PROSPEK PRODUK FASHION BERBASIS BUDAYA INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT Disusun Oleh: Atase Perdagangan Washington DC Desember, 2013 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Kata Pengantar Salah satu upaya agar Indonesia dapat merealisasikan cita-cita besar untuk menjadi Pusat Fashion Dunia di tahun 2025, adalah memajukan industri mode dalam negeri. Oleh karena itu, empat Kementerian Republik Indonesia telah bekerjasama mengembangkan cetak biru dengan pembagian tugas yang lebih spesifik sesuai dengan tugas pokok masing-masing kementerian. Kementerian Usaha Kecil Menengah misalnya bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha pengusaha kecil dan menengah dalam negeri berkreasi untuk meningkatkan produk kreatif mereka. Kementerian Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif ditugaskan untuk mengembangkan tren agar fashion lokal dapat mendunia. Kementerian Perindustrian ditugaskan untuk mengembangkan konsep hijau, sedangkan Kementerian Perdagangan diberikan tanggungjawab untuk menguatkan “branding” dan strategi pemasaran produk lokal yang berkualitas ke mancanegara. Dalam rangka promosi dan menjadi fasilitator jejaring produk fashion Indonesia, Atase Perdagangan di KBRI Washington DC, AS, sedang menyusun rencana untuk memasarkan produk karya anak bangsa Indonesia ke pusat-pusat perdagangan di AS untuk tahun 2014. Beberapa upaya yang sedang direncanakan, misalnya, adalah pengembangan pelatihan bagi agen pemasaran produk Indonesia di AS. Selanjutnya, untuk memudahkan akses eksportir Indonesia direncanakan menfasilitasi 3-5 desainer produk fashion berbasis budaya Indonesia untuk mengikuti pameran produk di Las Vegas dan New York di tahun 2014 nanti. Ni Made Ayu Marthini Atase Perdagangan Washington, DC Desember 2013 2 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 I. PENDAHULUAN 4 1.1. Latar Belakang 6 1.2. Tujuan Pengembangan Pasar Ekspor 8 II. ANALISA INDUSTRI 9 2.1. Produk fashion Indonesia berbasis budaya yang sudah masuk ke AS 12 2.1.1 Bin House karya Obin 12 2.1.2 Exquisite Balinese Batik by Mirah Zriya 13 2.1.3 Mama & Leon Tekstil dan Garment Manufaktur 15 2.1.4 Mimsy 16 2.2. Produk fashion Indonesia kategori modern-tradisional yang sudah masuk ke Amerika Serikat 17 2.2.1 Bagteria 17 2.2.2 Sabbatha 18 2.2.3 BIYAN, Studio 133 by Biyan, dan (X) S.M.L 20 III. ANALISA KONSUMEN 21 Karakteristik Konsumen Produk Fashion Berbasis Budaya Indonesia di Amerika Serikat 21 IV. STRATEGI MENEMBUS PASAR GLOBAL, KHUSUSNYA PASAR AS 23 4.1. Peluang produk etnik di pasar AS 24 4.2. Tantangan yang Dihadapi 25 4.3. Strategi Untuk Menembus Pasar di AS Bagi Pelaku Usaha 28 4.4. Rekomendasi 30 V. KESIMPULAN DAN SARAN 34 3 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 I. PENDAHULUAN Fashion adalah suatu cara berpakaian atau penggunaan perhiasan yang populer selama waktu tertentu atau di tempat tertentu. Istilah Fashion sering digunakan dalam arti positif, sebagai sinonim untuk glamor, kecantikan dan gaya, perubahan dari satu periode ke periode berikutnya, dari generasi ke generasi, menunjukkan sebagai refleksi dari status sosial dan ekonomi, fungsi yang menjelaskan popularitas dengan gaya berpakaian. Mode semakin menjadi, industri internasional yang menguntungkan sebagai akibat dari munculnya rumah mode terkenal di dunia dan majalah fashion. Tren dan fashion sebagian besar didorong oleh perancang busana yang membuat dan menghasilkan artikel pakaian. Di market brief ini, istilah Fashion digunakan dalam arti bisnis yang berhubungan dengan pakaian modis atau pakaian sebagai industri kreatif yang diciptakan dan diproduksi oleh perancang busana dan sektor bisnis. Tidak ada yang menyangkal bahwa karya perancang busana memiliki kontribusi yang besar untuk industri garmen ready-to-wear, karena saat ini para pengusaha garmen akan perlu menggunakan keahlian para desainer untuk mengejar ketinggalan dengan tren fashion dunia. Selain menggunakan tekstil modern, desainer muda Indonesia telah terinspirasi oleh warisan budaya yang tercermin melalui kain tradisional lokal dan bahan kain seperti, Batik, Songket dan Tenun Ikat. Namun, jumlah produksi bahan yang berkualitas tinggi dan gaun eksklusif belum cukup besar dibandingkan 4 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 dengan pakaian ready-to-wear industri, karena faktanya produk ini dikonsumsi hanya oleh orang-orang yang tertentu, yang kuat secara finansial dan selebriti tingkat atas. Untuk mengatasi itu banyak desainer telah bekerja sama dengan konglomerat dan pengusaha dalam rangka mewujudkan desain yang rumit mereka melalui produksi ready-to-wear fashion dengan proses pabrik modern (TREDA - Kementerian Perdagangan). Proses pembuatan bahan tradisional seperti Batik Tulis, Songket dan Tenun Ikat sangat kompleks dan tradisional yang membutuhkan waktu dan dilakukan dengan tangan tidak dengan mesin menjadikan harga pakaian dengan menggunakan bahan-bahan tersebut sangat mahal, sehingga tidak cocok untuk masuk ke pasar medium ke bawah. Untuk itu perlu dicari pasar tersendiri di AS bagi produk hasil dari rancangan designer Indonesia seperti department store yang berkelas, seperti Nordstorm, Barneys’, Saks Fifth Avenue, Bergdorf Goodman, Neiman Marcus, atau boutique dengan nama perancang modenya. Target pasar untuk produk-produk fashion berbasis budaya yang dirancang oleh designer Indonesia kemungkinan tidak banyak, namun dengan harga yang cukup tinggi dan apresiasi bagi pemakainya yang mengetahui bagaimana cara pembuatan bahan kainnya yang sangat unik tersebut akan membawa pasar tersendiri. Konsumen inilah yang menjadi target pasar, yang mempunyai pendidikan dengan penghasilan yang tinggi. Survey yang dilakukan oleh New York-based Luxury Institute, berdasarkan evaluasi pelanggan personil, 5 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 lingkungan belanja dan kepuasan secara keseluruhan dengan pengalaman belanja mereka. Responden melaporkan pendapatan tahunan mereka rata-rata US$ 292.000 dan kekayaan bersih rata-rata sebesar US$ 3 juta. 1.1 Latar Belakang Patut dicatat perkembangan yang menggembirakan dalam nilai ekspor produk fashion Indonesia. Selama lima tahun terakhir, tren produk fashion tumbuh sebesar 10,58%, dan nilai ekspor produk fashion Indonesia sesuai yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik hingga Juni 2013 adalah US$ 5,96 miliar. Angka tersebut meningkat 4,23% dibandingkan tahun 2012 pada periode yang sama. Adapun sepuluh negara utama tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Belgia, Korea Selatan, Belanda, Italia, China, dan Uni Emirat Arab (Kantor Berita Antara, 2013). Sedangkan khusus produk Batik, total nilai ekspor batik sampai dengan akhir 2012 menembus US$ 278 juta atau melonjak tajam dibanding tahun sebelumnya mencapai hanya US$ 5,88 juta. Sedangkan dari periode Januari-Maret 2013, nilai ekspor batik sebesar US$ 50,07 juta. Jumlah ini juga meningkat dari periode yang sama 2012 sebsear US$ 42,26 juta. Amerika Serikat (AS) sebagai negara tujuan ekspor terbesar dari total ekspor ke luar negeri di kuartal pertama 2013 menjadi US$ 21,18 juta dari 6 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 kuartal pertama tahun sebelumnya sebesar US$ 17,46 juta. (KemendagDitjen PEN) Pemerintah Indonesia, khususnya empat Kementerian, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan sejumlah asosiasi dan perhimpunan yang bergerak di bidang fashion telah mencanangkan tujuan jangka panjang untuk menghantar Indonesia menguasai pasar muslim pada tahun 2015, mulai menguasai pasar Asia pada tahun 2018, menguasai pasar muslim dunia pada tahun 2020, dan menjadi salah satu pusat mode dunia pada tahun 2025. Untuk itu, Indonesia Fashion Week (IFW) adalah suatu ajang pencapaian cita-cita besar tersebut. Dengan titik awal Indonesia Fashion Week, Indonesia akan kemudian akan berperan serta dalam Global Fashion Week Indonesian Fashion Goes Global. Direktur Indonesia Fashion Week menyatakan bahwa sudah selayaknya industri fashion mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan pihak-pihak yang terkait karena memberikan sumbangan sebanyak 40% dari total 15 subsektor ekonomi kreatif. Demikian halnya dengan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yang menegaskan bahwa Kemendag sedang mengupayakan pengembangan regulasi dan pemasaran produk fashion agar produk fashion Indonesia berstandar internasional dan menjadi komoditas ekspor. 7 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Produk berbasis budaya Indonesia yang telah mendunia adalah Batik, yang telah ditetapkan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity sehingga merupakan warisan dunia oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober tahun 2009. Gaung batik telah membahana seantero dunia, bahkan pemimpin dunia seperti Nelson Mandela terkesan dengan keindahan batik dan telah menularkan semangat menggunakan batik di tingkat global. Penghargaan UNESCO tersebut juga telah membuat masyarakat Indonesia didalam negeri lebih menghargai karya bangsa, dan oleh karena itu, telah ditetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional (dan bukan mungkin bisa ditambah dengan skala Internasional untuk tahun-tahun mendatang). Untuk mewujudkan cita-cita yang mendunia tersebut tentu saja membutuhkan dukungan yang kuat dari pemerintah dan kantor-kantor perwakilan RI di mancanegara, tidak terkecuali kantor Atase Perdagangan di KBRI Washington, DC sebagai perwakilan RI di ibukota AS. 1.2 Tujuan Pengembangan Pasar Ekspor Dengan semakin semaraknya produk fahion berbasis budaya di Indonesia, dan semakin berkembangnya sektor industri kreatif yang tidak hanya produk pakaian, tetapi juga kosmetik, produk spa, jewelry, tas, alas kaki, rambut palsu (wigs), furniture asesories dan produk handicraft terkini lainnya, maka perlu dijajaki kemungkinan pengembangan pasar ekspor ke 8 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 negara Amerika Serikat (AS). Antara lain menentukan segmen pasar bagi produk-produk tersebut sesuai dengan trend dan nilai harganya. Tentunya hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan nilai ekspor produk fashion berbasis budaya Indonesia untuk negara adidaya ini. II ANALISA INDUSTRI Untuk mengembangkan industri kreatif, Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif sebagai dasar bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan 14 (empat belas) sektor ekonomi kreatif. Subsektor industri kreatif di bidang fashion, kerajinan dan layanan komputer dan piranti lunak termasuk dalam binaan Kemenperind. Fashion, kuliner dan kerajinan merupakan subsektor yang dominan dan memberikan kontribusi ekonomi. Kontribusi industri kreatif terhadap PDB sebesar 4,91% (urutan ke-7 dari 10 sektor lapangan usaha), dengan kontribusi terbesar dihasilkan oleh subsektor kuliner (32,2% senilai Rp. 169,62 triyun), fashion (28,1% senilai Rp. 147,6 trilyun), dan kerajinan (15,1% senilai Rp. 79,4 trilyun). Menteri Perindustrian MS Hidayat optimistis produk lokal Indonesia bisa menembus dan mampu bersaing di pasar global. Hal tersebut ditunjukkan dengan kinerja ekspor produk industri yang menunjukkan tren positif sejak 2010, menurut Menperin dalam Rakornas Kadin Bidang Investasi dan Bidang 9 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Perdagangan dan Hubungan Internasional di Jakarta, (AntaraNews, Jumat 25/10/2013). Sementara, Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan untuk menembus pasar global, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjadikan produk lokal sebagai pemenuh kebutuhan pasar dalam negeri. Hal itu penting tidak hanya untuk mengurangi impor tapi juga memantapkan kualitas serta brand image produk yang memenuhi standar internasional. Menurut data yang dilansir oleh Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Indonesia, saat ini ada sekitar 440.620 merek asli Indonesia yang sudah terdaftar. Bahkan, kabar baiknya, ada puluhan merk lokal yang sudah populer di dalam negeri dan mampu menembus pasar global, meski jarang yang tahu persis bahwa produk dan merk tersebut adalah asli Indonesia. Beberapa produk fashion buatan dan merek Indonesia yang sudah terkenal di pasar global tetapi masih banyak yang tidak mengetahui merek tersebut adalah buatan Indonesia antara lain: parfum Casablanca (diproduksi di Muara Kapuk, Jakarta); Essenza (merk keramik yang diproduksi oleh PT. Intikeramik Alamsari Industri); Paseo (produk tisu); Buccheri (sepatu dan tas kulit), Eiger (outdoor adventure equipment asal Bandung); The Sak (tas berlebel buatan Delia Murwihartani), Edward Forrer (adalah merek busana sekaligus nama pemiliknya yang membuka toko sendiri di Gang Saad, 10 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Bandung); Raden Roro (Liquica Anggraini Raden Roro, perancang busana asal bandung); Bagteria (merek tas bergaya vintage, pasangan Nancy Go dan suaminya Bert Ng); Sabatha (tas tangan yang sudah sangat mendunia buatan asal Bali); Nilou (sepatu, tas dan sabuk buatan tangan rancangan Niluh Djelantik sejak 2004); Peter Say Denim (celana jean, t-shirt dan topi rancangan Peter Firmansyah), dan masih banyak lagi tentunya. Puluhan perusahaan industri besar Indonesia mendirikan asosiasi yang berdiri pada 5 Mei 2011 bernama Asosiasi Merk Indonesia (AMIN) dan beranggotakan sekitar 50 perusahaan dengan merek Indonesia yang berbasis industri di dalam negeri seperti Indofood, Cosmos, sepatu Yongki Komaladi dan masih banyak lagi. Mereka sepakat untuk bersama memajukan merek lokal agar mampu bersaing di pasar global, alias bukan hanya menjadi jago kandang, tetapi juga mampu memikat konsumen manca-negara. Dari sekian banyak produk fashion Indonesia yang mampu menembus pasar global, beberapa produk fashion berbasis budaya telah berhasil masuk pasar AS, yaitu kain dan busana rancangan Bin House yang berkualitas tinggi, Balinese Batik cap by Mirah Zriya yang digemari oleh para quilter, Kain bordiran dan garment model kebaya produksi pabrik Mama & Leon yang keluar dengan beberapa desain khas Indonesia, dan tas khas Mimsy yang menggunakan bahan-bahan tradisional untuk dijadikan tas. Empat produk 11 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 fashion diantara sekian banyak produk dari Indonesia yang berhasil masuk pasar AS memadukan aspek modern dan tradisional. 2.1 Produk fashion Indonesia berbasis budaya yang sudah masuk ke AS 2.1.1. Bin House karya Obin Josephine Komara (atau biasa dipanggil Obin) adalah perancang dengan bendera Bin House yang merancang kain-kain tradisional nan indah serta ekslusif. Produk karya Obin adalah fashion berbasis budaya yang telah mampu menembus pasar global, termasuk di AS. Obin dianggap sebagai salah satu yang mempelopori munculnya batik yang lebih modern dan kontemporer yang lebih diminati masyarakat dibanding batik yang lebih konservatif. Satu kekhasan dari kain rancangan Obin adalah bahwa tidak ada dua yang sama, masing-masing dibuat khas sendiri dengan titik berat pada proses pembuatan, yang seringkali membuat harga jual akhir cukup mahal karena eksklusif. Butik pertama Obin (BIN House) yang berada di luar Indonesia terletak di Jepang, yang didirikannya di tahun 1989. Sejak itu, kain 12 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 rancangan Obin telah diperdagangkan di Eropa, Australia, Timur Tengah dan di Amerika. Kreasi unik Rumah Bin ini telah membawa kesadaran baru untuk fashion dan di lingkaran pembuat tekstil, melalui penggunaan kain sutra buatan tangan halus dan desain batik. Kain dapat dipakai sebagai selendang, membungkus badan, dan rok sarung. Di tahun 2012, batik rancangan Obin seringkali disamakan dengan tas yang bermerek. Syal rancangan Obin dikenakan oleh perempuan yang berselera tinggi dan menghargai hasil karyanya yang dianggap sebagai penentu tren untuk produk fashion berbasis budaya Indonesia. http://www.binhouse.com 2.1.2 Exquisite Balinese Batik by Mirah Zriya Mirah Zriya adalah produsen yang berbasis di Bali, yang menjual batik buatan tangan oleh pengrajin asli Bali yang dirancang oleh Putri Mirah dan diproduksi khusus untuk grosir di seluruh dunia. Sang putri dibesarkan di istana Karangasem, dibangun oleh kakeknya, Anak Agung Ngurah Ketut Karangasem, Raja terakhir Bali. Putri Mirah memiliki lebih dari tiga puluh tahun pengalaman menciptakan dan memproduksi batik cap tembaga asli Bali untuk pelanggan Internasional yang menghargai batik. Batik oleh Mirah 13 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 dirancang dan diproduksi di Bali dengan standar tertinggi dari desain, kualitas dan pengerjaannya. Sejak 1981 Putri Mirah telah membawa desain batik Bali ke dunia, dari catwalk New York pada tahun 1980 untuk pencinta quilters sampai dengan hari ini. Princess Mirah ingin batik Bali-nya untuk menciptakan ruang kreativitas di mana masing-masing tetap setia kepada visi penggemarnya. Batik Mirah Zriya sering mengikuti beberapa pameran di AS salah satunya baru-baru ini di International Quilt Market Houston 2013. Batik buatan Mirah yang dirancang oleh Putri Mirah tersedia dan telah tersebar diseluruh dunia dan mempunyai exclusive International Distributor di AS, Kanada, Australia, Selandia Baru, Denmark, Finlandia, Prancis, Italia, Korea, Russia dan RRT. www.batikbymirah.com 14 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 2.1.3 Mama & Leon Tekstil dan Garment Manufaktur Mama & Leon adalah visi Mama Erlina, penjahit otodidak dari sebuah desa kecil di Tabanan, Bali. Lebih dari 25 tahun yang lalu, ia mulai menjahit pakaian sendiri di rumah dan menjualnya di pasar Denpasar di ibukota sibuk Bali. Kreativitas dan bakat untuk desain-nya dengan cepat diakui oleh produsen garmen, yang menawarinya posisi full-time. Itu dari pengalaman ini bahwa dia membentuk konsep pabrik garmen yang unik sendiri. Pada tahun 1978, mimpi ini menjadi kenyataan dan dalam waktu kurang dari seperempat dari satu dekade, Mama & Leon telah menjadi nama rumah tangga di industri garmen yang sangat kompetitif Bali. Menggabungkan kreativitas Indonesia dengan teknologi terbaru, Mama & Leon berkomitmen untuk menciptakan produk global standar yang unik dengan harga terjangkau. 15 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Kualitas produk yang tinggi dikombinasikan dengan standar profesional dan layanan telah menarik klien dari seluruh dunia. Seiring waktu, Mama & Leon telah menetapkan hubungan bisnis yang kuat dengan perusahaan dan desainer di Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Amerika Selatan. Pabrik Garmen Mama & Leon juga memproduksi seluruh rangkaian dari bahan kain utama dan aksesoris untuk semua produsen garmen lokal di Bali. Inilah sebabnya mengapa Mama & Leon telah menjadi terkenal sebagai eksponen penting dalam perkembangan industri fashion Bali. http://mamaleon.com/index.php 2.1.3 Mimsy Mimsy adalah merek tas karya Christina Theosa. Ia mulai merancang pada waktu menjadi mahasiswi di sekolah design di Santa Monica, California tahun 2004. Christina menginginkan tas clutch yang bisa gunakan untuk pesta formal maupun santai makan malam. Dia mulai membuat desain dan menemukan pengrajin yang bisa membuat tas. Hasil tasnya diletakkan di toko-toko dekat kantor dimana dia bekerja. Pada akhir minggu pertama, 20 tas 16 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 telah terjual yang membuat dia yakin untuk berkarya terus. Perjalanan bisnis dia tidak begitu saja lancar, dengan mengetuk pintu toko-toko untuk meyakinkan mereka untuk menjual tas-nya. Semua toko-toko yang dia menghubungi menolak tawarannya karena mereka hanya melakukan perdagangan grosir, tidak eceran. Belajar dari sana, Christina bergabung pameran dagang di mana pembeli berkunjung, Sejak saat itu, bisnis semakin mekar untuknya. Mimsy sekarang tersedia di toko-toko di beberapa kota di AS seperti Seattle, Los Angeles, Chicago dan New York. Singapura, Malaysia dan Australia. Setelah sukses Mimsy, ia meluncurkan lini kedua yang disebut Clementine. 2.2 Produk fashion Indonesia kategori modern-tradisional yang sudah masuk ke Amerika Serikat 2.2.1 Bagteria Usaha ini sudah dirintis sejak tahun 2000, dengan modal Rp. 300 juta mendirikan usaha dengan nama PT Metamorphosis Abadi di depan rumah keluarga suami Bert Ng di daerah Jakarta Selatan dengan lima orang pekerja, dan 13 tahun kemudian sudah berada di 30 negara termasuk AS. Tas-tas rancangan Nancy Go laris 17 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 digunakan oleh selebriti kelas dunia seperti Paris Hilton yang tertarik dengan tas buatan Nancy yang dipamerkan pada saat New York Fashion Week; bintang film dari Prancis yang main dengan Tom Hanks di film The Da Vinci Code, Audrey Toutou juga penggemar tas Bagteria’. Emma Thompson dan juga putri Zara Phillips cucu dari Queen Elizabeth II memiliki tas Bagteria, karena menggunakan dari bahan baku yang unik seperti kristal swarovski, manik-manik, payet, batu semi mulia, emas dan perak hingga dalam ukuran milimeter semua hati-hati dijahit satu per satu. Dia menggunakan bahan dari bulu domba, kulit belut, python, burung unta, kulit salmon, dan gading mammoth. Untuk bahan-bahan ini, ia memesan langsung ke Siberia, Islandia, dan Afrika. Meski begitu, Nancy juga memanfaatkan bahan lokal seperti kulit python, kulit buaya, kulit, kayu, dan perak dari perajin Bali dan Yogya. http://www.girlfashionstyle.com/style/bagteria-goes-to-international/ 2.2.2 Sabbatha Sabbatha Rahzuardi lulusan dari Universitas Sorbonne, Prancis memulai usahanya sendiri pada tahun 2004. Pesanan pertama dari dua toko garmen di Yunani dengan design sendiri. Produk tas Sabbatha fokus pada materi kulit – yang dianggap lebih awet -sebagai badan tas. Kulit yang digunakan adalah kulit sapi, domba, kambing dan ular piton. Kulit tersebut dipadukan dengan berbagai SABBATHA: Batavia Angelic Tote 18 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 materi seperti batu-batuan natural, ukiran tanduk rusa, ukiran tanduk kerbau dan ukiran perak. menggunakan batu Pertama-tama ia belum permata, masih batu semi-precious seperti kristal, amethyst, black onyx dan agate. Bahan-bahan tersebut ia beli di Bali dari penjual yang memang sering mencari bahan baku ke berbagai wilayah. Dengan karyanya, Sabbatha ingin menunjukkan kekayaan alam Indonesia. Sabbatha mulai membuka toko di Seminyak, Bali di tahun 2006. Setiap bulan Sabbatha rata-rata mengeluarkan empat model tas, dan setiap model memiliki 2-3 warna. Setiap warna menggunakan aksesori yang berbeda. Karena bahan-bahan yang digunakan pun semakin advance, semakin unik dan berkualitas baik, harga pun semakin naik. Kini, sebuah tas Sabbatha harganya di kisaran Rp 12-25 juta. Untuk pasar mancanegara, Sabbatha sudah menjalin kerja sama dengan 9 agen (toko ternama) di sejumlah kota: Mumbai, Hawaii, Roma, Amsterdam, Milan, Cannes, Florence, Sydney dan St. Tropez dengan “sistem beli putus.” Namun, untuk toko yang di 19 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Mumbai, sampai dengan kerangka untuk memajang barang pun dipasok olehnya. Mereka mendisplai produk Sabbatha sama seperti yang di-display di Grand Indonesia dan di Bali. Para agen tersebut negara-negara tersebut datang sendiri ke Indonesia karena telah mengetahui merek Sabbatha ini. Sabbatha juga telah membuka butik di Tokyo, Jepang dan Moskow, Russia. Saat ini dapat ditemukan di Hawaii, sebagai perwakilan untuk wilayah AS. Tas-tas Sabbatha sangat diminati konsumen bahkan mampu menarik perhatian selebriti dunia seperti Katie Holmes dan supermodel Elle McPherson. www.sabbathabali.com 2.2.3 BIYAN, Studio 133 by Biyan, dan (X) S.M.L Adalah merk pakaian jadi - campuran modern dan tradisional rancangan Biyan Waanatmadja untuk generasi yang lebih muda, yang dirintisnya sejak tahun 1999. Koleksi Biyan ini merupakan desain yang memadukan antara aspek romantis, klasik dan selera tinggi. Teknik yang digunakan berkisar antara yang menggunakan manik-manik di bordir bahan sutra. Biyan Waanatmadja lulusan dari Mueller & Sohn Privat mode Schule pada tahun 1977 di 20 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Dusseldorf, Jerman dan kemudian London College of Fashion tahun 1982 di London, Inggris. Pada tahun 1983, Biyan bekerja di Erico covery di Florence, Italia. Setelah tinggal di Eropa selama lebih dari 15 tahun, keluarga Biyan memintanya untuk kembali ke Indonesia dan memulai bisnis dengan merek privat di atelier yang kecil di Surabaya. Saat ini Biyan telah memiiki tiga label – BIYAN (est. 1984), Studio 133 by Biyan (est. 1985) dan (X) S.M.L business partnership (est. 1999). Kreasi Biyan didasarkan pada nilai-nilai tradisional yang telah menjadi warisan dan warisan budaya. Dari sini, nilai-nilai tradisional yang dimodifikasi menjadi sesuatu yang relevan dengan semangat generasi wanita muda yang menjadikan tren saat ini. Harga ritel gaun custom-made buatan Biyan sekarang sekitar US$4,500 – US$10,000. III. ANALISA KONSUMEN Karakteristik Konsumen Produk Fashion Berbasis Budaya Indonesia di Amerika Serikat Pengalaman peserta acara bazaar arts and craft yang diselenggarakan di kantor pusat lembaga internasional di Washington DC di bulan November 2013 memberikan indikasi bahwa pengunjung bazar sangat peduli akan harga sehingga menganggap produk fashion berbasis budaya (dalam hal ini diwakili oleh TorajaMelo yang menjual produk tasnya) terlalu mahal sehingga terasa 21 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 sangat diperlukan pemahaman yang lebih meluas untuk lebih menghargai konsep pengembangan komunitas yang merupakan prinsip utama dari TorajaMelo serta pemahaman tentang Indonesia pada umumnya. Produk fashion berbasis budaya yang lebih diminati di bazaar tersebut berkisar antara syal batik, perhiasan yang unik dan suvenir kecil menarik lainnya. Pengalaman peserta pameran dagang lainnya mensyaratkan adanya modal usaha yang cukup banyak (US$ 3,000 untuk membayar stand di acara Pameran Dagang), namun hasil yang didapat dari pameran tersebut akan sangat besar, tidak saja kemungkinan adanya pesanan yang cukup besar dari pembeli retail, tetapi juga memperkenalkan produk dan merek kepada para calon pembeli adalah sangat penting dan tentunya komunikasi harus terus dilanjutkan kepada prospek buyer yang mengunjungi stand tersebut. Kesiapan pabrikan untuk memenuhi pesanan dari para calon pembeli dengan jumlah produk yang mencukupi khususnya pembeli dari department stores dan toko-toko ternama seantero Amerika Serikat yang membeli produk di acara Pameran Dagang tersebut. Banyak Pameran Dagang yang dilakukan dua kali setahun. Hubungan yang baik dengan para buyers dari department stores ternama di AS juga merupakan salah satu faktor yang penting agar produk dapat dilihat dan dibeli. 22 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 IV STRATEGI MENEMBUS PASAR GLOBAL, KHUSUSNYA PASAR A.S. Seperti halnya pengalaman yang pernah dilakukan oleh para pelaku bisnis fashion yang sukses memasuki pasar dunia, begitu juga pasar AS memerlukan keberanian dalam mempromosikan produknya dengan melihat kesempatan dan peluang dimana produk fashion berada dan digandrungi oleh para modis. Misalnya dengan memasuki pasar Hong Kong, Tokyo, Milan, Paris dan New York. Hong Kong adalah kiblat fashion di Asia, dimana budaya diantara negara Asia masih ada persamaan budaya, dengan mengikuti beberapa trade show ataupun Hong Kong Fashion Week bisa menilai design dan trend mana yang dapat diterima. Tokyo Jepang, terkenal dengan kontrol kualitas dari produk yang masuk sangat ketat sekali, mereka sangat peduli dengan kualitas, banyak yang menyebutkan bahwa apabila lolos masuk Jepang, maka negara lainnya akan lebih gampang. Begitu juga tren untuk para generasi muda di Jepang produk fashion budaya Indonesia lebih banyak bisa diterima, baik dari corak warna maupun designnya. Contoh yang melakukan titisan jalan ini adalah Nancy dan Bert yaitu suami istri yang menciptakan dan produsen tas Bagteria yang sukses diterima di Jepang dan negara manca negara lainnya termasuk Eropa dan AS. 23 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 4.1. Peluang produk Etnik di pasar AS. Amerika Serikat sangat menghargai budaya khususnya dengan kelestariannya baik itu alam maupun penduduknya. Peluang bagi fashion yang berbasis budaya Indonesia masih sangat terbuka lebar, hanya memerlukan promosi dan pengenalan secara detail kepada para konsumen khususnya cara pembuatan bahan/material secara tradisional dan dengan menggunakan tangan yang memerlukan ketrampilan dan waktu yang begitu lama – seperti batik tulis dan kain songket. Ada pepatah apabila tidak kenal berarti tidak sayang. Karena ketidaktahuan dari para calon pembeli di AS mengenai cara pembuatan kain batik dan songket, maka harga sebuah gaun wanita atau baju pria batik menjadi sangat mahal bagi sebagian besar konsumen di AS. Tetapi apabila mereka mengetahui proses pembuatannya maka apresiasi yang mereka dapatkan dari bahan yang dihasilkan akan terasa murah dan memaklumi kalau harga tersebut menjadi mahal. Contohnya Artis penyanyi Indonesia Andien atau nama lengkapnya Andinie Aisyah Haryadi mendapatkan penghargaan sebagai Most Fashionable Celebrity of the Year dalam anjang New York Fashion Fashion Week 2013 dimana Andien mengenakan busana Batik kreasi dari Edward Hutabarat, dimana perancang mode terkenal AS, Donna Karan takjub melihat batik khas Indonesia, yang juga bertanya (http://celebrity.okezone.com/) 24 bagaimana cara membuatnya. Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Salah satu program promosi Batik KBRI, Washington, DC mensponsori satu kegiatan “American Batik Design Competition” dimana para designer AS untuk ikut merancang motif batik sesuai dengan selera dan Ring of Fire by Donna Backues – First Place Winner (sumber KBRI DC) tren orang Amerika. Mereka tidak saja merancang, tetapi juga ikut mengetahui cara proses pembuatan batik tersebut. Tahun 2013 adalah tahun kedua pertandingan American Batik Design dilaksanakan yang disambut meriah oleh para designer batik di AS, yang pertama diselenggarakan pada tahun 2011. 4.2 Tantangan Yang Dihadapi Tantangan yang dihadapi oleh para designer Indonesia kebanyakan adalah tidak adanya niat untuk mencari atau mengambil kesempatan dalam mempromosikan design atau produk yang mereka cipatakan. Kemungkinannya adalah dengan telah puas dengan terpenuhinya pasar dalam negeri yang cukup besar dan tidak berniat untuk memperbesar usaha atau memperluas jaringan pasar kemanca negara, kurangnya 25 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 modal untuk promosi keluar negeri, terlalu rumitnya peraturan yang disyaratkan untuk menjual kesatu negara sehingga cukup puas dengan usaha didalam negeri. Kurang adanya pengawasan kualitas yang ketat terhadap produk yang dihasilkan, tidak konsisten terhadap setiap produk yang dihasilkan sehingga banyaknya produk yang ditolak oleh pembeli di luar negeri walaupun dari design cukup bagus, dan ini biasanya memberikan kejeraan bagi produsen di Indonesia untuk mencoba kembali. Selain itu modal yang cukup kuat diperlukan untuk mengikuti pameran, selain biaya pameran pelaku usaha juga harus memikirkan biaya tiket dan hotel yang tidak murah. Beberapa faktor lainnya yang mungkin dapat dijabarkan dibawah ini adalah sebagai berikut: 26 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Kekuatan Kelemahan Peluang Tantangan •Eksportir fesyen berbasis budaya Indonesia yang sudah siap menembus pasar global perlu diberikan dukungan pemerintah •Adanya produk-produk berbasis budaya Indonesia yang telah menembus pasar global •Kesiapan para eksportir mengikuti Trade Shows atau Pameran Dagang di AS yang membutuhkan biaya dan persiapan yang matang; •Konsistensi kualitas produk dan keberlangsungan perusahaan perlu ditingkatkan. •Memproduksi produk di AS sehingga dapat mempermudah quality control dan meminimalkan biaya pengiriman •Bekerjasama dengan desainer AS •Bekerjasama dengan perusahaan fashion yang berbasis di AS •Mengembangkan agen-agen untuk produk berbasis budaya Indonesia •Mengikuti Trade Shows yang spesifik produk, misalnya NY Gift Show, LA Gift Show dan JA Show di NY untuk produk jewelleries. • Memperhatikan siklus 4 musim di AS sehingga produk yang dikeluarkan sesuai dengan musim-musim gugur, dingin, semi dan panas; • Kemampuan memasarkan produk dan mengembangkan kepercayaan dengan buyer Amerika 27 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 4.3 Strategi untuk menembus pasar di AS bagi pelaku usaha Modal utama bagi para pelaku usaha untuk menembus pasar AS adalah kesiapan dari pelaku usaha itu sendiri, baik kesiapan dari kualitas barang yang akan dijual, juga jumlah/kuantitas dari barang yang akan dipromosikan – dalam hal ini kesanggupan produksi per bulan atau per tahun apabila adanya pesanan, dan ketepatan waktu delivery barang ke tempat retail atau wholesale si pembeli sangat penting, karena berdampak kepada konsumen atau pelanggan mereka dan juga tren dari musim yang terkadang sangat cepat berganti. Komitmen ini harus dipegang kuat oleh pelaku usaha, karena membangun kepercayaan dengan para buyers adalah sangat penting terutama kesan pertama kali berhubungan dagang. Dalam bisnis fashion dikenal dengan istilah “Quick Respond” dimana pihak importir, wholesales maupun retail sangat ketergantungan kepada tren dari kebutuhan pasar – contohnya: buyer memesan 300 lusin pakaian dengan warna kuning, merah dan biru masing-masing 100 lusin. Karena katalog barang tersebut telah disebarkan jauh sebelum barang tiba di AS, jumlah pesanan yang terjual melalui katalog lebih banyak warna merah dibandingkan warna biru dan warna kuning tidak laku, maka si buyer pun meminta agar produksi warna biru dikurangi dan membatalkan pesanan warna kuning dengan mengganti dengan warna merah. Hal-hal seperti ini sering terjadi dan apabila pelaku 28 usaha (produsen) tidak siap Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 menghadapinya, terutama dalam hal modal untuk menyiadakan bahan warna merah, sedangkan warna kuning telah diproduksi dan waktu pembuatan untuk menambah warna merahpun harus segera dilakukan untuk mengejar waktu pengiriman barang. Quick respond biasanya dimasukkan dalam perjanjian untuk pembelian partai besar oleh jaringan perusahaan retail di AS, dan mempunyai perangkat lunak (software) real time diantara dua pihak. Untuk mengatasi cancel order ini, si produsen dalam negeri biasanya menjual barang tersebut di pasar retail dalam negeri dengan seizin dari si buyer yang mempunyai brand atau merek dari baju tersebut (biasanya dengan menggunting atau mencoret mereknya). Kesiapan Eksportir ► kualitas ► kuantitas ► ketepatan waktu Pencarian agen untuk perwakilan di AS ► memilih Pameran yang sesuai dengan produk dan tingkat konsumen yang disasar ► agen memerlukan Business License dari negara bagian dimana ia akan melakukan usahanya ► diperlukan pelatihan untuk persiapan mengikuti Pameran agar manfaat maksimal 29 Keikutsertaan Eksportir dalam Trade Show/ Pameran di AS ►membangun kepercayaan (menjadi pe-serta 3 tahun berturut-turut) ► membangun kepercayaan dengan para buyers/pembeli ► strategi pemasaran yang berkesinambungan Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 4.4. Rekomendasi 4.4.1 Rekomendasi untuk Pelaku Usaha yang ingin menembus pasar AS: Untuk melakukan audit internal usahanya dan menilai sejauh mana sudah siap untuk masuk ke pasar AS, terutama karena diperlukan produk yang cocok untuk ke 4 musimnya; musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Masingmasing musim memiliki ciri khas tersendiri antara lain, dalam hal pemilihan warna, desain, tekstur materi yang digunakan. Untuk memilih produknya dan Pameran Dagang mendaftarkan yang sesegera sesuai dengan mungkin (dapat menghubungi Atase Perdagangan di AS untuk mencari tahu Pameran Dagang yang diikuti sehingga dapat bekerjasama). Segmen pasar tergantung dari harga jual yang diinginkan oleh designer. Anjang tren yang paling bergengsi di AS adalah New York Fashion Week yang diadakan setahun dua kali yaitu di musim semi (bulan Maret) dan musim gugur (bulan September). Mempersiapkan perwakilan atau menunjuk agen yang dapat memasarkan produk di AS dengan pengetahuan produk, visi misi dan lain lain. Selanjutnya agen produk dapat membangun kepercayaan dengan pembeli skala dunia dengan mengikuti Pameran Dagang minimum 3 tahun berturut-turut. Membangun relasi 30 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 yang baik dengan para pembeli dengan memberi info produk terbaru. Agen juga harus dapat mengembangkan jaringan dengan pembeli-pembeli dari department stores ternama lainnya. Mencari bentuk kerjasama yang memungkinkan pembuatan produk dilakukan didalam AS sehingga memudahkan faktor distribusi dan quality control dari produk berbasis budaya tersebut. Misalnya dengan desainer Tory Burch yang kerapkali mengeluarkan produk bernuansa etnik untuk musim semi dan musim panasnya. mencari peluang desainer AS yang tertarik menggunakan bahan baku dari Indonesia. Online/E-Commerce: tidak dipungkiri jika ingin berkompetisi dan merebut pasar, maka setiap perusahaan harus menyediakan jasa online commerce. Menurut data dari Forrester Reseach, pada tahun 2017, penjualan online akan menembus angka US$ 370 milyar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi tiap tahunnya. 31 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 4.4.2 Rekomendasi Rekomendasi untuk Pemerintah melalui empat Kementerian terkait; Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM. bagaimana berbagi peran, baik di dalam maupun di luar negeri supaya tidak terjadi tumpang-tindih; kejelasan dalam pembuatan kriteria pemilihan Usaha Kecil Menengah atau Fashion Desainer yang dapat diajak kerjasama dan memiliki potensi; bantuan dana untuk ikut pameran di dalam dan di luar negeri. Seringkali dirasakan bahwa tidak cukup hanya terbatas pada pembiayaan stand di pameran, karena biaya hotel dan 32 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 tiket pesawat ke mancanegara yang cukup mahal, terutama bagi pengusaha kecil dan menengah; diperlukannya sistim belajar dari kelompok pengusaha yang sudah berhasil memasarkan produknya di luar negeri. Lebih agresif menciptakan brand “negara” dan brand “produk”. Pemerintah dapat memulai membentuk citra positif mengenai Indonesia akan yang tektil budaya, kaya berbasis kemudian bekerjasama dengan department store yang besar membuat tematema yang menarik minat pasar. Hal ini dilakukan oleh Brazil melalui kampanye “Brasil: A Magical Journey” dengan Macy’s Dept.Store. 33 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 Beberapa produk yang ditampilkan selama sebulan di Macy’s adalah handbags, shoes, fashion jewelry and scarves by Carlos Falchi; footwear, handbags, fashion jewelry and apparel by Rachel Roy + Seu Jorge; Neon; Cecilia Prado; “Hermanny” by Paula Hermanny; Brazilian swim manufacturers Sauipe, Despi and ANK; and beauty brands Natura and Phebo. Francisco Costa for Calvin Klein yang membuat baju berdasar inspirasi Brazilian architecture. Kampanye ini berhasil meningkatkan citra Brazil dan meningkatkan brand produk buatan Brazil di A.S. V. KESIMPULAN DAN SARAN Para pelaku bisnis fashion yang berbasis budaya Indonesia perlu meniru cara kerja atau sistim pemasaran para usahawan fashion yang telah berhasil menembus pasar global khususnya Amerika Serikat dengan produk-produk khas mereka, tanpa harus melakukan langkah tes pasar yang kemungkinan akan memakan waktu dan biaya. Salah satu contohnya adalah dengan menghubungi para grosir atau wholesaler yang ada di AS atau mengikuti pameran dagang yang khusus memamerkan produk yang sesuai dengan barang yang diproduksi. Beberapa merek produk fashion berbasis budaya Indonesia yang telah berhasil menembus pasar dunia, khususnya Amerika Serikat, adalah kain rancangan Obin, Exquisite Balinese Batik by Mirah Zriya, merek garmen Mama & Leon, dan merek tas Mimsy, dan banyak merek lainnya yang tidak disinggung dalam market brief ini. Untuk merek produk 34 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 TorajaMelo yang baru mulai menyeruak tingkat internasional diperlukan persiapan internal serta dukungan dari pihak lain seperti pemerintah yang lebih intensif untuk dapat sukses di pasaran global. Keikutsertaan dalam acara Pameran Dagang adalah salah satu strategi menembus pasar AS. Untuk itu, dibutuhkan persiapan internal, program mentoring yang berkesinambungan serta pemilihan Pameran Dagang yang sesuai dengan kategori konsumen yang menjadi sasaran pasar. Pelatihan untuk memupuk jumlah agen produk fashion berbasis budaya Indonesia adalah salah satu peluang yang perlu dimanfaatkan karena banyak pembeli skala besar yang datang ke Pameran Dagang menginginkan adanya agen untuk mempermudah komunikasi dan penyelesaian masalah apabila terjadi kesalahpahaman antara eksportir dengan pembeli skala besar. SARAN 1. Kebutuhan akan adanya data dalam bentuk digital sangat diperlukan untuk memudahkan akses kepada para eksportir produk fashion Indonesia ke AS, dimana semua informasi dapat diunduh secara online. Oleh karena itu, website yang ramah pengguna dalam mengakses info dan berkontak dengan para produsen merupakan salah satu upaya penting. 35 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 2. Kebutuhan akan adanya agen produk fashion Indonesia untuk dapat memasarkan produk di AS. Untuk ini dibutuhkan pendampingan dari Atase Perdagangan Kantor Perwakilan Republik Indonesia di AS. 3. Kontak kepada masyarakat Indonesia yang juga telah mempunyai usaha menjual produk-produk fashion berbasis budaya di AS yang tersebar dibeberapa kota dan negara bagian AS, contohnya Novi Paluch yang memiliki toko Sasmita batik di kota Buffalo, New York. Sasmita Batik menjual barang-barang handmade dari Indonesia, Thailand, Singapura, Kamboja, termasuk perhiasan, gaun, ukiran, tas, syal, taplak meja, topi, permadani, bed cover, dan beberapa permainan tradisional seperti Congklok. Perhiasan terbuat dari kayu daur ulang dan kulit. Atau dari akar kelapa dan bamboo. Gaun Batik sebagian besar dicampur dengan kain katun, dengan harga jual mulai dari US$ 2 sampai US$ 150. Novi juga aktif mengikuti local trade show dan fashion show. https://www.facebook.com/SasmitaBatikIndonesia?fref=ts 36 Atase Perdagangan Washington DC – Desember 2013 37