TUGAS ORAL MEDICINE LESI JAMUR KELOMPOK 9

advertisement
TUGAS ORAL MEDICINE
LESI JAMUR
KELOMPOK 9
Anis Okti Suryani
04111004035
M. Abdurrahman
04111004036
M. Qisthy
04111004038
Sherly Septhimoranie
04111004039
Agnes Triani
04101004037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2013
LESI JAMUR
A. Definisi
Lesi yang disebabkan oleh jamur pada rongga mulut biasa disebut dengan
kandidiasis oral. Gambaran pada rongga mulut yang terinfeksi jamur terliha
berbentuk hypal atau ragi dengan variasi bentuk dan ukuran.1
Kandida
sebenarnya merupakan suatu flora normal pada rongga mulut. Namun akibat
dari pertumbuhan yang berlebihan akan menyebabkan kandidiasis oral.2
Dalam rongga mulut, Candida albican dapat melekat pada mukosa labial,
mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah palatum.2 Selain C albican, ada 10
spesies Kandida yang juga ditemukan yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis,
C.krusei, C.kefyr, C. glabrata, dan C.guilliermondii, C.pseudotropicalis,
C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan C.dubliniensis, dengan C.albican yang paling
dominan dijumpai dan paling berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral.3,4
B. Etiologi
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi jamur yang umumnya
disebabkan oleh jamur C.albican. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis
oral terdiri atas faktor lokal dan sistemik.5
Beberapa faktor lokal tersebut seperti penggunaan gigi tiruan, xerostomia,
dan kebiasaan merokok. Penggunaan gigi tiruan dapat memberikan lingkungan
yang kondusif bagi pertumbuhan jamur Kandida yaitu lingkungan dengan pH
yang rendah, sedikit oksigen, dan keadaan anaerob.5
Faktor lokal seperti xerostomia juga dapat menimbulkan kandidiasis oral.
Xerostomia merupakan suatu kondisi dimana mulut terasa kering. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya produksi saliva, penggunaan obat-obatan (obat
antihipertensi), terapi radiasi dan kemoterapi.6 Adanya kebiasaan merokok
dapat menyebabkan iritasi kronis dan panas yang mengakibatkan perubahan
vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur.
Selain faktor lokal, beberapa faktor sistemik seperti penyakit defisiensi
imun (HIV/AIDS), kemoterapi, radioterapi, dan penggunaan obat antibiotik
dan steroid juga dapat menyebabkan timbulnya kandidiasis oral.7
FAKTOR LOKAL
FAKTOR PREDISPOSISI
Pemakaian gigi tiruan
Penyakit immunosuppresive
Merokok
Status kesehatan yang tidak stabil
Hiperkeratosis
Obat obatan immunosuppresive
Ketidakseimbangan mikroflora oral
Kemoterapi
Kualitas dan kuantitas saliva
Kelainan endokrin
Topikal steroid
Defisiensi darah
C. Jenis
Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas lima, yaitu :
a. Akut, dibedakan menjadi dua jenis yaitu Kandidiasis
Pseudomembranosus Akut dan Kandidiasis Atropik Akut
b. Kandidiasis Atropik Kronis
c. Median Rhomboid Glositis
d. Kandidiasis Hiperplastik Kronis
e. Angular Chelitis
1) Kandidiasis Pseudomembranous Akut
Kandidiasis ini biasanya disebut juga sebagai thrush. Secara klinis,
pseudomembranosus kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih atau
kuning, seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan meninggalkan
permukaan yang berwarna merah. Kandidiasis ini terdiri atas sel epitel
deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai pada mukosa labial,
mukosa bukal, palatum keras, palatum lunak, lidah, jaringan periodontal dan
orofaring. Thrush dijumpai sebesar 5% pada bayi bayu lahir dan 10% pada orang
tua yang kondisi tubuhnya lemah.8
Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini sering dihubungkan
dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan pada pasien
dengan sistem imun rendah seperti HIV/AIDS. Diagnosa banding dari kandidiasis
pseudo membranosus ini meliputi flek dari susu dan debris makanan yang
tertinggal menempel pada mukosa mulut, khususnya pada bayi yang masih
menyusui atau pada pasien lanjut usia dengan kondisi tubuh yang lemah akibat
penyakit.
Gb.1. Manifestasi Oral Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
2) Kandidiasis Atropik Akut
Tipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai antibiotic sore
tongue atau juga kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada
mukosa bukal, palatum, dan bagian dorsal lidah dengan permukaan
tampak sebagai bercak kemerahan. Penggunaan antibiotik spektrum luas
maupun kortikosteroid sering dikaitkan dengan timbulnya kandidiasis
atrofik akut. Pasien yang menderita kandidiasis ini mengeluh adanya rasa
sakit seperti terbakar. Tanda lain dari penyakit ini adalah eritematosa yang
terlihat pada pasien HIV positif.8
Gb.2. Manifestasi Oral Kandidiasis Atropik Akut
3) Kandidiasis Atropik Kronis
Kandidiasis atropik kronis atau bisa juga disebut dengan denture stomatitis
merupakan suatu bentuk perubahan yang bersifat patologik akibat pemakaian gigi
tiruan di dalam rongga mulut ditandai dengan adanya eritema di bawah basis
gigitiruan lengkap ataupun sebagaian
baik pada rahang atas maupun rahang
bawah.9
Perubahan pada jaringan keras maupun lunak di bawah gigi tiruan
merupakan hal yang biasa. Perubahan ini mulai terjadi segera setelah pasien
dipasangi gigi tiruan dan mencakup insidens peradangan mukosa yang cukup
tinggi dalam satu tahun sejak gigitiruan dibuat. Karena gigi tiruan lengkap yang
baru, yang secara klinis baik kecekatannya, belum menjamin bahwa peradangan
mukosa tidak akan terjadi. Pemakaian gigi tiruan sehari semalam untuk waktu
yang lama membantu timbulnya lingkungan mukosa yang menerima beban berat,
terutama bila terdapat pula kebiasaan menyentak gigi.4
Sehubungan dengan adanya berbagai macam etiologi yang diduga dapat
menimbulkan denture stomatitis, gambaran klinis yang tampak tidak memberikan
bentuk yang spesifik dan menurut Newton. Secara klinis denture stomatitis dibagi
3 tipe yaitu :
Tipe I : Tampak Hiperemia berupa noda atau titik sebesar jarum pentul
Tipe II : Eritema yang tidak terbatas tegas
Tipe III : Inflamasi Granuler atau hyperplasia papiler
Atropi epitel, stratum korneum yang tipis disertai infiltrasi leukosit pada
epitel, adalah gambaran yang sering ditemukan pada pemeriksaan histopatologi,
meskipun keadaan ini sering dijumpai pada denture stomatitis oleh karena
Candida albican dibanding denture stomatitis yang disebabkan trauma.
1. ETIOLOGI4,9
Walaupun denture stomatitis hanya didapatkan pada penderita pemakai
gigi tiruan lepasan, bukan berarti pada gigi tiruan tersebut merupakan satusatunya penyebab dari denture stomatitis. Beberapa penelitian mengemukakan
bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh beberapa macam faktor yaitu :

Trauma
Adanya ketidaktepatan serta ketidakstabilan gigi tiruan lepasan,
dapat mengakibatkan trauma mekanis serta dapat mengiritasi
jaringan penyangganya, yang akhirnya dapat menimbulkan luka
atau yang sering disebut stomatitis. Selain itu juga telah dibuktikan
oleh beberapa peneliti mengenai adanya korelasi yang nyata antara
trauma, membran mukosa, dan denture stomatitis.

Infeksi
Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu faktor penyebab
keberadaan C. albican didalam rongga mulut, kecuali itu juga
dapat menyebabkan prevalensi C. Albican di dalam rongga mulut.
C albicans disamping merupakan flora normal dengan pravelansi
sekitar 45% ternyata pravelansi tersebut dilaporkan meningkat
pada pemakai gigi tiruan dengan keadaan rongga mulut sehat yaitu
47,5% sampai 55,6%.
Penderita yang memakai gigi tiruan lepasan harus benar-benar
menjaga kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi tiruan
merupakan tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme
termasuk
C.albican.
Peningkatan
jumlah
C.albicans
dapat
mengubah sifat komensal menjadi parasit, yaitu dari bentuk yeast
menjadi hyphae. Bentuk hyphae ini merupakan inisiator invasi
kedalam jaringan sehingga dapat menimbulkan denture stomatitis.
Pada penderita yang memakai gigi tiruan lepasan, pada mukosa
mulutnya tertutup oleh basis gigi tiruan lepasan, sehingga sebagian
dapat mengurangi efek air ludah, karena gangguan kelenjar ludah
pada mukosa. Gigi tiruan ini menimbulkan trauma ringan yang
terus menerus pada membran mukosa. Keadaan ini memudahkan
invasi antigen C.albican ke dalam jaringan. Efek ini akan
diperberat bila disertai dengan obstruksi kelenjar ludah dan
rusaknya epitel akibat jelas yang ditimbulkan gigi tiruan.
Selain itu sIgA (Secretory IgA) yang terdapat di dalam saliva dan
merupakan salah satu mekanisme pertahanan terhadap kandidiasis
oral tidak bisa mencapai mukosa karena terhalang gigi tiruan,
sehingga penderita yang memakai gigi tiruan terus menerus mudah
mengalami denture stomatitis. Karena itu, pemakai gigi tiruan
disarankan melepas gigi tiruannya pada waktu istirahat, terutama
pada malam hari.

Kebersihan Rongga Mulut
Kebersihan rongga mulut yang jelek merupakan tempat subur bagi
pertumbuhan mikroorganisme, karena pada kebersihan rongga
mulut yang jelek bisa terjadi perubahan pH saliva, sehingga
meningkatkan jumlah/kepaduan dan virulensi jamur C.albican. Hal
ini dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa pada ibu hamil
yang kebersihan rongga mulutnya jelek dilaporkan sebanyak 52
dari 55 penderita (94,5%) menderita oral kandidiasis. Selain itu
kebersihan rongga mulut yang jelek dilaporkan merupakan salah
satu faktor predisposisi lokal untuk terjadinya denture stomatitis.

Alergi
Bahan basisi tiruan lepasan umumnya terbuat dari resin akrilik.
Salah satu unsur resin akrilik yang menimbulkan reaksi alergi
adalah metal-meta krilat. Biasanya reaksi alergi terjadi segera
setelah kontak dengan gigi palsu. Tetapi denture stomatitis, radang
terjadi pada penderita dengan gigi palsu yang sudah lama atau tidak
baik.

Gangguan Faktor sistematik
Beberapa faktor sistemik memudahkan terjadinya infeksi yang
disebabkan oleh C.albican, yaitu : diabetes mellitus, malnutrisi,
dan pemakaian obat-obatan dalam waktu
lama, misalnya
kortikosteroid dan antibiotika. Penderita dengan gangguan faktor
sistemik akan mudah mengalami denture stomatitis, terutama bila
tidak memperhatikan faktor predisposisi local, antara lain : lama
pemakaian gigi tiruan lepasan, kebersihan rongga mulut,
kebersihan gigi tiruan lepasan.
2. PATOGENESIS4
Akumulasi dari plak mikrobial (bakteri dan/atau jamur) di atas dan di
dalam permukaan gigi tiruan dan mukosa. Pada beberapa orang, penyebab
munculnya berhubungan dengan plak non spesifik. Plak ini mengalami
pertumbuhan bertahap dan berkoloni dengan organisme Candida. Meskipun tidak
ada peningkatan hasil aspartyl proteinase dari Candida, pengurangan aliran saliva
dan pH rendah di bawah gigi tiruan mungkin akan menghasilkan aktivitas enzim
Candida, yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi. Jamur seperti Candida,
ditemukan hingga 90% pada orang dengan denture related stomatitis namun tetap
ada 66% pada orang yang memakai gigi tiruan. Organisme yang ada dengan
frekuensi paling banyak adalah Candida albican. Jika spesies Candida terlibat
dalam denture related stomatitis, maka lebih dikenal dengan istilah „Candida–
associated denture stomatitis‟, „denture-induced candidiasis‟ atau „chronic
atrophic candidiasis‟.
Denture stomatitis tidak hanya berhubungan dengan Candida tetapi kadang
ada faktor lain seperti infeksi bakteri atau proliferasi atau respon degeneratif
terhadap pengurangan keratinisasi dan epitelium lebih tipis.
Bagaimanapun, tidak jelas mengapa hanya beberapa pemakai gigi tiruan
yang mengalami denture stomatitis, karena kebanyakan pasien terlihat sehat dan
hanya sedikit penelitian dilakukan tentang itu. Pasien dengan denture stomatitis
tidak memiliki serious cell-mediated immune defects, tapi kekurangan pada
migration-inhibition factor (MIF) dan adanya suppressor sel T yang over aktif
atau limfosit T atau kerusakan fagosit.
3. GAMBARAN KLINIS4,9
Karakteristik denture stomatitis adalah :
1. Eritema yang kronik dan edema pada mukosa yang kontak tepat pada
permukaan gigi tiruan, biasanya pada gigi tiruan penuh rahang atas,
mukosa di bawah protesa rahang bawah jarang muncul.
2. Eritema terbatas pada daerah yang terkena gigi tiruan, biasanya tanpa
gejala
3. Komplikasi yang jarang terjadi, seperti:
-Angular stomatitis
-Papillary hyperplasia pada palatal.
Gb3. Stomatitis denture Tipe I
Gb4. Stomatitis denture Tipe II
Gb5. Stomatitis Denture Tipe III
4) Median rhomboid glossitis
Median Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik kandidiasis
yang tampak sebagai daerah atrofik pada bagian tengah permukaan dorsal lidah,
dan cenderung dihubungkan dengan perokok dan penggunaan obat steroid yang
dihirup.10
1. PATOGENESIS9
Median rhomboid antrophy pernah dianggap sebagai dvelopmental
abnormal terkait dengan masih adanya impar tuberculum. Namun, teori ini tidak
mungkin karena kondisi ini jarang terjadi pada anak-anak dan menyajikan
terutama pada orang dewasa. apalagi, bukti terbaru menunjukkan bahwa lesi ini
mengandung candida spesies dan resolusi klinis terjadi terapi antijamur sistemik
berikut.
Gb6. Median Rhomboid Glositis
2. MANIFESTASI KLINIS9
Penyakit ini memiliki tampilan sebagai daerah halus berbatas tegas dari
sebuah eritema yang terletak pada pertemuan dari dua pertiga anterior dan
sepertiga posterior
dari lidah. Daerah eritematosa yang sama, yang disebut
"kissing kesion" kadang-kadang dapat dilihat pada palatum durum yang
berdekatan.
Diagnosis dapat dibuat dengan relatif mudah dari penampilan klinis. investigasi
mikrobiologi harus mencakup kultur yang
membekas di lidah. Biopsi tidak
diindikasikan kecuali ada keraguan dari diagnosis awal.
Gambaran klinis
3. Umumnya asimtomatik
4. Patch eritematosa
5. Gatal atau sensasi terbakar
6. Tidak sakit
7. Berukuran kurang lebih 2 cm
5) Kandidiasis Hiperplastik Kronis
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa
bintik - bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang
disebut sebagai Kandida leukoplakia. Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat
dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi.
Kandidiasis ini
paling sering diderita oleh perokok.11
Diagnosis infeksi hiperplastik tidak dapat dibedakan dengan leukoplakia
sehingga dibutuhkan “incisional biopsy” untuk mendiagnosisnya.10 Penyakit ini
dihubungkan dengan kebiasaan merokok pada penderita.5
Secara histopatologi sel candida, ragi, dan hifa terlihat pada permukaan
jaringan paling atas, dan ketika menginvasi sel epithelium sangat jarang
berpenetrasi melebihi lapisan spinous. Pada lesi CHC terlihat adanya epitel
hiperparakeratotik atau hiperorthokeratotic dengan pemisahan tidak teratur dan
hyperplasia epitel. Pada lesi ini terjadi aktivitas mitotic yang tinggi tetapi terbatas
pada lapisan basal dan suprabasal epitel. Gambaran khasnya adalah adanya mikro
abses yaitu kumpulan leukosit polimorfonuklear pada epitel. Lamina propia
mengandung sel inflamasi yang terdiri dari limposit, makrofag, dan sel plasma.10
Dalam waktu 10 tahun, 7% kasus akan berubah menjadi ganas. Diperlukan
pemeriksaan jangka panjang
Gb7. Kandidiasis Hiperplastik Kronis
Tanda-tanda atau gambaran klinis :
 Plak putih yang tidak dapat dihilangkan dan secara klinis terlihat seperti
leukoplakia.10
 Plak putih itu biasa terlihat pada bagian komisura mukosa bukal atau
tepi lateral lidah yang tidak bisa hilang bila dihapus seperti halnya
thrush.5,12
 Lesi bersifat unilateral atau bilateral
 Tampilan lesi bisa halus atau berbintik-bintik (speckled)
 Dapat disertai ulserasi
 Jarang sembuh sama sekali walaupun sudah digunakan antijamur
sistemik
 Lesi bersifat praganas
6) Angular Chelitis
Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut
yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna
kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada
sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah ketika
membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta.4,13,14
Menurut Stannus, lesi ini dutandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema
pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas
ke mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama perleche, angular cheilosis dan
angular stomatitis. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis
yang disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah
digeneralisasikan untuk semua angular cheilitis dengan berbagai etiologi.4
1. Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya angular cheilitis yaitu infeksi,
trauma mekanis, defisiensi nutrisi atau menurunnya sistem imun. Dalam proses
terjadinya angular cheilitis, faktor-faktor penyebab tersebut bisa berdiri sendiri
atau berkombinasi dengan faktor lain. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa angular cheilitis dapat disebabkan oleh defisiensi riboflavin
(vitamin B2) yang bertumpang tindih dengan infeksi jamur atau infeksi bakteri.
Umumnya angular cheilitis pada orang dewasa disebabkan oleh agen infeksi atau
faktor mekanikal sedangkan pada anak-anak yang lebih menonjol disebabkan
defisiensi nutrisi dan menurunnya sistem imun. Biasanya pada anak, angular
cheilitis sering diikuti dengan demam. Defisiensi dari vitamin B yang
menyebabkan angular cheilitis adalah akibat dari kekurangan riboflavin (vitamin
B2), asam folat dan piridoksin (vitamin B6). Sedangkan vitamin lainnya yang
juga tergabung di dalam vitamin B kompleks tidak menyebabkan terjadinya
angular cheilitis walaupun menimbulkan lesi-lesi di rongga mulut. Candida
albicans dan Staphylococcus aureus banyak terdapat dalam lesi angular cheilitis.15
Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor predisposisi, antara lain4 :
a. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, AIDS, herpes labialis, dan
sifilis
b. Penyakit kulit seperti dermatitis
c. Terapi obat-obatan dan antibiotika dalam jangka waktu yang lama
d. Xerostomia
e. Lingkungan, seperti udara dingin dan kekeringan
f. Sensitivitas terhadap sinar matahari
1.1 Infeksi
Agen infeksi merupakan penyebab utama dan dapat diisolasi pada lebih
54% dari lesi, dimana sebagian besar adalah Candida albicans dan Staphylococcus
aureus. Angular cheilitis sering dikaitkan dengan keberadaan Oral Candidiasis,
yang umumnya terjadi pada pasien yang memakai gigi tiruan, terutama pada
pasien yang mengalami denture stomatitis. Candida sp dapat diisolasi kurang
lebih dua pertiga dari pasien yang menderita angular cheilitis, terjadi karena satu
faktor saja atau merupakan kombinasi dengan Staphylococcus sp. dan
Streptococcus sp. Menurut Lewis, secara umum pasien yang menderita angular
cheilitis yang memakai protesa lebih cenderung mempunyai Candida sp. yang
berkolonisasi dalam flora oral. Adanya pengelupasan kulit yang berwarna kuning
menunjukkan infeksi dari Staphylococcus aureus yang dapat membedakannya
dengan Candida sp.14
1.2 Trauma Mekanis
Faktor mekanis dapat terjadi pada orang tua dan anak-anak. Pada orang tua
dapat disebabkan oleh pemakaian gigi tiruan yang tidak pas atauakibat proses
penuaan sedangkan pada anak-anak seperti menjilat sudut bibir, menghisap jari
dan menggunakan dot. Pada orang tua, bila terjadinya kehilangan ketinggian
oklusal disebabkan karena kehilangan gigi atau pasien dengan gigi tiruan yang
tidak pas akan menyebabkan kurangnya dimensi vertikal, dan seterusnya
membentuk lipatan-lipatan pada sudut mulut. Saliva akan berakumulasi pada
lipatan tersebut, menyebabkan lembab dan menyediakan habitat yang sempurna
untuk Candida albicans. Pada anak-anak, kebiasaan menjilat sudut bibir dan
menghisap jari akan menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan
terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk proliferasi organisme. Keadaan ini
dapat menjadi lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh
angin dan sinar matahari. Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak adalah
kebiasaan bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur (mengences).14
1.3 Defisiensi Nutrisi
Menurut
organisasi
kesehatan
dunia
(WHO),
malnutrisi
adalah
ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan energi dengan kebutuhan
tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik.
Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrition atau
defisiensi nutrisi) maupun kelebihan gizi (overnutrition).
Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada pasien penderita angular
cheilitis antara lain ialah defisiensi vitamin B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), B12
(kobalamin), zat besi, dan asam folat. Dimana sumber vitamin dan mineral
tersebut banyak terdapat pada buah, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran,
khususnya sayuran hijau.14
Pada pasien angular cheilitis yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi
dapat terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) pada pasien dengan
defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated
tongue) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare
dan ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal,
dapat diduga karena defisiensi seng.14
1.4 Defisiensi Imun
Defisiensi imun merupakan gangguan kemampuan sistem pertahanan
tubuh untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
Pada defisiensi imun sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga
infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung
lebih lama dari biasanya. Defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif
dari biasanya.14
Angular cheilitis juga disebabkan oleh defisiensi imun. Angular cheilitis
yang dikaitkan dengan kandidiasis merupakan manifestasi awal defisiensi
imunologis seperti Diabetes Mellitus atau infeksi HIV. Pada anak-anak, angular
cheilitis mudah terjadi akibat sistem imun yang belum matang. Pada orang-orang
tua dengan daya tahan yang lemah akan memudahkan pertumbuhan jamur atau
bakteri lain berkembang secara pathogen yang akhirnya dapat mengakibatkan
timbulnya lesi angular cheilitis.14
2.
Gambaran Klinis
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa
tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur yang diikuti dengan rasa
terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema
yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema,
ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi
jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. Kadang-kadang lesi dapat
menyeliputi vermilion ke kulit dalam bentuk fisur atau garis lurus yang dalam
berasal dari sudut mulut disebut rhagades, dalam bentuk yang lebih parah,
terutama pada pemakai protesa.4,13,14
Angular cheilitis yang disebabkan defisiensi vitamin B kompleks berbeda
dari lesi lain. Ketika terjadi penurunan kadar riboflavin dalam tubuh, dapat terlihat
dari tanda-tanda fisik terutama di daerah mulut, bibir dan hidung, dimana bibir
terinflamasi dan terjadi maserasi disertai dengan adanya retak-retak dan
berkembangnya lesi pada sudut mulut. Lesi di sudut mulut meluas 1-10 mm
kearah lateral dari mukosa pipi dan biasanya lokasinya bilateral. Dasar lesi basah
dan mengalami maserasi, terlihat juga fisur vertikal halus pada batas vermillion
bibir dan pada daerah kulit yang berdekatan. Biasanya pada permukaan lesi tidak
dijumpai inflamasi.13,14
Gb8. Angular Chelitis
3.
Patogenesis
Faktor diet mempunyai peranan besar dalam pemeliharaan kesehatan
kulit,serta mempunyai pengaruh dalam etiologi dan terapi penyakit kulit
tertentu.Perubahan pasokan nutrisi yang menurun,walaupun hanya sedikit
dapatmemberikan efek pada kulit.Keadaan defisiensi nutrisi menyebabkan
keutuhan jaringan epitel berkurang. Mucocutan junction merupakan daerah
peralihan antara kulit dan mukosa mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis
dibanding epitel kulit sehingga menyebabkan area ini rentan terhadap terjadniya
infeksi (angularcheilitis). Proses terjadinya angular cheilitis pada awalnya adalah
jaringan mucocutan disudut-sudut mulut menjadi merah, lunak dan berulserasi.
Selanjutnya fisura-fisura eritematosa menjadi dalam dan melebar beberapa
sentimeter dari sudut mulut ke kulit sekitar bibir atau berulserasi dan mengenai
mukosa bibir dan pipi dalam bentuk abrasi linear. Infeksi keadaan kronis ditandai
dengan adanya nanah dan jaringan granulasi. Ulkus seringkali menimbulkan
keropeng yang terbelah dan berulserasi kembali selama fungsi mulut yang normal.
Akhirnya dapat timbul nodula-nodula granulomatosa kecil berwarna kuning
coklat.15
D. Perawatan
Sebelum memberikan obat antifungal, ada baiknya untuk mengetahui apa
saja faktor predisposisi dari kandidiasis oral. Faktor lokal biasanya lebih mudah
diidentifikasi tapi sulit untuk dieradikasi. Obat yang paling sering digunakan
adalah golongan polyenes atau azoles. Polyenes contohnya adalah nystatin dan
amphotericin B yang merupakan alternatif pertama pada perawatan kandidiasis
oral primer.
Untuk perawatan denture stomatitis walaupun lumayan sulit untuk
dilakukan, pelepasan secara permanen gigi tiruan adalah perawatan yang paling
efektif. Lalu pasien diberitahukan untuk tidak menggunakan gigi tiruan selama
tidur. Untuk tipe III denture stomatitis perlu dilakukan bedah eksisi bila
diperlukan untuk eradikasi mikroorganisme pada fisur yang dalam.
Obat topikal dengan azoles seperti miconazole adalah perawatan untuk
angular cheilitis.
menggunakan
Untuk mencegah terjadinya rekurensi, pasien harus
moisturizing
cream,
pembentukan fisur yang baru.
yang
akan
menghambat
terjadinya
Sistemik azoles bisa juga digunakan pada
kandidiasis hiperplastik kronis, denture stomatitis, serta median rhomboid
glossitis.
Hal yang paling penting adalah menjaga kesehatan tubuh agar sistem
pertahanan tubuh tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit. Makanmakanan yang bergizi seimbang dan yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain hal itu
kita juga melakukan pemeliharaan kebersihan mulut dengan menggosok gigi.
Dengan menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga selain menghindari
terbentuknya lubang-lubang gigi, penyakit gigi dan gusi.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Van Wyk C, Botha FS, Steenkamp V. In vitro antimicrobial activity of
medicinal plants against oral candida albicans isolates. Int J Biomed
Pharmaceu Sci 2009:26-30
2. Siar CH, Ng KH, Rasool S, Ram S, Jalil AA, Ng KP. Oral candidosis in
nonhodgkin‟s lymphoma: a case report. J Oral Sci 2003;45(3): 161-4.
3. McCullough MJ, Savage NW. Oral candidosis and the therapeutic use of
antifungal agents in dentistry. Aust Dent J 2005;50(2):S36-9
4. Burket. Red and white lesions of the oral mucosa. In: Burket. Oral
medicine diagnosis & treatment. 10th ed; Philadelphia. 2003
5. Akpan A , Morgan R. Oral candidiasis. Postgrad Med J 2002;78:455-9.
6. Olver IN. Xerostomia: a common adverse effect of drugs and radiation.
Aust Prescr 2006;29:97-8.
7. Warren Birnbaum. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. 2009. Jakarta : EGC
8. Clin Microbiol Rev. 1998 July; 11(3): 415–429. Onychomycosis:
Pathogenesis, Diagnosis, and Management . Boni E. Elewski
9. 2. lewis, M., Jordan, R,. 2012. A colour handbook : Oral Medicine second
edition. London : Manson Publishing
10. Bruch, Jean M and Treister, Nathaniel S. Clinical Oral Medicine and
Pathology. 2010. New York: Springer
11. Musrati, Ahmed S. Ali. Oral Immune Defense Against Chronic
Hyperplastic Candidiosis. 2008.
12. Muzyka B C. Oral Fungal Infections. Dent Clin N Am 2005; 49: 49-65
13. Langlais, Miller. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim.
Jakarta: Hipokrates, 1998 : 68-69.
14. Scully C. Angular cheilitis (angular stomatitis). In: Scully C. Oral and
maxillofacial medicine. London. Wright,2004: 189-93.
15. Susan ZL. Oral Candidiasis : Diagnosis and Treatment. J Practical Hyg
2000;6:31-6
Download