BAB II LANDASAN TEORITIS A. Piutang 1. Pengertian Piutang

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Piutang
1.
Pengertian Piutang
Penjualan secara kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
merangsang minat para pelanggan. Sehingga dengan dilakukanya penjualan
secara kredit ini perusahaan dapat memperkuat pasar dan memperbesar
hasil penjualan.
Menurut Gitosudarmo (2002:81) adalah sebagai berikut:
“Piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam
keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran
modal kerja. Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang
timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya praktik penjualan kredit”.
“Receivable are claims held against customers and other for mone, goods, or
service.” (Kieso et.al 2004:318). Dari devinisi ini bahwa piutang
meliputi semua klaim atas uang, barang, ataupun jasa-jasa, kepada
pelanggan baik individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.
6
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia PSAK (2004) adalah sebagai
berikut:
“Piutang digolongkan dalam dua katagori yaitu piutang usaha dan
piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahaan jasa dalam rangka kegiatan
normal perusahaan. sedangkan piutang yang timbul dari transaksi
diluar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai
piutang lain-lain”.
Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan
memiliki piutang. adapun piutang merupakan unsur yang penting dari aktiva
lancar dalam neraca perusahaan. Prosedur wajar dan cara pengamanan
yang wajar terhadap piutang bukan saja keberhasilan perusahaan, tetapi
juga memelihara hubungan yang baik dan memuaskan pelanggan
2.
Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan berdasarkan pandangan yang berbeda,
tetapi pada dasarnya piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan
dapat ditagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal, diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar tampa memandang jangka waktu tagihannya, dalam
kasus demikian, jumlah piutang usaha dan penagihannya lebih dari satu
tahun atau siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
7
Istilah penting dari piutang usaha, mencakup seluruh tagihan uang
terhadap individu, organisasi, atau pihak debitur yang lain. Piutang yang
timbul dalam perusahaan dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis
transaksi. Umumnya sebagian besar piutang, timbul karna adanya penjualan
barang atau jasa secara kredit.
“ piutang dagang merupakan aktiva yang relative likuid, biasanya
dikonversikan menjadi kas dalam jangka waktu 30 hari hingga 60
hari”(Menurut Henry Simamora 2002 : 228).
“ dalam mengklasifikasikan piutang, perlu dibuat perbedaan yang
penting antara piutang dagang dan piutang non dagang (menurut Smith
dan skousen terjemahan Alfonsus Sirat 2005:287) Piutang dagang dapat
diklasifikasikan menurut lamanya tangggal jatuh tempo. Klasifikasi ini akan
menghasilkan piutang lancar atau jangka pendek dan piutang lancar atau
jangka panjang.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa: pertama; Klasifikasi
piutang usaha pada kelompok aktiva lancar seperti diterima luas, mencakup
semua piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu
satu tahun atau dalam siklus oprasi normal. Sedangkan piutang non dagang
meliputi seluruh tipe piutang lainya, yang timbul akibat bukan dari penjualan
barang atau jasa. Kedua; Piutang usaha normalnya diperkirakan akan
tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari.
Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha.
8
3.
Sifat dan Klasifikasi Piutang Sebagai Sumber Kas
1) Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas
Pada kesempatan lain, perusahaan mungkin saja tidak menghadapi
kesulitan keuangan tetapi ingin mempercepat proses penagihan piutang
atau memindahkan resiko kredit dan usaha penagihan kepada pihak lain.
Dalam hal ini, piutang atas pelanggan dapat digunakan sebagai sumber
pembiayaan (penyedian dana). Piutang usaha bisa diubah menjadi
sebagai berikut:
a) Penggadaian Piutang Usaha
Merupakan suatu perjanjian pinjaman dengan penggadaian
piutang sebagai jaminan atas pinjaman. Pinjaman tersebut dapat
dibuktikan dengan wesel tertulis yang menyatakan penggadaian
seluruh piutang usaha atau penggadaian piutang tertentu. Pinjaman
seringkali diperoleh dari bank atau lembaga peminjaman lainnya
dengan menjaminkan atau menggadaikan piutang usaha sebagai
jaminan.
Dalam penggadaian seluruh piutang, semua piutang usaha
berlaku sebagai jaminan atas wesel tersebut. Akan tetapi harus
dibuat pengungkapan pada neraca, dengan komentar dalam tanda
kurung atas jumlah secara sifat piutang yang digadaikan untuk
jaminan kewajiban kepada pemberi jaminan. Apabila terdapat
9
penggadaian piutang tertentu kepada pemberi pinjaman, peminjam
hendaknya menstransfer saldo perkiraan tersebut ke suatu perkiraan
pengendalian buku khusus dan mengidentifikasiakan secara jelas
serta memperhitungkan masing-masing piutang yang digandakan
dalam buku besar pembantu.
b) pemfaktoran atau penjualan piutang usaha tampa tanggung renteng
Pemfaktoran tampa tanggung renteng merupakan penjualan
piutang tampa tanggung jawab atas pelunasan dikemudian hari
kepada pembeli atau pihak ketiga, yang biasanya adalah Bank atau
lembaga
lainnya.
Penjualan
ini
mengakibatkan
pembeli
menangggung resiko ketertagiahan piutang dan kerugian setiap
kredit.
Pemfaktoran seringkali merupakan bagaian dari hubungan
kerja berlanjut dimana lembaga keuangan menjalankan fungsi kredit
disamping fungsi penagihan. Unit perusahaan akan dibebaskan dari
semua
aktivitas
ini
dan
penjualan
barang
akan
langsung
menghasilkan kas untuk dapat digunakan perusahaan. Karena faktor
menyerap kerugian dari piutang yang tak tertagih dan seringkali
memikul tanggung jawab kredit dari penagihan, maka beban yang
berhubungan dengan pemfaktoran umumnya lebih besar dari pada
beban bunga atas peminjaman atas penggadaian peminjaman
10
piutang. apabila piutang usaha dijual secara tuanai , yakni tanpa
tanggung renteng lebih lanjut. Maka kas debit, piutang usaha dan
saldo penyisihan yang bersangkutan ditutup, serta perkiraan beban
debit untuk beban pemfaktoran.
c) Transfer Piutang Usaha dengan Tetap bertanggung jawab atas
Pelunasannya
Merupakan campuran dari kedua bentuk pembiayaan melalui
piutang tersebut diatas. Transfer dengan tanggung renteng
bermakna bahwa penerimaan transfer (bank atau lembaga
keuangan) memberi uang atau kas untuk piutang yang diterima,
tetapi mempunyai hak untuk menagihnya dari pelaku transfer jika
debitor (pelanggan transferor) melakukan pembayaran pada saat
jatuh tempo.
2). Jenis-jenis Piutang
Tagihan atau klaim kepada pelanggan atau pihak ketiga bisa timbul
dari berbagai macam sumber tetapi jumlah yang terbesar biasanya
timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit.
a)
Piutang Usaha
Piutang usaha dapat menghasilkan penerimaan kas jika sudah
pada saat jatuh tempo. Pengertian piutang usaha itu sendiri menurut
Jay M.Smith terjemahan Alfonsos Sirait (2000:364) sebagai berikut:
“piutang dagang (piutang usaha) menunjukan piutang yang timbul
11
dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan
perusahaan. Dalam kegiatan normal, biasanya piutang usaha akan
dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga
dikelompokan dalam aktiva lancar”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang
usaha terjadi karena adanya penjualan barang atau jasa yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam menjalani usahanya. Piutang
dicatat dengan mendebit akun piutang usaha.
b) Wesel Tagih
Suatu klaim yang didukung oleh promes atau wesel (janji
tertulis untuk membayar sejumlah uang) memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan klaim berbentuk piutang usaha. Promes
(wesel) ditanda tangani oleh debitur untuk mengakui utang dan
setuju
untuk
membayar
sesuai
dengan
syarat-syarat
yang
ditetapkan. Sebab itu promes atau wesel merupakan klaim yang
lebih kuat dimata pengadilan. “surat promes atau wesel merupakan
janji tertulis tampa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada waktu tertentu” (Smith dan Skousen terjemahan Alfonsus Sirait
2005:301)
Dalam pengertian diatas, disimpulkan bahwa jumlah terutang
harus dibayarkan atas permintaan seseorang atau perusahaan,
dokumen itu juga harus ditanda tangani oleh orang atau perusahaan
12
yang membuat janji tersebut, pihak yang membuat janji disebut
pembuat (marker), pihak yang mengeluarkan wesel disebut
penarikan wesel (drawer) dan pihak yang akan menerima
pembayaran disebut penerima wesel (payee). Promes harus ditanda
tangani oleh penariknya, wesel yang mengeluarkan perintah
membayar ditanda tangani oleh pihak yang mengeluarkan perintah
(penarik).
Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi pencatatan
dan pelaporannya dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1)
Tanggal jatuh tempo (due date/ maturity date)
Tanggal suatu promes atau wesel yang harus dibayarkan.
Periode waktu diantara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo
wesel atau promes jangka pendek yang dinyatakan dalam hari atau
bulan. Jika dinyatakan dalam hari, maka tanggal jatuh temponya
dinyatakan dalam jumlah hari setelah penerbitan. Dan apabila jangka
waktu wesel dinyatakan dalam jumlah bulan setelah tanggal
penerbitan, maka tanggal jatuh temponya ditentukan dengan
menghitung beberapa bulan kemudian dari tanggal jatuh tempo
penerbitan, contoh: promes yang berjangka waktu 3bulan tertanggal
5 agustus maka akan jatuh tempo pada tanggal 15 november.
13
2)
Bunga
Promes atau wesel biasanya menetapkan jumlah bunga yang
akan dibayarkan untuk periode antara tanggal penerbitan dan
tanggal jatuh tempo. Promes berjangka waktu lebih dari satu tahun
umumnya menetapkan bunga yang harus dibayarkan secara satu
setengah tahunan, kuartalan, atau jangka waktu lain yang telah
ditetapkan, jika jangka waktu promes kurang dari satu tahun, bunga
umumnya dibayar pada saat jatuh tempo. Rumus dasar untuk
menghitung bunga adalah:
Bunga = Jumlah Pokok x Suku bunga x Waktu
3)
Nilai Jatuh Tempo
Nilai jatuh tempo dari suatu promes adalah jumlah pokok
(nilai nominal) ditambah bunga. Jumlah yang harus dibayar
dibayarkan pada tanggal jatuh tempo dinaikan dengan nilai jatuh
tempo (manrity value).
4)
Piutang Lain-lain
Pada dasarnya piutang lain-lain (other receivable) meliputi
piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau
karyawan. Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam
neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun,
maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, dan bila
14
penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan
sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah kelompok
investasi.
5)
Pengakuan Piutang
Piutang tidak boleh diakui untuk barang dagang yang telah
dikirimkan apabila ada perjanjian bahwa pihak pengirim tetap
memegang hak atas barang itu sampai ada tanda terima resmi,
ataupun untuk barang yang dikirim atas dasar konsinyasi dimana
pengirim barang tetap memegang hak atas barang tersebut sampai
pada barangnya terjual oleh konsinye (consignee), atau tidak dicatat
sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual.
Menurut Smith dan Skousen (2005:288) adalah sebagai
berikut: “ Pengakuan piutang usaha bertalian dengan pengakuan
pendapatan, karna pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses
menghasilkan laba telah selesai dan kas terealisasi atau dapat
direalisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang
umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih
kepembeli”.
Sedangkan kieso et.al (2004) berpendapat Pengakuan piutang
usaha yaitu: “in most receivable trancsaksion, the amount to be
recognized is the exchange price betwen the two parties. The
15
exchange prise is the amount due from the debtor (a customer or a
borroweri)”. Pengakuan piutang usaha meurut devinisi diatas
terletak pada nilai pertukaran diantara pihak penjual.
Piutang yang timbul dari penjualan angsuran, akan diposkan
menjadi aktiva lancar dan tidak lancar, tergantung pada jangka
waktu angsuran tersebut. Oleh karna itu apabila piutang tersebut
lebih dari satu tahun maka tidak dilaporkan dalam kelompok aktiva
lancar, tetapi dilaporkan dalam kelompok aktiva lainnya.
4.
Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha
Piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atas jasa-jasa harus
dilaporkan menurut nilai bersih yang dapat direalisasikan atau nilai tunainya,
ini menunjukan bahwa piutang harus dicatat bersih dari setiap potongan
yang diharapkan akan diambil dari cadangan dan return penjualan yang
diharapkan. Tujuanya adalah untuk mencapai jumlah tagihan yang
diharapkan dari debitur dan dikumpulkan dalam bentuk kas.
Kieso et.al.2004:387) “short-term receivables are valued and reported at
net realizable value the net amount expected to be received cash.”
Konsep penilaian tersebut menunjukkan bahwa aktiva harus dinilai
sebesar manfaat yang akan diterima dimasa yang akan datang. Meskipun
piutang telah dinilai sebesar jumlah bersihnya (setelah dikurangi penyisihan
16
piutang tak tertagih) namun biasanya kedua piutang tersebut dapat
disajikan.
Untuk melaporkan piutang dalam neraca yakini dengan mengurangkan
jumlah yang diperiksakan akan tidak dapat ditagih kepada jumlah piutang
yang menghasikan besar jumlah yang akan dapat ditagih. Karena neraca itu
disusun setiap akhir periode yang bersangkutan sehigga dapat dihubungkan
antara kerugian piutang (diakui dengan mencatat piutang tak tertagih)
dengan penjualan-penjualan yang akan mengakibatkan timbulnya piutang
tersebut.
Menurut kieso et.al (2004 : 331) adalah sebagai berikut:
“short-term notes receivable are recorded and reported attheir net
relizable value-that is, at their face amount is allowace for doubtful
accounts. The computetations and estimation involved in valuin
short-term notes receivable and recording bad debt expense and
related allowance are exactly the same as for trade account
receivable.
Penjualan atas dasar selain penjualan tunai beresiko menimbulkan
kegagalan untuk menagih piutang yang disebut dengan piutang tak tertagih.
Pengertian piutang usaha tak tertagih adalah “kerugian piutang yang
memerlukan pencatatan ayat jurnal yang tepat dalam akun, penurunan
aktiva piutang usaha serta penawaran yang berkaitan dengan laba” (Kieso
17
et.al. 2004:390). Kerugian piutang diakui dengan mencatat piutang tak
tertagih. Dicatat dengan mengkredit ke rekening cadangan kerugian piutang
dan mendebet piutang tak tertagih.
Tabel 1.1
Penyajian Piutang dalam neraca
Aktiva
Aktiva Lancar:
Kas
XXX
Wesel tagih
XXX
Piutang usaha
XXX
Dikurangi Piutang taktertagih
(XXX)
Piutang bunga
XXX
Sumber: Carl S. Warren (2005:418)
Salah satu cara untuk mengakui kerugian piutang selain menggunakan
cadangan kerugian piutang yaitu menggunakan metode penghapusan
langsung. Dalam metode ini kerugian piutang baru akan diakui pada waktu
piutang dihapuskan dan penghapusan piutang baru dilakukan bila terdapat
bukti – bukti yang jelas. Penggunaan metode langsung tidak dapat
melaporkan piutang dengan jumlah yang diharapkan bisa ditagih, tetapi
neraca menunjukan jumlah bruto piutang, sehingga tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi.
18
Ada dua prosedur umum digunakan dalam pencatatan piutang tak
tertagih menurut Kieso et.al (2004 :332) yaitu:
1). Direct Write-off method. No entri is made a specific account has
definitely been estabilshed as uncollectable. Then the loss is recorded
crediting accounts receivable and debiting bad debt expenses
2). Allowance method, an estimate is made of the expected uncollectible
an accounts from all sales made on accounts or from the total
auntstanding, receivable. This estimate is entered as an expense and an
indirect reduction in accounts receivable (via an increase in the
allowance account) in the period in which the sale is recorded.
Dari
definisi
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa berdasarkan
penghapusan langsung tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu
akun khusus telah diterapkan secara pasti sebagai tidak tertagih.
kerugian tersebut dicatat dengan mendebet beban piutang tak tertagih
dan mengkredit piutang usaha. Bedasarkan metode ini beban piutang
tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan
tertagih lagi, sehingga akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaiaan
tidak diperlukan diakhir periode.
Sedangkan
metode
cadangan
merupakan
estimasi
dibuat
menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit
atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban
19
dan pengurangan tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui
kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat.
Kebanyakan perusahaan menggunakan metode penyisihan untuk
mengestimasi besarnya piutang tak tertagih. Menurut Nisgonger dkk.
(2000 : 328) pencatatan atau piutang tak tertagih adalah seagai berikut:
1) Penetapan Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih
Dalam metode penyisihan, jumlah piutang yang diestimasikan
tidak akan tertagih dicatat dengan mendebit beban piutang tak
tertagih dan mengkredit penyisihan piutang tak tertagih. Ayat
jurnalnya:
D: Beban piutang tak tertagih
XXX
K: penyisihan piutang tak tertagih
XXX
Sumber: Carl S. Warren (2005:408)
Saldo beban piutang tak tertagih biasanya dilaporkan dalam
laporan laba-rugi periode berjalan sebagai beban administrasi, serta
perkiraan penyisihan akan ditunjukan sebagai pengurangan atas
piutang usaha, sehingga piutang yang dilaporkan pada jumlah bersih
yang dapat direalisasikan
2) Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Apabila piutang usaha dari pelanggan dapat dipastikan tak
tertagih sama sekali, maka piutang tersebut dihapus dengan
20
mendebitkan perkiraan penyisihan, dan mengkredit piutang usaha.
Ayat jurnalnya:
D: Penyisihan Piutang tak tertagih
XXX
K: Piutang Usaha
XXX
Sumber: Carl S.Warren (2005:409)
Piutang usaha yang telah dihapuskan dapat ditagih
dikemudian hari, maka piutang tersebut harus ditimbulkan kembali
dengan ayat jurnal yang merupakan kenalikan dari ayat jurnal
penghapussan, sementara kas yang diterima sebagai pembayaran
piutang harus dicatat sebagai penerimaan pembayaran piutang
dengan ayat jurnal:
Untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan
sebelumnya
D: piutang Usaha
XXX
K: penyisihan piutang tak tertagih
XXX
Untuk mencatat penagihan piutang
D: Kas
XXX
K: Piutang Usaha
XXX
Sumber: Carl S. Warren (2005:409)
21
3) Estimasi Piutang tak Tertagih
Estimasi piutang tak tertagih biasanya didasarkan pada dua bagian
antara lain:
a.
Estimasi berdasarkan penjualan
Perhitungan piutang tak tertagih dengan cara ini dilakukan
dengan menetapkan suatu persentase tertentu terhadap
penjualan. Sedapat mungkin angka penjualan yang dipakai adalah
penjualan secara kredit. Metode estimasi berdasarkan penjualan
tersebut menekankan perbandingan antara beban piutang tak
tertagih dengan penjualan sepanjang periode terkait. Jadi
metode ini memberi tekanan yang lebih besar pada laporan labarugi dari pada neraca
4) Estimasi berdasarkan Analisa Piutang
Semakin lama peredaran piutang usaha semakin kecil
kemungkinan piutang tersebut akan tertagih. Oleh karna itu, dapat
mendasarkan estimasi piutang tak tertagih pada seberapa lama
piutang tersebut beredar. Dalam hal ini dapatmenggunakan proses
yang dinamakan penentuan umur piutang usaha (aging the
receivable) titik awal dalam menentukan umur piutang adalah
tanggal jatuh tempo diklasifikasikan menurut beberapa lama piutang
tersebut
jatuh
tempo.
Prosedur
alternatif
adalah
dengan
mengembangkan serangkaian estimasi persentasi ketidak tertagih
22
dan menggunakan pada klasifikasi piutang yang berbeda. Penyisihan
piutang tak tertagih yang didasarkan atas saldo piutang dapat
dilakukan deangan Jalan menetapkan persentasi terhadap saldo
piutang. Biasanya saldo yang dipakai adalah rata-rata antara saldo
awal piutang pada awal dan akhir periode.
5) Koreksi terhadap Penyisihan Piutang tak Tertagih
Saldo penyisihan piutang untuk piutang tak tertagih dibentuk
dan dibukukan melalui pencatatan ayat jurnal penyesuaian pada
penutupan
setiap
periode
akuntansi.
Jika
penyisihan
akan
membengkak secara Cuma-Cuma dan laba akan terlalu kecil. Jika
penyisihan terlalu kecil, saldo penyisihan akan kurang memadai dan
laba akan terlalu besar .
Jika piutang tak tertagih menurut pengalaman dapat
dijadikan patokan untuk memperkirakan antisipasi kerugian,
prosedur penyisihan dan cukup memuaskan dan tak perlu dilakukan
penyisihan. Jika terjadi kegagalan mengestimasi piutang tak tertagih
dengan cukup memuaskan jumlah penyisihan yang dihasilkan
dengan sendirinya menjadi tidak memadai atau terlalu besar dan
diperlukan penyesuaian.
23
5.
Penagihan Piutang Usaha
Perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang panjang
cendrung memiliki jumlah piutang usaha yang relative tinggi dibandingkan
perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit pendek. Namun dalam
situasi di atas adalah penting untuk menagih piutang secepat mungkin. Dua
ukuran keuangan yang sangat berguna dalam mengevaluasi efesiensi
penagihan piutang yaitu:
a. Perputaran Piutang Usaha (account receivable turnover)
Mengukur sebeberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas
dalam satu tahun. Sebagai contoh, dengan ketentuan kredit 2/10, n/30
piutang usaha harus berputar sedit diatas 12 kali dalam setahun.
Perputaran piutang usaha dapat dihitung sebagai berikut:
Perputaran piutang usaha =
ℎ
ℎ
−
b. Jumlah hari penjualan dalam piutang (number of days receivable)
Merupakan estimasi lamanya piutang usaha beredar. Dengan
ketentuan kredit 2/10, n/30, jumlah hari dalam piutang harus lebih
rendah dari 30hari. Hal ini dihitung sebagai berikut:
Jumlah hari penjualan dalam piutang =
24
6.
Perputaran Piutang
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar.
Periode
perputaran
piutang
dipengaruhi
oleh
syarat
pembayarannya. Semakin lunak syarat pembayarannya maka semakin lama
modal terkait dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya semakin
rendah.
Tingkat perputaran yang tinggi menunjukan cepatnya dana terkait dalam
piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur,
semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang
menjadi kas. Selain itu cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas
akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat
diminimalkan. Tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus:
Perputaran piutang=
Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu
rata-rata pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari
dalam satu tahun dengan tingkat perputaran tersebut atau rasio atara
piutang rata-rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan
kredit, hasilnya akan menunjukan berapa hari piutang tersebut rata-rata
tidak dapat ditagih atau days of receivable yang umumnya antara 1 sampai 2
bulan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
days of receivable =
25
hari rata-rata pengembalian piutang digunakan untuk menilai efesiensi
pengumpulan piutang. untuk menilai efesiensi piutang maka perlu
diperbandingkan
dengan
syarat
pembayarannya.
Dengan
demikian
dikatakan belum efesien apabila hari rata-rata pengembalian piutang
tersebut lebih besar dari syarat pembayarannya.
B. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persedian dalam perusahaan mempunyai kedudukan yang sangat penting baik
dalam jumlah maupun dalam peranannya. Jumlah (nilai) persedian pada umumya
relative besar diantara unsur-unsur aktiva lancar, sehingga investasi pada persedian
memerlukan dana yang cukup besar, sedangkan peranan persedian adalah sebagai
sumber utama pendapatan perusahaan melalui penjualan barang maupun jasa.
Seperti yang kita ketahui, nilai persedian yang terjual selama satu periode
merupakan harga pokok penjualan yang dibebankan sebagai biaya dalam periode
tersebut. Sedangkan harga jual dari persedian tersebut merupakan pendapatan
yang diperoleh. Pendapatan ini apabila dibandingakan dengan harga pokok
penjualan akan menghasilkan selisih yang disebut laba kotor penjualan. Sementara
itu, nilai persedian yang belum terjual pada tanggal neraca dapat dikompensasikan
ke periode akuntansi selanjutnya sebagai komponen dari harga pokok penjualan
pada saat persediaan itu terjual.
26
Dengan demikian, persediaan mempunyai implikasi langsung pada neraca dan
laporan perhitungan laba rugi suatu perusahaan dimana nilai persediaan pada akhir
periode akan digunakan dalam perhitungan harga pokok penjualan pada periode
berikutnya. Oleh sebab itu, setiap kesalahan dalam menghitung laba yang
diperoleh. Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan persedian (per 1 September
2007:PSAK N0:14) sebagai berikut:
Persedian adalah asset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
pengembalian jasa
“yang dimaksud dengan persedian (inventory) adalah “Pos-pos aktiva
yang dimiliki untuk dijual dalam oprasi bisnis normal atau barang yang akan
digunakan atau dikomsusi dalam memproduksi barang yang akan dijual”
(Menurut Kieso et.al. 2002 : 414)
Sedangkan Menurut Ridwan (2003 : 296) adalah sebagai berikut:
Persedian meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses
produksi dan distribusi yang menunggu proses lebih lanjut atau dijual. Persedian
merupakan investasi yang penting pada banyak perusahaan. Pada umumnya ratarata perusahaan manufaktur memiliki besarnya persedian kurang lebih 42% dari
aktiva lancar atau kurang lebih 18% dari total aktiva.
27
Menurt Firdaus persedian dapat didefinisikan sebagai “Aktiva berwujud yang
diperoleh perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan dan
yang memperoleh untuk diproses lebih dulu dan dijual”.
Tujuan pemilikan persedian pada dasarnya adalah untuk dijual kepada pihak luar
perusahaan (konsumen) dalam usaha normal perusahaan atau untuk digunakan
dalam proses produksi dalam rangka menghasilkan barang siap jual. Bentuk
persediaan yang berwujud dapat dibedakan menjadi: barang jadi (finished goods),
barang dalam proses (work in process), bahan baku (row material) dan bahan
penolong (supplies)
2. Klasifikasi Persediaan
Pada setiap perusahaan, baik yang berbentuk perusahaan dagang meliputi
industri, mempunyai cara yang berbeda dalam mengkelompokan persedian barang
yang dimilikinya, selain itu jenis dan persedian dari kedua jenis perusahaan tersebut
juga berbeda. Menurut Zaki (2004 : 150) “dalam perusahaan dagang hanya ada satu
persedian, yaitu barang dagangan (merchandise inventory). Sedangkan dalam
perusahaan manufaktur jenis persediannya sebagai berikut:
a. Bahan baku dan penolong
Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi
yang dengan mudah dapat diikuti biaya, sedangkan sedangkan bahan penolong
adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya
relative kecil atau sulit diikuti biaya.
28
b. Supplies Pabrik
Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi
c. Barang Dalam Proses
Adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal neraca
barang-barang tadi belum selesai dikerjakan.
d. Produk selesai
Adalah barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses prosduksi dan
menunggu saat penjualannya.
3. Sistem Pencatatan Persediaan
Penentuan kuantitas persedian mempunyai kedudukan yang sama pentingnya
dengan penentuan penilaiaan persedian, karena apabila kuantitas persedian dapat
ditentukan dengan tepat akan mempermudah pencatatan nilai barang yang belum
terjual.
Menurut Niswonger et.al. (2000:369), ada dua metode untuk mengetahui
kuantitas persedian yang belum terjual pada akhir periode yaitu:
(1) System Perodik (berkala), (2) Sistem Perpetual
1)
Sistem Periodik (berkala)
Dalam sistem berkala setiap kali ada penjualan, hanya pendapatan dari
penjualan itu yang dicatat. Pada saat penjualan tidak tercatat ayat jurnal
untuk mencatat harga barang yang dijual. Jadi konsekuensinya harus
diadakan perhitungan fisik untuk menentukan nilai persedian pada akhir
29
periode. Umumnya perhitungan fisik secara lengkap hanya mungkin
diadakan pada akhir tahun fiskal.
Sistem persediaan berkala kerap kali digunakan oleh perusahaan
perdagangan eceran dan perusahaan pemasok barang dagangan yang
masing-masing aktivitasnya dalam membeli dan menjual aneka barang
begitu tinggi, demikian juga barang yang dijual yang beraneka ragam jenis
harganya. Dalam system ini kerapkali ada pembelian atau penjualan barang
tidak diikuti dengan pendebetan atau pengkreditan pada rekening
persedian, tapi dicatat didalam rekening pembelian atau penjualan.
Setelah kuantitas dan nilai persedian akhir diketahui, maka harga pokok
penjualan (Cost Of Goods Sold) dapat dihitung dengan cara:
=
+
+
ℎ
Kelemahan dalam metode ini adalah harga pokok penjualan tidak dapat
diketahui pada setiap saat, karena didalamnya tidak ada rekening-rekening
yang terkait dalam perhitungan harga pokok penjualan tersebut, dan bila
hendak mengetahui harga pokok penjualan maka harus diadakan
perhitungan secara fisik lebih dahulu. Oleh sebab itu metode ini disebut
metode fisik.
30
2)
Sistem Perpetual
Sistem perpetual dikenal juga dengan metode buku. Dalam metode ini
setiap jenis persedian dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan
buku pembantu persedian. Dalam sistem ini, kuantitas persediaan dapat
diketahui setiap saat tampa harus mengadakan perhitungan fisik terlebih
dahulu, karena setiap saat ada transaksi pembelian atau penjualan barang
selalu diikuti dengan pendebetan atau pengkreditan rekening persedian.
Harga pokok penjualan akan didebet pada saat barang dagang
dikeluarkan dari persediaan tersebut. Walaupun demikian perhitungan fisik
barang setahun sekali atau setiap akhir periode perlu dilakukan untuk
mencocokkan antara persedian yang ada dengan catatannya.
Dari penjelasan diatas didapati bahwa pemakai metode ini jauh lebih
menguntungkan dari pada pemakaiaan periodik, karena dengan metode ini
harga pokok penjualan dapat diketahui sewaktu-waktu dengan metode ini
harga pokok penjualan dapat diketahui sewaktu-waktu bila dibutuhkan.
Metode perpetual ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat
persedian yang dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan
laporan keuangan, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang
dalam gudang.
31
4.
Perputaran Persediaan
Persediaan merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan lancar dan
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, karena persediaan selalu
mengalami perubahaan maka perusahaan perlu mengadakan evaluasi
terhadap persediaan yang dimiliki. Evaluasi ini akan membantu pihak
perusahaan dalam melakukan analisa persediaan dengan mengetahui
tingkat perputarannya.
Banyak pendapat tentang bagaimana cara mengukur tingkat perputaran
persediaan yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Menurut
Agus (2001 : 23) adalah sebagai berikut:
“Perputaran persediaan adalah rasio antara pokok penjualan atau
penjualan
dengan
rata-rata
persediaan
yang
mengukur
efesiensi
Penggunaan persediaan, perputaran persediaan yang tinggi menunjukan
bahwa perusahaan tidak mempertahankan persedian yang berlebihan”.
Definisi perputaran persediaan adalah “perputaran persediaan adalah rasio
antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata
persediaan yang memiliki perusahaan”.( Munawir 2002 : 77)
Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa perputaran piutang harga
pokok dengan jumlah barang yang akan dijual. Biasanya jumlah barang yang
akan dijual dinilai dengan menjumlah barang tata-rata (average) yang
dihitung dengan menjumlahkan persediaan awal tahun ditambah persedian
akhir tahun dibagi dua
32
+
2
Rata − rata persediaan =
ℎ
Lebih lanjut Munawir menggambarkan perputaran piutang ini dengan
rumus sebagai berikut:
Perputaran persediaan =
Rasio ini menunjukan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan
berputar dalam satu periode. Perputaran persediaan ini menunjukan
beberapa kali jumlah persediaan barang dagang diganti dalam satu tahun,
semakin rendah rasio ini berarti masih banyak stock yang belum terjual
sehingga terjadi pemboraosan biaya modal. Perusahaan yang mempunyai
perputaran persediaan yang tinggi dibandingkan Perusahaan-perusahaan
lainya dalan industry yang sama biasanya lebih efesien dalam aktivitasaktivitas pembelian, penerimaan dan penjualannya. Hal ini juga mengurangi
munculnya kesempatan usangnya persediaan.
C. Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
Suatu perusahaan dianggap likuid apabila mampu memenuhi kewajiban keuangan
tepat pada waktunya dan mempunyai alat pembayaran atau aktiva lancar yang
lebih dasar dari pada kewajiban lancarnya. Sebaliknya suatu perusahaan dianggap
33
tidak likuid apabila tidak dapat dengan segera memenuhi kewajiban keuangannya
pada saat ditagih atau dengan kata lain jumlah aktiva lancarnya lebih kecil dari pada
jumlah kewajiban lancarnya.
Hal ini dilihat dari defenisi likuiditas yang dikemukakan oleh Munawir (2004 : 31):
“likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat
memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih”.
Berdasarkan pengertiaan-pengertian diatas dapat dilihat secra umum bahwa
likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
setiap saat, pada dasarnya kewajiban-kewajiban yang harus di penuhi oleh
perusahaan ada 2 (dua) macam, menurut Bambang (2001 : 26) yaitu:
a. Mampu membayar hutang-hutangnya pada saat ditagih, kemampuan ini disebut
likuiditas badan usaha
b. Mampu membiayai operasi perusahaan sehari-hari, kemampuan ini disebut
likuiditas perusahaan.
Posisi likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, seperti melunasi hutang yang jatuh tempo dalam
jangka pendek. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat
pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan
perusahaan mampu dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada
waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun
aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya atau hutang jangka
34
pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban
keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan
“illikuid”.
Pentingnya ukuran likuiditas dalam menganalisis suatu perusahaan, jika suatu
perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usaha
dipertanyakan. Dipandang dari sisi ini, semua ukuran mengasumsi kelangsungan
hidup perusahaan, analisis perlu selalu menilai keabsahan asumsi ini dengan
menggunakan ukuran likuiditas.
Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa pengertian likuiditas dimaksudkan
sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat
disamakan dengan uang tunai di suatu pihak dengan jumlah hutang lancar di pihak
lain (likuiditas badan usaha) juga pengeluaran-pengeluaran untuk perusahaan di
lain pihak (likuiditas perusahaan).
2. Rasio-rasio dalam Likuiditas
Untuk menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan, dapat digunakan rasio
likuiditas. : “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo”. (Munawir
2005 : 71 ). Seangkan menurut Arief dan Edy (2008 : 61-633) Rasio likuiditas adalah
“Rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan uang tunai”. Secara umum rasio likuiditas terdiri dari:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
35
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar
perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) lancar yang akan
jatuh tempo atau segera dibayar.
Rasio lancar=
Menurut Horgen (2002 : 191). Adalah sebagai berikut:
Nilai rasio lancar yang makin kuat dari suatu periode ke periode berikutnya,
menunjukan adanya perbaikan dalam posisi keuangan suatu rasio lancar yang
baik adalah 2. Yang menunjukan bahwa perusahaan memiliki Rp2 dalam aktiva
lancar untuk kewajiban lancar sebesar Rp2. Sebagian besar investor
menganggap perusahaan yang mempunyai resiko yang tidak terlalu tinggi.
Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang usaha, dan
persedian, sedangkan keawajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar
jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu
setahun, dan pajak penghasilan yang terhutang.
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipenuhi
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
jatuh tempo hutang.
Rasio likuiditas yang paling banyak digunakan adalah rasio lancar (current
ratio). Hasil yang diperoleh atas penggunaaan rasio likuiditas menunjukan
bahwa jumlah aktiva lancar perusahaan harus lebih besar dari jumlah hutang
36
lancar yang dimiliki perusahaan, karena dengan aktiva lancar yang lebih besar
perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo.
Tingkat likuiditas perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut:
1)
Mempertahankan jumlah hutang lancar dan memperbesar aktiva lancar
dengan cara menjual aktiva tetap dan atau menambah hutang jangka
panjang dan atau modal sendiri.
2)
Mempertahankan jumlah aktiva lancar dan mengurangi hutang lancar
dengan cara melunasi penjualan aktiva lancar dan atau menambah
hutang jangka panjang dan atau menambah modal sendiri.
3)
Mengurangi jumlah hutang lancar dan atau aktiva lancar bersama-sama
dengan syarat penurunan hutang lancar harus lebih besar dari penurunan
aktiva lancar, atau sebaliknya yaitu menaikkan jumlah aktiva lancar dan
hutang lancar dengan syarat kenaikan aktiva lancar harus lebih besar.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Merupakan rasio perbandingan antara aktiva lancar (setelah dikurangi
persedian) dengan pasiva lancar. Rasio ini tidak memperhitungkan persediaan
karena pesedian merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya
rendah. Sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering
menibulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Sehingga rasio cepat lebih baik dalam
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam kewajiban jangka pendeknya.
37
Aktiva lancar dikurangi persedian ini menunjukan jumlah kekayaaan
perusahaan dalam jangka pendek sudah hampir dipastikan dapat dijadikan
uang.
Rasio cepat =
Penalaran bagi kreditur jangka pendek semakin besar rasio cepat ini akan
semakin memberikan pengamanan biaya, akan tetapi bagi perusahaan,
besarnya rasio itu harus ada batasnya karena penggunaan dana dalam jumlah
yang melebihi ukuran untuk ditanamkan dalam komponen kas dan ekuivalen,
surat berharga dan piutang akan merupakan penanaman dana tidak produktif.
c. Rasio Kas (cash ratio)
Merupakan pebandingan antara kas dan setara kas (ekuivalent) yang ada
didalam perusahaan dan di bank (termasuk surat berharga seperti deposito)
dengan kewajiban lancar (current liabilities). Rasio ini menunjukan bahwa
kekayaan perusahaan dalam bentuk uang kas dan setara kas ada sekian kalinya
pinjaman perusahaan yang segera ditagih
Rasio kas =
Penalarannya adalah penyedian uang kas dan sejenisnya bagi perusahaan
dalam jumlah yang besar adalah suatu tindakan yang merugikan, karena
investasi dalam bentuk uang kas adalah tidak produktif sama sekali, begitu juga
38
sebaliknya penyedian kas dalam kebutuhan yang sebenarnya juga akan
menyulitkan likuiditasnya.
d. Cash Flow liquidity Ratio
Pendekatan lain dalam likuiditas perusahaan adalah dengan cash flow
liquidity ratio karena penggunaan pembilang adalah merupakan kas dan setara
kas serta diikut sertakan adalah arus kas dari hasil operasi perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah belum dapat
dikatagorikan mempunyai kinerja yang kurang bagus. Namun sebelumnya harus
dipahami terlebih dahulu mengenai karakteristik industry dan perusahaan
tersebut.
Rumusnya sebagai berikut:
Cash flow liquidity ratio=
D. PROFITABILITAS
1. Pengertian Profitabilitas
Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba (profit) yang
cukup besar untuk mengembakan usahanya. Semakin besar jumlah pendapatan
yang diterima dan semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka akan semakin besar
pula laba (profit) yang diperoleh perusahaan, namun laba yang semakin besar
belum merupakan ukuran efesiensi terhadap usaha yang dilakukan.
39
Menurut Rianto (2001:35) adalah sebagai berikut:
menyatakan bahwa rentabilitas (profitabilitas) suatu perusahaan menunjukan
perbandingan antara laba dengan aktivitas aktiva atau modal yang dihasilkan laba
tersebut. Dengan kata lain rentabilitas (profitabilitas) adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”.
Menurut Bambang Riyanto (2002:25) adalah sebagai berikut:
pengertian profitabilitas suatu perusahaan merupakan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba periode tertentu pada tingkat penjualan,
asset dan modal saham tertentu.
Berhubungan dengan pernyataan di atas pada umumnya perusahaan menjalankan
oprasionalnya lebih diarahkan untuk mendapat titik profitabilitas maksimal dari
pada laba yang maksimal. Jadi penting bagi bagi perusahaan adalah untuk
mengetahui bagai mana cara untuk meningkatan profitabilitasnya. Profitabilitas
perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
dihasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, rumusnya sebagai
berikut:
L
X 100%
M
Dimana: L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu, dan
M adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk mengahsilkan laba
Berbeda dengan pengertian laba, maka profitabilitas dalam faktor modal atau
aktiva lebih telah diperhitungkan, dengan demikian profitabilitas menunjukan
40
penggunaan modal atau aktiva dalam perusahaan. Ratio ini mencerminkan
keuntungan yang diperoleh perusahaan tampa mengingat dari mana sumber modal
dan menunjukan tingkat efesiensi perusahaan dalam melaksanakan operasi
perusahaan.
Dalam cara untuk menilai profitabilitas perusahaan bermacam-macam dan
tergantung pada laba atau aktiva mana yang akan diperbandingkan atau dengan
kata lain bentuk modal dalam perusahaan ada bermacam-macam, misalnya modal
asing, modal sendiri, laba sebelum pajak, laba neto setelah pajak.
2. Rasio Pengukuran Profitabilitas
Tinggi rendahnya perusahaan dapat ditentukan oleh dua faktor yaitu:
a. Profit Margin
Adalah perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih.
Perbandingan ini dinyatakan dengan persentase. Jadi profit margin adalah
selisih antara penjualan bersih dengan biaya operasi, selisihnya dinyatakan
dalam persentase dari penjualan bersih, rumusnya sebaga berikut:
Pro it margin =
Laba usaha
X 100%
Penjualan bersih
Besar kecilnya profit margin ditentukan oleh penjualan bersih dan laba
usaha. Besar atau kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung
pada hasil penjualan dan besarnya usaha.
Ada dua alternative dalam usaha memperbesar profit margin yaitu:
41
i.
Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan
tercapainya tambahan yang sebesar-besarnya atau dengan kata lain
tambahan penjualan harus lebih besar dari pada tambahan biaya usaha.
ii.
Dengan mengurangi pendapatan dari penjualan sampai tingkat tertentu
diusahakan adanya pengukuran biaya relative lebih besar dari pada
pengukuran pendapatan dari penjualan. Meskipun jumlah penjualan
selama periode tertentu berkurang akan tetapi bila disertai dengan
berkurangnya biaya usaha yang lebih sebanding maka akibatnya profit
marginnya lebih besar.
b. Return On Assets
Return On Assets adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan aktiva usaha. Dengan kata lain profitabilitas suatu perusahaan dapat
diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh
dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atas asset yang digunakan
untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
Yang dimaksud dengan aktiva usaha adalah semua aktiva kecuali investasi
jangka panjang dan aktiva lain-lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau
usaha untuk memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok
perusahaan.
42
Rasio ini akan menunjukan tingkat efesiensi perusahaan dalam
melaksanakan opersinya sehari-hari. Rumus yang dipakai untuk mengukurnya
yaitu sebagai berikut:
Return On Assets (ROA) =
Laba bersih setelah pajak
X 100%
Aktiva Usaha
Rasio ini sangat berguna untuk memperbandingkan antara dua
perusahaan atau lebih yang memiliki struktur modal yang berbeda atau untuk
membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda.
E. Pengaruh Antara Perputaran Piutang, Perputaran Perediaan Dan Likuiditas
Terhadap Profitabilitas
Dari penjabaran landasan teori telah sama-sama diketahui bahwa hubungan
antara piutang, persedian dan kas berhubungan erat satu sama lainnya. Bilamana
terjadi suatu produk dijual (secara kredit) maka produk tersebut dipindahkan dari
pos persediaan ke pos piutang dan akhirnya ke pos kas.
Peningkatan arus kas yang masuk akan memperbesar jumlah aktiva lancar,
dalam hal ini adalah jumlah kas. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam
perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini juga berarti
perusahaan dapat membiayai dana oprasional perusahaan sehari-hari seperti
pembelian bahan mentah untuk diproduksi, membayar gaji karyawan, membayar
hutang jangka pendek dan lain-lain.
43
Semakin likuid perusahaan akan memacu perusahaan untuk mengelola kas
yang besar dengan cara di putarkan atau dalam keadaaan bekerja terus-menerus,
dalam rantai modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut:
Kas
Persediaan
Piutang
Kas
Gambaran ini terlihat perusahaan berusaha memutar kasnya menjadi
persediaan dengan cara membiayai produksi suatu produk (mengubah bahan
mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi) kemudiaan terjadi
perputaran persediaan (barang keluar dari gudang) untuk dijual baik secara tunai
atau kredit.
Sehingga menimbulkan aliran kas masuk baik berupa uang kas (penjualan tunai)
atau piutang (penjualan secara kredit). Untuk piutang akan terjadi perputaran
dengan cara mencairkan piutang kembali menjadi kas dan seterusnya kas berputar
kembali.
Semakin tinggi perputaran piutang menunjukan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah, sebaiknya jika rasio semakin rendah berarti terjadi over
invesment dalam piutang. Ini kemungkinan dapat disebabkan oleh bagian kredit dan
penagihan bekerja kurang efektif atau kemungkinan ada perubahan dalam
kebijaksanaan dalam kredt.
Sedangkan semakin tinggi volume penjualan kredit (piutang) menyebabkan
makin tinggi pula tingkat perputaran persediaan perusahaan. Ini disebabkan untuk
memenuhi permintaan konsumen maka perusahaan harus dapat memenuhi
44
persediaan digudang sehingga apabila pembeli sewaktu-waktu memerlukan produk,
maka perusahaan dapat memenuhinya. Makin tinggi perputaran persedian
menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan rendah, dan sebaiknya
jika rasio semakin rendah berati telah terjadi kesalahan atas penetapan
kebijaksanaan perusahaan berkaitan dengan investasinya pada persediaan.
Kesalahan ini akan memperkecil keuntungan karena dengan adanya investasi dalam
persediaan yang terlalu besar dibandingkan yang dibutuhkan akan memperbesar
beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang dan memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, penurunan kualitas dan keusangan
produk (persedian).
Volume penjualan yang meningkat akibat kenaikan peningkatan perputaran
piutang serta persediaan mempengaruhi kemampuan perusahaan mandanai
kegiatan oprasional perusahaan sehari-hari, hal ini berpengaruh besar kecilnya
pendapatan atau profitabilitas (laba) yang akan diperoleh perusahaan.
45
Download