PERAN KECERDASAN EMOSI, KETERLIBATAN ORANGTUA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP DELINKUENSI REMAJA Naskah Publikasi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Pasca Sarjana S-2 Disusun oleh: AGUSTINI KADARWATI S 300 070 046 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 Peran Kecerdasan Emosi, Keterlibatan Orang tua, dan Interaksi Teman Sebaya terhadap Delinkuensi Remaja Agustini Kadarwati S 300 070 046 Abstract.The goal of the research is to have an idea of the correlation between emotional intelligent, parental involvement, and peergroup interaction of adolescent delinquency. The hypothesis put forward by the researcher is that there is a correlation between emotional intelligent, parental involvement, peergroup interaction of adolescent delinquency. The researcher uses a quantitative correlational research model with scalling method as the data collecting technique. The location of the research is in Sukoharjo. The data collecting is done in four scales: emotional intelligent scales, parental involvement scale, peergroup interaction scales, and adolescent delinquency scales. The data analysis technique used by the researcher is Multiple Linier Regression Analysis. The result of the data analysis using Multiple Linier Regression Analysis towards emotional intelligent, parental involvement, peergroup interaction and adolescent delinquency shows that the correlation coefficient point (r) is 0,511 and the F regression point is 21,129; p=0,000 (p<0,01) which means that there is certainly a very significant between emotional intelligent, parental involvement, peergroup interaction and adolescent delinquency, with the effective contribution of emotional intelligent, parental involvement, peergroup interaction towards works as much as 26,2%. Besides, from the result the researcher also gain a correlation point of emotional intelligent and delinquency (rx1y) is -0,404 with the effective contribution of emotional intelligent towards delinquency as much as 16,3%, the correlation point of parental involvement and adolescent delinquency (rx2y) is -0,293 with the effective contribution of parental involvement towards delinquency as much as 8,6%, and the correlation point of peergroup interaction and adolescent delinquency (rx3y) is 0,290 with the effective contribution of peergroup interaction towards delinquency as much as 8,4%. Keyword: emotional intelligent, parental involvement, peergroup interaction, delinquency adolescent Konflik-konflik yang terjadi pada masa transisi remaja mengarah pada pelaku delinkuen dan rendahnya motivasi sekolah. Delinkuensi remaja dapat terjadi munculnya perilaku menyimpang atau delinkuensi yang sangat beragam, mulai salah dari perbuatan amoral dan antisosial, pengabaian sosial, karena remaja kurang seperti kabur dari rumah, membawa memiliki kontrol diri dan cenderung senjata tajam, kebut-kebutan di jalan, meluapkan emosinya terhadap stimulus- sampai pada perbuatan yang menjurus stimulus di luar dirinya. Ketegangan pada seperti emosi tinggi, dorongan emosi yang perusakan, seks bebas, mabuk-mabukan, sangat kuat dan tidak terkendali membuat dan pemakaian obat-obatan terlarang. remaja mudah meledakkan emosinya dan perbuatan kriminal satunya sebagai akibat dari Delinkuensi remaja berasal dari bertindak secara tidak rasional (Sari, bahasa Latin “juvenile delinquency”. 2005). Hasil penelitian Gottman dan Yaitu merupakan gejala sakit (patologis) DeClaire secara anak-anak yang memiliki kecerdasan sosial disebabkan sehingga bentuk pada oleh remaja pengabaian mereka perilaku yang sosial, mengembangkan yang menyimpang emosi (2003) tinggi menemukan mampu bahwa berhubungan dengan lebih baik dengan orang lain, bahkan dalam situasi-situasi sosial yang sulit. (Kartono, 2003). Goleman Jensen (Sarwono, 2002) membagi (2003) berpendapat delinkuensi menjadi empat bentuk, antara bahwa kecerdasan emosi merupakan lain perilaku yang menimbulkan korban kemampuan untuk mengenali perasaan fisik pada orang lain, perilaku yang diri sendiri dan perasaan orang lain, menimbulkan korban materi, perilaku kemampuan yang membahayakan diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik pada diri orang lain, dan perilaku yang melawan sendiri dalam berhubungan dengan orang status. Sementara Wong, Slotboom, dan lain, Bijleveld (2010) menyebutkan beberapa menghadapi frustrasi, mengatur suasana faktor perilaku hati dan menjaga agar beban stres tidak kurangnya melumpuhkan kemampuan berfikir, serta yang delinkuen menyebabkan antara lain pengawasan orang tua, pengabaian dan kurangnya perhatian, teman-teman memotivasi kemampuan untuk diri dan bertahan berempati dan berdoa. Hawari (1997) juga mengatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya delinkuensi remaja adalah tidak Menurut Hoover-Dempsey dan berfungsinya orang tua sebagai tauladan Sandler bagi anak. Orang tua dapat memengaruhi faktor-faktor yang dapat memengaruhi jiwa anak keterlibatan orang tua terhadap anak mempunyai resiko yang tinggi untuk antara lain adalah motivasi orang tua menjadi anak nakal dengan tindakan- untuk terlibat, adanya permintaan kepada tindakan antisosial (delinkuensi). Selain orang itu, Patterson (Reitz, Prinzie, Dekovic, & pengetahuan dan ketrampilan orang tua Buist, 2007) mengatakan bahwa tingkah untuk terlibat dalam aktivitas anak. anak, yang selanjutnya laku bermasalah remaja dipelajari dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial. (Widiasmara, 2007) bahwa tua untuk Brown mengatakan terlibat, (Bateman, bahwa serta 2003) pada remaja, Selanjutnya Patterson (Bowman, Prelow, pengaruh orang tua akan berkurang dan & Weaver, 2007) juga mengatakan digantikan bahwa kelompok teman sebaya sangat pengaruh penting dalam aksi delinkuensi remaja penelitiannya dan obat-obatan, pengasuhan orang tua secara signifikan memberikan contoh sikap dan motivasi berhubungan dengan perilaku remaja dan terhadap tingkah laku antisosial. pola interaksi dengan teman sebaya. penggunaan Wong (2008) mengatakan bahwa Teman dengan teman bertambahnya sebaya. menemukan sebaya akan Hasil bahwa cenderung keterlibatan orang tua merupakan suatu menghalang-halangi norma-norma yang derajat yang ditunjukkan orang tua dalam diberikan orang tua. Remaja cenderung hal ketertarikan, berpengetahuan dan memilih teman sebaya yang mempunyai kesediaan untuk berperan aktif dalam tujuan, pola perilaku dan nilai-nilai yang aktivitas anak sehari-hari. Sementara sama dengan dirinya. William dan Kelly (2005) mengartikan Ada beberapa aspek yang menandai keterlibatan orang tua sebagai persepsi suatu interaksi dengan teman sebaya, orang tua terhadap keterlibatannya dalam seperti yang dikemukakan oleh Bateman pengasuhan (2003), yaitu adanya kontak dengan anak dalam bentuk partisipasi aktif ketika mengisi waktu teman sebaya, bertambahnya fungsi luang dan bermain maupun kontribusi otonomi, bertambahnya kontak dengan substantif dalam perawatan dan supervisi. lawan jenis. Penelitian mengetahui ini bertujuan bagaimana untuk Teknik Analisis Data. Teknik analisis delinkuensi data yang digunakan dalam penelitian ini remaja, dan apakah kecerdasan emosi, adalah keterlibatan orang tua, dan interaksi Perhitungan aitem untuk skala yang teman digunakan dengan menggunakan teknik sebaya berpengaruh terhadap delinkuensi remaja. Hasil penelitian ini korelasi regresi ganda. product moment. diharapkan dapat memberikan wawasan kepada orang tua sehingga berperan dalam mengantisipasi HASIL PENELITIAN maupun Hasil uji linearitas antara mengurangi delinkuensi remaja, dan bagi delinkuensi dengan kecerdasan emosi remaja diperoleh F 36,908; p = 0,000 (p<0,05) dapat membantu memahami dampak negatif dari perilaku delinkuensi. maka hubungan antara delinkuensi dengan kecerdasan emosi linear. Hasil uji METODE PENELITIAN linearitas Subjek Penelitian. Responden penelitian keterlibatan orang tua dengan F = 17,751; diambil dengan menggunakan teknik p = 0,000 (p<0,05) maka hubungan cluster sampling dari siswa kelas XI antara delinkuensi dan keterlibatan orang SMA Negeri 3 Sukoharjo yang terletak di tua linear. Dan hasil uji linearitas antara jalan 197 delinkuensi dan interaksi teman sebaya Sukoharjo. Lokasi ini berada di pusat dengan F = 16,638; p = 0,000 (p<0,05) kota dan saat ini memiliki jumlah siswa maka hubungan antara delinkuensi dan kurang lebih 1116 siswa, yang sebagian interaksi teman sebaya linear. Jendral Soedirman No. antara delinkuensi dan besar berasal dari daerah setempat. Dan Berdasarkan hasil analisis diperoleh jumlah sampel yang digunakan sebanyak nilai korelasi (r) = 0,511; p = 0,000; 183 siswa. (p<0,01). Berarti ada hubungan yang Metode digunakan Penelitian. Metode yang sangat signifikan adalah metode kuantitatif emosi, keterlibatan antara kecerdasan orang tua dan dengan menggunakan skala. Data yang interaksi teman sebaya terhadap perilaku digunakan yaitu skala primer yaitu data delinkuensi. yang diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap subjek penelitian. Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh nilai korelasi rx1y = -0,404; p=0,00 (p<0,01) yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan delinkuensi sebesar antara sumbangan keterlibatan kecerdasan delinkuensi. emosi dengan Makin tinggi kecerdasan terhadap 0,086 delinkuensi sehingga orang sebesar tua 8,6%. emosi maka delinkuensi remaja makin Begitu pula koefisien determinasi (R2) rendah. Nilai korelasi rx2y = -0,293; p = interaksi 0,00 (p<0,01) yang berarti ada hubungan delinkuensi adalah negatif yang sangat signifikan antara sumbangan interaksi keterlibatan terhadap delinkuensi sebesar 8,4%. orang tua dengan teman sebaya terhadap 0,084 sehingga teman sebaya delinkuensi. Makin tinggi keterlibatan Hasil penelitian menunjukkan mean orang tua maka delinkuensi remaja makin empirik (ME) subjek pada variabel rendah. Nilai korelasi rx3y = 0,290; p = delinkuensi sebesar 14,70 dan mean 0,00 (p<0,01) yang berarti ada hubungan hipotetik (MH) = 50, hal ini berarti positif yang sangat signifikan antara bahwa tingkat delinkuensi pada subjek interaksi berada teman sebaya dengan pada kategori rendah. Pada delinkuensi. Makin tinggi interaksi teman variabel kecerdasan emosi diperoleh sebaya maka delinkuensi juga makin mean empirik (ME) = 91,86 dan mean tinggi. hipotetik (MH) = 65 berarti bahwa subjek Hasil analisis data menunjukkan 2 bahwa koefisien determinasi (R ) adalah 0,262 sehingga sumbangan kecerdasan emosi, tua memiliki tingkat kecerdasan emosi sangat tinggi. Pada variabel keterlibatan orang tua diperoleh mean empirik (ME) = 75,63 terhadap dan mean hipotetik (MH) = 50 berarti delinkuensi sebesar 26,2%, berarti masih bahwa orang tua subjek pada umumnya ada 73,8% variabel-variabel lain yang memiliki keterlibatan yang sangat tinggi. mempengaruhi perilaku delinkuensi yang Sementara untuk variabel interaksi teman tidak dikaji dalam penelitian ini. sebaya diperoleh mean empirik (ME) = teman orang umum dan interaksi keterlibatan secara sebaya Koefisien determinasi kecerdasan 2 46,19 dan mean hipotetik (MH) = 32,5 emosi dengan delinkuensi (R ) adalah berarti bahwa subjek pada umumnya 0,163 sehingga sumbangan kecerdasan memiliki interaksi yang tinggi dengan emosi teman sebayanya. terhadap delinkuensi sebesar 16,3%, sementara koefisien determinasi (R2) keterlibatan orang tua terhadap menemukan bahwa keterlibatan orang tua PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data, hipotesis dan asosiasi dengan teman sebaya yang pertama terbukti, bahwa ada hubungan menyimpang yang signifikan antara kecerdasan emosi, perilaku bermasalah. keterlibatan orang tua dan interaksi teman sebaya terhadap perilaku delinkuensi. memengaruhi Hipotesis kedua terbukti, bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan negatif Pada dasarnya, apabila seorang mampu yang delinkuensi. signifikan Subjek pada umumnya remaja memiliki kemampuan yang baik mampu dalam pengelolaan emosinya, mampu yang menjalin relasi dengan lingkungannya kepedulian baik dengan orang tua dan teman teman-temannya, selain itu subjek juga sebayanya. remaja berusaha untuk menjaga hubungan yang merasa mendapatkan perhatian yang baik dengan teman-teman sebayanya. cukup dan merasa bahwa orang tua Hasil penelitian ini dapat mendukung melibatkan diri dengan baik maka remaja pendapat Gottman dan DeClaire (2003) cenderung mengikuti budaya keluarganya bahwa remaja yang memiliki kecerdasan dan akan memilih teman-teman sebaya emosi yang tinggi mampu berhubungan yang sesuai dengan budaya keluarganya dengan lebih baik dengan orang lain. Apabila seorang tersebut. Remaja yang merasa kurang mengenali dengan perasaan-perasaan dialaminya Hasil dengan dan memiliki perasaan-perasaan analisis data juga perhatian di rumah, berusaha untuk menunjukkan bahwa hipotesis ketiga mendapatkan perhatian di luar rumah, terbukti, bahwa keterlibatan orang tua antara dan delinkuensi memiliki hubungan yang lain sebayanya perhatian yang teman-teman seringkali justru memengaruhi pada hal-hal yang negatif. Hasil penelitian ini mendukung negative. Subjek pada umumya memiliki persepsi yang baik terhadap keterlibatan orangtuanya baik di sekolah maupun di penelitian Henry dkk (Bowman, 2007) rumah. mengenai pengaruh orang tua dan teman penelitian sebelumnya yang dilakukan sebaya terhadap delinkuensi remaja, dan oleh Bowman (2007) bahwa keterlibatan ditemukan bahwa orang tua dan teman orang tua memiliki hubungan yang sebaya berpengaruh terhadap perilaku negatif dengan perilaku delinkuensi. menyimpang. Ary (Bowman, 2007) Penelitian ini membuktikan Hipotesis keempat terbukti, bahwa keterlibatan orang interaksi teman sebaya berkorelasi positif 8,6%, interaksi dengan delinkuensi. Subjek memiliki menyumbang 8,4% terhadap delinkuensi intensitas pertemuan yang tinggi dengan remaja. Hal ini berarti bahwa masih ada teman sebayanya antara lain di sekolah, 73,8% faktor-faktor yang memengaruhi sehingga membuat hubungan mereka delinkuensi yang tidak dikaji dalam makin dekat. Kedekatan hubungan subjek penelitian ini. Selain keterlibatan orang dengan teman sebaya antara lain meliputi tua, keterbukaan terhadap masalah-masalah delinkuensi pribadinya dan menghabiskan waktu adalah sikap keteladanan orang tua, bersama. karena dengan keteladanan tersebut dapat Selain menghabiskan waktu dengan dan faktor tua teman yang menurut memengaruhi menyumbang jiwa sebaya memengaruhi Hawari anak (1997) sehingga teman sebaya yang sejenis, subjek juga mengurangi risiko anak menjadi nakal mulai memiliki intensitas dengan teman dan melakukan tindakan antisosial. lawan jenis, dan menghindari berusaha pengawasan untuk dari KESIMPULAN DAN SARAN orangtuanya, bahkan berusaha untuk mengambil keputusan sendiri tanpa Kecerdasan emosi, keterlibatan orang tua dan interaksi teman sebaya melibatkan orangtuanya. Hasil penelitian memiliki ini Wong, signifikan dengan perilaku delinkuensi Slotboom, dan Bijleveld (2010) bahwa remaja. Makin tinggi kecerdasan emosi, perilaku delinkuensi dipengaruhi oleh makin tinggi keterlibatan orang tua dan teman-teman sebaya yang melakukan makin rendah interaksi teman sebaya, tindakan delinkuensi, keanggotaan dalam maka gang dan kualitas hubungan teman sebay semakin rendah. Secara bersama-sama mendukung penelitian hubungan perilaku yang delinkuensi sangat remaja Dilihat dari sumbangan efektifnya, variabel kecerdasan emosi, keterlibatan secara bersama-sama kecerdasan emosi, orang tua, dan interaksi teman sebaya keterlibatan orang tua dan interaksi memeberikan sumbangan efektif sebesar teman sebaya menyumbang sebanyak 26,2%, berarti masih ada 73,8% faktor- 26,2% remaja. faktor lain yang mempengaruhi perilaku Apabila dilihat secara rinci, kecerdasan delinkuensi remaja seperti keteladanan emosi menyumbang sebanyak 16,3%, orang tua. terhadap delinkuensi Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran penulis antara lain menyampaikan kepada peneliti Gottman, J. & DeClaire, J. (2003). Kiatkiat membesarkan memiliki selanjutnya, apabila tertarik dengan tema Jakarta: yang Utama. sama dengan penelitian ini hendaknya mempertimbangkan variabel anak kecerdasan PT. yang emosional. Gramedia Pustaka Hawari, D. (1997). Al Quran: Ilmu atau faktor-faktor lain yang memengaruhi kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. perilaku delinkuensi remaja misalnya Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. media massa, sikap keteladanan orang Kartono, K . (2003). Patologi sosial 2. tua, penggunaan waktu luang dan lain- Jakarta: Radja Grafindo Persada. lain. Serta dengan memperluas populasi Reitz, E., Prinzie, P., Dekovic, M., & baik di kota-kota besar maupun di Buist, K.L. (2007). The role of peer pedesaan, dan hendaknya memperbaiki contacts alat ukur sehingga diperoleh validitas between parental knowledge and yang adolescent’s externalizing behaviors: lebih tinggi dan hasil kesimpulannya lebih komprehensif. in the relationship/p A latent growth curve modeling approach. Journal of Youth and Adolescence, 36, 623-634. DAFTAR PUSTAKA Bateman, V. B. (2003). Adolescent peer culture. Encyclopedia of Education. Bowman, M. A., Prelow, H. M., & Weaver, S.R. (2007). Parenting behaviors, association with deviant peers, and delinquency in African Sari, M.Y. (2005). Kecerdasan emosional dan kecenderungan psikopatik pada remaja delinkuen di lembaga pemasyarakatan. Anima, Indonesian Psychological Journal, 2, 139-148. Sarwono, S.W. (2002). Psikologi American adolescents: A mediated- remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo moderation model. Journal of Youth Persada. and Adolescence, 36, 517-527. Goleman. D. emosional: (2003). mengapa Widiasmara, N. (2007). Keterlibatan Kecerdasan EI lebih orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari motivational belief, penting daripada IQ. (alih bahasa: T. persepsi Hermaya). involvement dan life context. Naskah Jakarta: Pustaka Utama. Gramedia pada invitation Publikasi. Yogyakarta: UII. for Williams, S. K. & Kelly, F. D. (2005). substance use and resilience among Relationships among involvement, adolescents. North American Journal attachment, and behavioral problems of Psychology, 10, 497-518. in adolescence: examining father’s influence. Journal of Early Adolescence, 25, 168-196. Wong, M. A. (2008). Perceptions of Wong, T. M. L., Slotboom, A. M., & Bijleveld, C. C. J. H. ((2010) Risk factors for delinquency in adolescent and young adult females: A parental involvement and autonomy European review. European Journal support: Their relations with self of Criminology, 30, 266-284. regulation, academic performance,