BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistim Ekonomi dan Keuangan Menurut John Maynard Keynes, ada tiga kemungkinan yang berkaitan dengan tujuan seseorang dalam memiliki atau memegang uang dalam jumlah tertentu, yaitu: 1. Tujuan Transaksi Penggunaan uang dalam bentuk apapun yang digunakan untuk melakukan pertukaran dalam memperoleh suatu bentuk barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan jangka pendek. 2. Tujuan Tabungan Penempatan uang untuk disimpan guna berjaga-jaga dalam memenuhi kebutuhan yang bersifat mendesak dan me menuhi kebutuhan lain yang timbul pada masa yang akan datang serta kebutuhan jangka panjang lain. 3. Tujuan Spekulatif Penempatan uang dalam suatu bentuk alat investasi dengan harapan akan berkembang dan menghasilkan nilai yang lebih tinggi pada masa yang akan datang. Dalam hal mengakomodisir keinginan konsumen yang semakin bertambah, maka tersedianya berbagai macam pasar dalam memenuhi harapan konsumen terus meningkat dan semakin ketat. 7 8 Sistem ekonomi dan keuangan dapat dikelompokkan dalam banyak cara. Salah satu cara adalah dengan mengorganisasikan sistem tersebut kedalam dua macam pasar, yaitu pasar untuk barang dan jasa serta pasar untuk aset keuangan. 2.1.1. Pasar Aset Keuangan Pasar asset keuangan selalu dibagi menjadi dua sub pasar, yaitu pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Pasar uang merupakan pertemuan antara pihak yang bersurplus dana dengan pihak yang berdefisit dana, di mana dananya berjangka pendek dan pada umumnya berkualitas tinggi yang diperdagangkan. Karena pada pasar uang pelaksanaan transaksi tidak dilakukan ditempat tertentu sebagaimana halnya dengan bursa efek pada pasar modal, maka sering pula disebut dengan pasar maya. Dengan demikian pasar uang mempunyai ciri-ciri: jangka waktu dana yang pendek, tidak terikat pada tempat tertentu, pada umumnya supply dan demand bertemu secara langsung dan tidak perlu guarantor/underwriter. Pasar uang yang terorganisasi ada beberapa jenis pasar uang meliputi: pasar uang antar bank, sertifikat deposito, sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Pasar uang melayani banyak pihak seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi dan lembaga keuangan lainnya. Instrumen yang diperdagangkan antara lain ialah surat berharga pemerintah (bill dan notes), sekuritas badan-badan pemerintah, perjanjian imbal beli dan surat berharga perusahaan (company commercial paper), berbagai surat utang jangka pendek yang dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan dunia usaha, pemerintah dan konsumen. Pasar uang dapat dibedakan menurut 9 sifatnya yakni perdagangannya langsung (direct and negociated), pasar uang bagi para nasabah (customer money market) dan pasar uang yang terbuka bagi siapa saja (impersonal) atau disebut juga pasar uang terbuka (open money market). 2.1.2. Pasar Modal Sebenarnya kegiatan pasar modal sudah sejak lama dikenal di Indonesia, yaitu pada saat zaman penjajahan Belanda. Hal ini terlihat dari didirikannya bursa efek di Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel pada tanggal 14 Desember 1912, meskipun diketahui bahwa tujuan awalnya untuk menghimpun dana guna kepentingan mengembangkan sektor perkebunan yang ada di Indonesia. Investor yang berperan pada saat itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan Eropa lainnya, sedangkan efek yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi milik perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Menurut (Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995, Bab I, Pasal 1 Tentang Pasar Modal), yaitu pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Berlakunya Undang-Undang ini juga mensyaratkan perlunya pembentukan Lembaga Kliring dan Penjaminan (LPK) dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian disesuaikan dengan UUPM. 10 Sedangkan menurut (Widoatmodjo, 1996, pp 13) yaitu pasar modal merupakan suatu jenis pasar konkrit dimana jual beli dana-dana jangka panjang yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun dilakukan dan merupakan alternatif sumber pembiayaan modern selain perbankan. Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa pasar modal merupakan sarana yang mempertemukan antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit fund), di mana dana yang diperdagangkan adalah dana jangka panjang bagi perusahaan dan membantu meningkatkan kegiatan perekonomian secara nasional. Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi, yang pada akhirnya akan menciptakan pasar kerja dan meningkatkan kegiatan perekonamian yang sehat. Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis tidak saja bagi pihak yang memerlukan dana (borrowers) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders), tetapi juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini, hampir seluruh negara menaruh perhatian yang besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital flight) bukan hanya me rupakan akibat dari menurunnya (depreciation) nilai rupiah, atau tingginya inflasi dan suku bunga di suatu negara, akan tetapi juga diakibatkan karena tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut. Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu negara, yaitu: 11 1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana. Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan dana secara konvensional. Pasar modal memungkinkan perusahaan (bank) menerbitkan surat berharga (sekuritas), baik surat tanda utang (obligasi) maupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal, perusahaan (bank) dapat terhindar dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi. 2. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio investasi melalui cara mengkombinasikan dana pada berbagai kemungkinan investasi dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih dan sanggup menanggung sejumlah risiko tertentu yang mungkin terjadi. 3. Biaya Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah. Dalam melakukan penghimpunan dana, suatu perusahaan membutuhkan biaya yang relatif lebih kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam melalui instrumen lain. 4. Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi. Setiap perusahaan, khususnya yang berskala besar dan bersifat strategis, pasti berkeinginan untuk mampu meningkatkan kapasitas usahanya agar dapat menaikkan volume penjualan dan pendapatan. Usaha yang berskala kecil secara teoritis, sulit untuk mencapai skala produksi yang efisien (economies of scale), sehingga untuk memperbaiki posisinya perusahaan yang bersangkutan 12 melakukan perluasan usaha (expansion). Perluasan usaha ini membutuhkan modal yang besar. (Usman, Marzuki, Riphat, Singgih, dan Ika, Syahrir, 1997, pp 13-17) 2.2. Pengertian Perusahaan Pembiayaan Perkembangan suatu usaha baik itu usaha yang berskala kecil, menengah, maupun besar sangat membutuhkan adanya suatu energi untuk berkembang. Salah satu energi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk berkembang adalah energi keuangan. Untuk memenuhi sarana energi bagi dunia usaha maka perusahaan pembiayaan terdapat di Indonesia. Adanya perusahaan pembiayaan dapat dijadikan sebagai satu alternatif bagi dunia usaha untuk mendapatkan energi guna tumbuh dan berkembang selain energi dari perbankan yang telah ada selama ini. Energi dari perusahaan pembiayaan merupakan salah satu energi yang dapat membantu dunia usaha untuk tumbuh dan berkembang. Perusahaan pembiayaan (multifinance company) adalah salah satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di Indonesia. Kegiatan perusahaan pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan dana dan/atau barang modal serta kebutuhan konsumen dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat melalui deposito, tabungan, giro, dan surat sanggup bayar. Kegiatan tidak menarik dana dari masyarakat secara langsung biasa disebut dengan nondeposit taking activity. Aktifitas perusahaan pembiayaan dibandingkan dengan aktifitas perbankan sangat berbeda walaupun keduanya adalah lembaga 13 keuangan di mana perbankan dapat melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat (deposit taking activity) sedangkan perusahaan pembiayaan tidak dapat melakukan penarikan dana langsung dari masyarakat (nondeposit taking activity). Khusus untuk metode pemberian dana atau pembiayaan kepada nasabah pada dasarnya antara sistem perbankan dengan perusahaan pembiayaan hampir sama tetapi yang membedakan adalah pendekatan dan kecepatan dalam pelayanan kepada nasabah. Selain itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara sistem perbankan dan sistem perusahaan pembiayaan terutama dalam pemberian dana di mana perbankan dibatasi dengan ketentuan 3L, LDR, dan CAR sedangkan dalam perusahaan pembiayaan tidak terdapat ketentua n seperti itu kecuali untuk perusahaan pembiayaan yang telah go public diwajibkan dalam laporan keuangannya untuk membedakan pembiayaan kepada pihak afiliasi dan pihak ketiga. Hal lain yang membedakan antara perbankan dengan perusahaan pembiayaan adalah bank lebih berorientasi kepada jaminan atas pemberian kredit yang disalurkan (collateral basis) sedangkan perusahaan pembiayaan tidak berorientasi kepada jaminan karena barang yang dibiayai merupakan objek pembiayaan (noncollateral basis). 2.2.1. Sewa Guna Usaha Sewa Guna Usaha (SGU) atau biasa disebut juga dengan kata leasing berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 didefinisikan sebagai ”kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun secara sewa guna usaha 14 tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”. Berdasarkan definisi tersebut di atas, terdapat hal- hal penting yang perlu digarisbawahi di dalam transaksi sewa guna usaha yaitu: 1. Transaksi sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) dan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease). Selain itu, kegiatan sewa guna usaha dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang modal milik penyewa guna usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali (sale and lease back). Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 3 ayat 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988. 2. Objek pembiayaan sewa guna usaha harus dalam bentuk barang modal di mana pengertian barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan/plant dan tanah serta aktiva tersebut merupakan satu kesatuan kepemilikan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan, meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh lessee. 3. Pembayaran sewa guna usaha dilakukan secara berkala yaitu secara bulanan, dua bulanan, tiga bulanan baik di muka, di belakang, atau sesuai kesepakatan antara leasor dengan lessee. 15 4. Transaksi sewa guna usaha mensyaratkan dibuat dalam jangka waktu tertentu atau mempunyai batas waktu. Hal ini termuat dalam ketentuan dalam pasal 3 huruf b Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991. Transaksi sewa guna usaha (leasing) pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis yaitu finance lease, operating lease, sales-typed lease, dan leveraged lease. Adapun masing- masing jenis sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut: 1. Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan) Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan sewa guna usaha. 2. Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa) Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini 16 disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunausahakan sehingga berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biayabiaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak, maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. 3. Sales-Typed Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan) Suatu transaksi sewa guna usaha di mana produsen/pabrikan juga berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah transaksi termasuk bagian laba sudah diperhitungkan ole h produsen. Jenis transaksi sewa guna usaha ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan. Di Indonesia lessor yang mempunyai fungsi ganda seperti ini tidak diperkenankan oleh Departemen Keuangan. 4. Leveraged Lease Suatu transaksi sewa guna usaha selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank/kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dalam transaksi. Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia karena suku bunga perbankan dengan suku bunga yang dikenakan perusahaan sewa guna usaha terdapat selisih yang cukup besar. 17 2.2.2. Anjak Piutang Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang, maksudnya yaitu piutang yang dialihkan sedangkan pengertian factoring/anjak piutang menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman dalam Dictionary of Finance and Investment Term adalah ”Type financial service whereby a firm sells or transfers title to its account receivables to a factoring company which then acts as principal, not as agent. The receivables are sold without resource, meaning that the factor can not turn to the seller in the event accounts prove uncollectible”. Sedangkan definisi anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 adalah ”kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri”. Definisi tersebut di atas dipertegas dengan ketentuan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa “kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri”. Berdasarkan definisi anjak piutang tersebut di atas terdapat beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi tentang kegiatan anjak piutang yang dapat dilakukan di Indonesia yaitu: 1. Transaksi anjak piutang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu anjak piutang dengan pembiayaan (financing activity) yaitu dalam bentuk pembelian 18 dan/atau pengalihan piutang dan anjak piutang bukan pembiayaan (nonfinancing activity) yaitu dalam bentuk pengurusan piutang atau tagihan. 2. Transaksi anjak piutang dapat dilakukan untuk transaksi perdagangan domestik (anjak piutang domestik) dan transaksi perdagangan antar negara atau ekspor/impor (anjak piutang intenasional). 3. Obyek pembiayaan anjak piutang adalah piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. 4. Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan, bukan kepada individual atau orang perorangan. Kegiatan anjak piutang pada prinsipnya merupakan pemberian kredit kepada supplier dengan cara membeli piutang atau tagihannya kepada nasabahnya namun sesungguhnya adalah pemberian kredit itu diberikan oleh supplier kepada pembeli. Hanya proses penagihannya dilimpahkan kepada faktor yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian anjak piutang. 2.2.3. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen (consumer finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 adalah “kegiatan pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen”. Berdasarkan definisi tersebut di atas terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen yaitu: 19 1. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen. 2. Obyek pembia yaan usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan konsumen biasanya kendaraan bermotor, alat kebutuhan rumah tangga, komputer, barang-barang elektronik, dan lain sebagainya. 3. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala biasanya per bulan dan ditagih langsung kepada konsumen. 4. Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan seperti financial lease. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, kegiatan pembiayaan konsumen hampir sama dengan kegiatan sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease). Berikut ini kami kemukakan beberapa hal yang membedakan keduanya yaitu: 1. Kepemilikan barang/obyek pembiayaan yang dilakukan berbeda, dalam transaksi sewa guna usaha berada pada lessor sedangkan pada pembiayaan konsumen berada pada konsumen yang kemudian diserahkan secara fiducia kepada perusahaan pembiayaan. 2. Tidak ada batasan jangka waktu pembiayaan seperti dalam financial lease, jangka waktu pembiayaan diatur sesuai dengan obyek barang modal yang dibiayai oleh lessor. 3. Pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayaan kepada calon konsumen yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), mempunyai kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas seperti ketentuan sewa guna usaha. 20 4. Perlakuan perpajakan antara transaksi sewa guna usaha dan transaksi pembiayaan konsumen berbeda baik dari sisi perusahaan pembiayaan maupun dari sisi konsumen/ lessee. 5. Kegiatan sale and lease back dimungkinkan dalam transaksi sewa guna usaha sedangkan dalam transaksi pembiayaan konsumen ketentuan ini belum diatur. 2.2.4. Kartu Kredit Sistem kartu kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang diterbitkan kepada pengguna sistem tersebut. Sebuah kartu kredit berbeda dengan kartu debit di mana penerbit kartu kredit meminjamkan uang kepada konsumen dan bukan mengambil uang dari rekening. Kebanyakan kartu kredit memiliki bentuk dan ukuran yang sama, seperti yang dispesifikasikan oleh standar ISO 7810. Kartu kredit dikeluarkan dan disetujui oleh penyedia jasa kartu kredit yang pada umumnya sebuah bank umum di mana pengguna kartu kredit dapat melakukan pembelian dari para pedagang yang menerima kartu kredit dengan batas kredit yang telah ditentukan. Ketika pembelian terjadi, pengguna kartu kredit setuju untuk membayar harga pembelian kepada penerbit kartu kredit. Pengguna kartu kredit akan menandatangani bukti penerimaan yang mencantumkan nama barang yang dibeli dan jumlah yang harus dibayar disertai dengan tanda tangan namun sekarang para pedagang dapat menerima otorisasi verbal melalui telepon dan elektronik melalui internet. 21 Sistem verifikasi elektronik mengijinkan para pedagang mengunakan kartu magnetis untuk menyimpan data verifikasi yang menyatakan bahwa kartu tersebut dapat digunakan dan pengguna kartu kredit masih memiliki batas kredit yang cukup untuk melakukan transaksi pembelian. Sistem verifikasi yang lain menggunakan ecommerce yang dilakukan dengan verifikasi nomor akun pengguna kartu kredit valid dan dapat melakukan transaksi. Setiap bulan pengguna kartu kredit dikirimkan laporan tagihan bulanan yang berisi transaksi pembelian yang telah dilakukan dan jumlah hutang yang masih harus dibayar. Pemegang kartu harus membayar jumlah minimum dari jumlah keseluruhan tagihan yang telah jatuh tempo dan dapat memilih untuk melunasi seluruh tagihan. Penyedia kartu kredit mengenakan bunga dari jumlah tagihan yang pada umumnya bertarif lebih tinggi daripada jenis hutang lainnya. Beberapa lembaga keuangan dapat menerima pembayaran secara otomatis dengan cara mengurangi saldo simpanan pengguna kartu kredit yang berada di lembaga keuangan tersebut. Penerbit kartu kredit biasanya tidak mengenakan bunga jika jumlah tagihan telah dibayar seluruhnya setiap bulan tetapi akan mengenakan bunga dari tanggal pembelian jika jumlah tagihannya belum dibayar. Sebagai contoh, jika seorang pengguna kartu kredit memiliki jumlah tagihan sebesar Rp 1.000.000,- untuk transaksi pembelian yang dilakukan dan membayar sebesar Rp 1.000.000,-, tidak akan dikenakan bunga. Jika terdapat sisa tagihan sebesar Rp 100.000,- yang belum dibayar, bunga akan dikenakan dari jumlah tagihan Rp 1.000.000,- mulai dari tanggal transaksi pembelian sampai dengan pembayaran dilakukan. 22 2.3. Risiko dan Tingkat Pengembalian Investasi Saham Pada umumnya investor melakukan investasi saham dengan harapan memperoleh keuntungan yang dinamakan tingkat pengembalian atau tingkat imbal hasil yang tinggi. Namun tingkat imbal hasil di masa yang akan datang belum tentu dapat diperoleh investor, karena adanya risiko yang harus diterima oleh seorang investor saham dan indeks pasar saham berfluktuasi. Hubungan langsung antara tingkat imbal hasil dengan risiko adalah semakin besar risiko suatu saham, semakin besar potensial memperoleh tingkat imbal hasil dari investasi saham tersebut; dan begitupula sebaliknya. 2.3.1. Tingkat Pengembalian Investasi Menurut (Hall, 1997, pp 3), tingkat imbal hasil yang diharapkan dari investasi saham terdiri dari dua tipe yaitu: 1. Dividen tunai merupakan bagian dari laba bersih setelah pajak penghasilan yang disepakati manajemen perusahaan emiten melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk dibagikan atau dibayarkan kepada para pemegang saham. 2. Capital gains merupakan keuntungan dari kenaikan atas nilai atau harga pasar suatu saham di pasar modal yang dikaitkan langsung dengan kinerja perusahaan emiten dan sentimen positif dari para investor untuk memiliki saham tersebut. 23 2.3.2. Risiko Investasi Menurut (Hall, 1997, pp 4 - 8), risiko investasi atau capital risk yang harus diterima oleh para investor saham dapat berupa: 1. Business risk, risiko sehubungan dengan pertumbuhan kinerja penjualan dan penghasilan perusahaan emiten di bawah target harapan investor dan manajemen perusahaan emiten gagal mengembangkan perusahaannya ke tahap siklus bisnis berikutnya. 2. Stock-spesific risk juga dikenal dengan unsystematic risk, risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi (investasi pada berbagai saham). 3. Liquidity atau marketability risk, risiko sehubungan dengan kesulitan investor untuk menjual atau membeli sahamnya pada harga yang wajar dalam jangka waktu yang pendek dikarenakan terlalu sedikitnya pembeli atau penjual saham tersebut di pasar modal. 4. Interest rate risk, risiko yang dapat mempengaruhi seluruh sekuritas pendapatan tetap yaitu saham istimewa dan obligasi. Jika suku bunga naik, maka banyak investor menarik dananya dari reksa dana saham untuk diinvestasikan ke instrumen investasi yang lebih aman seperti sertifikat deposito. Sehingga terjadi penurunan permintaan atas saham oleh manajer investasi dan penurunan harga saham biasa. 5. Systematic risk juga dikenal dengan risiko pasar atau beta (ß), risiko yang tak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Jika pergerakan pasar secara menyeluruh mengalami penurunan, maka nilai dari seluruh lembar saham dalam portofolio 24 cenderung akan menurun. Untuk meminimalkan risiko ini, investor dapat menggunakan strategi lindung nilai (hedging). 6. Inflationary atau purchasing power, risiko turunnya daya beli uang. Tingginya tingkat inflasi menurunkan daya beli uang dari waktu ke waktu. Namun risiko ini dapat diminimalkan dalam berinvestasi saham. 7. Political risk, risiko kondisi politik suatu negara yang tidak stabil akan menurunkan produktivitas perusahaan yang sahamnya kita miliki. 8. Taxation risk, risiko perubahan tarif pajak atas pendapatan dividen dan keuntungan modal (capital gain) dapat merubah permintaan untuk saham. 2.4. Analisis Laporan Keuangan Untuk mengetahui besarnya pengaruh likuiditas, struktur modal dan solvabilitas, profitabilitas, dan utilisasi dan efisiensi aset terhadap imbal hasil saham pada suatu perusahaan pembiayaan, dapat dilakukan analisis dari laporan keuangan yang telah diterbitkan oleh perusahaan pembiayaan go public. Laporan keuangan pada umumnya meliputi: Neraca (balance sheet), laporan laba/rugi (profit/loss account), laporan kepemilikan modal (statement of owners’ equity), dan laporan arus kas (statement of cash flow). Tujuan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan pembiayaan, adalah: 1. Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan secara periodik untuk tujuan pembuatan dan pengambilan keputusan. 25 2. Menyajikan informasi yang menyangkut sumber-sumber daya suatu perusahaan dan pengalokasian sumber-sumber daya tersebut. 3. Menyajikan informasi mengenai kinerja suatu perusahaan dan laba yang dihasilkan atau kerugian yang diderita serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. 4. Menyajikan informasi yang dapat dijadikan dasar oleh investor dan kreditur untuk melakukan penilaian atas prospek arus kas pada suatu perusahaan. 5. Menyajikan informasi tambahan mengenai kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh dan mengalokasikan kas, pinjaman dan pengembalian pinjaman, transaksi modal (capital transaction), dan distribusi-distribusi lainnya dari sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan kepada para pemiliknya, serta faktor- faktor lain yang mempengaruhi kemampuan likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan efisiensi asset perusahaan yang bersangkutan. Menurut (Keown, 2005, pp 72), rasio keuangan dapat membantu para analis untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dari suatu perusahaan, dimana nilainya didapatkan dari laporan keuangan suatu perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, yaitu: likuiditas, struktur modal dan solvabilitas, profitabilitas dan efisiensi asset. 2.4.1. Likuiditas Menurut (Bodie, Kane and Marcus, 2005, pp 667), rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan membayar kewajiban lancarnya dengan 26 melikuidisasikan aktiva lancarnya menjadi kas dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun. Rasio likuiditas yang dihitung di sini terdiri dari: • Current ratio = Current assets / Current liabilities • Quick ratio = (Cash + Short-term investments + Current receivables) / Current liabilities • Cash ratio = (Cash + Short-term investments) / Current liabilities 2.4.2. Struktur Modal dan Solvabilitas Menurut (Werner and Jones, 2004, pp 477), rasio struktur modal mengukur berapa bagian dari seluruh aktiva yang didanai oleh kewajiban dan ekuitas. Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi pembayaran kewajiban jangka panjang beserta bunganya. Rasio struktur modal dan solvabilitas yang dihitung di sini terdiri dari: • Debt ratio = Total liabilities / Total assets • Debt to equity ratio = Total liabilities / Total equity • Net debt to equity ratio = (Total liabilities – Cash) / Total equity • Long-term debt to equity ratio = Long-term liabilities / Total equity • Long-term debt to capitalization ratio = Long-term liabilities / Total capital • Times interest earned ratio = Earnings before interest and income taxes / Interest expense • Operating cash flow coverage ratio = Cash provided by operating activities / Average total liabilities 27 2.4.3. Profitabilitas Menurut (Werner and Jones, 2004, pp 461), rasio profitabilitas menunjukkan kinerja efektivitas suatu perusahaaan menghasilkan pendapatannya. Seluruh perusahaan harus mempertahankan setidaknya tingkat profitabilitas terendah untuk memenuhi kewajibannya terhadap kewajiban jangka panjang dan membayar tingkat pengembalian investasi para pemegang saham. Rasio profitabilitas yang dihitung di sini terdiri dari: • Gross profit margin = Gross profit / Net revenues • Net profit margin = Net income / Net revenues • EBITDA margin = EBITDA / Net revenues • Return on assets (ROA) = Net income / Average total assets • Return on common equity (ROE) = (Net income – Preferred dividend) / Average common stockholders’ equity • Dividend payout ratio = Cash dividends / Net Income • Earnings per share (EPS) = (Net income – Preferred dividend) / Average common shares outstanding • Price to earnings ratio (PER) = Average market pric e per share of stock / Earnings per share 2.4.4. Utilisasi dan Efisiensi Aset Menurut (Bodie, Kane and Marcus, 2005, pp 665), rasio utilisasi dan efisiensi asset menggambarkan bagaimana suatu perusahaan menggunakan aktivanya secara 28 efisien untuk menghasilkan pendapatan perusahaan. Rasio utilisasi dan efisiensi asset yang dihitung di sini terdiri dari: • Asset turnover = Net revenues / Average total assets • Fixed assets turnover = Net revenues / Average net fixed assets • Account receivable turnover = Net revenues / Average net accounts receivable 2.5. Metode Penilaian Saham Menurut (Reilly and Brown, 1997, pp 243), keputusan dalam pasar sekuritas dapat didasarkan atas tiga tehnik. Tehnik pertama adalah dengan pendekatan makro yang didasarkan pada hubungan antara agregat ekonomi dengan alternatif pasar sekuritas seperti variabel gross domestic product, pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, kurs, inflasi, pengangguran, stabilitas ekonomi dan politik. Tehnik kedua adalah dengan analisis mikro yang menerapkan model penilaian dasar diantaranya analisis fundamental. Tehnik ketiga adalah dengan tehnik teknis. 2.5.1. Analisis Teknikal Terminologi “analisis teknikal” adalah terminologi yang kompleks untuk metode yang paling dasar dalam investasi. Secara sederhana, analisis teknikal adalah studi harga dengan menggunakan grafik sebagai alat utama. Asal- usul dari analisis teknikal yang digunakan saat ini berasal dari Dow Theory yang disusun pada sekitar tahun 1900 yang silam oleh Charles Dow. Baik secara langsung atau tidak langs ung dari Dow Theory, asal- usul ini mencakup prinsip- 29 prinsip seperti tren harga, harga melakukan discount pada semua informasi yang diketahui, konfirmasi, dan penyimpangan (divergence), volume mencerminkan perubahan harga, dan dukungan/tahanan (support/resistance). Dan tentu saja, Dow Jones Industrial Average yang dipantau secara luas di seluruh dunia adalah hasil langsung dari Dow Theory. Sumbangan Charles Dow dalam analisis teknikal yang digunakan saat ini tidak dapat diabaikan. Perhatiannya pada dasar-dasar gerakan harga saham menciptakan metode yang benar-benar baru dalam menganalisis pasar. Harga suatu saham mencerminkan sebuah persetujuan atau konsensus yaitu harga di mana pembeli setuju untuk membelinya dan penjual setuju untuk menjualnya. Harga di mana investor bersedia untuk membeli atau menjual bergantung pada apa harapannya. Jika investor mengharapkan harga saham akan naik, dia akan membelinya; jika investor mengharapkan harga saham akan turun, dia akan menjualnya. Situasi sederhana ini adalah tantangan utama dalam memperkirakan gerakan harga saham karena mengacu pada harapan manusia. Fakta ini membuat tidak ada sistem perdagangan yang dapat bekerja secara konsisten. Karena faktor manusia, kita melihat banyak keputusan investasi didasarkan pada kriteria yang tidak relevan. Hubungan kita dengan keluarga, tertangga, bos, penghasilan, dan kesuksesan serta kegagalan di masa lampau, seluruhnya mempengaruhi keyakinan, harapan, dan keputusan kita dalam melakukan investasi. Harga saham ditentukan oleh para manajer investasi, pialang dan para investor pribadi baik yang besar maupun yang kecil, baik yang kaya maupun yang ingin kaya. Luasnya para pelaku bursa dalam industri pasar modal telah menyebabkan ketidakpastian tetapi sekaligus menjadi faktor pemikat dalam perdagangan saham. 30 2.5.1.1. Elemen Harga Saham Analisis teknikal didasarkan sepenuhnya pada analisis harga dan volume. Elemen-elemen yang mendefinisikan harga dan volume dijelaskan di bawah ini. 1. Open (Harga Pembukaan) Open adalah harga pembuka atau harga perdagangan pertama untuk suatu periode misalnya harga perdagangan pertama untuk hari ini. Ketika kita melakukan analisis data harian, open khususnya penting karena ini adalah harga konsensus setelah seluruh investor melewati satu satu hari harga penutupan sebelumnya. 2. High (Harga Tertinggi) High adalah harga tertinggi atau harga perdagangan tertinggi untuk suatu periode, pada umumnya satu hari. Ini adalah titik di mana terdapat lebih banyak penjual dari pada pembeli yang berarti terdapat penjual yang bersedia menjual pada harga yang lebih tinggi. High juga mencerminkan harga tertinggi di mana pembeli bersedia membayar. 3. Low (Harga Terendah) Low adalah harga terendah atau harga perdagangan terendah untuk suatu periode, pada umumnya satu hari. Ini adalah titik di mana terdapat lebih banyak pembeli dibandingkan penjual yang berarti terdapat pembeli yang bersedia membeli pada harga yang lebih rendah. penjual bersedia menerima. 4. Close (Harga Penutupan) Low juga mencerminkan harga terendah di mana 31 Close adalah harga penutup atau harga perdagangan terakhir untuk suatu periode, pada umumnya satu hari. Karena ketersediaannya, close adalah harga yang paling sering digunakan untuk analisis. Hubungan antara open (harga pembukaan) dan close (harga penutupan) dianggap cukup penting oleh sebagian besar pemakai analisis teknikal. Hubungan ini ditekankan dalam candlestick chart (grafik candlestick). 5. Volume (Jumlah Perdagangan) Volume adalah jumlah saham atau kontrak yang diperdagangkan untuk suatu periode, pada umumnya harian. Hubungan antara harga dan volume adalah sangat penting misalnya kenaikan harga diikuti dengan kenaikan volume perdagangan. 6. Open Interest (Kontrak Terbuka) Open interest adalah total jumlah kontrak yang outstanding dari futures atau options yaitu kontrak yang belum ditutup atau kadarluarsa. Open interest adalah indikator yang sering digunakan. 7. Bid (Tawar Beli) Bid adalah harga di mana pembeli bersedia membayar untuk suatu saham. 8. Ask (Tawar Jual) Ask adalah harga di mana penjual bersedia untuk menerima untuk suatu saham. 2.5.1.2. Grafik dan Kecenderungan Pergerakan Saham 32 2.5.1.2.1. Grafik Pergerakan Saham Dasar dari analisis teknikal adalah chart (grafik). Berikut ini jenis-jenis grafik yang pada umumnya digunakan dalam analisis teknikal dalam investasi saham yaitu: 1. Line Chart (Grafik Garis) Line chart (grafik garis) adalah jenis grafik yang paling sederhana yang mencerminkan titik-titik garis harga penutupan sekuritas pada suatu hari. 2. Bar Chart (Grafik Batang) Bar chart (grafik batang) menampilkan harga pembukaan (jika tersedia), harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan sekuritas pada suatu hari. Bar chart adalah jenis grafik yang paling populer digunakan di kalangan investor. 3. Candlesticks Chart (Grafik Batang Lilin) Candlesticks chart (grafik batang lilin) menampilkan harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan dalam bentuk grafik batang dengan penekanan pada hubungan antara harga pembukaan dan harga penutupan sekuritas pada suatu hari. 2.5.1.2.2. Dukungan/Tahanan dan Garis Tren Harga sekuritas adalah hasil pertempuran antara “bull” (banteng/pembeli) dan “bear” (beruang/penjual). Kegiatan “bullish” aktif pembeli menekan harga menjadi lebih tinggi dan kegiatan “bearish” aktif penjual menekan harga menjadi lebih rendah. Arah pergerakan harga mencerminkan siapa yang memenangkan pertempuran. Di sini terjadi permintaan (demand) dan penawaran (supply) sekuritas 33 di pasar modal yang akan membentuk garis dukungan (support) dan tahanan (resistance) yang digambarkan dalam garis tren upline, downline, atau sideways. Garis penawaran menunjukkan jumlah sekuritas di mana penjual bersedia menjual pada suatu harga. Ketika harga naik, jumlah penjual juga naik karena ada lebih banyak penjual yang bersedia menjual pada harga yang lebih tinggi. Garis permintaan menunjukan jumlah sekuritas di mana pembeli bersedia membeli pada suatu harga. Ketika harga naik, jumlah pembeli turun karena ada lebih sedikit pembeli yang bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi. Dalam pasar bebas, garis penawaran/permintaan selalu berubah setiap saat. Jika harapan investor berubah, garis penawaran/permintaan juga berubah. Garis tahanan yang menembus ke atas menunjukan tanda perubahan ke atas pada garis permintaan karena ada lebih banyak pembeli yang bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi sedangkan garis dukungan yang tembus ke bawah menunjukan tanda perubahan ke bawah pada garis penawaran karena ada lebih banyak penjual yang bersedia menjual pada harga yang lebih rendah. Jika tingkat tahanan berhasil ditembus, tingkat tersebut berubah menjadi tingkat dukungan. Di sisi lain, jika tingkat dukungan berhasil ditembus, tingkat tersebut berubah menjadi tingkat tahanan. Hal yang sama terjadi jika harga jatuh di bawah tingkat dukungan, tingkat tersebut sering berubah menjadi tingkat tahanan yang baru di mana harga sulit menembusnya. Ketika harga mendekati tingkat dukungan yang lalu, investor menjualnya karena investor tidak mengharapkan harga dapat naik lebih tinggi. 34 2.5.1.3. Indikator Pasar Saham Indikator adalah perhitungan matematis yang diterapkan pada harga sekuritas dan/atau volume perdagangan. Hasil perhitungan adalah nilai yang digunakan untuk mengantisipasi gerakan harga di masa depan. Indikator pasar mempertajam analisis teknikal karena mencakup lebih banyak informasi dari harga dan volume. Cara yang seharusnya digunakan adalah menggunakan indikator-indikator pasar untuk melihat arah gerakan pasar secara keseluruhan kemudian menggunakan indikator harga/volume untuk memperhitungkan saat ya ng tepat untuk membeli atau menjual suatu sekuritas. Indikator pasar terdapat dalam 3 (tiga) kategori yaitu moneter, sentimen, dan momentum. Indikator moneter mengacu pada data moneter misalnya suku bunga yang membantu memberikan indikasi mengenai kondisi ekonomi di mana bisnis beroperasi. Indikator moneter lainnya yaitu jumlah peredaran uang, hutang konsumen dan bisnis, dan tingkat inflasi. Indikator sentimen mengacu pada harapan investor sedangkan indikator ketiga yaitu indikator momentum yang berfungsi untuk mengidentifikasi pergerakan harga. Berikut ini disajikan indikator momentum yang kami pilih sebagai alat analisis teknikal untuk saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk yaitu: 1. Accumulation/Distribution Accumulation/distribution adalah indikator momentum yang berhubungan dengan perubahan harga dan volume. Indikator ini didasarkan pada asumsi bahwa semakin tinggi volume yang menyertai suatu gerakan harga, semakin berarti gerakan harga tersebut. Jika accumulation/distribution naik, ini 35 menunjukan bahwa sekuritas sedang dikumpulkan karena sebagian besar volume berhubungan dengan gerakan harga ke atas. Jika indikator turun, ini menunjukan bahwa sekuritas sedang didistribusikan karena sebagian besar volume berhubungan dengan gerakan harga ke bawah. Jika indikator bergerak naik dan harga sekuritas bergerak turun maka harga sekuritas akan berbalik bergerak naik untuk mengkonfirmasi apa yang telah ditunjukan oleh indikator ini. 2. Bollinger Bands Bollinger bands adalah harga cenderung berada di antara bands atas dan bawah. Ciri berbeda dari bollinger bands adalah jarak antara bands atas dan bawah dapat menyesuaikan diri bergantung pada volatilitas harga. Selama periode gerakan harga yang tinggi (volatilitas tinggi), bands melebar untuk mengakomodasi gerakan ini. Selama periode gerakan harga yang rendah (volatilitas rendah), bands menyempit untuk mengakomodasi gerakan ini. Beberapa karakteristik bolliger bands sebagai berikut: a. Gerakan harga yang tajam cenderung terjadi setelah bands menyempit sementara volatilitas berkurang. b. Saat harga bergerak di luar bands, kelanjutan tren ini dicerminkan. c. Gerakan ke atas dan ke bawah di luar bands yang diikuti oleh gerakan ke atas dan ke bawah di dalam bands menunjukan pembalikan tren. d. Gerakan dari satu band cenderung menjalar ke band yang lain. Pengamatan ini berguna untuk memproyeksikan target harga . 3. MACD 36 MACD (Moving Average Convergence/Divergence) adalah indikator momentum yang menunjukkan hubungan antara dua moving average dari gerakan harga untuk jangka waktu tertentu. MACD adalah perbedaan antara moving average eksponensial untuk 26 hari dan moving average eksponensial untuk 12 hari. Moving average eksponensial untuk 9 hari disebut dengan garis signal atau trigger di gambar di atas MACD untuk menunjukkan kesempatan untuk membeli (buy) atau menjual (sell). MACD terbukti sangat efektif untuk sekuritas yang perdagangannya sangat aktif. Ada tiga cara populer untuk menggunakan MACD yaitu crossover (penyeberangan), kondisi overbought/oversold, dan divergence (penyimpangan). a. Crossovers (Penyeberangan) Aturan perdagangan dasar dalam MACD adalah membeli ketika nilai MACD naik di atas garis signalnya dan menjual ketika nilai MACD turun di bawah garis signalnya. Juga populer untuk membeli atau menjual ketika nilai MACD bergerak di atas atau di bawah nilai nol. b. Kondisi Overbought/Oversold MACD juga berguna sebagai indikator overbought/oversold. Ketika moving average yang lebih pendek tertarik menjauh secara drastis dari moving average yang lebih panjang yaitu MACD naik, ini menunjukkan harga sekuritas overbought dan akan segera turun ke tingkat yang lebih realistis. Dan sebaliknya, kondisi overbought/oversold berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas yang lain. c. Divergence (Penyimpangan) 37 Tanda bahwa suatu tren akan berakhir ditunjukkan dengan penyimpangan antara gerakan MACD dan gerakan harga. Penyimpangan bearish terjadi ketika MACD membuat harga terendah baru tetai harga gagal mencapai harga terendah baru. Penyimpangan bullish terjadi ketika MACD membuat harga tertinggi baru tetapi harga gagal mencapai harga tertinggi baru. Kedua penyimpangan ini menjadi sangat berarti ketika mereka terjadi pada kondisi overbought/oversold. 4. Momentum Indikator momentum mengukur perubahan harga sekuritas selama jangka waktu tertentu. Indikator ini menampilkan rate of change (laju perubahan) dari harga sekuritas dalam bentuk rasio. Kita dapat membeli ketika indikator mencapai titik paling bawah kemudian berbalik bergerak naik dan menjual ketika indikator mencapai titik paling atas kemud ian berbalik bergerak turun. Jika indikator momentum mencapai nilai sangat tinggi atau sangat rendah relatif terhadap nilainilai sebelumnya, kita dapat mengharapkan tren yang sedang terjadi akan berlanjut. Ketika pasar mendekati puncaknya, indikator momentum akan naik secara tajam kemudian jatuh sedangkan ketika pasar mendekati lembahnya, indikator momentum akan turun secara tajam kemudian bergerak ke atas. Kedua situasi tersebut menghasilkan penyimpangan antara indikator dan harga. 5. Moving Average Moving average adalah indikator yang menunjukan harga rata-rata dari harga sekuritas selama jangka waktu tertentu. Ketika menghitung moving average, 38 analisis matematis dari harga rata-rata sekuritas selama jangka waktu tersebut dibuat. Ada lima jenis moving average yang populer yaitu sederhana disebut juga sebagai aritmetik, eksponensial, triangular, variabel, dan weighted (terberati). Moving average dapat dihitung dengan menggunakan segala macam rangkaian data misalnya harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, harga penutupan, volume, atau bahkan indikator- indikator yang lain. Satu-satunya perbedaan antara lima jenis moving average tersebut adalah berat yang diberikan untuk data-data yang ada. Moving average sederhana memberikan berat yang sama untuk semua data. Moving average eksponensial dan weighted memberikan berat yang lebih banyak untuk data-data saat ini. Moving average triangular memberikan berat yang lebih banyak untuk data-data yang berada di tengah sedangkan moving average variabel mengubah berat berdasarkan volatilitas harga. 6. On Balance Volume On balance volume adalah indikator momentum yang menghubungkan volume ke perubahan harga yang terjadi. Indikator ini menunjukan apakah volume mengalir ke dalam atau ke luar dari sekuritas. Ketika sekuritas menutup lebih tinggi daripada harga penutupan sebelumnya, volume pada hari tersebut dianggap naik (up-volume). Ketika sekuritas menutup lebih rendah daripada harga pentutupan sebelumnya, volume pada hari tersebut dianggap turun (downvolume). On balance volume berada dalam tren naik ketika setiap puncak baru lebih tinggi daripada puncak sebelumnya dan setiap lembah baru lebih tinggi 39 daripada lembah sebelumnya. Sebaliknya, on balance volume berada dalam tren turun ketika setaiap puncak baru lebih rendah daripada puncak sebelumnya dan setiap lembah baru lebih rendah daripada lembah sebelumnya. Ketika on balance volume bergerak ke samping dan tidak membuat harga tertinggi baru secara berurutan dan tidak membuat harga terendah baru secara berurutan, ini adalah tren yang meragukan. 7. Performance Indikator performance menampilkan unjuk kerja harga sekuritas dalam persentase. dinormalisasi. Indikator ini kadang-kadang disebut sebagai grafik yang Indikator performance menampilkan persentase dari seberapa banyak harga sekuritas telah naik sejak sekuritas tersebut pertama kali ditampilkan. Sebagai contoh, jika indikator performance adalah 10, ini menunjukan bahwa harga sekuritas telah naik 10% sejak sekuritas tersebut pertama kali ditampilkan pada sisi kiri dalam grafik. Jika indikator performance adalah -10, ini menunjukan harga sekuritas telah turun 10% sejak sekuritas tersebut pertama kali ditampilkan. 8. Relative Strength Index Relative strength index adalah osilator yang mengikuti harga yang berjarak antara 0 dan 100. Cara populer untuk menggunakan relative strength index adalah melihat pada penyimpangan ketika sekuritas membuat harga tertinggi baru tetapi relative strength index gagal melampaui harga tertinggi sebelumnya. Peyimpangan ini adalah tanda dari pembalikan yang tertunda. Ketika relative strength index berbalik arah ke bawah dan turun di bawah lembah sebelumnya, 40 ini disebut sebagai menyelesaikan failure swing yang berarti konfirmasi dari pembalikan yang tertunda. 9. Stochastics Oscilllator Stochastics oscillator membandingkan antara harga penutupan pada suatu saat dan jangkauan harga selama jangka waktu tertentu. Stochastics oscillator ditampilkan sebagai dua garis yaitu garis utama disebut sebagai %K dan garis kedua disebut sebagai %D yaitu moving average dari garis %K. Garis %K pada umumnya ditampilkan sebagai garis utuh dan garis %D pada umumnya ditampilkan sebagai garis terputus-putus. Ada beberapa cara untuk menjelaskan stochastic oscillator dengan menggunakan tiga metode yang populer yaitu: a. Membeli ketika oscillator, garis %K atau garis %D, turun di bawah tingkat tertentu misalnya 20 dan kemudian naik ke atas tingkat tersebut. Menjual ketika oscillator naik ke atas tingkat tertentu misalnya 80 dan kemudian turun di bawah tingkat tersebut. b. Membeli ketika garis %K naik ke atas garis %D dan membeli ketika garis %K turun di bawah garis %D. c. Melihat penyimpangan sebagai contoh ketika harga membuat rangkaian harga tertinggi baru sementara stochastic oscillator gagal melampaui nilai- nilai tertinggi sebelumnya. 10. Volume Volume adalah jumlah saham atau kontrak yang diperdagangkan selama jangka waktu tertentu misalnya jam, hari, minggu, bulan, atau yang lainnya. Analisis 41 volume adalah analisis yang sangat dasar tetapi sangat penting untuk analisis teknis. Volume menyediakan tanda-tanda intensitas dari gerakan harga. Volume yang rendah adalah ciri-ciri dari harapan yang tidak menentu yang umumnya terjadi selama periode konsolidasi yaitu periode di mana harga bergerak ke samping dalam fase perdagangan. Volume yang rendah juga sering terjadi selama periode tidak menentu pada bawah pasar. Volume yang tinggi adalah ciri-ciri dari atas pasar di mana ada harapan yang kuat bahwa harga akan bergerak lebih tinggi lagi. Volume yang tinggi juga sangat umum terjadi pada awal tren yang baru yaitu ketika harga menembus jangkauan perdagangan. Sebelum bawah pasar, volume sering naik karena penjualan yang didasari oleh rasa panik. Volume dapat membantu kita memperhitungkan kesehatan tren yang ada. Tren ke atas yang sehat seharusnya mempunyai volume lebih tinggi pada arah ke atas dan volume lebih rendah pada arah ke bawah (koreksi) sedangkan tren ke bawah yang sehat umumnya mempunyai volume lebih tinggi pada arah ke bawah dan volume lebih rendah pada arah ke atas (koreksi). 2.5.2. Analisis Fundamental Menurut (Bodie, Kane and Marcus, 2005, pp 377), analisis fundamental menggunakan prospek/proforma pendapatan dan dividen suatu perusahaan, perkiraan tingkat bunga di masa yang akan datang dan penilaian risiko dari suatu perusahaan untuk menentukan harga saham yang wajar. Sebelum melakukan investasi saham suatu perusahaan, sebaiknya investor melakukan analisis fundamental terhadap perusahaan emiten yang bersangkutan 42 untuk memperoleh nilai intrinsik saham yang wajar. Adapun analisis fundamental diantaranya menggunakan data analisis laporan keuangan dalam menghitung nilai intrinsik saham perusahaan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisis fundamental. Laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan kepemilikan modal dan laporan arus kas, menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif. Analisis fundamental adalah satu bentuk analisis mikro yang menerapkan model penilaian dasar. Dalam pendekatan ini, dibuat juga perkiraan mengenai nilai hakiki setiap saham yang ditentukan sesuai dengan aspek fundamental seperti laba per saham, dividen per saham, struktur permodalan, potensi pertumbuha n dan prospek usaha perusahaan. Untuk melakukan analisis fundamental dengan pendekatan top-down, perlu ditentukan nilai yang akan datang (future value) dari agregat pasar saham dengan basis penjualan, pendapatan dan faktor risiko. Kemudian diikuti dengan analisis industri dan nilai dari saham individual suatu perusahaan. Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan karena menggunakan data keuangan perusahan yang telah lewat dalam membuat laporan pro forma dan menghitung nilai intrins ik saham. Di dalamnya menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, bagaimana operasionalnya, dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang. kegiatan 43 2.5.2.1. Cost of Capital Dalam menghitung nilai intrinsik saham suatu perusahaan, diperlukan pendiskontoan nilai arus kas di masa yang akan datang dengan tingkat diskonto yaitu biaya modal atau cost of capital yang digunakan dalam model penilaian saham. Cost of capital adalah tingkat imbal hasil yang diharapkan dapat diperoleh para investor atas investasi sahamnya yang terbaik dengan tingkat risiko tertentu. Tingkat diskonto yang digunakan dalam model penilaian harus bertujuan untuk menghitung nilai waktu uang dan risiko investasi. Pada umumnya, para investor tidak menyukai ketidakpastian dalam berinvestasi saham. Oleh karena itu, para investor berminat atas investasi yang berisiko tinggi dengan kompensasi perolehan tingkat imbal hasil yang tinggi pula. Untuk mengidentifikasikan tingkat perusahaan emiten yang dipertimbangkan berisiko, dapat digunakan model penilaian Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan didasarkan atas ukuran perusahaan tersebut. CAPM yang dikemukakan oleh Hary Markowitz mengatakan bahwa tingkat imbal hasil yang diharapkan dari saham suatu perusahaan (re) atau secara ekuivalennya adalah cost of equity capital perusahaan diperoleh dari rumus sebagai berikut: re = rf + ß (rm - rf) di mana, rf adalah tingkat imbal hasil yang bebas risiko atas obligasi seperti tingkat bunga sertifikat Bank Indonesia. ß adalah beta/risiko perusahaan yang mengukur sensitivitas tingkat imbal hasil perusahaan terhadap tingkat imbal hasil pasar saham gabungan. rm adalah tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio pasar saham, biasanya dihitung dari indeks harga saham gabungan (IHSG). Market return - Risk free rate (rm - rf) merupakan premi risiko (premium risk), gabungan dari beberapa risiko fundamental sekuritas (internal risk), yang mempengaruhi nilai intrinsik suatu saham yaitu risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar dan country risk. Sedangkan external market risk atau risiko sistematis akan dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi makro suatu negara seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, jumlah uang beredar, maupun fluktuasi tingkat bunga umum. 44 Cost of equity capital ini digunakan sebagai tingkat diskonto untuk menghitung nilai arus kas untuk ekuitas (Free cash flow to equity) bagi perusahaan yang umumnya tidak memiliki pinjaman dari pihak luar. Bila investor tertarik untuk menentukan nilai suatu perusahaan selain nilai ekuitas perusahaan maka perlu dipertimbangkan pula cost of non-equity capital yaitu cost of debt dan cost of preferred stock . Dalam model penilaian arus kas untuk perusahaan yang umumnya dibiayai oleh debt (Free cash flow to the firm) digunakan tingkat diskonto yaitu Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang diperoleh dari penjumlahan perkalian bobot masing- masing komponen (debt, equity dan preferred stock) dengan biayanya. WACC = Wd x rd (1-tax) + Wcs x re + Wps x rps 2.5.2.2. Valuation Models Penilaian aset terhadap suatu perusahaan memegang peranan penting dalam berbagai area keuangan. Menurut Aswath Damodaran dalam buku “Damodaran on Valuation”, terdapat empat pendekatan model penilaian yaitu: Asset Based Valuation, Discounted cash-flow valuation, relative valuation dan contingent claim valuation. Pendekatan Asset Based Valuation adalah penilaian asset perusahaan berdasarkan nilai likuidisasi perusahaan atau replacement cost. Pendekatan discounted cash-flow valuation berhubungan dengan penilaian suatu aset terhadap suatu nilai sekarang (present value) dari nilai yang diharapkan di masa yang akan datang. Dimana perhitungan untuk pendekatan ini dibagi dalam 2 tahap perhitungan, yaitu: 1. Basis for approach Pendekatan ini berhubungan dengan nilai sekarang suatu aset, dimana didalamnya terdapat nilai dimasa yang akan datang. 45 t= n Value = ∑ t =1 2. CFt (1 + r )t Equity valuation versus firm valuation Pendekatan ini didapat dari hasil perhitungan expected cash flows to equity (pengurangan cash flow setelah dikurangi beban-beban, pajak obligasi dan bunga serta pembayaran pajak) melalui cost of equity. t =n Value of equity = PV of cash flow to equity = ∑ t =1 CF to equity t (1 + re )t Setelah didapat nilai tersebut, barulah menghitung nilai sekarang suatu perusahaan dengan mendiskontokan cash flow dimasa mendatang terhadap nilai pengharapan arus kas dari perusahaan. t= n Value of firm = ∑ t =1 CF to firm t (1 + WACC )t Jadi, menurut Aswath Damodaran, disimpulkan bahwa penilaian saham dapat dilakukan melalui metode arus kas sebagaimana dijelaskan sebagai berikut: 46 Tabel 2.1. Discounted Cash Flow Valuation Models Cash Flow Dividends Expected Dividends t o Stockholders Cashflows to Equity Net Income - (1- δ) (Capital Exp. - Deprec’n) - (1- δ) Change in W o r k . Capital = Free Cash f l o w t o Equity (FCFE) [δ = Debt Ratio] &A Cashflows to Firm EBIT (1- tax rate) - (Capital Exp . - Deprec’n) - Change in W o r k . Capital = Free Cash f l o w t o Firm (FCFF) Cost Discoun t of Rate Cost of Capital W A C C = ke ( E/ (D+E)) Equity + k d ( D/(D+E)) Basis: T h e riskier the investment, the greater is the cost of equity. Models: k d = Current Borrowing Rate (1-t) CAPM: Riskfree Rat e + Bet a (Risk Premium) E,D: Mkt Val of Equit y and A P M : Riskfree Rat e + Σ Bet aj (Risk Premiumj): n factors Debt Seorang investor/analis keuangan dapat menggunakan salah satu dari metode arus kas di atas dengan asumsi kondisi bisnis perusahaan stabil atau two stage atau three stage atau n-stage. Di sini kami akan menggunakan model Free Cash Flow to the Firm (FCFF) untuk menentukan nilai intrinsik saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dimana didalamnya terdapat pembiayaan dari pihak luar seperti hutang bank, hutang hubungan istimewa dan obligasi. Perbandingan nilai intrinsik saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan nilai pasar sahamnya akan menghasilkan keputusan apakah harga saham overvalued (sell) atau harga saham undervalued (buy). Pendekatan relative valuation adala h pendekatan dengan menggunakan rasiorasio seperti PER, PEG, Price to book value dan Price to Sales sebagaimana yang 47 dijelaskan pada bagian berikut ini. Kami akan menggunakan Price Earning Ratio dan Price to Sales (Price to Revenue) dalam penilaian saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk karena rasio-rasio tersebut reasonable dan sesuai untuk digunakan bagi perusahaan jasa pembiayaan. Pendekatan contingent claim valuation terdiri dari option to delay, option to expand dan option to liquidate. Pendekatan ini biasanya digunakan bagi perusahaan yang berhak menunda keputusan investasi, perusahaan muda yang berhak melakukan perluasan usahanya dan perusahaan yang berhak melikuidasi perusahaan akibat permasalahan mendasar dengan hutangnya. Menurut kami, pendekatan ini kurang tepat untuk menilai harga wajar saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. 2.5.2.3. Valuation Ratios Pada bagian 2.4. telah dibahas mengenai analisis rasio keuangan agar data keuangan suatu perusahaan dapat dibandingkan antar tahun dan antar perusahan di sektor industri yang sama. Sedangkan rasio penilaian di sini disebut juga sebagai pendekatan relative valuation membantu investor agar dapat membuat penilaian suatu saham perusahaan emiten secara cepat dari harapan tingkat pengembalian (future growth and profitability) yang dibentuk ke arah harga saham perusahaan di pasar modal saat ini. Adapun rasio penilaian saham terdiri dari: (Menurut Lundholm and Sloan, 2004, pp 209) • Market to book ratio (Price to book value ratio) = Current market value of equity / book value of equity from the most recent financial statements 48 Bila P/B value suatu perusahaan di bawah rata-rata sektor industrinya maka menandakan kesempatan bagi para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut; dan begitupula sebaliknya. • Price to earnings ratio = Current market price per share / the forecasted net income for next year Bila PER suatu perusahaan di bawah rata-rata sektor industrinya maka menandakan harga saham tersebut murah untuk dibeli oleh para investor; dan begitupula sebaliknya. Nilai PER sangat reasonable daripada rasio lainnya dan dipengaruhi oleh pertumbuhan dividen, rasio pembayaran dividen dan berbanding terbalik dengan tingkat imbal hasil yang diharapkan dari saham suatu perusahaan (re). • Price-earnings to growth ratio = Price to earnings ratio / (Earnings growth x 100) Bila saham dengan PEG rasio di bawah 1 maka dipertimbangkan harganya murah (undervalued) dan saham dengan PEG rasio lebih dari 1 dipertimbangkan harganya mahal (overvalued). • Price to sales ratio = Current market price per share / the forecasted total revenue for next year Bila P/S ratio suatu perusahaan di bawah rata-rata sektor industrinya maka harga saham undervalued dan saatnya membeli saham tersebut; dan begitupula sebaliknya. 49 2.5.2.4. Financial Shenanigans Menurut (Schilit, 2002, pp 24), financial shenanigans adalah tindakan yang secara sengaja melakukan penyimpangan kinerja perusahaan dan kondisi keuangan yang dilaporkan perusahaan kepada para investor dan stakeholders lainnya. Financial shenanigans diidentifikasikan menjadi tujuh kategori yaitu: • Recording revenue too soon or of questionable quality • Recording bogus revenue • Boosting income with one-time gains • Shifting current expense to a later or earlier period • Failing to record or improperly reducing liabilities • Shifting current revenue to a later period • Shifting future expenses to the current period as a special charge Menurut (Schilit, 2002, pp 24), penemuan financial shenanigans dapat dilakukan secara kualitatif (melalui laporan auditor, catatan atas laporan keuangan, memo dari presiden eksekutif perusahaan dan liputan media) dan secara kuantitatif (quick search dan comprehensive analysis). Quick Search untuk financial shenanigans diantaranya: • Pertumbuhan laba lebih cepat daripada arus kas yang diperoleh dari kegiatan operasi • Pertumbuhan atas hutang melebihi pertumbuhan piutang dalam persentase. • Pertumbuhan atas piutang melebihi pertumbuhan pendapatan dalam persentase. 50 • Persentase penyisihan piutang tak tertagih dari total piutang yang outstanding berfluktuasi dari tahun ke tahun tanpa diikuti dengan perubahan jumlah pelanggan. • Marjin laba kotor dalam nilai mata uang dan persentase terjadi peningkatan atau penurunan drastis. • Perubahan struktur organisasi tingkat eksekutif, auditor dan konsultan hukum.