yang terhubung dengan kandang jepit Disnak X 6.1.1 . 6.1.2 6.2 Pengadaan fasilitas penanganan ternak 6.2.1 . Pembuatan tempat penampungan dan pengolahan limbah ternak Pembuatan holding ground dan fasilitas penanganan ternak (untuk tujuan vaksinasi, penanganan dan pengobatan) X X X X X X X X 76 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Tersedianya sarana dan prasarana untuk 7 mendukung Limung sebagai kawasan agrowisata 7.1 7.2 Peningkatan sarana dan prasarana pendukung Penataan lingkungan 7.1.1 . Perbaikan jalan raya menuju kawasan Lar Limung 7.1.2 . Perbaikan jalan lingkungan dan jalan usahatani 7.2.3 . Pembuatan balai pertemuan sederhana pada setiap kelompok 7.2.1 . Penanaman pohon pelindung sepanjang jalan lingkungan dan jalan usaha tani Disnak, PU X 7.2.2 . Penaman pohon naungan untuk ternak Disnak, PU X sesuaikan dg perencanaan PU Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan jumlah anggota Disnak, PU X X X X X Disnak, PU X X X X X Disnak, PU X 77 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Tersedianya informasi ilmu dan tekonologi tepat 8 guna serta hasilhasil penelitian yang siap pakai 7.3 Peningkatan Jaringan Listrik di kawasan 8.1. Penelitian dan pengkajian lahan, air , tanaman dan ternak 7.2.3 . Menyusun DED jalan lingungan kawasan Lar Limung Disnak, PU X 7.2.4 . Pembuatan tempat jebakan air Disnak, PU X X Terpenuhinya listrik untuk mendukung berfungsinya sarana dan prasarana lar limung Disnak, PLN X X X X X 1 paket per tahun Disnak, BKPPD, Lembaga Riset lain X X X X X 2 paket per tahun Disnak, BKPPD, Lembaga Riset lain X X X X X 7.3.1 . Penambahan jaringan Listrik 8.1.1 Penelitian dan pengkajian peningkatan kesuburan tanah 8.1.2 . Penelitian dan pengkajian peningkatan suplai dan mutu air 78 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 8.1.2 8.1.2 . Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas ternak dan mutu produk ternak Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas tanaman pangan 3 paket per tahun Disnak, BKPPD, Lembaga Riset lain X X X X X 4 paket per tahun Disnak, BKPPD, Lembaga Riset lain X X X X X 79 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor BAB V MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU Monitoring dan evaluasi (MONEV) merupakan suatu aktifitas untuk melihat perkembangan dan menilai keberhasilan suatu perencanaan. Monev terhadap operasionalisasi Master Plan Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung ini sangat diperlukan, karena hasil monev memiliki arti penting dalam hal : a. Menjamin mengapa, peningkatan kapan), kinerja Proses program (bagaimana dari input sisi Input digunakan (apa, dan berapa, bagaimana output dihasilkan), serta Output (apa, berapa, mengapa, kapan). b. Merangsang peningkatan dampak program, karena monev bisa mengendalikan program sesuai dengan tujuan. c. Merupakan proses pembelajaran sekaligus pemberdayaan, termasuk memperkuat organisasi dan inisiatif semua stakeholder secara mandiri; d. Mendorong reformasi kelembagaan dalam Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung sebagai sebuah rekayasa sosio kultural secara partisipatif dan disesuaikan dengan perkembangan kemajuan tatanan pelayanan pemerintahan yang baik (good governance) e. Menjamin keberlangsungan program, baik dari aspek organisasi maupun keuangan. f. Dapat dipergunakan sebagai wacana akademis dalam kerangka mengembangkan sistim peternakan terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan kearifan lokal. Pemantauan sebagai langkah pengamatan terhadap berbagai program dan kegiatan yang berbeda untuk memastikan bahwa strategi dan langkah yang ditempuh telah tahap pelaksanaan sesuai prosedur. program. Artinya Pemantauan monitoring biasanya dilakukan pada melekat saat pada program berjalan dan memiliki jangkauan jangka pendek. Evaluasi lazimnya difahami sebagai aktifitas tahap akhir suatu program untuk menilai apakah program tersebut berhasil atau gagal. Secara umum, monitoring dan evaluasi akan menjawab 3 (tiga) pertanyaan pokok sebagai berikut : Pertama, Apakah telah dilakukan kegiatan/program seperti yang 80 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor direncanakan ?; Kedua, Apakah berhasil? Mengapa ada program dan kegiatan yang berhasil dan ada yang tidak berhasil ?; dan Ketiga, apakah akan mengulanginya atau melakukan kegiatan/ program yang berbeda?. Sementara, prinsip-prinsip pokok yang menjadi pegangan kegiatan monitoring dan evaluasi ini meliputi : Obyektif dan Profesional; Partisipatif; Tepat waktu; Transparan; Akuntabel; Berkesinambungan; dan Berbasis kinerja. Mekanisme pelaksanaan monev Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung ini sesungguhnya merupakan sebuah proses pembelajaran bagi para pihak terkait dengan pentingnya pemahaman bahwa optimalisasi fungsi Lar merupakan sebuah gerakan sosial dan moral yang mengedepankan pendekatan ‘lokalitas’ dalam setiap elemen kegiatannya. Karena itu, mekanisme monev yang dikembangkan bersifat terbuka bagi keterlibatan seluruh pihak yang berkepentingan (pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan kebijakan/program Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung ini. Mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung ini terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu : a. Pengumpulan Data. Pengumpulan data merupakan suatu proses awal dalam kegiatan monev. Berkaitan dengan pengumpulan data, ada dua langkah kegiatan yang perlu dilakukan yakni : penetapan indikator yang akan diukur; dan menentukan model atau mengembangkan instrument; dan pengumpulan data itu sendiri baik bersumber dari lapangan (primer) maupun sumber lainnya (sekunder) b. Analisis Data dan Pelaporan. Analisis data dan pelaporan dalam kerangka monitoring dan evaluasi ini sesungguhnya merupakan tahapan untuk menggambarkan status keberhasilan pelaksanaan Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung. Selain itu, memuat juga analisa terhadap dampak dan permasalahan yang timbul untuk dicarikan solusi yang terbaik bagi semua stakeholders. c. Perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari hasil analisis data dan laporan yang dibuat, maka langkah berikutnya adalah penetapan rencana 81 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor tindak lanjut dan pengambilan keputusan strategis terkait perbaikan aktifitas program ke depan; d. Implementasi. Langkah terakhir dari monev Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung ini adalah implementasi dari rancangan program yang telah diputuskan dari rangkaian tahapan kegiatan di atas. Agar pelaksanaan di lapangan dari program dan kegiatan yang telah disusun dalam master plan sesuai rencana, diperlukan adanya monitoring dan pengawasan serta evaluasi sebagai berikut: a. Oleh karena pelaksanaan dari semua program dan kegiatan dalam master plan ini dilakukan oleh pihak (SKPD) terkait dan dibawah koordinasi Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, maka monitoring dan pengawasan selayaknya dilakukan juga oleh pejabat yang berasal dari pihak (SKPD) terkait dibawah koordinasi Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa. b. Kegiatan monitoring dan pengawasan dilakukan secara berkala sesuai aturan yang berlaku. c. Evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan dari Master Plan Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung serta hasilnya dilakukan oleh pihak / lembaga independent seperti Perguruan Tinggi dan LSM. Evaluasi dilakukan setidak-tidaknya dua kali setiap tahun, yakni pada saat pertengahan dan akhir dari pelaksanaan program dan kegiatan. 82 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor BAB VI PENUTUP Master Plan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung ini telah mengetengahkan kerangka pemikiran bagaimana mengembangan peternakan terpadu di kawasan Lar Limung, yang dilengkapi dengan matrik outcome, program dan kegiatan yang harus dilaksanakan secara bertahap, terpadu dan berkelanjutan. Perumusan isu strategis, kebijakan, program dan kegiatan didasarkan pada hasil analisis secara komprehensif berbagai kondisi dan situasi kawasan baik dari segi potensi dan permasalahan sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan. Disamping itu juga dianalisis secara terpadu berbagai dokumen perencanaan yang ada seperti RPJP, RTRW, RPJMD, Renstra Dinas dan SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Lar Limung serta masukan dari berbagai pihak dalam proses diskusi yang telah dilakukan selama ini. Dengan kata lain, master plan merupakan pedoman dan instrumen untuk pengembangan peternakan terpadu di kawasan Lar Limung. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana master plan ini dapat dilaksanakan secara konsisten oleh berbagai pihak yang terkait sesuai dengan strategi, cara dan tahapan yang telah dirumuskan. Dengan demikian diharapkan dapat mewujudkan tujuan utamanya yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan. Apabila hal tersebut dapat dicapai, maka pengembangan Lar Limung dapat dijadikan model pengembangan agrobisnis dan agrowisata yang dapat diadaptasi dan direplikasi pada berbagai kawasan Lar lain yang ada di wilayah Kabupaten Sumbawa. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut di atas, diperlukan pemerintahan yang fasilitatif (facilitattive government) yang berlandaskan prinsip-prinsip demokrasi dan good governance, serta penghargaan yang tinggi terhadap keberagaman, dan kearifan lokal yang ada. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ada diperlukan dialog-dialog diantara stakeholder maupun konsultasi publik yang formal pada semua tingkatan pemerintahan. Kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini merasa kurang dilibatkan perlu didengarkan secara sungguh-sungguh dan diberdayakan untuk berperan serta aktif dalam proses pengambilan keputusan. Dengan proses yang demikian, besar harapan akan tercipta kebijakan yang koheren serta program yang bersinergi antara 83 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor berbagai SKPD, daerah dan pusat, serta antara inisiatif pemerintah dan kebutuhan swasta serta masyarakat. Disamping itu, para pihak yang berwenang dan memiliki kompetensi/sumber daya sepatutnya mengambil inisiatif dan tanggungjawab untuk meningkatkan kapasitas (capacity building) bagi masyarakat di kawasan Lar Limung, khususnya dalam perencanaan dan pemantauan (monitoring) serta program dan kegiatan yang telah disepakati. Partisipasi stakeholder dalam dialog, proses perencanaan dan pemantauan tersebut merupakan bagian dari pembelajaran dan pemberdayaan yang pada gilirannya akan memperbaiki kualitas kebijakan, kualitas program serta kualitas hasil-hasil pada masa yang akan datang. Selain itu, peningkatan kapasitas masyarakat peternak melalui pendampingan dan pelatihan secara terpadu dan berkelanjutan dari berbagi pihak yang terkait dipandang sangat penting. Juga adanya monitoring dan evaluasi secara partisifatif oleh masyarakat dengan melibatkan berbagai lembaga perguruan tinggi, penyuluh, dinas akan dapat menjadi proses pembelajaran yang pada ujungnya memberi feedback baik bagi masyarakat maupun aparat pelaksana. Terakhir, tidak kalah pentingnya adalah perlu adanya penelitian lapangan yang aplikatif dan partisifatif selama proses pelaksanaan program dan kegiatan sehingga dapat membantu mempercepat tercapainya tujuan dari program tersebut. 84 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor DAFTAR PUSTAKA Arman, C., I P. Sudrana, I W. Karda, I.B. Dania, H. Poerwoto, L. Wirapribadi, L. Zainuri, dan M. Ashari, 2006. Profil Produksi, Reproduksi, dan Produktivitas Ternak Sapi Bali Di Nusa Tenggara Barat. Dinas Peternakan Provinsi NTB dan Fakultas Peternakan Unram. Laporan Akhir. Dinas Peternakan NTB, 2010. Laporan Tahunan 2010 Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, 2011. Draft Laporan Tahunan 2011 Kabupaten Sumbawa Dalam Angka, 2010. BPS Kabupaten Sumbawa. Kecamatan Moyo Utara Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010. BPS Kabupaten Sumbawa. Kecamatan Moyo Hilir Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010. BPS Kabupaten Sumbawa. KUPT Moyo Hilir, 2010. Catatan Data Ternak SK Bupati Sumbawa No. 650/2009. Penetapan Kawasan Lar Limung di Dusun Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai Tempat Pengembalaan Ternak. Sudrana, I P., I.B. Dania, M. Muhzi, dan Lutojo, 1998. Sifat-Sifat Produksi dan Reproduksi Sapi Bali. J. Penelitian Unram, Vol. 1., No.14 (Juni), Edisi A: IPA dan Teknologi. 85 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor Lampiran : 1. Contoh Kartu Ternak KARTU TERNAK IDENTITAS: SILSILAH: Peternak: Pejantan: Nama No. Telinga Alamat Warna Tubuh Kelompok Induk: Ternak: No. Telinga No. Telinga Warna Tubuh Kode Cap Bakar MUTASI Jenis Kelamin Nama Tgl. Lahir Alamat Berat Lahir (kg) Tanggal Umur Induk (th) PERTUMBUHAN I II III IV V I II III IV V Berat Badan (kg) Tinggi Pundak (cm) Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm) Tgl. Ukur&Timbang KESEHATAN: Jenis Vaksinasi Tanggal Keterangan Lainnya: Petugas: __________________________________ __________________________________ 86 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor