Pemikiran sosiolog tentang Hukum Ramdani Wahyu Sururie [email protected] Emile Durheim (1858-1917) Lahir di Epinal pada tahun 1858, di suatu perkampungan kecil orang Yahudi di bagian Timur Prancis. Ayahnya seorang rabi demikian juga kakeknya. Jika ia mengikuti tradisi, kelak ia juga akan menjadi rabi. Namun karena pengaruh gurunya ia kemudian menjadi seorang Katolik tetapi ia kemudian menjadi orang yang tidak peduli dengan agama (agnostik). Setelah menamatkan pendidikannya, ia mulai mengajar di lycess (sekolah menengah atas) Paris. Kemudian melanjutkan studi-nya di Jerman. Emile Durheim (1858-1917) • Menurut Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial (social fact). Fakta sosial ialah cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. • Fakta sosial bersifat eksternal. Ia mencontohkan, norrmanorma dan sistem moneter. Lalu ia menegaskan bahwa ini benar-benar berada di luar individu; Emile Durheim (1858-1917) • Fakta sosial itu memaksa individu, membimbing dan mendorong dengan cara tertentu yang dipengaruhi oleh pelbagai tipe fakta sosial yang ada dalam lingkungannya; • Fakta sosial itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam masyarakat. Contoh ?....... Emile Durheim (1858-1917) • Gagasannya tentang hukum baru dapat dilihat ketika ia menjelaskan fakta sosial dalam bukunya The Division of Labour in Society. Dalam bukunya ini ia menekankan pentingnya pembagian kerja dalam masyarakat karena dengan adanya pembagian kerja akan meningkatkan solidaritas. Solidaritas akan membentuk sanksi hukum Emile Durheim (1858-1917) • Di dalam masyarakat ada dua bentuk solidaritas, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik • Solidaritas mekanik terdapat dalam masyarakat dengan ciriciri; pembagian kerja rendah, kesadaran kolektif kuat, hukum refresif dominan, individualitas rendah, keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang dan bersifat primitif Emile Durheim (1858-1917) • Sedangkan ciri masyarakat yang memiliki solidaritas organik ialah pembagian kerja tinggi, kesadaran kolektif lemah, hukum restitutif dominan, individualitas tinggi, badan-badan hukum yang memberi hukuman dan bersifat industrial-perkotaan. • 3 sks = 510 menit = 8,5 jam/minggu x 18 = Max Weber (1864-1920) • lahir di Erfurt, Thuring tahun 1864, tetapi dibesarkan di Berlin. Keluarganya termasuk orang Protestan kelas menengah atas. Dan ayahnya seorang hakim di Erfurt. Pada usia 18 tahun Weber mulai mempelajari hukum di Universitas Heidelberg. Pada waktu itu ia kelihatannya memiliki identifikasi yang kuat terhadap ayahnya. Kemudian Weber meneruskan studi akademisnya di Berlin dan mulai membantu dalam pengadilan hukum. Setelah lulus ia mengajar di Universitas Berlin. Max Weber (1864-1920) • Pandangannya tentang hukum merupakan kelanjutan dari teori tindakan sosial. • Menurut Weber sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tindakan sosial. Suatu tindakan adalah prilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan prilaku orang lain dan berorientasi pada prilaku orang lain. Weber, Theory of Social and Economic Organization. Diterjemahkan dari judul asli “Wirtschaft und Gesellschaft oleh A.R. Henderson dan Talcott Parson. New York: The Free Press, hal. 88. Max Weber (1864-1920) • Weber ingin sekali menegaskan bahwa cita-cita hukum untuk mengatur ketertiban sosial harus benar-benar dilandasi oleh norma-norma yang dapat diterima oleh masyarakat. Atau dengan kata lain hukum yang bisa menjamin ketertiban sosial adalah hukum yang berdasarkan cita-cita masyarakat. Max Weber (1864-1920) • Pandangannya tentang hukum meru-pakan kelanjutan dari teori tindakan sosial. Tindakan sosial individu membentuk bangunan dasar untuk struktur sosial yang lebih besar. • Keteraturan sosial yang stabil dalam sebuah struktur sosial tergantung semata-mata pada keabsahan individu. Sebaliknya keteraturan sosial itu dida-sarkan pada penerimaan individu terhadap norma-norma atau peraturan yang men-dasari keteraturan tersebut sebagai sesuatu yang bisa diterima atau yang diinginkan. Norma-norma atau peraturan itu bisa berbentuk hukum. Max Weber (1864-1920) • Weber ingin sekali menegaskan bahwa cita-cita hukum untuk mengatur ketertiban sosial harus benar-benar dilandasi oleh norma-norma yang dapat diterima oleh masyarakat. Atau dengan kata lain hukum yang bisa menjamin ketertiban sosial adalah hukum yang berdasarkan cita-cita masyarakat. Max Weber (1864-1920) • Apa yang mendasari masyarakat mau menerima norma-norma atau peraturan yang mengatur ketertiban sosial ?. Weber menunjuk empat dasar legitimasi, yaitu karena tradisi, sifat emosional yang melegitimasi suatu model perbuatan untuk ditiru, kepercayaan rasional dan dibentuk oleh suatu cara yang diakui secara sah. Max Weber (1864-1920) • ketertiban sosial dapat diciptakan karena dilandasi oleh nilainilai yang sakral atau nilai yang dianut oleh orang yang terlibat dalam organisasi itu. Di dalam organisasi ada struktur dominasi yang mencerminkan terjadinya pola-pola dominasi antara kelompok dominan dengan kelompok yang tunduk pada dominasi itu. Pola-pola dominasi itu mencerminkan adanya struktur otoritas bukan struktur kekuasaan. Max Weber (1864-1920) • Ketertiban sosial dalam sebuah organisasi didasari oleh adanya otoritas. Jika pernyataan ini diterapkan ke dalam hukum maka akan berbunyi, hukum yang berwibawa dan hukum yang bisa menjamin ketertiban sosial adalah hukum yang diproduk oleh suatu struktur otoritas. Menurut Weber, otoritas itu dibagi menjadi tiga, yaitu: Pembagian Otoriitas A. Otoritas tradisional Ciri otoritas tradisional adalah kepercayaan yang mapan terhadap kekudusan tradisi zaman dulu. Alasan utama seseo-rang taat pada struktur otoritas karena melekat pada diri orang yang memiliki otoritas itu. Kepatuhan di dasarkan atas kesetiaan pribadi kepada pemimpinnya dan sebaliknya para pemimpin itu berkewajiban untuk memperhatikan mereka. Hukum dapat berjalan efektif jika dalam diri seorang pemimpin melekat otoritas tradisional; B. Otoritas karismatik Otoritas ini didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki pemimpin sebagai pribadi. Istilah harisma lebih menunjukkan adanya suatu daya tarik dalam pribadi seseorang pemimpin. Daya tarik itu menjadi daya pikat bagi para pengikutnya. Otoritas semacam ini diberikan kepada mereka sebagai pemimpinpemimpin agama. C. Otoritas legal rasional. Orang yang melaksanakan orotitas legal rasional adalah orang yang memiliki posisi sosial yang menurut peraturan yang sah dia pantas memiliki otoritas itu. Bawahan tunduk pada otoritas ini karena posisi sosial yang mereka miliki itu didefinisikan menurut peraturan sebagai yang harus tunduk pada atasan. • Tiga macam bentuk otoritas ini pada lembaga-lembaga atau organisasi modern banyak menggunakan otoritas legal rasional. Jika hukum dihubungkan dengan otoritas legal formal, maka hukum yang efektif, hukum yang absah, hukum yang mencerminkan kehendak dan cita-cita masyarakat adalah hukum yang dibuat oleh otoritas rasional itu. Hukum • Dalam karya lainnya yang berjudul “economiy and society” Weber memberi perhatian tentang hukum, paling tidak di dalam definisi hukum, tipologi hukum, serta hukum dan kapitalisme. • Definisi hukum “an order will be called law if it is externally quaranteed by the probability that coercion (physical or psychological) to bring about conformity or change violation will be apllied by a staff of people holding themselves specially ready for the purpose.”