Teori Basis Ekonomi Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net PENGERTIAN DASAR BASIS dan NON BASIS 1 Basis dan Non Basis Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah ataupun lapangan kerja. Suatu sektor dikatakan basis apabila sektor tersebut mampu meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah (ekonomi wilayahnya). Dalam ekonomi regional, ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara itu maupun ke luar negeri. Pada dasarnya kegiatan ekspor dalam ekonomi regional adalah semua kegiatan (menghasilkan produk atau jasa) yang mendatangkan uang dari luar wilayah disebut kegiatan basis. Suatu sektor dikatakan non basis karena hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat, oleh karena itu kenaikannya sejalan dengan kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Sehingga sektor non basis ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. 2 METODE PEMILAHAN KEGIATAN BASIS dan NON BASIS Metode Memilah Kegiatan Basis dengan Non Basis Direct multiplier (pengganda langsung) Indirect multiplier (pengganda tidak langsung) Induced multiplier (pengganda induced) Metode LQ 3 Metode LQ Pendekatan analisis location quotiens ini menyajikan perbandingan relatif antar kemampuan kegiatan sektor-sektor ekonomi regional dibandingkan terhadap kemampuan sektorsektor yang sama dalam kawasan yang lebih luas. Pendekatan analisis LQ dilakukan dengan melihat ratio perbandingan relatif antar kemampuan suatu sektor dan/atau subsektor ekonomi di daerah yang diamati, dengan kemampuan sektor dan/atau subsektor ekonomi yang sama di daerah yang lebih luas. Jika daerah tersebut adalah Provinsi, maka perbandingannya adalah nasional. Jika daerah tersebut adalah kabupaten, maka perbandingannya dapat daerah Provinsi dan/atau nasional. Rumus : LQsub (SEsub/PDRBsub) = ____________________ (SEglob/PDRBglob) Dimana: LQsub = Indeks LQ sektor ekonomi ke-i di suatu daerah. SEsub = Nilai sektor ekonomi ke-i dalam PDRB daerah yang bersangkutan. PDRBsub = Nilai PDRB daerah yang bersangkutan. SEglob = Nilai sektor ekonomi ke-i dalam PDRB kawasan yang lebih luas, dimana daerah tersebut menjadi bagiannya. PDRBglob = Nilai PDRB kawasan yang lebih luas, dimana daerah tersebut menjadi bagiannya. 4 Asumsi Dasar pada pendekatan teoritis Analisis LQ Produktifitas TK pada industri yang ditinjau dianggap sama di seluruh wilayah acuan. Tingkat konsumsi per kapita di industri yang ditinjau dianggap sama baik di tingkat lokal maupun di wilayah acuan. Produk industri yang ditinjau sama dengan produk sejenis yang dihasilkan di tempat lain dalam wilayah acuan. Tidak ada ekspor bersih dalam artian ekspor dikurangi impor dari industri di wilayah acuan. Catatan dalam penggunaan LQ : Menurut Isserman dalam tulisannya di Journal of America Institute of Planner – 1997 menyampaikan bahwa analisis LQ memang mudah dan sederhana sehingga populer digunakan. Meski sederhana dan mudah tetapi perlu diketahui bahwa satu prasyarat dalam penggunaan analisis ini adalah perlunya satuan analisis yang sama dalam melakukan analisis. Semisal, LQ PDRB, maka satuan nilai yang digunakan besaran nilai transaksi atau nilai tambah dalam satuan mata uang yang sama nilainya di semua wilayah acuan. Jangan sampai membandingkan dengan wilayah yang satuannya berbeda, 5 Manfaat secara Khusus : Secara umum LQ dapat digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif dari suatu wilayah. Pengetahuan ini dibutuhkan sebagai masukan perencanaan strategi pengembangan perekonomian wilayah. Sehingga dapat difokuskan pada upaya untuk mengembangakan implementasi dan pemanfaatan dari keunggulan tersebut agar tercipta daya saing produknya. Atau dapat diistilahkan dapat dimunculkan produk unggulan atau spesialisasi kegiatan untuk menghasilkan produk unggulan tertentu. Peta Wilayah Provinsi Basis Tembakau Menurut Indikator Produktivitas (Kg/Ha) di Indonesia, 2003-2008 6 Peta Wilayah Provinsi Basis Tembakau Menurut IndikatorTenaga Kerja (HOK) di Indonesia, 2003-2008 Peta Wilayah Provinsi Basis Tembakau Menurut Indikator Penerimaan (Rp) di Indonesia, 2003-2008 7 MODEL BASIS EKONOMI menurut TIEBOUT Analisis Multiplier Model basis ekonomi berasumsi bahwa terdapat dua sektor di dalam perekonomian, yaitu sektor basis dan sektor bukan basis, sehingga pendapatan total wilayah akan sama dengan pendapatan dari kedua sektor tersebut, atau Dalam analisis yang sifatnya jangka pendek, maka proporsi respending (r) dapat didekati dengan rumus sebagai berikut: r YN Y Dengan demikian, multiplier jangka pendek (MS) akan dapat dihitung menurut rumus: M S 1 1 Y N Y sehingga M S 1 1 Y N Y Y B 8 Menurut Tiebout, YN YN Y YB YN adalah merupakan ”Propensity” yaitu: 1. Propensity to Consume Locally (PCL) PCL CL YN YB dimana : CL = jumlah uang yang dibelanjakan di daerah lokal terhadap barang dan jasa (konsumsi local) 2. Income Propensity of Local Sales (IPLS) YN CL Bila demikian, maka: IPLS PCLxIPLS Y C L N YN YB C L YN YN YB maka : MS 1 1 YN CL Y 1 1 N YN YB YN YB C L MS 1 1 PCL IPLS 9 Contoh : Berdasarkan suatu survey sosial ekonomi diketahui bahwa rata-rata rumah tangga menggunakan 0,7 (70%) dari pendapatannya untuk kebutuhan konsumsi. Kemudian, dari barang yang dikonsumsi tersebut diketahui bahwa 0,6 (60%) merupakan produk lokal dan sisanya adalah barang impor. Maka nilai pengganda basis adalah : 1 1 MS 1,724 1 PCL IPLS 1 (0,7).(0,6) pengganda basis sebesar 1,724 artinya bahwa untuk setiap tambahan pendapatan wilayah yang berasal dari peningkatan ekspor dan/atau pertambahan investasi akan menaikkan pendapatan wilayah sebesar 1,724 kali, yaitu 1 (satu) unit berasal dari sektor basis itu sendiri dan 0,724 unit berasal dari sektor non basis. Menurut Tiebout, untuk analisis jangka pendek, dapat dibuktikan secara empiris bahwa setelah t > 2 tahun tidak akurat lagi, karena adanya investasi pada wilayah yang bersangkutan yang akan mempengaruhi perilaku ekonomi wilayah secara keseluruhan. Oleh karenanya, maka keadaan semacam ini, maka perencanaan yang seyogyanya dilakukan adalah dengan pola analisis yang memperhitungkan faktor investasi pada wilayah yang bersangkutan. 10 Pengganda jangka panjang atau long run multiplier (ML) adalah sebesar: ML 1 YN Y I 1 I YN YB YN YB ML 1 YN YI I 1 Y Dengan demikian pertambahan pendapatan wilayah dalam jangka panjang akan dapat dihitung dengan formula: YL 1 YB Y Y I N I 1 Y Pustaka : Dedi NS. Setiono. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah :Teori dan Analisis. LPFE UI, Jakarta. Hoover, Edgar & Frank Giarattani. 1987. An Introduction to Regional Economic. web book : www.rri.wvu.edu Mudrajad Kuncoro. 2002. Analisis Spasial dan Regional : Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. UPP AMP YKPN,Yogyakarta. Michael P. Todaro . 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta Rudi Wibowo dan Jani Januar. 1998. Teori Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember Rudi Wibowo dan Soetriono. 2004. Konsep,Teori dan Landasan Analisis Wilayah. Bayumedia Publishing, Malang Robinson Tarigan. 2012. Ekonomi Regional :Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara, Jakarta. Robinson Tarigan. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT Bumi Aksara, Jakarta. 11