BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur
antara 0 sampai 28 hari. Perawatan yang lazim diberikan pada neonatus adalah
pertolongan segera setelah bayi lahir yang berupa pemantapan pernafasan,
mendapatkan gizi yang mencukupi, mempertahankan suhu tubuh normal dan
menghindari kontak dengan sumber infeksi (Sacharin, 1993)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mencakup kelompok bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilannya (berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir (Perinasia,
2003). BBLR tersebut dapat digolongkan menjadi prematuritas murni dan
dismaturitas. BBLR dikatakan prematuritas murni bila berat lahir sesuai untuk
masa gestasinya atau biasa disebut kurang bulan sesuai masa kehamilan (KBSMK). BBLR dikatakan dismatur bila bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasinya atau merupakan bayi kecil untuk
masa kehamilan (KMK).
BBLR KMK
digolongkan
menjadi retardasi
pertumbuhan simetris dan asimetris.Bayi berat lahir rendah (BBLR) termasuk
kelompok neonatus risiko tinggi yang secara statistik akan menaikkan angka
kesakitan dan kematian neonatus.Dalam Survai Demografi Kesehatan Dasar
Indonesia(SDKI) tahun 2011 disebutkan bahwa sekitar lebih dari 80.000 bayi
meninggal saat berusia kurang dari satu bulan. Angka kematian bayi saat ini 32
per 1000 kelahiran hidup dan 19 per 1000 terjadi pada masa neonatal sejak lahir
1 sampai dengan usia 28 hari. Tiga penyebab utama kematian yaitu kesulitan
bernafas (asfiksia), infeksi dan komplikasi kelahiran prematur dan yang
berikutnya adalah BBLR.Dalam Riskesdas (2007) proporsi penyebab kematian
bayi baru lahir 0-6 hari 34% karena prematuritas dan hipotermi sebanyak 7%,
gangguan pernafasan 37% sedangkan yang lain karena sepsisdankelainan
kongenital. Untuk mengurangi kematian BBLR maka perawatan sangat penting
terutama adalah kesesuaian pada saat resusitasi dan perawatan pernafasan,
pencegahan serta manajemen hipotermia, pemberian minum, pencegahan
infeksi.World
Health
Organization
(WHO)
merekomendasikan
bahwa
memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir tidak sesuai karena suhu bayi belum
stabil. Insiden hipotermia pada bayi baru lahir banyak didapatkan pada bayi yang
dimandikan lebih awal (Taheri etal.,2007). Hipotermia memberikan kontribusi
untuk kematian neonatal terutama di negara berkembang, oleh karena itu WHO
memasukkan thermal care dalam komponen pencegahan hipotermia pada
neonatus sebagai komponen esensial perawatan bayi baru lahir. (Mullany, etal,
2010)
Dari data dan pengamatan di ruang perawatan neonatus di rumah sakit
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan perawatan mandi pada
neonatus, berbagai cara tersebut belum ditemukan suatu cara memandikan yang
paling tepat untuk mencegah bayi dari hipotermia maupun tingkat stress bayi.
Kehilangan panas pada bayi dapat terjadi dengan 4 cara yaitu evaporasi,
konduksi, konveksi dan radiasi. Evaporasi terutama terjadi saat bayi basah.
Penelitian
dilakukan
oleh
Bryanton(2003),
Cole(1999),
Anderson(1995),
2 Hamington(1981) mereka melakukan penelitian tentang cara memandikan yang
dilakukan pada bayi sehat dimana didapatkan bahwa sebagian bayi akan
mengalami penurunan suhu setelah dimandikan.
Ketidaktepatan intervensi didalam perawatan memungkinkan neonatus
akan berespon yang tidak diinginkan, misalnya pada saat memandikan dimana
neonatus akan kontak terhadap lingkungan dingin akan memungkinkan terjadi
penurunan suhu tubuh atau hipotermia, yang akan mengakibatkan neonatus
mengalami keadaan yang buruk. Hipotermia adalah keadaan dimana suhu tubuh
menurun dibawah 36,50 C (normal suhu tubuh aksila 36,5-37,50C). Akibat dari
hipotermia pada neonatus adalah asidosis, hipoglikemia, edema, sklerema,
perdarahan (terutama perdarahan paru), ikterik, gangguan fungsi jantung dan
gagal tumbuh.
Memandikan neonatus secara umum bertujuan untuk membersihkan kulit
tubuh dari sisa lemak tubuh serta keringat, merangsang peredaran darah,
menghilangkan bau badan, memberikan rasa segar dan nyaman serta mencegah
terjadinya infeksi (Lusmilasari,2013). Memandikan neonatus dilakukan dengan
cara seka maupun cara rendam, dimana cara seka sering dilakukan pada bayi sakit
maupun pada bayi yang belum lepas tali pusat.
Dari data pasien di ruang Perinatal Intalasi Maternal Perinatal RSUP Dr.
Sardjito tahun 2012 didapatkan ada 681 neonatus BBLR (35%) pasien dengan
BBLR terbagi dalam berat lahir rendah (1500 – 2449 gr): 76,95%, berat 1000–
1499 gram: 16,00 % dan berat < 1000 gram sebanyak 7,05%. Sedangkan
kematian yang terjadi pada BBLR < 2500 gram sebanyak 211 bayi (30,98%).
3 Dari studi pendahuluan yang dilakukan diruang perawatan neonatus di
RSUPDr. Sardjito Yogyakarta sebagian besar neonatus akan mengalami
penurunan suhu setelah dimandikan dimana cara mandi yang dilakukan juga
bervariasi, tapi sebagian besar cara yang dilakukan untuk memandikan neonatus
BBLR dirumah sakit tersebut menggunakan cara seka.
B. Permasalahan
Dari uraian diatas maka masalah yang diajukan adalah :
1. Tindakan memandikan pada BBLR dapat menimbulkan hipotermia.
2. Belum diketahui prosedur memandikan pada BBLR yang dapat mengurangi
kejadian hipotermia.
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah memandikan cara rendampada BBLR dapat mengurangi kejadian
hipotermia?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini membandingkan kejadian hipotermia pada bayi BBLR pada
tindakan memandikan cara seka dan rendam
2. Tujuan Khusus
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian hipotermia pada
BBLR akibat tindakan memandikan dengan cara seka.
4 b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian hipotermia pada
BBLR akibat tindakan memandikan dengan cara rendam.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi ilmu pengetahuan adalah dapat mengetahui
perbedaan kejadian hipotermia yang diakibatkan tindakan memandikan dengan
cara seka dan cara rendam pada BBLR, sehingga bisa menjadi acuan pemilihan
dalam melakukan tindakan memandikan dengan mempertimbangkan risiko yang
ditimbulkan dan manfaatnya.
Bagi praktis klinis hasil penelitian ini dapat ditetapkan prosedur tindakan
memandikan yang sesuai yang dapat mengurangi kejadian hipotermia pada
BBLR.
F. Keaslian Penelitian
No
Peneliti/
Tahun
1.
Bryanton,et
al.(2003)
Desain
Partisipan/
Perlakuan
Randomized Bayi sehat sebanyak
102 bayi terdiri dari
Controlled
Kelompok perlakuan
Study
51 bayi
(mandi
rendam)
dan
kelompok
kontrol
51 bayi (mandi seka)
Hasil dan kesimpulan
Tidak ada perbedaan
signifikan lama lepas
tali pusat
Tidak ada perbedaan
tentang rasa percaya
diri dari ibu. (p=0,32)
Pada bayi dengan
mandi rendam lebih
sedikit
kehilangan
panas
5 Eksperimen
semu
dengan
randomisasi
tanpa
pembutaan
bayi sehat sebanyak
56 bayi terdiri dari 2
kelompok yaitu 30
kelompok
mandi
rendam 26 kelompok
mandi seka
Tidak ada perbedaan
penurunan suhu tubuh
antara
kelompok
mandi
rendam
maupun
mandi
seka.(p=0,076)
Tidak ada perbedaan
lama lepas tali pusat
antara mandi rendam
dan
mandi
seka.
(p=0,091)
2.
Triningsih,
etal.(2003)
3.
Cole, etal. nonrandom
(1999)
assignment
BBLC sebanyak 20 90% bayi mandi seka
bayi, 10 bayi mandi mengalami penurunan
rendam dan 10 bayi suhu
mandi seka
4.
Anderson,
Pengamatan
et al. (1995)
20
bayi
BBLC
dilakukan
mandi
rendam,
tanpa
kelompok kontrol
Rata-rata temperatur
aksila sebelum mandi
36,80C dan setelah
mandi 36,70C, tidak
ada perbedaan yang
signifikan.
5.
Hylen,etal.
(1983)
618 bayi dalam 2
grup mandi rendam
dan mandi seka,
dilakukan
pada
bangsal
yang
berbeda
44% terjadi penurunan
suhu pada kelompok
mandi
rendam
dibandingkan
64%
pada kelompok mandi
seka.
nonrandom
assignment
6 
Download