BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metabolisme merupakan seluruh proses dan jalur reaksi biokimiawi yang terjadi di dalam tubuh. Apabila proses metabolisme terganggu maka fungsi atau kondisi fisiologis dari individu tersebut juga terganggu (Anonim, 2010). Gangguan atau sindrom metabolik meliputi gangguan terhadap sintesis atau katabolisme molekul kompleks, akumulasi akut dari senyawa toksik karena hambatan metabolisme, dan gangguan akibat defisiensi sintesis atau penggunaan energi. Penyebab utama dari gangguan metabolisme adalah resistensi insulin dan obesitas. Obesitas menyebabkan hipertensi, kolesterol serum tinggi, HDL rendah, hiperglikemia, dan resiko penyakit jantung. Risiko yang sangat serius terhadap kesehatan meliputi diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2), penyakit jantung, kanker, meningkatnya indeks massa tubuh (Alberti et al., 2006). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang banyak dicirikan dengan hiperglikemia kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang menghasilkan kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Chiasson and Lhoret, 2014). Keadaan glukotoksisitas dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin relatif mengakibatkan sel β pankreas mengalami disfungsi sehingga terjadi gangguan metabolisme glukosa yang berupa glukosa puasa terganggu, gangguan toleransi glukosa dan akhirnya DM tipe 2 (Arifin, 2014). Penyakit diabetes menimbulkan komplikasi pada penderitanya. Tingginya morbiditas dan kematian pada penderita diabetes meliputi sekelompok komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yang mempengaruhi beberapa sistem organ. Penderita diabetes memiliki risiko tinggi mengalami buta, gagal ginjal, infark miokard, stroke, amputasi ekstremitas, dan penyakit lainnya. Hiperglikemia merupakan faktor utama dari komplikasi penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler (Nugroho, 2006). Kondisi diabetik yang diinduksi oleh streptozotocin (STZ), sel β pankreas mengalami kerusakan yang menyebabkan 1 tubuh tidak dapat mensintesis insulin, sehingga kadar glukosa meningkat (hiperglikemia). Kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan terbentuknya reactive oxygen species (ROS). ROS dalam jumlah berlebihan menyebabkan stres oksidatif dan memperparah kerusakan sel β pankreas (Karunia dkk, 2014). ROS mempengaruhi morfologi sel epitel pada tubulus ginjal. Glomerulus pada penderita diabetes dan glomerulonephritis berubah menjadi lebih permeabel terhadap protein, dengan melepaskan protein ke dalam cairan urin atau disebut proteinuria. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya gangguan pada ginjal (Yulinta dkk, 2013). Kondisi yang parah ditunjukkan dengan disfungsi ginjal. Gangguan metabolisme, salah satunya DM tipe 2, sangat berkaitan dengan pola hidup dan konsumsi pangan masyarakat. DM tipe 2 dapat diobati dengan kombinasi obat, diet, dan olahraga. Konsumsi beras sangat berperan dalam diet penderita DM tipe 2. Beras dianggap sebagai bahan pangan hiperglikemik, padahal beras memiliki kisaran indek glikemik yang luas (Indrasari dkk, 2008). Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan sebagai komponen penting dalam sistem ketahanan pangan nasional (Indrasari dan Adnyana, 2007). Selama ini, yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah beras putih. Menurut Sun et al. (2010), tingginya konsumsi beras putih berkaitan dengan peningkatan resiko DM tipe 2. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai potensi beras berwarna sebagai pengganti beras putih untuk sumber karbohidrat yang lebih sehat. Beras berwarna memiliki indeks glikemik lebih rendah dibandingkan beras putih, yaitu karena kandungan serat beras warna lebih tinggi daripada beras putih. Beras berwarna memiliki kandungan energi dan serat yang tinggi, serta protein yang rendah sehingga sesuai sebagai alternatif bahan makanan bagi penderita nefropati diabetik karena mampu menyediakan energi yang cukup, mengendalikan kadar glukosa darah, dan memperlambat progresifitas kerusakan ginjal (Larasati, 2013). Beras berwarna juga mengandung antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan untuk pencegahan beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kolesterol, dan jantung koroner (Suwardi, 2005). Pemenuhan energi melalui 2 konsumsi beras hitam dan beras merah oleh penderita DM tipe 2 diharapkan memberikan efek yang berbeda dengan individu yang tetap mengkonsumsi beras putih yang rendah kandungan senyawa antioksidannya, ditinjau dari struktur histologis pankreas dan ren. B. Permasalahan Ilmiah Berdasarkan uraian tersebut maka muncul permasalahan yaitu “Bagaimana struktur histologis pankreas dan ren tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) hiperglikemia setelah diberi perlakuan pakan pelet nasi dari tiga kultivar padi yang berbeda warna?” C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pakan pelet nasi dari tiga kultivar padi yang berbeda warna terhadap struktur histologis pankreas dan ren tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) hiperglikemia. D. Manfaat Penelitian ini diharapkan memberi manfaat berupa informasi ilmiah mengenai potensi beras hitam dan beras merah dalam memperbaiki kerusakan jaringan di pankreas dan ren pada penderita hiperglikemia. Serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi beras hitam dan beras merah salah satunya sebagai wujud dukungan terhadap pelestarian pangan fungsional. 3