BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi.
Perdagangan diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena
paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan
yang dimaksud. Perdagangan selalu menguntungkan masing-masing pihak atau
setidak-tidaknya salah satu pihak tidak ada yang dirugikan. Perdaganga timbul
karena salah satu atau kedua piha melihat adanya manfaat / keuntungan tambahan
yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut (Boediono, 2000 : 10).
Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional adalah
perdagangan antara atau lintas Negara yang meliputi kegiatan ekspor dan impor.
Perdagangan internasional dibagi menjadi 2 kategori, yakni perdagangan barang
(fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa antara lain, terdiri dari biaya
transportasi, perjalanan (travel), asuransi, pembayaran bunga, dan remmitance
seperti gaji tenaga kerja Indonesia serta fee atau royalty teknologi (lisensi).
Perdagangan antar Negara akan timbul karena adanya perbedaan
permintaan dan penawaran. Perbedaan permintaan tersebut disebabkan oleh
jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan, kebudayaan, selera dan
sebagainya. Dari segi penawaran, disebabkan oleh perbedaan faktor produksi baik
kualitas, kuantitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut.
12
Perbedaan faktor produksi akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara.
Faktor harga juga menentukan adanya perbedaan harga komparatif antar negara
menyebabkan timbulnya arus persaingan perdagangan internasional. (Nopirin,
2000 : 206)
Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba
memahami mengapa sebuah negara melakukan kerjasama perdagangan dengan
negara-negara lain. Teori tersebut makin disempurnakan oleh Adam Smith, David
Ricardo dan Heckser Ohlin.
1) Teori Pra Klasik (Merkantilisme)
Merkantilisme adalah suatu aliran atau filsafat yang tumbuh dan
berkembang dengan pesat pada abad XVI – XVIII di Eropa Barat.Kaum
merkantilisme
memiliki pandangan
bahwa perdagangan
internasional
merupakan suatu hal penting bagi kemakmuran suatu negara. Dengan kata
lain, kekayaan atau kemakmuran suatu negara identic dengan jumlah emas
yang dimiliki (Hady Hamdy, 2001:7).
Negara atau raja akan makmur dan kuat apabila ekspor lebih besar
daripada impor (X-M). Surplus dari X-M (export netto) diselesaikan dengan
pemasukan logam mulia terutama emas dan perak dari luar negeri, karena
pada waktu itu logam mulia dipakai sebagai alat pembayaran. Kebijakan
perdagangan dilakukan oleh merkantilis dalam melaksanakan ide pokok
dengan cara melaksanakan ekspor sebesar-besarnya kecuali logam mulia dan
melarang atau membatasi impor dengan ketat kecuali logam mulia (Hady
Hamdy, 2001:24)
13
2) Teori Klasik
Menurut Adam Smith, suatu Negara akan mengekspor barang tertentu
karena Negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara
mutlak lebih murah daripada Negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan
mutlak dalam produksi barang tersebut. Keunggulan mutlak oleh Adam Smith
merupakan kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa
per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit disbanding
kemampuan Negara-negara lain (Deliarnov, 1995 : 198).
Suatu Negara yang memiliki keunggulan mutlak tidak selalu akan
mengekspor emua barang yang diproduksinya. Menurut David Ricardo salah
seorang ekonom klasik, yang berlaku dalam keadaan seperti ini adalah teori
keunggulan komparatif dimana suatu Negara hanya akan mengekspor barang yang
mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang memiliki
keunggulan komparatif rendah, yaitu barang yang jika dihasilkan sendiri
memerlukan biaya yang lebih besar (Boediono, 2000 : 21).
3) Teori Modern
Perkembangan teori perdagangan internasional selanjutnya dikembangkan
oleh ahli ekonomi Swedia yaitu Eli Hecksher dan Berti Ohlin, dimana kedua ahli
ekonomi ini terkenal dengan teori Hecksher – Ohlin yaitu teori faktor proposi.
Teori yang lebih modern yang menyatakan bahwa terjadinya perdagangan
internasional disebabkan karena adanya perbedaan relatif faktor-faktor pemberian
dan intensitas penggunaan faktor produksi (Lindert, 1994 : 35). Hecksher Ohlin
yang menyatakan bahwa setiap Negara akan mengekspor barang yang
14
diproduksinya menggunakan faktor poduksi yang persediaannya melimpah dan
murah serta menyimpan barang yang produksinya menggunakan sektor produksi
yang persediaannya langka dan mahal secara intensif.
Suatu Negara akan menghasilkan barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang lebih banyak (harga relatif faktor produksi rendah). Atau
sebaliknya teori ini menganggap bahwa tiap-tiap Negara akan mengekspor
komoditi yang relatif murah dan melimpah di Negara itu dan mengimpor
komoditi yang relatif langka dan mahal. (Boediono, 2000 : 52)
4) Teori Permintaan dan Penawaran
Pada prinsipnya perdagangan dua negara itu timbul karena adanya
permintaan dan penawaran.Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan
suatu barang dan penawaran suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harga
(Sukirno, 2006:76).
Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu
komoditas (barang dan jasa).Dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang
diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan. Disisi lain teori
penawaran menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan komoditas yang
dijualnya. Penggabungan permintaan pembeli dan penawaran penjual dapat
menunjukkan bagaimana interaksi antara pembeli dan penjual akan menentukan
harga keseimbangan atau harga pasar serta jumlah komoditas yang akan
diperjualbelikan (Herlambang, 2002:34)
15
2.2.2 Teori Impor
Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar
negeri ke wilayah pabean suatu Negara dengan memenuhi ketentuan – ketentuan
yang berlaku (Hutabarat Roseline, 1997 : 403). Barang-barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh suatu Negara, tidak semuanya bisa atau dapat dihasilkan didalam
negeri, maka rumah tangga akan mengimpornya ke Negara lain.
Dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor
perusahaan dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di Negara
bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan Negara lain. Suatu Negara
yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor
kelebihan produksi tersebut ke luar negeri, sedangkan yang tidak mampu
memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari Negara lain.
Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, dimana semakin
besar impor dari suatu sisi baik karena berguna untuk menyediakan kebutuhan
akan barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk suatu Negara, namun disisi lain
bisa mematikan produk atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar
dapat menguras pendapatan Negara yang bersangkutan.
Besarnya impor suatu Negara dipengaruhi oleh kesanggupan barangbarang yang diproduksi oleh Negara-negara untuk bersaing dengan barang dan
jasa produksi domestik. Bila barang dan jasa produksi luar negeri lebih baik
mutunya atau harganya lebih murah maka ada kecenderungan untuk mengimpor
(Herlambang, 2001 : 216).
16
Dalam melakukan kegiatan impor diperlukan suatu tata cara impor agar
kegiatan perdagangan internasional tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tata
cara atau prosedur pelaksanaan impor adalah:
1) Importir menempatkan pesanan (order) kepada eksportir di luar negeri
(A – B)
2) Importir membuka letter of credit (L/C) untuk dan atas nama eksportir
di luar negeri melalui pihak bank di luar negeri (opening bank) (A –
F)
3) Bank menyelenggarakan pembukaan L/C untuk eksportir melalui
korespondennya di negara eksportir (F – G)
4) Shipping Document diterima oleh bank di dalam negeri dari
korespondennya di luar negeri (G – F)
5) Bank di dalam negeri mengeksportir atau menghonorir wesel yang
ditarik oleh eksportir dan yang dikirimkan dengan shipping documents
dan kemudian menyerahkan shipping documents kepada importir (F –
A)
6) Importir menyerahkan bill of leading kepada maskapai pelayaran (atau
agennya) yang menyangkut barang-barang itu untuk di tukarkan
dengan Delivery Order (DO) (A-C)
7) Importir menyelesaikan bea-bea masuk dengan pabean (A-D)
8) Importir mengambil barang-barang dari maskapai pelayaran setelah
semua formalitas impor terpenuhi (A-C)
17
9) Importir mengajukan ganti rugi kepada eksportir atau kepada eksportir
atau kepada maskapai asuransi dalam hal kedapatan kerusakan atau
kekurangan (A-E dan A-B)
10) Melunasi wesel pada hari jatuh temponya, kalau hal itu belum di
selesaikan sebelumnya denga bank (A-F)
Gambar 2.1 Tata cara atau prosedur pelaksanaan impor
Supplier
3
Seller
Bank Luar
Negeri
4
B
Luar Negeri
G
1
Dalam Negeri
2
5
Importer
6
8
Maskapai
Pelayaran
C
Bank Dalam
Negeri
Buyer
10
A
F
9
7
Asuransi
Pabean
D
E
Sumber : Hutabarat (1997:162)
18
2.1.2.1 Fungsi Impor
Impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran
keluar modal luar negeri. Oleh karena itu pendapatan yang ditimbulkan karena
proses produksi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam negeri
(C), atau keluar dari aliran pendapatan sebagai tabungan (S) atau pembelian
barang dari luar negeri (M).
Dengan anggapan bahwa harga dan tingkat bunga tetap, maka impor
seperti halnya tabungan tergantung (secara positif) pada pendapatan.Makin tinggi
pendapatan, maka makin tinggi impor. Tabel 2.1 berikut menunjukkan hubungan
tersebut :
Tabel 2.1 Skedul Impor
GNP (Y)
Impor
(M)
APM
(M/Y)
∆Y
∆M
MPM
(∆M/∆Y)
0
0,03
0,05
0,06
50
50
50
50
5
5
5
5
0,1
0,1
0,1
0,1
A
90
0
B
140
5
C
190
10
D
240
15
Sumber : Nopirin (2000:240)
Keterangan :
GNP : Gross National Product
∆Y
: Total Pendapatan
∆M
: Total Impor
APM : Average Propensity to Import
MPM : Marginal Propensity to Import
19
Secara Grafik dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Gambar 2.2
Fungsi Impor
Impor (M)
M (fungsi impor)
MPM
20
D
C
α
−
∆
B
10 −
A
"
|
|
|
|
|
0
100
150
200
250
300
GNP (Y)
Sumber : Nopirin (2000 :241)
Dua konsep penting yang berhubungan dengan fungsi impor ini adalah
average propensity to import (APM) dan marginal propensity to import (MPM).
APM adalah proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang impor =
M/Y, sedangkan MPM adalah proporsi dari kenaikan (penurunan) pendapatan
yang digunakan untuk menambah (mengurangi) impor = ∆M/∆Y.
Secara grafik MPM ditunjukkan dengan sudut arah dari fungsi
impor.Karena fungsi impor merupakan garis lurus, maka ∆M/∆Y konstan. Dalam
ekonomi terbuka pendapatan digunakan untuk konsumsi barang dalam negeri(C),
impor (M) atau ditabung (S), konsekuensinya :APC + APS + APM = 1. Karena
setiap pendapatan juga digunakan untuk menambah C,S atau M, maka MPC +
MPS + MPM = 1.
Impor tidak hanya tergantung pada pendapatan. Faktor lain yang juga
mempengaruhi, seperti misalnya daya saing produksi dalam negeri, selera
20
sebagainya. Perubahan faktor-faktor ini akan menggeser fungsi impor. Seperti
misalnya karena inflasi terjadi di dalam negeri sehingga daya saing menurun,
maka impor cenderung naik dan kurva impor bergeser ke atas (Nopirin,2000 :
241).
2.1.2.2 Fungsi Ekspor
Ekspor suatu Negara adalah impor Negara lain. Dengan harga diangap
tetap, ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional
Negara tersebut. Oleh karena itu dalam diagram ekspor – pendapatan nasional,
fungsi ekspor digambarkan sebagai garis lurus horizontal. Artinya, ekspor tidak
tergantung pada pendapatan nasional. Secara grafik dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.3 Fungsi Ekspor
X
Xo
X (fungsi ekspor)
Y
0 Sumber : Nopirin (2000:242)
Berapapun besarnya pendapatan nasional maka ekspor pun akan tetap. Ini
berarti pendapatan nasional tidak mempengaruhi ekspor. Tetapi sebaliknya,
seperti halnya investasi, ekspor mempengaruhi pendapatan nasional (Nopirin,
2000 : 242).
21
2.1.3 Kurs Valuta Asing
Valuta asing merupakan mata uang tiap-tiap Negara di dunia seperti dollar
AS untuk Amerika, yen untuk Jepang, pondsterling untuk Inggris dan mata uang
lainnya.Permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dalam pasar valuta
asing. Kurs valuta asing merupakan mata uang Negara lain yang dinilai dengan
mata uang dalam negeri. Kurs valuta asing adalah perbandingan atau harga antara
dua mata uang (Nopirin, 2000 : 163). Pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai atau harga antar kedua mata uang
tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs atau exchange rate.
Sifat dari kurs valuta asing tergantung dari pasar. Jika transaksi jual beli
valuta asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs akan berubah-ubah
sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah
menjalankan kebijakan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi swasta,
maka kurs akan berubah-ubah dalam batas yang kecil meskipun batas ini dapat
diubah dari waktu ke waktu. Pemerintah juga dapat menguasai sepenuhnya
transaksi valuta asing.Dalam hal ini kurs tidak lagi dipengaruhi oleh permintaan
dan penawaran, sistem ini disebut exchange control.
Sistem yang dipergunakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uang
yaitu:
1) Sistem Kurs Devisa Mengambang
System kurs devisa mengambang yaitu kurs satu mata uang dengan mata
uang lain dibiarkan untuk ditentuan secara bebas oleh tari menarik antara
kekuatan pasar. Dalam system kurs yang benar-benar mengambang tidak
22
ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran sebab bekerjanya
pasar selalu menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk dengan devisa
yang keluar.
2) Sistem Kurs Pertukaran Tetap
Sistem kurs pertukaran tetap adalah suatu system dimana pemerintah
menetapkan tingkat kurs mata uang suatu Negara dengan mata uang
Negara lain dan berusaha untuk mempertahankan dengan berbagai
kebijaksanaan secara sadar. Dalam kurs devisa ini mencegah kenaikan
kurs valuta asing yang dimiliki terbatas, ini mungkin menyebabkan
pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk mengembalikan ke tingkat yang
dikehendaki, sedangkan usaha untuk mencegah penurunan kurs lebih
mudah dijalankan.
3) Sistem Kurs Terkait
Sistem kurs terkait adalah system nilai tukar yang ditetapkan dengan cara
mengaitkan nilai tukar mata uang suatu negara dengan nilai tukar negara
lain atau sejumlah mata uang tertentu. Salah satu variasi dari system kurs
terkait adalah Currency Board System (CBS) yang diterapkan oleh
beberapa negara yang mengalami kesulitan moneter.Currency Board
System (CBS) dilaksanakan dengan cara mengaitkan dan menetapkan nilai
tukar tetap antara mata uang suatu negara dengan Hard Currency tertentu
didasarkan kepada jumlah mata uangnya yang beredar dan cadangan
devisa yang dimilikinya (dalam bentuk mata uang Hard Currency) (Hady
Hamdy, 2001:20)
23
2.1.4 Hubungan Impor dengan Kurs Valuta Asing
Teori permintaan
menjelaskan
bahwa terdapat
hubungan
antara
permintaan dengan harga. Bahkan semakin tinggi harga komoditas maka semakin
rendah kuantitas permintaan terhadap komoditas tersebut. Demikian sebaliknya
semakin rendah harga komoditas akan dapat meningkatkan permintaan terhadap
komoditas tersebut dengan asumsi cateris paribus (faktor lain dianggap tetap atau
tidak mengalami perubahan). Harga yang dimaksud adalah kurs valuta asing
sedangkan permintaannya adalam impor dari Negara yang bersanngkutan, jika
kurs valuta asing meningkat maka impor cenderung menurun, sebaliknya jika kurs
valuta asing menurun maka impor akan meningkat (Sukirno, 2006:359).
Suatu kenaikan kurs (terjadi penguatan mata uang dalam negeri terhadap
mata uang asinng) akan menaikkan harga barang-barang dalam negeri bagi
importir luar negeri. Ini berarti bahwa ekspor menjadi lebih mahal bagi orangorang asing karena mereka harus mengorbankan lebih banyak mata uang
negaranya untuk membeli barang-barang dalam negeri dan impor naik karena
baranng-barang luar negeri menjadi lebih menarik bagi warga Negara dalam
negeri.Jika terjadi penurunan kurs, maka ini berarti bahwa lebih sedikit mata uang
asing yang harus dibayar untuk membeli sejumlah tertentu barang-barang luar
negeri.
Turunnya harga dari barang impor akan mengakibatkan permintaannya
menjadi meningkat. Meningkatnya permintaan akan mengakibatkan jumlah impor
meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa antara kurs dengan volume impor
memiliki hubungan yang negatif (Nopirin, 2000 : 144).
24
2.1.5 Cadangan Devisa
Cadangan diartikan sebagai valuta asing yang dicadangkan bank sentral,
dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) untuk keperluan pembiayaan lainnya
pada pihak asing. Menurut IMF, cadangan devisa adalah aktiva luar negeri setiap
waktu dan dikuasai oleh otoritas moneter (Bank Indonesia). Karena kriteria inilah
maka cadangan devisa yang diumumkan pemerintah secara periodic sejak awal
tahun 1998 adalah aktiva luar negeri (bruto) dengan kata lain aktiva luar negeri
dianggap sebagai cadangan devisa. Sebelum IMF membuat kriteria tersebut, Bank
Indonesia membedakan cadangan devisa bruto dengan cadangan devisa bersih
atau lebih dikenal dengan cadangan devisa bersih.
Devisa atau valuta asing juga lazim disebut dengan alat-alat pembayaran
luar negeriatau foreign exchange sesungguhnya merupakan tagihan terhadap luar
negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi segala hutang kita terhadap luar
negeri. Menurut Amir, 2001:13, valuta asing atau foreign exchange mempunyai
arti sebagai berikut :
1) Alat pembayaran
2) Alat penukaran
3) Alat peengukur nilai
4) Alat penyimpan nilai
Dalam peredaran devisa terdapat berbagai macam atau bentuk, yaitu :
1) Wesel luar negeri
2) Saham perusahaan luar negeri
3) Surat-surat obligasi luar negeri
25
4) Cheque atau giro luar negeri
5) Rekening di luar negeri
6) Uang kertas luar negeri
7) Surat-surat berharga lainnya
Menurut Amir, 2001:13 ada dua aspek penggunaan devisa :
1. Pengadaan barang impor, baik barang modal bahan baku dan barang
konsumsi perlu dibayar dengan devisa termasuk juga jasa-jasa di
perusahaan asing, seperti jasa angkut, jasa perbankan, jasa asuransi, jasa
perekayasaan (consulting dan engineering) harus dibayar dengan valuta
asing.
2. Pembayaran hutang luar negeri dan bunganya maupun biaya kantor
perwakilan kedutaan, konsulat termasuk biaya untuk mahasiswa di luar
negeri juga memerlukan devisa.
Menurut Hamdy Hady, 2001:22 cadangan devisa Negara biasanya di
kelompokkan atas:
1) Cadangan devisa resmi (official foreign exchange reserve), yaitu cadangan
devisa milik Negara yang dikelola, dikuasai, diurus, dan ditatausahakan
oleh Bank Sentral/Bank Indonesia.
2) Cadangan devisa nasional (country foreign exchange reserve), yaitu
seluruh devisa yang dimiliki oleh perorangan, badan, dan lembaga,
terutama perbankan yang secara moneter merupakan kekayaan nasional
(termasuk milik Bank Umum nasional).
26
3) Bank Indonesia mengumumkan secara periodik cadangan luar negeri
bersih Net International Reserve (NIR). Perbedaan antara aktiva luar
negeri bruto dengan NIR adalah aktiva luar negeri bruto adalah tagihan
Bank Indonesia terhadap penduduk luar negeri yang terdiri dari emas,
moneter, giro, deposit on call, deposito berjangka, penanaman surat-surat
berharga dan tagihan lainnya. Sedangkan NIR adalah aktiva luar negeri
bruto dikurangi kewajiban-kewajiban valuta asing yang terdiri dari :
1) Gross Liabilitiy.
Semua utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai
dengan satu tahun termasuk penggunaan dana IMF.
2) Net forward position
Kewajiban Bank Indonesia dalam valuta asing terhadap penduduk
dan bukan penduduk dalam transaksi forward.
3) Devisa bank yang disimpan Bank Indonesia dalam rangka memenuhi
giro wajib minimum dalam valuta asing.
Sumber penerimaan devisa secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
1) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil
ekspor karet, kopi, minyak tanah, timah, tekstil kayu lapis,
ikan, udang, anyaman rotan, topi pandan, dan lain sebagainya.
Begitu pula hasil sektor jasa seperti uang tambang (freight),
angkutan, povinsi dan komisi jasa perbankan, premi asuransi,
hasil perhotelan dan industri pariwisata lainnya.
27
2) Pinjaman yang diperoleh dari Negara asing, badan-badan
internasional, serta Swasta Asing, seperti pinjaman dari IGGI
(Inter Government Group In Indonesia), kredit dari World
Bank dan Asia Development Bank dan Supllier’s credit dari
perusahaan swasta asing.
3) Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti
UNDP, UNESCO dan pemerintahan asing seperti pemerintah
Saudi Arabia, Jepang dan lain-lain.
4) Laba dari penanaman modal luar negeri, seperti laba yang
ditransfer atau perusahaan milik pemerintah dn warga segara
Indonesia yang berdomisili di luar negeri, termasuk transfer
dari warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti
Malaysia, Brunei Darussalam, dan Timur Tengah.
5) Hasil dari kegiatan pariwisata internasional, seperti uang
tambang, angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan
novelties, uang pandu wisata, dan lain-lain.
2.1.6 Hubungan Impor dengan Cadangan Devisa
Antara cadangan devisa dengan impor memiliki hubungan yang
positif dimana apabila suatu Negara memiliki cadangan devisa yang tinggi,
maka kecenderungan untuk melakukan impor dari Negara lain juga akan
meningkat, ditambah lagi dengan beberapa kendala yang dimiliki suatu
Negara sehingga memutuskan untuk melakukan impor. Seperti biaya produksi
didalam negeri tinggi, tidak tersedianya bahan baku yang dibutuhkan serta
28
kemampuan yang kurang untuk memproduksi barang impor tersebut.
Cadangan devisa bertambah atau berkurang akan tampak dalam neraca lalu
lintas moneter.
Jika tandanya negatif (-) berarti cadangan devisa bertambah dan
bila positif (+) berarti cadangan devisa berkurang. Cadangan devisa
mengambil peranan penting dalam perdagangan internasional suatu Negara,
maka tanpa cadangan devisa yang kuat, perekonomian suatu Negara akan
terganggu. Oleh karena itu pengaruh pembiayaan cadangan devisa sangat
penting
guna
keperluan
impor,
pembayaran
utang
serta
menjaga
perekonomian Negara kita dari goncangan yang terjadi pada suatu
perekonomian (Juniarta, :2005).
2.1.7 Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah total
nilai atau harga pasar (market price) dari seluruh barang dan jasa akhir (final
goods and services) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian selama kurun
waktu tertentu (biasanya 1 bulan). Produk Domestik Bruto merupakan salah
satu ukuran atau indikator yang secara luas digunakan untuk mengukur kinerja
ekonomi (economic performance) atau kegiatan makro ekonomi dari suatu
Negara (Nanga Muana, 2005:13)
Produk Domestik Bruto (PDB) diyakini sebagai indikator ekonomi
terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu Negara.Perhitungann
pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi
suatu Negara.Pada umumnya perbandingan kondisi antar Negara dapat dilihat
29
dari pendapatan nasionalnya. Sebagai gambaran, Bank Dunia menentuan
apakan suatu Negara berada dalam kelompok Negara maju atau berkembang
melalui pengelompokkan besarnya PDB dan PDB suatu Negara sama dengan
total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian (Herlambang,
2001:16).
Menurut Samuelson (1997:112) Produk Domestik Bruto (PDB)
adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu Negara
dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di
wilayah suatu Negara tanpa membedakan kewarganegaraannya pada suatu
periode waktu tertentu.Dengan demikian warga Negara yang bekerja di
Negara lain, pendapatan tidak dimasukkan dalam PDB.
Sukirno (2006 :33) mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan
jasa dalam suatu Negara yang di produksi oleh faktor-faktor produksi milik
warga Negara tersebut dan warga Negara asing. Sedangkan Wijaya (1997:13)
menyatakan bahwa PDB adalah nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam
suatu periode waktu tertentu biasanya satu tahun.Secara umum PDB dapat
diartikan sebagai nilai akhir barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu
Negara selama periode terteentu (biasanya satu tahun).
Pendapatan nasional merupakan nilai yang diterima oleh semua
lapisan masyarakat di Negara yang bersangkutan selama kurun tahun waktu
tertentu (biasanya satu tahun) uang diperoleh sebagai balas jasa atas faktor
produksi yang disumbangkan atau dijual kepada perusahaan (Deliarnov,
30
1995:34). Analisis pendapatan nasional dalam istilah ekonomi makro biasanya
dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam
suatu Negara, istilah pendapatan nasional mewakili arti dari Produk Domestik
Bruto atau Pendapatan Nasional Bruto (Sukirno, 2006 :34).
Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang
telah ditetapkan pasar yaitu :
a) PDB harga berlaku
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai
barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu
tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku tersebut. Cara ini
adalah cara yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan
nasional dari period eke periode berikutnya. Data pendapatan nasional
dalam berbagai tahun-tahun tersebut nilainya akan selalu berubah-ubah
dan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun, hail ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1) Pertambahan fiskal barang dan jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian
2) Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu periode ke
periode berikutnya.
b) PDB harga konstan
Pendapatan nasional pada harga konstan adalah nilai
barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara dalam periode
tertentu, berdasarkan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu yang
31
dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya dalam menilai barangbarang dan jasa yang dihasilkan pada periode tertentu atau tahun
berikutnya.Pendapatan nasional pada harga konstan sama dengan
Pendapatan Nasional Riil.
Menurut Mulyono dalam Hanton (2002:27), pendapatan
nasional pada harga konstan dapat diperoleh melalui :
Indeks harga yang digunakan untuk mendefinisikan PDB harga
berlaku adalah Implicit Price Deflator.
2.1.8 Hubungan Impor dengan Produk Domestik Bruto
Impor mempunyai sifat yangn berlawanan dengan ekspor.Kalau
ekspor dapat dikatakan sebagai faktor “injeksi”, maka impor merupakan
“kebocoran” dalam pendapatan nasional.Artinya, makin besar impor makin
banyak uang negara yang “lari” keluar negeri.Berbeda dengan ekspor jumlah
impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan
barang-barang yang bersaing dengan bantuan luar negeri. Kalau kemampuan
rendah, jumlah impor akan naik. Selain itu, yang paling menentukan jumlah
impor adalah kemampuan masyarakat dalam membeli barang-barang hasil
buatan luar negeri, yang berarti impor tergantung dari tingkat pendapatan
nasional itu sendiri (Deliarnov, 1995:20).
32
Menurut perkiraan empiris di beberapa negara, impor suatu negara
tergantung secara positif pada tingkat pendapatan nasional yang nyata.
Hubungan positif ini mempunyai dua penjelasan. Pertama, bahwa impor
sering kali digunakan sebagai masukkan untuk mnghasilkan barang dan jasa
yang merupakan produk nasional; Kedua, bahwa impor mengikuti
perkembangan
nyata
secara
keseluruhan
atau
“penyerapan”
dalam
perekonomian (Bawono Ari, 2008:24).
Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta makin rendah
kemampuan dalam menghasilkan barang-barang tersebut, makin tinggi impor
dan makin banyak terdapat “kebocoran” dalam pendapatan nasional.Jadi
terdapat hubungan langsung antara impor dengan pendapatan nasional yang
nilainya ditentukan oleh “kecenderungan mengimpor” (marginal propensity to
import aatau MPM atau m).secara sederhana yang dimaksud dengan
kecenderungan mengimpor adalah perbandingan antara pertambahan impor
dengan pertambahan dalam pendapatan nasional. Hubungan antara pendapatan
nasional (yang didekati dengan PDB) dengan impor secara sistematis
(Deliarnov, 1995:204) :
1) Average propensity to import (APM) yaitu dapat dinyatakan dengan
jumlah pendapatan nasional yang dikeluarkan untuk impor (M/Y)
2) Marginal propensity to import (MPM) yaitu perbandingan antara
tambahan impor dengan tambahan pendapatan (∆M/∆Y)
Hubungan antara MPM dengan APM disebut elastis pendapatan
atas impor, yaitu perbandingan antara persentase perubahan pendapatan
33
nasional dengan impor sehingga apabila terjadi pertambahan perdapatan
nasional sebesar ∆Y maka akan terkadi perubahan impor sebesar MPM atau
sebesar ∆M/∆Y (Mulyono, 1991 :160)
Hubungan antara impor dengan pendapatan nasional secara
sistematis dirangkum oleh fungsi impor sebagai berikut :
Keterangan:
M
= jumlah impor
Mo
= jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh pendapatan (Y)
m
= kecenderungan untuk mengimpor
Y
= pendapatan nasional
Semakin besar pendapatan nasional maka impor akan semakin besar yang
ditentukan oleh Marginal Propensity to Import.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya mengenai impor dilakukan oleh Ni Luh
Putu Tuti Indriyani (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh Produk
Domestik Bruto, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Cadangan Devisa terhadap
Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990 – 2009”
memperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 140,969 + 0,0000769 X1 −0,022 X2 + 0,004 X3
34
Dengan menggunakan data 20 tahun dan pengolahan bantuan
program SPSS diperoleh secara parsial Produk Domestik Bruto tidak
berpengaruh secara parsial terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia
dari Jepang periode 1990-2009 sedangkan Kurs Dollar AS berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari
Jepang periode 1990-2009 dan cadangan devisa tidak berpengaruh secara
parsial terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode
1990-2009.
Secara serempak Produk Domestik Bruto, kurs dollar AS dan
Cadangan Devisa berpengaruh terhadap nilai impor kendaraan bermotor
Indonesia dari Jepang periode 1990- 2009. Nilai koefisien determinasinya (R2)
bernilai 0,450, ini berarti 45 persen nilai impor kendaraan bermotor Indonesia
dari Jepang periode 1990-2009 dipengaruhi bersama-sama oleh variabel
Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar AS dan cadangan devisa,
sedangkan sisanya 55 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak di
masukkan dalam model penelitian.
Terdapat persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu variabel bebasnya juga menggunakan Kurs Dollar AS, Cadangan Devisa
dan Produk Domestik Bruto serta menggunakan teknik analisis linier berganda
dan analisis koefisien determinasi. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah variabel terikatnya, dimana pada penelitian ini
yang menjadi variabel terikatnya adalah nilai impor minyak bumi Indonesa
sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan impor kendaraan bermotor
35
Indonesia dari Jepang. Kurun waktu yang digunakan, pada penelitian
sebelumnya adalah 1990-2009, sedangkan pada penelitian ini menggunakan
periode 1994 – 2010.
Penelitian oleh I Nyoman Artha Wijaya (2003) dengan judul
“Analisis Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs dollar AS dan
Tingkat Inflasi dalam negeri terhadap Impor Barang Konsumsi Indonesia
tahun 1987-2002”.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda dan analisis koefisien determinasi. Dari hasil regresi diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Y = 2008,66 + 0,01045 X1 + 0,03290 X2 + 4,484 X3
Dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,0904 artinya 90,4
persen variasi impor barang konsumsi dipengaruhi oleh variasi PDB, kurs
dollar AS, dan tingkat inflasi dalam negeri, sedangkan sisanya sebesar 9,6
persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Dalam analisis koefisien regresi secara parsial menunjukkan bahwa Produk
Domestik Bruto (PDB) berpengaruh nyata dan positif terhadap impor barang
konsumsi Indonesia dengan t-hitung (10,795) > t-Tabel (1,782), sedangkan
kurs dollar AS tidk berpengaruh nyata terhadap nilai impor barang konsumsi
Indonesia dengan t-hitung (0,360) < t-Tabel (1,782), hasil perhitungan secara
serempak diperoleh hasil F-hitung > F-Tabel (37,718) > (3,49) yang berarti
bahwa Produk Domestik Bruto, kurs dollar AS dan tingkat Inflasi dalam
negeri berpengaruh secara serempak terhadap impor barang konsumsi
Indonesia.
36
Terdapat persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu variabel bebasnya juga menggunakan Kurs Dollar AS dan
Produk Domestik Bruto (PDB), serta menggunakan teknik analisis linier
berganda dan analisis koefiien detrminasi. Sedangkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah variabel terikatnya, dimana pada
penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah nilai impor minyak
bumi Indonesia, sedangkan pada penelitian sebelumnya meneliti impor
volume barang konsumsi Indonesia. Kurun waktu yang digunakan, pada
penelitian sebelumnya adalah 1987-2002, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan periode tahun 1994-2010.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga bahwa kurs dollar Amerika Serikat, cadangan devisa dan
Produk Domestik Bruto secara serempak berpengaruh dan signifikan
terhadap nilai impor minyak bumi Indonesia tahun 1994-2010.
2. Diduga bahwa kurs dollar Amerika Serikat secara parsial berpengaruh
negatif terhadap nilai impor minyak bumi Indonesia tahun 1994-2010.
3. Diduga bahwa Cadangan devisa dan Produk Domestik Bruto secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor minyak
bumi Indonesia tahun 1994-2010.
37
Download