BAB II LANDASAN TEORITIS A. Piutang 1. Pengertian Piutang Penjualan secara kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka merangsang minat para pelanggan. Sehingga dengan dilakukanya penjualan secara kredit ini perusahaan dapat memperkuat pasar dan memperbesar hasil penjualan. Menurut Gitosudarmo (2002:81) adalah sebagai berikut: “Piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya praktik penjualan kredit”. “Receivable are claims held against customers and other for mone, goods, or service.” (Kieso et.al 2004:318). Dari devinisi ini bahwa piutang meliputi semua klaim atas uang, barang, ataupun jasa-jasa, kepada pelanggan baik individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. 6 Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia PSAK (2004) adalah sebagai berikut: “Piutang digolongkan dalam dua katagori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahaan jasa dalam rangka kegiatan normal perusahaan. sedangkan piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain”. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan memiliki piutang. adapun piutang merupakan unsur yang penting dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan. Prosedur wajar dan cara pengamanan yang wajar terhadap piutang bukan saja keberhasilan perusahaan, tetapi juga memelihara hubungan yang baik dan memuaskan pelanggan 2. Klasifikasi Piutang Piutang dapat diklasifikasikan berdasarkan pandangan yang berbeda, tetapi pada dasarnya piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat ditagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal, diklasifikasikan sebagai aktiva lancar tampa memandang jangka waktu tagihannya, dalam kasus demikian, jumlah piutang usaha dan penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 7 Istilah penting dari piutang usaha, mencakup seluruh tagihan uang terhadap individu, organisasi, atau pihak debitur yang lain. Piutang yang timbul dalam perusahaan dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis transaksi. Umumnya sebagian besar piutang, timbul karna adanya penjualan barang atau jasa secara kredit. “ piutang dagang merupakan aktiva yang relative likuid, biasanya dikonversikan menjadi kas dalam jangka waktu 30 hari hingga 60 hari”(Menurut Henry Simamora 2002 : 228). “ dalam mengklasifikasikan piutang, perlu dibuat perbedaan yang penting antara piutang dagang dan piutang non dagang (menurut Smith dan skousen terjemahan Alfonsus Sirat 2005:287) Piutang dagang dapat diklasifikasikan menurut lamanya tangggal jatuh tempo. Klasifikasi ini akan menghasilkan piutang lancar atau jangka pendek dan piutang lancar atau jangka panjang. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa: pertama; Klasifikasi piutang usaha pada kelompok aktiva lancar seperti diterima luas, mencakup semua piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus oprasi normal. Sedangkan piutang non dagang meliputi seluruh tipe piutang lainya, yang timbul akibat bukan dari penjualan barang atau jasa. Kedua; Piutang usaha normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha. 8 3. Sifat dan Klasifikasi Piutang Sebagai Sumber Kas 1) Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas Pada kesempatan lain, perusahaan mungkin saja tidak menghadapi kesulitan keuangan tetapi ingin mempercepat proses penagihan piutang atau memindahkan resiko kredit dan usaha penagihan kepada pihak lain. Dalam hal ini, piutang atas pelanggan dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan (penyedian dana). Piutang usaha bisa diubah menjadi sebagai berikut: a) Penggadaian Piutang Usaha Merupakan suatu perjanjian pinjaman dengan penggadaian piutang sebagai jaminan atas pinjaman. Pinjaman tersebut dapat dibuktikan dengan wesel tertulis yang menyatakan penggadaian seluruh piutang usaha atau penggadaian piutang tertentu. Pinjaman seringkali diperoleh dari bank atau lembaga peminjaman lainnya dengan menjaminkan atau menggadaikan piutang usaha sebagai jaminan. Dalam penggadaian seluruh piutang, semua piutang usaha berlaku sebagai jaminan atas wesel tersebut. Akan tetapi harus dibuat pengungkapan pada neraca, dengan komentar dalam tanda kurung atas jumlah secara sifat piutang yang digadaikan untuk jaminan kewajiban kepada pemberi jaminan. Apabila terdapat 9 penggadaian piutang tertentu kepada pemberi pinjaman, peminjam hendaknya menstransfer saldo perkiraan tersebut ke suatu perkiraan pengendalian buku khusus dan mengidentifikasiakan secara jelas serta memperhitungkan masing-masing piutang yang digandakan dalam buku besar pembantu. b) pemfaktoran atau penjualan piutang usaha tampa tanggung renteng Pemfaktoran tampa tanggung renteng merupakan penjualan piutang tampa tanggung jawab atas pelunasan dikemudian hari kepada pembeli atau pihak ketiga, yang biasanya adalah Bank atau lembaga lainnya. Penjualan ini mengakibatkan pembeli menangggung resiko ketertagiahan piutang dan kerugian setiap kredit. Pemfaktoran seringkali merupakan bagaian dari hubungan kerja berlanjut dimana lembaga keuangan menjalankan fungsi kredit disamping fungsi penagihan. Unit perusahaan akan dibebaskan dari semua aktivitas ini dan penjualan barang akan langsung menghasilkan kas untuk dapat digunakan perusahaan. Karena faktor menyerap kerugian dari piutang yang tak tertagih dan seringkali memikul tanggung jawab kredit dari penagihan, maka beban yang berhubungan dengan pemfaktoran umumnya lebih besar dari pada beban bunga atas peminjaman atas penggadaian peminjaman 10 piutang. apabila piutang usaha dijual secara tuanai , yakni tanpa tanggung renteng lebih lanjut. Maka kas debit, piutang usaha dan saldo penyisihan yang bersangkutan ditutup, serta perkiraan beban debit untuk beban pemfaktoran. c) Transfer Piutang Usaha dengan Tetap bertanggung jawab atas Pelunasannya Merupakan campuran dari kedua bentuk pembiayaan melalui piutang tersebut diatas. Transfer dengan tanggung renteng bermakna bahwa penerimaan transfer (bank atau lembaga keuangan) memberi uang atau kas untuk piutang yang diterima, tetapi mempunyai hak untuk menagihnya dari pelaku transfer jika debitor (pelanggan transferor) melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo. 2). Jenis-jenis Piutang Tagihan atau klaim kepada pelanggan atau pihak ketiga bisa timbul dari berbagai macam sumber tetapi jumlah yang terbesar biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. a) Piutang Usaha Piutang usaha dapat menghasilkan penerimaan kas jika sudah pada saat jatuh tempo. Pengertian piutang usaha itu sendiri menurut Jay M.Smith terjemahan Alfonsos Sirait (2000:364) sebagai berikut: “piutang dagang (piutang usaha) menunjukan piutang yang timbul 11 dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan normal, biasanya piutang usaha akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga dikelompokan dalam aktiva lancar”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang usaha terjadi karena adanya penjualan barang atau jasa yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menjalani usahanya. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. b) Wesel Tagih Suatu klaim yang didukung oleh promes atau wesel (janji tertulis untuk membayar sejumlah uang) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan klaim berbentuk piutang usaha. Promes (wesel) ditanda tangani oleh debitur untuk mengakui utang dan setuju untuk membayar sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Sebab itu promes atau wesel merupakan klaim yang lebih kuat dimata pengadilan. “surat promes atau wesel merupakan janji tertulis tampa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu” (Smith dan Skousen terjemahan Alfonsus Sirait 2005:301) Dalam pengertian diatas, disimpulkan bahwa jumlah terutang harus dibayarkan atas permintaan seseorang atau perusahaan, dokumen itu juga harus ditanda tangani oleh orang atau perusahaan 12 yang membuat janji tersebut, pihak yang membuat janji disebut pembuat (marker), pihak yang mengeluarkan wesel disebut penarikan wesel (drawer) dan pihak yang akan menerima pembayaran disebut penerima wesel (payee). Promes harus ditanda tangani oleh penariknya, wesel yang mengeluarkan perintah membayar ditanda tangani oleh pihak yang mengeluarkan perintah (penarik). Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi pencatatan dan pelaporannya dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1) Tanggal jatuh tempo (due date/ maturity date) Tanggal suatu promes atau wesel yang harus dibayarkan. Periode waktu diantara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo wesel atau promes jangka pendek yang dinyatakan dalam hari atau bulan. Jika dinyatakan dalam hari, maka tanggal jatuh temponya dinyatakan dalam jumlah hari setelah penerbitan. Dan apabila jangka waktu wesel dinyatakan dalam jumlah bulan setelah tanggal penerbitan, maka tanggal jatuh temponya ditentukan dengan menghitung beberapa bulan kemudian dari tanggal jatuh tempo penerbitan, contoh: promes yang berjangka waktu 3bulan tertanggal 5 agustus maka akan jatuh tempo pada tanggal 15 november. 13 2) Bunga Promes atau wesel biasanya menetapkan jumlah bunga yang akan dibayarkan untuk periode antara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo. Promes berjangka waktu lebih dari satu tahun umumnya menetapkan bunga yang harus dibayarkan secara satu setengah tahunan, kuartalan, atau jangka waktu lain yang telah ditetapkan, jika jangka waktu promes kurang dari satu tahun, bunga umumnya dibayar pada saat jatuh tempo. Rumus dasar untuk menghitung bunga adalah: Bunga = Jumlah Pokok x Suku bunga x Waktu 3) Nilai Jatuh Tempo Nilai jatuh tempo dari suatu promes adalah jumlah pokok (nilai nominal) ditambah bunga. Jumlah yang harus dibayar dibayarkan pada tanggal jatuh tempo dinaikan dengan nilai jatuh tempo (manrity value). 4) Piutang Lain-lain Pada dasarnya piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan. Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, dan bila 14 penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah kelompok investasi. 5) Pengakuan Piutang Piutang tidak boleh diakui untuk barang dagang yang telah dikirimkan apabila ada perjanjian bahwa pihak pengirim tetap memegang hak atas barang itu sampai ada tanda terima resmi, ataupun untuk barang yang dikirim atas dasar konsinyasi dimana pengirim barang tetap memegang hak atas barang tersebut sampai pada barangnya terjual oleh konsinye (consignee), atau tidak dicatat sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual. Menurut Smith dan Skousen (2005:288) adalah sebagai berikut: “ Pengakuan piutang usaha bertalian dengan pengakuan pendapatan, karna pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai dan kas terealisasi atau dapat direalisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih kepembeli”. Sedangkan kieso et.al (2004) berpendapat Pengakuan piutang usaha yaitu: “in most receivable trancsaksion, the amount to be recognized is the exchange price betwen the two parties. The 15 exchange prise is the amount due from the debtor (a customer or a borroweri)”. Pengakuan piutang usaha meurut devinisi diatas terletak pada nilai pertukaran diantara pihak penjual. Piutang yang timbul dari penjualan angsuran, akan diposkan menjadi aktiva lancar dan tidak lancar, tergantung pada jangka waktu angsuran tersebut. Oleh karna itu apabila piutang tersebut lebih dari satu tahun maka tidak dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar, tetapi dilaporkan dalam kelompok aktiva lainnya. 4. Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha Piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atas jasa-jasa harus dilaporkan menurut nilai bersih yang dapat direalisasikan atau nilai tunainya, ini menunjukan bahwa piutang harus dicatat bersih dari setiap potongan yang diharapkan akan diambil dari cadangan dan return penjualan yang diharapkan. Tujuanya adalah untuk mencapai jumlah tagihan yang diharapkan dari debitur dan dikumpulkan dalam bentuk kas. Kieso et.al.2004:387) “short-term receivables are valued and reported at net realizable value the net amount expected to be received cash.” Konsep penilaian tersebut menunjukkan bahwa aktiva harus dinilai sebesar manfaat yang akan diterima dimasa yang akan datang. Meskipun piutang telah dinilai sebesar jumlah bersihnya (setelah dikurangi penyisihan 16 piutang tak tertagih) namun biasanya kedua piutang tersebut dapat disajikan. Untuk melaporkan piutang dalam neraca yakini dengan mengurangkan jumlah yang diperiksakan akan tidak dapat ditagih kepada jumlah piutang yang menghasikan besar jumlah yang akan dapat ditagih. Karena neraca itu disusun setiap akhir periode yang bersangkutan sehigga dapat dihubungkan antara kerugian piutang (diakui dengan mencatat piutang tak tertagih) dengan penjualan-penjualan yang akan mengakibatkan timbulnya piutang tersebut. Menurut kieso et.al (2004 : 331) adalah sebagai berikut: “short-term notes receivable are recorded and reported attheir net relizable value-that is, at their face amount is allowace for doubtful accounts. The computetations and estimation involved in valuin short-term notes receivable and recording bad debt expense and related allowance are exactly the same as for trade account receivable. Penjualan atas dasar selain penjualan tunai beresiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang yang disebut dengan piutang tak tertagih. Pengertian piutang usaha tak tertagih adalah “kerugian piutang yang memerlukan pencatatan ayat jurnal yang tepat dalam akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penawaran yang berkaitan dengan laba” (Kieso 17 et.al. 2004:390). Kerugian piutang diakui dengan mencatat piutang tak tertagih. Dicatat dengan mengkredit ke rekening cadangan kerugian piutang dan mendebet piutang tak tertagih. Tabel 1.1 Penyajian Piutang dalam neraca Aktiva Aktiva Lancar: Kas XXX Wesel tagih XXX Piutang usaha XXX Dikurangi Piutang taktertagih (XXX) Piutang bunga XXX Sumber: Carl S. Warren (2005:418) Salah satu cara untuk mengakui kerugian piutang selain menggunakan cadangan kerugian piutang yaitu menggunakan metode penghapusan langsung. Dalam metode ini kerugian piutang baru akan diakui pada waktu piutang dihapuskan dan penghapusan piutang baru dilakukan bila terdapat bukti – bukti yang jelas. Penggunaan metode langsung tidak dapat melaporkan piutang dengan jumlah yang diharapkan bisa ditagih, tetapi neraca menunjukan jumlah bruto piutang, sehingga tidak sesuai dengan prinsip akuntansi. 18 Ada dua prosedur umum digunakan dalam pencatatan piutang tak tertagih menurut Kieso et.al (2004 :332) yaitu: 1). Direct Write-off method. No entri is made a specific account has definitely been estabilshed as uncollectable. Then the loss is recorded crediting accounts receivable and debiting bad debt expenses 2). Allowance method, an estimate is made of the expected uncollectible an accounts from all sales made on accounts or from the total auntstanding, receivable. This estimate is entered as an expense and an indirect reduction in accounts receivable (via an increase in the allowance account) in the period in which the sale is recorded. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penghapusan langsung tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah diterapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. kerugian tersebut dicatat dengan mendebet beban piutang tak tertagih dan mengkredit piutang usaha. Bedasarkan metode ini beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi, sehingga akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaiaan tidak diperlukan diakhir periode. Sedangkan metode cadangan merupakan estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban 19 dan pengurangan tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Kebanyakan perusahaan menggunakan metode penyisihan untuk mengestimasi besarnya piutang tak tertagih. Menurut Nisgonger dkk. (2000 : 328) pencatatan atau piutang tak tertagih adalah seagai berikut: 1) Penetapan Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih Dalam metode penyisihan, jumlah piutang yang diestimasikan tidak akan tertagih dicatat dengan mendebit beban piutang tak tertagih dan mengkredit penyisihan piutang tak tertagih. Ayat jurnalnya: D: Beban piutang tak tertagih XXX K: penyisihan piutang tak tertagih XXX Sumber: Carl S. Warren (2005:408) Saldo beban piutang tak tertagih biasanya dilaporkan dalam laporan laba-rugi periode berjalan sebagai beban administrasi, serta perkiraan penyisihan akan ditunjukan sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang yang dilaporkan pada jumlah bersih yang dapat direalisasikan 2) Penghapusan Piutang Tak Tertagih Apabila piutang usaha dari pelanggan dapat dipastikan tak tertagih sama sekali, maka piutang tersebut dihapus dengan 20 mendebitkan perkiraan penyisihan, dan mengkredit piutang usaha. Ayat jurnalnya: D: Penyisihan Piutang tak tertagih XXX K: Piutang Usaha XXX Sumber: Carl S.Warren (2005:409) Piutang usaha yang telah dihapuskan dapat ditagih dikemudian hari, maka piutang tersebut harus ditimbulkan kembali dengan ayat jurnal yang merupakan kenalikan dari ayat jurnal penghapussan, sementara kas yang diterima sebagai pembayaran piutang harus dicatat sebagai penerimaan pembayaran piutang dengan ayat jurnal: Untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan sebelumnya D: piutang Usaha XXX K: penyisihan piutang tak tertagih XXX Untuk mencatat penagihan piutang D: Kas XXX K: Piutang Usaha XXX Sumber: Carl S. Warren (2005:409) 21 3) Estimasi Piutang tak Tertagih Estimasi piutang tak tertagih biasanya didasarkan pada dua bagian antara lain: a. Estimasi berdasarkan penjualan Perhitungan piutang tak tertagih dengan cara ini dilakukan dengan menetapkan suatu persentase tertentu terhadap penjualan. Sedapat mungkin angka penjualan yang dipakai adalah penjualan secara kredit. Metode estimasi berdasarkan penjualan tersebut menekankan perbandingan antara beban piutang tak tertagih dengan penjualan sepanjang periode terkait. Jadi metode ini memberi tekanan yang lebih besar pada laporan labarugi dari pada neraca 4) Estimasi berdasarkan Analisa Piutang Semakin lama peredaran piutang usaha semakin kecil kemungkinan piutang tersebut akan tertagih. Oleh karna itu, dapat mendasarkan estimasi piutang tak tertagih pada seberapa lama piutang tersebut beredar. Dalam hal ini dapatmenggunakan proses yang dinamakan penentuan umur piutang usaha (aging the receivable) titik awal dalam menentukan umur piutang adalah tanggal jatuh tempo diklasifikasikan menurut beberapa lama piutang tersebut jatuh tempo. Prosedur alternatif adalah dengan mengembangkan serangkaian estimasi persentasi ketidak tertagih 22 dan menggunakan pada klasifikasi piutang yang berbeda. Penyisihan piutang tak tertagih yang didasarkan atas saldo piutang dapat dilakukan deangan Jalan menetapkan persentasi terhadap saldo piutang. Biasanya saldo yang dipakai adalah rata-rata antara saldo awal piutang pada awal dan akhir periode. 5) Koreksi terhadap Penyisihan Piutang tak Tertagih Saldo penyisihan piutang untuk piutang tak tertagih dibentuk dan dibukukan melalui pencatatan ayat jurnal penyesuaian pada penutupan setiap periode akuntansi. Jika penyisihan akan membengkak secara Cuma-Cuma dan laba akan terlalu kecil. Jika penyisihan terlalu kecil, saldo penyisihan akan kurang memadai dan laba akan terlalu besar . Jika piutang tak tertagih menurut pengalaman dapat dijadikan patokan untuk memperkirakan antisipasi kerugian, prosedur penyisihan dan cukup memuaskan dan tak perlu dilakukan penyisihan. Jika terjadi kegagalan mengestimasi piutang tak tertagih dengan cukup memuaskan jumlah penyisihan yang dihasilkan dengan sendirinya menjadi tidak memadai atau terlalu besar dan diperlukan penyesuaian. 23 5. Penagihan Piutang Usaha Perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang panjang cendrung memiliki jumlah piutang usaha yang relative tinggi dibandingkan perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit pendek. Namun dalam situasi di atas adalah penting untuk menagih piutang secepat mungkin. Dua ukuran keuangan yang sangat berguna dalam mengevaluasi efesiensi penagihan piutang yaitu: a. Perputaran Piutang Usaha (account receivable turnover) Mengukur sebeberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam satu tahun. Sebagai contoh, dengan ketentuan kredit 2/10, n/30 piutang usaha harus berputar sedit diatas 12 kali dalam setahun. Perputaran piutang usaha dapat dihitung sebagai berikut: Perputaran piutang usaha = ℎ ℎ − b. Jumlah hari penjualan dalam piutang (number of days receivable) Merupakan estimasi lamanya piutang usaha beredar. Dengan ketentuan kredit 2/10, n/30, jumlah hari dalam piutang harus lebih rendah dari 30hari. Hal ini dihitung sebagai berikut: Jumlah hari penjualan dalam piutang = 24 6. Perputaran Piutang Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang dipengaruhi oleh syarat pembayarannya. Semakin lunak syarat pembayarannya maka semakin lama modal terkait dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya semakin rendah. Tingkat perputaran yang tinggi menunjukan cepatnya dana terkait dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur, semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas. Selain itu cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus: Perputaran piutang= Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu rata-rata pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran tersebut atau rasio atara piutang rata-rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan kredit, hasilnya akan menunjukan berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih atau days of receivable yang umumnya antara 1 sampai 2 bulan. Rumusnya adalah sebagai berikut: days of receivable = 25 hari rata-rata pengembalian piutang digunakan untuk menilai efesiensi pengumpulan piutang. untuk menilai efesiensi piutang maka perlu diperbandingkan dengan syarat pembayarannya. Dengan demikian dikatakan belum efesien apabila hari rata-rata pengembalian piutang tersebut lebih besar dari syarat pembayarannya. B. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persedian dalam perusahaan mempunyai kedudukan yang sangat penting baik dalam jumlah maupun dalam peranannya. Jumlah (nilai) persedian pada umumya relative besar diantara unsur-unsur aktiva lancar, sehingga investasi pada persedian memerlukan dana yang cukup besar, sedangkan peranan persedian adalah sebagai sumber utama pendapatan perusahaan melalui penjualan barang maupun jasa. Seperti yang kita ketahui, nilai persedian yang terjual selama satu periode merupakan harga pokok penjualan yang dibebankan sebagai biaya dalam periode tersebut. Sedangkan harga jual dari persedian tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan ini apabila dibandingakan dengan harga pokok penjualan akan menghasilkan selisih yang disebut laba kotor penjualan. Sementara itu, nilai persedian yang belum terjual pada tanggal neraca dapat dikompensasikan ke periode akuntansi selanjutnya sebagai komponen dari harga pokok penjualan pada saat persediaan itu terjual. 26 Dengan demikian, persediaan mempunyai implikasi langsung pada neraca dan laporan perhitungan laba rugi suatu perusahaan dimana nilai persediaan pada akhir periode akan digunakan dalam perhitungan harga pokok penjualan pada periode berikutnya. Oleh sebab itu, setiap kesalahan dalam menghitung laba yang diperoleh. Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan persedian (per 1 September 2007:PSAK N0:14) sebagai berikut: Persedian adalah asset: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses pengembalian jasa “yang dimaksud dengan persedian (inventory) adalah “Pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam oprasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikomsusi dalam memproduksi barang yang akan dijual” (Menurut Kieso et.al. 2002 : 414) Sedangkan Menurut Ridwan (2003 : 296) adalah sebagai berikut: Persedian meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menunggu proses lebih lanjut atau dijual. Persedian merupakan investasi yang penting pada banyak perusahaan. Pada umumnya ratarata perusahaan manufaktur memiliki besarnya persedian kurang lebih 42% dari aktiva lancar atau kurang lebih 18% dari total aktiva. 27 Menurt Firdaus persedian dapat didefinisikan sebagai “Aktiva berwujud yang diperoleh perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan dan yang memperoleh untuk diproses lebih dulu dan dijual”. Tujuan pemilikan persedian pada dasarnya adalah untuk dijual kepada pihak luar perusahaan (konsumen) dalam usaha normal perusahaan atau untuk digunakan dalam proses produksi dalam rangka menghasilkan barang siap jual. Bentuk persediaan yang berwujud dapat dibedakan menjadi: barang jadi (finished goods), barang dalam proses (work in process), bahan baku (row material) dan bahan penolong (supplies) 2. Klasifikasi Persediaan Pada setiap perusahaan, baik yang berbentuk perusahaan dagang meliputi industri, mempunyai cara yang berbeda dalam mengkelompokan persedian barang yang dimilikinya, selain itu jenis dan persedian dari kedua jenis perusahaan tersebut juga berbeda. Menurut Zaki (2004 : 150) “dalam perusahaan dagang hanya ada satu persedian, yaitu barang dagangan (merchandise inventory). Sedangkan dalam perusahaan manufaktur jenis persediannya sebagai berikut: a. Bahan baku dan penolong Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biaya, sedangkan sedangkan bahan penolong adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya relative kecil atau sulit diikuti biaya. 28 b. Supplies Pabrik Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi c. Barang Dalam Proses Adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal neraca barang-barang tadi belum selesai dikerjakan. d. Produk selesai Adalah barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses prosduksi dan menunggu saat penjualannya. 3. Sistem Pencatatan Persediaan Penentuan kuantitas persedian mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan penentuan penilaiaan persedian, karena apabila kuantitas persedian dapat ditentukan dengan tepat akan mempermudah pencatatan nilai barang yang belum terjual. Menurut Niswonger et.al. (2000:369), ada dua metode untuk mengetahui kuantitas persedian yang belum terjual pada akhir periode yaitu: (1) System Perodik (berkala), (2) Sistem Perpetual 1) Sistem Periodik (berkala) Dalam sistem berkala setiap kali ada penjualan, hanya pendapatan dari penjualan itu yang dicatat. Pada saat penjualan tidak tercatat ayat jurnal untuk mencatat harga barang yang dijual. Jadi konsekuensinya harus diadakan perhitungan fisik untuk menentukan nilai persedian pada akhir 29 periode. Umumnya perhitungan fisik secara lengkap hanya mungkin diadakan pada akhir tahun fiskal. Sistem persediaan berkala kerap kali digunakan oleh perusahaan perdagangan eceran dan perusahaan pemasok barang dagangan yang masing-masing aktivitasnya dalam membeli dan menjual aneka barang begitu tinggi, demikian juga barang yang dijual yang beraneka ragam jenis harganya. Dalam system ini kerapkali ada pembelian atau penjualan barang tidak diikuti dengan pendebetan atau pengkreditan pada rekening persedian, tapi dicatat didalam rekening pembelian atau penjualan. Setelah kuantitas dan nilai persedian akhir diketahui, maka harga pokok penjualan (Cost Of Goods Sold) dapat dihitung dengan cara: = + + ℎ Kelemahan dalam metode ini adalah harga pokok penjualan tidak dapat diketahui pada setiap saat, karena didalamnya tidak ada rekening-rekening yang terkait dalam perhitungan harga pokok penjualan tersebut, dan bila hendak mengetahui harga pokok penjualan maka harus diadakan perhitungan secara fisik lebih dahulu. Oleh sebab itu metode ini disebut metode fisik. 30 2) Sistem Perpetual Sistem perpetual dikenal juga dengan metode buku. Dalam metode ini setiap jenis persedian dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persedian. Dalam sistem ini, kuantitas persediaan dapat diketahui setiap saat tampa harus mengadakan perhitungan fisik terlebih dahulu, karena setiap saat ada transaksi pembelian atau penjualan barang selalu diikuti dengan pendebetan atau pengkreditan rekening persedian. Harga pokok penjualan akan didebet pada saat barang dagang dikeluarkan dari persediaan tersebut. Walaupun demikian perhitungan fisik barang setahun sekali atau setiap akhir periode perlu dilakukan untuk mencocokkan antara persedian yang ada dengan catatannya. Dari penjelasan diatas didapati bahwa pemakai metode ini jauh lebih menguntungkan dari pada pemakaiaan periodik, karena dengan metode ini harga pokok penjualan dapat diketahui sewaktu-waktu dengan metode ini harga pokok penjualan dapat diketahui sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Metode perpetual ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persedian yang dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan keuangan, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang. 31 4. Perputaran Persediaan Persediaan merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan lancar dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, karena persediaan selalu mengalami perubahaan maka perusahaan perlu mengadakan evaluasi terhadap persediaan yang dimiliki. Evaluasi ini akan membantu pihak perusahaan dalam melakukan analisa persediaan dengan mengetahui tingkat perputarannya. Banyak pendapat tentang bagaimana cara mengukur tingkat perputaran persediaan yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Menurut Agus (2001 : 23) adalah sebagai berikut: “Perputaran persediaan adalah rasio antara pokok penjualan atau penjualan dengan rata-rata persediaan yang mengukur efesiensi Penggunaan persediaan, perputaran persediaan yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tidak mempertahankan persedian yang berlebihan”. Definisi perputaran persediaan adalah “perputaran persediaan adalah rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang memiliki perusahaan”.( Munawir 2002 : 77) Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa perputaran piutang harga pokok dengan jumlah barang yang akan dijual. Biasanya jumlah barang yang akan dijual dinilai dengan menjumlah barang tata-rata (average) yang dihitung dengan menjumlahkan persediaan awal tahun ditambah persedian akhir tahun dibagi dua 32 + 2 Rata − rata persediaan = ℎ Lebih lanjut Munawir menggambarkan perputaran piutang ini dengan rumus sebagai berikut: Perputaran persediaan = Rasio ini menunjukan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam satu periode. Perputaran persediaan ini menunjukan beberapa kali jumlah persediaan barang dagang diganti dalam satu tahun, semakin rendah rasio ini berarti masih banyak stock yang belum terjual sehingga terjadi pemboraosan biaya modal. Perusahaan yang mempunyai perputaran persediaan yang tinggi dibandingkan Perusahaan-perusahaan lainya dalan industry yang sama biasanya lebih efesien dalam aktivitasaktivitas pembelian, penerimaan dan penjualannya. Hal ini juga mengurangi munculnya kesempatan usangnya persediaan. C. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas Suatu perusahaan dianggap likuid apabila mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya dan mempunyai alat pembayaran atau aktiva lancar yang lebih dasar dari pada kewajiban lancarnya. Sebaliknya suatu perusahaan dianggap 33 tidak likuid apabila tidak dapat dengan segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau dengan kata lain jumlah aktiva lancarnya lebih kecil dari pada jumlah kewajiban lancarnya. Hal ini dilihat dari defenisi likuiditas yang dikemukakan oleh Munawir (2004 : 31): “likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih”. Berdasarkan pengertiaan-pengertian diatas dapat dilihat secra umum bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya setiap saat, pada dasarnya kewajiban-kewajiban yang harus di penuhi oleh perusahaan ada 2 (dua) macam, menurut Bambang (2001 : 26) yaitu: a. Mampu membayar hutang-hutangnya pada saat ditagih, kemampuan ini disebut likuiditas badan usaha b. Mampu membiayai operasi perusahaan sehari-hari, kemampuan ini disebut likuiditas perusahaan. Posisi likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti melunasi hutang yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan mampu dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya atau hutang jangka 34 pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “illikuid”. Pentingnya ukuran likuiditas dalam menganalisis suatu perusahaan, jika suatu perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usaha dipertanyakan. Dipandang dari sisi ini, semua ukuran mengasumsi kelangsungan hidup perusahaan, analisis perlu selalu menilai keabsahan asumsi ini dengan menggunakan ukuran likuiditas. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di suatu pihak dengan jumlah hutang lancar di pihak lain (likuiditas badan usaha) juga pengeluaran-pengeluaran untuk perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan). 2. Rasio-rasio dalam Likuiditas Untuk menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan, dapat digunakan rasio likuiditas. : “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo”. (Munawir 2005 : 71 ). Seangkan menurut Arief dan Edy (2008 : 61-633) Rasio likuiditas adalah “Rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan uang tunai”. Secara umum rasio likuiditas terdiri dari: a. Rasio Lancar (Current Ratio) 35 Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo atau segera dibayar. Rasio lancar= Menurut Horgen (2002 : 191). Adalah sebagai berikut: Nilai rasio lancar yang makin kuat dari suatu periode ke periode berikutnya, menunjukan adanya perbaikan dalam posisi keuangan suatu rasio lancar yang baik adalah 2. Yang menunjukan bahwa perusahaan memiliki Rp2 dalam aktiva lancar untuk kewajiban lancar sebesar Rp2. Sebagian besar investor menganggap perusahaan yang mempunyai resiko yang tidak terlalu tinggi. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang usaha, dan persedian, sedangkan keawajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu setahun, dan pajak penghasilan yang terhutang. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipenuhi aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Rasio likuiditas yang paling banyak digunakan adalah rasio lancar (current ratio). Hasil yang diperoleh atas penggunaaan rasio likuiditas menunjukan bahwa jumlah aktiva lancar perusahaan harus lebih besar dari jumlah hutang 36 lancar yang dimiliki perusahaan, karena dengan aktiva lancar yang lebih besar perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo. Tingkat likuiditas perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut: 1) Mempertahankan jumlah hutang lancar dan memperbesar aktiva lancar dengan cara menjual aktiva tetap dan atau menambah hutang jangka panjang dan atau modal sendiri. 2) Mempertahankan jumlah aktiva lancar dan mengurangi hutang lancar dengan cara melunasi penjualan aktiva lancar dan atau menambah hutang jangka panjang dan atau menambah modal sendiri. 3) Mengurangi jumlah hutang lancar dan atau aktiva lancar bersama-sama dengan syarat penurunan hutang lancar harus lebih besar dari penurunan aktiva lancar, atau sebaliknya yaitu menaikkan jumlah aktiva lancar dan hutang lancar dengan syarat kenaikan aktiva lancar harus lebih besar. b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Merupakan rasio perbandingan antara aktiva lancar (setelah dikurangi persedian) dengan pasiva lancar. Rasio ini tidak memperhitungkan persediaan karena pesedian merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah. Sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menibulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Sehingga rasio cepat lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam kewajiban jangka pendeknya. 37 Aktiva lancar dikurangi persedian ini menunjukan jumlah kekayaaan perusahaan dalam jangka pendek sudah hampir dipastikan dapat dijadikan uang. Rasio cepat = Penalaran bagi kreditur jangka pendek semakin besar rasio cepat ini akan semakin memberikan pengamanan biaya, akan tetapi bagi perusahaan, besarnya rasio itu harus ada batasnya karena penggunaan dana dalam jumlah yang melebihi ukuran untuk ditanamkan dalam komponen kas dan ekuivalen, surat berharga dan piutang akan merupakan penanaman dana tidak produktif. c. Rasio Kas (cash ratio) Merupakan pebandingan antara kas dan setara kas (ekuivalent) yang ada didalam perusahaan dan di bank (termasuk surat berharga seperti deposito) dengan kewajiban lancar (current liabilities). Rasio ini menunjukan bahwa kekayaan perusahaan dalam bentuk uang kas dan setara kas ada sekian kalinya pinjaman perusahaan yang segera ditagih Rasio kas = Penalarannya adalah penyedian uang kas dan sejenisnya bagi perusahaan dalam jumlah yang besar adalah suatu tindakan yang merugikan, karena investasi dalam bentuk uang kas adalah tidak produktif sama sekali, begitu juga 38 sebaliknya penyedian kas dalam kebutuhan yang sebenarnya juga akan menyulitkan likuiditasnya. d. Cash Flow liquidity Ratio Pendekatan lain dalam likuiditas perusahaan adalah dengan cash flow liquidity ratio karena penggunaan pembilang adalah merupakan kas dan setara kas serta diikut sertakan adalah arus kas dari hasil operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah belum dapat dikatagorikan mempunyai kinerja yang kurang bagus. Namun sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu mengenai karakteristik industry dan perusahaan tersebut. Rumusnya sebagai berikut: Cash flow liquidity ratio= D. PROFITABILITAS 1. Pengertian Profitabilitas Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba (profit) yang cukup besar untuk mengembakan usahanya. Semakin besar jumlah pendapatan yang diterima dan semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka akan semakin besar pula laba (profit) yang diperoleh perusahaan, namun laba yang semakin besar belum merupakan ukuran efesiensi terhadap usaha yang dilakukan. 39 Menurut Rianto (2001:35) adalah sebagai berikut: menyatakan bahwa rentabilitas (profitabilitas) suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktivitas aktiva atau modal yang dihasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas (profitabilitas) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Menurut Bambang Riyanto (2002:25) adalah sebagai berikut: pengertian profitabilitas suatu perusahaan merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Berhubungan dengan pernyataan di atas pada umumnya perusahaan menjalankan oprasionalnya lebih diarahkan untuk mendapat titik profitabilitas maksimal dari pada laba yang maksimal. Jadi penting bagi bagi perusahaan adalah untuk mengetahui bagai mana cara untuk meningkatan profitabilitasnya. Profitabilitas perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang dihasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, rumusnya sebagai berikut: L X 100% M Dimana: L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu, dan M adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk mengahsilkan laba Berbeda dengan pengertian laba, maka profitabilitas dalam faktor modal atau aktiva lebih telah diperhitungkan, dengan demikian profitabilitas menunjukan 40 penggunaan modal atau aktiva dalam perusahaan. Ratio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tampa mengingat dari mana sumber modal dan menunjukan tingkat efesiensi perusahaan dalam melaksanakan operasi perusahaan. Dalam cara untuk menilai profitabilitas perusahaan bermacam-macam dan tergantung pada laba atau aktiva mana yang akan diperbandingkan atau dengan kata lain bentuk modal dalam perusahaan ada bermacam-macam, misalnya modal asing, modal sendiri, laba sebelum pajak, laba neto setelah pajak. 2. Rasio Pengukuran Profitabilitas Tinggi rendahnya perusahaan dapat ditentukan oleh dua faktor yaitu: a. Profit Margin Adalah perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih. Perbandingan ini dinyatakan dengan persentase. Jadi profit margin adalah selisih antara penjualan bersih dengan biaya operasi, selisihnya dinyatakan dalam persentase dari penjualan bersih, rumusnya sebaga berikut: Pro it margin = Laba usaha X 100% Penjualan bersih Besar kecilnya profit margin ditentukan oleh penjualan bersih dan laba usaha. Besar atau kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung pada hasil penjualan dan besarnya usaha. Ada dua alternative dalam usaha memperbesar profit margin yaitu: 41 i. Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan yang sebesar-besarnya atau dengan kata lain tambahan penjualan harus lebih besar dari pada tambahan biaya usaha. ii. Dengan mengurangi pendapatan dari penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengukuran biaya relative lebih besar dari pada pengukuran pendapatan dari penjualan. Meskipun jumlah penjualan selama periode tertentu berkurang akan tetapi bila disertai dengan berkurangnya biaya usaha yang lebih sebanding maka akibatnya profit marginnya lebih besar. b. Return On Assets Return On Assets adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva usaha. Dengan kata lain profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atas asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Yang dimaksud dengan aktiva usaha adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva lain-lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha untuk memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. 42 Rasio ini akan menunjukan tingkat efesiensi perusahaan dalam melaksanakan opersinya sehari-hari. Rumus yang dipakai untuk mengukurnya yaitu sebagai berikut: Return On Assets (ROA) = Laba bersih setelah pajak X 100% Aktiva Usaha Rasio ini sangat berguna untuk memperbandingkan antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki struktur modal yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda. E. Pengaruh Antara Perputaran Piutang, Perputaran Perediaan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Dari penjabaran landasan teori telah sama-sama diketahui bahwa hubungan antara piutang, persedian dan kas berhubungan erat satu sama lainnya. Bilamana terjadi suatu produk dijual (secara kredit) maka produk tersebut dipindahkan dari pos persediaan ke pos piutang dan akhirnya ke pos kas. Peningkatan arus kas yang masuk akan memperbesar jumlah aktiva lancar, dalam hal ini adalah jumlah kas. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini juga berarti perusahaan dapat membiayai dana oprasional perusahaan sehari-hari seperti pembelian bahan mentah untuk diproduksi, membayar gaji karyawan, membayar hutang jangka pendek dan lain-lain. 43 Semakin likuid perusahaan akan memacu perusahaan untuk mengelola kas yang besar dengan cara di putarkan atau dalam keadaaan bekerja terus-menerus, dalam rantai modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut: Kas Persediaan Piutang Kas Gambaran ini terlihat perusahaan berusaha memutar kasnya menjadi persediaan dengan cara membiayai produksi suatu produk (mengubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi) kemudiaan terjadi perputaran persediaan (barang keluar dari gudang) untuk dijual baik secara tunai atau kredit. Sehingga menimbulkan aliran kas masuk baik berupa uang kas (penjualan tunai) atau piutang (penjualan secara kredit). Untuk piutang akan terjadi perputaran dengan cara mencairkan piutang kembali menjadi kas dan seterusnya kas berputar kembali. Semakin tinggi perputaran piutang menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaiknya jika rasio semakin rendah berarti terjadi over invesment dalam piutang. Ini kemungkinan dapat disebabkan oleh bagian kredit dan penagihan bekerja kurang efektif atau kemungkinan ada perubahan dalam kebijaksanaan dalam kredt. Sedangkan semakin tinggi volume penjualan kredit (piutang) menyebabkan makin tinggi pula tingkat perputaran persediaan perusahaan. Ini disebabkan untuk memenuhi permintaan konsumen maka perusahaan harus dapat memenuhi 44 persediaan digudang sehingga apabila pembeli sewaktu-waktu memerlukan produk, maka perusahaan dapat memenuhinya. Makin tinggi perputaran persedian menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan rendah, dan sebaiknya jika rasio semakin rendah berati telah terjadi kesalahan atas penetapan kebijaksanaan perusahaan berkaitan dengan investasinya pada persediaan. Kesalahan ini akan memperkecil keuntungan karena dengan adanya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan yang dibutuhkan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang dan memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, penurunan kualitas dan keusangan produk (persedian). Volume penjualan yang meningkat akibat kenaikan peningkatan perputaran piutang serta persediaan mempengaruhi kemampuan perusahaan mandanai kegiatan oprasional perusahaan sehari-hari, hal ini berpengaruh besar kecilnya pendapatan atau profitabilitas (laba) yang akan diperoleh perusahaan. 45