Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan

advertisement
Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia
Desember 2014
Metodologi Pemeringkatan
untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*
Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims Paying ability
Ratings/CPR) untuk perusahaan asuransi jiwa domestik adalah opini mengenai kemampuan
perusahaan asuransi tersebut untuk memenuhi kewajiban dan pembayaran klaim kepada pemegang
polis dengan tepat waktu. Dengan kata lain, CPR adalah opini ICRA Indonesia mengenai kekuatan
finansial yang dimiliki oleh perusahaan asuransi jiwa yang diperingkat, maupun kemampuan dan
kekuatan promotor untuk mendukung usaha dari perusahaan asuransi jiwa dimaksud.
Metodologi ICRA Indonesia untuk memeringkat perusahaan asuransi jiwa melibatkan analisis yang
menyeluruh mengenai dinamika industri asuransi jiwa, lingkungan regulasi, daya saing dan franchise,
dan posisi finansialnya. Elemen kunci dari evaluasi ICRA Indonesia adalah kekuatan finansial dari
entitas promotor dan kemampuannya untuk menyuntikkan modal guna mendanai pertumbuhan,
memenuhi tingkat solvabilitas sesuai dengan peraturan dan mendukung profil finansial dari
perusahaan asuransi jiwa tersebut.
Metodologi pemeringkatan adalah kombinasi dari analisis kualitatif dan kuantitatif serta mencakup
proses interaksi dengan manajemen untuk memahami dan menilai strategi dan aspek-aspek kunci
dari bisnis, yang secara kualitatif menjadi penggerak untuk posisi operasional dan kebijakan
finansialnya. CPR ICRA Indonesia pada intinya bersifat memandang ke depan dan berupaya menilai
kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk bertahan dalam situasi menghadapi tekanan dan
memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada para pemegang polis.
Catatan di bawah ini menguraikan metodologi ICRA Indonesia untuk memeringkat perusahaan
asuransi jiwa dan mencakup penilaian atas profil risiko usaha dan finansial perusahaan asuransi jiwa
dan penilaian atas kualitas manajemen dan pemegang sahamnya.
Profil Risiko Usaha
Dinamika Industri: Dinamika industri asuransi jiwa memiliki dampak yang signifikan terhadap posisi
operasional suatu perusahaan asuransi jiwa dan produknya, strategi pemasaran dan penentuan
harga yang dilakukan; yang pada akhirnya akan mempengaruhi posisi profitabilitas inti jangka
panjang industri ini maupun perusahaan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi prospek
usaha asuransi jiwa adalah karakteristik demografis, perilaku konsumen terhadap tabungan jangka
panjang dan perencanaan pensiun, sistem jaminan sosial serta kerangka regulasi secara
keseluruhan. Persaingan pada tingkat industri dan korporasi memiliki dampak besar pada penentuan
harga dan profitabilitas.
Walaupun perusahaan asuransi jiwa pada intinya menyediakan perlindungan terhadap mortalitas,
sifat produk-produk yang ditawarkan oleh mereka melingkupi produk-produk tabungan dan produkproduk yang terkait dengan investasi, yang menjadikan mereka bersaing dengan para intermediasi
finansial lainnya, misalnya perusahaan manajemen investasi, dana pensiun dan entitas-entitas yang
menawarkan produk tabungan jangka panjang lainnya.
ICRA Indonesia Salah satu dampak langsung persaingan di atas adalah meningkatnya kompleksitas produk asuransi
karena perusahaan asuransi jiwa menambahkan berbagai macam fitur dan fleksibilitas ke dalam
produk tersebut. Persaingan di antara perusahaan asuransi jiwa sendiri dapat menyebabkan
penentuan harga polis asuransi jiwa yang sangat kompetitif, tekanan untuk meningkatkan imbal hasil
investasi dan biaya penjualan yang lebih tinggi. Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai
regulator, dan insentif fiskal seperti manfaat pajak untuk produk asuransi, juga memberikan dampak
pada dana-dana yang disalurkan kepada perusahaan asuransi jiwa. ICRA Indonesia juga melakukan
evaluasi terhadap kerangka regulasi dan dampak dari perubahannya --bila ada-- pada prospek usaha
sektor ini secara umum dan perusahaan yang bersangkutan pada khususnya.
Daya Saing dan Franchise: Kekuatan franchise yang dimiliki oleh suatu perusahaan asuransi jiwa
sangat penting dalam menentukan profil usaha jangka panjangnya yang pada akhirnya berpengaruh
pada posisi profitabilitas intinya. Kekuatan franchise suatu perusahaan dapat timbul dari upaya
pengembangan mereknya, strategi distribusinya dan kemampuannya untuk menyediakan portofolio
produk untuk memenuhi banyaknya dan beragamnya kebutuhan para konsumen.
Struktur biaya operasional yang lebih baik juga dapat menjadi salah satu kunci menuju kuatnya posisi
bersaing di pasar dan kemampuannya dalam bertumbuh, dan dengan demikian menjadi faktor
penentu dari profitabilitas inti dan penciptaan modal secara internal. Walaupun kebutuhan modal
tercatat tinggi pada tahap-tahap awal suatu perusahaan asuransi jiwa, pertumbuhan merupakan
suatu keharusan yang tidak hanya ditujukan untuk mengambil porsi pangsa pasar tetapi juga untuk
mencapai tingkat penyebaran risiko yang dibutuhkan agar klaim asuransi sesuai dengan perkiraan.
ICRA Indonesia menerapkan berbagai macam indikator untuk menilai posisi operasional suatu
perusahaan asuransi jiwa. Indikator-indikator itu mencakup:
 posisi di pasar dan pangsa pasar
 kekuatan dan biaya distribusinya
 efisiensi dan kualitas agen maupun saluran-saluran distribusinya; rasio persistensi
 pengalaman underwriting dan penentuan harga
 bauran produk dan kemampuan untuk merancang, meluncurkan dan mengelola produk baru
 kinerja di berbagai macam kategori produk asuransi
 kinerja investasi
 efisiensi dan biaya operasional keseluruhan.
Suatu portofolio produk asuransi jiwa yang terdiversifikasi dengan baik dan bauran pendapatan dari
produk serta fee memberikan profil operasional yang kuat dan kestabilan pada kualitas arus
pendapatan. Perbandingan indikator-indikator di atas dengan perusahaan-perusahaan asuransi jiwa
lainnya yang memiliki karakteristik serupa adalah salah satu bagian penting dari penilaian kinerja
operasional. Selain itu, produk-produk perlu dievaluasi mengenai kecukupan dalam hal mitigasi risiko
dan penentuan harga, terutama untuk skema yang menggaransi keuntungan.
Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kinerja jangka panjang perusahaan asuransi jiwa
adalah tingkat persistensi. Tingkat persistensi yang sehat tidak hanya menunjukkan pembaruan polis
yang lebih tinggi tetapi juga franchise yang kuat. Semakin lama suatu polis berlaku, semakin tinggi
kemungkinan perusahaan asuransi tersebut akan dapat memperoleh kembali biaya yang
dikeluarkannya dan menghasilkan laba selama masa berlakunya perjanjian asuransi. Perusahaan
yang memiliki tingkat persistensi yang lebih rendah secara relatif dengan industrinya dipandang
negatif karena hal tersebut menunjukkan rendahnya tingkat kepuasan nasabah dan rendahnya
prospek untuk bisnis yang berulang. ICRA Indonesia juga memahami bahwa franchise dan posisi
operasional yang menguntungkan, terutama bagi perusahaan asuransi jiwa swasta yang baru,
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mempertahankan kepentingan strategisnya bagi pemegang
saham dan memastikan berlanjutnya kepemilikan serta kesinambungan suntikan modal.
ICRA Indonesia Halaman 2 dari 7
Strategi Reasuransi: Reasuransi adalah salah satu aspek penting dalam program mitigasi risiko
suatu perusahaan asuransi jiwa. Hal ini adalah salah satu cara yang efektif untuk melindungi modal
dan menjamin ketersediaannya untuk pertumbuhan di masa mendatang, terutama pada tahap-tahap
awal ketika kebutuhan modal sedang tinggi dan penyebaran risiko belum mencapai tingkat yang
optimal. Kebutuhan reasuransi suatu perusahaan asuransi jiwa akan tergantung pada bauran produk
di mana produk-produk asuransi berjangka terutama untuk polis-polis dengan nilai pertanggungan
yang besar biasanya memerlukan dukungan reasuransi yang lebih besar. Evaluasi ICRA Indonesia
mengenai program reasuransi suatu perusahaan asuransi jiwa pada intinya berfokus pada kebijakan
reasuransi, profil mitra reasuransi, kualitas kredit dan rekam jejak perusahaan reasuransi yang
bersangkutan dalam memenuhi kewajibannya di masa lampau.
Profil Risiko Finansial
Parameter-parameter utama yang ICRA Indonesia pakai dalam menilai posisi finansial suatu
perusahaan asuransi jiwa adalah permodalan, profitabilitas underwriting, kinerja investasi,
manajemen aset-kewajiban dan likuiditasnya. Dalam melakukan analisis finansial perusahaan
asuransi jiwa, ICRA Indonesia memakai berbagai macam indikator dan rasio kuantitatif. Namun,
analisis finansial dan rasio ini bukanlah merupakan bentuk analisis yang terisolir dan eksklusif. Profil
finansial yang kuat dan dapat dipertahankan pada ujungnya merupakan hasil dari kekuatan
operasional dan daya saing yang berkelanjutan. Dengan demikian, analisis finansial ICRA Indonesia
bertujuan menilai bagaimana posisi finansial mencerminkan atau mendukung profil risiko usaha
perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
Permodalan: Posisi permodalan perusahaan adalah salah satu penentu terpenting dari posisi
finansial dan mencerminkan kemampuannya untuk menghasilkan pertumbuhan yang dapat
dipertahankan maupun untuk menyerap naik turunnya hasil usaha underwriting dan investasi. Tingkat
permodalan juga penting dilihat dalam sudut pandang persyaratan solvabilitas menurut peraturan
yang ditetapkan oleh OJK. Permodalan yang kuat meningkatkan kemampuan perusahaan yang
bersangkutan untuk bertahan saat mengalami tekanan finansial dan memberikan fleksibilitas finansial
yang lebih besar. Dua rasio penting yang dilihat dalam menilai permodalan adalah operating leverage
yang merupakan rasio tingkat penerimaan usaha sehubungan dengan ekuitas dan financial leverage
yaitu tingkat surplus pemegang polis sebagai persentase terhadap ekuitas. Leverage yang lebih tinggi
secara signifikan membantu menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi kepada pemegang saham
tetapi dapat memberikan risiko pada aspek perlindungan yang tersedia bagi pemegang polis.
Perusahaan asuransi wajib memastikan bahwa cadangan mereka cukup untuk memenuhi semua
kewajiban di masa depan, yang ditentukan berdasarkan asumsi dari data historis perusahaan yang
bersangkutan, ekspektasi ke depan dan bagian laba yang sesuai untuk menutupi deviasi negatif dari
perkiraan. Kecukupan pencadangan itu perlu dinilai dengan cermat, terutama berkenaan dengan
struktur biaya produk, yang dapat mengubah komposisi saluran distribusi, menimbulkan jumlah nilai
penebusan polis yang lebih tinggi, memperlambat transaksi baru dan menimbulkan biaya di atas
anggaran (cost overrun).
Karena surplus dari pemegang polis dan modal diperhitungkan berdasarkan penilaian kewajiban
secara aktuarial, ICRA Indonesia mempertimbangkan asumsi-asumsi aktuarial dan juga menilai
dampak variabel-variabel penting, misalnya perubahan suku bunga pada modal perusahaan dan
kerentanannya terhadap perubahan pada variabel-variabel itu. Walaupun rasio-rasio adalah bagian
penting dalam analisis kuantitatif selama proses pemeringkatan, ICRA Indonesia menilai rasio-rasio
tersebut dan tingkatan modal suatu perusahaan asuransi jiwa dengan memperhatikan latar belakang
profil usahanya, bauran produknya, kualitas portofolio investasi dan aset serta strategi manajemen
secara keseluruhan. Perusahaan asuransi menyediakan banyak produk, misalnya asuransi
berjangka, polis dengan laba, polis dengan manfaat yang telah ditetapkan dan berbagai macam
program yang terkait dengan investasi (unit-linked). Kebutuhan modal untuk mendukung produkICRA Indonesia Halaman 3 dari 7
produk itu berbeda-beda dan asuransi berjangka memerlukan alokasi modal yang relatif lebih tinggi
sedangkan produk seperti polis dengan laba memerlukan alokasi yang lebih rendah. Produk seperti
asuransi berjangka dan produk dengan imbal hasil yang terjamin (bergaransi) juga sangat sensitif
dengan perubahan suku bunga yang digunakan dalam penentuan harga produk asuransi.
Profitabilitas: Profitabilitas inti dan berkelanjutan perusahaan asuransi adalah salah satu indikator
kunci mengenai daya saing dan efisiensi operasionalnya. Profitabilitas perusahaan asuransi jiwa
merupakan kombinasi antara hasil underwriting dan pendapatan investasinya. ICRA Indonesia
menilai hasil underwriting dan pendapatan investasi serta meneliti profitabilitas inti sebelum capital
gain dan dividen dibayar kepada pemegang polis. Capital gain dapat bersifat fluktuatif dan
bergantung pada perkembangan yang bersifat sementara serta tidak benar-benar mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan imbal hasil investasinya. Karena pemeringkatan
bersifat memandang ke depan, dalam analisis mengenai profitabilitas perusahaan, ICRA Indonesia
berupaya memperkirakan kualitas dan sustainabilitas tingkat profitabilitas di masa mendatang
berdasarkan beragam skenario sesuai dengan fundamental usaha perusahaan yang mencakup
bauran produk, franchise dan struktur biaya operasionalnya. Perusahaan asuransi jiwa mengalami
kerugian selama tahun-tahun awal mereka karena arus pendapatan disebarkan ke keseluruhan masa
berlaku polis sedangkan pengeluaran yang terkait dengan usaha mendapatkan nasabah, infrastruktur
dan pemasaran dibebankan di muka. Selama berjalannya masa berlaku polis, perusahaan asuransi
jiwa memperoleh kembali berbagai macam biaya dari pemegang polis sehingga menutupi
pengeluaran di muka/pengeluaran kas yang ditimbulkan oleh perusahaan sehingga menghasilkan
arus kas bersih yang lebih tinggi pada tahun-tahun belakangan. Dari sudut pandang akuntansi, komisi
dan pengeluaran untuk mendapatkan transaksi dibebankan di muka pada laporan rugi-laba pada
tahun terjadinya sehingga menimbulkan kerugian secara akuntansi selama tahun-tahun awal.
Analisis profitabilitas secara historis membantu menjelaskan aspek-aspek itu dan dapat menjadi
dasar pembahasan dengan manajemen mengenai tren di masa lampau dan strategi mereka di masa
depan untuk mempertahankan atau meningkatkan profitabilitas operasional.
Kinerja dan Risiko Investasi: Perusahaan asuransi memanfaatkan surplus dari pemegang polis ke
dalam investasi, dan imbal hasil investasi tersebut juga dijadikan salah satu faktor dalam penentuan
harga. Perusahaan menyusun portofolio asuransi untuk melengkapi portofolio dan kewajiban asuransi
mereka serta mencerminkan selera/kebijakan pengambilan risiko dan ekspektasi pemegang saham.
Salah satu tantangan penting dalam pengelolaan investasi adalah berinvestasi dalam aset jangka
panjang yang memberikan hasil yang lebih baik tanpa mengkompromikan kualitas aset dan likuiditas
portofolio. ICRA Indonesia menilai strategi umum investasi suatu perusahaan sehubungan dengan
sifat kewajiban-kewajiban asuransi yang dimilikinya, dengan penekanan pada kualitas aset,
diversifikasi portofolio dan likuiditas portofolio investasinya. ICRA Indonesia juga mempertimbangkan
kinerja historis divisi investasi untuk mendapatkan pandangan yang mendalam mengenai bagaimana
divisi itu telah mampu memenuhi tujuan-tujuan investasi perusahaan.
Risiko-risiko utama yang dapat dialami oleh perusahaan adalah risiko kredit, risiko pasar dan risiko
likuiditas. Mengingat sifat jangka panjang profil kewajiban usaha asuransi dan seringkali terbatasnya
ketersediaan aset/investasi yang memiliki profil jatuh tempo serupa, nilai aset dan kewajiban
perusahaan dapat terpengaruh secara signifikan dan dapat berbeda sejalan dengan perubahan suku
bunga. Surat hutang memiliki risiko kredit signifikan yang disebabkan oleh keadaan ekonomi secara
umum, kebijakan regulator dan tekanan persaingan yang berubah-ubah di industri yang
bersangkutan. Saham juga secara signifikan terpapar pada risiko pasar karena didorong oleh faktorfaktor di atas selain arus keluar-masuk modal yang fluktuatif dan sejumlah persoalan lain. Mengingat
risiko-risiko ini, ICRA Indonesia menilai secara positif suatu portofolio yang memiliki kualitas aset
yang tinggi dan terdiversifikasi di berbagai industri serta kelas/instrumen aset (misalnya saham, surat
hutang pemerintah, surat hutang perusahaan, uang tunai dan sebagainya).
ICRA Indonesia Halaman 4 dari 7
Manajemen Aset-Kewajiban dan Likuiditas: Manajemen aset-kewajiban merupakan prosedur dan
sistem yang diterapkan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa aset dan arus kasnya dapat
memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang akan jatuh tempo. Suatu perusahaan
asuransi jiwa membuat kontrak asuransi untuk jangka panjang dan dalam kontrak itu tertera opsi-opsi
penebusan polis, pinjaman dan premi yang fleksibel. Penentuan harga kontrak itu juga didasarkan
pada perkiraan suku bunga dan tingkat inflasi selama masa berlakunya. Beberapa aspek penting
dalam penilaian portofolio investasi mencakup pengelolaan aset dan kewajiban, likuiditas dan
dampak perubahan skenario ekonomi dan variabel makroekonomi, misalnya inflasi dan suku bunga.
Kompleksitas dan fitur yang dimasukkan dalam produk asuransi jiwa telah meningkatkan pentingnya
proses pengelolaan aset-kewajiban dalam usaha asuransi jiwa dan perancangan produk,
pengelolaan investasi serta pengelolaan aset dan kewajiban telah menjadi semakin terintegrasi.
Karena itu, untuk mencegah perkembangan yang negatif pada posisi aset dan kewajiban karena
opsi-opsi yang tertera dalam polis, perusahaan asuransi semakin memperkuat pengendalian
misalnya biaya penebusan polis, insentif yang lebih tinggi untuk masa berlaku polis yang lebih
panjang dan seterusnya.
Fokus analisis ICRA Indonesia mengenai aset, kewajiban dan likuiditas adalah untuk mengevaluasi
strategi manajemen dalam memitigasi dampak terhadap arus kas dan profitabilitas sambil memenuhi
kewajian-kewajiban yang jatuh tempo serta perubahan yang mungkin terjadi dalam jatuh temponya
kewajiban karena perubahan di dalam lingkungan ekonomi dan asumsi aktuarial. ICRA Indonesia
memperhitungkan perbandingan aset lancar terhadap nilai penebusan dari kewajiban asuransi untuk
memperkirakan tingkat likuiditas perusahaan. ICRA Indonesia juga menilai likuiditas jangka pendek
dengan memperkirakan masa jatuh tempo kewajiban jangka pendek, yang dapat dipenuhi melalui
aset yang jatuh tempo dan arus kas yang dihasilkan.
Kualitas Manajemen dan Kepemilikan
Kualitas Manajemen: Penilaian kualitas manajemen adalah salah satu faktor sangat penting dalam
proses pemeringkatan oleh ICRA Indonesia. Di antara berbagai macam aspek yang ICRA Indonesia
perhitungkan dalam menilai kualitas manajemen adalah visi dan strategi, pengalaman dan kinerja tim
manajemen intinya, selera/kebijakan pengambilan dan pengendalian risiko maupun tata kelola
perusahaan. ICRA Indonesia percaya bahwa prosedur dan sistem kendali operasional penting dalam
usaha asuransi jiwa dan kunci bagi pelayanan nasabah yang efisien. ICRA Indonesia juga menilai
kerangka kerja organisasi dan struktur biayanya. Area fokus yang penting adalah praktek akuntansi
dan pencadangan dana perusahaan yang bersangkutan. ICRA Indonsia akan memandang positif
pendekatan yang penuh kehati-hatian dan konservatif dalam membuat asumsi aktuarial dan kekuatan
modal perusahaan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada asumsi
tersebut. Kinerja operasional masa lalu perusahaan juga merupakan salah satu parameter dalam
menilai kemampuan manajemen.
Kepemilikan dan Kekuatan Finansial Perusahaan Induk: Metodologi pemeringkatan ICRA
Indonesia untuk perusahaan asuransi jiwa, terutama perusahaan asuransi jiwa swasta, menilai
secara kritis faktor kekuatan finansial promotornya dan kepentingan strategis mereka dalam
perusahaan yang bersangkutan. Usaha asuransi jiwa pada tahap-tahap awalnya menimbulkan
tekanan yang besar pada modal perusahaan karena tingginya biaya untuk memulai usaha,
pemasaran awal dan pembentukan dana cadangan untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang
polis di masa mendatang. Oleh karena itu, perusahaan asuransi jiwa memerlukan suntikan modal
yang teratur untuk memelihara persyaratan solvabilitas yang ditetapkan oleh regulator dan untuk
mendukung pertumbuhan usaha. ICRA Indonesia melakukan evaluasi terhadap kekuatan finansial
promotor, sumber arus kas operasional dan komitmennya, alokasi dananya untuk usaha asuransi
jiwa yang bersangkutan dan kepentingan strategis usaha asuransi jiwa bagi promotor. CPR ICRA
Indonesia untuk perusahaan asuransi jiwa yang baru atau yang sedang dalam tahun-tahun awal
ICRA Indonesia Halaman 5 dari 7
maupun tahun-tahun pengembangan sangat terkait dengan kekuatan finansial dan kualitas kredit
perusahaan induknya.
Kesimpulan
Proses pemeringkatan memerlukan penilaian kuantitatif maupun kualitatif. ICRA Indonesia
mengumpulkan dan menganalisis data yang diberikan oleh perusahaan, sumber lain maupun
informasi publik yang tersedia. Proses ini bersifat interaktif dan membutuhkan pembahasan yang
mendalam dengan manajemen untuk mendapatkan pandangan menyeluruh mengenai strategi dan
selera/kebijakan risikonya. Konsisten dengan pendekatan umum pemeringkatan, tidak ada rumus
pasti untuk mencapai suatu peringkat dan penekanan yang lebih besar diberikan pada penilaian
kualitatif daripada pendekatan kuantitatif semata.
ICRA Indonesia Halaman 6 dari 7
Lampiran:
SKALA DAN DEFINISI PERINGKAT ICRA INDONESIA UNTUK PERUSAHAAN ASURANSI
Peringkat Kemampuan Membayar Klaim Perusahaan Asuransi
[Idr]AAA
Kemampuan membayar kewajiban klaim yang tertinggi. Mengindikasikan posisi yang
sangat kuat secara fundamental. Prospek dalam pemenuhan kewajiban kepada
tertanggung adalah yang terbaik.
[Idr]AA
Kemampuan membayar kewajiban klaim yang tinggi. Faktor-faktor risikonya rendah
dengan sedikit variasi. Prospek dalam pemenuhan kewajiban kepada tertanggung
tinggi dan hanya sedikit di bawah peringkat di atasnya.
[Idr]A
Kemampuan membayar kewajiban klaim yang cukup. Prospek dalam pemenuhan
kewajiban kepada tertanggung adalah cukup. Faktor-faktor risikonya lebih bervariasi
dan meningkat dalam periode ekonomi yang tertekan; dan perubahan kondisi
bisnis/ekonomi yang merugikan dapat mengubah kemampuan fundamentalnya.
[Idr]BBB
Kemampuan membayar kewajiban klaim yang moderat. Faktor-faktor protektifnya di
bawah rata-rata dan perubahan kondisi bisnis/ekonomi yang merugikan dapat
berpengaruh terhadap prospek pemenuhan kewajiban kepada tertanggung.
[Idr]BB
Kemampuan membayar kewajiban klaim yang kurang. Faktor-faktor protektifnya
berfluktuasi seiring perubahan kondisi bisnis/ekonomi dan prospek dalam
pemenuhan kewajiban kepada tertanggung lebih mungkin terpengaruh oleh
perubahan tersebut.
[Idr]B
Kemampuan membayar kewajiban klaim yang lemah. Faktor-faktor risikonya
mengindikasikan kewajiban kepada tertanggung kemungkinan tidak akan terpenuhi
pada saat jatuh tempo. Perubahan kondisi bisnis/ekonomi yang merugikan dapat
mengakibatkan ketidakmampuan/ketakbersediaan untuk memenuhi kewajiban
kepada tertanggung.
[Idr]C
Kemampuan membayar kewajiban klaim terendah. Mengindikasikan posisi yang
buruk secara fundamental. Perusahaan-perusahaan semacam ini dapat sering
mengalami kegagalan dalam memenuhi kewajibannya kepada tertanggung dan
mungkin sedang/akan berada dalam pengawasan regulator.
Catatan:
Akhiran ‘+’ atau ‘-‘ dapat digunakan untuk peringkat dari [Idr]AA sampai [Idr]C untuk mengindikasikan
posisi relatif dalam kategori peringkat yang bersangkutan.
© Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved.
Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan
kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam be
ntuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau
menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang
dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung
jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya
*Dimodifikasi dan diterjemahkan dari Rating Methodology for Domestic Life Insurance Companies oleh ICRA Limited.
ICRA Indonesia Halaman 7 dari 7
Download