pengaruh kurs usd, inflasi dan suku bunga sbi terhadap indeks

advertisement
eJournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (2): 550 - 562
ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2016
PENGARUH KURS USD, INFLASI DAN SUKU BUNGA
SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR
PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Shinta Agustin1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
antara kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian dengan Uji F
(Uji Simultan) menunjukan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara
kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap pergerakan indeks harga
saham sektor pertambangan, sedangkan Uji t (Uji Parsial) menunjukan bahwa
secara parsial hanya variabel kurs USD dan suku bunga SBI yang
berpengaruh signifikan, sedangkan variabel inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia. Bagi investor yang akan melakukan investasi agar memperhatikan
kurs, inflasi dan suku bunga sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
investasi khususnya pada sektor pertambangan.
Kata kunci : Kurs USD, Inflasi, Suku Bunga SBI dan Indeks Harga Saham
Sektor Pertambangan
Pendahuluan
Pertambangan adalah penggerak ekonomi integral bagi Indonesia. Sektor
pertambangan telah menjadi sektor yang semakin strategis bagi Indonesia, hal
ini dapat dilihat dari sumber tambang yang dimiliki Indonesia.
Sektor pertambangan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Indonesia yaitu penambah pendapatan negara. Peran sektor pertambangan bagi
pendapatan Indonesia dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Peran Pertambangan dan Penggalian
Lapangan Usaha
Pertambangan dan Penggalian
2011
11,81
2012
11,61
Tahun
2013
10,95
2014
9,87
2015
7,62
Sumber : Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (2016)
Melihat kontribusi yang diterima pemerintah dari hasil sektor
pertambangan dari tahun 2011 sampai tahun 2015 perlahan mengalami
penurunan presentase. Dimana pada tahun 2011 pertambangan dan penggalian
1
Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
sebesar 11,81% menurun di tahun 2012 menjadi 11,61%, di tahun 2013
menurun menjadi 10,89%, di tahun 2014 menurun menjadi 9,87 dan tahun
2015 juga mengalami penurunan presentasi menjadi 7,62%.
Meski kontribusi yang sektor pertambangan berikan terhadap
pendapatan nasional rendah atau menurun tiap tahunnya, namun para investor
masih tetap memilih berinvestasi pada sekor pertambangan karena sektor
pertambangan merupakan salah satu lapangan usaha yang paling berkontribusi
pada pendapatan nasional, sehingga di harapkan sektor ini dapat terus
memberikan return dalam jangka panjang.
Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor memerlukan
informasi mengenai perkembangan saham atau obligasi yang akan menentukan
bagaimana risiko dan return yang akan dihadapi kedepannya, untuk itu indeks
harga saham digunakan sebagai informasi perkembangan saham, karena indeks
harga saham merupakan indikator atau cerminan pergerakan harga saham
apakah saham sedang kuat (naik) ataupun sedang lesu (turun). Adapun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi indeks harga saham yaitu seperti, kurs, inflasi
maupun suku bunga.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia”.
Kerangka Dasar Teori
Pasar Modal
Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Menurut Fahmi, dkk (2009:41), pasar modal adalah tempat dimana
berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi
(bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan
sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana perusahaan.
Menurut Anoraga, dkk, (2006:23), pasar modal adalah sarana yang
mempertemukan antara pihak yang kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak
yang kekurangan dana (defisit fund), dimana dana yang diperdagangkan
merupakan dana jangka panjang.
Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga
saham (Bursa Efek Indonesia). Indeks merupakan pedoman bagi investor untuk
melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham.
Kurs ( Nilai Mata Uang)
Menurut Hasibuan, (2006:14), kurs adalah perbandingan nilai tukar
mata uang suatu negara dengan mata uang negara asing.
551
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Sukirno, (2010:67) kurs adalah nilai yang menunjukkan jumlah nilai
mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata
uang asing.
Menurut Harrison, dkk (2011:92), kurs adalah ukuran satu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai mata uang
rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap Euro, dan lain
sebagainya.
Inflasi
Menurut Fahmi, dkk, (2009:21), inflasi adalah kenaikan harga secara
terus menerus.
Menurut Tobing, (2009:29) inflasi pada dasarnya merupakan suatu
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus
Sukirno, (2010:101) inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga
pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
Suku Bunga
Menurut Kasmir, (2001:121) suku bunga adalah balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah
yang membeli atau menjual produknya.
Menurut Karl, dkk (2001:63) suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk presentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman.
Menurut Samuelson, dkk (2001:39) suku bunga adalah jumlah bunga
yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah
yang dipinjamkan.
Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
kesimpulan sementara atas masalah-masalah yang diajukan. Hipotesis yang
disusun dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI secara simultan
berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa
Efek Indonesia.
2. Diduga kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI secara parsial
berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa
Efek Indonesia.
3. Diduga kurs USD yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif., yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan data berupa angka (Martono, 2012:20).
552
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder, yaitu berupa data kurs
rupiah terhadap dolar Amerika, data inflasi dan tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI).
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengcopy data-data
tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber
dokumen/buku-buku, internet dan lain-lain mengenai indeks harga saham
sektor pertambangan, kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI data bulanan
periode Januari 2014 hingga Desember 2015.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda,
dengan teknik sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen,
independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau
tidak (Umar, 2008:181). Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan Uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai standar residual hasil persamaan
regresi.
Kriteria pengujian (Sarjono, 2011:64) :
a. Angka signifikan uji Kolmogorov-Smirnov Sig. > 0,05 menunjukan data
berdistribusi normal.
b. Angka signifikan uji Kolmogorov-Smirnov Sig. < 0,05 menunjukan data
berdistribusi tidak normal.
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas untuk mengetahui apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Umar, 2008:117).
Sebab, jika terjadi hubungan linier antar variabel independen akan
membuat prediksi atas variabel dependen menjadi bias karena terjadi
kesalahan hubungan di antara variabel independennya.
Dalam output SPSS, masalah multikolonieritas ditunjukan lewat
tabel Coefficient, kolom Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika Tolerance > 0,010 dan VIF < 10, maka tidak terjadi
multikolonieritas antar variabel independen.
b. Jika Tolerance < 0,010 dan VIF > 10, maka terjadi multikolonieritas
antar variabel independen.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
suatu pengamatan kepengamatan lain (Umar, 2008:179).
553
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Salah satu teknik untuk menguji heterokedastisitas adalah dengan
menggunakan Uji Glesjer. Dengan dasar pengambilan keputusan yaitu
sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan variabel independen > 0,05 maka tidak terjadi
masalah hesteroskedastisitas.
b. Jika nilai signifikan variabel independen < 0,05 maka terjadi masalah
hesteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun
negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar,
2008:182).
Salah satu metode pengujian yang dapat dilakukan untuk
mengetahui terjadinya autokorelai atau tidak adalah dengan uji Runs Test.
Kaidah keputusan dari metode Runs Test yaitu sebagai berikut:
a. jika Asymp. Sig. (2-tailed) dibawah 0,05 (tingkat signifikan α = 5%),
maka terjadi autokorelasi.
b. jika Asymp. Sig. (2-tailed) diatas 0,05 (tingkat signifikan α = 5%), maka
tidak terjadi autokorelasi.
Analisis Regresi Linier Berganda
1. Persamaan Regresi
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap indeks harga
saham sektor pertambangan.
Model yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
2. Koefisien Korelasi (R)
Korelasi digunakan untuk mengetahui kuatnya pengaruh antara
variabel independen. Semakin besar nilai R, maka semakin tepat model
regresi yang dipakai sebagai alat permainan, karena total variabel dapat
menjelaskan variabel tidak benar.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan
variabel dependen sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi yang
mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
4. Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Priyanto, 2008:83).
554
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
Pada tingkat signifikansi 5% dengan pengujian yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi Fhitung < α 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.
b. Jika signifikansi Fhitung> α 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen
secara simultan.
5. Uji Parsial (Uji t)
Uji Parsial dimaksudkan untuk mengetahui variabel independen
(kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (indeks harga saham sektor
pertambangan).
Pada tingkat signifikansi 5% dengan pengujian yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi Thitung < α 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
b. Jika signifikansi Thitung > α 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial.
6. Uji Dominan
Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap
indeks harga saham sektor pertambangan (Y) dilakukan dengan melihat
koefisien regresi baku (Standarized Coefficients) yang memiliki nilai
paling tinggi atau nilai signifikansi thitung koefisien regresi yang paling
kecil.
Analisis dan Pembahasan
Analisis
Uji Asumsi Klasik
Kriteria persyaratan asumsi klasik harus dipenuhi, yaitu sebagai
berikut:
1. Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
23
-1.1594538
49.82257740
.130
.105
-.130
.130
.200c,d
Pada tabel di atas diperoleh hasil 0,200 lebih besar dari 0,05,
berarti bahwa model regresi yang didapat adalah berdistribusi normal.
555
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
2. Uji Multikolonieritas
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
6255.652
777.853
Kurs (X1)
-.272
.021
-.990
Inflasi (X2)
-7.018
13.081
-.039
Suku Bunga SBI (X3)
-217.980
92.191
-.180
a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.895
.992
.895
1.118
1.008
1.118
Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat sebagai berikut:
1) Nilai Tolerance X1 0,895 dan VIF 1,118 < 10, berarti tidak terjadi
multikolonieritas variabel X1 dengan variabel lainnya.
2) Nilai Tolerance X2 0,992 dan VIF 1,008 < 10, berarti tidak terjadi
multikolonieritas variabel X2 dengan variabel lainnya.
3) Nilai Tolerance X3 0,895 dan VIF 1,118 < 10, berarti tidak terjadi
multikolonieritas variabel X3 dengan variabel lainnya.
3. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Herteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Kurs (X1)
Inflasi (X2)
Suku Bunga SBI (X3)
a. Dependent Variable: RES2
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-694.384
406.232
.022
.011
.571
6.832
67.854
48.147
Standardized
Coefficients
Beta
.435
.017
.299
T
-1.709
2.053
.084
1.409
Sig.
.103
.053
.934
.174
Berdasarkan tabel diatas hasil Uji Glesjer didapati seluruh nilai
signifikan ketiga variabel independen diatas nilai 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah hesteroskedastisitas pada model
regresi.
4. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Test Valuea
Cases < Test Value
Cases >= Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
Unstandardized Residual
29.24611
12
12
24
10
-1.044
.297
Pada tabel diatas menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
0,297 nilai berada diatas 0,05 berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi.
Analisis Regresi Linier Berganda
556
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
1. Persamaan Regresi
Hasil Persamaan Regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
6255.652
777.853
-.272
.021
-.990
-7.018
13.081
-.039
t
8.042
-13.031
-.536
Sig.
.000
.000
.598
-.180
-2.364
.028
Model
1
(Constant)
Kurs (X1)
Inflasi (X2)
Suku Bunga SBI
-217.980
92.191
(X3)
a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Pengelolaan data tersebut menghasilkan suatu model regresi linier
berganda sebagai berikut:
Y = 6.255,652 – 0,272X1 – 7,018X2 – 217,980X3 + e
Hasil regresi linier berganda disimpulkan sebagai berikut:
a. Koefisien regresi kurs USD (X1) yang diukur melalui kurs bulanan
mempunyai nilai sebesar -0,272, menyatakan apabila kurs naik sebesar
1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia akan turun sebesar 0,272, dan apabila kurs turun sebesar 1
maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia
akan naik sebesar 0,272.
b. Koefisien regresi inflasi (X2) yang diukur melalui inflasi bulanan
mempunyai nilai sebesar – 7,018, menyatakan apabila inflasi naik
sebesar 1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia akan turun sebesar 7,018, dan apabila inflasi turun sebesar 1
maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia
akan naik sebesar 7,018.
c. Koefisien regresi suku bunga SBI (X3) yang diukur melalui Suku bunga
SBI bulanan mempunyai nilai sebesar -217,980, menyatakan apabila
Suku bunga SBI naik sebesar 1 maka indeks harga saham sektor
pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan turun sebesar 217,980, dan
apabila Suku bunga SBI turun sebesar 1 maka indeks harga saham
sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar
217,980.
2. Koefisien Korelasi (R)
Hasil Koefisien Korelasi
Model
1
R
.947a
Model Summaryb
R Square
Adjusted R Square
.897
.881
Std. Error of the Estimate
84.11770
Pada tabel di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0,947 atau 94,7 % yang berarti tingkat hubungan antara variabel kurs USD
(X1), inflasi (X2) dan suku bunga SBI (X3) terhadap indeks harga saham
557
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
sektor pertambangan (Y) dibursa efek Indonesia termasuk dalam hubungan
yang sangat kuat.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.947a
.897
.881
84.11770
a. Predictors: (Constant), Suku Bunga SBI (X3), Inflasi (X2), Kurs (X1)
b. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Pada tabel 4.12 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,881 atau 88,1% secara serentak dalam menjelaskan variasi atau
perubahan variabel terikat, didapati besarnya variabel bebas 88,1%
sedangkan sisanya (100% - 88,1%) yaitu 11,9% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar variabel penelitian.
4. Uji Simultan (Uji F)
Hasil Uji F
Model
1
Regression
Residual
Total
ANOVAa
Sum of Squares
Df
1228292.978
3
141515.744
20
1369808.722
23
Mean Square
409430.993
F
57.864
Sig.
.000b
7075.787
a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
b. Predictors: (Constant), Suku Bunga SBI (X3), Inflasi (X2), Kurs (X1)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai sig.Fhitung 0,000 lebih
kecil dari α = 0,05, maka terdapat pengaruh secara simultan antara kurs
USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap pergerakan indeks harga saham
sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015.
5. Uji Parsial (Uji t)
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
6255.652
777.853
-.272
.021
-7.018
13.081
Model
1 (Constant)
Kurs (X1)
Inflasi (X2)
Suku Bunga SBI
-217.980
92.191
(X3)
a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Standardized
Coefficients
Beta
t
8.042
-.990 -13.031
-.039
-.536
-.180
-2.364
Sig.
.000
.000
.598
.028
a. Kurs USD dengan nilai sig.thitung koefisien regresi kurs (X1) diperoleh
sebesar 0,000, maka kurs USD secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di BEI.
b. Inflasi dengan nilai sig.thitung koefisien regresi inflasi (X2) diperoleh
sebesar 0,598, maka inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di BEI.
558
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
c. nilai sig.thitung koefisien regresi suku bunga SBI (X3) diperoleh sebesar
0,028, maka suku bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di BEI.
6. Uji Dominan
Hasil Uji Dominan
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
1
(Constant)
6255.652
777.853
Kurs (X1)
-.272
.021
Inflasi (X2)
-7.018
13.081
Suku Bunga SBI (X3)
-217.980
92.191
a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Standardized
Coefficients
Beta
-.990
-.039
-.180
t
8.042
-13.031
-.536
-2.364
Sig.
.000
.000
.598
.028
Tabel diatas menunjukan varibel yang paling dominan pengaruhnya
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2015 adalah variabel kurs (X1) yaitu nilai beta sebesar 0,990 atau nilai sigifikansi thitung sebesar -13.031.
Pembahasan
1. Pengaruh Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Secara Simultan
Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda diperoleh hasil bahwa kurs USD (X1), inflasi (X2) dan suku
bunga SBI (X3) secara simultan berpengaruh terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin
(2014), Tobing (2009) dan Kurniadi (2013) bahwa secara simultan kurs,
inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh terhadap indeks harga saham.
Kurs mengikuti hukum permintaan, dimana semakin tinggi
permintaan, maka semakin tinggi (kuat) pula nilai kursnya sebaliknya
semakin rendah permintaan maka semakin rendah (melemah) pula nilai
kursnya. Ketika kurs melemah maka investor akan menahan atau menarik
investasinya pada pasar modal karena berinvestasi pada pasar modal
kurang menguntungkan karena deviden yang diterima akan rendah, aksi ini
akan berimbas pada penurunan indeks harga saham pertambangan di Bursa
Efek Indonesia.
2. Pengaruh Kurs USD Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Pertambangan
Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda diperoleh hasil bahwa kurs (X1) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa
Efek Indonesia.
Hasil penelilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniadi (2013), yang menyatakan bahwa kurs secara parsial berpengaruh
terhadap indeks harga saham.
559
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Kurs mengikuti hukum permintaan, dimana semakin tinggi
permintaan, maka semakin tinggi (kuat) pula nilai kursnya sebaliknya
semakin rendah permintaan maka semakin rendah (melemah) pula nilai
kursnya. Ketika kurs melemah maka investor akan menahan atau menarik
investasinya pada pasar modal karena berinvestasi pada pasar modal
kurang menguntungkan karena deviden yang diterima akan rendah, aksi ini
akan berimbas pada penurunan indeks harga saham pertambangan di Bursa
Efek Indonesia.
3. Pengaruh Inflasi Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Sektor
Pertambangan
Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda diperoleh hasil bahwa inflasi (X2) mempunyai pengaruh tidak
signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa
Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Arifin (2014), yang menyatakan bahwa inflasi secara parsial
berpengaruh terhadap indeks harga saham, akan tetapi hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Tandelilin, jika inflasi
meningkat maka akan menyebabkan permintaan saham menurun sehingga
indeks harga saham juga menurun, sebaliknya jika inflasi turun maka
permintaan saham akan meningkat sehingga indeks harga saham juga akan
meningkat.
4. Pengaruh Suku Bunga SBI Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Pertambangan
Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda diperoleh hasil bahwa suku bunga SBI (X3) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di
Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dilakukan oleh Arifin
(2014) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI tidak mempunyai
pengaruh terhadap indeks harga saham.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa jika suku bunga SBI tinggi
maka indeks harga saham sektor pertambangan akan turun karena investor
akan menarik modalnya di pasar modal dan menanamkan modalnya untuk
tabungan maupun obligasi, sebaliknya jika suku bunga SBI turun maka
indeks harga saham sektor pertambangan akan naik karena investor akan
menarik modalnya yang ada di perbankan berupa tabungan maupun
deposito dan menanamkan modalnya di pasar modal.
Penutup
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI secara simultan berpengaruh
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
560
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
Secara parsial, hanya Kurs USD dan Suku Bunga SBI yang
berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di
Bursa Efek Indonesia, sedangkan Inflasi tidak pengaruh signifikan terhadap
indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
Variabel Kurs USD merupakan variabel yang dominan pengaruhnya
terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
Saran bagi investor yaitu agar memperhatikan naik turunnya kurs USD
sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi pada sektor pertambangan
karena kurs merupakan variabel yang paling berpengaruh
signifikan
terhadapnya naik turunnya indeks harga saham.
Memperhatikan tingkat suku bunga sebagai bahan pertimbangan dalam
berinvestasi pada sektor pertambangan, karena jika suku bunga naik maka akan
berpengaruh terhadap indeks harga saham dan menyebabkan harga saham
turun.
Memperhatikan tingkat inflasi sebagai bahan pertimbangan dalam
berinvestasi pada sektor pertambangan, meskipun inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan, namun inflasi
yang tinggi akan menyebabkan indeks harga saham turun begitupun
sebaliknya.
Bagi peneliti dengan topik sejenis disarankan untuk melakukan kajian
lebih lanjut dengan memasukkan variabel bebas seperti harga emas, harga
minyak dunia dan lain-lain, serta memperpanjang periode penelitian, agar
diperoleh hasil yang lebih akurat mengenai indeks harga saham sektor
pertambangan.
Daftar Pustaka
Anoraga, Pandji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Renika Cipta, Jakarta.
Arifin, Tri Moch. 2014. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Perubahan Kurs
dan Standard & Poor’s Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Skripsi. Yogyakarta.
Fahmi, Irham., Hadi, Yovi Lavianti. 2009. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Alfabeta. Bandung.
Hasibuan, Malayu SP. 2006. Dasar-dasar Perbankan. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Horison Jr, Walter T., Horngren, Charles T., Thomas, C. William., Suwardy,
Themin. 20011. Akuntansi Keuangan (edisi kedelapan, jilid 2).
Erlangga. Jakarta.
Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas (edisi
keempat). Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Yogyakarta.
Kurniadi, Rachmat. 2014. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga SBI dan
Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Nilai Harga Saham Sektor
Properti di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Jakarta.
561
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internasional, eight edition.
Salemba Empat. Jakarta.
Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belahar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji
Statistik.. Mediakom.Yogyakarta.
Priyatno, Duwi. 2009. SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate.
Gava Media.Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (edisi ke
empat, cetakan ke tujuh). Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sarjono, Haryadi., Julianita, Winda. 2011. SPSS VS LISREL (Sebuah
Pengantar Aplikasi Untuk Riset). Salemba Empat. Jakarta.
Sartono. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (edisi pertama,
cetakan ke tujuh. Ekonisia. Yogyakarta.
Sudjana. 2007. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algesindo.
Bandung.
Sugioyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alpa Beta.
Bandung.
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi (teori pengantar edisi ke tiga). PT
Raja Grasindo Persada. Jakarta.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (edisi ke enam).
Ekonesia. Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis dan Manajemen Portofolio (edisi
pertama). CV Alpa Beta. Bandung.
Tobing, Rumilis L. 2009. Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bungan
Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indek Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008. Skripsi.
Medan.
Umar, Husien. 2008. Motode Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Widoatmodjo, Sawidji. 2006. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. PT Elex
Media Koputindo. Jakarta.
www.bi.go.id/moneter/kalkulator-kurs/default.aspk. (Diakses pada tanggal 12
Februari 2016 jam 14.16)
www.duniainvestasi.com/bei/statistic. (Diakses pada tanggal 3 Februari 2016
jam 13.37)
www.finance.yahoo.com/q/hp?s=^JKMING&a=00&b=1&c=2014&d=11&e=3
1&f=2015&g=d. (Diakses pada tanggal 2 Februari 2016 jam 12.22)
www.hpli.org/tambang.php. (Diakses pada tanggal 3 Maret 2016 jam 13.47)
www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi//statistik.aspx. (Diakses pada tanggal 14
Januari 2016 jam 09.46)
www.indonesia-investment.com/news. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016 jam
15.09)
562
Download