PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan kanker yang banyak menyerang wanita. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada tahun 2004, kanker payudara termasuk dalam 10 penyebab kematian tertinggi pada wanita dewasa secara global dan umumnya menyerang wanita berusia 20–59 tahun. Pada tahun 2008, sebanyak 460000 wanita meninggal dunia karena terserang kanker payudara. Salah satu terapi penyembuhan kanker payudara adalah dengan kemoterapi. Terapi penyembuhan ini tidak spesifik untuk kanker payudara. Efek samping yang ditimbulkan kemoterapi antara lain mual, kerontokan rambut, serta hilangnya nafsu makan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan yang dapat membunuh sel kanker payudara secara spesifik dan mengurangi efek samping dari penggunaan obat tersebut. Berbagai upaya penyembuhan dilakukan melalui pengobatan herbal dan salah satunya adalah penggunaan propolis (Syamsudin et al. 2010). Propolis merupakan resin yang dihasilkan lebah madu yang merupakan salah satu komponen dalam pembentukan sarang lebah madu. Propolis banyak digunakan sebagai antibakteri, antivirus, antifungi, antimikroba, dan antitumor. Kandungan senyawa kimia dalam propolis efektif sebagai antitumor atau antikanker. Penelitian Syamsudin et al. (2010), menyatakan bahwa ekstrak etil asetat propolis asal Batang, Jawa Tengah, mampu menghambat pertumbuhan kanker dan induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7, dengan nilai IC50 47.45 µg mL-1. Lotfy (2006) menyatakan bahwa kandungan senyawa kimia propolis yaitu PM-3 (3-[2-dimetil-8-(3-metil2-butenil)benzopiran]-6-asam propenoat) yang diisolasi dari propolis asal Brazil, dapat menghambat pertumbuhan dari sel kanker payudara MCF-7. Efek ini berasosiasi dengan penghambatan pertumbuhan sel kanker pada siklus selnya dan induksi apoptosis. Perlakuan PM-3 yang diberikan pada MCF-7 menahan pertumbuhan sel pada fase G1 sehingga terjadi penurunan level protein cyclin C dan cyclin E. Senyawa PM-3 juga menghambat ekspresi protein cyclin D pada tingkat transkripsi, hal ini terlihat pada pengujian di promotor cyclin D1 asay luciferase. Induksi apoptosis oleh PM-3 terlihat setelah MCF-7 diinkubasi selama 48 jam, ditandai dengan penurunan level protein reseptor dan inhibisi elemen respon estrogen. Berdasarkan beberapa penelitian, ekstrak propolis berpotensi sebagai antikanker, namun propolis memiliki tingkat kelarutan yang rendah dalam air. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kelarutannya di dalam air, propolis dikemas dalam bentuk nanopartikel. Luas permukaan propolis dalam bentuk nanopartikel akan meningkat, sehingga kelarutannya akan meningkat. Jika kelarutan propolis dalam air semakin baik, maka propolis diharapkan dapat lebih efektif dalam menghambat proliferasi (pembelahan) sel kanker payudara, serta akan lebih mudah dalam melewati membran sel. Efektivitas nanopropolis dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara belum diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian lebih lanjut potensi nanopropolis untuk pengobatan kanker payudara. Salah satu model sel kanker yang dapat digunakan dalam pengujian obat terapi kanker payudara yaitu sel MCF-7 (Michigan Cancer Foundation-7). Sel MCF-7 sangat berguna dalam pembelajaran mengenai kanker payudara secara in vitro karena sel ini memiliki beberapa karakteristik khusus yang sesuai merujuk pada epitel payudara. Salah satu karakteristik khusus sel MCF-7 adalah kemampuan sel ini untuk membentuk estradiol dari estrogen melalui reseptor estrogen dalam sitoplasma sel. Hal ini membuat sel MCF-7 menjadi penerima estrogen (ER) positif dalam kontrol sel (Anonim 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas nanopropolis dalam mengambat proliferasi sel kanker payudara MCF-7. Hipotesis penelitian ini adalah nanopropolis dapat menghambat proliferasi sel kanker payudara MCF-7 lebih baik daripada ekstrak propolis (non nanopartikel). Diharapkan nanopropolis dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan kanker payudara dalam dunia farmasi dan kedokteran. TINJAUAN PUSTAKA Propolis Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pro” yang berarti sebelum atau pertahanan, dan “polis” yang berarti kota atau sarang lebah. Jadi, propolis berarti sistem pertahanan sarang lebah. Propolis sangat penting sebagai bahan pengisi pada retakan atau lubang pada struktur sarang lebah, oleh karena itu, propolis merupakan pertahanan bagi sarang lebah agar tetap kokoh. Propolis digunakan sebagai substansi pembalseman untuk melindungi musuh yang berhasil