tugas diskusi mata kuliah komunikasi pendidikan

advertisement
TUGAS DISKUSI
MATA KULIAH KOMUNIKASI PENDIDIKAN
“PROBLEM-PROBLEM KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PAI”
Dosen Pengampu: Muh. Syamsudin, S. Ag, M. Pd.
Oleh:
Rafiq Ridho
Eka Karuniawati
Aziz Hasan
Marisah
Akhmad Khotami
Nida Nashuha
Antika Nurunni’mah
Eka Nur Astuti
Erfina Dyah Anggraheni
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012
“PROBLEM-PROBLEM KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PAI”
Berdasarkan hasil diskusi dari kelompok IV, terdapat beberapa problem
komunikasi dalam proses pembelajaran PAI beserta beberapa solusi yang ditawarkan,
sebagai berikut:
1. Kurangnya Minat Siswa terhadap Mata Pelajaran PAI di Sekolah.
Siswa menganggap bahwa mata pelajaran PAI bukanlah mata pelajaran
pokok yang harus dipelajari, karena PAI dianggap hanyalah sebuah mata pelajaran
sampingan di sekolah. Siswa lebih giat dan antusias untuk belajar ilmu umum,
seperti ilmu alam maupun ilmu sosial. Sehingga, pantas saja jika kita ketahui
bahwa pembelajaran PAI di sekolah hanya sekedar interaksi guru & siswa yang
terjadi selama kurang lebih 2 jam. Tidak ada pembelajaran yang menggairahkan,
pembelajaran yang special. Paling paling ya hanya itu, guru berceramah dan siswa
hanya mendengarkan.
Terlebih lagi, mata pelajaran agama yang sebagian besar materi yang
diajarkan bersifat abstrak seperti adanya surga dan neraka, bagaimana
membuktikan bahwa orang itu benar benar jujur atau tidak. Sehingga, terkadang
membuat siswa jenuh dengan penjelasan dari guru yang mengajar dengan metode
kontekstual saja, hingga minat siswapun malah semakin berkurang untuk
memepelajari PAI.
Yang tak kalah pentingnya adalah, menanamkan kepada siswa keyakinan
akan pentingnya mempelajari ilmu agama, karena sungguh menuntut ilmu agama
adalah hukumnya wajib. Tidak hanya berguna untuk di dunia saja, tetapi juga untuk
bekalan di akhirat. Karena,dari belajar ilmu agama, dunia dan akhirat bisa kita raih
semuanya.
Intinya disini adalah problem komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran
PAI salah satunya yaitu kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran PAI hingga
menyebabkan siswa tidak serius dan tidak memberikan timbal balik yang positif
pada interaksi antara guru dan murid dalam belajar PAI dan yang terjadi adalah
problem komunikasi dalam pendidikan tersebut.
2. Pengaruh Cara Mengajar Guru yang hanya Ceramah dan Monoton
Dalam suatu pembelajaran PAI, beberapa guru menggunakan metode
mengajar yang berbeda-beda. Ada guru yang kreatif dan inovatif dalam
menerapkan metode belajar, sehingga siswa tidak merasa bosan selama
pembelajaran berlangsung, dan siswa dapat memerima pelajaran dengan maksimal.
Ada pula guru yang dalam mengajar menggunakan metode ceramah, tidak diselingi
dengan metode lain atau dengan kata lain guru tidak mempunyai kreativitas.
Kenyataan yang terjadi banyak guru yang menggunakan metode ceramah karena
metode tersebut yang paling mudah untuk diterapkan dan tidak menuntut guru
untuk berfikir kreatif. Metode ceramah sangat tidak disukai oleh siswa karena
membosankan dan membuat ngantuk sehingga menimbulkan terjadinya miss
komunikasi diantara guru dan murid tersebut. Tetapi guru tidak menyadari bahwa
metode yang digunakan sangat membosankan dan membuat siswa kurang bisa
memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
Seharusnya guru mampu berfikir kreatif dan inovatif dalam menerapkan
metode pembelajaran, misalnya dengan diselingi games yang ada kaitannya dengan
materi yang diajarkan, bisa juga sewaktu-waktu pembelajaran dilakukan out door,
sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana pembelajaran dikelas, sesekali
mengadakan kuis untuk memotifasi siswa dalam belajarnya dan bersaing dalam
prestasinya, guru juga sesekali dapat menjadi siswa, artinya tidak selalu guru yang
ceramah didepan kelas, tetapi dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi, siswa
bisa lebih aktif untuk menyampaikan pendapatnya didepan kelas dan guru
mendengarkan, masih banyak metode-metode yang lain yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran.
Jika guru menerapkan metode-metode yang kreatif dan inovatif misalnya
pada contoh diatas, siswa tidak akan merasa jenuh dan bosan karena metode
pembelajaran yang digunakan tidak monoton itu-itu saja. Metode yang kreatif dan
inovatif demikian justru akan memicu siswa untuk lebih giat dalam belajar, dan
meraih prestasi setinggi-tingginya, siswa akan merasa prestasinya harus lebih baik
dari teman-temannya. Hal seperti ini juga dapat mempererat keakraban antara siswa
dan guru.
3. Pandangan Negatif Siswa terhadap Ilmu Agama Islam itu tidak Menjanjikan
Banyak anak bahkan orang tua masih memisahkan agama dengan segala
hal yang berkaitan dengan keseharian. Seperti di dalam pendidikan, agama
dipisahkan dan dikesampingkan dengan kebutuhan mempelajari pelajaran yang
bersifat duniawi. Contoh anak dituntut pintar walaupun keseharian anak itu secara
agama kurang, seperti tidak sholat dan menjalankan perintah agama lainya. Tapi
orang tua tetap bangga anaknya pintar dan tidak kecewa anaknya bodoh dalam
agama. Akibatnya adalah dalam pendidikan peserta didik lebih banyk terfokus pada
ilmu duniawi dan menyepelekan ilmu agama, bahkan ilmu agama dianggap tidak
menjanjikan.
Akibat dari pemikiran yang seperti diatas adalah banyak kita jumpai dalam
kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam siswa tidak serius, menganggap
enteng bahkan pelajaran agama tidak penting karena tidak menyelesaikan
permasalahan kehidupan.
Oleh karena itu sudah dapat dipastikan bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar agama Islam terjadi persoalan yang pada akhirnya tujuan dari
pembelajaran pendidikan Islam tidak tercapai dengan baik. Dalam pembelajaran
akan tercipta komunikasi yang satu arah dan tidak ada timbal balik yang efektif.
Semua ini adalah tanggung jawab guru dimana guru atau pendidik harus
mengarahkan dan memperbaiki pola pikir anak yang berangapan bahwa pendidikan
agama itu tidak menjanjikan.
Oleh karena itu perlu ada solusi yang bias memperbaiki keadaan yang
seperti diatas. Dibawah ini beberapa solusi yang bisa mengatasi adalah:

Pendidik agama islam harus menjadi contoh yang tepat bagi anak didik. Jangan
sampai perilaku pendidik agama islam yang tidak baik menjadi pandanagan
yang membenarkan pola pikir anak didik yang salah.

Guru harus memperbaiki pola pikir anak didik akan agama islam. Karena justru
dengan meninggalkan ajaran islam adalah kesalahan karena ajaran-ajaran islam
sangatlah tepat dalam menggontrol segala ilmu duniawi.

Guru memberikan contoh yang kongkrit akan hasil yang dicapai apabila belajar
agama dengan baik. Seperti dengan memahami agama islam dengan baik dan
mengamalkanya akan mencapai kesuksesan tidak hanya di akhirat tetapi di
dunia juga, karena kepintaran atau kekayaan materiil tanpa ada landasan agama
yang kuat hanya menuju kehancuran.

Pendidik agama islam harus bisa menciptakan komunikasi yang baik dalam
kelas atau pembelajarn agar tercipta suasana yang kondusif dan siswa senang
dengan pendidikan agama islam.
4. Kurangnya Pengetahuan Guru tentang Ilmu PAI yang Diajarkan
Ilmu Agama merupakan salah satu ilmu pendidikan yang membutuhkan
pemahaman yang mendalam dalam mempelajarinya. Ilmu agama tidak dapat
dibandingkan dengan ilmu eksakta seperti matematika, kimia, fisika yang dapat
memperoleh jawaban dengan pasti setelah menghitungnya dengan rumus yang pasti
pula. Adapun Setiap guru PAI pasti menginginkan akan terjadinya interaksi yang
baik dengan muridnya. Menginginkan adanya timbal balik dari apa yang telah guru
sampaikan. Namun, hal tersebut dapat terganggu dikarenakan kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru PAI tersebut terhadap materi yang
diajarkan. Sehingga menjadi salah satu faktor utama timbulnya permasalahan
dalam komunikasi antara guru dan murid. Mengapa demikian? Karena ketika
seorang guru mendapatkan sebuah pertanyaan dari seorang murid, namun guru
belum bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka interaksi akan berhenti pada titik
pembahasan itu saja, serta bisa jadi dari sikap guru yang menunda-nunda untuk
menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh muridnya, menjadikan murid
terpengaruh untuk tidak lagi menanggapi materi apa yang telah guru sampaikan
dikarenakan kecewa akan sikap tersebut.
Sehingga dari permasalahan tersebut, solusi yang utama bagi guru yang
mengalami hal semacam itu, pastinya sangat dianjurkan untuk selalu berusaha
memperdalam pengetahuan keagamaannya.
5. Kurangnya Inovasi-Inovasi Cara Berkomunikasi Pendidik PAI terhadap
Peserta Didiknnya
Kurang perdulinya pendidik terhadap perkembangan zaman juga termasuk
salah satu faktor terjadinya permasalahan komunikasi dalam pembelajaran PAI.
Sebagai contoh ketika guru mengajarkan sebuah materi keislaman kepada siswa
sesuai dengan kurikulum pembelajaran pada beberapa tahun yang lalu, tiba-tiba
seorang siswa berkata bahwa saya telah mengetahuinya dari internet, lalu apa yang
harus guru ajarkan pada siswa.
Hal lain yang bisa juga terjadi ialah ketika pendidik merasa bahwa saat ini
pendidikan masih berada pada masa seperti beberapa tahun yang lalu, sehingga
menimbulkan terbatasnya komunikasi antara siswa yang sangat komunikatif dan
teknologi yang terus berkembang dengan guru yang berpandangan jadul atau kuno,
sehingga tidak akan terjadi komunikasi yang baik diantara keduanya.
Solusi yang ditawarkan guna menanggulangi permasalahan tersebut, yaitu
dilakukan pelatihan-pelatihan baik pengetahuan maupun skill bagi guru yang masih
gaptek. Dengan demikian maka guru diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik
serta tidak ada jarak komunikasi antara keduanya dan siswa tidak lagi canggung
untuk mengeksplore apa yang ingin siswa sampaikan, karena sebagai guru harus
dapat mengerti dan memahami apa yang sebenarnya anak didik kehendaki.
6. Minimnya Metode Komunikasi Guru PAI untuk Anak Usia Pra-operasional
Krisis media komunikasi dalam membentuk karakter peserta didik ini sudah
sering terjadi di ranah pendidikan, khususnya di Taman Kanak-Kanak maupun
Sekolah Dasar. Pada hakekatnya fese kanak-kanak merupakan suatu fase yang
mana pembelajaran yang diterapkan belum mengkaji tentang berbagai hal secara
mendalam dan komprehenship. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor di dalam
fase tersebut yang memerlukan kajian lebih lanjut. Di antara masalah-masalah yang
ada pada fese kanak-kanak yang masih perlu untuk terus dikaji adalah masalah
etika dan moral sopan santun mereka. Dalam hal ini orang tua maupun guru harus
memperhatikan perkataan seperti apa yang pantas dan yang tidak pantas
dikomunikasikan kepada anak-anak. Realita yang ada di dunia anak-anak saat
adalah jarang ditemukan anak-anak memunjulkan sifat-sifat yang menunjukan
seorang peserta didik yang berprilaku yang baik. Hal tersebut dapat disebabkan
karena metode yang digunakan oleh guru hanya metode ceramah saja, namun tidak
diselingi dengan metode komunikasi yang baik. Sehingga anak kurang menanggapi
apa yang guru tersebut sampaikan.
Dibawah ini terdapat bebrapa solusi agar guru dapat menyampaikan materi
secara komunikatif terhadap siswa pra-operasional:
1. Metode yang di gunakan untuk berkomunikasi dengan peserta didik ialah
dengan berceita itu menempati posisi pertama untuk merubah etika anak-anak.
Karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan
memperhatikannya. Mereka akan merekam semua apa yang kita sampaikan,
imajinasi dan peristiwa yang ada di dalam cerita. Dengan dasar pemikiran
seperti ini, maka certa bagian terpenting yang disukai oleh anak-anak bahkan
orang dewasa sekalipun.
2. Seorang pendidik harus biasa membawakan sebuah cerita yang sesuai dengan
karakter-karakter peserta didik dan cerita yang baik adalah cerita yang mampu
memdidik akal budi dan budi pekerti,imajinasi dan etika seorang anak, serta
biasa mengembangkan potensi pengetahuan yang ia miliki.
Download