Perancangan Sistem Kontrol Automatic Feeder pada Pemodelan Deep Sea Aquaculture di Perairan Laut Jawa Marine Engineering 2013 OUTLINE ANALISA & PEMBAHASAN METODOLOGI TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN KESIMPULAN & REFERENSI PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH Bagaimana desain sistem Pengembangan aquaculture feeder pada deep sea dengan memanfaatkan potensi aquaculture yang digunakan lautan baru-baru ini sedang sebagai pemodelan? gencar dikembangkan Bagaimana detail desain Belum adanya control khusus automatic feeder yang untuk sistem feeder nya. digunakan? Biaya operasional yang cukup Bagaimana konsep besar mendorong pengendalian sistem kerja dikembangkannya teknologi teat automatic feeder? guna, khususnya untuk pakan. LATAR BELAKANG BATASAN MASALAH BATASAN MASALAH Pemodelan dilakukan berdasarkan data dari deep sea aquaculture yang sudah ada. Pembahasan tidak membandingkan dengan sistem feeder yang lain. Pemodelan tidak memperhitungkan sisi ekonomi dalam pembuatan serta dampak pada lingkungan. TUJUAN & MANFAAT MANFAAT Mengurangi pencemaran di tepi pantai akibat kotoran ikan, bekas pakan, obat serta bangkai ikan yang mati dalam keramba. Mengetahui desain dari sistem feeder pada deep Memanfaatkan potensi lautan yang belum sea aquaculture yang digunakan sebagai banyak dibudidayakan. pemodelan secara keseluruhan. Mengetahui detil desain automatic feeder yang Mengenalkan dan memasyarakatkan metode digunakan. deep sea aquaculture sebagai metode baru di kalangan industri perikanan. Mendapatkan seberapa besar kapasitas dan jumlah automatic feeder untuk mensuplai Mengenalkan sistem control dari automatic kebutuhan pakan pada deep sea aquaculture. feeder untuk deep sea aquaculture. TUJUAN Merancang sistem kontrol automatic feeder yang dipakai pada pemodelan deep sea aquaculture. Mendapatkan sistem control automatic feeder yang lebih efektif dan efisien. TINJAUAN PUSTAKA AQUACULTURE Aquaculture merupakan suatu kegiatan memproduksi biota (organisme) aquatic di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (Leugeu, 2010). Aquaculture bisa dilakukan di dua tempat, di darat (inshore aquaculture) dan di lepas pantai (offshore aquaculture). Syarat-Syarat Perikanan Offshore Aquaculture (Deep Sea Aquaculture) Manajemen kolam Manajemen benih Manajemen pemberian pakan Manajemen kualitas air Manajemen kesehatan ikan Manajemen panen Sistem pada Deep Sea Aquaculture 1. Feeder Feeder merupakan sistem kontrol untuk memberi makan ikan yang dibiakkan di cage deep sea aquaculture. Hal yang menyangkut pakan ikan, biasanya merupakan variabel terbesar dalam industri ini, karena biayanya yang besar. Pemilihan jenis pakan, ukuran pelet, jumlah dan frekuensi pemberian pakan berpengaruh penting dalam operasi deep sea aquaculture ini. Automatic feeder biasanya ditenagai listrik dengan alternating current (AC) dan beberapa komputer yang dikontrol. Unit yang lebih kecil biasanya digerakkan oleh baterai atau arus searah (DC). LANJUTAN.. 2. Sistem Kelistrikan dan Kontrol Monitoring and Alarm System Sistem monitoring dan alarm ini digunakan untuk memonitor seluruh sistem pada deep sea aquaculture. Karena sistem ini dijalankan secara otomatis maka kebutuhan akan listrik menjadi sangat vital. FISH FINDER Fish Finder merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui lokasi/tempat adanya ikan di dalam lautan dengan mendeteksi gelombang suara yang dipantulkan, yang disebut dengan “Sonar”. SOLENOID VALVE Solenoid valve adalah salah satu alat atau komponen kontrol yang salah satu kegunaannya yaitu untuk menggerakan tabung cylinder, solenoid valve adalah katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya yang mana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya. METODOLOGI DAPAT DILIHAT PADA GAMBAR DI SAMPING ANALISA & PEMBAHASAN Storage/bunker pakan berbentuk persegi dengan ukuran 5,1 m3. Debit aliran keluar dari pompa adalah 21 m3/h (0,0058 m3/s). Diameter pipa keluaran adalah : Inside diameter = 4,813 inches Outside diameter = 5,563 inches Percepatan gravitasi 10 m/s2 Solenoid valve diatur bukaannya yaitu 0 dan 100%. ANALISA & PEMBAHASAN Mencari Spek Pompa, dan dari perhitungan didapatkan : Pump Selection Merk = Shinko Type = AHJ 70-2 Kapasitas = 21 m3/h Head = 26 m RPM = 3000 rpm Power = 3,7 kW Tekanan = 4 bar = 4x105 Pa ANALISA & PEMBAHASAN Laju Aliran dari Barge ke Kolam Diagram Blok Sistem Dari diagram blok tersebut didapatkan bahwa control yang paling memenuhi untuk diterapkan pada kolam ini adalah kontrol PID, dengan kompensator Waktu pemberian makan ikan diatur empat kali dalam sehari. Dimisalkan, untuk jam pemberian makan dimulai pukul 06.00 WIB, dengan respon ikan pada posisi semprotan pakan yang diinginkan membutuhkan waktu 8 detik, sehingga waktu capai ikan pada pakan yang disemprotkan yaitu pada pukul 06.00 lewat 8 detik WIB. Kemudian ditentukan waktu pemberian makan selanjutnya, dengan diagram blok seperti di bawah : Dari diagram blok di atas didapatkan grafik sebagai berikut : Dalam waktu satu jam atau 3600 sec, diperkirakan ikan akan naik sebanyak empat kali. Gerakan naik pertama merupakan respon terhadap makanan yang disemprotkan. Ikan akan berada pada posisi 12 m selama ± 200 sec. Setelah itu ikan akan turun lagi pada posisi semula. Dan akan naik lagi pada kurang lebih menit ke-900. Gerakan ini akan berlangsung terus menerus sampai waktu pemberian pakan berikutnya. Sehingga untuk waktu-waktu selanjutnya, dapat ditentukan seperti tertera pada tabel : PENUTUP KESIMPULAN Deep Sea Aquacultre merupakan sistem pengembangbiakan ikan pada perairan lepas (perairan tengah laut) dengan kedalaman dan arus gelombang tertentu. Pada pemodelan deep sea aqaculture ini digunakan feeder dengan satu pompa dan empat tanki feeder, di mana pakan akan dialirkan oleh solenoid valve. Pompa yang digunakan adalah pompa merk Shinko dengan kapasitas 21 m3/h dan tekanan 4 bar. Solenoid valve digunakan merk Hansen HS7 bertekanan 2 bar. Sistem kontrol menggunakan fish finder untuk mengirimkan sinyal ke solenoid valve yang mengontrol kapan valve bekerja. Pada sistem ini, kontrol yang paling tepat digunakan adalah PID control. KESIMPULAN Fish Finder yang digunakan adalah Garmin 350c dengan jangkauan terjauh yang bisa dicapai sebesar 1200. Waktu bagi ikan untuk mencapai posisi yang diinginkan (12 m) dari permukaan laut yaitu delapan detik. Sedangkan waktu makan ikan pada posisi 12 m selama ± 200 detik dan akan turun ke posisi semula setelahnya. Jadwal pemberian makan dimulai pada pukul 06.00 dan diberikan empat kali sehari. SARAN Sebaiknya juga dilakukan perhitungan terhadap sisi ekonomi, baik biaya awal maupun dengan biaya operasional. Sebaiknya melakukan perhitungan dengan menggunakan rumusan yang lebih mendekati hasil nyata, karena pada pengerjaan tugas akhir ini masih menggunakan rumus pendekatan. Akan lebih bermanfaat bila dalam perancangan sistem selanjutnya, juga dihitung tentang kebutuhan listrik yang dipakai. Bila perlu dapat dikembangkan perancangan sistem kontrol untuk beberapa kolam dengan satu sistem control. REFERENSI Krause, Jarred dkk. Design Guide for Recirculating Aquaculture System, Prepared for Sioux Indian Reservation. Rowan University: 2006. Environmental Impact Statement for Deep Sea Fish Farm Development in Galway Bay, Galway Ireland. BIM Soemarjati, Wiwie dkk. 2008. REKAYASA AUTOMATIC FEEDER SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PENDEDERAN IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis). Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Situbondo. A. A. Akinwande dkk. 2012. Comparative Growth and Survival of Reciprocal Hybrids Between Clarias gariepinus and Clarias anguillaris. Journal of Aplied Aquaculture. Halachmi, Ilan. 2006. Systems Engineering for Ornamental Fish Production in A Recirculating Aquaculture System. Israel : Institute of Agricultural Engineering, Agricultural Research Organization, The Volcani Center, P.O. Box 6, Bet Dagan 50250. Aquaculture 259 (2006) 300– 314. SEKIAN.. TERIMA KASIH