BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Resiko
Risiko merupakan kerugian yang diakibatkan oleh sebuah kejadian yang tidak
dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko
spekulatif. Risiko murni adalah risiko yang terjadi karena suatu kejadian yang
mengakibatkan kerugian pada aset fisik perusahaan. Selain itu risiko murni juga dapat
berupa risiko karyawan yang disebabkan oleh karyawan dalam perusahaan mengalami
kejadian merugikan, dan risiko legal yang disebabkan oleh kontrak yang dilakukan
oleh perusahaan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Sedangkan risiko spekulatif dapat berupa risiko pasar, yaitu risiko yang
disebabkan pergerakan harga pasar. Risiko kredit yang disebabkan oleh counter party
yang gagal memenuhi kewajiban pada perusahaan. Risiko likuiditas yang disebabkan
oleh perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan kas secara cepat. Dan risiko
operasional yang disebabkan oleh kegiatan operasional perusahaan yang berjalan
dengan tidak lancar. (Hanafi, 2009:6).
Manajemen risiko mempunyai tiga tahapan: mengidentifikasi, mengukur, dan
memanajemeni risiko. Lembaga finansial atau investor dapat memanajemeni risiko
dengan cara : mengurangi risiko, misalnya dengan melakukan lindung nilai (hedging),
menyediakan cadangan untuk menopang risiko (self insurance) dan mentransfer risiko
kepada pihak ketiga dengan instrumen derivatif. Bank dapat mentransfer risiko
kreditnya kepada pihak lain dengan menggunakan credit derivatives (Sunaryo,
2009:12).
2.1.2 Eksposur Valuta Asing
Eksposur valuta asing adalah kepekaan perubahan dalam nilai riil asset,
kewajiban atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata uang domestik
terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi (Faisal, 2001:125). Eksposur valuta
asing pada dasarnya berasal dari perubahan pada nilai tukar. Nilai tukar menunjukkan
jumlah unit dari satu mata uang yang dapat ditukar dengan mata uang lainnya. Dengan
kata lain, ini adalah harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Dimana
nilai tukar ditentukan oleh tekanan permintaan dan penawaran. (Hanafi, 2009:228).
Eksposur valuta asing akan ditanggung oleh perusahaan yang menggunakan
valuta asing dalam transaksinya. Perusahaan multinasional menghadapi eksposur
valuta asing yang sangat signifikan karena ditundanya penyelesaian transaksi
perdagangan mereka. Eksposur tersebut disebabkan oleh jeda waktu antara saat
persetujuan harga dengan penyerahan barang, serta oleh harga penyelesaian yang
didenominasi dalam mata uang asing. Selain itu, perusahaan multinasional juga
menanggung resiko kurs yang dapat berdampak pada ketidakpastian nilai perusahaan.
Fluktuasi kurs valuta asing merupakan resiko terbesar dari transaksi
multinasional perusahaan. Fluktuasi kurs yang merugikan perusahaan dapat berdampak
langsung pada omzet penjualan, penetepan harga produk, serta tingkat laba. Fluktuasi
kurs menyebabkan ketidakpastian nilai aset dan kewajiban, serta dapat mengancam
kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian, untuk mengantisipasi dampak
negatif dari risiko fluktuasi kurs valuta asing serta melindungi kepentingan para
Shareholders, maka perusahaan multinasional melakukan kebijakan hedging dengan
instrument derivatif (Levi, 1996).
Terdapat tiga macam eksposur valuta asing jika dilihat dari dampak
pengaruhnya. Macam-macam eksposur valuta asing adalah eksposur transaksi,
eksposur ekonomi dan eksposur akuntansi.
2.1.2.1 Eksposur Transaksi
Seberapa jauh nilai transaksi kas masa depan akan terpengaruh oleh fluktuasi
kurs disebut sebagai eksposur transaksi (transaction exposure). Eksposur transaksi
dapat menyebabkan dampak signifikan terhadap laba perusahaan (Madura, 2009:380).
Putro (2012) menyatakan bahwa nilai aliran kas masuk perusahaan yang
diterima dalam berbagai denominasi mata uang asing akan ditentukan oleh kurs valuta
asing, pada saat penerimaan dikonversikan ke mata uang yang dikehendaki. Demikian
juga dengan aliran kas keluar yang dibayarkan dalam denominasi mata uang asing,
nilainya akan tergantung pada kurs valuta asing saat pembayaran akan dilakukan.
Eksposur transaksi dapat terjadi disebabkan oleh penggunaan transaksi kredit atau
meminjam dana yang pelunasannya dinyatakan dalam mata uang asing.
2.1.2.2 Eksposur Ekonomi
Tingkat di mana nilai sekarang arus kas suatu perusahaan akan dipengaruhi
fluktuasi kurs disebut eksposur ekonomi (Economic Exposure) terhadap kurs. Semua
jenis antisipasi transaksi masa depan yang menyebabkan eksposur transaksi juga akan
menyebabkan eksposur ekonomi karena transaksi ini mencerminkan arus kas yang
dapat dipengaruhi oleh fluktuasi kurs. Selain itu, jenis usaha lain yang tidak
menyebabkan eksposur transaksi juga dapat menyebabkan eksposur ekonomi (Madura,
2009: 390).
Perubahan kurs dapat mempengaruhi seluruh kegiatan operasi perusahaan,
seperti aktivitas pemasaran, keuangan, produksi, dan pembelian. Hal ini pada akhirnya
akan menentukan kemampuan bersaing dan nilai perusahaan. Di sini yang
diperhitungkan adalah perubahan kurs valuta asing yang tidak terduga, bukan yang
sudah diperkirakan sebelumnya. Perubahan kurs valuta asing yang sudah diduga telah
dimasukkan dalam perencanaan perusahaan (Faisal, 2001:126).
Agar dapat mengelola eksposur operasi dengan baik adalah dengan kepekaan
manajemen dalam mengetahui adanya ketidakseimbangan pada kondisi paritas dan
kesiapannya dalam menyiapkan langkah-langkah strategis yang tepat untuk bereaksi
terhadap kondisi tersebut. Langkah terbaik yang bisa diambil manajemen adalah
mendiversifikasikan basis kegiatan operasi dan pembelanjaan perusahaan secara
internasional. Diversifikasi operasional mendiversifikasikan penjualan, lokasi fasilitas
produksi dan sumber pengadaan bahan baku ke beberapa negara. Sementara itu,
diversifikasi pembelanjaan berarti mencari dana di lebih dari satu pasar modal dan
dalam lebih dari satu jenis mata uang.
2.1.2.3 Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi tidak menimbulkan perubahan pada aliran kas riil
perusahaan. Eksposur ini timbul saat sebuah perusahaan membuat laporan keuangan
konsolidasi dari seluruh anak perusahaannya yang tersebar di berbagai negara (Faisal,
2001:121).
Pembuatan laporan keuangan konsolidasi memiliki dua tujuan utama. Pertama
untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan, kedua untuk
mengevaluasi kinerja keuangan anak perusahaan. Dengan membandingkan laporan
keuangan setiap anak perusahaan, manajemen dapat mengetahui kinerja keuangan
masing-masing anak perusahaan. Informasi ini sangat berguna untuk merumuskan
strategi bersaing dan alokasi sumber daya ke setiap anak perusahaan.
Cara yang ditempuh untuk mengelola eksposur akuntansi adalah balance sheet
hedge. Cara ini berupaya menetralisir eksposur dengan menyeimbangkan sisi kekayaan
dan kewajiban perusahaan, pada arah yang berlawanan. Selain balance sheet hedge,
juga terdapat teknik lain yakni contractual hedge tetapi hasil yang diperoleh seringkali
melibatkan unsur spekulatif.
2.1.3 Lindung nilai atau Hedging
Lindung nilai atau hedging merupakan istilah yang sangat populer dalam
perdagangan berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari
perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk
mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh turun-naiknya harga.
Menurut Sunaryo (2009:23) prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi
aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan
hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger
memegang sejumlah aset awal dan sejumlah tertentu instrumen hedging. Portofolio
yang terdiri atas aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portofolio hedging.
Portofolio hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko aset awal.
Individu atau perusahaan yang melakukan hedging pada perdagangan
berjangka, disebut: “hedger”. Hedger mempunyai usaha pokok pada pasar fisik (cash
market), sedangkan aktivitas mereka pada perdagangan berjangka (futures market)
untuk memperkecil risiko dari fluktuasi harga yang tidak menguntungkan. Dengan
melakukan kegiatan tersebut keuntungan yang ditargetkan dapat direalisir, atau
kalaupun menyimpang, penyimpangannya tidak terlalu jauh. Oleh karena itu proses
dari hedging ini memerlukan skill khusus.
Kebijakan hedging perusahaan lebih dimotivasi oleh keinginan untuk
memaksimumkan kekayaan pemegang saham (shareholders value maximization)
(Fitriasari, 2011) biaya transaski adalah biaya yang di timbulkan oleh aktivitas
transaksi multinasional perusahaan yang sangat rentan terhadap fluktuasi valuta asing.
Hedging sebagai strategi keuangan akan menjamin bahwa nilai valuta asing yang
digunakan untuk membayar (outflow) atau sejumlah mata uang asing yang akan
diterima (inflow) di masa mendatang tidak terpengaruh oleh perubahan dalam fluktuasi
kurs valuta asing yang merugikan perusahaan. Dengan demikian keputusan hedging
perusahaan dapat mengurangi risiko financial distress.
2.1.4 Instrumen Derivatif untuk melakukan Hedging
Salah satu teknik hedging adalah dengan menggunakan derivatif. Derivatif
adalah kontrak perjanjian diantara dua pihak untuk membeli atau menjual sejumlah
barang (baik berupa aktiva finansial maupun komoditas) pada waktu yang telah
ditentukan di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati saat ini
(Utomo, 2000). Instrumen derivatif tidak hanya terdapat pada aktiva finansial (saham,
warrants dan obligasi) tetapi juga terdapat pada komoditas, logam berharga maupun
kurs nilai tukar. Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi opsi, futures,
forward dan swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga,
obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks saham (Sunaryo, 2009:83).
1)
Opsi (option)
Opsi adalah kontrak derivatif yang memberikan pilihan (hak) untuk menjual
atau membeli sesuatu sesuai dengan yang tertera di kontrak tersebut. Banyak dari opsi
yang diperdagangkan di bursa opsi, tetapi sering kali opsi hanya berupa kesepakatan
pribadi antara perusahaan dan bank (Madura, 2009:163). Opsi dikatakan sebagai efek
derivatif yang berarti hanya akan mempunyai nilai selagi terhubung ke aset finansial
yang bersangkutan setiap jenis opsi mempunyai masa hidup pasar tertentu, sehingga
kalau masa hidup pasarnya sudah habis, maka efek derivatif tersebut sudah tidak ada
nilainya. Yang dimaksud dengan aset finansial di sini adalah seperti saham biasa,
obligasi, dan obligasi konversi.
Opsi bersifat lebih fleksibel dibandingkan dengan kontrak forward yang
mengharuskan untuk melaksanakan transaksi saat jatuh tempo, bahkan pada saat
transaksi bersifat tidak menguntungkan sekalipun (Sherlita, 2006). Pemegang opsi
diberikan kebebasan untuk melakukan transaksi atau tidak melakukan transaksi.
Apabila opsi menguntungkan saat jatuh tempo maka opsi dapat dilaksanakan, namun
bila opsi tidak memberikan keuntungan pada saat jatuh tempo, maka transaksi dalam
opsi tersebut dapat dilewatkan.
Terdapat dua jenis opsi yaitu opsi beli (call option) dan opsi jual (put option).
Opsi beli atau call option memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli
sejumlah aktiva finansial pada harga yang tertentu (yang disebut strike atau exercise
price) pada tanggal tertentu sampai dengan opsi beli tersebut jatuh tempo. Pihak
pembeli (the “long”) dari call option akan membayar sejumlah call premium kepada
pihak penjual (the “short”).
Jenis lain dari kontrak opsi adalah opsi jual (put option). Put option atau opsi
jual memberikan hak kepada pemegangnya, bukan kewajiban, untuk menjual
sejumlah aktiva finansial pada harga yang tertentu (yang disebut strike atau exercise
price) pada tanggal tertentu sampai dengan opsi jual tersebut jatuh tempo. Sama
dengan call option, pihak pembeli (the “long”) dari put option akan membayar
sejumlah put premium kepada pihak penjual (the “short”).
Opsi dapat digunakan untuk perlindungan (hedging) suatu aktiva. Opsi beli
dapat digunakan untuk perlindungan dari kenaikan harga valuta atau harga komoditas
yang akan digunakan oleh pemegang opsi yang melakukan transaksi penjualan jangka
pendek. Sedangkan opsi jual dapat digunakan sebagai sarana hedging untuk
memproteksi penurunan nilai suatu valuta, strategi penggunaan opsi untuk
perlindungan ini disebut dengan protective put.
2)
Kontrak futures dan forward
Kontrak Futures adalah pertukaran janji dagang untuk membeli atau menjual
suatu aset di masa depan pada harga yang sudah ditentukan lebih dulu. (Madura,
2009:154). Pihak yang telah setuju untuk mengirim sesuatu dinamakan pihak yang
menjual kontrak atau “go short”. Sedangkan pihak lain yang setuju untuk menerima
dinamakan pihak yang membeli kontrak atau “go long”. Berbeda dengan kontrak opsi
dimana individu yang terlibat pada kontrak mempunyai hak, bukan kewajiban, untuk
membeli dan menjual aktiva finansial, kontrak futures mengatur bahwa individu yang
terlibat kontrak berkewajiban melakukan pengiriman dan penerimaan. Salah satu
bentuk penerapan hedging dengan menggunakan kontrak future adalah penukaran
sejumlah valuta asing atau pembelian komoditas dalam volume tertentu dan pada
tanggal penyelesaian tertentu yang memang sudah ditetapkan.
Kontrak forward adalah persetujuan untuk membeli atau menjual suatu aset di
masa depan pada harga yang disepakati. Kontrak forward adalah kontrak future yang
disesuaikan dengan kebutuhan. (Madura, 2009:147). Kontrak futures diperdagangkan
pada bursa yang telah terorganisasi, sedangkan kontrak forward dilakukan secara
langsung antar dua pihak atau menggunakan jasa pihak bank. Kontrak future
memerlukan transfer tunai pada awal transaksi karena akan digunakan sebagai margin
(jaminan), sedangkan kontrak forward tidak memerlukan transfer tunai pada awal
transaksi dimana transfer tunai dilakukan pada saat jatuh tempo (Siahaan, 2008).
Selain itu terdapat beberapa perbedaan pokok antara kontrak futures dan forwards,
yaitu:
1). Nilai kontrak untuk forward tidak ditentukan atau bebas sesuai dengan
kebutuhan pelaku. Sedangkan kontrak futures sudah terstandarisasi, artinya
bahwa bursa tempat perdagangan futures telah menentukan tanggal jatuh
temponya kontrak, lokasi pengiriman, kualitas dan kuantitas yang jelas dari
barang yang akan dikirimkan pada setiap kontrak. Jadi para individu atau pihak
yang terlibat tidak perlu negosiasi lagi mengenai hal-hal ketentuan seperti
diatas. Standardisasi di bursa inilah yang juga menyebabkan pasar untuk
futures sangat likuid.
2). Tanggal pengiriman untuk kontrak forward tergantung pada kesepakatan
antara pemodal dengan bank. Bank dapat mengirim sejumlah uang yang
senilai yang terdapat dalam kontrak forward kapan saja sesuai dengan tanggal
yang telah disepakati. Untuk kontrak future, tanggal pengiriman sudah
ditentukan pada tanggal-tanggal tertentu dalam satu tahun.
3). Bursa futures menjamin kinerja masing-masing lembaga kliring yang
terlibat di perdagangan futures. Setiap lembaga kliring juga menjamin kinerja
dari masing-masing pedagang (traders). Jaminan ini meningkatkan likuiditas
bursa futures. Untuk membatalkan atau keluar dari sebuah kontrak yang telah
dibeli (dijual), satu pihak dapat menjual (membeli) kontrak yang identik. Bursa
dapat membatalkan posisi long (short) pertama dengan posisi short (long) kedua,
sehingga posisi bersih adalah nol.
4). Penyelesaian (settlement) pada kontrak forward dilakukan sesuai dengan
tanggal yang telah sepakati dalam kontrak. Untuk kontrak future, settlement
dapat dilakukan setiap akhir hari perdagangan, sehingga keuntungan dan
kerugian pada kontrak future pada setiap transaksi dapat dihitung. Jika terjadi
keuntungan pada posisi tertentu, maka bursa akan membayar cash kepada
lembaga kliring yang menjamin seorang pedagang. Sebaliknya, jika terjadi
kerugian pada suatu posisi, maka lembaga kliring yang memberi penjaminan
seorang pedagang akan membayar kerugian tersebut secara cash kepada bursa.
3).
Swap
Swap adalah pengaturan oleh kedua belah pihak untuk menukar suatu aliran
arus kas untuk aliran lainnya berdasarkan suatu kesepakatan tertentu yg ditetapkan
pada saat kontrak dibuat (Madura, 2009:439). Transaksi swap biasanya dilakukan oleh
bank yang bisa berperan sebagai perantara atau sebagai lawan transaksi. Swap biasanya
dibuat berdasarkan kondisi yang diinginkan dan tidak mempunyai bentuk yang baku
(tidak distandarisasi), sehingga transaksi swap merupakan transaksi di luar bursa (Over
The Counter). Dua bentuk swap contract yang utama adalah yang berbasis interestrate swap dan currency swap. Interest rate swap pada dasarnya merupakan suatu
persetujuan antara dua pihak untuk menukarkan pembayaran bunga untuk suatu
periode tertentu atas dasar suatu notional value yang disetujui bersama dan dicirikan,
sebagai tujuan utamanya, oleh konversi pembayaran bunga tetap (fixed rate) ke dalam
pembayaran bunga mengambang (floating rate). Sedangkan currency swap adalah
suatu perjanjian yang memungkinkan perusahaan-perusahaan mengakses pasar modal
dengan biaya yang lebih murah.
2.1.5 Financial Distress
Financial distress adalah suatu pengukuran yang mengindikasikan kesulitan dalam
pengembalian hutang kepada kreditur atau tidak Solvable (Insolvency), financial distress
atau juga dapat disebut sebagai pengukur kebangkrutan perusahaan (Putro, 2012).
Financial distress juga dapat dicirikan dengan sebuah kondisi dimana perusahaan tidak
mampu dalam membayar segala kewajibannya atau tidak terdapatnya dana untuk
melunasi hutang jangka panjang maupun jangka pendek perusahaan saat jatuh tempo
(Hasymi, 2007). Financial distress terjadi sebelum perusahaan mengalami
kebangkrutan karena financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan
perusahaan sebelum perusahaan di likuidasi (Widarjo, 2009). Anggarini (2010)
berpendapat financial distress dapat disebabkan oleh serangkaian kesalahan
pengambilan keputusan, dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang
dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta
kurangnya upaya mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai
dengan keperluan. Dilihat dari segi keuangan ada tiga keadaan yang menyebabkan
financial distress yaitu faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal, besarnya
beban utang dan bunga serta menderita kerugian (Rodoni, 2010 dalam Afriyeni, 2012).
Untuk mengurangi fluktuasi arus kas dan meminimalkan kondisi financial
distress perusahaan dapat menerapkan kebijakan hedging (Smith dan Stulz, 1985;
Haushalter, 2000). Melindungi arus kas perusahaan dengan menggunakan instrumen
derivatif dari kebijakan hedging dapat menghindarkan perusahaan dari resiko financial
distress (Chong, 2014) dan financial distress merupakan salah satu penentu dalam
penerapan strategi hedging (Chaudhry, 2014). Semakin besar financial distress cost
maka semakin besar pula keinginan perusahaan untuk melakukan hedging (anonym,
2002).
2.1.6 Leverage
Leverage yang merupakan rasio utang atau sering juga dikenal dengan nama
rasio solvabilitas adalah rasio yang dapat menunjukan kemampuan dari suatu
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansial dari perusahaan tersebut
seandainya perusahaan tersebut dilikuidasi (Agnes, 2003). Jadi rasio solvabilitas
merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban finansialnya
baik berupa utang jangka panjang maupun utang jangka pendek, dan rasio leverage
merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan pendanaan
yang berasal dari utang (financial leverage) (Brigham et al., 2006: 143).
Aretz et al. (2007) menyatakan bahwa terdapat kecenderungan terhadap
perusahaan yang menggunakan hutang lebih banyak dalam struktur modalnya untuk
melakukan hedging. Sebuah perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi
menandakan bahwa perusahaan sedang menghadapi risiko kesulitan keuangan
(Financial Distress). Dengan kata lain, perusahaan akan cenderung gagal pada
pinjaman saat meminjam lebih dari kreditur. Oleh karena itu, hedging dapat
memberikan kontribusi yang sangat penting dalam membantu perusahaan untuk
menangani lingkungan keuangan yang kompetitif (Shaari et al., 2013). Suriawinata,
(2004) juga menyatakan leverage yang lebih tinggi mengindikasikan financial distress
costs yang lebih tinggi, sehingga semakin besar juga motivasi perusahaan untuk
menerapkan hedging.
2.1.7 Profitabilitas
Menurut Husnan (2012:56) profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai
kebijaksanaan dan keputusan yang di terapkan oleh sebuah perusahaan. Selain dari itu,
profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
penjualan barang atau jasa yang diproduksinya (Astuti, 2004:36). Profitabilitas
memiliki peran penting dalam semua bisnis, profitabilitas menunjukkan efisiensi
keseluruhan perusahaan dan kinerja perusahaan, serta kemampuan perusahaan untuk
melakukan pengembalian kepada investor. Tanpa keuntungan bisnis tidak akan
berjalan lancar dan bertahan dalam jangka panjang.
Sebuah perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi berarti bahwa perusahaan
memiliki kecenderungan yang kurang untuk terlibat dalam lindung nilai. Dengan kata
lain, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi kemungkinan lebih terhindar dari
kesulitan keuangan (Financial Distress) (Shaari et al., 2013). Perusahaan dengan
alasan semakin tingginya profitabilitas maka perusahaan akan menghadapi resiko
financial distress cost yang lebih kecil dan mengakibatkan perusahaan tidak melakukan
hedging (Jang and Park, 2011).
2.2 Hipotesis
Financial distress biasanya di hadapi oleh perusahaan yang menggunakan
utang lebih tinggi di banding dengan modal sendiri (High Leverage), financial distress
juga dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dari proses operasinya (Shaari et al., 2013). Financial distress hypothesis
memprediksi adanya yang hubungan positif antara leverage dengan penerapan
kebijakan hedging (Smith dan Stulz, 1985; Haushalter, 2000). Financial distress
hypothesis juga memprediksi adanya hubungan yang negatif antara profitabilitas
dengan penerapan kebijakan hedging.
2.2.1 Pengaruh Leverage pada keputusan Hedging
Pada perusahaan yang menggunakan utang lebih banyak (High Leverage) pada
struktur modalnya memiliki kecendurangan lebih besar dalam melakukan hedging
(Aretz, 2010).
Karena perusahaan dengan Leverage ratio yang lebih tinggi menandakan
bahwa perusahaan sedang menghadapi risiko kesulitan keuangan (Financial Distress).
Dengan kata lain, perusahaan akan beresiko gagal pada saat meminjam pinjaman lebih
dari kreditur. Hedging dapat memberikan kontribusi yang sangat penting dalam
membantu perusahaan untuk menangani lingkungan keuangan yang kompetitif serta
hedging dilakukan sebagai upaya perusahaan untuk melindungi arus kas internal
perusahaan selama operasi dan perusahaan mampu mengurangi biaya dari kesulitan
keuangan. (Shaari et al, 2013).
Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh beberapa peneliti seperti : Nguyen et
al. (2002), Rochet et al. (2004), Allayanis et al. (2001), Sang et al. (2013), Ahmad et
al. ( 2012), Takao et al. (2009), Afza et al. (2011), Masrshall et al. (2013), Irawan
(2014) menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan leverage terhadap kebijakan
penggunaan hedging suatu perusahaan.
𝐻1 : Terdapat pengaruh leverage yang positif dan signifikan terhadap keputusan
hedging.
2.2.2 Pengaruh Profitabilitas pada keputusan Hedging
Sebuah perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi berarti bahwa perusahaan
memiliki kecenderungan yang kurang untuk terlibat dalam lindung nilai. Dengan kata
lain, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi kemungkinan lebih terhindar dari
kesulitan keuangan (Financial Distress). Oleh karena itu, setiap perusahaan berkaitan
dengan profitabilitas (Shaari et al., 2013). Perusahaan dengan alasan semakin tingginya
profitabilitas maka perusahaan akan menghadapi resiko financial distress cost yang
lebih kecil dan mengakibatkan perusahaan tidak melakukan hedging (Jang, 2011).
Penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Jang (2011) menunjukan hubungan
yang negatif antara profitabilitas perusahaan dengan keputusan hedging perusahaan
dengan alasan semakin tingginya profitabilitas maka perusahaan akan menghadapi
resiko financial distress cost yang lebih kecil dan mengakibatkan perusahaan tidak
melakukan hedging.
𝐻2 : Terdapat pengaruh profitabilitas yang negatif signifikan terhadap
keputusan Hedging.
Download