Surat 3 Yohanes - RADIO GPT OMER

advertisement
Surat 3 Yohanes
(Bagian 60)
Friday, March 3, 2017
3 Yoh. 1:11
1:11 Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah,
tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.
-
-
-
-
▫
▫
Perbuatan baik adalah perbuatan Allah, itulah perbuatan Kasih. Tidak ada seorang pun yang
mampu berbuat baik (Kasih) jika Allah tidak menyediakan perbuatan baik dan memampukan untuk
berbuat baik.
Bagi kehidupan yang telah dilahirkan oleh Allah di dalam Kristus Yesus, Allah menyediakan
perbuatan baik, dan Allah juga memampukan untuk berbuat baik. Melalui pernyataan diri Allah di
dalam Yesus Kristus (Firman yang dinyatakan oleh Roh), Allah menyatakan perbuatan-perbuatan baik.
Setiap anak Tuhan yang melihat penampilan Allah di dalam Firman yang dinyatakan oleh Roh,
mereka bisa melihat (mengerti) perbuatan-perbuatan baik apa yang telah disediakan oleh Allah, dan
mereka diberi kemampuan untuk melakukan perbuatan- perbuatan baik.
Jadi, bukti kita telah melihat Allah adalah kita melakukan perbuatan-2 baik (Kasih) yang telah
disediakan oleh Allah. Saat kita melakukan perbuatan- perbuatan baik, pada saat itu daging kita
dalam keadaan mati, dan itu bukti bahwa Kasih Allah telah bekerja secara sempura dalam hidup
kita.
Dalam 1 Yoh. 4:12, Firman Allah mengatakan  Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika
kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Inilah ukuran
Firman Allah yang ada di dalam setiap hati anak-anak Tuhan.
Hidup saling mengasihi (berbuat baik) adalah bukti bahwa kita telah lahir dari Allah dan kita telah
melihat Allah. Manusia tidak mempunyai kesanggupan untuk berbuat Kasih, tetapi jika di dalam
hati ada Allah, maka DIA-lah yang akan bekerja untuk mengerjakan perbuatan Kasih.
1 Yoh. 4:11-12
-
-
-
Perhatikan rumus yang ada dalam ayat 11  jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah
kita juga saling mengasihi. Perkataan ‘haruslah’ bukan merupakan suatu ‘paksaan’, tetapi suatu
‘kepastian’ yang mutlak.
Allah memulai dari Diri-Nya sendiri, di mana Allah terlebih dahulu menyatakan Kasih-Nya. Setiap
orang yang telah menerima Kasih Allah, dia pasti mempunyai kemampuan untuk melihat Allah atau
berbuat baik (berbuat Kasih).
Perkataan ‘saling mengasihi’ berarti setelah kita menerima Kasih, maka kita pun mampu mengasihi
Allah (baru kemudian mengasihi sesama). Wujud Kasih Allah bagi kita (anak-anak ketebusan) sekarang
adalah bagaimana Roh Allah menyatakan Firman-Nya.
Jika Firman Allah dan Roh Allah tinggal dalam hati kita, maka kita pun mampu melihat Allah atau
mampu melakukan perbuatan baik atau mampu mengasihi Allah (berpegang dan melakukan perintah
Tuhan, Yoh. 14:21).
1. Percaya, menerima dan menempatkan Firman Allah dan Roh Allah sebagai Kepala atas
kehidupan kita, itu perbuatan baik (perbuatan mengasihi Allah, bukti kita telah melihat Allah).
2. Bertobat, menyadari dan mengakui segala dosa, kemudian meninggalkan dosa dan kembali
kepada Allah, itu perbuatan baik (perbuatan mengasihi Allah, bukti kita telah melihat Allah).
Page
-
1
4:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 4:12
Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di
dalam kita.
3. Baptisan Air, menguburkan manusia lama dan bangkit menjadi manusia baru dengan hati yang
baru, hati yang senantiasa merindukan Firman Allah dan pimpinan Roh Kudus, itu perbuatan
baik (perbuatan mengasihi Allah, bukti kita telah melihat Allah).
4. Menerima kepenuhan Roh Kudus, menjadi kehidupan yang senantiasa dengar-dengaran dan
taat kepada perintah Firman Allah, itu perbuatan baik (perbuatan mengasihi Allah, bukti kita telah
melihat Allah).
▫
▫
Percaya, bertobat, diubahkan, dengar-dengaran itulah pekerjaan-pekerjaan baik yang dikehendaki
oleh Allah dan perbuatan-perbuatan baik yang disediakan oleh Allah. Hanya orang yang telah
menerima dan mengasihi Kasih Allah yang bisa melihat dan melakukan perbuatan-perbuatan Kasih
kepada Allah.
Dalam Yoh. 9:4, Yesus berkata  Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama
masih siang; Selama masih ada ‘Terang’ (Kasih Allah, Firman Allah, dan Roh Allah), pergunakan terang
itu sebagai ‘alat’ untuk bisa melihat perbuatan- perbuatan Kasih yang disediakan oleh Allah, dan
sebagai ‘kekuatan’ untuk mampu melakukan perbuatan- perbuatan Kasih yang disediakan oleh
Allah.
Mat. 5:8
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
-
-
Perkataan Yesus adalah rumus (seperti 1 Yoh. 4:11). Hanya hati yang suci yang mampu melihat Allah
atau mampu mengerjakan perbuatan Kasih. Hati yang suci adalah:
1. Hati yang telah menerima dan mengalami Kasih Allah, itulah Kurban Kristus yang telah
menyucikan dan membasuh hati nurani
2. Hati yang didiami oleh Kasih Allah, itulah Firman Allah dan Roh Allah
Dengan demikian, kita mengerti bagaimana seharusnya kita menjaga hati supaya tetap dalam
keadaan suci. Hati jangan pernah menjauh, apalagi meninggalkan Kasih Allah  Kurban Kristus,
Firman Kristus, dan Roh Kristus.
Perhatikan perkataan Yesus  Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa
-
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat
apa-apa (Yoh. 15:5).
Jika DIA (Terang) tinggal di dalam kita, maka kita bisa menghasilkan buah yang banyak, yaitu
-
kebaikan, keadilan, dan kebenaran (Efe. 5:9). Jika DIA tidak tinggal di dalam kita, maka kita tidak
dapat berbuat apa-apa selain hanya mampu melihat dan melakukan dosa.
Ibr. 12:14
12:14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan
melihat Tuhan.
-
Inilah ciri kehidupan yang memiliki hati yang suci, yaitu hati yang senantiasa berusaha untuk hidup
damai dengan semua orang dan mengejar kekudusan. Perkataan ‘berusaha’ berarti ada suatu
pekerjaan yang dikerjakan, yaitu:
a. Hidup damai dengan semua orang
b. Mengejar kekudusan
Berdamai dengan semua orang
▫ Dalam Mat. 5:25, Yesus mengatakan  Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-
Dalam 2 Pet. 3:14, rasul Petrus menasihatkan  sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha,
supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. Jadi,
lawan yang dimaksud dalam Mat. 5:25 adalah Tuhan Yesus Kristus.
Page
▫
2
sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan
hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
▫
▫
▫
Tanpa kita sadari, seringkali kita telah menempatkan Yesus Kristus sebagai lawan. Pikiran, perasaan,
keinginan, perkataan, dan perbuatan kita, telah memusuhi-Nya. Sementara masih ada Terang,
pergunakan waktu untuk berdamai, bukan saatnya menempatkan diri sebagai musuh Allah.
Pertama-tama kita harus senantiasa berdamai dengan DIA, artinya jangan pernah jauh apalagi
sampai meninggalkan Kurban Kristus, supaya pada saatnya kita bisa didapati dalam keadaan tak
bercacat dan tak bernoda. Tidak berdamai adalah cacat dan noda!
Jika kehidupan kita adalah kehidupan yang berdamai dengan DIA, maka tidak sulit bagi kita untuk
bisa hidup berdamai dengan sesama kita (termasuk musuh). Sekalipun kita hidup di tengah-tengah
angkatan yang bengkok hatinya, kita tetap bisa hidup berdamai, sebab Kasih Allah ada pada kita.
Rom. 12:17-18
12:17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! 12:18 Sedapat-dapatnya,
kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
-
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita hidup di tengah-tengah serigala yang jahat. Ada banyak alasan bagi
kita untuk kecewa, tersinggung, marah, tersandung, dan jatuh, tetapi Firman Allah katakan
‘lakukanlah apa yang baik bagi semua orang’.
-
-
Bukan saatnya bagi kita untuk gampang kecewa, tersinggung, marah, tersandung, dan jatuh, tetapi
menghadapi semua itu, saatnya bagi kita untuk melakukan apa yang baik, yaitu hidup berdamai
dengan semua orang.
Kita mau kecewa, tersinggung, marah, tersandung, dan jatuh, atau berbuat baik serta berdamai
dengan semua orang, itu bergantung pada kita. Hanya orang yang hidup dalam pendamaian
dengan Allah, yang bisa hidup damai dan berbuat baik dengan semua orang.
Kejarlah kekudusan
▫ Inilah langkah selanjutnya: jika hati adalah hati yang suka diperdamaikan dengan Tuhan, maka hati
inilah hati yang suka mengejar kekudusan. Dalam Yoh. 17:17 Yesus berkata  Kuduskanlah mereka
dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
▫
▫
▫
Firman yang dinyatakan oleh Bapa (Roh Allah) inilah yang dikejar oleh hati yang senantiasa
diperdamaikan dengan Bapa. Dia bagaikan anak kecil yang baru lahir yang senantiasa merindukan
susu rohani yang murni yang menumbuhkan.
Jika kita sudah dibenarkan oleh Kurban Kristus, maka pertumbuhan kita haruslah kepada
kekudusan sampai kepada kesempurnaan. Kepada anak-anak-Nya, Tuhan menyediakan Firman
yang murni, itulah Firman yang dinyatakan oleh Roh Allah.
Sebagai anak-anak ketebusan, kita ada gairah untuk senantiasa datang kepada DIA dan dikerjakan
oleh Firman Allah. Mengapa ada gairah? Sebab segala kejahatan, segala tipu muslihat, segala
kemunafikan, segala kedengkian, dan segala fitnah, sudah dibuang.
-
▫
Dalam ayat 14 dikatakan ‘Berusahalah’, dalam ayat 15 dikatakan ‘Jagalah’. Kasih Allah (Kurban
Kristus), Firman Kristus, dan Roh Kudus, adalah Kasih Karunia Allah. Sampai hari ini Tuhan masih
menyediakan, dan kita bisa mendapatkan apa yang disediakan oleh Allah, di dalam ibadah.
Dalam Ruangan Kudus, kita temukan tiga alat, yaitu:
a. Meja Roti Sajian, persekutuan dengan Firman Allah
b. Kaki Dian Emas, persekutuan dengan Roh Allah
c. Mezbah Dupa Emas, persekutuan dengan Kasih Allah
Jadi, perkataan  Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah,
berarti berusahalah untuk jangan meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah (lebih dari satu
pertemuan, 3 macam pertemuan). Tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat (Ibr. 10:25).
Page
-
3
12:15 Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit
yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
▫
▫
4
▫
Perhatikan: jika kita sudah berada di dalam ibadah, jangan merasa berjasa sebab kita sudah hadir
dalam ibadah. Ibadah merupakan suatu persekutuan. Jadi sementara kita berada di dalam ibadah,
kita harus benar-benar mengalami persekutuan.
a. Persekutuan dengan Firman Allah, menghasilkan Iman dan kebenaran.
b. Persekutuan dengan Roh Allah, menghasilkan pengharapan dan kekudusan.
c. Persekutuan dengan Kasih Allah, menghasilkan Kasih dan kesempurnaan.
Tetapi jika kita ‘menjauhkan diri’, artinya ‘tidak hadir’ atau hadir tetapi tidak mengalami
persekutuan, maka yang tumbuh di dalam hati adalah akar pahit yang hanya menimbulkan
kerusuhan, kesukaran, kesusahan, dan yang mencemarkan banyak orang.
Seperti yang dialami oleh Esau. Esau tidak menghargai ‘Kemah dan Pakaian’, hasilnya Esau
menyusahkan dirinya sendiri. Esau meraung-raung dan kehilangan hak kesulungannya. Bukan
hanya itu, Esau mencemarkan dirinya sampai memiliki tabiat iblis.
Dalam dirinya sendiri, Esau berkata  "Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama
lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh." (Kej. 27:41) Esau tidak memiliki kehidupan dalam
dirinya. Esau tidak mampu melihat perbuatan Kasih, sebaliknya Esau hanya mampu melihat
perbuatan jahat yang disediakan bapanya, si iblis.
Page
▫
Download