BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan sub ilmu komunikasi. Oleh karena proses komunikasi dapat dilakukan dengan alat Bantu primer maupun sekunder, maka disini kita memahami komunikasi massa sebagai upaya berkomunikasi dengan alat Bantu sekunder masal, yaitu media massa. Secara umum kita bisa menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah upaya melakukan hubungan persamaan dengan menggunakan media massa sebagai alat Bantu. Dalam ilmu komunikasi, kita juga mendalami komunikasi antar personal, kelompok, dan komunikasi antar budaya, selain komunikasi massa. akan tetapi apabila kita bicara dalam tataran sub-disiplin ilmu, seringkali komunikasi massa disejajarkan dengan sub-disiplin ilmu lain dibawah disiplin ilmu komunikasi, seperti komunikasi pemasaran dan hubungan masyarakat. Terkadang komunikasi massa juga dihadirkan sebagai sub-disiplin ilmu dengan nama lain, seperti publisistik, jurnalistik, media massa, atau penyiaran (broadcasting). 1 Selain definisi tadi, masih ada definisi lain mengenai komunikasi massa, yaitu komunikasi massa adalah merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara 1 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa. Erlangga, Jakarta, 1996. 8 massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. 2 2. 1. 1 Pengertian Komunikasi Massa Manusia diciptakan untuk hidup berkelompok dan menyatu satu dengan yang lainya, karena manusia adalah mahluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain atau sering kita sebut sebagai mahluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan orang lain dalam bertukar pikiran dan saling berbagi rasa dalam bertukar pikiran untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan berkomunikasi dengan satu sama lainya. Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan antara manusia yang saling tukar menukar pikiran atau pendapat antar komunikan dan komunikator. Komunikasi juga diartikan sebagai hubungan kontak antar manusia baik dengan individu maupun kelompok. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik dan benar untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? Paradigma Laswell ini 2 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hal, 3. menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan yaitu : 3 1. Komunikator ( Comunicator, source, sender ) : Orang yang menyampaikan pesan. 2. Pesan (Message) : Pertanyaan yang didukung oleh lambing. 3. Media ( Chanel, media ) : Sarana yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. 4. Komunikan ( Cominicant, Comunicates, Receiver, Recipent ) : Orang yang menerma pesan . 5. Effek ( Effect, Impact, Influence ) : Dampak sebagai pengaruh pesan. 2. 1. 2 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa sendiri memiliki sifat terbuka, arinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai kategori penting, tapi hanya penting bagi sekelompok 3 Onong Uchjana E, Ilmu komunikasi teori dan praktek, Jakarta PT.Remaja Rosdakarya Bandung, hal : 10 orang saja. Peristiwa tersebut tentu saja tidak dapat disampaikan melalui media massa. Contohnya adalah pemilihan Lurah daerah setempat, walaupun dapat dianggap penting bagi daerah tersebut, namun tidak penting bagi masyarakat daerah lainnya. Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonym dan heterogen. Maksudnya adalah berbeda dari komunikasi antarperonal yang komunikator cenderung akan mengenal identitas komunikannya, baik nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain. Namun pada komuniksi massa, komunikator tidak akan mengenal komunikan secara mendetil (anonym) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Lalu yang dimaksud dengan heterogen karena komunikan tersebut terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. Selain ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya, yaitu komunikasi bersifat satu arah. Karena komunikasi melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi pada komunikasi antar personal. 2. 1. 3 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Dominick, seorang pakar komunikasi, fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai-nilai), dan entertainment (hiburan). Fungsi pengawasan komunikasi media massa dibagi menjadi dua bentuk utama, yaitu: 1. Pengawasan peringatan, 2. Pengawasan instrumental. Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Sedangkan dalam fungsi linkage (pertalian), media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragm, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minta yang sama tentang sesuatu. Fungsi penyebaran tidak begitu kentara. Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Sedangkan untuk fungsi terakhir yang disebut, tidak perlu diperjelas lagi bahwa komunikasi massa melali media massa menghadirkan hiburan yang dapat dibilang cukup banyak dan beragam, terutama media massa seperti televisi. 2. 2 Media Massa Media massa merupakan jantung dari komunikasi massa, secara sederhana media massa itu adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film. Media massa modern merupakan produk teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan. Media menunjukkan bukan hanya apa yang dapat dan harus dipikirkan tetapi juga bagaimana masyarakat hanya berpikir mengenai realitas. Tidaklah mengherankan jika media lalu menjadi ajang untk pertarungan berbagai kepentingan, dan media juga merupakan pesan yang didalamnya mengandung daya untuk memperngaruhi dan mendesakkan pendapat sehingga terjadi perubahan didalam masyarakat. 2.3 Berita Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. “ Berita adalah uraian tentang peristiwa atau fakta dan pendapat, yang mengandung nilai berita, dan yang sudah disajikan melalui media massa periodik .” 4 Semua berita adalah informasi, tetapi tidak semua infomasi adalah berita. Karena berita adalah informasi yang mengandung nilai berita yang telah diolah sesuai kaidah – kaidah yang ada pada ilmu jurnalistik, dan yang sudah disajikan kepada khalayak melalui media massa periodik. Syarat penulisan berita menurut Soren H. Munheff, antara lain : 1. Accuracy 4 : Dalam pemilihan kata harus tepat J.B Wahyudi , Dasar – Dasar Jurnalistik dan Radio Televisi, Pustaka Utama Gravity 1996 2. Brevity : Dalam menyusun kalimat harus ringkas 3. Clarity : Makna kata dalam kalimat harus jelas 5 2. 4 Internet Lebih dari lima orang Amerika dewasa menggunakan internet di rumah, kantor atau sekolah, dan di atas 10 % menggunakannya setiap hari. Dari karakteristik jenis kelamin hampi sama banyaknya lelaki dan perempuan yang menggunakan web ( situs ). Bagaimana orang – orang menggunakan internet ? Electronic mail merupakan aktivitas mereka dalam internet. Situs juga menjadikan sumber infomasi untuk hiburan dan informasi perjalanan wisata. Pengguna internet menggantungkan pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap harinya. 6 Industri media komputer memiliki beberapa bidang utama, antara lain: pabrik perangkat keras komputer, pembuat perangkat lunak komputer ( pembuatan program – program yang menjalankan mesin komputer ). Content Provider adalah yang mengembangkan isi data base yang didistribusikan melalui jaringan komputer. Dari perangkat lunak komputer terdapat Internet Service Provider (ISPs), yakni perusahaan yang menjual akses ke internet. 5 6 Soren H. Munheff, “ Basic Journalism” 1992 hlm 25 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rektama Media 2007 Nilai yang ditawarkan internet dapatlah dikiaskan sebagai sistem jalan raya dengan transportasi berkecepatan tinggi yang memperpendek perjalanan, atau di ibaratkan sebuah perpustakaan yang dapat dikunjungi setiap saat, dengan kelengkapan buku, sumber informasi, dan kemungkinan penelusuran informasi yang tak terbatas, atau sebagai sebuah jamuan pesta semalam suntuk dengan penerima tmau ramah yang siap menyambut kehadiran tamu undangan setiap saat. Menurut Laquey (1997) pula, asala mula internet adalah tercipta oleh suatu ledakan yang tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu proyek eksperimen Kementrian Pertahanan Amerika Serikat bernama DARPA ( Departement of Defense Advanced Research Projects Agency). Misi awalnya sederhana, yaitu mencoba menggali teknologi jaringan yang awalnya menghubungkan peneliti dengan berbagai sumber daya yang jauh seperti sistem komputer dan pangkalan data yang besar. Arpanet berhasil membudidayakansejumlah jaringan lainnya, yang kemudian saling berhubungan. Dua puluh lima tahun kemudian sistem ini berevolusi menjadi suatu organisme yang semakin luas perkembangannya, yang mencakup puluhan juta orang dan ribuan jaringan. Internet dihuni oleh jutaan orang nonteknik yang menggunakannyasetiap hari untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Sekitar tahun 1992 di Amerika Serikat, populasi internet sebagian besar adalah para peneliti dan pendidik, yang belum banyak aplikasi serta kelompok minat yang relevan bagi masyarakat umum. Dua tahun kemudian, berbagai layanan utama mendominasi penggunaan internet itu. Sebagai akibatnya internet dibanjiri berbagai sumber daya bermanfaat dan semakin banyak penumpangnya. Sebagian besar komputer dan jaringan yang tersambung ke internet masih berkaitan dengan masyarakat, pendidikan, dan penelitian. Pernyataan ini tidaklah mengejutkan karena internet keluar dari benih penelitian. Namun kini, semakain banyak universitas bekerja sama dengan kalangan bisnis untuk menegembangkan katalog dan arsip online. Banyak kalangan bisnis kini menyadari bahwa dengan menghubungkan jaringan perusahaan mereka ke internet, mereka memperoleh akses seketika kepada para pelanggan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa layanan online pada umumnya menciptakan suatu industri bernilai milyaran dolar, dengan taksiran pertumbuhan 25% pertahun. Jadi, dapat dipahami bahwa penyedia layanan informasi berimigrasi ke internet. 2. 5 Framing Analisis framing termasuk metode analisis media yang terbilang baru. Ia banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan teori psikologi. Analisi framing berkembang berkat pandangan dari kaum konstruksionis. Konsep konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger. Bersama Thomas Luckman, ia banyak menulis karya yang menghasilkan thesis mengenai konstruksi social atas realitas. Thesisi utama dari Berger adalah manusia dan amsyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural sedcara terus – menerus. 7 Berger dalam Eriyanto ( 2002 ), mengatakan realitas itu tidak dibentuk secara alamiah, melainkan dibentuk dan dikonstruksi. Konstruksi ditafsirkan berbeda – beda tergantung dari latar belakang pengalam, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial. Gagasan Berger mengenai konsruksi realitas ini dimasukan dalam konteks berita. Sebuah teks berita bukanlah hasil dari copy realitas, melainkan suatu konstruksi atas realitas. Karenanya sangat potensial bila sebuah peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda oleh media yang berbeda pula. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara – cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, peneonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak – khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekata untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketikameyeleksi isu dan menulis berita. Wartawan memutuskan apa yang akan ia beritakan, apa yang ia liput, dan apa yang dibuang, dan apa yang di tonjolkan, dan apa yang harus disembunyikan kepada khalayak. 8 Framing itu pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir dihadapan para pembaca menurut Edelman, yang kita ketahui tentang realitas 7 8 McQUail, Dennis, Op Cit hlm 13 Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, Politik Media Mengemas Berita, Op Cit hlm 21 social pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita frame atas peristiwa itu yang memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Hal ini karena framing menentukan bagaimana realitas itu harus dilihat, dianalisis, dan diklarifikasikan dalam kategori tertentu. 9 Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagi kemasan ( Package ) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide – ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa – peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. 10 Yang dimaksud dengan kemasan ( package ) adalah gugusan ide – ide yang mengindikasikan tentang isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan dengan wacana yang terbentuk. Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan – pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan – pesan yang ia terima. Keberadaan suatu package dalam suatu berita terlihat dari keberadaan ide yang didukung oleh perangkat wacana, seperti kata, kalimat, susunan, dan bentuk kalimat, pemakaian gambar atau grafik tertentu yang kesemuanya mengarah kepada idea atau pandangan tertentu yang ingin disampaikan lewat berita yang ditulis. 9 Ibid hlm 22 Ibid hlm 21 10 Menurut Erving Goffman, secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklarifikasi, mengorganisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman – pengalaman hidup kita untuk dapat memehaminya. Skematika interpretasi itu disebut frames, yang memungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi dan memberi label terhadap peristiwa serta informasi. 11 Berdasarkan konsep psikolgi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen – elemen suatu isu tertentu memperoleh alokasi sumber kognitif individu yang lebih besar. Konsekuensinya, elemen – elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan. Asumsi dasar dari framing adalah individu wartawan selalu menyertakan pengalaman hidup, pengalaman social, dan kecenderungan psikologisnya ketika menafsirkan pesan yang dating kepadanya. Kognisi social didasarkan pada anggapan umum yang tertanam yang akan digunakan untuk memandang peristiwa khusus sehari – hari. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, actor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa ini dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut 11 Alex Sobur, Op Cit hlm 163 tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realias yang dijadikan berita. Cara melihat ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. 2. 6. Robert N. Entman Robert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Enonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya framing dijalankan oleh media massa dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan , pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan lain-lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. 12 Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif ayau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perpektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Tabel 2.1 Seleksi isu Aspek ini berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukan tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan wartawan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. Penonjolan aspek Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari isu tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, 12 Robert N. Entman, "Framing: Toward Clarification of a Fractured Pradigm", Journal of Communication, Vol 43, No. 4, 1993 bagaimana aspek tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan cerita tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Dalam konsepsi Robert N. Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Wartawan memutuskan apa yang akan ia beritakan apa yang diliput dan apa yang harus dibuang, apa yang ditonjolkan dan apa yang harus disembunyikan kepada khalayak. Tabel 2.2 Define Problems (pendefinisian masalah) Diangnose Causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah) Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Peristiwa itu disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah? Make Moral judgement (membuat keputusan moral) Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk Recommendation mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang (menekankan penyelesaian) harus ditempuh untuk mengatasi masalah? Konsepsi Robert N. Entman mengenai framing menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. 13 Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bias berarti apa (what), tetapi bias juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami tentusaja menentukan apa dan siapa yang dianggap sumber masalah. Karena itu masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen yang dipakai untuk membenarkan/ memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan suatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. Elemen framing lain adalah Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian), elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. 13 Robert N. Entman and Andrew Rojecky, "Freezing Out the Public : Elite and Media Framing of the U.S. Anti Nuclear Movement", op.cit., hlm. 155.