LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS JUDUL PROGRAM PELATIHAN PENGEMBANGAN PROSEDUR PRAKTIKUM IPA KONSENTRASI KIMIA BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK GURU IPA SMP SWASTA DI KOTA SINGARAJA Oleh: I KETUT LASIA, S.Pd., M.Pd. NIP 197212232001121001 I KETUT BUDIADA, S.T. NIP 197404262001121002 NI NYOMAN WIDIASIH, S.E. NIP 197408052000032001 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) UNiversitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 123/UN48.16/PM/2016 tanggal Februari 2016 LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016 i ii RINGKASAN Kegiatan P2M pelatihan pengembangan praktikum IPA konsentrasi kimia berwawasan lingkungan untuk guru IPA SMP Swasta se Kota Singaraja berujuan untuk melatih para guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja untuk membuat prosedur praktikum kimia SMP berwawasan lingkungan yang aman, murah, dan mudah didapat tanpa mengurangi tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru diajak berdiskusi dan berlatih tentang bahan kimia, mencari alternative penggunaan bahan kimia yang aman dan merancangnya dalam suatu prosedur praktikum kimia SMP yang berwawasan lingkungan. Kata-kata kunci: praktikum IPA, berwawasan lingkungan, Kecamatan Banjar iii PRAKATA Puji syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa karena berkat rakhmatNya,P2M ini dapat terlaksana sesuai rencana. P2M yang berjudul “P2M pelatihan pengembangan praktikum IPA konsentrasi kimia berbasis lingkungan untuk guru IPA SMP swasta se-Kota Singaraja” merupakan upaya untuk melatih guru IPA agar praktikum kimia menjadi murah, mudah, dan efisien. P2M ini terlaksana atas dukungan beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada. a. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha b. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang telah mengusulkan proposal ini ke Dikti sehingga penelitian ini dapat terlaksana c. Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA yang telah memfasilitasi alat dan intrumen dalam penelitian d. Semua pihak yang tidak tersebutkan namanya yang telah menyukseskan penelitian ini Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik juga kami sangat harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Singaraja, 28 Oktober 2016 Tim Pelaksana iv DAFTAR ISI Sampul Halaman Pengesahan Ringkasan Prakata Daftar Isi Daftar table Daftar Gambar BAB1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis situasi 1.2 Identifikasi dan perumusan masalah BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-sifat bahan kimia dalam praktikum kimia 2.2 Identifikasi bahan untuk praktikum kimia berwawasan lingkungan di SMP 2.3 Praktikum kimia berwawasan lingkungan 2.4 Tujuan kegiatan 2.5 Manfaat kegiatan BAB 3. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH DAN SASARAN 3.1 Kerangka pemecahan masalah 3.2 Sasaran BAB 4 METODE KEGIATAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BABA 6. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 6.2 Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran v …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… i ii iii iv v vi vii 1 3 4 6 6 7 …………………… …………………… …………………… …………………… 7 8 8 9 …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… 9 9 11 14 20 20 20 21 22 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Keterkaitan masalah, metode, dan bentuk …………………… kegiatan Tabel 4.2. Rancangan evaluasi …………………… vi 11 12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1. Diskusi permasalahan guru IPA SMP swasta Kota Singaraja dalam praktikum IPA konsentrasi kimia Gambar 3.1. Kerangka pemecahan masalah Gambar 5.1 Pembukaan kegiatan P2M Gambar 5.2 Suasana pretes dan postes peserta P2M …………………… 3 …………………… …………………… …………………… 10 14 15 Gambar 5.3 Peserta diberi materi pelatihan alat dan bahan kimia dan langsung diajak mengobservasi alat dan bahan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Pendidikan Kimia Gambar 5.4 Peserta dikenalkan dengan bahan dan alat alternative berbasis lingkungan yang dapat digunakan untuk praktikum IPA SMP konsentrasi kimia Gambar 5.5 Peserta memodifikasi dan merancang prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan Gambar 5.6 Peserta P2M membuat indicator dan menguji dalam larutan asam, basa, dan netral Gambar 5.7 Peserta P2M menguji alat destilasi biasa Gambar 5.8 Paserta P2M menguji keelektrikan larutan Gambar 5.9 Pendampingan peserta oleh nara sumber …………………… 15 …………………… 16 …………………… 16 …………………… 17 …………………… …………………… …………………… 18 18 18 vii BAB 1 PENDAHULUAN Permen Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, melalui mengevaluasi, aktivitas“ dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran) dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Pendekatan ilmiah (scientific) IPA sebagai satuan pendidikan dilakukan melalui keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasikan, mengukur, inferensi, prediksi, dan mengkomunikasikan. KPS merupakan perwujudan keterampilan kimia sebagai proses. Kimia sebagai proses dilakukan melalui kegiatan praktikum/percobaan. Percobaan memungkinkan siswa menggunakan semua potensi yang ada pada dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri konsep-konsep/ prinsip-prinsip kimia dan proses-proses mental lainnya (Mulyati Arifin, 1995: 190). Untuk melakukan kegiatan praktikum diperlukan sarana penunjang laboratorium. Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuwan tertentu dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Peraturan bersama MENPENNAS dan Kepala BKN No. 02/V/PB 2010 No. 13 tahun 2013). Laboratorium di SMP dan SMA didominasi untuk kegiatan pengujian atau verifikasi suatu teori. Sedangkan di SMK, laboratorium didominasi untuk 1 kegiatan pengujian dan produksi dalam skala terbatas. Mengingat pentingnya laboratorium, maka laboratorium harus dikelola dengan baik. Hasil penelitian terkait pengelolaan laboratorium menunjukkan sebagian besar laboratorium belum dikelola dengan baik. Tantris (2006) mengungkapkan laboratorium IPA SMP Negeri se-Kabupaten Buleleng berkualitas rendah dan frekuensi penggunaan laboratorium untuk praktikum juga rendah. Ayu Ari Laksmi (2014) juga menemukan kesulitan pihak sekolah untuk mengadakan bahan-bahan kimia untuk praktikum. Bahan-bahan kimia yang dimiliki seperti, HgCl2, AgNO3, CuSO4, MnO, Pb asetat, dan sebagainya belum termanfaatkan dengan baik karena bahan tersebut sangat beracun dan sangat berbahaya bagi praktikan. Redhana (2013) mengidentifikasi bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam praktikum kimia. Bahan-bahan tersebut adalah padatan NaOH, larutan HCl, larutan H2SO4, larutan HNO3, larutan CuSO4, larutan KSCN, larutan FeCl3, dan larutan Pb(NO3)2. Sedangkan berdasarkan pengalaman emperik Ketut Lasia selama 10 tahun menjadi laboran di Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha, mahasiswa PPL di SMA juga menggunakan CCl4, benzene, dan K2CrO4. Bahan-bahan tersebut jika tidak terkelola dengan baik, maka akan dapat mencemari lingkungan. Pencemaran lingkungan akibat limbah bahan kimia sudah dirasakan oleh umat manusia. Seperti, timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan syaraf dan organ reproduksi. Timbal juga dapat menurunkan kecerdasan anak, sedangkan merkuri dapat menyebabkan gangguan syaraf, otak, dan ginjal (Kompas. Com. 2009). Limbah yang dihasilkan oleh laboratorium pendidikan memang sedikit, tetapi akumulasi limbah-limbah tersebut sangat mengancam kesehatan manusia dan lingkungan. Bahaya yang disebabkan oleh limbah bahan kimia tersebut tidak dirasakan langsung dan bahkan tidak disadari (Redhana, 2014). Ketidaksadaran terpapar bahan kimia berbahaya tidak terlepas dari pengetahuan dan pemahaman praktikan terhadap sifat bahan yang digunakan dan dampaknya terhadap kesehatan. Lasia (2013) melaporkan 85% mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha tidak mengetahui dampak bahan yang digunakan terhadap kesehatan dan 85% tidak mengetahui cara menggunakan bahan yang berbahaya secara aman. Keadaan tersebut diperparah dengan alat-alat yang digunakan tidak diseting dengan aman. Ketakutan terhadap penggunaan bahan kimia didalam praktikum kimia juga dirasakan oleh guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja khususnya Guru IPA SMP Swasta. Hal terebut terungkap ketika perbincangan secara tidak sengaja terhadap para guru yang berkunjung dipameran kimia di laboratorium kimia. Para guru khawatir bahan kimia yang digunakan membahayakan anak didiknya dan dirinya sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, para guru memilih untuk tidak melakukan praktikum IPA khususnya kimia. Bagi para guru keselamatan lebih penting daripada praktikum kimia. Keputusan tersebut diambil, karena latar belakang guru 2 IPA di SMP Swasta di Kota Singaraja berlatar belakang pendidikan biologi, pendidikan fisika, dan sangat sedikit berlatar belakang pendidikan kimia. Gambar 1. 1. Diskusi permasalahan guru IPA SMP swasta Kota Singaraja dalam praktikum IPA konsentrasi kimia Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan (Muhtaridi, 2011). Untuk mengurangi resiko kecelakaan praktikum di laboratorium IPA khususnya praktikum kimia, berbagai penelitian telah dilakukan. seperti pembuatan garam dari air laut. Dalam pembuatan air laut konsep-konsep pemisahan yang dapat digali adalah penyaringan, penguapan, dan pengkristalan (Surdana, 2010). Sedangkan untuk pengujian asam basa dapat digunakan bahan cuka, ekstrak buah-buahan, air sabun, air abu, dan yang lainnya. Pengujian reaksi-reaksi kimia dapat digunakan asam cuka dengan baru kapur untuk uji gas, air kapur ditiup untuk uji endapan, dan karbid dengan air untuk uji perubahan suhu. Sedangkan peristiwa eksoterm dan endoterm dapat digunakan urea ditambah air untuk endoterm, dan karbid ditambah air untuk peristiwa eksoterm (Redhana, 2014). Penggunaan bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP ternyata belum banyak diketahui oleh para guru IPA SMP Swasta di Kota Sngaraja. Hal itu terungkap dari pertanyaan para guru IPA SMP di Kota Singaraja “ apakah ada bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP?” Lebih lanjut mereka menanyakan,”Apakah Jurusan Pendidikan Kimia tidak ada program pelatihan praktikum kimia untuk guru IPA SMP?” (Gambar 1). Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengindikasikan bahwa para guru IPA SMP Swasta Kota Singaraja sangat memerlukan pengetahuan tentang praktikum kimia. Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan pelatihan pengembangan Prosedur praktikum IPA konsentrasi kimia berbasis lingkungan untuk guru IPA SMP di kota Singaraja. 1.1 Analisis situasi Jumlah SMP yang ada Kota Singaraja 20 sekolah, terdiri dari 7 SMP negeri dan 13 SMP swasta. Guru-guru IPA yang mengajar di SMP rata-rata 3-4 orang. Kualifikasi guru IPA tersebut adalah 13 orang S1 tamatan pendidikan biologi dan 10 orang S1 tamatan pendidikan fisika. 3 Guru IPA SMP di Kota Singaraja sangat jarang melakukan praktikum kimia khususnya Gur IPA SMP Swasta. Alasan guru tidak melakukan praktikum kimia adalah bahan-bahan dan alat tidak ada, bahan-bahan kimia yang ada sangat berbahaya bagi praktikan, dan waktu yang dibutuhkan untuk praktikum sangat banyak. Disamping itu, pengembangan praktikum kimia yang lebih aman untuk praktikan juga masih sangat kurang. Praktikum kimia yang aman bagi praktikan untuk siswa SMP telah banyak dikaji melalui penelitian. Seperti praktikum pemisahan yang meliputi aspek penyaringan/filtrasi, sublimasi, kristalisasi, penyulingan/ destilasi, ekstraksi, dan kromatografi. Bahan praktikum penyaringan dapat digunakan air yang dikotori sampah disaring kasa, sublimasi dapat dialakukan dengan kapur barus dicampur pasir kemudian dipanaskan, kristalisasi dapat digunakan garam dilarutkan dengan air kemudian dipanaskan, ekstraksi dapat digunakan air dan minyak, penyulingan/ destilasi dapat digunakan air the yang dipanaskan dalam ketel, dan kromatografi dapat digunakan kertas dan spidol dengan aneka warna. Pratikum kimia lain yang aman untuk praktikan adalah menggunakan air sabun, air kapur, dan air abu uji basa; ekstrak buah dan cuka untuk uji asam. Pengembangan prosedur praktikum kimia SMP oleh guru-guru IPA SMP swasta di Kota Singaraja belum banyak dilakukan. Hal itu terungkap dari pertanyaan para guru IPA SMP Kota singaraja “ apakah ada bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP?” Lebih lanjut mereka menanyakan,”Apakah Jurusan Pendidikan Kimia tidak ada program pelatihan praktikum kimia untuk guru IPA SMP?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengindikasikan bahwa para guru IPA SMP Swasta Kota Singaraja sangat memerlukan pengetahuan tentang praktikum kimia. Di sisi lain, banyak sekali potensi-potensi yang ada di sekitar pebelajar dapat digunakan untuk media pembelajaran. Media pembelajaran yang berbasis lingkungan sangat telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep pebelajar (Lasia, 2012 dan Wiratini, 2011). Keunggulan penggunaan bahan-bahan berwawasan lingkungan dalam praktikum kimia adalah pengurangan pencemaran lingkungan akibat limbah praktikum kimia, biaya murah, dan mudah didapat. Disamping itu, materi kimia menjadi sangat kontekstual sehingga mudah dipahami oleh siswa. 1.2 Identifikasi dan perumusan masalah Berdasarkan latar belakang dan analisisi situasi di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. a. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja jarang melakukan praktikum kimia b. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja belum mampu mengelola bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum kimia c. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja kurang informasi tentang bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia 4 d. Guru-guru IPA SMP di Swasta di Kota Singaraja kurang mengembangkan praktikum kimia menjadi praktikum yang aman bagi praktikan Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. a. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja jarang melakukan praktikum kimia b. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja kurang pengetahuan tentang pengelolaan bahan-bahan yang berbahaya ketika praktikum kimia c. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja belum mampu mengembanganan praktikum kimia yang aman bagi praktikan 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-sifat bahan kimia dalam praktikum kimia Bahan laboratorium kimia adalah segala sesuatu yang diolah/ diginakan untuk pengujian. Kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas. Bahan dikategorikan menjadi dua, yaitu bahan umum dan bahan khusus. Bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus. Sedangkan bahan khusus adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus (Peraturan bersama MENPENNAS dan Kepala BKN No. 02/V/PB 2010 No. 13 tahun 2013). Bahan umum adalah bahan-bahan yang tidak mencemari lingkungan dan aman bagi kesehatan. Sedangkan bahan khusus bahan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat mencemari lingkungan. Beberapa contoh bahan umum adalah air, karbondioksidadalam titik kritis, dan lelehan garam. Contoh bahan khusus adalah CCl4 dan benzene (Dash, 2014; Singh, Singh & Singh, 2014). Sifat-sifat bahan kimia ditandai dengan simbul yang terdapat pada kemasan bahan tersebut. Bahan-bahan kimia yang sering digunakan, memiliki sifat-sifat seperti: iritasi dengan lambing Xi, harmful berlambang Xn, toxic berlambang T, very toxic berlambang T+, dan corrosive berlambang C. Bahan irritant dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal, dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Seperti: NaOH, Cl2. Harmful berarti bahan dapat merusak kesehatan tubuh jika kontak langsung dengan tubuh, seperti diklorometan. Toxic artinya bahan bersifat racun, seperti benzene. Very toxic berarti bahan sangat beracun, seperti: KCN, H2S. corrosive artinya bahan bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit, seperi: HCl,H2SO4 (Lasia, 2013). 2.2 Identifikasi bahan untuk praktikum kimia berwawasan lingkungan di SMP Berdasarkan kurikulum 2013, materi IPA SMP yang membahas tentang kimia dan mngadung unsur praktik adalah pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia, menentukan sifat larutan menggunakan indicator buatan dan alami. Jika dijabarkan lebih lanjut, maka materi pemisahan campuran terdiri dari: sublimasi, kristalisasi, dekantasi, filtrasi, destilasi, kromatografi, dan ekstraksi. Bahan praktikum yang berwawasan lingkungan untuk materi sublimasi dapat digunakan kapur barus berwarna, kristalisasi dapat digunakan garam dapr dan air, dekantasi dapat digunakan kopi dan air panas, filtrasi dapat digunakan air, serbuk sampah, destilasi dapat digunakan air the, kromatografi dapat digunakan spidol dengan aneka warna, air, kertas, atau kain, dan lidi, serta ekstrasi dapat digunakan minyak kelapa dan air. 6 Materi sifat larutan terdiri dari sub materi larutan elektrolit, non elektrolit, asam, basa, netral. Bahan praktikum berwawasan lingkungan untuk materi elektrolit dan non elektroli dapat digunakan larutan gula, air laut, larutan garam dapur, larutan urea, dan larutan cuka. Sedangkan untuk menguji asam basa dapat digunakan: cuka, air kapur, ekstrak buah-buahan, air minum, air abu pembakaran dan sebagainya. Sedangkan indikatror yang dapat digunakan adalah ekstrak kunyit, ektrak kayu sugih, ektrak kembang sepatu, ektrak kulit manggis, kul merah dan sebagainya. Materi kimia lain yang sering dipraktekkan di SMP dalam rangka olimpiade adalah reaksi-reaksi kimia. Reaksi-reaksi tersebut meliputi terbentuknya endapan, perubahan suhu, perubahan warna, dan gas. Bahan berwawasan lingkungan yang dapat digunakan adalah air kapur di tiup untuk pembentukan endapan; karbid dan air untuk untuk perubahan suhu, obat luka yodium dan tepung untuk perubahan warna; serta cuka dan batu kapur untuk pembentukan gas (Redhana, 2014) 2.3 Praktikum kimia berwawasan lingkungan Laboratorium berwawasan lingkungan adalah impian semua orang. Prinsip dikembangkan untuk menciptakan laboratorium berwawasan lingkungan adalah pencegahan, ekonomi atom, sintesis melibatkan bahan-bahan yang tidak berbahaya, pembuatan produk kimia yang aman, dan pengurangan tahap reaksi (Redhana, 2014). Pencegahan menekankan pada upaya lebih baik mencegah dari pada mengolah limbah setelah dibuang ke lingkungan. Limbah yang telah dibuang kelingkungan memerlukan biaya sangat tinggi untuk menjadikan tidak mencemari lingkungan dan menghabiskan banyak energi serta uang. Ekonomi atom dirancang untuk mengoptimalkan keterlibatan semua atom dalam rekasi menjadi produk. Jika semua atom menjadi suatu produk tanpa ada produk sampingan, maka limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Reaksi demikian dikatakan sangat efisien (Ravichandran, 2011). Prinsip sintesis melibatkan bahan-bahan yang tidak berbahaya bertujuan mengurangi bahaya bahan-bahan kimia yang digunakan untuk membuat produk. Metode sintesis dirancang menggunakan bahan yang memiliki toksisitas sangat rendah dan bahkan aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pembuatan produk kimia yang aman bertujuan untuk membuat produk yang tidak beracun dan ramah bagi lingkungan. Penggunaan pelarut dan cairan ion merupakan pelarut yang ramah lingkungan. Toksisitas cairan ion umumnya berasal dari kation. Untuk itu produk yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia harus memperhatikan jenis kation yang dihasilkan agar pencemaran lingkungan dapat dicegah lebih awal. 7 Pengurangan tahap reaksi bertujuan untuk memangkas jumlah bahan dan waktu yang digunakan dalam mensintesis suatu produk. Bahan yang sedikit dalam suatu reaksi memberi kontribusi sangat banyak dalam melestarikan lingkungan dan kesehatan manusia. Demikian juga terhadap waktu yang telah digunakan. Semakin sedikit waktu yang digunakan untuk mereaksikan suatu senyawa, maka energy yang dihabiskan juga semakin sedikit 2.4. Tujuan kegiatan Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja. Tujuan secara khusus dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja dapat meningkatkan intensitas praktikum kimia b. Meningkatkan pemahaman pengelolaan bahan-bahan yang berbahaya ketika praktikum kimia untuk guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja c. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan pengembanganan praktikum kimia yang aman bagi praktikan untuk guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja 2.5 Manfaat kegiatan Manfaat yang diperoleh oleh peserta pengabdian pada masyarakat ini adalah. a. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja mendapatkan pengetahuan tentang cara mengelola bahan-bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum kimia b. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja mendapatkan pengetahuan bahanbahan tidak berbahaya yang dapat digunakan untuk praktikum kimia c. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara mengembangkan praktikum kimia yang aman bagi praktikan 8 BAB 3 KERANGKA PEMECAHAN MASALAH DAN SASARAN 3.1 Kerangka penecahan masalah Kerangka pemecahan masalah dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat digambarkan seperti Gamabar 1. Berangkat dai permasalahan yang dimiliki oleh para guru IPA Swasta di Kota Singaraja, kemudian disusun berbagai alternative untuk memecahkan masalah. Selanjutnya dari berbagai alternatif tersebut dipilih yang paling mungkin dapat dilaksanakan. Berdasarkan Gambar 1, langkah yang paling mungkin dapat dilaksanakan adalah memberi pelatihan praktikum IPA konsentrasi kimia yang berwawasan lingkungan. Keunggulan langhkah-langkah ini adalah aman bagi praktikan, tidak mencemari lingkungan akibat limbah praktikum kimia, biaya murah, mudah didapat, pembelajaran menjadi kontekstual. Dengan demikian materi kimia menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. 3.2 Sasaran Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja. Guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan praktiukum kimia berwawasan lingkungan. Disamping itu keterbatasan sarana dan prasaran laboratorium khususnya kimia dapat teratasi dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan. 9 Permasalahan guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja a. Tidak ada latar belakang pendidikan kimia b. Jarang melakukan praktikum kimia c. Belum mampu mengelola bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum kimia d. Kurang informasi tentang bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia e. Kurang mengembangkan praktikum kimia menjadi praktikum yang aman bagi praktikan Alternatif pemecahan masalah a. Penambahan guru IPA berlatar belakang pendidikan kimia b. Penambahan jumlah alat dan bahan kimia c. Pelatihan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan Pemecahan masalah yang paling mungkin Pelatihan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan a. b. c. d. e. f. Keunggulan Aman bagi praktikan, Limbah praktikum tidak mencemari lingkungan Biaya murah, Mudah didapat, Pembelajaran menjadi kontekstual. Materi kimia menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Metode kegiatan a. Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan dampaknya terhadap kesehatan serta lingkungan b. Diskusi bahan alternative (aman)yang dapat digunakan untuk praktikum kimia c. Praktek merancang prosedur praktikum kimia berwawasan lingkungan d. Praktek hasil rancangan prosedur praktikum yang telah dibuat e. Diskusi permasalahan yang dihadapi selama merancang dan mempraktekan praktikum kimia berwawasan lingkungan Gambar 3.1 Kerangka pemecahan masalah 10 BAB 4 METODE KEGIATAN Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah di atas adalah diskusi dan praktek. Gabung kedua metoda tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mengembangan praktikum IPA konsentrasi kimia di SMP. Dengan demikian ketergantungan terhadap bahan kimia yang berharga mahal dapat diatasi dan pencemaran lingkungan akibat lingkungan limbah praktikum dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Keterkaitan masalah, metode, dan bentuk kegiatan disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1. Keterkaitan masalah, metode, dan bentuk kegiatan No Masalah Metode Bentuk kegiatan 1 Guru-guru IPA SMP Diskusi Diskusi strategi Swasta di Kota melakukan praktikum Singaraja jarang yang mudah dan melakukan praktikum aman kimia 2 Guru-guru IPA SMP Diskusi dan praktek Diskusi sifat-sifat Swasta di Kota bahan kimia dan Singaraja belum dampaknya mampu mengelola terhadap kesehatan bahan kimia yang Diskusi cara berbahaya ketika mengelola bahn praktikum kimia kimia Praktek cara mengelola bahan kimia berbahaya 3 Guru-guru IPA SMP Diskusi Identifikasi bahan- Swasta di Kota bahan aman yang Singaraja kurang dapat digunakan informasi tentang untuk praktikum bahan-bahan yang aman kimia untuk praktikum kimia 4 Guru-guru IPA SMP Diskusi, praktek, Swasta di Kota pendampingan Singaraja kurang Diskusi membuat prosedur praktikum 11 cara kimia mengembangkan berwawasan praktikum kimia lingkungan menjadi praktikum Praktikum kimia yang aman bagi berwawasan praktikan lingkungan Pendampingan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan Keberhasilan program pengabdian pada masyarakat ini dirancang melalui rancangan evaluasi. Rancangan evaluasi program ini mengaitkan tujuan, indicator, dan cara pengukuran, seperti disajikan Tabel 4.2. Tabel4. 2. Rancangan evaluasi No 1 Tujuan Indikator Cara pengukuran Guru-guru IPA SMP Swasta Guru melakukan Prosentrase di Kota Singaraja dapat praktikum kimia peningkatan meningkatkan intensitas meningkat minimal praktikum kimia praktikum kimia 25% oleh guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja. 2 Guru-guru IPA SMP Swasta Guru dapat Tidak terjadi di Kota Singaraja mengelola bahan- kecelakaan ketika mendapatkan pengetahuan bahan kimia praktikum kimia tentang cara mengelola berbahaya ketika menggunakan bahan-bahan kimia yang praktikum kimia bahan-bahan berbahaya ketika praktikum berbahaya kimia 3 Guru-guru IPA SMP Swasta Guru dapat Guru menggunakan di Kota Singaraja mengidentifikasi bahan-bahan mendapatkan pengetahuan bahan-bahan yang tidak bahan-bahan tidak tidak berbahaya minimal di dua judul berbahaya yang dapat untuk praktikum praktikum kimia 12 yang berbahaya digunakan untuk praktikum kimia kimia 4 Guru-guru IPA SMP Swasta Dapat merancang Terdapat rancangan di Kota Singaraja praktikum kimia prosedur praktikum mendapatkan pengetahuan berwawasan kimia dan keterampilan tentang lingkungan lingkungan cara mengembangkan praktikum kimia yang aman bagi praktikan 13 berwawasan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian pada masyarakat untuk guru IPA SMP Swasta di kota Singaraja dilaksanakan pada tanggal 14 – 17 Juli 2016 di Lab Kimia Analitik FMIPA Undiksha dan dihadiri oleh 9 orang guru IPA dari 20 orang yang diundang. Sembilan orang guru yang tidak hadir karena menjadi panitia MOS di sekolah masing-masing dan 2 orang lagi karena sakit. Gambar 5.1 Pembukaan kegiatan p2M Hasil Pengabdian pada masyarakat ini meliputi: Pre tes dan postes, pengenalan alat dan bahan praktikum IPA konsentrasi kimia, modifikasi prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan, perancangan prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan, uji coba prosedur praktikum praktikum kimia SMP berbasis lingkungan. 5.1 Pre tes dan postes Pretes dan postes diberikan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan praktikum IPA konsentrasi Kimia di SMP Swasta Di Kota Sngaraja, serta permasalahan yang dihadapi. Di samping itu tes yang diberikan juga memberikan gambaran tentang cara pemecahan terhadap permasalahan praktikum IPA konsentrasi kimia di SMP Swasta di Singaraja. Selama pretes dan postes, peserta sangat serius mengerjakan tes yang diberikan. Permasalahan umum yang dihadapi adalah terkendala alat dan bahan yang terbatas, bahkan tidak ada di sekolah. Cara pemecahan sementara yang diambil dengan mengamprah alat dan bahan yang diperlukan, tetapi tidak kunjung datang. Hasil postes menunjukkan bahwa permasalahan bahan dan alat praktikum telah ditemukan cara alternative dengan menggunakan alat dan bahan yang di sekitar lingkungan sekolah atau peserta didik. 14 Gambar 5.2 Suasana pretes dan postes peserta p2m 1.2 Pengenalan alat dan bahan praktikum IPA konsentrasi kimia Pengenalan bahan dan alat kimia untuk praktikum IPA konsentrasi kimia di SMP dilakukan untuk mengakrabkan para guru IPA SMP swasta terhadap bahan dan alat praktikum kimia. Pengenalan terebut dilakukan karena semua guru IPA SMP berlatar belakang sarjana Pendidikan Fisika dan Biologi. Secara khusus mereka belum banyak mengenal alat dan bahan kimia. Selama perkenalan alat dan bahan tersebut, banyak pertanyaan yang muncul berkaitan dengan cara membeli bahan, harga bahan, cara penyimpana, dan efeknya terhadap kesehatan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut menunjukkan keseriusan peserta terhadap materi yang diberikan oleh nara sumber. Gambar 5.3 Peserta diberi materi palatihan alat dan bahan kimia dan langsung diajak mengobservasi alat dan bahan yang ada di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Pendidikan Kimia Selain bahan dan alat kimia murni, peserta pelatihan dikenalkan dengan bahan alternative berbasis lingkungan yang dapat digunakan dalam praktikum IPA konsentrasi kimia di SMP. Pengenalan alat dan bahan berbasis lingkungan sangat mendapat perhatian dari peserta, karena bahan yang digunakan tidak menakutkan mereka. Bahan-bahan yang dikenalkan, seperti bunga pacar, sabum, cuka, garam dapur, kertas, sipdol, bebagai kaleng, tempat mencampur warna. Alat dan bahan tersebut dapat digunakan untuk praktikum IPA konsentrasi kimia di SMP. 15 Gambar 5.4 Peserta dikenalkan dengan bahan dan alat alternatif berbasis lingkungan yang dapat digunakan untuk praktikum IPA SMP konsentrasi kimia. 1.3 Modifikasi dan merancang prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan Modifikasi dan merancang prosedur praktikum IPA SMP konsentrasi kimia dilatihakan untuk peserta P2M. Selama kegiatan tersebut para peserta masih banyak menemukan kesulitan dalam menyusun langkah-langkah prosedur agar dapat dimengerti oleh peserta didik. Disampng itu, istilah-istilah kimia yang digunakan dalam merancang prosedur praktikum kimia berbasis lingkungan masih banyak yang kurang tepat. Seperti istilah larutan dan campuran masih dirancukan.Kelemahan-kelemahan tersebut disempurnakan dalam diskusi kelompok maupun antar kelompok. Suasana diskusi kelompok sangat hangat dengan indikasi banyak perhatian peserta pada penggunaan istilah yang kurang dimengerti oleh peserta lain, terutama istilah kimia. Pemanduan oleh nara sumber, member pencerahan kepada peserta terhadap istilah kimia yang kurang dimengerti oleh kimia. Seperti dekantasi. Gambar 5.5 Peserta memodifikasi dan merancang prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan 16 1.4 Uji coba prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan Uji coba prosedur praktikum IPA SMP konsentrsi kimia dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalaha yang dihadapi ketika prosedur tersebut diterapkan dilapangan. Prosedur praktikum yang dicoba adalah destilasi biasa, keelektrolitan larutan, dan asam basa dengan menggunakan indicator alam. Permasalahan yang timbul dalam prosedur praktikum yang dirancang antara lain: lampu menyala pada larutan gula dan air pada prosedur keelektrolitan larutan, waktu yang terlalu lama untuk merancang alat pada prosedur praktikum destilasi biasa, dan perubahan indicator alam yang kurang jelas pada penentuan asam, basa, dan netral. Permasalahan-permasalahan tersebut dipecahkan pada bagian diskusi. Hasil diskusi permasalahan seperti larutan gula dan air menyala, karena air yang digunakan air kran yang mengandung ion elektrolit yang menghantarkan listrik. Untuk tidak mebingungkan siswa, maka untuk larutan non elektrolit hanya digunakan minyak tanpa air. Sedangkan mengantisipasi banyaknya waktu dalam merancang destilasi sederhana, maka alat yang dibuat harus lebih praktis. Dengan demikian untuk merancang alat terebut lebih cepat. Pemecahan masalah pada indicator alam untuk menentukan asam, basa, dan netral, maka hanya digunakan indicator alam yang member perubahan yang signifikan pada ketiga jenis larutan tersebut. Indicator yang paling siginifikan perubahannya adalah ektrak pacar ungu, kembang sepatu, dan kunyit. Gambar 5.6 Peserta P2M membuat indikator alam dan mengujinya dalam larutan asam, basa, dan netral 17 Gambar 5.7 Peserta P2M mnguji alat destilasi biasa Gambar 5.8 Peserta P2M menguji prosedur keelektrolitan larutan 1.5 Pendampingan Program pendampingan dimaksudkan untuk mengetahui penerapan dan permasalahan peserta dalam menidaklanjuti materi pelatihan yang telah diberikan. Gambar 5.9 Pendampingan peserta oleh nara sumber Dalam pendampingan tersebut, beberapa permasalahan yang muncul, seperti: cara mendisain alat dan jumlah bahan yang digunakan. Setelah diarahkan peserta menyadari bahwa permasalahan mereka sangat mudah untuk dipecahkan, Disisi lain, terdapat peserta telah mampu membuat prosedur praktikum IPA konsentrasi kimia berbasis lingkungan, bahkan telah menerapkan 18 prosedur tersebut dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pendampingan, para siswa sangat tertarik sekali dengan praktikum kimia berbasis lingkungan. Hal ini sangat melegakan guru pengajar/peserta pelatihan. 19 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 2. 1 Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dalam kegiatan P2M ini adalah guru-guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja telah dilatih: cara melakukan praktikum kimia agar menarik, cara mengelola bahan kimia yang berbahaya, cara mengidentifikasi bahan kimia yang aman digunakan untuk praktikum, cara membuat prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan. Disamping itu semangat dan ketertarikan peserta dalam mengikuti kegiatan merupakan hal yang patut diberi penghargaan. 6.2 Saran Penumbuhan sifat kreatif guru IPA SMP Swasta di Kota Singaraja melalui kegiatan P2m ini semakin terasa. Untuk itu kegiatan P2M ini diharapkan dapat terus diterapkan. 20 DAFTAR PUSTAKA Ari Laksmi, IGA. 2014. Analisa Pengelolaan Alat dan Bahan Praktikum pada Laboratorium Kimia: Studi Kasus di SMA N 1 Seririt. eJournal Kimia Visvitalis.Vol. 2. No. 1. Tersedia pada http://www.Undiksha.ac.id/ ejournal. Diakses tanggal 9 september 2014. Dash, S. 2014. Green Chemistry: An Essential of an Hour: A reviw. Asian Journal Of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2(4), 1-3. Lasia, I Ketut, Wiratini, Ni Made. 2012. Membangun Penguasaan Konsep IPA Kelas V SD melalui Laboratorium Berbasis Lingkungan. Jurnal IKA Undiksha. Vol. 10. No 1. Hal. 73-87. Lasia, I Ketut. 2013. Analisis Pengetahuan Mahasiswa tentang Dampak Penggunaan bahan Kimia dalam Praktikum Kimia Organik terhadap Kesehatan (Studi Menuju Pengelolaan laboratorium Kimia yang Aman bagi Manusia). Proseding Seminar Nasional FMIPA III Undiksha. Hal 148-151. Permendikbud RI No. 65 th. 2013. Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Bersama Menpan dan Kepala BKN No. 02?V?PB.2010. No.13 th. 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional PLP dan Angka Kreditnya. Ravichandran, S. 2011. Green Chemistry For sustainable Development. Asean Journal of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2(1), 129-135. Redhana, I Wyn. 2013. Identifikasi Bahan Kimia Berbahaya yang Digunakan dalam Praktikum Kimia SMA. Proseding Seminar Nasional FMIPA III Undiksha. Hal 53-60. Redhana, I Wyn (a). 2014. Menghijaukan Kurikulum Kimia untuk Mencapai Pembangunan Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Pengenalan Guru Besar Tetap dalam Bidang Pendidikan Kimia. Singaraja: Undiksha. Suardana, I N. (2010). Pengembangan Model Praktikum Kimia Dasar Berbasis BudayaBali untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Kimia. Disertasi SPs UPI. Tidak Dipublikasikan Singh,A.,Singh, S., Singh, N. 2014. Green Chemistry: Sustainability An Innovative Approach. Journal of Applied Chemistry, 2(2), 77-82 Tantris.2006. Pengelolaan Laboratorium dan Sistem evaluasi Kegiatan Praktikum Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus pada SMAN di Kabupaten Buleleng). Tesis. Singaraja: PPS Undiksha Wiratini, Ni Made, Suardana, I Nyoaman, Lasia, I Ketut. 2011. Pemanfaatan Potensi Lingkungan Lokal dalam Membuat Prosedur Praktikum Kontekstual. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 44. Nomor 1-3. Hal. 60-68. 21 Lampiran-Lampiran Gambar Foto panitia p2M Lampiran 2 Produk P2M DESTILASI SEDERHANA Tujuan 1. Untuk mengetahui proses destilasi sederhana 2. Untuk mengetahui cara pemisahan campuran dangan destilasi sederhana Alokasi Waktu : 2x 45 menit I. Uraian Materi Pemisahan suatu komponen dalam larutan seringkali dilakukan di masyarakat luas khususnya industri alkohol, gas dan minyak bumi. Teknik yang biasa digunakan yaitu teknik destilasi dengan menitikberatkan pada perbedaan titik didih larutan.Destilasi sederhana mampu memisahkan dan memurnikan suatu larutan berdasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat jauh. Pelarut dengan titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu menjadi destilat sedangkan komponen yang lain menjadi komponen yang murni.Destilasi sering digunakan untuk memurnikan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih berbeda. Zat dalam bentuk cair dipanaskan dan saat titik didih senyawa dengan titik didih lebih rendah tercapai, uapnya akan diembunkan (dikondensasi) dan dikumpulkan (Bresnick, 2003). II. Alat dan Bahan Alat : Bahan : Alat destilasi sederhana( Gelas kaleng,, Air teh Gelas plastic, Pemanas, Penyangga, Plastisin Botol plastic, Pecahan kaca / kramik) 22 III. Prosedur Kerja 1. Rangkailah alat sesuai dengan gambar di bawah ini ! 2. Ambil air teh 50 ml 3. Amati warna air teh 4. Masukkan air teh ke dalam kaleng dan tambahkan beberapa pecahan keramik. 5. Masukan es ke dalam botol plastik. 6. Panaskan kaleng sampai air mendidih. 7. Amati yang terjadi bagian selang. 8. Catat waktu pada saat diperoleh tetesan destilat pertama. 9. Amati warna tetesan yang ada pada gelas plastic 10. Matikan pemanas 11. Dinginkan kaleng yang telah dipanaskan. 12. Cabut rangkaian destilasi 13. Tuangkan air teh dari kaleng ke dalam gelas plastik. 14. Amati warna air the tersebut. IV. Hasil Pengamatan No V. Kegiatan 1 Warna air dipanaskan 2 Proses selang 3 Warna tetesan pada gelas plastic 4 Warna air teh setelah di panaskan yang teh Pengamatan sebelum terjadi pada Pertanyaan 1. Bagaimana warna air teh sebelum dimasukkan ke dalam kaleng ? 2. Bagaimana proses yang terjadi pada selang ? 3. Bagaimana warna cairan yang menetes pada gelas plastik ? 4. Bagaimana warna air teh setelah dipanaskan ? 5. Berdasarkan hasil percobaan : 23 a. Penguapan terjadi pada bagian …. b. Pendidihan terjadi pada bagian… c. Pengembunan / pendinginan terjadi pada bagian… d. Kejadian yang terjadi pada a, b dan c disebut…. VI. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………… Produk P2M 2 I. Judul : Asam, Basa, Netral II. Tujuan Kegiatan : Peserta didik mampu mengidentifikasi bahan-bahan ke dalam sifat larutan asam, basa dan netral melalui percobaan. III. Alokasi Waktu : 2 x 40 menit IV. Materi : Asam secara kimia dapat didefinisikan sebagai senyawa yang menghasilkan ion hidrogen (H+)ketika dilarutkan pada suatu pelarut (biasanya air), dengan pH < 7. Sedangkan basa didefinisikan sebagai senyawa yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air dan memiliki pH > 7 jika suatu bahan memiliki pH = 7 maka dikatakan netral.. Penentuan Sifat Larutan Asam-Basa dan Netral Identifikasi asam, basa, dan netral dapat dilakukan dengan mnggunakan indikator. Indikator yang dapat digunakan adalah indikator asam basa. Indikator adalah zat-zat yang menunjukkan indikasi berbeda dalam larutan asam, basa, dan netral. Cara menentukan senyawa bersifat asam, basa, atau netral dapat digunakan, antara lain kertas lakmus dan larutan indikator atau indikator alami. . Sifat larutan dengan menggunakan lakmus dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Pengujian asam, basa, dan netral dengan menggunakan kertas lakmus Beberapa indikator alami yang dapat digunakan dalam pengujian asam basa suatu bahan diantaranya sebagai berikut. Warna dalam No Indikator Alami Ket Asam Basa 1. Kunyit Kuning Merah 2. Umbi bit Biru Merah 3. Daun pacar air Merah Kuning 4. Bunga kembang sepatu Merah Kuning 5. Bunga nusa indah Merah Kuning 6. Kulit manggis Coklat kemerahan Coklat 7. Kol ungu Merah muda Biru/ hijau 24 No 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Indikator Alami Kembang teleng Bunga pacar ungu Bougenville Kayu secang Daun Rhoeo discolor Bunga angsoka (merah) Bunga kerasi (pink) Bunga Hydrangea Bunga pacar (merah) Warna dalam Asam Basa Ungu Biru/ hijau Merah muda Jingga/ kuning Merah muda Jingga/ kuning Kuning Merah Merah muda Hijau Merah Hijau Pink terang Hijau Biru Merah jambu Oranye Oranye kecoklatan Ket (diambil dari beberapa sumber) V. Alat dan Bahan : Alat: 1. Mortir/ penggerus (alternatif: sendok dan mangkok kecil) 2. Gelas bekas air mineral 3. Pipet air mineral 4. Palet (alas campur warna cat air untuk menggambar) 5. Kain kasa/ saringan teh 6. Parutan Bahan-bahan: a. Larutan yang diuji: - Air keran - Cuka - Air sabun b. Larutan indikator - Kunyit - Bunga pacar air (ungu) - Bunga pacar air (merah) - Bunga Bougenville - Bunga kembang sepatu c. Tisu VI. Prosedur Kerja 1. Ambil bagian tengah kunyit 2. Kupas kunyit tersebut dan dicuci, kemudian diparut.. 3. Tambahkan sedikit air ke dalam parutan kunyit sambil diaduk-aduk agar rata. 4. Saring campuran tersebut. 5. Tuangkan hasil saringan ke dalam gelas bekas air mineral dan beri label. 6. Cuci bunga pacar air (ungu). 7. Haluskan/ ulek/ gerus bunga tersebut sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit. 8. Saringlah campuran tersebut dengan kain kasa. 25 9. Tuangkan hasil saringan tersebut ke dalam gelas bekas air mineral dan beri label. 10. Lakukan langkah kegiatan yang sama seperti bunga pacar (ungu) untuk bunga yang lainnya (langkah 6-9). 11. Hasil saringan bahan-bahan di atas kita sebut sebagai larutan indikator. Pembuatan larutan indikator ini dilakukan di rumah masingmasing. 12. Siapkan 3 gelas mineral sebagai tempat untuk larutan uji. 13. Beri label A, B dan C pada gelas tersebut. 14. Tuangkan air keran/ air mineral ke gelas A, cuka ke gelas B, dan air sabun ke gelas C. 15. Siapkan palet yang diberi label A, B, dan C sesuai dengan kode larutan uji. 16. Teteskan 2-3 tetes larutan uji pada kode yang sesuai pada lubang palet 17. Teteskan setetes demi tetes larutan indikator kunyit pada tiap larutan uji (A, B, atau C)yang ada pada palet sampai terjadi perubahan warna. 18. Amati perubahan warna yang terjadi. 19. Catatlah hasil pengamatan kalian pada tabel pengamatan. 20. Setelah mencatat data, bersihkanlah palet tadi, kemudian lanjutkan kegiatan dengan menggunakan larutan indikator yang lainnya. Amati dan catat hasil pengamatan kalian. VII. Data Pengamatan Larutan Perubahan warna Ket Indikator No Air Cuka Air sabun (asam/basa/netral) mineral 1. Kunyit 2. Bunga pacar air (ungu) 3. Bunga pacar air (merah) 4. Bunga Bougenville 5. Bunga kembang sepatu VIII. Pertanyaan : 1. Kelompokkan larutan-larutan yang diuji menjadi tiga: a. Larutan asam : ....................................................................................................... b. Larutan basa : ....................................................................................................... c. Larutan netral : ....................................................................................................... 2. Jelaskan pengertian larutan indikator ! 26 3. Sebutkanlah bahan-bahan alami yang bisa digunakan sebagai indikator asambasa dalam kehidupan kalian sehari-hari minimal 3! X. Simpulan: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Produk 3 P2M I. II. III. IV. V. JUDUL : LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT TUJUAN : Dapat mengamati sifat larutan elektrolit dan non elektrolit ALOKASI WAKTU : 80 Menit ( 2 JP) URAIAN MATERI : Sifat larutan ada yang dapat menghantarkan arus listrik dan ada yang tidak menghantarkan arus listrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit dan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut non elektrolit. Larutan elektrolit ada yang bersifat kuat dan ada yang bersifat lemah, yang kuat ditunjukkan dengan nyala lampu terang dan eletrolit lemah nyala lampunya redup. Terang redupnya nyala lampu sebanding dengan kuat lemahnya larutan asam basa, semakin kuat sifat larutan asam basa maka semakin terang nyala lampunya. Contoh larutan elektrolit adalah larutan asam, basa dan garam Contoh larutan non elektrolit adalah larutan alkohol. ALAT DAN BAHAN : Alat : 1) 1 set alat uji larutan elektrolit Gambar alat uji elektrolit dan non elektrolit Keterengan : 1: batere, 2: kabel, 3: lampu LED, 4 dan 5: paku, : gelas, 6: larutan uji 2) 6 buah gelas kimia Bahan : 1) Minyak kelapa 27 VI. 2) Cuka 3) Air garam dapur 4) Alkohol PROSEDUR KERJA : 1) Isilah gelas kimia dengan larutan sesuai gambar berikut. I II III IV Minyak Cuka Garam Alkohol 2) Ujilah sifat larutan dengan satu set alat tes elektrolit dengan cara mencelupkan kedua ujung kawat ke dalam larutan seperti gambar di atas. 3) Tuliskan hasilnya pada tabel di bawah ini dengan memberi tanda √ . Tidak Keterangan No. Larutan Menyala (elektrolit/non Menyala elektrolit) 1. Minyak 2. Cuka 3. Garam 4. Garam 5. alkohol Catatan : Jika lampu menyala adalah larutan elektrolit Jika lampu tidak menyala adalah larutan non elektrolit VII. KESIMPULAN : 1. _______________________________________________________________ 2. _______________________________________________________________ 3. _______________________________________________________________ 4. _______________________________________________________________ VIII. PERTANYAAN : 1) Sebutkanlah larutan yang termasuk elektrolit? 2) Sebutkanlah larutan yang termasuk non elektrolit? 3) Jelaskan apa yang dimaksud dengan larutan elektrolit! 4) Jelaskan apa yang dimaksud dengan larutan non elektrolit! 28 Lampiran 3 Nama: Asal Sekolah : PRE-POS TES PETUNJUK a. Quisieoner ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan praktikim IPA konsentrasi kimia di SMP b. Quisioner terdiri dari pilihan dan isian c. Isilah setiap pernyataan dengan jujur Pertanyaan 1. Untuk memenuhi tuntutan kurikulum 2013, apakah di sekolah Anda telah tersedia alat untuk praktikum IPA konsentrasi Kimia? a. Ya (sebutkan:……………………………………………………………) b. tidak 2. Untuk praktikum IPA konsentrasi kimia, apakah telah tersedia bahan yang dibutuhkan menurut kurikulum 2013? a. Ya(sebutkan:………………………………………………………….) b. tidak 3. Pernahkan Anda praktikum kimia? a. Pernah( berapa kali………..) b. Tidak 4. Jenis praktikum kimia apa yang pernah anda lakukan? ……………………………………………………………………………… …………………………………………………… 5. Adakah permasalahan anda ketika melakukan praktikum IPA konsentrasi kimia? a. Ya(sebutkan……………………………………………………………) b. Tidak 6. Jika ada masalah, bagaimana cara anda mengatasi? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Good luck 29 Lampiran 4 JADWAL KEGIATAN “Pelatihan Pengembangan Prosedur Praktikum IPA Konsentrasi Kimia Berbasis Lingkungan untuk Guru IPA SMP Di Kota Singaraja” 14-16 Juli 2016 Hari/tanggal Kamis/14 Juli 2016 KEGIATAN Presensi/ Snack WAKTU PELAKSANAA N 08.00-09.00 Panitia Laporan Ketua Panitia 09.00-09.10 Panitia Sambutan-sambutan Jumat/15 Juli 2016 Sabtu/16 Juli 2016 PELAKS ANA Panitia Ketua Lemlit dan P2M Undiksha sekaligus membuka acara 09.25-09.40 Pre tes Materi 1. Pengenalan Alat untuk praktikum IPA konsentrasi Kimia SMP 09.40-10.00 10.00-11.30 Ketua Lemlit dan P2M Undiksha Panitia Panitia Istirahat 11.30-12.00 .Panitia Materi 2. Pengenalan bahan-bahan untuk praktikum IPA konsentrasi Kimia SMP 12.00-13.30 Panitia Materi 3: Modifikasi prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan 13.30-15.00 Panitia Perancangan prosedur Praktikum Kimia SMP berbasis lingkungan 7.30-10.30 Istirahat 10.30-11.00 Panitia dan peserta Panitia Diskusi rancangan prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan 11.00-12.00 Istirahat Diskusi rancangan prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan (lanjutan) 12.00-12.30 12.30-15.00 Uji coba prosedur praktikum kimia SMP berbasis lingkungan 7.30-10.30 Istirahat Diskusi Hasil 10.30-11.00 11.30-12.00 Istirahat 12.00-12.30 Diskusi hasil (lanjutan) 12.30-14.00 Postes 14.00-14.30 Penutupan 14.30-15.00 30 Panitia dan peserta Panitia Panitia dan peserta Panitia dan peserta Panitia Panitia dan peserta Panitia Panitia dan peserta Panitia dan peserta Panitia dan peserta