BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Return Pasar Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003:107). Menurut Tandelilin (2001:47) return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return pasar adalah tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi pada seluruh saham yang ada di bursa, contohnya pada Bursa Efek Indonesia akan terlihat selisih nilai IHSG pada periode t dengan satu periode waktu sebelumnya terhadap IHSG pada satu periode sebelumnya. 2.1.2 Indeks Harga Saham Darmadji dan Fakhruddin (2001) dalam Sayang Adnyani (2003:19) mengatakan bahwa indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham diharapkan memiliki lima fungsi yaitu sebagai indikator trend pasar, sebagai indikator tingkat keuntungan, sebagai tolok ukur kinerja suatu portofolio, memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, dan memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Indeks harga saham menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Pergerakan indeks harga saham menjadi indikator yang sangat penting bagi investor untuk menentukan keputusan menjual, menahan, atau membeli suatu atau beberapa saham. Harga saham bergerak dalam 10 hitungan detik dan menit sehingga nilai indeks harga saham pun bergerak turun dan naik dalam hitungan waktu yang cepat pula. Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki tujuh jenis indeks harga saham, yaitu: 1) Indeks Harga Saham Individual, menggunakan indeks harga masingmasing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. 2) Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. 3) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. 4) Indeks LQ45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan dengan mengacu kepada dua variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. 5) Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), yaitu i9ndeks yang terdiri dari 30 saham yang mengakomodasi syariat investasi dalam islam, atau indeks yang berdasarkan syariah islam. 6) Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan. 7) Indeks KOMPAS 100, merupakan indeks harga saham hasil kerjasama BEI dengan harian Kompas. 11 Penelitian ini menggunakan data Indeks Harga Saham Gabungan. IHSG dianggap sebagai indeks yang paling mewakili pergerakan harga saham di BEI karena menggunakan seluruh saham yang tercatat di BEI dalam penghitungan indeksnya. Seperti penghitungan indeks harga saham di bursa lainnya, Indeks BEI adalah indeks yang menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average index). 2.1.3 Anomali Pasar Anomali merupakan pengecualian atas suatu model. Anomali pasar berarti penyimpangan atau ketidak-konsistenan terhdap hipotesis pasar modal efisien. Anomali pasar menunjukkan suatu fenomena yang terjadi berulang-ulang dan secara konsisten menyimpang dari kondisi pasar yang efisien secara informasi. Jones (2004:327) mendefinisikan anomali pasar sebagai teknik yang bertentangan dengan efisiensi pasar atau penolakan terhaap efisiensi pasar. Jones (2004:330) menyebutkan ada beberapa anomali yang mendapat banyak perhatian yaitu: 1) Anomali karena strategi Price Earning Ratio (PER) rendah (low P/E Ratio) Anomali ini terjadi saat investor menggunakan strategi membeli sekuritas dengan PER rendah dan berhasil mendapatkan abnormal return dari strategi tersebut. 2) Anomali ukuran perusahaan (The Size Effect) Anomali ini terjadi ketika perusahaan-peruahaan kecil yang terdaftar di bursa saham mampu memberikan return yang lebih besar dibandingkan 12 dengan return yang lebih besar dibandingkan dengan return yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar. 3) Anomali efek kalender Anomali efek kalender terjadi karena waktu tertentu menghasilkan return yang lebih tinggi secara sistematis dan konsisten dibandingkan waktu yang lain. Bentuk anomali ini adalah efek waktu dalam hari (time of the day effect), efek hari dalam minggu (day of the week effect), dan efek bulan dalam tahun (month of the year effect). Monday Effect merupakan salah satu bentuk dari anomali ini. Gumanti (2004:22) menyebutkan empat macam anomali pasar dalam teori keuangan. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomaly), anomali musiman (seasonal anomaly), anomali peristiwa (event anomaly), dan anomali akuntansi (accounting anomaly). Bodie, Kane dan Marcus (2002:360) menyebutkan beberapa jenis anomali lainnya yaitu The small firm in January Effect, The Neglected Firm Effect and Liquidity Effect, Book to Market Ratio Effect,dan Reversal Effect. Monday effect merupakan salah satu bentuk anomali kalender. Sumiyana (2007) menyebutkan bahwa penelitian mengenai Monday Effect pertama kali dilakukan oleh Kelly pada tahun 1931. Setelah itu muncul berbagai penelitian dengan menggunakan berbagai periode waktu dan berbagai indeks return yang berbeda. Penelitian mengenai Monday Effect di Indonesia pernah dilakukan oleh Dwi Cahyaningdyah (2004) dan Antariksa Budileksmana (2005). Penelitian tersebut 13 mengindikasikan adanya gejala Monday Effect di Bursa Efek Jakarta akan tetapi kemunculannya tidak konsisten dari tahun ke tahun. Rystorm dan Benson (1989) dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumiyana (2007) menyatakan bahwa Monday Effect lebih banyak disebabkan oleh psikologis para investor. Para pemegang saham cenderung merasa tidak bersemangat di hari Senin, karena hari Senin adalah hari yang mengawali hari kerja panjang selama seminggu. Akibat dari hal tersebut adalah para investor merasa pesimis terhadap saham yang dipegangnya dalam bandingannya dengan hari lain. Investor cenderung merasa lebih tepat untuk menjual dengan harga yang rendah pada hari Senin dibandingkan dengan memegang saham tersebut untuk dijual kembali pada hari perdagangan berikutnya. Kecenderungan ini mengakibatkan terjadi return negatif untuk periode perdagangan hari Senin. Rogalski dalam Sumiyana (2007) menyatakan bahwa Monday Effect tidak disebabkan oleh psikologis para investor, tetapi disebabkan adanya periode nontrading akhir minggu yang cukup panjang. 2.1.4 Bentuk-bentuk Pasar Efisien Secara Informasional Fama dalam Jogiyanto (2003:371) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat sebagai berikut: 1) Efisiensi bentuk lemah (weak form). Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi masa lalu akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Bentuk efisiensi pasar ini berkaitan dengan teori 14 langkah acak (random walk) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang sehingga informasi historis tersebut tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa depan karena sudah tercermin pada harga saat ini. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk memperoleh abnormal return. 2) Efisiensi bentuk setengah kuat (semi strong form). Bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif yaitu informasi yang tersedia tidak hanya mengenai data pasar tetapi juga informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada dalam laporan keuangan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa: a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya memengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini biasanya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate pengumuman laba, event). Contoh pengumuman informasi pembagian ini adalah dividen, dan sebagainya. b. Informasi yang dipubliksikan yang memengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan yang 15 terkena regulasi tersebut, misalnya regulasi untuk meningkatkan kebutuhan cadangan (reserved requirement) oleh semua bank. Informasi ini akan memengaruhi secara langsung harga sekuritas tidak hanya sebuah bank, tetapi mungkin semua emiten dalam indutri perbankan. c. Informasi yang dipublikasikan yang memengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Contohnya adalah peraturan akuntansi untuk mencantumkan laporan aliran kas yang harus dilakukan semua perusahaan. Regulasi ini akan berdampak pada harga sekuritas tidak hanya sebuah perusahaan, tapi mungkin juga semua perusahaan. d. Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat membuat para investor tidak akan memperoleh abnormal return dalam jangka waktu yang lama jika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan. 3) Efisiensi bentuk kuat (strong form). Dalam efisiensi pasar bentuk kuat ini, harga saham sepenuhnya merefleksikan semua informasi yang dipublikasikan maupun private information. Pasar yang efisien dalam bentuk kuat membuat tidak ada seorang investor pun bisa memperoleh abnormal return karena mempunyai informasi privat. 16 Tujuan pasar efisien dibagi dalam tiga bentuk adalah untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar. Ketiga bentuk pasar efisien ini saling berhubungan satu sama lainnya berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Gambar 2.1 Tingkatan kumulatif dari ketiga bentuk pasar efisien Strong form All information Semistrong form Public information Weak form Market data Sumber: Jones (2004:317) Gambar 2.1 menjelaskan bahwa tingkatan kumulatif ini mempunyai implikasi bahwa pasar efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk kuat adalah juga pasar efisien bentuk setengah kuat dan pasar efisien bentuk lemah. Implikasi ini tidak berlaku sebaliknya yakni pasar efisien bentuk lemah tidak berarti pasar efisien bentuk setengah kuat. Penelitian ini lebih menekankan pada pasar efisien bentuk lemah. 2.1.5 Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Lemah Pengujian efisiensi pasar bentuk lemah melibatkan pertanyaan apakah informasi yang terkandung pada harga-harga sekuritas masa lalu yang berurutan telah secara penuh mencerminkan harga sekarang. Hipotesis untuk menguji 17 bentuk lemah ini berhubungan dengan hipotesis langkah acak. Jika harga-harga mengikuti pola langkah acak, maka perubahan harga dari waktu ke waktu sifatnya adalah random yang independen. Ini berarti bahwa perubahan harga hari ini tidak ada hubungannya dengan perubahan harga kemarin atau hari-hari sebelumnya. Pengujian efisiensi pasar bentuk lemah dapat dilakukan dengan cara pengujian statistik atau dengan cara pengujian menggunakan aturan-aturan perdagangan teknis (technical trading rules). Pengujian secara statistik dapat dilakukan dengan menguji independensi dari perubahan harga-harga sekuritas. Jika hasil pengujian menunjukkan independensi harga-harga, maka implikasinya adalah investor tidak dapat menggunakan nilai-nilai masa lalu dari variabel-variabel penduga seperti misalnya harga, return, dividen, yield, atau tingkat suku bunga untuk menduga return sekarang. Perubahan harga sekuritas dalam pasar efisien bentuk lemah, adalah independen terhadap nilai masa lalu variabel penduga. Pengujian statistik yang banyak dilakukan untuk menguji independensi adalah pengujian hubungan variabel dengan menggunakan korelasi serial atau regresi linear dan run test. Pengujian pasar efisien bentuk lemah dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara harga atau return sekuritas masa lalu dengan harga atau return sekuritas masa sekarang atau masa mendatang. Hubungan linier antara dua periode perubahan harga dapat diestimasi dengan menggunakan koefisien korelasi atau dengan menggunakan teknik regresi. Jika perubahan harga antarperiode tidak signifikan, yaitu menunjukkan adanya independensi harga sekuritas dari satu periode ke periode lainnya, berarti suatu pasar modal dapat dikatakan sudah efisien dalam bentuk lemah. 18 Tandelilin (2001:122) mengatakan bahwa koefisien korelasi cenderung sangat dipengaruhi oleh data return yang bersifat ekstrim sehingga diperlukan suatu alternatif analisis yang bias menghilangkan dampak dari data yang ekstrim tersebut, yaitu dengan memberikan tanda pada perubahan harga. Teknik analisis seperti ini tidak akan terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan harga yang ekstrim. Analisis ini disebut analisis run. Pada analisis ini, perubahan harga ditandai dengan tanda positif (+) bila terjadi kenaikan harga, tanda negative bila terjadi penurunan, dan 0 bila tidak terjadi perubahan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji korelasi dan run test ini adalah sering terdapat adanya indikasi hubungan yang positif antara return hari ini dengan return masa lalu, meskipun secara rata-rata hubungan tersebut masih bersifat sangat lemah. Kadangkala ditemukan juga adanya korelasi yang bersifat negatif antara return sekarang dengan return yang lalu. Pada pasar yang tidak efisien bentuk lemah, pergerakan return dari waktu ke waktu dapat menunjukkan pola tertentu. Pola yang terjadi dapat berbentuk linier atau cyclical, misalnya hasil penelitian French (1980) yang menunjukkan bahwa return sekuritas mempunyai pola siklikal dengan return terendah terjadi pada hari Senin. Jika pola seperti ini terjadi, investor dapat menggunakannya sebagai strategi untuk mendapatkan abnormal return. 2.1.6 Implikasi Pasar Modal Efisien Bentuk Lemah 1) Terhadap Analisis Teknikal Keputusan investasi dalam analisis teknikal didasarkan pada data masa lalu (seperti data harga saham dan volume penjualan saham) sebagai dasar untuk 19 mengestimasi harga saham di masa datang. Bagi para analis teknikal, data pasar itu sudah mencukupi sebagai dasar dalam pembuatan keputusan investasi sehingga tidak perlu lagi tergantung pada data laporan keuangan secara akuntani ataupun melakukan analisis menyeluruh terhadap variabel ekonomi dan variabel perusahaan yang tentunya memerlukan ketepatan dan waktu analisis data yang lebih lama. Investor hanya perlu mengidentifikasi bagaimana kecenderungan pergerakan harga saham dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan menjual atau membeli saham untuk memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh keuntungan. Analisis teknikal juga memperhitungkan volume perdagangan. Hubungan antara harga dan volume perdagangan dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan harga saham. Peningkatan dalam volume perdagangan dan harga menandakan para investor tertarik pada saham, dan rasa tertarik ini harus dipertahankan. Sebaliknya, peningkatan harga yang diikuti oleh penurunan volume perdagangan menandakan penurunan lanjutan dari harga saham. Implikasi yang terjadi bila pasar efisien dalam bentuk lemah adalah analisis teknikal tidak dapat dipergunakan lagi untuk memperoleh abnormal return karena kinerja saham masa lalu tidak akan memengaruhi kinerja saham di masa datang. Informasi mengenai harga dan volume perdagangan masa lalu tersedia dalam harga yang minimum (murah) sehingga semua informasi akan terefleksi pada harga saham. Persaingan antar investor menggunakan keahliannya dalam menganalisis harga saham masa lalu akan menyebabkan harga saham terdorong 20 pada level dimana expected return akan sama dengan return pasar. Pada kondisi ini, investor tidak akan memperoleh abnormal return. 2) Strategi Aktif dan Pasif Bila dikaitkan dengan konsep pasar modal yang efisien, style investor dapat dibagi menjadi dua yaitu active management style dan passive management style. Active management style mendasarkan diri pada asumi 1) pasar modal melakukan kesalahan dalam menentukan harga saham (mispriced), 2) para pemodal berpendapat bahwa mereka dapat mengidentifikasi mispriced ini dan memanfaatkannya. Passive management style mendasarkan diri pada asumsi bahwa 1) pasar modal tidak melakukan mispricing, 2) meskipun terjadi mispricing para pemodal berpendapat mereka tidak bisa mengidentifikasi dan memanfaatkan mispriced ini. Investor yang percaya bahwa pasar dalam kondisi tidak efisien akan menerapkan strategi perdagangan aktif. Tujuan strategi perdagangan aktif adalah mencapai return saham yang melebihi return pasar. Investor akan berusaha memperoleh hasil yang lebih tinggi dibanding return yang diperoleh investor lainnya. Investor secara proaktif mencari tambahan informasi, meningkatkan kemampuan dalam menganalisis informasi-informasi yang memengaruhi kinerja saham, bahkan sering ada yang berani membayar mahal untuk jasa konsultasi analis saham yang terbaik (Tandelilin, 2001:202). Untuk itu investor akan melakukan analisis fundamental. Investor yang percaya adanya pola tertentu dalam pergerakan harga saham akan melakukan analisis teknikal untuk menentukan nilai intrinsik suatu saham. Investor akan mencari saham-saham yang 21 tidak mencerminkan nilai intrinsik yang sebenarnya, kemudian melakukan penjualan atau pembelian saham tersebut untuk memperoleh abnormal return. Investor yang percaya bahwa kondisi pasar dalam keadaan efisien, yaitu tidak ada satu investor pun yang bisa memperoleh return di atas return pasar, akan menerapkan strategi pasif. Investor percaya bahwa harga pasar yang terjadi adalah harga yang mencerminkan nilai intrinsik saham tersebut. Investor tidak akan berusaha secara aktif melakukan tindakan perdagangan saham yang dapat menghasilkan abnormal return. Strategi pasif bisa juga diartikan sebagai tindakan investor dalam membentuk portofolio saham yang merupakan replikasi kinerja indeks pasar. Tujuan strategi pasif adalah untuk mengikuti kinerja indeks pasar sedekat mungkin. Meskipun demikian tidak berarti dalam pasar modal yang efisien tidak perlu dilakukan analisis saham. Keberadaan para analis sekuritas yang selalu mencari informasi baru dan melakukan analisis terhadap informasi tersebut akan membantu tercapainya pasar yang makin efisien. Kegiatan persaingan para analis sekuritas tersebut justru mengakibatkan meningkatnya efisiensi pasar modal. Investor tidak dapat memperoleh abnormal return secara konsisten dalam pasar modal yang efisien. Tingkat keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk menutup risiko yang ditanggung sehingga analisis dilakukan untuk memilih saham yang sesuai dengan karakteristik investor (mialnya risiko, pola pembayaran dividen, status pajak). 22 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya yang menjadi pedoman penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Penelitian yang dilakukan oleh Pramitha Rahayu (2007) dengan judul “Pengaruh Monthly Effect Terhadap Return Pasar (Suatu Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Monthly Effect di BEJ dengan menggunakan data IHSG harian tahun 2003 sampai dengan kuartal pertama 2007. Analisis statistik yang digunakan adalah independent sample t-test dan uji t pada analisis regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hari perdagangan pada awal bulan tidak berpengaruh signifikan terhadap return pasar di Bursa Efek Jakarta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada bentuk anomali yang diteliti dan periode pengamatan yang lebih pendek yaitu 4,25 tahun. Persamaannya, variabel dependen dari persamaan regresi yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah return harian dari indeks pasar yang dihitung dengan rumus Rmt = (IHSGt – IHSGt-1)/ IHSGt-1 dimana IHSGt adalah nilai IHSG saat t. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Antariksa Budileksmana (2005) dengan judul “Fenomena The Monday Effect di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini menggunkan empat hipotesis. Hipotesis pertama, return di BEJ pada hari Senin berbeda dengan return pada hari lainnya. Hipotesis kedua, return yang terendah pada hari Senin di BEJ terkonsentrasi pada dua minggu 23 terakhir setiap bulannya. Hipotesis ketiga adalah return pada hari Senin di BEJ dipengaruhi oleh terjadinya return pada hari Jumat sebelumnya. Ketiga analisis ini diuji dengan menggunakan analisis regresi. Hasil pengujian hipotesis pertama adalah terdapat return hari Senin yang negatif secara signifikan, sedangkan koefisien untuk hari lain adalah positif. Ini membuktikan adanya gejala The Monday Effect di BEJ selama periode sampel 1999-2004. Hasil pengujian terhadap hipoteis kedua disimpulkan bahwa hari Senin minggu kedua mempunyai return paling rendah secara signifikan dibandingkan dengan return pada hari Senin minggu-minggu lainnya. Hasil penelitian terhadap hipotesis ketiga menunjukkan bahwa return pasar di BEJ pada hari Senin tidak random dan dapat diprediksi secara sistematis berdasarkan kondisi hari Jumat minggu sebelumnya. Hipotesis keempat yang diajukan adalah koefisien dalam hubungan struktural tidak sama sepanjang waktu pengamatan. Untuk melihat stabilitas mengenai gejala The Monday Effect di BEJ daari tahun ke tahun maka pengujian stabilitas data menggunakan Chow Test dilakukan dengan menentukan breakpoint pada setiap awal tahun. Hasil pengujian adalah tidak terdapat stabilitas munculnya gejala The Monday Effect di BEJ dari tahun ke tahun selama periode pengamatan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada periode pengamatan. Penelitian ini tidak menguji stabilitas gejala The Monday Effect. Persamaannya, variabel dependen dari persamaan regresi 24 yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah return harian dari indeks pasar yang dihitung dengan rumus Rmt=(IHSGt–IHSGt-1)/ IHSGt-1 dimana IHSGt adalah nilai IHSG saat hari t. 3) Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Cahyaningdyah (2005) dengan judul “Analisis Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian Week-Four effect dan Rogalski effect di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini menguji pengaruh hari perdagangan terhadap return saham dan fenomenafenomena yang berkaitan, khususnya Monday Effect. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian Week-Four Effect yaitu menguji apakah Monday Effect hanya digerakkan oleh adanya return Senin yang negatif pada minggu keempat dan kelima setiap bulannya. Dilakukan juga pengujian pengaruh return Jumat yang negatif (bad Friday) terhadap Monday Effect serta pengujian Rogalski Effect. Hasil pengujian menunjukkan terjadi fenomena Day of The Week Effect di BEJ. Return terendah terjadi pada hari Senin (Monday Effect) dan return tertinggi pada hari Jumat (Weekend Effect). Pada periode penelitian yaitu tahun 2001-2003, fenomena Week-Four Effect tidak teridentifikasi sehingga Monday Effect tidak hanya digerakkan oleh return Senin yang negatif di minggu keempat dan kelima. Secara keseluruhan juga tidak ada perbedaan antara return Jumat yang negatif dan return Jumat yang positif dalam menggerakkan terjadinya Monday Effect. Rogalski Effect ditemukan terjadi pada bulan April berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan di BEJ. 25 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini khusus menguji mengenai Monday Effect saja. Selain itu, penelitian sebelumnya menggunakan data return 73 saham selama periode 20012003. 4) Penelitian yang dilakukan oleh Recep Bildik (1999) dengan judul “Day of The Week Effect in Turkish Stock and Money Market”. Penelitian ini mencoba menguji keberadaan Day of The Week Effect di pasar modal dan pasar uang Turki. Data yang digunakan untuk pengujian Day of The Week Effect pasar modal Turki adalah ISE 100 periode 4 Januari 1988 sampai dengan 15 Januari 1999, sedangkan untuk pasar uang, periode yang digunakan adalah 1 Januari 1990 sampai dengan 15 Januari 1999 dengan menggunakan data tingkat suku bunga rata-rata harian pada Interbank Money Market of The Central Bank of Turkey. Teknik analisis data yang digunakan adalah F-test yang diaplikasikan menggunakan variabel dummy, tes nonparametrik Kurskal Wallis untuk pengujian perubahannya, dan Levene test untuk pengujian varians. Penelitian ini juga menggunakan t-test dan tes nonparametrik Mann-Whitney serta Levene Test untuk membandingkan perubahan rata-rata dan varians tingkat suku bunga tiap hari. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya Day of The Week Effect dengan pola return negatif pada hari perdagangan Senin hingga Selasa, dan return positif pada hari perdagangan Rabu hingga Jumat. 26 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini khusus menguji fenomena Monday Effect di pasar modal Indonesia dan tidak menguji pasar uangnya. Selain itu, periode pengamatannya pun berbeda. 5) Penelitian yang dilakukan oleh Hasan Aly, Seyed Mehdian, dan Mark J. Perry (2004) dengan judul “An Analysis of Day of The Week Effect in The Egyptian Stock Market”. Penelitian ini dilakukan di pasar modal Mesir dengan menggunakan data Capital Market Authority Index (CMA) periode tahun 1998-2001. Hasil dari penelitian ini adalah return pasar pada hari perdagangan Senin bernilai positif dan signifikan secara rata-rata akan tetapi tidak berbeda secara signifikan dengan return hari perdagangan lainnya. Hasil ini mengindikasikan bahwa pasar modal Mesir adalah efisien dalam bentuk lemah. Hasil ini mungkin saja disebabkan karena pada pasar modal Mesir, saham-saham yang diperdagangkan tidak terlalu banyak yang bersifat aktif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini hanya menguji keberadaan Monday effect saja. Penelitian sebelumnya berlokasi di pasar Egyptian Stock Market sedangkan penelitian ini berlokasi di Bursa Efek Indonesia. 27 2.3 Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1) Hari-hari perdagangan saham berpengaruh signifikan terhadap return pasar di Bursa Efek Indonesia 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata return pasar pada hari perdagangan saham Senin dengan hari-hari perdagangan saham lainnya di Bursa Efek Indonesia 28