Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 DAFTAR ISI Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Irma Satya Indriyanti dan Karel Tjahjadi .................................... 1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Nonperforming Loan, Return On Equity, Dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Mahmudin Muslim ................................................................ 13 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerbitanunqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern Meiriska Febrianty ............................................................... 27 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Meinie Susanty .................................................................... 51 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Penawaran Umum Perdana Perusahaan Meiryananda Permanasari ...................................................... 65 Pengaruh Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception Dan Attitude Terhadap Purchase Decision Muwaffick Hidayat ................................................................ 83 Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan Dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit Nicken Destriana .................................................................. 93 Pengaruh Komitmen Afektif, Komitmen Continuance, Dan Komitmen Normatif Terhadap Turnover Intention Karyawan Nugrahani Tunggadewi ............................................................. 109 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Mungniyati ............................................................................. 117 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Publik Yohanes ................................................................................ 133 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia M. Eddy Rosyadi ...................................................................... 149 Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1 Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2 Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3 Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5 Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 1-12 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN IRMA SATYA INDRIYANTI dan KAREL TJAHJADI STIE TRISAKTI [email protected] [email protected] Abstract :The purpose of this study was to analyze and know the influence of Organizational Culture, Leadership Style and Employee Performance PT. Mutiara Raga Indah. Further research is also using the SPSS Statistical Package Software Version regersi 16.0 by regression analysis to examine the influence of organizational culture, leadership style, and performance of employees on the performance of employees in PT. Mutiara Raga Indah. The method used in the form of survey research methods, with a sampling of random sampling techniques. The population in this study were all employees who worked on PT. Mutiara Raga Indah comprising 98 people, with the number of samples taken in this study were as many as 50 respondents. The research data consisted of demographic data of respondents, data on organizational culture, leadership style, work environment dam PT. Mutiara Raga Indah employee performance is then used to examine the influence of organizational culture, leadership style and work environment on employee performance PT. Mutiara Raga Indah. The results showed that the regression equation to analyze the influence of organizational culture, leadership style and work environment on employee performance PT. Mutiara Raga Indah indicates that there is no significant positive effect of organizational culture on employee performance, and there is a significant positive effect between leadership style and work environment on employee performance . Keywords: organization culture, employee performance, leadership style, working environment Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan kinerja karyawan di PT. Mutiara Raga Indah. Analisa regresi dilakukan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh antar variable independen dan dependen. Program SPSS versi 16 digunakan untuk melakukan uji antar variable. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 98 orang yang merupakan karyawan dari PT. Mutiara Raga Indah. Sebanyak 50 orang karyawan ditetapkan sebagai sampel sesuai dengan syarat yang 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 ditentukan dalam penelitian ini. Metode pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data penelitian yang terdiri dari demografi responden, budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan lingkungan kerja, di PT. Mutiara Raga Indah digunakan untuk menguji pengaruhnya terhadap terhadap kinerja karyawan di perusahaan yang sama. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan. Sementara budaya organisasi terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan. Kata Kunci: gaya kepemimpinan, lingkungan kerja, kinerja karyawan, kinerja karyawan PENDAHULUAN Setiap organisasi harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten, mampu bekerja dengan baik dan mampu bekerjasama untuk memberikan hasil yang terbaik untuk kemajuan perusahaan. Persaingan bisnis saat ini semakin kuat, sehingga diperlukannya cara bagi setiap perusahaan untuk terus berkembang dan meningkatkan usaha mereka, terlebih lagi bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. PT. MUTIARA RAGA INDAH merupakan perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk masyarakat dalam bidang olahraga. Saat ini begitu banyak sport club yang memberikan fasilitas serupa, sehingga untuk dapat terus bertahan diperlukan peningkatan pelayanan serta peningkatan fasilitas. Peningkatan pelayanan dapat terlihat maupun dapat dinilai melalui kinerja karyawan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakkukan oleh Zulkarnain, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya 2 pengaruh variabel independen yaitu budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap variabel dependen yaitu kinerja karyawan. Masalah yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu pemecahan atas berpengaruhnya variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mendapatka bukti empiris prngaruh variabel independen terhadap variabel dependen. RERANGKA HIPOTESIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Rerangka Teoritis Budaya Organisasi Menurut Robbins,“Budaya organisasi sebagai nilai-nilai dominan yang disebarluaskan dalam organisasi yang dijadikan filosofi kerja karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola karyawan dan konsumen.” (2001,7) Menurut Wood, et al, “Budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku ISSN: 1410 -9875 dari anggota organisasi itu sendiri.” (2001, 7) Beberapa nilai dalam budaya organisasi meliputi budaya kerja, budaya partisipatif, budaya suportif (Budihardjo 2004,36), Sedangkan tingkatan dalam budaya organisasi meliputi simbol-simbol, proses, format dan perilaku (Jalal 2000, 36). Budaya organisasi memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai pengikat organisasi, integrator, identitas organisasi, energi untuk mencapai kinerja yang tinggi, ciri kualitas, motivator, serta pedoman gaya kepemimpinan (Sunarto 2003, 8). Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Corak/gaya kepemimpinan seorang manajer akan sangat berpengaruh terhadap efektifitas seorang pemimpin. Menurut Hersey dan Blanchard “Gaya Kepemimpinan seorang adalah pola perilaku yang di perlihatkan orang-orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang di persepsikan orang lain”. (2000, 322) Menurut Luthans “Gaya Kepemimpinan adalah gabungan dari perilaku pelaksanaan tugas dan hubungan dengan orang lain”. (2000, 322) Menurut Daft “Gaya kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan organisasi” (2010, 329) Disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin atau pola perilaku Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi pemimpin dalam mengarahkan dan mempengaruhi para pengikutnya. Macam gaya kepemimpinan otokratis yang mendasar pada kekuatan, partisipatif gaya kepemimpinan yang selalu berada di tengah bawahan sehingga terlibat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi, laiser faire gaya kepemimpinan yang memberikan kebebasan kepada bawahan, karena biasanya pemimpin tidak memiliki keahlian teknis (Timpe 2002, 122-123). Lingkungan Kerja Menurut Zulkarnain “Lingkungan kerja adalah kondisi baik dari fisik maupun psikis. Fisik dapat diartikan sebagai kondisi tempat bekerja, sedangkan psikis sebagai kondisi kejiwaan seorang pegawai dalam menghadapi lingkungan kerja” (2007, 44) Lingkungan kerja yang baik sangat berpengaruh terhadap pekerjaan seorang karyawan, karena lingkungan kerja merupakan suatu tempat dimana seorang karyawan menjalankan tugas dan kewajibannya dibawah suatu naungan lembaga atau organisasi tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja meliputi penerangan, sirkulasi udara, ketenangan, kebersihan, perlengkapan, hubungan antar pegawai dan suasana kerja (Sedarmayanti 2001, 21). Berdasarkan seluruh penjelasan tentang Lingkungan kerja, dapat disimpulkan bahwa kondisi-kondisi lingkungan yang baik dapat tercipta, prestasi tinggi dapat dihasilkan melalui konsentrasi pada 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan ego dan perwujudan diri yang lebih tinggi. Kinerja Kinerja merupakan kesuksesan dan keberhasilan seseorang karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau suatu pencapaian seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang di bebankan kepadanya yang ditujukan untuk dapat mencapai tujuan organisasi Menurut Hasibuan, “kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dengan kesungguhan serta waktu.” (2001,94) Faktor yang mempengaruhi kinerja meliputi faktor kemampuan dan faktor motivasi. Penilaian kinerja didasarkan oleh tampilan kerja, hasil kerja, seni dan manajemen. (Suprihanto 2006, 63) Berdasarkan kerangka teoritis diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut Ha 1 : Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja. Ho 1 : Tidak terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja. Ha 2 : Terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja. Ho 2 : Tidak terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja. Ha 3 : Terdapat pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kinerja 4 November 2014 Ho 3 : Tidak terdapat pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kinerja Ha 4 : Terdapat pengaruh antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja. Ho 4 : Tidak terdapat pengaruh antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja. METODA PENELITIAN Populasi dan sampel Populasi adalah semua anggota kelompok, orang, golongan, atau hal-hal tertentu yang ingin diselidiki oleh peneliti dari populasi tersebut. Populasi yang hendak diteliti adalah seluruh karyawan yang bekerja sebagai manajer, supervisor, staf (staf administrasi, akuntansi, marketing), serta customer service pada PT. MUTIARA RAGA INDAH. Definisi Operasional Variabel Budaya Organisasi adalah filosofi dasar organisasi yang memuat norma-norma, dan nilainilai bersama yang menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dalam organisasi. Variabel Budaya Organisasi diukur berdasarkan indikator partisipatif, budaya kerja, supportive. Gaya Kepemimpinan adalah cara pemimpin dalam mengarahkan dan mempengaruhi para pengikutnya. Variabel Gaya Kepemimpinan diukur berdasarkan, ISSN: 1410 -9875 indikator otoriter, partisipatif, direktif, situasional. Lingkungan Kerja adalah karakteristik berdasarkan penerangan, sirkulasi udara, ketenangan, kebersihan, perlengkapan yang dapat mempengaruhi para karyawan dalam menjalankan tugas mereka. Variabel Lingkungan Kerja diukur berdasarkan hubungan antar pegawai, dan suasana kerja. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya yang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya yang dilakukan selama periode tertentu. Variabel kinerja diukur berdasarkan indikator tampilan kerja, hasil kerja, seni dan manajemen. Teknik Pengumpulan Data Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus (Istijanto 2005, 32). Data primer diperoleh langsung dari sumbernya dan merupakan data kuantitatif yang bersifat terstruktur. Data dikumpulkan menggunakan alat yang terstruktur, yaitu alternatif jawaban terhadap pernyataan yang disampaikan kepada responden dalam kuesioner. Selanjutnya data diubah dari jawaban para responden menjadi satuan kuantitatif. Data primer dikumpulkan dengan datang langsung ke responden dan penulis menunggu responden mengisi kuesioner. Waktu pengumpulan data membutuhkan waktu 2 hari. Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan pihak lain. Periset hanya memanfaatkan data yang ada untuk penelitiannya (Istijanto 2005, 27). Data sekunder diperoleh secara tidak langsung yakni, jurnal, buku (data eksternal) dan data internal. Bentuk data sekunder: data-data informasi, studi kepustakaan, sumber-sumber ilmiah. Metode Analisis Data Analisis Korelasi Analisis Korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi (Priyatno 2010, 16). Analisis Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel independen. Nilai R² adalah antara 0 dan 1 (Priyatno 2010, 66). Analisis Regresi Sederhana Regresi linier sederhana merupakan hubungan secara linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Y = a + b1X1 + e Dimana: Y = kinerja pegawai X1 = variabel budaya organisasi e = Error Y = a + b2X2 + e Dimana: Y = kinerja pegawai X2 = variabel Gaya Kepemimpinan e = Error 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Y = a + b3X3 + e Dimana: Y = kinerja pegawai X3 = variabel Lingkungan Kerja e = Error Analisis Regresi Berganda Mengetahui ada atau tidak adanya hubungan secara nersama-sama atau variabel independen terhadap variabel dependen. Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3+e Dimana: b0 = koefisien parameter intersep b1 = koefisien parameter variabel X1 b2 = koefisien parameter variabel X2 b3 = koefisien parameter variabel X3 Y = kinerja pegawai X1 = variabel budaya organisasi X2 = variabel gaya kepemimpinan X3 = variabel lingkungan kerja e = error yang disebabkan oleh variabel yang dapat diteliti tapi tidak diikutsertakan Uji Hipotesis Uji t Hair et al menyatakan bahwa “t test is test to assess the statiscal significance of the difference between two sample means for a single dependent variable” (2006,387). Dasar pengambilan keputusan: a. Berdasar perbandingan t hitung dengan t tabel (Gujarati 2010, 87) b. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (tabel t), maka Ho ditolak. 6 November 2014 c. Jika statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (tabel t), maka Ho diterima d. Berdasarkan nilai probabilitas (Gujarati 2010, 88) 1. Jika Probabilitas > 0,05, maka Ho diterima a. Jika Probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak Uji F Menurut Gujarati (2002, 68), uji statistik F digunakan untuk menguji ketepatan model regresi yang dipakai untuk memprediksi varibel dependen sehingga model regresi layak digunakan dalam penelitian. Dasar pengambilan keputusan: a. Berdasarkan perbandingan F hitung dengan F tabel (Gujarati 2010, 115): 1. Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (tabel F), maka Ho ditolak 2. Jika statistik hitung (angka F output) < statistik tabel (tabel F), maka Ho diterima b. Berdasarkan nilai probabilitas (Gujarati 2010, 117): 1. Jika Probabilitas > 0,05, maka Ho diterima 2. Jika Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak HASIL PENELITIAN Pengujian Hipotesis Uji Hipotesis Pertama Pada tabel 4.10 terlampir dapat diketahui bahwa nilai R adalah 0,497. Hasil ini menyatakan bahwa tingkat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja adalah sedang. ISSN: 1410 -9875 Nilai R Square menunjukkan nilai 0,066 berarti variasi variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel budaya organisasi sebesar 0,066 atau 6,6%, sedangkan sisanya sebesar 0,934 atau 93,4% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Y = 22,842 + 0,230X1 + e Model regresi tersebut, maka didapatkan nilai a sebesar 22,842 dan nilai b sebesar 0,230. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika nilai 0 pada budaya organisasi, maka kinerja adalah sebesar 22,842. Variabel budaya organisasi naik 1 satuan, maka kinerja akan naik sebesar 0,230. Pada tabel 4.9. dapat diketahui bahwa nilai sig. untuk uji t adalah sebesar 0,072 dimana nilai tersebut >0,05, oleh karena itu Ho diterima, dan Ha ditolak, yang artinya budaya organisasi tidak mempengaruhi kinerja. Pada gambar kurva di atas, dapat diketahui bahwa nilai t hitung < t table, dimana nilai t hitung yang didapat dari table 4.9. yaitu sebesar 1,839 dan nilai t table sebesar 2,021 (dari lampiran table t), dimana df (n-2) = 50 – 2 = 48. Maka nilai t hitung terletak di daerah penerimaan Ho, yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak terdapat pengaruh antara budaya organisasi dengan kinerja karyawan CLUB PANTAI MUTIARA. Tidak adanya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja disebabkan oleh kondisi CLUB PANTAI MUTIARA yang dipimpin oleh atasan yang memberikan kebebasan tiap karyawan dalam menjalan tugas mereka, hal ini mempengaruhi bahwa baik atau buruknya budaya Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi yang ada tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Uji Hipotesis Kedua Diketahui bahwa nilai R adalah sebesar 0,497. Hasil ini menyatakan bahwa tingkat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja adalah sedang Besarnya kontribusi yang diberikan oleh budaya organisasi dilihat dari nilai R Square. Nilai R Square menunjukkan nilai 0,247 berarti variasi variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel gaya kepemimpinan sebesar 0,247 atau 24,7%, sedangkan sisanya sebesar 0,753 atau 75,3% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Y = 22,067 + 0,3 06X2 + e 55 ut, Pada model regres i terseb a sebesar maka didapatkan nilai 22,067 dan nilai b sebesar 0,306. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika nilai 0 pada gaya kepemimpinan, maka kinerja adalah sebesar 22,067. Variabel gaya kepemimpinan naik 1 satuan, maka kinerja akan naik sebesar 0,306. Nilai sig. untuk uji t adalah sebesar 0,00 dimana nilai tersebut < 0,05, oleh karena itu Ho2 ditolak, dan Ha2 diterima yang berarti terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja. Dapat diketahui bahwa nilai t hitung > t table, dimana nilai t hitung yaitu sebesar 3,970 dan nilai t table sebesar 2,021 (dari lampiran table t), dimana df (n-2) = 50 – 2 = 48. Maka nilai t hitung terletak di daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, berarti terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dengan 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 kinerja karyawan MUTIARA. CLUB PANTAI Uji Hipotesis Ketiga Diketahui bahwa nilai R adalah sebesar 0,469. Hal ini menyatakan bahwa tingkat hubungan antara lingkungan kerja dengan kinerja adalah sangat tinggi. Nilai R Square menunjukkan nilai 0,220 berarti variasi variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel gaya kepemimpinan sebesar 0,220 atau 22%, sedangkan sisanya sebesar 0,780 atau 78% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Y = 17,823 + 0,508(X3) + e Pada model regresi tersebut, maka didapatkan nilai a sebesar 17,823 dan nilai b sebesar 0,508. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika nilai 0 pada lingkungan kerja, maka kinerja adalah sebesar 17,823. Variabel lingkungan kerja naik 1 satuan, maka kinerja akan naik sebesar 0,508. Pada tabel 4.13. dapat dilihat bahwa nilai sig. untuk uji t adalah sebesar 0,001 dimana nilai tersebut < 0,05, oleh karena itu Ho3 ditolak, dan Ha3 diterima yang berarti terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja CLUB PANTAI MUTIARA. Dapat diketahui bahwa nilai t hitung > t table, dimana nilai t hitung sebesar 3,681 dan nilai t table sebesar 2,021, dimana df (n-2) = 50 – 2 = 48. Nilai t hitung terletak di daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, berarti terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan CLUB PANTAI MUTIARA. 8 November 2014 Uji Hipotesis Keempat Berdasarkan acuan dari ketentuan tingkat pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel dependen, maka dapat dikatakan bahwa nilai R yaitu sebesar 0,584 yang artinya bahwa tingkat hubungan antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja adalah kuat. Sedangkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel independen dilihat dari nilai Adjusted R Square nilai tersebut adalah sebesar 0,298, berarti variasi variabel dependen yaitu kinerja dapat dijelaskan oleh variabel independen (budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja) sebesar 0,298 atau 29,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,702 atau 70,2% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Y = 17,640 -0,120X1 + 0,243X2 + 0,412X3 + e Pada model regresi tersebut, maka didapatkan nilai a sebesar 17,640. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika nilai 0 pada budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja maka kinerja sebesar 17,640. Sedangkan untuk koefisien regresi X1 atau budaya organisasi jika mengalami kenaikan 1 maka akan menurunkan variabel kinerja sebesar -0,120, jika X1 dalam keadaan tetap. Koefisien regresi X2 atau gaya kepemimpinan jika mengalami kenaikan sebesar 1 maka akan meningkatkan kinerja sebesar 0,243. Selanjutnya untuk koefisien regresi X3 atau lingkungan kerja, jika mengalami kenaikan sebesar 1 maka akan meningkatkan ISSN: 1410 -9875 kinerja sebesar 0,412 dalam keadaan tetap. . Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai sig. untuk uji t untuk variabel budaya organisasi adalah sebesar 0,382, dimana nilai tersebut > 0,05, maka Ho4 diterima, dan Ha4 ditolak. Nilai sig. uji t untuk gaya kepemimpinan adalah 0,006, dimana nilai tersebut < 0,05, maka Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Nilai sig. uji t untuk variabel lingkungan kerja 0,15, dimana nilai tersebut < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil uji F dalam penelitian ini diatas diperoleh F hitung sebesar 7.947 dengan tingkat signifikansi 0.000, dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0.05 menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan lingkungan kerja secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja. Dengan demikian model layak digunakan dalam model penelitian. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah terdapat pengaruh antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. MUTIARA RAGA INDAH. Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: 1. Ho1 diterima dan Ha1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh budaya organisasi dengan kinerja. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Zulkarnain yang menyatakan Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja. 2. Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh gaya kepemimpinan dengan kinerja. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Zulkarnain. 3. Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh lingkungan kerja dengan kinerja. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Zulkarnain. 4. Ho4 ditolak dan Ha4 diterima, artinya terdapat pengaruh bersama-sama budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja. Keterbatasan Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, diantaranya: a. Responden yang digunakan terbatas hanya pada PT. MUTIARA RAGA INDAH, yang hasil pengujiannya akan berbeda jika dilakukan pada sport club lainnya. b. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel yang terdiri dari variabel budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja. Rekomendasi Saran yang diberikan terhadap keterbatasan yang ada ialah: a. Melakukan penelitian pada sport club lainnya yang memiiki banyak karyawan untuk dijadikan responden. b. Penambahan variabel lain seperti evaluasi kinerja, motivasi dan kepuasan kerja. 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 REFERENSI Ardana, I Komang., et.al. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Boone dan Kurtz. 2007. Pengantar bisnis kontemporer. Jakarta : PT. Salemba Empat. Dessler, Gary. 2011. “Human Resources Management”. Prentice Hall. Dessler, Gary. 2011. “Human Resources Management”. 12th edition, Pearson Education : imitednometries. Gujarati, Damodar. N. 2003. Basic Econometrics. Fourth edition Mc Graw Hill International. Gujarati, Damodar. N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. Fourth edition Mc Graw Hill International. Gumilar, Ivan. 2007. Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen. Bandung: Utamalab. Hair, Joseph. F., William. C. Black., Barry J. Babin., Rolph E. Anderson, and Robald L. Tatham. 2006. Multivariate Data. Sixth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Hair, Jr., Joseph, F., Black, C., William, Babin, J., Barry, Aderson, Raphe and Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis seventh edition. Pearson Prentice Hall. Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Mangkunegara, A.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Newstrom, John W. 2002. Organizational behavior : Human Behavior at work. edition Mc Graw Hill International. Priyatno, Duwi. 2008. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi. Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media. Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Jakarta. PT Prenhallindo Persada. Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi, Jakarta. PT Prenhallindo Persada. Robbins, Stephen P. 2009. Perilaku Organisasi, Jakarta. PT Prenhallindo Persada. Sanders, Donald. H and Robert K. Smith. 2000. Statistics. Mc Graw Hill International. Sekaran, Uma, and Bougie Roger. 2010. Research Methods for Business. New Jersey: John Wiley and Sons. 10 ISSN: 1410 -9875 Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi Steven L. McShane, Mary Ann Von Glinow. 2005. 3rd ed. International Edition. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Supranto J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi (edisi kedua). Jakarta : Erlangga. Tampubolon, Manahan P. 2008. Perilaku Keorganisasian edisi 2. Jakarta: Ghalia Indonesia. Umar, Husein. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia. Umar, Husein. 2009. Riset SDM Dalam Organisasi: Gramedia. Utomo, Budi. 2002. Menentukan faktor-faktor kepuasaan kerja dan tingkat pengaruh kepuasan kerja terhadap loyalitas karyawan PT P. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 7 (2), 171 – 188. Zulkarnain. “Analisis Pemotivasian dan Loyalitas Karyawan Bagian Pemasaran PT. Palma Abadi Sentosa di Palangka Raya”. 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Halaman ini sengaja dikosongkan 12 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 13-26 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO, NONPERFORMING LOAN, RETURN ON EQUITY, DAN DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA MAHMUDIN MUSLIM STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The objective of this research is to identify factors which have influence stock price. The factors include capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, non-performing loan, return on equity and dividend per share.The sample are banking company which are listed in indonesia stock exchange, with purposive sampling method, the company which are including the criteria of sample are 7 company. Statistic method that used is multiple regression.The result can be summarized as follow. First, capital adequacy ratio do not influence stock price. Second, loan to deposit ratio do not influence stock price. Third, non-performing loan do not influence stock price. Fourth, return on equity do influence stock price. Fifth, dividend per share do influence stock price. And sixth is simultaneously capital adequacy ratio, loan to deposit, non-performing loan, return on equity, and dividend per share variable have influenced the stock price. Keywords : Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non-performing Loan, Return on Equity, Dividend per Share, Stock Price. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor yang mempengaruhi stock price. Faktor yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, non-performing loan, return on equity dan dividend per share. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankkan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Sebanyak tujuh buah perusahaan dipilih sebagai sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Data penelitian dianalisa dengan menggunakan regresi berganda. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, dan non-performing loan terbukti tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap stock price. Sedangkan dividend per share berpengaruh secara parsial terhadap stock price. Keseluruhan variable independen secara simultan terbukti berpengaruh terhadap variable dependen. 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Kata kunci : Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Nonperforming Loan, Return on Equity, Dividend per Share, Stock Price. analisa sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada suatu bank. PENDAHULUAN Bank merupakan salah satu Analisa yang dapat dilakukan industri yang membantu adalah dengan menilai melalui harga saham yang dimiliki. Karena perkembangan ekonomi sejak melalui harga saham akan dahulu. Bank itu sendiri memiliki tercermin kondisi suatu beberapa pengertian secara umum. perusahaan. Harga saham yang Bank adalah badan usaha yang meningkat mencerminkan kinerja menghimpun dana dari masyarakat perusahaan yang baik sehingga dalam bentuk simpanan dan layak dipertimbangkan untuk menyalurkannya kepada menjadi sasaran investasi. Salah masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya satu tehnik yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan taraf untuk penilaian harga saham yaitu hidup rakyat banyak (menurut melalui analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan Undang – undang Nomor 10 tahun metode analisis saham dengan 1998). Selain itu, menurut Peter S melakukan penilaian atas laporan Rose (Irmayanto 2007, 53) keuangan perusahaan. menyebutkan bahwa Bank merupakan lembaga keuangan yang Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh beberapa menawarkan jasa keuangan seperti peneliti yang meneliti variabelkredit, tabungan, pembayaran jasa variabel yang diduga mempengaruhi dan melakukan fungsi keuangan Harga Saham. Tita Deitiana (2011) lainnya secara profesional. meneliti tentang “Pengaruh Rasio Seiring dengan waktu dan Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, perkembangan jaman serta dan Dividen terhadap Harga kemajuan pesat dari negara Saham” pada perusahaan dalam LQberkembang seperti Indonesia, 45 tahun 2004-2008. Hasilnya maka saat ini bank tidak hanya menunjukkan bahwa secara parsial berlaku sebagai tempat simpan variabel Return on Equity (ROE) pinjam saja melainkan menjadi berpengaruh terhadap Harga salah satu industri yang mulai Saham, tetapi pada penelitian diminati oleh kalangan investor Fanny dan Hasan (2008), ROE tidak baik itu investor lokal maupun asing berpengaruh terhadap Harga untuk menanamkan modalnya. Saham. Sama seperti investor pada Penelitian berikutnya umumnya, sebagai investor industri dilakukan oleh Fanny dan Hasan perbankan juga tentunya (2008). Penelitian yang dilakukan mengharapkan tingkat meneliti tentang Pengaruh Capital pengembalian yang menguntungkan Adequacy Ratio, Loan to Deposit atas modal yang sudah Ratio, Non-performing Loan, ditanamkannya di suatu bank. Oleh Return on Equity dan Dividend per sebab itu, investor perlu melakukan 14 ISSN: 1410 -9875 Share terhadap Harga Saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian adalah tahun 2005 – 2007 dengan menggunakan 18 sampel. Dari hasil penelitian, secara partial hanya variabel DPS saja yang berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Alasan peneliti menggunakan industri perbankan sebagai objek penelitian adalah karena menurut Fadlul Ilmansyah selaku Vice President of Investment PT CIMB Pricipal Asset Management dalam infobanknews.com menyatakan bahwa saham-saham perbankan menjadi pilihan investor. Hal ini dikarenakan sepanjang tahun 2010 terjadi penguatan nilai rupiah terhadap dollar AS yang berdampak terhadap meningkatnya daya beli masyarakat sehingga industri perbankan akan meningkatkan pertumbuhan kreditnya, dengan demikian kemampuan sektor perbankan untuk mencetak laba secara otomatis juga akan meningkat sehingga diminati investor. Selain itu, lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings pada tahun 2011 menyatakan bahwa prospek industri perbankan Indonesia stabil yang merupakan refleksi dari ketangguhan industri perbankan serta prospek ekonomi yang sehat. Data dari Bank Indonesia pada tahun 2011 seperti yang disampaikan oleh Gubernur BI Darmin Nasution menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia menghasilkan keuntungan paling Mahmudin Muslim besar di antara negara-negara Asia Tenggara. Alasan lainnya adalah bahwa semua bidang industri membutuhkan perbankan untuk kelancaran kegiatan keuangaan serta menjadi salah satu alternatif sumber pendanaan bagi semua industri. Periode pengambilan data dalam penelitian adalah tahun 2006 sampai dengan 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai bagaimana capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, non-performing loan, return on equity dan dividend per share dalam mempengaruhi harga saham. Penulisan ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian dan organisasi penulisan. Kedua, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Nonperforming Loan, Return on Equity dan Dividend per Share terhadap Harga Saham. Ketiga, metoda penelitian terdiri atas pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukuran. Keempat, hasil penelitian yang berisi uji normalitas data, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis dan pembahasan. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Saham Menurut Jogiyanto (2008, 25) saham dapat didefinisikan sebagai 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 bukti kepemilikan sebagian dari perusahaan. Saham dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (prefered stock). a. Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi atau tidak memiliki hak-hak istimewa (Darmadji dan Fakhruddin 2006, 7). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. b. Saham preferen, meskipun tidak sepopuler saham biasa namun cukup berkembang, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan 16 November 2014 pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal, antara lain: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Harga Saham Menurut Jogiyanto (2008, 125) harga saham adalah harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Capital Adequacy Ratio Siamat (2004, 103) menyatakan bahwa capital adequacy ratio merupakan rasio kecukupan modal yang dihitung dengan membandingkan antara jumlah modal yang dimiliki bank dengan total aktiva tertimbang menurut resiko (classified asset). Loan to Deposit Ratio Menurut Dendawijaya (2005, 116) loan to deposit ratio merupakan ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Non-performing Loan Irmayanto dkk (2007, 85) menyatakan bahwa non-performing loan adalah nasabah gagal dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim kredit beserta bunganya, seperti yang telah menjadi kesepakatan bersama. H2: Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Return on Equity Menurut Gitman dan Zutter (2012, 82) return on equity is measures the return earned on the common stockholder’s investment in the firm. Non-performing Loan terhadap Harga Saham Non-performing Loan menggambarkan kredit bermasalah yang penyebabnya adalah ketidakmampuan nasabah untuk membayar kewajibannya terhadap bank sesuai perjanjian ( kredit macet ). Jika nilai NPL tinggi berarti bank menghadapi kredit macet yang tinggi sehingga investor enggan untuk berinvestasi. H3: Non-performing Loan berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Dividend per Share Menurut Gitman (2009, 47) dividend per share is the dollar amount of cash distributed during the period on behalf of each outstanding share of common stock. Capital Adequacy Ratio terhadap Harga Saham Capital Adequacy Ratio menunjukkan kecukupan modal suatu bank untuk mencegah resiko kredit yang mungkin timbul dari kegiatan usahanya. Semakin tinggi akan semakin baik karena bank tersebut mampu mencegah kerugian atas resiko usahanya serta bank tersebut aman sebagai tempat investasi. H1: Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Loan to Deposit Ratio terhadap Harga Saham Loan to Deposit Ratio merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan lebih besar. Return on Equity terhadap Harga Saham Return on Equity merupakan indikator suatu perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkankeuntungan. Apabila suatu Return on Equity perusahaan tinggi maka mencerminkan kinerja yang baik. H4: Return on Equity berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Dividend per Share terhadap Harga Saham Dividend per Share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar laba dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham. Perusahaan yang DPS nya tinggi akan diminati oleh investor karena memiliki kepastian atas modal yang sudah ditanamkannya. H5: Dividend per Share berpengaruh positif terhadap Harga Saham. 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Model penelitian adalah seperti yang digambarkan sebagai berikut: Capital Adequacy Ratio Ratio Loan to Deposit Harga Saham Non-performing Loan Return on Equity Dividend per Share Gambar 1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non-performing Loan, Return on Equity, dan Dividend per Share pada Harga Saham METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sampai tahun 2009. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah (1) Sampel merupakan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 2009. (2) Memiliki laporan keuangan yang lengkap selama listing di Bursa Efek Indonesia. (3) Tidak de-listing selama periode pengamatan. (4) Laporan keuangan yang audited. (5) Perusahaan tersebut membayar deviden tunai berturut-turut selama tahun 18 pengamatan. (6) Perusahaan tersebut memperoleh laba bersih berturut-turut selama tahun pengamatan. (7) Terdapat variabelvariabel yang diperlukan dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang berhasil memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Harga Saham Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham (Y) yang merupakan variabel terikat. Harga Saham selalu ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim mengalami perubahan setiap harinya. Harga saham pada penelitian ini merupakan harga pada saat closing price akhir tahun di bursa. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan kemampuan bank untuk menutupi penurunan atas aktiva yang beresiko, dihitung dengan menggunakan rumus: (Irmayanto 2007, 91) Capital Adequacy Ratio ��� � ����� ���� ����� ���� � ������ ���������� ������� ������� Loan to Deposit Ratio Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan kemampuan Bank dalam membayar kembali dana penarikan yang telah dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit untuk ��� � ������ ���� ����� ������ Non-performing Loan Non-performing Loan (NPL) merupakan kemampuan bank dalam mengelola resiko kreditnya. Semakin kecil nilainya maka semakin kecil resiko kreditnya. ��� � Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (SE BI No. 6/73/INTERN DPNP Tanggal 24 Desember 2004) ����� ������ ���� ����� ������ Return on Equity Return on Equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan keuntungan. Dihitung ��� � mengetahui tingkat likuidasinya. Secara sistematis, rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Budisantoso 2006, 64) dengan menggunakan sebagai berikut : (Siamat 102) rumus 2004, ���� ������� ����� ����� ������ 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Dividend per Share Dividend per Share (DPS) adalah perbandingan antara besar dividen yang dibagikan dengan jumlah lembar saham yang ��� � November 2014 beredar. Dihitung dengan menggunakan rumus (Irawati 2006, 64) ���� �������� ����� ����������� HASIL PENELITIAN Tabel 1. Statistik deskriptif CLOSPRIC CAR LDR NPL ROE DPS N 28 28 28 28 28 28 Minimum Maximum 200 7650 .12 .31 .21 .93 .01 .16 .05 .27 .27 201.82 Hasil Uji Normalitas Data Total data yang digunakan adalah sebanyak 7 perusahaan dikalikan dengan 4 periode Mean 2705.00 .1804 .6371 .0432 .1636 71.8929 Std. Deviation 2411.495 .04574 .17018 .03422 .06590 72.25797 pengamatan (2006 – 2009) yaitu sebanyak 28 data. Pengujian normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini : 1. Normalitas dengan metode grafik probability plot Normal PP Plot of Regressi o Dependent Variable: CLOSP 1.00 Expected Cum Prob .75 .50 .25 0.00 0.00 .25 .50 .75 1.00 Observed CumProb 2. Normalitas dengan metode non grafik dengan One Sample KolmogorovSmirnov. 20 ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim Tabel 2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Asymp. Sig Keterangan Unstandardized 0.409 Residual terdistribusi normal Residual Tabel 2 menunjukkan bahwa secara statistik, Asymp. Sig lebih besar dari 0,05 maka residual terdistribusi normal. Hasil Uji Asumsi Klasik Pada uji multikolinearitas, seluruh variabel memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance VIF Variabel Capital Adequacy Ratio 0,758 1,319 Loan to Deposit Ratio 0,936 1,069 Non-performing Loan 0,594 1,683 Return on Equity 0,257 3,887 Dividend per Share 0,324 3,089 Pada uji heteroskedastisitas menggunakan 2 metode analisis: 1. Metode analisis grafik dengan scatterplot RegressionStudentizedResidual Scatterplot Dependent Variable: CLOSPRIC 3 2 1 0 1 2 3 1.5 1.0 .5 0.0 .5 1.0 1.5 2.0 Regression Standardized Predicted Value 2. Metode analisis non grafik dengan uji glejser, hasilnya adalah variabel Loan to Deposit Ratio, Return on Equity dan Dividend per Share tidak mengalami masalah heteroskedastisitas, karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05. Sedangkan Capital Adequacy Ratio dan Nonperforming Loan mengalami masalah heteroskedastisitas, karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05. 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Variabel CAR LDR NPL ROE DPS November 2014 Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sig Keterangan 0.042 Terjadi heteroskedastisitas 0.941 Tidak terjadi heteroskedastisitas 0.047 Terjadi heteroskedastisitas 0.953 Tidak terjadi heteroskedastisitas 0.098 Tidak terjadi heteroskedastisitas Pada uji autokorelasi, autokorelasi. nilai Dw terletak menggunakan uji Durbin watson. antara dl dan du, dengan n=28, Hasilnya adalah tidak terdapat k=5, dl=1,03, du= 1,85 Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin Watson 1 2.045 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Model persamaan linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 504,319 + 2451,959X1 – 1344,058X2 + 495,422X3 + 4365,392X4 + 26,141X5 + e Tabel 6. Hasil Uji Statistik Unstandardized Coefficients t Sig. Model B 1 (Constant ) CAR LDR NPL ROE DPS 504.319 1870.256 .270 .790 2451.959 -1344.058 495.422 4365.392 26.141 5920.217 1432.599 8940.305 7055.058 5.736 -.314 -1.067 -.148 4.901 9.527 .756 .296 .883 .000 .000 Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh (0,756 > 0,05) dan memiliki koefisien positif. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh (0,296 > 0,05) dan memiliki koefisien negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Loan to Deposit 22 Std. Error Ratio berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Non-performing Loan tidak berpengaruh (0,883 > 0,05) dan memiliki koefisien positif. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Non-performing Loan berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Return on Equity berpengaruh (0,000 > 0,05) dan memiliki koefisien positif. Hasil ini sesuai dengan teori yang ISSN: 1410 -9875 menyatakan bahwa Return on Equity berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Dividend per Share berpengaruh (0,000 < 0,05) dan memiliki koefisien positif. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Dividend per Share berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Tabel 7. Analisis F statistik F 16,515 Sig 0,000 Kesimpulan: terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Nonperforming Loan, Return on Equity dan Dividend per Share terhadap Harga Saham. PENUTUP Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa return on equity dan dividend per share berpengaruh terhadap harga saham sedangkan capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, dan nonperforming loan tidak berpengaruh terhadap harga saham. 1. Keterbatasan penelitian ini adalah: (1) Peneliti hanya menggunakan perusahaan perbankan sebagai sampel, sehingga jumlah sampel yang dipakai terbatas jumlahnya dan belum tentu hasilnya dapat diaplikasikan pada sektor industri yang lain; (2) Variabel bebas yang digunakan dalam Mahmudin Muslim penelitian ini hanya 5 variabel bebas yaitu Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non-performing Loan, Return on Equity, dan Dividend per Share sehingga ada kemungkinan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi Harga Saham namun tidak diteliti dalam penelitian ini; (3) Waktu dalam penelitian ini hanya 4 tahun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, hasilnya mungkin akan lebih akurat jika penelitian selanjutnya menggunakan periode waktu yang lebih panjang. 2. Adapun rekomendasi yang diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: (1) Sampel yang digunakan dalam penelitian sebaiknya diperbanyak tidak hanya terbatas pada perusahaan perbankan saja agar dapat meningkatkan kemampuan generalisasi hasil penelitian; (2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap Harga Saham. Misalnya BO/PO yaitu Biaya Operasional berbanding dengan Pendapatan Operasional dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP); (3) Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan data dengan rentang waktu yang lebih panjang tidak hanya tahun 20062009 saja untuk mengakuratkan hasil yang diperoleh. 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 DAFTAR REFERENSI Anderson et al, 2011, “Statistics for Business and Economics”, 11th edition. South-Western, Cengage Learning. Arwanta Erwin dan Evi Gantowati. 2004. “Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan terhadap Harga Saham : Suatu Studi Empiris Menurut Sudut Pandang Kepentingan Investor”. Kajian Bisnis, Vol. 12, No. 1, Januari : 2540. Boy Loen dan Sonny Ericson, “Manejemen Aktiva Pasiva Bank Devisa”, Grasindo, Jakarta, 2001. Darmadji Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2006. “Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab”, PT Salemba Empat, Jakarta. Gitman, Lawrence J and Zutter, Chad J, 2012, ”Principles Of Managerial Finance”, 13th edition. Pearson Education Limited 2012. Gitman, Lawrence J, 2006, ”Principles Of Managerial Finance”. Boston: Pearson Education, Inc. Gujarati, Damodar N. 2003, “Basic Econometric”. Fourth Edition, Mc. Graw Hill. Hair, et al, 2010, “Multivariate Data Analysis”. Seventh Edition, Pearson Prentice Hall. Husnan, Suad. 2005. “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Irmayanto, Juli dkk, “Bank dan Lembaga Keuangan”. Cetakan Keenam, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2007. Jogiyanto, H.M. 2008. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE. Kasmir, 2005, “Manajemen Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lukman Dendawijaya, “Manejemen Perbankan”. Cetakan Ketiga, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005. Lukman Dendawijaya, “Manejemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,2000. Manurung Mandala dan Prathama Rahardja, 2004. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter”, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Murtini, Umi dan Mareta, S. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham”, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, Volume 1, No. 1, Juni 2006. Halaman 107 – 134. Sartono, Agus. 2001. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE. Sarwono, Jonathan. 2011. “Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19”. Penerbit PT Elex Media Komputindo. Shook R. J, 2002, Wall Street Dictionary. Jakarta : Erlangga. Siamat, Dahlan. 2004. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Keempat. Jakarta : LPFE UI. Siamat, Dahlan. 2001. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Ketiga. Jakarta : LPFE UI. 24 ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim Sugiyono, 2008. “Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung. Tita Deitiana. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm. 57-66. Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru. 2006. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Widarjono, Agus. 2009.“Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Yogyakarta: Ekonisia. 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Halaman ini sengaja dikosongkan 26 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 27-50 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERBITANUNQUALIFIED OPINION WITH MODIFIED PARAGRAPH GOING CONCERN MEIRISKA FEBRIANTY STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to examine the effect of auditor reputation, opinion prior year,company’s growth, leverage, firm size, liquidity, audit report lag and debt default. The dependent variable is unqualified opinion with modified paragraph going concern. The sample in this research consist of 51 non financial companies that have been listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) from period 2008 until 2011. Samples selected based on purposive sampling method. This study uses binary logistic regression method to see the contribution of each independent variable in influence of issuing unqualified opinion with modified paragraph going concern. The results of this research indicates that auditor reputation,company’s growth, firm size, liquidity, leverage and audit report lag do not significant influence to issuance unqualified opinion with modified paragraph going concern. Only opinion prior year and debt dafault that have significant influence to issuance unqualified opinion with modified paragraph going concern. Keywords: Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern, Auditor Reputation, Opinion Prior Year,Company’s Growth, Leverage, Firm Size,Liquidity, Audit Report Lag and Debt Default. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh dari reputasi auditor, opini tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag dan debt default. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya opini unqualified dengan paragraf modifikasi going concern. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 51 perusahaan non keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2011. Sampel dipilih berdasarkan metode sampling purposive. Dengan menggunakan metode regresi logistik binary untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap probabilitas terjadinya opini unqualified dengan paragraf modifikasi going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reputasi auditor, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan audit report lag tidak berpengaruh terhadap probabilitas terjadinya opini unqualified dengan 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 paragraf modifikasi going concern. Hanya opini tahun sebelumnya dan debt default yang berpengaruh terhadap probabilitas terjadinya opini unqualified dengan paragraf modifikasi going concern. Kata kunci: Opini Unqualified Dengan Paragraf Modifikasi Going Concern, Reputasi Auditor, Opini Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, Ukuran Perusahaan, Likuidita, Audit Report Lag, dan Debt Default. PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia pada saat ini sudah mengalami banyak perubahan, selain dikarenakan faktor dalam negeri, faktor dari luar negeri pun turut berpengaruh. Dari dalam negeri, pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak lepas dari bertumbuhnya perusahaanperusahaan yang berada di Indonesia. Dalam suatu perusahaan yang baik, biasanya perusahaan tersebut memiliki manajemen keuangan yang baik. Salah satunya adalah dilihat dari opini audit yang diberikan atas laporan keuangan perusahaan tersebut oleh auditor. Opini yang diberikan oleh auditor tersebut sangat mempengaruhi masa depan dari perusahaan tersebut. Kebutuhan akan auditor yang berkualitas sangat diperlukan oleh perusahaan untuk menentukan seberapa baik kinerja perusahaan pada satu periode sehingga dapat menentukan going concern perusahaan pada periode selanjutnya. Salah satu opini audit yang mempengaruhi periode selanjutnya dari perusahaan adalah unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pada dasarnya going concern itu sendiri adalah adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam 28 pelaporan keuangan suatu entitas sehinga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela 2004). Sedangkan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concernadalah suatu opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP 2011). Banyak perusahaan dengan berbagai cara untuk dapat mendapatkan opini audit yang baik agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan bahkan berkembang. Cara tersebut bisa dilakukan perusahaan dengan melakukan kecurangan ataupun dengan memaksimalkan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan tersebut sebelumnya sudah diaudit dan hasilnya adalah Unqualified opinion with modified paragraph going concern, maka sudah seharusnya perusahaan dapat meningkatkan performa perusahaan tersebut agar kelak perusahaan tetap dapat bertahan dan berkembang di periode selanjutnya. Dalam hubungan dengan pihak auditor, auditor harus mampu menilai suatu perusahaan berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkan unqualified opinion with modified paragraph going ISSN: 1410 -9875 concern. Penilaian ini meliputi perencanaan dan pengelolaan perusahaan serta kegiatan operasional perusahaan yang baik untuk bagaimana suatu perusahaan dapat mempertahankan usahanya. Dalam praktiknya tidak mudah bagi auditor untuk memutuskan apakah suatu perusahaan ini mencukupi suatu kriteria unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang besar terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya, auditor perlu menyampaikan kondisi tersebut dalam laporan audit (Thio 2007). Pada dasarnya going concern itu sendiri adalah adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehinga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela 2004).Opini unqualified opinion with modified paragraph going concern juga sering dijadikan tolak ukur apakah suatu perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.Pengujian atas opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern dapat diukur dan dilakukan dengan melihat kondisi perusahaan, seperti kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan (Santosa dan Wedari 2007). Dalam perusahaan, jika perusahaan mampu mempertahankan optimalisasi kegiatan perusahaanya, maka perusahaan ini akan lebih besar kemungkinannya mendapat opini Meiriska Febrianty yang baik dari auditor.Pada kenyataannya hubungan auditor selain kepada perusahaan, auditor menjadi penghubung antara pengguna laporan keuangan seperti investor dengan perusahaan. Motivasi penelitian ini karena masih menariknya topik mengenai unqualified opinion with modified paragraph going concern tentang tanggung jawab auditor dalam menerbitkan opini auditnya. Investor pun pada saat ini masih sering salah dalam mengambil keputusan meskipun sudah berdasarkan opini auditor yang baik. Selain itu karena masih terbatasnya penelitian sebelumnya yang menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk beberapa tahun belakangan ini.Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian Santosa dan Wedari (2007). Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: Sampel yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah audit yang telah terdaftar di BEI selama periode 2001-2005, sedangkan penelitian saat ini menggunakan sampel dari tahun 2008-2011. Penambahan variabel independen ini merupakan tambahan variabel dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007). Pada penelitian sebelumnya terdiri dari kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Sedangkan pada penelitian saat ini ada variabel yang dihilangkan seperti kondisi keuangan perusahaan dan variabel 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 kualitas audit diganti dengan reputasi auditor. Serta penambahan variabel yaitu leverage, likuiditas, audit report lag, dan debt default. Laporan keuangan dalam perusahaan merupakan cermin dari perusahaan itu sendiri. Dalam laporan keuangan memiliki informasi penting yang berguna bagi pengguna laporan keuangan untuk dapat mengambil keputusan. Informasi ini menyangkut posisi keuangan, perubahan posisi keuangan, dan kinerja dari perusahaan. Oleh karena itu, pihak auditor harus dapat memberikan opini yang bersifat realistis dan tidak mengada-ada dan sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Berdasarkan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage. ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag dan debt default berpengaruh terhadap opini unqualified opinion with modified paragraph going concern? RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern Unqualified opinion with modified paragraph going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (IAI 2002) dalam Setyarno dan Januarti (2007). Kegagalan suatu perusahaan dalam mempertahankan opini unqualified opinion with modified 30 November 2014 paragraph going concern merupakan ancaman bagi perusahaan tersebut karena hal itu dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. Reputasi Auditor Menurut Ruiz et al. (2004)reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual. Reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring secara umum tidak dapat diamati. Reputasi auditor juga dipertaruhkan ketika opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya (Rudyawan dan Badera 2009). Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan usahanya dibandingkan dengan auditor skala kecil (Santosa dan Wedari 2007). Petronela (2004) menyatakan bahwa auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. ISSN: 1410 -9875 Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern untuk tahun sebelumnya merupakan salah satu faktor bagi auditor untuk mengeluarkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinannya perusahaan akan menerima kembali opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berjalan. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu hal yang cukup mendapat perhatian penting dalam tolak ukur suatu perusahaan. Jika pertumbuhan suatu perusahaan tersebut selalu meningkat tiap tahunnya, maka bisa dikatakan perusahaan itu mempunyai kemampuan yang baik dalam kegiatan operasionalnya. Pertumbuhan perusahaan tersebut bisa dilihat dari laba yang didapat dari kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi laba yang didapat oleh perusahaan, maka akan semakin banyak juga investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan itu karena dianggap perusahaan tersebut mampu memberikan keuntungan juga bagi investornya. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba yang baik biasanya cenderung memiliki laporan keuangan yang baik, sehingga perusahaan tersebut biasanya mendapat opini audit Meiriska Febrianty bukan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Leverage Leverage financial menggambarkan struktur modal perusahaan dengan best debtquality mix. Perusahaan menggunakan utang jangka panjang dengan bunga tetap untuk membiayai investasinya. Leverage mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari utang perusahaan kepda kreditor (Rudyawan dan Badera 2009). Tingginya rasio debt to equity atau rasio financial leverage mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Hal ini merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat (Petronela 2004). Altman (1968) menyatakan bahwa perusahaan dengan nilai aset lebih kecil dari pada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Simpulan ini didukung oleh Rudyawan dan Badera (2009) yang menyatakan bahwa rasio leverage yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Apabila tidak mampu menghasilkan laba, dengan demikian, perusahaan tersebut akan bangkrut. Leverage yang tinggi menjadi perhatian auditor karena leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Petronela 2004). Ukuran Perusahaan Perusahaan skala besar dengan pertumbuhan yang positif, memberikan suatu tanda bahwa 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 kemungkinan untuk menjadi bangkrut kecil. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari nilai aktivanya, sehingga perusahaan besar dianggap dapat mempertahankan kelangsungan usahanya (Sudarno 2012). Krishnan dan Schauer (2000) berpendapat bahwa, semakin besar perusahaan yang di audit, maka kualitas audit yang diberikan KAP juga semakin besar. Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi sejumlah besar pemakaian laporan keuangan tersebut (Amilin dan Indrawan 2008). Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio juga menggambarkan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan tersebut (Januarti dan Fitrianasari 2008). Semakin kecil current ratio, perusahaan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar para krediturnya, maka auditor kemungkinan memberikan opini audit dengan going concern (Hani, Cleary, dan Mukhlasin 2003). Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin tinggi juga tingkat perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajibannya sehingga kelangsungan hidup suatu 32 November 2014 perusahaan tersebut menjadi baik dan memicu auditor untuk memberikan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Audit Report Lag Audit report lag adalah jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit. Audit Report Lag merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit. Audit report lag dengan modifikasi mengenai Going Concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Di lain pihak, perusahaan yang “sehat” memperoleh opini “standart” atau “unqualified”. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis (Hani, Cleary, dan Mukhlasin 2003). Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Oleh karena itu juga harus memperhatikan waktu yang dibutuhkan dalam proses audit yang dilakukan karena semakin lama waktu untuk menerbitkan audit report lag maka semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut mendapatkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. ISSN: 1410 -9875 Debt Default Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan, dalam hal ini khususnya opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Dalam masa krisis, dimulai tahun 1997, terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dalam mata uang asing meningkat secara signifikan, disamping itu banyak perusahaan yang mengalami rugi operasi dan realisasi penjualan pun turun secara drastis. Akhirnya kejadian ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pokok dan beban bunga (Susanto 2009). Oleh karena itu semakin tinggi tingkat debt default suatu perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Reputasi Auditor dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya, Santosa dan Wedari (2007) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan karena baik KAP yang berskala kecil maupun yang berskala besar, akan selalu bersikap obyektif dalam memberikan pendapat. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Setyarno et al (2007) dan Ulya (2012) yaitu kualitas audit tidak Meiriska Febrianty berpengaruh terhadap opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhany (2004), Susanto (2009), Rudyawan, Badera (2009) dan Petronela (2007) yang menyatakan bahwa kualitas KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan ketika sebuah KAP sudah memiliki reputasi yang baik maka KAP tersebut akan berusaha mempertahankan reputasinya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya, sehingga mereka akan selalu bersikap objektif dalam pekerjaanya. Hasil berbeda didapatkan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Fanny dan Saputra (2005) sertaHerusetya (2008) dimana secara statistik reputasi auditor berpengaruh pada opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Karena semakin besar reputasi Kantor Akuntan Publik maka semakin besar juga kualitas audit yang diberikannya. Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya, Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara positif. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et al (2007), Kartika (2012), Ramadhany (2004),Susanto (2009),Saputra et all (2013) dan Ulya (2012) yang menunjukkan bahwa auditor dalam memberikan 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 opini auditnya akan mempertimbangkan opini audit tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan auditor dapat memperhatikan apabila pada tahun lalu perusahaan menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern, maka akan memperbesar kemungkinan penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern di tahun berjalan pada perusahaan tersebut. Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Hasil penelitian sebelumnya, Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan perusahaan yang menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern dan yang tidak menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern sama sama mengalami pertumbuhan laba yang negatif. Hasil penelitian ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Rudyawan dan Badera (2009), Januarti dan Fitrianasari (2008), Saputra et al(2013), Setyarno et al (2007) serta Fanny dan Saputra (2005) bahwa rasio pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa 34 November 2014 rasio pertumbuhan yang lain yaitu rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Kartika (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan pertumbuhan asset perusahaan menunjukkan kekuatan perusahaan dalam industri dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Leveragedan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rudyawan dan Badera (2009) mengatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa ditemukan bukti empiris bahwa rasio leverage tidak berpengaruh terhadap pemberian unqualified opinion with modified paragraph going concern oleh auditor pada auditee. Hasil penelitian ini konsisten dengan Hani et al (2003), Petronela (2004), Amilin dan Indrawan (2008) dan Sudarno (2012) yang menemukan bahwa bukti rasio leverage kurang dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit unqualified opinion ISSN: 1410 -9875 with modified paragrapah going concern karena meningkatnya rasio leverage tidak diikuti dengan menurunnya rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan penjualan. Ukuran Perusahaan dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) serta Krishnan dan Schauer (2000) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified opinion with modified paragrapah going concern. Hal ini dikarenakan semakin besar suatu perusahaan yang di audit, maka kualitas audit yang diberikan KAP juga semakin besar. Artinya KAP dalam melaksanakan pekerjaan auditnya tidak terpengaruh terhadap ukuran perusahaan yang mungkin memberikan fee yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang kecil. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008), Ramadhany (2004), Fanny dan Saputra (2005), Herusetya (2008), Sudarno (2012), Junaidi dan Hartono (2010),dan Kristiana (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini unqualified opinion with modified paragrapah going concern. Hal ini dikarenakan pertumbuhan aktiva perusahaan tidak diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan saldo labanya. Sehingga, meskipun nilai total aktiva terus meningkat setiap tahunnya, perusahaan akan mengalami masalah going concern Meiriska Febrianty jika terus menerus mengalami saldo laba negatif setiap tahunnya. Likuiditas dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa nilai probabilitas yang dimiliki likuiditas menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Hani et al. (2003) yang menemukan bukti bahwa rasio likuiditas berpengaruh dalam menentukan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Selain itu, temuan penelitian ini juga sejalan konsisten dengan Eko (2006) yang menemukan bukti bahwa rasio likuiditas, dengan menggunakan proksi working capital to total asset,dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern untuk auditee. Current ratio menggambarkan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang dimiliki. Hasil koefisien yang negative menunjukan semakin kecil rasio likuiditas yang dimiliki oleh auditee maka akan semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern dan sebaliknya (Januarti dan Fitrianasari 2008). Hasil yang berbeda didapatkan oleh Sudarno (2012) dan Amilin dan Indrawan (2008)yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap penentuan 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan pada perusahaan manufaktur biasanya memiliki hutang jangka panjang berupa hutang aktiva tetap berupa mesin dan kendaraan yang tinggi. Sedangkan hutang dagangnya tidak terlalu tinggi, dan perusahaan dapat mengajukan kredit dengan menjamin assetnya kepada bank guna memenuhi likuiditasnya sehingga rasio likuiditas tidak menjadi acuan dan pertimbangan yang utama bagi auditor dalam memberikan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Audit Report Lag dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern pada auditee. Hasil temuan penelitian ini memberikan suatu bukti empiris bahwa laporan auditor yang dikeluarkan terlambat mengindikasikan adanya masalah unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil yang berbeda didapatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh audit report lag terhadap pemberian opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian ini banyak perusahaan yang melaporkan tepat 36 November 2014 waktu sesuai peraturan Bapepam dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Debt Defaultdan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007) menyatakan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini disebabkan karena kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator unqualified opinion with modified paragraph going concern yang banyak digunakan auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Saputra et all (2013) dan Ulya (2012) yang menemukan bukti empiris bahwa debt default secara signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pengembangan Hipotesis Dari tinjauan teoritis dan beberapa pertimbangan logis yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Ha1: Reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. ISSN: 1410 -9875 Ha2: Ha3: Ha4: Ha5: Ha6: Ha7: Ha8: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Leverage berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Likuiditas berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Audit report lag berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Debt Default berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan populasi yaitu seluruh perusahaan yang tercatat konsisten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuanganyang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dipilih dengan Meiriska Febrianty menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu berdasarkan pertimbangan dan quota. Kriteriakriteria purposive sampling dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, perusahaan non keuangan yang secara konsisten tercatat di BEI pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Kedua, perusahaan yang menggunakan periode laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember. Ketiga, menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan. Keempat, perusahaan yang mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangkurangnya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Kelima, perusahaan yang konsisten melakukan penjualan selama periode penelitian. Keenam, perusahaan yang memiliki data yang lengkap. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data terdiri dari laporan keuangan perusahaan yang berupa neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas, laporan laba rugi, dan catatan yang telah diaudit oleh akuntan publik independen pada periode tahun 2008-2011, yaitu laporan keuangan yang diperoleh dengan cara mengunduh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Reputasi Auditor Reputasi auditor merupakan probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien. Dalam penelitian 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 ini reputasi auditor diproksikan dengan menggunakan skala auditor. Variabel ini diukur dengan menggunakan variable dummy1 untuk auditor yang tergabung dalam skala besar dan 0 untuk auditor yang bukan. Skala besar yaitu KAP the big 4, yang menurut Ramadhany (2004) terdiri dari: Prasetio Utomo & Co. pada tahun 2003 merger dengan Hanadi, Sarwoko & Sandjaja (Berafiliasi dengan Ernest & Young).Siddharta Siddharta & Harsono (berafiliasi dengan KPMG), Hadi Sutanto & Rekan (berafiliasi dengan Pricewaterhouse Copper), Hans, Tuanakotta & Mustofa (berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu). Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian Susanto (2009). Opini Audit Tahun Sebelumnya Variabel ini menggunakan variabel dummy.Jika opini audit Pertumbuhan Perusahaan � unqualified opinion with modified paragraph going concern (GCAO) makadiberi kode 1. Sedangkan untuk opini audit non-unqualified opinion without modified paragraph going concern (NGCAO) akan diberi kode 0. Cara ini pernah digunakan dalam penelitian Setyarno et al. (2007) dan Ramadhany (2004). Pertumbuhan Perusahaan Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern (Setyarno et al 2007). Cara ini pernah dilakukan juga oleh Rudyawan dan Badera (2009). Penjualan bersih � � Penjualan bersih Penjualan bersih ��� Leverage Rasio leverage adalah rasio hutang terhadap aktiva atau suatu perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukkan beberapa bagi aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. �������� � Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel. Pengukuran variabel ini 38 November 2014 ��� Leverage merupakan variabel independen yang dalam penelitian ini diukur dengan perbandingan total hutang dengan modal sendiri. Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian Petronela (2004). Total Hutang Total Modal dihitung dengan menggunakan natural logaritma dari total aktiva. Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2012). ISSN: 1410 -9875 Meiriska Febrianty Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi sejumlah ������� ����� � Audit Report Lag Audit lag merupakan jumlah kalender antara tanggal berakhirnya laporan keuangan (31 Desember) dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Cara ini pernah dilakukan juga sebelumnya dalam penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008). Debt Default Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka 1 untuk debt default, sedangkan angka 0 untuk tidak debt default untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator unqualified opinion without modified paragraph going concern. Cara ini pernah digunakan juga sebelumnya oleh Devina dan Zulaikha (2004). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan variabel dummy dilakukan oleh Setyarno et besar pemakaian laporan keuangan tersebut (Amilin dan Indrawan 2008). Sebagai parameter dari rasio likuiditas digunakan current ratio. Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Hani et al. (2003). ������� ������ ������� ����������� al. (2007). Dimana untuk kategori 1 untuk auditeeyang menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit nonunqualified opinion without modified paragraph going concern. Variabel ini diukur dengan skala nominal. Metoda Analisis Data Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan dari variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Pengujian hipotesis ini menggunakan binary logistic regression dengan tingkat kesalahan (α) 5%, karena variabel dependen yaitu unqualified opinion with modified paragraph going concern merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy. Pada logistik regresi ini tidak diperlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya karena variabel bebasnya merupakan campuran antara metric dan non metric (Ghozali 2011). Berikut model regresi logistik yang digunakan: Ln GC = α + β1 ADTR + β2 PRIOP + β3 SALGR + β4 LVRG + β5 SIZE 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 1-GC + β8 DD + e + β6 LKDTS + �7 ARL Dimana: �� �� = Dummy ���� variabel opini audit (kategori 1 untuk audtitee dengan opini audit going concern (GCAO) dan 0 untuk auditee dengan opini audit non going concern (NGCAO) α = Konstanta ADTR = Reputasi Auditor PRIOP = Opini audit tahun sebelumnya yang diterima perusahaan (kategori 1 apabila GCAO,0 bila NGCAO) SALGR = rasio pertumbuhan penjualan auditee LVRG SIZE LKDTS ARL DD e November 2014 = = = = = Leverage Ukuran Perusahaan Likuiditas Audit report lag Debt default(angka 1 untuk debt default, sedangkan angka 0 untuk tidak debt default) = Kesalahan residual HASIL PENELITIAN Sampel penelitian diambil dari populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Prosedur peneliti dalam memilih sampel berdasarkan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan Perusahaan yang konsisten terdaftar di BEI selama periode penelitian (2008-2011) Perusahaan yang tidak menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember selama periode penelitian (2008-2011) Perusahaan yang tidak menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan selama periode penelitian (2008-2011) Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih yang negatif sekurangnya dua periode laporan keuangan selama periode penelitian (2008-2011) Perusahaan yang tidak melakukan penjualan secara konsisten selama periode penelitian (20082011) Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap selama periode penelitian (2008-2011) Total perusahaan dan data Sumber: Hasil Pengolahan Data 40 Jumlah Perusahaan Jumlah Data 291 1164 (7) (28) (20) (80) (203) (812) (3) (12) (9) (36) 49 196 ISSN: 1410 -9875 Meiriska Febrianty Tabel 1 menunjukkan jumlah keuangan, 3 perusahaan yang tidak seluruh perusahaan nonkeuangan melakukan penjualan secara yang konsisten terdaftar di BEI konsisten dan 9 perusahaan yang selama periode penelitian 2008tidak memiliki data lengkap selama 2011 adalah 291 perusahaan. tahun 2008-2011. Oleh karena itu, Terdapat 7 perusahaan yang tidak perusahaan yang digunakan adalah menggunakan periode laporan 49 perusahaan dengan 196 data. keuangan mulai 1 Januarisampai Hasil dari statistik deskriptif dengan 31 Desember, 20 menunjukkan jumlah sampel yang digunakan, nilai minimum, nilai perusahaan yang tidak maksimum, nilai rata-rata (mean) menggunakan Rupiah sebagai mata uang dalam pelaporan, 203 dan standar deviasi dari sampel perusahaan yang tidak mengalami yang digunakan. Hasil tersebut laba bersih yang negatif dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah sekurangnya 2 periode laporan ini Tabel 2 Hasil Deskriptif Statistik Descriptive Statistics GC N 196 Minimum ADTR 196 PRIOP 196 0 1 0.40 0.492 SALGR 196 -0.9740000 62.5090000 0.609766837 5.0713411883 LVRG 196 -51.3327000 216.1524000 3.155658673 18.4279980721 SIZE 196 23.0730499 31.0894815 26.803442652 1.7852085887 LKDTS 196 0.0459000 455.0527000 5.609102041 33.8574813616 ARL 196 13 309 86.68 26.753 DD 196 0 1 0.09 0.290 Valid N (listwise) 196 Sumber: Output Data SPPS 19.0 0 Maximum 1 0.43 Std. Deviation 0.497 0 1 0.22 0.415 Nilai minimum dari opini audit going concern (GC) adalah 0 yang menyatakan bahwa perusahaan non keuangan yang menerima non-unqualified opinion with modified paragraph going concern sebanyak 112 perusahaan, serta untuk nilai maksimum dari variabel opini audit going concernadalah 1 yang menyatakan bahwa perusahaan non keuangan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern yaitu sebanyak 84 Mean perusahaan. Nilai rata-rata dari variabel ini adalah sebesar 0.43.Sedangkan, untuk standar deviasi untuk variabel unqualified opinion with modified paragraph going concern sebesar 0.497. Nilai minimum dari reputasi auditor (ADTR) adalah 0 yang artinya menyatakan auditor bukan tergabung dalam skala big four dimana terdapat 153 perusahaan yang menggunakan auditor yang bukan tergabung dalam skala besarbig four, dan nilai maksimum 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 sebesar 1 menyatakan auditor tergabung dalam skala besar dimana skala besar yang dimaksud adalah perusahaan yang tergabung dalam bigfour dimana terdapat 43 perusahaan yang menggunakan auditor yang tergabung dalam skala besar.Nilai mean dari reputasi auditor adalah 0.22. Dan untuk standar deviasi dari variabel reputasi auditor sebesar 0.415. Nilai minimum dari opini audit tahun sebelumnya (PRIOP) adalah 0 yang berarti perusahaan yang menerima non-unqualified opinion with modified paragraph going concern(NGCAO) sebanyak 118 perusahaan, dan untuk nilai maksimum sebesar 1 berarti perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern (GCAO) sebanyak 78 perusahaan.Nilai mean dari opini audit tahun sebelumnya (PRIOP) adalah sebesar 0.40. Standar deviasi dari variabel opini tahun sebelumnya sebesar 0.492. Nilai minimum dari variabel pertumbuhan perusahaan (SALGR) sebesar -0.9740000, dan nilai maksimumnya adalah sebesar 62.5090000.Sedangkan untuk nilai rata-rata dari variabel pertumbuhan perusahaan (SALGR) adalah 0.609766837 dan nilai standar deviasi dari pertumbuhan perusahaan adalah sebesar5.0713411883. Nilai minimum dari variabel leverage (LVRG) adalah 51.3327000 dan untuk nilai maksimum dari variabel ini sebesar 216.1524000. Sedangkan nilai rataratanya adalah 3.155658673 serta nilai standar deviasi dari leverage adalah 18.4279980721. Nilai minimumdari variabel ukuran perusahaan (SIZE) adalah 42 November 2014 23.0730499.Nilai maksimum adalah sebesar 31.0894815. Nilai rata-rata dari ukuran perusahaan adalah 26.803442652 dan nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah1.7852085887. Nilai minimum dari variabel likuiditas (LKDTS) adalah 0.0459000 dan untuk nilai maksimum dari variabel ini adalah sebesar 455.0527000. Nilai rata-rata dari likuiditas adalah 5.609102041 dan nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah 33.8574813616. Nilai minimum dari variabel audit report lag (ARL) adalah sebesar 13 dan untuk nilai maksimumnya adalah 309. Nilai rata-rata dari audit report lagadalah 86.68. Nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah 26.753. Nilai minimum dari variabel debt default (DD) adalah 0 yang berarti perusahaan yang tidak mengalami debt default sebanyak 178 perusahaan, dan untuk nilai maksimum sebesar 1 berarti perusahaan yang mengalami debt default sebanyak 18 perusahaan. Nilai rata-rata dari debt default adalah 0.09 yang berarti rata-rata perusahaan non keuangan yang mengalami debt default sebesar 9%. Nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah 0.290. Tabel 3 menunjukkan nilai 2 log likelihood pada block 0 dan block 1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai -2 loglikelihood pada block 0 (hanya melibatkan konstanta saja) sebesar 268.255, sedangkan pada block 1 (mengikutkan semua variabel independen) sebesar 117.078. Hal ini menunjukkan indikasi adanya model yang baik. Penurunan nilai -2 log likelihood dari block 0 ke block ISSN: 1410 -9875 Meiriska Febrianty 1 sebesar 151.176.Penurunan nilai variabel model. 2 log likelihood tersebut terjadi karena adanya penambahan Tabel 3 Overall Model Fit Block Block Number = 0 Block Number = 1 independen ke dalam Nilai 268.255 117.078 Selisih 151.176 Sumber: Output Data SPSS 19.0 variabilitas variabel independen. Uji Nagelkerke’s R2 digunakan untuk melihat seberapa Hasil uji tersebut dapat dilihat besar variabilitas variabel pada Tabel 4 dibawah ini. dependen dapat dijelaskan oleh Tabel 4 Hasil Uji Nagelkerke’s R2 Step 1 -2 Log likelihood Cox & Snell R Square 117.078 Nagelkerke R Square 0.538 0.721 Sumber: Output Data SPSS 19.0 Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.664 yang apabila dijadikan persentase menjadi sebesar 72.1%,yang artinya bahwa hanya 72.1% variasi dari variabel dependen,yaitu opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concernyang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen, yaitu reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lagdan debt default. Sedangkan sisanya sebesar 27.9% dijelaskan oleh variasi variabel independen yang tidak terdapat dalam model penelitian ini. Uji Hosmer and Lameshow’s digunakan untuk menguji apakah data sesuai atau cocok dengan model penelitian. Hasil uji Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Testdapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Step Chi-square 1 4.757 df Sig. 8 0.783 Sumber: Output Data SPSS 19.0 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai Hosmer and Lemeshow test menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.783 > 0.05. Cut off nilai yang digunakan untuk menilai apakah model fit dengan data adalah 0.05. Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih besar dibandingkan nilai cut off, hal ini November 2014 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara model dengan data observasi sehingga model dapat dikatakan fitdengan data observasi penelitian. Hasil uji ketepatan prediksi dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Hasil Uji Ketepatan Prediksi Observed Predicted GC non going concern GC Step 1 going concern Percentage Correct going concern non going concern 103 8 92.8 13 72 84.7 Overall Percentage 89.3 Sumber: Output Data SPSS19.0 Berdasarkan Tabel 6 data yang perusahaan akan tetapi yang tepat diperoleh ada 85 perusahaan yang prediksi berdasarkan model sebesar mendapatkan unqualified opinion 103 perusahaan dengan persentase with modified paragraph going 92.8% (103/111), sementara sisanya concern(GCAO), akan tetapi yang sebesar 8 perusahaan dengan tepat prediksi berdasarkan model persentase 4.08% (8/196) tidak sebesar 72 perusahaan dengan tepat prediksi. Secara keseluruhan persentase 84.7% (72/85), ketepatan prediksi berdasarkan sedangkan sisanya 13 perusahaan model sebesar 175 perusahaan dengan persentase 6.6% (13/196) dengan persentase 89.3% tidak tepat prediksi. (175/196). Untuk perusahaan yang Uji hipotesis dapat mendapatkan non-unqualified ditunjukkan oleh Tabel 7 seperti opinion with modified paragraph berikut ini: going concern sebanyak 111 Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis Variables in the Equation Step 1a 44 ADTR B 0.155 S.E. 0.656 Wald 0.056 df 1 Sig. 0.813 Exp(B) 1.168 PRIOP 4.483 0.548 66.898 1 0.000 88.534 SALGR -0.449 0.486 0.854 1 0.355 0.638 LVRG -0.011 0.014 0.678 1 0.410 0.989 ISSN: 1410 -9875 SIZE Meiriska Febrianty -0.197 0.156 1.586 1 0.208 0.821 0.000 0.005 0.009 1 0.925 1.000 ARL -0.005 0.008 0.335 1 0.563 0.995 DD 2.562 1.062 5.822 1 0.016 12.960 Constant 3.502 4.110 0.726 1 0.394 33.191 LKDTS a. Variable(s) entered on step 1: ADTR, PRIOP, SALGR, LVRG, SIZE, LKDTS, ARL, DD. Sumber: Output Data SPSS 19.0 Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor (AR) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.813yang lebih besar dari 0.05 artinya bahwa Ha1gagal diterima sehingga variabel reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini unqualified opinion with modified paragraph going concern.Hal ini disebabkan karena baik KAP big four maupun yang bukan KAP big four tetap akan bersikap independen dan obyektif dalam melakukan pekerjaan auditnya dan dalam memberikan pendapat. Variabel opini audit tahun sebelumnya (PRIOP) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya bahwa Ha2 diterima, dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pada tahun sebelumnya perusahaan memperoleh unqualified opinion with modified paragraph going concern, maka semakin besar kemungkinan untuk memperoleh kembali unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berikutnya. Variabel pertumbuhan perusahaan (SALGR) yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.355 yang berarti bahwa Ha3 gagal diterima dimana menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern.Hal ini disebabkan karena baik perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern dan yang tidak menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern ada yang sama-sama memiliki pertumbuhan penjualan yang negatif. Hal ini berarti pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Sedangkan untuk variabel rasio leverage(LEVR)yang diproksikan dengan debt to total equity ratio memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.410 yang berarti dimana Ha4 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern.Ini disebabkan karena perusahaan dengan leverage yang tinggi, akan tetapi memiliki perencanaan dalam memperbaiki operasi perusahaan 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 dan kemampuan untuk dapat mengelola keuangan dengan baik, serta mampu menyajikan laporan keuangan yang wajar, maka tidak akan mendapat unqualified opinion with modified paragraph going concern. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) yang diproksikan dengan natural logaritma dari total aktiva yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.208 yang berartiHa5 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern.Hal ini dikarenakan pertumbuhan aktiva perusahaan tidak diimbangi dengan kemampuan dalam meningkatkan saldo labanya walaupun total aktivanya meningkat pada tiap tahun. Hal tersebut tetap akan membuat perusahaan terkena masalah going concern jika terus menerus mengalami saldo laba negatif tiap tahunnya. Sehingga, walaupun perusahaan tersebut termasuk dalam kategori besar tidak selalu menjamin bahwa perusahaan tersebut terlepas dari unqualified opinion with modified paragraph going concern. Variabel rasio likuiditas (LKDTS) yang diproksikan dengan current ratio memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.925 yang berarti bahwa Ha6 gagal diterima yang artinya variabel rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian unqualified opinion 46 November 2014 with modified paragraph going concern.Hal ini dikarenakan auditor dalam memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern tidak hanya melihat dari seberapa besar perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek dengan aset lancar yang dimilikinya tapi juga dengan melihat dari keseluruhan kondisi keuangan dan temuan audit dari perusahaan tersebut. Variabel audit report lag (ARL) memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.563 dimana artinya Ha7 gagal diterima. Hal ini membuktikan bahwa variabel audit report lagtidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion withmodified paragraph going concern.Hal ini disebabkan banyak perusahaan yang dalam penelitian ini mengeluarkan laporan audit dengan unqualified opinion with modified paragraph going concern dengan tepat waktu sesuai dengan peraturan dari Bapepam. Dan yang terakhir, variabel debt default memiliki signifikansi yang lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.016 dimana artinya Ha8 diterima. Hal ini menunjukan bahwa kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang merupakan indikator unqualified opinion with modified paragraph going concernyang memang banyak digunakan oleh auditor dalam menentukan ataupun menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini disebabkan karena perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan yang negatif atau mengalami rugi operasi serta hutang yang semakin ISSN: 1410 -9875 meningkat. Akhirnya keadaan ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. PENUTUP Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh variabel independen yang terdiri darireputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lagdan debt default terhadap variabel dependen yaitu penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2011. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007), Setyarno et al (2007), Ulya (2012), Herusetya (2008), Ramadhany (2004), Susanto (2009), Rudyawan, Badera (2009) dan Petronela (2007). Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fanny dan Saputra (2005) serta Junaidi dan Hartono (2010). 2. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ini sejalan dengan hasil Meiriska Febrianty penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et al. (2007), Kartika (2012), Ulya (2012), Santosa dan Wedari (2007),Saputra et all (2013), Ramadhany (2004) dan juga Susanto (2009). 3. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan melalui pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Santosa dan Wedari (2007), Saputra et al (2013), Setyarno et al (2007), Fanny dan Saputra (2005), Januarti dan Fitrianasari (2008) serta Rudyawan dan Badera (2009). Sedangkan penelitian yang berbeda dihasilkan oleh Kartika (2012). 4. Rasio leverage dengan proksi debt to equitytidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Petronela (2004), Hani et al (2003), Januarti dan Fitrianasari (2008), Rudyawan dan Badera (2009), Amilin dan Indrawan (2008) dan Sudarno (2012). 5. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan natural logaritma dari total asset tidak ada pengaruh terhadap kemungkinanpenerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramadhany 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 (2004), Fanny dan Saputra (2005), Herusetya (2008),Kristiana (2012), Sudarno (2012),Januarti dan Fitrianasari (2008) serta Junaidi dan Hartono (2010). Tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007)serta Krishnan dan Schauer (2000). 6. Rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2012) dan Amilin dan Indrawan (2008). Tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008), Hani et al. (2003) dan Eko (2006). 7. Audit report lag tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2011). Sedangkan penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008). 8. Debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007), Ramadhany 48 November 2014 (2004), Saputra et al (2013) dan Ulya (2012). Penelitian yang dilakukan tentang pengaruh variabel independen, yaitu reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag, dan debt default terhadap variabel dependen, yaitu penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concernmemiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Periode penelitian hanya dilakukan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 (4 tahun) sehingga belum dapat melihat kecenderungan trend penerimaan unquaified opinion with modified paragraph going concern dalam jangka panjang. 2. Penelitian ini hanya menggunakan delapan variabel independen yaitu reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag, dan debt default. Saran yang dapat digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Jumlah tahun pengamatan akan lebih baik jika diperpanjang sehingga dapat melihat kecenderungan trend-trend penerbitan unqualified opinion with modified paragraph going concern oleh auditor dalam jangka panjang. 2. Memasukkan variabel independen tambahan, seperti model prediksi kebangkrutan, resiko saham, perubahan dewan komisaris dan opinion shopping. ISSN: 1410 -9875 Meiriska Febrianty REFERENSI Amilin dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan dan Opini Audit oleh KAP BIG FOUR dengan KAP NON BIG FOUR. Jurnal ekonomi Vol XVIII No.2. Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra.2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Godfrey,J., Hodgson, A., and Holmes, S. 2010. Accounting Theory. 7th edition. Hani, Cleary, dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasonal Akuntansi VI Surabaya, 16-17 Oktober. Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2005). Jurnal Maksi Vol 8 No. 1, Januari 2008: 43-55. Mulyadi. 2002. Auditing, edisi 6, buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Petronela, T.A. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance, 1 (Maret), 46-55. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Praptitorini, M.D. dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar, 26-28 Juli. Ramadhany, Alexander 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi Vol. 4, Agustus 2004. Program Master Sains Akuntansi Universitas Dipenogoro. Rudyawan, A.P. dan I.D.N. Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Santosa, A.F. dan Linda K. Wedari. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI vol 11 No. 2. Setyarno, E.B., Indria Januarti, dan Faisal. 2007. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol 7, No. 2, Agustus 2007: 129-140. 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Susanto, Yulius K. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol 11, No. 3, Desember 2009: 155-173. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol 12, No. 1, April 2010: 1-16. Tamba, Revol U.B. dan Siregar, Hasan S. 2008. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 50 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 51-64 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA MEINIE SUSANTY STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to investigate factors that influence dividend payout. Independent variable of this study are earning per share, return on equity, operating cash flow, size, current ratio, collateral asset, debt to equity. Sample used for this study is 72 nonfinancial company that listed on Indonesia Stock Exchange during 2009 unitl 2011. Sample selected based on purposive sampling method. Multiple regression was used to analyze the data. The results of this study can be summarized as follows. Earning per share, operating cash flow have a significant influence to dividend payout. While return on equity, current ratio, collateral asset, debt to equity ratio have no significant influence to dividend payout. Keywords: Dividend Payout, Earning per Share, Return on Equity, Operating Cash Flow, Size, Current Ratio, Collateral Asset, Debt to Equity Ratio. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dividen payout. Variabel independen penelitian ini laba per saham, return on equity, arus kas operasi, ukuran, current ratio, collateral asset, debt to equity ratio. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 72 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 unitl 2011. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa laba per saham, arus kas operasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout. Sementara return on equity, current ratio, collateral asset, debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout. Kata Kunci: Dividend Payout, Laba per Saham, Return on Equity, Arus kas Operasi, Ukuran, Current Ratio, Collateral Asset, Debt to EquityRatio. 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 PENDAHULUAN Tujuan investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas penanaman modalnya pada suatu perusahaan. Pengembalian atas penanaman modal dapat berupa dividen atau capital gain. Menurut Atmaja (1994) dalam Irawan (2012), dividen dan capital gain mempunyai perbedaan. Dividen pada prinsipnya merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para investor, sedangkan capital gain merupakan pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga beli. Dimana dalam hal ini risiko yang terdapat pada dividen lebih kecil dibandingkan dengan risiko pada capital gain. Pada capital gain, investor harus dapat berspekulasi dengan baik bahwa harga saham di masa mendatang lebih besar dibandingkan dengan harga saham sekarang sehingga investor mendapatkan keuntungan. Kebijakan pembayaran dividen ternyata membawa pengaruh bagi para pemegang saham. Hal ini dikarenakan pemegang saham lebih menginginkan pembagian laba yang relatif stabil. Namun bagi perusahaan, pembagian laba dalam bentuk dividen mengurangi sumber dana internalnya, sebaliknya apabila perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka perusahaan mempunyai kemampuan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal. (Marlina dan Danica 2009). 52 November 2014 Dalam mengendalikan kebijakan dividen para pemegang saham memberikan wewenang kepada dewan direksi. Dewan direksi menentukan apakah dividen akan dibayarkan atau tidak, bagaimana sifat dividen, berapa besar jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Dalam penetapan dividen haruslah memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhinya karena berkaitan dengan kesejahteraan pemegang saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Adil et al. (2011) dengan mengambil sampel dari 100 perusahaan yang dipilih secara acak dari KSE 100 index. Melihat adanya perbedaan dari hasil penelitian terdahulu, peneliti termotivasi untuk meneliti kembali apakah ada perbedaan atau persamaan jika dibanding dengan penelitian sebelumnya. Dari empat variabel yang terdapat pada penelitian tersebut (earnings per share, return on equity, operating cash flow, size), peneliti juga menambahkan tiga variabel independen yaitu rasio lancar (Sadalia dan Khalijah 2011), collateral assets (Pujiastuti 2008) dan debt to equity (Deitiana 2009). Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa pendapatan per lembar saham, profitabilitas, arus kas operasi, ukuran perusahaan, rasio lancar, collateral asset, debt to equity ratio berpengaruh terhadap pembayaran dividen. ISSN: 1410 -9875 RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Manajer dan perusahaan mempunyai kepentingan yang berbeda, yang seringkali bertentangan. Hal tersebut sering terjadi karena manajer cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan perusahaan. Bagi perusahaan hal tersebut akan menambah biaya dan akan mengurangi penurunan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. Hal inilah yang menyebabkan terjadi konflik atau yang biasa disebut dengan agency conflict (Dewi 2008). Konflik tersebut menyebabkan adanya biaya keagenan, mencakup semua biaya yang dikeluarkan dalam mendesain, mengimplementasikan dan mengembangkan sistem control yang memadai dalam organisasi untuk mengontrol kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Jensen dan Meckling 1976 dalam Dewi 2008). Dalam menjalankan aktivitas perusahaan membutuhkan adanya pengendalian. Pengendalian ini dilakukan oleh manajer perusahaan yang bukan merupakan pemilik perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai pemilik perusahaan adalah perusahaan yang dimilikinya dapat mencapai kemakmuran maksimum, dan memajukan perusahaan dengan mempekerjakan manajer perusahaan sedangkan manajer perusahaan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan dengan memberikan wewenang dan kekuasaan untuk pengambilan keputusan terbaik. Tarjo dan Meinie Susanty Hartono (2003) dalam Dewi (2008) menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham sering kali bertentangan sehingga dapat terjadi konflik diantaranya. Hal tersebut yang menyebabkan adanya agency problem. Biaya-biaya yang digunakan untuk mengurangi agency problem ini yang disebut dengan agency cost. Kebijakan Dividen Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang diperoleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya (Handayani dan Hadinugroho 2009). Robert Ang (1997) dalam Sunarto dan Kartika (2003) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan atau dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan akan diperlukan suatu kebijakan (Dewi 2008). Penetapan kebijakan dividen sangat penting karena berkaitan dengan kesejahteraan pemegang saham. Dalam penentuan kebijakan dividen juga tidaklah mudah karena dapat mempengaruhi kinerja perusahaann 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 dan harga saham perusahan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Marlina dan Danica (2009) bahwa kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Levy dan Sarnat (1990) dalam Rosdini (2009) berpendapat bahwa kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Dividend Irrelevance Theory Brealey, et.al (2008) berpendapat bahwa ada kelompok yang meyakini dividen yang tinggi meningkatkan nilai. Pada sisi lain, ada kelompok yang meyakini bahwa dividen yang tinggi membawa pajak yang tinggi dan karena itu mengurangi nilai perusahaan. Dan di tengah-tengahnya ada kelompok tengah yang yakin bahwa kebijakan pembayaran dividen tidak membawa perubahan. Menurut Brigham dan Michael Ehrhardt (2008), Dividen Irrelevance Theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya, yaitu bahwa kebijakan dividen tidak relevan. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecinya Dividend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBT) dan risiko bisnis, dengan kata lain MM 54 November 2014 berpedapat bahwa nilai perusahaan hanya bergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aset, bukan pada bagaimana pendapatan ini dibagi antara dividen dan laba ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. Bird In The Hand Theory Salah satu asumsi dalam pendekatan MM adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Namun Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain (Sartono 2001). Gordon dan Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Kemungkinan capital gains yang diharapkan adalah lebih besar risikonya dibanding dengan dividen yields yang pasti. Sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividen yields (Sartono 2001). The Residual Dividend Theory Teori dividen residual adalah sebuah teori menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan harus sama modal tersisa setelah pembiayaan investasi yang menguntungkan (Keown et al. 2002). Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang ISSN: 1410 -9875 Meinie Susanty dibayarkan ntuk membiayai perencanaan modal perusahaan, Weston dan Brigham (1993) dalam Rosdini (2009). Artinya, perusahaan membayarkan dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return ratarata yang dapat dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding. Pendapatan per Lembar Saham Pendapatan per lembar saham adalah bagian dari keuntungan perusahaan dialokasikan untuk setiap saham yang beredar dari saham biasa. Laba per saham berfungsi sebagai indikator profitabilitas perusahaan, Mohamed (2007) dalam Adil et al. (2011). Menurut Gitman dan Zutter (2012), menyatakan bahwa laba bersih per saham umumya menarik bagi pemegang saham, calon pemegang saham, dan manajemen. Pendapatan per lembar saham juga merupakan keuntungan bagi pemegang saham dan manajemen saat ini atau di masa yang akan datang. Maka pendapatan per lembar saham merupakan salah satu indikator yang penting dalam keberhasilan perusahaan. Profitabilitas Profitabilitas adalah salah satu perusahaan cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Pengembalian itu tentunya tergambar jelas pada performa perusahaan. Investor memiliki sejumlah harapan atas sejumlah pengembalian atas investasinya di saat ini. Hermi (2004) dalam Arilaha (2009) mengungkapkan laba perusahaan dapat ditahan sebagai laba dan dapat dibagi sebagai dividen, dimana laba itu diperoleh dari selisih antara harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan harta yang keluar (beban dan kerugian). Peningkatan laba bersih perusahaan akan menngkatkan tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen bagi investor. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono 2000 dalam Dewi 2008). Profitabilitas adalah keefektifan manajemen dalam mengelola aset total dan aset bersih sebagaimana yang tercatat dalam neraca (Michael dan Wijaya 2010). Arus Kas Operasi Arus kas menurut PSAK No. 2 adalah arus masuk atau arus keluar kas atau setara kas. Arus kas diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi adalah jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas ini didapat dari aktivitas penghasil utama perusahaan dan umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa yang mempengaruhi laba rugi perusahaan (IAI, 2012). Arus kas dari kegiatan operasi secara umum adalah pengaruh kas dari transaksi yang termasuk dalam penentuan net income selain aktivitas investasi, keuangan, seperti penerimaan kas dari bunga dan dividen, pembayaran bunga kepada pemberi pinjaman dan kreditor, dan semua pembayaran yang bukan hasil dari transaksi yang didefinisikan sebagai kegiatan investasi dan keuangan. Arus kas operasi merupakan arus kas yang bersumber dari operasional perusahaan (Ramli dan Arfan 2011). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor yang penting dalam investor melakukan investasi. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham (Handayani dan Hadinugroho 2009). Ukuran perusahaan diukur dari natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun yaitu jumlah saham yang beredar pada akhir tahun dikali dengan harga pasar saham akhir tahun(Siregar dan Utama 2005 dalam Dewi 2008). Ukuran perusahaan dapat menentukan 56 November 2014 melalui log natural dari total aset perusahaan, Olatundun (2003) dalam Adil et al. (2011). Rasio Lancar Rasio lancar menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar (current asset) (Deitiana 2009). Menurut Sunarto dan Kartika (2003) Rasio lancar juga menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan. Menurut Gitman dan Zutter (2012) rasio lancar yang lebih tinggi menunjukkan tingkat likuiditas yang besar. Seberapa besar likuiditas perusahaan tergantung dari berbagai factor, termasuk ukuran perusahaan, akses ke sumber pembiayaan jangka pendek seperti jalur kredit bank, dan ada volatilitas bisnisnya. Collateral Asset Collateral asset adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman (Fauz dan Rosidi 2007). Kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila terjadinya resiko terjadinya gagal bayar. Sehingga mereka membuat langkah pengamanan yang dapat menjamin utang kreditur. Collateral asset diukur dengan membagi antara aktiva tetap terhadap total aktiva (Wahidawati 2001 dalam Fauz dan Rosidi 2007). Menurut Pujiastuti (2008) Semakin besar aset kolateral yang dimiliki perusahaan semakin ISSN: 1410 -9875 Meinie Susanty besar maka perusahaan akan membayarkan dividen dengan jumlah yang besar. Sebaliknya jika jumlah aset kolateral yang dimiliki perusahaan kecil maka perusahaan akan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil. Ha4 Ukuran perusahaan memiliki pengar uh terhadap pembayaran dividen Ha5 Rasio lancar memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen Debt to Equity Ratio Ha6 Collateral asset memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen Ha7 Debt to equity ratio memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang dgunakan untuk membyar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibanya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Deitiana 2009). Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka disusunlah uraian hipotesis sebagai berikut: Ha Pendapatan per lembar saham memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen Ha2 Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen Ha3 Arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen METODA PENELITIAN Obyek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan non keuangan yang telah terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara konsisten dari tahun 2009 sampai 2011. 2. Perusahaan yang laporannya berakhir pada 31 Desember. 3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya. 4. Perusahaan yang memiliki laba bersih setelah pajak yang konsisten selama tahun 2009 sampai 2011. 5. Perusahaan yang melakukan pembayaran dividen secara berturut–turut selama tahun 2009 sampai 2011. 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 6. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan dengan klasifikasi aset lancar dan hutang lancar. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pembayaran dividen. Pembayaran dividen adalah jumlah dividen yang dibayarkan relatif terhadap pendapatan bersih perusahaan atau pendapatan tiap lembar, (Keown et al. 2005). Pengukuran yang digunakan untuk variabel ini adalah skala rasio. Cara pengukurannya dengan proksi dividen payout ratio (DPR), merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS ) dengan earnings per share (EPS) (Adil et al. 2011) . November 2014 karena mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Arus kas operasi diukur melalui skala rasio dari arus kas operasi terhadap total aset, (Afza dan Mirza 2010): OCF = Menurut Dewi (2008) Ukuran perusahaan diartikan sebagai tingkat penjualan, jumlah tenaga yang terlibat dan total aset atau menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat ditentukan melalui log natural dari total aset perusahaan, (Olatundun 2003) dalam (Adil et al. 2011). SIZE = LN (Total asset) DPR = Pendapatan per lembar saham merupakan total keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya (Sunarto dan Kartika 2003). Variabel ini menggunakan skala rasio dan dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gitman dan Zutter 2012): Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya. Variabel ini menggunakan skala rasio dengan menggunakan rumus (Sadalia dan Khalijah 2011): Current Ratio = EPS= Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Gibson 2009). Variabel ini diukur dengan skala rasio dan di dapat dengan menggunakan rumus (Gitman dan Zutter 2012): Collateral Asset diukur menggunakan skala rasio dengan menggunakan rumus dengan membagi antara aktiva tetap dengan aktiva lancar (Pujiastuti 2008). Rasio ini dianggap sebagai proksi aset-aset kolateral untuk cost agency. ROE = Arus kas operasi seringkali dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen 58 COL ASET = Debt to Equity menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjadin ISSN: 1410 -9875 Meinie Susanty seluruh hutang. Variabel ini menggunakan skala rasio dengan menggunakan rumus (Deitiana 2009): DER = HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini, perusahaan yang dijadikan populasi adalah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009- 2011. Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Sampel Perusahaan non keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan non keuangan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2011. Perusahaan yang laporannya tidak berakhir pada 31 Desember. Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya. Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih setelah pajak yang konsisten selama tahun 2009 sampai 2011. Perusahaan yang tidak melakukan pembayaran dividen secara berturut-turut selama tahun 2009 sampai 2011. Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan dengan klasifikasi aset lancar dan hutang lancar. Perusahaan yang dijadikan sampel Sumber: hasil pengolahan data SPSS 19 JumlahSampel Per Tahun 386 Total Data (74) (222) (10) (30) (28) (84) (104) (312) (92) (276) (6) (18) 72 216 1158 Berdasarkan hasil uji t Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, yaitu sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji t Model (Constant) EPS B -.187 -5.031E-5 Sig .565 .002 .012 t -.576 3.087 .071 ROE OCF .689 3.846 .000 .943 Keterangan Terdapat pengaruh Tidak terdapat pengaruh Terdapat pengaruh 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 SIZE .018 1.618 .107 CR .018 1.537 .126 COL ASET -.168 .060 DER .013 1.896 .481 .631 November 2014 Tidak terdapat pengaruh Tidak terdapat pengaruh Tidak terdapat pengaruh Tidak terdapat pengaruh Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 19 PENUTUP Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara laba per saham, profitabilitas, operasi arus kas, ukuran, rasio lancar, collateral asset, dan debt to equity ratio terhadap pembayaran dividen. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah: 1. Variabel laba per saham (EPS) memiliki pengaruh pada pembayaran dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adil, et al. (2011), serta Sunarto dan Kartika (2003) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh laba per saham terhadap pembayaran dividen. 2. Variabel profitabilitas (ROE) tidak berpengaruh pada pembayaran dividen. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Akram (2007), Sunarto dan Kartika (2003). Sedangkan hasil ini bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2008), Arilaha (2009), Marlina dan Danica (2009), Handayani dan Hadinugroho (2009), Suharli (2007), Marpaung dan Hadianto (2009), Michael dan Wijaya 60 3. 4. 5. 6. (2010) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap pembayaran dividen. Variabel arus kas operasi (OCF) memiliki pengaruh pada pembayaran dividen. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2012). Variabel ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh pada pembayaran dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Immanuela (20112). Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008), Handayani dan Hadinugroho (2009), Sadalia dan Khalijah (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh ukuran terhadap pembayaran dividen. Variabel rasio lancar (CR) tidak berpengaruh pada pembayaran dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Deitiana (2009), Sadalia dan Khalijah (2011) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen. Variabel collateral asset (ASCOL) tidak berpengaruh pada pembayaran dividen. Hasil tersebut sejalan dengan ISSN: 1410 -9875 Meinie Susanty penelitian yang dilakukan oleh Immanuela (2012). Sedangkan hasil ini bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007), Wahyudi dan Baidori (2008) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh collateral asset terhadap pembayaran dividen. 7. Variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh pada pembayaran dividen. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2009), Marlina dan Danica (20 CR, COL ASET, DER) terhadap variabel dependen. 3. Periode yang digunakan dalam sampel penelitian ini hanya 3 tahun. 4. Penelitian hanya menggunakan 7 variabel independen yang diduga memberikan pengaruh terhadap variabel dependen yaitu dividend payout ratio. Keterbatasan penelitian ini antara lain: 1. dalam 1. Data yang digunakan dalam penelitian mengandung heteroskedastisitas pada variabel arus kas operasi (OCF), ukuran perusahaan (SIZE), rasio lancar (CR), debt to equity ratio (DER). 2. Data yang digunakan dalam penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel independen (ROE, SIZE, Berdasarkan atas keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya: 2. 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel agar tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas periode penelitian agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabelvariabel independen lain yang sekiranya mempengaruhi dividend payout ratio, seperti: kepemilikan institusional, growth potential, dll. REFERENSI Adil Muhammad, Zafar dan Yassen. 2011. Empirical Analysis of Determinants of Dividend Payout: Profitability and Liquidity. Institute of Interdisciplinary Business Research Vol 3, No. 1, May. Afza, Hammad Hassan Mirza. 2010. Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of Corporate Dividend Policy in Pakistan. International Business Research Vol.3, No. 3, July. Arilaha, Muhammad Asril. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 13, No.1, Januari, hlm. 78-87. Brealey, et al. 2007. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga. 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Brigham, Michael C. Ehrhardt. 2008. Financial Management: Theory and Practice.12th ed. United States of America: Thomson South Western. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 1, April, hlm. 57-64. Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institutional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadapKebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 10, No. 1,April, hlm. 47-58. Fauz, Achmad dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang, dan CollateralAsset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol. 8, No. 2, Juni, hlm. 259-266. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Gibson, Charles H. 2009. Financial Reporting & Analysis. 8th ed. South Western: Cencage Learning. Gitman, Lawrence J and Chad Z. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th ed. England: Pearson. Handayani, Dwi R dan Bambang Hadinugroho. 2009. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Fokus Manajerial Vol. 7, No. 1: 64-71. Immanuela, Intan. 2012. Analisis Pengaruh Collateral Asset, Debt to Equity Ratio, Kepemilikan Institutional, dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi, Vol. 5, No. 2. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: IAI. Irawan, David dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Jurnal kajian Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1. Keown, et al. 2002. Financial Management, Principles and Applications. 9th ed. United States of America: Pearson. Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, Januari, hlm. 1-6. Marpaung, Elyzabet Indrawati dan Bram Hadianto. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol. 1, No. 1, Mei, hlm. 70-84. Michael dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas Pertumbuhan Aset, dan Aset Tetap terhadap Kebijakan Dividen dan Kebijakan Utang. Jurnal Manajemen & Bisnis, Vol. 9, No. 2, September, hlm. 202-214. Pujiastuti, Triani. 2008. Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12 No. 2, Mei, hlm. 183-197. 62 ISSN: 1410 -9875 Meinie Susanty Rahmawati, Intan dan Akram. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan-Perusahaan di BEJ Periode 2000 – 2004. Jurnal Riset Akuntansi Akssioma Vol. 6, No. 1, Juni. Ramli, Muhammad Arfan. 2011. Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, Arus Kas Bebas, dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya Terhadap Dividen Kas yang Diterima Oleh Pemegang Saham. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol. 4, No.2, Juli, hlm. 126-138. Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio. Working Paper in Accounting and Finance, October. Bandung:Universitas Padjajaran. Sadalia, Isfenti dan Khalijah. 2011. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Dividend Per Share Pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonom, Vol. 14, No. 4, September, hlm. 191-195. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. 5th ed. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei, hlm. 9-17. Sunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 10, No.1, Maret, hlm. 67-82. Sutrisno. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. TEMA, Vol. II, No. 1, Maret. Wahyudi, Eko, dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 6, No. 3, Desember. 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Halaman ini sengaja dikosongkan 64 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 65-82 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PENAWARAN UMUM PERDANA PERUSAHAAN MEIRYANANDA PERMANASARI STIE Trisakti [email protected] Abstract: This study aims to determine the factors that influence the degree of underpricing. Factors which are potentially affect underpricing degree that used in this study are firm age, firm size, earnings per share, return on assets, financial leverage, industrial type, return on equity, reputation of underwriter and reputation of auditor. This research use 47 selected samples from all kind of companies listed in Indonesia Stock Exchange except finance and investment companies during the period of 2010 until 2012 and meet the criterias of this research. The samples are selected by using purposive sampling method. The statistical method used in this research is multiple regressions. The research concluded that firm size, earnings per share and return on assets have influence toward underpricing. On the other hand, the remaining variables that consist of firm age, financial leverage, industrial type, return on equity, reputation of underwriter and reputation of auditor have no influence toward underpricing. Keywords: Underpricing, Initial Public Offering (IPO), Firm Size, Earnings per Share, Return on Assets and Industrial Type Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing. Faktor-faktor potensial yang mempengaruhi underpricing yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur perusahaan, ukuran perusahaan, laba per saham, return on assets, financial leverage, jenis industri, return on equity, reputasi penjamin emisi, dan reputasi auditor. Penelitian ini menggunakan 47 sampel dari semua jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali perusahaan keuangan dan investasi selama periode 2010-2012 serta memenuhi kriteriakriteria dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitain ini dipilih menggunakan metode purposive sampling. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda.Penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, laba per saham, dan return on assets berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan variabel lainnya yang terdiri dari umur perusahaan, financial leverage, jenis industri, return on equity, reputasi penjamin emisi, dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap underpricing. 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Kata kunci: Underpricing, Penawaran Umum Perdana, Ukuran Perusahaan, Laba per Saham, Return on Assets, dan Tipe Industri PENDAHULUAN Terdapat satu hal yang lumrah terjadi pada perusahaan go public saat melakukan initial public offerings (IPO) atau penawaran saham pertama kali. Umumnya saham perusahaan-perusahaan itu akan mengalami underpricing, yaitu dimana harga saham suatu perusahaan yang ditawarkan lebih rendah daripada semestinya. Bukan tanpa sebab selama ini terdapat banyak penelitian mengenai penyebab terjadinya underpricing. Terjadinya underpricing ini tidak diharapkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan sangat ingin meminimalisirnya. Hal ini dikarenakan, underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor (Beatty 1989 dalam Retnowati 2013). Apabila dalam kasus perusahaan go public yang dimaksud merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka Negara dapat turut dirugikan dalam hal ini. Salah satu fenomena underpricing pada BUMN yang pernah menjadi gunjingan publik yaitu IPO PT. Krakatau Steel tahun 2010. Pada saat IPO, tanggal 10 November 2010, PT. Krakatau Steel mengalami underpricing dimana harga IPO Rp850,00 sementara harga penutupannya Rp1.270,00. Terlihat sangat jelas bahwa saham PT. Krakatau Steel mengalami underpricing. PT. Krakatau Steel melepaskan 3,155 miliar saham baru ke publik dan berhasil memperoleh 66 pesanan hingga 30 miliar saham (Bagus 2010). Meski telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya underpricing, akan tetapi dari penelitian-penelitian yang telah ada, terdapat ketidakkonsistenan dalam hasil penelitian. Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian yang ada sebelumnya yaitu penelitian ini mencakup periode waktu dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut, pertama pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang dan sistematika penulisan. Kedua, menjelaskan mengenai teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar dalam pengambilan hipotesis penelitian. Ketiga, metoda pemilihan sampel dan definisi operasional variabel dalam penelitian. Keempat, hasil pengujian hipotesis, dan terakhir terkait pada kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Initial Public Offering Menurut Tandelilin (2010), saham untuk pertama kalinya ditawarkan di pasar perdana kepada investor publik atau masyarakat luas. Apabila perusahaan tersebut menjual saham untuk pertama kalinya, maka proses penjualan saham pertama kali ini disebut sebagai penawaran umum perdana ISSN: 1410 -9875 (initial public offering). Emiten sendiri adalah perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). Setelah melakukan IPO, perusahaan yang melakukannya selanjutnya disebut sebagai perusahaan terbuka (Tbk) atau perusahaan publik. Pada awalnya, menurut Sjahruddin dan Yusralaini (2009), studi tentang IPO memang sematamata ditujukan untuk menyelidiki potensi keuntungan yang bisa didapat oleh investor bila membeli saham saat penawaran perdana. Akan tetapi, hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa IPO, secara rata-rata, memberikan return yang positif dalam jangka pendek. Underpricing Pengertian harafiah underpricing menurut Gumanti (2002, 137) dalam Saputra dan Wardoyo (2008) adalah suatu kondisi dimana harga pasar perusahaan yang baru go public dalam hitungan hari atau minggu, dapat lebih tinggi dibandingkan harga penawaran pertamanya secara rata-rata. Penelitian mengenai fenomena underpricing pada peristiwa IPO telah dilakukan oleh Loughran et al. (1994) di banyak negara, serta Sulistiawan dan Arni (2003) di Indonesia (Sulistiawan 2010). Berdasarkan hasil penelitian mereka diketahui adanya positif return yang besar di hari pertama perdagangan saham setelah IPO, sebagai contoh rata-rata return IPO di Malaysia sekitar 100% sedangkan di Indonesia sekitar 20%. Underpricing merupakan anomali dalam kajian mengenai IPO. Kondisi underpricing merugikan Meiryananda Permanasari perusahaan karena harapan perusahaan akan dana maksimum yang diperoleh dari masyarakat menjadi tidak terpenuhi. Akan tetapi bila terjadi overpricing, harapan para investor untuk menerima initial return akan hilang, begitu juga dengan minat mereka terhadap saham tersebut (Retnowati 2013). Teori Asimetri Informasi Terdapat dua pendapat berbeda mengenai kondisi asimetri informasi yang ada. Model Baron (1982) dalam Astuti dan Syahyunan (2013) menjelaskan perbedaan informasi yang dimiliki oleh emiten, penjamin emisi, dan masyarakat pemodal. Penjamin emisi memiliki informasi tentang pasar yang lebih lengkap daripada emiten, penjamin emisi juga memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten daripada calon investor. Semakin besar asimetri informasi yang terjadi maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh investor. Begitu juga dengan harapan investor yang semakin tinggi terhadap initial return yang diharapkan dari saham tersebut. Model Rock (1986) dalam Astuti dan Syahyunan (2013) menyatakan bahwa asimetri informasi terjadi pada kelompok informed investor dengan uninformed investor. Informed investor memiliki informasi lebih banyak mengenai emiten, sehingga akan membeli saham-saham IPO jika harga pasar yang diharapkan melebihi harga perdana. Sementara kelompok uninformed investor kurang memiliki informasi mengenai perusahaan emiten, sehingga cenderung melakukan penawaran secara sembarangan baik pada 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 saham-saham IPO yang underpricing maupun overpricing. Tindakan uninformed investor tersebut menyebabkan harga penutupan menjadi lebih tinggi dari pada harga pembukaannya. Asimetri informasi ini juga menyebabkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian akan nilai emiten menyebabkan fenomena underpricing terjadi. Semakin tinggi ketidakkepastian yang ada, semakin besar pula underpricing yang terjadi (Alli et al. 1994 dalam Hartono 2005). Teori Signaling Saat melakukan penawaran umum perdana, calon investor tidak semuanya dapat membedakan mana perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Oleh karena itu, emiten dan penjamin emisi dengan sengaja memberikan sinyal kepada pasar, sehingga jika perusahaan mampu menunjukkan kualitas perusahaan yang baik, maka diharapkan ketidakpastian akan berkurang (Hartono 2005). Menurut Allen dan Faulhaber (1989) dalam Rizqi dan Harto (2013), perusahaan yang berkualitas buruk tidak mudah meniru perusahaan yang berkualitas baik yang melakukan underpricing. Pada cash flow periode berikutnya akan menunjukkan perusahaan tersebut baik atau buruk. Pada perusahaan yang buruk, pada periode berikutnya cash flow yang tinggi jarang terjadi, akibatnya revisi harga saham juga jarang terjadi. Maka secara garis besar, perusahaan yang berkualitas buruk akan mempunyai potensi kerugian lebih besar dalam underpricing dibanding perusahaan kualitas baik. 68 November 2014 Umur Perusahaan Umumnya perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai publikasi perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Untuk memperoleh informasi dari perusahaan yang lebih berumur yang melakukan IPO terasa lebih mudah dibanding perusahaan yang masih muda. Semakin panjang umur perusahaan maka semakin banyak informasi yang bisa diserap masyarakat (Daljono 2000 dalam Putra dan Budiarti 2012). Hal ini akan mengurangi asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian. Maka perusahaan yang lama berdiri mempunyai tingkat underpricing yang lebih rendah daripada perusahaan yang masih baru (Rosyati dan Sebeni 2002). Hal ini dikarenakan risiko yang lebih kecil menghasilkan return yang kecil pula. Hal ini tidak begitu menarik bagi investor. Ha1: Umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ukuran Perusahaan Hayati (2007) dalam Zirman dan Darlis (2011) mengatakan perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian yang lebih besar dari perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan besar lebih mudah diperoleh investor dari pada perusahaan kecil. Umumnya perusahaan besar juga mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Menurut Yolana dan Martani (2005), semakin banyak informasi yang diterima oleh investor, sedikit banyak akan memberi kepastian ISSN: 1410 -9875 bahwa abnormal return tidak begitu tinggi. Initial return yang akan didapat investor akan bersifat normal akibat minimalnya risiko yang ada dari perusahan berskala besar. Hal ini membuat investor yang memang mengharapkan initial return yang tinggi menjadi tidak berminat untuk membeli saham tersebut. Ha2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Earnings per Share Earnings per share merupakan salah satu rasio yang memberikan gambaran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Earnings per share mengambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar saham biasa (Retnowati 2013). Apabila earnings per share perusahaan tinggi berarti laba setiap saham ikut tinggi, maka memicu semakin banyak investor yang membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham menjadi tinggi (Astuti dan Syahyunan 2013). Harga saham yang meninggi akan menyebabkan terjadinya underpricing. Ha3: Earnings per share berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Return on Assets Return on assets merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya (Saputra dan Wardoyo 2008). Hal ini dapat dilihat bahwa return on assets digunakan dalam Meiryananda Permanasari mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dengan investasi yang telah ditanamkan (Ghozali dan Mansur 2002). Semakin tinggi return on assets perusahaan akan semakin rendah underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan mempertimbangkan persentase profitabilitas perusahaan sebelum menentukan keputusan investasinya sehingga nilai ketidakpastiannya semakin rendah yang juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut (Yasa 2008). Ha4: Return on assets berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Financial Leverage Saputra dan Wardoyo (2008) menyatakan financial leverage menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan aset yang dimilikinya. Menurut Daljono (2000) dalam Zirman dan Darlis (2011), semakin tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi juga resiko perusahaan, yang mengakibatkan tingkat kepastian perusahaan meningkat karena besarnya hutang yang ditanggung. Para investor mempertimbangkan informasi financial leverage ini dalam berinvestasi. Menurut Witjaksono (2012), financial leverage yang tinggi membuat penetapan harga saham yang cenderung underpriced, karena hal ini akan berpengaruh pada tingginya ketidakpastian return yang akan diterima investor atas investasinya. Oleh karena itu, 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 semakin tinggi financial leverage perusahaan maka semakin besar pula tingkat underpricing. Ha5: Financial leverage berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Jenis Industri Analisis industri penting untuk dilakukan oleh investor karena dapat membantu investor untuk mengidentifikasi peluang investasi suatu industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return tertentu bagi investor (Tandelin 2001 dalam Sulistio 2005). Jenis industri yang berisiko tinggi biasanya akan memberi kompensasi yang lebih besar atas keberanian investor untuk berinvestasi. Dalam penelitian Junaeni dan Agustian (2013), dimasukkannya faktor jenis industri untuk menunjukkan apakah tingkat underpricing industri manufaktur berbeda dengan perusahaan industri non manufaktur. Islam et al. (2010) mendapatkan fakta bahwa tidak ada satu pun perusahaan sektor manufaktur yang mengalami overpricing saat IPO. Juga terdapat fakta bahwa tingkat rata-rata underpricing perusahaan manufaktur tertinggi dibanding sektor lainnya. Jenis industri manufaktur lebih diminati investor, yang membuat permintaan saham perusahaan industri itu lebih tinggi, yang memicu terjadinya underpricing. Ha6: Jenis industri berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Return on Equity Return on equity merupakan rasio yang memberikan informasi mengenai tingkat pengembalian 70 November 2014 modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan memperoleh laba (Yolana dan Martani 2005). Tingkat pengembalian modal tersebut menjadi milik investor. Maka perusahaan yang mempunyai tingkat return on equity yang tinggi, lebih diminati oleh investor. Investor melihat besarnya nilai return on equity sebagai cerminan bahwa perusahaan tersebut menguntungkan. Hal ini dapat mengurangi ketidakpastian IPO dalam menentukan harga saham yang wajar sehingga dapat menurunkan tingkat underpricing (Trisnaningsih 2005). Ha7: Return on equity berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Reputasi Penjamin Emisi Perusahaan yang go public biasanya belum mengetahui pangsa pasar saham di pasar bursa. Hal itulah yang membuat perusahaan memerlukan jasa penjamin emisi sebagai penjamin sahamnya di bursa efek. Penjamin emisi yang berfungsi menawarkan saham di pasar sekunder kepada investor. Status peringkat penjamin emisi memberikan pengaruh dalam tinggi rendahnya harga saham perusahaan (Zirman dan Darlis 2011). Menurut Saputra dan Wardoyo (2008), dalam suatu kontrak, penjamin emisi mempunyai bentuk tanggung jawab terhadap emiten, jenis tanggung jawabnya yaitu: (1) best effort underwriting dimana penjamin emisi hanya menjual sebatas yang laku dan sisa dari penjualan itu akan dikembalikan kepada pihak emiten, (2) full commitment underwriting, dimana penjamin emisi menjamin penjualan seluruh saham yang ISSN: 1410 -9875 ditawarkan, sehingga jika ada yang tidak terjual maka penjamin emisi yang akan membeli sisanya, (3) standby commitment underwriting, penjamin emisi selain bertanggung jawab untuk menjual surat berharga, juga memberikan kesanggupan jika ada sekuritas yang tidak terjual akan dibeli dengan harga yang telah dijanjikan. Penjamin emisi menetapkan harga yang cenderung rendah untuk menghindari pembelian saham sisa sementara investor menginginkan initial return dari harga saham yang cenderung rendah pada penawaran perdana saham. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya underpricing. Menurut Razafindrambinina dan Kwan (2013), reputasi penjamin emisi bisa menjadi penting di Indonesia, dimana investor umumnya masih minim informasi, dengan demikian para investor umumnya akan lebih memilih saham yang dijamin oleh penjamin emisi yang bereputasi baik. Apalagi hampir sebagian besar jasa penjamin emisi yang digunakan di Indonesia berdasarkan komitmen penuh (full-commitment), sehingga penjamin emisi harus bertanggung jawab atas seluruh penjualan saham. Ha8: Reputasi penjamin emisi berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Reputasi Auditor Peran auditor mutlak diperlukan oleh perusahaan yang ingin go public. Tugas auditor yaitu melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan melakukan go public. Hasil pemeriksaan auditor ini sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang Meiryananda Permanasari berkepentingan untuk pengambilan keputusan. Menurut Dye (1993) dalam Djamil (2003), KAP besar memiliki kekayaan yang lebih besar. KAP yang mempunyai kekayaan yang lebih besar mempunyai dorongan untuk menghasilkan laporan audit yang lebih akurat dibandingkan dengan auditor dengan kekayaan yang lebih sedikit. Maka itu reputasi auditor diukur berdasarkan peringkat auditor dilihat dari banyaknya pendapatan suatu KAP. Auditor yang bereputasi tinggi, akan mengurangi ketidakpastian pada masa yang akan datang (Yasa 2008). Keberadaan auditor yang profesional akan mengurangi kekhawatiran publik akan perilaku emiten yang memberikan informasi yang tidak akurat ke pasar. Ketidakpastian yang berkurang dapat membuat tingkat underpricing semakin rendah. Ha9: Reputasi auditor berpengaruh terhadap tingkat underpricing. METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan non keuangan yaitu perusahaan selain bank dan lembaga keuangan lainnya, yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Prosedur yang digunakan dalam pengambilan sampel bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1: Prosedur Pemilihan Sampel 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Underpricing Tingkat underpricing merupakan variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini. Underpricing dapat diukur dengan menggunakan rumus initial return. Menurut Martani et al. (2012), Initial Return = Age = Tahun IPO - Tahun Berdiri Perusahaan Ukuran Perusahaan Menurut Martani et al. 2012 dalam mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan adalah dengan diproksi dengan logaritma dari total aset laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Ukuran perusahaan (size) menggunakan skala rasio, diukur dengan rumus sebagai berikut: Size = Log Total Aset Earnings per Share Menurut Gitman dan Zutter. (2012), earnings per share diukur dengan membandingkan net income atau laba bersih dengan jumlah lembar saham perusahaan yang beredar. Earnings per share (EPS) diukur dengan skala rasio menggunakan rumus sebagai berikut: Laba Bersih Jumlah saham yang beredar Return on Assets Menurut Kieso et al. (2013), return on assets diukur dengan membandingkan laba bersih dengan ROA = 72 initial return dihitung dengan membandingkan harga saham pada saat penawaran perdana dengan selisih antara harga saham saat penutupan dan harga saat penawarannya. Underpricing menggunakan skala rasio yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Closing Price - Offering Price Offering Price Umur Perusahaan Umur perusahaan diukur dari tahun sejak perusahaan berdiri sampai melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia atau dengan kata lain umur perusahaan merupakan selisih antara tahun pendirian perusahaan dengan tahun IPO (Martani et al. 2012). Umur perusahaan (age) ini menggunakan skala rasio dan dihitung dengan rumus sebagai berikut: EPS = November 2014 total aset perusahaan. Return on assets (ROA) diukur dengan skala rasio menggunakan rumus sebagai berikut: Laba Bersih Total Aset ISSN: 1410 -9875 Financial Leverage Menurut Yoga (2008), financial leverage diukur dengan membandingkan total hutang dengan total aset perusahaan. Financial leverage (FL) diukur dengan skala rasio menggunakan rumus sebagai berikut: Total Hutang FL = Total Aset Jenis Industri Jenis industri menurut Junaeni dan Agustian (2013), diukur dengan variabel dummy dimana nilai 1 diberikan untuk perusahaan industri manufaktur, sedangkan nilai 0 untuk perusahaan industri non manufaktur. Jenis industri menggunakan skala nominal dalam pengukurannya. Return on Equity Menurut Martani et al. (2013), return on equity dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Return on equity (ROE) menggunakan skala rasio dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Laba Bersih ROE = Total Ekuitas Reputasi Penjamin Emisi Menurut Martani et al. (2013), reputasi penjamin emisi diukur dengan variabel dummy, dimana nilai 1 untuk penjamin emisi bereputasi baik dalam the big ten, sedangkan nilai 0 untuk penjamin emisi di luar the big ten. Reputasi penjamin emisi menggunakan skala nominal dalam pengukurannya. Reputasi penjamin emisi ditentukan dengan total nilai transaksi penjamin emisi secara Meiryananda Permanasari tahunan (annual) yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (Razafindrambinina dan Kwan 2013), yang mencerminkan besarnya pendapatan penjamin emisi. Nama perusahaan penjamin emisi yang masuk dalam kategori the big ten di Indonesia selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2012 berganti-ganti. Maka itu reputasi penjamin emisi yang digunakan jasanya saat IPO akan dilihat per tahun dimana perusahaan tersebut melakukan IPO. Reputasi Auditor Reputasi auditor diukur berdasarkan peringkat auditor. Menurut Martani et al. (2013), reputasi auditor diukur dengan variabel dummy, dimana nilai 1 untuk auditor bereputasi baik the big four, sedangkan nilai 0 untuk auditor di luar the big four. Reputasi auditor menggunakan skala nominal dalam pengukurannya. Selanjutnya pemakaian kata auditor akan diganti dengan kata KAP untuk mewakilinya. Reputasi KAP diukur berdasarkan banyaknya pendapatan suatu KAP. Secara global, pendapatan KAP the big four memang selalu lebih besar dibanding KAP non big four, begitu juga di Indonesia. KAP yang termasuk dalam kategori the big four adalah: (1) Tanudiredja, Wibisana dan Rekan, yang berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers Global Network, (2) Purwantono, Suherman dan Surja, yang berafiliasi dengan Ernst and Young Global Limited, 3) Osman Bing Satrio dan Eny, yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu Limited, 4) Siddharta dan Widjaja, 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 yang berafiliasi dengan International (PPAJP, 2013). KPMG Metoda Analisis Data Penelitian ini menggunakan multiple regression analysis untuk menguji hipotesis yang diilustrasikan sebagai berikut: UND = a + b1AGE + b2SIZE + b3EPS + b4ROA + b5FL+ b6IND+ b7ROE + b8UDW + b9AUD + e Keterangan: UND = Underpricing, a = Konstanta, b1 – b9 = Koefisien regresi, AGE = Umur perusahaan, SIZE = Ukuran perusahaan, EPS = Earnings per share, ROA = Return on assets, FL = Financial leverage, IND = Jenis industry, ROE = Return on equity, UDW = Reputasi penjamin emisi, AUD = Reputasi auditor, e = Tingkat kesalahan November 2014 Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Data Residual Dari hasil pengujian normalitas residual diperoleh nilai asymp.sig (2-tailed) sebesar 0.876 yang lebih besar dari 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa data residual dalam model regresi ini berdistribusi normal. Uji Multikolinieritas Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7: Hasil Uji Multikolinieritas Hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF menunjukkan masing-masing variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0.1 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada semua variabel independen dalam model regresi. HASIL PENELITIAN Hasil dari statistik deskriptif untuk menjelaskan mengenai gambaran data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2: Statistik Deskriptif Tiga tabel di bawah ini menjelaskan distribusi frekuensi tiga variabel dummy yaitu jenis industri, reputasi penjamin emisi, dan reputasi auditor. Tabel 3: Statistik Frekuensi Variabel Jenis Industri Tabel 4: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Penjamin Emisi Tabel 5: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Auditor Hasil dari pengujian normalitas data residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini: 74 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser, dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada tabel di atas, masingmasing variabel independen memiliki nilai sig lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas sehingga layak digunakan dalam penelitian. Uji Autokorelasi Pengujian asumsi klasik terakhir yaitu uji autokorelasi dengan alat uji Uji Lagrange Multiplier memperoleh hasil sebagai berikut: ISSN: 1410 -9875 Tabel 9: Hasil Uji Autokorelasi Hasil uji ini didapatkan nilai signifikansi variabel LAG_RES sebesar 0,132. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam data pengamatan tidak tejadi autokorelasi. Pengujian Hipotesis Tabel 10: Hasil Analisis Koefisien Korelasi Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai R sebesar 0,599 menunjukkan bahwa korelasi antara underpricing dengan variabelvariabel independen adalah kuat karena nilai R lebih besar dari 0,5. Tabel 11: Hasil Analisis Koefisien Determinasi Berdasarkan pada tabel di atas didapat nilai koefisien determinasi adjusted R2 sebesar 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 20,3%, sedangkan sisanya 79,7% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Tabel 12: Hasil Uji F Pada hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,036. Variabel-variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu underpricing. Maka dapat disimpulkan bahwa model fit digunakan dalam penelitian. Meiryananda Permanasari Tabel 13: Hasil Uji t Analisis hasil pengujian terhadap variabel umur perusahaan (AGE) yaitu memiliki nilai signifikansi sebesar 0,500 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak dapat diterima. Artinya variabel umur perusahaan (AGE) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Martani et al. (2012) serta Astuti dan Syahyunan (2013), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Islam et al. (2010) dan Rosyati dan Sebeni (2002). Hasil pengujian variabel ukuran perusahaan (SIZE) yaitu memiliki nilai signifikansi sebesar 0,046. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%., maka hipotesis alternatif kedua (Ha2) dapat diterima, ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Koefisien regresi sebesar -0,116 menunjukkan hubungan antara keduanya adalah negatif. Semakin besar ukuran perusahaan maka nilai underpricing saham juga cenderung menurun,. Hasil penelitian ini konssiten dengan Retnowati (2013) dan Islam et al. (2010), tetapi tidak konsisten dengan Martani et al. (2012) dan Witjaksono (2012). Hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi perusahaan lebih mudah diperoleh dari pada perusahaan kecil. Semakin banyak informasi yang ada, risiko ketidakpastian lebih rendah sehingga abnormal return tidak begitu tinggi, sehingga tingkat underpricing juga rendah. 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Pengujian variabel earnings per share (EPS) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,026, dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Maka hipotesis alternatif ketiga (Ha3) dapat diterima, artinya variabel earnings per share (EPS) berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Bentuk pengaruh variabel earnings per share (EPS) terhadap underpricing saham perdana adalah positif, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 0,000001547. Semakin tinggi nilai earnings per share maka nilai underpricing juga cenderung meningkat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Retnowati (2013), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Astuti dan Syahyunan (2013) dan Khomsiyah (2005). Earnings per share menggambarkan besarnya laba untuk setiap lembar saham. Apabila earnings per share perusahaan tinggi maka semakin banyak investor yang ingin membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham menjadi tinggi sehingga terjadinya underpricing tidak dapat dicegah Hasil pada tabel menunjukkan return on assets (ROA) mempengaruhi underpricing. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,036 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%., maka hipotesis alternatif keempat (Ha4) dapat diterima. Koefisien regresi sebesar -0,929 menunjukkan hubungan antara keduanya adalah negatif. Semakin besar nilai return on assets maka nilai underpricing saham cenderung menurun, begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Yasa 76 November 2014 (2008) dan Saputra dan Wardoyo (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Astuti dan Syahyunan (2013) dan Retnowati (2013). Calon investor akan mempertimbangkan persentase profitabilitas perusahaan, dalam hal ini return on assets,sebelum menentukan keputusan investasinya. Maka dengan nilai ketidakpastian yang semakin rendah, juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut. Hasil pengujian variabel financial leverage (FL) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,277 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka itu hipotesis alternatif kelima (Ha5) tidak dapat diterima. sehingga variabel financial leverage (FL) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konssiten dengan penelitian Razafindrambinina dan Kwan (2013) dan Yasa (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Yoga (2008) dan Sulistio (2005). Hasil pengujian variabel jenis industri (IND) yaitu memiliki nilai signifikansi sebesar 0,249 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa hipotesis alternatif keenam (Ha6) tidak dapat diterima serta menunjukkan bahwa variabel jenis industri (IND) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan Junaeni dan Agustian (2013) dan Islam et al. (2010), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Yolana dan Martani (2005). Analisis hasil pengujian terhadap variabel return on equity (ROE) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,397, dimana lebih besar ISSN: 1410 -9875 dari tingkat signifikansi 5%, maka itu hipotesis alternatif ketujuh (Ha7) tidak dapat diterima sehingga variabel return on equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konssiten dengan penelitian Martani et al. (2012) dan Johnson (2013), tetapi tidak konsisten dengan Witjaksono (2012) dan Yolana dan Martani (2005). Pengujian variabel reputasi penjamin emisi (UDW) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,944 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. Maka hipotesis alternatif kedelapan (Ha8) tidak dapat diterima, variabel reputasi penjamin emisi (UDW) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil ini konssiten dengan penelitian Saputra dan Wardoyo (2008) dan Yoga (2008), tetapi tidak konsisten dengan Junaeni dan Agustian (2013) dan Rizqi dan Harto (2013). Hasil menunjukkan reputasi auditor (AUD) tidak mempengaruhi underpricing, dengan nilai signifikansi sebesar 0,246 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, sehingga hipotesis alternatif kesembilan (Ha9) tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konssiten dengan Martani et al. (2012) dan Saputra dan Wardoyo (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Johnson Meiryananda Permanasari (2013) dan Khomsiyah (2005). PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan dapat diperoleh kesimpulan bahwa hanya ukuran perusahaan, earnings per share, dan return on assets yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan umur perusahaan, financial leverage, jenis industri, return on equity, reputasi penjamin emisi dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini. Beberapa keterbatasan itu antara lain keterbatasan dalam periode sampel penelitian selama tiga tahun dan penelitian ini hanya menggunakan sembilan variabel yang dalam menguji pengaruh terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, beberapa rekomendasi kepada peneliti selanjutnya antara lain, yaitu menambah periode penelitian sehingga hasilnya akan lebih representatif, serta menambah variabel lainnya yang dapat mempengaruhi underpricing, seperti persentase kepemilikan saham ataupun rasio keuangan lainnya, seperti current ratio. REFERENSI: Astuti, AY. dan Syahyunan. 2013. Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Underpricing pada Saham Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Media Informasi Manajemen, Vol. 1, No. 4, Hlm. 1-13. Bagus, Indro. 2010. Saham Perdana KS Kelebihan Permintaan 9 Kali. Detik Finance, 26 Oktober, 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 http://finance.detik.com/read/,,,saham-perdana-ks-kelebihan-permi ntaan-9-kali (diakses 18 September, 2013). Djamil, Nasrullah. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Sektor Publik dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya. STIE Nasional Banjarmasin, Hlm. 1-12. Ghozali, Imam dan MA. Mansur. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4, No. 1, April 2002, Hlm. 74-88. Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. United States: Prentice Hall. Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, No. 1, Hlm. 35-50. Islam, A., R. Ali dan Z. Ahmad. 2010. An Empirical Investigation of the Underpricing of Initial Public Offerings in the Chittagong Stock Exchange. International Journal of Economics and Finance, Vol. 2, No. 4, November 2010, Hlm. 36-46. Johnson. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Harga Saham IPO Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansiku, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-11. Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di BEI. Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol. 1, No. 1, Hlm. 52-59. Khomsiyah. 2005. Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor dan Tingkat Undepricing Pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 7, No. 2, Agustus 2005, Hlm. 168-189. Kieso, E. Donald, Weygandt .J. Jerry, dan Warfield D. Terry. 2013. Financial Accounting. IFRS 2th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons Ltd. Martani, D., IL. Sinaga, dan A. Syahroza. 2012. Analysis on Factors Affecting IPO Underpricing and Their Effects on Earnings Persistence. World Review of Business Research, Vol. 2, No. 2, Maret 2012, Hlm. 1-15. Nurhidayati, S. dan N.I. 1998. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpriced pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13, No. 1, Hlm. 21-30. Putra, NSA. dan Y. Budiarti. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 5, Hlm. 78-92. Razafindrambinina, Dominique dan Tiffany Kwan. 2013. The Influence of Underwriter and Auditor Reputations on IPO Under-pricing. European Journal of Business and Management, Vol. 5, No. 2, Hlm. 199-212. Retnowati. E. 2013. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Indonesia. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 4, Hlm. 182-190. Rizqi, Indita Azisia dan Puji Harto. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 3, Hlm. 1-7. 78 ISSN: 1410 -9875 Meiryananda Permanasari Rosyati dan Arifin Sebeni. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi V, September 2002, Hlm. 286-297. Saputra, RI. dan P. Wardoyo. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan IPO (Initial Public Offering) Periode 2003-2007 di Bursa Efek Indonesia. Solusi, Vol. 7, No. 3, Juli 2008, Hlm. 23-38. Sjahruddin dan Yusralaini. 2009. Underpricing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi, Vol. 17, No. 1, Hlm. 1-11, Sulistiawan, Dedhy. 2010. Pengujian Fenomena Underpricing dengan Studi Eksperimen. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Vol. 3. No. 1, April 2010, Hlm. 103-112. Sulistio, Helen. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2008, Hlm. 87-99. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi 1. Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Trisnaningsih, Sri. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2, September 2005, Hlm. 195-210. Witjaksono, LS. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keuangan yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2002-2010. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1, No. 1, Januari 2012, Hlm. 33-37. Yasa, GW. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3, No. 2, Juli 2008, Hlm. 145-157. Yoga. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 8, No. 16, Juli 2008, Hlm. 55-70. Yolana, Chastina dan Dwi Martani. 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001. Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Hlm. 538-553. Zirman dan E. Darlis. 2011. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecendrungan Underpricing: Studi pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Vol. 19, No. 1, Hlm. 1-11. 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Tabel 1: Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaa Keterangan n Total perusahaan yang melakukan IPO selama periode penelitian Perusahaan yang relisting di BEI Bank dan lembaga keuangan lainnya Perusahaan yang tidak mengalami underpricing Perusahaan tidak bertutup buku 31 Desember serta tidak berperiode fiskal annually Perusahaan tidak melaporkan data dalam mata uang Rupiah Data yang dibutuhkan dalam penelitian tidak terpublikasi Sampel yang digunakan dalam penelitian Sumber: Hasil Pengolahan Data 71 (3) (6) (11) (1) (3) (0) 47 Tabel 2: Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation UND 47 0,0132 0,7000 0,253436 0,2220244 AGE 47 2 57 14,28 12,108 SIZE 47 10,3461 13,3235 12,079595 0,6564677 EPS 47 -80,0000 247336,0000 11435,943802 47532,5591013 ROA 47 -0,0230 0,4026 0,073174 0,0885932 FL 47 0,0316 1,0142 0,578080 0,2286567 ROE 47 -1,9665 1,0116 0,153768 0,3806560 Valid N (listwise) 47 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 3: Statistik Frekuensi Variabel Jenis Industri Frequency Percent Valid Percent Valid Non Manufaktur 39 Manufaktur 8 Total 47 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 83,0 17,0 100,0 Cumulative 83,0 17,0 100,0 Percent 83,0 100,0 Tabel 4: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Penjamin Emisi Frequency Valid Non Big Ten 37 Big Ten 10 Total 47 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 80 Percent Valid Percent 78,7 21,3 100,0 78,7 21,3 100,0 Cumulative Percent 78,7 100,0 ISSN: 1410 -9875 Meiryananda Permanasari Tabel 5: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Auditor Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Non Big Four 31 66,0 66,0 66,0 Big Four 16 34,0 34,0 100,0 Total 47 100,0 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Data Residual Unstandardized Residual N 47 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,876 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 7: Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Variable Kesimpulan Tolerance VIF AGE 0,894 1,118 Tidak terdapat multikolinieritas SIZE 0,630 1,587 Tidak terdapat multikolinieritas EPS 0,845 1,184 Tidak terdapat multikolinieritas ROA 0,596 1,677 Tidak terdapat multikolinieritas FL 0,667 1,498 Tidak terdapat multikolinieritas IND 0,868 1,152 Tidak terdapat multikolinieritas ROE 0,602 1,660 Tidak terdapat multikolinieritas UDW 0,697 1,435 Tidak terdapat multikolinieritas AUD 0,787 1,270 Tidak terdapat multikolinieritas Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas Variable AGE SIZE EPS ROA FL IND ROE UDW AUD Sig. 0,251 0,642 0,738 0,128 0,987 0,435 0,348 0,296 0,400 Sumber: Kesimpulan Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 9: Hasil Uji Autokorelasi Variable Sig. LAG_RES 0,132 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Tabel 10: Hasil Analisis Koefisien Korelasi Model R 1 0,599a Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 11: Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Adjusted R Square 1 0,203 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 12: Hasil Uji F Sig. 0,036 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 13: Hasil Uji t B Sig. (Constant) 1,861 0,007 AGE -0,002 0,500 SIZE -0,116 0,046 EPS 1,547E-6 0,026 ROA -0,929 0,036 FL -0,173 0,277 IND -0,097 0,249 ROE 0,085 0,397 UDW -0,006 0,944 AUD -0,081 0,246 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 82 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 83-92 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH PRODUCT, PRICE, PLACE, PROMOTION, MOTIVATION, PERCEPTION DAN ATTITUDE TERHADAP PURCHASE DECISION MUWAFFICK HIDAYAT STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study that to figure out how big the influence of Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception and Attitude towards Purchasing Decisions. Companies want to know not only of what the company has made, but the company wants to know from customers directly, and how the marketing mix can achieve well, and work for what the company does so it will be better. The data analyzed were obtained from 150 primary respondents who use Honda Vario Techno 125 by using linear and multiple linear regression with SPSS 20 program and as a tool for data processing.The results showed that the data processing Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perceptions and Attitudes simultaneously significant effect on Consumer Purchase Decision Honda Vario Techno 125.Keuntungan of this study can be used as information to increase sales volumes through the purchase decision. Keyword: Marketing Mix, Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception and Attitide, Purchase Decision Abstrak: Perusahaan tidak lagi memandang pentingnya mengetahui produk yang dibuat secara internal melainkan juga apa yang sesungguhnya dibutuhkan dan diminta oleh konsumen. Konsumen akan selalu melakukan evaluasi didalam memutuskan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jauh pengaruh Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception dan Attitude terhadap Purchasing Decisions. Penelitian ini terdiri dari 150 buah sampel yang juga merupakan sampel yang berasal dari konsumen yang membeli Honda Vario Techno 125. Analisa data penelitian menggunakan regresi berganda dengan program SPSS seri 20. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perceptions dan Attitudes terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap Consumer Purchase Decision Kata kunci: Marketing Mix, Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception and Attitide, Purchase Decision 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 PENDAHULUAN Dewasa ini perusahaan mulai menyadari akan perkembangan teknologi yang sangat memadai dan dapat dikembangkan oleh pihakpihak lain.kebutuhan konsumen akan sarana transportasi menyebabkan banyak perusahaan bersaing di bidang industri otomotif. Keputusan pembelian konsumen di ukur dari produkproduk baru yang berkualitas, penemuan-penemuan baru dan kemajuan teknologi, Oleh karena itu, perusahaan harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dari berbagai alternatif dan informasi. Beberapa faktor seperti Produk yang di hasilkan perusahaan, harga yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, bagaimana produsen memperkenalkan dan mendistribusi produk tersebut, memotivasi konsumen, menarik perhatian konsumen dan mengukur konsumen. KERANGKA TEORITIS Diferensiasi Produk Agar dapat dijadikan merek, produk harus didiferensiasikan. Produk fisik mempunyai potensi didiferensiasi yang beragam. Terdapat sejumlah kemungkinan diferensiasi menurut Kotler & Keller (2012,329-330) sebagai berikut Bentuk (form), Fitur (feature), Penyesuaian (customization), Kualitas kinerja (performance quality), Kualitas kesesuaian (conformance quality), Ketahanan (durability), Keandalan (reliability), Kemudahan perbaikan (repairability), Gaya (style) dan Desain. 84 November 2014 Harga (Price) Kotler dan Keller (2012,405) Price is the one element of the marketing mix that produces revenue. Lovelock dan Wirtz (2011,622) Expenditures of money,time,and effort that costumer incur in purchasing and consuming sercive. Hawkins,Mothersbaugh dan Best (2007,21) Price is ammount of money one must pay to obtain the right to use the product. Perusahaan harus menetapkan harga pada saat pertama kali mereka mengembangkan produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau wilayah geografis baru, dan ketika perusahaan memasukan penawaran pekerjaan kontrak baru. Berikut adalah 6 prosedur penetapan harga : 1. Memilih Tujuan Penetapan Harga Lima tujuan utamanya yaitu : a) Kemampuan Bertahan b). Laba Saat Ini c). MaksimumPangsa Pasar Maksimum d). Penerapan Harga Maksimum e). Kepemimpinan Kualitas Produk f). Tujuan Lain 2. Menentukan Permintaan Setiap harga akan mengarah ke tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu akan memiliki berbagai dampak pada tujuan pemasaran perusahaan. a. Sensivitas Harga b. Perkiraan Kurva Permintaan melalui Survei, Eksperimen harga, Analisis Statistik c. Elastisitas Harga Permintaan ISSN: 1410 -9875 3. Memperkirakan Biaya Perusahaan menetapkan batas atas harga yang dapat dikenakan perusahaan untuk produknya a).Jenis Biaya dan Tingkat Produksi b). Produksi Akumulasi c). Kalkulasi Biaya Target 4. Menganalisis Biaya, Harga, dan Penawaran Pesaing Kiasaran kemungkinan harga yang ditentukan oleh permintaan pasar dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga dan kemungkinan reaksi harga pesaing 5. Memilih Metode Penetapan Harga Ada 6 metode penetapan harga : Harga Markup, Harga Tingkat Pengembalian Sasaran, Harga Nilai Anggapan, Harga Nilai, Harga Going-Rate, Harga Lelang, 6. Memilih Harga Akhir Metode penetapan harga mempersempit kisaran dari mana perusahaan harus memilih harga akhirnya. Dalam memilih harga itu, berikut faktor-faktor tambahan yang harus dipertimbangkan; Dampak Kegiatan Pemasaran Lain, Kebijakan Penetapan Harga Perusahaan, Penetapan Harga Berbagi Keuntungan dan Resiko, Dampak Harga Pada Pihak Lain Tempat (Place) Kotler dan Keller (2012,380) The exterior and interior should have clean lines. The layout of the desk and the traffic flow should be planned carefully. Waiting lines should not overly long. Hawkins,Mothersbaugh dan Best, (2007,21) Having a product Muwaffick Hidayat available where target costumers can buy it. Lovelock dan Wirtz (2011,622) Place is management decision about when, where and how to deliver services to costumers. Bentuk saluran distribusi menurut Kotler dan Keler (2012,442) ada 4 tingkat saluran, yaitu : a). Saluran tingkat 0 (saluran pemasaran langsung) yang terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen. b). Saluran tingkat 1 yang mempunyai satu perantara penjual dari dari seorang produsen ke pengecer lalu ke konsumen c).Saluran tingkat 2 yang mempunyai dua perantara penjual dari dari seorang produsen ke pedagang grosir lalu pengecer lalu ke konsumen d). Saluran tingkat 3 yang mempunyai tiga perantara penjual penjual dari seorang produsen ke pedagang grosir lalu pedagang besar lalu pengecer lalu baru ke konsumen. Jenis-jenis perantra. Perusahaan harus memutuskan jumlah perantara yang digunakan pada setiap tingkat saluran. Ada 3 strategi yang tersedia, diantaranya yaitu : 1. DistribusiInsentif Distribusi ini dapat digunakan oleh para produsen yang menjual komponen perusahaan yang berusaha menggunakan penyalur terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati para konsumen. Usaha ini dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen, semakin cepat para konsumen terpenuhi kebutuhannya maka semakin 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 cepat pula terpenuhi kepuasannya. 2. DistribusiSelektif Perusahaan yang menggunakan distribusi ini berusaha memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer, agen yang terbatas dalam suatu daerah. Saluran ini biasanya digunakan untuk memasarkan suatu produk baru (barang special) apabila distribusi ini menguntungkan dari distribusi insentif maka jumlah pengecer atau agen yang digunakan akan lebih terbatas. 3. DistribusiEkslusif Saluran ini dilakukan oleh perusahaan dan hanya menggunakan suatu pedagang besar atau pengecer dalam daerah tertentu. Jadi produsen hanya menjual produknya kepada suatu pedangang besar saja dengan mengunakan satu penyelur, maka produsen akan lebih mudah dapat mengadakan pengawasan pada tingkat harga enceran maupun usaha kerja sama dengan penyalur dalam periklanan. Pemilihan saluran distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab keterlambatan barangbarang sampai ketangan Promosi (Promotion) Kotler dan Keller (2012,541) a key ingridient in marketing campaigns, consists of a collection of incentive tools,mostly short term, designed to stimulate quicker or greater purchase of particular products or service by consumers or the trade. Lovelock dan Wirtz (2011,622) Promotion is all comunication activities and incentives designed to build 86 November 2014 costumer preference for a specific service or service provider. Cravens dan Piercy (2007,338) Promotion integrates the organization’s communications initiatives, combining advertising, personal selling sales promotion, interactive marketing, direct marketing and public relations. Kotler (2012,500) Marketing Communications Mix terdiri atas delapan perangkat utama, yaitu : Advertising , Sales Promotion, Event and Experiences, Public Relation and Publicity, Direct Marketing, Interactive Marketing, Word of Mouth marketing, Personal Selling Motivasi Kotler keller (2012,182) Other needs are psychologenic they arise from psychological state of tension such as the need for recognition,esteem,or a need. Robbins dan Judge (2008,222) motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Schiffman-Kanuk (2006,106) Motivation is the driving force within individuals that impels them to action. Terdapat beberapa teori tentang motivasi 1. Teori dari Freud dalam Kotler Keller (2012,182) mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang memberntuk perilaku seseorang sebagian besar adalah ketidaksadran, dan bahwa seseorang tidak dapat memahami penuh motivasinya sendiri. Ketika seseorang mengamati merek tertentu, ia ISSN: 1410 -9875 tidak hanya bereaksi terhadap kemampuan yang dinyatakan produk tersebut, tetapi juga terhadap tanda lain yang kurang disadari seperti bentuk, ukuran, berat, bahan warna dan nama merek. 2. Teori dari Maslow dalam Kotler Keller (2012,182) kebutuhan manusia diatur dalam hirarki dari yang paling menekan sampai yang paling tidak menekan kebutuhan psikologis, kebutuhan keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Orang akan memuaskan sebuah kebutuhan terpentingnya terlebih dahulu. 3. Teori dari Hazberg dalam Kotler Keller (2012,183) Mengembangkan 2 faktor yang membedakan ketidakpuasan/dissatisfier (faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dari kepuasan/satisfier (faktor yang menyebabkan kepuasan). Ketiadaan dissatisfier tidak cukup untuk memotivasi pembelian, harus ada satisfier. Persepsi (Perception) Robbins-Judge (2008,93) Persepsi yaitu sebuah proses dimana individu mengatur dan mengintrepretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Kotler dan Keller (2012,161) Perception is the process by which we select,organize, and interpret information inputs to create a meaningful picture of the world. Schiffman-Kanuk (2010,175) Perception is defined as the process by which an individual select,organize, and interprets stimuli into a meaningful an coheret picture of the world. Muwaffick Hidayat Persepsi dapat dibagi menjadi beberapa unsur; Sensasi, Ambang Absolut, Ambang Diferensial, Aplikasi j.n.d ke Pemasaran, Persepsi Sublimal Sikap (Attitude) Kotler dan Keller (2012,168) a person’s enduring favorable or unfavorable evaluation,emotional feeling,and action tendencies toward some object or idea. Robbins-Judge (2008,93) Sikap yaitu, pernyataan – pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Schiffman-Kanuk (2010,256) Attitude is a learned predisposition to behave in a consistently favourable or unfavourable way with respect to a given object Adapun komponen-komponen sikap dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu menurut Schfifman-Kanuk (2010,249) : 1. Cognitive component: kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang objek. Yang dimaksud objek adalah atribut produk, semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek suatu produk maka keseluruhan komponen kognitif akan mendukung sikap secara keseluruhan. 2. Affective component: emosional yang merefleksikan perasaan seseorang terhadap suatu objek, apakah objek tersebut diinginkan atau disukai. 3. Behavioral component: merefleksikan kecenderungan dan perilaku aktual terhadap suatu objek, yang mana komponen ini menunjukkan kecenderungan melakukan suatu tindakan. Komponen kognitif merupakan kepercayaan 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 terhadap merek, komponen afektif merupakan evaluasi merek dan komponen kognatif menyangkut maksud atau niat untuk membeli. Keputusan Pembelian Menurut kotler dan keller (2012,192) In the evaluation stage, the consumer forms preferences among the brands in the choice set and may also form an intention to buy the most preferred brand. Menurut Cannon,Perreault dan McCarthy (2008,212) menyatakan bahwa, pelanggan bisnis dan organisasi adalah para pembeli yang membeli untuk dijual kembali atau untuk memproduksi barang dan jasa. Schiffman-Kanuk (2010,565) Consumer Decision Making is the process of making purchase decision based on cognitive and emotional influences such as impulse, family, friends, advertisers, role models, moods and situations that influence a purchase. Selanjutnya proses pengambilan eputusan dibagi menjadi Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku Pascapembelian, Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut, Ho1 : Tidak ada pengaruh Produk terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. Ha1 : Ada pengaruh Produk terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario di universitas Jakarta Barat. 88 November 2014 Ho2 : Tidak ada pengaruh Price terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. Ha2 : Ada pengaruh Price terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125di universitas Jakarta Barat. Ho3 : Tidak ada Place terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125di universitas Jakarta Barat. Ha3 : Ada pengaruh Place terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. Ho4 : Tidak ada pengaruh Promotion terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125di universitas Jakarta Barat. Ha4 : Ada pengaruh Promotion terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. Ho5 : Tidak ada pengaruh Motivasi terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125di universitas Jakarta Barat. Ha5 : Ada pengaruh Motivasi terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. Ho6 : Tidak ada pengaruh Persepsi terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario di universitas Jakarta Barat Ha6 : Ada pengaruh Persepsi terhadap keputusan ISSN: 1410 -9875 Ho7 Ha7 Ho8 Ha8 konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. : Tidak ada pengaruh Sikap terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125di universitas Jakarta Barat. : Ada pengaruh Sikap terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. : Tidak ada pengaruh Produk, Harga,Tempat, Promosi, Motivasi, Persepsi dan Sikap secara bersamaan terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. : Ada pengaruh Produk, Harga, Tempat, Promosi, Motivasi, Persepsi dan Sikap secara bersamaan terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda VarioTechno 125 di universitas Jakarta Barat. METODE PENELITIAN Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari responden dengan cara membagikan kuisioner. Sampel penelitian yang digunakan oleh peneliti sebanyak 150 mahasiswa/i. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Non-Probability Sampling dengan menggunakan teknik Kuota. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda, dengan persamaannya: Alat bantu yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah SPSS Muwaffick Hidayat (Statistical Package for Social Science) versi 20 Definisi Operasional Variabel 1. Produk (X1) Produk, adalah barang-barang hasil dari produsen yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk dapat dibeli. 2. Price (X2) Price, adalah nilai suatu barang / suatu produk yang diukur dengan sejumlah uang, pada situasi di mana konsumen bersedia untuk membeli. 3. Place (X3) Place, adalah memilih dan mengelola saluran perdagangan dimana yang dipakai menyalurkan produk atau jasa dapat mencapai sasaran. 4. Promosi(X4) Promosi, adalah komponen pemasaran yang dipakai untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia untuk membeli 5. Motivasi(X5) Motivasi, adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. 6. Persepsi (X6) Persepsi, adalah tanggapan langsung atas sesuatu dimana sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli segala yang masuk akal. 7. Sikap (X7) Sikap, adalah suau mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan. 8. Keputusan Pembelian (Y) Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 keputusan pembelian adalah suatu tindakan yang dilakukan konsumen dikarenakan adanya dorongan untuk membeli. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ho1 ditolak yang berarti terdapat pengaruh Product terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario Techno 125 di universitas Jakarta Barat. 2. Ho2 ditolak yang berarti terdapat pengaruh Price terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario Techno 125 di universitas Jakarta Barat. 3. Ho3 ditolak yang berarti terdapat pengaruh Place terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario Techno 125 di universitas Jakarta Barat. 4. Ho4 ditolak yang berarti terdapat pengaruh Promotion terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario Techno 125 di universitas Jakarta Barat. 5. Ho5 ditolak yang berarti terdapat pengaruh Motivation terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario Techno 125 di universitas Jakarta Barat. 6. Ho6 ditolak yang berarti terdapat pengaruh Perception terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario Techno 125 di universitas Jakarta Barat. 7. Ho7 ditolak yang berarti terdapat pengaruh Attitude terhadap keputusan konsumen membeli motor Honda Vario 90 November 2014 Techno 125 di universitas Jakarta Barat. Terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a). Keterbatasan dengan waktu dan biaya dalam mengerjakan penelitian ini, sehingga jumlah responden yang digunakan dalam penelitian hanya sebanyak 150 orang. b). Penelitian ini hanya terfokus pada 7 variabel independen yaitu Produk, Harga, Tempat, Promosi, Motivasi, Persepsi dan Sikap ntuk mempengaruhi variabel dependen yaitu Keputusan pembelian. Karena masih terdapat banyaknya faktor yang mempengaruhi variabel dependen diluar dari penelitian ini, maka dari analisis data didapat nilai koefisien determinasi yang masih kecil. Dari hasil penelitian ini, yang telah disimpulkan pada bagian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat diungkapkan sebagai saran. Saran tersebut adalah: a).Sehubungan dengan variabel harga yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, hendaknya produsen Honda mampu mempertahankan harga yang saat ini berlaku di pasaran, serta memperhatikan harga yang kompetitif dengan produk lain yang sejenis. b). Selain hal tersebut produsen Honda juga harus mampu menjaga kualitas terhadap produk yang ditawarkan, karena dengan kualitas produk yang baik maka akan mampu meningkatkan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. c). Selanjutnya yang dapat dilakukan oleh Honda adalah pemilihan media yang tepat untuk promosi; memilih saluran distribusi yang efektif dengan menyediakan stock produk ISSN: 1410 -9875 yang mencukupi untuk konsumen, menyediakan banyak cabang yang Muwaffick Hidayat menjual produk sehingga konsumen mudah mendapatkannya. REFERENSI Gujarati, Damodar, N. 2009. Basic Econometrics. 5th edition. New York: The Mc Graw-Hill Companies. Hair, Joseph F., Roph E. Anderson, Ronald,L., Tathan, William, C. Black.2010. Multiriate Data Analysis. Pearson Pretience Hall Hui Fang Yui, Min Chiu Chao, Wang T.G Eric “Understanding customers' satisfaction and repurchase intentions: An integration of IS success model, trust, and justice” Journal Of Marketing, Pp20-30.2011 Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 14th. Global Edition Person. Kotler, Philip, “Marketing Management Internasional Edition”, The Millenium Edition, South Western Publishing, 2003 Morgan, Robert M. And Shelby D.Hunt. The Commitment.”Trust Theory of Relationship Marketing”.Journal Of Marketing, Pp20-30.1994 Rofiq Ainur, Pengaruh Dimensi Keperayaan (Trust) Terhadap Partisipasi Pelanggan E-Commerce Schiffman, Leon and Kanuk, Leslie Lazar.2008. New jersey: Prentice hall Consumer Behaviour. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business. John Willey & Sons Ltd. Sugiyono, prof Dr.2009 Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistik 19. Penerbit PT Elex Media Komputindo Walter, et al. 2002. Delivering Relationship Value: Key Determinant For Customers’ Commitment. Study of Business Markets Zeithaml, Valeria A, Mary Jo Bitner, “ Service Marketing”. International edition, second edition, the Mc Graw Hill.Co.inc, 2000 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Halaman ini sengaja dikosongkan 92 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 93-108 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN SPESIALISASI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT NICKEN DESTRIANA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to assess some variables that affect the audit quality by analyzing the influence of ownership structure (ownership concentration, foreign ownership and institutional ownership), firm characteristics (leverage and company size) and auditor specialization. This research used a sample of listed manufacturing companies in Indonesian Stock Exchange during 2009-2012. Dependent variable in this research is audit quality that measured by audit firm size (big four and non-big four). For testing, analysis, and decision making about the hypothesis in this research i use binary logistic regression. The results of this research indicate that foreign ownership, leverage, company size have influence to the audit quality. Otherwise, ownership concentration, institutional ownership, auditor specialization have no influence to the audit quality. Keywords: Ownership Structure, Firm Characteristics, Auditor pecialization, Audit Quality Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh struktur kepemilikan (konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing dan kepemilikan institusional), karakteristik perusahaan (leverage dan ukuran perusahaan) dan spesialisasi auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2009-2012. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit yang diukur dengan ukuran perusahaan audit (empat besar dan empat non-besar). Untuk pengujian, analisis, dan pengambilan keputusan tentang hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi binary logistic. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan asing, leverage, ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Sementara konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, spesialisasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Kata kunci: Struktur Kepemilikan, Karakteristik Spesialisasi Auditor, Kualitas Audit PENDAHULUAN Meningkatnya perkembangan perekonomian di Indonesia maka setiap organisasi pasti akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 untuk mempertahankan eksistensinya. Mengingat bahwa kondisi yang akan dating dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan dalam melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Salah satunya adalah seorang akuntan yang berperan dalam menjalankan fungsi-fungsi pemeriksaan secara independen seperti melakukan pemeriksaan (auditing) terhadap laporan keuangan perusahaan dalam rangka menghasilkan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Berkenaan dengan adanya tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang baik, maka kinerja seorang Akuntan menjadi sorotan yang begitu tajam didalam berbagai aspek pengembangan profesionalisme akuntan. Kualitas audit merupakan suatu isu yang kompleks, karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit untuk diukur, sehingga menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit (Basuki dan Krisna, 2006). Kualitas audit yang tinggi dikaitkan dengan tidak adanya kesalahan yang material atau dalah saji di dalam laporan keuangan (Palmrose, 1998 dalam Zureigat, 2011). Permasalahan yang muncul adalah kecurangan yang terjadi didalam laporan keuangan yang umumnya disebabkan oleh lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Maka untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, laporan keuangan perlu diaudit sesuai dengan standar audit yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia dan bebas dari salah saji yang material. Kualitas laporan keuangan ditentukan dari hasil pengauditan yang dilakukan oleh auditor yang independen baik auditor internal maupun auditor eksternal perusahaan, sedangkan kualitas audit itu sendiri dapat ditentukan dari berbagai macam faktor. Perusahaan audit yang lebih besar akan lebih baik dari pada perusahaan audit yang lebih kecil dalam mendeteksi kesalahan karena perusahaan audit yang lebih besar memiliki sumber daya yang lebih besar serta dapat menarik karyawan yang lebih berpengalaman dan lebih unggul (Simunic dan Stein, 1987 dalam Zureigat, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh (Davidson dan New, 1993 dalam Zureigat, 2011) yaitu memperluas penelitian dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dengan berfokus pada pengaruh struktur kepemilikan perusahaan di Bursa Efek Amman yang terletak di Yordania dan mengeksplorasi efek dari struktur kepemilikan terhadap kualitas audit. Adapun (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011) melakukan penelitian dengan memfokuskan pada struktur pada struktur kepemilikan dengan menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing dan kepemilikan institusional dalam menentukan kualitas audit. Sebagian besar penelitian sebelumnya yang terkait dengan tingkat mekanisme tata kelola perusahaan dan kualitas audit serta kualitas pelaporan keuangan terkonsentrasi di negara-negara maju. Oleh karena itu, terdapat lingkungan audit yang berbeda-beda. Struktur kepemilikan merupakan salah satu karakteristik yang paling penting dari tata kelola perusahaan-perusahaan yang terdaftar, serta struktur kepemilikan secara langsung mempengaruhi 94 ISSN: 1410 -9875 Nicken Destriana dewan direksi, sehingga akan sangat penting untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan sebagai karakteristik perusahaan terhadap kualitas audit di pasar-pasar yang sedang berkembang (Dong dan Zhang, 2008 dalam Zureigat, 2011). Mengingat sangat pentingnya hasil dari laporan keuangan yang benar dan wajar untuk dipakai oleh para pihak yang terkait dengan perusahaan, maka dilakukan penelitian ini dimana motivasi dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan melakukan konfirmasi apakah konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing, kepemilikan institusional, leverage, ukuran perusahaan, spesialisasi auditor dibidang industri klien dan faktor-faktor lainnya berpengaruh terhadap kualitas audit. Pembahasan selanjutnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bagian II membahas rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis; bagian III membahas metoda penelitian; bagian IV membahas statistik deskriptif dan hasil penelitian empiris, dan terakhir adalah simpulan, keterbatasan dan saran penelitian. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kualitas Audit Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan mengenai adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi (De Angelo, 1981 dalam Zureigat, 2011). Adapun definisi lain dari kualitas audit yaitu sebagai probabilitas bahwa auditor tidak akan mengeluarkan laporan wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang mengandung kesalahan atau salah saji yang material (Baotham dan Ussahawanitchakit, 2009 dalam Zureigat, 2011). Perusahaan audit yang lebih besar akan lebih baik dari pada perusahaan audit yang lebih kecil dalam mendeteksi suatu kesalahan karena sumber daya yang mereka miliki lebih besar dan perusahaan audit yang lebih besar dapat menarik karyawan yang lebih terampil dan berpengalaman (Simunic dan Stein, 1987 dalam Zureigat, 2011). Kantor Akuntan Publik besar mempunyai insentif yang lebih besar untuk melakukan audit yang lebih akurat karena mereka akan terancam oleh tuntutan hukum yang lebih besar pula apabila mereka tidak menghasilkan laporan audit yang tidak akurat (Lennox, 1999 dalam Subroto, 2012). Konsentrasi Kepemilikan Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan yang lainnya (Dallas, 2004 dalam Shinta dan Ahmar, 2008). Kepemilikan dikatakan lebih terkonsentrasi jika untuk mencapai kontrol dominasi atau mayoritas dibutuhkan penggabungan lebih sedikit investor. Adanya kontrol dalam suatu perusahaan yang dapat dipegang oleh semakin sedikit investor maka akan semakin mudah kontrol tersebut dijalankan. Pemantauan oleh pemegang saham mayoritas akan memberikan mereka akses pribadi dan nilai informasi yang relevan. Dengan terkonsentrasinya kepemilikan, pemegang saham mayoritas memiliki kontrol atas perusahaan 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 dan bisa mempengaruhi kebijakan manajemen perusahaan melalui hak suara (Helfin dan Shaw, 2000 dalam Zureigat, 2011). Kepemilikan Asing Kepemilikan asing adalah persentase saham yang dimiliki oleh orang luar negeri terhadap total saham perusahaan yang beredar (Che Hat et al., 2008). Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan dan peraturanperaturan yang berkaitan dengan pengelolaan kepemilikan saham asing untuk melindungi kepentingan investor asing tersebut. Semakin besar proporsi ekuitas yang dimiliki oleh investor asing maka semakin tinggi pula kualitas audit yang diperlukan (Shan, 2012). Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan investasi dari lembaga tertentu dan biasanya lebih tinggi dari investasi individu, sehingga diasumsikan bahwa investor institusional memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan investor individu lainnya (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011). Kepemilikan institusional merupakan faktor penting yang dapat membantu perusahaan untuk bekerja secara efektif dan perusahaan cenderung untuk di audit oleh big four (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011). Leverage Rasio leverage menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan menggunakan hutang dari luar untuk membiayai operasi maupun ekspansi usahanya. Semakin rendah rasio utang maka semakin bagus kondisi perusahaan tersebut karena hanya sebagian kecil aset perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Rasio leverage yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan (Rudyawan dan Badera, 2008 dalam Wibisono, 2013). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan (Sujianto, 2001). Oleh karena itu, secara umum perusahaan besar akan lebih transparan dalam mengungkapkan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil sehingga diperlukan kualitas audit yang tinggi (Sari et al., 2010). Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Namun, dalam audit, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan subjektif, yang secara potensial material terhadap laporan keuangan. Masalah-masalah seperti ini mungkin memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan 96 ISSN: 1410 -9875 Nicken Destriana menurut pertimbangan auditor memerlukan penggunaan pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten (SPAP, 2011). Penelitian Terdahulu Konsentrasi Kepemilikan dan Kualitas Audit Adanya ketidakmampuan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pengguna informasi keuangan ditandai dengan adanya kecurangan, manajemen laba yang berlebihan dan kejahatan keuangan lain dalam suatu Negara telah mengurangi tingkat kepercayaan suatu laporan keuangan (Akinjobi dan Omowumi, 2010 dalam Enofe et al., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh (Enofe et al., 2013) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara struktur kepemilikan dengan kualitas audit. Menurut (Hoseinbeglou et al., 2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang positif antara konsentrasi kepemilikan dengan kualitas audit. Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Zureigat, 2011) menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi kepemilikan terhadap kualitas audit. Kepemilikan Asing dan Kualitas Audit Di Yordania, pemerintah telah menerbitkan dan mengubah beberapa undang-undang dan peraturan penting dengan beberapa strategi khusus dalam rangka mendorong investasi asing di pasar modal dengan tujuan untuk mendorong efisiensi, transparansi dan keadilan di pasar. Sehingga peran kualitas audit terhadap nilai perusahaan dan kualitas laporan keuangan sangat diperlukan. Oleh karena itu, hasil penelitian (Zureigat, 2011) menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemilikan asing terhadap kualitas audit. Hasil penelitian (Hoseinbeglou et al., 2013) menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang positif antara kepemilikan asing dengan kualitas audit. Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Shan, 2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan asing dengan kualitas audit. Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit Kepemilikan institusional merupakan investasi dari lembaga tertentu dan biasanya lebih tinggi dari investasi individu. Adapun penelitian (Abdullah et al., 2008) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan institusional non-keuangan dengan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh (Makni et al., 2012) menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan kualitas audit, keberadaan investor institusi tidak mendorong perusahaan untuk memilih auditor yang berkualitas lebih tinggi. Kepemilikan institusional merupakan faktor penting yang dapat membantu perusahaan untuk bekerja efektif dan perusahaan cenderung bersedia untuk diaudit oleh Big four jika tingkat kepemilikan institusional meningkat (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011). Sehingga dalam penelitian (Zureigat, 2011) menemukan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara kepemilikan institusional terhadap kualitas audit. 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Leverage dan Kualitas Audit Leverage diukur dengan total hutang dibagi dengan total aset. Penelitian yang dilakukan oleh (Soliman dan Elsalam, 2012) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara leverage dengan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh (Broye dan Weill, 2009 dalam Zureigat, 2011) menunjukkan bahwa hubungan antara leverage dan pilihan auditor berkualitas tinggi cukup berpengaruh di seluruh negara-negara Eropa. Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Adeyemi dan Fagbemi, 2010) menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Ukuran Perusahaan dan Kualitas Audit Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang dimiliki oleh masingmasing perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Hoseinbeglou et al., 2013) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan kualitas audit. Penelitian (Soliman dan Elsalam, 2012) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara ukuran perusahaan dengan kualitas audit. Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Adeyemi dan Fagbemi, 2010) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien dan Kualitas Audit Pentingnya pemahaman mengenai bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan sangat penting untuk dapat dilakukannya audit yang memadai (Rosnidah, 2010). Dalam penelitian (Balsam et al., 2003 dalam Rosnidah, 2010) menyatakan bahwa spesialisasi auditor dibidang industi klien berhubungan dengan kualitas audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan dan Fitriany, 2011) menunjukkan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian (Rosnidah, 2010) menemukan pengaruh spesialisasi auditor di bidang industri klien terhadap kualitas audit. Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Cadman dan Stein, 2007) tidak memberikan dukungan untuk hipotesis bahwa auditor spesialis memberikan kualitas audit yang lebih tinggi. Model Penelitian Konsentrasi Kepemilikan Kepemilikan Asing Kepemilikan Institusional Kualitas Audit Leverage Ukuran Perusahaan Spesialisasi Auditor 98 Gambar 1 Model Penelitian ISSN: 1410 -9875 Nicken Destriana METODA PENELITIAN Sampel penelitian ini menggunakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2012. Teknik penentuan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling. Sampel perusahaan diambil dari industri manufaktur. Perusahaan manufaktur merupakan industri terbesar di BEI sehingga cukup mewakili populasi dari penelitian. Sampel akhir yang digunakan setelah dikurangi dengan perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember dan perusahaan yang laporan keuangannya tidak disajikan dalam mata uang rupiah (Rp) adalah sebanyak 97 perusahaan dengan total 388 sampel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Kualitas audit yang diproksikan OC= Jumlah Saham yang Dimiliki Investor > 5% X 100% Total Saham Perusahaan yang Beredar Kepemilikan asing diukur dengan persentase dari total saham yang dimiliki oleh investor asing (non-Indonesia) dalam perusahaan FO= dari keseluruhan jumlah saham perusahaan yang beredar (Zureigat, 2011). Jumlah Saham yang Dimiliki Pihak Asing X 100% Total Saham Perusahaan yang Beredar Kepemilikan institusional diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh institusi dari IO= dengan audit firm size (big four dan non-big four) dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan diaudit oleh big four diberi kode 1, sedangkan jika tidak diaudit oleh big four (perusahaan yang diaudit oleh nonbig four) maka diberi kode 0 (Kane dan Velury, 2002; Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011). Yang termasuk didalam kelompok audit firm big four yaitu Drs. Hadi Susanto dan Rekan (afiliasi Pricewaterhouse Coopers), Hans Tuanakota dan Mustofa (afiliasi Deloitte), Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja (afiliasi Ernst & Young), Sidharta Sidharta Widjaja (afiliasi KPMG). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Konsentrasi kepemilikan diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki investor lebih dari 5% dari total saham perusahaan atau keseluruhan jumlah saham perusahaan yang beredar (Zureigat, 2011). keseluruhan jumlah saham perusahaan yang beredar (Zureigat, 2011). Jumlah Saham yang Dimiliki Pihak Institusional X 100% Total Saham Perusahaan yang Beredar 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Leverage diukur dengan total hutang dibagi dengan total aset (Adeyemi dan Fagbemi, 2010). Total Hutang LEV= Total Aset Dalam penelitian ini pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada penelitian (Zureigat, 2011) dan (Adeyemi dan Fagbemi, 2010) dimana ukuran perusahaan diukur dengan Ln total aset yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan. SIZE= Ln Total Aset SA = Spesialisasi auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak diaudit oleh auditor spesialis. Pengukuran proporsi spesialisasi auditor menurut Herusetya (2009) sebesar 15% sebagai ambang batas, sehingga apabila proporsinya minimal 15% maka dinyatakan auditor tersebut memiliki spesifikasi industri dan begitu pula sebaliknya. Jumlah Perusahaan yang di Audit oleh Auditor pada Sub Sektor Industri X 100 % Jumlah Perusahaan pada Sub Sektor Industri Keterangan: Apabila auditor menguasai ≥ 15% dari jumlah total klien dalam sub sektor industri = 1 Apabila auditor menguasai < 15% dari jumlah total klien dalam sub sektor industri = 0 HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif menunjukan nilai rata-rata (mean), minimum, maximum dan standar deviasi untuk masing-masing variabel penelitian dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit terhadap data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model. Hasil pengujian untuk menilai 100 November 2014 keseluruhan model dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa block 0: beginning block mempunyai nilai -2 Log Likelihood sebesar 498,863 pada alpha 5% menunjukkan bahwa konstanta saja tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi), sedangkan block 1: method = enter mempunyai nilai -2 Log Likelihood sebesar 98,528. Untuk menentukan apakah penambahan variabel independen ke dalam model secara signifikan memperbaiki model fit atau tidak, maka dapat dilakukan dengan menghitung selisih kedua -2 Log Likelihood tersebut. Selisih kedua -2 Log Likelihood sebesar 400,335, dimana terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood setelah dimasukkan variabel independen ke dalam model Fit. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini menunjukan model regresi yang baik atau dengan kata lain model regresi logistik pada ISSN: 1410 -9875 penelitian ini sudah fit atau sesuai dengan data. Untuk menilai variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen, maka dapat dilihat nilai Nagelkerke’s R Square pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0,890. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen, yaitu kualitas audit yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen, yaitu konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing, kepemilikan institusional, leverage, ukuran perusahaan dan spesialisasi auditor adalah sebesar 89% sedangkan sisanya 11% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini. Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi alpha 5%. Hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit dengan signifikansi sebesar 0,947 yang berarti nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipótesis nol tidak dapat ditolak yang berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasi penelitian. Pengujian ketepatan prediksi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan yang diaudit oleh big four dan non big four. Hasil uji Nicken Destriana ketepatan prediksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang diprediksi menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas adalah 133 perusahaan, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa perusahaan yang diprediksi secara tepat menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas sebesar 116 perusahaan dan tidak tepat diprediksi bahwa perusahaan yang menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas sebesar 17 perusahaan, jadi ketepatan model ini adalah 87,2% (116/133). Di sisi lain, perusahaan yang tidak menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas sebesar 255 perusahaan, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa perusahaan yang diprediksi secara tepat tidak menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas sebesar 249 perusahaan dan tidak tepat diprediksi bahwa perusahaan yang tidak menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas sebesar 6 perusahaan, jadi ketepatan model ini adalah 97,6% (249/255). Jadi secara keseluruhan, ketepatan prediksi berdasarkan model terdapat 116 perusahaan yang secara tepat menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas ditambah dengan 249 perusahaan yang secara tepat diprediksi tidak menggunakan KAP big four untuk mendapatkan audit yang berkualitas sehingga jumlah ketepatan prediksi keseluruhan model ini sebesar 94,1% (365/388). 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Hasil pengujian binary logistic regression dapat dilihat pada Tabel 8. yang menunjukkan bahwa Variabel konsentrasi kepemilikan (OC) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,507 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak dapat diterima. Hal ini berarti bahwa variabel konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukan bahwa pemegang saham pengendali (konsentrasi kepemilikan) dapat memberikan akses dan informasi yang relevan yang dapat mempengaruhi manajemen sehingga dapat mengurangi pemilihan auditor yang berkualitas (Helfin dan Shaw, 2000 dalam Zureigat, 2011). Variabel kepemilikan asing (FO) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kedua (Ha2) dapat diterima. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan asing berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan cenderung menggunakan auditor yang berkualitas ketika persentase kepemilikan asing meningkat agar memiliki laporan keuangan yang berkualitas guna mendukung setiap keputusan yang akan diambil (Zureigat, 2011). Selain itu, dengan menunjuk auditor yang berkualitas tinggi investor asing dapat memberikan peran aktif dan positif dalam mewujudkan perbaikan tata kelola perusahaan (Shan, 2012). Variabel kepemilikan institusional (IO) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,549 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 102 November 2014 alternatif ketiga (Ha3) tidak dapat diterima. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa persentase saham yang dimiliki oleh investor institusi berbanding terbalik dengan penunjukan dalam memilih auditor yang berkualitas lebih tinggi, karena ketika konsentrasi hak milik meningkat, investor institusi tidak memerlukan kontrol yang tinggi atas kualitas pelaporan keuangan (Mitra et al., 2007 dalam Makni et al., 2012). Variabel leverage (LEV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,045 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif keempat (Ha4) dapat diterima. Hal ini berarti bahwa variabel leverage berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan dengan leverage yang lebih biasanya memilih auditor yang berkualitas tinggi untuk mengurangi pengawasan eksternal berkaitan dengan biaya modal perusahaan itu sendiri (Reed et al., 2000 dalam Makni et al., 2012). Variabel ukuran perusahaan (CS) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kelima (Ha5) dapat diterima. Hal ini berarti bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukan bahwa permintaan untuk kualitas auditor yang lebih tinggi masih diperlukan karena perusahaan-perusahaan yang besar memerlukan lebih banyak kontrol manajerial (Hay dan Davis, 2004 dalam Makni et al., 2012). ISSN: 1410 -9875 Variabel spesialisasi auditor di bidang industri klien (SA) memiliki nilai signifikansi sebesar 1,000 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif keenam (Ha6) tidak dapat diterima. Indikator spesialisasi auditor di bidang industri klien pada penelitian ini di dominasi dibawah 15% sehingga hasil penelitian ini menunjukkan ketidakpengaruhannya terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa variabel spesialisasi auditor di bidang industri klien tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. PENUTUP Dengan menggunakan sampel 388 perusahaan manufaktur dari perusahaan publik yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-2012, penelitian ini ingin menguji apakah konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing, kepemilikan institusional, leverage, ukuran perusahaan dan spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa kepemilikan asing, leverage dan ukuran perusahaan Nicken Destriana berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional dan spesialisasi auditor di bidang industri klien tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari perusahaan manufaktur, jumlah periode pengamatan yang terbatas hanya empat tahun yaitu dari tahun 2009-2012 dan dalam penelitian ini hanya menguji 6 variabel yang diduga mempengaruhi kualitas audit. Karena adanya keterbatasan penelitian sebagaimana disebutkan diatas, maka penulis memberikan saran untuk penelitian selanjutnya diantaranya menambah jumlah sampel penelitian tidak hanya perusahaan manufaktur saja, menambah jumlah tahun periode pengamatan agar diperoleh hasil penelitian yang lebih representatif dan menambah variable lain yang diduga mempengaruhi kualitas audit seperti komite audit, independensi, kepemilikan manajerial dan sebagainya. REFERENSI Abdullah, Wan ZW., Shahnaz Ismail, dan Nurasyikin Jamaluddin. 2008. “The impact of board composition, ownership, and CEO duality on audit quality: the Malaysian evidence”, Malaysian Accounting Review, vol.7, no.2. Adeyemi, Semiu Babatunde, dan Temitope olamide Fagbemi. 2010. “Audit quality, corporate governance and firm characteristics in Nigeria”, International Journal of Business and Management, vol.5, no.5, Mei, hlm 169-179. 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (pemeriksaan akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga penerbit Universitas Indonesia. Algifari. 2010. Statistitika deskriptif plus untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta. Che Haat, Mohd Hassan dkk. 2008. “Corporate Governance, Transparency and Performance of Malaysian Companies”, Managerial Auditing Journal, vol.23, no.8, hlm 744-778. Chou, Julia., Lilian Ng, Nataliya Zaiats, dan Bohui Zhang. 2011. “Does auditor quality matter to foreign investor? Evidence form mutual fund holdings worldwide”, hlm 1-42. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS19. Edisi lima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis kritis atas laporan keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Herusetya, Antonius. 2009. “Pengaruh Ukuran Auditor dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, vol.6, no.1, Juni, hlm 46-70. Hidayat, M. Syafiudin. 2013. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang”, Jurnal Ilmu Manajemen, vol.1, no.1, Januari. Hoseinbeglou, Simin., Rasoul Masrori, dan Aghdas Asadzadeh. 2013. “The effect of corporate governance mechanisms on audit quality”, Journal of Basic and Applied scientific Research, vol.3, no.1, hlm 891-897. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar professional akuntan publik. Jakarta: Salemba Empat. Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, vol.3, no.4, Oktober, hlm 305-360. Makni, Ikbel., Mohamed Chakib Kolsi, dan Habib Affes. 2012. ”The Impact of Corporate Governance Mechanisms on Audit Quality: Evidence From Tunisia”, The IUP Journal of Corporate Governance, vol.11, no.3. Rosnidah, Ida. 2010. “Kualitas audit: Refleksi hasil penelitian empiris”, Jurnal Akuntansi, vol.14, no.3. Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2007”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Saputra, Mulia. 2010. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta”, Journal of Indonesian Applied Economics, vol.4, no.1, Mei, hlm 81-92. Sari, Fuji Juwita. 2013. “Implementasi Enterprise Risk Management Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”, Accounting Analysis Journal,vol.1, no.4. Sari, Ria Nelly dkk. 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transparansi Informasi (Studi Empiris Pada 100 Perusahaan Publik Terbesar di Indonesia)”, Pekbis Jurnal, vol.2, no.3, November, hlm 326-335. 104 ISSN: 1410 -9875 Nicken Destriana Setiawan, Liswan dan Fitriany. 2011. “Pengaruh Workload dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, vol.8, no.1, Juni, hlm 36-53. Shan, Yuan George. 2012. “The impact of internal governance mechanisms on audit quality: a study of large listed companies in China”, hlm 1-39. Shinta, Nendy Pramita dan Nurmala Ahmar. 2011. Eksplorasi Struktur Kepemilikan Saham Publik Di Indonesia Tahun 2004-2008”, The Indonesian Accounting Review, vol.1, no.2, Juli, hlm 145-154. Soliman, Mohamed M. dan Mohamed Abd Elsalam. 2012. ”Corporate governance practices and audit quality: An empirical study of the listed companies in Egypt”, World Academy of Science, Engineering, and Technology, hlm 1292-1297. Subroto, Vivi Kumalasari. 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Karakteristik Auditor Eksternal Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan”, Aset, vol.14, no.1, Maret, hlm 83-95. Sujianto. 2001. Dasar-dasar Management Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Taman, Abdullah dan Bily Agung Nugroho. 2011. “Determinan Kualitas Implementasi Corporate Governance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2008”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, vol.9, no.1, hlm 1-23. Velury, Uma., John T.Reisch, dan Dennis M.O’Reilly. 2003. “Institutional ownership and the selection of industry specialist auditors”, Review of Quantitative Finance and Accounting, hlm 35-48. Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Buku I Edisi Ketiga. Malang: Bayumedia. Wibisono, Edward Akiko. 2013. “Prediksi Kebangkrutan, Leverage, Audit Sebelumnya, Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Going Concern Perusahaan Manufaktur BEI”, Jurnal EMBA, vol.1, no.4, Desember, hlm 362-373. Zureigat, Qasim Mohammad. 2011. “The effect of ownership structure on audit quality: Evidence from Jordan”, International Journal of Business and Social Science, vol.2, no.10, Juni, hlm 38-46. 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif AQ OC FO IO LEV CS SA N Minimum 388 388 388 388 388 388 388 0,0000 0,2500 0,0000 0,2500 0,0395 23,0825 0,0000 Maximum 1,0000 0,9974 0,9974 0,9974 3,2100 32,8365 1,0000 Mean 0,342784 0,738843 0,359064 0,719362 0,545802 27,690230 0,286082 Std. Deviation 0,4752527 0,1647115 0,3296845 0,1806603 0,4337449 1,5329124 0,4525119 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 Tabel 2 Frekuensi Kualitas Audit Valid 4 Frequency Percent 65,7 Valid Percent 65,7 Cumulative Percent 65,7 Non Big 255 Big 4 Total 133 388 34,3 100,0 34,3 100,0 100,0 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 Tabel 3 Frekuensi Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 277 71,4 71,4 71,4 111 28,6 28,6 100,0 388 100,0 100,0 Valid Non Auditor Spesialis Auditor Spesialis Total Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 106 ISSN: 1410 -9875 Nicken Destriana Tabel 4 Hasil Uji -2 Log Likelihood Keterangan Block 0: Beginning Block Block 1: Method = Enter -2 log Likelihood 498,863 98,528 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 Tabel 5 Hasil Uji Nagelkerke’s R Square Step -2 Log Likelihood 98,528 1 Cox & Snell R Square 0,644 Nagelkerke R Square 0,890 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 Tabel 6 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Step Chi-square df Sig. 1 2,217 7 0,947 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 Tabel 7 Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model Predicted AQ NON BIG 4 BIG 4 Percentage Correct NON BIG 4 249 6 97,6 BIG 4 17 116 87,2 Observed Step 1 AQ Overall Percentage 94,1 a.The cut value is .500 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Regresi a Step 1 OC FO IO LEV CS SA Constant B 3,990 5,619 -3,331 -2,419 1,132 45,636 S.E. 6,013 1,484 5,563 1,205 0,291 1,147E8 Wald 0,440 14,329 0,359 4,027 15,175 0,000 -36,014 8,739 16,981 df 1 1 1 1 1 1 Sig. 0,507 0,000 0,549 0,045 0,000 1,000 Exp(B) 54,072 275,528 0,036 0,089 3,102 6,602E19 1 0,000 0,000 a. Variable(s) entered on step 1: OC, FO, IO, LEV, CS, SA b. Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0 108 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 109-116 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KOMITMEN CONTINUANCE, DAN KOMITMEN NORMATIF TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN NUGRAHANI TUNGGADEWI STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: Nowadays the insurance policy has been a common thing and almost becomes a liability for each person.Competition between insurance company make a day have looking forward and hold their customer.In order to all of that it is important to their company allocated a compatible human resource.The responsible of company not only to their customer but also to keep away turnover intention from their employee’s.The purpose of this research is to know the influence of Afektif Commitment, Continuance Commitment, Normative Commitment to Turnover Intention. The Object of this Research is AJB BUMIPUTERA 1912. As a company who engaged in service insurance.they have to improve the quality and their service to their customer and keep a good relationship with their employee’s.The research method used on this research is the descriptive and casual research in which variables are measured with likert scale. The data collection technical of primary data is by distributing questioners. The method for analysis data is regression and multiple regressions. The result showed that the independent variables Afektif Commitment have a positif correlation to Turnover Intention and Continuance Commitment have a positif correlation to Turnover Intention too and the last Normative Commitment have positive correlation to Turnover Intention. Keywords: Organizational Commitment, Turnover Intention Abstrak: Pada saat ini asuransi merupakan hal yang umum dan bahkan wajib untuk dimiliki oleh setiap orang. Dalam ketatnya persaingan di dunia asuransi, perusahaan tidak hanya di tuntut untuk mempertahankan para nasabahnya dari perusahaan lain, akan tetapi perusahaan mempunyai tanggung jawab untuk mempertahankan para karyawannya serta mencegah terjadinya keinginan berpindah dari karyawannya ke perusahaan lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Afektif Commitment, Continuance Commitment, Normative Commitment terhadap Turnover Intention. Objek penelitian adalah perusahaan asuransi AJB BUMIPUTERA. Pelanggan AJB BUMIPUTERA ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini. Data yang didapat melalui kuisioner diuji dengan menggunakan regresi berganda untuk 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 pengujiannya. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa Afektif Commitment, Continuance Commitment, Normative Commitment terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap Turnover Intention. Kata Kunci: Organizational Commitment, Turnover Intention Pendahuluan Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan untuk mempertahankan para karyawannya, diantaranya menciptakan lingkungan kerja yang baik, memberikan pelatihan, kompensasi, tunjangan serta motivasi bagi karyawannya, akan tetapi hal tersebut belum cukup untuk dapat membuat karyawan bertahan di perusahaan, dimana terkadang karyawan masih merasa belum cukup puas terhadap pekerjaannya sekarang dan ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Hal ini akan menjadi masalah tentunya bagi perusahaan dengan karyawan. Perilaku yang berlawanan dari meninggalkan perusahaan adalah tetap tinggal di dalam perusahaan. Keadaan psikologis yang berkaitan dengan tetap tinggal di perusahaan adalah komitmen organisasi. Seperti yang di kemukakan oleh Mathis dan Jakson (2008, 155) yang mengatakan bahwa ”komitmen oganisasi adalah keadaan dimana seseorang percaya dan menerima tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi”, hal tersebut juga di dukung oleh Mowday (2008, 155) yang mengatakan ”komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku yang 110 dapat digunakan untuk menilai kecenderungan seseorang untuk bertahan sebagai anggota organisasi”. Karyawan yang memiliki komitmen terhadap perusahaan biasanya didukung dengan berbagai alasan yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Meyer dan Allen (2008, 157) yang menjelaskan mengenai tiga komponen komitmen, yaitu: (1) komitmen afektif, berkaitan dengan keterikatan emosional, identifikasi, dan keterlibatan seorang karyawan di dalam perusahaan. (2) komitmen continuance, berkaitan dengan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapi jika dia meninggalkan perusahaan. (3) komitmen normatif, berkaitan dengan perasaan karyawan tentang kewajiban dan tanggung jawab moral yang harus diberikan pada perusahaan. Walaupun komitmen karyawan terhadap perusahaan sangatlah kuat, namun turnover intentions perlu diperhatikan agar tercipta komitmen organisasi karyawan yang semakin baik terhadap perusahaan, sekalipun para karyawan memiliki ketiga komponen komitmen organisasi, turnover intention bisa tetap timbul kapan saja jika mereka merasa tidak puas terhadap segala ISSN: 1410 -9875 hal yang berhubungan Nugrahani Tunggadewi dengan METODA PENELITIAN Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat sebanyak 100 sampel yang merupakan bagian dari populasi sebagai responden. Jumlah tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa 100 responden merupakan jumlah yang cukup untuk mewakili populasi. Menurut Hair (2006, 741) “Dimana tidak terdapat cukup sampel yang benar, dapat diajukan ukuran yang digunakan adalah 100-200 sampel.” Menurut Sugiyono (2009, 115). “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu pekerjaannya. yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Menurut Sugiyono (2009, 116) “Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel yang bersifat non-probability sampling, yaitu sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009, 121) “non-probability sampling” adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel. Menurut Sugiyono (2009, 122) “purposive sampling” adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kerangka Penelitian Komitmen Afektif Komitmen Continuance Turnover Intention Komitmen Normatif 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Gambar 1 Model Penelitian Berdasarkan model penelitian yang telah digambarkan diatas, maka di dapat kesimpulan sementara sebagai berikut : Ho1: Tidak terdapat pengaruh komitmen afektif terhadap turnover intentions pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Ha1: Ho2: Ha2: Terdapat pengaruh komitmen afekitf terhadap turnover intentions pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Tidak terdapat pengaruh komitmen continuance terhadap turnover intentions pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Terdapat pengaruh komitmen continuance terhadap turnover intentions pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. HASIL PENELITIAN Mo del 1 R Squar e Adjus ted R Squar e Std. Error of the Estimat e R .701( .492 .476 3.097 a) Analisa Korelasi dan Determinasi Analisa Korelasi mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel X terhadap variabel Y. 112 Ho3: Tidak terdapat pengaruh komitmen normatif terhadap turnover intentions pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Ha3: Terdapat pengaruh komitmen normatif terhadap turnover intentions pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Ho4: Tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama komitmen afektif, komitmen continuance dan komitmen normatif terhadap turnover intentions pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Ha4: Terdapat pengaruh secara bersama-sama komitmen afektif, komitmen continuance dan komitmen normatif terhadap turnover intention pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta barat. Tabel 1 Hasil Analisa Korelasi dan Determinasi Berdasarkan Tabel diatas maka diperoleh angka Coefficient Correlation (R) sebesar 0.701 yang artinya Komitmen Afektif (X1), Komitmen Continuace (X2), dan Komiten Normatif (X3) secara bersama-sama ISSN: 1410 -9875 Nugrahani Tunggadewi memiliki hubungan yang kuat terhadap Turnover Intention (Y). Masih berdasarkan tabel Unstandar dized Coefficien ts Std. Err B or Mo de l (Co nst ant ) TTL x1 TTL x2 TTL x3 .82 2 2.6 43 .28 3 .45 8 .23 3 .08 9 .06 2 .10 2 Stand ardize d Coeffi cients t Sig. .31 1 .75 6 3.1 68 7.4 30 2.2 90 .00 2 .00 0 .02 4 Beta .253 .547 .182 Tabel 2. Analisa Regresi Analisis Regresi Hasil perhitungan untuk analisis kuantitatif dapat dilihat pada table berikut : Adapun persamaan regresi pada tabel diatas adalah sebagai berikut: Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e Y = - 0.822 + 0.283 X1 + 0.458 X2 + 0.233 X3 + e Dimana: X1 = Komitmen Afektif X2 = Komitmen Continuance X3 = Komitmen Normatif Y = Turnover Intention e =Kesalahan pengganggu untuk nilai adjusted R square digunakan untuk menganalisis uji koefisien determinasi secara bersama-sama kemudian diperoleh angka adjusted R square sebesar 0,476 yang artinya besarnya variasi variabel Turnover Intention (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Komitmen Afektif (X1), Komitmen Continuance (X2), dan Komitmen Normatif (X3) sebesar 47.6 % sedangkan sisanya 52.4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Analisis: 1. Nilai konstanta sebesar 0.822 artinya jika nilai komitmen afektif (x1), komitmen continuance (x2), dan komitmen normatif (x3) adalah 0, maka nilai turnover intention yang dihasilkan sebesar 0.822. 2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai komitmen afektif (X1) akan meningkatkan turnover intention (Y) pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta Barat sebesar 0.283 satuan, jika nilai komitmen continuance (X2), dan komitmen normatif (X3) dianggap konstan. Tabel 3 Sig 3. Setiap kenaikan 1 satuan nilai komitmen continuance (X2) akan meningkatkan turnover intention (Y) pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta Barat sebesar 0.458 satuan, jika nilai komitmen afektif (X1) dan komitmen normatif (X3) dianggap konstan. 4. Setiap kenaikan 1 satuan nilai komitmen normatif (X3) 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 akan meningkatkan turnover intention (Y) pada karyawan AJB Bumiputera 1912 di wilayah Jakarta Barat Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa (X1), memiliki tingkat signifikan sebesar 0.000, (X2) memiliki tingkat signifikan sebesar 0.000 dan (X3) sebesar 0.000 oleh karena tingkat signifikan X1 ,X2 dan X3 dibawah 0.005 maka dapat dikatakan X1, X2 dan X3 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y. Variabel (X1) Uji t sig alfa 4.29 4 .00 0 0.0 5 ketera ngan signific ant 7.42 7 .00 0 0.0 5 signific ant 3.64 5 .00 0 0.0 5 Mo del 1 (X2) (X3) signific ant Uji F Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Komitmen Afektif (X1), Komitmen Continuance (X2), dan Komitmen Noratif (X3) memiliki tingkat signifikan sebesar 0.000, oleh karena tingkat signifikan dibawah 0.05 Komitmen Afektif, Komitmen Continuance, Komitmen Normatif memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap Turnover Intention pada 114 November 2014 sebesar 0.233 satuan, jika nilai komitmen afektif (X1) dan komitmen continuance (X2) dianggap konstan. karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 di wilayah jakarta barat. PENUTUP Regr essio n Resid ual Total Sum of Squar es 890.7 69 3 Mean Square 296.92 3 921.0 21 96 9.594 1811. 790 99 df F Sig. 30.94 9 ..000 (a ) Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh antara lain : 1. Ho1 ditolak artinya terdapat pengaruh Komitmen Afektif (X1) terhadap Turnover Intention (Y) pada karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 di wilayah Jakarta Barat. 2. Ho2 ditolak artinya terdapat pengaruh Komitmen Continuance (X2) terhadap Turnover Intention (Y) pada karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 di wilayah Jakarta Barat. Tabel 4. Uji F 3. Ho3 ditolak artinya terdapat Pengaruh Komitmen Normatif (X3) terhadap Turnover Intention (Y) pada karywanAJB BUMIPUTERA 1912 di wilayah Jakarta Barat. 4.Ho4 ditolak artinya terdapat pengaruh Komitmen Afektif (X1), ISSN: 1410 -9875 Nugrahani Tunggadewi Komitmen Continuance (X2), dan Komitmen Normatif (X3) secara bersama – sama terhadap Turnover Intention (Y) pada karyawanAJB BUMIPUTERA 1912 di wilayah Jakarta Barat. meliputiKomitmen Afektif, Komitmen Continuance, Komitmen Normatif dan Turnover Intention. Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah : 1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas wilayah penelitian agar tidak hanya di wilayahJakarta Barat. 1.Penelitian hanya dilakukan di beberapa AJB BUMIPUTERA 1912 dan hanya di wilayah Jakarta Barat saja. 2.Variabel yang diteliti hanya terbatas pada Kompetensi SDM yang Rekomendasi atau Saran yang diberikan oleh peneliti adalah : 2.Memperbanyak variabel penelitian yang dapat berpengaruh pada keinginan untuk keluar ( Turnover Intention ) dari pekerjaan. REFERENSI Greenberg, Jerald dan Baron, Robert A. 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta : Prentice Hall Griffeth, Rodger W. and Hom. 2004. Innovative Theory and Empirical Research on Employee Turnover. Information Age Publishing Gujarati, Damodar. N. 2003. Basic Econometrics. Fourth edition. Mc Graw Hill International Hair, Joseph. F, William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and Ronald L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth edition. Pearson Pretice Hall. Harnoto. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi kedua PT. Prehallindo Jakarta Indriantoro, dan Supomo, 2002.Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Jewell, L.N. and Marc Siegall. 1998. Psikologi Industri/Organisasi Modern. Edisi 2. Editor: Danuyasa A. Mathis, Robert L. and Jackson, John H. 2008. Human Resources Management. 12th edition. Thomson South Western Meyer, John P., and Natalie J. Allen. 2008. The Measurement and Antecedent of Affective, Continuance, and Normative Commitment to the Organization. Journal of Occupational Psychology. Vol. 63, Page: 1-18. Mowday, R. T., R. M. Steers, dan L. W. Porter. 2008. The Measurement of Organizational Commitment. Journal of Vocational Behavior. Vol. 14. Robbin, Stephen P. and Timothy A. judge. 2008. Organizational Behavior, 13th edition. New Jersey: Pearson education, Inc. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methodes for Business: a skill buliding approach, 5th edition. John wiley and sons Ltd. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Halaman ini sengaja dikosongkan 116 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 117-132 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA MUNGNIYATI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to investigate and explain the impact of short term debt, long term debt, firm size, sales growth, cash conversion cycle, total asset turnover, and debt to equity on profitability (ROE). Population in this research is all manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2009-2012. Samples are obtained through purposives sampling method, in which only 78 of the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange meet the sampling criteria and are used as the samples. Multiple regression analysis and hypothesis testing are used as the data analysis method in this research. Based on hypothesis testing,it shows that a negative relationship between i) short term debt and profitability and ii) long term debt and profitability; a positive relationship between firm size, sales growth, total asset turnover, debt to equity on profitability (ROE). On the other side, it shows that cash conversion cycle do not affect profitability (ROE). Keywords: Profitabilty (ROE), Short term debt, Long term debt, Firm Size, Sales Growth, Cash Conversion Cycle, Total Asset turnover, Debt to Equity. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan menjelaskan dampak dari utang jangka pendek, utang jangka panjang, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, siklus konversi kas, perputaran total aset, dan debt to equity terhadap profitabilitas (ROE). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2009-2012. Sampel diperoleh melalui metode purposives sampling, di mana hanya 78 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memenuhi kriteria sampling dan digunakan sebagai sampel. Analisis regresi berganda dan pengujian hipotesis digunakan sebagai metode analisis data dalam penelitian ini. Berdasarkan pengujian hipotesis, hal itu menunjukkan bahwa hubungan negatif antara i) utang jangka pendek dan profitabilitas dan ii) utang jangka panjang dan profitabilitas; hubungan positif antara ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, perputaran total aset, utang terhadap ekuitas terhadap 117 profitabilitas (ROE). Di sisi lain, hal itu menunjukkan bahwa siklus konversi kas tidak mempengaruhi profitabilitas (ROE). Kata kunci: Profitabilitas (ROE), utang jangka pendek, utang jangka panjang, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, Kas Konversi Siklus, Perputaran Total Aset, Debt to Equity. PENDAHULUAN Di era global saat ini perusahaan baik manufaktur maupun jasa saling bersaing dalam menentukan siapa yang paling unggul dalam bidangnya. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan untuk bekerja lebih baik serta mendorong manajemen untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Kesuksesan suatu perusahaan dapat dilihat secara umum melalui kinerja dan hasil yang diperoleh. Profitabilitas memiliki peranan penting dalam sebuah perusahaan karena digunakan sebagai indikator pengukuran kinerja perusahaan. Dalam beberapa pengambilan keputusan, profitabilitas seringkali digunakan perusahaan sebagai faktor utama untuk menentukan langkah-langkah atau keputusan yang akan di ambil perusahaan. Pada dasarnya kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba sangat penting, karena kinerja perusahaan seringkali dikaitkan dengan laba yang dihasilkan. Untuk mengukur kinerja perusahaan biasanya dapat diketahui dengan melihat kondisi keuangan perusahaan di dalam laporan keuangan. Laporan Keuangan digunakan untuk menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan. Profitabilitas di dalam laporan keuangan tidak hanya berfungsi untuk kepentingan internal, tetapi juga berfungsi untuk kepentingan eksternal. Dalam melakukan pengukuran terhadap profitabilitas ada beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan seperti return on asset, return on equity, gross profit margin, dan beberapa rasio profitabilitas lainnya. Dalam penelitian yang di lakukan Gill et al. (2011), profitabilitas diukur dengan menggunakan return of equity (ROE). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi profitabilitas suatu perusahaan. Menurut Gill et al. (2011), struktur modal (capital structure) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas sebuah perusahaan. Selain struktur modal ada beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan profitabilitas. Perputaran konversi kas merupakan salah satu variabel yang memiliki hubungan dengan profitabilitas. Menurut Majeed et al. (2013), perputaran konversi kas memiliki hubungan negatif terhadap profitabilitas. Hal ini dikarenakan ketika perusahaan ingin meningkatkan laba, maka perusahaan harus mengurangi periode penagihan piutang dagang, inventori dan perputaran konversi kas. Variabel lain yang mempengaruhi profitabilitas merupakan total asset turnover. Menurut Singapurwoko dan Wahid (2011), total asset turnover memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas. Total aset dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana kinerja manajer menghasilkan laba menggunakan aset yang mereka miliki. Setiap peningkatan total asset turnover akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Selain itu variabel debt to equity merupakan variabel yang juga mempengaruhi profitabilitas. Menurut Velnampy dan Niresh (2012), debt to equity memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas. Rasio utang dapat digunakan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan karena ekuitas tambahan dari investasi dapat digunakan untuk mendukung operasional dalam entitas (Nurhasanah 2012). Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian Gill et al. (2011). yang menyatakan terdapat hubungan positif antara utang jangka pendek terhadap total asset dan profitabilitas, hubungan positif antara utang jangka panjang terhadap total asset dan profitabilitas, hubungan positif antara total utang terhadap total aset dan profitabilitas, tidak terdapat hubungan antara ukuran perusahaan dengan profitabilitas, dan tidak terdapat hubungan signifikan antara pertumbuhan penjualan dengan profitabilitas. Jadi dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat hubungan positif antara struktur modal dan profitabilitas di dalam perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur (Gill et al. 2011). Penelitian sebelumnya menggunakan sampel 272 perusahaan jasa dan manufaktur Amerika yang terdaftar di New York Stock Exchange periode 2005-2008. Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2010-2012. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen (profitability) dan enam variabel independen yakni, utang jangka pendek (short term debt), utang jangka panjang (long term debt), total utang (total debt), ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan penjualan (sales growth), dan industry (industry). Variabel independen yang ditambahkan pada penelitian ini adalah perputaran konversi kas (cash conversion cycle) (Majeed et al. 2013), total asset turnover (Singapurwoko dan Wahid 2012) dan debt to equity (Velnampy dan Niresh 2012) dan variabel yang tidak digunakan adalah industry (industry). Pengembangan lainya yang dilakukan oleh peneliti adalah objek penelitian, peneliti menggunakan perusahaanperusahaan manufaktur yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perngaruh utang jangka pendek (short term debt), utang jangka panjang (long term debt), total utang (total debt), ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan penjualan (sales growth, perputaran konversi kas (cash conversion cycle), total asset turnover dan debt to equity terhadap profitabilitas perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh utang jangka pendek (short term debt), utang jangka panjang (long term debt), total utang (total debt), ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan penjualan (sales growth, perputaran konversi kas (cash conversion cycle), total asset turnover dan debt to equity terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kemudahan bagi pihak manajemen perusahaan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memudahkan para investor untuk mendapatkan informasi tambahan dalam menentukan penanaman investasi di dalam sebuah perusahaan. Selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai informasi oleh pihak kreditor untuk menentukan pemberian kredit (pinjaman) untuk perusahaan dengan menggunakan pengukuran profitabilitas. Organisasi penulisan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Bagian pertama adalah pendahuluan, bagian kedua membahas rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, bagian ketiga membahas metoda penelitian, bagian keempat membahas analisis dan pembahasan, dan bagian terakhir membahas penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pecking Order Theory Gitman dan Zutter (2012) berpendapat bahwa pecking order theory sebagai hieraki pendanaan perusahaan yang dimulai dari laba ditahan sebagai pilihan pertama, diikuti dengan pembiayaan utang sebagai pilihan kedua dan yang terakhir berasal dari pendanaan ekutias secara eksternal. Ketika manajer ingin membiayai sebuah proyek baru mereka akan lebih dulu menggunakan saldo laba ditahan. Jika kas internal tidak mencukupi untuk mendanai investasi baru tersebut, maka manajer akan meningkatkan pembiayaan eksternal melalui peminjaman utang. Menerbitkan saham baru merupakan pilihan terakhir bagi manajer. Pecking order theory konsisten dengan beberapa fakta tentang keputusan pendanaan perusahaan. Pertama, sebagian besar investasi baru yang didanai melalui laba ditahan dan perusahaan jarang melakukan pendanaan secara eksternal. Kedua, perusahaan meningkatkan utang dengan frekuensi yang lebih besar dibanding ekuitas. Ketiga, ada kecenderungan umum bagi perusahaan yang menguntungkan untuk lebih sedikit melakukan pinjaman dibanding perusahaan yang tidak menguntungkan (Gitman dan Zutter 2012). Agency Theory Menurut Horne (1995) dalam penelitian Nurrohim (2008), teori Agensi (agency theory) adalah suatu teori yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manejemen sebagai agen dengan pemegang saham sebagai pemilik. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga perusahaan dapat meningkatkan nilainya, sekaligus memberikan keuntungan kepada pemegang saham. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manejemen harus diberikan intensif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manejemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Menurut Copeland et al. (2005), di dalam agency theory pemisahan kepemilikan dari kontrol adalah salah satu prinsip dasar dari free-market society karena hal tersebut memungkinkan timbulnya spesialisasi. Masalah keagenan muncul dalam perusahaan karena keputusan perusahaan yang dibuat oleh manajer atas nama pemasok modal perusahaan. Di dalam agency theory, pemisahan informasi keuangan dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang baik dalam melakukan pengambilan keputusan. Agency theory mempertimbangkan permintaan layanan informasi. Teori ini berkonsentrasi pada hubungan dimana kesejahteraan satu orang (pemilik) dipercayakan kepada agen (manajer). Permintaan untuk informasi berhubungan dengan kebutuhan untuk memotivasi agen dan mendistribusikan risiko secara efisien (Godfrey et al. 2010). Asymmetric Information Theory Menurut Gitman dan Zutter (2012), asymmetric information theory atau teori ketidaksamaan informasi adalah situasi ketika manajer memiliki informasi yang berbeda, yang lebih baik mengenai operasi dan prospek perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor. Menurut Bangun dan Vincent (2008), informasi asimetri antara manejemen dengan pemilik dapat memberikan kesempatan kepada manager untuk melakukan manipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingan sendiri. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006) dalam penelitian Seftianne dan Handayani (2011), adanya asymmetric information membuat manajer perusahaan lebih leluasa bertindak didalam menentukan strategi capital structure karena lebih menguasai informasi yang terjadi didalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, yang sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak. Namun karena kompetisi pasar diantara para investor membuat informasi baru segera direfleksikan ke dalam harga saham di pasar secara cepat, sehingga terjadi pula kompetisi dalam mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Penelitian Terdahulu Pengaruh Utang Jangka Pendek Terhadap Profitabilitas Menurut Gill et al. (2011) utang jangka pendek (short term debt) berpengaruh secara positif terhadap profitabilitas (profitability). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa biaya utang jangka pendek cenderung lebih murah dan oleh karena itu peningkatan utang jangka pendek dengan tingkat bunga yang relatif rendah akan menyebabkan peningkatan tingkat keuntungan. Pengaruh Utang Jangka Panjang Terhadap Profitabilitas Utang jangka panjang merupakan salah satu sumber pendanaan eksternal yang terpenting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Penggunaan utang jangka panjang akan menyebabkan biaya bunga yang lebih tinggi sehingga akan menyebabkan terjadinya penurunan terhadap profitabilitas. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Berbagai penelitian telah di lakukan sehubungan dengan pengaruh ukuran perusahaan (firm size) terhadap profitabilitas (profitabilty). Firm size adalah indikator kemampuan perusahaan dalam mengambil peluang bisnis yang ada, yang dapat di ukur dengan tiga cara yaitu logaritma natural dari total penjualan, total asset, dan total aset di kurangi nilai buku ekuitas di tambah nilai pasar ekuitas (Rahardjo dan Hartatntiningrum 2006). Semakin besarnya ukuran perusahaan menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja dalam menghsilkan profitabilitas. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Profitabilitas Menurut Bolek dan Wilinski (2011), yang menunjukkan bahwa parameter growth of sales berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang berarti bahwa bahwa peningkatan pendapatan dari penjualan tercermin dalam peningkatan profitabilitas. Pertumbuhan pendapatan dari penjualan dapat menjelaskan pertumbuhan pangsa pasar, yang berkaitan dengan peningkatan kemungkinan menaikkan harga dengan biaya tidak berubah sehingga mampu menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi bagi perusahaan. Pengaruh Perputaran Konversi Kas Terhadap Profitabilitas. Siklus operasi perusahaan adalah waktu dari awal proses produksi sampai penagihan kas dari penjualan barang jadi tersebut. Perputaran konversi kas adalah jumlah waktu sumber daya perusahaan yang saling terkait, yang dihitung dari penjumlahan rata-rata periode pembayaran siklus operasinya. Perputaran konversi kas memiliki tiga komponen utama yaitu rata-rata umur persediaan, rata-rata periode penagihan, dan rata-rata periode pembayaran (Gitman dan Zutter 2012). Semakin pendek waktu yang diperlukan akan semakin baik untuk perusahaan karena modal yang ditanamkan perusahaan terlalu besar. tidak Pengaruh Total Asset Turnover Terhadap Profitabilitas Menurut Leunupun (2003), total asset turnover merupakan ukuran seberapa jauh aktiva telah digunakan dalam kegiatan operasi dan menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Total asset turnover juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profitabilitas dari sumber daya keuangan yang dimiliki perusahaan terutama total aset. Singapurwoko dan Wahid (2011) menemukan bahwa total asset turnover memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas. Total aset dapat menunjukkan kinerja manager yang di dasari dengan seberapa besar jumlah penjualan yang dapat mereka hasilkan dengan menggunakan aset yang mereka miliki. Pengaruh Debt to Terhadap Profitabilitas Equity Menurut Nurhasanah (2012), debt to equity merupakan variabel yang mendefinisikan seberapa banyak dari proporsi modal perusahaan yang sumber pendanaannya berasal dari pinjaman atau kredit. Rasio utang juga digunakan oleh manajemen sebagai pertimbangan penggunaan utang atau dana pinjaman. Rasio utang yang tinggi diiringi dengan resiko keuangan yang tinggi pula. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1: Terdapat pengaruh antara utang jangka pendek dengan profitabilitas. Ha2: Terdapat pengaruh antara utang jangka panjang dengan profitabilitas. Ha3: Terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan profitabilitas. Ha4: Terdapat pengaruh antara pertumbuhan penjualan dengan profitabilitas. Ha5: Terdapat pengaruh antatra perputaran konversi kas dengan profitabilitas. Ha6: Terdapat pengaruh antara total asset turnover dengan profitabilitas. Ha7: Terdapat pengaruh antara debt to equity dengan profitabilitas. METODE PENELITIAN Metode Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Dalam pengambilan sampel metode yang digunakan adalah purposive sampling. Definisi Operasional Profitabiltas. Profitabilitas (profitabilty) adalah variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini. Profitabilitas merupakan suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu (Seftianee dan Handayani 2011). Perusahaan yang menghasilkan laba yang lebih besar cenderung mempunyai laba ditahan lebih besar untuk melakukan ekspansi (Djumahir 2005). Utang Jangka Pendek Utang Jangka Pendek (short term liabilities) merupakan utang yang harus dilunasi dalam jatuh tempo satu tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah: utang dividen, utang bank, utang dagang, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, dan lain-lain (Kalia dan Suwitho 2013). Utang Jangka Panjang Utang Jangka panjang (long term liabilities) adalah utang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Jatuh temponya dapat terjadi dalam 1,5 tahun atau 2 tahun atau 5 tahun atau lebih dari itu. Utang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana (Kalia dan Suwitho 2013). Ukuran Perusahaan Menurut Seftianne dan Handayani (2011), ukuran perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankannya. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan (sales growth) merupakan salah satu ukuran keberhasilan sebuah perusahaan yang harus dipantau. Sebuah perusahaan tentu mengharapkan terdapat pertumbuhan pendapatan setiap tahun yang dicanangkan dalam target pendapatan. Salah satu cara untuk mengevaluasi apakah target pendapatan sudah tercapai atau belum adalah melalui persen pertumbuhan dibandingkan tahun yang lalu. Perputaran Konversi Kas Perputaran konversi kas memiliki tiga komponen yaitu ratarata umur persediaan, rata-rata periode penagihan, dan rata-rata periode pembayaran (Gitman dan Zutter 2012). Menurut Warnes (2013), cash conversion cyle merupakan keputusan mengenai berapa banyak perusahaan berinvestasi pada inventori dan pelanggan mereka, serta bagaimana mengatur periode pembayaran kepada supplier mereka. Total Asset Turnover Total asset turnover atau investment turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan operasi atau menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Dengan penggunakan aktiva yang semakin efesien maka akan meningkatkan hasil usaha (Leunupun 2003). Debt to Equity Debt to Equity merupakan merupakan variabel yang didefinisikan sebagai seberapa banyak proporsi dari modal perusahaan yang sumber pendanaannya berasal dari pinjaman atau kredit (Nurhasanah 2012). HASIL PENELITIAN Sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan kriteriakriteria tertentu dalam penelitian. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Prosedur Pemilihan sampel Kriteria Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan 2012 Perusahaan yang tidak menyampaikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir tanggal pada tanggal 31 Desember dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan laba bersih selama periode 2010 sampai dengan 2012. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki utang jangka panjang selama periode 2010 sampai dengan 2012. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki penjualan selama periode 2009 sampai dengan 2012 Jumlah Sampel Data Outlier Sampel yang digunakan dalam penelitian. Jumlah Perusahaan 126 Jumlah Data 378 (21) (63) (5) (15) (21) (63) (0) (0) (1) 78 (3) 234 (22) 212 Sumber: Data yang dikumpulkan Hasil pengujian statistik deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini baik variabel dependen dan variabel independen dapat dilihat pada tabel 2. ROE SDA LDA SIZE SG CCC TATO DER N 212 212 212 212 212 212 212 212 Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maximum 0,01099 0,85637 0,05060 0,67039 0,00004 0,46053 24,809567 32,72209 -0,39876 0,78162 -15,90714 312,69421 0,23287 2,38270 0,10412 2,46780 Mean 0,23629 0,29440 0,10743 27,93191 0,15160 111,95215 1,20400 0,82651 Std.Deviation 0,13631 0,13865 0,09951 1,55619 0,18318 71,42517 0,44643 0,58779 Sumber: hasil pengolahan SPSS 19 Hasil uji normalitas data residual sebelum uji outlier dalam penelitian berikut: ini adalah sebagai Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) 0,0006 Sumber: hasil pengolahan SPSS19. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa asymp. Sig (2tailed) dari data residual adalah 0,0006 lebih kecil dari 0,05 yang artinya data tidak terdistribusi normal. Karena data tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji outlier untuk melihat data-data ekstrim atau menyimpang. Uji Normalitas Data setelah Uji Outlier Residual Sebagai langkah untuk mencoba mengatasi variabel yang tidak normal, maka dilakukan uji outlier. Uji outlier menggunakan z-score -3 sampai +3 untuk mendapatkan data yang berdistribusi normal. Data yang tidak memiliki z-score -3 sampai +3 maka harus dikeluarkan dari observasi, sehingga data yang digunakan sebanyak 212 data. Hasil uji normalitas setelah outlier ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber: hasil pengolahan SPSS19. Hasil Pengujian pada tabel 4.4 mempunyai asymp. Sig (2tailed) 0,0572 lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa variabel utang jangka pendek (SDA), utang jangka panjang (LDA), ukuran perusahaan (SIZE), pertumbuhan penjualan (SG), perputaran konversi kas (CCC) dan total asset turnover (TATO) memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10 yang berarti tidak terjadi multikolinearitas. Sedangkan variabel debt to equity (DER) memiliki nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih besar dari 10 yang berarti terjadi multikolinearitas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua variabel dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas yang artinya terjadi korelasi antar variabel independen. Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai sig. dari variabel ukuran perusahaan (SIZE), pertumbuhan penjualan (SG) dan perputaran konversi kas (CCC) lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan nilai sig. dari variabel utang jangka pendek (SDA), utang jangka panjang (LDA), total asset turnover (TATO) dan debt to equity (DER) lebih kecil dari 0,05 yang Unstandardized Residual 0,0572 berarti terjadi heteroskedastisitas. Data baik adalah data yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji autokorelasi menunjukkan, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, yaitu sebesar 0,014. Hal ini berarti hipotesis nol tidak diterima, sehingga terjadi autokorelasi dalam model regresi linear. Dapat disimpulkan bahwa terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Analisis koefisien korelasi menunjukkan korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen dalam model regresi sebesar 0,5189. Dapat disimpulkan terdapat korelasi yang sangat kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai Adjusted R Square atau koefisisen determinasi adalah sebesar 0,2441, yang berarti kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 24,41%. Sisanya sebesar 75,59% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Hasil uji statistik F menunjukkan nilai F sebesar 10,7362 dan signifikansi sebesar 0,0000. Nilai siginifikansi ini lebih kecil dari α 0,05. Dapat disimpulkan bahwa model fit untuk digunakan dalam model penelitian. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi untuk setiap variabel independen yang digunakan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan variabel independen yang memiliki pengaruh secara individual terhadap profitabilitas adalah utang jangka pendek, utang jangka panjang,ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan total asset turnover, dan debt to equity. Nilai signifikansi dari masing-masing independen adalah 0,0005; 0,0162; 0,0000; 0,0224; 0,0000; 0,0027. Nilai ini lebih kecil dari nilai aplha (0,05). Variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal adalah perputaran konversi kas. PENUTUP Setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh utang jangka pendek, utang jangka panjang, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, perputaran konversi kas, total asset turnover, dan debt to equity terhadap profitabilitas, dapat disimpulkan bahwa utang jangka pendek dan utang jangka panjang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, total asset turnover, dan debt to equity berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Kemudian yang terakhir perputaran konversi kas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini, penulis menyadari adanya keterbatasan yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah: 1. Periode pengamatan dalam penelitian ini masih terbatas, yaitu hanya tiga tahun dari tahun 2010-2012. 2. Penggunaan sampel penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Hasil penelitian ini masih terdapat hasil heteroskedastisitas pada utang jangka pendek, utang jangka panjang, total asset turnover dan debt to equity ratio. 4. Hasil penelitian ini masih terdapat hasil multikolinearitas pada variabel debt to equity ratio. Berdasarkan keterbatasan di atas yang mungkin memberikan pengaruh terhadap hasil penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi bagi peneliti selanjutnya, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Memperpanjang periode penelitian dalam penelitian selanjutnya. 2. Memperbanyak jumlah sampel penelitian dalam penelitian selanjutnya. 3. Memperbanyak variabel-variabel independen lainnya yang mungkin mempengaruhi variabel dependen, untuk mengatasi masalah heterokedastisitas, seperti firm age, current ratio, quick ratio dan lain-lain. 4. Memperbanyak variabel-variabel independen lainnya yang mungkin mempengaruhi variabel dependen, untuk mengatasi masalah multikolinearitas, seperti firm age, current ratio, quick ratio dan lain-lain. REFERENSI Abor, J. 2005. The effect of capital structure on profitability: empirical analysis of listed firms in Ghana. Journal of Risk Finance, 6(5), pp. 438-45. Ajanthan, A. 2013. Working Capital Manegement (WCM) and Corporate profitability (CP): A Study of Selected Listed Companies in Srilanka. The International Journal of Business & Manegement, ISSN 2321-8916. Anser, Raheman dan Qaisar Ali Malik. 2013. Cash Conversion Cycle and Firm Profitabilty: A Study of Listed Manufacturing Companies of Pakitsan. Journal of Business and Manegement, Volume 8, Issue 2 (Jan-Feb 2013), PP 83-87. Jurnal Akuntansi Azam, Muhammad dan Syed Irfan Haider. 2011. Impact of Working Capital Manegement on Firms”s Performance: Evidenve From Non-Financial Institution of KSE-30 index. Journal of Contemporary Reseach in Business, Vol.3, No.5. Bangun, Nurainun dan Vincent. 2008. Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance Terhadap Manejemen Laba dengan Kinerja S Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi/Tahun XII. No.03, September 2008: 289302. Bolek, Monica dan Wojciech Wilinski. 2012. The Influence of Liquidation on Profitabilty of Polish Construction Sector Companies. Financial Internet Quartely ,,e-finanse” 2012, vol. 8, nr 1. Brealey, Richard., Steward \Myers dan Alan Marcus. 2006. Corporate Finance, Edition. Mc GRAW-HILL International Edition. Copeland, Weston, Shastri. 2005. Financial Theory and Corporate Policy, 4th Edition. Boston: Mass. Djumahir. 2005. Pengaruh Variabel Variabel Tax Shield dan Non-Tax Shield terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Go- Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Wacana, Vol.8 No.3, Desember 2005, Hal: 302-321. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gill, Amarjit., Nahum Biger dan Neil Mathur. 2010. The Relationship Between Working Capital Manegement and Profitabilty: Evidence From The United States. Business and economics Journal, Volume 2010: BEJ-10. Gill, Amarjit., Nahum Biger dan Neil Mathur. 2011. The Effect of Capital Structure on Profitability: Evidence from the United States. International Journal of Management, Vol. 28 No. 4, Part 1 Dec 2011. Godfrey, Jayne., Allan Hodgson., Ann Tarca., Jane Hamilton dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory, Edition. Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13t h Edition. Boston: Pearson Education. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manejemen, Edition. BPFE Yogyakarta. Jang, Lesia., Bambang Sugiarto dan Dergibson Siagian. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Akuntabilitas, Maret 2007, hal. 142-149 ISSN 1412-0240. Kalia,Nazia Safitri dan Suwitho. 2013. Pengaruh Penggunaan Hutang Terhadap Profitabilitas. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 1 Nomor 1, Januari 2013. Kusuma, Hadri. 2005. Size Perusahaan dan Profitabilitas: Kajian Empiris terhadap Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara Berkembang, hal. 81-93. Leunupun, Pieter. 2003. Profitabilitas Ekuitas dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya: Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No.2, November 2003: 133-149. Majeed, Sadia., Muhammad Abdul Majid Makki., Saba Saleem., Tariq Aziz. 2013. The Relationship of Cash Convercion Cycle and Profitabilty of Firms: An Empirical Investigation of Pakitsan Firms. Journal of Emerging Issues in Economics, Finance and Banking, Volume:1 N0.1 Januari 2013. Megginson, William L. 1997. Corporate Finance Theory. ADDISON-WESLEY Nurhasanah. 2012. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Vol.IV No.3, 2012. Nurrohim, Hasa. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol 10 No.1, Januari 2008, hal. 11-18. Rahardjo, Shiddiq Nur dan Berty Hartantiningrum. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Utang Perusahaan Go-Public yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 6, No 1, Februari 2006: 1-12 Rehman, Wali ur., Goher Fatima dan Mehboob Ahmad. 2012. Impact of Debt Structure of Profitabilty in Textile Industry of Pakitsan. International Journal of Economic and Reseach, Volume 3I2, 61-70. Salman, A Khalik dan Darush Yazdanfar. 2012. Profitabilty in Swedish Micro Firms: A Quantile Regression Approach. International Business Reseach, Vol. 5, No. 8. Seftianee dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No.1, April 2011, Hlm. 39-56. Singapurwoko, Arif dan Muhammad Shalahuddin Mustofa El-Wahid. 2011. The Impact of Financial Leverage to profitability Study of Non-Financial Companies listed in Indonesia Stock exchange. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences- Issue 32(2011). Shubita, Mohammad fauzi dan Jaafer Maroof Alsawalhah. 2012. The Relationship Between Capital Structure and Profitabilty. International Journal of Business and Social Science, Vol.3 No.16. Warnes, Samuel. 2013. Impact of Working Capital Manegement on Firm’s Profitability: Empirical Evidence from Cement Sector. American Journal of Governance and Politics, Vol.3 No.2. Velnampy, T. dan J. Aloy Niresh. 2012. The Relationship between Capital Structure & Profitabilty. Global Journal Of Manegement And Business Research, Vol.12 Issue 13 Version 1.0 Year 2012. Yusuf, Muhammad dan Tezza Ayodya. 2006. Analisis Pengaruh Biaya, Produktivitas, dan Struktur Modal serta Peranannya dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan pada Industri Otomotif di Indonesia yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi/Th.X/01/Januari/2006. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Halaman ini sengaja dikosongkan 132 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 133-148 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG PUBLIK YOHANES STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to examine the influence of assets tangibility, profitability, assets growth, firm size, liquidity, managerial ownership, business risk and non-debt tax shield to capital structure. The population of this research is all non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2011 to 2013. Samples are obtained through purposive sampling method, in which only 160 of listed non financial companies in Indonesia Stock Exchange meet the sampling criterias resulting 437 data available are taken as the samples. The research resource are taken from Indonesia Stock Exchange website. This research used multiple regression method to test the effect of each variable in influencing capital structure. The empirical result indicates that tangibility of assets, profitability, assets growth, firm size and liquidity have influence to capital structure. However managerial ownership, business risk and non-debt tax shield have no influence to capital structure. Keywords: Capital Structure, Assets Growth, Firm Size, Managerial Ownership, Business Risk, Non-Debt Tax Shield. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, tingkat likuiditas, kepemilikan manajerial, risiko bisnis dan non-debt tax shield terhadap struktur modal. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 sampai 2013. Sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana hanya 160 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memenuhi semua kriteria, sehingga didapat 437 data yang digunakan sebagai sampel penelitian. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk menguji pengaruh masingmasing variabel terhadap struktur modal. Bukti empiris menunjukkan bahwa struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan kepemilikan manajerial, risiko bisnis dan non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kata kunci: Struktur Modal, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Risiko Bisnis, Non-Debt Tax Shield. 133 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 PENDAHULUAN Manajemen keuangan yang efektif adalah tantangan bagi setiap perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Setiap perusahaan harus bisa mempertahankan keunggulan daya saingnya dengan tetap mengikuti perkembangan bisnis yang ada. Bagaimanapun, untuk dapat mengikuti perkembangan bisnis tersebut perusahaan akan membutuhkan dana yang besar. Menurut Damayanti (2013) secara umum terdapat dua bentuk pendanaan yang biasa digunakan perusahaan, yaitu dana yang berasal dari dalam perusahaan (sumber internal) dan dana yang berasal dari luar perusahaan (sumber eksternal). Sumber internal dapat diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan itu sendiri contohnya ialah laba ditahan, sedangkan untuk sumber eksternal bisa diperoleh dengan melakukan pinjaman (hutang) atau menerbitkan saham. Keputusan mengenai sumber pendanaan tersebut merupakan salah satu keputusan penting yang harus dibuat oleh manajer keuangan demi kelangsungan hidup perusahaan. Setiana (2012) mendefinisikan keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal sebagai keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Keputusan struktur modal dapat dikatakan efektif apabila bisa meminimalkan biaya modal, sehingga bisa memaksimalkan nilai perusahaan (Gitman dan Zutter 2011, 535). Biaya modal yang harus dikeluarkan akibat pendanaan yang 134 November 2014 digunakan perusahaan akan mempengaruhi present value dari arus kas masa depan perusahaan tersebut, dimana arus kas masa depan itulah yang akan mencerminkan nilai perusahan. Oleh karena itu, kesalahan dalam mengaplikasikan struktur modal yang tidak tepat akan membawa perusahaan ke dalam kesulitan finansial ataupun kebangkrutan. Berbagai riset dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara keputusan struktur modal dengan nilai perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal tersebut. Meskipun begitu topik ini masih menarik untuk diteliti, sebab struktur modal merupakan salah satu area yang paling kompleks dalam pembuatan keputusan finansial dikarenakan hubungan timbal-baliknya dengan variabel keputusan finansial lainnya (Gitman dan Zutter 2011, 523). Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian Saleem et al. (2013) tentang faktor yang menentukan strukur modal pada perusahaan minyak dan gas yang terdaftar di Karachi Stock Exchange, Pakistan. Dalam penelitian tersebut digunakan variabel independen tangibility, profitability, growth, dan size terhadap variabel dependen leverage. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya diambil dari data perusahaan minyak dan gas yang terdaftar di Karachi Stock Exchange, Pakistan periode 2006 sampai dengan 2011, sedangkan penelitian ini menggunakan data sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan 2013. ISSN: 1410 -9875 Selain itu dalam penelitian ini juga ditambahkan 4 variabel tambahan yang tidak terdapat di dalam model penelitian sebelumnya yaitu tingkat likuiditas, kepemilikan manajerial, risiko bisnis, dan non-debt tax shield. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa struktur aset, profitabilitas, tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, tingkat likuiditas, kepemilikan managerial, risiko bisnis, dan nondebt tax shield mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut, pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis menguraikan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metode penelitian terdiri atas obyek penelitian dan cara pemilihan sampel, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang berisi hasil pengujian hipotesis dan interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pecking Order Theory Teori ini menyatakan bahwa ada semacam tata urutan (pecking Yohanes order) yaitu hierarki pendanaan yang dimulai dari laba ditahan, diikuti dengan hutang dan yang terakhir penerbitan saham baru (Gitman dan Zutter 2011, 534). Perusahaan akan lebih memilih menggunakan dana internalnya (laba ditahan) terlebih dahulu dalam membiayai investasinya. Kemudian apabila dana internal tersebut tidak mencukupi, barulah perusahaan akan memilih sumber pendanaan eksternal yaitu hutang, sedangkan penerbitan saham baru akan menjadi pilihan terakhir. Hal tersebut dikarenakan di dalam teori ini didasari dengan adanya informasi asimetris (Hardiningsih dan Oktaviani 2012), dimana pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan daripada para investor. Informasi yang tidak seimbang antara kedua pihak itulah yang mengakibatkan biaya penerbitan modal menjadi mahal, karena investor tidak mau berinvestasi ketika investasi tersebut belum bisa dibuktikan keandalannya. Akibatnya, perusahaan harus menerbitkan ekuitasnya dengan harga diskon (Gitman dan Zutter 2011, 533). Oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan dananya, perusahaan cenderung menggunakan dana internalnya terlebih dahulu dibandingkan menggunakan dana eksternal. Trade Off Theory Menurut trade off theory, struktur modal yang optimal bisa didapatkan dari perimbangan antara biaya hutang dan manfaat hutang (Saleem et al. 2013). Penggunaan 135 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 hutang akan menimbulkan biaya yang dapat menyebabkan financial distress yaitu berupa biaya kebangkrutan dan biaya agensi, di sisi lain penggunaan hutang memberikan manfaat pajak (Fauzi et al. 2013). Oleh karena itu, trade off theory mengacu kepada gagasan bagaimana perusahaan menentukan berapa banyak pendanaan hutang dan modal yang harus digunakan untuk menyeimbangkan biaya dan manfaat hutang tersebut (Fauzi et al. 2013). Stiglitz (1969) dalam Sebayang dan Putra (2013) mengungkapkan bahwa teori ini mengasumsikan perusahaan memiliki tingkat hutang yang optimal, sehingga jika tingkat hutang perusahaan berada di bawah atau di atas tingkat optimal tersebut, perusahaan akan berusaha menyesuaikan penggunaan hutangnya. Penyesuaian tersebut bisa dilakukan dengan pendanaan ekuitas pada saat tingkat hutang di atas tingkat optimalnya dan melakukan pinjaman pada saat tingkat hutang di bawah tingkat optimalnya (Joni dan Lina 2010). Agency Theory Manajer sering disebut sebagai agen dari pemilik (pemegang saham), karena manajer diberikan otoritas untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan pemilik (Gitman dan Zutter 2011, 532). Oleh karena itu, setiap keputusan yang dibuat manager seharusnya mendahulukan kepentingan pemilik, tetapi keadaan tersebut ternyata tidak selalu berjalan dengan baik dikarenakan adanya konflik kepentingan. Sebagai agen dari 136 November 2014 pemilik, manajemen seharusnya bertindak untuk kemakmuran pemilik, namun karena risiko yang kemungkinan akan diterima manajemen, maka mereka dalam pengambilan keputusan juga mempertimbangkan kepentingannya (Hardiningsih dan Oktaviani 2012). Konflik kepentingan ini tidak hanya terjadi antara manajer dengan pemegang saham, tetapi juga konflik antara pemegang saham dengan pemberi pinjaman (Gitman dan Zutter 2011, 532). Hal ini terkait dengan risiko klaim kreditor yang akan meningkat ketika perusahaan menggunakan hutang tersebut untuk melakukan investasi yang berisiko, tetapi ketika investasi tersebut menghasilkan return yang tinggi, kreditor akan mendapatkan pengembalian yang tetap, sedangkan pemilik akan mendapatkan bagian laba yang lebih besar. Masalah agensi yang muncul dari konflik pihak-pihak tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut dengan agency cost. Biaya agensi ialah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham (Seftianne dan Handayani 2011). Untuk meminimalkan biaya agensi bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu, meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen, mengurangi free cash flow yang dikuasai manajemen, dan meningkatkan leverage perusahaan (Tarjo 2005 dalam Joni dan Lina 2010). ISSN: 1410 -9875 Struktur Aset dan Struktur Modal Struktur aset menggambarkan perbandingan antara aset tetap terhadap keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan. Aset tetap tersebut memiliki fungsi lain disamping fungsi utamanya untuk mendukung operasi perusahaan, yaitu dapat dijadikan sebagai jaminan hutang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saleem et al. (2013) menyatakan bahwa struktur aset tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Maftukhah (2013), Seftianne dan Handayani (2011) dan Ridloah (2010) dimana struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fauzi et al. (2013) dan Finky et al. (2013) menunjukkan hasil yang berbeda bahwa variabel struktur aset memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal tersebut dikarenakan perusahaan dengan struktur aset dimana porsi aset tetapnya tinggi, lebih mudah dalam melakukan pinjaman terhadap pihak eksternal, karena dinilai memiliki securable assets (aset jaminan) yang lebih baik (Joni dan Lina 2010). Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 Struktur aset berpengaruh terhadap struktur modal. Profitabilitas dan Struktur Modal Profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (Damayanti 2013). Selain itu profitabilitas juga dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan, Yohanes karena profitabilitas dapat mengevaluasi efisiensi penggunaan bangunan, peralatan dan aset lancar untuk menghasilkan laba (Saleem et al. 2013). Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal yang dilakukan Saleem et al. (2013), menyimpulkan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kesimpulan tersebut konsisten dengan hasil penelitian Seftianne dan Handayani (2011) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal. Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Berzkalne (2013), Damayanti (2013), Finky et al. (2013) dan Sheikh dan Wang (2011) menyimpulkan hasil berbeda dimana profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Adanya pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal, mengonfirmasi bahwa perusahaan membiayai aktivitasnya mengikuti pola yang digambarkan oleh pecking order theory, yaitu ketika perusahaan memiliki profitabilitas tinggi akan cenderung memilih pembiayaan internal dibanding eksternal. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal Menurut Saleem et al. (2013), pertumbuhan aset ialah persentase perubahan aset perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memerlukan banyak dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan 137 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 pecking order theory, jika semua faktor diasumsikan tetap (cateris paribus), untuk dapat mengimbangi biaya pertumbuhan tersebut alternatif utama yang akan diambil perusahaan adalah dengan menggunakan hutang (Joni dan Lina 2012). Penelitian Saleem et al. (2013) menunjukkan bahwa pertumbuhan aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian Indriani dan Widyarti (2013) dan Berkzalne (2013) juga menunjukkan tidak adanya pengaruh pertumbuhan aset terhadap struktur modal. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Maftukhah (2013) memberikan kesimpulan yang berbeda dimana pertumbuhan aset berpengaruh terhadap struktur modal. Selain itu penelitian Setiana (2012) dan Joni dan Lina (2010) juga memberikan hasil serupa bahwa pertumbuhan aset berpengaruh terhadap struktur modal. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3 Pertumbuhan aset berpengaruh terhadap struktur modal. Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal Ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang menunjukkan kekuatan finansial perusahaan (Joni dan Lina 2010). Penelitian Saleem et al. (2013) yang menggunakan log of sales sebagai proksi ukuran perusahaan, menemukan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Damayanti (2013) dan Sheikh dan Wang (2011) yang 138 November 2014 juga menunjukkan hasil serupa, bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Perusahaan besar memiliki kemampuan untuk mendiversifikasi risiko sehingga dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya tepat waktu dimana hal itu akan memancing kreditor untuk memberikan pinjaman, selain itu perusahaan akan mendapatkan manfaat pajak yang didapat dari penggunaan hutang (Sheikh dan Wang 2011). Penelitian lainnya dilakukan oleh Qayyum (2013) dan Joni dan Lina (2010) menghasilkan kesimpulan yang berbeda, bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha4 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Tingkat Likuiditas dan Struktur Modal Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk mengkonversi asetnya menjadi kas atau kemampuan untuk mendapatkan kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Subramanyam dan Wild 2009, 528). Penelitian sebelumnya banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat likuiditas terhadap struktur modal, tetapi hasilnya berbeda-beda. Sheikh dan Wang (2011) memberi kesimpulan pada penelitiannya bahwa, terdapat pengaruh tingkat likuiditas terhadap struktur modal. Hal tersebut sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan dana ISSN: 1410 -9875 internalnya ketika dana internal tersebut mencukupi. Hasil penelitian Finky et al. (2013) menunjukkan hal serupa, yaitu terdapat pengaruh likuiditas terhadap struktur modal. Indriani dan Widyarti (2013) menemukan hasil yang berbeda, yaitu likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan Seftianne dan Handayani (2011) dimana tidak ditemukan adanya pengaruh antara tingkat likuiditas terhadap struktur modal. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha5 Tingkat likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Kepemilikan Manajerial dan Struktur Modal Kepemilikian manajerial adalah jumlah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Hasil penelitian Fauzi et al. (2013) menunjukkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Maftukhah (2013) dan Wimelda dan Marlinah (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Kesimpulan tersebut didasari dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer akan lebih berhati-hati dalam memutuskan untuk menggunakan hutang karena sebagai bagian dari pemilik perusahaan, manajer akan ikut menanggung biaya modal yang Yohanes ditanggung perusahaan akibat penggunaan hutang. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Seftianne dan Handayani (2011), yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha6 Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Risiko Bisnis dan Struktur Modal Risiko bisnis adalah risiko perusahaan saat tidak mampu memenuhi biaya operasinya (Gitman dan Zutter 2011, 527). Penelitian Wimelda dan Marlinah (2013) memberikan kesimpulan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Alzomaia (2014), yang juga menemukan bahwa risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan adanya anggapan perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi akan memberikan pengembalian yang tinggi, sehingga akan memancing investor untuk memberikan kredit. Di sisi lain perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi seharusnya menggunakan sedikit hutang untuk meminimalisir risiko bisnisnya. Penelitian Seftianne dan Handayani (2011) dan Joni dan Lina (2010) menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak ditemukan pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha7 Risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. 139 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Non-Debt Tax Shield dan Struktur Modal Item selain bunga yang berkontribusi untuk mengurangi pembayaran pajak disebut dengan non-debt tax shield (Umer 2014). Hasil penelitian Umer (2014) mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh non-debt tax shield terhadap struktur modal. Hasil yang serupa ditunjukkan oleh penelitian Liem et al. (2013) dimana non-debt tax shield memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal tersebut dikarenakan depresiasi akan mensubsitusi manfaat pajak yang berasal dari penggunaan hutang, sehingga perusahaan yang memiliki non-debt tax shield yang besar akan cenderung menggunakan sedikit hutang. Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Fauzi et al. (2013) dan Murhadi (2011) dimana non-debt tax November 2014 shield tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha8 Non-debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal. METODE PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan menggunakan kriteriakriteria tertentu. Pemilihan sampel ditentukan berdasarkan kriteria yang dicantumkan pada tabel berikut: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel No Keterangan 1 Perusahaan non keuangan yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2013 2 Perusahaan non keuangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember 3 Perusahaan non keuangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah (Rp) 4 Perusahaan non keuangan yang tidak memperoleh laba bersih konsisten selama tahun 2011 sampai 2013 5 Perusahaan non keuangan yang melakukan share split selama tahun 2011 sampai 2013 6 Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki kelengkapan data closing price saham bulanan 140 Total Total Perusahaan Data 346 1038 (6) (18) (65) (195) (79) (237) (30) (90) (6) (18) ISSN: 1410 -9875 Yohanes tahun 2011 sampai 2013 yang tersedia di www.idx.co.id Total data sebelum outlier 160 Data outlier Total data setelah outlier yang digunakan dalam penelitian 480 (43) 437 Sumber: Hasil pengumpulan data Struktur Modal Menurut Saleem et al. (2013), struktur modal dapat diukur dengan menggunakan leverage ratio. Leverage ratio yang digunakan adalah perbandingan antara total hutang dan total aset, perbandingan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Skala yang digunakan dalam variabel ini adalah skala rasio. Struktur modal akan diwakilkan dengan notasi SM dan dapat dijabarkan dengan rumus: SM = ����� ����� ����� ������ Struktur Aset Saleem et al. (2013) menggunakan istilah Asset Tangibility, yang berarti aset perusahaan yang memiliki wujud fisik. Struktur aset akan mengukur perbandingan antara aset tetap dengan total aset perusahaan. Variabel ini menggunakan skala rasio dan diwakili oleh notasi SA, dengan rumus sebagai berikut: SA = ����� ����� ����� ������ ����� ������ Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu (Seftianne dan Handayani 2011). Skala yang digunakan dalam variabel ini adalah skala rasio. Menurut Saleem et al. (2013) profitabilitas dapat diukur dengan Return on Assets (ROA), dengan rumus sebagai berikut: ROA = ��� ������ ����� ������ Pertumbuhan Aset Pertumbuhan aset adalah persentase perubahan aset perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Saleem et al. 2013). Variabel ini diukur dengan skala rasio. Pertumbuhan aset diwakili notasi PA, diukur dengan perubahan (baik peningkatan maupun penurunan) total asset yang dimiliki perusahaan dengan rumus: PA = ��� – ����� ����� Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan. Menurut Saleem et al. (2013) ukuran perusahaan dapat diukur dengan logaritma dari total penjualan. Skala yang digunakan dalam variabel ini adalah skala rasio. Ukuran perusahaan akan diberikan notasi SIZE, dengan rumus sebagai berikut: SIZE = Log of Sales 141 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Tingkat Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancarnya. Menurut Sheikh dan Wang (2011) tingkat likuiditas diukur dengan melihat perbandingan antara aset lancar terhadap liabilitas lancar. Variabel ini diukur dengan skala rasio dan diwakili oleh notasi CR, dengan rumus: CR = ������� ������ ������� ����������� Kepemilikan Manajerial Kepemilikian manajerial adalah jumlah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Pihak manajemen yang dimaksud adalah komisaris dan direksi (Indahningrum dan Handayani 2009). Kepemilikan manajerial menggunakan skala rasio dan diwakili oleh notasi KM. Menurut Fauzi et al. (2013) kepemilikan manajerial dapat diukur dengan persentase kepemilikan modal orang dalam (insiders) perusahaan, atau secara matematis dapat dijabarkan dengan rumus: KM = ������ ����� ���������� menilai tingkat ketidakpastian suatu perusahaan ialah dengan melihat fluktuasi tingkat pengembalian investasi yang mereka tanamkan. Menurut Wimelda dan Marlinah (2013) risiko bisnis dapat diukur dengan menggunakan standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus sebagai berikut: RISK = STD Return Saham Rumus untuk return saham: Return = ��,� ���,��� ��,��� Keterangan: Pi,t Closing Price bulanan bulan t Pi,t-1 Closing Price bulanan bulan t-1 STD Standar Deviasi pada pada Non-debt Tax Shield Non-debt tax shield adalah manfaat pajak yang diperoleh dari kegiatan selain penggunaan hutang. Menurut Umer (2014) non-debt tax shield dapat diukur dengan perbandingan antara depreciation dengan total assets. Skala yang digunakan dalam variabel ini ialah skala rasio yang dapat dijabarkan dengan rumus: ������ ����� ���� ������� Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dalam menjalani usahanya (Saidi 2004 dalam Seftianne dan Handayani 2011). Salah satu cara bagi investor untuk 142 November 2014 NDTS = ������������ �������� ����� ������ Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda. Model regresi yang diuji adalah sebagai berikut: ISSN: 1410 -9875 Yohanes ROA PA SIZE CR KM RISK NDTS ε SM = α + β1 SA + β 2 ROA + β 3 PA + β 4 SIZE + β 5 CR + β 6 KM + β 7 RISK + β 8 NDTS + ε Keterangan: SM Struktur Modal α Konstanta β 1‐ β 8 Koefisien regresi SA Struktur Aset Profitabilitas Pertumbuhan Aset Ukuran Perusahaan Tingkat Likuiditas Kepemilikan Manajerial Risiko Bisnis Non-debt Tax Shield Besarnya nilai residual HASIL PENELITIAN Hasil pengolahan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Statistik Deskriptif SM SA ROA PA SIZE CR KM RISK NDTS N 437 437 437 437 437 437 437 437 437 Sumber: Output data SPSS 19 1 Model (Constant) Struktur Aset Profitabilitas Pertumbuhan Aset Ukuran Perusahaan Tingkat Likuiditas Kepemilikan Manajerial Risiko Bisnis Non-Debt Tax Shield Minimum 0,07068 0,00226 0,00092 -0,71973 10,14388 0,24050 0,00000 0,00000 0,00011 Maximum 0,88090 1,43530 0,28635 3,61113 13,76142 11,74282 0,15535 0,56058 0,08269 Mean 0,44739 0,45794 0,07141 0,21428 12,10310 2,22138 0,01052 0,13328 0,02517 Std. Deviation 0,18406 0,32392 0,05506 0,31031 0,73116 1,65282 0,02673 0,08494 0,01832 Tabel 3 Hasil Uji t B 0,119 0,115 0,982 0,046 0,063 0,048 0,173 0,017 0,900 t -0,937 Sig. Keterangan 0,349 -3,891 0,000 -7,051 0,000 Ha1 diterima 2,110 6,152 10,612 0,671 -0,208 1,716 Ha2 diterima 0,035 Ha3 diterima 0,000 Ha4 diterima 0,000 Ha5 diterima 0,503 Ha6 tidak diterima 0,835 Ha7 tidak diterima 0.087 Ha8 tidak diterima 143 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Sumber: Output data SPSS 19 R = 0,653; Adjusted R2 = 0,416; F = 39,767; sig = 0,000 Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel struktur aset memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilainya lebih kecil dari 0,05, yang berarti variabel struktur aset memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Oleh karena itu hipotesis pertama (Ha1) dapat diterima. Variabel struktur aset memiliki nilai koefisien -0,115, artinya variabel struktur aset memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar struktur aset yang dimiliki perusahaan maka semakin kecil struktur modalnya, begitu pula sebaliknya. Hasil tersebut didukung oleh pecking order theory, dimana perusahaan dengan struktur aset yang besar biasanya memiliki informasi asimetris yang rendah, sehingga terdapat kecenderungan untuk menerbitkan saham karena biayanya lebih murah. Selain itu menurut agency theory, hutang juga dapat digunakan sebagai alat pengendali bagi manajer agar mereka tidak melakukan tindakan oportunis dalam menggunakan aset perusahaan. Dengan demikian perusahaan dengan struktur aset yang kecil cenderung akan menggunakan hutang lebih banyak. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, yang berarti variabel profitabilitas memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Oleh karena itu hipotesis kedua (Ha2) dapat diterima. Variabel profitabilitas memiliki nilai koefisien -0,982, yang berarti 144 variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukkan semakin besar profitabilitas perusahaan semakin kecil struktur modalnya, begitupun sebaliknya. Hasil tersebut sesuai dengan pecking order theory yang mengasumsikan bahwa perusahaan akan memilih menggunakan pendanaan internalnya terlebih dahulu, dibanding menggunakan pendanaan eksternal. Salah satu sumber pendanaan internal tersebut ialah dengan menggunakan laba ditahan. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, cenderung memiliki struktur modal yang lebih kecil. Variabel pertumbuhan aset memiliki nilai signifikansi sebesar 0,035 yang lebih kecil dari 0,05, yang berarti variabel pertumbuhan aset memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Oleh karena itu hipotesis ketiga (Ha3) dapat diterima. Variabel pertumbuhan aset memiliki nilai koefisien 0,046, yang berarti variabel pertumbuhan aset memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Artinya semakin besar pertumbuhan aset perusahaan maka semakin besar struktur modalnya, begitupun sebaliknya. Perusahaan dengan pertumbuhan aset yang besar, akan membutuhkan dana yang besar. Sesuai dengan pecking order theory, apabila semua faktor diasumsikan tetap (cateris paribus), untuk dapat mengimbangi biaya pertumbuhan tersebut alternatif utama yang akan ISSN: 1410 -9875 diambil perusahaan adalah dengan menggunakan hutang. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, yang berarti variabel profitabilitas memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Oleh karena itu hipotesis keempat (Ha4) dapat diterima. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien sebesar 0,063 yang berarti variabel profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap variabel struktur modal. Artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar struktur modalnya, begitupun sebaliknya. Perusahaan besar memiliki kemampuan untuk mendiversifikasi risiko sehingga dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya tepat waktu, dimana hal itu akan memancing kreditor untuk memberikan pinjaman, selain itu perusahaan akan mendapatkan manfaat pajak yang didapat dari penggunaan hutang. Dengan demikian perusahaan besar akan cenderung menggunakan hutang yang lebih banyak. Variabel tingkat likuiditas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, yang berarti variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap variabel struktur modal. Oleh karena itu hipotesis kelima (Ha5) dapat diterima. Variabel tingkat likuiditas memiliki nilai koefisien sebesar -0,048, artinya variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap variabel struktur modal. Hal ini berarti semakin besar tingkat likuiditas perusahaan maka semakin kecil struktur modalnya, begitupun sebaliknya. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi Yohanes menunjukkan bahwa perusahaan memiliki dana yang cukup yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan, sehingga penggunaan hutang dalam struktur modal akan sedikit. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,503 yang lebih besar dari 0,05, yang berarti variabel kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, sehingga hipotesis keenam (Ha6) tidak dapat diterima. Hal ini dimungkinkan karena ratarata kepemilikan manajerial hanya sekitar 1.805%, sehingga persentase kepemilikan manajerial dalam perusahaan masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan kelompok pemegang saham lainnya. Oleh karena itu keputusan struktur modal perusahaan tidak tergantung kepada kepemilikan manajerial. Variabel risiko bisnis memiliki nilai signifikansi sebesar 0,835 yang lebih besar dari 0,05, artinya variabel risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Oleh karena itu hipotesis ketujuh (Ha7) tidak dapat diterima. Hal tersebut dimungkinkan karena perusahaan dengan risiko yang tinggi seharusnya meminimalkan penggunaan hutang untuk meminimalisir risikonya. Di sisi lain perusahaan dengan risiko yang tinggi akan mendorong investor risk seeker untuk memberikan dana karena adanya anggapan high risk, high return, sehingga perusahaan dengan risiko yang tinggi kemungkinan akan menggunakan hutang lebih banyak. Oleh sebab itu tingkat risiko bisnis tidak bisa menjadi tolak ukur yang pasti dalam 145 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 penentuan perusahaan. struktur pendanaan Variabel non-debt tax shield memiliki nilai signifikansi sebesar 0.087 yang lebih besar dari 0,05, yang berarti variabel non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, sehingga hipotesis pertama (Ha8) tidak dapat diterima. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya aturan perpajakan yang ketat mengenai metode penyusutan yang diperbolehkan dalam perhitungan pajak, sehingga perusahaan yang meskipun mendapatkan manfaat pajak selain dari penggunaan hutang akan tetap menggunakan hutang agar memperoleh manfaat pajak maksimum. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial, risiko bisnis, dan nondebt tax shield tidak berpengaruh terhadap struktur modal. November 2014 Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu periode penelitian relatif pendek karena data penelitian yang digunakan hanya selama tiga tahun, yaitu dari tahun 2011 sampai dengan 2013. Variabel independen yang diteliti hanya terbatas pada struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, tingkat likuiditas, kepemilikan manajerial, risiko bisnis dan non-debt tax shield, sedangkan masih banyak faktorfaktor lainnya yang dapat mempengaruhi struktur modal. Terdapat 2 variabel yang memiliki masalah heterokedastisitas yaitu profitabilitas dan pertumbuhan aset. Rekomendasi yang dapat diberikan penulis bagi penelitian selanjutnya adalah periode penelitian ditambah agar sampel menjadi lebih banyak sehingga memberikan hasil penelitian yang lebih akurat,. Melakukan penambahan variabel lainnya yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap struktur modal seperti dividen, umur perusahaan, free cash flow. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi masalah heterokedastisitas yang terjadi. REFERENSI: Adhegaonkar, Vikas dan R. M. Indi. 2012. Determinants of capital structure: A Case of Indian chemical industry. International Journal of Marketing and Technology, Vol. 2, No. 10, Oktober 2012, hlm. 130-136. Alzomaia, Turki SF. Capital Structure Determinants of Publicly Listed Companies in Saudi Arabia. The International Journal of Business and Finance Research, Vol. 8, No. 2, 2014, hlm. 53-67. 146 ISSN: 1410 -9875 Yohanes Berzkalne, Irina. 2013. Determinants of Capital Structure: Evidence from the Baltic Countries. The Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 19, No. 1, September 2013, hlm. 173-180. Damayanti. 2013. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang Bertumbuh dan Profitablitas Terhadap Struktur Modal. Jurnal Perspektif Bisnis, Vol.1, No.1, Juni 2013, hlm. 17-32. Fauzi, Fitriya, Abdul Basyith dan Muhammad Idris. 2013. The Determinants of Capital Structure: An Empirical Study of New Zealand-Listed Firms. Asian Journal of Finance & Accounting, Vol. 5, No. 2, 2013. Finky, Uung Victoria, Liliana Inggrit Wijaya dan Endang Ernawati. 2013. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2, No. 2, 2013. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Universitas Dipenogoro. Gitman, J. Lawrence dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance: Global Edition 13th edition. Pearson Higher Ed USA. Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Determinan Kebijakan Hutang (dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 1, No. 1, Mei 2012, hlm. 11 – 24. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009, hlm. 189-207. Indriani, Astiwi dan Endang Tri Widyarti. Penentu-Penentu Struktur Modal Perusahaan yang Sahamnya Masuk Jakarta Islamic Index. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 4, No. 1, 2013, hlm. 59-68 Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.2, Agustus 2010, hlm. 81-96. Liem, Jemmi Halim., Werner R. Murhadi, dan Bertha Silvia Sutejo. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2, No. 1, 2013, hlm. 1-11. Maftukhah, Ida. 2013. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kinerja Keuangan Sebagai Penentu Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 4, No. 1, 2013, hlm. 69-81. Murhadi, Ria Werner. 2011. Determinan Struktur Modal: Studi di Asia Tenggara. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 13, No. 2, September 2011, hlm. 91-98. Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Jakarta: Mediakom. Qayyum, Sobia. 2013. Determinants of capital structure: An empirical study of Cement industry of Pakistan. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 4, No. 11, Maret 2013, hlm. 784-795. Ridloah, Siti. 2010. Faktor Penentu Struktur Modal: Studi Empirik Pada Perusahaan Multifinansial. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 2, 2010, hlm. 144-153. 147 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Saleem, Faiza., Bisma Rafique, Qaiser Mehmood, Muhammad Irfan, Rabia Saleem, Sidra Tariq, dan Ghazala Akram. 2013. The Determination of Capital Structure of Oil and Gas Firms Listed on Karachi Stock Exchange in Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 4, No.9, Januari 2013, hlm. 225-235. Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sebayang, Minda Muliana dan Pasca Dwi Putra. 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2007). Jurnal Bina Akuntansi IBBI, Vol. 19, No.2, Juni 2013. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, April 2011, hlm. 39-56. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business: A SkillBuilding Approach, 6th edition. WILEY. Setiana, Esa. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Keuangan dan Bisnis, Vol. 4, No. 3, November 2012, hlm. 194-204. Sheikh, Nadeem Ahmed dan Zongjun Wang. 2011. Determinants of capital Structure an Empirical Study of Firms in Manufacturing Industry of Pakistan. Managerial Finance, Vol. 37, No. 2, 2011, hlm. 117-133. Subramanyam K.R. dan John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis 10th edition. McGraw-Hill Higher Education. Umer, Usman Muhammed. 2014. Determinants of capital Structure: Empirical Evidence from Large Taxpayer Share Companies in Ethiopia. International Journal of Economics and Finance, Vol. 6, No. 1, 2014, hlm. 53-65. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, dan Donald E. Kieso. 2013. Financial Accounting IFRS Edition: 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc. Wimelda, Linda dan Aan Marlinah. 2013. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media Bisnis, Edisi Khusus November, hlm. 200-213. 148 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 149-162 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA M. EDDY ROSYADI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze and examine empirically the factors that influence income smoothing. Factors tested in this research are profitability, financial leverage, dividend payout ratio, firm size, industrial type, and firm value. Population in this research is non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2006 until 2012. Samples are obtained through purposive sampling method, in which only 54 of the non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange meet the sampling criteria and are taken as the samples. Observation period are three years from 2009 until 2011 and sample were classified to be smoother and non smoother using Eckel Index (1981) from 2006 until 2011. Analysis data used this research is binary logistic regression. Based on hypothesis testing, profitability, financial leverage, dividend payout ratio, firm size, industrial type, and firm value do not influence income smoothing in non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange. Keywords: Income Smoothing, Profitability, Financial Leverage, Dividend Payout Ratio, Firm Size, Industrial Type, and Firm Value. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Faktorfaktor yang diuji dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, rasio pembayaran dividen, ukuran perusahaan, jenis industri, dan nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan keuangan non terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Sampel diperoleh melalui metode purposive sampling, di mana hanya 54 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memenuhi kriteria sampling dan diambil sebagai sampel. Periode pengamatan tiga tahun dari 2009 sampai 2011 dan sampel diklasifikasikan menjadi smoother dan non smoother menggunakan Eckel Index (1981) dari tahun 2006 hingga 2011. Data analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik biner. Berdasarkan pengujian hipotesis, profitabilitas, leverage, rasio pembayaran dividen, ukuran perusahaan, jenis industri, dan nilai perusahaan tidak mempengaruhi perataan laba pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 149 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Kata kunci: Perataan Laba, Profitabilitas, Leverage, Rasio Dividen, Ukuran Perusahan, Jenis Industri, Perusahaan. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan ringkasan proses akuntansi selama satu periode yang berguna sebagai sumber informasi yang penting bagi pihak internal dan eksternal perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan para pengguna laporan keuangan tersebut. Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah laba. Pentingnya informasi laba disadari oleh manajemen sehingga manajemen cenderung melakukan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya) yang dipengaruhi oleh adanya asimetri informasi dalam konsep teori keagenan. Penciptaan aliran laba yang stabil dari tahun ketahun yang dilakukan manajer akan mempengaruhi penilaian kinerja manajer dalam mencapai sasaran laba yang telah ditetapkan sebelumnya dari pihak manajemen perusahaan. Namun dengan adanya rekayasa dalam laporan keuangan ini menyebabkan kualitas informasi keuangan berkurang dan dapat menyesatkan para pemakai laporan keuangan. Pihak manajemen pun akan mengalami risiko kerugian apabila para investor mengetahui tindakan manipulasi informasi keuangan yang mereka sajikan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tseng dan Lai (2007). Adapun pengembangan dalam penelitian ini yaitu menambahkan dua variabel 150 November 2014 Pembayaran dan Nilai independen, yaitu variabel jenis industri dan variabel nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan periode penelitian dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori keagenan merupakan konsep yang membahas tentang hubungan antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan yang menjalankan perusahaan. Pemilik perusahaan disebut dengan pihak prinsipal, sedangkan pihak menajemen perusahaan disebut dengan pihak agent. Dalam teori keagenan baik principal maupun agent memiliki kepentingan sendiri yang akhirnya menimbulkan konflik diantara kedua pihak (agency problem). Manajemen Laba Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan eksternal. Dengan demikian, manajemen dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingannya. Perataan Laba (Income Smoothing) Perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian ini, perataan ISSN: 1410 -9875 mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi yang abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik. Profitabilitas Profitabilitas didefinisikan sebagai rasio pengukuran efektivitas manajemen berdasarkan laba yang dilaporkan. Profitabilitas merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan menilai kinerja manajemen. Financial leverage Financial leverage merupakan tingkat hutang yang dimiliki perusahaan yang mengindikasikan risiko keuangan dalam perusahaan sekaligus menunjukan posisi hutang dari perusahaan yang mengindikasikan jumlah uang dari pihak lain yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio mengindikasikan persentase setiap satuan mata uang yang didistribusikan perusahaan kepada owner dalam bentuk kas. Dengan demikian dapat dikatakan dividen merupakan faktor yang penting dalam menilai kinerja manajemen. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. M. Eddy Rosyadi Jenis Industri Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar yaitu: perusahaan manufaktur, perusahaan non manufaktur selain usaha bank dan lembaga keuangan lainnya, dan kelompok usaha bank dan lembaga keuangan. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan ukuran kinerja perusahaan paling menyeluruh karena mencerminkan penagruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan risiko. Profitabilitas dan Perataan Laba Carlson dan Bathala (1997) dalam Aji dan Mitha (2010) semakin tinggi tingkat profitabilitas akan mengakibatkan semakin tinggi harapan dari regulator dan masyarakat kepada perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi kepada mereka berupa pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh menunjukan Tseng dan Lai (2007) bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Hal serupa ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Saeidi (2012) bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap perataan laba. Ha1 Profitabilitas berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Financial leverage dan Perataan Laba Semakin besar tingkat utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor 151 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba (Christiana 2012).Penelitian yang dilakukan Cahyani menemukan bahwa adanya pengaruh financial leverage terhadap perataan laba. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Widaryanti (2009) yang tidak berhasil menemukan pengaruh yang signifikan financial leverage terhadap perataan laba. Ha2 Financial Leverage berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Dividend Payout Ratio dan Perataan Laba Sartono dalam Budiasih (2009), menyatakan bahwa semakin besar Dividend Payout Ratio menggambarkan semakin banyak laba yang dihasilkan oleh perusahaan, begitu pula sebaliknya. Selain itu investor lebih menyukai perusahaan yang memberikan dividen yang besar. Oleh karena, semakin besar Dividen Payout Ratio semakin manajer termotivasi melakukan perataan laba. Hasil Penelitian yang dilakukan Tseng dan Lai (2007) dan Kustono (2009) menemukan bahwa Dividend Payout Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba. Namun hal yang sebaliknya ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009) bahwa Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap perataan laba. Ha3 Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. 152 November 2014 Ukuran perusahaan dan Perataan Laba Penelitian oleh Rahmawati dan Muid (2012) menunjukkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan perataan laba,yang menunjukkan bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi perusahaan melakukan tindakan perataan laba yang bersifat efisien. Hasil penelitian Widaryanti (2009) menunjukkan tidak ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. Konsisten dengan penelitian Widaryanti (2009), Chrisitiana (2012) juga tidak berhasil membuktikan variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Ha4 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Jenis Industri dan Perataan Laba Penelitian yang dilakukan Herni dan Susanto (2008) menunjukan bahwa jenis industri berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2012) dan Suwito dan Herawaty (2005) menunjukan bahwa jenis industri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Ha5 Jenis industri berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Nilai Perusahaan dan Perataan Laba Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2012) dan Irianita (2013) menunjukan bahwa nilai ISSN: 1410 -9875 perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap perataan laba. perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung melakukan perataan laba, karena perusahaan akan cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi sehingga lebih menarik arus sumber daya ke dalam perusahaannya. Hal ini yang menandakan bahwa semakin tinggi nilai perusahaan akan semakin perusahaan akan cenderung melakukan perataan laba. Ha6 Nilai perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. M. Eddy Rosyadi Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Perataan Laba Perataan laba adalah tehnik rekayasa pelaporan laba agar laba tampak stabil. Perataan laba dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indeks Eckel. Indeks Eckel dihitung dengan rumus sebagai berikut : Indeks Eckel = �� �� �� �� Dimana: ΔI : Perubahan laba dalam suatu periode ΔS : Perubahan penjualan dalam suatu periode CV: Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilaiyang diharapkan Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Adapun kriteria- kriteria yang digunakan adalah perusahaan non keuangan yang secara konsisten terdaftar di Indonesian Stock Exchange selama periode 2006 sampai dengan 2012, laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember, laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah, laporan keuangan mempunyai laba konsisten, dan membagikan dividen secara konsisten. Profitabilitas Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu dicapai perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Proksi yang digunakan utnuk mengukur profitabilitas adalah Return on Equity. Return on Equity dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Financial Leverage Financial Leverage yang mengindikasikan risiko keuangan perusahaan ini diukur dengan proksi debt to total assets ratio, yaitu total hutang dibagi dengan total aset. Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio merupakan tingkat dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham dari laba yang dihasilkan. Rasio ini dihitung dengan cara membagi dividen per saham dengan laba per saham. 153 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu untuk mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan tersebut dalam berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset. Jenis industri Jenis industri merupakan penggolongan perusahaan berdasarkan kelompok usaha. Variabel jenis industri ini dibagi ke dalam kelompok manufaktur, dagang dan jasa non keuangan. Variabel ini menggunakan dua variabel dummy, yaitu manufaktur dan jasa, sedangkan kelompok perusahaan dagang sebagai dummy reference. Pada variabel dummy manufaktur, nilai 1= manufaktur dan nilai 0= non manufaktur. Sedangkan pada variabel dummy jasa non keuangan, nilai 1= jasa dan nilai 0= non jasa. Nilai perusahaan Nilai perusahaan merupakan ukuran kinerja perusahaan paling menyeluruh karena mencerminkan penagruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan risiko. Nilai perusahaan diukur melalui Price per Book Value Ratio (PBV) yang dihasilkan dari rasio antara nilai pasar ekuitas perusahaan terhadap nilai buku ekuitas perusahaan . Metoda Analisis Data Untuk menguji pengaruh varibel independen (Profitabilitas, Financial Leverage, Dividend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, dan Nilai Perusahaan) terhadap variabel 154 November 2014 dependennya (Peratan Laba) dilakukan Uji Regresi Logistik. Pada regresi logistik ini, terdapat beberapa uji statistik yang harus dilakukan, diantaranya : -2 Log Likelihood, Nagelkerke R2, dan Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test, uji tingkat ketepatan prediksi model, dan uji signifikan koefisien. HASIL PENELITIAN Dari proses pengumpulan data dengan teknik purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi kriteria) dalam penelitian ini ada 54 perusahaan. Sehingga jumlah data penelitian yang digunakan ada 162 perusahaan. Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Perhitungan nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum digunakan untuk variabel independen bukan dummy (profitabilitas, financial leverage, dividend payout ratio, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan), sedangkan untuk variabel dummy (perataan laba dan jenis industri) menggunakan tehnik counting untuk melihat frekuensi data. Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif Pengujian Hipotesis -2 Log Likelihood Tabel 3 Nilai -2 Log Likelihood ISSN: 1410 -9875 Tabel 3 menunjukan nilai -2 Log Likelihood pada block 0 yaitu sebesar 222,576 sedangkan pada block 1 nilai -2 Log Likelihood menurun sebesar 6,06 menjadi 216,516. Penurunan nilai pada block 1 ini menunjukan bahwa model regresi ini fit atau layak digunakan. Nagelkerke R2 Tabel 4 Nilai Nagelkerke R2 Tabel 4 menunjukan nilai Nagelkerke R2 sebesar 0,049, yang berarti bahwa hanya 4,9 persen variasi dari nilai dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model ini, dan sisanya sebesar 95,1 persen dijelaskan oleh variasi variabel independen yang tidak terdapat dalam model. Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test Tabel 5 Nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test Tabel 5 menunjukkan nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test sebesar 12,260 dan nilai signifikan sebesar 0,140 yang lebih besar dari nilai 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga mengindikasikan bahwa model fit dengan data observasinya. Uji Ketepatan Prediksi Tabel 6 Uji Ketepatan Prediksi Tabel 6 menunjukkan bahwa ada 90 perusahaan yang melakukan perataan laba, akan tetapi yang tepat diprediksi berdasarkan model sebesar 67 perusahaan dengan persentase 74,4 persen (67/90) dan sisanya 23 perusahaan dengan persentase 25,6 persen (23/90) tidak tepat diprediksi. Sedangkan M. Eddy Rosyadi terdapat 72 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, akan tetapi yang tepat diprediksi dalam model sebesar 30 perusahaan dengan persentase 41,7 persen (30/72) dan sisanya 42 perusahaan dengan persentase 58,3 persen (42/72) tidak tepat diprediksi. Secara keseluruhan ketepatan prediksi berdasarkan model sebesar 97 perusahaan atau sebesar 59,9 persen (97/162). Uji Signifikansi Koefisien Tabel 7 Uji Signifikansi Koefisien Tabel 7 menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,642. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel profitabilitas terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba sehingga Ha1 tidak dapat diterima. Variabel financial leverage (DTA) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,634. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel financial leverage terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba sehingga Ha2 tidak dapat diterima. Variabel dividend payout ratio (DPR) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,172. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel dividend payout ratio terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba sehingga Ha3 tidak dapat diterima. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,813. Nilai signifikansi 155 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel ukuran perusahaan terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba sehingga Ha4 tidak dapat diterima. Variabel jenis industri manufaktur (MANUF) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,352, sedangkan variabel jenis industri jasa (JASA) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,770. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel jenis industri terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba sehingga Ha5 tidak dapat diterima. Variabel nilai perusahaan (PBV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,582. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel nilai perusahaan terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba sehingga Ha6 tidak dapat diterima. November 2014 PENUTUP Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Profitabilitas, Financial Leverage, Dividend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, dan Nilai Perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode pengamatan dalam penelitian ini hanya 3 tahun dan variabel independen yang digunakan hanya terbatas pada 6 variabel, Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka saran bagi penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian lebih dari tiga tahun agar penelitian dapat menggambarkan kondisi perusahaan non keuangan yang lebih baik. Sehingga sampel dapat mewakili populasi lebih baik. Menambah variabel independen lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba, seperti kepemilikan manajerial, leverage operasi dan variabel pengelolaan perusahaan. REFERENSI Aji, Dhamar Yudho dan Aria Farah Mita. 2010. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan,Nilai Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi Xiii, Purwokerto. Hal. 1-30 Atarwaman, Rita J.D. 2011. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Kepemilikan Manejerial Terhadap Praktik Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek 156 ISSN: 1410 -9875 M. Eddy Rosyadi Indonesia (BEI)”. Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage, Vol. 2 , No. 2. Feb. Hal: 67-78 Belkaoui, Ahmed Riahi. 2012. Teori Akuntansi. Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat Budiasih, Igan. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mampengaruhi Praktik Perataan Laba”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No.1. Jan. Hal: 1-14 Cahyani, Nuvita Dwi. 2012. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusahaan Dan Jenis Industri Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2010”. JURAKSI, ISSN: 23019328 , Vol.1, No.2. Feb. Hal:15-32 Christiana, Lusi. 2012. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1 , No.4. Juli. Hal: 71-75 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition, Pearson Education Limited. San Diego: San Diego State University Herni dan Y.K. Susanto. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan,Profitabilitas, dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris Pada Industri yang Listing Di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 3, Juli, Hal: 302-314 Horngren dan Foster Datar. 2008. Cost Accounting A Managerial Emphasis. Thirteenth Edition, Prentice Hall, Inc. Irianita, Dwi Yulia. 2013. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko Perusahaan, Nilai Perusahaan, dan Status Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba”. Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie, Vol. 1, No.2. Hal: vii-viii Kustono, Alwan Sri. 2009. “Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Risiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002– 2006”. Jurnal Ekonomi Bisnis, ISSN: 0853-7283, Tahun 14, No.3. Nopember. Hal: 200-205 Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010)”. Jurnal Akuntansi Dan Auditing, Vol. 8, No.1. Nov. Hal:1-94 Rahmawati, Dina dan Dul Muid. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2010)”. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No.2. Hal: 1-14 Saeidi, Parviz. 2012. “The Relationship Between Income Smoothing And Income Tax And Profitability Ratios In Iran Stock Market”. Asian Journal of Finance and Accounting, Vol.4, No.1. Hal: 46-51 Subramanyam, K.R and John J. Wild, Trans. 2008 . Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat 157 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisa Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Pertaan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, September. Hal: 136-146 Tseng, Li Jung and Lai Chien Wen. 2007. “The Relationship between Income Smoothing and Company Profitability: An Empirical Study”. International Journal of Management. Desember. Hal: 727-733, 823 Weygandt, Jerry J. et. al. 2010. Financial Accounting. IFRS Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Widaryanti. 2009. “Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (The Analysis Of Factors Influencing The Income Smoothing Practice Of Manufacturing Companies Listed At Indonesian Stock Exchange)”. Fokus Ekonomi, Vol.4, No.2. Desember. Hal: 60-77 Yusuf, Muhammad dan Soraya. 2004. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan Non Asing di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 8 No. 1. Juni. Hal: 99- 125 158 ISSN: 1410 -9875 M. Eddy Rosyadi Profitabilitas Financial Leverage Perataan Laba Dividend Payout Ratio \ Ukuran Perusahaan Jenis Industri Nilai Perusahaan Gambar 1 Model Penelitian Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel Seluruh perusahaan non keuangan yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2012 Jumlah 232 Perusahaan non keuangan yang tidak menyajikan laporan keuangan per 31 Desember (3) Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya tidak menggunakan mata uang rupiah (12) Perusahaan non keuangan yang mengalami kerugian selama tahun 2006-2011 (112) Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan dividen kas berturut-turut dari tahun 2009-2011 (51) Perusahaan yang dijadikan sampel 54 Total data yang digunakan dalam penelitian 162 Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif Variabel N Maksimum Minimum Mean ROE DTA DPR SIZE PBV 162 162 162 162 162 1,313 0,8684 1,7234 18,8493 167,5600 0,0222 0,0187 0,0127 11,8451 0,1300 0,229027 0,430437 0,430356 14,794839 3,723395 Standar Deviasi 0,1792685 0,1881354 0,2953594 1,6297711 13,6531240 159 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Frekuensi Perataan Laba Frekuensi Persentase (%) Kategori 0= Bukan Perata Laba 1= Perata Laba Total Kategori November 2014 72 90 162 44,4 55,6 100 Frekuensi Jenis Industri Manufaktur Frekuensi Persentase (%) 0= Bukan Manufaktur 1= Manufaktur Total 81 81 162 50 50 100 Frekuensi Jenis Industri Jasa Frekuensi Persentase (%) Kategori 0= Bukan Jasa 1= Jasa Total 105 57 162 64,8 35,2 100 Tabel 3 Nilai -2 Log Likelihood Keterangan Block 0: Beginning Block Block 1: Method = Enter Nilai -2 Log Likelihood 222,576 216,516 Tabel 4 Nilai Nagelkerke R2 Cox dan Snell R2 Nagelkerke R2 0,037 0,049 Tabel 5 Nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test Chi-Square 12,260 160 Signifikan 0,140 ISSN: 1410 -9875 M. Eddy Rosyadi Tabel 6 Uji Ketepatan Prediksi Observed Step Perataan 1 Laba Bukan Perataan Laba Perataan Laba Overall Percentage Predicted Perataan Laba Bukan Perataan Laba Perataan Laba 30 42 23 Percentage Correct 67 41,7 74,4 59,9 Tabel 7 Uji Signifikansi Koefisien Variabel ROE DTA DPR SIZE MANUF JASA PBV Beta 0,527 0,453 0,855 0,024 0,468 0,147 0,012 Sig. 0,642 Alpha 0,05 Keputusan Ha1 ditolak 0,634 0,05 Ha2 ditolak 0,172 0,813 0,05 0,05 Ha3 ditolak Ha4 ditolak 0,352 0,05 Ha5 ditolak 0,770 0,05 Ha5 ditolak 0,582 0,05 Ha6 ditolak 161 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5 Halaman ini sengaja dikosongkan 162 November 2014