MAKALAH SEMINAR PERAKITAN DAN SELEKSI TANAMAN CABAI

advertisement
MAKALAH SEMINAR
PERAKITAN DAN SELEKSI TANAMAN CABAI (Capsicum annum
L.)TAHAN CMV (Cucumber Mozaik Virus)
Disusun oleh:
ADIK SUPRIYANTI
10/300600/PN/12068
Pemuliaan Tanaman
Dosen Pembimbing: Erlina Ambarwati S.P., M.P.
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
i
HALAMAN PENGESAHAN
PERAKITAN TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)TAHAN CMV
(Cucumber Mozaik Virus)
MAKALAH SEMINAR
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
OLEH:
ADIK SUPRIYANTI
10/300600/PN/12068
Makalah seminar ini telah disahkan dan disetujui sebagai kelengkapan mata
kuliah Seminar semester I tahun ajaran 2013/2014 di Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Tanda tangan
Tanggal
Erlina Ambarwati S.P., M.P.
Mengetahui,
Komisi Seminar
Jurusan Budidaya Pertanian
Dr. Rudi Hari Murti, S.P., M.P.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Dr. Ir. Taryono, M.Sc.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................
Halaman Pengesahan..............................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................
Daftar Tabel .....................................................................................................l
Daftar Gambar ........................................................................................................
Intisari ......................................................................................................................
BAB I. Pendahuluan..................................................................................................
BAB II. Budidaya dan Manfaat Cabai .....................................................................
BAB III. Serangan CMV pada Tanaman Cabai .....................................................
BAB IV. PemuliaanTanamanCabaiTahan CMV ....................................................
BAB V. Penutup ........................................................................................................
DaftarPustaka ..........................................................................................................
Lampiran ..................................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
1
4
14
20
27
28
32
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Konsumsi rata-rata cabai per kapitapertahun di Indonesia ....................... 9
Tabel 2. Data Luaspanen, ProduksidanProduktivitasCabai di Indonesia .............. 11
Tabel 3.HasilPengamatanKejadianPenyakit ............................................................ 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.BungaCabai ..............................................................................................
Gambar 2.TanamanCabai .........................................................................................
Gambar 3.Vektor CMV ..........................................................................................
Gambar 4.GejalaSerangan CMV ..............................................................................
Gambar 5. Proses PersilanganCabai ........................................................................
Gambar 6.HasilPenelitianCabaiTransgenikTahanCMV .........................................
5
6
16
18
21
26
v
PERAKITAN TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)TAHAN CMV
(Cucumber Mozaik Virus)
INTISARI
Tanaman cabai merupakan tanaman hortikultura penting di Indonesia.
Kebutuhan cabai di Indonesia yang tinggi belum diimbangi produksi dalam
negeri yang masih rendah. Kekhasan masakan Indonesia dengan cita rasa pedas
merupakan salah satu faktor yang membuat cabai banyak dikonsumsi di
Indonesia.Selain itu cabai juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena
kandungan di dalamnya. Pada tangkai putih di dalam buah cabai mengandung
capsaicin, vitamin C, betakaroten, kalsium, dan fosfor. Rendahnya produksi
diakibatkan oleh keadaan iklim yang kurang sesuai dan adanya serangan hama
penyakit. Penyakit yang mengakibatkan kerugian yang tinggi dalam budidaya
cabai adalah penyakit akibat Cucumber Mozaic Virus (CMV). Virus ini bisa
terbawa benih dan dapat ditularkan akibat terbawa vektor, selain itu virus ini
dapat menginfeksi tanaman liar disekitar. Gejala yang ditimbulkan yaitu
mozaik pada daun, batang kerdil dan buah mengalami bercak hitam dan
bengkok. CMV merupakan virus yang memiliki inang dan vektor yang banyak
sehingga sulit dikendalikan. Salah satu usaha untuk mencegah kerugian akibat
serangan virus ini yaitu perakitan varietas tahan. Perakitan varietas tahan
dapat dilakukan dengan persilangan maupun penciptaan tanaman transgenik.
Kata kunci: Cabai, Cucumber Mozaik Virus (CMV), perakitan varietas.
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dikembangkan
di Indonesia karena cabai merupakan hasil pertanian hortikultura yang sudah menjadi
bagian dari budaya makanan masyarakat Indonesia. Cabai merupakan salah satu
tanaman hortikultura yang banyak dikembangkan di Indonesia karena cabai
merupakan hasil pertanian hortikultura yang sudah menjadi bagian dari budaya
makanan masyarakat Indonesia. Selain itu cabai juga memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan karena kandungan di dalamnya. Pada tangkai putih di dalam buah cabai
mengandung capsaicin, vitamin C, betakaroten, kalsium, dan fosfor. Kandungan
dalam cabai tersebut dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti meredakan
pilek dan hidung tersumbat. Hal tersebut dikarenakan kandungan capsaicin dalam
cabai dapat mengencerkan lendir di dalam hidung ( Utami, 2011).
Kekhasanmasakan Indonesia dengan cita rasa pedas merupakan salah satu
faktor yang membuat cabai banyak dikonsumsi di Indonesia. Kebutuhan yang tinggi
akan cabai mengharuskan para petani cabai menghasilkan cabai dalam jumlah yang
tinggi agar dapat memenuhi seluruh kebutuhan cabai masyarakat. Konsumsi cabai
rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 Kg/kapita/tahun. Konsumsi cabai dalam
negeri mencapai 1.378.727 ton dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas ratarata sebesar 5,89 ton/ha (BPS, 2012).
Tanaman cabai mampu tumbuh baik di dataran tinggi maupun dataran rendah,
tetapi tidak tahan terhadap hujan.Kekayaan sumberdaya alam Indonesia membuat
hampir semua daerah mampu menghasilkan cabai, tetapi masih ada daerah yang
memasok cabai dari daerah lain karena jumlah hasil produksi daerahnya belum
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.Banyak para petani tertarik untuk
menanam tanaman cabai karena cabai memiliki nilai ekonomis yang tinggi.Harga jual
cabai di tingkat petani sangat fluktuatif mulai harga Rp 2.500 sampai Rp 40.000 dan
berbeda–beda setiap musimnya.Hal tersebut dipengaruhi jumlah cabai di pasaran
1
yang tergantung dari hasil produksi para petani cabai.Selain itu cabai dijadikan
komoditas pilihan untuk dibudidayakan karena multiguna dalam kehidupan seharihari, wilayah pemasarannya cukup luas, dan dapat dijual dalam beberapa bentuk
produk (Reswita, 2012).
Produksi cabai di Indonesia masih rendah, rata–rata produksi nasional baru
mencapai 3,3–3,5 ton/ha, sedangkan produksi yang optimal setiap 1 hektar berkisar
3–6 ton (Santika, 1999).Hasil produksi cabai sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca
dan serangan hama penyakit yang mampu menyebabkan produktivitas tanaman
menurun bahkan gagal panen. Keadaan iklim Indonesia yang akhir-akhir ini tidak
menentu dapat membuat pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu
sehingga tanaman tidak mampu berproduksi secara maksimal. Hal ini berdampak
terhadap perubahan sistem fisik dan biologis lingkungan seperti peningkatan
intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola
angin, masa reproduksi hewan dan tanaman. Indonesia sebagai negara kepulauan
yang terletak di kawasan khatulistiwa rentan terhadap perubahan iklim. Beberapa
unsur iklim yang mengalami perubahan antara lain pola curah hujan, muka air laut,
suhu udara, dan peningkatan kejadian iklim ekstrim yang menyebabkan banjir dan
kekeringan.
Pengembangan tanaman cabai di Indonesiamasih mengalami beberapa
kendala, yaitu berkaitan dengan kualitas benih, teknik budidaya, serangan hama
danpenyakit, serta penggunaan varietas cabai yang memiliki daya hasil tinggi masih
sulit diperoleh karena harga benihnya yang mahal (Kirana, 2006).Serangan hama dan
penyakit juga sangat merugikan karena dapat merusak tanaman atau bahkan
mematikan tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang dapat mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas buah cabai yang dihasilkan.Salah satu penyakit tanaman
cabai yang berpengaruh besar terhadap produksi cabai adalah Cucumber Mozaic
Virus (CMV).
CMV merupakan virus yang sangat penting pada tanaman cabai, karena selalu
terdapat di antara virus yang lainnya, dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar.
2
Penurunan produksi akibat virus mosaik ini sangat besar karena virus ini dapat
dengan cepat tersebar ke pertanaman di sekitar sumber virus sesuai dengan aktivitas
kutudaun (aphids) yang berfungsi sebagai vektornya. Kerugian akibat serangan CMV
dapat menurunkan jumlah buah per tanaman sebesar 81,4% dan bobot buah per
tanaman sebesar 82,3% (Sariet.al., 1997). Sampai saat ini beberapa usaha yang
dilakukan untuk pengendalian CMV pada tanaman cabai belum memberikan hasil
seperti yang diharapkan. Salah satu cara untuk menghindari kerugian akibat dari
serangan ini yaitu dengan menanam varietas-varietas tahan. Varietas tahan
didapatkan dengan melakukan pemuliaan tanaman cabai melalui persilangan maupun
rekayasa genetika.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh serangan CMV dan dampaknya pada pertumbuhan dan
produksi tanaman cabai.
2. Mengetahui cara perakitan dan seleksi tanaman cabai (Capsicum annumL.)tahan
CMV (Cucumber Mozaic Virus).
3
II. BUDIDAYA DAN MANFAAT CABAI
A. Sejarah Tanaman Cabai
Tanaman cabai ditemukan pertama kali oleh Christophorus Columbus pada
tahun 1940. Colombus menemukan cabai di tengah petualanganya, saat ia mendarat
di daerah berhawa panas yaitu Amerika selatan.Konon cabai sudah dimanfaatkan
sejak 7000 SM oleh suku Indian untuk bumbu di masakan mereka.Pada 5200-3400
SM barulah cabai dibudidayakan dan disebarluaskan ke berbagai daerah lain di benua
Amerika. Penyebaran tersebut di lakukan oleh burung (Setiadi, 1999).Tanaman cabai
di sebar luaskan ke seluruh dunia oleh pedagang Spanyol dan Portugal.
Masuknya cabai ke daerah Indonesia belum ditemukan keterangan pasti,
namun sudah sejak dahulu tanaman ini dibudidayakan di berbagai daerah, baik di
dataran rendah, di dataran menengah, maupun di dataran tinggi. Di Indonesia,
tanaman cabai tersebar luas di berbagai daerah, hampir semua daerah di Indonesia
membudidayakan tanaman ini. Pusat penyebaran cabai di Indonesia ialah Purworejo,
Kebumen, Tegal,Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu, dan daerah lain (Sunaryono,
1999).
B. Morfologi Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman semusim (annual) berbatang kayu yang berbentuk
semak dengan tinggi mencapai 0,5-1,5 m serta memiliki akar tunggang yang sangat
kuat dan bercabang-cabang. Warna batang kehijauan sampai keunguan, dengan ruas
berwarna hijau atau ungu, tergantung varietasnya. Batang utama berwarna coklat,
berkayu, panjangnya 20-28 cm, dan diameter 1,5-2,5 cm. Percabangan atau batang
sekunder berkisar antara 0,5-1 cm.Daun berbentuk lonjong sampai bulat panjang
dengan ujung meruncing. Warna daun hijau kelam sampai keunguan. Tangkai daun
horizontal atau miring, dengan panjang 4-10 cm dan lebar 1,5-4 cm.Panjang daun
atau cuping mahkota bunga adalah 1-1,5 cm dengan lebar 0,5 cm (Sunaryono, 1999).
Bunga tanaman cabai adalah bunga sempurna. Tiap bunga mempunyai 5 daun
buah, dan 5-6 daun mahkota, yang berwarna putih dan ungu, tergantung
4
varietasnya.Bunganya merupakan bunga hemaprodit (mempunyai putik dan polen
pada satu bunga) dan kasmogami (penyerbukan terjadi setelah bunga mekar).Benang
sari terdiri dari 5-6 buah tangkai sari, dengan kepala sari lonjongberwarna biru
keunguan.Cabaimerupakan tanaman menyerbuk sendiri yang dapat menghasilkan
bunga pada umur 23-31 setelah tanam dan buahnya akan matang setelah 34-48 hari
setelah pembuahan. Umur produktif cabai berkisar 6-7 bulan. Posisi dan ukuran
stigma sangat berpengaruh pada terjadinya penyerbukan silang.Pada bunga yang
memiliki kepala putik yang letaknya lebih tinggi dari kotak sari dapat menyebabkan
terjadinya penyerbukan silang.Frekuensi penyerbukan silang yang terjadi pada cabai
cukup berkisar antara 6-36% (Duriat et.al., 1996).
Gambar 1. Bunga Cabai
Sumber: Anonim, 2011a.
Keterangan (Anonim, 2011a):
a.mahkota bunga
b. kepala putik
c. tangkai putik
d. kepala sari
e. bakal buah
f. kelopak
5
Buah cabai merupakan buah berbiji banyak. Buah ini tumbuh di buku-buku
batang. Setiadi (1999)menyatakan bahwabentuk buah cabai bulat sampai bulat
panjang yang mempunyai 2-3 ruang yang berbiji banyak. Warna dari buah muda ada
yang hijau, putih kekuningan dan ungu. Apabila sudah tua (matang) berwarna kuning
sampai merah. Bijinya kecil, bulat pipih berwarna kuning kecoklatan. Berat dari 1000
biji cabai kering berkisar antara 3-6 gram.
Gambar 2. Tanaman cabai
Sumber: Tora, 2013.
Berdasarkan morfologinya tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Tabin, 2010):
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annuum L
6
C. Faktor lingkungan dalam budidaya cabai
Menurut Tindall (1983) tanaman cabai dapat tumbuh di daerah tropis maupun
sub tropis. Cabai mampu tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0-2000 mdpl. Suhu
optimum yang dibutuhkan tanaman ini yaitu 240C, tetapi masih bisa tumbuh pada
daerah yang bersuhu 18-350C. Suhu yang terlalu tinggi dapat menghambat
pembungaan dan hujan lebat dapat menggugurkan bunga yang nantinya akan
menurunkan produksi. Agar dapat tumbuh optimal tanaman cabai membutuhkan
curah hujan 600-1250 mm per tahun. Daerah yang baik untuk budidaya cabai harus
cukup air dan sinar matahari serta kaya bahan organik. Pada budidaya cabai, produksi
cabai sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan serangan hama dan penyakit. Beberapa
penyakit pada tanaman cabai disebabkan oleh virus.
Dalam membudidayakan cabai sinar matahari yang didapatkan harus sesuai
kebutuhan tanaman. Tanaman yang kekurangan cahaya tidak akan tumbuh dengan
baik kerena tidak mampu melakukuan fotosintesis secara maksimal.Perkembangan
hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Pada musim hujan
dunia pertanian disibukkan oleh masalah penyakit tanaman. Sementara pada musim
kemarau banyak masalah hama. Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap
siklus hidup patogen, virulensi (daya infeksi), penularan, dan reproduksi
patogen.Temperatur berpengaruh terhadap sintesissenyawa metabolit sekunder seperti
alkaloid, falvonoid yang berpengaruh terhadap ketahannannya terhadap hama
(Wiyono, 2007).
Apabila tanaman cabai ditanam pada musim hujan akan mendapat beberapa
kendala seperti tanaman cabai yang baru di tanam terkena hujan dapat menjadi layu
kerena terserang busuk akar. Apabila disaat turun hujan tanaman sedang berbunga
maka bunga akan rontok sehingga menyebabkan gagal panen. Hal ini dapat diatasi
dengan penggunaan mulsa dan ajir serta pengaturan drainase.Penggunaan mulsa
bertujuan agar tanah di sekitar tanaman tidak lembab sedangkan pemasangan ajir
dilakukan untuk menopang tanaman agar tidak roboh. Pengaturan drainase dilakukan
agar air tidak menggenang di sekitar tanaman cabai (Zulkifli, et.al., 2000). Virus yang
7
sering menyerang TMV (Tobacco Mosaic Virus), TRV (Tobacco RattleVirus), CMV
(Cucumber Mosaic Virus), dan PYV (Potato Yellow Virus).Penyebarannya
kebanyakan dilakukan oleh serangga vektor, seperti thrips.Sampai saat ini, penyakit
virus belum bisa dikendalikan (Wiryanta, 2002).
Apabila cabai dibudidayakan dimusim kemarau akan mendapat beberapa
kendala seperti terbatasnya ketersediaan sumber daya air, sehingga tidak selalu
tersedia dalam kuantitas, kualitas dan pada lokasi serta waktu di mana dibutuhkan
(Sumarna, 1998). Perlu dilakukan penyiraman secara teratur agar areal pertanaman
tidak kering dan tanaman tidak kekurangan air.Kelembaban udara yang sangat rendah
dan tanah terlalu kering merupakan penyebab bunga dan buah cabai rontok.Pengairan
yang
dilakukan
tidak
boleh
berlebihan
karena
cabai
tidak
bisa
diairi
berlebihan.Apabila pengairan yang dilakukan berlebihan dapat menyebabkan
tanaman layu (Maspary, 2010).Sedangkan kendala budidaya cabai pada dataran tinggi
yaitu banyaknya serangan penyakit.Keadaan lingkungan penanaman dengan
kelembaban tinggi dan berkabut membuat tanaman mudah terserang penyakit.
D. Prospek dan Manfaat Cabai
Indonesia menempati posisi keempat di dunia sebagai produsen cabai dengan
jumlah produksi 1.332.360 ton per tahun.Indonesia masih setingkat di bawah Turki
yang memproduksi sebanyak 1.986.700, dan di peringkat kedua ada Meksiko dengan
produksi sebesar 2.335.560 dan China yang teratas dengan jumlah produksi
13.189.303 ton.Produksi cabai Indonesia setingkat lebih tinggi dari India yang hanya
memproduksi 1.227.800 ton dan Amerika Serikat 918.120 ton.Produksi cabai di
pulau-pulau utama di Indonesia dari tahun 2009-2011 yang berkontribusi pada
produksi cabai nasional tertinggi ada di Jawa dengan total mencapai 12.000.000 ton
pada tahun 2011, disusul Sumatera sebesar 500.000 ton, Bali dan NTT sebesar
kurang dari 200.000 ton, Sulawesi 150.000 ton dan Kalimantan masih di bawah
150.000 ton (Syukur, 2013).
8
Keunggulan membudidayakan cabai yaitu memiliki nilai ekonomi tinggi,
multiguna dalam kehidupan sehari-hari, memiliki wilayah pemasaran luas, dapat
dijual dalam beberapa bentuk produk (cabe segar, cabe beku, dan cabai bubuk), dapat
di tanam dalam berbagai lahan (sawah, tegalan, pot/polibag), dapat ditanam pada
berbagai musim, dan dapat ditanam pada berbagai lingkungan (dataran tinggi, dataran
rendah, lahan pasir pantai).Pada saat-saat tertentu harga cabai dapat melonjak naik
seperti pada saat terjadi gangguan musim dan mendekati perayaan hari raya. Harga
cabai di kota besar biasanya melonjak naik pada bulan Oktober-Desember dan
Februari-April karena pada bulan-bulan tersebut tanaman cabai berkurang karena
diganti dengan pembudidayaan cabai sehingga produksi cabai menurun yang
menyebabkan cabai di pasaran jumlahnya tidak seimbang dengan permintaan
(Reswita, 2012).
Harga cabai di Indonesia kurang stabil, hal tersebut dipengaruhi pola
konsumsi, produksi, distribusi dan kebijakan pemerintah. Sebagian besar masyarakat
Indonesia mengonsumsi cabai dalam keadaan segar sebanyak 70%, sisanya untuk
industri saos 30%.Areal produksi yang tidak merata menyebabkan harus dilakukan
distribusi
dari
tempat
produksi ke
tempat
konsumen.Hal tersebut
dapat
mempengaruhi harga cabai.Pola produksi dipengaruhi oleh serangan organisme
pengganggu tanaman pada kemarau (hama) dan saat musim hujan dilanda penyakit.
Serangan hama dan penyakit ini dapat mengurangi produksi cabai sehingga dapat
mempengaruhi harga cabai di pasaran (Syukur, 2013).
Tabel. 1. Konsumsi rata-rata cabai per kapita pertahun di Indonesia tahun
2008-2012.
Satuan
2008
Cabe merah /
Ons
15,486
Chillies
Cabe
Ons
14,444
rawit/Cayenne
pepper
Sumber: Anonim, 2013a.
2009
15,226
2010
15,278
2011
14,965
2012
16,529
12,879
12,984
12,097
14,026
9
Konsumsi cabai di Indonesia sangat tinggi karena kecintaan masyarakat
Indonesia terhadap makanan yang bercitarasa pedas.Konsumsi cabai merah
meningkat dari tahun ke tahun meski pada tahun 2011 sempat menurun tetapi
kembali naik pada tahun 2012 sedangkan konsumsi untuk cabai rawit mengalami
penurunan dari tahun 2008 sampai 2011, tetapi pada tahun 2012 naik sampai 2
ons/kapita (Tabel 1). Konsumsi cabai yang tinggi membutuhkan suplai cabai yang
tinggi pula di pasaran agar kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.Keberadaan cabai di
pasaran sangat dipengaruhi oleh produksi dan distribusi yang dilakukan.Produksi
cabai dipengaruhi oleh budidaya cabai yang dilakukan dan luas areal yang digunakan
untuk menanam cabai.Cabai merupakan tanaman yang dapat ditanam di dataran
tinggi maupun dataran rendah, sehingga dapat ditanam di seluruh daerah di Indonesia.
Luas panen cabai di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 242.366 hektar
yang tersebar hampir diseluruh provinsi di Idonesia, hanya di Jakarta yang tidak
memiliki areal pertanaman cabai.Luas panen tertinggi yaitu Jawa Tengah 38 895
hektar, sedangkan luas panen terendah yaitu Maluku Utara 629.Lahan pertanaman
cabai yang luas tersebut dapat menjadi modal untuk produksi cabai yang tinggi,
karena semakin luas area yang ditanami maka semakin banyak tanaman cabai yang
ditanam dan diharapkan dapat menghasilkan cabai lebih banyak.Produksi cabai
Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1 656 615 ton, produksi tertinggi dimiliki
provinsi Jawa Barat yaitu 291 907 ton, sedangkan yang terendah Maluku Utara 1 101
ton.Produksi tanaman cabai dapat dipengaruhi oleh varietas yang ditanam,
lingkungan penanaman dan luas areal penanaman.Produktivitas tanaman cabai
tertinggi di Jawa Barat, sedangkan yang terendah yaitu Maluku Utara, hal tersebut
mempengaruhi produksi daerah (Tabel 2). Daerah penanaman cabai dapat berkurang
akibat pergantian pemanfaatan lahan dengan tanaman lain dan alih fungsi lahan
menjadi daerah pemukiman. Luas areal yang berkurang dapat menurunkan produksi
cabai. Penurunan produksi cabai akan mempengaruhi ketersediaan cabai dipasaran
yang nantinya menentukan harga cabai dipasaran. Apabila produksi rendah
sedangkan kebutuhan cabai tinggi maka harga cabai di pasaran akan tinggi.
10
Tabel. 2. Data Luas panen, Produksi dan Produktivitas Cabai di Indonesia
Provinsi
Luas panen(Ha)
Aceh
8 133
Sumatera Utara
22 129
Sumatera Barat
8 196
Riau
3 488
Jambi
3 025
Sumatera Selatan
7 329
Bengkulu
6 957
Lampung
7 959
Bangka Belitung
940
Kep. Riau
708
DKI Jakarta
Jawa Barat
22 927
Jawa Tengah
38 895
DI Yogyakarta
3 391
Jawa Timur
63 185
Banten
1 379
Bali
4 502
Nusa Tenggara Barat
5 247
Nusa Tenggara Timur
1 981
Kalimantan Barat
2 203
Kalimantan Tengah
1 664
Kalimantan Selatan
1 410
Kalimantan Timur
3 145
Sulawesi Utara
2 749
Sulawesi Tengah
2 685
Sulawesi Selatan
8 234
Sulawesi Tenggara
2 104
Gorontalo
2 406
Sulawesi Barat
1 273
Maluku
1 024
Maluku Utara
629
Papua Barat
910
Papua
1 559
Indonesia
242 366
Sumber: Anonim, 2012c.
Produksi(Ton)
90 030
245 773
65 108
15 909
14 903
23 033
41 618
56 748
6 105
3 339
291 907
215 129
18 780
343 714
11 528
29 827
36 883
6 910
7 580
3 621
7 686
12 529
10 652
13 171
43 254
8 467
12 205
4 087
3 481
1 101
2 745
8 792
1 656 615
Produktivitas(Ton/Ha)
11.07
11.11
7.94
4.56
4.93
3.14
5.98
7.13
6.49
4.72
12.73
5.53
5.54
5.44
8.36
6.63
7.03
3.49
3.44
2.18
5.45
3.98
3.87
4.91
5.25
4.02
5.07
3.21
3.40
1.75
3.02
5.64
6.84
11
Cabai banyak mengandung zat-zat yang sangat bermanfaat bagi tubuh seperti
vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C. Vitamin A sangat bermanfaat bagi mata,
sedangkan vitamin B1 bermanfaat untuk pertumbuhan dan vitamin C berguna untuk
mencegah timbulnya sariawan. Selain vitamin, cabai juga mengandung air 8%, lemak
0,6%, protein 3%, karbohidrat 6%, serat kalori 32 kal/100 g, kalsium (Ca) 15 mg/100
g, phospor 30 mg/100 g, besi 0,5 mg/100g (Pracaya, 1995).
Capsaicin dapat merangsang sekresi lendir yang membantu mengatasi hidung
tersumbat, sesak paru-paru dan juga membuat orang seolah-olah menangis karena
matanya berair. Rasa pedas yang dapat merangsang sekresi lendir ini, menjadikan
cabai baik untuk mencegah dan mengobati sinusitis, membantu mengurangi hidung
tersumbat, flu dan sesak napas (Anonim, 2012b).Beta karoten merupakan sumber
terbaik dari salah satu vitamin penting, yakni vitamin A. Vitamin A diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan penglihatan dan kulit.Meskipun terdapat senyawa lain yang
menjadi sumber vitamin A, beta karoten merupakan sumber yang paling utama.Beta
karoten berfungsi menjaga kesehatan kulit agar mampu bernapas dan terbebas dari
kotoran juga memperbaiki sel batang dan sel kerucut pada retina serta membantu
penglihatan secara umum (Anonim, 2007).Vitamin C dapat berfungsi sebagai daya
tahan tubuh agar tidak mudah sakit.Selain itu Vitamin C juga berfungsi sebagai
penangkal penyakit kanker dan membantu dalam pembentukan kolagen.Struktur
kolagen yang baik dapat menyembuhkan memar (Anonim, 2013b).
Buah cabai memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti (Utami, 2011):
1. Penyembuh luka: kandungan capsaicin pada cabai dapat meredakan nyeri dan
pendarahan. Cara yang dilakukan yaitu cabe merah dikeringkan kemudian
ditumbuk sampai halus. Setelah itu tumbukan cabai ditaburkan pada luka.
2. Peredam demam tinggi: untuk ini pengobatan dilakukan bukan menggunakan
buahnya, tetapi daun. Segenggam daun ditumbuk sampai halus kemudian
dicampur dengan minyak selada. Campuran daun dengan minyak selada tersebut
ditempelkan ke ubun-ubun atau di balurkan ke seluruh tubuh.
12
3. Meredakan
pilek
dan
hidung
tersumbat:
kandungan
capsaicin
dapat
mengencerkan lendir dalam hidung sehingga lendir dapat keluar.
4. Mencegah stroke: mengkonsumsi capsaicin secara rutin dapat menyebabkan
darah tetap encer dan mencegah pembentukan kerak lemak pada pembuluh darah.
5. Meringankan sakit kepala dan nyeri sendi: rasa pedas yang ditimbulkan karena
kandungan capsaicin pada cabai dapat menghambat penerimaan sinyal rasa sakit
dari sistem saraf ke otak.
6. Meningkatkan nafsu makan: hormon endorphin dalam tubuh yang dapat
meningkatkan nafsu makan dapat meningkat karena konsumsi capsaicin.
7. Menurunkan kadar kolesterol.
8. Memiliki kandungan antioksidan untuk mengatasi ketidaksuburan.
13
III. SERANGAN CMV PADA TANAMAN CABAI
Virus merupakan patogen yang sangat merugikan karena serangannya dapat
menurunkan produktivitas atau bahkan membuat tanaman mati sehingga tidak dapat
menghasilkan sama sekali. Kemampuan virus dalam menginfeksi tanaman ditentukan
oleh: jenis/ straind virus, jenis tanaman inang, dan lingkungan. Virus dapat
menyerang tanaman secara tunggal maupun menyerang tanaman secara bersamasama dengan virus lain seperti yang dilaporkan Taufik, et.al (2005), infeksi CMV
tunggal ataupun bersamaan dengan ChiVMV pada tanaman cabai dapat menghambat
pertumbuhan tinggi dan perkembangan tanaman cabai. Selain itu virus dapat
memiliki inang lebih dari satu sehingga sulit dimusnahkan. Virus juga dapat
melakukan serangan pada beberapa strain yang menyebabkan gejala yang
ditimbulkan juga beragam sehingga susah untuk dapat mengidentifikasi dan
memastikan virus yang menyerang sehingga mengakibatkan proses pengendaliannya
terhambat. Cucumber Mosaic Virus (CMV) merupakan virus utama pada tanaman
cabai merah karena dapat menyebabkan kerugian besar (Duriat, et.al., 1992).
CMV memiliki berat molekul 5,8 hingga 6,7 juta dimana 18%nya adalah
RNA dan 82% lainnya adalah protein . CMV termasuk dalam CUCUMO virus.
Virus ini berdiameter 30 nm dan berbentuk isometrik. Suhu inaktif virus ini berkisar
60-750C (Suhara dan Supriyono, 2006).CMV mempunyai virus satelit yaitu asam
nukleat dalam virus yang tidak dapat bermultiplikasi dalam sel tanpa bantuan virus
inang. Virus satelit dapat mengurangi kemampuan multiplikasi dan menimbulkan
penyakit bagi virus inang. Virus satelit dari CMV adalah CARNA (RNA-5 yang
berasosiasi dengan CMV). Multiplikasi CARNA sangat bergantung CMV dandapat
mengganggu replikasi dari virus CMV. Jumlah RNA-5 pada CMV sangat beragam,
bergantung pada strain virus dan spesies tanaman inangnya. Meningkatnya jumlah
satelit, maka jumlah virus inang dan infektifitasnya pada tanaman jadi menurun. Hal
tersebut dikarena adanya persaingan RNA satelit dengan RNA CMV saat terjadi
replikasi (Siregar, 2005).
14
Virus selalu berkembang dari waktu ke waktu. Pada umumnya pola sebaran
di lapangan (lahan) tidak teratur.Virus masuk ke dalam sel tanaman melalui berbagai
cara yaitu secara mekanis melalui luka, dengan bantuan vektor atau melalui biji dan
pollen. Infeksi virus menular dari satu tanaman ke tanaman lain melalui aktivitas
serangga penular (vektor) dan pelukaan tanaman. Pelukaan tanaman dalam proses
budidiaya terutama selama proses perlakuan fisik terhadap tanaman, seperti
pengikatan, perempelan, maupun pemotongan. Penularan melalui pelukaan tanaman
juga bisa terjadi karena adanya gesekan antara tanaman yang terserang virus dengan
tanaman sehat. Virus menyerang dengan cara memasuki sel inang dan memperbanyak
diri di dalamnya. Virus yang telah menginfeksi akan masuk ke dalam sel dan
berkembang bersamaan dengan berkembangnya sel tanaman. Jika inangnya mati,
maka virus tersebut meninggalkan sel inangnya tersebut (Kurnianti, 2013).
CMV merupakan virus yang sangat merugikan karena dapat menyerang pada
fase vegetatif maupun generatif tanaman. Virus ini bisa terbawa benih dan dapat
ditularkan akibat terbawa vektor, selain itu virus ini dapat menginfeksi tanaman liar
disekitar yang sangat berpengaruh dalam penyebaran dan perkembangan virus ini di
lapangan (Suhara dan Supriyono, 2006). CMV merupakan patogen yang banyak
menyerang tanaman, ada lebih dari 1000 spesies dari 100 famili tanaman yang dapat
diserang oleh patogen ini (Siregar, 2013). Tanaman yang sering menjadi inang dari
CMV adalah tembakau , tomat, cabai, mentimun, terong, buncis, kacang tunggak, dan
kacang panjang (Suhara dan Supriyono, 2006). Patogen ini juga dapat ditularkan oleh
86 spesies aphid secara nipersisten. Jenis serangga yang dapat menjadi vektor virus
ini yaitu kutudaun (Aphids) wereng daun (Leafhopper), wereng batang (Planthopper),
dan wereng pohon (Treehopper). Serangga ini mempunyai alat mulut penusuk dan
pengisap (Siregar, 2013).
Aphis berupa kutu kecil bersayap.serangga ini berkembang biak dengan cepat
kerana serangga betina mampu menghasilkan nimfa hingga 124. Siklus hidup hama
ini terdiri atas 4 instar, setiap instar berlangsung selama 1-2 hari. Aphis menghisap
cairan sel sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman menjadi
15
kerdil.disamping menghisap cairan sel, aphis juga memasukkan toksin kedalam daun
sehingga daun menguning dan permukaannya berkerut. Selain menyerang tanaman,
hama ini juga berperan sebagai vektor virus, yaitu virus belang ataupun virus kerdil.
Pada musim kemarau, populasi aphis lebih banyak dibandingkan dengan pada musim
penghujan. Di daerah tropis serangga ini dapat berkembang biak tanpa melalui
perkawinan, sehingga populasinya dapat meningkat dengan cepat (Anonim, 2010).
Aphid yang menyebarkan virus CMV bersifat nonpersistent (tidak mampu
bertahan lama di tubuh vektor) yakni fase akuisisi (kesempatan kutu untuk
mengambil virus dari tanaman) diperoleh dalam 5-10 detik dan dapat ditularkan
dalam waktu kurang dari 1 menit, kemudian akan terjadi penurunan infektif setelah
sekitar 2 menit dan biasanya hilang dalam waktu 2 jam. Beberapa faktor yang
mempengaruhi efisiensi penularan adalah temperatur, jenis tanaman inang sebagai
sumber inokulum, lamanya tanaman sakit setelah inokulasi, dan konsentrasi CMV
dalam daun.
(A)
(B)
Gambar 3. Vektor CMV; (A). Kutu aphids; (B). Kutu Daun.
Sumber: Anonim 2011b dan Anonim, 2012a.
Perkembangan virus CMV banyak terjadi di dataran tinggi, hal tersebut
dikarenakan lingkungan yang sangat mendukung. Kondisi lingkungan seperti curah
hujan, kecepatan angin, dan suhu sangat mempengaruhi aktivitas aphids sebagai
vektor utama virus ini. Curah hujan yang rendah dan suhu tinggi sangat menghambat
perkembangan kutu aphids (Fauzana, et.al., 2002).Bentuk RNA virus CMV sangat
menular dan stabil pada suhu 20 oC.Kecepatan angin yang tinggi membantu kutu
16
ahids dalam melakukan pergerakannya dari 1 tanaman ke tanaman lainnya sehingga
virus mudah tersebar.Keadaan tanaman yang rentan juga memudahkan virus untuk
melakukan inokulasi pada tubuh tanaman.Perkembangan virus juga dipengaruhi
banyaknya inang yang tersedia. Suatu daerah yang tersedia inang dalam skala luas
akan membantu perkembangan virus, karena inang yang tersedia maka virus dapat
terus berkembang.
Serangan virus CMV dapat merajalela saat musim pancaroba yaitu peralihan
musim kemarau dan musim hujan.Kerugian akibat serangan CMV dapat menurunkan
jumlah buah per tanaman sebesar 81,4% dan bobot buah per tanaman sebesar 82,3%
(Sari et.al., 1997). Kehilangan hasil akibat serangan virus CMV pada tanaman
mentimun antara 9,67 % - 46,95 % (Hidayah, 2011). Serangan CMV pada tanaman
tembakau dapat menyebabkan kerugian berkisar antara 30–73,5% (Suhara dan
Supriyono, 2006).Kehilangan hasil tersebut dapat sangat merugikan sehingga
diperlukan pengendalian agar kehilangan hasil tetap dapat dijaga pada ambang batas
ekonomi.
CMV dapat melakukan inveksi secara sistemik pada jaringan- jaringan muda
tanaman yang dapat menimbulkan gejala akut. Gejala serangan virus CMV pada
cabai adalah daun akan menggulung , perubahan warna daun (mosaik), daun
menyempit, mengkerut, berukuran kecil, mengalami nekrosis, dan membentuk
cincin-cincin nekrotik. Gejala pada batang adalah batang mengalami stunt (kerdil).
Sedangkan pada buah adalah buah akan mengalami black spot, bercak dan cincincincin nekrotik, serta buah bengkok (Siregar, 2005).
Gejala yang ditimbulkan oleh CMV dapat dilihat langsung.Gejala pada daun
yaitu daun menggulung dan mengalami mozaik (Gambar 4A). Gejala tersebut akan
sangat mengganggu proses fotosintesis karena daun yang menggulung menyebabkan
daun tidak mampu berfotosintesis sehingga proses metabolism pada tanaman akan
sangat terganggu sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara
maksimal. Serangan pada buah akan menyebabkan buah yang dihasilkan kecil dan
17
bengkok (Gambar 4B). Kondisi buah yang demikian akan sangat menurunkan
kualitas dan kuantitas buah, selain itu juga dapat menurunkan harga.
(A)
(B)
Gambar 4.Gejala serangan CMV; (A). Gejala pada daun; (B). Gejala pada buah.
Sumber: Anonim, 2011b.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu penghilangan sumber inokulum,
menghindari sumber infeksi, pengguanaan varietas tahan, pengendalian vektor,
pengendalian dengan tanaman transgenik dan pengendalian dengan proteksi silang.
Penghilangan sumber inokulum dapat dilakukan dengan sanitasi yaitu pembersihan
gulma disekitar tanaman agar tidak menjadi inang virus dan mencabut tanaman yang
terinfeksi agar tidak menular ke tanaman lain. Menghindari sumber inveksi dapat
dilakukan dengan pergiliran tanaman dan pencegahan vektor masuk dalam
pertanaman. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan kimiawi dan non-kimiawi.
Kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan insektisida sedangkan yang non kimiawi
dapat menggunakan tanaman pembatas, mulsa dan minyak mineral yang
diaplikasikan pada tanaman. Pengendalian dengan tanaman transgenik ada dua tipe
yaitu ketahanan yang khas terhadap virus asal gen dan ketahanan spektrum luas yaitu
mempunyai sifat ketahanan terhadap virus lainnya (Suhara dan Supriyono, 2006).
Pengendalian CMV dengan proteksi silang yaitu penggunaan strain lemah
virus untuk melindungi tanaman dari superinfeksi strain ganas virus. Salah satu yang
dapat digunakan untuk pengendali hayati sebagai strain lemah dari virus CMV adalah
CMV-satRNA. Dari hasil penelitian (Akin, 2005) menunjukkan bahwa inveksi CMVsatRNA pada tanaman cabai tidak menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas
18
hasil panen cabai. Hal tersebut dilihat dari beberapa parameter seperti tinggi tanaman
serta panjang, jumlah dan bobot buah cabai yang dihasilkan.Tanaman cabai yang
telah diinokulasi CMV-satRNA menghasilkan hasil yang sama dengan kontrol.
Sebagai pengendali hayati CMV-satRNA juga memiliki kelebihan yaitu tidak
patogenik terhadap tanaman dan tidak memiliki sifat sinergi dengan virus lain yang
menyerang tanaman cabai.
Kendala dalam pengendalian CMV (Akin, 2005):
1. Sulit ditemukan varietas cabai yang tahan karena keragaman genetika CMV yang
tinggi
2. Banyaknya tanaman inang untuk CMV
3. CMV dapat ditularkan oleh beberapa kutu daun secara nipersisten.
Varietas tanaman cabai tahan CMV sulit ditemukan karena keragaman
genetika CMV yang tinggi. CMV dapat menyerang pada beberapa strain yang
berbeda sehingga pengujian ketahanan terhadap 1 strain virus belum tentu dapattahan
dengan strain yang lain. Virus ini juga dapat menyerang pada fase generatif maupun
vegetatif yang dapat menimbulkan gejala yang berbeda.
Tanaman yang sering menjadi inang dari CMV adalah tembakau , tomat,
cabai, mentimun, terong, buncis, kacang tunggak, dan kacang panjang. Banyaknya
inang virus ini menyebabkan sulitnya pengendalian virus ini.Selain itu, virus ini juga
dapat menyerang gulma yang ada di sekitar pertanaman sehingga virus bisa tetap ada
di lapangan meski tanaman inang utama sudah tidak ditanam.
CMV dapat ditularkan oleh 86 spesies aphid secara nipersisten. Jenis serangga
yang dapat menjadi vektor virus ini yaitu kutu daun (Aphids) wereng daun
(Leafhopper), wereng batang (Planthopper), dan wereng pohon (Treehopper).
Serangga ini mempunyai alat mulut penusuk dan pengisap. Banyaknya vektor dapat
menyebabkan perkembangan atau penyebaran virus dapat terjadi lebih cepat, selain
itu pengendalian untuk salah satu vektor belum tentu bisa digunakan untuk
mengendalikan vektor lain, sehingga menyulitkan dalam pengendalian vector
pembawa virus.
19
IV. PEMULIAAN TANAMAN CABAI TAHAN CMV
Penciptaan varietas-varietas yang memiliki sifat ketahanan sangat diperlukan
untuk mendukung peningkatan produksi. Perakitan varietas tahan dapat dilakukan
dengan persilangan antar tanaman cabai agar dapat menghasilkan tanaman yang dapat
memiliki sifat ketahanan terhadap CMV. Perakitan cabai tahan CMV melalui
persilangan dapat dilakukan dengan pembentukan tanaman hibrida. Perlu dilakukan
pengujian ketahanan terhadap tetua yang akan disilangkan sebelum dilakukan
persilangan. Persilangan dapat dilakukan dengan 2 tetua yang salah satunya memiliki
sifat tahan. Tetua tahan tersebut yang menjadi donor ketahanan yang bertujuan
memperbaiki sifat tetua satunya. Hasil persilangan tersebut kemudian diseleksi dan
tanaman terseleksi yang memiliki sifat tahan dapat diperbanyak (Anonim, 2005).
Tahapan dalam pembentukan varietas hibrida yaitu: pemilihan tetua,
pembentukan galur murni, kastrasi tetua betina dan pengumpulan serbuk sari,
persilangan. Pemilihan tetua disesuaikan dengan sifat yang diinginkan. Tetua
sebaiknya homozigot agar efek dari gen-gen resesifnya tidak tertutupi oleh gen-gen
dominannya. Populasi homozigot dapat diperoleh dengan cara penyerbukan sendiri.
Apabila tetua telah ditentukan maka dilakukan pembentukan galur murni dengan
menutup bunga agar tidak terserbuki oleh bunga lain dan melakukan isolasi
tempat.Sebelum melakukan persilangan dilakukan pengumpulan serbuk sari dan
emaskulasi tetua betina.Pengumpulan serbuk sari dilakukan pada bunga yang kotak
sarinya telah terbuka, lebih baik diambil dari bunga yang hampir mekar tetapi masih
tertutup untuk menghindari campuran dari serbuk sari bunga lain. Kastrasi dilakukan
dengan membuang kotak sari dan mahkota pada bunga yang sudak masak (masih
tertutup tetapi sudah berwarna putih). Persilangan dilakukan denganmenyapukan
serbuk sari pada stigma bunga yang telah dikastrasi (Gambar 6). Waktu yang baik
untuk persilangan tanaman cabai yaitu pukul 08.00-11.00.Pada jam tersebut bunga
cabai mekar dan putiknya siap untuk diserbuki.
20
(Tetua Betina)
(Tetua Jantan)
Gambar 5. Proses persilangan cabai
Sumber: Anonim, 2011a
Penelitian tentang cabai tahan CMV belum banyak dilakukan sehingga
varietas tanaman cabai tahan CMV masih sulit ditemukan. Salah satu penelitian
Astuti (2003) tentang seleksi tanaman cabai tahan CMV menghasilkan 2 tanaman
cabai tahan yaitu MK dan MS. Pada penelitian ini digunakan Sembilan varietas cabai
yaitu Taro, Prabu, Silver, Laris, MK, MS, Jatilaba, Pepper California wonder, dan
Mutiara RB yang memiliki daya hasil tinggi yaitu 7-8 ton per hektar. Semua varietas
diinokulasikan dengan isolat CMV dan dilakukan pengamatan dimulai dari 1 hari
setelah inokulasi sampai 28 hari setelah inokulasi. Virus diinokulasikan saat tanaman
memiliki 3 daun atau berumur sekitar 1 bulan. Isolat didapatkan dengan cara
menggerus tanaman yang telah terinfeksi virus. Dari hasil pengamatan didapatkan
bahwa Varietas MS dan MK tidak menimbulkan gejala kerdil maupun mozaik pada
daunnya.Kenampakan kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata dengan kontrol.
21
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kejadian penyakit
Varietas
Jumlah tanaman yang bergejala/tanaman yang diinokulasi
Taro
5/5
Prabu
5/5
Laris
5/5
MK
0/5
MS
0/5
Mutiara RB
4/4
Silver
5/5
Jatilaba
2/3
PCW
3/5
Sumber: Astuti, 2003.
2/5
1/5
1/5
0/5
0/5
1/5
1/5
1/5
4/5
5/5
4/5
4/5
0/5
0/5
1/5
2/5
3/5
5/5
4/5
3/5
1/5
0/5
0/5
1/5
2/5
1/5
5/5
Tanaman cabai varietas MK dan MS memiliki ketahanan terhadap
CMV.Tanaman cabai MK dan MS yang diuji cobakan tidak ada yang memunculkan
tanda-tanda serangan CMV selama pengamatan.Dari 5 tanaman 0 tanaman yang
menimbulkan gejala. Sedangkan untuk tanaman dengan varietas lain ada yang
menimbulkan gejala, bahkan ada yang semua tanaman yang diuji cobakan
menimbulkan gejala (Tabel 3). Dengan Sifat ketahanan yang dimiliki, MK dan MS
dapat digunakan sebagai tanaman induk untuk penciptaan varietas tahan CMV
maupun untuk sumber gen ketahanan terhadap CMV.
Tanaman cabai tahan CMV biasanya memiliki daun yang tebal, warna daun
terang dan memiliki lapisan lilin (Yun hee lee, et.al. 2009). Daun yang tebal akan
menyulitkan aphids
sebagai vektor virus CMV untuk menusuk/ melukai daun
sehingga virus tidak dapat masuk ke dalam sel tanaman. Virus yang bersifat obligat
tidak mampu bertahan lama di luar tubuh inangnya, karena waktu yang dibutuhkan
aphids untuk melukai daun yang tebal lebih lama virus tidak mampu bertahan,
sehingga penyebarannya terhambat. Warna daun yang terang dan lapisan lilin yang
dimiliki daun akan memantulkan sinar matahari sehingga membuat aphids tidak mau
hinggap, karena aphids tidak mau hinggap pada tanaman cabai maka penyebaran
virus terhambat.
22
Ketahanan tanaman cabai terhadap CMV dapat didapatkan melaui penyisipan
gen ketahanan pada tanaman. Ketahanan terhadap patogen adalah kemampuan
tanaman untuk mencegah masuknya patogen atau menghambat perkembangan dan
penyebaran patogen dalam jaringan tanaman. Tanaman akan mempertahankan diri
dengan dua cara yaitu : (1) adanya sifat-sifat struktural pada tanaman yang berfungsi
sebagai penghalang fisik dan akan menghambat patogen untuk masuk dan menyebar
di dalam tanaman, dan (2) respon biokimia yang berupa reaksi-reaksi kimia yang
akan terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman, sehingga patogen dapat mati atau
terhambat pertumbuhannya.Gen ketahanan didapatkan dengan isolasi gen pada
tanaman yang memiliki sifat tahan. Contoh gen ketahanan CMV pada tanaman cabai
yang sudah dapat diisolasi yaitu gen CP CMV (Yun hee lee, et.al. 2009). Terdapat
dua tipe ketahanan tanaman transgenik terhadap virus yaitu (1) ketahanan yang khas
terhadap virus asal gen dan (2) ketahanan spektrum luas yaitu mempunyai sifat
ketahanan terhadap virus lainnya (Anonim, 2013c). Salah satu gen yang dapat
disisipkan untuk ketahanan terhadap CMV yaitu gen yang mampumengakumulasi
asam salisilat.Akumulasi asam salisilat menjadi sinyal untuk mengaktifasi gen-gen
yang mengkode PR-protein yang digunakan untuk melawan infeksi patogen.Asam
salisilat berinteraksi dengan banyak reseptor dan atau penyandi lintasan yang aktif
pada berbagai kondisi untuk menyebabkan efek kematian dan atau pertumbuhan sel
(Taufik, et.al., 2010).
Perakitan tanaman cabai transgenik dapat dilakukan dengan metode
transformasi gen. Pada metode ini diperlukan bantuan vektor yaitu Agrobacterium
tumefaciens. Tahapan yang dilakukan yaitu isolasi, kloning dan kontruksi gen
ketahanan terhadap CMV. Gen ketahanan yang diperoleh kemudian diinduksikan ke
dalam tanaman cabai, yang kemudian dilakukan analisis molekuler tanaman
transgenik dan uji ketahanan serta pewarisan sifat gen ketahanan. Isolasi merupakan
proses
pemisahan
suatu
DNA.
Dalam
proses
isolasi
diperlukan
primer
oligonukleotida untuk mendapatkan gen CP CMV. Primer tersebut bersifat spesifik,
sehingga hanya gen yang diinginkan yang dihasilkan.Setelah didapatkan CP CMV
23
dilakukan RT-PCR untuk mendapatkan cDNA CP CMV. Kemudian dilakukan
kloning antara cDNA CP CMV dengan plasmid vektor dengan cara meligasekan
cDNA CP CMV ke dalam pGEM-T Easy (promega). Kloning tersebut bertujuan
untuk menggandakan cDNA yang dihasilkan.Plasmid rekombinan dari hasil kloning
kemudian ditransformasikan ke dalam Escherichia coli dan dilakukan seleksi dengan
cara di tanam pada media yang mengandung amphisilin dan X-gal. DNA CP CMV
hasil seleksi yang telah dielektroforesis kemudian dimasukkan ke dalam plasmid
pCAMBIA 1301 yang mengandung promoter kuat untuk tanaman. Plasmid tersebut
kemudian dipindahkan ke dalam Agrobacterium tumefaciens yang kemudian
diseleksi dengan menggunakan antibiotik penyeleksi (Siregar dan Khardinata, 2005).
Gen CP CMV yang didapatkan kemudian diintroduksi ke tanaman. Introduksi
dapat dilakukan melalui daun dengan cara merendam eksplan daun ke dalam
Agrobacterium tumefaciens yangmengandung gen CP CMV selama 5 menit. Eksplan
yang telah direndam ditumbuhkan dengan kultur jaringan (media MS, IBA, IAA,
antibiotik penyeleksi, antibiotik cefotaxime untuk membunuh Agrobacterium.
Tanaman yang tumbuh kemudian dilakukan analisis molekuler untuk membuktikan
integrasi gen.Kemudian dilakukan uji ketahanan terhadap tanaman yang dihasilkan.
Pengujian dilakukan dengan cara introduksi CMV pada tanaman F1. Setelah 3
minggu pucuk daun dianalisis menggunakan ELISA.Sedangkan pengujian pewarisan
sifat dilakukan sampai F2 (Siregar dan Khardinata, 2005).
Sebagai contoh, tanaman cabai transgenik hasil penelitian Yun hee lee,
et.al.(2009) menghasilkan tanaman cabai transgenik tahan terhadap CMV akibat
penyisipan gen ketahaan CMVP0-CP. Pada penelitian tersebut digunakan biji cabai
dari tiga galur inbrida ( P915 , P2377 danPh240) sebagai tanaman induk yang akan
disisipi gen tahan terhadap CMV. Biji tersebut di tanam pada media Ms kemudian
ditumbuhkan dalam media cair YEP ( OD600 : 0,3-0,5 ) yang mengandung
Agrobacterium EHA105, yang berisivektor biner dengan promotor 35S CaMV dan
genNPTIIuntuk seleksi kanamisin bersama dengan gen CMVP0-CP. Penelitian
tersebut menghasilkan tanaman yang tahan dengan virus CMV. Sifat ketahanan
24
tersebut terbukti setelah dilakukan analisis gen yang menunjukkan gen berhasil
disisipkan dan juga setelah dilakukan pengujian dengan cara inokulasi CMV pada
tanaman. Pengamatan yang dilakukan setelah inokulasi CMV pada tanaman
menunjukkan tanaman transgenik
yang dihasilkan tumbuh normal sedangkan
tanaman yang tidak disisipi gen menunjukkan gejala serangan yaitu tanaman kerdil,
daunnya menguning serta buah yang dihasilkan kecil dan bengkok.
Tanaman T merupakan tanaman transgenik yang berhasil disisipi gen
ketahananCMVP0-CP yang memiliki sifat tahan serangan CMV. Tanaman tersebut
tumbuh normal, daunnya hijau dan menghasilkan buah normal. Tanaman S
merupakan tanaman asli yang tidak memiliki gen ketahanan, dari hasil pengujian
terlihat bahwa tanaman tersebut mengelami gejala seperti kerdil, daunnya menguning
serta buahnya bengkok dan kecil (Gambar 6).
Varietas cabai tahan CMV akan sangat membantu karena selama ini kerugian
akibat CMV sangat tinggi dan pengendalian untuk mengurangi dampak serangan
virus ini juga membutuhkan biaya lebih yang dapat mengurangi penghasilan petani.
Tanaman transgenik tersebut diharapkan dapat membantu dalam proses produksi
cabai karena dengan tanaman tersebut maka penurunan produksi akibat serangan
CMV pada tanaman cabai dapat dihindari. Tanaman tersebut dapat dijadikan pilihan
sebagai bahan tanam dalam melakukan budidaya cabai. Penggunaan varietas tahan
akan menghemat biaya dalam proses budidaya cabai yang dilakukan, dengan
menggunakan varietas cabai maka penggunaan input untuk menghindari CMV tidak
diperlukan lagi. Pembiayaan untuk tenaga kerja dalam proses budidaya juga dapat
dikurangi karena tidak diperlukan perlakuan-perlakuan untuk menghindari serangan
dari CMV.
25
Gambar 6. Hasil Penelitian Cabai Transgenik Tahan CMV
Sumber: Yun hee lee, et.al. (2009).
Keterangan:
T = Tanaman Transgenik
S = Tanaman nontransgenik
26
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. CMV merupakan salah satu patogen yang susah dikendalikan karena
memiliki inang dan vektor banyak.
2. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu penghilangan sumber inokulum,
menghindari sumber infeksi, pengguanaan varietas tahan, pengendalian
vektor, pengendalian dengan tanaman transgenik dan pengendalian
dengan proteksi silang.
3. Perakitan varietas tahan CMV dapat dilakukan dengan persilangan buatan
2 tetua dan penciptaan tanaman transgenik.
B. Saran
1. Penggunaan varietas tahan disarankan dalam pembudidayaan tanaman
cabai karena lebih efektif dibandingkan dengan pengendalian yang lain.
2. Penggunaan gen ketahanan yang bersifat spektrum luas (tidak hanya tahan
pada 1 virus) pada perakitan tanaman cabai transgenik agar lebih efektif.
27
DAFTAR PUSTAKA
Akin, H. M. 2005. Kepatogenan Satelit RNA yang berasosiasi dengan Cucumber
Mozaik Virus (CMV- satRNA) pada tanaman cabai. Jurnal HPT Tropika.
Anonim. 2005. Pemuliaan tanaman cabai tahan CMV. http://repository.ipb.ac.id.
Diakses pada tanggal 1 November 2013.
Anonim.
2007.
Fungsi,
manfaat
dan
efek
samping
betakaroten.
http://www.amazine.co/10330/tips-diet-sehat-fungsi-manfaat-efek-sampingbeta-karoten/. Diakses pada tanggal 1 November 2013.
Anonim. 2010. Mengenal hama kutu hijau (Aphids sp). http://cybex.deptan.go.id/.
Diakses padatanggal 1 November 2013.
Anonim.2011a.
Crossing
and
breeding
peppers.http://www.fatalii.net/Growing_chile_peppers/Breeding.
padatanggal 1 November 2013.
chile
Diakses
Anonim,
2011b.Penyakit
utama
cabai
pada
musim
pancaroba.http://agrowangi.blogspot.com/2011/07/penyakit-utama-tanamancabe-pada-musim.html. Diakses pada tanggal 1 November 2013.
Anonim.2012a.
Hama
penyakit
tanaman
cabai.http://www.jualbenih.net/2012/04/hama-penyakit-tanaman-cabai-hama/.
Diakses padatanggal 1 November 2013.
Anonim.2012b. Capsaicin (Zat yang terkandung dalam
kafa.blogspot.com/2012/01/capsaicin_10.html. Diakses
November 2013.
cabai).http://mypadatanggal 1
Anonim.2012c.
Luas
panen,
produksi
dan
produktivitas
cabai.http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=3&tabel=1&id_subyek=55.
BPS (Badan Pusat Statistik.Diakses pada tanggal 18 November 2013.
Anonim. 2013a. Konsumsi rata-rata per kapita setahun bahan makanan di Indonesia
tahun 2008-2012.Survei sosial ekonomi nasional.
Anonim.2013b.
Manfaat
dan
efek
samping
vitamin
c.
http://www.hasbihtc.com/manfaat-dan-efek-samping-vitamin-c.html.Diakses
pada tanggal 1 November 2013.
28
Anonim. 2013c. Gejala dan cara mengatasi cucumber mozaic virus.
http://teknoinfokita.blogspot.com/2013/08/ala-zabut_31.html. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2013.
Astuti, A.P. 2003. Seleksi beberapa genotip cabai (Capsicum sp) terhadap infeksi
beberapa strain Cucumber Mozaic Virus dan Chilli Vein Mottle Virus. Hasil
Penelitian.
Duriat, A.W., W. Hadisoeganda, T. A Soetiarso, dan l. Prabaningrum. 1996.
Teknologi Produksi Cabai Merah. Balitsa, Lembang.
Fauzana, H., S. Safei, A. Hasyim, dan M. Kasim. 2002. Pengaruh ketinggian tempat
dan musim terhadap fluktuasi aphids pada tanaman kentang. Jurnal penelitian
pertanian.
Hidayah. 2011. Respon empat varietas tanaman mentimun (cucumis sativus l.)
terhadap infeksi cucumber mosaic virus (cmv) pada inokulasi umur tanaman
yang berbeda. Jurnal Pertanian.
Kirana, R. 2006. Perbaikan daya hasil varietas cabai lokal melalui persilangan antar
varietas. Jurnal Penelitian Pertanian.
Kurnianti,
N.
2013.Virus
tanaman.http://www.tanijogonegoro.com/2013/06/virus.html.
padatanggal 1 November 2013.
pada
Diakses
Maspary. 2010. Cara mencegah kerontokan bunga dan buah cabai.
http://www.gerbangpertanian.com/2010/10/mencegah-rontok-bunga-danbuah-cabai.html.Diakses pada tanggal 18 November 2013.
Pracaya, 1995. Bertanam Lombok. Penebar Swadaya, Jakarta.
Reswita. 2012. Harga pokok, impas, dan profitabilitas usahatani cabai merah
(Capsicum annum L) di desa Sumber Urip kecamatan Selupu Rejang
kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agribisnis.
Santika, A. 1999. Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sari CIN, Suseno R, Sudarsono, Sinaga M. 1997.Reaksi sepuluh galurcabai terhadap
infeksi isolat CMV dan PVY asal Indonesia.Jurnal Fitopatologi.
29
Setiadi. 1999. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, E. B. M. 2005. Uji virulensi isolate CMV asal Sumatra Utara pada tanaman
cabai. Jurnal Pertanian.
Siregar, E. B. M., dan Khardinata, E. H. 2005. Rekayasa genetika tanaman cabai
(Capsicum annum l.) tahan virus Virus Mozaik ketimun (CMV) . Jurnal
Komunikasi Penelitian.
Siregar, N. 2013. Cucumber Mozaic Virus (CMV) pada tanaman cabai.
http://skpkarimun.or.id. Diakses pada tanggal 1 November 2013.
Suhara, C., dan Supriyono. 2006. Peranan penyakit Cucumber Mozaik Virus (CMV)
dan strategi pencegahannya pada budidaya tembakau besuki no . Jurnal
Pertanian.
Sumarna, A .1998. Irigasi Tetes pada Budidaya Cabai. Balai Penelitian Tanaman
Sayur, Lembang.
Sunaryono, H. 1999. Budi Daya Cabe Merah. Algensindo, Bandung.
Syukur,
M.
2013.
Produksi
cabai
Indonesia
masih
mencukupi.http://www.investor.co.id/agribusiness/produksi-cabai-indonesiamasih-mencukupi/57456.Diakses pada tanggal 8 Desember 2013.
Tabin,
A.
2010.
Klasifikasi
Cabai
Merah.
http://amintabin.blogspot.com/2010/09/klasifikasi-cabai-merah-capsicumannum.html. Diakses pada tanggal 31 Desember 2013.
Taufik, M., A.P. Astuti., dan S. H. Hidayat. 2005. Survey infeksi Cucumber Mozaik
Virus dan Chilli veinal mottle virus pada tanaman cabai dan seleksi ketahanan
beberapa kultivar cabai. Jurnal Agrikultura.
Taufik, M., A. Rahman, A. Wahab. S.H. Hidayat. 2010. Mekanisme ketahanan
terinduksi oleh Plant Growt Promoting Rhizobacteria (PGPR) pada tanaman
cabai terinfeksi Cucumber Mozaic Virus (CMV). Jurnal Hortikultura.
Tindall. H. D. 1983. Vegetables in the Tropics. Mc. Millan Press, London.
30
Tora,
D.
2013.
Budidaya
tanaman
tani.blogspot.com/2013/01/budidaya-tanaman-cabai.html.
padatanggal 1 November 2013.
cabai.http://omDiakses
Utami, S. 2011. Manfaat kandungan zat dalam cabe (Capsicum annum L) bagi
kesehatan. Jurnal Kesehatan.
Wiryanta. 2002. Penyakit virus pada tanaman cabai di musim hujan.
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penyakit-virus-tanaman-cabai-padamusim-hujan. Diakses pada tanggal 18 November 2013.
Wiyono, S. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yun Hee Lee,Min Jung, Sun Hee Shin, Ji Hee Lee, Soon Ho Choi , Nam Han Her,
Jang Ha Lee, Ki Hyun Ryu, Kee Yoeup Paek, and Chee Hark Harn. 2009.
Genetic Transformation and Hybridization Journal.
Zulkifli, A., A. Yusuf, Amrizal, T. Iskandar, M. Adil, M. N. Ali, B. Sulaeman,
Paswita, A. Azis, T. M. Fahrizal, Z. Umar, dan T. Djuanda. 2000. Rakitan
teknologi budidaya cabe merah. Jurnal Penelitian Pertanian.
31
Lampiran Pertanyaan dan Jawaban
1. Muhammad Habib Widyawan (12103)
Pertanyaan:
Apakah gen ketahanan untuk CMV sudah dapat diisolasi? Gennya apa? Tindak
gennya seperti apa?
Jawaban
:
Gen ketahanan dapat diisolasi dari tanaman yang memiliki sifat tahan. Gen
ketahanan untuk CMV sudah dapat diisolasi nama gennya adalah gen CP CMV,
tetapi untuk penjelasan lebih detail tentang gennya tidak dapat dijelaskan kerena
itu merupakan rahasia perusahaan sehingga belum ada diskripsi yang menjelaskan
tentang gen ketahanan tersebut yang dipubilikasikan.
2. Nurul Hasanah (11971)
Pertanyaan :
a. Apa hubungan hasil seleksi tanaman cabai dengan perakitan tanaman cabai
tahan CMV?
b. Apa ciri-ciri morfologi tanaman cabai tahan CMV?
Jawaban
:
a. Seleksi tanaman cabai dilakukan dengan tujuan mendapatkan varietas tanaman
cabai tahan CMV, dari hasil penelitian dapat diketahui varietas tanaman cabai
yang memiliki sifat tahan terhadap CMV. Pada penelitian Astuti (2003)
didapatkan varietas MK dan MS yang memiliki sifat ketahanan terhadap CMV
karena dari hasil pengujian dua varietas tersebut tidak menunjukkan gejala.
Tanaman yang memiliki sifat tahan tersebut dapat digunakan sebagai tanaman
induk ataupun sumber gen dalam perakitan tanaman cabai tahan CMV.
b. Ciri–ciri morfologi tanaman cabai tahan CMV yaitu daunnya tebal, memiliki
lapisan lilin dan berwarna agak cerah. Daun yang tebal dan lapisan lilin akan
menyulitkan vektor untuk menusuk daun, sehingga virus akan susah untuk
masuk ke dalam sel tanaman, selain itu lapisan lilin dan warna daun yang cerah
32
apabila terkena sinar matahari akan memantulkan sinar sehingga akan
menyilaukan yang dapat menyebabkan serangga vektor enggan untuk hinggap.
3. Onist Tresnawati Sahit (10725).
Pertanyaan:
Pengendalian serangan CMV menggunakan kultur teknis ataukah varietas
tahanyang lebih efektif?
Jawaban
:
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan cara penghilangan sumber
inokulum, menghindari sumber infeksi, pengendalian vektor. Penghilangan sumber
inokulum dapat dilakukan dengan sanitasi yaitu pembersihan gulma disekitar
tanaman agar tidak menjadi inang virus dan mencabut tanaman yang terinfeksi
agar tidak menular ke tanaman lain. Menghindari sumber inveksi dapat dilakukan
dengan pergiliran tanaman dan pencegahan vektor masuk dalam pertanaman.
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan kimiawi dan non-kimiawi. Kimiawi
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida sedangkan yang non kimiawi dapat
menggunakan tanaman pembatas, mulsa dan minyak mineral yang diaplikasikan
pada tanaman. Pengendalian-pengendalian kultur tersebut membutuhkan tenaga
kerja yang lebih banyak selama budidaya serta panambahan biaya untuk proses
produksi dalam pembelian sarana produksi seperti mulsa dan pestisida.
Penggunanan varietas tahan lebih efektif dibandingkan dengan pengendalian kultur
teknis, karena pada pengendalian yang lain diperlukan input seperti pembelian
mulsa dan pestisida serta membutuhkan pegawai lebih banyak sehingga biaya yang
dibutuhkan juga lebih banyak. Agen hayati untuk mengendalikan serangga vektor
untuk virus ini belum ada di Idonesia sehingga perlu introduksi dari Amerika,
proses tersebut rumit dan membutuhkan biaya mahal.
33
4. Agustinus Wahyu Krisnanta (12045).
Pertanyaan:
Apakah virus CMV dapat terbawa benih?
Jawaban
:
Virus CMV dapat ditularkan melalui gesekan tanaman yang terinfeksi dan
tanaman sehat ataupun ditularkan oleh serangga vektor. Virus akan masuk melalui
luka pada tanaman atau diinjeksikan oleh serangga vektor. Setelah berhasil masuk
dalam tubuh tanaman virus ini akan menginjeksi sel dan masuk ke dalam sel
tanaman, setelah berhasil masuk ke dalam sel tanaman virus ini akan ikut
bereplikasi bersamaan sel tanaman sehingga akan menyebar ke seluruh bagian
tubuh tanaman bersamaan dengan distribusi sel pada jaringan tanaman. Oleh
karena itu virus ini juga dapat masuk ke dalam biji tanaman yang dijadikan sebagai
benih, sehingga benih yang diambil dari tanaman yang telah terinfeksi virus ini
dapat membawa virus yang menyebabkan benih yang dihasilkan juga terinfeksi
CMV.
5. Rima Indhirawati (12165).
Pertanyaan:
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk perakitan cabai tahan CMV?
Jawaban
:
Perakitan tanaman cabai tahan CMV dengan metode konvensional melalui
persilangan dengan bantuan manusia dapat dilakukan sampai F6 untuk
mendapatkan tingkat homozigositas tinggi.Pada setiap keturunan mulai dari F1
sampai F6 dilakukan seleksi agar dapat diketahui keturunan yang dihasilkan dan
diambil keturunan yang memiliki sifat yang diinginkan.Pada perakitan melalui
transgenik pengujian dapat dilakukan pada F2 dan seleksi dapat dilakukan pada
keturunan selanjutnya, namun terkadang tanaman yang diinginkan belum tentu
bisa didapatkan sehingga perlu waktu lebih lama untuk pengujian-pengujian ulang.
34
Download