Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
2.1.1
Pengertian Manajemen
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, berikut ini adalah
sebagian diantaranya:
Menurut Fuad, Christine, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus (2000:92) adalah :
“Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk
mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.”
Menurut Hasibuan (2004:2) manajemen adalah :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.”
Menurut Robbins, dan Coulter (2004:6) manjemen adalah:
“Manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan
dan melalui orang lain.”
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen yaitu
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang ada dalam
organisasi dengan efektif dan efisien, untuk melakukan kegiatan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
2.2
Keuangan
2.2.1
Pengertian Keuangan
Menurut Sartono (2001:6) keuangan adalah:
“Teori keuangan pada prinsipnya menjelaskan tentang bagaimana orang atau
perusahaan seharusnya berperilaku, dan kemudian dikembangkan teori yang
lebih formal untuk mempelajari perilaku orang atau perusahaan.”
Menurut Sundjaja, dan Barlian (2003:3) keuangan adalah:
“Keuangan adalah ilmu dan seni dalam mengelola uang, yang mempengaruhi
kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.”
Menurut Brigham, dan Houston (2010:34) keuangan adalah:
“Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan
berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat
dalam transfer uang, diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.”
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keuangan
merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang dapat dilakukan oleh individu
atau perusahaan yang akan mempengaruhi kehidupannya.
2.3
Manajemen Keuangan
2.3.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen yang ada
dalam suatu perusahaan.
Menurut Fuad, Christine, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus (2001:222) manajemen
keuangan adalah:
“Manajemen keuangan adalah aktivitas yang terkait dengan perencanaan dan
pengendalian perolehan serta pendistribusian aset-aset keuangan perusahaan.
Aktivitas yang dilakukan perusahaan pada umumnya berhubungan dengan
penentuan keputusan investasi jangka panjang, perolehan dana untuk
pembiayaan investasi tersebut, serta pelaksanaan kegiatan operasional
keuangan perusahaan.”
Menurut Martono & Harjito (2007:4) manajemen keuangan adalah:
“Manajemen keuangan (financial management) atau dalam literatur lain
disebut pembelanjaan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset
sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”
Menurut Sutrisno (2007:3) manajemen keuangan adalah:
“Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan
sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha
mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan yaitu semua aktivitas yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk
memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola dana sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
2.3.2
Fungsi Manajemen Keuangan
Gambar 2.1
Fungsi Manajemen Keuangan
2
1
Aktiva
Manajer
Perusahaan
Keuangan
3
4b
Pasar
Keuangan
4a
Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial
market (lihat panah 1). Dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai
aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan (lihat panah 2). Dari
kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan mengharapkan untuk
memperoleh hasil yang lebih besar dari pengorbanannya. Dengan kata lain,
diharapkan diperoleh “laba” (anak panah 3). Laba yang diperoleh perlu diputuskan
untuk dikembalikan ke pemiliki dana (pasar keuangan), yaitu panah 4a, atau
diinvestasikan kembali ke peruahaan (anak panah 4).
Dalam skema tersebut terlihat bahwa manajer keuangan harus mengambil
keputusan tentang: menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:4) :
1. Penggunaan dana (yaitu panah 2, disebut sebagai keputusan investasi)
2. Memperoleh dana (yaitu panah 1, disebut sebagai keputusan pendanaan)
3. Pembagian laba (yaitu panah 4a atau 4b, disebut sebagai kebijakan dividen)
2.3.3
Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Irawati (2006:4) tujuan manajemen keuangan:
“Untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya
(expense atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang
maksimum, dalm menjalankan perusahaan ke arah perkembangan yang
berjalan atau survive dan expantion.”
Menurut Sutrisno (2009:4) tujuan manajemen keuangan:
“Bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun
mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para
pemegang saham.
Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2006:11) mengatakan bahwa :
“The goal of financial managementist to maximize the current value per share
of the existing stock.”
2.4
Investasi
2.4.1
Pengertian Investasi
Menurut Arifin (2005:21) pengertian investasi adalah :
“Investasi adalah kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatkan (nilai)
konsumsi yang lebih besar di masa yang akan datang.”
Menurut Jogiyanto (2007:5) pengertian investasi adalah :
“Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam
produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan.”
Menurut Tandelilin (2010:2) pengertian investasi adalah :
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang.”
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah
kegiatan penundaan konsumsi saat ini untuk melakukan penanaman dana dengan
tujuan memperoleh pendapatan yang lebih besar di masa yang akan datang.
2.4.2
Tujuan Investasi
Tujuan investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Secara lebih
khusus ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain
Tandelilin (2010:7):
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain,
maka seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang usaha tertentu.
2.4.3
Risiko Investasi
Selain
mendapat
keuntungan,
risiko
dalam
investasi
juga
harus
diperhitungkan dengan baik. Risiko yang mungkin timbul dalam berinvestasi antara
lain (Tandelilin, 2010:103):
1. Risiko suku bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
2. Risiko pasar
Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Perubahan pasar dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun
perubahan politik.
3. Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bias disebut sebagai risiko
daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut
tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang
dialaminya.
4. Risiko bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai
risiko bisnis. Misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri
tekstil akan sangant dipengaruhi oleh karakteristik industri kecil itu sendiri.
5. Risiko finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang
dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan
perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.
6. Risiko likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu
sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian
sebaliknya.
7. Risiko nilai tukar mata uang
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara
perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya.
8. Risiko negara
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan
kondisi perpolitikan suatu negara.
2.4.4
Jenis-jenis Investasi
Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang
mempunyai suatu kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari bagian utama,
yaitu Sunariyah (2006:4):
1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets)
Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang
seni dan real estate.
2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable
securities atau financial assets).
Aktiva finansial adalah surat-surat berharga pada dasarnya merupakan klaim
atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu emitas. Pemilik aktiva financial dalam
rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Investasi langsung (direct ivestment)
Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat
berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah
go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa
penghasilan dividen dan capital gain.
2. Investasi tidak langsung (indirect investment)
Investasi tidak langsung terjadi bila mana surat-surat berharga yang
dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi
(investment company) yang berfungsi sebagai perantara.
2.5
Pasar Modal
2.5.1
Pengertian Pasar Modal
Menurut Sartono (2001:21) pengertian pasar modal adalah:
“Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang
atau long-term financial assets. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di
pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.”
Menurut Sutrisno (2009:300) pengertian pasar modal adalah:
“Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik
yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa
efek.”
Menurut Tandelilin (2010:26) pengertian pasar modal adalah:
“Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar
untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari
satu tahun, seperti saham dan obligasi.”
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah
tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan aset keuangan jangka panjang
atau long-term financial assets dalam rangka memperoleh modal.
2.5.2
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga
ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang
memiliki dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam
pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasa modal dapat
mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Bila di suatu
negara tidak ada pasar modal kemungkinan besar akan terjadi capital flight karena
tidak adanya sarana investasi bagi para pemilik dana. Oleh karena itu pasar modal
mempunyai beberapa fungsi antara lain adalah:
1. Sebagai sumber penghimpun dana. Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi
dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa
dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan
yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara
konvensional.
2. Sebagai sarana investasi. Pada umumnya perusahaan yang menjual surat
berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah
mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang
dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana atau
investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada
perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil.
3. Pemerataan pendapatan. Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan
go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri
perusahaan
yang
bersangkutan.
Dengan
go
public-nya
perusahaan
memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki
perusahaan tersebut.
4. Sebagai pendorong investasi. Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk
memajukan pembangunan dan perekonomian negaranya. Untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan memamajukan pembangunan membutuhkan
investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi
sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing Sutrisno
(2009:300).
2.5.3
Instrumen Pasar Modal
Instrument pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan
sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga,
merupakan aset finansial (financial asset) yang menyatakan klaim keuangan.
Sekuritas yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas Indonesia adalah saham baik
saham biasa maupun saham preferen serta bukti right dan waran. Dari keempat
sekuritas ini, saham biasa yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia.
2.6
Saham Biasa
2.6.1
Pengertian Saham Biasa
Menurut Sundjaja, dan Barlian (2003:436) saham adalah:
“Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan.”
Menurut Martono, dan Harjito (2005:42) saham adalah:
“Surat bukti kepemilikian atau surat bukti penyertaan atas suatu perusahaan
yang mengeluarkannya (emiten).”
Menurut Tandelilin (2010:32) saham adalah:
“Saham biasa (common stock) menyatakan kepemilikan suatu perusahaan.
Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan.”
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan
surat berharga sebagai tanda penyertaan kepemilikan atas suatu perusahaan.
2.6.2
Return Saham
Return menurut Fahmi dan Hadi (2009:151) adalah:
“Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil
kebijakan investasi yang dilakukannya.”
Menurut Jogiyanto (2003:109), definisi return adalah:
“Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi
tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.”
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan
data historis. Return realisasi digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan. Return historis juga berguna sebagai dasar perhitungan return ekspektasi
dan risiko di masa yang akan datang.
Menurut Jones (2004:140), komponen return terdiri dari:
1. Yield: arus kas periodik (atau pendapatan) pada investasi, baik bunga atau
dividen.
2. Capital gain (loss): apresiasi (atau depresiasi) dalam harga aset.
Yield merupakan pemberian secara periodik oleh perusahaan dalam bentuk
uang tunai kepada investor. Pemberian yield ini merupakan kebijakan manajemen
perusahaan. Yield biasanya diharapkan untuk investasi jangka panjang.
Sedangkan yang dimaksud dengan capital gain (loss) adalah selisih
perubahan harga yang terjadi pada saat dibeli dengan saat saham tersebut dijual di
kemudian hari. Return ini diharapkan pada investasi jangka pendek.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa abnormal return
adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi.
2.6.3
Abnormal Return
Menurut Jogiyanto (2003:434), abnormal return adalah:
“Selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi”
Menurut Sularso (20003:6), abnormal return adalah:
“Selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan”
Menurut Mulyati (2003:241), abnormal return adalah:
“Selisih antara return realisasi dengan return ekspektasi.”
Untuk mengestimasi return ekspektasi menggunakan model estimasi sebagai berikut:
1. Mean-Adjusted Model
Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted returns) ini menganggap bahwa
return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi
sebelumnya selama periode estimasi Jogiyanto (2003:434). Formulanya
adalah sebagai berikut Tandelilin (2010:225):
ARi,t = Ri,t - Ri
Dimana:
ARi,t: Return tak normal sekuritas i pada hari t
Ri,t: Return aktual sekuritas i pada hari t
Ri: Rata-rata return sekuritas i selama sekian hari sebelum hari t
2. Market-Adjusted Model
Model disesuaikan-pasar (market-adjusted
model) menganggap bahwa
penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks
pasar pada saat tersebut Jogiyanto (2003:445). Dengan menggunakan model ini,
maka tidak perlu menggunakan periode estimasi, karena return sekuritas yang
diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Formulanya adalah sebagai
ARi,t = Ri,t – Rm,t
berikut Tandelilin (2010:225):
Dimana:
ARi,t: Return tak normal sekuritas i pada hari t
Ri,t:
Return aktual sekuritas i pada hari t
Rm,t:
Return pasar pada hari t
3. Market Model
Perhitungan
return
ekspektasi dengan model pasar (market model) ini
dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model
ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela Jogiyanto
(2003:439). Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS
(Ordinary Least Square) dengan persamaan sebagai berikut Jogiyanto (2003:440):
Ri,j =
i
+ βi . Rm,j +
I,j
Dimana:
Ri,j: Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
i:
Intercept untuk sekuritas ke-i
βi: Koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
Rm,j: Return indeks pasar
I,j:
Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
2.7
Dividen
2.7.1
Pengertian Dividen
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:332) dividen adalah:
“Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.”
Menurut Marcus (2007:44) dividen adalah:
“Pembayaran dari perseroan kepada para pemegang saham yang dilakukan
dalam bentuk tunai atau saham.”
Menurut Ross, Werterfield, dan Jordan (2009:358) dividen adalah:
“Dividen tunai adalah pembayaran tunai oleh perusahaan kepada pemegang
sahamnya.”
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dividen
merupakan sebagian dari laba perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham
yang memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
2.7.2
Bentuk-Bentuk Dividen
Bentuk-bentuk dividen menurut Baridwan (1997: 434) yaitu:
1. Dividen Kas (Cash Dividend)
Dividen ini merupakan dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan,
dimana pembayarannya dilakukan setahun sekali. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh perusahaan agar dapat membayar dividen ini:

Laba ditahan yang mencukupi

Kas yang memadai

Tindakan formal dari dewan komisaris
2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)
Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas disebut property
dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga
perusahaan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan ataupun barang dagangan.
3. Dividen Utang (Scrip Dividend)
Dividen utang ialah janji yang tertulis untuk membayar jumlah tertentu di
waktu yang akan datang.
4. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi ialah dividen yang sebagian merupakan pengembalian
modal.
5. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut
pembayaran kepada para pemegang saham sebanding dengan saham yang
dimilikinya.
2.7.3
Kebijakan Dividen
Menurut Arifin (2005:105) kebijakan dividen adalah:
“Kebijakan dividen dahulu kebijakan dividen (dividend policy) merupakan
keputusan perusahaan mengenai berapa besar dividen kas (cash dividends)
yang harus dibayarkan dan berapa kali dividen tersebut akan dibayarkan
dalam satu tahun. Saat ini pengertian kebijakan dividen menyangkut
keputusan yang lebih beragam seperti; apakah kas akan didistribusikan
dengan cara share repurchases (pembelian kembali saham) atau lewat
dividen kas, apakah perusahaan lebih mementingkan kenaikan harga saham
dengan cara menahan laba lebih banyak atau membagikan dividen yang lebih
besar, bagaimana menjaga keseimbangan antara kepentingan investor
individual yang pajak atas dividennya tinggi dan investor institusional yang
pajak atas dividennya rendah.”
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:341) kebijakan dividen adalah:
“Kebijakan dividen perusahaan, adalah rencana tindakan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen.”
Menurut Husnan, dan Pudjiastuti (2006:297) kebijakan dividen adalah:
“Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak
para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai
dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali.”
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen
adalah tindakan yang menyangkut keputusan berapa besar laba yang akan dibagikan
sebagai dividen dan berapa besar laba yang akan ditahan, dan juga keputusan untuk
menjaga keseimbangan antara kepentingan investor individual yang pajak atas
dividennya tinggi dan investor institusional yang pajak atas dividennya rendah.
2.7.4
Teori Kebijakan Dividen
1. Teori residu dividen (the residual theory of dividends)
Titik tolak teori:
Para investor lebih senang apabila perusahaan menahan keuntungannya untuk
diinvestasikan kembali daripada jika keuntungan itu dibayarkan berupa dividen
dimana re-investasi akan menghasilkan lebih banyak dibandingkan saham-saham lain
yang resikonya kira-kira seimbang. Teori tersebut menjelaskan bahwa dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan pembayaran atas
kesempatan peluang investasi yang dilaksanakan.
Dengan menggunakan pendekatan tersebut, perusahaan mencoba membuat
keputusan dividen dengan tigatahap sebagai berikut:
Tahap 1: menentukan tingkat optimum dari pegeluaran modal, yang tingkatnya
dihasilkan dari titik perpotongan Skedul Kesempatan Investasi/SKI (Investment
Schedule/IOS) dan Biaya Modal Marjinal Tertimbang/BMMT (Weighted Marginal
Cost of Capital/WMCC).
Tahap 2: gunakan proporsi struktur modal optimal, perkirakan total jumlah dari
pembiayaan ekuitas yang diperlukan untuk mendukung pengeluaran pada tahap 1.
Tahap 3: karena laba ditahan (Ld ) lebih kecil daripada biaya saham biasa baru (Bsb).
Gunakan laba ditahan untuk memperoleh modal yang diperlukan pada tahap 2. Jika
laba ditahan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dapat menjual saham
biasa baru. Jika laba ditahan melebihi dari yang diperlukan, jumlah kelebihannya
dibagikan sebagai dividen.
2. Teori Irrelevansi Dividen
Pendekatan ini menyatakan bahwa dividen tidak relevan-dividen hanya
menunjukkan sisa pendapatan dan bukan variabel keputusan yang mempengaruhi
nilai perusahaan. Pandangan ini sesuai dengan teori irrelevansi dividen yang
dikemukakan oleh Merton H. Miller dan Franco Modigliani yang biasa disebut teori
“M dan M”. Teori M dan M menunjukkan bahwa dalam dunia yang sempurna (ada
kepastian, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pasar lain yang
sempurna) maka nilai dari perusahaan tidak dipengaruhi oleh distribusi dividen.
3. Teori relevansi dividen
Myron J.Gordon, John Lintner menyatakan bahwa pemegang saham
menyukai dividen sekarang dan ada hubungan langsung antara kebijakan dividen dan
nilai pasarnya. Dasar pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari
risiko dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil
daripada dividen yang diterima dimasa yang akan datang (Sundjaja dan Barlian,
2002:335).
2.7.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu:
1. Peraturan Hukum
a) Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari
laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.
b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para
kreditur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal
membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannya.
c) Peraturan mengenai tak mampu bayar. Perudahaan boleh tidak membayar
dividen jika tidak mampu (bangkrut
jumlah hutang lebih besar daripada
jumlah harta).
2. Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan
untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah
diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barangbarang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu,
suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat
membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang
sedang tumbuh biasanya betul-betul kekurangan dana. Dalam situasi seperti
itu mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam
bentuk uang tunai.
3. Membayar pinjaman
Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau
untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat
jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi
pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi,
maka biasanya harus ada laba ditahan.
4. Kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang,
seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
Pembatasan-pembatasan itu dimaksudkan untuk melindungi para kreditur:
a) Dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang
diperoleh sesudah ditandatanganinya kontrak pinjaman (artinya tidak boleh
dibayarkan dari laba lalu yang ditahan).
b) Dividen tidak boleh dibayarkan jika modla kerja bersih jumlahnya lebih kecil
dari suatu jumlah tertentu. Begitu pula persetujuan mengenai saham preferen
biasanya menyatakan bahwa dividen atas saham biasa tidak boleh dibayarkan
sebelum semua dividen preferen selesai dibayar.
5. Pengembalian aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk
membiayai pengembangan aktiva perusahaan.
6. Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk
dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan
kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain.
7. Stabilitas keuntungan
Perusahaan
yang
keuntungannya
relatif
teratur
seringkali
dapat
memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan
yang seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam
bentuk dividen dengan persentasi yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
8. Pasar modal
Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan
keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau
memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Karena itu
perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil atau yang masih baru.
9. Kendali perusahaan
Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka
pembayaran dividen akan berkurang.
10. Keputusan kebijakan dividen
Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada
tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan
dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika
sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan
cukup permanen. Sekali dividen sudah naik, maka segala daya dan upaya akan
dikerahkan, supaya
tingkatan
yang
baru itu dapat
terus
menerus
dipertahankan. Jika keuntungannya kemudia merosot, tingkat dividen yang
baru itu sementara akan tetap dipertahankan, sampai betul-betul menjadi jelas
bahwa keuntungannya memang tak mungkin pulih kembali (Sundjaja dan
Barlian, 2002:339).
2.7.6
Jenis-Jenis Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan
memperhatikan:

Maksimalkan kekayaan dari pemilik perusahaan

Pembiayaan yang cukup
Kedua tujuan tersebut saling berhubungan dan harus memenuhi berbagai
faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhsn, hubungsn dengan pemilik,
hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan.
Ada tiga jenis kebijakan dividen, yaitu:
1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan (constant-payout-ratio-dividend
policy)
Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam persentase
tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode
pembagian dividen. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), adalah
persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam
bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba
per saham.
2. Kebijakan dividen teratur
Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah
yang tetap dalam setiap periode.
3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra
Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (low dividend-payout
ratio), adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba membayar dividen
dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta
disesuaikan terhadapp target pembayaran yang membuktikan terjadinya
peningkatan hasil. Jika pendapatannya lebih tinggi dari normal pada periode
tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen tersebut, dimana
disebut dividen ekstra (Sundjaja dan Barlian, 2002:341).
2.7.7
Prosedur Pembagian Dividen
Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh pemegang
saham. Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan,
tergantung kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Adapun
prosedur pembagian dividen yang aktual menurut (Weston and Brigham 1998) adalah
pada tanggal pengumuman, tanggal pencatatan pemegang saham, tanggal ex-dividend
dan tanggal pembayaran dividen menurut Sularso (2003:4):
a.
Tanggal Pengumuman
Adalah tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana
pembagian dividen.
b.
Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (Holder of record date)
Adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar
berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan.
c.
Tanggal Ex-dividend (Ex-dividend date)
Adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari
sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal
pencatatan saham.
d.
Tanggal Pembayaran Dividen (Dividend Payment)
Adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen.
2.8
Harga Saham
2.8.1
Pengertian Harga Saham
Menurut Sartono (2001:70) harga saham adalah:
“Harga pasar saham yang terbentuk melalui mekanisme permintaan dan
penawaran di pasar modal.”
Menurut Sularso (2003:6) harga saham adalah:
“Harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan (closing price) yang
terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham.”
Menurut Winarto (2012: 25) harga saham adalah:
“Harga per lembar saham yang diperjual-belikan.”
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga saham
adalah harga per lembar saham pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk
atas mekanisme permintaan dan penawaran di bursa.
2.8.2
Proses Terbentuknya Harga Saham
Proses terbentuknya harga saham dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Demand to Buy Schedule
Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. Biasanya
mereka akan memakai jasa para broker atau pialang saham. Investor dapat
memilih saham mana yang akan dibeli dan bisa menetapkan standar harga
bagi investor itu sendiri.
b. Supply to sell schedule
Investor juga dapat menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut dapat
menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke
pasaran. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor.
c. Interaction of Schedule
Pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan suatu titik temu
yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan
yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk sahamnya.
Saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di
pasaran, harga saham tersebut akan berubah karena permintaan dari para
investor. Ekspektasi harga yang dimiliki oleh buyer akan mempengaruhi
pergerakan harga saham yang pada awalnya telah ditawarkan oleh pihak
seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga
yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/harga-saham-nilai-saham-dan-proses.html) .
2.8.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah:
1.
Faktor Internal (Lingkungan Mikro):
a. Pengumuman
tentang
pemasaran,
produksi,
penjualan
seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman
pendanaan
(financing
announcements),
seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi,
laporan divestasi dan lainnya.
e. Pengumuman
investasi
(investment
announcements),
seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha
lainnya.
f. Pengumuman
ketenagakerjaan
(labour
announcements),
seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per
share (EPS) dan dividend per share (DPS), price earning ratio (PER),
net profit margin (NPM), return on assets (ROA), dan lain-lain.
h. Pengumuman pembagian dividen
2.
Faktor Eksternal (Lingkungan Makro):
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman
hukum
(legal
announcements),
seperti
tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan
perusahaan terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri (http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html).
2.9
Peneliti
Sularso
Penelitian Terdahulu
Tahun
2003
Judul
Objek
Pengaruh
Aneka
Pengumuman Industri
Dividen
Terhadap
Perubahan
Harga Saham
(Return)
Sebelum dan
Sesudah Exdividend Date
di BEJ.
Variabel,
dan
Metode
Penelitian
Abnormal
Return,
Event
Study
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
pada
tingkat
signifikansi 10% ada 2 hari
kerja
yang
masih
menghasilkan abnormal return
yang signifikan pada dividen
naik, yaitu hari ke 4 sebelum
event date sebesar 0,001102
atau sekitar 0,1% dan pada
hari ke 5 setelah event date
sebesar 0,032184 atau sekitar
3%. Sedangkan pada dividen
turun menunjukkan bahwa ada
3 hari bursa yang masih
memberikan abnormal return
yang signifikan, yaitu pada
hari ke 13 dan pada hari ke 2
sebelum event date sebesar
Mulyati
2003
Reaksi Harga Aneka
Saham
Industri
Terhadap
Perubahan
Dividen Tunai
dan Dividend
Yield di Bursa
Efek Jakarta
Abnormal
Return dan
Dividend
Yield,
Event
Study
Siaputra
dan
Atmadja
2006
Pengaruh
Aneka
Pengumuman Industri
Dividen
Terhadap
Perubahan
Harga Saham
Sebelum dan
Sesudah Exdividend Date
di BEJ.
Harga
saham, dan
nilai
nominal
dividen kas
per lembar
saham,
Event
Study
0,028263 atau sekitar 2% dan
0,0166274 atau sekitar 1%,
serta pada hari ke 5 setelah
event date sebesar 0,029105
atau sekitar 3%.
Reaksi harga saham positif
terhadap kenaikkan dividen
yang dibayarkan terjadi pada
hari ke 5 ditunjukkan dengan
nilai abnormal return sebesar
0,4283 sebelum pengumuman,
sedangkan reaksi harga saham
negatif terhadap penurunan
dividen yang dibayarkan
terjadi pada hari ke 5 setelah
pengumuman
yang
ditunjukkan dengan nilai
abnormal return sebesar 0,2983.
Ini menunjukkan
bahwa dividen mengandung
informasi. Reaksi harga saham
tidak
dipengaruhi
oleh
perubahan dividend yield.
Nilai rata-rata harga saham
sebelum ex-dividend date dan
nilai rata-rata harga saham
sesudah ex-dividend date
secara
statistik
berbeda
signifikan.
Mirdah
dan
Solikhin
2010
Analisis
Dampak
Pengumuman
Dividen
Terhadap
Reaksi Pasar
Aneka
Industri
Abnormal
Return,
Market
Adjusted
Model
Hasil uji hipotesis kandungan
informasi
dividen,
menghasilkan
average
abnormal return yang positif
yaitu pada (-5) hari, (-4) hari,
dan
(-3)
hari sebelum
pengumuman dividen dan 2
hari,
4
hari
setelah
pengumuman, menunjukkan
bahwa pasar merespon secara
positif dengan adanya
pengumuman dividen, tetapi
pasar juga merespon secara
negatif pada dua (-2) hari,
satu (-1) hari dan pada saat
diumumkan 0 hari serta satu 1
hari, tiga 3 hari dan lima 5
hari setelah pengumuman
dividen
Download