BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Osiloskop Osiloskop adalah jenis alat uji elektronik yang memungkinkan tegangan sinyal ditampilkan pada layar berformat dua dimensi, dengan detail yang sangat tinggi. Alat ini banyak digunakan oleh para engineer untuk pengamatan sirkuit dan gelombang, dan telah menjadi sala satu instrumen yang turut berkonstribusi memicu rentetan berbagai penemuan-penemuan teknologi modern. Gambar 2.1 Contoh Osiloskop 5 6 2.2 Sejarah Osiloskop Kata osiloskop berasal dari gabungan dua kata dari bahasa yang berbeda, bagian pertama berasal dari bahasa Latin 'oscillare', yang berarti mengayun ke belakang dan ke depan. Bagian kedua berasal dari bahasa Yunani Klasik 'skopein', yang berarti untuk mengamati, bidik, memeriksa (terutama pada pengamatan yang mengunakan penglihatan dan pendengaran). Ada beberapa penemuan penting yang menandai perkembangan osiloskop, dimana masing-masing teknologi tersebut memungkinkan peningkatan kemampuan osiloskop dalam menampilkan gelombang listrik. Tabel 2.1 Sejarah Perkembangan Osiloskop TAHUN PERKEMBANGAN 1897 Karl Ferdinand Braun menemukan tabung katoda (CRT) Akhir 1930-an Perusahaan asal Ingris, A C Cossor menemukanan dual beam oscilloscope 1946 Triggered sweep oscilloscope ditemukan oleh Howard Vollum and Jack Murdock, kemudian mendirikan perusahaan bernama Tektronix Company yang kelak menjadi perusahaan terkemukan dalam memproduksi osiloskop berperforma tinggi 1963 Tektronix Memperkenalkan Direct View Bistable Storage Tube (DVBST). Penemuan Digital Storage Oscilloscope (DSO) olah Walter LeCroy, yang kemudian mendirikanperusahaan bernama LeCroy Corporation. 7 2.3 Jenis-Jenis Osiloskop Osiloskop dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan cara kerjanya, yaitu: osiloskop analog dan osiloskop digital. 2.3.1 Osiloskop Analog Osiloskop ini merupakan jenis yang pertama kali dibuat, muncul setelah penemuan tabung CRT. Sesuai namanya, osiloskop ini menggunakan teknik analog untuk membuat pola pada layar tabung sinar katoda, dimana tegangan pada plat x dan y menyebabkan sebuah titik pada layar berpendar dan bergerak. Arah horisontal merupakan basis waktu, sedangkan defleksi arah vertikal merupakan basis tegangan yang sebanding dengan sinyal input (tegangan). Frekuensi maksimum yang dapat dilihat oleh osiloskop analog adalah sekitar 1 GHz. Gambar 2.2 Contoh Osiloskop Analog 8 Gambar 2.3 Blok Diagram CRO Analog 2.3.2 Osiloskop Digital Osiloskop digital menggunakan format digital dalam menampilkan gelombang. Dengan cara, mengambil sampel secara priodik pada rate tertentu, mengubah nilai analog ke digital dan kemudian memproses nilai-nilai digital tersebut untuk ditampilkan pada layar. Dengan teknologi semikonduktor dan perangkat lunak semakin muktahir, terutama pada bagian pengolahan sinyal, menjadikan kinerja osiloskop jenis ini menjadi jauh lebih cepat, akurat, dan fleksibel serta memungkinkan untuk penambahan fitur-fitur pengukuran lain. Osiloskop digital juga memiliki batasan pada frekuensi operasi dan kemapuan kerja, tergantung pada jenis-jenisnya. Dua faktor utama yang menentukan frekuensi operasi; yakni bandwidth analog dari bagian front-end yang sering disebut sebagai titik -3 dB, dan sample rate yang diambil secara teratur (semakin tinggi sample rate, semakin tinggi frekuensi yang dapat dilihat pada layar). 9 Osiloskop digital dapat dimasukkan ke dalam tiga kategori utama: osiloskop penyimpanan digital, digital osiloskop fosfor, dan osiloskop digital sampling a. Osiloskop Penyimpanan Digital Osiloskop penyimpanan digital atau Digital storage oscilloscope (DSO) adalah bentuk konvensional osiloskop digital. Menggunakan layar jenis raster seperti yang digunakan pada monitor komputer, sehingga dapat menampilkan gambar dan unsur-unsur tambahan selain bentuk gelombang. Unsur-unsur tambahan tersebut seperti; teks, lambang dan sejenisnya. Seperti namanya, bentuk gelombang disimpan terlebih dahulu dalam format digital di memori kemudian diproses oleh platform pemrosesan, kemudian baru ditampilkan dilayar monitor. Dengan metoda ini, memungkinkan melakukan pengolahan data dengan tingkat keakurasian lebih tinggi, mudah dalam menampilkan grafik dan platform untuk bagian pemrosesan juga menjadi lebih sederhana. Selain itu, juga memungkinkan menahan bentuk gelombang pada waktu yang lama. DSO secara dikarenakan,keunggulannya luas yang digunakan untuk dapat menangkap, banyak aplikasi menyimpan dan memanipulasi bentuk gelombang sesuai dengan kebutuhan. Sala satunya digunakan untuk mengamati peristiwa trasien (terjadi seketika), yang tidak bisa dilakukan bila menggunakan osiloskop jenis analog. 10 Gambar 2.4 Osiloskop penyimpan digital b. Osiloskop Digital Fospor Digital fosfor osiloskop (DPO) merupakan jenis diperkenalkan oleh Tektronix pada bulan Juni 1998. Berbeda dengan DSO yang mengunaka arsitektur pemrosesan serial, DPO dirancang dengan mengunakan arsitektur pemrosesan parallel yang memungkinkan untuk menangkap peristiwa sementara(transien) namun tetap mempertahankan bandwidth yang besar. Dan juga, memungkinkan DPO untuk menyerupai osiloskop analog, yang memungkinkan informasi intensitas terlihat lihat secara real time. Walaupun menggunakan istilah Fosfor, osilokop ini tidaklah dimaksudkan mengunakan fosfor seperti halnya osiloskop analog, DPO adalah murni berkerja secara elektronik. Adapun yang dimaksudkan dari penamaanya, adalah dikarenakan seolah bisa menampilkan secara gelombang real time, seperti layaknya tipe osiloskop fosfor analog . 11 Gambar 2.5 Osiloskop Digital Fospor c. Oscilloscope Sampling Digital Digital Sampling Oscilloscope(DSO) merupakan jenis osiloskop yang dirancang untuk beroperasi pada frekuensi yang sangat tinggi, khususnya untuk pengamatan gelombang atau signal dengan repetisi yang sangat tinggi, dengan operasi kerja hingga 50GHz, bahkan lebih. Prisnsip kerja osilokop ini adalah dengan mengambil sampling dari sebagian bentuk gelombang yang bersifat repetitif dan memiliki frekuensi sangat tinggi. Data-data sampling tersebut kemudian diproses dengan metode Nyquist untuk kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik. Metoda ini hanya untuk menangkap pristiwa yang memiliki repetisi dan tidak efektif untuk menangkap pristiwa transien. 12 Gambar 2.6 Digital Sampling Oscilloscope(DSO) d. Osiloskop PC Pada prinsipnya, komputer personal (PC) memiliki segala komponen dari sebuah osiloskop, baik dari dari bagian ADC (dari sound card), bagian akuisis data (seperti USB eksternal atau perangkat port nstrume, atau internal add-on PCI atau ISA card), bagian pemroses data (CPU), hingga layar yang cukup besar untuk menampilkan bentuk gelombang. Sehingga dengan kelengkapan dasar yang telah terintegrasi tersebut, memungkinkan untuk dirangkai menjadi sebagai osilokop yang dinamakan PC-based oscilloscopes (PCO). Keuntungan dari PC osiloskop meliputi: Berbiaya rendah, dengan asumsi pengguna sudah memiliki PC sendiri. Mudah mengirim data ke perangkat lunak PC standar seperti spreadsheet dan pengolah kata. Atau perangkat lunak khusus seperti program analisis numeric, matlab, dan lain-lain. 13 Kemampuan untuk mengontrol nstrument dengan menjalankan program khusus. Memiliki jaringan dan media penyimpanan yang besar. PC biasanya memiliki layar warna yang besar resolusi tinggi yang dapat lebih mudah untuk dibaca. Warna dapat digunakan untuk membedakan bentuk gelombang. Juga dapat menampilkan informasi lebih lengkap. Mudah dibawa, bila digunakan PC laptop. Kelemahan PC osiloskop, yang meliputi: Noise Power-supply dan elektromagnetik dari sirkuit PC, yang dapat mengurangi tingkat keakurasian. Transfer data ke PC yang tergantung pada metode koneksi. Hal ini mempengaruhi laju sampling maksimum dan resolusi PCO ketika streaming. Diperlukan penginstalan perangkat lunak osiloskop, yang mungkin tidak kompatibel dengan sistem operasi bawaan PC. Kompabilitas program yang singkat, dikarenakan bergantung pada program utama PC dan OS, yang selalu berubah. Sangat riskan dan bahkan dapat merusak PC bila digunakan untuk pengukuran arus (diatas 40mA) dan tegangan yang besar (220V) Tidak memiliki pengaman. 14 Gambar 2.7 Osilokop PC Gambar 2.8 Tampilan Layar Osilokop PC 15 e. Arduinoscope/Logic Analyzer Jenis osiloskop ini masih termasuk dalam katagori PC osilokop, yang dapat dapat menampilkan signal analog maupun digital. Keunikan osiloskop yang berbasis arduino ini adalah pada kemampuannya dalam menampilkan signal digital, dimana jumlah signal ditampilkan bisa ditambah sesuai kebutuhan dan setiap signal tetap ditampilkan secara kontiniu. Dengan kemampuan ini, bit-bit signal yang berlangsung pada peralatan digital dapat diamati dengan mudah. Seperti mengamati signal yang dikirimkan oleh remote control, pengamatan sejumlah informasi data mentah yang melewati sirkuit Ethernet, hingga pengamatan signal-signal komunikasi pada peralatan antar muka. Gambar 2.9 Arduinoscope/Logic Analyzer 16 Gambar 2.10 Tampilan Arduinoscope/Logic Analyzer 2.4 Pengenalan Panel Depan dan Fungsi Pengenalan Fungsi Panel Depan dijelaskan searah jarum jam dimulai dari saklar daya. 17 Gambar 2.11 Panel Depan Osiloskop Saklar on / off untuk mengaktifkan CRO putar tombol searah jam. CRO aktif ditandai dengan lampu menyala. Time/ div untuk mengatur lebar sinyal agar mudah dibaca. Tombol time kalibrasi digunakan saat mengkalibrasi waktu, bila kalibrasi telah dilakukan, posisi ini tidak boleh diubah ubah. Terminal kalibrasi tempat dihubungkan probe pada saat kalibrasi. Posisi X digunakan untuk menggeser tampilan sinyal dalam peraga kearah horizontal. 18 Triger digunakan untuk mengatur besarnya picu sedangkan picu negatip atau positip diatur dengan tombol kecil dibawahnya kanan positip kiri negatip. Input ext, adalah tempat memasukkan sinyal dari luar yang dapat difungsikan sebagai time base. Ground tempat disambungkan dengan ground rangkaian yang diukur. Fokus untuk mengatur focus tampilan sinyal pada layar. Posisi Y digunakan untuk mengatur posisi tampilan sinyal yang diukur pada kanal 2 arah vertikal. Input kanal 2 merupakan terminal masukan untuk pengukuran sinyal. Kalibrasi tegangangan perlu diatur pada saat kalibrasi agar tepat pada harga seharusnya. Bila tegangan ini telah tercapai tombol tidak boleh diubah-ubah, karena dapat mempengaruhi ketelitian pengukuran. Mode operasi atau pemilih kanal, digunakan untuk memilih mode operasi hanya menampilkan kanal 1, kanal 2 atau keduanya. Volt/div digunakan untuk mengatur besarnya tampilan amplitudo untuk mempermudah pembacaan dan ketelitian hasil pengukuran. Pengaturan yang baik adalah pengaturan yang menghasilkan tampilan amplitudo terbesar tanpa terpotong. Pemilih AC, DC , ground diatur sesuai dengan besaran yang diukur, untuk pengukuran tegangan batere digunakan DC, pengukuran frekuensi pada posisi AC dan menepatkan posisi berkas pada posisi ground.pengukuran 19 tegangan batere digunakan DC, pengukuran frekuensi pada posisi AC dan menepatkan posisi berkas pada posisi ground. Terminal masukan kanal 1 dan kanal 2, tempat dihubungkannya sinyal yang akan diukur. Posisi Y kanal 1 untuk mengatur tampilan sinyal pada layar kearah vertikal dari masukan kanal 1. Berkas elektron menunjukkan bentuk sinyal yang diukur, bila garis terlalu tebal dapat di tipiskan dengan mengatur focus, dan bila terlalu terang dapat diatur intensitasnya. Gratikul adalah skala pembacaan sinyal. Sinyal dibaca perkolom gratikual dikalikan posisi divisi. Misal mengukur tegangan amplitude tingginya 3 skala gratikul akan terbaca 6 volt jika posisi Volt/div pada 2V. 2.5 Probe Untuk pengukuran sinyal dan besar tegangan, probe memberikan kemudahan dalam pemakaian dan kemampuan cakupan pengukuran. Pasangan probe tegangan dengan arus akan memberi solusi ideal pengukuran daya. Pena penghubung uji (test lead) suatu multimeter yang normal tidaklah cocok untuk dipergunakan pada osiloskop dikarenakan pena penghubung uji tersebut bisa merubah bentuk dari pada bentuk gelombang frekuensi tinggi. Untuk pembacaan yang akuratsebuah probe osiloskop yang lebih tepat seloalu dipergunakan. 20 Probe standar memiliki ujung pengait (cantelan) untuk mempermujdah hubungan ke rangkaian. Hubungan bumi atau ground adalah suatu penghubung kecil yang dilengketkan ke ujung dari probe yang dihubungkan ke ground peralatan yang sedang diuji. Kebanyakan probe osiloskop yang moderen memiliki saklar tiga posisi pada bodi utama dan ketiga posisi tersebut adalah X1, X10 dan GND. Posisi X1 mengizinkan suatu hubungan yang langsung melalui probe dan taraf sinyal tidak berubah. Posisi X10 mengurangi atau memperlemah tegangan sebanyak sepuluh kali Sinyal yang terukur pada layar adalah sepuluh kali lebih kecil dari tegangan yang ada dalam rangkaian yang diuji jadi tegangan pada layar harus dikalikan dengan faktor sepuluh kali untuk mendapatkan pembacaan yang benar. Posisi sklar yang ke-tiga disebut posisi ground (GND) dan posisi ini tidak menghubungkan tegangan rangkaian ke osiloskop. Posisi ini menempatkan tegangan 0 V atau hubungan ground dilakukan menuju ke masukan CRO. Hal ini mengizinkan suatu taraf acuan untuk diatur pisisinya pada layar tanpa melepaskan hubungan probe dari rangkaian yang sedang diuji. Gambar 2.12 Probe Beserta Asesorisnya 21 2.6 Arduino Arduino adalah sebuah kit elektronik open source yang dirancang khusus untuk memudahkan setiap orang dalam belajar membuat robot atau mengembangkan perangkat elektronik yang dapat berinteraksi dengan bermacammacam sensor dan pengendali. Gambar berikut menunjukkan bentuk Arduino. Gambar 2.13 Ardunino Duemilanove Kegunaan Arduino tergantung pada kita yang membuat program. Arduino bisa digunakan unuak mengontrol LED, motor DC maupun aplikasi lainnya. Salah satu kelebihan Arduino adalah kemudahan dalam membangun aplikasi. Dengan Arduino, pengguna mikrokontroler dapat memilih cara cepat dalam membangun sebuah aplikasi berbasis mikrokontroler. Berikut spesifikasi modul Arduino Duemilanove: 22 Tabel 2.2 Spesifikasi Teknis Arduino Duemilanove Microcontroller ATmega168 Operating Voltage 5V Input Voltage 7-12V (recommended) Input Voltage (limits) 6-20V Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output) Analog Input Pins 6 DC Current per I/O Pin 40 mA DC Current for 3.3V Pin 50 mA 16 KB (ATmega168) or 32 KB (ATmega328) of which Flash Memory 2 KB used by bootloader SRAM 1 KB (ATmega168) or 2 KB (ATmega328) EEPROM 512 bytes (ATmega168) or 1 KB (ATmega328) Clock Speed 16 MHz 2.7 Compiler Arduino Untuk memprogram Arduino, telah disediakan program compiler yang berbasis open source yang bisa langsung digunakan tanpa perlu menginstal driver apapun di komputer, program ini merupakan bahasa C yang telah disederhanakan dan dilengkapi contoh-contoh pemograman dasar. Compiler ini dikenal dengan 23 istilah Arduino IDE dan bahasa pemogramannya dikenal dengan istilah Arduino language. Gambar 2.14 Tampilan Compiler IDE 24 2.8 Processing Processing adalah bahasa pemrograman berbasis open source yang dimulai pada tahun 2001 oleh Casey Reas dan Benyamin Fry. Program ini dibangun untuk para penghobi elektronika dan komunitas desain visual, yang bertujuan mengajarkan dasar-dasar pemrograman komputer dalam konteks visual. Bahasa ini didasarkan pada bahasa pemograman Java, dengan sintaks yang telah disederhanakan dan mengunakan model pemograman grafis. Gambar 2.15 Tampilan Program Processing 25 2.9 Teori ADC (Analog To Digital Converter) Analog To Digital Converter (ADC) adalah alat pengubah input analog menjadi kode – kode digital yang mempunyai presisi terbatas. ADC banyak digunakan sebagai pengatur proses industri, komunikasi digital dan rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai perantara antara sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/ berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital (komputer). ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter utama, yaitu kecepatan sampling dan resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu(sumbu x, horizontal yang dinyatakan dalam sample per second (SPS). Sedangkan resolusi adalah jarak antara 2 level terdekat (sumbu Y, vertikal). Gambar 2.16 ADC Kecepatan Sampling Tinggi dan Rendah 26 Mikro kontroler Atmega yang digunakan pada modul Arduino, memiliki 6 slot pengkonverter analog ke digital(ADC). Dimana masing-masing ADC tersebut memiliki resolusi 10 bit (210), yang berarti nilai integer dari 0 hingga 1023 mewakili 0 - 5 Volt. Bila diperlukan, pin analog juga bisa berfungsi sebagai inputoutput umum/ GPIO(General Purpose Input Output). Dimana fungsinya menjadi sama seperti pin digital 0-13, namun dengan lambang pengkodean (A0-A6). 2.10 Pengolahan Signal Analog ke Digital Terdapat 3 tahapan proses pengkonversian signal analog (continiu) ke digital yang diilustrasikan pada gambar 2.13. a. Pencuplikan/ Sampling Suatu Proses mencuplik/ mengambil signal continiu pada waktu-waktu tertentu, dengan waktu/ jarak pencuplikan (T). Keluaran dari bolok ini adalah signal diskrit, sebab signal tersebut hanya terdefinisi pada waktuwaktu tertentu saja, yaitu pada kelipatas Ts. Keluaran pada blok ini adalah signal diskret yang bernilai kontiniu. b. Kuantisasi Tahap yang mengubah signal diskrit yang bernilai kontiniu menjadi signal diskrit yang bernilai diskrit pula. Dengan cara, nilai signal dibagai menjadi beberapa level resolusi. c. Pengkodean/ Coding Mengubah nilai tiap level, dari keluaran blok kuantisasi menjadi biner. 27 Gambar 2.17 Tahap-tahap proses ADC 2.11 Succesive Approximation ADC Mengubah tingkat tegangan analog menjadi nilai setara digital (ADC) bisa sangat sulit, terutama jika perlukan hasil yang baik, cepat dan akurat. Input analog pada CPU ATMega menggunakan teknik disebut " Succesive Approximation ADC" yang menyediakan kompromi teknis yang proporsional antara kecepatan, akurasi, resolusi, dan kompleksitas. Succesive Approximation ADC menggunakan jaringan kapasitor dan komparator/pembanding pada beberapa tingkat skala yang berbeda (sesuai jumlah bit). Pengukuran memamfaakan tegangan referensi untuk menentukan nilai lebih tinggi atau lebih rendah, dan bernilai “1” jika lebih tinggi atau “0” jika itu lebih rendah. Cara pembacaan input dimulai dari skala bit yang sangat tinggi dan semakin menyempit ke bawah ke lokasi yang lebih akurat. Pembacaan pertama, 28 atau bit pertama, hanya memeriksa apakah itu di bagian atas atau bawah dari setengah tegangan referensi (5V/2) . Jika berada di bagian atas, maka bernilai “1”; bagian bawah, maka bernilai “0”. Kemudian pembacaan kedua, atau bit kedua, memeriksa bagian atas atau bawah dari setengah dari bagian satu dari pembacaan bit sebelumnya, dan begitu seterusnya hingga mendekati nilai sebenarny. Jadi tingkat keakurasian tergantung dari jumlah bit yang tersedia (lihat gambar 2.14). Bit resolusi ADC yang terdapat pada microprosessor ATMega pada setiap masukan analog berjumlah 10 bit, sehingga resolusi tertinggi dapat diberikan adalah 210 atau 1024. 0 untuk tegangan di 0V, dan 1023 untuk tegangan pada pasokan tegangan tertinggi dari sistem (umumnya 5V), yang berarti ketelitian yang dapat terbaca adalah 4.8828125 mV per bit. Gambar 2.18 Succesive Approximation ADC 29 2.12 Perhitungan Pengukuran Tegangan Untuk pengukuran tegangan pada jaringan distribusi yang memiliki nominal 220V-RMS (Netral -Phase), dibutuhkan tambahan transformator potensial (PT) yang berfungi untuk menurunkan nilai tegangan dari sistem tenaga ke nilai yang kompatibel untuk sistem ADC. Dalam hal ini, nilai yang digunakan adalah nilai puncak ke puncak (Vp-p). Nilai tegangan yang masuk ke ADC harus pada kisaran 0 ~ +5V, Oleh karena itu tegangan keluaran dari PT masih perlu ditambah dengan sejumlah rangkaian Op-Amp, yang akan mengeser nilai negatif ke positf. Dengan demikian nilai maksimal keluaran PT harus dibuat dibawah 2.5V, agar setelah diclamping (penambahan referensi +2,5VDC) dan dibalik (inversing), nilai keluarannya tidak melebihi 5 VDC. Gambar 2.19 Rangkaian Pengukur Tegangan Ditambahakan rangkaian filter anti-aliasing sehingga frekuensi cutoff sama dengan setengah dari frekuensi sampling dari ADC. Dikarenakan harmonik 30 ke-11 adalah properti sistem pemantauan digital, maka frekuensi sampling harus sama dengan minimal dua kali frekuensi harmonik ke 11. 2 x 11 x 60 = 1320 samples per second RC filter yang ditunjukkan memiliki frekuensi cutoff dari yang harus sama dengan, 11 x 60 = 660 Hz Dimana, Jika Ra yang digunakan adalah 10K, maka ; C = 2.411 x E-8 Farad. Jika nilai R terlalu kecil maka akan membebani op-amp, sebaliknya bila R terlalu besar, maka noise output pun akan tinggi. Nilai R juga akan ditentukan oleh ketersediaan kapasitor.