BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, berikut ini adalah sebagian diantaranya: Menurut Fuad, Christine, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus (2000:92) adalah : “Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.” Menurut Hasibuan (2004:2) manajemen adalah : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Menurut Robbins, dan Coulter (2004:6) manjemen adalah: “Manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen yaitu pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang ada dalam organisasi dengan efektif dan efisien, untuk melakukan kegiatan dengan tujuan yang telah ditetapkan. 2.2 Keuangan 2.2.1 Pengertian Keuangan Menurut Sartono (2001:6) keuangan adalah: “Teori keuangan pada prinsipnya menjelaskan tentang bagaimana orang atau perusahaan seharusnya berperilaku, dan kemudian dikembangkan teori yang lebih formal untuk mempelajari perilaku orang atau perusahaan.” Menurut Sundjaja, dan Barlian (2003:3) keuangan adalah: “Keuangan adalah ilmu dan seni dalam mengelola uang, yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.” Menurut Brigham, dan Houston (2010:34) keuangan adalah: “Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang, diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang dapat dilakukan oleh individu atau perusahaan yang akan mempengaruhi kehidupannya. 2.3 Manajemen Keuangan 2.3.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen yang ada dalam suatu perusahaan. Menurut Fuad, Christine, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus (2001:222) manajemen keuangan adalah: “Manajemen keuangan adalah aktivitas yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian perolehan serta pendistribusian aset-aset keuangan perusahaan. Aktivitas yang dilakukan perusahaan pada umumnya berhubungan dengan penentuan keputusan investasi jangka panjang, perolehan dana untuk pembiayaan investasi tersebut, serta pelaksanaan kegiatan operasional keuangan perusahaan.” Menurut Martono & Harjito (2007:4) manajemen keuangan adalah: “Manajemen keuangan (financial management) atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Menurut Sutrisno (2007:3) manajemen keuangan adalah: “Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan yaitu semua aktivitas yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola dana sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. 2.3.2 Fungsi Manajemen Keuangan Gambar 2.1 Fungsi Manajemen Keuangan 2 1 Aktiva Manajer Perusahaan Keuangan 3 4b Pasar Keuangan 4a Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial market (lihat panah 1). Dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan (lihat panah 2). Dari kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan mengharapkan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dari pengorbanannya. Dengan kata lain, diharapkan diperoleh “laba” (anak panah 3). Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemiliki dana (pasar keuangan), yaitu panah 4a, atau diinvestasikan kembali ke peruahaan (anak panah 4). Dalam skema tersebut terlihat bahwa manajer keuangan harus mengambil keputusan tentang: menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:4) : 1. Penggunaan dana (yaitu panah 2, disebut sebagai keputusan investasi) 2. Memperoleh dana (yaitu panah 1, disebut sebagai keputusan pendanaan) 3. Pembagian laba (yaitu panah 4a atau 4b, disebut sebagai kebijakan dividen) 2.3.3 Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Irawati (2006:4) tujuan manajemen keuangan: “Untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expense atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalm menjalankan perusahaan ke arah perkembangan yang berjalan atau survive dan expantion.” Menurut Sutrisno (2009:4) tujuan manajemen keuangan: “Bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham. Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2006:11) mengatakan bahwa : “The goal of financial managementist to maximize the current value per share of the existing stock.” 2.4 Investasi 2.4.1 Pengertian Investasi Menurut Arifin (2005:21) pengertian investasi adalah : “Investasi adalah kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatkan (nilai) konsumsi yang lebih besar di masa yang akan datang.” Menurut Jogiyanto (2007:5) pengertian investasi adalah : “Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan.” Menurut Tandelilin (2010:2) pengertian investasi adalah : “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.” Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah kegiatan penundaan konsumsi saat ini untuk melakukan penanaman dana dengan tujuan memperoleh pendapatan yang lebih besar di masa yang akan datang. 2.4.2 Tujuan Investasi Tujuan investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Secara lebih khusus ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain Tandelilin (2010:7): 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, maka seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya adanya pengaruh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang usaha tertentu. 2.4.3 Risiko Investasi Selain mendapat keuntungan, risiko dalam investasi juga harus diperhitungkan dengan baik. Risiko yang mungkin timbul dalam berinvestasi antara lain (Tandelilin, 2010:103): 1. Risiko suku bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. 2. Risiko pasar Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik. 3. Risiko inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bias disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya. 4. Risiko bisnis Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil akan sangant dipengaruhi oleh karakteristik industri kecil itu sendiri. 5. Risiko finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. 7. Risiko nilai tukar mata uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. 8. Risiko negara Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. 2.4.4 Jenis-jenis Investasi Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai suatu kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari bagian utama, yaitu Sunariyah (2006:4): 1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Aktiva finansial adalah surat-surat berharga pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu emitas. Pemilik aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Investasi langsung (direct ivestment) Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gain. 2. Investasi tidak langsung (indirect investment) Investasi tidak langsung terjadi bila mana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara. 2.5 Pasar Modal 2.5.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sartono (2001:21) pengertian pasar modal adalah: “Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-term financial assets. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.” Menurut Sutrisno (2009:300) pengertian pasar modal adalah: “Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek.” Menurut Tandelilin (2010:26) pengertian pasar modal adalah: “Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.” Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan aset keuangan jangka panjang atau long-term financial assets dalam rangka memperoleh modal. 2.5.2 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasa modal dapat mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Bila di suatu negara tidak ada pasar modal kemungkinan besar akan terjadi capital flight karena tidak adanya sarana investasi bagi para pemilik dana. Oleh karena itu pasar modal mempunyai beberapa fungsi antara lain adalah: 1. Sebagai sumber penghimpun dana. Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional. 2. Sebagai sarana investasi. Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. 3. Pemerataan pendapatan. Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan. Dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. 4. Sebagai pendorong investasi. Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian negaranya. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memamajukan pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing Sutrisno (2009:300). 2.5.3 Instrumen Pasar Modal Instrument pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial asset) yang menyatakan klaim keuangan. Sekuritas yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas Indonesia adalah saham baik saham biasa maupun saham preferen serta bukti right dan waran. Dari keempat sekuritas ini, saham biasa yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia. 2.6 Saham Biasa 2.6.1 Pengertian Saham Biasa Menurut Sundjaja, dan Barlian (2003:436) saham adalah: “Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.” Menurut Martono, dan Harjito (2005:42) saham adalah: “Surat bukti kepemilikian atau surat bukti penyertaan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya (emiten).” Menurut Tandelilin (2010:32) saham adalah: “Saham biasa (common stock) menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan surat berharga sebagai tanda penyertaan kepemilikan atas suatu perusahaan. 2.6.2 Return Saham Return menurut Fahmi dan Hadi (2009:151) adalah: “Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya.” Menurut Jogiyanto (2003:109), definisi return adalah: “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.” Return realisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis juga berguna sebagai dasar perhitungan return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Menurut Jones (2004:140), komponen return terdiri dari: 1. Yield: arus kas periodik (atau pendapatan) pada investasi, baik bunga atau dividen. 2. Capital gain (loss): apresiasi (atau depresiasi) dalam harga aset. Yield merupakan pemberian secara periodik oleh perusahaan dalam bentuk uang tunai kepada investor. Pemberian yield ini merupakan kebijakan manajemen perusahaan. Yield biasanya diharapkan untuk investasi jangka panjang. Sedangkan yang dimaksud dengan capital gain (loss) adalah selisih perubahan harga yang terjadi pada saat dibeli dengan saat saham tersebut dijual di kemudian hari. Return ini diharapkan pada investasi jangka pendek. Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa abnormal return adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi. 2.6.3 Abnormal Return Menurut Jogiyanto (2003:434), abnormal return adalah: “Selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi” Menurut Sularso (20003:6), abnormal return adalah: “Selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan” Menurut Mulyati (2003:241), abnormal return adalah: “Selisih antara return realisasi dengan return ekspektasi.” Untuk mengestimasi return ekspektasi menggunakan model estimasi sebagai berikut: 1. Mean-Adjusted Model Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted returns) ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi Jogiyanto (2003:434). Formulanya adalah sebagai berikut Tandelilin (2010:225): ARi,t = Ri,t - Ri Dimana: ARi,t: Return tak normal sekuritas i pada hari t Ri,t: Return aktual sekuritas i pada hari t Ri: Rata-rata return sekuritas i selama sekian hari sebelum hari t 2. Market-Adjusted Model Model disesuaikan-pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut Jogiyanto (2003:445). Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Formulanya adalah sebagai ARi,t = Ri,t – Rm,t berikut Tandelilin (2010:225): Dimana: ARi,t: Return tak normal sekuritas i pada hari t Ri,t: Return aktual sekuritas i pada hari t Rm,t: Return pasar pada hari t 3. Market Model Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela Jogiyanto (2003:439). Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan sebagai berikut Jogiyanto (2003:440): Ri,j = i + βi . Rm,j + I,j Dimana: Ri,j: Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j i: Intercept untuk sekuritas ke-i βi: Koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i Rm,j: Return indeks pasar I,j: Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j 2.7 Dividen 2.7.1 Pengertian Dividen Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:332) dividen adalah: “Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.” Menurut Marcus (2007:44) dividen adalah: “Pembayaran dari perseroan kepada para pemegang saham yang dilakukan dalam bentuk tunai atau saham.” Menurut Ross, Werterfield, dan Jordan (2009:358) dividen adalah: “Dividen tunai adalah pembayaran tunai oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan sebagian dari laba perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham yang memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. 2.7.2 Bentuk-Bentuk Dividen Bentuk-bentuk dividen menurut Baridwan (1997: 434) yaitu: 1. Dividen Kas (Cash Dividend) Dividen ini merupakan dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan, dimana pembayarannya dilakukan setahun sekali. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar dapat membayar dividen ini: Laba ditahan yang mencukupi Kas yang memadai Tindakan formal dari dewan komisaris 2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend) Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan ataupun barang dagangan. 3. Dividen Utang (Scrip Dividend) Dividen utang ialah janji yang tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. 4. Dividen Likuidasi Dividen likuidasi ialah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. 5. Dividen Saham Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham sebanding dengan saham yang dimilikinya. 2.7.3 Kebijakan Dividen Menurut Arifin (2005:105) kebijakan dividen adalah: “Kebijakan dividen dahulu kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan perusahaan mengenai berapa besar dividen kas (cash dividends) yang harus dibayarkan dan berapa kali dividen tersebut akan dibayarkan dalam satu tahun. Saat ini pengertian kebijakan dividen menyangkut keputusan yang lebih beragam seperti; apakah kas akan didistribusikan dengan cara share repurchases (pembelian kembali saham) atau lewat dividen kas, apakah perusahaan lebih mementingkan kenaikan harga saham dengan cara menahan laba lebih banyak atau membagikan dividen yang lebih besar, bagaimana menjaga keseimbangan antara kepentingan investor individual yang pajak atas dividennya tinggi dan investor institusional yang pajak atas dividennya rendah.” Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:341) kebijakan dividen adalah: “Kebijakan dividen perusahaan, adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen.” Menurut Husnan, dan Pudjiastuti (2006:297) kebijakan dividen adalah: “Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali.” Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah tindakan yang menyangkut keputusan berapa besar laba yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa besar laba yang akan ditahan, dan juga keputusan untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan investor individual yang pajak atas dividennya tinggi dan investor institusional yang pajak atas dividennya rendah. 2.7.4 Teori Kebijakan Dividen 1. Teori residu dividen (the residual theory of dividends) Titik tolak teori: Para investor lebih senang apabila perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali daripada jika keuntungan itu dibayarkan berupa dividen dimana re-investasi akan menghasilkan lebih banyak dibandingkan saham-saham lain yang resikonya kira-kira seimbang. Teori tersebut menjelaskan bahwa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan pembayaran atas kesempatan peluang investasi yang dilaksanakan. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, perusahaan mencoba membuat keputusan dividen dengan tigatahap sebagai berikut: Tahap 1: menentukan tingkat optimum dari pegeluaran modal, yang tingkatnya dihasilkan dari titik perpotongan Skedul Kesempatan Investasi/SKI (Investment Schedule/IOS) dan Biaya Modal Marjinal Tertimbang/BMMT (Weighted Marginal Cost of Capital/WMCC). Tahap 2: gunakan proporsi struktur modal optimal, perkirakan total jumlah dari pembiayaan ekuitas yang diperlukan untuk mendukung pengeluaran pada tahap 1. Tahap 3: karena laba ditahan (Ld ) lebih kecil daripada biaya saham biasa baru (Bsb). Gunakan laba ditahan untuk memperoleh modal yang diperlukan pada tahap 2. Jika laba ditahan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dapat menjual saham biasa baru. Jika laba ditahan melebihi dari yang diperlukan, jumlah kelebihannya dibagikan sebagai dividen. 2. Teori Irrelevansi Dividen Pendekatan ini menyatakan bahwa dividen tidak relevan-dividen hanya menunjukkan sisa pendapatan dan bukan variabel keputusan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan ini sesuai dengan teori irrelevansi dividen yang dikemukakan oleh Merton H. Miller dan Franco Modigliani yang biasa disebut teori “M dan M”. Teori M dan M menunjukkan bahwa dalam dunia yang sempurna (ada kepastian, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pasar lain yang sempurna) maka nilai dari perusahaan tidak dipengaruhi oleh distribusi dividen. 3. Teori relevansi dividen Myron J.Gordon, John Lintner menyatakan bahwa pemegang saham menyukai dividen sekarang dan ada hubungan langsung antara kebijakan dividen dan nilai pasarnya. Dasar pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari risiko dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima dimasa yang akan datang (Sundjaja dan Barlian, 2002:335). 2.7.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: 1. Peraturan Hukum a) Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannya. c) Peraturan mengenai tak mampu bayar. Perudahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu (bangkrut jumlah hutang lebih besar daripada jumlah harta). 2. Posisi likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barangbarang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya betul-betul kekurangan dana. Dalam situasi seperti itu mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk uang tunai. 3. Membayar pinjaman Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan. 4. Kontrak pinjaman Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan-pembatasan itu dimaksudkan untuk melindungi para kreditur: a) Dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesudah ditandatanganinya kontrak pinjaman (artinya tidak boleh dibayarkan dari laba lalu yang ditahan). b) Dividen tidak boleh dibayarkan jika modla kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu. Begitu pula persetujuan mengenai saham preferen biasanya menyatakan bahwa dividen atas saham biasa tidak boleh dibayarkan sebelum semua dividen preferen selesai dibayar. 5. Pengembalian aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. 6. Tingkat pengembalian Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. 7. Stabilitas keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan yang seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. 8. Pasar modal Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Karena itu perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil atau yang masih baru. 9. Kendali perusahaan Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. 10. Keputusan kebijakan dividen Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan cukup permanen. Sekali dividen sudah naik, maka segala daya dan upaya akan dikerahkan, supaya tingkatan yang baru itu dapat terus menerus dipertahankan. Jika keuntungannya kemudia merosot, tingkat dividen yang baru itu sementara akan tetap dipertahankan, sampai betul-betul menjadi jelas bahwa keuntungannya memang tak mungkin pulih kembali (Sundjaja dan Barlian, 2002:339). 2.7.6 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan: Maksimalkan kekayaan dari pemilik perusahaan Pembiayaan yang cukup Kedua tujuan tersebut saling berhubungan dan harus memenuhi berbagai faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhsn, hubungsn dengan pemilik, hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan. Ada tiga jenis kebijakan dividen, yaitu: 1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan (constant-payout-ratio-dividend policy) Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham. 2. Kebijakan dividen teratur Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. 3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (low dividend-payout ratio), adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadapp target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil. Jika pendapatannya lebih tinggi dari normal pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen tersebut, dimana disebut dividen ekstra (Sundjaja dan Barlian, 2002:341). 2.7.7 Prosedur Pembagian Dividen Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh pemegang saham. Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan, tergantung kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Adapun prosedur pembagian dividen yang aktual menurut (Weston and Brigham 1998) adalah pada tanggal pengumuman, tanggal pencatatan pemegang saham, tanggal ex-dividend dan tanggal pembayaran dividen menurut Sularso (2003:4): a. Tanggal Pengumuman Adalah tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen. b. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (Holder of record date) Adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. c. Tanggal Ex-dividend (Ex-dividend date) Adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan saham. d. Tanggal Pembayaran Dividen (Dividend Payment) Adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. 2.8 Harga Saham 2.8.1 Pengertian Harga Saham Menurut Sartono (2001:70) harga saham adalah: “Harga pasar saham yang terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal.” Menurut Sularso (2003:6) harga saham adalah: “Harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham.” Menurut Winarto (2012: 25) harga saham adalah: “Harga per lembar saham yang diperjual-belikan.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga per lembar saham pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk atas mekanisme permintaan dan penawaran di bursa. 2.8.2 Proses Terbentuknya Harga Saham Proses terbentuknya harga saham dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : a. Demand to Buy Schedule Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. Biasanya mereka akan memakai jasa para broker atau pialang saham. Investor dapat memilih saham mana yang akan dibeli dan bisa menetapkan standar harga bagi investor itu sendiri. b. Supply to sell schedule Investor juga dapat menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut dapat menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke pasaran. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor. c. Interaction of Schedule Pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan suatu titik temu yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk sahamnya. Saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di pasaran, harga saham tersebut akan berubah karena permintaan dari para investor. Ekspektasi harga yang dimiliki oleh buyer akan mempengaruhi pergerakan harga saham yang pada awalnya telah ditawarkan oleh pihak seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/harga-saham-nilai-saham-dan-proses.html) . 2.8.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah: 1. Faktor Internal (Lingkungan Mikro): a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi. d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya. f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividend per share (DPS), price earning ratio (PER), net profit margin (NPM), return on assets (ROA), dan lain-lain. h. Pengumuman pembagian dividen 2. Faktor Eksternal (Lingkungan Makro): a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading. d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri (http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html). 2.9 Peneliti Sularso Penelitian Terdahulu Tahun 2003 Judul Objek Pengaruh Aneka Pengumuman Industri Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Exdividend Date di BEJ. Variabel, dan Metode Penelitian Abnormal Return, Event Study Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi 10% ada 2 hari kerja yang masih menghasilkan abnormal return yang signifikan pada dividen naik, yaitu hari ke 4 sebelum event date sebesar 0,001102 atau sekitar 0,1% dan pada hari ke 5 setelah event date sebesar 0,032184 atau sekitar 3%. Sedangkan pada dividen turun menunjukkan bahwa ada 3 hari bursa yang masih memberikan abnormal return yang signifikan, yaitu pada hari ke 13 dan pada hari ke 2 sebelum event date sebesar Mulyati 2003 Reaksi Harga Aneka Saham Industri Terhadap Perubahan Dividen Tunai dan Dividend Yield di Bursa Efek Jakarta Abnormal Return dan Dividend Yield, Event Study Siaputra dan Atmadja 2006 Pengaruh Aneka Pengumuman Industri Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Exdividend Date di BEJ. Harga saham, dan nilai nominal dividen kas per lembar saham, Event Study 0,028263 atau sekitar 2% dan 0,0166274 atau sekitar 1%, serta pada hari ke 5 setelah event date sebesar 0,029105 atau sekitar 3%. Reaksi harga saham positif terhadap kenaikkan dividen yang dibayarkan terjadi pada hari ke 5 ditunjukkan dengan nilai abnormal return sebesar 0,4283 sebelum pengumuman, sedangkan reaksi harga saham negatif terhadap penurunan dividen yang dibayarkan terjadi pada hari ke 5 setelah pengumuman yang ditunjukkan dengan nilai abnormal return sebesar 0,2983. Ini menunjukkan bahwa dividen mengandung informasi. Reaksi harga saham tidak dipengaruhi oleh perubahan dividend yield. Nilai rata-rata harga saham sebelum ex-dividend date dan nilai rata-rata harga saham sesudah ex-dividend date secara statistik berbeda signifikan. Mirdah dan Solikhin 2010 Analisis Dampak Pengumuman Dividen Terhadap Reaksi Pasar Aneka Industri Abnormal Return, Market Adjusted Model Hasil uji hipotesis kandungan informasi dividen, menghasilkan average abnormal return yang positif yaitu pada (-5) hari, (-4) hari, dan (-3) hari sebelum pengumuman dividen dan 2 hari, 4 hari setelah pengumuman, menunjukkan bahwa pasar merespon secara positif dengan adanya pengumuman dividen, tetapi pasar juga merespon secara negatif pada dua (-2) hari, satu (-1) hari dan pada saat diumumkan 0 hari serta satu 1 hari, tiga 3 hari dan lima 5 hari setelah pengumuman dividen