Tesis Bab 2-A

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Sistim Ekonomi dan Keuangan
Menurut John Maynard Keynes, ada tiga kemungkinan yang berkaitan dengan
tujuan seseorang dalam memiliki atau memegang uang dalam jumlah tertentu, yaitu:
1.
Tujuan Transaksi
Penggunaan uang dalam bentuk apapun yang digunakan untuk melakukan
pertukaran dalam memperoleh suatu bentuk barang atau jasa guna memenuhi
kebutuhan jangka pendek.
2.
Tujuan Tabungan
Penempatan uang untuk disimpan guna berjaga-jaga dalam memenuhi kebutuhan
yang bersifat mendesak dan me menuhi kebutuhan lain yang timbul pada masa
yang akan datang serta kebutuhan jangka panjang lain.
3.
Tujuan Spekulatif
Penempatan uang dalam suatu bentuk alat investasi dengan harapan akan
berkembang dan menghasilkan nilai yang lebih tinggi pada masa yang akan
datang.
Dalam hal mengakomodisir keinginan konsumen yang semakin bertambah, maka
tersedianya berbagai macam pasar dalam memenuhi harapan konsumen terus
meningkat dan semakin ketat.
7
8
Sistem ekonomi dan keuangan dapat dikelompokkan dalam banyak cara. Salah
satu cara adalah dengan mengorganisasikan sistem tersebut kedalam dua macam
pasar, yaitu pasar untuk barang dan jasa serta pasar untuk aset keuangan.
2.1.1. Pasar Aset Keuangan
Pasar asset keuangan selalu dibagi menjadi dua sub pasar, yaitu pasar uang
(money market) dan pasar modal (capital market).
Pasar uang merupakan pertemuan antara pihak yang bersurplus dana dengan
pihak yang berdefisit dana, di mana dananya berjangka pendek dan pada umumnya
berkualitas tinggi yang diperdagangkan. Karena pada pasar uang pelaksanaan
transaksi tidak dilakukan ditempat tertentu sebagaimana halnya dengan bursa efek
pada pasar modal, maka sering pula disebut dengan pasar maya. Dengan demikian
pasar uang mempunyai ciri-ciri: jangka waktu dana yang pendek, tidak terikat pada
tempat tertentu, pada umumnya supply dan demand bertemu secara langsung dan
tidak perlu guarantor/underwriter.
Pasar uang yang terorganisasi ada beberapa jenis pasar uang meliputi: pasar uang
antar bank, sertifikat deposito, sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU). Pasar uang melayani banyak pihak seperti pemerintah, bank, perusahaan
asuransi dan lembaga keuangan lainnya. Instrumen yang diperdagangkan antara lain
ialah surat berharga pemerintah (bill dan notes), sekuritas badan-badan pemerintah,
perjanjian imbal beli dan surat berharga perusahaan (company commercial paper),
berbagai surat utang jangka pendek yang dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan
dunia usaha, pemerintah dan konsumen.
Pasar uang dapat dibedakan menurut
9
sifatnya yakni perdagangannya langsung (direct and negociated), pasar uang bagi
para nasabah (customer money market) dan pasar uang yang terbuka bagi siapa saja
(impersonal) atau disebut juga pasar uang terbuka (open money market).
2.1.2. Pasar Modal
Sebenarnya kegiatan pasar modal sudah sejak lama dikenal di Indonesia, yaitu
pada saat zaman penjajahan Belanda. Hal ini terlihat dari didirikannya bursa efek di
Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel pada tanggal
14 Desember 1912, meskipun diketahui bahwa tujuan awalnya untuk menghimpun
dana guna kepentingan mengembangkan sektor perkebunan yang ada di Indonesia.
Investor yang berperan pada saat itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan Eropa
lainnya, sedangkan efek yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi milik
perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah
Hindia Belanda.
Menurut (Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995, Bab I, Pasal 1
Tentang Pasar Modal), yaitu pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek.
Berlakunya Undang-Undang ini juga mensyaratkan perlunya pembentukan
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LPK) dan Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian disesuaikan dengan UUPM.
10
Sedangkan menurut (Widoatmodjo, 1996, pp 13) yaitu pasar modal merupakan
suatu jenis pasar konkrit dimana jual beli dana-dana jangka panjang yang
keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun dilakukan dan merupakan
alternatif sumber pembiayaan modern selain perbankan. Dari beberapa definisi
tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa pasar modal merupakan sarana yang
mempertemukan antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) dengan
pihak yang kekurangan dana (deficit fund), di mana dana yang diperdagangkan adalah
dana jangka panjang bagi perusahaan dan membantu meningkatkan kegiatan
perekonomian secara nasional.
Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan
jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk
menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi, yang pada akhirnya akan
menciptakan pasar kerja dan meningkatkan kegiatan perekonamian yang sehat.
Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis tidak saja bagi pihak yang
memerlukan dana (borrowers) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders), tetapi
juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini, hampir seluruh negara menaruh perhatian
yang besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan
ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital
flight) bukan hanya me rupakan akibat dari menurunnya (depreciation) nilai rupiah,
atau tingginya inflasi dan suku bunga di suatu negara, akan tetapi juga diakibatkan
karena tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut.
Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian
suatu negara, yaitu:
11
1.
Sebagai Sumber Penghimpun Dana.
Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain
sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan dana
secara
konvensional.
Pasar
modal
memungkinkan
perusahaan
(bank)
menerbitkan surat berharga (sekuritas), baik surat tanda utang (obligasi) maupun
surat tanda kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar
modal, perusahaan (bank) dapat terhindar dari kondisi debt to equity ratio yang
terlalu tinggi.
2.
Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk
portofolio investasi melalui cara mengkombinasikan dana pada berbagai
kemungkinan investasi dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih dan
sanggup menanggung sejumlah risiko tertentu yang mungkin terjadi.
3.
Biaya Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah.
Dalam melakukan penghimpunan dana, suatu perusahaan membutuhkan biaya
yang relatif lebih kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada
meminjam melalui instrumen lain.
4.
Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi.
Setiap perusahaan, khususnya yang berskala besar dan bersifat strategis, pasti
berkeinginan untuk mampu meningkatkan kapasitas usahanya agar dapat
menaikkan volume penjualan dan pendapatan. Usaha yang berskala kecil secara
teoritis, sulit untuk mencapai skala produksi yang efisien (economies of scale),
sehingga
untuk
memperbaiki
posisinya perusahaan yang bersangkutan
12
melakukan perluasan usaha (expansion). Perluasan usaha ini membutuhkan
modal yang besar. (Usman, Marzuki, Riphat, Singgih, dan Ika, Syahrir, 1997, pp
13-17)
2.2. Pengertian Perusahaan Pembiayaan
Perkembangan suatu usaha baik itu usaha yang berskala kecil, menengah,
maupun besar sangat membutuhkan adanya suatu energi untuk berkembang. Salah
satu energi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk berkembang adalah energi
keuangan.
Untuk memenuhi sarana energi bagi dunia usaha maka perusahaan
pembiayaan terdapat di Indonesia. Adanya perusahaan pembiayaan dapat dijadikan
sebagai satu alternatif bagi dunia usaha untuk mendapatkan energi guna tumbuh dan
berkembang selain energi dari perbankan yang telah ada selama ini. Energi dari
perusahaan pembiayaan merupakan salah satu energi yang dapat membantu dunia
usaha untuk tumbuh dan berkembang.
Perusahaan pembiayaan (multifinance company) adalah salah satu bentuk usaha
di bidang lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan sangat penting
dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di
Indonesia. Kegiatan perusahaan pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan
dana dan/atau barang modal serta kebutuhan konsumen dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat melalui deposito, tabungan, giro, dan surat sanggup
bayar. Kegiatan tidak menarik dana dari masyarakat secara langsung biasa disebut
dengan nondeposit taking activity. Aktifitas perusahaan pembiayaan dibandingkan
dengan aktifitas perbankan sangat berbeda walaupun keduanya adalah lembaga
13
keuangan di mana perbankan dapat melakukan penarikan dana langsung dari
masyarakat (deposit taking activity) sedangkan perusahaan pembiayaan tidak dapat
melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat (nondeposit taking activity).
Khusus untuk metode pemberian dana atau pembiayaan kepada nasabah pada
dasarnya antara sistem perbankan dengan perusahaan pembiayaan hampir sama tetapi
yang membedakan adalah pendekatan dan kecepatan dalam pelayanan kepada
nasabah.
Selain itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara sistem perbankan dan
sistem perusahaan pembiayaan terutama dalam pemberian dana di mana perbankan
dibatasi dengan ketentuan 3L, LDR, dan CAR sedangkan dalam perusahaan
pembiayaan tidak terdapat ketentua n seperti itu kecuali untuk perusahaan pembiayaan
yang telah go public diwajibkan dalam laporan keuangannya untuk membedakan
pembiayaan kepada pihak afiliasi dan pihak ketiga.
Hal lain yang membedakan
antara perbankan dengan perusahaan pembiayaan adalah bank lebih berorientasi
kepada jaminan atas pemberian kredit yang disalurkan (collateral basis) sedangkan
perusahaan pembiayaan tidak berorientasi kepada jaminan karena barang yang
dibiayai merupakan objek pembiayaan (noncollateral basis).
2.2.1. Sewa Guna Usaha
Sewa Guna Usaha (SGU) atau biasa disebut juga dengan kata leasing
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 didefinisikan
sebagai ”kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun secara sewa guna usaha
14
tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”. Berdasarkan definisi tersebut di
atas, terdapat hal- hal penting yang perlu digarisbawahi di dalam transaksi sewa guna
usaha yaitu:
1.
Transaksi sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu sewa guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) dan sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease). Selain itu, kegiatan sewa guna usaha dapat juga dilakukan
dengan cara membeli barang modal milik penyewa guna usaha yang kemudian
disewagunausahakan kembali (sale and lease back). Hal ini sesuai dengan
ketentuan dalam pasal 3 ayat 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988.
2.
Objek pembiayaan sewa guna usaha harus dalam bentuk barang modal di mana
pengertian barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud termasuk tanah
sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan/plant dan
tanah serta aktiva tersebut merupakan satu kesatuan kepemilikan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara
langsung untuk menghasilkan, meningkatkan, atau memperlancar produksi dan
distribusi barang atau jasa oleh lessee.
3.
Pembayaran sewa guna usaha dilakukan secara berkala yaitu secara bulanan, dua
bulanan, tiga bulanan baik di muka, di belakang, atau sesuai kesepakatan antara
leasor dengan lessee.
15
4.
Transaksi sewa guna usaha mensyaratkan dibuat dalam jangka waktu tertentu
atau mempunyai batas waktu. Hal ini termuat dalam ketentuan dalam pasal 3
huruf b Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991.
Transaksi sewa guna usaha (leasing) pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi 4
(empat) jenis yaitu finance lease, operating lease, sales-typed lease, dan leveraged
lease. Adapun masing- masing jenis sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal.
Penyewa guna usaha (lessee)
biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan
sewa guna usaha sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan,
pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi
sewa guna usaha.
Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha
melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di mana jumlah
seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) kalau ada,
akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta
bunganya yang merupakan pendapatan sewa guna usaha.
2.
Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal
dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha.
Berbeda
dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala
dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini
16
disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari
penjualan barang modal yang disewagunausahakan atau melalui beberapa
kontrak sewa guna usaha lainnya.
Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan
sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal
yang disewagunausahakan sehingga berbeda dengan finance lease, perusahaan
sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biayabiaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak, maupun
pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
3.
Sales-Typed Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Suatu transaksi sewa guna usaha di mana produsen/pabrikan juga berperan
sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah transaksi termasuk bagian
laba sudah diperhitungkan ole h produsen. Jenis transaksi sewa guna usaha ini
seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan.
Di
Indonesia lessor yang mempunyai fungsi ganda seperti ini tidak diperkenankan
oleh Departemen Keuangan.
4.
Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha selain melibatkan lessor dan lessee juga
melibatkan bank/kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dalam
transaksi. Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia karena suku bunga
perbankan dengan suku bunga yang dikenakan perusahaan sewa guna usaha
terdapat selisih yang cukup besar.
17
2.2.2. Anjak Piutang
Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang,
maksudnya yaitu piutang yang dialihkan sedangkan pengertian factoring/anjak
piutang menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman dalam Dictionary of
Finance and Investment Term adalah ”Type financial service whereby a firm sells or
transfers title to its account receivables to a factoring company which then acts as
principal, not as agent. The receivables are sold without resource, meaning that the
factor can not turn to the seller in the event accounts prove uncollectible”.
Sedangkan definisi anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 448/KMK.017/2000 adalah ”kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri”.
Definisi tersebut di atas dipertegas dengan ketentuan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa “kegiatan anjak
piutang dilakukan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri”.
Berdasarkan definisi anjak piutang tersebut di atas terdapat beberapa hal penting
yang perlu digarisbawahi tentang kegiatan anjak piutang yang dapat dilakukan di
Indonesia yaitu:
1.
Transaksi anjak piutang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu anjak
piutang dengan pembiayaan (financing activity) yaitu dalam bentuk pembelian
18
dan/atau pengalihan piutang dan anjak piutang bukan pembiayaan (nonfinancing
activity) yaitu dalam bentuk pengurusan piutang atau tagihan.
2.
Transaksi anjak piutang dapat dilakukan untuk transaksi perdagangan domestik
(anjak piutang domestik) dan transaksi perdagangan antar negara atau
ekspor/impor (anjak piutang intenasional).
3.
Obyek pembiayaan anjak piutang adalah piutang atau tagihan jangka pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
4.
Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan, bukan
kepada individual atau orang perorangan.
Kegiatan anjak piutang pada prinsipnya merupakan pemberian kredit kepada
supplier dengan cara membeli piutang atau tagihannya kepada nasabahnya namun
sesungguhnya adalah pemberian kredit itu diberikan oleh supplier kepada pembeli.
Hanya proses penagihannya dilimpahkan kepada faktor yang sebelumnya telah
menandatangani perjanjian anjak piutang.
2.2.3. Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan konsumen (consumer finance) berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 adalah “kegiatan pembiayaan yang
melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan system pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi
dan merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen yaitu:
19
1.
Pembiayaan konsumen merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang dapat
diberikan kepada konsumen.
2.
Obyek pembia yaan usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan
konsumen biasanya kendaraan bermotor, alat kebutuhan rumah tangga,
komputer, barang-barang elektronik, dan lain sebagainya.
3.
Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala biasanya per bulan dan
ditagih langsung kepada konsumen.
4.
Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan
seperti financial lease.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, kegiatan pembiayaan
konsumen hampir sama dengan kegiatan sewa guna usaha dengan hak opsi (financial
lease). Berikut ini kami kemukakan beberapa hal yang membedakan keduanya yaitu:
1.
Kepemilikan barang/obyek pembiayaan yang dilakukan berbeda, dalam transaksi
sewa guna usaha berada pada lessor sedangkan pada pembiayaan konsumen
berada pada konsumen yang kemudian diserahkan secara fiducia kepada
perusahaan pembiayaan.
2.
Tidak ada batasan jangka waktu pembiayaan seperti dalam financial lease,
jangka waktu pembiayaan diatur sesuai dengan obyek barang modal yang
dibiayai oleh lessor.
3.
Pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayaan kepada calon konsumen
yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), mempunyai
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas seperti ketentuan sewa guna usaha.
20
4.
Perlakuan perpajakan antara transaksi sewa guna usaha dan transaksi
pembiayaan konsumen berbeda baik dari sisi perusahaan pembiayaan maupun
dari sisi konsumen/ lessee.
5.
Kegiatan sale and lease back dimungkinkan dalam transaksi sewa guna usaha
sedangkan dalam transaksi pembiayaan konsumen ketentuan ini belum diatur.
2.2.4. Kartu Kredit
Sistem kartu kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritel (retail) dan
sistem kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang diterbitkan kepada
pengguna sistem tersebut. Sebuah kartu kredit berbeda dengan kartu debit di mana
penerbit kartu kredit meminjamkan uang kepada konsumen dan bukan mengambil
uang dari rekening. Kebanyakan kartu kredit memiliki bentuk dan ukuran yang sama,
seperti yang dispesifikasikan oleh standar ISO 7810.
Kartu kredit dikeluarkan dan disetujui oleh penyedia jasa kartu kredit yang pada
umumnya sebuah bank umum di mana pengguna kartu kredit dapat melakukan
pembelian dari para pedagang yang menerima kartu kredit dengan batas kredit yang
telah ditentukan.
Ketika pembelian terjadi, pengguna kartu kredit setuju untuk
membayar harga pembelian kepada penerbit kartu kredit. Pengguna kartu kredit akan
menandatangani bukti penerimaan yang mencantumkan nama barang yang dibeli dan
jumlah yang harus dibayar disertai dengan tanda tangan namun sekarang para
pedagang dapat menerima otorisasi verbal melalui telepon dan elektronik melalui
internet.
21
Sistem verifikasi elektronik mengijinkan para pedagang mengunakan kartu
magnetis untuk menyimpan data verifikasi yang menyatakan bahwa kartu tersebut
dapat digunakan dan pengguna kartu kredit masih memiliki batas kredit yang cukup
untuk melakukan transaksi pembelian. Sistem verifikasi yang lain menggunakan ecommerce yang dilakukan dengan verifikasi nomor akun pengguna kartu kredit valid
dan dapat melakukan transaksi.
Setiap bulan pengguna kartu kredit dikirimkan laporan tagihan bulanan yang
berisi transaksi pembelian yang telah dilakukan dan jumlah hutang yang masih harus
dibayar. Pemegang kartu harus membayar jumlah minimum dari jumlah keseluruhan
tagihan yang telah jatuh tempo dan dapat memilih untuk melunasi seluruh tagihan.
Penyedia kartu kredit mengenakan bunga dari jumlah tagihan yang pada umumnya
bertarif lebih tinggi daripada jenis hutang lainnya. Beberapa lembaga keuangan dapat
menerima pembayaran secara otomatis dengan cara mengurangi saldo simpanan
pengguna kartu kredit yang berada di lembaga keuangan tersebut.
Penerbit kartu kredit biasanya tidak mengenakan bunga jika jumlah tagihan telah
dibayar seluruhnya setiap bulan tetapi akan mengenakan bunga dari tanggal
pembelian jika jumlah tagihannya belum dibayar.
Sebagai contoh, jika seorang
pengguna kartu kredit memiliki jumlah tagihan sebesar Rp 1.000.000,- untuk
transaksi pembelian yang dilakukan dan membayar sebesar Rp 1.000.000,-, tidak
akan dikenakan bunga. Jika terdapat sisa tagihan sebesar Rp 100.000,- yang belum
dibayar, bunga akan dikenakan dari jumlah tagihan Rp 1.000.000,- mulai dari tanggal
transaksi pembelian sampai dengan pembayaran dilakukan.
22
2.3. Risiko dan Tingkat Pengembalian Investasi Saham
Pada umumnya investor
melakukan
investasi
saham
dengan
harapan
memperoleh keuntungan yang dinamakan tingkat pengembalian atau tingkat imbal
hasil yang tinggi. Namun tingkat imbal hasil di masa yang akan datang belum tentu
dapat diperoleh investor, karena adanya risiko yang harus diterima oleh seorang
investor saham dan indeks pasar saham berfluktuasi. Hubungan langsung antara
tingkat imbal hasil dengan risiko adalah semakin besar risiko suatu saham, semakin
besar potensial memperoleh tingkat imbal hasil dari investasi saham tersebut; dan
begitupula sebaliknya.
2.3.1. Tingkat Pengembalian Investasi
Menurut (Hall, 1997, pp 3), tingkat imbal hasil yang diharapkan dari investasi
saham terdiri dari dua tipe yaitu:
1.
Dividen tunai merupakan bagian dari laba bersih setelah pajak penghasilan yang
disepakati manajemen perusahaan emiten melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) untuk dibagikan atau dibayarkan kepada para pemegang saham.
2.
Capital gains merupakan keuntungan dari kenaikan atas nilai atau harga pasar
suatu saham di pasar modal yang dikaitkan langsung dengan kinerja perusahaan
emiten dan sentimen positif dari para investor untuk memiliki saham tersebut.
23
2.3.2. Risiko Investasi
Menurut (Hall, 1997, pp 4 - 8), risiko investasi atau capital risk yang harus
diterima oleh para investor saham dapat berupa:
1.
Business risk, risiko sehubungan dengan pertumbuhan kinerja penjualan dan
penghasilan perusahaan emiten di bawah target harapan investor dan manajemen
perusahaan emiten gagal mengembangkan perusahaannya ke tahap siklus bisnis
berikutnya.
2.
Stock-spesific risk juga dikenal dengan unsystematic risk, risiko yang bisa
dihilangkan dengan diversifikasi (investasi pada berbagai saham).
3.
Liquidity atau marketability risk, risiko sehubungan dengan kesulitan investor
untuk menjual atau membeli sahamnya pada harga yang wajar dalam jangka
waktu yang pendek dikarenakan terlalu sedikitnya pembeli atau penjual saham
tersebut di pasar modal.
4.
Interest rate risk, risiko yang dapat mempengaruhi seluruh sekuritas pendapatan
tetap yaitu saham istimewa dan obligasi. Jika suku bunga naik, maka banyak
investor menarik dananya dari reksa dana saham untuk diinvestasikan ke
instrumen investasi yang lebih aman seperti sertifikat deposito. Sehingga terjadi
penurunan permintaan atas saham oleh manajer investasi dan penurunan harga
saham biasa.
5.
Systematic risk juga dikenal dengan risiko pasar atau beta (ß), risiko yang tak
dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Jika pergerakan pasar secara menyeluruh
mengalami penurunan, maka nilai dari seluruh lembar saham dalam portofolio
24
cenderung akan menurun. Untuk meminimalkan risiko ini, investor dapat
menggunakan strategi lindung nilai (hedging).
6.
Inflationary atau purchasing power, risiko turunnya daya beli uang. Tingginya
tingkat inflasi menurunkan daya beli uang dari waktu ke waktu. Namun risiko ini
dapat diminimalkan dalam berinvestasi saham.
7.
Political risk, risiko kondisi politik suatu negara yang tidak stabil akan
menurunkan produktivitas perusahaan yang sahamnya kita miliki.
8.
Taxation risk, risiko perubahan tarif pajak atas pendapatan dividen dan
keuntungan modal (capital gain) dapat merubah permintaan untuk saham.
2.4. Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui besarnya pengaruh likuiditas, struktur modal dan solvabilitas,
profitabilitas, dan utilisasi dan efisiensi aset terhadap imbal hasil saham pada suatu
perusahaan pembiayaan, dapat dilakukan analisis dari laporan keuangan yang telah
diterbitkan oleh perusahaan pembiayaan go public. Laporan keuangan pada umumnya
meliputi: Neraca (balance sheet), laporan laba/rugi (profit/loss account), laporan
kepemilikan modal (statement of owners’ equity), dan laporan arus kas (statement of
cash flow).
Tujuan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
pembiayaan, adalah:
1.
Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan secara periodik untuk tujuan
pembuatan dan pengambilan keputusan.
25
2.
Menyajikan informasi yang menyangkut sumber-sumber daya suatu perusahaan
dan pengalokasian sumber-sumber daya tersebut.
3.
Menyajikan informasi mengenai kinerja suatu perusahaan dan laba yang
dihasilkan atau kerugian yang diderita serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan.
4.
Menyajikan informasi yang dapat dijadikan dasar oleh investor dan kreditur
untuk melakukan penilaian atas prospek arus kas pada suatu perusahaan.
5.
Menyajikan informasi tambahan mengenai kemampuan suatu perusahaan dalam
memperoleh dan mengalokasikan kas, pinjaman dan pengembalian pinjaman,
transaksi modal (capital transaction), dan distribusi-distribusi lainnya dari
sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan kepada para
pemiliknya, serta faktor- faktor lain yang mempengaruhi kemampuan likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas dan efisiensi asset perusahaan yang bersangkutan.
Menurut (Keown, 2005, pp 72), rasio keuangan dapat membantu para analis
untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dari suatu perusahaan, dimana
nilainya didapatkan dari laporan keuangan suatu perusahaan yang bersangkutan.
Analisis rasio keuangan dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
likuiditas, struktur modal dan solvabilitas, profitabilitas dan efisiensi asset.
2.4.1. Likuiditas
Menurut (Bodie, Kane and Marcus, 2005, pp 667), rasio likuiditas menunjukkan
kemampuan
suatu
perusahaan
membayar
kewajiban
lancarnya
dengan
26
melikuidisasikan aktiva lancarnya menjadi kas dalam jangka waktu kurang dari 1
tahun. Rasio likuiditas yang dihitung di sini terdiri dari:
•
Current ratio = Current assets / Current liabilities
•
Quick ratio = (Cash + Short-term investments + Current receivables) / Current
liabilities
•
Cash ratio = (Cash + Short-term investments) / Current liabilities
2.4.2. Struktur Modal dan Solvabilitas
Menurut (Werner and Jones, 2004, pp 477), rasio struktur modal mengukur
berapa bagian dari seluruh aktiva yang didanai oleh kewajiban dan ekuitas. Rasio
solvabilitas
menunjukkan
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
memenuhi
pembayaran kewajiban jangka panjang beserta bunganya. Rasio struktur modal dan
solvabilitas yang dihitung di sini terdiri dari:
•
Debt ratio = Total liabilities / Total assets
•
Debt to equity ratio = Total liabilities / Total equity
•
Net debt to equity ratio = (Total liabilities – Cash) / Total equity
•
Long-term debt to equity ratio = Long-term liabilities / Total equity
•
Long-term debt to capitalization ratio = Long-term liabilities / Total capital
•
Times interest earned ratio = Earnings before interest and income taxes / Interest
expense
•
Operating cash flow coverage ratio = Cash provided by operating activities /
Average total liabilities
27
2.4.3. Profitabilitas
Menurut (Werner and Jones, 2004, pp 461), rasio profitabilitas menunjukkan
kinerja efektivitas suatu perusahaaan menghasilkan pendapatannya. Seluruh
perusahaan harus mempertahankan setidaknya tingkat profitabilitas terendah untuk
memenuhi kewajibannya terhadap kewajiban jangka panjang dan membayar tingkat
pengembalian investasi para pemegang saham. Rasio profitabilitas yang dihitung di
sini terdiri dari:
•
Gross profit margin = Gross profit / Net revenues
•
Net profit margin = Net income / Net revenues
•
EBITDA margin = EBITDA / Net revenues
•
Return on assets (ROA) = Net income / Average total assets
•
Return on common equity (ROE) = (Net income – Preferred dividend) / Average
common stockholders’ equity
•
Dividend payout ratio = Cash dividends / Net Income
•
Earnings per share (EPS) = (Net income – Preferred dividend) / Average
common shares outstanding
•
Price to earnings ratio (PER) = Average market pric e per share of stock /
Earnings per share
2.4.4. Utilisasi dan Efisiensi Aset
Menurut (Bodie, Kane and Marcus, 2005, pp 665), rasio utilisasi dan efisiensi
asset menggambarkan bagaimana suatu perusahaan menggunakan aktivanya secara
28
efisien untuk menghasilkan pendapatan perusahaan. Rasio utilisasi dan efisiensi asset
yang dihitung di sini terdiri dari:
•
Asset turnover = Net revenues / Average total assets
•
Fixed assets turnover = Net revenues / Average net fixed assets
•
Account receivable turnover = Net revenues / Average net accounts receivable
2.5. Metode Penilaian Saham
Menurut (Reilly and Brown, 1997, pp 243), keputusan dalam pasar sekuritas
dapat didasarkan atas tiga tehnik. Tehnik pertama adalah dengan pendekatan makro
yang didasarkan pada hubungan antara agregat ekonomi dengan alternatif pasar
sekuritas seperti variabel gross domestic product, pertumbuhan ekonomi, tingkat
bunga, kurs, inflasi, pengangguran, stabilitas ekonomi dan politik. Tehnik kedua
adalah dengan analisis mikro yang menerapkan model penilaian dasar diantaranya
analisis fundamental. Tehnik ketiga adalah dengan tehnik teknis.
2.5.1. Analisis Teknikal
Terminologi “analisis teknikal” adalah terminologi yang kompleks untuk metode
yang paling dasar dalam investasi. Secara sederhana, analisis teknikal adalah studi
harga dengan menggunakan grafik sebagai alat utama.
Asal- usul dari analisis teknikal yang digunakan saat ini berasal dari Dow Theory
yang disusun pada sekitar tahun 1900 yang silam oleh Charles Dow. Baik secara
langsung atau tidak langs ung dari Dow Theory, asal- usul ini mencakup prinsip-
29
prinsip seperti tren harga, harga melakukan discount pada semua informasi yang
diketahui, konfirmasi, dan penyimpangan (divergence), volume mencerminkan
perubahan harga, dan dukungan/tahanan (support/resistance). Dan tentu saja, Dow
Jones Industrial Average yang dipantau secara luas di seluruh dunia adalah hasil
langsung dari Dow Theory. Sumbangan Charles Dow dalam analisis teknikal yang
digunakan saat ini tidak dapat diabaikan. Perhatiannya pada dasar-dasar gerakan
harga saham menciptakan metode yang benar-benar baru dalam menganalisis pasar.
Harga suatu saham mencerminkan sebuah persetujuan atau konsensus yaitu
harga di mana pembeli setuju untuk membelinya dan penjual setuju untuk
menjualnya.
Harga di mana investor bersedia untuk membeli atau menjual
bergantung pada apa harapannya. Jika investor mengharapkan harga saham akan
naik, dia akan membelinya; jika investor mengharapkan harga saham akan turun, dia
akan menjualnya.
Situasi sederhana ini adalah tantangan utama dalam
memperkirakan gerakan harga saham karena mengacu pada harapan manusia. Fakta
ini membuat tidak ada sistem perdagangan yang dapat bekerja secara konsisten.
Karena faktor manusia, kita melihat banyak keputusan investasi didasarkan pada
kriteria yang tidak relevan.
Hubungan kita dengan keluarga, tertangga, bos,
penghasilan, dan kesuksesan serta kegagalan di masa lampau, seluruhnya
mempengaruhi keyakinan, harapan, dan keputusan kita dalam melakukan investasi.
Harga saham ditentukan oleh para manajer investasi, pialang dan para investor
pribadi baik yang besar maupun yang kecil, baik yang kaya maupun yang ingin kaya.
Luasnya para pelaku bursa dalam industri pasar modal telah menyebabkan
ketidakpastian tetapi sekaligus menjadi faktor pemikat dalam perdagangan saham.
30
2.5.1.1. Elemen Harga Saham
Analisis teknikal didasarkan sepenuhnya pada analisis harga dan volume.
Elemen-elemen yang mendefinisikan harga dan volume dijelaskan di bawah ini.
1.
Open (Harga Pembukaan)
Open adalah harga pembuka atau harga perdagangan pertama untuk suatu
periode misalnya harga perdagangan pertama untuk hari ini.
Ketika kita
melakukan analisis data harian, open khususnya penting karena ini adalah harga
konsensus setelah seluruh investor melewati satu satu hari harga penutupan
sebelumnya.
2.
High (Harga Tertinggi)
High adalah harga tertinggi atau harga perdagangan tertinggi untuk suatu
periode, pada umumnya satu hari. Ini adalah titik di mana terdapat lebih banyak
penjual dari pada pembeli yang berarti terdapat penjual yang bersedia menjual
pada harga yang lebih tinggi. High juga mencerminkan harga tertinggi di mana
pembeli bersedia membayar.
3.
Low (Harga Terendah)
Low adalah harga terendah atau harga perdagangan terendah untuk suatu periode,
pada umumnya satu hari. Ini adalah titik di mana terdapat lebih banyak pembeli
dibandingkan penjual yang berarti terdapat pembeli yang bersedia membeli pada
harga yang lebih rendah.
penjual bersedia menerima.
4.
Close (Harga Penutupan)
Low juga mencerminkan harga terendah di mana
31
Close adalah harga penutup atau harga perdagangan terakhir untuk suatu periode,
pada umumnya satu hari. Karena ketersediaannya, close adalah harga yang
paling sering digunakan untuk analisis.
Hubungan antara open (harga
pembukaan) dan close (harga penutupan) dianggap cukup penting oleh sebagian
besar pemakai analisis teknikal. Hubungan ini ditekankan dalam candlestick
chart (grafik candlestick).
5.
Volume (Jumlah Perdagangan)
Volume adalah jumlah saham atau kontrak yang diperdagangkan untuk suatu
periode, pada umumnya harian. Hubungan antara harga dan volume adalah
sangat penting misalnya kenaikan harga diikuti dengan kenaikan volume
perdagangan.
6.
Open Interest (Kontrak Terbuka)
Open interest adalah total jumlah kontrak yang outstanding dari futures atau
options yaitu kontrak yang belum ditutup atau kadarluarsa. Open interest adalah
indikator yang sering digunakan.
7.
Bid (Tawar Beli)
Bid adalah harga di mana pembeli bersedia membayar untuk suatu saham.
8.
Ask (Tawar Jual)
Ask adalah harga di mana penjual bersedia untuk menerima untuk suatu saham.
2.5.1.2. Grafik dan Kecenderungan Pergerakan Saham
32
2.5.1.2.1. Grafik Pergerakan Saham
Dasar dari analisis teknikal adalah chart (grafik). Berikut ini jenis-jenis grafik
yang pada umumnya digunakan dalam analisis teknikal dalam investasi saham yaitu:
1.
Line Chart (Grafik Garis)
Line chart (grafik garis) adalah jenis grafik yang paling sederhana yang
mencerminkan titik-titik garis harga penutupan sekuritas pada suatu hari.
2.
Bar Chart (Grafik Batang)
Bar chart (grafik batang) menampilkan harga pembukaan (jika tersedia), harga
tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan sekuritas pada suatu hari. Bar
chart adalah jenis grafik yang paling populer digunakan di kalangan investor.
3.
Candlesticks Chart (Grafik Batang Lilin)
Candlesticks chart (grafik batang lilin) menampilkan harga pembukaan, harga
tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan dalam bentuk grafik batang
dengan penekanan pada hubungan antara harga pembukaan dan harga penutupan
sekuritas pada suatu hari.
2.5.1.2.2. Dukungan/Tahanan dan Garis Tren
Harga sekuritas adalah hasil pertempuran antara “bull” (banteng/pembeli) dan
“bear” (beruang/penjual). Kegiatan “bullish” aktif pembeli menekan harga menjadi
lebih tinggi dan kegiatan “bearish” aktif penjual menekan harga menjadi lebih
rendah.
Arah pergerakan harga mencerminkan siapa yang memenangkan
pertempuran. Di sini terjadi permintaan (demand) dan penawaran (supply) sekuritas
33
di pasar modal yang akan membentuk garis dukungan (support) dan tahanan
(resistance) yang digambarkan dalam garis tren upline, downline, atau sideways.
Garis penawaran menunjukkan jumlah sekuritas di mana penjual bersedia
menjual pada suatu harga. Ketika harga naik, jumlah penjual juga naik karena ada
lebih banyak penjual yang bersedia menjual pada harga yang lebih tinggi. Garis
permintaan menunjukan jumlah sekuritas di mana pembeli bersedia membeli pada
suatu harga.
Ketika harga naik, jumlah pembeli turun karena ada lebih sedikit
pembeli yang bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi.
Dalam pasar bebas, garis penawaran/permintaan selalu berubah setiap saat. Jika
harapan investor berubah, garis penawaran/permintaan juga berubah. Garis tahanan
yang menembus ke atas menunjukan tanda perubahan ke atas pada garis permintaan
karena ada lebih banyak pembeli yang bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi
sedangkan garis dukungan yang tembus ke bawah menunjukan tanda perubahan ke
bawah pada garis penawaran karena ada lebih banyak penjual yang bersedia menjual
pada harga yang lebih rendah.
Jika tingkat tahanan berhasil ditembus, tingkat tersebut berubah menjadi tingkat
dukungan. Di sisi lain, jika tingkat dukungan berhasil ditembus, tingkat tersebut
berubah menjadi tingkat tahanan. Hal yang sama terjadi jika harga jatuh di bawah
tingkat dukungan, tingkat tersebut sering berubah menjadi tingkat tahanan yang baru
di mana harga sulit menembusnya. Ketika harga mendekati tingkat dukungan yang
lalu, investor menjualnya karena investor tidak mengharapkan harga dapat naik lebih
tinggi.
34
2.5.1.3. Indikator Pasar Saham
Indikator adalah perhitungan matematis yang diterapkan pada harga sekuritas
dan/atau volume perdagangan. Hasil perhitungan adalah nilai yang digunakan untuk
mengantisipasi gerakan harga di masa depan. Indikator pasar mempertajam analisis
teknikal karena mencakup lebih banyak informasi dari harga dan volume. Cara yang
seharusnya digunakan adalah menggunakan indikator-indikator pasar untuk melihat
arah
gerakan
pasar
secara
keseluruhan
kemudian
menggunakan
indikator
harga/volume untuk memperhitungkan saat ya ng tepat untuk membeli atau menjual
suatu sekuritas.
Indikator pasar terdapat dalam 3 (tiga) kategori yaitu moneter, sentimen, dan
momentum. Indikator moneter mengacu pada data moneter misalnya suku bunga
yang membantu memberikan indikasi mengenai kondisi ekonomi di mana bisnis
beroperasi.
Indikator moneter lainnya yaitu jumlah peredaran uang, hutang
konsumen dan bisnis, dan tingkat inflasi. Indikator sentimen mengacu pada harapan
investor sedangkan indikator ketiga yaitu indikator momentum yang berfungsi untuk
mengidentifikasi pergerakan harga.
Berikut ini disajikan indikator momentum yang kami pilih sebagai alat analisis
teknikal untuk saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk yaitu:
1.
Accumulation/Distribution
Accumulation/distribution adalah indikator momentum yang berhubungan
dengan perubahan harga dan volume. Indikator ini didasarkan pada asumsi
bahwa semakin tinggi volume yang menyertai suatu gerakan harga, semakin
berarti gerakan harga tersebut.
Jika accumulation/distribution naik, ini
35
menunjukan bahwa sekuritas sedang dikumpulkan karena sebagian besar volume
berhubungan dengan gerakan harga ke atas. Jika indikator turun, ini menunjukan
bahwa sekuritas sedang didistribusikan karena sebagian besar volume
berhubungan dengan gerakan harga ke bawah. Jika indikator bergerak naik dan
harga sekuritas bergerak turun maka harga sekuritas akan berbalik bergerak naik
untuk mengkonfirmasi apa yang telah ditunjukan oleh indikator ini.
2.
Bollinger Bands
Bollinger bands adalah harga cenderung berada di antara bands atas dan bawah.
Ciri berbeda dari bollinger bands adalah jarak antara bands atas dan bawah dapat
menyesuaikan diri bergantung pada volatilitas harga. Selama periode gerakan
harga yang tinggi (volatilitas tinggi), bands melebar untuk mengakomodasi
gerakan ini. Selama periode gerakan harga yang rendah (volatilitas rendah),
bands menyempit untuk mengakomodasi gerakan ini.
Beberapa karakteristik bolliger bands sebagai berikut:
a. Gerakan harga yang tajam cenderung terjadi setelah bands menyempit
sementara volatilitas berkurang.
b. Saat harga bergerak di luar bands, kelanjutan tren ini dicerminkan.
c. Gerakan ke atas dan ke bawah di luar bands yang diikuti oleh gerakan ke atas
dan ke bawah di dalam bands menunjukan pembalikan tren.
d. Gerakan dari satu band cenderung menjalar ke band yang lain. Pengamatan
ini berguna untuk memproyeksikan target harga .
3.
MACD
36
MACD (Moving Average Convergence/Divergence) adalah indikator momentum
yang menunjukkan hubungan antara dua moving average dari gerakan harga
untuk jangka waktu tertentu. MACD adalah perbedaan antara moving average
eksponensial untuk 26 hari dan moving average eksponensial untuk 12 hari.
Moving average eksponensial untuk 9 hari disebut dengan garis signal atau
trigger di gambar di atas MACD untuk menunjukkan kesempatan untuk membeli
(buy) atau menjual (sell). MACD terbukti sangat efektif untuk sekuritas yang
perdagangannya sangat aktif. Ada tiga cara populer untuk menggunakan MACD
yaitu crossover (penyeberangan), kondisi overbought/oversold, dan divergence
(penyimpangan).
a. Crossovers (Penyeberangan)
Aturan perdagangan dasar dalam MACD adalah membeli ketika nilai MACD
naik di atas garis signalnya dan menjual ketika nilai MACD turun di bawah
garis signalnya. Juga populer untuk membeli atau menjual ketika nilai MACD
bergerak di atas atau di bawah nilai nol.
b. Kondisi Overbought/Oversold
MACD juga berguna sebagai indikator overbought/oversold. Ketika moving
average yang lebih pendek tertarik menjauh secara drastis dari moving
average yang lebih panjang yaitu MACD naik, ini menunjukkan harga
sekuritas overbought dan akan segera turun ke tingkat yang lebih realistis.
Dan sebaliknya, kondisi overbought/oversold berbeda dari satu sekuritas ke
sekuritas yang lain.
c. Divergence (Penyimpangan)
37
Tanda bahwa suatu tren akan berakhir ditunjukkan dengan penyimpangan
antara gerakan MACD dan gerakan harga.
Penyimpangan bearish terjadi
ketika MACD membuat harga terendah baru tetai harga gagal mencapai harga
terendah baru. Penyimpangan bullish terjadi ketika MACD membuat harga
tertinggi baru tetapi harga gagal mencapai harga tertinggi baru.
Kedua
penyimpangan ini menjadi sangat berarti ketika mereka terjadi pada kondisi
overbought/oversold.
4.
Momentum
Indikator momentum mengukur perubahan harga sekuritas selama jangka waktu
tertentu. Indikator ini menampilkan rate of change (laju perubahan) dari harga
sekuritas dalam bentuk rasio. Kita dapat membeli ketika indikator mencapai titik
paling bawah kemudian berbalik bergerak naik dan menjual ketika indikator
mencapai titik paling atas kemud ian berbalik bergerak turun.
Jika indikator
momentum mencapai nilai sangat tinggi atau sangat rendah relatif terhadap nilainilai sebelumnya, kita dapat mengharapkan tren yang sedang terjadi akan
berlanjut. Ketika pasar mendekati puncaknya, indikator momentum akan naik
secara tajam kemudian jatuh sedangkan ketika pasar mendekati lembahnya,
indikator momentum akan turun secara tajam kemudian bergerak ke atas. Kedua
situasi tersebut menghasilkan penyimpangan antara indikator dan harga.
5.
Moving Average
Moving average adalah indikator yang menunjukan harga rata-rata dari harga
sekuritas selama jangka waktu tertentu. Ketika menghitung moving average,
38
analisis matematis dari harga rata-rata sekuritas selama jangka waktu tersebut
dibuat.
Ada lima jenis moving average yang populer yaitu sederhana disebut juga
sebagai aritmetik, eksponensial, triangular, variabel, dan weighted (terberati).
Moving average dapat dihitung dengan menggunakan segala macam rangkaian
data misalnya harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, harga
penutupan, volume, atau bahkan indikator- indikator yang lain.
Satu-satunya perbedaan antara lima jenis moving average tersebut adalah berat
yang diberikan untuk data-data yang ada.
Moving average sederhana
memberikan berat yang sama untuk semua data. Moving average eksponensial
dan weighted memberikan berat yang lebih banyak untuk data-data saat ini.
Moving average triangular memberikan berat yang lebih banyak untuk data-data
yang berada di tengah sedangkan moving average variabel mengubah berat
berdasarkan volatilitas harga.
6.
On Balance Volume
On balance volume adalah indikator momentum yang menghubungkan volume
ke perubahan harga yang terjadi.
Indikator ini menunjukan apakah volume
mengalir ke dalam atau ke luar dari sekuritas. Ketika sekuritas menutup lebih
tinggi daripada harga penutupan sebelumnya, volume pada hari tersebut
dianggap naik (up-volume). Ketika sekuritas menutup lebih rendah daripada
harga pentutupan sebelumnya, volume pada hari tersebut dianggap turun (downvolume). On balance volume berada dalam tren naik ketika setiap puncak baru
lebih tinggi daripada puncak sebelumnya dan setiap lembah baru lebih tinggi
39
daripada lembah sebelumnya. Sebaliknya, on balance volume berada dalam tren
turun ketika setaiap puncak baru lebih rendah daripada puncak sebelumnya dan
setiap lembah baru lebih rendah daripada lembah sebelumnya.
Ketika on
balance volume bergerak ke samping dan tidak membuat harga tertinggi baru
secara berurutan dan tidak membuat harga terendah baru secara berurutan, ini
adalah tren yang meragukan.
7.
Performance
Indikator performance menampilkan unjuk kerja harga sekuritas dalam
persentase.
dinormalisasi.
Indikator ini kadang-kadang disebut sebagai grafik yang
Indikator performance menampilkan persentase dari seberapa
banyak harga sekuritas telah naik sejak sekuritas tersebut pertama kali
ditampilkan.
Sebagai contoh, jika indikator performance adalah 10, ini
menunjukan bahwa harga sekuritas telah naik 10% sejak sekuritas tersebut
pertama kali ditampilkan pada sisi kiri dalam grafik. Jika indikator performance
adalah -10, ini menunjukan harga sekuritas telah turun 10% sejak sekuritas
tersebut pertama kali ditampilkan.
8.
Relative Strength Index
Relative strength index adalah osilator yang mengikuti harga yang berjarak
antara 0 dan 100. Cara populer untuk menggunakan relative strength index
adalah melihat pada penyimpangan ketika sekuritas membuat harga tertinggi
baru tetapi relative strength index gagal melampaui harga tertinggi sebelumnya.
Peyimpangan ini adalah tanda dari pembalikan yang tertunda. Ketika relative
strength index berbalik arah ke bawah dan turun di bawah lembah sebelumnya,
40
ini disebut sebagai menyelesaikan failure swing yang berarti konfirmasi dari
pembalikan yang tertunda.
9.
Stochastics Oscilllator
Stochastics oscillator membandingkan antara harga penutupan pada suatu saat
dan jangkauan harga selama jangka waktu tertentu.
Stochastics oscillator
ditampilkan sebagai dua garis yaitu garis utama disebut sebagai %K dan garis
kedua disebut sebagai %D yaitu moving average dari garis %K. Garis %K pada
umumnya ditampilkan sebagai garis utuh dan garis %D pada umumnya
ditampilkan sebagai garis terputus-putus.
Ada beberapa cara untuk menjelaskan stochastic oscillator dengan menggunakan
tiga metode yang populer yaitu:
a. Membeli ketika oscillator, garis %K atau garis %D, turun di bawah tingkat
tertentu misalnya 20 dan kemudian naik ke atas tingkat tersebut. Menjual
ketika oscillator naik ke atas tingkat tertentu misalnya 80 dan kemudian turun
di bawah tingkat tersebut.
b. Membeli ketika garis %K naik ke atas garis %D dan membeli ketika garis %K
turun di bawah garis %D.
c. Melihat penyimpangan sebagai contoh ketika harga membuat rangkaian harga
tertinggi baru sementara stochastic oscillator gagal melampaui nilai- nilai
tertinggi sebelumnya.
10. Volume
Volume adalah jumlah saham atau kontrak yang diperdagangkan selama jangka
waktu tertentu misalnya jam, hari, minggu, bulan, atau yang lainnya. Analisis
41
volume adalah analisis yang sangat dasar tetapi sangat penting untuk analisis
teknis. Volume menyediakan tanda-tanda intensitas dari gerakan harga. Volume
yang rendah adalah ciri-ciri dari harapan yang tidak menentu yang umumnya
terjadi selama periode konsolidasi yaitu periode di mana harga bergerak ke
samping dalam fase perdagangan.
Volume yang rendah juga sering terjadi
selama periode tidak menentu pada bawah pasar. Volume yang tinggi adalah
ciri-ciri dari atas pasar di mana ada harapan yang kuat bahwa harga akan
bergerak lebih tinggi lagi. Volume yang tinggi juga sangat umum terjadi pada
awal tren yang baru yaitu ketika harga menembus jangkauan perdagangan.
Sebelum bawah pasar, volume sering naik karena penjualan yang didasari oleh
rasa panik. Volume dapat membantu kita memperhitungkan kesehatan tren yang
ada. Tren ke atas yang sehat seharusnya mempunyai volume lebih tinggi pada
arah ke atas dan volume lebih rendah pada arah ke bawah (koreksi) sedangkan
tren ke bawah yang sehat umumnya mempunyai volume lebih tinggi pada arah
ke bawah dan volume lebih rendah pada arah ke atas (koreksi).
2.5.2. Analisis Fundamental
Menurut (Bodie, Kane and Marcus, 2005, pp 377), analisis fundamental
menggunakan prospek/proforma pendapatan dan dividen suatu perusahaan, perkiraan
tingkat bunga di masa yang akan datang dan penilaian risiko dari suatu perusahaan
untuk menentukan harga saham yang wajar.
Sebelum melakukan investasi saham suatu perusahaan, sebaiknya investor
melakukan analisis fundamental terhadap perusahaan emiten yang bersangkutan
42
untuk memperoleh nilai intrinsik saham yang wajar. Adapun analisis fundamental
diantaranya menggunakan data analisis laporan keuangan dalam menghitung nilai
intrinsik saham perusahaan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik
merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan
analisis fundamental. Laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba,
laporan kepemilikan modal dan laporan arus kas, menggambarkan aspek-aspek
fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif.
Analisis fundamental adalah satu bentuk analisis mikro yang menerapkan model
penilaian dasar. Dalam pendekatan ini, dibuat juga perkiraan mengenai nilai hakiki
setiap saham yang ditentukan sesuai dengan aspek fundamental seperti laba per
saham, dividen per saham, struktur permodalan, potensi pertumbuha n dan prospek
usaha perusahaan.
Untuk melakukan analisis fundamental dengan pendekatan top-down, perlu
ditentukan nilai yang akan datang (future value) dari agregat pasar saham dengan
basis penjualan, pendapatan dan faktor risiko. Kemudian diikuti dengan analisis
industri dan nilai dari saham individual suatu perusahaan.
Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan karena
menggunakan data keuangan perusahan yang telah lewat dalam membuat laporan pro
forma dan menghitung nilai intrins ik saham. Di dalamnya menyangkut analisis
tentang
kekuatan
dan
kelemahan
dari
perusahaan,
bagaimana
operasionalnya, dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang.
kegiatan
43
2.5.2.1. Cost of Capital
Dalam menghitung nilai intrinsik saham suatu perusahaan, diperlukan
pendiskontoan nilai arus kas di masa yang akan datang dengan tingkat diskonto yaitu
biaya modal atau cost of capital yang digunakan dalam model penilaian saham. Cost
of capital adalah tingkat imbal hasil yang diharapkan dapat diperoleh para investor
atas investasi sahamnya yang terbaik dengan tingkat risiko tertentu.
Tingkat diskonto yang digunakan dalam model penilaian harus bertujuan untuk
menghitung nilai waktu uang dan risiko investasi. Pada umumnya, para investor tidak
menyukai ketidakpastian dalam berinvestasi saham. Oleh karena itu, para investor
berminat atas investasi yang berisiko tinggi dengan kompensasi perolehan tingkat
imbal hasil yang tinggi pula. Untuk mengidentifikasikan tingkat perusahaan emiten
yang dipertimbangkan berisiko, dapat digunakan model penilaian Capital Asset
Pricing Model (CAPM) dan didasarkan atas ukuran perusahaan tersebut.
CAPM yang dikemukakan oleh Hary Markowitz mengatakan bahwa tingkat
imbal hasil yang diharapkan dari saham suatu perusahaan (re) atau secara
ekuivalennya adalah cost of equity capital perusahaan diperoleh dari rumus sebagai
berikut:
re = rf + ß (rm - rf)
di mana, rf adalah tingkat imbal hasil yang bebas risiko atas obligasi seperti tingkat
bunga sertifikat Bank Indonesia. ß adalah beta/risiko perusahaan yang mengukur
sensitivitas tingkat imbal hasil perusahaan terhadap tingkat imbal hasil pasar saham
gabungan. rm adalah tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio pasar saham,
biasanya dihitung dari indeks harga saham gabungan (IHSG). Market return - Risk
free rate (rm - rf) merupakan premi risiko (premium risk), gabungan dari beberapa
risiko fundamental sekuritas (internal risk), yang mempengaruhi nilai intrinsik suatu
saham yaitu risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar dan
country risk. Sedangkan external market risk atau risiko sistematis akan dipengaruhi
oleh variabel-variabel ekonomi makro suatu negara seperti pertumbuhan ekonomi,
inflasi, jumlah uang beredar, maupun fluktuasi tingkat bunga umum.
44
Cost of equity capital ini digunakan sebagai tingkat diskonto untuk menghitung
nilai arus kas untuk ekuitas (Free cash flow to equity) bagi perusahaan yang
umumnya tidak memiliki pinjaman dari pihak luar.
Bila investor tertarik untuk menentukan nilai suatu perusahaan selain nilai
ekuitas perusahaan maka perlu dipertimbangkan pula cost of non-equity capital yaitu
cost of debt dan cost of preferred stock . Dalam model penilaian arus kas untuk
perusahaan yang umumnya dibiayai oleh debt (Free cash flow to the firm) digunakan
tingkat diskonto yaitu Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang diperoleh
dari penjumlahan perkalian bobot masing- masing komponen (debt, equity dan
preferred stock) dengan biayanya.
WACC = Wd x rd (1-tax) + Wcs x re + Wps x rps
2.5.2.2. Valuation Models
Penilaian aset terhadap suatu perusahaan memegang peranan penting dalam
berbagai area keuangan. Menurut Aswath Damodaran dalam buku “Damodaran on
Valuation”, terdapat empat pendekatan model penilaian yaitu: Asset Based Valuation,
Discounted cash-flow valuation, relative valuation dan contingent claim valuation.
Pendekatan Asset Based Valuation adalah penilaian asset perusahaan berdasarkan
nilai likuidisasi perusahaan atau replacement cost. Pendekatan discounted cash-flow
valuation berhubungan dengan penilaian suatu aset terhadap suatu nilai sekarang
(present value) dari nilai yang diharapkan di masa yang akan datang. Dimana
perhitungan untuk pendekatan ini dibagi dalam 2 tahap perhitungan, yaitu:
1.
Basis for approach
Pendekatan ini berhubungan dengan nilai sekarang suatu aset, dimana
didalamnya terdapat nilai dimasa yang akan datang.
45
t= n
Value = ∑
t =1
2.
CFt
(1 + r )t
Equity valuation versus firm valuation
Pendekatan ini didapat dari hasil perhitungan expected cash flows to equity
(pengurangan cash flow setelah dikurangi beban-beban, pajak obligasi dan bunga
serta pembayaran pajak) melalui cost of equity.
t =n
Value of equity = PV of cash flow to equity = ∑
t =1
CF to equity t
(1 + re )t
Setelah didapat nilai tersebut, barulah menghitung nilai sekarang suatu
perusahaan dengan mendiskontokan cash flow dimasa mendatang terhadap nilai
pengharapan arus kas dari perusahaan.
t= n
Value of firm = ∑
t =1
CF to firm t
(1 + WACC )t
Jadi, menurut Aswath Damodaran, disimpulkan bahwa penilaian saham dapat
dilakukan melalui metode arus kas sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
46
Tabel 2.1. Discounted Cash Flow Valuation Models
Cash
Flow
Dividends
Expected Dividends t o
Stockholders
Cashflows to Equity
Net Income
- (1- δ) (Capital Exp. - Deprec’n)
- (1- δ) Change in W o r k . Capital
= Free Cash f l o w t o Equity (FCFE)
[δ = Debt Ratio]
&A
Cashflows to Firm
EBIT (1- tax rate)
- (Capital Exp . - Deprec’n)
- Change in W o r k . Capital
= Free Cash f l o w t o Firm
(FCFF)
Cost
Discoun t
of
Rate
Cost of Capital
W A C C = ke ( E/ (D+E))
Equity
+ k d ( D/(D+E))
Basis: T h e riskier the investment, the greater is the cost of equity.
Models:
k d = Current Borrowing Rate
(1-t)
CAPM: Riskfree Rat e + Bet a (Risk Premium)
E,D: Mkt Val of Equit y and
A P M : Riskfree Rat e + Σ Bet aj (Risk Premiumj): n factors
Debt
Seorang investor/analis keuangan dapat menggunakan salah satu dari metode
arus kas di atas dengan asumsi kondisi bisnis perusahaan stabil atau two stage atau
three stage atau n-stage.
Di sini kami akan menggunakan model Free Cash Flow to the Firm (FCFF)
untuk menentukan nilai intrinsik saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dimana
didalamnya terdapat pembiayaan dari pihak luar seperti hutang bank, hutang
hubungan istimewa dan obligasi. Perbandingan nilai intrinsik saham PT Wahana
Ottomitra Multiartha Tbk dengan nilai pasar sahamnya akan menghasilkan keputusan
apakah harga saham overvalued (sell) atau harga saham undervalued (buy).
Pendekatan relative valuation adala h pendekatan dengan menggunakan rasiorasio seperti PER, PEG, Price to book value dan Price to Sales sebagaimana yang
47
dijelaskan pada bagian berikut ini. Kami akan menggunakan Price Earning Ratio dan
Price to Sales (Price to Revenue) dalam penilaian saham PT Wahana Ottomitra
Multiartha Tbk karena rasio-rasio tersebut reasonable dan sesuai untuk digunakan
bagi perusahaan jasa pembiayaan.
Pendekatan contingent claim valuation terdiri dari option to delay, option to
expand dan option to liquidate. Pendekatan ini biasanya digunakan bagi perusahaan
yang berhak menunda keputusan investasi, perusahaan muda yang berhak melakukan
perluasan usahanya dan perusahaan yang berhak melikuidasi perusahaan akibat
permasalahan mendasar dengan hutangnya. Menurut kami, pendekatan ini kurang
tepat untuk menilai harga wajar saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.
2.5.2.3. Valuation Ratios
Pada bagian 2.4. telah dibahas mengenai analisis rasio keuangan agar data
keuangan suatu perusahaan dapat dibandingkan antar tahun dan antar perusahan di
sektor industri yang sama. Sedangkan rasio penilaian di sini disebut juga sebagai
pendekatan relative valuation membantu investor agar dapat membuat penilaian
suatu saham perusahaan emiten secara cepat dari harapan tingkat pengembalian
(future growth and profitability) yang dibentuk ke arah harga saham perusahaan di
pasar modal saat ini. Adapun rasio penilaian saham terdiri dari: (Menurut Lundholm
and Sloan, 2004, pp 209)
•
Market to book ratio (Price to book value ratio) = Current market value of equity
/ book value of equity from the most recent financial statements
48
Bila P/B value suatu perusahaan di bawah rata-rata sektor industrinya maka
menandakan kesempatan bagi para investor untuk membeli saham perusahaan
tersebut; dan begitupula sebaliknya.
•
Price to earnings ratio = Current market price per share / the forecasted net
income for next year
Bila PER suatu perusahaan di bawah rata-rata sektor industrinya maka
menandakan harga saham tersebut murah untuk dibeli oleh para investor; dan
begitupula sebaliknya. Nilai PER sangat reasonable daripada rasio lainnya dan
dipengaruhi oleh pertumbuhan dividen, rasio pembayaran dividen dan
berbanding terbalik dengan tingkat imbal hasil yang diharapkan dari saham suatu
perusahaan (re).
•
Price-earnings to growth ratio = Price to earnings ratio / (Earnings growth x 100)
Bila saham dengan PEG rasio di bawah 1 maka dipertimbangkan harganya
murah (undervalued) dan saham dengan PEG rasio lebih dari 1 dipertimbangkan
harganya mahal (overvalued).
•
Price to sales ratio = Current market price per share / the forecasted total revenue
for next year
Bila P/S ratio suatu perusahaan di bawah rata-rata sektor industrinya maka harga
saham undervalued dan saatnya membeli saham tersebut; dan begitupula
sebaliknya.
49
2.5.2.4. Financial Shenanigans
Menurut (Schilit, 2002, pp 24), financial shenanigans adalah tindakan yang
secara sengaja melakukan penyimpangan kinerja perusahaan dan kondisi keuangan
yang dilaporkan perusahaan kepada para investor dan stakeholders lainnya. Financial
shenanigans diidentifikasikan menjadi tujuh kategori yaitu:
•
Recording revenue too soon or of questionable quality
•
Recording bogus revenue
•
Boosting income with one-time gains
•
Shifting current expense to a later or earlier period
•
Failing to record or improperly reducing liabilities
•
Shifting current revenue to a later period
•
Shifting future expenses to the current period as a special charge
Menurut (Schilit, 2002, pp 24), penemuan financial shenanigans dapat dilakukan
secara kualitatif (melalui laporan auditor, catatan atas laporan keuangan, memo dari
presiden eksekutif perusahaan dan liputan media) dan secara kuantitatif (quick search
dan comprehensive analysis). Quick Search untuk financial shenanigans diantaranya:
•
Pertumbuhan laba lebih cepat daripada arus kas yang diperoleh dari kegiatan
operasi
•
Pertumbuhan atas hutang melebihi pertumbuhan piutang dalam persentase.
•
Pertumbuhan atas piutang melebihi pertumbuhan pendapatan dalam persentase.
50
•
Persentase penyisihan piutang tak tertagih dari total piutang yang outstanding
berfluktuasi dari tahun ke tahun tanpa diikuti dengan perubahan jumlah
pelanggan.
•
Marjin laba kotor dalam nilai mata uang dan persentase terjadi peningkatan atau
penurunan drastis.
•
Perubahan struktur organisasi tingkat eksekutif, auditor dan konsultan hukum.
Download