BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rusa Timor merupakan satwa liar yang mudah sekali berkembangbiak dan
mempunyai potensi ekonomi karena dapat menghasilkan daging, kulit dan velvet
(tanduk muda). Rata-rata komposisi daging rusa lebih tinggi dibandingkan
komposisi jenis daging lainnya. Menurut Drew (1976), daging rusa mengandung
protein cukup tinggi yaitu 21,3 ± 0,3 % yang umumnya konstan terhadap variasi
umur dan jenis pakan. Rusa merupakan cerminan kekayaan satwa di Indonesia,
dapat sebagai, objek pariwisata, ilmu pengetahuan serta estetika (Wirdateti et al,
2005).
Populasi rusa Timor di Indonesia yang terus mengalami penurunan karena
adanya perburuan liar yang tidak terkendali, rusaknya habitat, meningkatnya
aktifitas pengembangan rusa sebagai ternak, proses hibridisasi di penangkaran,
translokasi serta restocking ke habitat aslinya, yang banyak mengancam integritas
gene pools lokalnya. (Ditjen PHPA, 1983). Selanjutnya dikemukakan juga bahwa
banyak kegagalan pengelolaan satwa liar disebabkan karena kurangnya perhatian
untuk memperbaiki keadaan habitatnya (Santoso, 2011).
Status konservasi rusa Timor menurut
International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) adalah “ vulnerable” atau
rentan, yaitu mempunyai resiko tinggi untuk punah. Status rusa di Indonesia
hingga saat ini masih merupakan satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang
1
2
sesuai dengan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar. Bentuk pemanfaatan yang diperbolehkan sesuai PP tersebut berupa:
pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran, dan pemeliharaan untuk
kesenangan. Subjek hukum yang berhak untuk memanfaatkannya dapat berupa
perorangan, badan hukum, koperasi, atau lembaga konservasi. Mengingat
statusnya sebagai satwa yang dilindungi, maka peredaran satwa tersebut dikontrol
oleh pemerintah agar kelestariannya tetap terjaga (Setio, 2010).
Identifikasi rusa di Indonesia selama ini hanya berdasar pada karakter
morfologi saja, sedangkan pencirian masing-masing spesies rusa secara genetik
molekuler masih terbatas, terutama pada rusa Sambar dan rusa Timor di
penangkaran maupun di alam. Proses hibridisasi antar jenis dimungkinkan terjadi
secara alami dan Introduce species ke suatu daerah yang tidak terkendali baik oleh
alam maupun manusia dapat mempengaruhi karakteristik spesifik dari masingmasing jenis (Semiadi, 2006). Seiring dengan perkembangan ilmu di bidang
genetika molekuler, maka pengkajian genetik molekuler rusa sangat dibutuhkan.
Sebuah penelitian tentang kajian karakteristik famili Cervidae (R. timorensis, R.
unicolor dan Axis kuhlii) berdasarkan gen 12sRNA mtDNA telah dilakukan oleh
Wirdateti et al. (2004). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rusa Timor
dan rusa Sambar hubungan kekerabatannya lebih dekat dibandingkan dengan rusa
Bawean. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lanjutan pada gen-gen
lainnya untuk identifikasi spesies-spesies rusa di Indonesia.
3
Daerah mitokondria dikenal mengalami perubahan cepat dalam evolusi.
Analisis retriksi dari mtDNA mamalia yang berhubungan dekat menunjukkan
bahwa genom ini mempunyai laju evolusi yang lebih tinggi dari pada DNA inti
(Brown et al., 1985; Kocher et al., 1989). Disamping itu DNA mitokondria
merupakan alat yang kuat dalam mempelajari evolusi hewan dan juga banyak
digunakan untuk analisis struktur populasi, aliran gen, dan filogeni (Moritz et al.,
1974).
Gen ND1 dapat digunakan untuk penanda genetik genus Sanguinus
(Tagliaro et al. 2005). Menurut Forschler et al. (2009), gen penyandi ATP8 dan
gen penyandi ATP6 dapat digunakan untuk membedakan spesies burung kicau
Carduelis c. citronella dan Carduelis c. cossicana. Menurut Sbisa et al. (1997),
gen D-loop banyak dilakukan untuk kajian biologi dan evolusi hewan, sedangkan
menurut Farias et al. (2001) bahwa Cytokrom b (Cyt b) dapat digunakan sebagai
penanda genetik ikan famili Cichlid.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik pada Rusa
timorensis yang dipelihara di Taman Lembah UGM berdasarkan daerah gen ND1.
Manfaat
Penelitian keragaman genetik gen penyandi ND1 Rusa timorensis ini dapat
membantu proses identifikasi dan klasifikasi rusa-rusa di Indonesia dalam usaha
konservasi, sehingga bisa tetap dilestarikan sebagai rusa lokal Indonesia.
Download