Vol. 16, No. 1a, Is. 5 November 2014 DAFTAR ISI Pengaruh Budaya

advertisement
Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
DAFTAR ISI
Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan
Irma Satya Indriyanti dan Karel Tjahjadi ....................................
1
Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Nonperforming
Loan, Return On Equity, Dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Mahmudin Muslim ................................................................
13
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerbitanunqualified Opinion
With Modified Paragraph Going Concern
Meiriska Febrianty ...............................................................
27
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Meinie Susanty ....................................................................
51
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing Penawaran Umum Perdana Perusahaan
Meiryananda Permanasari ......................................................
65
Pengaruh Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception Dan
Attitude Terhadap Purchase Decision
Muwaffick Hidayat ................................................................
83
Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan
Dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Nicken Destriana ..................................................................
93
Pengaruh Komitmen Afektif, Komitmen Continuance, Dan Komitmen
Normatif Terhadap Turnover Intention Karyawan
Nugrahani Tunggadewi ............................................................. 109
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Mungniyati ............................................................................. 117
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Non Keuangan Yang Publik
Yohanes ................................................................................ 133
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
M. Eddy Rosyadi ...................................................................... 149
Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1 Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2 Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3 Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5 Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 1-12
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN
LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
IRMA SATYA INDRIYANTI dan KAREL TJAHJADI
STIE TRISAKTI
[email protected]
[email protected]
Abstract :The purpose of this study was to analyze and know the influence of
Organizational Culture, Leadership Style and Employee Performance PT.
Mutiara Raga Indah. Further research is also using the SPSS Statistical Package
Software Version regersi 16.0 by regression analysis to examine the influence
of organizational culture, leadership style, and performance of employees on
the performance of employees in PT. Mutiara Raga Indah. The method used in
the form of survey research methods, with a sampling of random sampling
techniques. The population in this study were all employees who worked on
PT. Mutiara Raga Indah comprising 98 people, with the number of samples
taken in this study were as many as 50 respondents. The research data
consisted of demographic data of respondents, data on organizational culture,
leadership style, work environment dam PT. Mutiara Raga Indah employee
performance is then used to examine the influence of organizational culture,
leadership style and work environment on employee performance PT. Mutiara
Raga Indah. The results showed that the regression equation to analyze the
influence of organizational culture, leadership style and work environment on
employee performance PT. Mutiara Raga Indah indicates that there is no
significant positive effect of organizational culture on employee performance,
and there is a significant positive effect between leadership style and work
environment on employee performance .
Keywords: organization culture, employee performance, leadership style,
working environment
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh budaya
organisasi, gaya kepemimpinan, dan kinerja karyawan di PT. Mutiara Raga
Indah. Analisa regresi dilakukan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh
antar variable independen dan dependen. Program SPSS versi 16 digunakan
untuk melakukan uji antar variable. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 98
orang yang merupakan karyawan dari PT. Mutiara Raga Indah. Sebanyak 50
orang karyawan ditetapkan sebagai sampel sesuai dengan syarat yang
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
ditentukan dalam penelitian ini. Metode pengambilan sampel menggunakan
random sampling. Data penelitian yang terdiri dari demografi responden,
budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan lingkungan kerja, di PT. Mutiara
Raga Indah digunakan untuk menguji pengaruhnya terhadap terhadap kinerja
karyawan di perusahaan yang sama. Hasil penelitian dengan menggunakan
regresi menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya
kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dalam
perusahaan. Sementara budaya organisasi terbukti tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan.
Kata Kunci: gaya kepemimpinan, lingkungan kerja, kinerja karyawan, kinerja
karyawan
PENDAHULUAN
Setiap
organisasi
harus
memiliki sumber daya manusia yang
kompeten, mampu bekerja dengan
baik dan mampu bekerjasama untuk
memberikan hasil yang terbaik
untuk
kemajuan
perusahaan.
Persaingan bisnis saat ini semakin
kuat, sehingga diperlukannya cara
bagi setiap perusahaan untuk terus
berkembang
dan
meningkatkan
usaha mereka, terlebih lagi bagi
perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa.
PT. MUTIARA RAGA INDAH
merupakan
perusahaan
yang
menyediakan
fasilitas
untuk
masyarakat dalam bidang olahraga.
Saat ini begitu banyak sport club
yang memberikan fasilitas serupa,
sehingga untuk dapat terus bertahan
diperlukan peningkatan pelayanan
serta
peningkatan
fasilitas.
Peningkatan
pelayanan
dapat
terlihat maupun dapat dinilai
melalui kinerja karyawan.
Penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian yang
dilakkukan
oleh
Zulkarnain,
penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan ada atau tidaknya
2
pengaruh variabel independen yaitu
budaya
organisasi,
gaya
kepemimpinan dan lingkungan kerja
terhadap variabel dependen yaitu
kinerja karyawan.
Masalah yang menjadi acuan
dalam
penelitian
ini
yaitu
pemecahan atas berpengaruhnya
variabel
independen
terhadap
variabel dependen. Penelitian ini
memiliki
tujuan
yaitu
untuk
mendapatka bukti empiris prngaruh
variabel
independen
terhadap
variabel dependen.
RERANGKA
HIPOTESIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Rerangka Teoritis
Budaya Organisasi
Menurut
Robbins,“Budaya
organisasi
sebagai
nilai-nilai
dominan yang disebarluaskan dalam
organisasi yang dijadikan filosofi
kerja karyawan yang menjadi
panduan bagi kebijakan organisasi
dalam mengelola karyawan dan
konsumen.” (2001,7)
Menurut
Wood,
et
al,
“Budaya organisasi adalah sistem
yang dipercayai dan nilai yang
dikembangkan
oleh
organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku
ISSN: 1410 -9875
dari anggota organisasi itu sendiri.”
(2001, 7)
Beberapa nilai dalam budaya
organisasi meliputi budaya kerja,
budaya partisipatif, budaya suportif
(Budihardjo 2004,36), Sedangkan
tingkatan dalam budaya organisasi
meliputi
simbol-simbol,
proses,
format dan perilaku (Jalal 2000,
36).
Budaya organisasi memiliki
beberapa fungsi diantaranya sebagai
pengikat
organisasi,
integrator,
identitas organisasi, energi untuk
mencapai kinerja yang tinggi, ciri
kualitas, motivator, serta pedoman
gaya kepemimpinan (Sunarto 2003,
8).
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu
cara pemimpin untuk mempengaruhi
bawahannya.
Corak/gaya
kepemimpinan seorang manajer
akan sangat berpengaruh terhadap
efektifitas seorang pemimpin.
Menurut
Hersey
dan
Blanchard “Gaya Kepemimpinan
seorang adalah pola perilaku yang
di perlihatkan orang-orang itu pada
saat mempengaruhi aktivitas orang
lain seperti yang di persepsikan
orang lain”. (2000, 322)
Menurut
Luthans
“Gaya
Kepemimpinan adalah
gabungan
dari perilaku pelaksanaan tugas dan
hubungan dengan orang lain”.
(2000, 322)
Menurut
Daft
“Gaya
kepemimpinan sebagai kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain
guna mencapai tujuan organisasi”
(2010, 329)
Disimpulkan
bahwa
gaya
kepemimpinan
adalah
cara
pemimpin atau pola perilaku
Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi
pemimpin dalam mengarahkan dan
mempengaruhi para pengikutnya.
Macam gaya kepemimpinan
otokratis yang mendasar pada
kekuatan,
partisipatif
gaya
kepemimpinan yang selalu berada di
tengah bawahan sehingga terlibat
dan berpartisipasi aktif dalam
kegiatan organisasi, laiser faire
gaya
kepemimpinan
yang
memberikan
kebebasan kepada
bawahan,
karena
biasanya
pemimpin tidak memiliki keahlian
teknis (Timpe 2002, 122-123).
Lingkungan Kerja
Menurut
Zulkarnain
“Lingkungan kerja adalah kondisi
baik dari fisik maupun psikis. Fisik
dapat diartikan sebagai kondisi
tempat bekerja, sedangkan psikis
sebagai kondisi kejiwaan seorang
pegawai
dalam
menghadapi
lingkungan kerja” (2007, 44)
Lingkungan kerja yang baik
sangat
berpengaruh
terhadap
pekerjaan
seorang
karyawan,
karena lingkungan kerja merupakan
suatu tempat dimana seorang
karyawan menjalankan tugas dan
kewajibannya
dibawah
suatu
naungan lembaga atau organisasi
tertentu.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi lingkungan kerja
meliputi
penerangan,
sirkulasi
udara, ketenangan, kebersihan,
perlengkapan,
hubungan
antar
pegawai
dan
suasana
kerja
(Sedarmayanti 2001, 21).
Berdasarkan
seluruh
penjelasan
tentang
Lingkungan
kerja, dapat disimpulkan bahwa
kondisi-kondisi lingkungan yang baik
dapat tercipta, prestasi tinggi dapat
dihasilkan melalui konsentrasi pada
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan
ego
dan
perwujudan diri yang lebih tinggi.
Kinerja
Kinerja
merupakan
kesuksesan
dan
keberhasilan
seseorang
karyawan
dalam
melaksanakan suatu pekerjaan atau
suatu pencapaian seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang di
bebankan kepadanya yang ditujukan
untuk dapat mencapai tujuan
organisasi
Menurut Hasibuan, “kinerja
adalah suatu hasil kerja yang
dicapai
seseorang
dalam
melaksanakan tugas-tugasnya yang
dibebankan
kepadanya
yang
didasarkan
atas
kecakapan,
pengalaman dengan kesungguhan
serta waktu.” (2001,94)
Faktor yang mempengaruhi
kinerja meliputi faktor kemampuan
dan faktor motivasi. Penilaian
kinerja didasarkan oleh tampilan
kerja, hasil kerja,
seni dan
manajemen. (Suprihanto 2006, 63)
Berdasarkan
kerangka
teoritis
diatas, maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut
Ha 1 : Terdapat pengaruh antara
budaya organisasi terhadap
kinerja.
Ho 1 : Tidak terdapat pengaruh
antara budaya organisasi
terhadap kinerja.
Ha 2 : Terdapat pengaruh antara
gaya
kepemimpinan
terhadap kinerja.
Ho 2 : Tidak terdapat pengaruh
antara gaya kepemimpinan
terhadap kinerja.
Ha 3 : Terdapat pengaruh antara
lingkungan kerja terhadap
kinerja
4
November 2014
Ho 3 : Tidak terdapat pengaruh
antara lingkungan kerja
terhadap kinerja
Ha 4 :
Terdapat
pengaruh
antara budaya organisasi,
gaya kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap
kinerja.
Ho 4 : Tidak terdapat pengaruh
antara budaya organisasi,
gaya kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap
kinerja.
METODA PENELITIAN
Populasi dan sampel
Populasi
adalah
semua
anggota kelompok, orang, golongan,
atau hal-hal tertentu yang ingin
diselidiki oleh peneliti dari populasi
tersebut. Populasi yang hendak
diteliti adalah seluruh karyawan
yang bekerja sebagai manajer,
supervisor, staf (staf administrasi,
akuntansi,
marketing),
serta
customer service pada PT. MUTIARA
RAGA INDAH.
Definisi Operasional Variabel
Budaya Organisasi adalah
filosofi
dasar
organisasi
yang
memuat norma-norma, dan nilainilai
bersama
yang
menjadi
karakteristik inti tentang bagaimana
cara melakukan sesuatu dalam
organisasi.
Variabel
Budaya
Organisasi
diukur
berdasarkan
indikator partisipatif, budaya kerja,
supportive.
Gaya Kepemimpinan adalah
cara pemimpin dalam mengarahkan
dan
mempengaruhi
para
pengikutnya.
Variabel
Gaya
Kepemimpinan diukur berdasarkan,
ISSN: 1410 -9875
indikator
otoriter,
partisipatif,
direktif, situasional.
Lingkungan
Kerja
adalah
karakteristik
berdasarkan
penerangan,
sirkulasi
udara,
ketenangan,
kebersihan,
perlengkapan
yang
dapat
mempengaruhi
para
karyawan
dalam menjalankan tugas mereka.
Variabel Lingkungan Kerja diukur
berdasarkan
hubungan
antar
pegawai, dan suasana kerja.
Kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya yang
merupakan
kombinasi
dari
kemampuan, usaha dan kesempatan
yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya yang dilakukan selama
periode tertentu. Variabel kinerja
diukur
berdasarkan
indikator
tampilan kerja, hasil kerja, seni dan
manajemen.
Teknik Pengumpulan Data
Data primer adalah data asli
yang dikumpulkan sendiri oleh
periset untuk menjawab masalah
risetnya secara khusus (Istijanto
2005, 32). Data primer diperoleh
langsung dari sumbernya dan
merupakan data kuantitatif yang
bersifat
terstruktur.
Data
dikumpulkan menggunakan alat
yang terstruktur, yaitu alternatif
jawaban terhadap pernyataan yang
disampaikan
kepada
responden
dalam kuesioner. Selanjutnya data
diubah dari jawaban para responden
menjadi satuan kuantitatif. Data
primer dikumpulkan dengan datang
langsung ke responden dan penulis
menunggu
responden
mengisi
kuesioner. Waktu pengumpulan data
membutuhkan waktu 2 hari.
Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi
Data sekunder adalah data
yang telah dikumpulkan pihak lain.
Periset hanya memanfaatkan data
yang ada untuk penelitiannya
(Istijanto 2005, 27). Data sekunder
diperoleh secara tidak langsung
yakni, jurnal, buku (data eksternal)
dan data internal. Bentuk data
sekunder: data-data informasi, studi
kepustakaan,
sumber-sumber
ilmiah.
Metode Analisis Data
Analisis Korelasi
Analisis Korelasi bertujuan untuk
mengetahui keeratan hubungan
antara dua variabel dan untuk
mengetahui arah hubungan yang
terjadi (Priyatno 2010, 16).
Analisis Koefisien Determinasi
(R²)
Koefisien
determinasi
menunjukkan
seberapa
besar
persentase
variasi
variabel
independen yang digunakan dalam
model mampu menjelaskan variasi
variabel independen. Nilai R² adalah
antara 0 dan 1 (Priyatno 2010, 66).
Analisis Regresi Sederhana
Regresi linier sederhana merupakan
hubungan secara linier antara
variabel bebas dengan variabel
terikat.
Y = a + b1X1 + e
Dimana:
Y = kinerja pegawai
X1 = variabel budaya organisasi
e = Error
Y = a + b2X2 + e
Dimana:
Y = kinerja pegawai
X2 = variabel Gaya Kepemimpinan
e = Error
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Y = a + b3X3 + e
Dimana:
Y = kinerja pegawai
X3 = variabel Lingkungan Kerja
e = Error
Analisis Regresi Berganda
Mengetahui ada atau tidak adanya
hubungan secara nersama-sama
atau variabel independen terhadap
variabel dependen.
Y = b0 + b1X1 + b2X2 +
b3X3+e
Dimana:
b0 = koefisien parameter intersep
b1 = koefisien parameter variabel
X1
b2 = koefisien parameter variabel
X2
b3 = koefisien parameter variabel
X3
Y = kinerja pegawai
X1 = variabel budaya organisasi
X2 = variabel gaya kepemimpinan
X3 = variabel lingkungan kerja
e = error yang disebabkan oleh
variabel yang dapat diteliti
tapi tidak diikutsertakan
Uji Hipotesis
Uji t
Hair et al menyatakan bahwa
“t test is test to assess the statiscal
significance of the difference
between two sample means for a
single
dependent
variable”
(2006,387).
Dasar
pengambilan
keputusan:
a. Berdasar perbandingan t hitung
dengan t tabel (Gujarati 2010,
87)
b. Jika statistik hitung (angka t
output) > statistik tabel (tabel
t), maka Ho ditolak.
6
November 2014
c. Jika statistik hitung (angka t
output) < statistik tabel (tabel
t), maka Ho diterima
d. Berdasarkan nilai probabilitas
(Gujarati 2010, 88)
1. Jika Probabilitas > 0,05,
maka Ho diterima
a. Jika Probabilitas
< 0,05, maka Ho
ditolak
Uji F
Menurut Gujarati (2002, 68),
uji statistik F digunakan untuk
menguji ketepatan model regresi
yang dipakai untuk memprediksi
varibel dependen sehingga model
regresi layak digunakan dalam
penelitian.
Dasar
pengambilan
keputusan:
a. Berdasarkan perbandingan F
hitung dengan F tabel (Gujarati
2010, 115):
1. Jika statistik hitung (angka F
output) > statistik tabel
(tabel F), maka Ho ditolak
2. Jika statistik hitung (angka F
output) < statistik
tabel
(tabel F), maka Ho diterima
b. Berdasarkan nilai probabilitas
(Gujarati 2010, 117):
1. Jika Probabilitas > 0,05, maka
Ho diterima
2. Jika Probabilitas < 0,05 maka
Ho ditolak
HASIL PENELITIAN
Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis Pertama
Pada tabel 4.10 terlampir
dapat diketahui bahwa nilai R
adalah 0,497. Hasil ini menyatakan
bahwa tingkat hubungan antara
gaya kepemimpinan dengan kinerja
adalah sedang.
ISSN: 1410 -9875
Nilai
R
Square
menunjukkan nilai 0,066 berarti
variasi variabel kinerja dapat
dijelaskan oleh variabel budaya
organisasi sebesar 0,066 atau 6,6%,
sedangkan sisanya sebesar 0,934
atau 93,4% dapat dijelaskan oleh
faktor-faktor lain.
Y = 22,842 + 0,230X1 + e
Model regresi tersebut, maka
didapatkan nilai a sebesar 22,842
dan nilai b sebesar 0,230. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa jika nilai 0
pada budaya organisasi, maka
kinerja adalah sebesar
22,842.
Variabel budaya organisasi naik 1
satuan, maka kinerja akan naik
sebesar 0,230.
Pada
tabel
4.9.
dapat
diketahui bahwa nilai sig. untuk uji
t adalah sebesar 0,072 dimana nilai
tersebut >0,05, oleh karena itu Ho
diterima, dan Ha ditolak, yang
artinya budaya organisasi tidak
mempengaruhi kinerja.
Pada gambar kurva di atas,
dapat diketahui bahwa nilai t hitung
< t table, dimana nilai t hitung yang
didapat dari table 4.9. yaitu sebesar
1,839 dan nilai t table sebesar 2,021
(dari lampiran table t), dimana df
(n-2) = 50 – 2 = 48. Maka nilai t
hitung
terletak
di
daerah
penerimaan Ho, yang berarti bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak, berarti
tidak terdapat pengaruh antara
budaya organisasi dengan kinerja
karyawan CLUB PANTAI MUTIARA.
Tidak
adanya
pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja
disebabkan oleh kondisi CLUB
PANTAI MUTIARA yang dipimpin oleh
atasan yang memberikan kebebasan
tiap karyawan dalam menjalan
tugas mereka, hal ini mempengaruhi
bahwa baik atau buruknya budaya
Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi
yang ada tidak mempengaruhi
kinerja perusahaan.
Uji Hipotesis Kedua
Diketahui bahwa nilai R
adalah sebesar 0,497. Hasil ini
menyatakan
bahwa
tingkat
hubungan
antara
gaya
kepemimpinan
dengan
kinerja
adalah sedang
Besarnya
kontribusi
yang
diberikan oleh budaya organisasi
dilihat dari nilai R Square. Nilai R
Square menunjukkan nilai 0,247
berarti variasi variabel
kinerja
dapat dijelaskan oleh variabel gaya
kepemimpinan sebesar 0,247 atau
24,7%, sedangkan sisanya sebesar
0,753 atau 75,3% dapat dijelaskan
oleh faktor-faktor lain.
Y = 22,067 + 0,3 06X2 + e
55 ut,
Pada model regres i terseb
a sebesar
maka
didapatkan
nilai
22,067 dan nilai b sebesar 0,306.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika
nilai 0 pada gaya kepemimpinan,
maka kinerja adalah sebesar 22,067.
Variabel gaya kepemimpinan naik 1
satuan, maka kinerja akan naik
sebesar 0,306. Nilai sig. untuk uji t
adalah sebesar 0,00 dimana nilai
tersebut < 0,05, oleh karena itu Ho2
ditolak, dan Ha2 diterima yang
berarti terdapat pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja.
Dapat diketahui bahwa nilai t
hitung > t table, dimana nilai t
hitung yaitu sebesar 3,970 dan nilai
t table sebesar 2,021 (dari lampiran
table t), dimana df (n-2) = 50 – 2 =
48. Maka nilai t hitung terletak di
daerah penolakan Ho, yang berarti
bahwa Ho2 ditolak dan Ha2
diterima, berarti terdapat pengaruh
antara gaya kepemimpinan dengan
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
kinerja karyawan
MUTIARA.
CLUB
PANTAI
Uji Hipotesis Ketiga
Diketahui bahwa nilai R
adalah sebesar 0,469. Hal ini
menyatakan
bahwa
tingkat
hubungan antara lingkungan kerja
dengan kinerja adalah sangat tinggi.
Nilai R Square menunjukkan
nilai 0,220 berarti variasi variabel
kinerja dapat dijelaskan oleh
variabel gaya kepemimpinan sebesar
0,220 atau 22%, sedangkan sisanya
sebesar 0,780 atau 78% dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
Y = 17,823 + 0,508(X3) + e
Pada model regresi tersebut,
maka didapatkan nilai a sebesar
17,823 dan nilai b sebesar 0,508.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika
nilai 0 pada lingkungan kerja, maka
kinerja adalah sebesar
17,823.
Variabel lingkungan kerja naik 1
satuan, maka kinerja akan naik
sebesar 0,508.
Pada tabel 4.13. dapat dilihat
bahwa nilai sig. untuk uji t adalah
sebesar 0,001 dimana nilai tersebut
< 0,05, oleh karena itu Ho3 ditolak,
dan Ha3 diterima yang berarti
terdapat pengaruh lingkungan kerja
terhadap kinerja CLUB PANTAI
MUTIARA.
Dapat diketahui bahwa nilai t hitung
> t table, dimana nilai t hitung
sebesar 3,681 dan nilai t table
sebesar 2,021, dimana df (n-2) = 50
– 2 = 48. Nilai t hitung terletak di
daerah penolakan Ho, yang berarti
bahwa Ho3 ditolak dan Ha3
diterima, berarti terdapat pengaruh
antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja karyawan CLUB PANTAI
MUTIARA.
8
November 2014
Uji Hipotesis Keempat
Berdasarkan
acuan
dari
ketentuan tingkat pengaruh suatu
variabel
independen
terhadap
variabel dependen, maka dapat
dikatakan bahwa nilai R yaitu
sebesar 0,584 yang artinya bahwa
tingkat hubungan antara budaya
organisasi, gaya kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap kinerja
adalah kuat.
Sedangkan
besarnya
kontribusi yang diberikan oleh
variabel independen dilihat dari
nilai Adjusted R Square nilai
tersebut adalah sebesar 0,298,
berarti variasi variabel dependen
yaitu kinerja dapat dijelaskan oleh
variabel
independen
(budaya
organisasi, gaya kepemimpinan dan
lingkungan kerja) sebesar 0,298
atau 29,8%, sedangkan sisanya
sebesar 0,702 atau 70,2% dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
Y = 17,640 -0,120X1 + 0,243X2 +
0,412X3 + e
Pada model regresi tersebut,
maka didapatkan nilai a sebesar
17,640. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa jika nilai 0 pada budaya
organisasi, gaya kepemimpinan dan
lingkungan kerja maka kinerja
sebesar 17,640. Sedangkan untuk
koefisien regresi X1 atau budaya
organisasi jika mengalami kenaikan
1 maka akan menurunkan variabel
kinerja sebesar -0,120, jika X1
dalam keadaan tetap. Koefisien
regresi X2 atau gaya kepemimpinan
jika mengalami kenaikan sebesar 1
maka akan meningkatkan kinerja
sebesar 0,243. Selanjutnya untuk
koefisien regresi X3 atau lingkungan
kerja, jika mengalami kenaikan
sebesar 1 maka akan meningkatkan
ISSN: 1410 -9875
kinerja
sebesar
0,412
dalam
keadaan tetap.
. Berdasarkan perhitungan
dapat diketahui bahwa nilai sig.
untuk uji t untuk variabel budaya
organisasi adalah sebesar 0,382,
dimana nilai tersebut > 0,05, maka
Ho4 diterima, dan Ha4 ditolak.
Nilai sig. uji t untuk gaya
kepemimpinan
adalah
0,006,
dimana nilai tersebut < 0,05, maka
Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Nilai
sig. uji t untuk variabel lingkungan
kerja 0,15, dimana nilai tersebut <
0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
Hasil uji F dalam penelitian
ini diatas diperoleh F hitung sebesar
7.947 dengan tingkat signifikansi
0.000, dengan nilai signifikan yang
lebih kecil dari 0.05 menunjukkan
bahwa variabel budaya organisasi,
gaya kepemimpinan, dan lingkungan
kerja
secara
bersama
sama
berpengaruh
terhadap
kinerja.
Dengan demikian model layak
digunakan dalam model penelitian.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk meneliti apakah terdapat
pengaruh antara budaya organisasi,
gaya kepemimpinan dan lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan
pada PT. MUTIARA RAGA INDAH.
Hasil pengujian dalam penelitian ini
dapat dilihat sebagai berikut:
1. Ho1 diterima dan Ha1 ditolak,
artinya tidak terdapat pengaruh
budaya
organisasi
dengan
kinerja. Penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian
Zulkarnain yang menyatakan
Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi
bahwa
budaya
organisasi
berpengaruh terhadap kinerja.
2. Ho2 ditolak dan Ha2 diterima,
artinya terdapat pengaruh gaya
kepemimpinan dengan kinerja.
Penelitian ini konsisten dengan
penelitian Zulkarnain.
3. Ho3 ditolak dan Ha3 diterima,
artinya
terdapat
pengaruh
lingkungan kerja
dengan
kinerja. Penelitian ini konsisten
dengan penelitian Zulkarnain.
4. Ho4 ditolak dan Ha4 diterima,
artinya
terdapat
pengaruh
bersama-sama
budaya
organisasi, gaya kepemimpinan
dan lingkungan kerja terhadap
kinerja.
Keterbatasan
Dalam penelitian ini memiliki
keterbatasan-keterbatasan,
diantaranya:
a. Responden
yang
digunakan
terbatas
hanya
pada
PT.
MUTIARA RAGA INDAH, yang
hasil pengujiannya akan berbeda
jika dilakukan pada sport club
lainnya.
b. Penelitian
ini
hanya
menggunakan tiga variabel yang
terdiri dari variabel budaya
organisasi, gaya kepemimpinan
dan lingkungan kerja.
Rekomendasi
Saran
yang
diberikan
terhadap keterbatasan yang ada
ialah:
a. Melakukan penelitian pada sport
club lainnya yang memiiki
banyak
karyawan
untuk
dijadikan responden.
b. Penambahan
variabel
lain
seperti
evaluasi
kinerja,
motivasi dan kepuasan kerja.
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
REFERENSI
Ardana, I Komang., et.al. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Boone dan Kurtz. 2007. Pengantar bisnis kontemporer. Jakarta : PT. Salemba
Empat.
Dessler, Gary. 2011. “Human Resources Management”. Prentice Hall.
Dessler, Gary. 2011. “Human Resources Management”. 12th edition, Pearson
Education : imitednometries.
Gujarati, Damodar. N. 2003. Basic Econometrics. Fourth edition Mc Graw Hill
International.
Gujarati, Damodar. N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. Fourth
edition Mc Graw Hill International.
Gumilar, Ivan. 2007. Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen. Bandung:
Utamalab.
Hair, Joseph. F., William. C. Black., Barry J. Babin., Rolph E. Anderson, and
Robald L. Tatham. 2006. Multivariate Data. Sixth Edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Hair, Jr., Joseph, F., Black, C., William, Babin, J., Barry, Aderson, Raphe and
Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis seventh edition.
Pearson Prentice Hall.
Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mangkunegara, A.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Newstrom, John W. 2002. Organizational behavior : Human Behavior at work.
edition Mc Graw Hill International.
Priyatno, Duwi. 2008. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta:
Andi.
Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Jakarta. PT Prenhallindo
Persada.
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi, Jakarta. PT Prenhallindo
Persada.
Robbins, Stephen P. 2009. Perilaku Organisasi, Jakarta. PT Prenhallindo
Persada.
Sanders, Donald. H and Robert K. Smith. 2000. Statistics. Mc Graw Hill
International.
Sekaran, Uma, and Bougie Roger. 2010. Research Methods for Business. New
Jersey: John Wiley and Sons.
10
ISSN: 1410 -9875
Irma Satya Indriyanti Dan Karel Tjahjadi
Steven L. McShane, Mary Ann Von Glinow. 2005. 3rd ed. International Edition.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supranto J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi (edisi kedua). Jakarta : Erlangga.
Tampubolon, Manahan P. 2008. Perilaku Keorganisasian edisi 2. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Umar, Husein. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia.
Umar, Husein. 2009. Riset SDM Dalam Organisasi: Gramedia.
Utomo, Budi. 2002. Menentukan faktor-faktor kepuasaan kerja dan tingkat
pengaruh kepuasan kerja terhadap loyalitas karyawan PT P. Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan, 7 (2), 171 – 188.
Zulkarnain. “Analisis Pemotivasian dan Loyalitas Karyawan Bagian Pemasaran
PT. Palma Abadi Sentosa di Palangka Raya”.
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan
12
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 13-26
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO, NONPERFORMING LOAN, RETURN ON EQUITY, DAN DIVIDEND PER SHARE
TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
MAHMUDIN MUSLIM
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to identify factors which have
influence stock price. The factors include capital adequacy ratio, loan to
deposit ratio, non-performing loan, return on equity and dividend per
share.The sample are banking company which are listed in indonesia stock
exchange, with purposive sampling method, the company which are including
the criteria of sample are 7 company. Statistic method that used is multiple
regression.The result can be summarized as follow. First, capital adequacy
ratio do not influence stock price. Second, loan to deposit ratio do not
influence stock price. Third, non-performing loan do not influence stock
price. Fourth, return on equity do influence stock price. Fifth, dividend per
share do influence stock price. And sixth is simultaneously capital adequacy
ratio, loan to deposit, non-performing loan, return on equity, and dividend
per share variable have influenced the stock price.
Keywords :
Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non-performing
Loan, Return on Equity, Dividend per Share, Stock Price.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor yang
mempengaruhi stock price. Faktor yang dipertimbangkan dalam penelitian ini
adalah capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, non-performing loan,
return on equity dan dividend per share. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan perbankkan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Sebanyak
tujuh buah perusahaan dipilih sebagai sampel dengan menggunakan metode
purposive sampling. Data penelitian dianalisa dengan menggunakan regresi
berganda. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa capital adequacy ratio,
loan to deposit ratio, dan non-performing loan terbukti tidak memiliki
pengaruh secara parsial terhadap stock price. Sedangkan dividend per share
berpengaruh secara parsial terhadap stock price. Keseluruhan variable
independen secara simultan
terbukti
berpengaruh terhadap variable
dependen.
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Kata kunci : Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit
Ratio,
Nonperforming Loan, Return on Equity, Dividend per Share, Stock
Price.
analisa sebelum memutuskan untuk
berinvestasi pada suatu bank.
PENDAHULUAN
Bank merupakan salah satu
Analisa
yang
dapat
dilakukan
industri
yang
membantu
adalah dengan
menilai
melalui
harga saham yang dimiliki. Karena
perkembangan
ekonomi
sejak
melalui
harga
saham
akan
dahulu. Bank itu sendiri memiliki
tercermin
kondisi
suatu
beberapa pengertian secara umum.
perusahaan. Harga
saham yang
Bank adalah badan usaha yang
meningkat mencerminkan kinerja
menghimpun dana dari masyarakat
perusahaan yang
baik
sehingga
dalam
bentuk
simpanan
dan
layak
dipertimbangkan
untuk
menyalurkannya
kepada
menjadi sasaran investasi. Salah
masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk – bentuk lainnya
satu tehnik yang dapat digunakan
dalam rangka meningkatkan taraf
untuk penilaian harga saham yaitu
hidup rakyat banyak (menurut
melalui
analisis
fundamental.
Analisis fundamental merupakan
Undang – undang Nomor 10 tahun
metode analisis saham dengan
1998). Selain itu, menurut Peter S
melakukan penilaian atas laporan
Rose
(Irmayanto
2007,
53)
keuangan perusahaan.
menyebutkan
bahwa
Bank
merupakan lembaga keuangan yang
Penelitian sebelumnya juga
pernah dilakukan oleh beberapa
menawarkan jasa keuangan seperti
peneliti yang meneliti variabelkredit, tabungan, pembayaran jasa
variabel yang diduga mempengaruhi
dan melakukan fungsi keuangan
Harga Saham. Tita Deitiana (2011)
lainnya secara profesional.
meneliti tentang “Pengaruh Rasio
Seiring
dengan
waktu
dan
Keuangan, Pertumbuhan Penjualan,
perkembangan
jaman
serta
dan Dividen
terhadap
Harga
kemajuan
pesat
dari
negara
Saham” pada perusahaan dalam LQberkembang seperti
Indonesia,
45 tahun 2004-2008. Hasilnya
maka saat ini bank tidak hanya
menunjukkan bahwa secara parsial
berlaku sebagai tempat simpan
variabel Return on Equity (ROE)
pinjam saja melainkan menjadi
berpengaruh
terhadap
Harga
salah satu industri yang mulai
Saham, tetapi pada
penelitian
diminati oleh kalangan
investor
Fanny dan Hasan (2008), ROE tidak
baik itu investor lokal maupun asing
berpengaruh
terhadap
Harga
untuk menanamkan modalnya.
Saham.
Sama seperti investor pada
Penelitian
berikutnya
umumnya, sebagai investor industri
dilakukan oleh Fanny dan Hasan
perbankan
juga
tentunya
(2008). Penelitian yang dilakukan
mengharapkan
tingkat
meneliti tentang Pengaruh Capital
pengembalian yang menguntungkan
Adequacy Ratio, Loan to Deposit
atas
modal
yang
sudah
Ratio,
Non-performing
Loan,
ditanamkannya di suatu bank. Oleh
Return on Equity dan Dividend per
sebab itu, investor perlu melakukan
14
ISSN: 1410 -9875
Share terhadap Harga Saham pada
perusahaan
perbankan
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Periode penelitian adalah tahun
2005 – 2007 dengan menggunakan
18 sampel. Dari hasil penelitian,
secara partial hanya variabel DPS
saja yang berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham. Sedangkan
secara simultan semua variabel
berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham.
Alasan peneliti menggunakan
industri perbankan sebagai objek
penelitian adalah karena menurut
Fadlul
Ilmansyah
selaku
Vice
President of Investment PT CIMB
Pricipal Asset Management dalam
infobanknews.com
menyatakan
bahwa
saham-saham
perbankan
menjadi pilihan investor. Hal ini
dikarenakan sepanjang tahun 2010
terjadi penguatan nilai rupiah
terhadap dollar AS yang berdampak
terhadap meningkatnya daya beli
masyarakat
sehingga
industri
perbankan
akan
meningkatkan
pertumbuhan kreditnya, dengan
demikian
kemampuan
sektor
perbankan untuk mencetak laba
secara
otomatis
juga
akan
meningkat
sehingga
diminati
investor.
Selain
itu,
lembaga
pemeringkat internasional Fitch
Ratings
pada
tahun
2011
menyatakan bahwa prospek industri
perbankan Indonesia stabil yang
merupakan
refleksi
dari
ketangguhan industri perbankan
serta prospek ekonomi yang sehat.
Data dari Bank Indonesia
pada
tahun
2011
seperti
yang
disampaikan oleh Gubernur BI
Darmin
Nasution
menyebutkan
bahwa perbankan di Indonesia
menghasilkan keuntungan paling
Mahmudin Muslim
besar di antara negara-negara Asia
Tenggara. Alasan lainnya adalah
bahwa
semua
bidang
industri
membutuhkan
perbankan
untuk
kelancaran
kegiatan
keuangaan
serta menjadi salah satu alternatif
sumber pendanaan bagi semua
industri.
Periode pengambilan data
dalam penelitian adalah tahun 2006
sampai dengan 2009.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai
bagaimana
capital
adequacy ratio, loan to deposit
ratio, non-performing loan, return
on equity dan dividend per share
dalam mempengaruhi harga saham.
Penulisan ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama,
pendahuluan
yang
menjelaskan
mengenai
latar
belakang
masalah,
tujuan
penelitian dan organisasi penulisan.
Kedua, Capital Adequacy Ratio,
Loan to Deposit Ratio, Nonperforming Loan, Return on Equity
dan Dividend per Share terhadap
Harga Saham. Ketiga, metoda
penelitian terdiri atas pemilihan
sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional variabel dan
pengukuran.
Keempat,
hasil
penelitian yang berisi uji normalitas
data, uji asumsi klasik, pengujian
hipotesis
dan
pembahasan.
Terakhir, penutup yang berisi
simpulan, keterbatasan penelitian
dan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
KERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Saham
Menurut Jogiyanto (2008, 25)
saham dapat didefinisikan sebagai
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
bukti kepemilikan sebagian dari
perusahaan.
Saham
dapat
dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu saham biasa
(common
stock)
dan
saham
preferen (prefered stock).
a. Saham biasa (common stock)
adalah jenis saham yang paling
dikenal masyarakat. Diantara
emiten
(perusahaan
yang
menerbitkan surat berharga),
saham biasa juga merupakan
yang paling banyak digunakan
untuk
menarik
dana
dari
masyarakat.
Saham
biasa
merupakan
saham
yang
menempatkan pemiliknya paling
yunior atau akhir terhadap
pembagian dividen dan hak atas
kekayaaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi
atau tidak memiliki hak-hak
istimewa
(Darmadji
dan
Fakhruddin
2006,
7).
Karakteristik lain dari saham
biasa adalah dividen dibayarkan
selama perusahaan memperoleh
laba. Setiap pemilik saham
memiliki hak suara dalam rapat
umum
pemegang
saham.
Pemegang saham biasa memiliki
tanggung
jawab
terbatas
terhadap
klaim
pihak
lain
sebesar proporsi sahamnya dan
memiliki hak untuk mengalihkan
kepemilikan sahamnya kepada
orang lain.
b. Saham preferen, meskipun tidak
sepopuler saham biasa namun
cukup
berkembang,
merupakan saham yang memiliki
karakteristik
gabungan
antara obligasi dan saham
biasa, karena bisa menghasilkan
16
November 2014
pendapatan
tetap (seperti
bunga
obligasi).
Persamaan
saham preferen dengan obligasi
terletak pada 3 (tiga) hal,
antara lain: ada klaim atas laba
dan aktiva
sebelumnya,
dividen tetap selama masa
berlaku
dari
saham,
dan
memiliki hak tebus dan dapat
dipertukarkan
(convertible)
dengan saham biasa.
Harga Saham
Menurut Jogiyanto (2008,
125) harga saham adalah harga dari
saham di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar.
Capital Adequacy Ratio
Siamat
(2004,
103)
menyatakan
bahwa
capital
adequacy ratio merupakan rasio
kecukupan modal yang dihitung
dengan
membandingkan
antara
jumlah modal yang dimiliki bank
dengan total aktiva tertimbang
menurut resiko (classified asset).
Loan to Deposit Ratio
Menurut Dendawijaya (2005,
116)
loan
to
deposit
ratio
merupakan ukuran seberapa jauh
kemampuan bank dalam membiayai
kembali penarikan
dana yang
dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan
kredit
yang
diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya.
Non-performing Loan
Irmayanto dkk (2007, 85)
menyatakan bahwa non-performing
loan adalah nasabah gagal dalam
memenuhi
kewajibannya
untuk
membayar angsuran (cicilan) pokok
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
kredit beserta bunganya, seperti
yang telah menjadi kesepakatan
bersama.
H2:
Loan
to
Deposit
Ratio
berpengaruh
negatif
terhadap
Harga Saham.
Return on Equity
Menurut Gitman dan Zutter (2012,
82) return on equity is measures
the return earned on the common
stockholder’s investment in the
firm.
Non-performing Loan terhadap
Harga Saham
Non-performing
Loan
menggambarkan kredit bermasalah
yang
penyebabnya
adalah
ketidakmampuan nasabah untuk
membayar kewajibannya terhadap
bank sesuai perjanjian ( kredit
macet ). Jika nilai NPL
tinggi
berarti bank menghadapi kredit
macet yang tinggi sehingga investor
enggan untuk berinvestasi.
H3:
Non-performing
Loan
berpengaruh
negatif
terhadap
Harga Saham.
Dividend per Share
Menurut Gitman (2009, 47)
dividend per share is the dollar
amount of cash distributed during
the period on behalf of each
outstanding share of
common
stock.
Capital Adequacy Ratio terhadap
Harga Saham
Capital
Adequacy
Ratio
menunjukkan
kecukupan
modal
suatu bank untuk mencegah resiko
kredit yang mungkin timbul dari
kegiatan usahanya. Semakin tinggi
akan semakin baik karena bank
tersebut
mampu
mencegah
kerugian atas resiko usahanya serta
bank tersebut aman sebagai tempat
investasi.
H1:
Capital
Adequacy
Ratio
berpengaruh positif terhadap Harga
Saham.
Loan to Deposit Ratio terhadap
Harga Saham
Loan
to
Deposit
Ratio
merupakan rasio antara kredit
dengan dana pihak ketiga. Semakin
tinggi rasio ini, maka semakin
rendah kemampuan likuiditas bank
yang
bersangkutan
sehingga
kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah akan
lebih
besar.
Return on Equity terhadap Harga
Saham
Return on Equity merupakan
indikator suatu perusahaan dalam
mengelola modal yang tersedia
untuk mendapatkankeuntungan.
Apabila suatu Return on Equity
perusahaan
tinggi
maka
mencerminkan kinerja yang baik.
H4: Return on Equity berpengaruh
positif terhadap Harga Saham.
Dividend per Share
terhadap
Harga Saham
Dividend
per
Share
merupakan rasio yang mengukur
seberapa besar laba
dibagikan
dalam bentuk
dividen kepada
pemegang saham untuk tiap lembar
saham. Perusahaan yang DPS nya
tinggi akan diminati oleh investor
karena memiliki
kepastian atas
modal yang sudah ditanamkannya.
H5:
Dividend
per
Share
berpengaruh positif terhadap Harga
Saham.
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Model penelitian adalah seperti
yang digambarkan sebagai berikut:
Capital Adequacy
Ratio Ratio
Loan to Deposit
Harga Saham
Non-performing Loan
Return on Equity
Dividend per Share
Gambar 1
Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non-performing
Loan, Return on Equity, dan Dividend per Share pada Harga Saham
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan
seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2006 sampai
tahun
2009. Metode pemilihan sampel
yang digunakan adalah purposive
sampling. Kriteria yang digunakan
dalam penelitian adalah (1) Sampel
merupakan perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2006 2009. (2)
Memiliki
laporan
keuangan yang lengkap
selama
listing di Bursa Efek Indonesia. (3)
Tidak de-listing selama periode
pengamatan. (4) Laporan keuangan
yang audited. (5) Perusahaan
tersebut membayar deviden tunai
berturut-turut
selama
tahun
18
pengamatan.
(6)
Perusahaan
tersebut memperoleh laba bersih
berturut-turut
selama
tahun
pengamatan. (7) Terdapat variabelvariabel yang diperlukan dalam
penelitian ini.
Jumlah sampel yang berhasil
memenuhi kriteria dalam penelitian
ini adalah sebanyak 7 perusahaan.
Data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id).
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran
Harga Saham
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Harga Saham
(Y) yang
merupakan
variabel
terikat.
Harga
Saham
selalu
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
mengalami
perubahan
setiap
harinya.
Harga saham pada penelitian
ini merupakan harga pada saat
closing price akhir tahun di bursa.
Capital Adequacy
Ratio
(CAR) merupakan kemampuan bank
untuk menutupi penurunan atas
aktiva yang beresiko, dihitung
dengan
menggunakan
rumus:
(Irmayanto 2007, 91)
Capital Adequacy Ratio
��� �
����� ����
����� ���� � ������ ���������� ������� �������
Loan to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio (LDR)
merupakan kemampuan Bank dalam
membayar kembali dana penarikan
yang telah dilakukan oleh deposan
dengan mengandalkan kredit untuk
��� �
������
���� ����� ������
Non-performing Loan
Non-performing Loan (NPL)
merupakan kemampuan bank dalam
mengelola
resiko
kreditnya.
Semakin kecil nilainya
maka
semakin kecil resiko kreditnya.
��� �
Dihitung
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut : (SE BI No.
6/73/INTERN DPNP Tanggal 24
Desember 2004)
����� ������ ����
����� ������
Return on Equity
Return on Equity (ROE)
merupakan kemampuan perusahaan
dalam mengelola modalnya untuk
mendapatkan keuntungan. Dihitung
��� �
mengetahui tingkat likuidasinya.
Secara sistematis, rasio ini dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
(Budisantoso 2006, 64)
dengan
menggunakan
sebagai berikut : (Siamat
102)
rumus
2004,
���� ������� �����
����� ������
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Dividend per Share
Dividend per Share (DPS)
adalah perbandingan antara besar
dividen yang dibagikan dengan
jumlah
lembar
saham
yang
��� �
November 2014
beredar.
Dihitung
dengan
menggunakan rumus (Irawati 2006,
64)
���� ��������
����� �����������
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Statistik deskriptif
CLOSPRIC
CAR
LDR
NPL
ROE
DPS
N
28
28
28
28
28
28
Minimum Maximum
200
7650
.12
.31
.21
.93
.01
.16
.05
.27
.27
201.82
Hasil Uji Normalitas Data
Total data yang digunakan
adalah sebanyak 7 perusahaan
dikalikan
dengan
4
periode
Mean
2705.00
.1804
.6371
.0432
.1636
71.8929
Std.
Deviation
2411.495
.04574
.17018
.03422
.06590
72.25797
pengamatan (2006 – 2009) yaitu
sebanyak 28 data.
Pengujian normalitas yang
dilakukan dalam penelitian ini :
1. Normalitas dengan metode grafik probability plot
Normal PP Plot of Regressi o
Dependent Variable: CLOSP
1.00
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00
0.00
.25
.50
.75
1.00
Observed CumProb
2. Normalitas dengan metode non grafik dengan One Sample KolmogorovSmirnov.
20
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Tabel 2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig
Keterangan
Unstandardized
0.409
Residual terdistribusi normal
Residual
Tabel 2 menunjukkan bahwa
secara statistik, Asymp. Sig lebih
besar dari 0,05 maka residual
terdistribusi normal.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Pada uji multikolinearitas,
seluruh variabel memiliki nilai
tolerance lebih besar dari 0,1 dan
nilai VIF lebih kecil dari 10 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi
multikolinearitas
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance
VIF
Variabel
Capital Adequacy Ratio
0,758
1,319
Loan to Deposit Ratio
0,936
1,069
Non-performing Loan
0,594
1,683
Return on Equity
0,257
3,887
Dividend per Share
0,324
3,089
Pada uji heteroskedastisitas menggunakan 2 metode analisis:
1. Metode analisis grafik dengan scatterplot
RegressionStudentizedResidual
Scatterplot
Dependent Variable: CLOSPRIC
3
2
1
0
1
2
3
1.5
1.0
.5
0.0
.5
1.0
1.5
2.0
Regression Standardized Predicted Value
2. Metode analisis
non
grafik
dengan uji glejser, hasilnya
adalah variabel Loan to Deposit
Ratio, Return on Equity dan
Dividend per
Share
tidak
mengalami
masalah
heteroskedastisitas, karena nilai
signifikannya lebih besar dari
0,05.
Sedangkan
Capital
Adequacy
Ratio
dan
Nonperforming
Loan
mengalami
masalah
heteroskedastisitas,
karena nilai signifikannya lebih
kecil dari 0,05.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Variabel
CAR
LDR
NPL
ROE
DPS
November 2014
Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sig
Keterangan
0.042
Terjadi heteroskedastisitas
0.941
Tidak terjadi heteroskedastisitas
0.047
Terjadi heteroskedastisitas
0.953
Tidak terjadi heteroskedastisitas
0.098
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Pada
uji
autokorelasi,
autokorelasi. nilai Dw terletak
menggunakan uji Durbin watson.
antara dl dan du, dengan n=28,
Hasilnya adalah tidak terdapat
k=5, dl=1,03, du= 1,85
Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi
Model
Durbin Watson
1
2.045
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Model persamaan linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y = 504,319 + 2451,959X1 – 1344,058X2 + 495,422X3 + 4365,392X4 + 26,141X5 + e
Tabel 6. Hasil Uji Statistik
Unstandardized
Coefficients
t
Sig.
Model
B
1
(Constant
)
CAR
LDR
NPL
ROE
DPS
504.319
1870.256
.270
.790
2451.959
-1344.058
495.422
4365.392
26.141
5920.217
1432.599
8940.305
7055.058
5.736
-.314
-1.067
-.148
4.901
9.527
.756
.296
.883
.000
.000
Capital Adequacy Ratio tidak
berpengaruh (0,756 > 0,05) dan
memiliki koefisien positif. Hasil ini
tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan
bahwa
Capital
Adequacy Ratio berpengaruh positif
terhadap Harga Saham.
Loan to Deposit Ratio tidak
berpengaruh (0,296 > 0,05) dan
memiliki koefisien negatif. Hasil ini
tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa Loan to Deposit
22
Std. Error
Ratio berpengaruh negatif terhadap
Harga Saham.
Non-performing Loan tidak
berpengaruh (0,883 > 0,05) dan
memiliki koefisien positif. Hasil ini
tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa Non-performing
Loan berpengaruh negatif terhadap
Harga Saham.
Return
on
Equity
berpengaruh (0,000 > 0,05) dan
memiliki koefisien positif. Hasil ini
sesuai
dengan
teori
yang
ISSN: 1410 -9875
menyatakan bahwa Return on
Equity
berpengaruh
positif
terhadap Harga Saham.
Dividend
per
Share
berpengaruh (0,000 < 0,05) dan
memiliki koefisien positif. Hasil ini
sesuai
dengan
teori
yang
menyatakan bahwa Dividend per
Share berpengaruh positif terhadap
Harga Saham.
Tabel 7. Analisis F statistik
F
16,515
Sig
0,000
Kesimpulan:
terdapat
pengaruh Capital Adequacy Ratio,
Loan to Deposit Ratio, Nonperforming Loan, Return on Equity
dan Dividend per Share terhadap
Harga Saham.
PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa return on equity
dan
dividend
per
share
berpengaruh terhadap harga saham
sedangkan capital adequacy ratio,
loan to deposit ratio, dan nonperforming loan tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
1. Keterbatasan penelitian
ini
adalah: (1) Peneliti hanya
menggunakan
perusahaan
perbankan sebagai
sampel,
sehingga jumlah sampel yang
dipakai terbatas jumlahnya dan
belum tentu hasilnya dapat
diaplikasikan
pada
sektor
industri yang lain; (2) Variabel
bebas yang digunakan dalam
Mahmudin Muslim
penelitian ini hanya 5 variabel
bebas yaitu Capital Adequacy
Ratio, Loan to Deposit Ratio,
Non-performing Loan, Return on
Equity, dan Dividend per Share
sehingga ada
kemungkinan
bahwa ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi
Harga
Saham namun tidak
diteliti
dalam penelitian ini; (3) Waktu
dalam penelitian ini hanya 4
tahun dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2009, hasilnya
mungkin akan lebih akurat jika
penelitian
selanjutnya
menggunakan periode waktu
yang lebih panjang.
2. Adapun
rekomendasi
yang
diberikan
penulis
untuk
penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut: (1) Sampel yang
digunakan
dalam
penelitian
sebaiknya diperbanyak tidak
hanya terbatas pada perusahaan
perbankan saja agar dapat
meningkatkan
kemampuan
generalisasi hasil penelitian; (2)
Penelitian
selanjutnya
diharapkan dapat menambahkan
variabel-variabel
lain
yang
mungkin berpengaruh terhadap
Harga Saham. Misalnya BO/PO
yaitu
Biaya
Operasional
berbanding dengan Pendapatan
Operasional dan Kualitas Aktiva
Produktif (KAP); (3) Penelitian
selanjutnya
diharapkan
bisa
menggunakan data
dengan
rentang waktu yang
lebih
panjang tidak hanya tahun 20062009 saja untuk mengakuratkan
hasil yang diperoleh.
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
DAFTAR REFERENSI
Anderson et al, 2011, “Statistics for Business and Economics”, 11th edition.
South-Western, Cengage Learning.
Arwanta Erwin dan Evi Gantowati. 2004. “Kemampuan Prediksi Rasio
Keuangan terhadap Harga Saham : Suatu Studi Empiris Menurut Sudut
Pandang Kepentingan Investor”. Kajian Bisnis, Vol. 12, No. 1, Januari : 2540.
Boy Loen dan Sonny Ericson, “Manejemen Aktiva Pasiva Bank Devisa”,
Grasindo, Jakarta, 2001.
Darmadji Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2006. “Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab”, PT Salemba Empat, Jakarta.
Gitman, Lawrence J and Zutter, Chad J, 2012, ”Principles Of Managerial
Finance”, 13th edition. Pearson Education Limited 2012.
Gitman, Lawrence J, 2006, ”Principles Of Managerial Finance”. Boston:
Pearson
Education, Inc.
Gujarati, Damodar N. 2003, “Basic Econometric”. Fourth Edition, Mc. Graw
Hill.
Hair, et al, 2010, “Multivariate Data Analysis”. Seventh Edition, Pearson
Prentice Hall.
Husnan, Suad. 2005. “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”.
Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Irmayanto, Juli dkk, “Bank dan Lembaga Keuangan”. Cetakan Keenam,
Penerbit
Universitas Trisakti, Jakarta, 2007.
Jogiyanto, H.M. 2008. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Kelima.
Yogyakarta: BPFE.
Kasmir, 2005, “Manajemen Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lukman Dendawijaya, “Manejemen Perbankan”. Cetakan Ketiga, Penerbit
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005.
Lukman
Dendawijaya,
“Manejemen
Perbankan”,
Ghalia
Indonesia,
Jakarta,2000.
Manurung Mandala dan Prathama Rahardja, 2004. “Uang, Perbankan, dan
Ekonomi Moneter”, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
Murtini, Umi dan Mareta, S. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan
Harga Saham”, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, Volume 1, No. 1,
Juni 2006. Halaman 107 – 134.
Sartono, Agus. 2001. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi
Keempat. Yogyakarta : BPFE.
Sarwono, Jonathan. 2011. “Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19”. Penerbit PT
Elex Media Komputindo.
Shook R. J, 2002, Wall Street Dictionary. Jakarta : Erlangga.
Siamat, Dahlan. 2004. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Keempat.
Jakarta : LPFE UI.
Siamat, Dahlan. 2001. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Ketiga. Jakarta
:
LPFE UI.
24
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Sugiyono, 2008. “Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung.
Tita Deitiana. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan
Dividen Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No.
1, April 2011, Hlm. 57-66.
Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru. 2006. “Bank dan Lembaga Keuangan
Lain”. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Widarjono,
Agus. 2009.“Ekonometrika
Pengantar dan Aplikasinya”.
Yogyakarta: Ekonisia.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan
26
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 27-50
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENERBITANUNQUALIFIED OPINION
WITH MODIFIED PARAGRAPH
GOING CONCERN
MEIRISKA FEBRIANTY
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to examine the effect of auditor
reputation, opinion prior year,company’s growth, leverage,
firm size,
liquidity, audit report lag and debt default. The dependent variable is
unqualified opinion with modified paragraph going concern. The sample in
this research consist of 51 non financial companies that have been listed in
Indonesia Stock Exchange (BEI) from period 2008 until 2011. Samples selected
based on purposive sampling method. This study uses binary logistic
regression method to see the contribution of each independent variable in
influence of issuing unqualified opinion with modified paragraph going
concern.
The results
of
this research
indicates
that
auditor
reputation,company’s growth, firm size, liquidity, leverage and audit report
lag do not significant influence to issuance unqualified opinion with modified
paragraph going concern. Only opinion prior year and debt dafault that have
significant influence to issuance unqualified opinion with modified paragraph
going concern.
Keywords: Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern,
Auditor Reputation, Opinion Prior Year,Company’s Growth,
Leverage, Firm Size,Liquidity, Audit Report Lag and Debt
Default.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh dari
reputasi auditor, opini tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,
leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag dan debt default.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya opini
unqualified dengan paragraf modifikasi going concern. Sampel
dalam
penelitian ini terdiri dari 51 perusahaan non keuangan yang telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2011. Sampel dipilih
berdasarkan metode sampling purposive. Dengan menggunakan metode
regresi logistik binary untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
probabilitas terjadinya opini unqualified dengan paragraf modifikasi going
concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reputasi auditor, pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan audit report lag
tidak berpengaruh terhadap probabilitas terjadinya opini unqualified dengan
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
paragraf modifikasi going concern. Hanya opini tahun sebelumnya dan debt
default yang berpengaruh terhadap probabilitas terjadinya opini unqualified
dengan paragraf modifikasi going concern.
Kata kunci: Opini Unqualified Dengan Paragraf Modifikasi Going Concern,
Reputasi Auditor, Opini Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Perusahaan, Leverage, Ukuran Perusahaan, Likuidita,
Audit
Report Lag, dan Debt Default.
PENDAHULUAN
Perekonomian
Indonesia
pada saat ini sudah mengalami
banyak
perubahan,
selain
dikarenakan faktor dalam negeri,
faktor dari luar negeri pun turut
berpengaruh. Dari dalam negeri,
pertumbuhan
perekonomian
Indonesia
tidak
lepas
dari
bertumbuhnya
perusahaanperusahaan yang berada
di
Indonesia. Dalam suatu perusahaan
yang baik, biasanya perusahaan
tersebut
memiliki
manajemen
keuangan yang baik. Salah satunya
adalah dilihat dari opini audit yang
diberikan atas laporan keuangan
perusahaan tersebut oleh auditor.
Opini yang diberikan oleh auditor
tersebut sangat
mempengaruhi
masa
depan
dari
perusahaan
tersebut. Kebutuhan akan auditor
yang berkualitas sangat diperlukan
oleh perusahaan untuk menentukan
seberapa baik kinerja perusahaan
pada satu periode sehingga dapat
menentukan
going
concern
perusahaan
pada
periode
selanjutnya. Salah satu opini audit
yang
mempengaruhi
periode
selanjutnya dari perusahaan adalah
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
Pada dasarnya going concern
itu
sendiri
adalah
adalah
kelangsungan hidup suatu badan
usaha dan merupakan asumsi dalam
28
pelaporan keuangan suatu entitas
sehinga
jika
suatu
entitas
mengalami kondisi yang sebaliknya,
entitas
tersebut
menjadi
bermasalah
(Petronela
2004).
Sedangkan opini audit unqualified
opinion with modified paragraph
going concernadalah suatu opini
yang dikeluarkan oleh auditor untuk
memastikan apakah
perusahaan
dapat
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya
(SPAP
2011). Banyak perusahaan dengan
berbagai
cara
untuk
dapat
mendapatkan opini audit yang baik
agar
kegiatan
operasional
perusahaan dapat berjalan bahkan
berkembang. Cara tersebut bisa
dilakukan
perusahaan
dengan
melakukan
kecurangan
ataupun
dengan memaksimalkan kinerja dari
perusahaan
itu
sendiri.
Jika
perusahaan tersebut sebelumnya
sudah diaudit dan hasilnya adalah
Unqualified opinion with modified
paragraph going concern, maka
sudah seharusnya perusahaan dapat
meningkatkan performa perusahaan
tersebut agar kelak perusahaan
tetap
dapat
bertahan
dan
berkembang
di
periode
selanjutnya.
Dalam
hubungan
dengan
pihak auditor, auditor harus mampu
menilai
suatu
perusahaan
berdasarkan
faktor-faktor
yang
menimbulkan unqualified opinion
with modified paragraph going
ISSN: 1410 -9875
concern. Penilaian ini meliputi
perencanaan
dan
pengelolaan
perusahaan
serta
kegiatan
operasional perusahaan yang baik
untuk bagaimana suatu perusahaan
dapat mempertahankan usahanya.
Dalam praktiknya tidak mudah bagi
auditor untuk memutuskan apakah
suatu perusahaan ini mencukupi
suatu kriteria unqualified opinion
with modified paragraph going
concern. Pada
saat auditor
menetapkan bahwa ada keraguan
yang besar terhadap kemampuan
klien untuk melanjutkan usahanya,
auditor
perlu
menyampaikan
kondisi tersebut dalam laporan
audit (Thio 2007).
Pada dasarnya going concern
itu
sendiri
adalah
adalah
kelangsungan hidup suatu badan
usaha dan merupakan asumsi dalam
pelaporan keuangan suatu entitas
sehinga
jika
suatu
entitas
mengalami kondisi yang sebaliknya,
entitas
tersebut
menjadi
bermasalah (Petronela 2004).Opini
unqualified opinion with modified
paragraph going concern
juga
sering dijadikan tolak ukur apakah
suatu
perusahaan
tersebut
mengalami kebangkrutan.Pengujian
atas opini audit unqualified opinion
with modified paragraph going
concern
dapat
diukur
dan
dilakukan dengan melihat kondisi
perusahaan, seperti kualitas audit,
kondisi keuangan perusahaan, opini
audit
tahun
sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan,
dan
ukuran perusahaan (Santosa dan
Wedari 2007).
Dalam
perusahaan,
jika
perusahaan
mampu
mempertahankan
optimalisasi
kegiatan
perusahaanya,
maka
perusahaan ini akan lebih besar
kemungkinannya mendapat opini
Meiriska Febrianty
yang
baik
dari
auditor.Pada
kenyataannya hubungan auditor
selain kepada perusahaan, auditor
menjadi
penghubung
antara
pengguna laporan keuangan seperti
investor dengan perusahaan.
Motivasi
penelitian
ini
karena masih menariknya topik
mengenai unqualified opinion with
modified paragraph going concern
tentang tanggung jawab auditor
dalam menerbitkan opini auditnya.
Investor pun pada saat ini masih
sering salah dalam mengambil
keputusan
meskipun
sudah
berdasarkan opini auditor yang
baik. Selain itu karena masih
terbatasnya penelitian sebelumnya
yang
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
(BEI)
untuk
beberapa
tahun
belakangan
ini.Penelitian
ini
merupakan
replikasi dan pengembangan dari
penelitian Santosa dan Wedari
(2007). Perbedaan penelitian saat
ini dengan penelitian terdahulu
adalah sebagai berikut:
Sampel yang digunakan pada
penelitian terdahulu adalah audit
yang telah terdaftar di BEI selama
periode
2001-2005,
sedangkan
penelitian saat ini menggunakan
sampel dari tahun 2008-2011.
Penambahan variabel independen
ini merupakan tambahan variabel
dari penelitian sebelumnya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh
Santosa dan Wedari (2007).
Pada penelitian sebelumnya
terdiri dari kualitas audit, kondisi
keuangan perusahaan, opini audit
tahun sebelumnya, pertumbuhan
perusahaan,
dan
ukuran
perusahaan.
Sedangkan
pada
penelitian saat ini ada variabel
yang dihilangkan seperti kondisi
keuangan perusahaan dan variabel
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
kualitas
audit
diganti
dengan
reputasi auditor. Serta penambahan
variabel yaitu leverage, likuiditas,
audit report lag, dan debt default.
Laporan
keuangan
dalam
perusahaan merupakan cermin dari
perusahaan itu sendiri. Dalam
laporan
keuangan
memiliki
informasi penting yang
berguna
bagi pengguna laporan keuangan
untuk dapat mengambil keputusan.
Informasi ini menyangkut posisi
keuangan,
perubahan
posisi
keuangan, dan
kinerja
dari
perusahaan. Oleh karena itu, pihak
auditor harus dapat memberikan
opini yang bersifat realistis dan
tidak mengada-ada dan sesuai
dengan keadaan perusahaan yang
sebenarnya. Berdasarkan masalah
diatas, maka pertanyaan penelitian
yang dirumuskan dalam penelitian
ini adalah apakah reputasi auditor,
opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan,
leverage.
ukuran
perusahaan,
likuiditas, audit report lag dan
debt default berpengaruh terhadap
opini unqualified opinion with
modified paragraph going concern?
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Unqualified Opinion With
Modified Paragraph Going
Concern
Unqualified opinion with
modified paragraph going concern
merupakan asumsi dasar dalam
penyusunan laporan
keuangan,
suatu perusahaan diasumsikan tidak
bermaksud
atau
berkeinginan
melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya (IAI 2002)
dalam Setyarno
dan
Januarti
(2007). Kegagalan suatu perusahaan
dalam
mempertahankan
opini
unqualified opinion with modified
30
November 2014
paragraph
going
concern
merupakan
ancaman
bagi
perusahaan tersebut karena hal itu
dapat
mempengaruhi
investor
dalam pengambilan keputusan.
Reputasi Auditor
Menurut
Ruiz
et
al.
(2004)reputasi
auditor
sering
digunakan sebagai proksi dari
kualitas audit, namun demikian
dalam
banyak
penelitian
kompetensi dan independensi masih
jarang digunakan untuk melihat
seberapa besar kualitas audit
secara aktual. Reputasi auditor
didasarkan
pada
kepercayaan
pemakai jasa auditor bahwa auditor
memiliki kekuatan
monitoring
secara umum tidak dapat diamati.
Reputasi
auditor
juga
dipertaruhkan ketika opini yang
diberikan ternyata tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya (Rudyawan
dan
Badera 2009).
Auditor skala besar juga
lebih
cenderung
untuk
mengungkapkan
masalah-masalah
yang ada karena mereka lebih kuat
menghadapi
resiko
proses
pengadilan.
Argumen
tersebut
berarti bahwa auditor skala besar
memiliki
kemungkinan
atau
dorongan
yang
lebih
untuk
melaporkan masalah going concern
kliennya apabila terbukti klien
terdapat
masalah
untuk
melangsungkan
usahanya
dibandingkan dengan auditor skala
kecil (Santosa dan Wedari 2007).
Petronela (2004)
menyatakan
bahwa auditor sebagai pihak yang
independen
dalam
pemeriksaan
laporan keuangan suatu perusahaan
akan memberikan
opini
atas
laporan keuangan yang diauditnya.
ISSN: 1410 -9875
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini
audit
unqualified
opinion with modified paragraph
going
concern
untuk
tahun
sebelumnya merupakan salah satu
faktor
bagi
auditor
untuk
mengeluarkan opini
unqualified
opinion with modified paragraph
going
concern
pada
tahun
berikutnya.
Apabila
auditor
menerbitkan
opini
unqualified
opinion with modified paragraph
going concern tahun sebelumnya
maka
akan
semakin
besar
kemungkinannya perusahaan akan
menerima kembali opini audit
unqualified opinion with modified
paragraph going
concern
pada
tahun berjalan.
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan
perusahaan
merupakan suatu hal yang cukup
mendapat perhatian penting dalam
tolak ukur suatu perusahaan. Jika
pertumbuhan
suatu
perusahaan
tersebut selalu meningkat tiap
tahunnya, maka bisa dikatakan
perusahaan
itu
mempunyai
kemampuan
yang
baik
dalam
kegiatan
operasionalnya.
Pertumbuhan perusahaan tersebut
bisa dilihat dari laba yang didapat
dari
kegiatan
operasional
perusahaan. Semakin tinggi laba
yang didapat
oleh
perusahaan,
maka akan semakin banyak juga
investor yang ingin menanamkan
modalnya di perusahaan itu karena
dianggap
perusahaan
tersebut
mampu memberikan
keuntungan
juga bagi investornya. Perusahaan
yang memiliki pertumbuhan laba
yang baik biasanya cenderung
memiliki laporan keuangan yang
baik, sehingga perusahaan tersebut
biasanya mendapat opini audit
Meiriska Febrianty
bukan unqualified opinion with
modified paragraph going concern.
Leverage
Leverage
financial
menggambarkan
struktur
modal
perusahaan dengan best debtquality
mix.
Perusahaan
menggunakan utang jangka panjang
dengan
bunga
tetap
untuk
membiayai investasinya. Leverage
mengacu pada jumlah pendanaan
yang berasal dari utang perusahaan
kepda kreditor (Rudyawan dan
Badera 2009).
Tingginya rasio debt to
equity atau rasio financial leverage
mencerminkan
tingginya
risiko
keuangan
perusahaan.
Risiko
keuangan perusahaan yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan. Hal
ini merupakan berita buruk yang
akan
mempengaruhi
kondisi
perusahaan di mata masyarakat
(Petronela 2004). Altman (1968)
menyatakan
bahwa
perusahaan
dengan nilai aset lebih kecil dari
pada
kewajibannya
akan
menghadapi bahaya kebangkrutan.
Simpulan ini
didukung
oleh
Rudyawan dan Badera (2009) yang
menyatakan bahwa rasio leverage
yang tinggi dapat berdampak buruk
bagi kondisi keuangan perusahaan.
Apabila tidak mampu menghasilkan
laba, dengan demikian, perusahaan
tersebut akan bangkrut. Leverage
yang tinggi menjadi perhatian
auditor karena leverage yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan
tidak
dapat
mempertahankan
kelangsungan hidupnya (Petronela
2004).
Ukuran Perusahaan
Perusahaan
skala
besar
dengan pertumbuhan yang positif,
memberikan suatu tanda bahwa
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
kemungkinan
untuk
menjadi
bangkrut kecil. Ukuran perusahaan
dapat dilihat dari nilai aktivanya,
sehingga
perusahaan
besar
dianggap dapat mempertahankan
kelangsungan usahanya (Sudarno
2012). Krishnan dan Schauer (2000)
berpendapat bahwa, semakin besar
perusahaan yang di audit, maka
kualitas audit yang diberikan KAP
juga semakin besar.
Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio
digunakan untuk menganalisis dan
menginterpretasikan
posisi
keuangan
perusahaan
yang
bermanfaat
dalam
pengambilan
keputusan ekonomi bagi sejumlah
besar pemakaian laporan keuangan
tersebut (Amilin dan
Indrawan
2008). Likuiditas mengacu pada
ketersediaan
sumber
daya
(kemampuan) perusahaan untuk
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya
yang
jatuh tempo
secara tepat waktu.
Likuiditas suatu perusahaan
sering ditunjukkan oleh current
ratio yaitu membandingkan aktiva
lancar dengan kewajiban lancar.
Current ratio juga menggambarkan
besarnya aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan
untuk
menanggung
kewajiban lancar yang dimiliki
perusahaan tersebut (Januarti dan
Fitrianasari 2008). Semakin kecil
current ratio, perusahaan kurang
likuid
sehingga
tidak
dapat
membayar para krediturnya, maka
auditor kemungkinan memberikan
opini audit dengan going concern
(Hani, Cleary, dan Mukhlasin 2003).
Semakin
tinggi
likuiditas
perusahaan maka semakin tinggi
juga tingkat perusahaan tersebut
untuk
memenuhi
kewajibannya
sehingga kelangsungan hidup suatu
32
November 2014
perusahaan tersebut menjadi baik
dan
memicu
auditor
untuk
memberikan
opini
unqualified
opinion with modified paragraph
going concern.
Audit Report Lag
Audit report lag adalah
jumlah hari antara akhir periode
akuntansi sampai dikeluarkannya
laporan audit. Audit Report Lag
merupakan
rentang
waktu
penyelesaian pelaksanaan
audit
terhadap
laporan
keuangan
tahunan, diukur
berdasarkan
lamanya hari sejak tutup
buku
yaitu 31 Desember sampai tanggal
yang tertera di laporan auditor
independen yaitu pada saat auditor
independen tersebut meninggalkan
pekerjaan lapangan audit.
Audit report lag dengan
modifikasi
mengenai
Going
Concern, mengindikasikan bahwa
dalam penilaian auditor terdapat
risiko perusahaan tidak dapat
bertahan dalam bisnis. Di lain
pihak, perusahaan yang “sehat”
memperoleh opini “standart” atau
“unqualified”. Dari sudut pandang
auditor,
keputusan
tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis
(Hani, Cleary, dan Mukhlasin 2003).
Auditor harus mempertimbangkan
hasil dari operasi, kondisi ekonomi
yang mempengaruhi perusahaan,
kemampuan pembayaran hutang,
dan kebutuhan likuiditas di masa
yang akan datang. Oleh karena itu
juga harus memperhatikan waktu
yang dibutuhkan dalam proses audit
yang dilakukan karena semakin
lama waktu untuk menerbitkan
audit report lag maka semakin
kecil
kemungkinan
perusahaan
tersebut
mendapatkan
opini
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
ISSN: 1410 -9875
Debt Default
Kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutang dan atau bunga
merupakan indikator going concern
yang banyak digunakan oleh auditor
dalam menilai kelangsungan hidup
perusahaan,
dalam
hal
ini
khususnya opini audit unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Dalam masa krisis,
dimulai
tahun
1997,
terjadi
fluktuasi nilai tukar mata uang
rupiah. Hal ini mengakibatkan
jumlah hutang perusahaan dalam
mata uang asing meningkat secara
signifikan, disamping itu banyak
perusahaan yang mengalami rugi
operasi dan realisasi penjualan pun
turun secara drastis. Akhirnya
kejadian
ini
mempengaruhi
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi kewajiban pokok dan
beban bunga (Susanto 2009). Oleh
karena itu semakin tinggi tingkat
debt default suatu perusahaan
maka
akan
semakin
besar
kemungkinan perusahaan tersebut
menerima opini unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.
Reputasi Auditor dan Opini Audit
Unqualified
Opinion
with
Modified
Paragraph
Going
Concern
Hasil penelitian sebelumnya,
Santosa dan Wedari (2007) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa
kualitas audit yang diproksikan
dengan reputasi auditor tidak
berpengaruh signifikan karena baik
KAP yang berskala kecil maupun
yang berskala besar, akan selalu
bersikap
obyektif
dalam
memberikan pendapat. Hasil yang
sama
juga
didapatkan
oleh
Setyarno et al (2007) dan Ulya
(2012) yaitu kualitas audit tidak
Meiriska Febrianty
berpengaruh
terhadap
opini
unqualified opinion with modified
paragraph going concern. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian
Ramadhany
(2004),
Susanto (2009), Rudyawan, Badera
(2009) dan Petronela (2007) yang
menyatakan bahwa kualitas KAP
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap opini audit unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hal ini dikarenakan
ketika sebuah KAP sudah memiliki
reputasi yang baik maka KAP
tersebut
akan
berusaha
mempertahankan reputasinya dan
menghindarkan diri dari hal-hal
yang bisa merusak reputasinya,
sehingga
mereka
akan
selalu
bersikap
objektif
dalam
pekerjaanya.
Hasil berbeda didapatkan
oleh Junaidi dan Hartono (2010),
Fanny
dan
Saputra
(2005)
sertaHerusetya (2008)
dimana
secara statistik reputasi auditor
berpengaruh pada opini unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Karena semakin
besar reputasi Kantor
Akuntan
Publik maka semakin besar juga
kualitas audit yang diberikannya.
Opini Audit Tahun
Sebelumnya
dan Opini Audit Unqualified
Opinion with Modified Paragraph
Going Concern
Hasil penelitian sebelumnya,
Santosa
dan
Wedari
(2007)
menyatakan bahwa opini
audit
tahun
sebelumnya
berpengaruh
secara positif. Hal ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Setyarno et al (2007), Kartika
(2012), Ramadhany (2004),Susanto
(2009),Saputra et all (2013) dan
Ulya (2012) yang menunjukkan
bahwa auditor dalam memberikan
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
opini
auditnya
akan
mempertimbangkan opini
audit
tahun
sebelumnya.
Hal
ini
dikarenakan
auditor
dapat
memperhatikan apabila pada tahun
lalu perusahaan menerima opini
audit unqualified opinion with
modified paragraph going concern,
maka
akan
memperbesar
kemungkinan penerimaan
opini
audit unqualified opinion with
modified paragraph going concern
di tahun berjalan pada perusahaan
tersebut.
Pertumbuhan Perusahaan dan
Opini Audit Unqualified Opinion
with Modified Paragraph going
Concern
Hasil penelitian sebelumnya,
Santosa
dan
Wedari
(2007)
menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap kemungkinan penerimaan
opini audit unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.
Hal
ini
dikarenakan
perusahaan yang menerima opini
unqualified opinion with modified
paragraph going concern dan yang
tidak menerima opini unqualified
opinion with modified paragraph
going
concern
sama
sama
mengalami pertumbuhan laba yang
negatif.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan
yang
dilakukan
oleh
Rudyawan dan Badera (2009),
Januarti dan Fitrianasari (2008),
Saputra et al(2013), Setyarno et al
(2007) serta Fanny dan Saputra
(2005) bahwa rasio pertumbuhan
aktiva tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemungkinan penerimaan
opini audit unqualified opinion
with modified paragraph going
concern. Penelitian ini memberikan
tambahan bukti empiris bahwa
34
November 2014
rasio pertumbuhan yang lain yaitu
rasio pertumbuhan penjualan yang
positif
tidak
bisa
menjamin
perusahaan untuk tidak menerima
opini audit unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.
Hasil
yang
berbeda
didapatkan oleh Kartika (2012) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan
asset
perusahaan
menunjukkan kekuatan perusahaan
dalam industri dan mengindikasikan
kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan
kelangsungan
usahanya.
Leveragedan
Opini
Audit
Unqualified
Opinion
with
Modified
Paragraph
going
Concern
Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Rudyawan dan
Badera (2009) mengatakan bahwa
rasio leverage tidak berpengaruh
pada
penerimaan
opini
audit
unqualified opinion with modified
paragraph going concern. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh
Januarti dan Fitrianasari (2008)
menyatakan bahwa
ditemukan
bukti empiris bahwa rasio leverage
tidak
berpengaruh
terhadap
pemberian
unqualified
opinion
with modified paragraph going
concern oleh auditor pada auditee.
Hasil penelitian
ini
konsisten
dengan Hani et
al
(2003),
Petronela
(2004),
Amilin
dan
Indrawan (2008) dan Sudarno (2012)
yang menemukan bahwa bukti rasio
leverage kurang dipertimbangkan
oleh auditor dalam memberikan
opini audit unqualified opinion
ISSN: 1410 -9875
with modified paragrapah going
concern karena meningkatnya rasio
leverage tidak diikuti dengan
menurunnya rasio aktivitas dan
rasio pertumbuhan penjualan.
Ukuran Perusahaan dan Opini
Audit Unqualified Opinion with
Modified
Paragraph
going
Concern
Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Santosa dan
Wedari (2007) serta Krishnan dan
Schauer (2000) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap
penerimaan
opini
unqualified opinion with modified
paragrapah going concern. Hal ini
dikarenakan semakin besar suatu
perusahaan yang di audit, maka
kualitas audit yang diberikan KAP
juga semakin besar. Artinya KAP
dalam
melaksanakan
pekerjaan
auditnya
tidak
terpengaruh
terhadap ukuran perusahaan yang
mungkin memberikan fee yang
lebih
besar
dibandingkan
perusahaan yang kecil.
Hasil
yang
berbeda
didapatkan oleh Januarti dan
Fitrianasari
(2008),
Ramadhany
(2004), Fanny dan Saputra (2005),
Herusetya (2008), Sudarno (2012),
Junaidi dan Hartono (2010),dan
Kristiana (2012) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pemberian
opini
unqualified opinion with modified
paragrapah going concern. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan aktiva
perusahaan tidak diikuti dengan
kemampuan
perusahaan
untuk
meningkatkan
saldo
labanya.
Sehingga, meskipun nilai
total
aktiva terus meningkat setiap
tahunnya,
perusahaan
akan
mengalami masalah going concern
Meiriska Febrianty
jika terus menerus mengalami saldo
laba negatif setiap tahunnya.
Likuiditas
dan
Opini
Audit
Unqualified
Opinion
with
Modified
Paragraph
going
Concern
Dalam
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Januarti
dan
Fitrianasari
(2008)
menyatakan
bahwa nilai probabilitas yang
dimiliki
likuiditas
menunjukkan
hasil yang signifikan.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan
Hani et al. (2003) yang menemukan
bukti
bahwa
rasio
likuiditas
berpengaruh dalam menentukan
opini audit unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.
Selain
itu,
temuan
penelitian ini juga sejalan konsisten
dengan
Eko
(2006)
yang
menemukan bukti bahwa rasio
likuiditas, dengan menggunakan
proksi working capital to total
asset,dipertimbangkan oleh auditor
dalam memberikan opini audit
unqualified opinion with modified
paragraph going concern untuk
auditee.
Current
ratio
menggambarkan besarnya aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan
untuk
menanggung
kewajiban
lancar yang dimiliki. Hasil koefisien
yang negative menunjukan semakin
kecil rasio likuiditas yang dimiliki
oleh auditee maka akan semakin
besar kemungkinan bagi auditor
untuk
memberikan
opini
unqualified opinion with modified
paragraph
going
concern
dan
sebaliknya
(Januarti
dan
Fitrianasari 2008).
Hasil
yang
berbeda
didapatkan oleh Sudarno (2012) dan
Amilin dan Indrawan (2008)yang
menyatakan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap penentuan
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
opini unqualified opinion with
modified paragraph going concern.
Hal ini
dikarenakan
pada
perusahaan manufaktur biasanya
memiliki hutang jangka panjang
berupa hutang aktiva tetap berupa
mesin dan kendaraan yang tinggi.
Sedangkan hutang dagangnya tidak
terlalu tinggi,
dan
perusahaan
dapat mengajukan kredit dengan
menjamin assetnya kepada bank
guna
memenuhi
likuiditasnya
sehingga rasio likuiditas tidak
menjadi acuan dan pertimbangan
yang utama bagi auditor dalam
memberikan
opini
unqualified
opinion with modified paragraph
going concern.
Audit Report Lag dan Opini Audit
Unqualified
Opinion
with
Modified
Paragraph
Going
Concern
Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Januarti dan
Fitrianasari
(2008)
yang
menunjukkan bahwa audit lag
berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan
penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern pada
auditee. Hasil temuan penelitian ini
memberikan suatu bukti empiris
bahwa
laporan
auditor
yang
dikeluarkan
terlambat
mengindikasikan adanya masalah
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
Hasil
yang
berbeda
didapatkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sudarno (2012) yang
menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh audit report lag terhadap
pemberian
opini
unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hal ini disebabkan
karena dalam penelitian ini banyak
perusahaan yang melaporkan tepat
36
November 2014
waktu sesuai peraturan Bapepam
dan mendapat opini wajar tanpa
pengecualian
dengan
paragraf
penjelasan.
Debt Defaultdan Opini Audit
Unqualified
Opinion
with
Modified
Paragraph
Going
Concern
Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Praptitorini
dan Januarti (2007) menyatakan
bahwa debt default berpengaruh
positif terhadap penerimaan opini
unqualified opinion with modified
paragraph going concern. Hal ini
disebabkan karena kegagalan dalam
memenuhi kewajiban hutang dan
atau bunga merupakan indikator
unqualified opinion with modified
paragraph going concern yang
banyak digunakan auditor dalam
menilai kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ramadhany (2004), Saputra et
all (2013) dan Ulya (2012) yang
menemukan bukti empiris bahwa
debt default secara signifikan
berpengaruh
positif
terhadap
kemungkinan
penerimaan
opini
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
Pengembangan Hipotesis
Dari tinjauan teoritis dan
beberapa pertimbangan logis yang
berkaitan
dengan
faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi opini
audit unqualified opinion with
modified paragraph going concern
maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut:
Ha1: Reputasi
auditor
berpengaruh terhadap opini
audit unqualified opinion
with modified paragraph
going concern.
ISSN: 1410 -9875
Ha2:
Ha3:
Ha4:
Ha5:
Ha6:
Ha7:
Ha8:
Opini
audit
tahun
sebelumnya
berpengaruh
terhadap
opini
audit
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern.
Pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh terhadap opini
audit unqualified opinion
with modified paragraph
going concern.
Leverage
berpengaruh
terhadap
opini
audit
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap opini
audit unqualified opinion
with modified paragraph
going concern.
Likuiditas
berpengaruh
terhadap
opini
audit
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern.
Audit
report
lag
berpengaruh terhadap opini
audit unqualified opinion
with modified paragraph
going concern.
Debt Default berpengaruh
terhadap
opini
audit
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
populasi yaitu seluruh perusahaan
yang tercatat konsisten di Bursa
Efek
Indonesia
(BEI).
Objek
penelitian
ini
adalah
seluruh
perusahaan
non
keuanganyang
tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Sampel
dipilih
dengan
Meiriska Febrianty
menggunakan metode purposive
sampling yaitu pemilihan anggota
sampel
berdasarkan
tujuan
tertentu
yaitu
berdasarkan
pertimbangan dan quota. Kriteriakriteria purposive sampling dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut. Pertama, perusahaan non
keuangan yang secara konsisten
tercatat di BEI pada tahun 2008
hingga
tahun
2011.
Kedua,
perusahaan
yang
menggunakan
periode laporan keuangan yang
berakhir pada 31 Desember. Ketiga,
menggunakan mata uang Rupiah
sebagai mata uang pelaporan.
Keempat,
perusahaan
yang
mengalami laba
bersih
setelah
pajak
yang
negatif
sekurangkurangnya dua periode laporan
keuangan
selama
periode
pengamatan
dari
tahun
2008
sampai
tahun
2011.
Kelima,
perusahaan
yang
konsisten
melakukan
penjualan
selama
periode
penelitian.
Keenam,
perusahaan yang memiliki data
yang lengkap.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data
sekunder. Data terdiri dari laporan
keuangan perusahaan yang berupa
neraca, laporan perubahan modal,
laporan arus kas, laporan laba rugi,
dan catatan yang telah diaudit oleh
akuntan publik independen pada
periode tahun 2008-2011, yaitu
laporan keuangan yang diperoleh
dengan
cara
mengunduh
dari
website
Bursa
Efek
Indonesia
(www.idx.co.id).
Reputasi Auditor
Reputasi auditor merupakan
probabilitas seorang auditor dapat
menemukan
dan
melaporkan
penyelewengan
dalam
sistem
akuntansi klien. Dalam penelitian
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
ini reputasi auditor diproksikan
dengan menggunakan skala auditor.
Variabel
ini
diukur
dengan
menggunakan variable
dummy1
untuk auditor yang
tergabung
dalam skala besar dan 0 untuk
auditor yang bukan.
Skala besar yaitu KAP the big
4, yang menurut Ramadhany (2004)
terdiri dari: Prasetio Utomo & Co.
pada tahun 2003 merger dengan
Hanadi,
Sarwoko
&
Sandjaja
(Berafiliasi
dengan
Ernest
&
Young).Siddharta
Siddharta
&
Harsono (berafiliasi dengan KPMG),
Hadi Sutanto & Rekan (berafiliasi
dengan Pricewaterhouse Copper),
Hans,
Tuanakotta
&
Mustofa
(berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu).
Cara
ini
pernah
dilakukan juga dalam penelitian
Susanto (2009).
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Variabel ini menggunakan
variabel dummy.Jika opini audit
Pertumbuhan Perusahaan �
unqualified opinion with modified
paragraph going concern (GCAO)
makadiberi kode
1.
Sedangkan
untuk opini audit non-unqualified
opinion
without
modified
paragraph going concern (NGCAO)
akan diberi kode 0. Cara ini pernah
digunakan
dalam
penelitian
Setyarno
et
al.
(2007)
dan
Ramadhany (2004).
Pertumbuhan Perusahaan
Dalam
penelitian
ini
pertumbuhan
perusahaan
diproksikan
dengan
rasio
pertumbuhan penjualan. Semakin
tinggi rasio pertumbuhan penjualan
perusahaan, maka akan semakin
kecil kemungkinan auditor untuk
menerbitkan
opini
unqualified
opinion with modified paragraph
going concern (Setyarno et al
2007). Cara ini pernah dilakukan
juga oleh Rudyawan dan Badera
(2009).
Penjualan bersih � � Penjualan bersih
Penjualan bersih ���
Leverage
Rasio leverage adalah rasio
hutang terhadap aktiva atau suatu
perbandingan antara hutang dan
aktiva yang menunjukkan beberapa
bagi aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang.
�������� �
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah
variabel untuk mengukur seberapa
besar atau kecilnya perusahaan
sampel. Pengukuran variabel ini
38
November 2014
���
Leverage
merupakan
variabel independen yang dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
perbandingan total hutang dengan
modal sendiri. Cara ini pernah
dilakukan juga dalam penelitian
Petronela (2004).
Total Hutang
Total Modal
dihitung
dengan
menggunakan
natural logaritma dari total aktiva.
Cara ini pernah dilakukan juga
dalam penelitian yang dilakukan
oleh Sudarno (2012).
ISSN: 1410 -9875
Meiriska Febrianty
Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio
digunakan untuk menganalisis dan
menginterpretasikan
posisi
keuangan
perusahaan
yang
bermanfaat
dalam
pengambilan
keputusan ekonomi bagi sejumlah
������� ����� �
Audit Report Lag
Audit lag merupakan jumlah
kalender
antara
tanggal
berakhirnya laporan keuangan (31
Desember)
dengan
tanggal
selesainya
pekerjaan
lapangan.
Cara ini pernah dilakukan juga
sebelumnya
dalam
penelitian
Januarti dan Fitrianasari (2008).
Debt Default
Variabel ini diukur dengan
menggunakan
variabel
dummy,
angka 1 untuk debt default,
sedangkan angka 0 untuk tidak debt
default untuk menunjukkan apakah
perusahaan dalam keadaan default
atau tidak sebelum pengeluaran
opini audit. Kegagalan dalam
memenuhi kewajiban hutang dan
atau bunga merupakan indikator
unqualified
opinion
without
modified paragraph going concern.
Cara ini pernah digunakan juga
sebelumnya
oleh
Devina
dan
Zulaikha (2004).
Variabel
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah opini
audit unqualified opinion with
modified paragraph going concern.
Pengukuran
variabel
dilakukan
dengan
menggunakan
variabel
dummy dilakukan oleh Setyarno et
besar pemakaian laporan keuangan
tersebut (Amilin dan
Indrawan
2008). Sebagai parameter dari rasio
likuiditas digunakan current ratio.
Cara ini pernah dilakukan juga
dalam penelitian yang
dilakukan
oleh Hani et al. (2003).
������� ������
������� �����������
al. (2007). Dimana untuk kategori 1
untuk auditeeyang menerima opini
audit unqualified opinion with
modified paragraph going concern
dan kategori 0 untuk auditee yang
menerima
opini
audit
nonunqualified
opinion
without
modified paragraph going concern.
Variabel ini diukur dengan skala
nominal.
Metoda Analisis Data
Pengujian
hipotesis
ini
dilakukan untuk menguji apakah
perubahan
dari
variabel
independen mempengaruhi variabel
dependen. Pengujian hipotesis ini
menggunakan
binary
logistic
regression
dengan
tingkat
kesalahan (α) 5%, karena variabel
dependen yaitu unqualified opinion
with modified paragraph going
concern merupakan data kualitatif
yang
menggunakan
variabel
dummy. Pada logistik regresi ini
tidak diperlukan asumsi normalitas
data pada variabel bebasnya karena
variabel
bebasnya
merupakan
campuran antara metric dan non
metric (Ghozali 2011).
Berikut
model
regresi
logistik
yang
digunakan:
Ln GC = α + β1 ADTR + β2
PRIOP + β3 SALGR + β4 LVRG + β5
SIZE
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
1-GC
+ β8 DD + e
+ β6 LKDTS + �7 ARL
Dimana:
��
��
= Dummy
����
variabel
opini
audit (kategori 1 untuk
audtitee dengan opini
audit
going
concern
(GCAO) dan 0 untuk
auditee dengan opini
audit non going concern
(NGCAO)
α
= Konstanta
ADTR = Reputasi Auditor
PRIOP =
Opini
audit
tahun
sebelumnya
yang
diterima
perusahaan
(kategori
1
apabila
GCAO,0 bila NGCAO)
SALGR = rasio
pertumbuhan
penjualan auditee
LVRG
SIZE
LKDTS
ARL
DD
e
November 2014
=
=
=
=
=
Leverage
Ukuran Perusahaan
Likuiditas
Audit report lag
Debt default(angka 1
untuk
debt
default,
sedangkan
angka
0
untuk tidak debt default)
= Kesalahan residual
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian diambil
dari populasi yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Prosedur peneliti
dalam memilih sampel berdasarkan
kriteria yang dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan
Perusahaan yang konsisten terdaftar di BEI
selama periode penelitian (2008-2011)
Perusahaan yang tidak menggunakan periode
laporan keuangan mulai 1 Januari sampai
dengan 31 Desember selama periode penelitian
(2008-2011)
Perusahaan yang tidak menggunakan rupiah
sebagai mata uang pelaporan selama periode
penelitian (2008-2011)
Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih
yang negatif sekurangnya dua periode laporan
keuangan selama periode penelitian (2008-2011)
Perusahaan yang tidak melakukan penjualan
secara konsisten selama periode penelitian (20082011)
Perusahaan yang tidak memiliki data yang
lengkap selama periode penelitian (2008-2011)
Total perusahaan dan data
Sumber: Hasil Pengolahan Data
40
Jumlah
Perusahaan
Jumlah
Data
291
1164
(7)
(28)
(20)
(80)
(203)
(812)
(3)
(12)
(9)
(36)
49
196
ISSN: 1410 -9875
Meiriska Febrianty
Tabel 1 menunjukkan jumlah
keuangan, 3 perusahaan yang tidak
seluruh perusahaan nonkeuangan
melakukan
penjualan
secara
yang konsisten terdaftar di BEI
konsisten dan 9 perusahaan yang
selama periode penelitian 2008tidak memiliki data lengkap selama
2011
adalah
291
perusahaan.
tahun 2008-2011. Oleh karena itu,
Terdapat 7 perusahaan yang tidak
perusahaan yang digunakan adalah
menggunakan
periode
laporan
49 perusahaan dengan 196 data.
keuangan mulai 1 Januarisampai
Hasil dari statistik deskriptif
dengan
31
Desember,
20
menunjukkan jumlah sampel yang
digunakan, nilai minimum, nilai
perusahaan
yang
tidak
maksimum, nilai rata-rata (mean)
menggunakan Rupiah sebagai mata
uang
dalam
pelaporan,
203
dan standar deviasi dari sampel
perusahaan yang tidak mengalami
yang digunakan. Hasil
tersebut
laba
bersih
yang
negatif
dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah
sekurangnya 2 periode laporan
ini
Tabel 2
Hasil Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
GC
N
196
Minimum
ADTR
196
PRIOP
196
0
1
0.40
0.492
SALGR
196
-0.9740000
62.5090000
0.609766837
5.0713411883
LVRG
196
-51.3327000
216.1524000
3.155658673
18.4279980721
SIZE
196
23.0730499
31.0894815
26.803442652
1.7852085887
LKDTS
196
0.0459000
455.0527000
5.609102041
33.8574813616
ARL
196
13
309
86.68
26.753
DD
196
0
1
0.09
0.290
Valid N (listwise)
196
Sumber: Output Data SPPS 19.0
0
Maximum
1
0.43
Std. Deviation
0.497
0
1
0.22
0.415
Nilai minimum dari opini
audit going concern (GC) adalah 0
yang
menyatakan
bahwa
perusahaan non keuangan yang
menerima non-unqualified opinion
with modified paragraph going
concern sebanyak 112 perusahaan,
serta untuk nilai maksimum dari
variabel
opini
audit
going
concernadalah 1 yang menyatakan
bahwa perusahaan non keuangan
yang menerima unqualified opinion
with modified paragraph going
concern
yaitu
sebanyak
84
Mean
perusahaan. Nilai rata-rata dari
variabel
ini
adalah
sebesar
0.43.Sedangkan,
untuk
standar
deviasi untuk variabel unqualified
opinion with modified paragraph
going concern sebesar 0.497.
Nilai minimum dari reputasi
auditor (ADTR) adalah 0 yang
artinya menyatakan auditor bukan
tergabung dalam skala big four
dimana terdapat 153 perusahaan
yang menggunakan auditor yang
bukan tergabung
dalam skala
besarbig four, dan nilai maksimum
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
sebesar 1 menyatakan auditor
tergabung dalam
skala
besar
dimana skala besar yang dimaksud
adalah perusahaan yang tergabung
dalam bigfour dimana terdapat 43
perusahaan
yang
menggunakan
auditor yang tergabung dalam skala
besar.Nilai mean dari reputasi
auditor adalah 0.22. Dan untuk
standar deviasi dari
variabel
reputasi auditor sebesar 0.415.
Nilai minimum dari opini
audit tahun sebelumnya (PRIOP)
adalah 0 yang berarti perusahaan
yang menerima non-unqualified
opinion with modified paragraph
going concern(NGCAO) sebanyak
118 perusahaan, dan untuk nilai
maksimum
sebesar
1
berarti
perusahaan
yang
menerima
unqualified opinion with modified
paragraph going concern (GCAO)
sebanyak 78 perusahaan.Nilai mean
dari opini audit tahun sebelumnya
(PRIOP) adalah sebesar
0.40.
Standar deviasi dari variabel opini
tahun sebelumnya sebesar 0.492.
Nilai minimum dari variabel
pertumbuhan perusahaan (SALGR)
sebesar -0.9740000, dan nilai
maksimumnya
adalah
sebesar
62.5090000.Sedangkan untuk nilai
rata-rata
dari
variabel
pertumbuhan perusahaan (SALGR)
adalah 0.609766837
dan nilai
standar deviasi dari pertumbuhan
perusahaan
adalah
sebesar5.0713411883.
Nilai minimum dari variabel
leverage
(LVRG)
adalah
51.3327000
dan
untuk
nilai
maksimum dari variabel ini sebesar
216.1524000. Sedangkan nilai rataratanya adalah 3.155658673 serta
nilai standar deviasi dari leverage
adalah 18.4279980721.
Nilai minimumdari variabel
ukuran perusahaan (SIZE) adalah
42
November 2014
23.0730499.Nilai maksimum adalah
sebesar 31.0894815. Nilai rata-rata
dari ukuran perusahaan adalah
26.803442652 dan nilai standar
deviasi
untuk
variabel
ini
adalah1.7852085887.
Nilai minimum dari variabel
likuiditas (LKDTS) adalah 0.0459000
dan untuk nilai maksimum dari
variabel
ini
adalah
sebesar
455.0527000. Nilai rata-rata dari
likuiditas adalah 5.609102041 dan
nilai standar deviasi untuk variabel
ini adalah 33.8574813616.
Nilai minimum dari variabel
audit report lag (ARL) adalah
sebesar 13 dan
untuk
nilai
maksimumnya adalah 309. Nilai
rata-rata dari
audit
report
lagadalah 86.68. Nilai standar
deviasi untuk variabel ini adalah
26.753.
Nilai minimum dari variabel
debt default (DD) adalah 0 yang
berarti perusahaan yang tidak
mengalami debt default sebanyak
178 perusahaan, dan untuk nilai
maksimum
sebesar
1
berarti
perusahaan yang mengalami debt
default sebanyak 18 perusahaan.
Nilai rata-rata dari debt default
adalah 0.09 yang berarti rata-rata
perusahaan non keuangan yang
mengalami debt default sebesar
9%. Nilai standar deviasi untuk
variabel ini adalah 0.290.
Tabel 3 menunjukkan nilai 2 log likelihood pada block 0 dan
block 1. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa nilai -2 loglikelihood
pada block 0 (hanya melibatkan
konstanta saja) sebesar 268.255,
sedangkan
pada
block
1
(mengikutkan
semua
variabel
independen) sebesar 117.078. Hal
ini menunjukkan indikasi adanya
model yang baik. Penurunan nilai -2
log likelihood dari block 0 ke block
ISSN: 1410 -9875
Meiriska Febrianty
1 sebesar 151.176.Penurunan nilai variabel
model.
2 log likelihood tersebut terjadi
karena
adanya
penambahan
Tabel 3
Overall Model Fit
Block
Block Number =
0
Block Number =
1
independen
ke
dalam
Nilai
268.255
117.078
Selisih
151.176
Sumber: Output Data SPSS 19.0
variabilitas variabel independen.
Uji
Nagelkerke’s
R2
digunakan untuk melihat seberapa
Hasil uji tersebut dapat dilihat
besar
variabilitas
variabel
pada Tabel 4 dibawah ini.
dependen dapat dijelaskan oleh
Tabel 4
Hasil Uji Nagelkerke’s R2
Step
1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
117.078
Nagelkerke R Square
0.538
0.721
Sumber: Output Data SPSS 19.0
Pada Tabel 4.4 dapat
dilihat bahwa nilai Nagelkerke R
Square adalah sebesar 0.664 yang
apabila dijadikan
persentase
menjadi sebesar 72.1%,yang artinya
bahwa hanya 72.1% variasi dari
variabel dependen,yaitu opini audit
unqualified opinion with modified
paragraph going concernyang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
independen, yaitu reputasi auditor,
opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan,
leverage,
ukuran
perusahaan,
likuiditas, audit report lagdan debt
default. Sedangkan sisanya sebesar
27.9% dijelaskan oleh
variasi
variabel independen yang tidak
terdapat dalam model penelitian
ini.
Uji Hosmer and Lameshow’s
digunakan untuk menguji apakah
data sesuai atau cocok dengan
model penelitian. Hasil uji Hosmer
dan Lemeshow’s Goodness of Fit
Testdapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini:
Tabel 5
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Step
Chi-square
1
4.757
df
Sig.
8
0.783
Sumber: Output Data SPSS 19.0
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Pada Tabel 5 dapat dilihat
bahwa nilai Hosmer and Lemeshow
test menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0.783 > 0.05. Cut off nilai
yang digunakan untuk menilai
apakah model fit dengan data
adalah 0.05. Dapat dilihat bahwa
nilai
signifikansi
lebih
besar
dibandingkan nilai cut off, hal ini
November 2014
menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan antara model dengan
data observasi sehingga
model
dapat dikatakan fitdengan data
observasi penelitian.
Hasil uji ketepatan prediksi
dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah
ini.
Tabel 6
Hasil Uji Ketepatan Prediksi
Observed
Predicted
GC
non going
concern
GC
Step 1
going concern
Percentage
Correct
going
concern
non going concern
103
8
92.8
13
72
84.7
Overall Percentage
89.3
Sumber: Output Data SPSS19.0
Berdasarkan Tabel 6 data yang
perusahaan akan tetapi yang tepat
diperoleh ada 85 perusahaan yang
prediksi berdasarkan model sebesar
mendapatkan unqualified opinion
103 perusahaan dengan persentase
with modified paragraph going
92.8% (103/111), sementara sisanya
concern(GCAO), akan tetapi yang
sebesar 8 perusahaan dengan
tepat prediksi berdasarkan model
persentase 4.08% (8/196) tidak
sebesar 72 perusahaan dengan
tepat prediksi. Secara keseluruhan
persentase
84.7%
(72/85),
ketepatan
prediksi
berdasarkan
sedangkan sisanya 13 perusahaan
model sebesar 175 perusahaan
dengan persentase 6.6% (13/196)
dengan
persentase
89.3%
tidak tepat prediksi.
(175/196).
Untuk
perusahaan
yang
Uji
hipotesis
dapat
mendapatkan
non-unqualified
ditunjukkan oleh Tabel 7 seperti
opinion with modified paragraph
berikut
ini:
going
concern
sebanyak
111
Tabel 7
Hasil Uji Hipotesis
Variables in the Equation
Step
1a
44
ADTR
B
0.155
S.E.
0.656
Wald
0.056
df
1
Sig.
0.813
Exp(B)
1.168
PRIOP
4.483
0.548
66.898
1
0.000
88.534
SALGR
-0.449
0.486
0.854
1
0.355
0.638
LVRG
-0.011
0.014
0.678
1
0.410
0.989
ISSN: 1410 -9875
SIZE
Meiriska Febrianty
-0.197
0.156
1.586
1
0.208
0.821
0.000
0.005
0.009
1
0.925
1.000
ARL
-0.005
0.008
0.335
1
0.563
0.995
DD
2.562
1.062
5.822
1
0.016
12.960
Constant
3.502
4.110
0.726
1
0.394
33.191
LKDTS
a. Variable(s) entered on step 1: ADTR, PRIOP, SALGR, LVRG, SIZE, LKDTS, ARL, DD.
Sumber: Output Data SPSS 19.0
Berdasarkan
Tabel
7
dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
reputasi auditor (AR) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.813yang lebih
besar dari 0.05 artinya bahwa
Ha1gagal diterima sehingga variabel
reputasi auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemungkinan
pemberian
opini
unqualified
opinion with modified paragraph
going concern.Hal ini disebabkan
karena baik KAP big four maupun
yang bukan KAP big four tetap akan
bersikap independen dan obyektif
dalam
melakukan
pekerjaan
auditnya dan dalam memberikan
pendapat.
Variabel opini audit tahun
sebelumnya (PRIOP) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.000 yang
artinya bahwa Ha2 diterima, dan
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kemungkinan penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila pada
tahun
sebelumnya
perusahaan
memperoleh unqualified opinion
with modified paragraph going
concern, maka semakin besar
kemungkinan untuk memperoleh
kembali unqualified opinion with
modified paragraph going concern
pada tahun berikutnya.
Variabel
pertumbuhan
perusahaan
(SALGR)
yang
diproksikan dengan pertumbuhan
penjualan memiliki nilai signifikansi
sebesar 0.355 yang berarti bahwa
Ha3
gagal
diterima
dimana
menunjukkan
bahwa
variabel
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap kemungkinan penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.Hal ini
disebabkan karena baik perusahaan
yang menerima unqualified opinion
with modified paragraph going
concern dan yang tidak menerima
unqualified opinion with modified
paragraph going concern ada yang
sama-sama memiliki pertumbuhan
penjualan yang negatif. Hal ini
berarti
pertumbuhan
penjualan
yang positif tidak bisa menjamin
perusahaan untuk tidak menerima
opini audit unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.
Sedangkan untuk variabel
rasio
leverage(LEVR)yang
diproksikan dengan debt to total
equity
ratio
memiliki
nilai
signifikansi lebih besar dari 0.05
yaitu sebesar 0.410 yang berarti
dimana Ha4 gagal diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa rasio leverage
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kemungkinan penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph
going
concern.Ini
disebabkan
karena
perusahaan
dengan leverage yang tinggi, akan
tetapi memiliki perencanaan dalam
memperbaiki operasi perusahaan
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
dan
kemampuan
untuk
dapat
mengelola keuangan dengan baik,
serta mampu menyajikan laporan
keuangan yang wajar, maka tidak
akan mendapat unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.
Variabel
ukuran
perusahaan (SIZE) yang diproksikan
dengan natural logaritma dari total
aktiva
yang
memiliki
nilai
signifikansi lebih besar dari 0.05
yaitu sebesar 0.208 yang berartiHa5
gagal
diterima.
Hal
ini
menunjukkan bahwa
variabel
ukuran
perusahaan
tidak
memberikan
pengaruh
yang
signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern.Hal
ini
dikarenakan
pertumbuhan aktiva perusahaan
tidak diimbangi dengan kemampuan
dalam meningkatkan saldo labanya
walaupun
total
aktivanya
meningkat pada tiap tahun. Hal
tersebut tetap akan membuat
perusahaan terkena masalah going
concern
jika
terus
menerus
mengalami saldo laba negatif tiap
tahunnya.
Sehingga,
walaupun
perusahaan
tersebut
termasuk
dalam kategori besar tidak selalu
menjamin
bahwa
perusahaan
tersebut terlepas dari unqualified
opinion with modified paragraph
going concern.
Variabel rasio
likuiditas
(LKDTS) yang diproksikan dengan
current
ratio
memiliki
nilai
signifikansi yang lebih besar dari
0.05, yaitu sebesar 0.925 yang
berarti bahwa Ha6 gagal diterima
yang artinya
variabel
rasio
likuiditas
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap kemungkinan
pemberian
unqualified
opinion
46
November 2014
with modified paragraph going
concern.Hal ini dikarenakan auditor
dalam
memberikan
unqualified
opinion with modified paragraph
going concern tidak hanya melihat
dari seberapa besar perusahaan
mampu membayar hutang jangka
pendek dengan aset lancar yang
dimilikinya tapi
juga
dengan
melihat dari keseluruhan kondisi
keuangan dan temuan audit dari
perusahaan tersebut.
Variabel audit report lag
(ARL) memiliki nilai signifikansi
yang lebih besar dari 0.05 yaitu
sebesar 0.563 dimana artinya Ha7
gagal
diterima.
Hal
ini
membuktikan bahwa variabel audit
report lagtidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan unqualified opinion
withmodified
paragraph
going
concern.Hal ini disebabkan banyak
perusahaan yang dalam penelitian
ini mengeluarkan laporan audit
dengan unqualified opinion with
modified paragraph going concern
dengan tepat waktu sesuai dengan
peraturan dari Bapepam.
Dan yang terakhir, variabel
debt default memiliki signifikansi
yang lebih kecil dari 0.05 yaitu
sebesar 0.016 dimana artinya Ha8
diterima. Hal ini menunjukan
bahwa kegagalan dalam memenuhi
kewajiban
hutang
merupakan
indikator unqualified opinion with
modified
paragraph
going
concernyang
memang
banyak
digunakan oleh auditor dalam
menentukan
ataupun
menilai
kelangsungan
hidup
suatu
perusahaan.
Kegagalan
dalam
memenuhi
kewajiban
ini
disebabkan
karena
perusahaan
memiliki pertumbuhan penjualan
yang negatif atau mengalami rugi
operasi serta hutang yang semakin
ISSN: 1410 -9875
meningkat. Akhirnya keadaan ini
mempengaruhi
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajibannya.
PENUTUP
Penelitian
ini
dilakukan
untuk mendapatkan bukti empiris
pengaruh variabel independen yang
terdiri darireputasi auditor, opini
audit
tahun
sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan,leverage,
ukuran perusahaan,
likuiditas,
audit report lagdan debt default
terhadap variabel dependen yaitu
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern pada perusahaan non
keuangan yang terdaftar di BEI
pada
periode
2008-2011.
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis, maka peneliti mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Reputasi
auditor
tidak
berpengaruh
terhadap
kemungkinan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern.Hasil
penelitian
ini
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santosa dan
Wedari (2007), Setyarno et al
(2007), Ulya (2012), Herusetya
(2008),
Ramadhany
(2004),
Susanto
(2009),
Rudyawan,
Badera (2009) dan Petronela
(2007). Tetapi penelitian ini
tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Fanny dan Saputra (2005) serta
Junaidi dan Hartono (2010).
2. Opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh
terhadap
kemungkinan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern. Ini sejalan dengan hasil
Meiriska Febrianty
penelitian yang dilakukan oleh
Setyarno et al. (2007), Kartika
(2012), Ulya (2012), Santosa dan
Wedari (2007),Saputra et all
(2013), Ramadhany (2004) dan
juga Susanto (2009).
3. Pertumbuhan perusahaan yang
diproksikan
melalui
pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh
terhadap
kemungkinan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern.
Hasil
penelitian
tersebut
sejalan
dengan
penelitian Santosa dan Wedari
(2007), Saputra et al (2013),
Setyarno et al (2007), Fanny dan
Saputra (2005), Januarti dan
Fitrianasari
(2008)
serta
Rudyawan dan Badera (2009).
Sedangkan
penelitian
yang
berbeda dihasilkan oleh Kartika
(2012).
4. Rasio leverage dengan proksi
debt
to
equitytidak
berpengaruh
terhadap
kemungkinan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern. Hasil penelitian ini
konsisten
dengan
penelitian
yang dilakukan oleh Petronela
(2004), Hani et al (2003),
Januarti dan Fitrianasari (2008),
Rudyawan dan Badera (2009),
Amilin dan Indrawan (2008) dan
Sudarno (2012).
5. Ukuran
perusahaan
yang
diproksikan
dengan
natural
logaritma dari total asset tidak
ada
pengaruh
terhadap
kemungkinanpenerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph going
concern.
Hasil
ini sejalan
dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Ramadhany
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
(2004), Fanny dan Saputra
(2005),
Herusetya
(2008),Kristiana (2012), Sudarno
(2012),Januarti dan Fitrianasari
(2008) serta Junaidi
dan
Hartono (2010). Tetapi hasil
penelitian ini tidak konsisten
dengan
penelitian
terdahulu
yang dilakukan oleh Santosa dan
Wedari (2007)serta Krishnan dan
Schauer (2000).
6. Rasio likuiditas yang diproksikan
dengan current ratio tidak
berpengaruh
terhadap
kemungkinan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern. Hasil
ini
sejalan
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Sudarno (2012)
dan Amilin dan Indrawan (2008).
Tetapi hasil penelitian ini tidak
konsisten
dengan
penelitian
yang dilakukan oleh Januarti
dan Fitrianasari (2008), Hani et
al. (2003) dan Eko (2006).
7. Audit
report
lag
tidak
berpengaruh
terhadap
kemungkinan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern. Hasil penelitian ini
konsisten
dengan
penelitian
yang dilakukan oleh Sudarno
(2011). Sedangkan penelitian ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Januarti dan Fitrianasari (2008).
8. Debt
default
berpengaruh
terhadap
kemungkinan
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern. Hasil penelitian ini
konsisten
dengan
penelitian
yang dilakukan oleh Praptitorini
dan Januarti (2007), Ramadhany
48
November 2014
(2004), Saputra et al (2013) dan
Ulya (2012).
Penelitian yang dilakukan
tentang
pengaruh
variabel
independen, yaitu reputasi auditor,
opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan,
leverage,
ukuran
perusahaan,
likuiditas, audit report lag, dan
debt default terhadap variabel
dependen,
yaitu
penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concernmemiliki
beberapa
keterbatasan,
antara
lain:
1. Periode
penelitian
hanya
dilakukan dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2011 (4
tahun) sehingga belum dapat
melihat kecenderungan trend
penerimaan unquaified opinion
with modified paragraph going
concern dalam jangka panjang.
2. Penelitian
ini
hanya
menggunakan delapan variabel
independen
yaitu
reputasi
auditor, opini audit tahun
sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan, leverage, ukuran
perusahaan, likuiditas, audit
report lag, dan debt default.
Saran yang dapat digunakan
untuk
penelitian-penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah tahun pengamatan akan
lebih baik jika diperpanjang
sehingga
dapat
melihat
kecenderungan
trend-trend
penerbitan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern oleh auditor dalam
jangka panjang.
2. Memasukkan
variabel
independen tambahan, seperti
model prediksi kebangkrutan,
resiko saham, perubahan dewan
komisaris dan opinion shopping.
ISSN: 1410 -9875
Meiriska Febrianty
REFERENSI
Amilin dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan
dan Opini Audit oleh KAP BIG FOUR dengan KAP NON BIG FOUR. Jurnal
ekonomi Vol XVIII No.2.
Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra.2005. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Godfrey,J., Hodgson, A., and Holmes, S. 2010. Accounting Theory. 7th edition.
Hani, Cleary, dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi
Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasonal Akuntansi VI
Surabaya, 16-17 Oktober.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi & Manajemen.
Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
(Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio
Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini
Audit Going Concern pada Auditee (Studi empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2005). Jurnal Maksi Vol 8
No. 1, Januari 2008: 43-55.
Mulyadi. 2002. Auditing, edisi 6, buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Petronela, T.A. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam
Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance, 1 (Maret), 46-55. Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya.
Praptitorini, M.D. dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default, dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going
Concern. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar, 26-28 Juli.
Ramadhany, Alexander 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi Vol. 4,
Agustus 2004. Program Master Sains Akuntansi Universitas Dipenogoro.
Rudyawan, A.P. dan I.D.N. Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,
Leverage, dan Reputasi Auditor.
Santosa, A.F. dan Linda K. Wedari. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern.
JAAI vol 11 No. 2.
Setyarno, E.B., Indria Januarti, dan Faisal. 2007. Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal
Akuntansi & Bisnis Vol 7, No. 2, Agustus 2007: 129-140.
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Susanto, Yulius K. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal
Akuntansi & Bisnis Vol 11, No. 3, Desember 2009: 155-173.
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol 12, No. 1, April 2010:
1-16.
Tamba, Revol U.B. dan Siregar, Hasan S. 2008. Pengaruh Debt Default,
Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia.
50
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 51-64
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
MEINIE SUSANTY
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to investigate factors that influence
dividend payout. Independent variable of this study are earning per share,
return on equity, operating cash flow, size, current ratio, collateral asset,
debt to equity. Sample used for this study is 72 nonfinancial company that
listed on Indonesia Stock Exchange during 2009 unitl 2011. Sample selected
based on purposive sampling method. Multiple regression was used to analyze
the data. The results of this study can be summarized as follows. Earning per
share, operating cash flow have a significant influence to dividend payout.
While return on equity, current ratio, collateral asset, debt to equity ratio
have no significant influence to dividend payout.
Keywords:
Dividend Payout, Earning per Share, Return on Equity, Operating
Cash Flow, Size, Current Ratio, Collateral Asset, Debt to Equity
Ratio.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi dividen payout. Variabel independen penelitian ini laba
per saham, return on equity, arus kas operasi, ukuran, current ratio,
collateral asset, debt to equity ratio. Sampel yang digunakan
untuk
penelitian ini adalah 72 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2009 unitl 2011. Sampel dipilih berdasarkan
metode purposive sampling. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis
data. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa laba per saham, arus kas
operasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout.
Sementara return on equity, current ratio, collateral asset, debt to equity
ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout.
Kata Kunci: Dividend Payout, Laba per Saham, Return on Equity, Arus kas
Operasi, Ukuran, Current Ratio, Collateral Asset, Debt to
EquityRatio.
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
PENDAHULUAN
Tujuan investor melakukan
investasi
adalah
untuk
mendapatkan tingkat pengembalian
yang
tinggi atas penanaman
modalnya pada suatu perusahaan.
Pengembalian atas penanaman
modal dapat berupa dividen atau
capital gain. Menurut Atmaja (1994)
dalam Irawan (2012), dividen dan
capital gain mempunyai perbedaan.
Dividen pada prinsipnya merupakan
keuntungan perusahaan
yang
dibagikan kepada para investor,
sedangkan capital gain merupakan
pendapatan dari selisih harga jual
saham terhadap harga beli. Dimana
dalam hal ini risiko yang terdapat
pada
dividen lebih
kecil
dibandingkan dengan risiko pada
capital gain. Pada capital gain,
investor harus dapat berspekulasi
dengan baik bahwa harga saham di
masa
mendatang
lebih besar
dibandingkan dengan harga saham
sekarang
sehingga
investor
mendapatkan keuntungan.
Kebijakan
pembayaran
dividen
ternyata
membawa
pengaruh bagi para pemegang
saham.
Hal
ini
dikarenakan
pemegang
saham
lebih
menginginkan pembagian laba yang
relatif
stabil.
Namun
bagi
perusahaan, pembagian laba dalam
bentuk dividen mengurangi sumber
dana
internalnya,
sebaliknya
apabila
perusahaan
menahan
labanya dalam bentuk laba ditahan
maka
perusahaan
mempunyai
kemampuan
untuk
membiayai
aktivitas
perusahaan
sehingga
mengurangi
ketergantungan
perusahaan
terhadap
dana
eksternal. (Marlina dan
Danica
2009).
52
November 2014
Dalam
mengendalikan
kebijakan dividen para pemegang
saham
memberikan
wewenang
kepada dewan direksi. Dewan
direksi menentukan apakah dividen
akan
dibayarkan
atau
tidak,
bagaimana sifat dividen, berapa
besar
jumlah
dividen
yang
dibayarkan
kepada
pemegang
saham. Dalam penetapan dividen
haruslah memperhatikan faktorfaktor
yang
mempengaruhinya
karena
berkaitan
dengan
kesejahteraan pemegang saham.
Penelitian
ini merupakan
replikasi dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Adil et al. (2011)
dengan mengambil sampel dari 100
perusahaan yang dipilih secara acak
dari KSE 100 index. Melihat adanya
perbedaan dari hasil penelitian
terdahulu, peneliti
termotivasi
untuk meneliti kembali apakah ada
perbedaan atau persamaan jika
dibanding
dengan
penelitian
sebelumnya. Dari empat variabel
yang terdapat pada penelitian
tersebut (earnings per share,
return on equity, operating cash
flow,
size),
peneliti
juga
menambahkan
tiga
variabel
independen yaitu rasio lancar
(Sadalia
dan
Khalijah
2011),
collateral assets (Pujiastuti 2008)
dan debt to equity (Deitiana 2009).
Tujuan penelitian adalah untuk
mendapatkan bukti empiris bahwa
pendapatan per lembar saham,
profitabilitas, arus kas operasi,
ukuran perusahaan, rasio lancar,
collateral asset, debt to equity
ratio
berpengaruh
terhadap
pembayaran dividen.
ISSN: 1410 -9875
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Manajer
dan
perusahaan
mempunyai
kepentingan
yang
berbeda,
yang
seringkali
bertentangan. Hal tersebut sering
terjadi karena manajer cenderung
mengutamakan kepentingan pribadi
dibandingkan dengan kepentingan
perusahaan. Bagi perusahaan hal
tersebut akan menambah biaya dan
akan
mengurangi
penurunan
keuntungan yang akan
diterima
oleh pemegang saham. Hal inilah
yang menyebabkan terjadi konflik
atau yang biasa disebut dengan
agency conflict (Dewi 2008). Konflik
tersebut menyebabkan
adanya
biaya keagenan, mencakup semua
biaya yang dikeluarkan dalam
mendesain,
mengimplementasikan
dan mengembangkan sistem control
yang memadai dalam organisasi
untuk mengontrol kerugian yang
timbul sebagai konsekuensi dari
pengambilan keputusan yang salah
(Jensen dan Meckling 1976 dalam
Dewi 2008).
Dalam menjalankan aktivitas
perusahaan membutuhkan adanya
pengendalian.
Pengendalian
ini
dilakukan oleh manajer perusahaan
yang bukan merupakan pemilik
perusahaan. Tujuan yang ingin
dicapai pemilik perusahaan adalah
perusahaan yang dimilikinya dapat
mencapai kemakmuran maksimum,
dan memajukan perusahaan dengan
mempekerjakan
manajer
perusahaan
sedangkan
manajer
perusahaan
adalah
untuk
memakmurkan pemilik perusahaan
dengan memberikan wewenang dan
kekuasaan
untuk
pengambilan
keputusan terbaik. Tarjo dan
Meinie Susanty
Hartono (2003) dalam Dewi (2008)
menjelaskan bahwa kepentingan
manajemen
dan
kepentingan
pemegang
saham
sering
kali
bertentangan
sehingga
dapat
terjadi konflik diantaranya. Hal
tersebut yang menyebabkan adanya
agency problem. Biaya-biaya yang
digunakan
untuk
mengurangi
agency problem ini yang disebut
dengan agency cost.
Kebijakan Dividen
Dividen merupakan bentuk
distribusi laba yang diperoleh
perusahaan
kepada
pemegang
saham sesuai dengan proporsi
lembar saham yang dimilikinya
(Handayani dan Hadinugroho 2009).
Robert Ang (1997) dalam Sunarto
dan Kartika (2003) menyatakan
bahwa dividen merupakan nilai
bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan yang
ditahan sebagai cadangan bagi
perusahaan. Dividen ini untuk
dibagikan kepada para pemegang
saham sebagai keuntungan
dari
laba
perusahaan.
Keputusan
mengenai jumlah laba yang ditahan
atau dividen yang akan dibagikan
diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Keputusan apakah laba yang
diperoleh
perusahaan
akan
dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa yang
akan
akan
diperlukan
suatu
kebijakan (Dewi 2008). Penetapan
kebijakan dividen sangat penting
karena
berkaitan
dengan
kesejahteraan pemegang saham.
Dalam penentuan kebijakan dividen
juga tidaklah mudah karena dapat
mempengaruhi kinerja perusahaann
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
dan harga saham perusahan. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh
Marlina dan Danica (2009) bahwa
kebijakan
pembayaran
dividen
mempunyai
pengaruh
bagi
pemegang saham dan perusahaan
yang membayar dividen. Levy dan
Sarnat (1990) dalam Rosdini (2009)
berpendapat
bahwa
kebijakan
dividen atau keputusan dividen
pada
hakikatnya
adalah
menentukan porsi keuntungan yang
akan
dibagikan
kepada
para
pemegang saham, dan yang akan
ditahan sebagai bagian dari laba
ditahan.
Dividend Irrelevance Theory
Brealey,
et.al
(2008)
berpendapat bahwa ada kelompok
yang meyakini dividen yang tinggi
meningkatkan nilai. Pada sisi lain,
ada kelompok yang meyakini bahwa
dividen yang tinggi membawa pajak
yang
tinggi
dan
karena
itu
mengurangi nilai perusahaan. Dan
di tengah-tengahnya ada kelompok
tengah yang yakin bahwa kebijakan
pembayaran
dividen
tidak
membawa perubahan.
Menurut
Brigham
dan
Michael Ehrhardt (2008), Dividen
Irrelevance Theory adalah suatu
teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh
baik
terhadap
nilai
perusahaan
maupun
biaya
modalnya, yaitu bahwa kebijakan
dividen tidak relevan. Teori ini
mengikuti pendapat Modigliani dan
Miller
(MM)
yang
menyatakan
bahwa nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecinya
Dividend Payout Ratio (DPR) tetapi
ditentukan oleh laba
bersih
sebelum pajak (EBT) dan risiko
bisnis, dengan kata lain MM
54
November 2014
berpedapat bahwa nilai perusahaan
hanya bergantung pada pendapatan
yang dihasilkan oleh aset, bukan
pada bagaimana pendapatan ini
dibagi antara dividen dan laba
ditahan.
Dengan
demikian
kebijakan dividen sebenarnya tidak
relevan untuk dipersoalkan.
Bird In The Hand Theory
Salah satu asumsi dalam
pendekatan MM adalah bahwa
kebijakan
dividen
tidak
mempengaruhi tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh investor.
Namun
Gordon
dan
Lintner
berpendapat bahwa investor lebih
merasa aman untuk memperoleh
pendapatan berupa pembayaran
dividen daripada menunggu capital
gain (Sartono 2001).
Gordon
dan
Lintner
beranggapan
bahwa
investor
memandang satu burung di tangan
lebih berharga daripada seribu
burung di udara. Kemungkinan
capital gains yang diharapkan
adalah
lebih
besar
risikonya
dibanding dengan dividen yields
yang pasti. Sehingga investor akan
meminta tingkat keuntungan yang
lebih
tinggi
untuk
setiap
pengurangan
dividen
yields
(Sartono 2001).
The Residual Dividend Theory
Teori dividen residual adalah
sebuah teori menyatakan bahwa
dividen yang dibayarkan harus sama
modal tersisa setelah pembiayaan
investasi
yang
menguntungkan
(Keown et al. 2002). Kebijakan ini
menyatakan bahwa dividen yang
dibayarkan merupakan sisa
dari
laba
perusahaan
setelah
dikurangkan
dengan
yang
ISSN: 1410 -9875
Meinie Susanty
dibayarkan
ntuk
membiayai
perencanaan modal perusahaan,
Weston dan Brigham (1993) dalam
Rosdini (2009). Artinya, perusahaan
membayarkan dividen hanya jika
terdapat kelebihan dana atas laba
perusahaan yang digunakan untuk
membiayai proyek yang telah
direncanakan. Dasar dari kebijakan
ini adalah bahwa investor lebih
menyukai perusahaan menahan dan
menginvestasikan
kembali
laba
daripada membagikannya dalam
bentuk dividen apabila laba yang
diinvestasikan
kembali
tersebut
dapat menghasilkan return yang
lebih tinggi daripada return ratarata yang dapat dihasilkan investor
dari investasi lain dengan risiko
yang sebanding.
Pendapatan per Lembar Saham
Pendapatan
per
lembar
saham
adalah
bagian
dari
keuntungan
perusahaan
dialokasikan untuk setiap saham
yang beredar dari saham biasa.
Laba per saham berfungsi sebagai
indikator profitabilitas perusahaan,
Mohamed (2007) dalam Adil et al.
(2011). Menurut Gitman dan Zutter
(2012), menyatakan bahwa laba
bersih per saham umumya menarik
bagi
pemegang
saham,
calon
pemegang saham, dan manajemen.
Pendapatan per lembar saham juga
merupakan
keuntungan
bagi
pemegang saham dan manajemen
saat ini atau di masa yang akan
datang. Maka pendapatan per
lembar saham merupakan
salah
satu indikator yang penting dalam
keberhasilan perusahaan.
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah salah satu
perusahaan
cara untuk
menilai secara tepat sejauh mana
tingkat pengembalian yang akan
didapat dari aktivitas investasinya.
Pengembalian
itu
tentunya
tergambar jelas pada performa
perusahaan.
Investor
memiliki
sejumlah harapan atas sejumlah
pengembalian atas investasinya di
saat ini. Hermi
(2004)
dalam
Arilaha (2009) mengungkapkan laba
perusahaan dapat ditahan sebagai
laba dan dapat dibagi sebagai
dividen, dimana laba itu diperoleh
dari selisih antara harta yang masuk
(pendapatan dan keuntungan) dan
harta yang keluar (beban dan
kerugian). Peningkatan laba bersih
perusahaan
akan
menngkatkan
tingkat
pengembalian
investasi
berupa pendapatan dividen bagi
investor.
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan
dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri (Sartono
2000
dalam
Dewi
2008).
Profitabilitas adalah keefektifan
manajemen dalam mengelola aset
total dan aset bersih sebagaimana
yang
tercatat
dalam
neraca
(Michael dan Wijaya 2010).
Arus Kas Operasi
Arus kas menurut PSAK No.
2 adalah arus masuk atau arus
keluar kas atau setara kas. Arus kas
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu
Aktivitas
Operasi,
Aktivitas
Investasi, Aktivitas Pendanaan. Arus
kas dari aktivitas operasi adalah
jumlah arus kas yang berasal dari
aktivitas
operasi
merupakan
indikator utama untuk menentukan
apakah
operasi
entitas
dapat
menghasilkan arus kas yang cukup
untuk
melunasi
pinjaman,
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
memelihara kemampuan operasi
entitas, membayar dividen, dan
melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan
dari luar. Arus kas ini didapat dari
aktivitas
penghasil
utama
perusahaan dan umumnya berasal
dari transaksi dan peristiwa yang
mempengaruhi
laba
rugi
perusahaan (IAI, 2012).
Arus kas
dari
kegiatan
operasi
secara
umum
adalah
pengaruh kas dari transaksi yang
termasuk dalam penentuan net
income selain aktivitas investasi,
keuangan, seperti penerimaan kas
dari
bunga
dan
dividen,
pembayaran bunga kepada pemberi
pinjaman dan kreditor, dan semua
pembayaran yang bukan hasil dari
transaksi yang didefinisikan sebagai
kegiatan investasi dan keuangan.
Arus kas operasi merupakan arus
kas yang
bersumber
dari
operasional perusahaan (Ramli dan
Arfan 2011).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menjadi
salah satu faktor yang penting
dalam investor melakukan investasi.
Hal ini dikarenakan perusahaan
yang memiliki ukuran besar akan
lebih mudah memasuki pasar modal
sehingga dengan kesempatan ini
perusahaan
membayar dividen
besar kepada pemegang saham
(Handayani dan Hadinugroho 2009).
Ukuran perusahaan diukur dari
natural
logaritma
nilai
pasar
ekuitas perusahaan pada akhir
tahun yaitu jumlah saham yang
beredar pada akhir tahun dikali
dengan harga pasar saham akhir
tahun(Siregar dan Utama 2005
dalam
Dewi 2008). Ukuran
perusahaan
dapat menentukan
56
November 2014
melalui log natural dari total aset
perusahaan,
Olatundun
(2003)
dalam Adil et al. (2011).
Rasio Lancar
Rasio lancar menunjukkan
sejauh mana kewajiban lancar
(current
liabilities)
dijamin
pembayarannya oleh aktiva lancar
(current asset) (Deitiana 2009).
Menurut Sunarto dan Kartika (2003)
Rasio lancar juga menunjukkan
keyakinan
investor
terhadap
kemampuan perusahaan membayar
dividen yang dijanjikan. Menurut
Gitman dan Zutter (2012) rasio
lancar
yang
lebih
tinggi
menunjukkan tingkat likuiditas yang
besar. Seberapa besar likuiditas
perusahaan
tergantung
dari
berbagai factor, termasuk ukuran
perusahaan,
akses
ke sumber
pembiayaan jangka pendek seperti
jalur kredit bank,
dan
ada
volatilitas bisnisnya.
Collateral Asset
Collateral asset adalah aset
perusahaan yang dapat digunakan
sebagai jaminan peminjaman (Fauz
dan Rosidi
2007).
Kreditor
seringkali meminta jaminan berupa
aktiva ketika memberi pinjaman
kepada
perusahaan
yang
membutuhkan pendanaan. Hal ini
dilakukan
untuk
mengantisipasi
apabila terjadinya resiko terjadinya
gagal bayar. Sehingga mereka
membuat
langkah
pengamanan
yang
dapat
menjamin
utang
kreditur. Collateral asset diukur
dengan membagi
antara
aktiva
tetap
terhadap
total
aktiva
(Wahidawati 2001 dalam Fauz dan
Rosidi 2007). Menurut Pujiastuti
(2008) Semakin besar aset kolateral
yang dimiliki perusahaan semakin
ISSN: 1410 -9875
Meinie Susanty
besar
maka
perusahaan
akan
membayarkan
dividen
dengan
jumlah yang besar. Sebaliknya jika
jumlah aset kolateral yang dimiliki
perusahaan kecil maka perusahaan
akan membayarkan dividen dalam
jumlah yang kecil.
Ha4
Ukuran
perusahaan
memiliki pengar uh terhadap
pembayaran dividen
Ha5
Rasio
lancar
memiliki
pengaruh
terhadap
pembayaran dividen
Debt to Equity Ratio
Ha6
Collateral
asset
memiliki
pengaruh
terhadap
pembayaran dividen
Ha7
Debt
to
equity
ratio
memiliki pengaruh terhadap
pembayaran dividen
Debt
to
equity
ratio
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
seluruh
kewajibannya
yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang dgunakan untuk
membyar hutang. Semakin besar
rasio ini
menunjukkan
semakin
besar kewajibanya dan rasio yang
semakin rendah akan menunjukkan
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajibannya. Peningkatan hutang
ini akan mempengaruhi tingkat
pendapatan bersih yang tersedia
bagi pemegang saham, artinya
semakin
tinggi
kewajiban
perusahaan,
akan
semakin
menurunan kemampuan perusahaan
dalam membayar dividen (Deitiana
2009).
Berdasarkan uraian-uraian diatas,
maka disusunlah uraian hipotesis
sebagai berikut:
Ha
Pendapatan
per
lembar
saham memiliki pengaruh
terhadap
pembayaran
dividen
Ha2
Profitabilitas
memiliki
pengaruh
terhadap
pembayaran dividen
Ha3
Arus kas operasi memiliki
pengaruh
terhadap
pembayaran dividen
METODA PENELITIAN
Obyek
penelitian
yang
digunakan pada penelitian ini
adalah seluruh perusahaan non
keuangan yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia. Metode
pemilihan sampel yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
purposive random sampling.
Kriteria
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan non keuangan yang
telah terdaftar (listed) di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
secara
konsisten dari
tahun
2009
sampai 2011.
2. Perusahaan
yang
laporannya
berakhir pada 31 Desember.
3. Perusahaan yang menggunakan
mata uang
Rupiah
dalam
laporan keuangannya.
4. Perusahaan yang memiliki laba
bersih setelah pajak
yang
konsisten selama tahun 2009
sampai 2011.
5. Perusahaan
yang
melakukan
pembayaran
dividen
secara
berturut–turut selama
tahun
2009 sampai 2011.
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
6. Perusahaan
yang
memiliki
laporan
keuangan
dengan
klasifikasi aset
lancar
dan
hutang lancar.
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pembayaran
dividen.
Pembayaran
dividen
adalah
jumlah
dividen
yang
dibayarkan
relatif
terhadap
pendapatan bersih perusahaan atau
pendapatan tiap lembar, (Keown et
al.
2005).
Pengukuran
yang
digunakan untuk variabel ini adalah
skala rasio. Cara pengukurannya
dengan proksi dividen payout ratio
(DPR), merupakan perbandingan
antara dividend per share (DPS )
dengan earnings per share (EPS)
(Adil et al. 2011) .
November 2014
karena mencerminkan kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
dividen. Arus kas operasi diukur
melalui skala rasio dari arus kas
operasi terhadap total aset, (Afza
dan Mirza 2010):
OCF =
Menurut
Dewi
(2008)
Ukuran
perusahaan diartikan
sebagai
tingkat penjualan, jumlah tenaga
yang terlibat dan total aset atau
menggambarkan besar
kecilnya
suatu
perusahaan.
Ukuran
perusahaan
dapat
ditentukan
melalui log natural dari total aset
perusahaan,
(Olatundun
2003)
dalam (Adil et al. 2011).
SIZE = LN (Total asset)
DPR =
Pendapatan per lembar saham
merupakan total keuntungan yang
diperoleh investor untuk setiap
lembar sahamnya (Sunarto dan
Kartika
2003).
Variabel
ini
menggunakan skala rasio dan dapat
dicari dengan menggunakan rumus
(Gitman dan Zutter 2012):
Rasio lancar merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya melalui jumlah aktiva
lancarnya.
Variabel
ini
menggunakan skala rasio dengan
menggunakan rumus (Sadalia dan
Khalijah 2011):
Current
Ratio
=
EPS=
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba selama periode
tertentu (Gibson 2009). Variabel ini
diukur dengan skala rasio dan di
dapat dengan menggunakan rumus
(Gitman dan Zutter 2012):
Collateral
Asset
diukur
menggunakan skala rasio dengan
menggunakan
rumus
dengan
membagi
antara
aktiva
tetap
dengan aktiva lancar (Pujiastuti
2008). Rasio ini dianggap sebagai
proksi aset-aset kolateral
untuk
cost agency.
ROE =
Arus
kas
operasi
seringkali
dimasukkan sebagai faktor yang
mempengaruhi pembayaran dividen
58
COL ASET =
Debt to Equity menunjukkan sejauh
mana modal sendiri menjadin
ISSN: 1410 -9875
Meinie Susanty
seluruh
hutang.
Variabel
ini
menggunakan skala rasio dengan
menggunakan
rumus
(Deitiana
2009):
DER =
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, perusahaan
yang dijadikan populasi adalah
perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2009- 2011.
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel
Perusahaan non keuangan di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Perusahaan non keuangan yang tidak
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2009-2011.
Perusahaan yang laporannya tidak berakhir
pada 31 Desember.
Perusahaan yang tidak menggunakan mata
uang Rupiah dalam laporan keuangannya.
Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih
setelah pajak yang konsisten selama tahun
2009 sampai 2011.
Perusahaan
yang
tidak
melakukan
pembayaran dividen secara berturut-turut
selama tahun 2009 sampai 2011.
Perusahaan yang tidak memiliki laporan
keuangan dengan klasifikasi aset lancar
dan hutang lancar.
Perusahaan yang dijadikan sampel
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 19
JumlahSampel
Per Tahun
386
Total Data
(74)
(222)
(10)
(30)
(28)
(84)
(104)
(312)
(92)
(276)
(6)
(18)
72
216
1158
Berdasarkan hasil uji t Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji t
Model
(Constant)
EPS
B
-.187
-5.031E-5
Sig
.565
.002
.012
t
-.576
3.087
.071
ROE
OCF
.689
3.846
.000
.943
Keterangan
Terdapat pengaruh
Tidak terdapat
pengaruh
Terdapat pengaruh
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
SIZE
.018
1.618
.107
CR
.018
1.537
.126
COL ASET
-.168
.060
DER
.013
1.896
.481
.631
November 2014
Tidak terdapat
pengaruh
Tidak terdapat
pengaruh
Tidak terdapat
pengaruh
Tidak terdapat
pengaruh
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 19
PENUTUP
Penelitian
ini
dilakukan
untuk melihat apakah terdapat
pengaruh antara laba per saham,
profitabilitas, operasi arus kas,
ukuran, rasio lancar, collateral
asset, dan debt to equity ratio
terhadap pembayaran dividen. Hasil
yang
dapat
disimpulkan
dari
penelitian ini adalah:
1. Variabel laba per saham (EPS)
memiliki
pengaruh
pada
pembayaran
dividen.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Adil, et al. (2011), serta Sunarto
dan
Kartika
(2003)
yang
menyatakan bahwa terdapat
pengaruh laba per
saham
terhadap pembayaran dividen.
2. Variabel profitabilitas
(ROE)
tidak
berpengaruh
pada
pembayaran
dividen.
Hasil
tersebut
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati dan Akram (2007),
Sunarto dan Kartika (2003).
Sedangkan
hasil
ini
bertentangan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Dewi
(2008), Arilaha (2009), Marlina
dan Danica (2009), Handayani
dan Hadinugroho (2009), Suharli
(2007), Marpaung dan Hadianto
(2009), Michael dan Wijaya
60
3.
4.
5.
6.
(2010) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh profitabilitas
terhadap pembayaran dividen.
Variabel arus kas operasi (OCF)
memiliki
pengaruh
pada
pembayaran
dividen.
Hasil
tersebut tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Irawan (2012).
Variabel
ukuran
perusahaan
(SIZE) tidak berpengaruh pada
pembayaran
dividen.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Immanuela (20112). Namun hasil
penelitian
ini
bertentangan
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Dewi (2008),
Handayani
dan
Hadinugroho
(2009), Sadalia dan Khalijah
(2011) yang menyatakan bahwa
terdapat
pengaruh
ukuran
terhadap pembayaran dividen.
Variabel rasio lancar (CR) tidak
berpengaruh pada pembayaran
dividen. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Deitiana
(2009), Sadalia dan Khalijah
(2011) menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh signifikan
terhadap pembayaran dividen.
Variabel collateral asset (ASCOL)
tidak
berpengaruh
pada
pembayaran
dividen.
Hasil
tersebut
sejalan
dengan
ISSN: 1410 -9875
Meinie Susanty
penelitian yang dilakukan oleh
Immanuela (2012). Sedangkan
hasil ini bertentangan dengan
penelitian yang telah dilakukan
oleh Fauz dan Rosidi (2007),
Wahyudi dan Baidori (2008) yang
menyatakan bahwa terdapat
pengaruh
collateral
asset
terhadap pembayaran dividen.
7. Variabel debt to equity ratio
tidak
berpengaruh
pada
pembayaran
dividen.
Hasil
tersebut
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Deitiana (2009), Marlina dan
Danica (20
CR, COL ASET, DER) terhadap
variabel dependen.
3. Periode yang digunakan dalam
sampel penelitian ini hanya 3
tahun.
4. Penelitian hanya menggunakan 7
variabel
independen
yang
diduga memberikan pengaruh
terhadap variabel
dependen
yaitu dividend payout ratio.
Keterbatasan
penelitian ini antara lain:
1.
dalam
1. Data yang digunakan dalam
penelitian
mengandung
heteroskedastisitas
pada
variabel arus kas operasi (OCF),
ukuran perusahaan (SIZE), rasio
lancar (CR), debt to equity ratio
(DER).
2. Data yang digunakan dalam
penelitian menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
variabel independen (ROE, SIZE,
Berdasarkan
atas
keterbatasan yang terdapat dalam
penelitian
ini,
maka
peneliti
merekomendasikan beberapa hal
untuk penelitian selanjutnya:
2.
3.
Penelitian
selanjutnya
sebaiknya menambah
jumlah
sampel agar tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Penelitian
selanjutnya
sebaiknya memperluas periode
penelitian agar
memperoleh
hasil penelitian yang lebih baik.
Penelitian
selanjutnya
sebaiknya menambah variabelvariabel independen lain yang
sekiranya
mempengaruhi
dividend payout ratio, seperti:
kepemilikan
institusional,
growth potential, dll.
REFERENSI
Adil Muhammad, Zafar dan Yassen. 2011. Empirical Analysis of Determinants
of Dividend Payout: Profitability and Liquidity. Institute of
Interdisciplinary Business Research Vol 3, No. 1, May.
Afza, Hammad Hassan Mirza. 2010. Ownership Structure and Cash Flows As
Determinants of Corporate Dividend Policy in Pakistan. International
Business Research Vol.3, No. 3, July.
Arilaha, Muhammad Asril. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas,
Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan
dan Perbankan Vol. 13, No.1, Januari, hlm. 78-87.
Brealey, et al. 2007. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi
kedua. Jakarta: Erlangga.
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Brigham, Michael C. Ehrhardt. 2008. Financial Management: Theory and
Practice.12th ed. United States of America: Thomson South Western.
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan
Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 1,
April, hlm. 57-64.
Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan
Institutional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan
terhadapKebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 10, No.
1,April, hlm. 47-58.
Fauz, Achmad dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan
Utang,
dan
CollateralAsset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan
Manajemen Vol.
8, No. 2, Juni, hlm. 259-266.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Gibson, Charles H. 2009. Financial Reporting & Analysis. 8th ed. South
Western:
Cencage Learning.
Gitman, Lawrence J and Chad Z. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. 13th ed. England: Pearson.
Handayani, Dwi R dan Bambang Hadinugroho. 2009. Analisis Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividen. Fokus Manajerial Vol. 7, No. 1: 64-71.
Immanuela, Intan. 2012. Analisis Pengaruh Collateral Asset, Debt to Equity
Ratio, Kepemilikan Institutional, dan Investment Opportunity Set (IOS)
terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar
di BEI. Jurnal Ekonomi, Vol. 5, No. 2.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: IAI.
Irawan, David dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas
Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Jurnal kajian Akuntansi dan
Bisnis, Vol. 1, No. 1.
Keown, et al. 2002. Financial Management, Principles and Applications. 9th ed.
United States of America: Pearson.
Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, Januari, hlm. 1-6.
Marpaung, Elyzabet Indrawati dan Bram
Hadianto.
2009.
Pengaruh
Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen:
Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal
Akuntansi Vol. 1, No. 1, Mei, hlm. 70-84.
Michael dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas
Pertumbuhan Aset, dan Aset Tetap terhadap Kebijakan Dividen dan
Kebijakan Utang. Jurnal Manajemen & Bisnis, Vol. 9, No. 2, September,
hlm. 202-214.
Pujiastuti, Triani. 2008. Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Vol. 12 No. 2, Mei, hlm. 183-197.
62
ISSN: 1410 -9875
Meinie Susanty
Rahmawati, Intan dan Akram. 2007. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan-Perusahaan di BEJ Periode 2000 – 2004. Jurnal Riset
Akuntansi Akssioma Vol. 6, No. 1, Juni.
Ramli, Muhammad Arfan. 2011. Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, Arus Kas
Bebas, dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya Terhadap Dividen Kas
yang Diterima Oleh Pemegang Saham. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi
Vol. 4, No.2, Juli, hlm. 126-138.
Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio.
Working
Paper
in
Accounting
and
Finance,
October.
Bandung:Universitas
Padjajaran.
Sadalia, Isfenti dan Khalijah. 2011. Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Dividend Per Share Pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal
Ekonom, Vol. 14, No. 4, September, hlm. 191-195.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Edisi keempat.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach. 5th ed. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.
Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel
Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei, hlm. 9-17.
Sunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 10,
No.1, Maret, hlm. 67-82.
Sutrisno. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout
Ratio Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. TEMA, Vol. II, No. 1, Maret.
Wahyudi,
Eko, dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership,
Collateralizable Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa
Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 6,
No. 3, Desember.
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan
64
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 65-82
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
UNDERPRICING PENAWARAN UMUM PERDANA PERUSAHAAN
MEIRYANANDA PERMANASARI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This study aims to determine the factors that influence the degree
of underpricing. Factors which are potentially affect underpricing degree that
used in this study are firm age, firm size, earnings per share, return on assets,
financial leverage, industrial type, return on equity, reputation of
underwriter and reputation of auditor. This research use 47 selected samples
from all kind of companies listed in Indonesia Stock Exchange except finance
and investment companies during the period of 2010 until 2012 and meet the
criterias of this research. The samples are selected by using purposive
sampling method. The statistical method used in this research is multiple
regressions. The research concluded that firm size, earnings per share and
return on assets have influence toward underpricing. On the other hand, the
remaining variables that consist of firm age, financial leverage, industrial
type, return on equity, reputation of underwriter and reputation of auditor
have no influence toward underpricing.
Keywords:
Underpricing, Initial Public Offering (IPO), Firm Size, Earnings per
Share, Return on Assets and Industrial Type
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi
tingkat
underpricing.
Faktor-faktor
potensial
yang
mempengaruhi underpricing yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur
perusahaan, ukuran perusahaan, laba per saham, return on assets, financial
leverage, jenis industri, return on equity, reputasi penjamin emisi, dan
reputasi auditor. Penelitian ini menggunakan 47 sampel dari semua jenis
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali perusahaan
keuangan dan investasi selama periode 2010-2012 serta memenuhi kriteriakriteria dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitain ini dipilih menggunakan
metode purposive sampling. Metode statistik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis regresi berganda.Penelitian ini menyimpulkan
bahwa ukuran perusahaan, laba per saham, dan return on assets berpengaruh
terhadap underpricing. Sedangkan variabel lainnya yang terdiri dari umur
perusahaan, financial leverage, jenis industri, return on equity, reputasi
penjamin emisi, dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap
underpricing.
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Kata kunci: Underpricing, Penawaran Umum Perdana, Ukuran Perusahaan,
Laba per Saham, Return on Assets, dan Tipe Industri
PENDAHULUAN
Terdapat satu hal yang
lumrah terjadi pada perusahaan go
public saat melakukan initial public
offerings (IPO) atau penawaran
saham pertama kali. Umumnya
saham perusahaan-perusahaan itu
akan mengalami underpricing, yaitu
dimana
harga
saham
suatu
perusahaan yang ditawarkan lebih
rendah daripada semestinya.
Bukan tanpa sebab selama ini
terdapat
banyak
penelitian
mengenai
penyebab
terjadinya
underpricing.
Terjadinya
underpricing ini tidak diharapkan
oleh
perusahaan,
sehingga
perusahaan
sangat
ingin
meminimalisirnya.
Hal
ini
dikarenakan,
underpricing
akan
menyebabkan transfer kemakmuran
dari
pemilik
kepada
para
investor
(Beatty
1989
dalam
Retnowati 2013). Apabila dalam
kasus perusahaan go public yang
dimaksud merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), maka Negara
dapat turut dirugikan dalam hal ini.
Salah
satu
fenomena
underpricing pada BUMN yang
pernah menjadi gunjingan publik
yaitu IPO PT. Krakatau Steel tahun
2010. Pada saat IPO, tanggal 10
November 2010, PT. Krakatau Steel
mengalami underpricing dimana
harga IPO
Rp850,00
sementara
harga penutupannya Rp1.270,00.
Terlihat sangat jelas bahwa saham
PT. Krakatau Steel mengalami
underpricing. PT. Krakatau Steel
melepaskan 3,155 miliar saham baru
ke publik dan berhasil memperoleh
66
pesanan hingga 30 miliar saham
(Bagus 2010).
Meski telah banyak penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui
penyebab terjadinya underpricing,
akan
tetapi
dari
penelitian-penelitian yang telah ada,
terdapat ketidakkonsistenan dalam
hasil
penelitian.
Perbedaan
penelitian
ini
dari
penelitian-penelitian
yang
ada
sebelumnya yaitu penelitian ini
mencakup periode waktu dari tahun
2010 sampai dengan 2012.
Penelitian ini disusun dengan
sistematika
penulisan
sebagai
berikut,
pertama
pendahuluan
menjelaskan
mengenai
latar
belakang dan sistematika penulisan.
Kedua, menjelaskan mengenai teori
dan hasil penelitian sebelumnya
sebagai dasar dalam pengambilan
hipotesis penelitian. Ketiga, metoda
pemilihan sampel dan definisi
operasional
variabel
dalam
penelitian.
Keempat,
hasil
pengujian hipotesis, dan terakhir
terkait
pada
kesimpulan,
keterbatasan dan
rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Initial Public Offering
Menurut Tandelilin (2010),
saham untuk pertama kalinya
ditawarkan di pasar perdana kepada
investor publik atau masyarakat
luas. Apabila perusahaan tersebut
menjual saham untuk pertama
kalinya, maka proses penjualan
saham pertama kali ini disebut
sebagai penawaran umum perdana
ISSN: 1410 -9875
(initial public offering). Emiten
sendiri adalah perusahaan yang
melakukan initial public offering
(IPO). Setelah melakukan IPO,
perusahaan
yang
melakukannya
selanjutnya
disebut
sebagai
perusahaan terbuka (Tbk) atau
perusahaan publik.
Pada
awalnya,
menurut
Sjahruddin dan Yusralaini (2009),
studi tentang IPO memang sematamata ditujukan untuk menyelidiki
potensi
keuntungan yang bisa
didapat oleh investor bila membeli
saham saat penawaran perdana.
Akan tetapi, hasil penelitian secara
konsisten menunjukkan bahwa IPO,
secara
rata-rata,
memberikan
return yang positif dalam jangka
pendek.
Underpricing
Pengertian
harafiah
underpricing
menurut
Gumanti
(2002, 137) dalam Saputra dan
Wardoyo
(2008)
adalah
suatu
kondisi
dimana
harga
pasar
perusahaan yang baru go public
dalam hitungan hari atau minggu,
dapat lebih tinggi dibandingkan
harga penawaran
pertamanya
secara rata-rata.
Penelitian
mengenai
fenomena
underpricing
pada
peristiwa IPO telah dilakukan oleh
Loughran et al. (1994) di banyak
negara, serta Sulistiawan dan Arni
(2003) di Indonesia (Sulistiawan
2010). Berdasarkan hasil penelitian
mereka diketahui adanya positif
return yang besar di hari pertama
perdagangan saham setelah IPO,
sebagai contoh rata-rata return IPO
di Malaysia sekitar 100% sedangkan
di Indonesia sekitar 20%.
Underpricing
merupakan
anomali dalam kajian mengenai IPO.
Kondisi underpricing merugikan
Meiryananda Permanasari
perusahaan
karena
harapan
perusahaan akan dana maksimum
yang diperoleh dari masyarakat
menjadi tidak terpenuhi. Akan
tetapi bila terjadi overpricing,
harapan para
investor
untuk
menerima initial return akan hilang,
begitu juga dengan minat mereka
terhadap
saham
tersebut
(Retnowati 2013).
Teori Asimetri Informasi
Terdapat
dua
pendapat
berbeda mengenai kondisi asimetri
informasi yang ada. Model Baron
(1982) dalam Astuti dan Syahyunan
(2013)
menjelaskan
perbedaan
informasi yang dimiliki oleh emiten,
penjamin emisi, dan masyarakat
pemodal. Penjamin emisi memiliki
informasi tentang pasar yang lebih
lengkap daripada emiten, penjamin
emisi juga memiliki informasi yang
lebih lengkap tentang kondisi
emiten daripada calon investor.
Semakin besar asimetri informasi
yang terjadi maka semakin besar
risiko yang dihadapi oleh investor.
Begitu juga dengan harapan investor
yang semakin tinggi terhadap initial
return yang diharapkan dari saham
tersebut.
Model Rock (1986) dalam
Astuti
dan
Syahyunan
(2013)
menyatakan
bahwa
asimetri
informasi terjadi pada kelompok
informed
investor
dengan
uninformed
investor.
Informed
investor memiliki informasi lebih
banyak mengenai emiten, sehingga
akan membeli saham-saham IPO jika
harga
pasar
yang
diharapkan
melebihi harga perdana. Sementara
kelompok
uninformed
investor
kurang memiliki informasi mengenai
perusahaan
emiten,
sehingga
cenderung melakukan penawaran
secara sembarangan baik pada
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
saham-saham IPO yang underpricing
maupun
overpricing.
Tindakan
uninformed
investor
tersebut
menyebabkan
harga
penutupan
menjadi lebih tinggi dari pada harga
pembukaannya.
Asimetri informasi ini juga
menyebabkan
adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian akan
nilai
emiten
menyebabkan
fenomena
underpricing
terjadi.
Semakin tinggi ketidakkepastian
yang ada, semakin besar pula
underpricing yang terjadi (Alli et al.
1994 dalam Hartono 2005).
Teori Signaling
Saat melakukan penawaran
umum perdana, calon investor tidak
semuanya dapat membedakan mana
perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk. Oleh karena itu, emiten
dan penjamin emisi dengan sengaja
memberikan sinyal kepada pasar,
sehingga jika perusahaan mampu
menunjukkan kualitas perusahaan
yang
baik,
maka
diharapkan
ketidakpastian
akan
berkurang
(Hartono 2005).
Menurut Allen dan Faulhaber
(1989) dalam Rizqi dan Harto (2013),
perusahaan yang berkualitas buruk
tidak mudah meniru perusahaan
yang
berkualitas baik
yang
melakukan underpricing. Pada cash
flow periode
berikutnya akan
menunjukkan perusahaan tersebut
baik atau buruk. Pada perusahaan
yang
buruk,
pada
periode
berikutnya cash flow yang tinggi
jarang terjadi, akibatnya revisi
harga saham juga jarang terjadi.
Maka secara garis besar, perusahaan
yang berkualitas buruk
akan
mempunyai potensi kerugian lebih
besar dalam underpricing dibanding
perusahaan kualitas baik.
68
November 2014
Umur Perusahaan
Umumnya perusahaan yang
telah lama berdiri mempunyai
publikasi perusahaan lebih banyak
dibandingkan dengan perusahaan
yang
masih
baru.
Untuk
memperoleh
informasi
dari
perusahaan yang lebih berumur
yang melakukan IPO terasa lebih
mudah dibanding perusahaan yang
masih muda.
Semakin
panjang
umur
perusahaan maka semakin banyak
informasi
yang
bisa
diserap
masyarakat (Daljono 2000 dalam
Putra dan Budiarti 2012). Hal ini
akan mengurangi asimetri informasi
dan memperkecil ketidakpastian.
Maka perusahaan yang lama berdiri
mempunyai tingkat underpricing
yang
lebih
rendah
daripada
perusahaan yang masih
baru
(Rosyati dan Sebeni 2002). Hal ini
dikarenakan risiko yang lebih kecil
menghasilkan return yang kecil
pula. Hal ini tidak begitu menarik
bagi investor.
Ha1: Umur perusahaan berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Ukuran Perusahaan
Hayati (2007) dalam Zirman
dan Darlis (2011) mengatakan
perusahaan
yang
lebih
besar
mempunyai kepastian yang lebih
besar dari perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang besar
umumnya lebih dikenal masyarakat,
sehingga
informasi
mengenai
prospek perusahaan besar lebih
mudah diperoleh investor dari pada
perusahaan
kecil.
Umumnya
perusahaan besar juga mempunyai
aktiva yang besar pula nilainya.
Menurut Yolana dan Martani
(2005), semakin banyak informasi
yang diterima oleh investor, sedikit
banyak akan memberi kepastian
ISSN: 1410 -9875
bahwa abnormal return tidak begitu
tinggi. Initial return yang akan
didapat investor akan bersifat
normal akibat minimalnya risiko
yang ada dari perusahan berskala
besar. Hal ini membuat investor
yang memang mengharapkan initial
return yang tinggi menjadi tidak
berminat untuk membeli saham
tersebut.
Ha2: Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Earnings per Share
Earnings
per
share
merupakan salah satu rasio yang
memberikan gambaran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan. Earnings per share
mengambarkan jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap
lembar
saham biasa atau laba bersih per
lembar saham biasa (Retnowati
2013).
Apabila earnings per share
perusahaan tinggi berarti
laba
setiap saham ikut tinggi, maka
memicu semakin banyak investor
yang membeli saham tersebut
sehingga menyebabkan harga saham
menjadi
tinggi
(Astuti
dan
Syahyunan 2013). Harga saham yang
meninggi
akan
menyebabkan
terjadinya underpricing.
Ha3: Earnings
per
share
berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Return on Assets
Return on assets merupakan
rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aset yang
dimilikinya (Saputra dan Wardoyo
2008). Hal ini dapat dilihat bahwa
return on assets digunakan dalam
Meiryananda Permanasari
mengetahui
kemampuan
perusahaan untuk
mendapatkan
laba dengan investasi yang telah
ditanamkan (Ghozali dan Mansur
2002).
Semakin tinggi return on
assets perusahaan akan semakin
rendah underpricing karena investor
akan menilai kinerja perusahaan
lebih baik dan bersedia membeli
saham perdananya dengan harga
yang lebih tinggi. Calon investor
akan
mempertimbangkan
persentase
profitabilitas
perusahaan sebelum menentukan
keputusan investasinya
sehingga
nilai ketidakpastiannya semakin
rendah yang juga akan menurunkan
nilai
underpricing
perusahaan
tersebut (Yasa 2008).
Ha4: Return on assets berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Financial Leverage
Saputra dan Wardoyo (2008)
menyatakan
financial
leverage
menunjukan
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
hutangnya
dengan
aset
yang
dimilikinya. Menurut Daljono (2000)
dalam Zirman dan Darlis (2011),
semakin tinggi tingkat leverage
maka semakin tinggi juga resiko
perusahaan, yang mengakibatkan
tingkat
kepastian
perusahaan
meningkat karena besarnya hutang
yang ditanggung. Para investor
mempertimbangkan
informasi
financial
leverage
ini
dalam
berinvestasi.
Menurut Witjaksono (2012),
financial leverage yang tinggi
membuat penetapan harga saham
yang cenderung
underpriced,
karena hal ini akan berpengaruh
pada tingginya
ketidakpastian
return yang akan diterima investor
atas investasinya. Oleh karena itu,
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
semakin tinggi financial leverage
perusahaan maka semakin
besar
pula tingkat underpricing.
Ha5: Financial
leverage
berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Jenis Industri
Analisis
industri
penting
untuk dilakukan oleh investor
karena dapat membantu investor
untuk
mengidentifikasi
peluang
investasi
suatu
industri
yang
mempunyai karakteristik risiko dan
return
tertentu
bagi
investor
(Tandelin 2001 dalam Sulistio 2005).
Jenis industri yang berisiko
tinggi biasanya akan memberi
kompensasi yang lebih besar atas
keberanian
investor
untuk
berinvestasi.
Dalam
penelitian
Junaeni
dan
Agustian
(2013),
dimasukkannya faktor jenis industri
untuk menunjukkan apakah tingkat
underpricing industri manufaktur
berbeda dengan perusahaan industri
non manufaktur.
Islam
et
al.
(2010)
mendapatkan fakta bahwa tidak ada
satu
pun
perusahaan
sektor
manufaktur
yang
mengalami
overpricing saat IPO. Juga terdapat
fakta bahwa tingkat rata-rata
underpricing
perusahaan
manufaktur
tertinggi
dibanding
sektor
lainnya.
Jenis
industri
manufaktur lebih diminati investor,
yang membuat permintaan saham
perusahaan industri itu lebih tinggi,
yang
memicu
terjadinya
underpricing.
Ha6: Jenis industri berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Return on Equity
Return on equity merupakan
rasio yang memberikan informasi
mengenai tingkat pengembalian
70
November 2014
modal dari perusahaan yang berasal
dari
kinerja
perusahaan
memperoleh laba (Yolana dan
Martani
2005).
Tingkat
pengembalian
modal
tersebut
menjadi
milik
investor.
Maka
perusahaan
yang
mempunyai
tingkat return on equity yang tinggi,
lebih diminati oleh investor.
Investor melihat
besarnya
nilai return on equity sebagai
cerminan
bahwa
perusahaan
tersebut menguntungkan. Hal ini
dapat mengurangi ketidakpastian
IPO dalam menentukan harga saham
yang
wajar
sehingga
dapat
menurunkan tingkat underpricing
(Trisnaningsih 2005).
Ha7: Return on equity berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Reputasi Penjamin Emisi
Perusahaan yang go public
biasanya belum mengetahui pangsa
pasar saham di pasar bursa. Hal
itulah yang membuat perusahaan
memerlukan jasa penjamin emisi
sebagai penjamin sahamnya di bursa
efek. Penjamin emisi yang berfungsi
menawarkan
saham
di
pasar
sekunder kepada investor. Status
peringkat
penjamin
emisi
memberikan pengaruh dalam tinggi
rendahnya harga saham perusahaan
(Zirman dan Darlis 2011).
Menurut
Saputra
dan
Wardoyo (2008),
dalam suatu
kontrak,
penjamin
emisi
mempunyai bentuk tanggung jawab
terhadap emiten, jenis tanggung
jawabnya yaitu: (1) best effort
underwriting dimana
penjamin
emisi hanya menjual sebatas yang
laku dan sisa dari penjualan itu akan
dikembalikan kepada pihak emiten,
(2) full commitment underwriting,
dimana penjamin emisi menjamin
penjualan seluruh saham yang
ISSN: 1410 -9875
ditawarkan, sehingga jika ada yang
tidak terjual maka penjamin emisi
yang akan membeli sisanya, (3)
standby commitment underwriting,
penjamin emisi selain bertanggung
jawab untuk menjual surat berharga,
juga memberikan kesanggupan jika
ada sekuritas yang tidak terjual
akan dibeli dengan harga yang telah
dijanjikan.
Penjamin emisi menetapkan
harga yang cenderung rendah untuk
menghindari pembelian saham sisa
sementara investor menginginkan
initial return dari harga saham yang
cenderung rendah pada penawaran
perdana saham. Hal inilah yang
menyebabkan
terjadinya
underpricing.
Menurut Razafindrambinina
dan Kwan (2013), reputasi penjamin
emisi bisa menjadi penting di
Indonesia,
dimana
investor
umumnya masih minim informasi,
dengan demikian para investor
umumnya akan lebih memilih saham
yang dijamin oleh penjamin emisi
yang bereputasi baik. Apalagi
hampir
sebagian
besar
jasa
penjamin emisi yang digunakan di
Indonesia berdasarkan komitmen
penuh (full-commitment), sehingga
penjamin emisi harus bertanggung
jawab atas seluruh penjualan
saham.
Ha8: Reputasi penjamin emisi
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Reputasi Auditor
Peran
auditor
mutlak
diperlukan oleh perusahaan yang
ingin go public. Tugas auditor yaitu
melakukan pemeriksaan terhadap
laporan keuangan perusahaan yang
akan melakukan go public. Hasil
pemeriksaan auditor ini sangat
dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
Meiryananda Permanasari
berkepentingan untuk pengambilan
keputusan.
Menurut Dye (1993) dalam
Djamil (2003), KAP besar memiliki
kekayaan yang lebih besar. KAP yang
mempunyai kekayaan yang lebih
besar mempunyai dorongan untuk
menghasilkan laporan audit yang
lebih akurat dibandingkan dengan
auditor dengan kekayaan yang lebih
sedikit. Maka itu reputasi auditor
diukur
berdasarkan
peringkat
auditor dilihat dari banyaknya
pendapatan suatu KAP.
Auditor
yang
bereputasi
tinggi,
akan
mengurangi
ketidakpastian pada masa yang akan
datang (Yasa 2008). Keberadaan
auditor yang profesional akan
mengurangi kekhawatiran publik
akan
perilaku
emiten
yang
memberikan informasi yang tidak
akurat ke pasar. Ketidakpastian
yang berkurang dapat membuat
tingkat
underpricing
semakin
rendah.
Ha9: Reputasi auditor berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
METODE PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Populasi yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan non keuangan yaitu
perusahaan
selain
bank
dan
lembaga keuangan lainnya, yang
melakukan IPO di
Bursa Efek
Indonesia selama periode 2010-2012.
Pengambilan sampel menggunakan
metode
purposive
sampling.
Prosedur yang digunakan dalam
pengambilan sampel bisa dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1: Prosedur Pemilihan
Sampel
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran
Underpricing
Tingkat
underpricing
merupakan variabel dependen yang
dipakai
dalam
penelitian
ini.
Underpricing dapat diukur dengan
menggunakan rumus initial return.
Menurut Martani et al. (2012),
Initial Return =
Age = Tahun IPO - Tahun Berdiri Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Menurut Martani et al. 2012
dalam mengukur besarnya skala
atau ukuran dari perusahaan adalah
dengan diproksi dengan logaritma
dari total aset laporan keuangan
perusahaan tahun terakhir sebelum
perusahaan tersebut melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia. Ukuran
perusahaan (size) menggunakan
skala rasio, diukur dengan rumus
sebagai berikut:
Size = Log Total Aset
Earnings per Share
Menurut Gitman dan Zutter.
(2012), earnings per share diukur
dengan membandingkan net income
atau laba bersih dengan jumlah
lembar saham perusahaan yang
beredar. Earnings per share (EPS)
diukur
dengan
skala
rasio
menggunakan
rumus
sebagai
berikut:
Laba Bersih
Jumlah saham yang beredar
Return on Assets
Menurut Kieso et al. (2013),
return on assets diukur dengan
membandingkan laba bersih dengan
ROA =
72
initial return dihitung dengan
membandingkan harga saham pada
saat penawaran perdana dengan
selisih antara harga saham saat
penutupan
dan
harga
saat
penawarannya.
Underpricing
menggunakan skala rasio yang
dihitung
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut:
Closing Price - Offering Price
Offering Price
Umur Perusahaan
Umur perusahaan diukur dari
tahun sejak perusahaan berdiri
sampai melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia atau dengan kata lain
umur perusahaan merupakan selisih
antara tahun pendirian perusahaan
dengan tahun IPO (Martani et al.
2012). Umur perusahaan (age) ini
menggunakan
skala
rasio
dan
dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
EPS =
November 2014
total aset perusahaan. Return on
assets (ROA) diukur dengan skala
rasio menggunakan rumus sebagai
berikut:
Laba Bersih
Total Aset
ISSN: 1410 -9875
Financial Leverage
Menurut
Yoga
(2008),
financial leverage diukur dengan
membandingkan
total
hutang
dengan total aset perusahaan.
Financial leverage (FL) diukur
dengan skala rasio menggunakan
rumus sebagai berikut:
Total Hutang
FL =
Total Aset
Jenis Industri
Jenis
industri
menurut
Junaeni dan Agustian (2013), diukur
dengan variabel dummy
dimana
nilai 1 diberikan untuk perusahaan
industri manufaktur,
sedangkan
nilai 0 untuk perusahaan industri
non manufaktur. Jenis industri
menggunakan skala nominal dalam
pengukurannya.
Return on Equity
Menurut Martani et al. (2013),
return on equity dihitung dengan
membandingkan laba bersih setelah
bunga dan pajak dengan total
ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Return
on equity (ROE)
menggunakan
skala rasio dan
dihitung
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
ROE =
Total Ekuitas
Reputasi Penjamin Emisi
Menurut Martani et al. (2013),
reputasi penjamin emisi diukur
dengan variabel dummy, dimana
nilai 1 untuk penjamin emisi
bereputasi baik dalam the big ten,
sedangkan nilai 0 untuk penjamin
emisi di luar the big ten. Reputasi
penjamin emisi menggunakan skala
nominal dalam pengukurannya.
Reputasi
penjamin
emisi
ditentukan dengan
total nilai
transaksi penjamin emisi secara
Meiryananda Permanasari
tahunan (annual) yang dikeluarkan
oleh
Bursa
Efek
Indonesia
(Razafindrambinina dan Kwan 2013),
yang
mencerminkan
besarnya
pendapatan penjamin emisi.
Nama perusahaan penjamin
emisi yang masuk dalam kategori
the big ten di Indonesia selama
kurun waktu 2010 sampai dengan
2012 berganti-ganti. Maka itu
reputasi penjamin emisi yang
digunakan jasanya saat IPO akan
dilihat per
tahun
dimana
perusahaan tersebut
melakukan
IPO.
Reputasi Auditor
Reputasi
auditor
diukur
berdasarkan
peringkat
auditor.
Menurut Martani et al. (2013),
reputasi auditor diukur dengan
variabel dummy, dimana nilai
1
untuk auditor bereputasi baik the
big four, sedangkan nilai 0 untuk
auditor di luar the big four. Reputasi
auditor menggunakan skala nominal
dalam pengukurannya. Selanjutnya
pemakaian
kata
auditor
akan
diganti dengan kata KAP untuk
mewakilinya.
Reputasi
KAP
diukur
berdasarkan banyaknya pendapatan
suatu
KAP.
Secara
global,
pendapatan KAP the big four
memang
selalu
lebih
besar
dibanding KAP non big four, begitu
juga di Indonesia. KAP yang
termasuk dalam kategori the big
four adalah:
(1)
Tanudiredja,
Wibisana dan Rekan, yang berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers
Global Network, (2) Purwantono,
Suherman dan Surja,
yang
berafiliasi dengan Ernst and Young
Global Limited, 3) Osman Bing
Satrio dan Eny, yang berafiliasi
dengan Deloitte Touche Tohmatsu
Limited, 4) Siddharta dan Widjaja,
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
yang berafiliasi dengan
International (PPAJP, 2013).
KPMG
Metoda Analisis Data
Penelitian ini menggunakan
multiple regression analysis untuk
menguji hipotesis yang
diilustrasikan sebagai berikut:
UND = a + b1AGE + b2SIZE + b3EPS +
b4ROA + b5FL+ b6IND+ b7ROE
+ b8UDW + b9AUD + e
Keterangan:
UND = Underpricing, a = Konstanta,
b1 – b9 = Koefisien regresi, AGE =
Umur perusahaan, SIZE = Ukuran
perusahaan, EPS = Earnings per
share, ROA = Return on assets, FL =
Financial leverage, IND = Jenis
industry, ROE = Return on equity,
UDW = Reputasi penjamin emisi,
AUD = Reputasi auditor, e = Tingkat
kesalahan
November 2014
Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Data
Residual
Dari
hasil
pengujian
normalitas residual diperoleh nilai
asymp.sig (2-tailed) sebesar 0.876
yang lebih besar dari 0.05. Hasil ini
menunjukkan bahwa data residual
dalam
model
regresi
ini
berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Hasil uji multikolinearitas
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7: Hasil Uji
Multikolinieritas
Hasil
perhitungan
nilai
tolerance dan VIF menunjukkan
masing-masing variabel independen
memiliki nilai tolerance lebih dari
0.1 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas pada semua
variabel independen dalam model
regresi.
HASIL PENELITIAN
Hasil dari statistik deskriptif
untuk
menjelaskan
mengenai
gambaran data penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2: Statistik Deskriptif
Tiga tabel di bawah ini
menjelaskan distribusi
frekuensi
tiga variabel dummy yaitu jenis
industri, reputasi penjamin emisi,
dan reputasi auditor.
Tabel 3: Statistik Frekuensi
Variabel Jenis Industri
Tabel 4: Statistik Frekuensi
Variabel Reputasi Penjamin Emisi
Tabel 5: Statistik Frekuensi
Variabel Reputasi Auditor
Hasil
dari
pengujian
normalitas data residual dengan
menggunakan
uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
74
Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas
dengan uji Glejser, dapat dijelaskan
pada tabel berikut ini:
Tabel 8: Hasil Uji
Heteroskedastisitas
Pada tabel di atas, masingmasing
variabel
independen
memiliki nilai sig lebih besar dari
0.05, maka dapat disimpulkan pada
model regresi ini tidak terjadi
masalah
heteroskedastisitas
sehingga layak digunakan dalam
penelitian.
Uji Autokorelasi
Pengujian
asumsi
klasik
terakhir yaitu uji autokorelasi
dengan alat uji Uji Lagrange
Multiplier
memperoleh
hasil
sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Tabel 9: Hasil Uji Autokorelasi
Hasil uji ini didapatkan nilai
signifikansi
variabel
LAG_RES
sebesar 0,132. Nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa dalam
data pengamatan tidak tejadi
autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Tabel 10: Hasil Analisis Koefisien
Korelasi
Pada tabel di atas terlihat
bahwa nilai R sebesar 0,599
menunjukkan bahwa korelasi antara
underpricing
dengan
variabelvariabel
independen adalah kuat
karena nilai R lebih besar dari 0,5.
Tabel 11: Hasil Analisis Koefisien
Determinasi
Berdasarkan pada tabel di
atas
didapat
nilai
koefisien
determinasi adjusted R2 sebesar
0,203. Hal ini menunjukkan bahwa
variasi variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini
mampu menjelaskan variasi variabel
dependen sebesar 20,3%, sedangkan
sisanya 79,7% merupakan pengaruh
dari
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi tingkat underpricing
yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Tabel 12: Hasil Uji F
Pada
hasil
pengujian
diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,036. Variabel-variabel independen
dalam penelitian ini berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu
underpricing.
Maka
dapat
disimpulkan bahwa model
fit
digunakan dalam penelitian.
Meiryananda Permanasari
Tabel 13: Hasil Uji t
Analisis
hasil
pengujian
terhadap variabel umur perusahaan
(AGE)
yaitu
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,500 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi 5%,
maka hipotesis alternatif pertama
(Ha1) tidak dapat diterima. Artinya
variabel umur perusahaan (AGE)
tidak berpengaruh terhadap tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Martani
et al. (2012) serta Astuti dan
Syahyunan (2013), tetapi tidak
konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Islam et al.
(2010) dan Rosyati dan Sebeni
(2002).
Hasil
pengujian
variabel
ukuran perusahaan (SIZE) yaitu
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,046. Nilai tersebut lebih kecil dari
tingkat signifikansi 5%., maka
hipotesis alternatif kedua (Ha2)
dapat diterima, ukuran perusahaan
(SIZE) berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Koefisien
regresi
sebesar
-0,116
menunjukkan
hubungan antara keduanya adalah
negatif. Semakin besar ukuran
perusahaan maka nilai underpricing
saham juga cenderung menurun,.
Hasil penelitian ini konssiten dengan
Retnowati (2013) dan Islam et al.
(2010), tetapi tidak konsisten
dengan Martani et al. (2012) dan
Witjaksono (2012).
Hal
ini
dikarenakan
perusahaan besar lebih dikenal
masyarakat,
sehingga
informasi
perusahaan lebih mudah diperoleh
dari pada perusahaan
kecil.
Semakin banyak informasi yang ada,
risiko ketidakpastian lebih rendah
sehingga abnormal return tidak
begitu tinggi, sehingga tingkat
underpricing juga rendah.
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Pengujian variabel earnings
per share (EPS) didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,026, dimana
nilai tersebut lebih kecil dari
tingkat
signifikansi
5%.
Maka
hipotesis alternatif ketiga (Ha3)
dapat diterima, artinya variabel
earnings
per
share
(EPS)
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Bentuk
pengaruh
variabel earnings per share (EPS)
terhadap
underpricing
saham
perdana adalah positif, hal ini dapat
dilihat dari nilai koefisien regresi
sebesar 0,000001547.
Semakin
tinggi nilai earnings per share maka
nilai underpricing juga cenderung
meningkat. Hasil penelitian ini
konsisten
dengan
penelitian
Retnowati (2013), tetapi tidak
konsisten dengan hasil penelitian
Astuti dan Syahyunan (2013) dan
Khomsiyah (2005).
Earnings
per
share
menggambarkan besarnya
laba
untuk setiap lembar saham. Apabila
earnings per
share
perusahaan
tinggi maka semakin
banyak
investor yang ingin membeli saham
tersebut yang menyebabkan harga
saham menjadi tinggi sehingga
terjadinya underpricing tidak dapat
dicegah
Hasil
pada
tabel
menunjukkan return on assets (ROA)
mempengaruhi underpricing. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai signifikansi
sebesar 0,036 yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi 5%.,
maka
hipotesis alternatif keempat (Ha4)
dapat diterima. Koefisien regresi
sebesar
-0,929
menunjukkan
hubungan antara keduanya adalah
negatif. Semakin besar nilai return
on assets maka nilai underpricing
saham cenderung menurun, begitu
juga sebaliknya. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Yasa
76
November 2014
(2008) dan Saputra dan Wardoyo
(2008), tetapi tidak konsisten
dengan hasil penelitian Astuti dan
Syahyunan (2013) dan Retnowati
(2013).
Calon
investor
akan
mempertimbangkan
persentase
profitabilitas perusahaan, dalam hal
ini return on assets,sebelum
menentukan keputusan investasinya.
Maka dengan nilai ketidakpastian
yang semakin rendah, juga akan
menurunkan
nilai
underpricing
perusahaan tersebut.
Hasil
pengujian
variabel
financial leverage (FL) didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0,277 yang
lebih besar dari tingkat signifikansi
5%, maka itu hipotesis alternatif
kelima (Ha5) tidak dapat diterima.
sehingga variabel financial leverage
(FL) tidak berpengaruh terhadap
tingkat
underpricing.
Hasil
penelitian ini konssiten dengan
penelitian Razafindrambinina dan
Kwan (2013) dan Yasa (2008), tetapi
tidak
konsisten
dengan
hasil
penelitian Yoga (2008) dan Sulistio
(2005).
Hasil pengujian variabel jenis
industri (IND) yaitu memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,249 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi 5%.
Hal ini berarti bahwa hipotesis
alternatif keenam (Ha6) tidak dapat
diterima serta menunjukkan bahwa
variabel jenis industri (IND) tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan Junaeni dan
Agustian (2013) dan Islam et al.
(2010), tetapi tidak konsisten
dengan hasil penelitian Yolana dan
Martani (2005).
Analisis
hasil
pengujian
terhadap variabel return on equity
(ROE) didapatkan nilai signifikansi
sebesar 0,397, dimana lebih besar
ISSN: 1410 -9875
dari tingkat signifikansi 5%, maka itu
hipotesis alternatif ketujuh (Ha7)
tidak dapat diterima sehingga
variabel return on equity (ROE)
tidak berpengaruh terhadap tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konssiten dengan penelitian Martani
et al. (2012) dan Johnson (2013),
tetapi tidak konsisten dengan
Witjaksono (2012) dan Yolana dan
Martani (2005).
Pengujian variabel reputasi
penjamin emisi (UDW) didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0,944 yang
lebih besar dari tingkat signifikansi
5%.
Maka
hipotesis
alternatif
kedelapan
(Ha8)
tidak
dapat
diterima,
variabel
reputasi
penjamin
emisi
(UDW)
tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Hasil ini konssiten
dengan penelitian Saputra dan
Wardoyo (2008) dan Yoga (2008),
tetapi tidak konsisten dengan
Junaeni dan Agustian (2013) dan
Rizqi dan Harto (2013).
Hasil menunjukkan reputasi
auditor (AUD) tidak mempengaruhi
underpricing,
dengan
nilai
signifikansi sebesar 0,246 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi 5%,
sehingga
hipotesis
alternatif
kesembilan
(Ha9)
tidak dapat
diterima.
Hasil
penelitian
ini
konssiten dengan Martani et al.
(2012) dan Saputra dan Wardoyo
(2008), tetapi tidak konsisten
dengan hasil penelitian Johnson
Meiryananda Permanasari
(2013) dan Khomsiyah (2005).
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah diuraikan
dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hanya ukuran perusahaan, earnings
per share, dan return on assets yang
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Sedangkan
umur
perusahaan,
financial
leverage,
jenis industri, return on equity,
reputasi penjamin emisi
dan
reputasi auditor tidak berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Terdapat
keterbatasan-keterbatasan
dalam
penelitian
ini.
Beberapa
keterbatasan
itu
antara
lain
keterbatasan dalam periode sampel
penelitian selama tiga tahun dan
penelitian ini hanya menggunakan
sembilan variabel yang dalam
menguji pengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian yang telah disebutkan di
atas, beberapa rekomendasi kepada
peneliti selanjutnya antara lain,
yaitu menambah periode penelitian
sehingga
hasilnya
akan
lebih
representatif,
serta
menambah
variabel
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
underpricing,
seperti
persentase
kepemilikan
saham ataupun rasio keuangan
lainnya, seperti current ratio.
REFERENSI:
Astuti, AY. dan Syahyunan. 2013. Pengaruh Variabel Keuangan dan Non
Keuangan Terhadap Underpricing pada Saham Perusahaan yang
Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Media
Informasi Manajemen, Vol. 1, No. 4, Hlm. 1-13.
Bagus, Indro. 2010. Saham Perdana KS Kelebihan Permintaan 9 Kali. Detik
Finance,
26
Oktober,
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
http://finance.detik.com/read/,,,saham-perdana-ks-kelebihan-permi
ntaan-9-kali (diakses 18 September, 2013).
Djamil, Nasrullah. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada
Sektor Publik dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya. STIE
Nasional Banjarmasin, Hlm. 1-12.
Ghozali, Imam dan MA. Mansur. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 4, No. 1, April 2002, Hlm. 74-88.
Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Thirteenth Edition. United States: Prentice Hall.
Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham Perdana
di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, No. 1, Hlm.
35-50.
Islam, A., R. Ali dan Z. Ahmad. 2010. An Empirical Investigation of the
Underpricing of Initial Public Offerings in the Chittagong Stock
Exchange. International Journal of Economics and Finance, Vol. 2, No.
4, November 2010, Hlm. 36-46.
Johnson. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Harga
Saham IPO Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansiku, Vol.
1, No. 1, Hlm. 1-11.
Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang
Melakukan Initial Public Offering di BEI. Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol. 1,
No. 1, Hlm. 52-59.
Khomsiyah. 2005. Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor dan
Tingkat Undepricing Pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 7, No. 2, Agustus 2005, Hlm. 168-189.
Kieso, E. Donald, Weygandt .J. Jerry, dan Warfield D. Terry. 2013. Financial
Accounting. IFRS 2th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons Ltd.
Martani, D., IL. Sinaga, dan A. Syahroza. 2012. Analysis on Factors Affecting IPO
Underpricing and Their Effects on Earnings Persistence. World Review
of Business Research, Vol. 2, No. 2, Maret 2012, Hlm. 1-15.
Nurhidayati, S. dan N.I. 1998. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Tingkat Underpriced pada Penawaran Perdana di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13, No. 1, Hlm.
21-30.
Putra, NSA. dan Y. Budiarti. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 5, Hlm. 78-92.
Razafindrambinina, Dominique dan Tiffany Kwan. 2013. The Influence of
Underwriter and Auditor Reputations on IPO Under-pricing. European
Journal of Business and Management, Vol. 5, No. 2, Hlm. 199-212.
Retnowati. E. 2013. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di
Indonesia. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 4, Hlm. 182-190.
Rizqi, Indita Azisia dan Puji Harto. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO) di Bursa
Efek Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 3, Hlm.
1-7.
78
ISSN: 1410 -9875
Meiryananda Permanasari
Rosyati dan Arifin Sebeni. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Saham pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi V, September 2002, Hlm. 286-297.
Saputra, RI. dan P. Wardoyo. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan IPO (Initial
Public Offering) Periode 2003-2007 di Bursa Efek Indonesia. Solusi, Vol.
7, No. 3, Juli 2008, Hlm. 23-38.
Sjahruddin dan Yusralaini. 2009. Underpricing dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi, Vol. 17, No. 1, Hlm. 1-11,
Sulistiawan, Dedhy. 2010. Pengujian Fenomena Underpricing dengan Studi
Eksperimen. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Vol. 3. No. 1, April
2010, Hlm. 103-112.
Sulistio, Helen. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi
Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Initial
Public Offering di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi
VIII, September 2008, Hlm. 87-99.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi 1.
Yogyakarta: Percetakan Kanisius.
Trisnaningsih, Sri. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2, September 2005, Hlm.
195-210.
Witjaksono, LS. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keuangan yang Mempengaruhi
Fenomena Underpricing pada Perusahaan Sektor Keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2002-2010. Berkala Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi, Vol. 1, No. 1, Januari 2012, Hlm. 33-37.
Yasa, GW. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3, No. 2,
Juli 2008, Hlm. 145-157.
Yoga. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham
pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 8, No. 16,
Juli 2008, Hlm. 55-70.
Yolana, Chastina dan Dwi Martani. 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun
1994-2001. Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Hlm.
538-553.
Zirman dan E. Darlis. 2011. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi
Terhadap Kecendrungan Underpricing: Studi pada Perusahaan yang
Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ekonomi, Vol. 19, No. 1, Hlm. 1-11.
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Tabel 1: Prosedur Pemilihan Sampel
Perusahaa
Keterangan
n
Total perusahaan yang melakukan IPO selama periode
penelitian
Perusahaan yang relisting di BEI
Bank dan lembaga keuangan lainnya
Perusahaan yang tidak mengalami underpricing
Perusahaan tidak bertutup buku 31 Desember serta tidak
berperiode fiskal annually
Perusahaan tidak melaporkan data dalam mata uang Rupiah
Data yang dibutuhkan dalam penelitian tidak terpublikasi
Sampel yang digunakan dalam penelitian
Sumber: Hasil Pengolahan Data
71
(3)
(6)
(11)
(1)
(3)
(0)
47
Tabel 2: Statistik Deskriptif
N Minimum
Maximum
Mean Std. Deviation
UND
47
0,0132
0,7000
0,253436
0,2220244
AGE
47
2
57
14,28
12,108
SIZE
47
10,3461
13,3235
12,079595
0,6564677
EPS
47 -80,0000 247336,0000 11435,943802 47532,5591013
ROA
47
-0,0230
0,4026
0,073174
0,0885932
FL
47
0,0316
1,0142
0,578080
0,2286567
ROE
47
-1,9665
1,0116
0,153768
0,3806560
Valid N (listwise) 47
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 3: Statistik Frekuensi Variabel Jenis Industri
Frequency Percent Valid Percent
Valid Non Manufaktur
39
Manufaktur
8
Total
47
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
83,0
17,0
100,0
Cumulative
83,0
17,0
100,0
Percent
83,0
100,0
Tabel 4: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Penjamin Emisi
Frequency
Valid Non Big Ten
37
Big Ten
10
Total
47
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
80
Percent
Valid Percent
78,7
21,3
100,0
78,7
21,3
100,0
Cumulative
Percent
78,7
100,0
ISSN: 1410 -9875
Meiryananda Permanasari
Tabel 5: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Auditor
Cumulative
Frequency
Percent Valid Percent
Percent
Valid Non Big Four
31
66,0
66,0
66,0
Big Four
16
34,0
34,0
100,0
Total
47
100,0
100,0
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Data Residual
Unstandardized Residual
N
47
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,876
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 7: Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Variable
Kesimpulan
Tolerance
VIF
AGE
0,894
1,118 Tidak terdapat multikolinieritas
SIZE
0,630
1,587 Tidak terdapat multikolinieritas
EPS
0,845
1,184 Tidak terdapat multikolinieritas
ROA
0,596
1,677 Tidak terdapat multikolinieritas
FL
0,667
1,498 Tidak terdapat multikolinieritas
IND
0,868
1,152 Tidak terdapat multikolinieritas
ROE
0,602
1,660 Tidak terdapat multikolinieritas
UDW
0,697
1,435 Tidak terdapat multikolinieritas
AUD
0,787
1,270 Tidak terdapat multikolinieritas
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variable
AGE
SIZE
EPS
ROA
FL
IND
ROE
UDW
AUD
Sig.
0,251
0,642
0,738
0,128
0,987
0,435
0,348
0,296
0,400
Sumber:
Kesimpulan
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 9: Hasil Uji Autokorelasi
Variable
Sig.
LAG_RES
0,132
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Tabel 10: Hasil Analisis Koefisien Korelasi
Model
R
1
0,599a
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 11: Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Adjusted R Square
1
0,203
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 12: Hasil Uji F
Sig.
0,036
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tabel 13: Hasil Uji t
B
Sig.
(Constant)
1,861
0,007
AGE
-0,002
0,500
SIZE
-0,116
0,046
EPS
1,547E-6
0,026
ROA
-0,929
0,036
FL
-0,173
0,277
IND
-0,097
0,249
ROE
0,085
0,397
UDW
-0,006
0,944
AUD
-0,081
0,246
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
82
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 83-92
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH PRODUCT, PRICE, PLACE, PROMOTION,
MOTIVATION, PERCEPTION DAN ATTITUDE TERHADAP
PURCHASE DECISION
MUWAFFICK HIDAYAT
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study that to figure out how big the influence
of Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception and Attitude
towards Purchasing Decisions. Companies want to know not only of what the
company has made, but the company wants to know from customers directly,
and how the marketing mix can achieve well, and work for what the company
does so it will be better. The data analyzed were obtained from 150 primary
respondents who use Honda Vario Techno 125 by using linear and multiple
linear regression with SPSS 20 program and as a tool for data processing.The
results showed that the data processing Product, Price, Place, Promotion,
Motivation, Perceptions and Attitudes simultaneously significant effect on
Consumer Purchase Decision Honda Vario Techno 125.Keuntungan of this
study can be used as information to increase sales volumes through the
purchase decision.
Keyword:
Marketing Mix, Product, Price, Place, Promotion, Motivation,
Perception and Attitide, Purchase Decision
Abstrak: Perusahaan tidak lagi memandang pentingnya mengetahui produk
yang dibuat secara internal melainkan juga apa yang sesungguhnya dibutuhkan
dan diminta oleh konsumen. Konsumen akan selalu melakukan evaluasi
didalam memutuskan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih
jauh pengaruh Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perception dan
Attitude terhadap Purchasing Decisions. Penelitian ini terdiri dari 150 buah
sampel yang juga merupakan sampel yang berasal dari konsumen yang
membeli Honda Vario Techno 125. Analisa data penelitian menggunakan
regresi berganda dengan program SPSS seri 20. Hasil akhir penelitian
menunjukan bahwa Product, Price, Place, Promotion, Motivation, Perceptions
dan Attitudes terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap Consumer
Purchase Decision
Kata kunci: Marketing Mix, Product, Price, Place, Promotion, Motivation,
Perception and Attitide, Purchase Decision
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
PENDAHULUAN
Dewasa ini perusahaan mulai
menyadari
akan
perkembangan
teknologi yang sangat memadai dan
dapat dikembangkan oleh pihakpihak
lain.kebutuhan
konsumen
akan
sarana
transportasi
menyebabkan banyak perusahaan
bersaing di
bidang
industri
otomotif.
Keputusan
pembelian
konsumen di ukur dari produkproduk baru yang berkualitas,
penemuan-penemuan
baru
dan
kemajuan teknologi, Oleh karena
itu, perusahaan harus memahami
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
keputusan
pembelian konsumen dari berbagai
alternatif dan informasi. Beberapa
faktor seperti Produk yang di
hasilkan perusahaan, harga yang
sesuai
dengan
kebutuhan
konsumen, bagaimana produsen
memperkenalkan dan mendistribusi
produk
tersebut,
memotivasi
konsumen,
menarik
perhatian
konsumen dan mengukur konsumen.
KERANGKA TEORITIS
Diferensiasi Produk
Agar dapat dijadikan merek,
produk
harus
didiferensiasikan.
Produk fisik mempunyai potensi
didiferensiasi
yang
beragam.
Terdapat sejumlah kemungkinan
diferensiasi menurut Kotler & Keller
(2012,329-330)
sebagai
berikut
Bentuk (form), Fitur (feature),
Penyesuaian
(customization),
Kualitas
kinerja
(performance
quality),
Kualitas
kesesuaian
(conformance quality), Ketahanan
(durability),
Keandalan
(reliability), Kemudahan perbaikan
(repairability), Gaya (style) dan
Desain.
84
November 2014
Harga (Price)
Kotler dan Keller (2012,405)
Price is the one element of the
marketing
mix
that
produces
revenue.
Lovelock
dan
Wirtz
(2011,622)
Expenditures
of
money,time,and
effort
that
costumer incur in purchasing and
consuming sercive.
Hawkins,Mothersbaugh
dan
Best (2007,21) Price is ammount of
money one must pay to obtain the
right to use the product.
Perusahaan
harus
menetapkan
harga
pada
saat
pertama
kali
mereka
mengembangkan
produk
baru,
ketika perusahaan memperkenalkan
produk
regulernya
ke
saluran
distribusi atau wilayah geografis
baru,
dan
ketika
perusahaan
memasukan penawaran pekerjaan
kontrak baru. Berikut adalah 6
prosedur penetapan harga :
1. Memilih
Tujuan
Penetapan
Harga
Lima tujuan utamanya yaitu : a)
Kemampuan Bertahan b). Laba
Saat Ini c). MaksimumPangsa
Pasar Maksimum d). Penerapan
Harga
Maksimum
e).
Kepemimpinan Kualitas Produk
f). Tujuan Lain
2. Menentukan Permintaan
Setiap harga akan mengarah
ke tingkat permintaan yang
berbeda dan karena itu akan
memiliki berbagai dampak pada
tujuan pemasaran perusahaan.
a. Sensivitas Harga
b. Perkiraan Kurva Permintaan
melalui Survei, Eksperimen
harga, Analisis Statistik
c. Elastisitas Harga Permintaan
ISSN: 1410 -9875
3. Memperkirakan Biaya
Perusahaan menetapkan batas
atas
harga
yang
dapat
dikenakan perusahaan untuk
produknya a).Jenis Biaya dan
Tingkat Produksi b). Produksi
Akumulasi c). Kalkulasi Biaya
Target
4. Menganalisis Biaya, Harga, dan
Penawaran Pesaing
Kiasaran kemungkinan harga
yang
ditentukan
oleh
permintaan pasar dan biaya
perusahaan, perusahaan harus
memperhitungkan biaya, harga
dan kemungkinan reaksi harga
pesaing
5. Memilih
Metode
Penetapan
Harga
Ada 6 metode penetapan harga
: Harga Markup, Harga Tingkat
Pengembalian Sasaran, Harga
Nilai Anggapan, Harga Nilai,
Harga
Going-Rate,
Harga
Lelang,
6. Memilih Harga Akhir
Metode
penetapan
harga
mempersempit kisaran
dari
mana perusahaan harus memilih
harga akhirnya. Dalam memilih
harga itu, berikut faktor-faktor
tambahan
yang
harus
dipertimbangkan;
Dampak
Kegiatan
Pemasaran
Lain,
Kebijakan
Penetapan
Harga
Perusahaan, Penetapan Harga
Berbagi Keuntungan dan Resiko,
Dampak Harga Pada Pihak Lain
Tempat (Place)
Kotler dan Keller (2012,380)
The exterior and interior should
have clean lines. The layout of the
desk and the traffic flow should be
planned carefully. Waiting lines
should not overly long.
Hawkins,Mothersbaugh
dan
Best, (2007,21) Having a product
Muwaffick Hidayat
available where target costumers
can buy it.
Lovelock
dan
Wirtz
(2011,622) Place is management
decision about when, where and
how to deliver services
to
costumers.
Bentuk
saluran
distribusi
menurut
Kotler
dan
Keler
(2012,442) ada 4 tingkat saluran,
yaitu : a). Saluran tingkat 0
(saluran pemasaran langsung) yang
terdiri dari seorang produsen yang
menjual
langsung
kepada
konsumen.
b). Saluran
tingkat 1 yang mempunyai satu
perantara penjual dari dari seorang
produsen ke pengecer lalu ke
konsumen c).Saluran tingkat 2 yang
mempunyai dua perantara penjual
dari dari seorang produsen ke
pedagang grosir lalu pengecer lalu
ke konsumen d). Saluran tingkat 3
yang mempunyai tiga perantara
penjual
penjual
dari
seorang
produsen ke pedagang grosir lalu
pedagang besar lalu pengecer lalu
baru ke konsumen.
Jenis-jenis
perantra.
Perusahaan
harus
memutuskan
jumlah perantara yang digunakan
pada setiap tingkat saluran. Ada 3
strategi yang tersedia, diantaranya
yaitu :
1. DistribusiInsentif
Distribusi ini dapat digunakan
oleh para produsen
yang
menjual komponen perusahaan
yang berusaha menggunakan
penyalur terutama pengecer
sebanyak-banyaknya
untuk
mendekati
para
konsumen.
Usaha ini dimaksudkan untuk
mempercepat
pemenuhan
kebutuhan konsumen, semakin
cepat para konsumen terpenuhi
kebutuhannya maka semakin
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
cepat
pula
terpenuhi
kepuasannya.
2. DistribusiSelektif
Perusahaan yang menggunakan
distribusi ini berusaha memilih
sejumlah pedagang besar atau
pengecer, agen yang terbatas
dalam suatu daerah. Saluran ini
biasanya
digunakan
untuk
memasarkan suatu produk baru
(barang
special)
apabila
distribusi ini
menguntungkan
dari distribusi insentif maka
jumlah pengecer atau agen yang
digunakan akan lebih terbatas.
3. DistribusiEkslusif
Saluran
ini
dilakukan
oleh
perusahaan
dan
hanya
menggunakan suatu pedagang
besar atau pengecer dalam
daerah tertentu. Jadi produsen
hanya
menjual
produknya
kepada suatu pedangang besar
saja dengan mengunakan satu
penyelur, maka produsen akan
lebih mudah dapat mengadakan
pengawasan pada tingkat harga
enceran maupun usaha kerja
sama dengan penyalur dalam
periklanan. Pemilihan saluran
distribusi
merupakan
suatu
masalah yang sangat penting
sebab keterlambatan barangbarang sampai ketangan
Promosi (Promotion)
Kotler dan Keller (2012,541)
a key ingridient in marketing
campaigns, consists of a collection
of incentive tools,mostly short
term, designed
to
stimulate
quicker or greater purchase of
particular products or service by
consumers or the trade.
Lovelock
dan
Wirtz
(2011,622)
Promotion
is
all
comunication
activities
and
incentives
designed
to
build
86
November 2014
costumer preference for a specific
service or service provider.
Cravens
dan
Piercy
(2007,338) Promotion integrates
the organization’s communications
initiatives, combining advertising,
personal selling sales promotion,
interactive
marketing,
direct
marketing and public relations.
Kotler
(2012,500)
Marketing
Communications Mix terdiri atas
delapan perangkat utama, yaitu :
Advertising ,
Sales
Promotion,
Event and Experiences, Public
Relation and Publicity, Direct
Marketing, Interactive Marketing,
Word of Mouth marketing, Personal
Selling
Motivasi
Kotler
keller
(2012,182)
Other needs are psychologenic they
arise from psychological state of
tension such as the need for
recognition,esteem,or a need.
Robbins
dan
Judge
(2008,222) motivasi (motivation)
sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai
tujuannya.
Schiffman-Kanuk (2006,106)
Motivation is the driving force
within individuals that impels them
to action.
Terdapat beberapa teori tentang
motivasi
1. Teori dari Freud dalam Kotler
Keller
(2012,182)
mengasumsikan bahwa kekuatan
psikologis
yang
memberntuk
perilaku seseorang
sebagian
besar adalah ketidaksadran, dan
bahwa seseorang tidak dapat
memahami penuh motivasinya
sendiri.
Ketika
seseorang
mengamati merek tertentu, ia
ISSN: 1410 -9875
tidak hanya bereaksi terhadap
kemampuan yang dinyatakan
produk tersebut, tetapi juga
terhadap tanda lain yang kurang
disadari seperti bentuk, ukuran,
berat, bahan warna dan nama
merek.
2. Teori dari Maslow dalam Kotler
Keller
(2012,182)
kebutuhan
manusia diatur dalam
hirarki
dari yang paling menekan sampai
yang paling tidak menekan
kebutuhan psikologis, kebutuhan
keamanan, sosial, penghargaan
dan aktualisasi diri. Orang akan
memuaskan sebuah kebutuhan
terpentingnya terlebih dahulu.
3. Teori dari Hazberg dalam Kotler
Keller
(2012,183)
Mengembangkan 2 faktor yang
membedakan
ketidakpuasan/dissatisfier
(faktor-faktor
yang
menyebabkan ketidakpuasan) dari
kepuasan/satisfier (faktor yang
menyebabkan kepuasan).
Ketiadaan
dissatisfier
tidak
cukup
untuk
memotivasi
pembelian, harus ada satisfier.
Persepsi (Perception)
Robbins-Judge
(2008,93)
Persepsi yaitu
sebuah
proses
dimana individu mengatur dan
mengintrepretasikan
kesan-kesan
sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka.
Kotler dan Keller (2012,161)
Perception is the process by which
we select,organize, and interpret
information inputs to create a
meaningful picture of the world.
Schiffman-Kanuk (2010,175)
Perception is defined
as
the
process by which an individual
select,organize,
and
interprets
stimuli into a
meaningful
an
coheret picture of the world.
Muwaffick Hidayat
Persepsi dapat dibagi menjadi
beberapa unsur; Sensasi, Ambang
Absolut,
Ambang
Diferensial,
Aplikasi j.n.d ke
Pemasaran,
Persepsi Sublimal
Sikap (Attitude)
Kotler dan Keller (2012,168)
a person’s enduring favorable or
unfavorable
evaluation,emotional
feeling,and action
tendencies
toward some object or idea.
Robbins-Judge
(2008,93)
Sikap
yaitu,
pernyataan
–
pernyataan
evaluatif
terhadap
objek, orang atau peristiwa.
Schiffman-Kanuk (2010,256)
Attitude is a learned predisposition
to behave in a consistently
favourable or unfavourable way
with respect to a given object
Adapun komponen-komponen sikap
dapat
dibagi
menjadi
tiga
komponen
yaitu
menurut
Schfifman-Kanuk (2010,249) :
1. Cognitive
component:
kepercayaan
konsumen
dan
pengetahuan
tentang
objek.
Yang dimaksud objek adalah
atribut produk, semakin positif
kepercayaan
terhadap
suatu
merek suatu produk maka
keseluruhan komponen kognitif
akan mendukung sikap secara
keseluruhan.
2. Affective component: emosional
yang merefleksikan perasaan
seseorang terhadap suatu objek,
apakah
objek
tersebut
diinginkan atau disukai.
3. Behavioral
component:
merefleksikan
kecenderungan
dan perilaku aktual terhadap
suatu
objek,
yang
mana
komponen
ini
menunjukkan
kecenderungan melakukan suatu
tindakan. Komponen kognitif
merupakan
kepercayaan
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
terhadap
merek,
komponen
afektif
merupakan
evaluasi
merek dan komponen kognatif
menyangkut maksud atau niat
untuk membeli.
Keputusan Pembelian
Menurut kotler dan keller
(2012,192) In the evaluation stage,
the consumer forms preferences
among the brands in the choice set
and may also form an intention to
buy the most preferred brand.
Menurut
Cannon,Perreault
dan
McCarthy
(2008,212)
menyatakan bahwa,
pelanggan
bisnis dan organisasi adalah para
pembeli yang membeli untuk dijual
kembali atau untuk memproduksi
barang dan jasa.
Schiffman-Kanuk (2010,565)
Consumer Decision Making is the
process of making
purchase
decision based on cognitive and
emotional
influences
such
as
impulse,
family,
friends,
advertisers, role models, moods
and situations that influence a
purchase.
Selanjutnya proses pengambilan
eputusan
dibagi
menjadi
Pengenalan
Masalah,
Pencarian
Informasi,
Evaluasi
Alternatif,
Keputusan Pembelian, dan Perilaku
Pascapembelian,
Berdasarkan uraian di atas
maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut,
Ho1 : Tidak ada pengaruh Produk
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda VarioTechno 125 di
universitas Jakarta Barat.
Ha1 : Ada
pengaruh
Produk
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda Vario di universitas
Jakarta Barat.
88
November 2014
Ho2 : Tidak ada pengaruh Price
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda VarioTechno 125 di
universitas Jakarta Barat.
Ha2 : Ada pengaruh Price terhadap
keputusan
konsumen
membeli
motor
Honda
VarioTechno
125di
universitas Jakarta Barat.
Ho3 : Tidak ada Place terhadap
keputusan
konsumen
membeli
motor
Honda
VarioTechno
125di
universitas Jakarta Barat.
Ha3 : Ada pengaruh Place terhadap
keputusan
konsumen
membeli
motor
Honda
VarioTechno
125
di
universitas Jakarta Barat.
Ho4 : Tidak ada
pengaruh
Promotion
terhadap
keputusan
konsumen
membeli
motor
Honda
VarioTechno
125di
universitas Jakarta Barat.
Ha4 : Ada
pengaruh
Promotion
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda VarioTechno 125 di
universitas Jakarta Barat.
Ho5 : Tidak ada pengaruh Motivasi
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda VarioTechno 125di
universitas Jakarta Barat.
Ha5 : Ada pengaruh Motivasi
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda VarioTechno 125 di
universitas Jakarta Barat.
Ho6 : Tidak ada pengaruh Persepsi
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda Vario di universitas
Jakarta Barat
Ha6 : Ada pengaruh Persepsi
terhadap
keputusan
ISSN: 1410 -9875
Ho7
Ha7
Ho8
Ha8
konsumen membeli motor
Honda VarioTechno 125 di
universitas Jakarta Barat.
: Tidak ada pengaruh Sikap
terhadap
keputusan
konsumen membeli motor
Honda VarioTechno 125di
universitas Jakarta Barat.
: Ada pengaruh Sikap terhadap
keputusan
konsumen
membeli
motor
Honda
VarioTechno
125
di
universitas Jakarta Barat.
: Tidak ada pengaruh Produk,
Harga,Tempat,
Promosi,
Motivasi, Persepsi dan Sikap
secara bersamaan terhadap
keputusan
konsumen
membeli
motor
Honda
VarioTechno
125
di
universitas Jakarta Barat.
: Ada pengaruh Produk, Harga,
Tempat, Promosi, Motivasi,
Persepsi dan Sikap secara
bersamaan
terhadap
keputusan
konsumen
membeli
motor
Honda
VarioTechno
125
di
universitas Jakarta Barat.
METODE PENELITIAN
Data
yang
dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data
primer
yang
diperoleh
dari
responden
dengan
cara
membagikan
kuisioner.
Sampel
penelitian yang digunakan oleh
peneliti sebanyak 150 mahasiswa/i.
Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam
penelitian
ini
yaitu
Non-Probability
Sampling
dengan menggunakan teknik Kuota.
Metode analisis data yang
digunakan adalah regresi berganda,
dengan persamaannya:
Alat bantu yang digunakan untuk
melakukan penelitian adalah SPSS
Muwaffick Hidayat
(Statistical Package for Social
Science) versi 20
Definisi Operasional Variabel
1. Produk (X1)
Produk, adalah barang-barang
hasil dari produsen yang dapat
ditawarkan kepada konsumen
untuk dapat dibeli.
2. Price (X2)
Price, adalah nilai suatu barang
/ suatu produk yang diukur
dengan sejumlah uang, pada
situasi di mana konsumen
bersedia untuk membeli.
3. Place (X3)
Place, adalah memilih dan
mengelola saluran perdagangan
dimana
yang
dipakai
menyalurkan produk atau jasa
dapat mencapai sasaran.
4. Promosi(X4)
Promosi,
adalah
komponen
pemasaran yang dipakai untuk
mempengaruhi konsumen agar
bersedia untuk membeli
5. Motivasi(X5)
Motivasi, adalah kecenderungan
yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar
melakukan tindakan dengan
tujuan tertentu.
6. Persepsi (X6)
Persepsi,
adalah
tanggapan
langsung atas sesuatu dimana
sebagai proses yang dilakukan
individu
untuk
memilih,
mengatur
dan
menafsirkan
stimuli segala yang masuk akal.
7. Sikap (X7)
Sikap, adalah suau mental dan
syaraf
sehubungan
dengan
kesiapan untuk menanggapi,
diorganisasi
melalui
pengalaman
dan
memiliki
pengaruh yang mengarahkan.
8. Keputusan Pembelian (Y)
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
keputusan pembelian adalah
suatu tindakan yang dilakukan
konsumen dikarenakan adanya
dorongan untuk membeli.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ho1 ditolak
yang
berarti
terdapat pengaruh
Product
terhadap keputusan konsumen
membeli motor Honda Vario
Techno 125 di
universitas
Jakarta Barat.
2. Ho2 ditolak
yang
berarti
terdapat
pengaruh
Price
terhadap keputusan konsumen
membeli motor Honda Vario
Techno 125 di
universitas
Jakarta Barat.
3. Ho3 ditolak
yang
berarti
terdapat
pengaruh
Place
terhadap keputusan konsumen
membeli motor Honda Vario
Techno 125 di
universitas
Jakarta Barat.
4. Ho4
ditolak
yang
berarti
terdapat pengaruh Promotion
terhadap keputusan konsumen
membeli motor Honda Vario
Techno 125
di
universitas
Jakarta Barat.
5. Ho5
ditolak
yang
berarti
terdapat pengaruh Motivation
terhadap keputusan konsumen
membeli motor Honda Vario
Techno 125
di
universitas
Jakarta Barat.
6. Ho6
ditolak
yang
berarti
terdapat pengaruh Perception
terhadap keputusan konsumen
membeli motor Honda Vario
Techno 125
di
universitas
Jakarta Barat.
7. Ho7
ditolak
yang
berarti
terdapat
pengaruh
Attitude
terhadap keputusan konsumen
membeli motor Honda Vario
90
November 2014
Techno
125
di universitas
Jakarta Barat.
Terdapat
beberapa
keterbatasan yang dihadapi dalam
penelitian ini, yaitu
sebagai
berikut: a). Keterbatasan dengan
waktu
dan
biaya
dalam
mengerjakan
penelitian
ini,
sehingga jumlah responden yang
digunakan dalam penelitian hanya
sebanyak 150 orang. b). Penelitian
ini hanya terfokus pada 7 variabel
independen yaitu Produk, Harga,
Tempat,
Promosi,
Motivasi,
Persepsi
dan
Sikap
ntuk
mempengaruhi variabel dependen
yaitu Keputusan pembelian. Karena
masih terdapat banyaknya faktor
yang
mempengaruhi
variabel
dependen diluar dari penelitian ini,
maka dari analisis data didapat
nilai koefisien determinasi yang
masih kecil. Dari hasil penelitian
ini, yang telah disimpulkan pada
bagian di atas, maka ada beberapa
hal yang dapat diungkapkan sebagai
saran. Saran tersebut adalah:
a).Sehubungan dengan
variabel
harga
yang
mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen,
hendaknya produsen Honda mampu
mempertahankan harga yang saat
ini berlaku di pasaran, serta
memperhatikan
harga
yang
kompetitif dengan produk lain yang
sejenis. b). Selain hal tersebut
produsen Honda juga harus mampu
menjaga kualitas terhadap produk
yang ditawarkan, karena dengan
kualitas produk yang baik maka
akan
mampu
meningkatkan
keputusan
pembelian
yang
dilakukan oleh konsumen. c).
Selanjutnya yang dapat dilakukan
oleh Honda adalah pemilihan media
yang tepat untuk promosi; memilih
saluran distribusi yang efektif
dengan menyediakan stock produk
ISSN: 1410 -9875
yang mencukupi untuk konsumen,
menyediakan banyak cabang yang
Muwaffick Hidayat
menjual produk sehingga konsumen
mudah
mendapatkannya.
REFERENSI
Gujarati, Damodar, N. 2009. Basic Econometrics. 5th edition. New York: The
Mc Graw-Hill Companies.
Hair, Joseph F., Roph E. Anderson, Ronald,L., Tathan, William, C.
Black.2010. Multiriate Data Analysis. Pearson Pretience Hall
Hui Fang Yui, Min Chiu Chao, Wang T.G Eric “Understanding customers'
satisfaction and repurchase intentions: An integration of IS success
model, trust, and justice” Journal Of Marketing, Pp20-30.2011
Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 14th.
Global Edition Person.
Kotler, Philip, “Marketing Management Internasional Edition”, The Millenium
Edition, South Western Publishing, 2003
Morgan, Robert M. And Shelby D.Hunt. The Commitment.”Trust Theory of
Relationship Marketing”.Journal Of Marketing, Pp20-30.1994
Rofiq Ainur, Pengaruh Dimensi Keperayaan (Trust) Terhadap Partisipasi
Pelanggan E-Commerce
Schiffman, Leon and Kanuk, Leslie Lazar.2008. New jersey: Prentice hall
Consumer Behaviour.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business. John
Willey & Sons Ltd.
Sugiyono, prof Dr.2009 Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistik 19. Penerbit PT Elex
Media Komputindo
Walter, et al. 2002. Delivering Relationship Value: Key Determinant For
Customers’ Commitment. Study of Business Markets
Zeithaml, Valeria A, Mary Jo Bitner, “ Service Marketing”. International
edition, second edition, the Mc Graw Hill.Co.inc, 2000
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan
92
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 93-108
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
DAN SPESIALISASI AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
NICKEN DESTRIANA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to assess some variables that
affect the audit quality by analyzing the influence of ownership structure
(ownership concentration, foreign ownership and institutional ownership),
firm characteristics (leverage and company size) and auditor specialization.
This research used a sample of listed manufacturing companies in Indonesian
Stock Exchange during 2009-2012. Dependent variable in this research is audit
quality that measured by audit firm size (big four and non-big four). For
testing, analysis, and decision making about the hypothesis in this research i
use binary logistic regression. The results of this research indicate that
foreign ownership, leverage, company size have influence to the audit
quality. Otherwise, ownership concentration, institutional
ownership,
auditor specialization have no influence to the audit quality.
Keywords:
Ownership Structure, Firm Characteristics, Auditor pecialization,
Audit Quality
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris
pengaruh struktur kepemilikan (konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing
dan kepemilikan institusional), karakteristik perusahaan (leverage dan
ukuran perusahaan) dan spesialisasi auditor terhadap kualitas
audit.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama 2009-2012. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kualitas audit yang diukur dengan ukuran perusahaan audit (empat
besar dan empat non-besar). Untuk pengujian, analisis, dan pengambilan
keputusan tentang hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi binary
logistic. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan asing, leverage,
ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Sementara
konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, spesialisasi auditor tidak
memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
Kata kunci: Struktur Kepemilikan, Karakteristik Spesialisasi Auditor, Kualitas
Audit
PENDAHULUAN
Meningkatnya perkembangan perekonomian di Indonesia maka setiap
organisasi pasti akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
untuk mempertahankan eksistensinya. Mengingat bahwa kondisi yang akan
dating dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan dalam
melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Salah satunya adalah seorang akuntan yang berperan dalam
menjalankan fungsi-fungsi pemeriksaan secara independen seperti melakukan
pemeriksaan (auditing) terhadap laporan keuangan perusahaan dalam rangka
menghasilkan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan
dalam hal pengambilan keputusan.
Berkenaan dengan adanya tuntutan untuk menghadirkan suatu proses
bisnis yang baik, maka kinerja seorang Akuntan menjadi sorotan yang begitu
tajam didalam berbagai aspek pengembangan profesionalisme akuntan.
Kualitas audit merupakan suatu isu yang kompleks, karena begitu banyak
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit yang tergantung dari sudut
pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit
untuk diukur, sehingga menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku individual
yang melakukan audit (Basuki dan Krisna, 2006). Kualitas audit yang tinggi
dikaitkan dengan tidak adanya kesalahan yang material atau dalah saji di
dalam laporan keuangan (Palmrose, 1998 dalam Zureigat, 2011).
Permasalahan yang muncul adalah kecurangan yang terjadi didalam
laporan keuangan yang umumnya disebabkan oleh lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Maka untuk memenuhi kebutuhan
para
pemakai
informasi keuangan, laporan keuangan perlu diaudit sesuai dengan standar
audit yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia apakah laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di
Indonesia dan bebas dari salah saji yang material.
Kualitas laporan keuangan ditentukan dari hasil pengauditan yang
dilakukan oleh auditor yang independen baik auditor internal maupun auditor
eksternal perusahaan, sedangkan kualitas audit itu sendiri dapat ditentukan
dari berbagai macam faktor. Perusahaan audit yang lebih besar akan lebih
baik dari pada perusahaan audit yang lebih kecil dalam mendeteksi kesalahan
karena perusahaan audit yang lebih besar memiliki sumber daya yang lebih
besar serta dapat menarik karyawan yang lebih berpengalaman dan lebih
unggul (Simunic dan Stein, 1987 dalam Zureigat, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh (Davidson dan New, 1993 dalam Zureigat,
2011) yaitu memperluas penelitian dalam menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit dengan berfokus pada pengaruh struktur
kepemilikan perusahaan di Bursa Efek Amman yang terletak di Yordania dan
mengeksplorasi efek dari struktur kepemilikan terhadap kualitas audit.
Adapun (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011) melakukan penelitian dengan
memfokuskan pada struktur pada struktur kepemilikan dengan menguji
pengaruh konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing dan kepemilikan
institusional dalam menentukan kualitas audit.
Sebagian besar penelitian sebelumnya yang terkait dengan tingkat
mekanisme tata kelola perusahaan dan kualitas audit serta kualitas pelaporan
keuangan terkonsentrasi di negara-negara maju. Oleh karena itu, terdapat
lingkungan audit yang berbeda-beda. Struktur kepemilikan merupakan salah
satu karakteristik yang paling penting dari tata kelola perusahaan-perusahaan
yang terdaftar, serta struktur kepemilikan secara langsung mempengaruhi
94
ISSN: 1410 -9875
Nicken Destriana
dewan direksi, sehingga akan sangat penting untuk mengetahui pengaruh
struktur kepemilikan sebagai karakteristik perusahaan terhadap kualitas audit
di pasar-pasar yang sedang berkembang (Dong dan Zhang, 2008 dalam
Zureigat, 2011).
Mengingat sangat pentingnya hasil dari laporan keuangan yang benar dan
wajar untuk dipakai oleh para pihak yang terkait dengan perusahaan, maka
dilakukan penelitian ini dimana motivasi dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan melakukan
konfirmasi apakah konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing, kepemilikan
institusional, leverage, ukuran perusahaan, spesialisasi auditor dibidang
industri klien dan faktor-faktor lainnya berpengaruh terhadap kualitas audit.
Pembahasan selanjutnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
bagian II membahas rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis; bagian III
membahas metoda penelitian; bagian IV membahas statistik deskriptif dan
hasil penelitian empiris, dan terakhir adalah simpulan, keterbatasan dan saran
penelitian.
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kualitas Audit
Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan
dan melaporkan mengenai adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
(De Angelo, 1981 dalam Zureigat, 2011). Adapun definisi lain dari kualitas
audit yaitu sebagai probabilitas bahwa auditor tidak akan mengeluarkan
laporan wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang mengandung kesalahan
atau salah saji yang material (Baotham dan Ussahawanitchakit, 2009 dalam
Zureigat, 2011).
Perusahaan audit yang lebih besar akan lebih baik dari pada perusahaan
audit yang lebih kecil dalam mendeteksi suatu kesalahan karena sumber daya
yang mereka miliki lebih besar dan perusahaan audit yang lebih besar dapat
menarik karyawan yang lebih terampil dan berpengalaman (Simunic dan Stein,
1987 dalam Zureigat, 2011). Kantor Akuntan Publik besar mempunyai insentif
yang lebih besar untuk melakukan audit yang lebih akurat karena mereka akan
terancam oleh tuntutan hukum yang lebih besar pula apabila mereka tidak
menghasilkan laporan audit yang tidak akurat (Lennox, 1999 dalam Subroto,
2012).
Konsentrasi Kepemilikan
Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham
dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang
saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan
dengan yang lainnya (Dallas, 2004 dalam Shinta dan Ahmar,
2008).
Kepemilikan dikatakan lebih terkonsentrasi jika untuk mencapai kontrol
dominasi atau mayoritas dibutuhkan penggabungan lebih sedikit investor.
Adanya kontrol dalam suatu perusahaan yang dapat dipegang oleh semakin
sedikit investor maka akan semakin mudah kontrol tersebut dijalankan.
Pemantauan oleh pemegang saham mayoritas akan memberikan mereka
akses pribadi dan nilai informasi yang relevan. Dengan terkonsentrasinya
kepemilikan, pemegang saham mayoritas memiliki kontrol atas perusahaan
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
dan bisa mempengaruhi kebijakan manajemen perusahaan melalui hak suara
(Helfin dan Shaw, 2000 dalam Zureigat, 2011).
Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing adalah persentase saham yang dimiliki oleh orang luar
negeri terhadap total saham perusahaan yang beredar (Che Hat et al., 2008).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan dan peraturanperaturan yang berkaitan dengan pengelolaan kepemilikan saham asing untuk
melindungi kepentingan investor asing tersebut. Semakin besar proporsi
ekuitas yang dimiliki oleh investor asing maka semakin tinggi pula kualitas
audit yang diperlukan (Shan, 2012).
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan investasi dari lembaga tertentu dan
biasanya lebih tinggi dari investasi individu, sehingga diasumsikan bahwa
investor institusional memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan
investor individu lainnya (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011). Kepemilikan
institusional merupakan faktor penting yang dapat membantu perusahaan
untuk bekerja secara efektif dan perusahaan cenderung untuk di audit oleh
big four (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011).
Leverage
Rasio leverage menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan
menggunakan hutang dari luar untuk membiayai operasi maupun ekspansi
usahanya. Semakin rendah rasio utang maka semakin bagus
kondisi
perusahaan tersebut karena hanya sebagian kecil aset perusahaan yang
dibiayai dengan hutang. Rasio leverage yang tinggi dapat berdampak buruk
bagi kondisi keuangan perusahaan dan dapat menimbulkan ketidakpastian
mengenai kelangsungan hidup perusahaan (Rudyawan dan Badera, 2008 dalam
Wibisono, 2013).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total
penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan
ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan (Sujianto, 2001).
Oleh karena itu, secara umum perusahaan besar akan lebih transparan dalam
mengungkapkan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang berskala
kecil sehingga diperlukan kualitas audit yang tinggi (Sari et al., 2010).
Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien
Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau
memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki
keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat untuk
melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Namun, dalam audit,
auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan subjektif,
yang secara potensial material terhadap laporan keuangan. Masalah-masalah
seperti ini mungkin memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan
96
ISSN: 1410 -9875
Nicken Destriana
menurut pertimbangan auditor memerlukan penggunaan pekerjaan spesialis
untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten (SPAP, 2011).
Penelitian Terdahulu
Konsentrasi Kepemilikan dan Kualitas Audit
Adanya ketidakmampuan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna informasi keuangan ditandai dengan
adanya
kecurangan,
manajemen laba yang berlebihan dan kejahatan keuangan lain dalam suatu
Negara telah mengurangi tingkat kepercayaan suatu
laporan
keuangan
(Akinjobi dan Omowumi, 2010 dalam Enofe et al., 2013). Penelitian yang
dilakukan oleh (Enofe et al., 2013) menunjukan bahwa terdapat pengaruh
yang negatif antara struktur kepemilikan dengan kualitas audit. Menurut
(Hoseinbeglou et al., 2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang positif
antara konsentrasi kepemilikan dengan kualitas audit. Adapun penelitian yang
dilakukan oleh (Zureigat, 2011) menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara konsentrasi kepemilikan terhadap kualitas audit.
Kepemilikan Asing dan Kualitas Audit
Di Yordania, pemerintah telah menerbitkan dan mengubah beberapa
undang-undang dan peraturan penting dengan beberapa strategi khusus dalam
rangka mendorong investasi asing di pasar modal dengan tujuan untuk
mendorong efisiensi, transparansi dan keadilan di pasar. Sehingga peran
kualitas audit terhadap nilai perusahaan dan kualitas laporan keuangan sangat
diperlukan.
Oleh karena itu, hasil penelitian (Zureigat, 2011) menemukan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemilikan asing terhadap
kualitas audit. Hasil penelitian (Hoseinbeglou et al., 2013) menunjukan bahwa
tidak ada hubungan yang positif antara kepemilikan asing dengan kualitas
audit. Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Shan, 2012) menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan asing dengan kualitas
audit.
Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit
Kepemilikan institusional merupakan investasi dari lembaga tertentu dan
biasanya lebih tinggi dari investasi individu. Adapun penelitian (Abdullah et
al., 2008) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
kepemilikan institusional non-keuangan dengan kualitas audit. Penelitian yang
dilakukan oleh (Makni et al., 2012) menunjukan bahwa tidak terdapat
hubungan antara kepemilikan institusional dengan kualitas audit, keberadaan
investor institusi tidak mendorong perusahaan untuk memilih auditor yang
berkualitas lebih tinggi.
Kepemilikan institusional merupakan faktor penting yang dapat
membantu perusahaan untuk bekerja efektif dan perusahaan cenderung
bersedia untuk diaudit oleh Big four jika tingkat kepemilikan institusional
meningkat (Abdullah, 2008 dalam Zureigat, 2011). Sehingga dalam penelitian
(Zureigat, 2011) menemukan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan
antara kepemilikan institusional terhadap kualitas audit.
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Leverage dan Kualitas Audit
Leverage diukur dengan total hutang dibagi dengan total aset. Penelitian
yang dilakukan oleh (Soliman dan Elsalam, 2012) menemukan bahwa terdapat
pengaruh yang positif antara leverage dengan kualitas audit. Penelitian yang
dilakukan oleh (Broye dan Weill, 2009 dalam Zureigat, 2011) menunjukkan
bahwa hubungan antara leverage dan pilihan auditor berkualitas tinggi cukup
berpengaruh di seluruh negara-negara Eropa. Adapun penelitian
yang
dilakukan oleh (Adeyemi dan Fagbemi, 2010) menemukan bahwa leverage
berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Ukuran Perusahaan dan Kualitas Audit
Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang dimiliki oleh masingmasing perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Hoseinbeglou et al., 2013)
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ukuran perusahaan
dengan kualitas audit. Penelitian (Soliman dan Elsalam, 2012) menemukan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara ukuran perusahaan dengan
kualitas audit. Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Adeyemi dan Fagbemi,
2010) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
kualitas audit.
Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien dan Kualitas Audit
Pentingnya pemahaman mengenai bisnis dan industri klien serta
pengetahuan tentang operasi perusahaan sangat penting untuk dapat
dilakukannya audit yang memadai (Rosnidah, 2010). Dalam penelitian (Balsam
et al., 2003 dalam Rosnidah, 2010) menyatakan bahwa spesialisasi auditor
dibidang industi klien berhubungan dengan kualitas audit.
Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan dan Fitriany, 2011) menunjukkan
bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian (Rosnidah, 2010) menemukan pengaruh spesialisasi
auditor di bidang industri klien terhadap kualitas audit. Adapun penelitian
yang dilakukan oleh (Cadman dan Stein, 2007) tidak memberikan dukungan
untuk hipotesis bahwa auditor spesialis memberikan kualitas audit yang lebih
tinggi.
Model Penelitian
Konsentrasi Kepemilikan
Kepemilikan Asing
Kepemilikan Institusional
Kualitas Audit
Leverage
Ukuran Perusahaan
Spesialisasi Auditor
98
Gambar 1 Model Penelitian
ISSN: 1410 -9875
Nicken Destriana
METODA PENELITIAN
Sampel
penelitian
ini
menggunakan perusahaan publik
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 1
Januari 2009 sampai dengan 31
Desember 2012. Teknik penentuan
sampel
dilakukan
berdasarkan
metode
purposive
sampling.
Sampel perusahaan diambil dari
industri manufaktur. Perusahaan
manufaktur
merupakan
industri
terbesar di BEI sehingga cukup
mewakili populasi dari penelitian.
Sampel
akhir
yang
digunakan
setelah
dikurangi
dengan
perusahaan yang tidak melaporkan
laporan keuangan yang berakhir
pada tanggal 31 Desember dan
perusahaan
yang
laporan
keuangannya tidak disajikan dalam
mata uang rupiah (Rp) adalah
sebanyak 97 perusahaan dengan
total 388 sampel.
Variabel
dependen
dalam
penelitian ini adalah kualitas audit.
Kualitas audit yang diproksikan
OC=
Jumlah Saham yang Dimiliki Investor > 5%
X 100%
Total Saham Perusahaan yang Beredar
Kepemilikan
asing
diukur
dengan persentase dari total saham
yang dimiliki oleh investor asing
(non-Indonesia) dalam perusahaan
FO=
dari keseluruhan jumlah saham
perusahaan yang beredar (Zureigat,
2011).
Jumlah Saham yang Dimiliki Pihak Asing
X 100%
Total Saham Perusahaan yang Beredar
Kepemilikan
institusional
diukur dengan persentase saham
yang dimiliki oleh institusi dari
IO=
dengan audit firm size (big four
dan non-big four) dalam penelitian
ini menggunakan variabel dummy.
Jika perusahaan diaudit oleh big
four diberi kode 1, sedangkan jika
tidak
diaudit
oleh
big four
(perusahaan yang diaudit oleh nonbig four) maka diberi kode 0 (Kane
dan Velury, 2002; Abdullah, 2008
dalam
Zureigat,
2011).
Yang
termasuk didalam kelompok audit
firm big four yaitu Drs. Hadi
Susanto
dan
Rekan
(afiliasi
Pricewaterhouse Coopers), Hans
Tuanakota dan Mustofa (afiliasi
Deloitte), Prasetio, Sarwoko dan
Sandjaja (afiliasi Ernst & Young),
Sidharta Sidharta Widjaja (afiliasi
KPMG). Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala nominal.
Konsentrasi
kepemilikan
diukur dengan persentase jumlah
saham yang dimiliki investor lebih
dari
5%
dari
total
saham
perusahaan atau
keseluruhan
jumlah saham perusahaan yang
beredar (Zureigat, 2011).
keseluruhan
jumlah
saham
perusahaan yang beredar (Zureigat,
2011).
Jumlah Saham yang Dimiliki Pihak Institusional
X 100%
Total Saham Perusahaan yang Beredar
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Leverage diukur dengan total
hutang dibagi dengan total aset
(Adeyemi dan Fagbemi, 2010).
Total Hutang
LEV=
Total Aset
Dalam
penelitian
ini
pengukuran
terhadap
ukuran
perusahaan
mengacu
pada
penelitian (Zureigat, 2011) dan
(Adeyemi dan Fagbemi, 2010)
dimana ukuran perusahaan diukur
dengan Ln total aset yang dimiliki
oleh masing-masing perusahaan.
SIZE= Ln Total Aset
SA =
Spesialisasi
auditor
diukur
dengan
menggunakan
variabel
dummy
yaitu
nilai
1
untuk
perusahaan yang diaudit oleh
auditor spesialis dan nilai 0 untuk
perusahaan yang tidak diaudit oleh
auditor
spesialis.
Pengukuran
proporsi
spesialisasi
auditor
menurut Herusetya (2009) sebesar
15%
sebagai
ambang
batas,
sehingga
apabila
proporsinya
minimal 15% maka dinyatakan
auditor
tersebut
memiliki
spesifikasi industri dan begitu pula
sebaliknya.
Jumlah Perusahaan yang di Audit oleh Auditor pada Sub Sektor Industri
X 100 %
Jumlah Perusahaan pada Sub Sektor Industri
Keterangan:
Apabila auditor menguasai ≥ 15%
dari jumlah total klien dalam sub
sektor industri = 1
Apabila auditor menguasai < 15%
dari jumlah total klien dalam sub
sektor industri = 0
HASIL PENELITIAN
Statistik
deskriptif
menunjukan nilai rata-rata (mean),
minimum, maximum dan standar
deviasi
untuk
masing-masing
variabel penelitian dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2012. Untuk
mengetahui karakteristik sampel
yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1, 2 dan 3.
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah model fit
terhadap data baik
sebelum
maupun sesudah variabel bebas
dimasukkan ke dalam model. Hasil
pengujian
untuk
menilai
100
November 2014
keseluruhan model dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 di atas menunjukkan
bahwa block 0: beginning block
mempunyai nilai -2 Log Likelihood
sebesar 498,863 pada alpha 5%
menunjukkan bahwa konstanta saja
tidak fit dengan data (sebelum
variabel bebas dimasukkan
ke
dalam model regresi), sedangkan
block
1:
method
=
enter
mempunyai nilai -2 Log Likelihood
sebesar 98,528. Untuk menentukan
apakah
penambahan
variabel
independen ke dalam model secara
signifikan memperbaiki model fit
atau tidak, maka dapat dilakukan
dengan menghitung selisih kedua -2
Log Likelihood tersebut.
Selisih
kedua
-2
Log
Likelihood sebesar 400,335, dimana
terjadi penurunan nilai -2 Log
Likelihood
setelah
dimasukkan
variabel independen ke
dalam
model Fit. Penurunan nilai -2 Log
Likelihood ini menunjukan model
regresi yang baik atau dengan kata
lain model regresi logistik pada
ISSN: 1410 -9875
penelitian ini sudah fit atau sesuai
dengan data.
Untuk
menilai
variabilitas
variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen, maka dapat
dilihat
nilai Nagelkerke’s R Square pada
Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan nilai
Nagelkerke’s R Square
sebesar
0,890. Hal ini berarti variabilitas
variabel dependen, yaitu kualitas
audit yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas variabel independen,
yaitu
konsentrasi
kepemilikan,
kepemilikan
asing,
kepemilikan
institusional,
leverage,
ukuran
perusahaan dan spesialisasi auditor
adalah sebesar 89% sedangkan
sisanya 11% dijelaskan oleh variasi
variabel lain yang tidak terdapat
dalam model penelitian ini.
Pengujian kelayakan model
regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan
Hosmer
and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test.
Probabilitas
signifikansi
yang
diperoleh kemudian dibandingkan
dengan tingkat signifikansi alpha
5%. Hasil pengujian Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test
dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6
menunjukkan nilai Hosmer and
Lemeshow’s Goodness
of
Fit
dengan signifikansi sebesar 0,947
yang berarti nilai signifikansi lebih
besar
dari
0,05.
Hal
ini
menunjukkan bahwa hipótesis nol
tidak dapat ditolak yang berarti
model mampu memprediksi nilai
observasinya atau model dapat
diterima karena cocok dengan data
observasi penelitian.
Pengujian ketepatan prediksi
menunjukkan kekuatan
prediksi
dari
model
regresi
untuk
memprediksi
kemungkinan
perusahaan yang diaudit oleh big
four dan non big four. Hasil uji
Nicken Destriana
ketepatan prediksi dapat dilihat
pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan
hasil
bahwa
perusahaan yang
diprediksi menggunakan KAP
big
four untuk mendapatkan audit yang
berkualitas adalah 133 perusahaan,
sedangkan observasi sesungguhnya
menunjukkan bahwa perusahaan
yang
diprediksi
secara
tepat
menggunakan KAP big four untuk
mendapatkan
audit
yang
berkualitas sebesar 116 perusahaan
dan tidak tepat diprediksi bahwa
perusahaan yang menggunakan KAP
big four untuk mendapatkan audit
yang
berkualitas
sebesar
17
perusahaan, jadi ketepatan model
ini adalah 87,2% (116/133).
Di sisi lain, perusahaan yang
tidak menggunakan KAP big four
untuk mendapatkan audit yang
berkualitas
sebesar
255
perusahaan, sedangkan observasi
sesungguhnya menunjukkan bahwa
perusahaan yang diprediksi secara
tepat tidak menggunakan KAP big
four untuk mendapatkan audit yang
berkualitas sebesar 249 perusahaan
dan tidak tepat diprediksi bahwa
perusahaan
yang
tidak
menggunakan KAP big four untuk
mendapatkan
audit
yang
berkualitas sebesar 6 perusahaan,
jadi ketepatan model ini adalah
97,6% (249/255).
Jadi
secara
keseluruhan,
ketepatan
prediksi
berdasarkan
model terdapat 116 perusahaan
yang secara tepat
menggunakan
KAP big four untuk mendapatkan
audit yang berkualitas ditambah
dengan 249 perusahaan yang secara
tepat diprediksi tidak menggunakan
KAP big four untuk mendapatkan
audit yang berkualitas sehingga
jumlah
ketepatan
prediksi
keseluruhan model
ini
sebesar
94,1% (365/388).
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Hasil pengujian binary logistic
regression dapat dilihat pada Tabel
8.
yang
menunjukkan
bahwa
Variabel konsentrasi kepemilikan
(OC) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,507 lebih besar dari 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis alternatif pertama (Ha1)
tidak dapat diterima. Hal ini berarti
bahwa
variabel
konsentrasi
kepemilikan
tidak
berpengaruh
terhadap kualitas audit. Hal ini
menunjukan
bahwa
pemegang
saham
pengendali
(konsentrasi
kepemilikan) dapat memberikan
akses dan informasi yang relevan
yang
dapat
mempengaruhi
manajemen
sehingga
dapat
mengurangi pemilihan auditor yang
berkualitas (Helfin dan Shaw, 2000
dalam Zureigat, 2011).
Variabel kepemilikan asing
(FO) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis alternatif kedua (Ha2)
dapat diterima. Hal ini berarti
bahwa variabel kepemilikan asing
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap kualitas audit. Hal ini
menunjukan
bahwa perusahaan
cenderung menggunakan auditor
yang berkualitas ketika persentase
kepemilikan asing meningkat agar
memiliki laporan keuangan yang
berkualitas guna mendukung setiap
keputusan
yang
akan
diambil
(Zureigat, 2011). Selain itu, dengan
menunjuk auditor yang berkualitas
tinggi
investor
asing
dapat
memberikan peran aktif dan positif
dalam mewujudkan perbaikan tata
kelola perusahaan (Shan, 2012).
Variabel
kepemilikan
institusional (IO) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,549 lebih
besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan
bahwa
hipotesis
102
November 2014
alternatif ketiga (Ha3) tidak dapat
diterima. Hal ini berarti bahwa
variabel kepemilikan institusional
tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas audit. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase saham yang
dimiliki oleh investor institusi
berbanding
terbalik
dengan
penunjukan dalam memilih auditor
yang berkualitas
lebih
tinggi,
karena ketika konsentrasi hak milik
meningkat, investor institusi tidak
memerlukan kontrol yang
tinggi
atas kualitas pelaporan keuangan
(Mitra et al., 2007 dalam Makni et
al., 2012).
Variabel
leverage
(LEV)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,045 lebih kecil dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis
alternatif keempat (Ha4) dapat
diterima. Hal ini berarti bahwa
variabel
leverage
berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas
audit. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan dengan leverage yang
lebih biasanya memilih auditor
yang
berkualitas
tinggi
untuk
mengurangi pengawasan eksternal
berkaitan dengan biaya modal
perusahaan itu sendiri (Reed et al.,
2000 dalam Makni et al., 2012).
Variabel ukuran perusahaan
(CS) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis alternatif kelima (Ha5)
dapat diterima. Hal ini berarti
bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap kualitas audit. Hal ini
menunjukan
bahwa
permintaan
untuk kualitas auditor yang lebih
tinggi masih diperlukan
karena
perusahaan-perusahaan yang besar
memerlukan lebih banyak kontrol
manajerial (Hay dan Davis, 2004
dalam Makni et al., 2012).
ISSN: 1410 -9875
Variabel spesialisasi auditor di
bidang industri klien (SA) memiliki
nilai signifikansi sebesar 1,000 lebih
besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan
bahwa
hipotesis
alternatif keenam (Ha6) tidak dapat
diterima.
Indikator
spesialisasi
auditor di bidang industri klien
pada penelitian ini di dominasi
dibawah
15%
sehingga
hasil
penelitian
ini
menunjukkan
ketidakpengaruhannya
terhadap
kualitas audit. Hal ini berarti
bahwa variabel spesialisasi auditor
di bidang industri klien tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit.
PENUTUP
Dengan menggunakan sampel
388 perusahaan manufaktur dari
perusahaan publik yang terdaftar di
BEI untuk periode 2009-2012,
penelitian ini ingin menguji apakah
konsentrasi
kepemilikan,
kepemilikan
asing,
kepemilikan
institusional,
leverage,
ukuran
perusahaan dan spesialisasi auditor
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit.
Hasil pengujian menyimpulkan
bahwa kepemilikan asing, leverage
dan
ukuran
perusahaan
Nicken Destriana
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit,
sedangkan
konsentrasi
kepemilikan,
kepemilikan
institusional dan spesialisasi auditor
di bidang industri klien tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit.
Adapun
keterbatasan
dari
penelitian
ini
adalah
sampel
perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini hanya terdiri dari
perusahaan manufaktur, jumlah
periode pengamatan yang terbatas
hanya empat tahun yaitu dari tahun
2009-2012 dan dalam penelitian ini
hanya menguji 6 variabel yang
diduga
mempengaruhi
kualitas
audit.
Karena adanya keterbatasan
penelitian sebagaimana disebutkan
diatas, maka penulis memberikan
saran untuk penelitian selanjutnya
diantaranya
menambah
jumlah
sampel penelitian tidak hanya
perusahaan
manufaktur
saja,
menambah jumlah tahun periode
pengamatan agar diperoleh hasil
penelitian yang lebih representatif
dan menambah variable lain yang
diduga mempengaruhi
kualitas
audit
seperti
komite
audit,
independensi,
kepemilikan
manajerial dan sebagainya.
REFERENSI
Abdullah, Wan ZW., Shahnaz Ismail, dan Nurasyikin Jamaluddin. 2008. “The
impact of board composition, ownership, and CEO duality on audit
quality: the Malaysian evidence”, Malaysian Accounting Review, vol.7,
no.2.
Adeyemi, Semiu Babatunde, dan Temitope olamide Fagbemi. 2010. “Audit
quality, corporate governance and firm characteristics in Nigeria”,
International Journal of Business and Management, vol.5, no.5, Mei,
hlm 169-179.
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (pemeriksaan akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga penerbit Universitas Indonesia.
Algifari. 2010. Statistitika deskriptif plus untuk ekonomi dan bisnis.
Yogyakarta.
Che Haat, Mohd Hassan dkk. 2008. “Corporate Governance, Transparency and
Performance of Malaysian Companies”, Managerial Auditing Journal,
vol.23, no.8, hlm 744-778.
Chou, Julia., Lilian Ng, Nataliya Zaiats, dan Bohui Zhang. 2011. “Does auditor
quality matter to foreign investor? Evidence form mutual fund holdings
worldwide”, hlm 1-42.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS19.
Edisi lima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis kritis atas laporan keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Herusetya, Antonius. 2009. “Pengaruh Ukuran Auditor dan Spesialisasi Auditor
Terhadap Kualitas Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
vol.6, no.1, Juni, hlm 46-70.
Hidayat, M. Syafiudin. 2013. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan
dan
Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang”, Jurnal Ilmu Manajemen, vol.1,
no.1, Januari.
Hoseinbeglou, Simin., Rasoul Masrori, dan Aghdas Asadzadeh. 2013. “The
effect of corporate governance mechanisms on audit quality”, Journal
of Basic and Applied scientific Research, vol.3, no.1, hlm 891-897.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar professional akuntan publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal
of Financial Economics, vol.3, no.4, Oktober, hlm 305-360.
Makni, Ikbel., Mohamed Chakib Kolsi, dan Habib Affes. 2012. ”The Impact of
Corporate Governance Mechanisms on Audit Quality: Evidence From
Tunisia”, The IUP Journal of Corporate Governance, vol.11, no.3.
Rosnidah, Ida. 2010. “Kualitas audit: Refleksi hasil penelitian empiris”, Jurnal
Akuntansi, vol.14, no.3.
Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance
dan
Leverage
Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2007”. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Saputra, Mulia. 2010. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta”, Journal of Indonesian
Applied Economics, vol.4, no.1, Mei, hlm 81-92.
Sari, Fuji Juwita. 2013. “Implementasi Enterprise Risk Management Pada
Perusahaan
Manufaktur
Di
Indonesia”,
Accounting
Analysis
Journal,vol.1, no.4.
Sari, Ria Nelly dkk. 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Transparansi Informasi (Studi Empiris
Pada 100 Perusahaan Publik Terbesar di Indonesia)”, Pekbis Jurnal,
vol.2, no.3, November, hlm 326-335.
104
ISSN: 1410 -9875
Nicken Destriana
Setiawan, Liswan dan Fitriany. 2011. “Pengaruh Workload dan Spesialisasi
Auditor Terhadap Kualitas Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, vol.8, no.1, Juni, hlm 36-53.
Shan, Yuan George. 2012. “The impact of internal governance mechanisms on
audit quality: a study of large listed companies in China”, hlm 1-39.
Shinta, Nendy Pramita dan Nurmala Ahmar. 2011. Eksplorasi Struktur
Kepemilikan Saham Publik Di Indonesia Tahun 2004-2008”, The
Indonesian Accounting Review, vol.1, no.2, Juli, hlm 145-154.
Soliman, Mohamed M. dan Mohamed Abd Elsalam. 2012.
”Corporate
governance practices and audit quality: An empirical study of the
listed companies in Egypt”, World Academy of Science, Engineering,
and Technology, hlm 1292-1297.
Subroto, Vivi Kumalasari. 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Karakteristik Auditor Eksternal Terhadap Kecurangan Pelaporan
Keuangan”, Aset, vol.14, no.1, Maret, hlm 83-95.
Sujianto. 2001. Dasar-dasar Management Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Taman, Abdullah dan Bily Agung Nugroho. 2011. “Determinan Kualitas
Implementasi Corporate Governance Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2008”, Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, vol.9, no.1, hlm 1-23.
Velury, Uma., John T.Reisch, dan Dennis M.O’Reilly. 2003. “Institutional
ownership and the selection of industry specialist auditors”, Review of
Quantitative Finance and Accounting, hlm 35-48.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Buku I Edisi Ketiga. Malang: Bayumedia.
Wibisono, Edward Akiko. 2013. “Prediksi Kebangkrutan, Leverage, Audit
Sebelumnya, Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Going Concern
Perusahaan Manufaktur BEI”, Jurnal EMBA, vol.1, no.4, Desember, hlm
362-373.
Zureigat, Qasim Mohammad. 2011. “The effect of ownership structure on
audit quality: Evidence from Jordan”, International Journal of Business
and Social Science, vol.2, no.10, Juni, hlm 38-46.
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
AQ
OC
FO
IO
LEV
CS
SA
N
Minimum
388
388
388
388
388
388
388
0,0000
0,2500
0,0000
0,2500
0,0395
23,0825
0,0000
Maximum
1,0000
0,9974
0,9974
0,9974
3,2100
32,8365
1,0000
Mean
0,342784
0,738843
0,359064
0,719362
0,545802
27,690230
0,286082
Std.
Deviation
0,4752527
0,1647115
0,3296845
0,1806603
0,4337449
1,5329124
0,4525119
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
Tabel 2
Frekuensi Kualitas Audit
Valid
4
Frequency
Percent
65,7
Valid
Percent
65,7
Cumulative
Percent
65,7
Non Big
255
Big 4
Total
133
388
34,3
100,0
34,3
100,0
100,0
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
Tabel 3
Frekuensi Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien
Frequency
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
277
71,4
71,4
71,4
111
28,6
28,6
100,0
388
100,0
100,0
Valid
Non Auditor
Spesialis
Auditor
Spesialis
Total
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
106
ISSN: 1410 -9875
Nicken Destriana
Tabel 4
Hasil Uji -2 Log Likelihood
Keterangan
Block 0: Beginning Block
Block 1: Method = Enter
-2 log Likelihood
498,863
98,528
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
Tabel 5
Hasil Uji Nagelkerke’s R Square
Step
-2 Log
Likelihood
98,528
1
Cox & Snell R
Square
0,644
Nagelkerke R
Square
0,890
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
Tabel 6
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
2,217
7
0,947
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
Tabel 7
Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model
Predicted
AQ
NON BIG 4
BIG 4
Percentage
Correct
NON BIG 4
249
6
97,6
BIG 4
17
116
87,2
Observed
Step 1 AQ
Overall Percentage
94,1
a.The cut value is .500
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Tabel 8
Hasil Uji Koefisien Regresi
a
Step 1 OC
FO
IO
LEV
CS
SA
Constant
B
3,990
5,619
-3,331
-2,419
1,132
45,636
S.E.
6,013
1,484
5,563
1,205
0,291
1,147E8
Wald
0,440
14,329
0,359
4,027
15,175
0,000
-36,014
8,739
16,981
df
1
1
1
1
1
1
Sig.
0,507
0,000
0,549
0,045
0,000
1,000
Exp(B)
54,072
275,528
0,036
0,089
3,102
6,602E19
1
0,000
0,000
a. Variable(s) entered on step 1: OC, FO, IO, LEV, CS, SA
b. Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 19.0
108
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 109-116
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, KOMITMEN CONTINUANCE,
DAN KOMITMEN NORMATIF TERHADAP TURNOVER
INTENTION KARYAWAN
NUGRAHANI TUNGGADEWI
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: Nowadays the insurance policy has been a common thing and
almost becomes a liability for each person.Competition between insurance
company make a day have looking forward and hold their customer.In order
to all of that it is important to their company allocated a compatible human
resource.The responsible of company not only to their customer but also to
keep away turnover intention from their employee’s.The purpose of this
research is to know the influence of Afektif Commitment, Continuance
Commitment, Normative Commitment to Turnover Intention. The Object of
this Research is AJB BUMIPUTERA 1912. As a company who engaged in service
insurance.they have to improve the quality and their service to their
customer and keep a good relationship with their employee’s.The research
method used on this research is the descriptive and casual research in which
variables are measured with likert scale. The data collection technical of
primary data is by distributing questioners. The method for analysis data is
regression and multiple regressions. The result showed that the independent
variables Afektif Commitment have a positif correlation to Turnover
Intention and Continuance Commitment have a positif correlation to
Turnover Intention too and the last Normative Commitment have positive
correlation to Turnover Intention.
Keywords: Organizational Commitment, Turnover Intention
Abstrak: Pada saat ini asuransi merupakan hal yang umum dan bahkan wajib
untuk dimiliki oleh setiap orang. Dalam ketatnya persaingan di dunia asuransi,
perusahaan tidak hanya di tuntut untuk mempertahankan para nasabahnya
dari perusahaan lain, akan tetapi perusahaan mempunyai tanggung jawab
untuk mempertahankan para karyawannya serta mencegah terjadinya
keinginan berpindah dari karyawannya ke perusahaan lain. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh Afektif Commitment, Continuance
Commitment, Normative Commitment terhadap Turnover Intention. Objek
penelitian adalah perusahaan asuransi AJB BUMIPUTERA. Pelanggan AJB
BUMIPUTERA ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini. Data yang
didapat melalui kuisioner diuji dengan menggunakan regresi berganda untuk
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
pengujiannya. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa Afektif Commitment,
Continuance Commitment, Normative Commitment terbukti secara signifikan
berpengaruh terhadap Turnover Intention.
Kata Kunci: Organizational Commitment, Turnover Intention
Pendahuluan
Berbagai
upaya
telah
dilakukan
perusahaan
untuk
mempertahankan
para
karyawannya,
diantaranya
menciptakan lingkungan kerja yang
baik,
memberikan
pelatihan,
kompensasi, tunjangan
serta
motivasi bagi karyawannya, akan
tetapi hal tersebut belum cukup
untuk dapat membuat karyawan
bertahan di perusahaan, dimana
terkadang karyawan masih merasa
belum
cukup
puas
terhadap
pekerjaannya sekarang dan ingin
mencari pekerjaan yang lebih baik
lagi. Hal ini akan menjadi masalah
tentunya bagi perusahaan dengan
karyawan.
Perilaku yang
berlawanan
dari
meninggalkan
perusahaan
adalah tetap tinggal di dalam
perusahaan.
Keadaan
psikologis
yang
berkaitan
dengan
tetap
tinggal
di
perusahaan
adalah
komitmen organisasi. Seperti yang
di kemukakan oleh Mathis dan
Jakson
(2008,
155)
yang
mengatakan
bahwa
”komitmen
oganisasi adalah keadaan dimana
seseorang percaya dan menerima
tujuan organisasi dan akan tetap
tinggal
atau
tidak
akan
meninggalkan
organisasi”,
hal
tersebut juga di dukung
oleh
Mowday
(2008,
155)
yang
mengatakan ”komitmen organisasi
merupakan dimensi perilaku yang
110
dapat digunakan untuk menilai
kecenderungan seseorang untuk
bertahan
sebagai
anggota
organisasi”.
Karyawan
yang
memiliki
komitmen
terhadap
perusahaan
biasanya didukung dengan berbagai
alasan yang ada. Seperti yang
dikemukakan oleh Meyer dan Allen
(2008, 157) yang menjelaskan
mengenai
tiga
komponen
komitmen, yaitu: (1) komitmen
afektif,
berkaitan
dengan
keterikatan emosional, identifikasi,
dan keterlibatan seorang karyawan
di dalam perusahaan. (2) komitmen
continuance,
berkaitan
dengan
persepsi karyawan tentang kerugian
yang akan dihadapi jika dia
meninggalkan
perusahaan.
(3)
komitmen
normatif,
berkaitan
dengan perasaan karyawan tentang
kewajiban dan tanggung jawab
moral yang harus diberikan pada
perusahaan.
Walaupun
komitmen
karyawan
terhadap
perusahaan
sangatlah kuat, namun turnover
intentions perlu diperhatikan agar
tercipta
komitmen
organisasi
karyawan
yang
semakin
baik
terhadap perusahaan, sekalipun
para karyawan memiliki ketiga
komponen komitmen organisasi,
turnover intention bisa tetap
timbul kapan saja jika mereka
merasa tidak puas terhadap segala
ISSN: 1410 -9875
hal
yang
berhubungan
Nugrahani Tunggadewi
dengan
METODA PENELITIAN
Obyek penelitian yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan AJB Bumiputera 1912 di
wilayah Jakarta barat. Subyek
penelitian dalam penelitian ini
adalah karyawan yang bekerja di
AJB Bumiputera 1912 di wilayah
Jakarta barat sebanyak 100 sampel
yang merupakan bagian
dari
populasi sebagai responden. Jumlah
tersebut
diambil
berdasarkan
pertimbangan bahwa 100 responden
merupakan jumlah
yang
cukup
untuk mewakili populasi. Menurut
Hair (2006, 741) “Dimana tidak
terdapat cukup sampel yang benar,
dapat
diajukan
ukuran
yang
digunakan adalah 100-200 sampel.”
Menurut Sugiyono
(2009,
115). “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu
pekerjaannya.
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari
dan
ditarik
kesimpulannya”.
Menurut
Sugiyono
(2009,
116) “Sampel adalah bagian dari
jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi”.
Responden dalam penelitian
ini dipilih berdasarkan metode
pengambilan sampel yang bersifat
non-probability
sampling,
yaitu
sampel
diambil
dengan
menggunakan metode purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2009,
121) “non-probability sampling”
adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih
sebagai anggota sampel. Menurut
Sugiyono (2009, 122) “purposive
sampling” adalah teknik penentuan
sampel
dengan
pertimbangan
tertentu.
Kerangka Penelitian
Komitmen
Afektif
Komitmen
Continuance
Turnover
Intention
Komitmen
Normatif
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Gambar 1 Model Penelitian
Berdasarkan
model
penelitian yang telah digambarkan
diatas, maka di dapat kesimpulan
sementara sebagai berikut :
Ho1: Tidak terdapat pengaruh
komitmen afektif terhadap
turnover intentions pada
karyawan AJB Bumiputera
1912 di wilayah
Jakarta
barat.
Ha1:
Ho2:
Ha2:
Terdapat
pengaruh
komitmen afekitf terhadap
turnover intentions pada
karyawan AJB Bumiputera
1912 di wilayah
Jakarta
barat.
Tidak terdapat pengaruh
komitmen
continuance
terhadap turnover intentions
pada
karyawan
AJB
Bumiputera 1912 di wilayah
Jakarta barat.
Terdapat
pengaruh
komitmen
continuance
terhadap turnover intentions
pada
karyawan
AJB
Bumiputera 1912 di wilayah
Jakarta barat.
HASIL PENELITIAN
Mo
del
1
R
Squar
e
Adjus
ted R
Squar
e
Std.
Error of
the
Estimat
e
R
.701(
.492
.476
3.097
a)
Analisa Korelasi dan Determinasi
Analisa Korelasi mengetahui
sejauh mana hubungan antara
variabel X terhadap variabel Y.
112
Ho3:
Tidak terdapat pengaruh
komitmen normatif terhadap
turnover intentions pada
karyawan AJB Bumiputera
1912 di wilayah
Jakarta
barat.
Ha3:
Terdapat
pengaruh
komitmen normatif terhadap
turnover intentions pada
karyawan AJB Bumiputera
1912 di wilayah
Jakarta
barat.
Ho4:
Tidak terdapat pengaruh
secara
bersama-sama
komitmen afektif, komitmen
continuance dan komitmen
normatif terhadap turnover
intentions pada
karyawan
AJB Bumiputera 1912 di
wilayah Jakarta barat.
Ha4:
Terdapat pengaruh secara
bersama-sama
komitmen
afektif,
komitmen
continuance dan komitmen
normatif terhadap turnover
intention pada karyawan AJB
Bumiputera 1912 di wilayah
Jakarta barat.
Tabel 1 Hasil Analisa Korelasi dan
Determinasi
Berdasarkan Tabel diatas
maka diperoleh angka Coefficient
Correlation (R) sebesar 0.701 yang
artinya Komitmen Afektif (X1),
Komitmen Continuace (X2), dan
Komiten Normatif (X3) secara
bersama-sama
ISSN: 1410 -9875
Nugrahani Tunggadewi
memiliki hubungan yang kuat
terhadap Turnover Intention (Y).
Masih
berdasarkan
tabel
Unstandar
dized
Coefficien
ts
Std.
Err
B
or
Mo
de
l
(Co
nst
ant
)
TTL
x1
TTL
x2
TTL
x3
.82
2
2.6
43
.28
3
.45
8
.23
3
.08
9
.06
2
.10
2
Stand
ardize
d
Coeffi
cients
t
Sig.
.31
1
.75
6
3.1
68
7.4
30
2.2
90
.00
2
.00
0
.02
4
Beta
.253
.547
.182
Tabel 2. Analisa Regresi
Analisis Regresi
Hasil
perhitungan
untuk
analisis kuantitatif dapat dilihat
pada table berikut :
Adapun persamaan regresi
pada tabel diatas adalah sebagai
berikut:
Y
= a + bX1 + bX2 + bX3 + e
Y
= - 0.822 + 0.283 X1 + 0.458
X2 + 0.233 X3 + e
Dimana:
X1
= Komitmen Afektif
X2
= Komitmen Continuance
X3
= Komitmen Normatif
Y
= Turnover Intention
e
=Kesalahan pengganggu
untuk nilai adjusted R square
digunakan untuk menganalisis uji
koefisien
determinasi
secara
bersama-sama kemudian diperoleh
angka adjusted R square sebesar
0,476 yang artinya besarnya variasi
variabel Turnover Intention (Y)
dapat dijelaskan oleh variabel
Komitmen Afektif (X1), Komitmen
Continuance (X2), dan Komitmen
Normatif (X3) sebesar 47.6 %
sedangkan sisanya 52.4% dijelaskan
oleh faktor lain yang tidak terdapat
dalam penelitian ini.
Analisis:
1. Nilai konstanta sebesar 0.822
artinya jika nilai komitmen
afektif
(x1),
komitmen
continuance
(x2),
dan
komitmen
normatif
(x3)
adalah
0,
maka
nilai
turnover
intention
yang
dihasilkan sebesar 0.822.
2. Setiap kenaikan 1
satuan
nilai komitmen afektif (X1)
akan meningkatkan turnover
intention (Y) pada karyawan
AJB Bumiputera 1912 di
wilayah
Jakarta
Barat
sebesar 0.283 satuan, jika
nilai komitmen continuance
(X2), dan komitmen normatif
(X3) dianggap konstan.
Tabel 3 Sig
3. Setiap kenaikan 1
satuan
nilai komitmen continuance
(X2)
akan
meningkatkan
turnover intention (Y) pada
karyawan AJB Bumiputera
1912 di
wilayah
Jakarta
Barat sebesar 0.458 satuan,
jika nilai komitmen afektif
(X1) dan komitmen normatif
(X3) dianggap konstan.
4. Setiap kenaikan 1 satuan
nilai komitmen normatif (X3)
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
akan meningkatkan turnover
intention (Y) pada karyawan
AJB Bumiputera 1912 di
wilayah
Jakarta
Barat
Uji t
Uji
t
dilakukan
untuk
mengetahui pengaruh
masingmasing
variabel
independen
terhadap variabel dependen
Berdasarkan tabel diatas
dapat
dilihat
bahwa
(X1),
memiliki
tingkat
signifikan
sebesar 0.000, (X2) memiliki
tingkat signifikan sebesar 0.000
dan (X3) sebesar 0.000 oleh
karena tingkat signifikan X1 ,X2
dan X3 dibawah 0.005 maka
dapat dikatakan X1, X2 dan X3
memiliki
pengaruh
yang
signifikan terhadap Y.
Variabel
(X1)
Uji t
sig
alfa
4.29
4
.00
0
0.0
5
ketera
ngan
signific
ant
7.42
7
.00
0
0.0
5
signific
ant
3.64
5
.00
0
0.0
5
Mo
del
1
(X2)
(X3)
signific
ant
Uji F
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa Komitmen Afektif
(X1), Komitmen Continuance (X2),
dan
Komitmen
Noratif
(X3)
memiliki tingkat signifikan sebesar
0.000, oleh
karena
tingkat
signifikan dibawah 0.05 Komitmen
Afektif, Komitmen Continuance,
Komitmen
Normatif
memiliki
pengaruh
secara
bersama-sama
terhadap Turnover Intention pada
114
November 2014
sebesar 0.233 satuan, jika
nilai komitmen afektif (X1)
dan komitmen continuance
(X2) dianggap konstan.
karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 di
wilayah jakarta barat.
PENUTUP
Regr
essio
n
Resid
ual
Total
Sum
of
Squar
es
890.7
69
3
Mean
Square
296.92
3
921.0
21
96
9.594
1811.
790
99
df
F
Sig.
30.94
9
..000
(a )
Berdasarkan hasil analisa
dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan pada Bab IV, ada
beberapa
kesimpulan
yang
diperoleh antara lain :
1. Ho1
ditolak
artinya
terdapat
pengaruh Komitmen Afektif (X1)
terhadap Turnover Intention (Y)
pada karyawan AJB BUMIPUTERA
1912 di wilayah Jakarta Barat.
2. Ho2 ditolak artinya terdapat
pengaruh Komitmen Continuance
(X2) terhadap Turnover Intention
(Y) pada
karyawan
AJB
BUMIPUTERA 1912 di
wilayah
Jakarta Barat.
Tabel 4. Uji F
3.
Ho3
ditolak
artinya
terdapat Pengaruh
Komitmen Normatif (X3) terhadap
Turnover
Intention (Y)
pada
karywanAJB BUMIPUTERA
1912 di wilayah Jakarta Barat.
4.Ho4 ditolak artinya terdapat
pengaruh Komitmen Afektif (X1),
ISSN: 1410 -9875
Nugrahani Tunggadewi
Komitmen Continuance (X2), dan
Komitmen Normatif (X3) secara
bersama – sama terhadap Turnover
Intention (Y) pada karyawanAJB
BUMIPUTERA 1912 di
wilayah
Jakarta Barat.
meliputiKomitmen
Afektif,
Komitmen Continuance, Komitmen
Normatif dan Turnover Intention.
Penelitian
ini
mempunyai
keterbatasan yang disebabkan oleh
berbagai hal diantaranya adalah :
1. Penelitian
selanjutnya
disarankan
untuk
memperluas
wilayah penelitian agar tidak hanya
di wilayahJakarta Barat.
1.Penelitian hanya dilakukan di
beberapa AJB BUMIPUTERA 1912
dan hanya di wilayah Jakarta Barat
saja.
2.Variabel yang diteliti hanya
terbatas pada Kompetensi SDM yang
Rekomendasi atau Saran yang
diberikan oleh peneliti adalah :
2.Memperbanyak
variabel
penelitian yang dapat berpengaruh
pada keinginan untuk keluar (
Turnover
Intention
)
dari
pekerjaan.
REFERENSI
Greenberg, Jerald dan Baron, Robert A. 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta :
Prentice Hall
Griffeth, Rodger W. and Hom. 2004. Innovative Theory and Empirical
Research on Employee Turnover. Information Age Publishing
Gujarati, Damodar. N. 2003. Basic Econometrics. Fourth edition. Mc Graw Hill
International
Hair, Joseph. F, William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and
Ronald L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth edition.
Pearson Pretice Hall.
Harnoto. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi kedua PT. Prehallindo
Jakarta
Indriantoro, dan Supomo, 2002.Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Jewell, L.N. and Marc Siegall. 1998. Psikologi Industri/Organisasi Modern.
Edisi 2. Editor: Danuyasa A.
Mathis, Robert L. and Jackson, John H. 2008. Human Resources Management.
12th edition. Thomson South Western
Meyer, John P., and Natalie J. Allen. 2008. The Measurement and Antecedent
of Affective, Continuance, and Normative Commitment to the
Organization. Journal of Occupational Psychology. Vol. 63, Page: 1-18.
Mowday, R. T., R. M. Steers, dan L. W. Porter. 2008. The Measurement of
Organizational Commitment. Journal of Vocational Behavior. Vol. 14.
Robbin, Stephen P. and Timothy A. judge. 2008. Organizational Behavior, 13th
edition. New Jersey: Pearson education, Inc.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methodes for Business: a
skill buliding approach, 5th edition. John wiley and sons Ltd.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan
116
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 117-132
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
MUNGNIYATI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to investigate and explain the
impact of short term debt, long term debt, firm size, sales growth, cash
conversion cycle, total asset turnover, and debt to equity on profitability
(ROE). Population in this research is all manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange during 2009-2012. Samples are obtained through
purposives sampling method, in which only 78 of the manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange meet the sampling criteria and
are used as the samples. Multiple regression analysis and hypothesis testing
are used as the data analysis method in this research.
Based
on
hypothesis testing,it shows that a negative relationship between i) short
term debt and profitability and ii) long term debt and profitability; a
positive relationship between firm size, sales growth, total asset turnover,
debt to equity on profitability (ROE). On the other side, it shows that cash
conversion cycle do not affect profitability (ROE).
Keywords: Profitabilty (ROE), Short term debt, Long term debt, Firm Size,
Sales Growth, Cash Conversion Cycle, Total Asset turnover, Debt
to Equity.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan
menjelaskan dampak dari utang jangka pendek, utang jangka panjang, ukuran
perusahaan, pertumbuhan penjualan, siklus konversi kas, perputaran total
aset, dan debt to equity terhadap profitabilitas (ROE). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama 2009-2012. Sampel diperoleh melalui metode
purposives sampling, di mana hanya 78 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia memenuhi kriteria sampling dan digunakan
sebagai sampel. Analisis regresi berganda dan pengujian hipotesis digunakan
sebagai metode analisis data dalam penelitian ini. Berdasarkan pengujian
hipotesis, hal itu menunjukkan bahwa hubungan negatif antara i) utang
jangka pendek dan profitabilitas dan ii) utang jangka panjang dan
profitabilitas; hubungan positif antara ukuran perusahaan, pertumbuhan
penjualan, perputaran total aset, utang terhadap ekuitas terhadap
117
profitabilitas (ROE). Di sisi lain, hal itu menunjukkan bahwa siklus konversi
kas tidak mempengaruhi profitabilitas (ROE).
Kata kunci: Profitabilitas (ROE), utang jangka pendek, utang jangka panjang,
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, Kas Konversi Siklus,
Perputaran Total Aset, Debt to Equity.
PENDAHULUAN
Di era global saat ini
perusahaan
baik
manufaktur
maupun jasa saling bersaing dalam
menentukan siapa yang paling
unggul dalam bidangnya. Hal ini
menyebabkan adanya
tuntutan
untuk bekerja lebih baik serta
mendorong
manajemen
untuk
bekerja lebih efisien dan efektif.
Kesuksesan suatu perusahaan dapat
dilihat secara umum melalui kinerja
dan
hasil
yang
diperoleh.
Profitabilitas
memiliki
peranan
penting dalam sebuah perusahaan
karena digunakan sebagai indikator
pengukuran kinerja perusahaan.
Dalam
beberapa
pengambilan
keputusan, profitabilitas seringkali
digunakan
perusahaan
sebagai
faktor utama untuk menentukan
langkah-langkah atau keputusan
yang akan di ambil perusahaan.
Pada dasarnya kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
menghasilkan laba sangat penting,
karena
kinerja
perusahaan
seringkali dikaitkan dengan laba
yang dihasilkan. Untuk mengukur
kinerja perusahaan biasanya dapat
diketahui dengan melihat kondisi
keuangan perusahaan di dalam
laporan
keuangan.
Laporan
Keuangan
digunakan
untuk
menggambarkan
kondisi
dan
perkembangan
keuangan
perusahaan. Profitabilitas di dalam
laporan keuangan tidak hanya
berfungsi
untuk
kepentingan
internal, tetapi
juga
berfungsi
untuk
kepentingan
eksternal.
Dalam
melakukan
pengukuran
terhadap
profitabilitas
ada
beberapa rasio keuangan
yang
dapat digunakan seperti return on
asset, return on equity, gross
profit margin, dan beberapa rasio
profitabilitas
lainnya.
Dalam
penelitian yang di lakukan Gill et
al. (2011), profitabilitas diukur
dengan menggunakan return of
equity (ROE).
Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi profitabilitas suatu
perusahaan. Menurut Gill et al.
(2011), struktur modal (capital
structure) merupakan salah satu
faktor
yang
mempengaruhi
profitabilitas sebuah perusahaan.
Selain struktur modal ada beberapa
faktor yang memiliki hubungan
dengan profitabilitas. Perputaran
konversi kas merupakan salah satu
variabel yang memiliki hubungan
dengan
profitabilitas.
Menurut
Majeed et al. (2013), perputaran
konversi kas memiliki hubungan
negatif terhadap profitabilitas. Hal
ini dikarenakan ketika perusahaan
ingin meningkatkan laba, maka
perusahaan
harus
mengurangi
periode penagihan piutang dagang,
inventori dan perputaran konversi
kas.
Variabel
lain
yang
mempengaruhi
profitabilitas
merupakan total asset turnover.
Menurut Singapurwoko dan Wahid
(2011),
total
asset
turnover
memiliki hubungan positif terhadap
profitabilitas. Total aset dapat
digunakan
untuk
menunjukkan
bagaimana
kinerja
manajer
menghasilkan laba
menggunakan
aset yang mereka miliki. Setiap
peningkatan total asset turnover
akan mempengaruhi profitabilitas
perusahaan. Selain itu variabel
debt to equity merupakan variabel
yang
juga
mempengaruhi
profitabilitas. Menurut Velnampy
dan Niresh (2012), debt to equity
memiliki hubungan positif terhadap
profitabilitas. Rasio utang dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
profitabilitas perusahaan karena
ekuitas tambahan dari investasi
dapat digunakan untuk mendukung
operasional
dalam
entitas
(Nurhasanah 2012).
Penelitian ini merupakan
pengembangan penelitian Gill et al.
(2011). yang menyatakan terdapat
hubungan positif antara utang
jangka pendek terhadap total asset
dan profitabilitas, hubungan positif
antara
utang
jangka
panjang
terhadap
total
asset
dan
profitabilitas,
hubungan
positif
antara total utang terhadap total
aset
dan
profitabilitas,
tidak
terdapat hubungan antara ukuran
perusahaan dengan profitabilitas,
dan
tidak
terdapat
hubungan
signifikan
antara
pertumbuhan
penjualan dengan
profitabilitas.
Jadi dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa secara
umum terdapat hubungan positif
antara
struktur
modal
dan
profitabilitas di dalam perusahaan
jasa
maupun
perusahaan
manufaktur (Gill et al. 2011).
Penelitian
sebelumnya
menggunakan
sampel
272
perusahaan jasa dan manufaktur
Amerika yang terdaftar di New York
Stock Exchange periode 2005-2008.
Sedangkan
penelitian
ini
menggunakan
sampel
dari
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan
periode
2010-2012.
Penelitian
sebelumnya
menggunakan variabel dependen
(profitability) dan enam variabel
independen yakni, utang jangka
pendek (short term debt), utang
jangka panjang (long term debt),
total utang (total debt), ukuran
perusahaan
(firm
size),
pertumbuhan
penjualan
(sales
growth), dan industry (industry).
Variabel
independen
yang
ditambahkan pada penelitian ini
adalah perputaran konversi kas
(cash conversion cycle) (Majeed et
al. 2013), total asset turnover
(Singapurwoko dan Wahid 2012) dan
debt to equity (Velnampy dan
Niresh 2012) dan variabel
yang
tidak digunakan adalah industry
(industry). Pengembangan lainya
yang dilakukan oleh peneliti adalah
objek
penelitian,
peneliti
menggunakan
perusahaanperusahaan
manufaktur
yang
terdapat pada Bursa Efek Indonesia
sebagai objek penelitian.
Perumusan masalah dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui
apakah
terdapat
perngaruh utang jangka pendek
(short term debt), utang jangka
panjang (long term debt), total
utang
(total
debt),
ukuran
perusahaan
(firm
size),
pertumbuhan
penjualan
(sales
growth, perputaran konversi kas
(cash conversion cycle), total asset
turnover dan debt to equity
terhadap profitabilitas perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai pengaruh utang jangka
pendek (short term debt), utang
jangka panjang (long term debt),
total utang (total debt), ukuran
perusahaan
(firm
size),
pertumbuhan
penjualan
(sales
growth, perputaran konversi kas
(cash conversion cycle), total asset
turnover dan debt to equity
terhadap profitabilitas perusahaan.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi kemudahan bagi
pihak manajemen perusahaan untuk
memperoleh informasi tambahan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
profitabilitas
sehingga
dapat
meningkatkan
kinerja perusahaan. Penelitian ini
juga
diharapkan
dapat
memudahkan para investor untuk
mendapatkan informasi tambahan
dalam
menentukan
penanaman
investasi
di
dalam
sebuah
perusahaan.
Selanjutnya,
penelitian ini juga
diharapkan
dapat
dimanfaatkan
sebagai
informasi oleh pihak kreditor untuk
menentukan
pemberian
kredit
(pinjaman)
untuk
perusahaan
dengan menggunakan pengukuran
profitabilitas.
Organisasi
penulisan
penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. Bagian pertama
adalah pendahuluan, bagian kedua
membahas rerangka teoritis dan
pengembangan hipotesis, bagian
ketiga
membahas
metoda
penelitian,
bagian
keempat
membahas
analisis
dan
pembahasan, dan bagian terakhir
membahas penutup yang berisi
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pecking Order Theory
Gitman dan Zutter (2012)
berpendapat bahwa pecking order
theory sebagai hieraki pendanaan
perusahaan yang dimulai dari laba
ditahan sebagai pilihan pertama,
diikuti dengan pembiayaan utang
sebagai pilihan kedua dan yang
terakhir berasal dari pendanaan
ekutias secara eksternal. Ketika
manajer ingin membiayai sebuah
proyek baru mereka akan lebih dulu
menggunakan saldo laba ditahan.
Jika kas internal tidak mencukupi
untuk mendanai investasi baru
tersebut, maka manajer akan
meningkatkan
pembiayaan
eksternal
melalui
peminjaman
utang. Menerbitkan saham baru
merupakan pilihan terakhir bagi
manajer.
Pecking
order
theory
konsisten dengan beberapa fakta
tentang
keputusan
pendanaan
perusahaan. Pertama,
sebagian
besar investasi baru yang didanai
melalui laba
ditahan
dan
perusahaan
jarang
melakukan
pendanaan
secara
eksternal.
Kedua, perusahaan meningkatkan
utang dengan frekuensi yang lebih
besar dibanding ekuitas. Ketiga,
ada kecenderungan umum bagi
perusahaan yang menguntungkan
untuk lebih sedikit melakukan
pinjaman
dibanding
perusahaan
yang tidak menguntungkan (Gitman
dan Zutter 2012).
Agency Theory
Menurut Horne (1995) dalam
penelitian Nurrohim (2008), teori
Agensi (agency theory) adalah suatu
teori yang menjelaskan adanya
pertentangan
posisi
antara
manejemen sebagai agen dengan
pemegang saham sebagai pemilik.
Para pemegang saham berharap
agen
akan
bertindak
atas
kepentingan
mereka
sehingga
perusahaan dapat meningkatkan
nilainya,
sekaligus
memberikan
keuntungan
kepada
pemegang
saham. Untuk dapat melakukan
fungsinya dengan baik, manejemen
harus
diberikan
intensif
dan
pengawasan yang memadai.
Pengawasan dapat dilakukan
melalui
cara-cara
seperti
pengikatan
agen,
pemeriksaan
laporan keuangan dan pembatasan
terhadap keputusan yang dapat
diambil
manejemen.
Kegiatan
pengawasan
tentu
saja
membutuhkan biaya yang disebut
dengan biaya agensi.
Menurut Copeland et al.
(2005), di dalam agency theory
pemisahan kepemilikan dari kontrol
adalah salah satu prinsip dasar dari
free-market society karena hal
tersebut memungkinkan timbulnya
spesialisasi.
Masalah
keagenan
muncul dalam perusahaan karena
keputusan perusahaan yang dibuat
oleh manajer atas nama pemasok
modal perusahaan.
Di dalam agency theory,
pemisahan informasi
keuangan
dapat
dikategorikan
sebagai
sesuatu yang baik dalam melakukan
pengambilan keputusan. Agency
theory
mempertimbangkan
permintaan layanan
informasi.
Teori ini berkonsentrasi pada
hubungan dimana
kesejahteraan
satu orang (pemilik) dipercayakan
kepada agen (manajer). Permintaan
untuk
informasi
berhubungan
dengan
kebutuhan
untuk
memotivasi
agen
dan
mendistribusikan risiko
secara
efisien (Godfrey et al. 2010).
Asymmetric Information Theory
Menurut Gitman dan Zutter
(2012), asymmetric information
theory atau teori ketidaksamaan
informasi adalah situasi ketika
manajer memiliki informasi yang
berbeda, yang lebih baik mengenai
operasi dan prospek perusahaan
daripada
yang
dimiliki
oleh
investor. Menurut Bangun dan
Vincent (2008), informasi asimetri
antara manejemen dengan pemilik
dapat
memberikan
kesempatan
kepada manager untuk melakukan
manipulasi kinerja perusahaan yang
dilaporkan
untuk
kepentingan
sendiri.
Menurut
Indrawati
dan
Suhendro (2006) dalam penelitian
Seftianne dan Handayani (2011),
adanya asymmetric information
membuat manajer perusahaan lebih
leluasa
bertindak
didalam
menentukan
strategi
capital
structure karena lebih menguasai
informasi yang terjadi didalam
perusahaan. Informasi baru yang
ada selalu relevan dengan harga
saham yang beredar di pasar, yang
sebenarnya informasi ini bersifat
murah dan harus tersedia bagi
semua
pihak.
Namun
karena
kompetisi pasar diantara para
investor membuat informasi baru
segera direfleksikan ke dalam harga
saham di pasar secara cepat,
sehingga terjadi pula kompetisi
dalam mencari informasi untuk
mendapatkan keuntungan sesaat.
Penelitian Terdahulu
Pengaruh Utang Jangka Pendek
Terhadap Profitabilitas
Menurut Gill et al. (2011)
utang jangka pendek (short term
debt) berpengaruh secara positif
terhadap
profitabilitas
(profitability). Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa biaya utang
jangka pendek cenderung lebih
murah dan oleh
karena
itu
peningkatan utang jangka pendek
dengan tingkat bunga yang relatif
rendah
akan
menyebabkan
peningkatan tingkat keuntungan.
Pengaruh Utang Jangka Panjang
Terhadap Profitabilitas
Utang
jangka
panjang
merupakan salah satu sumber
pendanaan
eksternal
yang
terpenting bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
Penggunaan
utang
jangka panjang akan menyebabkan
biaya bunga yang lebih tinggi
sehingga
akan
menyebabkan
terjadinya
penurunan
terhadap
profitabilitas.
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Terhadap Profitabilitas
Berbagai penelitian telah di
lakukan
sehubungan
dengan
pengaruh ukuran perusahaan (firm
size)
terhadap
profitabilitas
(profitabilty). Firm size adalah
indikator kemampuan perusahaan
dalam mengambil peluang bisnis
yang ada, yang dapat di ukur
dengan tiga cara yaitu logaritma
natural dari total penjualan, total
asset, dan total aset di kurangi nilai
buku ekuitas di tambah nilai pasar
ekuitas
(Rahardjo
dan
Hartatntiningrum
2006). Semakin
besarnya
ukuran
perusahaan
menunjukkan perusahaan tersebut
memiliki
kemampuan
untuk
meningkatkan
kinerja
dalam
menghsilkan profitabilitas.
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Profitabilitas
Menurut Bolek dan Wilinski
(2011), yang menunjukkan bahwa
parameter
growth
of
sales
berpengaruh
positif
terhadap
profitabilitas yang berarti bahwa
bahwa peningkatan
pendapatan
dari penjualan tercermin dalam
peningkatan
profitabilitas.
Pertumbuhan
pendapatan
dari
penjualan
dapat
menjelaskan
pertumbuhan pangsa pasar, yang
berkaitan
dengan
peningkatan
kemungkinan
menaikkan
harga
dengan
biaya
tidak
berubah
sehingga
mampu
menghasilkan
profitabilitas yang lebih tinggi bagi
perusahaan.
Pengaruh Perputaran Konversi Kas
Terhadap Profitabilitas.
Siklus operasi perusahaan
adalah waktu dari awal proses
produksi sampai penagihan kas dari
penjualan barang jadi tersebut.
Perputaran konversi kas adalah
jumlah
waktu
sumber
daya
perusahaan yang saling terkait,
yang dihitung dari penjumlahan
rata-rata periode
pembayaran
siklus
operasinya.
Perputaran
konversi
kas
memiliki
tiga
komponen utama yaitu rata-rata
umur persediaan, rata-rata periode
penagihan, dan rata-rata periode
pembayaran (Gitman dan Zutter
2012). Semakin pendek waktu yang
diperlukan akan semakin baik untuk
perusahaan karena modal yang
ditanamkan perusahaan
terlalu besar.
tidak
Pengaruh Total Asset Turnover
Terhadap Profitabilitas
Menurut Leunupun (2003),
total asset turnover merupakan
ukuran seberapa jauh aktiva telah
digunakan dalam kegiatan operasi
dan menunjukkan berapa
kali
aktiva berputar dalam periode
tertentu. Total asset turnover juga
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk
menghasilkan
profitabilitas dari sumber daya
keuangan yang dimiliki perusahaan
terutama total aset. Singapurwoko
dan Wahid (2011) menemukan
bahwa
total
asset
turnover
memiliki hubungan positif terhadap
profitabilitas. Total aset dapat
menunjukkan kinerja manager yang
di dasari dengan seberapa besar
jumlah
penjualan
yang
dapat
mereka
hasilkan
dengan
menggunakan aset yang mereka
miliki.
Pengaruh
Debt
to
Terhadap Profitabilitas
Equity
Menurut Nurhasanah (2012),
debt to equity merupakan variabel
yang
mendefinisikan
seberapa
banyak
dari
proporsi
modal
perusahaan
yang
sumber
pendanaannya
berasal
dari
pinjaman atau kredit. Rasio utang
juga digunakan oleh manajemen
sebagai pertimbangan penggunaan
utang atau dana pinjaman. Rasio
utang yang tinggi diiringi dengan
resiko keuangan yang tinggi pula.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Ha1:
Terdapat pengaruh antara
utang jangka pendek dengan
profitabilitas.
Ha2:
Terdapat pengaruh antara
utang jangka panjang dengan
profitabilitas.
Ha3:
Terdapat pengaruh antara
ukuran perusahaan dengan
profitabilitas.
Ha4:
Terdapat pengaruh antara
pertumbuhan
penjualan
dengan profitabilitas.
Ha5:
Terdapat pengaruh antatra
perputaran
konversi
kas
dengan profitabilitas.
Ha6:
Terdapat pengaruh antara
total asset turnover dengan
profitabilitas.
Ha7:
Terdapat pengaruh antara
debt
to
equity
dengan
profitabilitas.
METODE PENELITIAN
Metode Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Populasi
yang
dijadikan
objek dalam penelitian ini adalah
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2009 sampai
dengan
tahun 2012. Dalam pengambilan
sampel metode yang digunakan
adalah purposive sampling.
Definisi Operasional
Profitabiltas.
Profitabilitas (profitabilty) adalah
variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini. Profitabilitas
merupakan
suatu
ukuran
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dalam suatu
periode tertentu (Seftianee dan
Handayani 2011). Perusahaan yang
menghasilkan laba yang lebih besar
cenderung mempunyai laba ditahan
lebih
besar
untuk
melakukan
ekspansi (Djumahir 2005).
Utang Jangka Pendek
Utang Jangka Pendek (short
term liabilities) merupakan utang
yang harus dilunasi dalam jatuh
tempo satu tahun. Termasuk dalam
kelompok ini adalah: utang dividen,
utang bank, utang dagang, utang
jangka panjang yang segera jatuh
tempo, dan lain-lain (Kalia dan
Suwitho 2013).
Utang Jangka Panjang
Utang Jangka panjang (long
term liabilities) adalah utang yang
jatuh temponya lebih dari satu
tahun atau satu periode akuntansi.
Jatuh temponya dapat
terjadi
dalam 1,5 tahun atau 2 tahun atau
5 tahun atau lebih dari itu. Utang
jangka panjang biasanya timbul
karena adanya kebutuhan dana
(Kalia dan Suwitho 2013).
Ukuran Perusahaan
Menurut
Seftianne
dan
Handayani
(2011),
ukuran
perusahaan (size) menggambarkan
besar kecilnya perusahaan dapat
ditinjau dari lapangan usaha yang
dijalankannya. Penentuan besar
kecilnya skala perusahaan dapat
ditentukan
berdasarkan
total
penjualan, total aktiva, rata-rata
tingkat penjualan, dan rata-rata
total aktiva.
Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan
penjualan
(sales growth) merupakan
salah
satu ukuran keberhasilan sebuah
perusahaan yang harus dipantau.
Sebuah
perusahaan
tentu
mengharapkan
terdapat
pertumbuhan pendapatan setiap
tahun yang dicanangkan
dalam
target pendapatan. Salah satu cara
untuk mengevaluasi apakah target
pendapatan sudah tercapai atau
belum adalah melalui
persen
pertumbuhan dibandingkan tahun
yang lalu.
Perputaran Konversi Kas
Perputaran
konversi
kas
memiliki tiga komponen yaitu ratarata umur persediaan, rata-rata
periode penagihan, dan rata-rata
periode pembayaran (Gitman dan
Zutter 2012). Menurut Warnes
(2013),
cash
conversion
cyle
merupakan keputusan mengenai
berapa
banyak
perusahaan
berinvestasi pada inventori dan
pelanggan mereka, serta bagaimana
mengatur
periode
pembayaran
kepada supplier mereka.
Total Asset Turnover
Total asset turnover atau
investment turnover merupakan
rasio antara jumlah aktiva yang
digunakan dengan jumlah penjualan
yang diperoleh selama periode
tertentu. Rasio ini merupakan
ukuran seberapa jauh aktiva telah
dipergunakan
dalam
kegiatan
operasi atau menunjukkan berapa
kali aktiva berputar dalam periode
tertentu.
Dengan
penggunakan
aktiva yang semakin efesien maka
akan meningkatkan hasil
usaha
(Leunupun 2003).
Debt to Equity
Debt to Equity merupakan
merupakan
variabel
yang
didefinisikan
sebagai
seberapa
banyak
proporsi
dari
modal
perusahaan
yang
sumber
pendanaannya
berasal
dari
pinjaman atau kredit (Nurhasanah
2012).
HASIL PENELITIAN
Sampel
yang
diambil
berdasarkan pertimbangan kriteriakriteria tertentu dalam penelitian.
Prosedur pemilihan sampel dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Prosedur Pemilihan sampel
Kriteria
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan
2012
Perusahaan yang tidak menyampaikan laporan
keuangan dalam mata uang rupiah dari tahun
2010
sampai dengan 2012.
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak
berakhir tanggal pada tanggal 31 Desember dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan
laba bersih selama periode 2010 sampai dengan
2012.
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki
utang jangka panjang selama periode 2010
sampai dengan 2012.
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki
penjualan selama periode 2009 sampai dengan
2012
Jumlah Sampel
Data Outlier
Sampel yang digunakan dalam penelitian.
Jumlah
Perusahaan
126
Jumlah
Data
378
(21)
(63)
(5)
(15)
(21)
(63)
(0)
(0)
(1)
78
(3)
234
(22)
212
Sumber: Data yang dikumpulkan
Hasil
pengujian
statistik
deskriptif untuk variabel yang
digunakan dalam penelitian ini baik
variabel dependen dan variabel
independen dapat
dilihat
pada
tabel 2.
ROE
SDA
LDA
SIZE
SG
CCC
TATO
DER
N
212
212
212
212
212
212
212
212
Tabel 2
Hasil Uji Statistik
Deskriptif
Minimum
Maximum
0,01099
0,85637
0,05060
0,67039
0,00004
0,46053
24,809567
32,72209
-0,39876
0,78162
-15,90714
312,69421
0,23287
2,38270
0,10412
2,46780
Mean
0,23629
0,29440
0,10743
27,93191
0,15160
111,95215
1,20400
0,82651
Std.Deviation
0,13631
0,13865
0,09951
1,55619
0,18318
71,42517
0,44643
0,58779
Sumber: hasil pengolahan SPSS 19
Hasil uji normalitas data residual
sebelum
uji
outlier
dalam
penelitian
berikut:
ini
adalah
sebagai
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,0006
Sumber: hasil pengolahan
SPSS19.
Hasil
uji
normalitas
menunjukkan bahwa asymp. Sig (2tailed) dari data residual adalah
0,0006 lebih kecil dari 0,05 yang
artinya data tidak terdistribusi
normal.
Karena
data
tidak
terdistribusi normal maka dilakukan
uji outlier untuk melihat data-data
ekstrim atau menyimpang.
Uji Normalitas Data
setelah Uji Outlier
Residual
Sebagai langkah untuk mencoba
mengatasi variabel yang tidak
normal, maka dilakukan uji outlier.
Uji outlier menggunakan z-score -3
sampai +3 untuk mendapatkan data
yang berdistribusi normal. Data
yang tidak memiliki z-score -3
sampai +3 maka harus dikeluarkan
dari observasi, sehingga data yang
digunakan sebanyak 212 data. Hasil
uji normalitas setelah outlier
ditunjukkan pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: hasil pengolahan
SPSS19.
Hasil Pengujian pada tabel
4.4 mempunyai asymp. Sig (2tailed) 0,0572 lebih besar dari 0,05
sehingga data berdistribusi normal.
Hasil uji multikolinearitas
menunjukkan bahwa variabel utang
jangka pendek (SDA), utang jangka
panjang (LDA), ukuran perusahaan
(SIZE),
pertumbuhan
penjualan
(SG), perputaran konversi kas (CCC)
dan total asset turnover (TATO)
memiliki nilai tolerance yang lebih
besar dari 0,1 dan nilai VIF yang
lebih kecil dari 10 yang berarti
tidak
terjadi
multikolinearitas.
Sedangkan variabel debt to equity
(DER) memiliki nilai tolerance yang
lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF
yang lebih besar dari 10
yang
berarti terjadi multikolinearitas.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak
semua variabel dalam penelitian ini
tidak terjadi multikolinearitas yang
artinya
terjadi
korelasi
antar
variabel independen.
Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas
menunjukkan bahwa nilai sig. dari
variabel ukuran perusahaan (SIZE),
pertumbuhan penjualan (SG) dan
perputaran konversi kas (CCC)
lebih besar dari 0,05 yang berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sedangkan nilai sig. dari variabel
utang jangka pendek (SDA), utang
jangka panjang (LDA), total asset
turnover (TATO) dan debt to equity
(DER) lebih kecil dari 0,05 yang
Unstandardized
Residual
0,0572
berarti terjadi heteroskedastisitas.
Data baik adalah data yang tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Hasil
uji
autokorelasi
menunjukkan,
nilai
signifikansi
lebih kecil dari 0,05, yaitu sebesar
0,014. Hal ini berarti hipotesis nol
tidak diterima, sehingga terjadi
autokorelasi dalam model regresi
linear. Dapat disimpulkan bahwa
terjadi korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (sebelumnya).
Analisis koefisien korelasi
menunjukkan
korelasi
antara
variabel
independen
dengan
variabel dependen dalam model
regresi sebesar 0,5189. Dapat
disimpulkan terdapat korelasi yang
sangat
kuat
antara
variabel
independen
dengan
variabel
dependen.
Nilai Adjusted R Square atau
koefisisen
determinasi
adalah
sebesar
0,2441,
yang
berarti
kemampuan
variabel-variabel
independen
untuk
menjelaskan
variabel dependen adalah sebesar
24,41%. Sisanya sebesar 75,59%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang tidak terdapat dalam model
regresi.
Hasil
uji
statistik
F
menunjukkan nilai F
sebesar
10,7362 dan signifikansi sebesar
0,0000. Nilai siginifikansi ini lebih
kecil dari α 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa model fit untuk digunakan
dalam model penelitian.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi untuk setiap variabel
independen yang digunakan untuk
menguji
hipotesis.
Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan
variabel independen yang memiliki
pengaruh
secara
individual
terhadap
profitabilitas
adalah
utang jangka pendek, utang jangka
panjang,ukuran
perusahaan,
pertumbuhan penjualan total asset
turnover, dan debt to equity. Nilai
signifikansi
dari
masing-masing
independen adalah 0,0005; 0,0162;
0,0000; 0,0224; 0,0000; 0,0027.
Nilai ini lebih kecil dari nilai aplha
(0,05). Variabel yang tidak memiliki
pengaruh terhadap struktur modal
adalah perputaran konversi kas.
PENUTUP
Setelah
melakukan
penelitian mengenai
pengaruh
utang jangka pendek, utang jangka
panjang,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
penjualan,
perputaran konversi kas, total asset
turnover, dan debt to equity
terhadap
profitabilitas,
dapat
disimpulkan bahwa utang jangka
pendek dan utang jangka panjang
berpengaruh
negatif
terhadap
profitabilitas. Sedangkan variabel
ukuran perusahaan, pertumbuhan
penjualan, total asset turnover,
dan debt to equity berpengaruh
positif
terhadap
profitabilitas.
Kemudian yang terakhir perputaran
konversi kas tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Dalam penelitian ini, penulis
menyadari adanya keterbatasan
yang
mungkin
berpengaruh
terhadap
hasil
penelitian.
Keterbatasan tersebut diantaranya
adalah:
1. Periode pengamatan dalam
penelitian
ini
masih
terbatas, yaitu hanya tiga
tahun dari tahun 2010-2012.
2. Penggunaan
sampel
penelitian
hanya
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
3. Hasil penelitian ini masih
terdapat
hasil
heteroskedastisitas
pada
utang jangka pendek, utang
jangka panjang, total asset
turnover dan debt to equity
ratio.
4. Hasil penelitian ini masih
terdapat
hasil
multikolinearitas
pada
variabel debt to
equity
ratio.
Berdasarkan keterbatasan di
atas yang mungkin memberikan
pengaruh terhadap hasil penelitian
ini, maka penulis memberikan
beberapa rekomendasi bagi peneliti
selanjutnya, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Memperpanjang
periode
penelitian
dalam
penelitian
selanjutnya.
2. Memperbanyak jumlah sampel
penelitian
dalam
penelitian
selanjutnya.
3. Memperbanyak variabel-variabel
independen
lainnya
yang
mungkin mempengaruhi variabel
dependen,
untuk
mengatasi
masalah
heterokedastisitas,
seperti firm age, current ratio,
quick ratio dan lain-lain.
4. Memperbanyak variabel-variabel
independen
lainnya
yang
mungkin mempengaruhi variabel
dependen,
untuk
mengatasi
masalah
multikolinearitas,
seperti firm age, current ratio,
quick ratio dan lain-lain.
REFERENSI
Abor, J. 2005. The effect of capital structure on profitability: empirical
analysis of listed firms in Ghana. Journal of Risk Finance, 6(5), pp.
438-45.
Ajanthan, A. 2013. Working Capital Manegement (WCM) and Corporate
profitability (CP): A Study of Selected Listed Companies in Srilanka. The
International Journal of Business & Manegement, ISSN 2321-8916.
Anser, Raheman dan Qaisar Ali Malik. 2013. Cash Conversion Cycle and Firm
Profitabilty: A Study of Listed Manufacturing Companies of Pakitsan.
Journal of Business and Manegement, Volume 8, Issue 2 (Jan-Feb
2013),
PP 83-87. Jurnal Akuntansi
Azam, Muhammad dan Syed Irfan Haider. 2011. Impact of Working Capital
Manegement on Firms”s Performance: Evidenve From Non-Financial
Institution of KSE-30 index. Journal of Contemporary Reseach in
Business, Vol.3, No.5.
Bangun, Nurainun dan Vincent. 2008. Analisis Hubungan Komponen Good
Corporate Governance Terhadap Manejemen Laba dengan Kinerja S
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi/Tahun XII. No.03, September 2008: 289302.
Bolek, Monica dan Wojciech Wilinski. 2012. The Influence of Liquidation on
Profitabilty of Polish Construction Sector Companies. Financial Internet
Quartely ,,e-finanse” 2012, vol. 8, nr 1.
Brealey, Richard., Steward \Myers dan Alan Marcus. 2006. Corporate Finance,
Edition. Mc GRAW-HILL International Edition.
Copeland, Weston, Shastri. 2005. Financial Theory and Corporate Policy, 4th
Edition. Boston: Mass.
Djumahir. 2005. Pengaruh Variabel Variabel Tax Shield dan Non-Tax Shield
terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Go- Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Wacana, Vol.8 No.3,
Desember 2005,
Hal: 302-321.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gill, Amarjit., Nahum Biger dan Neil Mathur. 2010. The Relationship Between
Working Capital Manegement and Profitabilty: Evidence From The
United States. Business and economics Journal, Volume 2010: BEJ-10.
Gill, Amarjit., Nahum Biger dan Neil Mathur. 2011. The Effect of Capital
Structure on Profitability: Evidence
from the
United States.
International Journal of Management, Vol. 28 No. 4, Part 1 Dec 2011.
Godfrey, Jayne., Allan Hodgson., Ann Tarca., Jane Hamilton dan Scott
Holmes. 2010. Accounting Theory,
Edition.
Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance.
13t h Edition. Boston: Pearson Education.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manejemen,
Edition. BPFE Yogyakarta.
Jang, Lesia., Bambang Sugiarto dan Dergibson Siagian. 2007. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEJ.
Akuntabilitas, Maret 2007, hal. 142-149 ISSN 1412-0240.
Kalia,Nazia Safitri dan Suwitho. 2013. Pengaruh Penggunaan Hutang Terhadap
Profitabilitas.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 1 Nomor
1,
Januari 2013.
Kusuma, Hadri. 2005. Size Perusahaan dan Profitabilitas: Kajian Empiris
terhadap Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek
Jakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara
Berkembang, hal. 81-93.
Leunupun, Pieter. 2003. Profitabilitas Ekuitas dan Beberapa Faktor yang
Mempengaruhinya: Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No.2,
November 2003: 133-149.
Majeed, Sadia., Muhammad Abdul Majid Makki., Saba Saleem., Tariq Aziz.
2013. The Relationship of Cash Convercion Cycle and Profitabilty of
Firms: An Empirical Investigation of Pakitsan Firms. Journal of
Emerging Issues in Economics, Finance and Banking, Volume:1 N0.1
Januari 2013.
Megginson, William L. 1997. Corporate Finance Theory. ADDISON-WESLEY
Nurhasanah. 2012. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ilmiah Vol.IV No.3, 2012.
Nurrohim, Hasa. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol
Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol
10 No.1, Januari 2008, hal. 11-18.
Rahardjo, Shiddiq Nur dan Berty Hartantiningrum. 2006. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Struktur Utang Perusahaan Go-Public yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 6, No
1, Februari 2006: 1-12
Rehman, Wali ur., Goher Fatima dan Mehboob Ahmad. 2012. Impact of Debt
Structure of Profitabilty in Textile Industry of Pakitsan. International
Journal of Economic and Reseach, Volume 3I2, 61-70.
Salman, A Khalik dan Darush Yazdanfar. 2012. Profitabilty in Swedish Micro
Firms: A Quantile Regression Approach. International Business Reseach,
Vol. 5, No. 8.
Seftianee dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal
Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 13, No.1, April 2011, Hlm. 39-56.
Singapurwoko, Arif dan Muhammad Shalahuddin Mustofa El-Wahid. 2011. The
Impact of Financial Leverage to profitability Study of Non-Financial
Companies listed in Indonesia Stock exchange. European Journal of
Economics, Finance and Administrative Sciences- Issue 32(2011).
Shubita, Mohammad fauzi dan Jaafer Maroof Alsawalhah. 2012. The
Relationship Between Capital Structure and Profitabilty. International
Journal of
Business and Social Science, Vol.3 No.16.
Warnes, Samuel. 2013. Impact of Working Capital Manegement on Firm’s
Profitability: Empirical Evidence from Cement Sector. American Journal
of Governance and Politics, Vol.3 No.2.
Velnampy, T. dan J. Aloy Niresh. 2012. The Relationship between Capital
Structure & Profitabilty. Global Journal Of Manegement And Business
Research, Vol.12 Issue 13 Version 1.0 Year 2012.
Yusuf, Muhammad
dan Tezza Ayodya. 2006. Analisis Pengaruh Biaya,
Produktivitas,
dan Struktur Modal serta Peranannya dalam
Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan pada Industri Otomotif di
Indonesia
yang
Terdaftar
di
Bursa
Efek
Jakarta.
Jurnal
Akuntansi/Th.X/01/Januari/2006.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan
132
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 133-148
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG PUBLIK
YOHANES
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to examine the influence of assets
tangibility, profitability, assets growth, firm size, liquidity, managerial
ownership, business risk and non-debt tax shield to capital structure. The
population of this research is all non financial companies listed in Indonesia
Stock Exchange from 2011 to 2013. Samples are obtained through purposive
sampling method, in which only 160 of listed non financial companies in
Indonesia Stock Exchange meet the sampling criterias resulting 437 data
available are taken as the samples. The research resource are taken from
Indonesia Stock Exchange website. This research used multiple regression
method to test the effect of each variable in influencing capital structure. The
empirical result indicates that tangibility of assets, profitability, assets
growth, firm size and liquidity have influence to capital structure. However
managerial ownership, business risk and non-debt tax shield have no influence
to capital structure.
Keywords: Capital Structure, Assets Growth, Firm Size, Managerial Ownership,
Business Risk, Non-Debt Tax Shield.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur
aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, tingkat likuiditas,
kepemilikan manajerial, risiko bisnis dan non-debt tax shield terhadap struktur
modal. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 sampai 2013. Sampel
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode sampel bertujuan
(purposive sampling), dimana hanya 160 perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia memenuhi semua kriteria, sehingga didapat
437 data yang digunakan sebagai sampel penelitian. Sumber data pada
penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode regresi berganda untuk menguji pengaruh masingmasing variabel terhadap struktur modal. Bukti empiris menunjukkan bahwa
struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan dan
tingkat likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan
kepemilikan manajerial, risiko bisnis dan non-debt tax shield tidak memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Kata kunci: Struktur Modal, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial, Risiko Bisnis, Non-Debt Tax Shield.
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
PENDAHULUAN
Manajemen keuangan yang
efektif adalah tantangan bagi setiap
perusahaan
dalam
menghadapi
persaingan yang semakin ketat.
Setiap
perusahaan
harus
bisa
mempertahankan keunggulan daya
saingnya dengan tetap mengikuti
perkembangan bisnis yang ada.
Bagaimanapun,
untuk
dapat
mengikuti
perkembangan
bisnis
tersebut
perusahaan
akan
membutuhkan dana yang besar.
Menurut Damayanti (2013) secara
umum
terdapat
dua
bentuk
pendanaan yang biasa digunakan
perusahaan, yaitu dana yang berasal
dari dalam perusahaan (sumber
internal) dan dana yang berasal dari
luar perusahaan (sumber eksternal).
Sumber internal dapat diperoleh
dari
kegiatan
operasional
perusahaan itu sendiri contohnya
ialah laba ditahan, sedangkan untuk
sumber eksternal bisa diperoleh
dengan
melakukan
pinjaman
(hutang) atau menerbitkan saham.
Keputusan mengenai sumber
pendanaan
tersebut
merupakan
salah satu keputusan penting yang
harus dibuat oleh manajer keuangan
demi
kelangsungan
hidup
perusahaan.
Setiana
(2012)
mendefinisikan
keputusan
pendanaan atau keputusan struktur
modal sebagai keputusan keuangan
yang berkaitan dengan komposisi
hutang, saham preferen dan saham
biasa yang harus digunakan oleh
perusahaan.
Keputusan
struktur
modal
dapat dikatakan efektif apabila bisa
meminimalkan
biaya
modal,
sehingga bisa memaksimalkan nilai
perusahaan (Gitman dan Zutter
2011, 535). Biaya modal yang harus
dikeluarkan akibat pendanaan yang
134
November 2014
digunakan
perusahaan
akan
mempengaruhi present value dari
arus kas masa depan perusahaan
tersebut, dimana arus kas masa
depan
itulah
yang
akan
mencerminkan
nilai
perusahan.
Oleh karena itu, kesalahan dalam
mengaplikasikan
struktur
modal
yang tidak tepat akan membawa
perusahaan ke dalam
kesulitan
finansial ataupun kebangkrutan.
Berbagai riset dilakukan untuk
menjelaskan
hubungan
antara
keputusan struktur modal dengan
nilai perusahaan dan faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputusan
struktur modal tersebut. Meskipun
begitu topik ini masih menarik untuk
diteliti, sebab struktur modal
merupakan salah satu area yang
paling kompleks dalam pembuatan
keputusan finansial dikarenakan
hubungan timbal-baliknya dengan
variabel keputusan finansial lainnya
(Gitman dan Zutter 2011, 523).
Penelitian
ini
merupakan
pengembangan penelitian Saleem et
al. (2013) tentang faktor yang
menentukan strukur modal pada
perusahaan minyak dan gas yang
terdaftar di Karachi Stock Exchange,
Pakistan. Dalam penelitian tersebut
digunakan
variabel
independen
tangibility, profitability, growth,
dan size terhadap
variabel
dependen
leverage.
Adapun
perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya ialah sampel
yang digunakan pada penelitian
sebelumnya diambil dari data
perusahaan minyak dan gas yang
terdaftar di Karachi Stock Exchange,
Pakistan periode 2006 sampai
dengan 2011, sedangkan penelitian
ini menggunakan data sampel
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2011 sampai dengan 2013.
ISSN: 1410 -9875
Selain itu dalam penelitian ini juga
ditambahkan 4 variabel tambahan
yang tidak terdapat di dalam model
penelitian sebelumnya yaitu tingkat
likuiditas, kepemilikan manajerial,
risiko bisnis, dan non-debt tax
shield.
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan bukti empiris bahwa
struktur aset, profitabilitas, tingkat
pertumbuhan, ukuran perusahaan,
tingkat
likuiditas,
kepemilikan
managerial, risiko bisnis, dan nondebt
tax
shield
mempunyai
pengaruh terhadap struktur modal.
Penelitian ini disusun dengan
sistematika
penulisan
sebagai
berikut,
pertama,
pendahuluan
menjelaskan
mengenai
latar
belakang
penelitian,
masalah
penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian,
serta
sistematika
penulisan. Kedua, kerangka teoritis
dan
pengembangan
hipotesis
menguraikan landasan teori dan
hasil penelitian sebelumnya sebagai
dasar
pengembangan
hipotesis.
Ketiga, metode penelitian terdiri
atas obyek penelitian dan cara
pemilihan
sampel,
definisi
operasional
dan
pengukuran
variabel. Keempat, hasil penelitian
yang berisi hasil pengujian hipotesis
dan
interpretasi
pengujian
hipotesis. Terakhir, penutup yang
berisi kesimpulan, keterbatasan
penelitian dan rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pecking Order Theory
Teori ini menyatakan bahwa
ada semacam tata urutan (pecking
Yohanes
order) yaitu hierarki pendanaan
yang dimulai dari laba ditahan,
diikuti dengan hutang dan yang
terakhir penerbitan saham baru
(Gitman dan Zutter 2011, 534).
Perusahaan akan lebih memilih
menggunakan dana
internalnya
(laba ditahan) terlebih
dahulu
dalam
membiayai
investasinya.
Kemudian apabila dana internal
tersebut tidak mencukupi, barulah
perusahaan akan memilih sumber
pendanaan eksternal yaitu hutang,
sedangkan penerbitan saham baru
akan menjadi pilihan terakhir.
Hal tersebut dikarenakan di
dalam teori ini didasari dengan
adanya
informasi
asimetris
(Hardiningsih dan Oktaviani 2012),
dimana
pihak
manajemen
mempunyai informasi yang lebih
banyak
tentang
perusahaan
daripada para investor. Informasi
yang tidak seimbang antara kedua
pihak itulah yang mengakibatkan
biaya penerbitan modal menjadi
mahal, karena investor tidak mau
berinvestasi
ketika
investasi
tersebut belum bisa dibuktikan
keandalannya.
Akibatnya,
perusahaan
harus
menerbitkan
ekuitasnya dengan harga diskon
(Gitman dan Zutter 2011, 533). Oleh
karena
itu
untuk
mencukupi
kebutuhan dananya, perusahaan
cenderung
menggunakan
dana
internalnya
terlebih
dahulu
dibandingkan menggunakan dana
eksternal.
Trade Off Theory
Menurut trade off theory,
struktur modal yang optimal bisa
didapatkan dari perimbangan antara
biaya hutang dan manfaat hutang
(Saleem et al. 2013). Penggunaan
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
hutang akan menimbulkan biaya
yang dapat menyebabkan financial
distress
yaitu
berupa
biaya
kebangkrutan dan biaya agensi, di
sisi
lain
penggunaan
hutang
memberikan manfaat pajak (Fauzi
et al. 2013). Oleh karena itu, trade
off theory mengacu kepada gagasan
bagaimana perusahaan menentukan
berapa banyak pendanaan hutang
dan modal yang harus digunakan
untuk menyeimbangkan biaya dan
manfaat hutang tersebut (Fauzi et
al. 2013).
Stiglitz (1969) dalam Sebayang
dan Putra (2013) mengungkapkan
bahwa teori ini mengasumsikan
perusahaan memiliki tingkat hutang
yang optimal, sehingga jika tingkat
hutang perusahaan berada di bawah
atau di atas tingkat optimal
tersebut, perusahaan akan berusaha
menyesuaikan
penggunaan
hutangnya. Penyesuaian tersebut
bisa dilakukan dengan pendanaan
ekuitas pada saat tingkat hutang di
atas
tingkat
optimalnya
dan
melakukan pinjaman pada saat
tingkat hutang di bawah tingkat
optimalnya (Joni dan Lina 2010).
Agency Theory
Manajer sering disebut sebagai
agen
dari
pemilik
(pemegang
saham), karena manajer diberikan
otoritas
untuk
menjalankan
perusahaan
demi
kepentingan
pemilik (Gitman dan Zutter 2011,
532). Oleh karena itu, setiap
keputusan yang dibuat manager
seharusnya
mendahulukan
kepentingan
pemilik,
tetapi
keadaan tersebut ternyata tidak
selalu
berjalan
dengan
baik
dikarenakan
adanya
konflik
kepentingan. Sebagai agen dari
136
November 2014
pemilik, manajemen seharusnya
bertindak
untuk
kemakmuran
pemilik, namun karena risiko yang
kemungkinan
akan
diterima
manajemen, maka mereka dalam
pengambilan
keputusan
juga
mempertimbangkan kepentingannya
(Hardiningsih dan Oktaviani 2012).
Konflik kepentingan ini tidak
hanya terjadi antara manajer
dengan pemegang saham, tetapi
juga konflik antara pemegang saham
dengan pemberi pinjaman (Gitman
dan Zutter 2011, 532). Hal ini terkait
dengan risiko klaim kreditor yang
akan meningkat ketika perusahaan
menggunakan hutang tersebut untuk
melakukan investasi yang berisiko,
tetapi ketika investasi tersebut
menghasilkan return yang tinggi,
kreditor
akan
mendapatkan
pengembalian
yang
tetap,
sedangkan
pemilik
akan
mendapatkan bagian laba yang lebih
besar.
Masalah agensi yang muncul
dari konflik pihak-pihak tersebut
akan menimbulkan biaya yang
disebut dengan agency cost. Biaya
agensi ialah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan
manajemen
untuk
meyakinkan
bahwa
manajemen
bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian
kontraktual
perusahaan
dengan
kreditor dan pemegang saham
(Seftianne dan Handayani 2011).
Untuk meminimalkan biaya agensi
bisa dilakukan dengan
beberapa
cara
yaitu,
meningkatkan
kepemilikan
saham
oleh
manajemen, mengurangi free cash
flow yang dikuasai manajemen, dan
meningkatkan leverage perusahaan
(Tarjo 2005 dalam Joni dan Lina
2010).
ISSN: 1410 -9875
Struktur Aset dan Struktur Modal
Struktur aset menggambarkan
perbandingan antara aset tetap
terhadap keseluruhan aset yang
dimiliki perusahaan. Aset tetap
tersebut
memiliki
fungsi
lain
disamping fungsi utamanya untuk
mendukung operasi perusahaan,
yaitu dapat dijadikan sebagai
jaminan hutang. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Saleem et al.
(2013) menyatakan bahwa struktur
aset tidak
memiliki
pengaruh
terhadap struktur modal. Hasil yang
sama
juga
ditunjukkan
oleh
penelitian yang dilakukan oleh
Maftukhah (2013), Seftianne dan
Handayani (2011) dan Ridloah (2010)
dimana
struktur
aset
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Penelitian
lainnya
yang
dilakukan oleh Fauzi et al. (2013)
dan Finky et al. (2013) menunjukkan
hasil yang berbeda bahwa variabel
struktur aset memiliki pengaruh
terhadap struktur
modal. Hal
tersebut dikarenakan perusahaan
dengan struktur aset dimana porsi
aset tetapnya tinggi, lebih mudah
dalam
melakukan
pinjaman
terhadap pihak eksternal, karena
dinilai memiliki securable assets
(aset jaminan) yang lebih baik (Joni
dan Lina 2010).
Hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha1 Struktur aset berpengaruh
terhadap struktur modal.
Profitabilitas dan Struktur Modal
Profitabilitas
didefinisikan
sebagai kemampuan perusahaan
untuk
menghasilkan
laba
(Damayanti
2013).
Selain
itu
profitabilitas juga dapat digunakan
untuk mengukur nilai perusahaan,
Yohanes
karena
profitabilitas
dapat
mengevaluasi efisiensi penggunaan
bangunan, peralatan dan aset lancar
untuk menghasilkan laba (Saleem et
al. 2013). Penelitian mengenai
pengaruh profitabilitas terhadap
struktur modal yang dilakukan
Saleem et al. (2013), menyimpulkan
bahwa profitabilitas tidak memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Kesimpulan
tersebut
konsisten
dengan hasil penelitian Seftianne
dan
Handayani
(2011)
yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh profitabilitas terhadap
struktur modal.
Di sisi lain penelitian yang
dilakukan oleh Berzkalne (2013),
Damayanti (2013), Finky et al.
(2013) dan Sheikh dan Wang (2011)
menyimpulkan hasil berbeda dimana
profitabilitas berpengaruh terhadap
struktur modal. Adanya pengaruh
profitabilitas
terhadap
struktur
modal,
mengonfirmasi bahwa
perusahaan membiayai aktivitasnya
mengikuti pola yang digambarkan
oleh pecking order theory, yaitu
ketika
perusahaan
memiliki
profitabilitas tinggi akan cenderung
memilih
pembiayaan
internal
dibanding eksternal. Hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha2 Profitabilitas
berpengaruh
terhadap struktur modal.
Pertumbuhan Aset dan Struktur
Modal
Menurut Saleem et al. (2013),
pertumbuhan aset ialah persentase
perubahan
aset
perusahaan
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya. Perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi akan
memerlukan banyak dana untuk
membiayai
kegiatan
operasionalnya.
Sesuai
dengan
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
pecking order theory, jika semua
faktor diasumsikan tetap (cateris
paribus), untuk dapat mengimbangi
biaya
pertumbuhan
tersebut
alternatif utama yang akan diambil
perusahaan
adalah
dengan
menggunakan hutang (Joni dan Lina
2012). Penelitian Saleem et al.
(2013)
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan
aset
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal. Hasil penelitian Indriani dan
Widyarti (2013) dan
Berkzalne
(2013) juga menunjukkan tidak
adanya pengaruh pertumbuhan aset
terhadap struktur modal.
Penelitian
lainnya
yang
dilakukan oleh Maftukhah (2013)
memberikan
kesimpulan
yang
berbeda dimana pertumbuhan aset
berpengaruh
terhadap
struktur
modal. Selain itu penelitian Setiana
(2012) dan Joni dan Lina (2010) juga
memberikan hasil serupa bahwa
pertumbuhan
aset
berpengaruh
terhadap struktur modal. Hipotesis
yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha3
Pertumbuhan
aset
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Ukuran Perusahaan dan Struktur
Modal
Ukuran perusahaan merupakan
suatu indikator yang menunjukkan
kekuatan finansial perusahaan (Joni
dan Lina 2010). Penelitian Saleem et
al. (2013) yang menggunakan log of
sales
sebagai
proksi
ukuran
perusahaan, menemukan adanya
pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap struktur modal. Hasil
penelitian
tersebut
konsisten
dengan penelitian Damayanti (2013)
dan Sheikh dan Wang (2011) yang
138
November 2014
juga menunjukkan hasil serupa,
bahwa terdapat pengaruh ukuran
perusahaan terhadap
struktur
modal. Perusahaan besar memiliki
kemampuan untuk mendiversifikasi
risiko sehingga dapat memenuhi
kewajiban kontraktualnya tepat
waktu dimana hal
itu akan
memancing
kreditor
untuk
memberikan pinjaman, selain itu
perusahaan
akan
mendapatkan
manfaat pajak yang didapat dari
penggunaan hutang (Sheikh dan
Wang 2011).
Penelitian lainnya dilakukan
oleh Qayyum (2013) dan Joni dan
Lina
(2010)
menghasilkan
kesimpulan yang berbeda, bahwa
ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha4
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Tingkat Likuiditas dan Struktur
Modal
Likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk mengkonversi
asetnya
menjadi
kas
atau
kemampuan untuk mendapatkan kas
untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (Subramanyam dan Wild
2009, 528). Penelitian sebelumnya
banyak dilakukan untuk mengetahui
pengaruh tingkat likuiditas terhadap
struktur modal, tetapi hasilnya
berbeda-beda. Sheikh dan Wang
(2011) memberi kesimpulan pada
penelitiannya
bahwa,
terdapat
pengaruh tingkat likuiditas terhadap
struktur modal. Hal tersebut sesuai
dengan pecking order theory yang
menyatakan
bahwa
perusahaan
lebih memilih menggunakan dana
ISSN: 1410 -9875
internalnya ketika dana internal
tersebut
mencukupi.
Hasil
penelitian Finky et al. (2013)
menunjukkan hal serupa, yaitu
terdapat
pengaruh
likuiditas
terhadap struktur modal.
Indriani dan Widyarti (2013)
menemukan hasil yang berbeda,
yaitu likuiditas tidak berpengaruh
terhadap struktur modal. Hasil
tersebut
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan Seftianne
dan Handayani (2011) dimana tidak
ditemukan adanya pengaruh antara
tingkat likuiditas terhadap struktur
modal. Hipotesis yang diajukan
adalah
sebagai
berikut:
Ha5 Tingkat likuiditas berpengaruh
terhadap struktur modal.
Kepemilikan Manajerial dan
Struktur Modal
Kepemilikian
manajerial
adalah jumlah pemegang saham dari
pihak manajemen yang secara aktif
ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan
(Seftianne
dan
Handayani 2011). Hasil penelitian
Fauzi et al. (2013) menunjukkan
pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap struktur modal. Hasil yang
sama ditunjukkan oleh penelitian
Maftukhah (2013) dan Wimelda dan
Marlinah (2013) yang menyatakan
bahwa
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
struktur
modal. Kesimpulan tersebut didasari
dengan
adanya
kepemilikan
manajerial, manajer akan lebih
berhati-hati dalam memutuskan
untuk menggunakan hutang karena
sebagai
bagian
dari
pemilik
perusahaan, manajer akan ikut
menanggung biaya modal yang
Yohanes
ditanggung
perusahaan
akibat
penggunaan hutang.
Hasil
yang
berbeda
ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan Seftianne dan Handayani
(2011), yang menemukan bahwa
kepemilikan
manajerial
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
struktur modal. Hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha6 Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Risiko Bisnis dan Struktur Modal
Risiko bisnis adalah risiko
perusahaan saat tidak mampu
memenuhi biaya operasinya (Gitman
dan Zutter 2011, 527). Penelitian
Wimelda dan Marlinah (2013)
memberikan kesimpulan
bahwa
risiko bisnis memiliki pengaruh
terhadap struktur modal. Hasil
penelitian
tersebut
konsisten
dengan penelitian Alzomaia (2014),
yang juga menemukan bahwa risiko
bisnis
berpengaruh
terhadap
struktur modal. Hal ini disebabkan
adanya
anggapan
perusahaan
dengan risiko bisnis yang tinggi akan
memberikan pengembalian yang
tinggi, sehingga akan memancing
investor untuk memberikan kredit.
Di sisi lain perusahaan yang memiliki
risiko bisnis yang tinggi seharusnya
menggunakan sedikit hutang untuk
meminimalisir risiko bisnisnya.
Penelitian Seftianne dan
Handayani (2011) dan Joni dan Lina
(2010) menunjukkan hasil yang
berbeda, dimana tidak ditemukan
pengaruh risiko
bisnis terhadap
struktur modal. Hipotesis
yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha7 Risiko
bisnis
berpengaruh
terhadap struktur modal.
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Non-Debt Tax Shield dan Struktur
Modal
Item
selain
bunga
yang
berkontribusi untuk
mengurangi
pembayaran pajak disebut dengan
non-debt tax shield (Umer 2014).
Hasil
penelitian
Umer
(2014)
mengindikasikan bahwa terdapat
pengaruh non-debt tax shield
terhadap struktur modal. Hasil yang
serupa ditunjukkan oleh penelitian
Liem et al. (2013) dimana non-debt
tax
shield
memiliki
pengaruh
terhadap struktur modal. Hal
tersebut dikarenakan depresiasi
akan mensubsitusi manfaat pajak
yang berasal dari penggunaan
hutang, sehingga perusahaan yang
memiliki non-debt tax shield yang
besar akan cenderung menggunakan
sedikit hutang.
Hasil berbeda ditunjukkan oleh
penelitian Fauzi et al. (2013) dan
Murhadi (2011) dimana non-debt tax
November 2014
shield tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal. Hipotesis
yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha8
Non-debt
tax
shield
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
seluruh
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Teknik pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode purposive sampling,
yaitu metode pengambilan sampel
dengan
menggunakan
kriteriakriteria tertentu. Pemilihan sampel
ditentukan
berdasarkan
kriteria
yang dicantumkan pada tabel
berikut:
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
No
Keterangan
1 Perusahaan non keuangan yang
konsisten
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1
Januari 2011 sampai 31 Desember 2013
2 Perusahaan non
keuangan
yang
tidak
menerbitkan laporan keuangan per 31
Desember
3 Perusahaan
non keuangan
yang
tidak
menerbitkan laporan keuangan dalam mata
uang rupiah (Rp)
4 Perusahaan
non keuangan
yang
tidak
memperoleh laba bersih konsisten selama
tahun 2011 sampai 2013
5 Perusahaan non keuangan yang melakukan
share split selama tahun 2011 sampai 2013
6 Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki
kelengkapan data closing price saham bulanan
140
Total
Total
Perusahaan Data
346
1038
(6)
(18)
(65)
(195)
(79)
(237)
(30)
(90)
(6)
(18)
ISSN: 1410 -9875
Yohanes
tahun 2011 sampai 2013 yang tersedia di
www.idx.co.id
Total data sebelum outlier
160
Data outlier
Total data setelah outlier yang digunakan dalam penelitian
480
(43)
437
Sumber: Hasil pengumpulan data
Struktur Modal
Menurut Saleem et al. (2013),
struktur modal dapat diukur dengan
menggunakan
leverage
ratio.
Leverage ratio yang digunakan
adalah perbandingan antara total
hutang dan total aset, perbandingan
tersebut
bertujuan
untuk
mengetahui seberapa besar aset
perusahaan yang dibiayai oleh
hutang. Skala yang digunakan dalam
variabel ini adalah skala rasio.
Struktur modal akan diwakilkan
dengan notasi SM dan dapat
dijabarkan dengan rumus:
SM =
����� �����
����� ������
Struktur Aset
Saleem
et
al.
(2013)
menggunakan
istilah
Asset
Tangibility,
yang berarti aset
perusahaan yang memiliki wujud
fisik. Struktur aset akan mengukur
perbandingan antara aset tetap
dengan total aset perusahaan.
Variabel ini menggunakan skala
rasio dan diwakili oleh notasi SA,
dengan rumus sebagai berikut:
SA =
����� ����� ����� ������
����� ������
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dalam suatu
periode tertentu (Seftianne dan
Handayani
2011).
Skala
yang
digunakan dalam variabel ini adalah
skala rasio. Menurut Saleem et al.
(2013) profitabilitas dapat diukur
dengan Return on Assets (ROA),
dengan rumus sebagai berikut:
ROA =
��� ������
����� ������
Pertumbuhan Aset
Pertumbuhan
aset
adalah
persentase
perubahan
aset
perusahaan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya (Saleem et al.
2013). Variabel ini diukur dengan
skala rasio. Pertumbuhan aset
diwakili notasi PA, diukur dengan
perubahan
(baik
peningkatan
maupun penurunan) total asset yang
dimiliki perusahaan dengan rumus:
PA =
��� – �����
�����
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan
cerminan
besar
kecilnya
perusahaan. Menurut Saleem et al.
(2013) ukuran perusahaan dapat
diukur dengan logaritma dari total
penjualan. Skala yang digunakan
dalam variabel ini adalah
skala
rasio. Ukuran perusahaan akan
diberikan notasi SIZE, dengan rumus
sebagai berikut:
SIZE = Log of Sales
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Tingkat Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya
dengan aset lancarnya. Menurut
Sheikh dan Wang (2011) tingkat
likuiditas diukur dengan melihat
perbandingan antara aset lancar
terhadap liabilitas lancar. Variabel
ini diukur dengan skala rasio dan
diwakili oleh notasi CR, dengan
rumus:
CR =
������� ������
������� �����������
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikian
manajerial
adalah jumlah pemegang saham dari
pihak manajemen yang secara aktif
ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan
(Seftianne
dan
Handayani 2011). Pihak manajemen
yang dimaksud adalah komisaris dan
direksi
(Indahningrum
dan
Handayani
2009).
Kepemilikan
manajerial menggunakan skala rasio
dan diwakili oleh notasi KM. Menurut
Fauzi et al. (2013) kepemilikan
manajerial dapat diukur dengan
persentase kepemilikan modal orang
dalam (insiders) perusahaan, atau
secara matematis dapat dijabarkan
dengan rumus:
KM =
������ ����� ����������
menilai tingkat ketidakpastian suatu
perusahaan ialah dengan melihat
fluktuasi
tingkat
pengembalian
investasi yang mereka tanamkan.
Menurut Wimelda dan Marlinah
(2013) risiko bisnis dapat diukur
dengan menggunakan
standar
deviasi return saham secara bulanan
selama satu tahun. Skala yang
digunakan adalah skala rasio dengan
rumus sebagai berikut:
RISK = STD Return Saham
Rumus untuk return saham:
Return =
��,� ���,���
��,���
Keterangan:
Pi,t Closing Price bulanan
bulan t
Pi,t-1 Closing Price bulanan
bulan t-1
STD Standar Deviasi
pada
pada
Non-debt Tax Shield
Non-debt tax shield adalah
manfaat pajak yang diperoleh dari
kegiatan selain penggunaan hutang.
Menurut Umer (2014) non-debt tax
shield
dapat
diukur
dengan
perbandingan antara depreciation
dengan total assets. Skala yang
digunakan dalam variabel ini ialah
skala rasio yang dapat dijabarkan
dengan rumus:
������ ����� ���� �������
Risiko Bisnis
Risiko
bisnis
merupakan
ketidakpastian yang dihadapi oleh
perusahaan
dalam
menjalani
usahanya
(Saidi
2004
dalam
Seftianne dan Handayani 2011).
Salah satu cara bagi investor untuk
142
November 2014
NDTS =
������������ ��������
����� ������
Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah metode
regresi berganda. Model regresi
yang diuji adalah sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Yohanes
ROA
PA
SIZE
CR
KM
RISK
NDTS
ε
SM = α + β1 SA + β 2 ROA + β 3 PA + β
4 SIZE + β 5 CR + β 6 KM + β 7 RISK
+ β 8 NDTS + ε
Keterangan:
SM
Struktur Modal
α
Konstanta
β 1‐ β 8
Koefisien regresi
SA
Struktur Aset
Profitabilitas
Pertumbuhan Aset
Ukuran Perusahaan
Tingkat Likuiditas
Kepemilikan Manajerial
Risiko Bisnis
Non-debt Tax Shield
Besarnya nilai residual
HASIL PENELITIAN
Hasil pengolahan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Statistik Deskriptif
SM
SA
ROA
PA
SIZE
CR
KM
RISK
NDTS
N
437
437
437
437
437
437
437
437
437
Sumber: Output data SPSS 19
1
Model
(Constant)
Struktur Aset
Profitabilitas
Pertumbuhan Aset
Ukuran Perusahaan
Tingkat Likuiditas
Kepemilikan
Manajerial
Risiko Bisnis
Non-Debt Tax Shield
Minimum
0,07068
0,00226
0,00092
-0,71973
10,14388
0,24050
0,00000
0,00000
0,00011
Maximum
0,88090
1,43530
0,28635
3,61113
13,76142
11,74282
0,15535
0,56058
0,08269
Mean
0,44739
0,45794
0,07141
0,21428
12,10310
2,22138
0,01052
0,13328
0,02517
Std.
Deviation
0,18406
0,32392
0,05506
0,31031
0,73116
1,65282
0,02673
0,08494
0,01832
Tabel 3
Hasil Uji t
B
0,119
0,115
0,982
0,046
0,063
0,048
0,173
0,017
0,900
t
-0,937
Sig. Keterangan
0,349
-3,891
0,000
-7,051
0,000
Ha1 diterima
2,110
6,152
10,612
0,671
-0,208
1,716
Ha2 diterima
0,035 Ha3 diterima
0,000 Ha4 diterima
0,000
Ha5 diterima
0,503 Ha6 tidak
diterima
0,835 Ha7 tidak
diterima
0.087 Ha8 tidak diterima
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Sumber: Output data SPSS 19
R = 0,653; Adjusted R2 = 0,416; F = 39,767; sig = 0,000
Tabel 3 menunjukkan
bahwa
variabel struktur aset memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000 dimana
nilainya lebih kecil dari 0,05, yang
berarti variabel
struktur
aset
memiliki
pengaruh
terhadap
variabel struktur modal. Oleh
karena itu hipotesis pertama (Ha1)
dapat diterima. Variabel struktur
aset memiliki nilai koefisien -0,115,
artinya variabel struktur aset
memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar struktur aset
yang dimiliki perusahaan maka
semakin kecil struktur modalnya,
begitu
pula
sebaliknya.
Hasil
tersebut didukung oleh pecking
order theory, dimana perusahaan
dengan struktur aset yang besar
biasanya
memiliki
informasi
asimetris yang rendah, sehingga
terdapat
kecenderungan
untuk
menerbitkan saham karena biayanya
lebih murah. Selain itu menurut
agency theory, hutang juga dapat
digunakan sebagai alat pengendali
bagi manajer agar mereka tidak
melakukan
tindakan
oportunis
dalam
menggunakan
aset
perusahaan.
Dengan
demikian
perusahaan dengan struktur aset
yang
kecil
cenderung
akan
menggunakan hutang lebih banyak.
Variabel profitabilitas memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05, yang berarti
variabel
profitabilitas
memiliki
pengaruh terhadap variabel struktur
modal. Oleh karena itu hipotesis
kedua (Ha2) dapat diterima. Variabel
profitabilitas
memiliki
nilai
koefisien -0,982, yang berarti
144
variabel
profitabilitas
memiliki
pengaruh negatif terhadap variabel
struktur modal. Hal ini menunjukkan
semakin
besar
profitabilitas
perusahaan semakin kecil struktur
modalnya, begitupun sebaliknya.
Hasil tersebut sesuai dengan pecking
order theory yang mengasumsikan
bahwa perusahaan akan memilih
menggunakan
pendanaan
internalnya
terlebih
dahulu,
dibanding menggunakan pendanaan
eksternal. Salah
satu sumber
pendanaan internal tersebut ialah
dengan menggunakan laba ditahan.
Oleh karena itu perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang
tinggi, cenderung memiliki struktur
modal yang lebih kecil.
Variabel pertumbuhan aset
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,035 yang lebih kecil dari 0,05,
yang berarti variabel pertumbuhan
aset memiliki pengaruh terhadap
struktur modal. Oleh karena itu
hipotesis
ketiga
(Ha3)
dapat
diterima. Variabel pertumbuhan
aset memiliki nilai koefisien 0,046,
yang berarti variabel pertumbuhan
aset memiliki pengaruh positif
terhadap struktur modal. Artinya
semakin besar pertumbuhan aset
perusahaan maka semakin besar
struktur
modalnya,
begitupun
sebaliknya.
Perusahaan
dengan
pertumbuhan aset yang besar, akan
membutuhkan dana yang besar.
Sesuai dengan pecking order theory,
apabila semua faktor diasumsikan
tetap (cateris paribus), untuk dapat
mengimbangi biaya pertumbuhan
tersebut alternatif utama yang akan
ISSN: 1410 -9875
diambil perusahaan adalah dengan
menggunakan hutang.
Variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 0,05,
yang berarti variabel profitabilitas
memiliki
pengaruh
terhadap
variabel struktur modal. Oleh
karena itu hipotesis keempat (Ha4)
dapat diterima. Variabel ukuran
perusahaan memiliki nilai koefisien
sebesar 0,063 yang berarti variabel
profitabilitas memiliki pengaruh
positif terhadap variabel struktur
modal. Artinya semakin besar
ukuran perusahaan maka semakin
besar struktur modalnya, begitupun
sebaliknya.
Perusahaan
besar
memiliki
kemampuan
untuk
mendiversifikasi risiko
sehingga
dapat
memenuhi
kewajiban
kontraktualnya tepat waktu, dimana
hal itu akan memancing kreditor
untuk memberikan pinjaman, selain
itu perusahaan akan mendapatkan
manfaat pajak yang didapat dari
penggunaan
hutang.
Dengan
demikian perusahaan besar akan
cenderung menggunakan hutang
yang lebih banyak.
Variabel
tingkat
likuiditas
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 0,05,
yang berarti variabel profitabilitas
memiliki pengaruh negatif terhadap
variabel struktur modal. Oleh
karena itu hipotesis kelima (Ha5)
dapat diterima. Variabel tingkat
likuiditas memiliki nilai koefisien
sebesar -0,048, artinya variabel
profitabilitas memiliki pengaruh
negatif terhadap variabel struktur
modal. Hal ini berarti semakin besar
tingkat likuiditas perusahaan maka
semakin kecil struktur modalnya,
begitupun sebaliknya. Perusahaan
dengan tingkat likuiditas tinggi
Yohanes
menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki dana yang cukup yang
dapat digunakan untuk membiayai
aktivitas
perusahaan,
sehingga
penggunaan hutang dalam struktur
modal akan sedikit.
Variabel
kepemilikan
manajerial
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,503 yang lebih
besar dari 0,05, yang
berarti
variabel kepemilikan manajerial
tidak memiliki pengaruh terhadap
struktur modal, sehingga hipotesis
keenam (Ha6) tidak dapat diterima.
Hal ini dimungkinkan karena ratarata kepemilikan manajerial hanya
sekitar 1.805%, sehingga persentase
kepemilikan
manajerial
dalam
perusahaan masih sangat rendah
apabila
dibandingkan
dengan
kelompok pemegang saham lainnya.
Oleh karena itu keputusan struktur
modal perusahaan tidak tergantung
kepada kepemilikan manajerial.
Variabel risiko bisnis memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,835 yang
lebih besar dari 0,05, artinya
variabel risiko bisnis tidak memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Oleh karena itu hipotesis ketujuh
(Ha7) tidak dapat diterima. Hal
tersebut
dimungkinkan
karena
perusahaan dengan
risiko
yang
tinggi seharusnya meminimalkan
penggunaan
hutang
untuk
meminimalisir risikonya. Di sisi lain
perusahaan dengan
risiko
yang
tinggi akan mendorong investor risk
seeker untuk memberikan dana
karena adanya anggapan high risk,
high return, sehingga perusahaan
dengan
risiko
yang
tinggi
kemungkinan akan menggunakan
hutang lebih banyak. Oleh sebab itu
tingkat risiko bisnis tidak bisa
menjadi tolak ukur yang pasti dalam
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
penentuan
perusahaan.
struktur
pendanaan
Variabel non-debt tax shield
memiliki nilai signifikansi sebesar
0.087 yang lebih besar dari 0,05,
yang berarti variabel non-debt tax
shield tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal, sehingga
hipotesis pertama (Ha8) tidak dapat
diterima.
Hal
tersebut
dimungkinkan karena adanya aturan
perpajakan yang ketat mengenai
metode
penyusutan
yang
diperbolehkan dalam perhitungan
pajak, sehingga perusahaan yang
meskipun mendapatkan manfaat
pajak selain dari penggunaan hutang
akan tetap menggunakan hutang
agar memperoleh manfaat pajak
maksimum.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa struktur aset,
profitabilitas, pertumbuhan aset,
ukuran perusahaan dan tingkat
likuiditas berpengaruh terhadap
struktur
modal.
Kepemilikan
manajerial, risiko bisnis, dan nondebt tax shield tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
November 2014
Penelitian
ini
memiliki
beberapa
keterbatasan
yaitu
periode penelitian relatif pendek
karena
data
penelitian
yang
digunakan hanya selama tiga tahun,
yaitu dari tahun 2011 sampai dengan
2013. Variabel independen yang
diteliti hanya terbatas pada struktur
aset, profitabilitas, pertumbuhan
aset, ukuran perusahaan, tingkat
likuiditas, kepemilikan manajerial,
risiko bisnis dan non-debt tax shield,
sedangkan masih banyak faktorfaktor
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
struktur
modal.
Terdapat 2 variabel yang memiliki
masalah heterokedastisitas yaitu
profitabilitas
dan
pertumbuhan
aset.
Rekomendasi yang dapat
diberikan penulis bagi penelitian
selanjutnya
adalah
periode
penelitian ditambah agar sampel
menjadi lebih banyak sehingga
memberikan hasil penelitian yang
lebih
akurat,.
Melakukan
penambahan variabel lainnya yang
diharapkan
memiliki
pengaruh
terhadap struktur modal seperti
dividen, umur perusahaan, free cash
flow.
Penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
mengatasi
masalah heterokedastisitas yang
terjadi.
REFERENSI:
Adhegaonkar, Vikas dan R. M. Indi. 2012. Determinants of capital structure: A
Case of Indian chemical industry. International Journal of Marketing and
Technology, Vol. 2, No. 10, Oktober 2012, hlm. 130-136.
Alzomaia, Turki SF. Capital Structure Determinants of Publicly Listed
Companies in Saudi Arabia. The International Journal of Business and
Finance Research, Vol. 8, No. 2, 2014, hlm. 53-67.
146
ISSN: 1410 -9875
Yohanes
Berzkalne, Irina. 2013. Determinants of Capital Structure: Evidence from the
Baltic Countries. The Journal of American Academy of Business,
Cambridge, Vol. 19, No. 1, September 2013, hlm. 173-180.
Damayanti. 2013. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang
Bertumbuh dan Profitablitas Terhadap Struktur Modal. Jurnal Perspektif
Bisnis, Vol.1, No.1, Juni 2013, hlm. 17-32.
Fauzi, Fitriya, Abdul Basyith dan Muhammad Idris. 2013. The Determinants of
Capital Structure: An Empirical Study of New Zealand-Listed Firms. Asian
Journal of Finance & Accounting, Vol. 5, No. 2, 2013.
Finky, Uung Victoria, Liliana Inggrit Wijaya dan Endang Ernawati. 2013. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Property dan Real
Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Vol. 2, No. 2, 2013.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Gitman, J. Lawrence dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance: Global Edition 13th edition. Pearson Higher Ed USA.
Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Determinan
Kebijakan Hutang (dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory).
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 1, No. 1, Mei 2012,
hlm. 11 – 24.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan,
Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009, hlm. 189-207.
Indriani, Astiwi dan Endang Tri Widyarti. Penentu-Penentu Struktur Modal
Perusahaan yang Sahamnya Masuk Jakarta Islamic Index. Jurnal Dinamika
Manajemen, Vol. 4, No. 1, 2013, hlm. 59-68
Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.2, Agustus 2010, hlm. 81-96.
Liem, Jemmi Halim., Werner R. Murhadi, dan Bertha Silvia Sutejo. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Consumer Goods
yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Vol. 2, No. 1, 2013, hlm. 1-11.
Maftukhah, Ida. 2013. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan
Kinerja Keuangan Sebagai Penentu Struktur Modal Perusahaan. Jurnal
Dinamika Manajemen, Vol. 4, No. 1, 2013, hlm. 69-81.
Murhadi, Ria Werner. 2011. Determinan Struktur Modal: Studi di Asia Tenggara.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 13, No. 2, September 2011,
hlm. 91-98.
Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik.
Jakarta: Mediakom.
Qayyum, Sobia. 2013. Determinants of capital structure: An empirical study of
Cement industry of Pakistan. Interdiciplinary Journal of Contemporary
Research in Business, Vol. 4, No. 11, Maret 2013, hlm. 784-795.
Ridloah, Siti. 2010. Faktor Penentu Struktur Modal: Studi Empirik Pada
Perusahaan Multifinansial. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 2,
2010, hlm. 144-153.
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Saleem, Faiza., Bisma Rafique, Qaiser Mehmood, Muhammad Irfan, Rabia
Saleem, Sidra Tariq, dan Ghazala Akram. 2013. The Determination of
Capital Structure of Oil and Gas Firms Listed on Karachi Stock Exchange in
Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business,
Vol. 4, No.9, Januari 2013, hlm. 225-235.
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Sebayang, Minda Muliana dan Pasca Dwi Putra. 2013. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2007).
Jurnal Bina Akuntansi IBBI, Vol. 19, No.2, Juni 2013.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, April 2011, hlm. 39-56.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business: A SkillBuilding Approach, 6th edition. WILEY.
Setiana, Esa. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Keuangan dan Bisnis, Vol. 4, No. 3, November 2012, hlm. 194-204.
Sheikh, Nadeem Ahmed dan Zongjun Wang. 2011. Determinants of capital
Structure an Empirical Study of Firms in Manufacturing Industry of
Pakistan. Managerial Finance, Vol. 37, No. 2, 2011, hlm. 117-133.
Subramanyam K.R. dan John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis 10th
edition. McGraw-Hill Higher Education.
Umer, Usman Muhammed. 2014. Determinants of capital Structure: Empirical
Evidence from Large Taxpayer Share Companies in Ethiopia. International
Journal of Economics and Finance, Vol. 6, No. 1, 2014, hlm. 53-65.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, dan Donald E. Kieso. 2013. Financial
Accounting IFRS Edition: 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Wimelda, Linda dan Aan Marlinah. 2013. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media
Bisnis, Edisi Khusus November, hlm. 200-213.
148
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 5, November 2014, Hlm. 149-162
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA
PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
M. EDDY ROSYADI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to analyze and examine empirically
the factors that influence income smoothing. Factors tested in this research
are profitability, financial leverage, dividend payout ratio, firm size,
industrial type, and firm value. Population in this research is non financial
companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2006 until 2012. Samples
are obtained through purposive sampling method, in which only 54 of the non
financial companies listed in Indonesia Stock Exchange meet the sampling
criteria and are taken as the samples. Observation period are three years
from 2009 until 2011 and sample were classified to be smoother and non
smoother using Eckel Index (1981) from 2006 until 2011. Analysis data used
this research is binary logistic regression. Based on hypothesis testing,
profitability, financial leverage, dividend payout ratio, firm size, industrial
type, and firm value do not influence income smoothing in non financial
companies listed in Indonesia Stock Exchange.
Keywords:
Income Smoothing, Profitability, Financial Leverage, Dividend
Payout Ratio, Firm Size, Industrial Type, and Firm Value.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji
secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Faktorfaktor yang diuji dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, rasio
pembayaran dividen, ukuran perusahaan, jenis industri, dan nilai perusahaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan keuangan non terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Sampel diperoleh
melalui metode purposive sampling, di mana hanya 54 perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memenuhi kriteria sampling
dan diambil sebagai sampel. Periode pengamatan tiga tahun dari 2009 sampai
2011 dan sampel diklasifikasikan menjadi smoother dan non smoother
menggunakan Eckel Index (1981) dari tahun 2006 hingga 2011. Data analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik biner.
Berdasarkan pengujian hipotesis, profitabilitas, leverage, rasio pembayaran
dividen, ukuran perusahaan, jenis industri, dan nilai perusahaan tidak
mempengaruhi perataan laba pada perusahaan non keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Kata kunci: Perataan Laba, Profitabilitas, Leverage, Rasio
Dividen, Ukuran Perusahan, Jenis Industri,
Perusahaan.
PENDAHULUAN
Laporan
keuangan
merupakan
ringkasan
proses
akuntansi selama satu periode yang
berguna sebagai sumber informasi
yang penting bagi pihak internal
dan eksternal perusahaan sebagai
dasar pengambilan keputusan para
pengguna
laporan
keuangan
tersebut. Salah satu informasi yang
sangat penting untuk pengambilan
keputusan adalah laba. Pentingnya
informasi
laba
disadari
oleh
manajemen sehingga manajemen
cenderung melakukan disfunctional
behaviour
(perilaku
tidak
semestinya) yang dipengaruhi oleh
adanya asimetri informasi dalam
konsep teori keagenan.
Penciptaan aliran laba yang
stabil dari tahun ketahun yang
dilakukan
manajer
akan
mempengaruhi penilaian kinerja
manajer dalam mencapai sasaran
laba
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya dari pihak manajemen
perusahaan. Namun dengan adanya
rekayasa dalam laporan keuangan
ini menyebabkan kualitas informasi
keuangan berkurang dan dapat
menyesatkan para pemakai laporan
keuangan. Pihak manajemen pun
akan mengalami risiko kerugian
apabila para investor mengetahui
tindakan
manipulasi
informasi
keuangan yang mereka sajikan.
Penelitian ini merupakan
pengembangan
dari
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Tseng dan Lai (2007). Adapun
pengembangan dalam penelitian ini
yaitu menambahkan dua variabel
150
November 2014
Pembayaran
dan
Nilai
independen, yaitu variabel jenis
industri
dan
variabel
nilai
perusahaan.
Penelitian
ini
menggunakan periode
penelitian
dari tahun 2009 sampai
dengan
tahun 2011.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan
konsep yang membahas tentang
hubungan
antara
pemilik
perusahaan
dengan
manajemen
perusahaan
yang
menjalankan
perusahaan. Pemilik perusahaan
disebut dengan pihak prinsipal,
sedangkan
pihak
menajemen
perusahaan disebut dengan pihak
agent. Dalam teori keagenan baik
principal maupun agent memiliki
kepentingan sendiri yang akhirnya
menimbulkan
konflik
diantara
kedua pihak (agency problem).
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan
intervensi manajemen dalam proses
menyusun
pelaporan
keuangan
eksternal.
Dengan
demikian,
manajemen dapat menaikkan atau
menurunkan laba akuntansi sesuai
dengan kepentingannya.
Perataan Laba (Income Smoothing)
Perataan
laba
yang
dilaporkan
dapat
didefinisikan
sebagai pengurangan atau fluktuasi
yang disengaja terhadap beberapa
tingkatan laba yang saat ini
dianggap normal oleh perusahaan.
Dengan pengertian ini, perataan
ISSN: 1410 -9875
mencerminkan suatu usaha dari
manajemen
perusahaan
untuk
menurunkan variasi yang abnormal
dalam laba sejauh yang diizinkan
oleh prinsip-prinsip akuntansi dan
manajemen yang baik.
Profitabilitas
Profitabilitas
didefinisikan
sebagai
rasio
pengukuran
efektivitas manajemen berdasarkan
laba yang dilaporkan. Profitabilitas
merupakan
komponen
laporan
keuangan
perusahaan
yang
bertujuan
menilai
kinerja
manajemen.
Financial leverage
Financial
leverage
merupakan tingkat hutang yang
dimiliki
perusahaan
yang
mengindikasikan risiko keuangan
dalam
perusahaan
sekaligus
menunjukan posisi hutang dari
perusahaan yang mengindikasikan
jumlah uang dari pihak lain yang
digunakan
untuk
menghasilkan
keuntungan.
Dividend Payout Ratio
Dividend
Payout
Ratio
mengindikasikan persentase setiap
satuan
mata
uang
yang
didistribusikan perusahaan kepada
owner dalam bentuk kas. Dengan
demikian dapat dikatakan dividen
merupakan faktor yang penting
dalam menilai kinerja manajemen.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah
suatu
skala,
yaitu
dapat
diklasifikasikan
besar
kecilnya
perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain total aktiva, log size,
nilai pasar saham, dan lain-lain.
M. Eddy Rosyadi
Jenis Industri
Perusahaan
publik
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dapat dikategorikan ke dalam tiga
kelompok besar yaitu: perusahaan
manufaktur,
perusahaan
non
manufaktur selain usaha bank dan
lembaga keuangan lainnya, dan
kelompok usaha bank dan lembaga
keuangan.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan
ukuran kinerja perusahaan paling
menyeluruh karena mencerminkan
penagruh gabungan dari rasio hasil
pengembalian dan risiko.
Profitabilitas dan Perataan Laba
Carlson dan Bathala (1997)
dalam Aji dan Mitha (2010) semakin
tinggi tingkat profitabilitas akan
mengakibatkan
semakin
tinggi
harapan
dari
regulator
dan
masyarakat
kepada
perusahaan
tersebut
untuk
memberikan
kompensasi kepada mereka berupa
pembayaran pajak kepada regulator
dan
program
sosial
kepada
masyarakat.
Penelitian
yang
dilakukan oleh menunjukan Tseng
dan Lai (2007) bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perataan laba. Hal serupa
ditemukan dari penelitian yang
dilakukan oleh Saeidi (2012) bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh
terhadap perataan laba.
Ha1
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan
perataan laba.
Financial leverage dan Perataan
Laba
Semakin besar tingkat utang
perusahaan maka semakin
besar
pula risiko yang dihadapi investor
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
sehingga investor akan meminta
tingkat keuntungan yang semakin
tinggi. Akibat kondisi tersebut
perusahaan
cenderung
untuk
melakukan praktik perataan laba
(Christiana 2012).Penelitian yang
dilakukan
Cahyani
menemukan
bahwa adanya pengaruh financial
leverage terhadap perataan laba.
Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan Widaryanti (2009) yang
tidak
berhasil
menemukan
pengaruh yang signifikan financial
leverage terhadap perataan laba.
Ha2
Financial
Leverage
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba.
Dividend
Payout
Ratio
dan
Perataan Laba
Sartono
dalam
Budiasih
(2009), menyatakan bahwa semakin
besar
Dividend
Payout
Ratio
menggambarkan semakin
banyak
laba
yang
dihasilkan
oleh
perusahaan, begitu pula sebaliknya.
Selain itu investor lebih menyukai
perusahaan
yang
memberikan
dividen yang besar. Oleh karena,
semakin besar Dividen Payout Ratio
semakin
manajer
termotivasi
melakukan perataan laba. Hasil
Penelitian yang dilakukan Tseng
dan Lai (2007) dan Kustono (2009)
menemukan bahwa Dividend Payout
Ratio tidak memiliki pengaruh
terhadap perataan laba. Namun hal
yang sebaliknya ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan oleh
Budiasih (2009) bahwa Dividend
Payout Ratio berpengaruh terhadap
perataan laba.
Ha3
Dividend
Payout
Ratio
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba.
152
November 2014
Ukuran perusahaan dan Perataan
Laba
Penelitian oleh Rahmawati
dan Muid (2012) menunjukkan
ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
tindakan
perataan
laba,yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi
ukuran perusahaan maka akan
semakin
tinggi
perusahaan
melakukan tindakan perataan laba
yang bersifat efisien.
Hasil
penelitian
Widaryanti
(2009)
menunjukkan tidak ada pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
praktik perataan laba. Konsisten
dengan
penelitian
Widaryanti
(2009), Chrisitiana (2012) juga tidak
berhasil
membuktikan
variabel
ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
Ha4
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba.
Jenis Industri dan Perataan Laba
Penelitian yang dilakukan
Herni
dan
Susanto
(2008)
menunjukan bahwa jenis industri
berpengaruh signifikan terhadap
perataan laba. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Cahyani (2012) dan Suwito dan
Herawaty (2005)
menunjukan
bahwa jenis industri tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
perataan laba.
Ha5
Jenis industri berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan
perataan laba.
Nilai Perusahaan dan Perataan
Laba
Penelitian yang
dilakukan
oleh Cahyani (2012) dan Irianita
(2013) menunjukan bahwa nilai
ISSN: 1410 -9875
perusahaan
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap perataan laba.
perusahaan yang memiliki nilai
pasar yang tinggi akan cenderung
melakukan perataan laba, karena
perusahaan
akan
cenderung
menjaga konsistensi labanya agar
nilai pasar perusahaan tetap tinggi
sehingga lebih menarik arus sumber
daya ke dalam perusahaannya. Hal
ini yang menandakan
bahwa
semakin tinggi nilai perusahaan
akan semakin perusahaan akan
cenderung melakukan
perataan
laba.
Ha6
Nilai
perusahaan
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba.
M. Eddy Rosyadi
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Perataan Laba
Perataan laba adalah tehnik
rekayasa pelaporan laba agar laba
tampak stabil. Perataan laba dalam
penelitian ini diukur dengan
menggunakan indeks Eckel. Indeks
Eckel dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Indeks Eckel =
�� ��
�� ��
Dimana:
ΔI : Perubahan laba dalam suatu
periode
ΔS : Perubahan penjualan dalam
suatu periode
CV: Koefisien variasi dari variabel
yaitu standar deviasi dibagi
dengan nilaiyang diharapkan
Gambar 1 Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Populasi
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Adapun
kriteria- kriteria yang digunakan
adalah perusahaan non keuangan
yang secara konsisten terdaftar di
Indonesian Stock Exchange selama
periode 2006 sampai dengan 2012,
laporan keuangan yang berakhir
pada
31
Desember,
laporan
keuangan menggunakan mata uang
rupiah,
laporan
keuangan
mempunyai laba konsisten, dan
membagikan
dividen
secara
konsisten.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat
keuntungan bersih yang mampu
dicapai perusahaan pada saat
menjalankan
operasinya.
Proksi
yang digunakan utnuk mengukur
profitabilitas adalah Return on
Equity. Return on Equity dihitung
dengan cara membagi laba bersih
dengan ekuitas pemegang saham.
Financial Leverage
Financial
Leverage
yang
mengindikasikan risiko keuangan
perusahaan ini diukur dengan proksi
debt to total assets ratio, yaitu
total hutang dibagi dengan total
aset.
Dividend Payout Ratio
Dividend
Payout
Ratio
merupakan tingkat dividen yang
dibayarkan
perusahaan
kepada
pemegang saham dari laba yang
dihasilkan. Rasio
ini
dihitung
dengan cara membagi dividen per
saham dengan laba per saham.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan adalah
suatu
skala,
yaitu
untuk
mengklasifikasikan besar kecilnya
perusahaan
tersebut
dalam
berbagai cara, antara lain total
aktiva, log size, nilai pasar saham,
dan lain-lain. Ukuran perusahaan
dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan logaritma
natural
dari total aset.
Jenis industri
Jenis industri merupakan
penggolongan
perusahaan
berdasarkan
kelompok
usaha.
Variabel jenis industri ini dibagi ke
dalam kelompok
manufaktur,
dagang dan jasa non keuangan.
Variabel ini menggunakan dua
variabel dummy, yaitu manufaktur
dan jasa, sedangkan kelompok
perusahaan dagang sebagai dummy
reference. Pada variabel dummy
manufaktur, nilai 1= manufaktur
dan nilai 0=
non manufaktur.
Sedangkan pada variabel dummy
jasa non keuangan, nilai 1= jasa
dan nilai 0= non jasa.
Nilai perusahaan
Nilai perusahaan merupakan
ukuran kinerja perusahaan paling
menyeluruh karena mencerminkan
penagruh gabungan dari rasio hasil
pengembalian dan risiko. Nilai
perusahaan diukur melalui Price per
Book Value Ratio (PBV) yang
dihasilkan dari rasio antara nilai
pasar ekuitas perusahaan terhadap
nilai buku ekuitas perusahaan
.
Metoda Analisis Data
Untuk
menguji
pengaruh
varibel independen (Profitabilitas,
Financial
Leverage,
Dividend
Payout Ratio, Ukuran Perusahaan,
Jenis
Industri,
dan
Nilai
Perusahaan)
terhadap
variabel
154
November 2014
dependennya
(Peratan
Laba)
dilakukan Uji Regresi Logistik. Pada
regresi
logistik
ini,
terdapat
beberapa uji statistik yang harus
dilakukan, diantaranya : -2 Log
Likelihood, Nagelkerke R2,
dan
Hosmer and Lemeshow Goodness of
Fit Test, uji tingkat ketepatan
prediksi model, dan uji signifikan
koefisien.
HASIL PENELITIAN
Dari proses pengumpulan
data dengan teknik purposive
sampling, maka sampel yang layak
digunakan
(memenuhi
kriteria)
dalam penelitian ini ada 54
perusahaan. Sehingga jumlah data
penelitian yang digunakan ada 162
perusahaan.
Tabel
1
Prosedur
Pemilihan
Sampel
Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif
memberikan
gambaran
atau
deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum, dan minimum.
Perhitungan nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, maksimum, dan
minimum digunakan untuk variabel
independen
bukan
dummy
(profitabilitas, financial leverage,
dividend payout ratio, ukuran
perusahaan, dan nilai perusahaan),
sedangkan untuk variabel dummy
(perataan laba dan jenis industri)
menggunakan
tehnik
counting
untuk melihat frekuensi data.
Tabel 2 Hasil Pengolahan
Statistik Deskriptif
Pengujian Hipotesis
-2 Log Likelihood
Tabel 3 Nilai -2 Log Likelihood
ISSN: 1410 -9875
Tabel 3 menunjukan nilai -2
Log Likelihood pada block 0 yaitu
sebesar 222,576 sedangkan pada
block 1 nilai -2 Log Likelihood
menurun sebesar 6,06 menjadi
216,516. Penurunan
nilai
pada
block 1 ini menunjukan bahwa
model regresi ini fit atau layak
digunakan.
Nagelkerke R2
Tabel 4 Nilai Nagelkerke R2
Tabel 4 menunjukan nilai
Nagelkerke R2 sebesar 0,049, yang
berarti bahwa hanya 4,9 persen
variasi dari nilai dependen yang
dapat dijelaskan oleh
variasi
variabel independen dalam model
ini, dan sisanya sebesar 95,1 persen
dijelaskan oleh variasi variabel
independen yang tidak terdapat
dalam model.
Hosmer and Lemeshow Goodness
of Fit Test
Tabel 5 Nilai Hosmer
and
Lemeshow Goodness of Fit Test
Tabel 5 menunjukkan nilai
Hosmer and Lemeshow Goodness of
Fit Test sebesar 12,260 dan nilai
signifikan sebesar 0,140 yang lebih
besar dari nilai 0,05. Hal ini berarti
tidak terdapat perbedaan yang
signifikan,
sehingga
mengindikasikan bahwa model fit
dengan data observasinya.
Uji Ketepatan Prediksi
Tabel 6 Uji Ketepatan Prediksi
Tabel 6 menunjukkan bahwa
ada 90 perusahaan yang melakukan
perataan laba, akan tetapi yang
tepat diprediksi berdasarkan model
sebesar 67 perusahaan dengan
persentase 74,4 persen (67/90) dan
sisanya 23 perusahaan dengan
persentase 25,6 persen (23/90)
tidak tepat diprediksi. Sedangkan
M. Eddy Rosyadi
terdapat 72 perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba, akan
tetapi yang tepat diprediksi dalam
model sebesar 30 perusahaan
dengan persentase 41,7 persen
(30/72) dan sisanya 42 perusahaan
dengan persentase 58,3 persen
(42/72) tidak tepat diprediksi.
Secara
keseluruhan
ketepatan
prediksi berdasarkan model sebesar
97 perusahaan atau sebesar 59,9
persen (97/162).
Uji Signifikansi Koefisien
Tabel 7 Uji Signifikansi Koefisien
Tabel 7 menunjukkan bahwa
variabel
profitabilitas
(ROE)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,642. Nilai signifikansi yang lebih
besar dari 0,05 menunjukkan tidak
adanya pengaruh dari variabel
profitabilitas
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba sehingga
Ha1 tidak dapat diterima.
Variabel financial leverage
(DTA) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,634. Nilai signifikansi
yang
lebih
besar
dari
0,05
menunjukkan
tidak
adanya
pengaruh dari variabel financial
leverage terhadap kecenderungan
perusahaan melakukan
perataan
laba sehingga Ha2 tidak dapat
diterima.
Variabel dividend payout
ratio
(DPR)
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,172. Nilai
signifikansi yang lebih besar dari
0,05 menunjukkan tidak adanya
pengaruh dari variabel dividend
payout
ratio
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba sehingga
Ha3 tidak dapat diterima.
Variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,813. Nilai signifikansi
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
yang
lebih
besar
dari
0,05
menunjukkan
tidak
adanya
pengaruh dari variabel ukuran
perusahaan
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba sehingga
Ha4 tidak dapat diterima.
Variabel
jenis
industri
manufaktur (MANUF) memiliki nilai
signifikansi
sebesar
0,352,
sedangkan variabel jenis industri
jasa
(JASA)
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,770. Nilai
signifikansi yang lebih besar dari
0,05 menunjukkan tidak adanya
pengaruh dari
variabel
jenis
industri terhadap kecenderungan
perusahaan melakukan
perataan
laba sehingga Ha5 tidak dapat
diterima.
Variabel nilai perusahaan
(PBV) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,582. Nilai signifikansi
yang
lebih
besar
dari
0,05
menunjukkan
tidak
adanya
pengaruh
dari
variabel
nilai
perusahaan
terhadap
kecenderungan
perusahaan
melakukan perataan laba sehingga
Ha6 tidak dapat diterima.
November 2014
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan
bahwa
variabel
Profitabilitas, Financial Leverage,
Dividend Payout Ratio, Ukuran
Perusahaan, Jenis Industri, dan
Nilai Perusahaan tidak berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan melakukan perataan
laba.
Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
adalah
periode
pengamatan dalam penelitian ini
hanya 3 tahun dan variabel
independen yang digunakan hanya
terbatas
pada
6
variabel,
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian,
maka
saran
bagi
penelitian
selanjutnya
dapat
menambah
periode
penelitian
lebih dari tiga tahun agar penelitian
dapat
menggambarkan
kondisi
perusahaan non keuangan yang
lebih baik. Sehingga sampel dapat
mewakili populasi
lebih baik.
Menambah
variabel
independen
lainnya yang dapat berpengaruh
terhadap
kecenderungan
perusahaan melakukan perataan
laba,
seperti
kepemilikan
manajerial, leverage operasi dan
variabel pengelolaan perusahaan.
REFERENSI
Aji, Dhamar Yudho dan Aria Farah Mita. 2010. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko
Keuangan,Nilai Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek
Perataan Laba : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di
Bursa Efek Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi Xiii, Purwokerto.
Hal. 1-30
Atarwaman, Rita J.D. 2011. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Kepemilikan Manejerial Terhadap Praktik Perataan
Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek
156
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Indonesia (BEI)”. Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage, Vol. 2 , No. 2. Feb.
Hal: 67-78
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2012. Teori Akuntansi. Jilid 2. Jakarta: Salemba
Empat
Budiasih, Igan. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mampengaruhi Praktik Perataan
Laba”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No.1. Jan. Hal: 1-14
Cahyani, Nuvita Dwi. 2012. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai
Perusahaan, Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusahaan Dan Jenis Industri
Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdapat Di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2010”. JURAKSI, ISSN: 23019328 , Vol.1, No.2. Feb. Hal:15-32
Christiana, Lusi. 2012. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan
Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1 , No.4. Juli. Hal: 71-75
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Cetakan V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Thirteenth Edition, Pearson Education Limited. San Diego: San
Diego State University
Herni dan Y.K. Susanto. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik
Pengelolaan
Perusahaan,
Jenis
Industri,
Ukuran
Perusahaan,Profitabilitas, dan
Risiko Keuangan Terhadap Tindakan
Perataan Laba (Studi Empiris Pada Industri yang Listing Di Bursa Efek
Jakarta)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 3, Juli,
Hal: 302-314
Horngren dan Foster Datar. 2008. Cost Accounting A Managerial Emphasis.
Thirteenth Edition, Prentice Hall, Inc.
Irianita, Dwi Yulia. 2013. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko Perusahaan, Nilai
Perusahaan, dan Status Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba”.
Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie, Vol. 1, No.2. Hal: vii-viii
Kustono, Alwan Sri. 2009. “Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Risiko
Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002–
2006”. Jurnal Ekonomi Bisnis, ISSN: 0853-7283, Tahun 14, No.3.
Nopember. Hal: 200-205
Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010)”.
Jurnal
Akuntansi Dan Auditing, Vol. 8, No.1. Nov. Hal:1-94
Rahmawati, Dina dan Dul Muid. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2010)”. Diponegoro
Journal of Accounting, Vol. 1, No.2. Hal: 1-14
Saeidi, Parviz. 2012. “The Relationship Between Income Smoothing And
Income Tax And Profitability Ratios In Iran Stock Market”. Asian Journal
of Finance and Accounting, Vol.4, No.1. Hal: 46-51
Subramanyam, K.R and John J. Wild, Trans. 2008 . Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat
157
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
November 2014
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisa Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Tindakan Pertaan Laba Yang Dilakukan Oleh
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Makalah Simposium
Nasional Akuntansi VIII, Solo, September. Hal: 136-146
Tseng, Li Jung and Lai Chien Wen. 2007. “The Relationship between Income
Smoothing and Company Profitability: An Empirical Study”.
International Journal of Management. Desember. Hal: 727-733, 823
Weygandt, Jerry J. et. al. 2010. Financial Accounting. IFRS Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Widaryanti. 2009. “Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(The Analysis Of Factors Influencing The Income Smoothing Practice Of
Manufacturing Companies Listed At Indonesian Stock Exchange)”. Fokus
Ekonomi, Vol.4, No.2. Desember. Hal: 60-77
Yusuf, Muhammad dan Soraya. 2004. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan Non Asing di
Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 8 No. 1. Juni.
Hal: 99- 125
158
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Profitabilitas
Financial Leverage
Perataan Laba
Dividend Payout Ratio
\
Ukuran Perusahaan
Jenis Industri
Nilai Perusahaan
Gambar 1
Model Penelitian
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
Seluruh perusahaan non keuangan yang konsisten
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2012
Jumlah
232
Perusahaan non keuangan yang tidak menyajikan
laporan keuangan per 31 Desember
(3)
Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya
tidak menggunakan mata uang rupiah
(12)
Perusahaan non keuangan yang mengalami kerugian
selama tahun 2006-2011
(112)
Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan
dividen kas berturut-turut dari tahun 2009-2011
(51)
Perusahaan yang dijadikan sampel
54
Total data yang digunakan dalam penelitian
162
Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif
Variabel
N
Maksimum
Minimum
Mean
ROE
DTA
DPR
SIZE
PBV
162
162
162
162
162
1,313
0,8684
1,7234
18,8493
167,5600
0,0222
0,0187
0,0127
11,8451
0,1300
0,229027
0,430437
0,430356
14,794839
3,723395
Standar
Deviasi
0,1792685
0,1881354
0,2953594
1,6297711
13,6531240
159
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Frekuensi Perataan Laba
Frekuensi
Persentase (%)
Kategori
0= Bukan Perata Laba
1= Perata Laba
Total
Kategori
November 2014
72
90
162
44,4
55,6
100
Frekuensi Jenis Industri Manufaktur
Frekuensi
Persentase (%)
0= Bukan Manufaktur
1= Manufaktur
Total
81
81
162
50
50
100
Frekuensi Jenis Industri Jasa
Frekuensi
Persentase (%)
Kategori
0= Bukan Jasa
1= Jasa
Total
105
57
162
64,8
35,2
100
Tabel 3 Nilai -2 Log Likelihood
Keterangan
Block 0: Beginning Block
Block 1: Method = Enter
Nilai -2 Log Likelihood
222,576
216,516
Tabel 4 Nilai Nagelkerke R2
Cox dan Snell R2
Nagelkerke R2
0,037
0,049
Tabel 5 Nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test
Chi-Square
12,260
160
Signifikan
0,140
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Tabel 6 Uji Ketepatan Prediksi
Observed
Step Perataan
1
Laba
Bukan
Perataan
Laba
Perataan
Laba
Overall Percentage
Predicted
Perataan Laba
Bukan
Perataan
Laba
Perataan
Laba
30
42
23
Percentage
Correct
67
41,7
74,4
59,9
Tabel 7 Uji Signifikansi Koefisien
Variabel
ROE
DTA
DPR
SIZE
MANUF
JASA
PBV
Beta
0,527
0,453
0,855
0,024
0,468
0,147
0,012
Sig.
0,642
Alpha
0,05
Keputusan
Ha1 ditolak
0,634
0,05
Ha2 ditolak
0,172
0,813
0,05
0,05
Ha3 ditolak
Ha4 ditolak
0,352
0,05
Ha5 ditolak
0,770
0,05
Ha5 ditolak
0,582
0,05
Ha6 ditolak
161
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan
162
November 2014
Download