KEPUASAN KERJA ANGGOTA POLRES SRAGEN DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS ATASAN Job Satisfaction in Sragen Police Departement In Terms The Perception Of The Democratic Leadership Style Dewi Sawitri Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratis atasan dengan kepuasan kerja pada anggota shabara Polres Sragen. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratis atasan dengan kepuasan kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratis atasan maka semakin tinggi kepuasan kerja dan sebaliknya. Peneliti menggunakan 80 subyek anggota shabara Polres Sragen berpangkat bripdabrigadir. Penelitian ini menggunakan cluster random sampling.Data penelitian menggunakan dua skala yaitu Skala Kepuasan Kerja dan Skala Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratis Atasan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratis atasan dengan kepuasan kerja yang ditunjukkan dengan nilai r xy = -0,309 p= 0,005 (p < 0,01) yang berarti dalam penelitian ini hipotesis ditolak. Kata kunci : kepuasan, pesepsi, gaya kepemimpinan ABSTRACT This study aims to empirically examine the relationship between perception of the democratic leadership style and job satisfaction in Sragen Police shabara division. The hypothesis of this study there was a positive relationship between perception of the democratic leadership stylewith job satisfaction . The higherPerception Of The Democratic Leadership Style, the higher job satisfaction and the other way. Researchers used 80 subjects shabara division Sragen Police grade Bripda - brigadir. This study used cluster random sampling.The research data using two scales is Job Satisfaction Scale and Scale Perception Of The Democratic Leadership Style. Data analysis was performed using Product Moment Correlation Technique. The results indicated that there was a significant negative relationship between perceptions of the democratic leadership stylewith job satisfaction as indicated by the value of rxy= -0.309 p = 0.005 ( p < 0.01 ) which means that in this study the hypothesis was rejected. Key Words :Job Satisfaction, perception, leadership style 112 Pendahuluan Anggota Polri adalah semua Polisi yang sudah dilantik oleh adalah kepemimpinan (Hasibuan, 2005:203). negara. Anggota Polri merupakan hal Kepuasan kerja menjadi yang pokok dalam pelaksanaan tugas masalah yang cukup menarik dan dan tanggung penting, jawab Polri kepada karena terbukti besar masyarakat untuk mengabdi kepada manfaatnya baik bagi kepentingan negara dan mengayomi masyarakat. individu, industri, dan masyarakat. Seperti bunyi Kode Etik Kepolisian Bagi individu, penelitian Negara Republik Indonesia alenia sebab-sebab dan sumber – sumber pertama “ Bhakti saya kepada Nusa kepuasan dan Bangsa selaku anggota Polri timbulnya usaha-usaha peningkatan insan kebahagian hidup industri, penelitan Rastra menjunjung Sewakottama tinggi , dan kerja tentang memungkinkan mereka. Bagi mengenai mengamankan serta mengamalkan kepuasan kerja dilakukan dalam hukum, melindungi mengayomi dan rangka usaha peningkatan produksi membimbing dan masyarakat pengurangan biaya melalui berdasarkan tekad juang pantang perbaikan sikap dan tingkah laku menyerah dan pengabdian luhur”. karyawan (Sutrisno 2011: 74). Dari Karyawan pada suatu hasil penelitian Merke & Amiartuti keadaan tertentu dapat mengalami (2009) menunjukkan bahwa gaya berbagai misalnya kepemimpinan juga dapat menjadi mengalami stres atau frustrasi karena faktor dari kepuasan kerja, hasil mendapat tekanan dari pimpinan dan penelitian menunjukkan bahwa gaya juga mengalami masalah dalam hal kepemimpinan kepuasan memberikan masalah, kerja. Kepuasan kerja karyawan dapat dipengaruhi berbagai transaksional pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. hal, yang paling umum adalah dilihat Berdasarkan beberapa faktor dari besarnya upah atau kompensasi yang mempengaruhi kepuasan kerja, selain upah ada faktor lain yaitu salah satunya adalah persepsi kepemimpinan. Persepsi yang positif 113 terhadap pimpinan ditunjukan dari Gaya kepemimpinan yang sikap anggota yang merasa bahwa positif dapat menjadikan kepuasan atasan sudah menjalankan tugasnya kerja anggota Polri tinggi. Pada dengan kerja kenyataannya persepsi dari beberapa teratur, struktur organisasi sudah anggota Polri di Polres Sragen positif jelas, dan anggota merasa tidak ada angggota merasa pimpinan sudah masalah dengan kerja atasan, dengan cukup persepsi yang positif terhadap gaya anggota, tetapi kepemimpinan atasan akan membuat beberapa anggota kepuasan kerja anggota tinggi, tetapi rendah. Untuk itu peneliti ingin kenyataan yang ada anggota merasa mengetahui, “Apakah ada hubungan kepuasan kerjanya rendah, beberapa antara anggota merasa tidak puas dalam kepemimpinan atasan dan kepuasan pekerjaannya, ini ditunjukan dengan kerja anggota Polri?” baik, pembagian bagus dalam persepsi memimpin kepuasan kerja masih cukup terhadap gaya sikap anggota yang ingin pindah dari Fungsi Sabara ke Fungsi yang lain, Kepuasan Kerja dan bahkan ada beberapa anggota Kepuasan kerja menurut ingin pindah ke polres lain karena Handoko (dalam Sutrisno, 2011: 75) sudah tidak nyaman di Polres Sragen. adalah Kepuasan kerja yang rendah karena menyenangkan beberapa faktor yaitu kurangnya menyenangkan bagi para karyawan waktu istirahat, padatnya kegiatan memandang yang diadakan dan juga kompensasi Kepuasan kerja yang kurang. Anggota merasa tidak perasaan seseorang nyaman dalam bekerja dan sering pekerjaannya. Ini mengeluhkan sikap pekerjaannya ke keadaan emosional atau pekerjaan positif yang tidak mereka. mencerminkan terhadap tampak dalam karyawan terhadap sesama anggota yang lain, anggota pekerjaan dan segala sesuatu yang merasa jenuh dengan pekerjaan yang dihadapi di lingkungan kerjanya. dilakukan serta kurangnya waktu istirahat yang membuat anggota menjadi tidak puas dalam bekerja. Hasibuan (2005: 202) menyatakan Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja 114 yang dinikmati dalam pekerjaannya pandangan tersebut sebenarnya sikap dengan memperoleh pujian hasil berkaitan kerja, seorang penempatan, perlakuan, erat dengan individu pekerjaan yang meliputi peralatan, dan suasana lingkungan faktor-faktor seperti gaji, supervisi, yang baik. Karyawan yang lebin suka situasi, menikmati kepuasan kerja dalam penghargaan, pekerjaannya penilaian pekerjaan yang adil dari akan mengutamakan lebih pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. peluang untuk kemampuan, maju, dan atasan. Berdasarkan pengertian kepuasan kerja oleh beberapa ahli Umar (2010: 37) menyatakan dapat disimpulkan bahwa kepuasan kepuasan kerja adalah seperangkat kerja adalah segala bentuk emosi perasaan menyenangkan pegawai tentang yang sifatnya menyenangkan atau atau tidaknya tidak menyenangkan yang diperoleh pekerjaan mereka. Apabila seseorang dari pekerjaannya bergabung dalam suatu organisasi sebagai seorang pekerja , karyawan Persepsi membawa Kepemimpinan Demokratis Atasan serta seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan terhadap Persepsi merupakan Gaya suatu pengalaman masa lalu yang menyatu proses yang didahului oleh proses membentuk hasrat kerja. pengindraan, yaitu merupakan proses Wijono 98) diterimanya stimulus oleh individu menyatakan kepuasan kerja adalah melalui alat indera atau juga disebut suatu proses sensori (Walgito, 2004: 87). hasil (2010: perkiraan individu terhadap pekerjaan atau pengalaman Moskowitz positif dan menyenangkan di dirinya. Walgito, Menurut Blum dan Naylor (dalam persepsi merupakan proses yang Wijono, 2010: 101) menjelaskan intregated dalam individu terhadap bahwa kepuasan kerja sebagai hasil stimulus yang diterimanya. dari berbagai sikap yang ditunjukkan oleh seorang karyawan. Atas dasar dan 2004: Hasibuan Orgel 88) (dalam menyatakan (2005: 171) menyatakan bahwa terdapat beberapa 115 gaya kepemimpinan yaitu; Gaya kreatif kepemimpinan dimotivasi dengan tepat. Otoriter, Gaya kepemimpinan kerja Armstrong Partisipatif/demokartif kepemimpinan faire. ditempat Hasibuan dan 92) menyatakan bahwa pemimpin yang Delegatif/laissez demokratis akan mendorong orang 172) kepemimpinan untuk berperan serta dan melibatkan diri mereka demokratif atau partisipasif adalah keputusan. apabila demokratis dalam (1994: Gaya (2005: menyatakan apabila kepemimpinannya dalam pengambilan Pemimpin akan yang mengeluarkan dilakukan dengan cara persuasif, wewenangnya agar segala sesuatu menciptakan kerja sama yang serasi, dapat dikerjakan, tetapi akan lebih menumbuhkan banyak berpegang kepada ilmunya partisipasi loyalitas, bawahan. Sutrisno (2011: dan Menurut 227) kepemimpinan Gaya demokratis dan kemampuannya membujuk, bukan untuk menggunakan kekuasaan jabatan. berorientasi pada hubungan manusia Berdasarkan penelitian yang yaitu antar karyawan maupun dengan telah atasan. atau menyatakan bahwa ada hubungan gaya yang positif antara persepsi gaya Gaya demokratis partisipatif, yaitu dilakukan (Uzlah, kepemimpinan dimana memberikan kepemimpinan kesempatan kepada bawahan untuk kepuasan itu secara aktif baik mental, spritual, kepemimpinan mempunyai pengaruh fisik, secara maupun materiil dalam atasan 2011) kerja signifikan terhadap dan pada gaya variabel kiprahnya di organisasi. Paul & kepuasan kerja pegawai. Menurut Kenneth (1995: 89) menyatakan gaya Hasibuan (2005: demokratis Kepemimpinan yang lebih menekankan 203) partisipasif hubungan manusia, gaya demokratis memberikan kepuasan kerja bagi berasumsi bahwa kuasa pemimpin anggota karena anggota ikut aktif diperoleh yang dalam dipimpin, orang-orang pada dasarnya untuk dapat mengarahkan diri sendiri dan perusahaan, dari kelompok memberikan menentukan pendapatnya kebijaksanaan sedangkan gaya 116 kepemimpinan otoriter akan Teknik analisis data yang mengakibatkan kepuasan kerja digunakan dalam uji hipotesis dalam rendah. penelitian ini adalah analis korelasi product moment yaitu digunakan untuk Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini ada dua penelitian nihil, yang menjadi variabel tergantung terhadap adalah demokratis Kerja anggota telah dinyatakan dalam bentuk hipotesisi jenis variabel yang digunakan yakni, Kepuasan yang semakin positif gaya persepsi kepemimpinan atasan maka akan Polri, dan variabel bebas adalah semakin tinggi kepuasan kerja yang Persepsi diraih. terhadap Gaya Kepemimpinan demokratis Atasan. Sampel dalam penelitian ini Pembahasan adalah anggota Polri di Polres Sragen Hasil yang diperoleh dari yang masuk dalam Fungsi Sabhara pengujian hipotesis penelitian ini yang berpangkat Bripda, Briptu dan sebesar Brigadir yang berjenis kelamin laki- menunjukkanbahwa laki. Teknik pengambilan hubungan sampel -0,309, yang yang terdapat negatif dan yang digunakan dalam penelitian ini signifikan antara kepuasan kerja adalah teknik pengambilan (cluster anggota dengan persepsi terhadap random sampling). gaya kepemimpinan demokratis atasan di Polres Sragen. Hasil negatif Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala.Dalam penelitian ini akan menggunakan dua skala yaitu, skala kepuasan kerja dan skala persepsi terhadap tersebut persepsi terhadap kepemimpinan demokratis bahwa gaya atasan tinggi sedangkan kepuasan kerjanya rendah . gaya kepemimpinan demokratis atasan. menunjukkan Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa ada hubungan positif 117 antara kepuasan persepsi kerja terhadap dengan yang dianggap kurang oleh anggota gaya sabhara ini yang juga menjadi faktor kepemimpinan demokratis atasan. rendahnya Semakin tinggi persepsi terhadap anggota sabhara. Padatnya kegiatan gaya yang dilakukan anggota shabara juga kepemimpinan demokratis kepuasan membuat kepuasan kerjanya, demikian pula pindah di fungsi lain karena merasa sebaliknya. tidak faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan istirahat, waktu dan perlengkapan waktu kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi kepuasan kerja selain faktor pengawasan/ kepemimpinan. Sebagai anggota shabara faktor fisik sangatlah pengaruhnya berperan terhadap penting kepuasan kerja, anggota sabhara akan lebih sering bekerja pada luar ruangan, setiap ada kasus demo, anggota sabhara yang akan terjun kelapangan untuk pengamanan, waktu istirahat dengan ingin fungsi sekarang. Dalam suatu kesempatan, bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah nyaman shabara pada atasan maka semakin tinggi pula Sutrisno (2011: 80), menyatakan anggota kerja Zander & Quinn (dalam Wijono, 2010: 113) menemukan bahwa kepuasan kerja adalah sesuai dengan kepentingan secara pribadi langsung supervisor (immediate supervision) dan dukungan terhadap karyawan. Bagaimanapun juga hasil temuan Pelz (dalam Wijono, 2010: 113) kerja menunjukan bahwa orientasi terhadap “immediate tidak supervision”, menjamin secara sebagian adalah kepuasan memadai. dari kerja Temuannya menunjukkan bahwa supervisor yang berhubungan dekat dengann karyawannya cenderung mempunyai kelompok kerja yang luas hanya jika supervisor tersebut dapat mempengaruhi dan memberi manfaat bagi munculnya kepuasan kerja karyawannya. Sikap atasan yang 118 partisipatif dan memiliki hubungan atasan pada area (+) 1SD. Hal ini dekat dengan anggota tetapi tidak mengindikasikan dapat terhadap mempengaruhi dan tidak gaya memberi manfaat bagi munculnya demokrasi kepuasan kerja anggota, maka tidak tinggi. akan memunculkan kepuasan kerja anggota sabhara Seorang atasan menjadi tinggi. tidak hanya mempunyai hubungan baik tetapi juga harus dapat memberi manfaat munculnya kepuasan kerja anggota. Berdasarkan hasil data bahwa persepsi kepemimpinan atasanpada Sumbangan kategori efektif yang diberikan variabel kepuasan kerja pada persepsi kepemimpinan terhadap gaya demokratis atasan sebesar 9,5 %, sisanya 90,5% berasal dari faktor - faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja penelitian yang diperoleh variabel seperti ; berat ringannya pekerjaan, kepuasan kerja diperoleh mean pangkat, jabatan, usia, hubungan Empirik sebesar 55,65. Mean dengan atasan, penempatan yang Hipotetiknya sebesar 75 dan Standart tepat sesuai keahlian,suasana dan Deviasi Hipotetiknya sebesar 15. lingkungan. Mean Empirik variabel kepuasan kerja pada area (-) 2SD. Hal ini mengindikasikan bahwa kepuasan kerja anggota shabara tergolong sangat rendah. Penutup Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokrasi atasan antara kepuasan persepsi kerja terhadap dengan gaya diperoleh mean Empirik sebesar kepemimpinan demokratis atasan. 123,27. Mean Hipotetiknya sebesar Hal 97,5 Deviasi kepuasan kerja rendah,persepsi terhadap gaya Hipotetiknya sebesar 19,5. Mean kepemimpinan demokratis atasan Empirik variabel persepsi terhadap tinggi. Dengan demikian hipotesis gaya dan Standart kepemimpinan ini berarti demokrasi 119 penelitian yang telah diajukan ditolak. pihak perusahaan, sehingga peneliti dapatmelakukan Adapun kelemahan dari identifikasi permasalahan dengan tepat. penelitian ini karena dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah anggota sabhara, generalisasinya diterapkan pada sehingga hanya bisa Fungsi Sabhara dengan pangkat bripda, briptu, dan brigadir serta pada Polisi yang berjenis kelamin laki-laki saja. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu H. 2002.Psikologi Sosial. Jakarta:Rineka Cipta Akademi Kepolisian. 2009. Kode Etik Profesi Polri. Semarang Armstrong, Michael. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Gramedia Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan di As’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberti atasdapat diajukan saran - saran .2004. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberti sebagai berikut : a. Bagi Pihak Instansi 1. Polri upaya agar dapat untuk melakukan peningkatan kepuasan kerja seluruh anggota Sabhara Polri di Polres seluruh Indonesia dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang lain. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Melakukan wawancara observasi dan teliti pada lebih karyawan yang merupakan populasi dalam wawancara penellitian, dan sehingga observasi Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Gibson, James. Dkk. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta:Erlangga Hasibuan, Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Hersey, Paul & Blanchard,Kenneth H.1995.Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya manusia. Jakarta: Erlangga dapat dilakukan lebih mendalam dan akurat tanpa adanya batasan waktu dari .1995. Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya manusia. Jakarta: Gelora Aksara Pratama 120 Jewell, L.N & Marc,Siegall. 1998. Psikologi Industri / Organisasi Modern. Jakarta: Arcan King, Laura. 2010. Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika Kusumawati, Ratna. “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada RS Roemani Semarang”. (Tesis), Universitas Diponegoro : Semarang: 2008 Luthans, Fred. 2003. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi Merke & Amiartuti. 2009. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional terhadap Kepuasan Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja Karyawan” (Jurnal Ekonomi, Manajemen Bisnis Vol,5 No,3) Ruvendi Rumlan. 2005. “Imbalan dan Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor” (Jurnal Ilmiah Binaniaga Vol,1 No,1) Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge. 2012. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:Andi Sufren & Yonathan Natanael. 2013. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. Jakarta: Elex Media Komputindo Sunyoto, Ashar.2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Triana, Jaya. “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Consideration dan Initiating Structure serta Komunikasi Vertikal terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Kantor Perum Perumnas Regional IV Jawa Barat” (Tesis), Universitas Pasundan: Bandung. Umar, Husein. 2010.Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: Rajagrafindo Persada Uzlah, Siti Maria. 2011. “Hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Atasan dengan Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Mekar Baru” (Jurnal Psikologi Vol,9 No,2) Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi . 2003. Psikologi Yogyakarta: Andi Sosial. 121