IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efektivitas Sarang Lebah Sebagai Desinfektan Alami Terhadap Daya Hambat Bakteri Ruang Penyimpanan Susu Pengujian efektifitas sarang lebah sebagai desinfektan alami diukur melalui zona hambat yang terbentuk pada nutrien agar. Ukuran zona hambat yang dihasilkan disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Ukuran zona hambat pada uji daya hambat bakteri total ruang penyimpanan susu dengan berbagai tingkat konsentrasi larutan sarang lebah. Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ---------------------(mm)--------------------1 26 31 39 2 20 14 38 3 44 28 36 4 37 59 45 5 10 17 42 6 54 10 36 Total 191 159 236 Rata-rata 31,83 26,50 39,33 Keterangan : P1 P2 P3 = konsentrasi larutan sarang lebah 50% = konsentrasi larutan sarang lebah 60% = konsentrasi larutan sarang lebah 70% 40 Analisis sidik ragam dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh berbagai konsentasi larutan sarang lebah terhadap daya hambat, maka dilakukan perhitungan statistika melalui analisis sidik ragam pada tabel 5. Tabel 5. Analisis sidik ragam berbagai tingkat konsentrasi sarang lebah terhadap daya hambat. Sumber Keragaman Db JK KT Fhit F (0,05) P ns Perlakuan 2 498,778 249,389 1,256 3,68 0,313 Galat 15 2.977,667 198,511 Total 17 3.476,444 Keterangan : ns = non signifikan, Fhitung < Ftabel,. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi larutan sarang lebah 50%, 60%, dan 70% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap daya hambat (p>0,05). Keragaman dalam hasil penelitian disebabkan oleh berbagai faktor, seperti lokasi ruang penyimpanan yang dekat dengan sumber cemaran, ruang penyimpanan yang memiliki sirkulasi yang kurang baik, kebersihan ruang yang tidak menyeluruh, peralatan yang digunakan tidak dibersihkan dengan baik, seperti yang dikatakan Soekarto (1990) bahwa saniasi mutlak dilakukan untuk menjaga mutu pangan, dengan menjaga kebersihan ruang dan lokasi sekitar ruang penyimpanan sehingga meminimalisir kontaminasi dari sumber cemaran. Selain itu, faktor yang mempengaruhinya ialah metode yang digunakan dalam memanfaatkan senyawa antibakteri yang terdapat dalam sarang lebah. Pada penelitian ini senyawa antibakteri tidak diambil secara murni, namun melarutkan sarang lebah dalam aquades. Hal ini seusai dengan yang dikatakan oleh Pelczar dan Chan (1988) bahwa keefektifan suatu senyawa antibakteri dipengaruhi oleh bahan organik lain, dalam penelitian ini ialah dengan pemanfaatan senyawa antibakteri yang terdapat dalam sarang lebah tanpa pemurnian sehingga banyak senyawa lain yang terbawa dalam larutan. Pelarut 41 aquades yang digunakan pun menjadi faktor lainnya. Penggunaan aquades sebagai pelarut sarang lebah tidak membuat senyawa flavonoid larut dengan sempurna sehingga senyawa tersebut tidak dapat termanfaatkan dengan baik. Sejalan dengan yang dikatakan Pietta dkk (2002) bahwa senyawa golongan flavonoid, fenolik dan berbagai senyawa aromatik sulit larut dalam air, sebagian besar mudah larut dalam alkohol dan kadang sulit larut dalam pelarut hidrokarbon. Bila dilihat pada Tabel 4, larutan sarang lebah dengan konsentrasi tersebut sudah efektif untuk digunakan sebagai desinfektan alami, bahkan dengan konsentrasi tersebut aktivitas antibakteri yang ditunjukkan termasuk sangat kuat. Sesuai dengan yang dikatakan Davis dan Stout (1971) bahwa kriteria kekuatan daya antibakteri dikategorikan lemah bila menunjukkan zona hambat ≤ 5 mm, dikatakan sedang bila menunjukkan zona hambat 5-10 mm, dikatakan kuat bila menunjukkan zona hambat hambat 10-20 mm dan dikatakan sangat kuat bila menunjukkan zona hambat lebih dari 20 mm. Sifat dari senyawa flavonoid yang terkandung dalam sarang lebah ini ialah bakteriostatis, dikarenakan bakteri yang terdapat dalam media difusi agar yang disimpan setelah 24 jam inkubasi menunjukkan pertumbuhan. Sejalan dengan yang dikatakan Pelczar dan Chan (1988) bakteriostatis ialah suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri tersebut tidak mematikan. Bila efektifitas zat antibakteri yang terdapat dalam sarang lebah menurun, maka bakteri akan mudah berkembang biak. 42 4.2 Efektivitas Sarang Lebah Sebagai Desinfektan Alami Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Ruang Penyimpanan Susu Persentase penurunan jumlah bakteri lantai pada ruang penyimpanan susu dengan berbagai tingkat konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Penurunan Jumlah Bakteri Ruang Penyimpanan Susu Perlakuan Ulangan P1 P2 P3 -------------------(%)-----------------48,387 1 58,571 51,111 12,222 2 45,455 25,424 52,294 3 27,586 61,818 3,333 4 46,737 41,176 72,491 5 54,737 25,234 57,416 6 42,222 55,14 Total 246,143 275,308 259,903 41,024 45,885 43,317 Rata-rata Keterangan : P1 P2 P3 = konsentrasi larutan sarang lebah 50% = konsentrasi larutan sarang lebah 60% = konsentrasi larutan sarang lebah 70% Analisis sidik ragam dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap penurunan jumlah bakteri ruang penyimpanan susu, maka dilakukan perhitungan statistika analisis sidik ragam pada Tabel 7. Tabel 7. Sidik Ragam Penurunan Jumlah Bakteri Ruang Penyimpanan Susu Sumber Keragaman Db JK KT Fhit F (0,05) P(0,05) Perlakuan 2 72,433 36,216 0,099ns 3,68 0,906 Galat 15 5481,262 365,417 Total 17 5553,695 Keterangan : ns = non signifikan, Fhitung, < Ftabel . Tabel 7. menunjukkan bahwa hasil larutan dengan konsentrasi 50%, 60% dan 70% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap penurunan jumlah bakteri ruang penyimpanan susu. Pada Tabel 6 konsentrasi 50% menunjukkan penurunan jumlah bakteri berkisar 3,333% hingga 72,491%. Keragaman ini disebabkan oleh padatnya aktivitas ruang penyimpanan susu yang dilakukan pada lokasi pengambilan sampel, serta kebersihan yang dilakukan pada 43 ruang penyimpanan susu tidak dilakukan secara keseluruhan. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Soekarto (1990) bahwa kegiatan sanitasi harus dilakukan secara keseluruhan, baik pada bagian lantai, dinding maupun laingit-langit ruangan untuk menjaga mutu produk. Pengujian daya hambat berfungsi melihat keefektifan suatu desinfektan. Sesuai dengan yang dikatakan Pelczar dan Chan (1988) bahwa zona hambat akan terbentuk bila senyawa yang diujikan aktif. Bahan desinfektan yang telah menunjukkan zona hambat yang cukup dapat dijadikan bahan sanitasi. Bahan sanitasi dikatakan Pelzcar dan Chan (1988) ialah suatu bahan yang dapat mereduksi populasi mikroba sampai pada batas aman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larutan sarang lebah dapat mereduksi jumlah bakteri ruang penyimpanan susu. Senyawa antibakteri yang terdapat dalam sarang lebah ini ialah flavonoid. Senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa fenol dikatakan Bankova (2005). Mekanisme kerja dari senyawa ini ialah dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel. Sejalan dengan yang dikatakan Pelczar dan Chan (1988) bahwa membran sel dapat dirusak dengan menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk. Fungsi dari msembran ini ialah mengatur keluar masuknya bahan tertentu dalam sel, selain itu juga mempertahankan bahan tertentu dalam sel. Membran yang rusak ini, dapat menghambat pertumbuhan sel sehingga dapat mengakhibatkan kematian.