10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Return Pasar
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003:107).
Menurut Tandelilin (2001:47) return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return pasar adalah
tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi pada seluruh saham yang ada
di bursa, contohnya pada Bursa Efek Indonesia akan terlihat selisih nilai IHSG
pada periode t dengan satu periode waktu sebelumnya terhadap IHSG pada satu
periode sebelumnya.
2.1.2 Indeks Harga Saham
Darmadji dan Fakhruddin (2001) dalam Sayang Adnyani (2003:19)
mengatakan bahwa indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan
pergerakan harga saham. Indeks harga saham diharapkan memiliki lima fungsi
yaitu sebagai indikator trend pasar, sebagai indikator tingkat keuntungan, sebagai
tolok ukur kinerja suatu portofolio, memfasilitasi pembentukan portofolio dengan
strategi pasif, dan memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Indeks harga saham menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah
pasar sedang aktif atau lesu. Pergerakan indeks harga saham menjadi indikator
yang sangat penting bagi investor untuk menentukan keputusan menjual,
menahan, atau membeli suatu atau beberapa saham. Harga saham bergerak dalam
10
hitungan detik dan menit sehingga nilai indeks harga saham pun bergerak turun
dan naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki tujuh jenis indeks harga saham, yaitu:
1)
Indeks Harga Saham Individual, menggunakan indeks harga masingmasing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing
saham yang tercatat di BEI.
2)
Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang
termasuk dalam masing-masing sektor keuangan, pertambangan, dan
lain-lain.
3)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham
yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
4)
Indeks LQ45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan dengan
mengacu kepada dua variabel yaitu likuiditas perdagangan dan
kapitalisasi pasar.
5)
Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), yaitu i9ndeks yang
terdiri dari 30 saham yang mengakomodasi syariat investasi dalam
islam, atau indeks yang berdasarkan syariah islam.
6)
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks harga
saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang
tercatat di BEI yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan.
7)
Indeks KOMPAS 100, merupakan indeks harga saham hasil kerjasama
BEI dengan harian Kompas.
11
Penelitian ini menggunakan data Indeks Harga Saham Gabungan. IHSG
dianggap sebagai indeks yang paling mewakili pergerakan harga saham di BEI
karena menggunakan seluruh saham yang tercatat di BEI dalam penghitungan
indeksnya. Seperti penghitungan indeks harga saham di bursa lainnya, Indeks BEI
adalah indeks yang menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market
value weighted average index).
2.1.3 Anomali Pasar
Anomali merupakan pengecualian atas suatu model. Anomali pasar berarti
penyimpangan atau ketidak-konsistenan terhdap hipotesis pasar modal efisien.
Anomali pasar menunjukkan suatu fenomena yang terjadi berulang-ulang dan
secara konsisten menyimpang dari kondisi pasar yang efisien secara informasi.
Jones (2004:327) mendefinisikan anomali pasar sebagai teknik yang bertentangan
dengan efisiensi pasar atau penolakan terhaap efisiensi pasar.
Jones (2004:330) menyebutkan ada beberapa anomali yang mendapat banyak
perhatian yaitu:
1) Anomali karena strategi Price Earning Ratio (PER) rendah (low P/E
Ratio)
Anomali ini terjadi saat investor menggunakan strategi membeli sekuritas
dengan PER rendah dan berhasil mendapatkan abnormal return dari
strategi tersebut.
2) Anomali ukuran perusahaan (The Size Effect)
Anomali ini terjadi ketika perusahaan-peruahaan kecil yang terdaftar di
bursa saham mampu memberikan return yang lebih besar dibandingkan
12
dengan return yang lebih besar dibandingkan dengan return yang
diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar.
3) Anomali efek kalender
Anomali efek kalender terjadi karena waktu tertentu menghasilkan return
yang lebih tinggi secara sistematis dan konsisten dibandingkan waktu yang
lain. Bentuk anomali ini adalah efek waktu dalam hari (time of the day
effect), efek hari dalam minggu (day of the week effect), dan efek bulan
dalam tahun (month of the year effect). Monday Effect merupakan salah
satu bentuk dari anomali ini.
Gumanti (2004:22) menyebutkan empat macam anomali pasar dalam teori
keuangan. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomaly),
anomali musiman (seasonal anomaly), anomali peristiwa (event anomaly), dan
anomali akuntansi (accounting anomaly). Bodie, Kane dan Marcus (2002:360)
menyebutkan beberapa jenis anomali lainnya yaitu The small firm in January
Effect, The Neglected Firm Effect and Liquidity Effect, Book to Market Ratio
Effect,dan Reversal Effect.
Monday effect merupakan salah satu bentuk anomali kalender. Sumiyana
(2007) menyebutkan bahwa penelitian mengenai Monday Effect pertama kali
dilakukan oleh Kelly pada tahun 1931. Setelah itu muncul berbagai penelitian
dengan menggunakan berbagai periode waktu dan berbagai indeks return yang
berbeda.
Penelitian mengenai Monday Effect di Indonesia pernah dilakukan oleh Dwi
Cahyaningdyah (2004) dan Antariksa Budileksmana (2005). Penelitian tersebut
13
mengindikasikan adanya gejala Monday Effect di Bursa Efek Jakarta akan tetapi
kemunculannya tidak konsisten dari tahun ke tahun.
Rystorm dan Benson (1989) dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumiyana
(2007) menyatakan bahwa Monday Effect lebih banyak disebabkan oleh
psikologis para investor. Para pemegang saham cenderung merasa tidak
bersemangat di hari Senin, karena hari Senin adalah hari yang mengawali hari
kerja panjang selama seminggu. Akibat dari hal tersebut adalah para investor
merasa pesimis terhadap saham yang dipegangnya dalam bandingannya dengan
hari lain. Investor cenderung merasa lebih tepat untuk menjual dengan harga yang
rendah pada hari Senin dibandingkan dengan memegang saham tersebut untuk
dijual
kembali
pada
hari
perdagangan
berikutnya.
Kecenderungan
ini
mengakibatkan terjadi return negatif untuk periode perdagangan hari Senin.
Rogalski dalam Sumiyana (2007) menyatakan bahwa Monday Effect tidak
disebabkan oleh psikologis para investor, tetapi disebabkan adanya periode
nontrading akhir minggu yang cukup panjang.
2.1.4 Bentuk-bentuk Pasar Efisien Secara Informasional
Fama dalam Jogiyanto (2003:371) menyajikan tiga macam bentuk utama dari
efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk informasi, yaitu informasi masa
lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat sebagai
berikut:
1) Efisiensi bentuk lemah (weak form). Pasar efisien dalam bentuk lemah
berarti semua informasi masa lalu akan tercermin dalam harga yang
terbentuk sekarang. Bentuk efisiensi pasar ini berkaitan dengan teori
14
langkah acak (random walk) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak
berhubungan dengan nilai sekarang sehingga informasi historis tersebut
tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa
depan karena sudah tercermin pada harga saat ini. Ini berarti bahwa untuk
pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan
informasi masa lalu untuk memperoleh abnormal return.
2) Efisiensi bentuk setengah kuat (semi strong form). Bentuk efisiensi pasar
yang lebih komprehensif yaitu informasi yang tersedia tidak hanya
mengenai data pasar tetapi juga informasi yang dipublikasikan termasuk
informasi yang berada dalam laporan keuangan emiten. Informasi yang
dipublikasikan dapat berupa:
a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya memengaruhi harga
sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi
tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi
dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini
biasanya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan
emiten
(corporate
pengumuman
laba,
event).
Contoh
pengumuman
informasi
pembagian
ini
adalah
dividen,
dan
sebagainya.
b. Informasi yang dipubliksikan yang memengaruhi harga-harga
sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini
dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang
hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan yang
15
terkena regulasi tersebut, misalnya regulasi untuk meningkatkan
kebutuhan cadangan (reserved requirement) oleh semua bank.
Informasi ini akan memengaruhi secara langsung harga sekuritas
tidak hanya sebuah bank, tetapi mungkin semua emiten dalam
indutri perbankan.
c. Informasi yang dipublikasikan yang memengaruhi harga-harga
sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal.
Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan
regulator
yang
berdampak
ke
semua
perusahaan
emiten.
Contohnya adalah peraturan akuntansi untuk mencantumkan
laporan aliran kas yang harus dilakukan semua perusahaan.
Regulasi ini akan berdampak pada harga sekuritas tidak hanya
sebuah perusahaan, tapi mungkin juga semua perusahaan.
d. Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat membuat para investor
tidak akan memperoleh abnormal return dalam jangka waktu yang
lama jika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh
informasi yang telah dipublikasikan.
3) Efisiensi bentuk kuat (strong form). Dalam efisiensi pasar bentuk kuat ini,
harga
saham
sepenuhnya
merefleksikan
semua
informasi
yang
dipublikasikan maupun private information. Pasar yang efisien dalam
bentuk kuat membuat tidak ada seorang investor pun bisa memperoleh
abnormal return karena mempunyai informasi privat.
16
Tujuan
pasar
efisien
dibagi
dalam
tiga
bentuk
adalah
untuk
mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar. Ketiga bentuk
pasar efisien ini saling berhubungan satu sama lainnya berupa tingkatan yang
kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan
bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat.
Gambar 2.1 Tingkatan kumulatif dari ketiga bentuk pasar efisien
Strong form
All information
Semistrong form
Public information
Weak form
Market data
Sumber: Jones (2004:317)
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa tingkatan kumulatif ini mempunyai implikasi
bahwa pasar efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk lemah.
Pasar efisien bentuk kuat adalah juga pasar efisien bentuk setengah kuat dan pasar
efisien bentuk lemah. Implikasi ini tidak berlaku sebaliknya yakni pasar efisien
bentuk lemah tidak berarti pasar efisien bentuk setengah kuat. Penelitian ini lebih
menekankan pada pasar efisien bentuk lemah.
2.1.5 Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Lemah
Pengujian efisiensi pasar bentuk lemah melibatkan pertanyaan apakah
informasi yang terkandung pada harga-harga sekuritas masa lalu yang berurutan
telah secara penuh mencerminkan harga sekarang. Hipotesis untuk menguji
17
bentuk lemah ini berhubungan dengan hipotesis langkah acak. Jika harga-harga
mengikuti pola langkah acak, maka perubahan harga dari waktu ke waktu sifatnya
adalah random yang independen. Ini berarti bahwa perubahan harga hari ini tidak
ada hubungannya dengan perubahan harga kemarin atau hari-hari sebelumnya.
Pengujian efisiensi pasar bentuk lemah dapat dilakukan dengan cara pengujian
statistik atau dengan cara pengujian menggunakan aturan-aturan perdagangan
teknis (technical trading rules). Pengujian secara statistik dapat dilakukan dengan
menguji independensi dari perubahan harga-harga sekuritas. Jika hasil pengujian
menunjukkan independensi harga-harga, maka implikasinya adalah investor tidak
dapat menggunakan nilai-nilai masa lalu dari variabel-variabel penduga seperti
misalnya harga, return, dividen, yield, atau tingkat suku bunga untuk menduga
return sekarang. Perubahan harga sekuritas dalam pasar efisien bentuk lemah,
adalah independen terhadap nilai masa lalu variabel penduga. Pengujian statistik
yang banyak dilakukan untuk menguji independensi adalah pengujian hubungan
variabel dengan menggunakan korelasi serial atau regresi linear dan run test.
Pengujian pasar efisien bentuk lemah dilakukan untuk menguji ada tidaknya
hubungan antara harga atau return sekuritas masa lalu dengan harga atau return
sekuritas masa sekarang atau masa mendatang. Hubungan linier antara dua
periode perubahan harga dapat diestimasi dengan menggunakan koefisien korelasi
atau dengan menggunakan teknik regresi. Jika perubahan harga antarperiode tidak
signifikan, yaitu menunjukkan adanya independensi harga sekuritas dari satu
periode ke periode lainnya, berarti suatu pasar modal dapat dikatakan sudah
efisien dalam bentuk lemah.
18
Tandelilin (2001:122) mengatakan bahwa koefisien korelasi cenderung sangat
dipengaruhi oleh data return yang bersifat ekstrim sehingga diperlukan suatu
alternatif analisis yang bias menghilangkan dampak dari data yang ekstrim
tersebut, yaitu dengan memberikan tanda pada perubahan harga. Teknik analisis
seperti ini tidak akan terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan harga yang
ekstrim. Analisis ini disebut analisis run. Pada analisis ini, perubahan harga
ditandai dengan tanda positif (+) bila terjadi kenaikan harga, tanda negative bila
terjadi penurunan, dan 0 bila tidak terjadi perubahan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji korelasi dan run test ini adalah
sering terdapat adanya indikasi hubungan yang positif antara return hari ini
dengan return masa lalu, meskipun secara rata-rata hubungan tersebut masih
bersifat sangat lemah. Kadangkala ditemukan juga adanya korelasi yang bersifat
negatif antara return sekarang dengan return yang lalu.
Pada pasar yang tidak efisien bentuk lemah, pergerakan return dari waktu ke
waktu dapat menunjukkan pola tertentu. Pola yang terjadi dapat berbentuk linier
atau cyclical, misalnya hasil penelitian French (1980) yang menunjukkan bahwa
return sekuritas mempunyai pola siklikal dengan return terendah terjadi pada hari
Senin. Jika pola seperti ini terjadi, investor dapat menggunakannya sebagai
strategi untuk mendapatkan abnormal return.
2.1.6 Implikasi Pasar Modal Efisien Bentuk Lemah
1) Terhadap Analisis Teknikal
Keputusan investasi dalam analisis teknikal didasarkan pada data masa lalu
(seperti data harga saham dan volume penjualan saham) sebagai dasar untuk
19
mengestimasi harga saham di masa datang. Bagi para analis teknikal, data pasar
itu sudah mencukupi sebagai dasar dalam pembuatan keputusan investasi
sehingga tidak perlu lagi tergantung pada data laporan keuangan secara akuntani
ataupun melakukan analisis menyeluruh terhadap variabel ekonomi dan variabel
perusahaan yang tentunya memerlukan ketepatan dan waktu analisis data yang
lebih lama. Investor hanya perlu mengidentifikasi bagaimana kecenderungan
pergerakan harga saham dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk
mengambil tindakan menjual atau membeli saham untuk memanfaatkan waktu
penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh keuntungan.
Analisis teknikal juga memperhitungkan volume perdagangan. Hubungan
antara harga dan volume perdagangan dapat digunakan untuk mendeteksi
pergerakan harga saham. Peningkatan dalam volume perdagangan dan harga
menandakan para investor tertarik pada saham, dan rasa tertarik ini harus
dipertahankan. Sebaliknya, peningkatan harga yang diikuti oleh penurunan
volume perdagangan menandakan penurunan lanjutan dari harga saham.
Implikasi yang terjadi bila pasar efisien dalam bentuk lemah adalah analisis
teknikal tidak dapat dipergunakan lagi untuk memperoleh abnormal return karena
kinerja saham masa lalu tidak akan memengaruhi kinerja saham di masa datang.
Informasi mengenai harga dan volume perdagangan masa lalu tersedia dalam
harga yang minimum (murah) sehingga semua informasi akan terefleksi pada
harga saham. Persaingan antar investor menggunakan keahliannya dalam
menganalisis harga saham masa lalu akan menyebabkan harga saham terdorong
20
pada level dimana expected return akan sama dengan return pasar. Pada kondisi
ini, investor tidak akan memperoleh abnormal return.
2) Strategi Aktif dan Pasif
Bila dikaitkan dengan konsep pasar modal yang efisien, style investor dapat
dibagi menjadi dua yaitu active management style dan passive management style.
Active management style mendasarkan diri pada asumi 1) pasar modal melakukan
kesalahan dalam menentukan harga saham (mispriced), 2) para pemodal
berpendapat
bahwa
mereka
dapat
mengidentifikasi
mispriced
ini
dan
memanfaatkannya. Passive management style mendasarkan diri pada asumsi
bahwa 1) pasar modal tidak melakukan mispricing, 2) meskipun terjadi mispricing
para pemodal berpendapat mereka tidak bisa mengidentifikasi dan memanfaatkan
mispriced ini.
Investor yang percaya bahwa pasar dalam kondisi tidak efisien akan
menerapkan strategi perdagangan aktif. Tujuan strategi perdagangan aktif adalah
mencapai return saham yang melebihi return pasar. Investor akan berusaha
memperoleh hasil yang lebih tinggi dibanding return yang diperoleh investor
lainnya. Investor secara proaktif mencari tambahan informasi, meningkatkan
kemampuan dalam menganalisis informasi-informasi yang memengaruhi kinerja
saham, bahkan sering ada yang berani membayar mahal untuk jasa konsultasi
analis saham yang terbaik (Tandelilin, 2001:202). Untuk itu investor akan
melakukan analisis fundamental. Investor yang percaya adanya pola tertentu
dalam pergerakan harga saham akan melakukan analisis teknikal untuk
menentukan nilai intrinsik suatu saham. Investor akan mencari saham-saham yang
21
tidak mencerminkan nilai intrinsik yang sebenarnya, kemudian melakukan
penjualan atau pembelian saham tersebut untuk memperoleh abnormal return.
Investor yang percaya bahwa kondisi pasar dalam keadaan efisien, yaitu tidak
ada satu investor pun yang bisa memperoleh return di atas return pasar, akan
menerapkan strategi pasif. Investor percaya bahwa harga pasar yang terjadi adalah
harga yang mencerminkan nilai intrinsik saham tersebut. Investor tidak akan
berusaha secara aktif melakukan tindakan perdagangan saham yang dapat
menghasilkan abnormal return. Strategi pasif bisa juga diartikan sebagai tindakan
investor dalam membentuk portofolio saham yang merupakan replikasi kinerja
indeks pasar. Tujuan strategi pasif adalah untuk mengikuti kinerja indeks pasar
sedekat mungkin.
Meskipun demikian tidak berarti dalam pasar modal yang efisien tidak perlu
dilakukan analisis saham. Keberadaan para analis sekuritas yang selalu mencari
informasi baru dan melakukan analisis terhadap informasi tersebut akan
membantu tercapainya pasar yang makin efisien. Kegiatan persaingan para analis
sekuritas tersebut justru mengakibatkan meningkatnya efisiensi pasar modal.
Investor tidak dapat memperoleh abnormal return secara konsisten dalam pasar
modal yang efisien. Tingkat keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk
menutup risiko yang ditanggung sehingga analisis dilakukan untuk memilih
saham yang sesuai dengan karakteristik investor (mialnya risiko, pola pembayaran
dividen, status pajak).
22
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang menjadi pedoman penulisan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Pramitha Rahayu (2007) dengan judul
“Pengaruh Monthly Effect Terhadap Return Pasar (Suatu Pengujian
Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah di Bursa Efek Jakarta). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Monthly Effect di BEJ dengan
menggunakan data IHSG harian tahun 2003 sampai dengan kuartal
pertama 2007. Analisis statistik yang digunakan adalah independent
sample t-test dan uji t pada analisis regresi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hari perdagangan pada awal bulan tidak berpengaruh
signifikan terhadap return pasar di Bursa Efek Jakarta.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada bentuk
anomali yang diteliti dan periode pengamatan yang lebih pendek yaitu
4,25 tahun. Persamaannya, variabel dependen dari persamaan regresi yang
digunakan untuk pengujian hipotesis adalah return harian dari indeks
pasar yang dihitung dengan rumus Rmt = (IHSGt – IHSGt-1)/ IHSGt-1
dimana IHSGt adalah nilai IHSG saat t.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Antariksa Budileksmana (2005) dengan
judul “Fenomena The Monday Effect di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini
menggunkan empat hipotesis. Hipotesis pertama, return di BEJ pada hari
Senin berbeda dengan return pada hari lainnya. Hipotesis kedua, return
yang terendah pada hari Senin di BEJ terkonsentrasi pada dua minggu
23
terakhir setiap bulannya. Hipotesis ketiga adalah return pada hari Senin di
BEJ dipengaruhi oleh terjadinya return pada hari Jumat sebelumnya.
Ketiga analisis ini diuji dengan menggunakan analisis regresi. Hasil
pengujian hipotesis pertama adalah terdapat return hari Senin yang negatif
secara signifikan, sedangkan koefisien untuk hari lain adalah positif. Ini
membuktikan adanya gejala The Monday Effect di BEJ selama periode
sampel 1999-2004. Hasil pengujian terhadap hipoteis kedua disimpulkan
bahwa hari Senin minggu kedua mempunyai return paling rendah secara
signifikan dibandingkan dengan return pada hari Senin minggu-minggu
lainnya.
Hasil penelitian terhadap hipotesis ketiga menunjukkan bahwa return
pasar di BEJ pada hari Senin tidak random dan dapat diprediksi secara
sistematis berdasarkan kondisi hari Jumat minggu sebelumnya. Hipotesis
keempat yang diajukan adalah koefisien dalam hubungan struktural tidak
sama sepanjang waktu pengamatan. Untuk melihat stabilitas mengenai
gejala The Monday Effect di BEJ daari tahun ke tahun maka pengujian
stabilitas data menggunakan Chow Test dilakukan dengan menentukan
breakpoint pada setiap awal tahun. Hasil pengujian adalah tidak terdapat
stabilitas munculnya gejala The Monday Effect di BEJ dari tahun ke tahun
selama periode pengamatan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
periode pengamatan. Penelitian ini tidak menguji stabilitas gejala The
Monday Effect. Persamaannya, variabel dependen dari persamaan regresi
24
yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah return harian dari indeks
pasar yang dihitung dengan rumus Rmt=(IHSGt–IHSGt-1)/ IHSGt-1 dimana
IHSGt adalah nilai IHSG saat hari t.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Cahyaningdyah (2005) dengan judul
“Analisis Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian
Week-Four effect dan Rogalski effect di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini
menguji pengaruh hari perdagangan terhadap return saham dan fenomenafenomena yang berkaitan, khususnya Monday Effect. Pengujian yang
dilakukan adalah pengujian Week-Four Effect yaitu menguji apakah
Monday Effect hanya digerakkan oleh adanya return Senin yang negatif
pada minggu keempat dan kelima setiap bulannya. Dilakukan juga
pengujian pengaruh return Jumat yang negatif (bad Friday) terhadap
Monday Effect serta pengujian Rogalski Effect.
Hasil pengujian menunjukkan terjadi fenomena Day of The Week Effect di
BEJ. Return terendah terjadi pada hari Senin (Monday Effect) dan return
tertinggi pada hari Jumat (Weekend Effect). Pada periode penelitian yaitu
tahun 2001-2003, fenomena Week-Four Effect tidak teridentifikasi
sehingga Monday Effect tidak hanya digerakkan oleh return Senin yang
negatif di minggu keempat dan kelima. Secara keseluruhan juga tidak ada
perbedaan antara return Jumat yang negatif dan return Jumat yang positif
dalam menggerakkan terjadinya Monday Effect. Rogalski Effect ditemukan
terjadi pada bulan April berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan di
BEJ.
25
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini khusus menguji mengenai Monday Effect saja. Selain itu, penelitian
sebelumnya menggunakan data return 73 saham selama periode 20012003.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Recep Bildik (1999) dengan judul “Day of
The Week Effect in Turkish Stock and Money Market”. Penelitian ini
mencoba menguji keberadaan Day of The Week Effect di pasar modal dan
pasar uang Turki. Data yang digunakan untuk pengujian Day of The Week
Effect pasar modal Turki adalah ISE 100 periode 4 Januari 1988 sampai
dengan 15 Januari 1999, sedangkan untuk pasar uang, periode yang
digunakan adalah 1 Januari 1990 sampai dengan 15 Januari 1999 dengan
menggunakan data tingkat suku bunga rata-rata harian pada Interbank
Money Market of The Central Bank of Turkey. Teknik analisis data yang
digunakan adalah F-test yang diaplikasikan menggunakan variabel
dummy, tes nonparametrik Kurskal Wallis untuk pengujian perubahannya,
dan Levene test untuk pengujian varians. Penelitian ini juga menggunakan
t-test dan tes nonparametrik Mann-Whitney serta Levene Test untuk
membandingkan perubahan rata-rata dan varians tingkat suku bunga tiap
hari.
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya Day of The Week Effect dengan
pola return negatif pada hari perdagangan Senin hingga Selasa, dan return
positif pada hari perdagangan Rabu hingga Jumat.
26
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini khusus menguji fenomena Monday Effect di pasar modal Indonesia dan
tidak menguji pasar uangnya. Selain itu, periode pengamatannya pun
berbeda.
5) Penelitian yang dilakukan oleh Hasan Aly, Seyed Mehdian, dan Mark J.
Perry (2004) dengan judul “An Analysis of Day of The Week Effect in The
Egyptian Stock Market”. Penelitian ini dilakukan di pasar modal Mesir
dengan menggunakan data Capital Market Authority Index (CMA) periode
tahun 1998-2001. Hasil dari penelitian ini adalah return pasar pada hari
perdagangan Senin bernilai positif dan signifikan secara rata-rata akan
tetapi tidak berbeda secara signifikan dengan return hari perdagangan
lainnya. Hasil ini mengindikasikan bahwa pasar modal Mesir adalah
efisien dalam bentuk lemah. Hasil ini mungkin saja disebabkan karena
pada pasar modal Mesir, saham-saham yang diperdagangkan tidak terlalu
banyak yang bersifat aktif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini hanya menguji keberadaan Monday effect saja. Penelitian sebelumnya
berlokasi di pasar Egyptian Stock Market sedangkan penelitian ini
berlokasi di Bursa Efek Indonesia.
27
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1) Hari-hari perdagangan saham berpengaruh signifikan terhadap return
pasar di Bursa Efek Indonesia
2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata return pasar pada
hari perdagangan saham Senin dengan hari-hari perdagangan saham
lainnya di Bursa Efek Indonesia
28
Download