BAB I KONSEP DASAR AKUNTANSI A. Ruang Lingkup Akuntansi Penyelenggaraan Akuntansi didalam suatu perusahaan bukanlah merupakan usaha produktif, sehingga manajemen dan para investor tidak bisa mengharapkan adanya laba yang dihasilkan oleh perusahaan karena diselenggarakannya akuntansi. Tetapi hal tersebut tidak menyebabkan peranan dan arti penting penyelenggaraaan akuntansi didalam perusahaan menjadi berkurang / dapat diabaikan, karena akuntansi memberi andil yang cukup besar untuk : - mencapai sukses (keberhasilan) - mempertahankan kontinuitas &/ - memajukan usaha perusahaan Jika berbicara tentang peranan dan arti pentingnya penyelenggaraan akuntansi, maka kita harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan : - Mengapa Akuntansi diperlukan? - Kepada siapa saja akuntansi dapat memeberikan manfaat? Atau dengan kata lain harus dipahami terlebih dahulu “fungsi Akuntansi” di dalam perusahaan. Dan adalam memahami fungsi Akuntansi, terlebih dahulu harus diketahui definisi / pengertian Akuntansi. Definisi Akuntansi dilihat dari sudut pandang : 1. Kegiatan jasa (oleh American Institute of Certified Publik Accountans / AICPA) “Akuntansi adalah kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitafif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan-pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternative-alternatif dari suatu keadaan-keadaan.” 2. Proses kegiatannya “Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporanpelaporan, transaksi-transaksi keuangan suatu organisasi dengan cara yang sistematis dan baku, serta interpretasinya (penganalisaan) terhadap hasil yang ditimbulkan” Dari definisi-definisi tersebut jika dilihat dari segi fungsinya, Akuntansi adalah merupakan : 1. suatu aktivitas penyediaan jasa 2. suatu system operasi 3. suatu kegiatan deskriptif-analistis 1. suatu aktivitas penyediaan jasa Sebagai suatu fungsi penyediaan jasa, akuntansi memberikan informasi keuangan kuantitatif kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan (membantu mereka dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi). Agar penyelenggaraan Akuntansi bermanfaat maka harus dipahami tipe-tipe keputusan yang akan diambil oleh masing-masing pihak, agar dapat diketahui informasi keuangan apa saja yang harus dihasilkan. Untuk mengetahui berhasil / tidaknya penyelenggaraan Akuntansi didalam suatu perusahaan tergantung pada jenis dan kualitas informai (keuangan) Secara garis besar pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan adalah : a. Pihak Intern : Manajemen Perusahaan b. pihak Ekstern : Investor (pemilik), dan calon instor, kreditor, karyawan, pemerintah, masyarakat, dll Masing-masing pihak memiliki kepentingan yang berbeda-beda didalam perusahaan, tergantung pada keputusan yang akan diambil. 2. Suatu Sistem Informasi Sebagai suatu system informasi, akuntansi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan, selanjutnya mengkomunikasikannya kepada berbagai pihak yang berkepentingan agar dapat dipakai sebagai alat Bantu dalam membuat keputusan-keputusan. Disini akuntansi bukan merupakan tujuan, tetapi hanya sebagai alat (komunikasi). 3. Suatu Kegiatan Deskriptif - Analistis Sebagai suatu kegiatan analisis yang bersifat deskriptif, akuntansi mengidentifikasi berbagai transaksi / peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi didalam perusahaan melalui proses pencatatan, penggolongan, peringkasan yang sedemikian rupa, sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan serta mampu memberikan gambaran keadaan keuangan maupun 1 hasil usaha perusahaan secara layak, diintegrasikan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. B. Hubungan Antara Tujuan laporan Keuangan, Prisnsip Akuntansi, Asumsi dan Konsep Dasar, Metode dan Prosedur serta Laporan Keuangan Didalam mencapai fungsi akuntansi maka disusun Prinsip Akuntansi. Penyusunan Prisnsip Akuntansi didasarkan pada Asumsi-asumsi dan Konsep Dasar. Prinsip Akuntansi yang berlaku diterapkan melalui berbagai metode dan Prosedur, sehingga menghasilkan laporan Keuangan yang terdiri dari : Laporan Rugi Laba, Laporan Peubahan Modal, Neraca dan laporan Aliran Kas. Tujuan laporan Keuangan Asumsi dan Konsep Dasar Prinsip Akuntansi Metode dan Prosedur Laporan Keuangan Lap Perubahan Posisi Keu Gambar 1.1 Hubungan Antara Tujuan laporan Keuangan, Prisnsip Akuntansi, Asumsi dan Konsep Dasar, Metode dan Prosedur serta Laporan Keuangan (Tahun 1998 : FASB no 95 berisi prinsip bahwa Laporan Perubahan Posisi Keuangan diganti menjadi Laporan Aliran Kas) Neraca Lap Rugi Laba Lap Laba tak Dibagi C. Tujuan Akuntansi Keuangan dan laporan Keuangan Dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI – IAI) tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan ada 2 : 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Kualitatif Tujuan kualitatif berkedudukan sama pentingnya dengan tujuan umum laporan keuangan dan bersifat saling melengkapi, dimana keduanya meupakan penjelmaan / manifestasi dari hakekat serta tujuan akuntansi keuangan 1. Tujuan Umum Laporan Keuangan Tujuan umum adalah : menyangkut tipe-tipe / jenis-jenis informasi yang harus disajikan dalam Laporan Keuangan sebagai laporan yang bersifat umum (General Purpose). Secara rinci tujuan umum laporan keuangan : a) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai Aktiva, Kewajiban dan Modal suatu perusahaan. b) Untuk memberikan informasi yangd apat dipercaya mengenai perubahan didalam Aktiva Netto (Aktiva dikurangi Kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba c) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan didalam menghasilkan laba d) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam Aktiva dan Kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman e) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan Laporan Keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan. 2. Tujuan Kualitatif Tujuan Kualitatif adalah : karakteristik / ciri khas dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebagai laporan yang bersifat umum, agar laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya 2 Tujuan Kualitatif laporan keuangan adalah : mutu / kualitas yang terkandung dalam informasi, terdiri dari ; a) Relevan b) Dapat dimengerti c) Dapat diuji kebenarannya d) Netral e) Tepat waktu f) Dapat diperbandingkan g) Lengkap a) Relevan Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya agar berguna bagi para pengambil keputusan yang memerlukan data akuntansi keuangan. Dalam mencapai tujuan relevansi maka dipilih metode-metode pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan. b) Dapat dimengerti Informasi yang dihasilkan harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai. Dalam hal ini pemakai juga harus mempunyai pengetahuan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi keuangan dan istilah-istilah teknis yang digunakan dalam laporan keuangan. c) Dapat diuji kebenarannya Didalam meningkatkan manfaatnya maka informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independent dengan menggunakan metode dan pengukuran yang sama. d) Netral Informasi yang disajikan tidak boleh menguntungkan beberapa pihak sehingga diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu. e) Tepat waktu Informasi harus disajikan sedini mungkin sebagai dasar didalam membantu pengambilanpengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. f) Daya banding Informasi laporan keuangan lebih berguna jka dapat dibandingkan dengan lapran keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama atau perusahaan-perusahaan lain pada periode yang sama. Agar tercapai daya banding antar periode dalam perusahaan maka lebih baik digunakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun (Prinsip Konsistensi), tetapi jika ada perubahan metode yang digunakan maka sifat, pengaruh dan alas an perubahan harus diungkapkan dalam laporan keuangan periode terjadinya perubahan. g) Lengkap Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi enam tujuan diatas dan jika ada fakta / informasi tambahan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan harus diungkapkan dengan jelas. Untuk mencapai tujuannya dan tidak timbul berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan, praktek akuntansi (keuangan) harus didasarkan pada konsep-konsep, prinsip (akuntansi) yang lazim, metode dan prosedur-prosedur yang : 1) berorientasi pada penyediaan jasa, terutama untuk pihak ekstern dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi perusahaan 2) dapat dipercaya, yaitu harus menyajikan fakta dan kegiatan-kegiatan ekonomi perusahaan yang benar-benar terjadi 3) teliti, jujur dan obyektif (tidak memihak/netral). Laporan keuangan sebagai alat komunikasi selalu dihadapkan pada kemungkinan timbulnya prasangka pribadi, seperti : interpretasi (penganalisaan) dan ketidaktelitian. Seandainya tidak ada prinsip-prinsip akuntansi yang dapat dipakai sebagai pedomam umum dalam praktek akuntansi, maka berarti tiap-tiap perusahaan harus mengembangkan sendiri-sendiri landasan dalam penyelenggaraan akuntansinya, akibatnya para pemakai laporan keuangan harus memahami kebijaksanaan, praktek-praktek akuntansi dan penyajian laporan keuangan dari 3 masing-masing perusahaan. Hal itu berarti sifat / karakteristik informasi yang harus dimiliki oleh laporan keuangan menjadi hilang. D. Kerangka Teori Akuntansi Kerangka teori akuntansi merupakan suatu sistem pertalian yang erat (koheren) dari tujuan-tujuan dan konsep-onsep dasar yang saling berubungan, yang dapat mengarahkan terciptanya prinsip-prinsip yang konsisten serta menggambarkan sifat, fungsi dan keterbatasan dari akuntansi beserta laporan keuangan yang dihasilkan. Alasan diperlukannya kerangka teori akuntansi ada 4 (Keyso dan Weygandt 1983) : 1. Agar dapat diperoleh suatu perumusan Prinsip Akuntansi yang benar-benar bermanfaat 2. Agar mampu menanggapi dan mengikuti perkembangan praktek akuntansi yang rumit secepat mungkin, dengan tetap mengacu pada kerangka teori / konsepsi yang telah dirumuskan tersebut 3. Agar pengertian dan kepercayaan para pemakai terhadap laporan keuangan yang dihasilkan semakin meningkat 4. Agar laporan keuangan yang dihasilkan memiliki daya banding / dapat diperbandingkan Gambar kerangka teori akuntansi Tingkatan Pertama : Tujuan Pokok Akuntansi Tujuan Tingkatan Kedua : Konsep Dasar Pelaporan Tingkatan Ketiga : Pedoman Pelaksanaan Karakteristik Mutu Informasi Asumsi Prinsip Elemen Laporan Keuangan Kendala 1. Tahapan Pertama : Tujuan Pokok Akuntansi Tujuan pokok akuntansi sama dengan tujuan umum laporan keuangan. Akutnansi lebih mengutamakan pada sifatnya yang umum (General Purpose) dalam menyajikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan, dengan tujuan agar informasi yang dihsilkan dapat memberi manfaat yang besar kepada semua pihak yang berkepentingan dengan biaya yang rendah. Disini para pemakai laporan keuangan juga dituntut mengerti mengenai perusahaan dan akuntansi agar dapat memahami informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. 2. konsep Dasar Pelaporan konsep Dasar merupakan pedoman dalam menyusun prinsip akuntansi serta jembatan penghubung antara : mengapa akuntansi diperlukan (tujuan) dengan bagaimana seharusnya akuntansi dilaksanakan (pedoman pelaksanaan) Konsep Dasar pelaporan harus mampu menjelaskan karakteristik informasi dan elemenelemen yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Akuntansi berfungsi sebagai kegiatan penyedia jasa yang berupa informasi jika mengetahui beberapa hal : 1. Kepada siapa informasi ditujukan 2. Tipe-tipe informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh para pemakai 3. bagaimanakah karakteristik (kualitas) informasi yang harus dihasilkan agar memberi manfaat yang sebesar-besarnya. Akuntansi merupakan ilmu sosial, sama seperti ilmu-ilmu sosial lainnya dipengaruhi oleh kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang setiap waktu selalu berubah. Sehingga tujuan dari praktek-praktek akuntansi semakin berkembang agar dapat memenuhi tuntutan para pemakai 4 informasi yang diperoleh dari laporan keuangan yang dihasilkan, dimana masing-masing pemakai mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda yang relevan dengan kepentingannya masingmasing. Tetapi agar dapat memuaskan kebutuhan para pemakai laporan keuangan maka akuntansi (keuangan) tidak menyelenggarakan aktivitas-aktivitas untuk pihak-pihak tertentu, Karena jika diselenggarakan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu berarti : 1. Akuntansi kehilangan fungsinya sebagai aktivitas penyedia jasa Karena : adanya informasi (keuangan) yang berbeda-beda untuk masing-masing pihak atas transaksi-transaksi yang sama berarti penyelenggaraan akuntansi telah gagal dan tidak mampu menghasilkan informasi secara lengkap 2. Akuntansi gagal untuk memenuhi fungsinya sebagai suatu system informasi Karena : tidak adanya keseragaman tentang cara, metode, prosedur, serta tidak adanya saling hubungan antara informasi yang dihasilkan dan kesimpangsiuran dalam melaksanakan pengukuran (penilaian) terhadap pengaruh transaksi-transaksi yang terjadi sehingga data yang dihasilkan sulit dipercaya (tidak dapat dibuktikan kebenarannya) 3. Akuntansi kehilangan maknanya sebagai suatu fungsi analisis Karena : tidak adanya dasar landasan kuat dan obyektif yang dipakai dalam melaksanakan fungsinya, menunjukkan tidak adanya ketelitian, kejujuran dan sikap netral, serta data yang dihasilkan meragukan. Akibatnya dapat menimbulkan bermacammacam penafsiran serta tidak bermanfaat Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka sebaiknya akuntansi (keuangan) menggunakan cara, metode, prosedur-prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu informasi yang lengkap, obyektif, relevan, jujur, dapat diperbandingkan, sehingga dapat memenuhi akan kebutuhan informasi dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan. 2a. Karakteristik (Kualitas / Mutu) Akuntansi Urutan (hierarki) kualitas informasi akuntansi dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) tahun 1980 yang ditunjukkan dalam SAFC no. 2 : - Kriteria utama informasi akuntansi adalah : harus berguna untuk pengambilan keputusan. - Agar dapat berguna informasi tersebut harus mempunyai 2 sifat utama : 1. Primary Qualities : a) Relevan (relevansi) Agar informasi relevan, syarat yang harus dipenuhi ada 3 : - mempunyai nilai prediksi - mempunyai nilai umpan balik (feedback value) - tepat waktu Informasi Akuntansi dikatakan relevan jika informasi akuntansi tersebut mampu mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang relevan sangat membantu pemakainya untuk membuat prediksi tentang hasil / akibat dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lalu, sekarang dan yang akan datang (nilai prediksi), atau mengkonfirmasikan / membuat koreksi terhadap prediksi yang dibuat sebelumnya (nilai feedback), serta disajikan atau tersedia sebelum informasi kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi keputusan (tepat waktu). b) Dapat dipercaya (reliabilitas) Agar informasi dapat dipercaya, maka syarat yang dipenuhi ada 3 : - dapat diperiksa (variability) - netral - menyajikan yang seharusnya / jujur Informasi dapat dikatakan reliable, jika pembuat keputusan dapat mengandalkan pada kemampuan informasi tersebut untuk menyatakan nilai ekonomisnya. Sedangkan reliabilitas merupakan mutu informasi yang diukur berdasar tingkat keyakinan yang dapat diberikan bahwa informasif tersebut jujur dan bebas dari kesalahan-kesalahan maupun bias. Sifat dapat diperiksa / berdaya uji merupakan kualitas informasi yang tercermin pada adanya kebenaran yang didapat dari pengujian yang dilakukan secara independent dengan pengukuran yang sama. Kejujuran suatu informasi diukur berdasar pada adanya persesuaian antara sumber informasi dengan cara bagaimana seharusnya informasi tersebut dinyatakan dan dideskripsikan dalam akuntansi. Kenetralan informasi berkaitan erat dengan cara memformulasikan / mengimplementasikan prinsip-prinsip akuntansinya (ditujukan kepada relevansi dan reliabilitas informasi serta tidak pada akibat atau konsekuensi ekonomis dari prinsip akuntansinya. 5 2. Secondary Qualities Meliputi sifat-sifat / karakteristik informasi dilihat dari segi ; a) Dapat diperbandingkan Informasi tertentu mengenai suatu perusahaan akan lebih bermanfaat jika dapat diperbandingkan dengan informasi yang sama dari perusahaan yang lain (daya banding), atau dengan informasi dari perusahaan yang sama untuk periode-periode yang lain. b) Konsisten Konsistensi informasi dapat diwujudkan jika suatu perusahaan menerapkan prinsip dan metode akuntansi yang sama dari waktu ke waktu. Tetapi tidak berarti perusahaan tidak diperkenankan untuk berganti prinsip / metode akuntansi yang digunakan, jika memenuhi syarat-syarat yang telah diatur. Hierarki sifat informasi diukur dalam 2 batasan : 1. manfaatnya harus lebih besar dari biaya 2. sifat-sifat diatas hanya diperlakukan pada informasi yang jumlahnya cukup berarti (material) Sifat-sifat diatas harus dipenuhi dalam informasi yang disajikan, selain itu informasi yang disajikan juga harus dapat dipahami agar mencapai sasaran yang diharapkan. Gambar : hirarki kualitas informasi dalam SFAC Nomor 2 Pengambil Keputusan dan Karakteristiknya Manfaat > Biaya Dapat Dipahami Berguna dalam Pengambilan Keputusan Dapat Dipercaya Relevan Nilai Prediksi Feedback Value Tepat Waktu Dapat Diperiksa Netral Menyajikan yang Seharusnya Dapat Diperbandingkan Termasuk Konsistensi Materiality 2b. Elemen-elemen laporan Keuangan Elemen-elemen (unsur-unsur) pokok laporan keuangan adalah : Aktiva, Kewajiban, Modal, Pendapatan dan Biaya. Akuntansi mempunyai tugas untuk mengikuti, mengukur dan mengkomunikasikan perubahan-perubahan dan perkembangan elemen-elemen laporan keuangan. Penggunaan istilah-istilah terhadap elemen-elemen pokok laporan keuangan telah berlaku umum dan mempunyai pengertian khusus didalam dunia usaha serta bersifat baku. (Hal ini untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap informasi yang dihasilkan). 3. Pedoman Pelaksanaan Pedoman pelaksanaan digunakan sebagai landasan dalam merumuskan dan aplikasi prinsip akuntansi. 6 3a. Asumsi Asumsi dasar adalah : merupakan aspek dari lingkungan dimana akuntansi dilaksanakan Asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi : 1) Kesatuan Usaha Khusus (Separate Entity / Economic Entity) 2) Kontinuitas Usaha (Going Concern / Continuity) 3) Penggunaan unit moneter dalam pencatatan (Monetery Unit / Unit of Measure) 4) Periode Waktu (Time Period / Periodicity) 1) Kesatuan Usaha Khusus Dalam asumsi ini, perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Atau perusahaan dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha lain. 2) Kontinuitas Usaha Dalam asumsi ini dianggap bahwa perusahaan akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi dimasa yang akan datang. 3) Penggunaaan Unit Moneter dalam pencatatan Pencatatan transaksi dilakukan atas dasar biaya histories yaitu menggunakan ukuran mata uang pada saat terjadinya transaksi. Unit moneter yang digunakan adalah mata uang dari mana perusahaan tersebut berdiri 4) Periode Waktu Laporan-laporan keuangan harus dibuat tepat pada waktunya, agar berguna bagi pihak intern dan ekstern 3b. Prinsip Akuntansi Prinsip Akuntansi adalah : suatu pedoman umum yang dipakai dalam penyelenggaran akuntansi. Sebagai pedoman, prinsip-prinsip akuntansi berisi ketentuan-ketentuan tentang bagaimana Aktiva, Kewajiban dan Modal, serta Pendapatan dan Biaya harus diidentifikasikan, diukur, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Konsep dasar yang mendasari penyusunan prinsip akuntansi : 1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle) 2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle) 3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle) 4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle) 5. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle) 1. Prinsip biaya historis Prinsip ini menghendaki digunakannya Harga Perolehan dalam mencatat Aktiva, Kewajiban, Pendapatan / Penghasilan, dan Biaya. Harga Perolehan adalah : harga pertukaran yang disetujui kedua belah pihak yang tersangkut dalam transaksi. 2. Prinsip pengakuan pendapatan Pendapatan adalah ; aliran masuk harta-harta / aktiva-aktiva yang timbul dari penyerahan barang/jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama periode tertentu. Pendapatan yang dimaksud disini termasuk : bunga, sewa, labapenjualan aktiva, dll selain yang berasal dari pemilik (modal). Pendapatan biasanya diakui pada saat terjadinya penjualan barang/jasa (Accrual Basis), selain hal tersebut ada pengecualian jika ketentuan tersebut tidak dapat diterapkan, yaitu : a) Pengakuan pendapatan pada saat produk selesai Contoh : penambangan emas dan perak, pendapatan diakui pada saat produk selesai karena barang-barang tersebut mempunyai pasar pasti dengan harga pasti. b) Pengakuan pendapatan selama masa produksi Contoh : pada kontrak pembangunan jangka panjang, yaitu pendapatan diakui berdasarkan prosentase penyelesaian dalam pekerjaan meskipun belum terjadi serah terima. c) Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan uang Contoh : dalam penjualan angsuran, yaitu pendapatan dalampenjualan angsuran diakui sebesar jumlah uang yang sudah diterima. 7 3. Prinsip Mempertemukan Adalah : mempertemukan antara biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut Tujuannya : untuk menyajikan penghasilan bersih (Net Income) yang wajar pada setiap periode akuntansi. Prinsip ini menggunakan dasar akrual / dasar waktu dalam pembebanan biaya sehingga setiap akhir periode diperlukan jurnal penyesuaian untuk mempertemukan antara biaya dengan pendapatan. 4. Prinsip Konsistensi Prinsip ini menghendaki setiap perusahaan untuk menerapkan teori, praktik dan metode akuntansi yang konsisten dari waktu ke waktu, jika ada perubahan hendaknya perubahan-perubahan tersebut dijelaskan dan dikualifikasi. 5. Prinsip Pengungkapan Lengkap Yaitu : menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan Biasanya keterangan tambahan atas informasi laporan keuangan dalam bentuk : a) Catatan kaki (footnote) yang berisi antara lain : prinsip akuntansi yang digunakan, perubahan-perubahan (contoh: taksiran-taksiran, koreksi kesalahan, dll), informasi tentang modal perusahaan (contoh : jumlah lembar saham, dll). b) Dibawah elemen-elemen yang bersangkutan dalam laporan keuangan dan biasanya singkat. c) Lampiran-lampiran 3c. Kendala / Keterbatasan laporan Keuangan 1) Cukup Berarti Batasan terhadap istilah cukup berarti dalam suatu lapran, fakta/elemen adalah jika karena adanya dan sifatnya akan mempengaruhi/menyebabkan timbulnya perbedaan dalam pengambilan keputusan 2) Konservatif Adalah : sikap yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi 2 atau lebih alternative dalam penyusunan lapran keuangan - Jika terdapat berbagai alternative metode dan prosedur ang lazim untuk tujuan akuntansinya, maka penggunaan metode yang berakibat dalam waktu singkat para pemilik (pemegang saham memperoleh keuntungan yang terkecil diharuskan untuk dipilih - Jika terhadap aktiva terdapat berbagai alternative penilaian, maka nilai aktiva yang rendah harus diakui - Jika terhadap hutang terdapat dua atau lebih alternative jumlahnya, maka hutang yang paling besar harus dicatat - Jika terhadap pendapatan dan biaya terdap[at berbagai alternatif jumlahnya, maka harus dipilih pendapatan dan biaya yang mengakibatkan laba periodeik paling rendah 3) Sifat Khusus suatu industri Bank, Assuransi dan lain-lain kadang memerlukan prinsip akuntansi yang berbeda dengan industri lainnya, hal ini diakibatkan karena adanya peraturan-peraturan dari pemerintah. 8 BAB II KAS DAN INVESTASI JANGKA PENDEK A. Pengertian, karakteristik dan Pengendalian/ Pengawasan Kas Kas adalah : aktiva lancar yang mempunyai sifat paling likuid (=cair / mudah dipindah tangankan untuk memenuhi kewajiban, membeli barang dan jasa, dan lain-lain) dan merupakan alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat dan umum, serta dipakai sebagai ukuran terhadap semua kegiatn ekonomi dalam perusahan maupun ukuran dalam akuntansi Kriteria / kategori yang harus dipenui agar suatu alat pembayaran dapat diklasifikasikan sebagai Kas : 1. dapat diterima oleh umum sebagai alat pembayaran / alat pembayaran kegiatan perusahaan sehari-hari 2. dapat diterima sebagai setoran sebesar nilai nominalnya oleh Bank Sehingga kas terdiri dari : 1. uang tunai (uang kertas dan logam) 2. Check yang belum disetorkan 3. Simpanan dalam bentuk Giro dan Bilyet 4. Traveller’s Check 5. Cashier’ Check 6. bank Draft 7. Money Order 8. Surat-surat Berharga / alat-alat pertukaran yang memenuhi ke dua kriteria tersebut Beberapa hal yang harus dipahami yang berhubungan dengan criteria terhadap kas ; 1. Kertas-kertas berharga yang diterima oleh masyarakat (bisnis) sebagai alat pembayaran tetapi karena tidak sebesar nilai nominalnya, maka tidak boleh diklasifikasikan sebagai kas, contoh : a) Wesel tagih yang diserahkan ke Bank untuk ditagihkan Wesel tagih tersebut tetap dicatat sebagai Piutang Wesel sampai dilunasi oleh yang membuat wesel b) Check mundur (Post Dated Check) Check mundur tetap dicatat sebafai Piutang sampai tanggal dimana Check tersebut diuangkan. Di Indonesia sering terdapat Check mundur yang diterima dipakai untuk membayar pada pihak lain, maka Check mundur tersebut harus dicatat pada rekening Check muncur yang termasuk dalam kelompok Piutang c) Surat-surat Berharga (seperti Saham dan Obligasi) Saham dan obligasi mungkin dapat segera dijual dan menjadi uang tunai, tetapi sebelum dijual Surat-surat Berharga tersebut tidak termasuk dalam kas, tetapi dilaporkan sebagai Investasi jangka Pendek 2. Kertas-kertas berharga yang kadang-kadang diterima sebagai alat pertukaran / pembayaran sebesar nilai nominalnya tetapi tidak diterima oleh masyarakat (bisnis) / oleh Bank, contoh : - Perangko Terkadang perangko dapat digunakan untuk pembayaran yang jumlahnya kecil tetapi tidak akan diterima sebagai setoran oleh Bank, sehingga tidak termasuk sebagai Kas (termasuk persediaan perangko sampai dengan dikonsumsi dan menjadi biaya). 3. Uang tunai / yang mendekati uang baik berada dalam perusahaan maupun disimpan di bank tetapi tidak dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari (Uang Kas yang dibatasi penggunaannya), maka tidak dikategorikan sebagai Kas, Contoh : a) Uang yang disisihkan untuk tujuan tertentu : untuk dana pension, untuk pelunasan hutang jangka panjang, untuk pelunasan usaha / ekspansi, dan lain-lain. b) Uang yang disimpan di Bank dalam bentuk Giro yang diblokir untuk tujuan tertentu : garansi, tender, pembukaan L/C-impor. c) Uang yang disimpan di Bank yang dibatasi Jangka waktu pencairannya kembali : Deposito Berjangka 9 Uang yang dibatasi penggunaannya dilaporkan terpisah sebagai dana : - Jika dapat digunakan dalam 1 tahun termasuk dalam kelompok Aktiva Lancar - Jka tidak dapat digunakan dalam waktu 1 tahun termasuk dalam kelompok Aktiva Tidak Lancar / Aktiva Tetap 4. Simpanan di bank-bank Luar Negeri Menimbulkan masalah karena mata uang yang berbeda, sehingga simpanan di Bank luar negeri harus dikurskan dalam Rupiah. Terkadang simpanan di Bank Luar Negeri tidak dapat diambil sewaktu-waktu, sehingga dalam Neraca simpanan tersebut dilaporkan terpisah. 5. kas Kecil dan Kas yang ada di cabang-cabang termasuk dalam Kas, karena memenuhi kriteria diatas 6. Cek-cek yang sudah ditulis tetapi belum diserahkan kepada pihak yang dibayar tidak dapat dicatat ada pengeluaran Kas. Jika pada waktu menulis Check sudah dikreditkan ke rekening Kas, maka pada akhir periode jika Checknya belum diserahkan ke pihak yang dibayar harus dibuat jurnal untuk mendebit kembali rekening Kas Karakteristik / Sifat Utama Kas : 1. Kas mempunyai sifat yang Aktif tetapi tidak Produktif Jika manajemen menghendaki produktivitas yang tinggi dengan harapan akan diperoleh Rentabilitas yang tinggi maka tidak boleh ada Kas yang menganggur. Artinya : kas harus diubah dulu bentuknya menjadi aktiva-aktiva yang lain seperti Piutang, sehingga akan diperoleh Pendapatan Kas. Hal tersebut berarti pula bahwa Kas yang dimiliki oleh perusahaan setiap saat jumlahnya hanya boleh dalam jumlah cukup (sesuai dengan kebutuhan pemenuhan Kas dengan segera). Rentabilitas adalah : kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Rentabilitas ada 2 macam : a) Rentabilitas Ekonomis : kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal, baik modal sendiri maupun modal asing yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Rumus : Laba Usaha 1 tahun X 100% Modal Sendiri + Modal Asing b) Rentabilitas Modal Sendiri : kemampuan suatu perusahaan dengan Modal Sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan Laba. Rumus : Keuntungan Setelah Pajak / EAT X 100% Modal Sendiri Didalam mendayagunakan Kas untuk mengejar Produktivitas dan Rentabilitas, manajemen tidak boleh mengabaikan sisi lain dari arti pentingnya Kas untuk menjaga posisi Likuiditas perusahaan. Unsur Likuiditas sangat penting bagi perusahaan untuk : menciptakan dan menjaga kesempatan dalam rangka meraih keuntungan (sehingga dibutuhkan Kas dalam jumlah besar setiap saat. 2. Kas (khususnya uang tunai) tidak mempunyai identitas dan mempunyai sifat mudah untuk dipindah tangankan (sifat kas yang liquid) Sehingga manajemen harus yakin bahwa : a) Setiap pengeluaran kas sudah sesuai dengan tujuan b) Setiap penerimaan kas benar-benar sudah diterima (kas yang seharusnya diterima) c) Tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan Oleh karena hal tersebut maka harus ada pengawasan / pengendalian Intern terhadap Kas. Dengan 2 sifat utama tersebut maka Kas harus dipahami dan memerlukan perhatian yang serius dari manajemen didalam perusahaan pada umumnya. Pengawasan Kas Dalam perusahaan kecil, pemilik perusahaan dapat melakukan pengawasan atas semua operasi perusahaan melalui pengawasan dan terlibat langsung dalam operasi perusahaan. Contohnya : pemilik akan menangani sendiri kegiatan seperti pembelian atas barang / jasa yang digunakan perusahaan, mengangkat dan mengawasi karyawan, menangani kontrak, menandatangani cek, (pemilik sekaligus merangkap sebagai manajer. Tetapi jika perusahaan berkembang menjadi perusahaan besar, maka hal-hal tersebut sulit dilaksanakan seluruhnya oleh pemiliknya sendiri.Oleh karena itu untuk mengatasinya manajer harus mendelegasikan wewenangnya dan untuk pengawasannya mengandalkan pada prosedur-prosedur pengendalian intern. 10 Sistem pengendalian intern pada perusahaan satu dengan yang lain berbeda-beda, tergantung pada beberapa faktor seperti : besar kecilnya perusahaan dan sifat operasi perusahaan.Tetapi pada prinsipnya ada 7 pengendalian intern yang pokok, yaitu : a) penetapan tanggung jawab secara jelas b) penyelenggaraan pencatatan yang memadai c) pengassuransian kekayaan dan karyawan perusahaan. d)Perusahaan antara masing-masing fungsi operasi, pencatatan dan penyimpanan e)pemisahan tanggung jawab atas transaksi – transaksi yang berkaitan f) pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan) g) pelaksanaan pemeriksaan secara independen Prosedur-prosedur pengendalian intern terhadap Kas antara lain terdiri dari: a) Prosedur-prosedur dalam pengawasan penerimaan Kas : – – – fungsi-fungsi yang terkait dalam penerimaan Kas harus ditujukkan dengan jelas, beserta tanggung jawabnya Setiap penerimaan Kas harus segera dicatat dan disetorkan ke Bank harus dipisahkan antara fungsi operasi (penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran Kas) dan juga fungsi pencatatan Kas – pembuatan laporan Kas setiap hari dan pengawaswan secara ketat terhadap fungsi-fungsi yang terkait dengan Kas b) Prosedur-prosedur dalam pengawasan pengeluaran Kas : – – – – – – semua pengeluaran Kas dalam jumlah besar menggunakan Cek dibentuk kas kecil untuk pengeluaran-pengeluaran dalam jumlah kecil yang diawasi dengan ketat penulisan Cek hanya dilakukan jika didukung bukti-bukti pengeluaran / dokumen-dokumen yang lengkap (digunakan Sistem Voucher) dipisahkan antara pihak-pihak yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis Cek, menandatangani Cek dan yang mencatat pengeluaran Kas pemeriksaan Intern secara mendadak terhadap Kas oleh pemeriksa Independen Pembuatan laporan pengeluaran Kas harian Fungsi pengendalian intern yang dirancang dengan baik : a) mendorong ditetapkannya kebijakan manajemen b) mendorong terciptanya efisiensi dalam opersai perusahaan c) melindungi aktiva perusahaan dari pemborosan, kecurangan dan pencurian d) menjamin terciptanya data akuntansi yang tepat dan bisa dipercaya B. KAS KECIL adalah : sejumlah uang / Kas yang disediakan didalam perusahaan untuk membayar pengeluaranpengeluaran dalam jumlah Kecil Kecil dan tidak efektif jika dilakukan melalui Cek. (dalam perusahaan besar, Kas Kecil yang dibentuk kemungkinan tidak hanya satu macam). Dana Kas Kecil diserahkan kepada Kasir Kas Kecil yang bertanggung jawab terhadap pengeluaranpengeluaran dari dana Kas Kecil dan terhadap jumlah dana Kas Kecil. Pembentukan dana Kas Kecil dengan cara : menaksir jumlah Kas diperlukan untuk pengeluaran-pengeluaran dalam jumlah kecil selama jangka waktu tertentu (contoh : seminggu, sebulan) selanjutnya perusahaan mengeluarkan Cek dan menyerahkan kepada Kasir Kas Kecil untuk diuangkan. Jika jumlah uang Kas Kecil tinggal sedikit atau jumlahnya dirasa terlalu kecil maka Kasir Kas Kecil meminta agar dananya ditambah, atau jika dirasa jumlah Kas Kecil terlalu besar maka jumlah Kas Kecil dikurangi. Metode pencatatan Dana Kas Kecil ada 2 : 1) Sistem Dana Tetap (Imprest Fund Method) 2) Sistem Dana Fluktuasi (Fluctuating Fund Method) 11 1) Sistem Dana Tetap (Imprest Fund Method) dalam sistem ini : – jumlah dalam rekening Kas Kecil selalu tetap, yaitu sebesar Cek yang diserahkan kepada Kasir Kas Kecil untuk pembentukan dana Kas Kecil – Kasir Kas Kecil selalu membuat bukti pengeluaran setiap kali melakukan pembayaran. Secara periodik / pada saat uang Kas Kecil hampir habis, maka Kasir Kas Kecil membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana Kas kecil, selanjutnya diserahkan ke Bendahara untuk mendapat penggantian dana – Penggantian / pengisian kembali dana Kas Kecil selalu sama, sebesar jumlah pengeluaran Kas Kecil – Setiap waktu Kasir Kas Kecil harus mampu menunjukkkan dana baik yang berupa uang kertas, uang logam maupun bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan sebesar jumlah dana Kas Kecil yang dibentuk / ditetapkan Contoh : 1) Pada tanggal 1 Desember 2005 PT XYZ membentuk dana Kas Kecil sebesar Rp. 500.000,2) Pada tanggal 15 Desember 2005 Kasir Kas Kecil membuat laporan pertanggungjawaban pengeluaran-pengeluaran Kas Kecil untuk keperluan pengisian kembali Kas Kecil (untuk pengeluaran tanggal 1 Des s/d 15 Des 2005) 3) Pada tanggal 31 Desember 2005 PT XYZ melakukan Tutup Buku, jika : a) PT XYZ membuat pertanggungjawaban pengeluaran-pengeluaran Kas Kecil untuk keperluan pengisian kembali (pengeluaran 16 Des s/d 31 Des 2005) b1) PT XYZ tidak melakukan pengisian kembali dana Kas Kecil (untuk pengeluaran 16 Des s/d 31 Des 2005) b1.2) Tanggal 2 januari 2006 PT XYZ membuat jurnal pembalik b1.3) Tanggal 3 Januari 2006 PT XYZ melakukan pengisian kembali dana Kas Kecil 4) Pada tanggal 5 Januari 2006, jika : a) Dana Kas Kecil dianggap terlalu besar Rp. 100.000,- sehingga seharusnya hanya Rp. 400.000,b) Dana Kas Kecil dianggap terlalu kecil Rp. 150.000,- sehingga seharusnya Rp. 650.000,Berikut ini pertanggungjawaban yang dibuat oleh Kasir Kas Kecil : Keterangan 15 Des 05 31 Des 05 1. Uang Kertas 2. Uang Logam 3. Perangko 4. Pembayaran Listrik dan Air 5. Biaya Telepon, Pos 6. Biaya langganan surat kabar 7. Biaya rapat 8. Biaya makan minum karyawan 9. Biaya pembelian Supplies Kantor 10. Biaya cetak formulir 11. Selisih lebih/kurang dana Kas Kecil Rp. 20.000 3.600 75.000 50.000 45.000 37.300 25.100 190.350 57.100 (3.450) Rp. 15.000 4.200 12.000 84.000 60.000 45.000 42.300 36.200 153.400 41.300 6.600 Jumlah Dana Kas Kecil Rp. 500.000 Rp. 500.000 Soal : buatlah ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan dana Kas Kecil menggunakan “Metode Imprest”! Jawaban : 1) Tanggal 1 Desember 2005 : Kas Kecil Kas (Pembentukan dana Kas Kecil) Rp. 500.000,Rp. 500.000,- 12 2) Tanggal 15 Desember 2005 : Biaya Air, Listrik Biaya Telepon Surat Kabar Biaya Rapat Biaya Makan Minum karyawan Biaya Supplies Kantor Biaya Cetak Selisih Kas Kas (Pengisian Kembali Dana Kas Kecil) Rp. 75.000,50.000,45.000,37.300,25.100,190.350,57.100,Rp. 3.450,476.400,- 3a) Tanggal 31 Desember 2005 :tidak membuat Jurnal Penyesuaian karena dilakukan pengisian kembali Dana Kas Kecil Persediaan Supplies Kantor Rp. 12.000,Biaya Air, Listrik 84.000,Biaya Telepon 60.000,Surat Kabar 45.000,Biaya Rapat 42.300,Biaya Makan Minum karyawan 36.200,Biaya Supplies Kantor 153.400,Biaya Cetak 41.300,Selisih Kas 6.600,Kas 480.800,(Pengisian Kembali Dana Kas Kecil) 3b1) Tgl 31 Desember 2005 : membuat “Jurnal Penyesuaian” karena tidak ada pengisian Kas Kecil. Persediaan Supplies Kantor Rp. 12.000,Biaya Air, Listrik 84.000,Biaya Telepon 60.000,Surat Kabar 45.000,Biaya Rapat 42.300,Biaya Makan Minum karyawan 36.200,Biaya Supplies Kantor 153.400,Biaya Cetak 41.300,Selisih Kas 6.600,Kas kecil 480.800,(Pengisian Kembali Dana Kas Kecil) 3b1.2) Tanggal 31 Desember 2005 : membuat “Jurnal Pembalik” atas penyesuaian sebelumnya Kas kecil Rp. 480.800,Persediaan Supplies Kantor Rp. 12.000,Biaya Air, Listrik 84.000,Biaya Telepon 60.000,Surat Kabar 45.000,Biaya Rapat 42.300,Biaya Makan Minum karyawan 36.200,Biaya Supplies Kantor 153.400,Biaya Cetak 41.300,Selisih Kas 6.600,(Jurnal Pembalik / Jurnal Penyesuaian Kembali / Revershing Journal Entries) 3b1.3) Tanggal 2 Januari 2006 : pengisian kembali Dana Kas Kecil Persediaan Supplies Kantor Rp. 12.000,Biaya Air, Listrik 84.000,Biaya Telepon 60.000,Surat Kabar 45.000,Biaya Rapat 42.300,Biaya Makan Minum karyawan 36.200,Biaya Supplies Kantor 153.400,Biaya Cetak 41.300,Selisih Kas 6.600,Kas (Pengisian Kembali Dana Kas Kecil) 480.800,- 13 4a) Tanggal 5 Januari 2006 : Kas kecil dianggap terlalu besar, sehingga harus dikurangi Kas Rp. 100.000,Kas Kecil Rp. 100.000,(Pembentukan dana Kas Kecil) 4b) Tanggal 5 Januari 2006 : Kas kecil dianggap terlalu kecil, sehingga harus ditambah Kas Kecil Rp. 150.000,Kas Rp. 150.000,(Pembentukan dana Kas Kecil) 2) Sistem Dana Fluktuasi (Fluctuating Fund Method) dalam sistem ini : – – – Setiap terjadi pengeluaran-pengeluaran dari Kas Kecil langsung dicatat dan Saldonya tidak tetap (berubah-ubah / berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembali, pengeluaran-pengeluaran Kas Kecil, pengurangan / penambahan jumlah dana Kas Kecil) Kasir Kas Kecil harus mampu menunjukkan uang dana Kas Kecil pada setiap saat sebesar saldo menurut rekening pembukuannya Buku pengeluaran Kas Kecil berfungsi sebagai buku Jurnal dan sebagai dasar Posting ke Buku Besar – Pada akhir Tutup buku tidak diperlukan jurnal penyesuaian, karena setiap terjadi transaksi / pengeluaran Kas Kecil sudah dicatat Contoh : pada tanggal Desember dibentuk Dana Kas Kecil sebesar Rp. 500.000,-. Berikut ini transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Desember : 1) 1 Desember'05 : diserahkan Cek kepada Kasir Kas Kecil Rp. 500.000,6 Desember'05 : dibayar rekening Air dan Listrik Rp. 75.000,10 Desember'05 : dibayar biaya telepon, Pos Rp. 50.000,14 Desember'05 : dibayar tagihan surat kabar Rp. 45.600,16 Desember'05 : dibayar biaya rapat Rp. 37.300,23 Desember'05 : dibayar biaya makan minum karyawan Rp 25.100,24 Desember'05 : dibeli tunai Supplies Kantor Rp. 190.350,25 Desember'05 : dibayar biaya cetak formulir Rp. 57.100,26 Desember'05 : pengisian kembali dana Kas Kecil, Cek sebesar Rp. 400.000,28 Desember'05 : dibeli perangko dan dibayar biaya pengiriman surat Rp. 18.000,2) Jika tanggal 30 ada pengeluaran Kas Bon untuk biaya akomodasi pegawai dalam rangka seminar sebesar Rp. 350.000,- dan hasil Kas opname tanggal 31 Desember 2005 adalah : Elemen-elemen Kas Kecil Jumlah - Uang Kertas Rp 65.000 - Uang Logam 20.500 - Perangko yang belum terpakai 9.000 - Kas bon untuk akomodasi pegawai tertanggal 28 Desember'05 350.000 Soal : Buatlah Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi diatas dan Posting ke Rekening Kas Kecil, dengan Sistem Fluktuasi! Jawaban : 1) Jurnal transaksi-transaksi Kas Kecil : Tgl Rekening 1 Des'05 6 Des'05 10 Des'05 Kas Kecil Kas Debet Kredit Rp. 500.000,Rp. 500.000,- Biaya Air listrik Kas Kecil 75.000 Biaya Telepon & Pos 50.000 75.000 14 Tgl Rekening Debet Kredit Kas Kecil 14 Des'05 16 Des'05 23 Des'05 25 Des'05 26 Des'05 28 Des'05 Tgl 50.000 Biaya langganan Surat Kabar Kas Kecil 45.000 Biaya Rapat Kas Kecil 37.300 Biaya Makan minum karyawan Kas Kecil 25.100 37.300 25.100 Supplies Kantor Kas Kecil 190.350 Kas Kecil Kas 400.000 190.350 400.000 Telepon & Pos Kas Kecil 18.000 18.000 Uraian Des 1 6 10 14 16 23 25 26 28 45.000 KAS KECIL Ref Pembentukan dana kas kecil Air, listrik Telepon, pos Langganan Koran, Majalah Rapat Makan minum karyawan Supplies Kantor Pengisian kembali Kas Kecil Telepon, pos Debet Kredit Saldo 500.000 400.000 - 75.000 50.000 45.000 37.300 25.100 190.350 18.000 500.000 425.000 375.000 330.000 292.700 267.600 77.250 477.250 459.250 2) Tanggal 31 Desember 2005 : karena Kas (termasuk Kas Kecil) dalam Neraca harus disajikan sebesar jumlah (uang) yang benar-benar ada dan berisi elemen-elemen yang layak diklasifikasikan sebagai Kas, maka berdasarkan hasil Kas Opname perlu dibuat Jurnal Penyesuaian. Persediaan Supplies Kantor Rp. 9.000,Piutang Pegawai 350.000,Selisih Kas 23.750,Biaya telepon, pos Kas Kecil Selisih Kas = 459.250 – (350.000 + 85.500) = 23.750,- Rp. 9.000,373.750,- Dengan dibuatnya Jurnal Penyesuaian tersebut maka : – – Jumlah Saldo rekening Kas Kecil yang seharusnya disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2005 berjumlah Rp. 85.500,- (Rp. 459.250 – Rp. 373.750,-) Jumlah tersebut telah sesuai dengan jumlah (uang) yang benar-benar ada dalam Kas Kecil pada tanggal yang bersangkutan. (uang kertas dan uang logam) 1. SELISIH KAS (Kas Kecil) Jika pada saat Kas Opname diketahui / terjadi Selisih Kas (baik selisih lebih / Saldo Kredit, maupun Selisih Lebih / Saldo Debit), maka harus dicari unsur-unsur penyebab terjadinya selisih antara saldo menurut catatan dengan uang Kas yang benar-benar ada. 15 Kemungkinan penyebab terjadinya Selisih Lebih Kas dibandingkan dengan Saldo menurut catatan, antara lain : 1) Bukti-bukti pengeluaran dicatat lebih besar dari jumlah yang seharusnya / dicatat lebih dari satu kali 2) Kesalahan menjumlahkan bukti-bukti pengeluaran yang dihitung lebih besar dari jumlah yang seharusnya 3) Adanya penerimaan yang belum dicatat / dicatat lebih kecil dari jumlah yang seharusnya Kemungkinan penyebab terjadinya Selisih Kurang Kas dibandingkan dengan Saldo menurut catatan, antara lain : 1) Adanya pengeluaran-pengeluaran yang belum dicatat / dicatat kurang dari jumlah yang semestinya 2) Adanya penerimaan kas yang dicatat lebih besar dari jumlah yang seharusnya dicatat , atau dicatat dua kali C. REKONSILIASI BANK Jika setiap penerimaan uang disetor ke Bank sehingga perusahaan mempunyai Rekening Giro di Bank dan setiap pengeluaran uang (kecuali jumlahnya relatif kecil) menggunakan Cek, maka rekening Kas dalam perusahaan dapat dibandingkan dengan Laporan Bank. Rekonsiliasi bank adalah : mencocokkan antara Saldo Kas catatan perusahaan dengan Saldo Laporan Bang (rekening koran). Perusahaan secara periodik (bulanan) akan mendapatkan laporan Bank yang disebut “Rekening Koran Bank” (Bank Statement), yang akan direkonsiliasi dengan catatan Kas perusahaan.Rekonsiliasi laporan Bank sebaiknya dibuat oleh pegawai yang tidak mempunyai kepentingan terhadap Kas, tujuannya aagar penyusunan Rekonsiliasi Bank dapat dibuat tanpa melihat kepentingan pihak-pihak tertentu sehingga dapat digunakan mengecek catatan Kas dengan laporan Bank. Rekonsiliasi antara catatan Kas perusahaan dengan laporan Bank adalah dengan membandingkan : Debit rekening Kas dengan Kredit catatan Bank (lihat laporan Bank kolom penerimaan Kredit rekening Kas dengan Debit catatan Bank (lihat laporan bank kolom pengeluaran Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara Saldo menurut catatan Kas dengan saldo menurut laporan Bank : 1) Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai “penerimaan uang oleh perusahaan”, tetapi belum dicatat oleh Bank. Contoh : a) Setoran yang dikirim ke Bank pada akhir bulan tetapi belum diterima oleh Bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam perjalanan. b) Setoran yang diterima oleh Bank pada akhir bulan, tetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya, karena Bank sudah terlanjur membuat laporan. c) Uang tunai yang tidak disetorkan ke Bank. 2) Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai “penerimaan uang oleh Bank”, tetapi perusahaan belum mencatatnya. Contoh : a) Bunga simpanan yang diperhitungkan Bank, tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan. b) Penagihan Wesel oleh Bank, sudah dicatat sebagai penerimaan oleh Bank, tetapi perusahaan belum mencatatnya. 3) Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai “pengeluaran oleh perusahaan”, tetapi bank belum mencatatnya. Contoh : a) Cek-cek yang beredar (Outstanding Checks), yaitu Cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran Kas, tetapi oleh yang menerima Cek belum diuangkan / dicairkan ke Bank, sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran. b) Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam Jurnal Pengeluaran kas, tetapi Ceknya belum diserahkan kepada pihak yang dibayar (sehingga Cek tersebut bukan merupakan pengeluaran dan Jurnal Pengeluaran Kas harus dikoreksi pada akhir periode). 4) Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai “ pengeluaran oleh Bank”, tetapi perusahaan belum mencatatnya. 16 Contoh : a) Bunga yang diperhitungkan atas Overdraft (saldo Kredit Kas / Cek yang ditulis lebih besar dari Saldo yang ada di Bank), tetapi perusahaan belum mencatatnya. Jika perusahaan mempunyai beberapa rekening dalam satu Bank, maka Overdraft dikompensasikan dengan rekening lain yang bersaldo positif. Tetapi jika rekening yang dimiliki terdapat pada Bank yang berbeda (rekening yang saldonya positif terdapat dalam Bank lain), maka Overdraft tetap dicatat dalam rekening Hutang Lancar, dan saldo Kas yang positif dilaporkan dalam kelompok Aktiva Lancar. b) Biaya jasa (administrasi, penagihan, transfer) yang belum dicatat perusahaan. Selain hal-hal tersebut, perbedaan antar Saldo Kas Perusahaan dengan Saldo menurut Bank bisa terjadi karena kesalahan-kesalahan yang timbul dari catatan perusahaan ataupun catatan Bank. Pembuatan Rekonsiliasi Bank ada 2 cara: 1) Rekonsiliasi Saldo Akhir Ada 2 bentuk : a) Laporan rekonsiliasi saldo Bank dan saldo Kas untuk menunjukkan saldo yang benar b) Laporan rekonsiliasi saldo Bank kepada saldo Kas 2) Rekonsiliasi Saldo awal, Penerimaan, Pengeluaran dan Saldo Akhir Ada 2 bentuk : a) Laporan rekonsiliasi saldo Bank kepada saldo Kas (4 kolom) b) Laporan rekonsiliasi saldo Bank dan saldo Kas untuk menunjukkan saldo yang benar (8 kolom) 1) Rekonsiliasi Saldo Akhir Contoh : Data yang diperoleh dari catatan Kas PT ABC dalam bulan Desember 2005 dan Laporan bank bulan Desember 2005 : Tgl Uraian R ef Debit Kredit Saldo 1 Des'05 1-31Des'05 -Saldo 3.284.953,28 -Setoran Tunai 16.453.900 19.738.853,28 -Pengeluaran Cek 15.081.600 4.657.253,28 -Pelunasan Debitur via bank 5.576.400 10.233.653,28 -Jasa Giro bulan Desember 175.640 10.409.293,28 -Koreksi pembukuan Cek dicatat terlalu kecil 8.730 10.400.563,28 -Biaya administrasi bulan Desember 45.000 10.355.563,28 Keterangan tambahan: 1) Dari sejumlah Rp. 5.576.400,- yang merupakan pelunasan Debitur viaBank, sebesar Rp. 1.311.200,- diantaranya merupakan penerimaan pada tanggal 30 Nopember 2005 2) Sebuah Cek tertanggal 15 Nopember 2005 sebesar Rp. 721.580,- untuk membayar angsuran hutang kepada Supplier telah keliru dibukukan sebesar Rp. 712.850. Cek tersebut telah diuangkan ke Bank tanggal 28 Nopember 2005 dengan Rekening Koran tertanggal 30 Nopember 2005 sejumlah Rp. 721.580,3) Uang tunai yang tidak disetorkan ke Bank pada tanggal 31 Desember 2005 sebesar Rp. 295.100,Ikhtisar Rekening Koran Bank tertanggal 31 Desember 2005 : Tgl Debit Kredit Saldo 1 Des'05 1-31 Des'05 6.775.613,28 (K) 14.165.300 (ST) 20.940.913,28 (K) 12.152.200 (CH) 8.788.713,28 (K) 7.968.700 (PD) 16.757.413,28 (K) 619.837,11 (JG) 17.377.250,39 (K) 4.930.500,14 (PB) 12.446.750,25 (K) 50.000 (BB) 12.396.750,25 (K) Keterangan tambahan : 1) Mutasi Kredit : a) Setoran tunai dalam bulan Desember sebesar Rp. 14.165.300,- termasuk diantaranya sebesar Rp. 375.350,- diantaranya merupakan setoran tanggal 30 Nopember 2005 b) Pelunasan hutang oleh Debitur via Bank dalam bulan Desember Rp7.968.700,- 17 c) Jasa Giro bulan Desember Rp. 619.837,11 2) Mutasi Debet : a) Cek yang diuangkan dalam bulan Desember Rp. 12.152.200,- termasuk sebuah Cek sebesar Rp. 2.728.000,- yang dikeluarkan pada tanggal 26 Nopember 2005 b) Pemindah-bukuan Rekening Giro untuk membayar angsuran hutang kepada Bank sebesar Rp. 4.930.500,14 sudah termasuk bunga Rp. 605.500,14 didalamnya c) Biaya administrasi yang dibebankan oleh Bank dalam bulan Desember berjumlah Rp. 50.000,Soal : Selesaikan data diatas dengan cara “Rekonsiliasi Saldo Akhir” dalam 2 bentuk ! Jawaban : a) Laporan Rekonsiliasi Saldo Bank dan Saldo Kas untuk menunjukkan Saldo yang Benar PT ABC Rekonsiliasi Bank 31 Desember 2005 Saldo per Laporan Bank Ditambah : - Setoran dalam perjalanan ((16.453.900-(14.165.300-375.350)) - Uang Kas yang tidak disetor Jumlah Dikurangi : - Cek yang beredar ((15.081.600-(12.152.200-2.728.000)) Saldo Bank yang benar Rp. 12.396.750,25 = 2.663.950 = 295.100 2.959.050,15.355.800,25 = 5.657.400 Rp. 9.698.400,25 Saldo Kas Ditambah : -Pelunasan Debitur via Bank ((7.968.700-(5.576.400-1.311.200))= 3.703.500 -Jasa Giro bulan Desember = 619.837,11 Jumlah Dikurangi: - Angsuran hutang Bank - Biaya bunga - Biaya Bank Rp. 10.355.563,28 4.323.337,11 14.678.900,39 = 4.325.000 = 605.500,14 = 50.000,Jumlah 4.980.500,14 Saldo Kas yang benar 9.698.400,25 Dari hasil rekonsiliasi tersebut terlihat tidak ada dari kedua versi catatan yang menunjukkan “saldo yang benar” pada tanggal 31 Desember 2005. Sehingga proses merekonsiliasi Saldo Rekening Giro di Bank masih dilanjutkan dengan membuat “Jurnal Koreksi” seperti dibawah ini (dicatat dan dibukukan ke rekening-rekening yang bersangkutan dalam catatan perusaha rekening Bank). Hutang Bank (Jangka Panjang) Biaya Bunga Biaya administrasi Bank Piutang Dagang Pendapatan Jasa Giro Bank Rp. 4.325.000,605.500,14 50.000 Rp. 3.703.500,619.837,11 657.163,03 18 b) Laporan Rekonsiliasi Saldo Bank Kepada Saldo Kas PT ABC Rekonsiliasi Bank 31 Desember 2005 Saldo per Laporan Bank Rp. 12.396.750,25 Ditambah : 1) Penerimaan yang belum dicatat oleh Bank : - Setoran dalam perjalanan ((16.453.900-(14.165.300-375.300)) = 2.663.950 - Uang Kas yang tidak disetor = 295.100 2) Pengeluaran yang belum dicatat oleh Perusahaan : - Angsuran hutang Bank = 4.325.000 - Biaya bunga = 605.500,14 - Biaya Bank 50.000 Jumlah 7.939.550,14 Rp. 20.336.300,39 Dikurangi : 1) Pengeluaran yang belum dicatat oleh Bank : - Cek yang beredar ((15.081.600-(12.152.200-2.728.000)) 2) Penerimaan yang belum dicatat oleh Perusahaan : -Pelunasan Debitur via Bank ((7.968.700-(5576.400-1.311.200)) -Jasa Giro bulan Desember Jumlah Saldo Kas = 5.657.400 = 3.703.500 = 619.837,11 9.980.737,1 10.355.563,28 2)Rekonsiliasi Saldo awal, Penerimaan, Pengeluaran dan Saldo Akhir Contoh : Data yang diperoleh dari PT XYZ adalah sebagai berikut : – Dari catatan Kas : Saldo 31 Desember 2005 Penerimaan dalam bulan Januari 2006 Pengeluaran dalam bulan Januari 2006 Saldo 31 januari 2006 Rp. 516.200 1.963.500 2.278.200 1.162.300 1.317.400 – Dari Laporan Bank : Saldo 31 Desember 2005 Penerimaan dalam bulan Januari 2006 Pengeluaran dalam bulan Januari 2006 Saldo 31 januari 2006 Rp. 544.200 1.963.500 2.278.200 1.162.300 1.345.400 # Perbandingan Laporan Bank dengan Catatan Kas Perusahaan : Keterangan 31 Des 2005 - Setoran dalam perjalanan - Cek yang beredar - Jasa Giro - Biaya Bank - Uang Kas yang tidak disetor - Cek kosong (disetor kembali bulan berikutnya - Koreksi penerimaan Piutang Rp. 140.000,- dicatat sebesar Rp. 114.000 31 Jan 2006 275.500 505.000 14.500 3.000 - 111.000 268.000 20.000 5.000 74.500 239.000 95.500 26.000 - Soal : Selesaikan data diatas dengan cara “Rekonsiliasi Saldo awal, Penerimaan, Pengeluaran dan Saldo Akhir” dalam 2 bentuk ! 19 Jawaban : a) Laporan rekonsiliasi saldo Bank kepada saldo Kas (4 kolom) Keterangan Saldo 31 Penerima Pengeluar Saldo 31 Des'05 an Jan'05 an Jan'06 Jan'06 Per laporan Bank 544.200 1.963.500 1.162.300 1.345.400 * Setoran dalam perjalanan: - 31 Desember 2005 - 31 Januari 2006 275.500 (275.000) 111.000 - 111.000 * Cek yang beredar: - 31 Desember 2005 - 31 Januari 2006 (505.000) - * Jasa Giro: - 31 Desember 2005 - 31 Januari 2006 (14.500) - 14.500 (20.000) - (20.000) * Biaya Bank: - 31 Desember 2005 - 31 Januari 2006 3.000 - - 3.000 (5.000) 5.000 - 74.500 - 74.500 * Cek Kosong: - 31 Desember 2005 - 31 Januari 2006 239.000 - 95.500 239.000 - 95.500 * Koreksi penerimaan: - 31 Desember 2005 (26.000) - - (26.000) * Kas yang tidak disetor: - 31 Januari 2006 Saldo Kas - (505.000) - 268.000 (268.000) 516.200 1.963.500 1.162.300 1.317.400 b) Laporan rekonsiliasi saldo Bank kepada saldo Kas (8 kolom) Keterangan - Jumlah Sebelum Dikoreksi # Data 31 Des'05: - Setoran dalam perjalanan - Cek yang beredar - Jasa Giro - Biaya Bank - Cek Kosong - Koreksi penerimaan # Data 31 Jan'06: - Setoran dalam perjalanan - Cek yang beredar - Jasa Giro - Biaya Bank - Kas yang tidak disetor - Cek Kosong Saldo yang benar 31 Des'05 Penerimaan Januari Pengeluaran Januari 544.200 516.200 1.963.500 1.963.500 275.500 (505.000) - 14.500 (3.000) (239.000) (275.500) - (14.500) - - 26.000 - - - 314.700 31 Jan'06 1.162.300 1.162.300 1.345.400 1.317.400 (3.000) (239.000) - - . (505.000) - - - 26.000 111.000 - 20.000 - 268.000 - 5.000 111.000 (268.000) - 20.000 (5.000) - 74.500 - (95.500) - - 74.500 - (95.500) 314.700 1.873.500 1.873.500 925.300 925.300 1.262.900 1.262.900 20 D. INVESTASI JANGKA PENDEK Kelebihan uang Kas dalam perusahaan tidak bisa menghasilkan tambahan Pendapatan, sehingga sebaiknya diinvestasikan dalam Investasi jangka pendek (jika jangka waktu tidak terpakainya Kas relatif pendek). Bentuk Investasi Jangka Pendek antara lain : Deposito, Sertifikat Bank, Surat-surat Berharga (Saham dan Obligasi).Investasi Jangka Pendek termasuk dalam kelompok Aktiva Lancar dalam Neraca. Syarat-syarat Surat-surat Berharga yang dibeli untuk tujuan Investasi jangka Pendek : 1. Surat-surat Berharga harus dapat segera dijual kembali dengan harga yang berlaku pada tanggal penjualannya (yang memenuhi syarat ini adalah Surat-surat Berharga yang terdaftar dalam Bursa Saham) 2. Penjualannya kembali ditujukan untuk memenuhi kebutuhan uang. Jika syarat-syarat tersebut tidak dapat dipenuhi, maka Surat Berharga tersebut dikelompokkan sebagai Investasi Jangka Panjang. Pembahasan Dalam Investasi jangka Pendek meliputi : 1. Pencatatan Surat-surat Berharga 2. Penilaian Surat-surat Berharga 1. Pencatatan Surat-surat Berharga Harga perolehan Surat-surat Berharga adalah : Harga Kurs ditambah komisi, provisi, materai dan biaya-biaya lain yang timbul pada saat pembelian. Apabila Surat Berharga (Obligasi) dibeli tidak pada tanggal pembayaran Bunga, maka timbul masalah “bunga berjalan”. Bunga berjalan adalah : bunga yang dibayarkan oleh pembeli untuk jangka waktu tanggal pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal pembelian. Pencatatan pembayaran bunga berjalan ada 2 cara (akan berakibat pada pencatatan bunga yang diterima pertama kali), yaitu dicatat pada: a. Rekening Pendapatan bunga b. Rekening Piutang Pendapatan Bunga Dalam penjualan Surat-surat Berharga : a. menimbulkan laba / rugi jika “harga jual” tidak sama dengan dengan “harga perolehan” b. jika penjualan tidak pada tanggal pembayaran bunga maka timbul masalah “bunga berjalan” # OBLIGASI # Contoh : Pada tanggal 1 Juni 2004 dibeli 10 lembar obligasi PT Angkasa dengan nilai nominal perlembar sebesar Rp. 10.000,- kurs 102. Obligasi berbunga 12% per tahun yang dibayarkan tiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus. Pada saat pembelian dibayar materai sebesar Rp. 6.000,-. Tanggal 1 Desember 2004 seluruh Obligasi PT Angkasa dijual dengan Kurs 103, biaya penjualan Rp. 5.000,Buatlah : 1) Jurnal untuk mencatat pembelian Obligasi (dengan 2 cara pencatatan bunga berjalan) dan perhitungannya 2) Jurnal untuk mencatat penerimaan bunga (dengan 2 cara)dan perhitungannya 3) Jurnal untuk mencatat penjualan Obligasi dan perhitungannya! Jawaban : 1. Jurnal untuk mencatat pembelian Obligasi : a) Bunga berjalan dicatat dalam rekening “Piutang Pendapatan Bunga” Surat Berharga – Obligasi PT Angkasa Piutang Pendapatan Bunga Kas Rp. 109.000,4.000,Rp. 113.000,- b) Bunga berjalan dicatat dalam rekening “Pendapatan Bunga” Surat Berharga – Obligasi PT Angkasa Pendapatan Bunga Kas Rp. 109.000,4.000,Rp. 113.000,- 21 Perhitungan: - Harga perolehan Obligasi : Harga Kurs : 102/100 X Rp. 100.000,Provisi dan materai = Rp. 102.000,= 7.000,109.000,- - Bunga berjalan : Tgl pembayaran bunga terakhir : 1 Februari Tgl pembelian : 1 Juni Periode bunga berjalan : 1 Feb – 1 juni = 4 bulan Bunga berjalan = 4/12 X 12% X Rp. 100.000,= Rp. 4.000,2. Jurnal untuk mencatat penerimaan bunga a) Bunga berjalan dikreditkan rekening “Pendapatan Bunga” Kas Rp. 6.000,Pendapatan Bunga Rp. 6.000,- b) Bunga berjalan dikreditkan dalam rekening “ Piutang Pendapatan Bunga” Kas Rp. 6.000,Piutang Pendapatan Bunga Rp. 4.000,Pendapatan Bunga 2.000,- Perhitungan: - Bunga berjalan : Periode pembayaran bunga : 1 Feb – 1 Agst = 6 bulan Bunga berjalan = 6/12 X 12% X Rp. 100.000,= Rp. 6.000,- Kedua cara tersebut memberi hasil yang sama : Pendapatan Bunga 3. Jurnal untuk mencatat penjualan Obligasi Kas Rugi penjualan Surat Berharga Surat berharga-Obligasi PT Angkasa Pendapatan Bunga Rp. 2.000,-. Rp. 112.000,1.000,Rp. 109.000,4.000,- Perhitungan: - Harga jual Obligasi : Harga Kurs : 103/100 X Rp. 100.000,Provisi dan materai = Rp. 103.000,= 5.000,108.000,- - Bunga berjalan : Tgl pembayaran bunga terakhir : 1 Agustus Tgl penjualan : 1 Desember Periode bunga berjalan : 1 Agst – 1 Des = 4 bulan Bunga berjalan = 4/12 X 12% X Rp. 100.000,= Rp. 4.000,- Perhitungan Laba / rugi penjualan : Harga jual Harga perolehan Rugi Rp. 108.000,109.000,Rp. 1.000,- Periode perhitungan bunga didasarkan pada hari yang sebenarnya dan periode satu tahun sama dengan 360 hari. Contoh : Obligasi dengan tanggal bunga 1 Februari dan 1 Agustus dibeli pada tanggal 8 Juni 2004. Februari : 27 hari (tanggal 1 tidak diperhitungkan) Maret : 31 hari April : 8 hari (tanggal 8 diperhitungkan) Jumlah : 66 hari 22 # SAHAM # Contoh : Pada tanggal 1 Mei 2001 dibeli 100 saham preferen (prioritas) 15% dari PT.Reka, nominal Rp. 10.000,- per lembar dengan kurs 103. Provisi dan materai Rp. 7.000,-. Dividen dibayarkan setiap akhir tahun. Pada tanggal 4 Maret 2002 saham-saham tersebut dijual kembali dengan kurs 106 dan biaya penjualan Rp. 5.000,Buatlah : 1) Jurnal untuk mencatat pembelian Saham dan perhitungannya 2) Jurnal untuk mencatat penerimaan Dividen dan perhitungannya 3) Jurnal untuk mencatat penjualan Saham dan perhitungannya! Jawaban : 1) Jurnal untuk mencatat pembelian Saham Surat Berharga – Saham PT Reka Kas Rp. 1.037.000,Rp. 1.037.000,- Perhitungan: - Harga perolehan Saham : Harga Kurs : 103/100 X Rp. 10.000,- x 100 lbr Provisi dan materai = Rp. 1.030.000,= 7.000,1.037.000,- Pada saat pembelian / penjualan tidak ada perhitungan Dividen meskipun jumlahnya sudah pasti 2. Jurnal untuk mencatat penerimaan Dividen Kas Pendapatan Dividen Rp. 150.000,Rp. 150.000,- Perhitungan: Dividen : 15% X 100 lbr X Rp. 10.000,- = Rp. 150.000,- 3. Jurnal untuk mencatat penjualan Saham Kas Surat berharga-Saham PT Reka Laba penjualan surat berharga Rp. 1.065.000,Rp. 1.037.000,28.000,- Perhitungan: - Harga jual Saham : Harga Kurs : 106/100 X 100 lbr X Rp.100.000,Biaya penjualan Harga jual Saham Harga Perolehan Saham Laba penjualan surat berharga = = Rp. 1.060.000,5.000,Rp. 1.065.000,1.037.000,Rp. 28.000,- 2. Penilaian Surat-surat Berharga Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menyatakan penilaian Surat Berharga dalam Neraca dapat dilakukan dengan 2 cara : 1. sebesar “Harga Perolehan” (Cost) 2. sebesar “Harga Terendah Antara Harga Perolehan dengan Harga Pasar” 1. Harga Perolehan Digunakan : Jika perubahan harga Surat-surat Berharga hanya sementara dan jumlahnya tidak terlalu besar. Tidak ada pengakuan terhadap kerugian yang berasal dari turunnya harga Surat-surat 23 Berharga tersebut sebelum Surat-surat tersebut dijual (hanya diberi penjelasan dengan bentuk keterangan sebagai catatan kaki / foote note). 2. Yang Lebih Rendah Antara Harga Perolehan dengan Harga Pasar jika Harga Pasar Surat-surat Berharga yang dimiliki lebih rendah dari Harga Perolehan dan selisihnya cukup berarti serta sifatnya tidak sementara , maka pencatatan Surat Berharga dalam Neraca tidak boleh melebihi Harga Pasar. Dalam Neraca, kerugian yang belum terjadi diakui sebesar selisih Harga Perolehan denagan Harga Pasarnya. Jurnal untuk mencatat kerugian : Rugi penurunan nilai Surat Berharga Rp. xxx,Cadangan penurunan nilai Surat Berharga Rp. Xxx,- Dalam laporan Rugi Laba, Rugi penurunan nilai Surat Berharga termasuk dalam kelompok “Rugi Diluar Usaha”. Sedangkan dalam Neraca, Cadangan penurunan nilai Surat Berharga mengurangi rekening “Surat Berharga”. Terdapat 2 cara penilaian Surat-surat Berharga jika menggunakan “yang lebih rendah antara harga perolehan dengan harga pasar” : a. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan Surat-surat Berharga b. Diterapkan kepada masing-masing elemen Surat Berharga a. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan Surat-surat Berharga Contoh : Diketahui data dan investasi Surat Berharga milik PT Jaya pada tanggal 31 Desember 2005 : Keterangan Harga Harga Yang Lebih Rendah Perolehan Pasar Antara Harga Perolehan dengan Harga Pasar - 100 lbr Obligasi PT Reka, 15% - 100 lbr Saham Preferen PT A, 15% - 150 lbr Saham Biasa PT Jaya Jumlah 1.020.000 1.530.000 750.000 1.035.000 1.500.000 725.000 1.020.000 1.500.000 725.000 3.300.000 3.260.000 3.245.000 Soal : 1. Buatlah : a) Jurnal untuk mencatat kerugian penurunan nilai Surat Berharga pada tanggal 31 Desember 2005 b) Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2006 jika harga perolehan seluruh Saham Rp. 3050.000,- dan Harga Pasarnya Rp. 3.000.000,-. Sedangkan cadangan penurunan nilai yang telah dimiliki Rp. 40.000,2. Buatlah Jurnal beserta perhitungannya, jika tanggal 20 Januari 2006 semua Surat Beharga dijual dengan harga Rp. 3.302.000,3. Buatlah Jurnal beserta perhitungannya, jika pada tanggal 28 Februari 2002 dijual 150 lbr Saham PT Jaya dengan kurs 104 dan biaya penjualan Rp. 8.000,- (penjualan Surat Berharga sebagian)! Jawaban: 1a) Jurnal untuk mengakui kerugian (Tgl 31 Des'05): Rugi penurunan nilai Surat Berharga Cadangan penurunan nilai Surat Berharga Rp. 40.000,Rp. 40.000,- 1b) Jurnal penyesuaian (Tgl 31 Des'06): Rugi penurunan nilai Surat Berharga Cadangan penurunan nilai Surat Berharga Rp. 10.000,Rp. 10.000,- Jika Saldo rekening “Cadangan Kerugian Piutang” lebih besar dari “penuruan nilai sesungguhnya”, maka jurnalnya : Cadangan penurunan nilai Surat Berharga Laba berkurangnya rek cad penurunan nil SB Rp. xxx,Rp. Xxx,- 24 2) Jurnal untuk mencatat penjualan seluruh Surat Berharga (20 Jan'06) : Kas Cadangan penurunan nilai Surat Berharga Surat Berharga-Obligasi PT Reka Surat Berharga-Saham PT A Surat Berharga-Saham PT Jaya Laba penjualan Surat Berharga * Perhitungan: Harga jual Harga perolehan Cadangan penurunan nilai Jumlah Laba penjualan Rp. 3.302.000,40.000,Rp. 1.020.000,1.530.000,750.000,42.000,- Rp. 3.302.000,Rp. 3.300.000,40.000,Rp. 3.260.000,42.000,- 3) Jurnal untuk mencatat penjualan sebagian Surat Berharga (28 Jan'06) : Kas Surat Berharga-Saham PT Jaya Laba penjualan Surat Berharga Perhitungan: Harga Kurs : 106/100 X 100 lbr X Rp.100.000,Biaya penjualan Harga jual Saham Harga Perolehan Saham Laba penjualan surat berharga Rp. 3.302.000,750.000,42.000,- = Rp. 780.000,= 8.000,Rp. 772.000,750.000,Rp. 22.000,- b. Diterapkan kepada masing-masing elemen Surat Berharga Caranya : 1. Perbandingan dilakukan satu persatu antara Harga Perolehan dan Harga Pasar a) Obligasi PT Reka yang lebih rendah adalah Harga Perolehan Rp. 1.020.000,b) Saham Preferen PT A yang lebih rendah adalah Harga Pasar Rp. 1.500.000 c) Saham biasa PT Jaya yang lebih rendah adalah Harga Pasar Rp. 725.000,2. Mencantumkan dalam Neraca sejumlah “Harga yang lebih rendah”: Rp. 1.020.000,- + Rp. 1.500.000,- + Rp 725.000,- = Rp. 3.245.000,3. Kerugian yang diakui adalah sebesar : Rp. 3.300.000,- - Rp. 3.245.000,- = Rp. 55.000,- 25 BAB III TAGIHAN (PIUTANG) Hal-hal yang menimbulkan Piutang (tagihan) : 1. penjualan barang-barang / jasa-jasa secara kredit 2. pinjaman yang diberikan kepada karyawan 3. uang muka pada anak perusahaan A. Tagihan Hal-hal yang menimbulkan adanya tagihan, bisa dari beberapa sumber : 1. penjualan barang-barang dan jasa-jasa secara kredit (sehingga untuk jangka waktu sejak penyerahan barang/jasa sampai dengan diterimanya uang, penjual memiliki tagihan kepada pembeli) 2. pinjaman kepada karyawan 3. Uang muka pada anak perusahaan 4. penjualan Aktiva Tetap yang tidak digunakan lagi oelh perusahaan Sumber yang terbesaar ada pada nomor satu. Tagihan adalah : klaim perusahaan atas barang-barang / jasa-jasa terhadap pihak lain (dalam Akuntansi menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang) Tagihan dalam perusahaan dibagi menjadi dua kelompok : 1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis (disebut Piutang) 2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis (disebut Piutang Wesel) B. PIUTANG adalah : Hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Piutang diklasifikasikan menjadi beberapa judul : 1. Piutang Dagang (Usaha) adalah : piutang yang timbul karena perusahaan menjual barang-barang / jasa-jasa yang dihasilkan secara kredit, umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun (termasuk dalam kelompok Aktiva Lancar) - Untuk barang Konsinyasi (barang titipan) : tidak dicatat sebagai piutang sampai barang-barang tersebut sudah laku terjual. - Untuk penjualan angsuran : dipisah menjadi Aktiva Lancar dan Aktiva Tidak Lancar, tergantung jangka waktu angsuran (jika kuraang dari satu tahun termasuk Aktiva Lancar dan jika lebih dari satu tahun termasuk dalam Aktiva lain-lain. 2. Piutang Bukan Dagang Jika kurang dari satu tahun termasuk Aktiva Lancar Contoh : a. Persekot dalam kontrak pembelian b. Klaim terhadap perusahaan Assuransi atas kerugian-kerugian yang dipertanggungkan c. Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang yang rusak / hilang d. Klaim terhadap pegawai perusahaan e. Klaim terhadap restitusi pajak f. Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang (botol, drum, dll) g. Uang muka pda anak perusahaan h. Piutang pada pegawai perusahaan i. Piutang Dividen j. Piutang pesanan pembelian Saham 3. Piutang Penghasilan 26 - Penggunaan dasar waktu (Accrual Basis) mengakibatkan adanya pengakuan terhadap penghasilan-penghasilan yang masih harus diterima, sehingga pada akhir periode dihitung berapa jumlah yang sudah menjadi pendapatan (dicatat sebagai Piutang Penghasilan). - Piutang Penghasilan termasuk dalam kelompok Aktiva Lancaar (kare na uang akan diterima kurang dari satu tahun) Contoh : Piutang pendapatan bunga, Piutang pendapatan sewa C. PIUTANG DAGANG Pembahasan mengenai Piutang Dagang meliputi : 1. Pengakuan Piutang 2. Penilaian Piutang 3. Penghapusan Piutang 1. Pengakuan Piutang Contoh : Des 05 1 : Perusahaan menjual barang dagangan seharga Rp. 1.000.000,- kepada Tn Ali dengan termin 3/15, n/30 4 : Tn Ali mengembalikan barang dagangan ke perusahaan sebesar Rp. 25.000,- karena rusak 16 : Tn Ali melunasi ke perusahaan atas pembelian tanggal 1 Buatlah : a. Jurnal untuk mencatat penjualan pada tanggal 1 Des'05 b. Jurnal untuk mencatat pengembalian penjualan barang dagangan pada tanggal 4 Des'05 c. jurnal untuk mencatat penerimaan pelunasan dari penjualan pada tanggal 16 Des'05 dan perhitungannya ! Jawaban :a. Tanggal 1 Desember 2005 : Piutang Dagang Penjualan Rp. 100.000,Rp. 100.000,- b. Tanggal 4 Desember 2005 : Retur dan potongan penjualan Piutang Dagang Rp. 25.000,Rp. 25.000,- c. Tanggal 16 Desember 2005 : Kas Potongan tunai penjualan Piutang Dagang * Perhitungan : 1. Piutang Dagang 4. Retur dan Potongan Penjualan Sisa Piutang Dagang 16. Potongan tunai 3% X Rp. 975.000,Kas Rp. 945.700,29.250,Rp. 975.000,- Rp. 1.000.000,25.000,Rp. 975.000,29.250,945.750,- Potongan tunai biasanya diberikan dari : - Produsen (pabrik) kepada Grosir (pedagang besar) - Grosir kepada toko pengecer yang biasanya merupakan pelanggan dan melakukan pembelian dalam jumlah besar Untuk penjualan dari pengecer ke konsumennya biasanya tidak ada potongan tunai. 2. Penilaian Piutang Dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) : “Piutang dinyatakan sebesar jumlah Bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima” Piutang dilaporkan dan dicatat sebesar jumlah yang direalisasikan, yaitu jumlah yang diharapkan akan ditagih (jumlah Piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dikurangkan pada Piutangnya). Metode untuk mencatat Piutang ada 2 : 27 a. Metode Cadangan Kerugian piutang b. Metode Penghapusan Langsung a. Metode Cadangan Kerugian piutang dalam metode ini : setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap jumlah kerugian piutang yang akan dibebankan ke periode yang bersangkutan Dasar yang digunakan untuk menentukan jumlah Kerugian Piutang ada 2 : 1) Jumlah Penjualan 2) Saldo Piutang 1) Jumlah Penjualan Jumlah penjualan (Pendapatan – Biaya) digunakan sebagai dasar perhitungan Kerugian Piutang, jika kerugian tersebut dihubungkan dengan proses pengukuran laba. Kerugian piutang = Penjualan X % tertentu dari kerugian piutang Kerugian Piutang timbul karena adanya penjualan kredit yang tidak tertagih, tetapi untuk memisahkan antara penjualan tunai dan kredit menimbulkan tambahan pekerjaan sehingga prosentase kerugian piutang didasarkan pada jumlah periode yang bersangkutan. Taksiran kerugian piutang dibebankan ke rekening “kerugian piutang” dan kreditnya rekening “cadangan kerugian piutang”. Kerugian Piutang Rp. xxx,CKP Rp. xxx,2) Saldo Piutang Saldo piutang digunakan sebagai dasar kerugian piutang jika arahnya untuk menilai aktiva dengan teliti (pendekatan Aktiva-Hutang). Perhitungan kerugian piutang atas dasar saldo piutang ada 3 cara : a) Jumlah cadangan dinaikkan sampai % tertentu dari Saldo piutang b) Cadangan ditambah % tertentu dari saldo piutang c) Jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisa umur piutang caranya : a) Jumlah cadangan dinaikkan sampai % tertentu dari Saldo piutang CKP = Saldo Piutang X % tertentu Kerugian Piutang : (Saldo Piutang X % tertentu) – atau + CKP Contoh : Pada tanggal 31 Desember 2005 rekening piutang menunjukkan saldo Rp. 5.000.000,- dan rekening cadangan kerugian piutang menunjukkan saldo kredit sebesar Rp. 5.000,-. Prosentase kerugian piutang ditetapkan sebesar 1% dari saldo piutang. Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian piutang dan perhitungannya ! Jawaban : Kerugian Piutang CKP Rp. 45.000,Rp.45.000,- * Perhitungan : Prosentase kerugian = 1% X Rp. 5.000.000,Saldo kredit rekening CKP Jumlah yang ditambahkan ke rekening Cadangan Cadangan Kerugian Piutang 31 Des'05 Kerugian Piutang = Rp. 50.000,= 5.000,Rp. 45.000,- 5.000 45.000 50.000 Sesudah dijurnal,saldo rekening cadangan kerugian piutang Rp. 50.000,. Metode ini menghubungkan CKP dengan saldo piutang yang ada, sehingga dapat menunjukkan jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih, yaitu : Rp. 5.000.000,- - Rp. 50.000 = Rp. 4.950.000,-. Dilihat dari pandangan laporan Rugi laba, metode ini tidak dapat menunjukkan berapa kerugian yang sebenarnya untuk peiode tersebut, karena didalam perhitungannya dipengaruhi oleh perhitungan CKP periode sebelumnya. 28 b) Cadangan ditambah % tertentu dari saldo piutang Saldo piutang X % dari Kerugian Piutang Kerugian piutang : Jumlah kerugian piutang dikreditkan ke rekening CKP tanpa memperhatikan saldo rek CKP periode lalu. Contoh : lihat data contoh sebelumnya ! Kerugian Piutang CKP Rp. 50.000,Rp.50.000,- * Perhitungan : Kerugian Piutang = 1% X Rp. 5.000.000,- = Rp. 50.000,Cadangan Kerugian Piutang 31 Des'05 Kerugian Piutang 5.000 50.000 55.000 Untuk menunjukkan hubungan antara kerugian Piutang dengan saldo piutang tanpa dipengaruhi dengan CKP tahun sebelumnya. Kelemahan : - tidak dapat menunjukkan jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih - mengakibatkan pembebanan kerugian piutang 2 kali jika pada akhir periode yang bersangkutan masih ada piutang-piutang tahun lalu yang sudah dihitung jumlah kerugian piutangnya. Untuk menghilangkan kelemahan ini, maka kerugian Piutang dapat dicari dengan rumus = % Kerugian Piutang X saldo piutang yang timbul pada periode tersebut c) Jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisa umur piutang Piutang dibagi menjadi 2 : - Menunggak : melebihi jangka waktu kredit (dipisah berdasar jangka waktu tunggakan) - Belum menunggak : belum melebihi jangka waktu kredit Contoh : Diketahui saldo Kredit rekening Cadangan Rekening Piutang Rp. 528,- dan dibawah ini tabel analisa umur piutang PT Y : Nama Jumlah Belum jatuh Jangka Waktu Tunggakan Pelanggan Saldo Tempo 1-30 31-60 61-90 >90 Piutang Tn A Tn B Tn C Tn D Tn E Tn F 600 300 450 700 600 36.950 300 500 26.200 300 200 5.200 250 300 2.450 200 200 1.600 100 300 1.500 Jumlah 39.600 27.000 5.700 3.000 2.000 1.900 Taksiran % Tak Tertagih - 2% 4% 10% 20% 40% Total 2.228 540 228 300 400 760 Taksiran Tak Tertagih - Total taksiran tak tertagih sebesar Rp. 2.228,- merupakan saldo yang harus tampak dalam rekening Cadangan Kerugian Piutang. - Jumlah Kerugian Piutang (dibuat dalam jurnal penyesuaian) = Jumlah saldo yang harus tampak dlm CKP – Saldo Rekening CKP * Jurnal Penyesuaian : = Rp. 2.228,- - Rp. 528,- = Rp. 1.700,- 29 Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang 1.700,1.700,- Kerugian Piutang 1.700 31 Des Cadangan Kerugian Piutang 31 Des JP Setelah disesuaikan 528,1.700,2.220,- b. Metode Penghapusan Langsung Metode ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak dapat menaksir kerugian dengan tepat. Kerugian piutang baru diakui pada waktu diketahui ada piutang yang tidak dapat ditagih (tidak ada taksiran kerugian piutang pada akhir periode. Penggunaan metode ini tidak dapat menunjukkan jumlah piutang yang diharapkan akan dapat ditagih dalam Neraca, karena Neraca hanya menunjukkan jumlah Piutang Bruto. Jurnal : * Jika Piutang diketahui tidak dapat ditagih : Kerugian piutang Piutang Rp. Xxx,Rp. Xxx,- * Jika Piutang yang dihapus dilunasi kembali, maka terdapat 2 kondisi : 1) Jika Perusahaan belum melakukan tutup buku : Piutang Rp. Xxx,Kerugian Piutang Rp. Xxx,2) Jika perusahaan sudah melakukan tutup buku : Piutang Rp. Xxx,Penerimaan piutang yang sudah dihapus Rp. Xxx,- D. PERBANDINGAN METODE CKP DENGAN PENGHAPUSAN LANGSUNG Contoh : Pada tanggal 31 Desember 2005 dihitung taksiran kerugian piutang sebesar Rp. 75.000,-. Pada tanggal 20 Mei 2005 Ny Nia yang piutangnya sebesar Rp. 90.000,- mengalami pailit dan tidak dapat melunasi hutangnya. Pada tanggal 6 Oktober 2005 Ny Nia datang dan menyatakan akan melunasi hutangnya pada tanggal 10 Oktober 2005. Buatlah Jurnal untuk membandingkan antara metode CKP dengan metode penghapusan langsung untuk mencatat transaksi piutang diatas ! Jawaban : Transaksi Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung 31 Des'05 Transaksi kerugian piutang Kerugian Piutang 75.000 CKP 75.000 Tidak ada jurnal 20 Mei'05 Penghapusan piutang Ny Nia Rp. 90.000,- CKP Piutang 90.000 90.000 Kerugian Piutang 90.000 Piutang 90.000 6 Okt'05 Pernyataan Ny Nia akan melunasi hutang Piutang CKP 90.000 90.000 Piutang 90.000 Kerugian Piutang 90.000 10 Okt'05 Penerimaan uang dari Piutang yang dihapus Kas piutang 90.000 90.000 Kas Piutang 90.000 90.000 Jika pernyataan Piutang terjadi pada tahun 2006, maka jurnalnya : Transaksi 2006 Pernyataan Ny Nia Metode Cadangan Piutang CKP 90.000 90.000 Metode Penghapusan Langsung Piutang 90.000 Penerimaan 30 Transaksi Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung akan melunasi hutang 2006 Penerimaan uang dari Piutang yang dihapus Piutang yang Dihapus Kas 90.000 Piutang 90.000 90.000 Kas 90.000 Piutang 90.000 BAB IV PERSEDIAAN BARANG A. Pengertian Persediaan Barang Didalam Akuntansi yang dimaksud persediaan adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan dijual / dikonsumsikan untuk memperoleh pendapatan dalam siklus operasi normal perusahaan. Istilah untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki suatu perusahaan tergantung pada jenis perusahaan : 1. Usaha Dagang, dinamakan “Persediaan barang Dagangan”, yaitu barang-barang yang dibeli untuk dijual kembali. 2. Usaha manufaktur, jenis persediaannya dinamakan : a) Bahan Baku dan Penolong Bahan Baku adalah : barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Bahan Penolong adalah ; barng-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Contoh : Perusahahaan Meubel, bahan baku terdiri dari kayu, besi, rotan, sedangkan bahan penolongnya antara lain paku, cat, lem, kayu, dan amplas b) Supplies pabrik adalah : barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi, seperti ; oli mesin, bahan pembersih mesin c) Barang dalam proses adalah : barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal Neraca barang-barang tersebut belum selesai dikerjakan, jadi untuk dijual masih diperlukan pengerjan lebih lanjut d) Produk selesai adalah : barang-barang yang sudah selesai proses prouksinya dan menunggu saat penjualannya Persediaan untuk perusahaan dagang / manufaktur jumlahnya akan mempengaruhi Neraca dan Laporan Rugi Laba, sehingga persediaan yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualannya) yang akan dilaporkan dalam laporan Rugi laba dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam Neraca. Jumlah persediaan yang dimiliki antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain berbeda-beda. Tetapi didalam Neraca, jumlah persediaan terkadang merupakan bagian terbesar dari seluruh Aktiva lancar yang dimiliki. Sehingga pengelolaan serta penentuan jumlah persediaan dalam suatu periode sangat penting. Jika jumlah persediaan yang dimiliki terlalu besar maka perusahaan akan menanggung sejumlah biaya penyimpanan, dan jika persediaan terlalu kecil maka perusahaan akan menanggunng biaya pemesanan karena harus sering melakukan pemesan serta konsumen akan beralih pada perusahaan lain karena kurangnya persediaan yang dimiliki. Didalam Laporan Rugi Laba, persediaan berperan sangat penting untuk menentukan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode. Didalam menentukan Laba Kotor maka harus diketahui Harga Pokok Penjualan (Penjualan – HPP), dimana komponen HPP meliputi Persediaan Awal, Pembelian dan Persediaan Akhir. B. Masalah Kepemilikan Persediaan Barang 31 Dasar pencatatan apakah suatu barang sudah dapat dicatat sebagai persediaan adalah berdasarkan “Hak Pemilikan” . Keadaan-keadaan yang menyebabkan kesulitan dalam menentukan perpindahan hak atas barang adalah : 1. Barang-barang dalam perjalanan (Goods in Transit) Sulit menentukan brang-barang yang pada tanggal Neraca masih dalam perjalanan, yaitu masih menjadi milik penjual / pembeli. Sehingga harus diketahui syarat-syarat pengiriman barang-barang. Syarat pengiriman barang ada 2 macam : a. FOB (Free on Board) Shipping Point Yaitu : hak atas barang yang dikirim berpindah kepada pembeli ketika barang tersebut diserahkan kepada pihak pengangkut (pada saat penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan. Kelemahan FOB Shipping point adalah pengakuan hak seperti itu sulit dilakukan dalam praktek karena pembeli tidak tahu kapan barangnya dikirim, sehingga agar pencatatannya mudah maka pembeli akan mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada waktu barng-barang tersebut sudah diterima, sedangkan penjual akan mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada waktu mengirimkan barang tersebut. Hal tersebut akan menjadi masalah jika pada tanggal penyusunan laporan keuangan ada barang-barang yang masih dalam perjalanan, sehingga agar laporan keuangan benar maka harus ditentukan hak atas pemilikan barang tersebut. b. FOB Destination Yaitu : hak atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang dikirim sudah diterima oleh pembeli (perpindahan hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli). Pada saat tersebut : - Penjual : mengurangi persediaan dan menambah penjualan - Pembeli : menambah persediaan dan mencatat pembelian Kelemahan FOB Destination adalah penjual kesulitan menentukan kapan barang-barang tersebut sampai kepembeli. Hal tersebut menjadi masalah / penyimpangan yaitu penjual sedah mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada saat mengirimkan barang tersebut, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada saat menerima barang-barang tersebut. Sehingga pada tanggal Neraca harus ditentukan dengan jelas barang dalam perjalanan milik siapa agar jumlah persediaan dapat ditentukan dengan benar. 2. Barang-barang yang dipisahkan (Segregated Goods) Untuk suatu kontrak penjualan dalam jumlah besar pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang-barang yang dipisahkan tersendiri maksudnya untuk memenuhi kontrakkontrak / pesanan-pesanan walaupun belum dikirim, dan haknya sudah berpindah pada pembeli. Sehingga pada tanggal penyusunan laporan keuangan jika ada barang-barang yang dipisahkan maka oleh penjual harus dicatat sebagai penjualan dan mengurangi persediaan. Pembeli juga mencatat pembelian dan menambah persediaannya. 3. Barang-barang konsinyasi (Consignment Goods) Adalah : cara penjualan titipan Sebelum barang-barang yang dititipkan laku terjual, maka haknya masih tetap pada yang menitipkan (Consignor) dan masih menjadi persediaan pihak yang menitipkan. Pihak yang menerima titipan (Consignee) tidak punya hak atas barang tersebut sehingga tidak mencatatnya sebagai persediaan. Jika barang tersebut sudah laku dijual maka Consignee membuat laporan kepada Consignor dan setelah menerima laporan maka Consignor mencatat penjualan dan mengurangi persediaannya. 4. Penjualan Angsuran (Installment Sales) Hak atas barang masih pada penjual sampai seluruh barang barang / harga jualnya dilunasi. - Penjual : melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaan dikurangi jumlah yang sudah dibayar. - Pembeli : melaporkan barang teresbut dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibayarkan. Beberapa cara pencatatan penjualan angsuran : a. Dibeli mesin seharga Rp. 40.000.000,- dan pembayarannya akan diangsur selama 4 tahun dengan bunga 10 % setahun. Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian dan angsurannya. # jurnal pembelian mesin : Mesin Rp. 40.000.000,Utang Rp. 40.000.000,# jurnal pada akhir tahun pertama : Utang Rp. 10.000.000,- 32 Biaya Bunga 4.000.000,Kas Rp. 14.000.000,(Bunga = 10% x Rp. 40.000.000,-) # jurnal pada akhir tahun kedua : Utang Rp. 10.000.000,Biaya Bunga 3.000.000,Kas Rp. 13.000.000,(Bunga = 10% x (Rp. 40.000.000,- - Rp. 10.000.000,-)= Rp. 3.000.000,-) b. Mesin dibeli seharga Rp. 25.000.000,- diangsur selama 5 tahun, setiap tahunnya Rp. 5.000.000,- tanpa bunga. Jika dibeli tunai harga mesin tersebut Rp. 20.000.000,-. Keterangan : - dengan cara penjualan tersebut maka bunga selama angsuran inklusif dalam harga mesin - Harga Perolehan (Cost) mesin adalah sebesar harga tunainya dan selisihnya dicatat sebagai biaya bunga Soal : Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian mesin serta angsuran setiap tahunnya ! # jurnal pembelian mesin : Mesin Rp. 20.000.000,Biaya Bunga 5.000.000,Utang Rp. 25.000.000,# jurnal pada akhir tahun pertama : Utang Rp. 5.000.000,Kas Rp. 5.000.000,# jurnal penyesuaian : Cadangan Bunga Rp. 4.000.000,Biaya Bunga Rp. 4.000.000,Keterangan : - Cadangan bunga dalam Neraca dikurangkan pada jumlah utang pembelian mesin sehingga dapat menunjukkan nilai tunai utang pada tanggal Neraca # jurnal “Penyesuaian Kembali” : Biaya Bunga Rp. 4.000.000,Cadangan Bunga Rp. 4.000.000,# jurnal pada akhir tahun kedua : Utang Rp. 5.000.000,Kas Rp. 5.000.000,# jurnal penyesuaian : Cadangan Bunga Rp. 3.000.000,Biaya Bunga Rp. 3.000.000,# jurnal “Penyesuaian Kembali” : Biaya Bunga Rp. 3.000.000,Cadangan Bunga Rp. 3.000.000,C. Potongan Pembelian Potongan pembelian adalah potongan yang diterima karena transaksi pelunasan pembelian secara kredit masih dalam jangka waktu potongan, dan potongan pembelian merupakan pengurang terhadap Harga pokok Pembelian. Beberapa cara pencatatan potongan pembelian : 1. Pembelian dicatat dengan Harga Bruto 2. Pembelian dicatat dengan Harga Netto, ada 2 cara pencatatan yaitu dengan jumlah : a. Netto b. Bruto Contoh : pada tanggal 1 Desember 2004 dibeli barang dengan harga faktur Rp. 1.000.000,- syarat pembayaran 2/10, n/30. Pembayaran utang dilakukan pada tanggal 10 Desember 2004 (sehingga mendapat potongan 2%). Soal : Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dan pelunasannya dengan menggunakan : a. Harga Bruto b. Harga Netto ! a. Pembelian dan pelunasan dicatat dengan Harga Bruto # Tgl 1 Des’02 jurnal pembelian : Pembelian (persediaan barang) Rp. 1.000.000,- 33 Utang # Tgl 10 Des’02 jurnal pelunasan : Utang Potongan pembelian Kas Rp. 1.000.000,Rp. 1.000.000,Rp. 20.000,980.000,- Jika pembayaran / pelunasan dilakukan setelah tanggal 10 Desember 2004 maka tidak ada potongan pembelian, jurnalnya : Utang Rp. 1.000.000,Kas Rp. 1.000.000,- b. Pembelian dan pelunasan dicatat dengan Harga Nettto # ada 2 cara dalam mencatat Utang, yaitu dengan jumlah Netto atau dengan jumlah Bruto Utang Dicatat Netto Utang Dicatat Bruto 1 Des’02 1 Des’02 Pembelian (Persd brg) 980.000,Pembelian (Persd brg) 980.000,Utang 980.000,Cad. Pot. Pembelian 20.000,Utang 1.000.000,10 Des’02 Utang 980.000,10 Des’02 Kas 980.000,Utang 1.000.000,Cad.Pot.Pembelian 20.000,Kas 980.000,Jika pembayaran dilakukan setelah tanggal 10 Desember 2004 : Utang Dicatat Netto Utang Dicatat Bruto Utang 980.000,Utang 1.000.000,Potongan pembel. yg hilang 20.000,Kas 1.000.000,Kas 1.000.000,Pot.pembel.yg hilang 20.000,Cad.Pot.pembelian 20.000,- D. Metode Pencatatan Persediaan Barang Pencatatan terhadap persediaan barang dapat dilakukan dengan 2 metode : 1. Metode Fisik (Metode Periodik) 2. Metode Buku (Metode Pepertual) 1. Metode Fisik (Metode Periodik) Dalam metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada / persediaan (stock opname) pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah barang yang masih ada untuk memperhitungkan Harga pokoknya. Dalam metode ini setiap pembelian barang hanya dicatat dalam rekening pembelian dan tidak diikuti dengan mutasi persediaan barang dalam buku-buku, akibatnya Harga pokok Penjualan tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. harga Pokok Penjualan akan diketahui jika persediaan akhir digudang sudah dihitung. Kelemahan metode fisik : a. Jika akan menyusun laporan keuangan jangka pendek (interim) maka harus mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang, sehingga jika barang yang dimiliki jenis dan jumlahnya banyak maka butuh waktu lama dan laporan keuangan akan terlambat disajikan. b. Tidak dapat diketahui jumlah persediaan yang dimiliki sewaktu-waktu. Rumus perhitungan harga Pokok Penjualan (HPP): Persediaan Barang (Awal) Pembelian Biaya Angkut Pembelian Potongan Pembelian Retur Pembelian Jumlah Pembelian Bersih Rp. Xxx,Rp. Xxx,Xxx,- (+) Rp. Xxx,- Rp. Xxx,Xxx,- (+) Xxx,- (-) Xxx,- (+) 34 Tersedia untuk Dijual Persediaan Akhir Rp. Xxx,Xxx,- (-) HPP Rp. Xxx,- 2. Metode Buku (Metode Pepertual) Dalam Metode Buku, setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan “Buku Pembantu Persediaan” dengan rinciannya dalam “Rekening control Persediaan Barang” dalam buku Besar. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan, sehingga jumlah persediaan dapat diketahui sewaktu-waktu dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Setiap satu tahun sekali perlu dilakukan perhitungan fisik untuk mengecek apakah jumlah barang digudang sesuai dengan rekening persediaan. Jika terdapat selisih harus diteliti sebabnya. Selisih tersebut normal (susut / rusak) ataukah tidak normal (diselewengkan). Jika jumlah barang dalam gudang lebih kecil dari rekening persediaan maka rekening persediaan dikurangi, dan jika jumlah barang dalam gudang lebih besar dari rekening persediaan maka rekening persediaan ditambah. Selisih persediaan untuk Metode Buku tidak termasuk dalam HPP (harus dicatat tersendiri). E. Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Cara-cara untuk menghitung Harga pokok penjualan dan harga Pokok persediaan Akhir : 1. Identifikasi khusus 2. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) / First In First Out (FIFO) 3. Rata-rata Tertimbang 4. Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) / Last In First Out (LIFO) 5. Persediaan Besi / Minimum 6. Biaya Standar 7. Biaya Rata-rata Sederhana 8. Harga Beli Terakhir 9. Metode Nilai Penjualan Relatif 10. Metode Variabel Contoh : mutasi Persediaan Barang A adalah sebagai berikut 2001 1 Persediaan 200 kg @ Rp. 100,- = Rp. 20.000,Feb 9 Pembelian 300 kg 110,- = 33.000,10 Penjualan = 400 kg 15 Pembelian 400 kg 116,- = 46.400,18 Penjualan = 300 kg 24 Pembelian 100 kg 126,- = 12.600,1.000 kg Rp. 112.000,700 kg Pada tanggal 28 Februari berdasarkan perhitungan fisik digudang menunjukkkan jumlah 300 kg terdiri dari ; 2001 24 Pembelian 100 kg @ Rp. 126,- = Rp. 12.600,Feb 15 Pembelian 200 kg 116,- = 23.200,300 kg Rp. 35.800,- Jika terjadi Retur : a) Penjualan tanggal 10 Februari dikembalikan pada tanggal 12 Februari sebanyak 50 kg b) Pembelian tanggal 15 Februari dikembalikan pada tanggal 17 Februari sebanyak 100kg 1. Identifikasi Khusus Dasar : arus barang harus sama dengan arus biaya. Metode ini dapat digunakan pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan persediaan dengan cara fisik / buku. Tiap jenis barang dipisahkan berdasarkan Harga Pokoknya dan masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui . Cara ini jarang digunakan karena menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang 35 yang luas. Untuk mengatasi kesulitan dalam metode ini, maka dapat digunakan metode-metode yang dasarnya “Arus Biaya”, yaitu : arus barang tidak harus sama dengan arus biaya. Metode-metode yang didasarkan pada arus biaya adalah FIFO, LIFO, Rata-rata Tertimbang. 2. MPKP / FIFO Harga Pokok yang dibebankan untuk penjualan / pemakaian barang adalah harga pokok yang paling terdahulu, kemudian baru yang masuk berikutnya . Pembahasan dari contoh menggunakan metode pencatatan secara Fisik maupun Buku, dengan mtode penentuan harga pokok FIFO : # Metode Fisik Berdasarkan jumlah persediaan akhir maka harga pokok penjualan = Rp. 112.000,- - Rp. 35.800,= Rp. 76.200,# Metode Buku (tanpa retur) Setiap persediaan dibuatkan kartu persediaan untuk mencatat mutasi persediaan : Barang A (MPKP) DITERIMA DIKELUARKAN SALDO Tanggal Qty P/kg Jumlah Qty P/kg Jumlah Qty P/kg (Rp) Jumlah (Rp) (Rp) 2001 1 200,100,Feb 20.000,9 300 110,33.000,200,100,- 20.000,300,110,- 33.000,10 200 100,20.000,200 110,22.000,- 100,110,- 11.000,15 400 116 46.400 100,110,- 11.000,400,116,- 46.400,18 100 110,11.000,200 116,23.200,- 200,116,- 23.200,24 100 126,12.600,200,116,- 23.200,100,126,- 12.600,Berdasarkan kartu persediaan Barang A, maka jumlah persediaan tanggal 28 Februari adalah sebesar 300 kg dengan Harga pokok Rp. 35.800,- (hasil sama dengan metode fisik). # Metode Buku (dengan retur) Setiap persediaan dibuatkan kartu persediaan untuk mencatat mutasi persediaan : Barang A (MPKP) DITERIMA DIKELUARKAN SALDO Tanggal Qty P/kg Jumlah Qty P/kg (Rp) Jumlah Qty P/kg Jumlah (Rp) (Rp) 2001 1 200 100,Feb 20.000,9 300 110,- 33.000,200 100,- 20.000,300 110,- 33.000,10 200 100,20.000,200 110,22.000,100 110,- 11.000,12 (50) (100,-) (5.000,-) 50 100,5.000,100 110,- 11.000,15 400 116,46.400, 50 100,5.000,100 110,- 11.000,400 116,- 46.400,17 (50) 100,5.000,50 110,5.500,(50) 110,5.500,400 116,- 46.400, Akibat penggunaan Harga Pokok atas dasar MPKP terlihat ketika ada retur pembelian tanggal 17 Februari : retur pembelian 100 kg dibeli dengan harga @ Rp. 116,-, seharusnya hutang akan berkurang Rp. 11.600,- tetapi berkurangnya persediaan hanya Rp. 10.500,- sehingga terdapat selisih Rp. 1.100,- dan dicatat dengan jurnal : Utang Rp. 11.600,Persediaan Barang Rp. 10.500,Selisih Persediaan 1.100,- 36 3. Rata-rata Tertimbang Barang-barang yang dipakai untuk produksi / dijual dibebani Harga Pokok Rata-rata, yaitu : Harga Perolehan Kuantitas # Metode Fisik - Perhitungan persediaan akhir Feb 1 Persediaan 9 Pembelian 15 Pembelian 24 Pembelian 200 kg 300 400 100 1.000 kg @ Rp. 100,110,116,126,- = = = = Rp. 20.000,33.000,46.400,112.000,112.000,- Rp. 112.000,- Harga Pokok Rata-rata Tertimbang =, = Rp. 112/kg 1.000 - Persediaan barang pada tanggal 28 Februari’01 = 300 kg @ Rp. 112,- = Rp. 33.600,- - Harga Pokok Penjualan = Rp. 112.000,- - Rp. 36.600,- = Rp. 78.400,# Metode Buku (tanpa retur) Barang A (Rata-rata Bergerak / Moving Average) DITERIMA DIKELUARKAN SALDO Tanggal Qty P/kg Jumlah Qty P/kg Jumla Qty P/kg Jumlah (Rp) (Rp) h (Rp) 2001 Feb 1 200 100, 20.000,9 300 110,- 33.000,500 106, 53.000,10 400 106- 42.400 100 106, 10.600,15 400 116,46.400 500 114, 57.000,18 300 24 100 126,- 12.600,- 114,- 34.200 200 300 114, 118, - 22.800,35.400,- - Harga pokok rata-rata/kg yang baru, dihitung setiap kali ada pembelian dan pengeluaran barang berikutnya. Contoh : pada tanggal 9 harga pokok rata-rata = Rp. 53.000,- : 500kg = Rp. 106,-. Harga pokok rata-rata ini dipakai untuk menghitung harga pokok pengeluaran barang tanggal 10 dan seterusnya. # Metode Buku (dengan retur) - Retur Penjualan : jika diterima sebelum ada pembelian baru tidak masalah, tetapi jika sudah ada pembelian baru maka Harga pokok Rata-ratanya berbeda sehingga perlu dihitung Harga Pokok Rata-rata yang baru. - Retur Pembelian : jika Harga Pokok Rata-rata tidak sama dengan Harga Beli maka selisihnya dibebankan pada Rekening Selisih Persediaan Contoh : Febr’01 12 16 25 Diterima kembali barang yang dijual pada tanggal 10 Februari sebanyak 50 kg Diterima kembali barang yang dijual pada tanggal 10 Februari sebanyak 75 kg Dikembalikan barang yang dibeli pada tanggal 24 Februari sebanyak 25 kg 37 Barang A (METODE RATA RATA TERTIMBANG DENGAN RETUR) DITERIMA DIKELUARKAN Tanggal Qty P/kg Jumlah Qty P/kg Jumlah Qty (Rp) (Rp) 2001 1 200 Feb 9 300 110,- 33.000,500 10 12 15 400 116,- 24 100 126,- 25 Feb’01 106,- 20.000,53.000,- 106,- 42.400,- 100 106,- 10.600,- (50) (106,-) 5.300,- 150 550 106,113,27 15.900,62.300,- (75) 300 (106,-) 112,40 7.950,33.720,- 625 325 112,40 112,40 70.250,36.350,- 425 115,60 49.130,- 400 115,60 46.240,- 12.600,- 25 (25) (115,60) (2.890,-) - Jurnal untuk mencatat transaksi pengembalian barang : 12 Feb’01 Retur Penjualan Piutang Penjualan Barang HPP 16 Feb’01 100,- 400 46.400,- 16 18 SALDO P/kg Jumlah (Rp) Retur Penjualan Piutang Penjualan Barang HPP sebesar harga jual 5.300,5.300,- sebesar harga jual 7.950,7.950,- Utang Selisih Persediaan Persediaan Barang 4. 3.150 260,2.890,- MTKP / LIFO Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang dibebani Harga Pokok Pembelian yang terakhir, untuk selanjutnya yang masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan Harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya. Feb # Metode Fisik 1 Persediaan 200 kg 9 Pembelian 100 @ Rp. 100,110,- = = Rp. 20.000,11.000,- 300 kg 31.000,Harga Pokok Penjualan = Rp. 112.000,- - Rp. 31.000,- = Rp. 81.000,# Metode Buku Barang-barang yang dikeluarkan dapat dikreditkan dalam rekening persediaan dengan harga pokoknya pada waktu : 38 - - a. Akhir periode Setiap ada pengeluaran barang, yang dicatat dalam kolom pengeluaran hanya kuantitasnya saja sedangkan harga pokoknya baru dicatat pada akhir periode sekaligus. Dengan cara ini hasil perhitungan Persediaan Akhir dan HPP akan sama secara fisik. b. Setiap kali ada barang yang dikeluarkan Barang-barang yang dikeluarkan dicatat dalam kartu persediaan : Barang A (MTKP) DITERIMA DIKELUARKAN SALDO Tanggal Qty P/kg Jumlah Qty P/kg Jumlah Qty P/kg Jumlah (Rp) (Rp) (Rp) 2001 1 200 100,20.000,Feb 9 300 110,33.000,200 100,20.000,300 110,33.000,10 300 110,33.000,100 100,10.000,100 100,10.000,15 400 116,46.400 100 110,11.000,400 116,46.400,18 300 116,34.800,100 100,10.000,100 116,11.600,24 100 126,12.600,100 100,10.000,100 116,11.600,100 126,12.600,Persediaan akhir = 100 kg @ 100,- = 10.000,100 116,- = 11.600,100 126,- = 12.600,300 kg 34.200,Harga pokok penjualan dapat dilihat dalam rekening Harga Pokok Penjualan = Rp. 33.000,- + Rp. 10.000,- + Rp. 34.800,- = Rp. 77.800,- * Perbandingan Persediaan Akhir & HPP antara Metode Fisik & Buku menggunakan MTKP * Hasil perhitungan persediaan akhir & HPP antara metode fisik dan buku tidak sama. Selish Harga Pokok Persediaan adalah : Rp. 34.200,- - Rp. 31.000,- = Rp. 3.200,Sebab perbedaan adalah adanya perbedaan Harga Pokok per kg dari barang yang dikeluarkan tanggal 10 dan 18 Februari. - Cara Fisik : Tgl 18 Feb : 100 kg @ Rp. 126,- = Rp. 12.600,200 116,- = 23.200,Rp. 35.800,Tgl 10 Feb : 200 kg @ Rp. 116,- = Rp. 23.200,200 110,- = 22.000,45.200,Rp. 81.000,- Cara Buku Tgl 18 Feb : 300 kg @ Rp. 116,- = Rp. 34.800,Tgl 10 Feb : 300 kg @ Rp. 110,- = Rp. 33.000,100 100,- = 10.000,43.000,Rp. 77.800,Rp. 3.200,Selisih Dalam MTKP, jika terjadi Retur Penjualan / retur Pembelian maka barang-barang yang dikembalikan dicatat dengan Harga Pokok Terakhir. Selisih antara Harga Retur dan harga Belinya dicatat dalam “Rekening Selisih Persediaan”. 39 Untuk perusahaan yang memiliki persediaan dengan jenis yang banyak, maka penggunaan MTKP untuk masing-masing jenis persediaan butuh waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan cara : “MTKP NILAI RUPIAH PERSEDIAAN” (untuk menghitung persediaan akhir). “MTKP NILAI RUPIAH PERSEDIAAN” Metode MTKP dapat digunakan dengan metode nilai rupiah dari persediaan dimana yang digunakan sebagai pengukur adalah “Rupiah”. Semua jenis persediaan barang yang sama dimasukkan dalam satu kelompok dan kenaikan persediaan dengan indeks dihitung ats dasar perubahan jumlah rupiahnya. Pengelompokkan barang bisa dilakukan atas dasar kelompok-kelompok besar / bagian-bagian (seksi-seksi) dalam perusahaan. Metode ini memerlukan data Indeks harga setiap periode karena adanya perubahan nilai uang. Indeks tersebut diigunakan untuk membandingkan persediaan dalam dua tanggal yang berbeda agar dapat diketahui apakah ada kenaikan / penurunan persediaan. Contoh 1 : Pada tanggal 31 Des’01 persediaan barang seharga Rp. 1.500.000,Pada tanggal 31 Des’02 persediaan barang seharga Rp. 1.650.000,Jika dalam tahun 2002 tidak ada perubahan tingkat harga maka bisa dikatakan persediaan bertambah 10% Contoh 2 : Persediaan barang tanggal 31 Des’02 Rp. 2.100.000,- (dengan harga pada tanggal tersebut). Diketahui selama tahun 2002 terjadi kenaikan hara barang-barang tersebut sebesar 10%. Maka nilai persediaan tanggal 31 Des’02 dengan nilai rupiah 31 Des’01 adalah : Rp. 2.100.000,- : 1,10 = Rp. 1.909.090,Jika diketahui persediaan barang tanggal 31 Des’01 sebesar Rp. 1.750.000,- maka kenaikan persediaan adalah Rp. 1.909.090,- - Rp. 1.750.000,- = Rp. 159.090,-. Untuk tujuan penentuan jumlah persediaan dengan cara MTKP maka kenaikan persediaan dengan indeks ini harus dinyatakan dengan harga 31 Des’01, yaitu : Rp. 159.090,- x 1,10 = Rp. 175.000,Persediaan barang pada tanggal tertentu ditentukan jumlahnya dengan mengadakan perhitungan fisik kemudian diberi harga pada tanggal tersebut (nilai penggantinya). Jika terjadi penurunan persediaan maka penurunan tadi dikurangkan pada kenaikan persediaan dengan indeks terakhir, kemudian persediaan dengan indeks sebelumnya, dan seterusnya. Contoh 3 : (Penggunaan metode MTKP nilai rupiah) Diketahui indeks harga barang-barang : Indeks Harga barng-barang Indeks 31 Des’99 100 (tahun dasar) 31 Des’00 110 31 Des’01 115 31 Des’02 124 Persediaan barang tanggal 31 Des’99 (tahun dasar) = Rp. 1.000.000,Pada tanggal 31 Des’99 mulai dipakai metode MTKP Nilai Rupiah. 31 Desember 2000 Jumlah persediaan pada tanggal 31 Des 2000 = Rp. 1.200.000,Perhitungan jumlah persediaan dengan metode MTKP nilai rupiah : Persediaan 31 Des’00 dengan harga dasar : Rp. 1.200.000,- : 1,10 Persediaan 31 Des’99 dengan harga dasar : Kenaikan persediaan tahun 2000 dengan harga dasar Rp. 1.090.909,1.000.000,Rp. 90.909,- Kenaikan persediaan dengan indeks 2000 dengan harga sekarang : Rp. 90.909,- x 1,10 = Rp. 99.999,99,Nilai persediaan tanggal 31 Desember 2000 dengan MTKP nilai rupiah : Rp. 1.000.000,- + Rp. 99.999,99,- = Rp. 1.099.999,99 40 31 Desember 2001 Jumlah persediaan pada tanggal 31 Des 2001 = Rp. 1.450.000,Perhitungan jumlah persediaan dengan metode MTKP nilai rupiah : Persediaan 31 Des’01 dengan harga dasar : Rp. 1.450.000,- : 1,15 Persediaan 31 Des’00 dengan harga dasar : Kenaikan persediaan tahun 2000 dengan harga dasar Rp. 1.260.870,1.090.909,Rp. 169.961,- Kenaikan persediaan dengan indeks 2001 dengan harga sekarang : Rp.169.961,- x 1,15 = Rp. 195.455,1 Nilai persediaan tanggal 31 Desember 2001 dengan MTKP nilai rupiah : Rp. 1.099.999,99 + Rp. 195.455,15- = Rp. 1.295.455,14 31 Desember 2002 Jumlah persediaan pada tanggal 31 Des 2002 (dengan ahrga 31 Des’02) = Rp. 1.300.000,Perhitungan jumlah persediaan dengan metode MTKP nilai rupiah : Persediaan 31 Des’02 dengan harga dasar : Rp. 1.048.387,Rp. 1.300.000,- : 1,24 Persediaan 31 Des’01 dengan harga dasar : 1.260.870,Penurunan persediaan tahun 2002 dengan harga dasar Rp. 212.483,Penurunan persediaan dengan indeks 2001 : Rp. 169.961,- x 1,15 = Rp. 195.455,Penurunan persediaan dengan indeks 2000 : Rp. 42.522,-x 1,10 = 46.774,* (212.483,- - 169.961,- = 42.522,-) Rp. 242.229,Nilai persediaan tanggal 31 Desember 2002 dengan MTKP nilai rupiah : Rp. 1.295.455,14+ Rp. 242.229,- = Rp. 1.537.684,14 Untuk menentukan MTKP Nilai Rupiah, maka dihitung dahulu perbedaan persediaan dengan harga dasar. Perbedaan tersebut dikalikan dengan indeksnya, kemudian ditambahkan / dikurangkan pada persediaan awal periode yang bersangkutan. 5. PERSEDIAAN BESI Metode ini beranggapan : perusahaan memerlukan suatu jumlah persediaan minimum (besi) untuk menjaga kontinuitas usahanya. Persediaan minimum (besi) dianggap sebagai elemen yang ahrus selalu tetap, sehingga dinilai dengan : “Harga Pokok yang Tetap” (biasanya diambil dari pengalaman yang lalu dimana harga pokok itu nilainya rendah. Pada akhir periode jumlah barang digudang dihitung, jumlah persediaan besi dinilai dengan harga pokok yang tetap. Selisih antara jumlah barang yang ada dengan jumlah persediaan besi dinilai dengan : harga pada saat tersebut (dengan metode MTKP, Rata-rata Tertimbang / metode lain-lain. Contoh : PT ABC menetapkan persediaan besi sebesar 1.000 unit dengan harga pokok Rp. 250,-/unit. Pada tanggal 31 Desember 2002 perhitungan fisik menunjukkan jumlah persediaan sebanyak 1.300 unit. Harga Pokok barang-barang tersebut pada tanggal 31 Desember 2002 adalah Rp. 400,-/unit. - Nilai persediaan barang tanggal 31 Desember 2002 : Persediaan besi 1.000 unit @ Rp. 250,- = Kelebihan diatas persed.besi 300 unit 400,- = Nilai persediaan 1.300 unit Rp. 250.000,120.000,Rp. 370.000,- - Jika persediaan barang tanggal 31 Desember 2002 adalah 800 unit, maka nilai persediaan: Persediaan besi 1.000 unit @ Rp. 250,- = Rp. 250.000,Kekurangan dibwh prsd.bs 200 unit 400,- = 80.000,Nilai persediaan 800 unit Rp. 170.000,Kadang-kadang persediaan tanggal 31 Desember 2002 tidak dicantumkan sebesar Rp. 170.000,- tetapi tetap dicantumkan sebesar Rp. 250.000,- dikurangi cadangan penurunan persediaan sebesar Rp. 80.000,Jurnal untuk membentuk “Cadangan penurunan persediaan” : HPP 80.000,Cadangan penurunan persediaan 80.000,- 41 Pembelian barang pada awal periode berikutnya sampai sejumlah Rp. 80.000,- dibebankan ke rekening Cadangan penurunan persediaan, dengan jurnal : Cadangan penurunan persediaan 80.000,Utang / Kas 80.000,Hasil perhitungan dengan Metode Besi hampir sama dengan hasil perhitungan MTKP karena jumlah persediaan minimum selalu tetap sehingga HPP terdiri dari pembelian-pembelian baru. 6. BIAYA STANDAR Dalam perusahaan manufaktur yang menggunakan system biaya standar, akan menilai persediaan dengan menggunakan “Biaya Standar”. Yang dimaksud dengan Biaya Standar adalah biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Sedangkan “Biaya Standar Ditentukan Dimuka” adalah sebelum proses produksi dimulai, untuk Bahan Baku, Biaya tenaga Kerja Langsung dan biaya Produksi Tidak Langsung. Jika diantara biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standar terdapat perbedaan, maka dicatat sebagai selisih. Untuk HPP (tidak termasuk kerugian-kerugian yang timbul karena pemborosan-pemborosan dan hal-hal yang tidak biasa), jika tidak ada perubahan harga maupun metode produksi maka biaya standar terus digunakan. 7. BIAYA RATA RATA SEDERHANA Harga Pokok persediaan ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa melihat jumlah barangnya. Contoh : Feb 1 Persediaan Awal 100 unit @ Rp. 100,9 Pembelian 300 unit 110,15 Pembelian 400 unit 116,24 Pembelian 100 unit 126,100,- + 110,- +116,- + 126,= Rp. 113,4 Jika jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka metode ini tidak menghasilkan Harga Pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan. Harga pokok rata-rata/unit 8. = HARGA BELI TERAKHIR Persediaan barang pada akhir periode dinilai dengan Harga Pokok Pembelian terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi jumlah yang dibeli terakhir. Contoh : Pembelian terakhir terjadi pada tanggal 24 Februari sebanyak 100 unit dengan harga Rp. 126,-/unit. Persediaan barang pada tanggal 31 Desember 2001 sebanyak 300 unit. Jadi Nilai persediaan pada tanggal 28 Februaari adalah : 300 x Rp. 126,- = Rp. 37.800,-. 9. METODE NILAI PENJUALAN RELATIF Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama (Joint Cost) kepada masing-masing produk yang dihasilkan / dibeli. Masalah alokasi dapat timbul dalam : a. Perusahaan Dagang Jika dibeli beberapa barang yang harganya jadi satu, maka timbul masalah berapakah harga pokok masing-masing barang tersebut. Pembagian biaya bersama dilakukan berdasarkan nilai penjualan relative dari masingmasing barang tersebut. Contoh : Perusahaan Real Estate membeli tanah seharga Rp. 90.000.000,-. Biaya perataan tanah, pembuatan saluran air, dan lain-lain Rp. 10.000.000,-. Tanah tersebut dibagi menjadi 4 kelas, yaitu A,B,C,D. Tiap kelas dibagi lagi menjadi kapling-kapling dan akan dijual dengan harga : Kelas A = 6 kapling harga jual = @ Rp. 6.000.000,Kelas B = 5 kapling harga jual = 5.000.000,Kelas C = 3 kapling harga jual = 3.000.000,Kelas D = 2 kapling harga jual = 2.000.000,- 42 Harga pokok tanah yang dibeli : Rp. 90.000.000,- + Rp. 10.000.000,= Rp. 100.000.000,-. Akan dialokasikan kepada masing-masing kelas dengan cara : Hrg jual Kls A = @ Rp. 6.000.000,- = Rp. 36.000.000,- = 50% Hrg jual Kls B = 5.000.000,- = 25.000.000,- = 33% Hrg jual Kls C = 3.000.000,- = 9.000.000,- = 12% Hrg jual Kls D = 2.000.000,- = 4.000.000,- = 5% Jumlah harga jual seluruh kelas Rp. 74.000.000,100% Alokasi harga pokok tanah untuk : - Jml Harga Pokok Kplg Per Kapling 50% x Rp. 100.000.000,- = Rp. 50.000.000,6 Rp. 8.333.333,33% x 100.000.000,- = 33.000.000,5 6.600.000,12% x 100.000.000,- = 12.000.000,3 4.000.000,5% x 100.000.000,- = 5.000.000,2 2.500.000,Misalnya Kelas A dijual 3 kapling, dengan harga Rp 15.000.000 per kapling, maka Laba Bruto : Harga Jual 3x Rp. 15.000.000,- = Rp. 45.000.000,Harga pokok 3x 8.333.333,- = 25.000.000,Laba bruto Rp.20.000.000,Jumlah Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D = = = = - - - Penjualan Kelas A dicatat dengan jurnal (jika laba): Kas / Piutang Rp45.000.000,Kapling A no1-3 Laba Rp25.000.000,Rp20.000.000,- Penjualan Kelas A dicatat dengan jurnal (jika rugi): Kas / Piutang Rp......,Rugi Rp......,Kapling A no …. Rp....,- b. Perusahaan manufaktur Dalam beberapa perusahaan manufaktur, suatu proses produksi akan menghasilkan beberapa produk sekaligus (disebut produk bersama). Biaya-biaya produksi untuk menghasilkan produk bersama disebut Biaya Berasama (Joint Us) dan daapt dialokasikan kepada masing-masing produk dengan menggunakan Metode Penjualan Relatif. Contoh : PT ABC menghasilkan 2 macam produk dari proses produksinya yaitu : Produk A dan B. Data yang berhubungan dengan produksi dan penjualan untuk bulan Agustus 2002 adalah sebagai berikut : Biaya Jumlah Bahan Baku Rp. 3.800.000,Upah Langsung 2.900.000,Biaya Produksi Tidak langsung 2.300.000,Jumlah Rp. 9.000.000,Produk yang dihasilkan Produk A 1.000 unit Produk B 500 unit Produk yang Dijual 900 unit @ Rp. 7.500,250 unit @ 10.000,- Pembagian biaya bersama kepada produk A dan B : Nilai penjualan produk yang dihasilkan Jumlah % Produk A = 1.000 unit @ Rp. 7.500,Rp. 7.500.000,60% Produk B = 500 unit @ 10.000,5.000.000,40% jumlah Rp. 12.500.000,- 100% Alokasi biaya produksi bersama Produk A = 60% x Rp. 9.000.000,Produk B = 40% x Rp. 9.000.000,- Jumlah Rp. 5.400.000,3.600.000,- unit 1.000 500 Harga Pokok / unit Rp. 5.400 7.200 43 Setelah Harga Pokok / unit diketahui maka Persediaan Akhir dan HPP dapat diketahui : Persediaan Akhir : Produk A (1.000 - 900) x Rp. 5.400,= Rp. 540.000,Produk B ( 500 - 250) x 7.200,= 1.800.000,Jumlah Rp. 2.340.000,Harga Pokok Penjualan : Produk A 900 x Rp. 5.400,= Rp. 4.860.000,Produk B 250 x 7.200,= 1.800.000,Jumlah Rp. 6.660.000,10. METODE BIAYA VARIABEL Harga Pokok produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani Biaya Produksi variable, yaitu Bahan baku, Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, Variabel. Biaya produksi tidak langsung yang tetap akan dibebankan sebagai biaya dalam periode yang bersangkutan dan tidak ditunda dalam persediaan. Metode ini berguna bagi pimpinan dalam merencanakan dan mengawasi biaya-biayanya. Biaya-biaya dalam metode ini harus dipisahkan antara biaya variable dan tetap, karena yang dinasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi hanya biaya-biaya variable maka metode ini tidak diterima sebagai prinsip akuntansi yang lazim. Sehingga apabila menggunakan metode ini maka pada akhir periode diadakan penyesuaian terhadap persediaan dan harga pokok Penjualan. BAB V PERSEDIAAN BARANG (LANJUTAN) A. Penilaian Persediaan Barang Penilaian persediaan barang adalah : menentukan nilai persediaan yang dicantumkan dalam Neraca (jumlahnya tergantung pada MEtode penilaian yang digunakan). Metode Penilaian persediaan ada 3 : 1. Metode Harga Pokok 2. Metode Harga Pokok atau harga Pasar yang Lebih Rendah 3. Metode Harga Jual 1. Metode Harga Pokok Harga Pokok persediaan barang ditentukan dengan cara : FIFO, Weighted Average, LIFO, dan lain-lain, yang hasilnya akan dicantumkan dalam Neraca tanpa ada perubahan. (Harga Pokok Persediaan dan Nilai persediaan dalam Neraca sama). 2. Metode Harga Pokok atau harga Pasar yang Lebih Rendah a. Cara penerapannya : bisa diterapkan pada masing-masing jenis persediaan, kelompok persediaan, atau kepada jumlah keseluruhan persediaan. Contoh : UD ABC memiliki persediaan barang dagangan pada tanggal 31 Desember 2005 sebagai berikut : 44 Jenis Barang Harga Pasar 20.000 35.000 55.000 24.000 32.000 56.000 20.000 32.000 95.000 88.000 125.000 129.000 220.000 217.000 275.000 273.000 88.000 125.000 Kelompok 1: Barang X Barang Z Kelompok 2: Barang W Barang Z Harga Pokok / Harga Pasar yang Lebih Rendah Maing– KelompokKeseluruhan masing Jenis kelompok Persediaan Persediaan Persediaan Harga Pokok 55.000 217.000 Jumlah 273.000 265.000 272.000 273.000 Nilai Persed. Nilai persediaan yang dicantumkan dalam Neraca jika Metode-metode Haraga Pokok atau harga pasar yang Lebih rendah diterapkan pada : - Masing-masing persediaan barang = Rp. 265.000,- Kelompok-kelompok Persediaan = 272.000,- Keseluruhan Persediaan = 273.000,Penerapan untuk masing-masing kelompok / keseluruhan persediaan barang akan menghasilkan nilai yang mendekati keadaan, akrena penurunan harga salah satu jenis barang akan diimbangi dengan kenaikan harga barang lain. b. Pencatatannya Jika persediaan dicatat dibawah Harga pokok (contoh ; harga pasar lebih rendah), maka ada 2 hal yang diperhatikan : - HPP / Harga Pokok barang-barang yang dipakai - Kerugian karena turunnya harga persediaan Prosedur-prosedur untuk mencatat aturan “Harga pokok tau harga pasar yang lebih rendah” ada 3 : 1) Metode pengurangan persediaan langsung, dimana kerugian penurunan harga persediaan tidak dilaporkan tersendiri 2) Metode pengurangan persediaan langsung, dimana hanya kerugian penurunan harga persediaan akhir yang dilaporkan tersendiri 3) Metode Cadangan persediaan, dimana kerugian penurunan harga persediaan awal dan akhir dilaporkan tersendiri Contoh : Tanggal Harga Pokok H. pokok / H. Pasar yang Lebih Rendah Selisih Kerugian 1 Jan’04 100.000 100.000 31 Des’04 120.000 95.000 25.000 31 Des’05 80.000 65.000 15.000 Cara pencatatan dan akibat penggunaan ke 3 metode tersebut terhadap Laporan Rugi laba adalah Sebagai berikut : - 1) Metode Pengurangan Persediaan langsung – Kerugian Tidak Disendirikan Harga Pokok Penjualan, Persediaan barang awal dan akhir dicatat dengan jumlah Harga Pokok / Harga Pasar yang Lebih Rendah Jika Harga Pasar lebih rendah dari Harga Pokok, maka HPP mengandung 2 elemen : HPP barang-barang yang dijual berdasarkan harga Pokok Kerugian penurunan harga persediaan barang - Metode Fisik : Tahun 2004 HPP 100.000 Persediaan Barang 100.000 (menutup persediaan awal) Persediaan Barang 95.000 HPP 95.000 (Mencatat persed.akhir dengan jumlah harga pokok / harga pasar yang lebih rendah) 45 Tahun 2005 HPP - 95.000 Persediaan Barang 95.000 (menutup persediaan awal) Persediaan Barang 65.000 HPP 65.000 (Mencatat persed.akhir dengan jumlah harga pokok / harga pasar yang lebih rendah) Metode Buku : Jika dipakai metode Buku, maka harus dibuat penyesuaian terhadap buku pembantu persediaan barang Tahun 2004 HPP 25.000 Persediaan Barang 25.000 (mengurangi nilai persediaan akhir menjadi jumlah Harga Pokok / Harga pasar yang lebih rendah) Tahun 2005 HPP 15.000 Persediaan Barang 15.000 (mengurangi nilai persediaan akhir menjadi jumlah Harga Pokok / Harga pasar yang lebih rendah) - 2) Metode Pengurangan Persediaan Langsung – Kerugian Penurunan Harga Persediaan Akhir Disendirikan Persediaan awal dan akhir dicatat dengan harga pokok / harga pasar yang lebih rendah Rugi laba dikredit dengan persediaan akhir sebesar harga pokoknya, selisihnya merupakan kerugian penurunan harga persediaan yang dicatat tersendiri Rekening HPP mengandung 2 elemen : - HP barang yang dijual berdasar Harga Pokok Penurunan harga persediaan awal periode Metode Fisik Tahun 2004 HPP 100.000 Persediaan Barang (menutup persediaan awal) 100.000 Persediaan Barang 95.000 Rugi Penurunan harga persediaan 25.000 HPP 120.000 (Mencatat persed.akhir dengan jumlah harga pokok / harga pasar yang lebih rendah) Tahun 2005 HPP 95.000 Persediaan Barang (menutup persediaan awal) Persediaan Barang 65.000 Rugi Penurunan harga persediaan 15.000 HPP (Mencatat persed.akhir dan menutup kerugian) - 95.000 80.000 Metode Buku : Jika dipakai metode Buku, maka harus dibuat penyesuaian terhadap buku pembantu persediaan barang Tahun 2004 Rugi penurunan harga persediaan 25.000 Persediaan Barang 25.000 (mengurangi nilai persediaan akhir menjadi jumlah Harga Pokok / Harga pasar yang lebih rendah) Tahun 2005 Rugi penurunan harga persediaan 15.000 Persediaan Barang 15.000 (mengurangi nilai persediaan akhir menjadi jumlah Harga Pokok / Harga pasar yang 46 lebih rendah) 3) Metode Cadangan Persediaan – Kerugian Penurunan Harga Persediaan Awal dan Akhir Disendirikan - Rekening HPP dan Persediaan Awal serta Akhir dicatat sebesar Harga Pokok Jika Harga Pasar lebih rendah maka kerugian penurunan persediaan awal periode dicatat tersendiri dan dikreditkan ke rekening cadangan. Rekening cadangan setiap periode disesuaikan dengan jumlah kerugian penurunan harga pada saat itu : jika kerugian penurunan harga persediaan akhir lebih besar dari kerugian penurunan harga persediaan awal periode, maka rekening cadangan ditambah ddan dibebankan sebagai kerugian - dan jika sebaliknya maka rekening cadangan dikurangi dan dicatat sebagai laba. Metode Fisik Tahun 2004 HPP 100.000 Persediaan Barang 100.000 (menutup persediaan awal) Persediaan Barang 120.000 Rugi Penurunan harga persediaan 25.000 HPP 120.000 Cadangan penurunan harga persediaan 25.000 (Mencatat persed.akhir dengan jumlah harga pokok dan mengakui kerugian) Tahun 2005 HPP Persediaan Barang (menutup persediaan awal) 120.000 120.000 Persediaan Barang 80.000 Cadangan penurunan harga persediaan 10.000 HPP 80.000 Laba dr pengurangan Cad. Penurunan hrg persd. 10.000 (Mencatat persed.akhir dengan jumlah HP dan mengakui kerugian. - Metode Buku : Jika dipakai metode Buku, maka harus tidak perlu dibuat penyesuaian terhadap buku pembantu persediaan barang Tahun 2004 Rugi penurunan harga persediaan 25.000 Cadangan penurunan harga persediaan 25.000 (mengurangi nilai persediaan akhir menjadi jumlah Harga Pokok / Harga pasar yang lebih rendah) Tahun 2005 Cadangan penurunan harga persediaan 10.000 Laba dr pengurangan Cad. Penurunan hrg persd. 10.000 (menyesuaikan perkiraan cadangan agar sesuai dengan rugi turunnya harga persediaan akhir). 47 LAPORAN RUGI LABA Hasil perhitungan pendapatan bersih untuk ketiga metode sama. 1) Metode pengurangan persediaan langsung - kerugian tidak disendirikan PERIODE’04 PERIODE’05 Penjualan 500.000 590.000 HPP : Persediaan Awal 100.000 95.000 Pembelian 180.000 215.000 Tersedia untuk dijual 280.000 310.000 Persediaan Akhir 95.000 65.000 185.000 245.000 Laba Bruto 315.000 345.000 Biaya Usaha 70.000 90.000 Penghasilan Bersih 245.000 255.000 2) Metode pengurangan persediaan langsung - kerugian penurunan disendirikan PERIODE’04 Penjualan 500.000 HPP : Persediaan Awal 100.000 Pembelian 180.000 Tersedia untuk dijual 280.000 Persediaan Akhir 120.000 160.000 Laba Bruto 340.000 Biaya Usaha 70.000 270.000 Rugi penurunan harga persediaan 25.000 Penghasilan Bersih 245.000 harga persediaan akhir PERIODE’05 590.000 95.000 215.000 310.000 80.000 230.000 360.000 90.000 270.000 15.000 255.000 3) Metode cadangan persediaan – rugi penurunan harga persediaan awal dan akhir disendirikan PERIODE’04 PERIODE’05 Penjualan 500.000 590.000 HPP : Persediaan Awal 100.000 120.000 Pembelian 180.000 215.000 Tersedia untuk dijual 280.000 335.000 Persediaan Akhir 120.000 80.000 160.000 255.000 Laba Bruto 340.000 335.000 Biaya Usaha 70.000 90.000 270.000 245.000 Rugi penurunan harga persediaan 25.000 0 Laba dari pengurangan cadangan rugi 0 10.000 Penurunan harga persediaan 0 0 Penghasilan Bersih 245.000 255.000 B. Kerugian Dalam Kontrak pembelian Barang 48 Kontrak pembelian barang sering diadakan antara perusahaan dengan supplier, dengan menentukan jumlah yang akan dibeli dengan harga tertentu, dimana sifatnya ada yang dapat diubah dengan persetujuan kedua belah pihak, tetapi ada yang tidak dapat diubah. Dalam kontrak yang tidak dapat diubah, jika terjadi penurunan harga sesudah kontrak dibuat tetapi sebelum saat pengiriman barang , maka kerugian penurunan harga diakui pada periode tersebut. Cara pencatatannya : Rugi dari kontrak pembelian Rp. xxx Taksiran rugi kontrak pembelian Rp. Xxx Rekening “Rugi penurunan harga” merupakan rekening nominal dan dicantumkan dalam rugi laba, sedangkan rekening “Taksiran kerugian kontrak pembelian” merupakan rekening utang (riil) dan dicantumkan dalam Neraca. Contoh : Pada awal Desember 2004 PT XYZ mengadakan kontrak pembelian barang sebanyak 2.500 unit dengan harga Rp. 1.000,-/unit dan akan diterima pada bulan Februari 2005. Pada akhir tahun 2004 harga pasar barang-barang tersebut Rp. 950,-/unit. Buatlah perhitungan serta jurnal untuk mencatat kerugian penurunan harga ! Perhitungan : Kerugian dari kontrak pembelian : Harga Kontrak : 2500 unit x Rp. 1.000,- = Rp. 2.500.000,Harga Pasar : 2500 unit x Rp. 950,- = 2.375.000,Rugi Rp. 125.000,Jurnal : 31 Des’04 Rugi dari kontrak pembelian 125.000,Taksiran rugi kontrak pembelian 125.000,(untuk mencatat kerugian penurunan harga dari kontrak pembelian) 31 Des’05 Pembelian Taksiran rugi kontrak pembelian Utang Dagang 2.375.000,125.000,2.500.000,- Untuk kontrak pembelian yang dapat diubah, jika terjadi perubahan harga, maka penurunan tersebut pada tanggal 31 Desember 2004 tidak dibuatkan jurnal, tetapi dalam Neraca dijelaskan adanya penurunan harga dalam catatan kaki. 3. Metode Harga Jual Penyimpangan dari prinsip harga pokok persediaan dalam menilai persediaan adalah : persediaan dicantumkan sebesar Harga Jual Bersihnya. Hal tersebut dapat diterima dengan syarat : 1. ada kepastian barang-barang tersebut dapat segera dijual dengan ahrga yang telah ditetapkan 2. merupakan produk standar, yang pasarnya mampu menampung serta sulit untuk menentukan harga pokoknya. Contoh : - produk dari tambang logam mulia : emas, perak - hasil-hasil pertanian, peternakan Didalam Neraca harus dijelaskan jika persediaan yang dicantumkan sebesar harga jualnya. C. Penilaian Persediaan kontrak jangka Panjang Pad akhir periode, dalam pekerjaan pembangunan jangka panjang (lebih dari satu periode akuntansi) akan timbul masalah mengenai penilaian persediaan dan penentuan lab/rugi untuk periode tersebut. Metode penilaian persediaan dalam kontrak jangka panjang ada 2, yaitu : 1. Metode Kontak Selesai (Completed Contract Method) 2. Metode Prosentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method) Contohnya pada penilaian persediaan pada perusahaan-perusahaan (kontraktor) yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berdasarkan kontrak untuk membuat gedung, perumahan, jembatan, jalan, bendungan/dam, dan lain-lain yang memerlukan jangka waktu penyelesaian lebih dari satu periode akuntansi. Soal : PT ABC menerima kontrak pembangunan saluran irigasi. Pelaksanaan kontrak dimulai tanggal 1 April 2004 dan diperkirakan selesai pada pertengahan tahun 2006, dengan harga kontrak Rp. 60.000.000,-. Datat lain yang diketahui : 49 Awal Proyek Keterangan 2004 2005 2006 - Taksiran biaya penyelesaian (akhir tahun) 48.000.000 48.000.000 51.000.000 - Biaya sesungguhnya terjadi 12.000.000 23.280.000 - Bagian-bagian harga kontrak yang difakturkan, berdasarkan % penyelesaian (25% selesai) (44% selesai) pekerjaan - = 15.000.000 = 26.400.000 - Pembayaran yang diterima dari bagian-bagian harga kontrak yang telah difakturkan 12.000.000 24.960.000 Perhitungan prosentase penyelesaian berdasarkan biaay penyelesaian : a) tahun 2004 : Biaya yang telah terjadi 12.000.000 x 100% = X 100% = 25% Taksiran Biaya 48.000.000 b) tahun 2005 : (12.000.000 + 23.280.000) - Prosentase penyelesaian = x 100% = 51.000.000 - Difakturkan th 2004 = = - Difakturkan th 2005 = = c) tahun 2006 : - Prosentase Penyelesaian = 100% - Difakturkan tahun-tahun sebelumnya (25%+44%) = 69% - Difakturkan th 2006 = 31% 14.520.000 (31% selesai) = 18.600.000 23.040.000 69% 25% 44% 1. Metode kontrak Selesai (000,-) Transaksi 2004 D a) Mencatat biaya-biaya yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak. Kontrak dlm pelaksanaan Macam-mcm by yg dikredit b) Mencatat bagian harga kontrak yang difakturkan untuk pekerjaan-pekerjaan yg telah dilaksanakan. Piutang atas kontrak jk panjang Harga kontrak yg difakturkan c) Mencatat penerimaan kas untuk harga kontrak yang telah difakturkan. Kas Piutang atas kontrak jk pnjg d) Mencatat pengakuan laba/rugi atas kontrak jangka panjang, pada saat kontrak diselesaikan. Harga kontrak yg difakturkan Kontrak dlm pelaksanaan Laba atas kontrak selesai Tahun Buku 2005 D K K 2006 D K 12.000 - 12.000 23.280 - 23.280 14.520 - 14.520 15.000 - 15.000 26.400 - 26.400 18.600 - 18.600 12.000 - 12.000 24.960 - 24.960 23.040 - 23.040 - - - - 60.000 - 49.800 10.200 50 Buku Besar : Tgl 1 Des’-31 Des’04 1Jan-31Des’05 1Jan-31Des’06 Harga Kontrak yang Difakturkan Uraian Debit Jumlah difakturkan th’04 Jumlah difakturkan th’05 Jumlah difakturkan th’06 - Kredit 15.000 26.400 18.600 (000,-) Saldo 15.000 (K) 41.400 (K) 60.000 (K) Kontrak Dalam Pelaksanaan (000,-) Tgl Uraian Debit Kredit Saldo 1 Des’-31 Des’04 Macam-macam biaya 12.000 - 12.000 (D) 1Jan-31Des’05 Macam-macam biaya 23.280 - 35.280 (D) 1Jan-31Des’06 Macam-macam biaya 14.520 - 49.800 (D) Perhitungan laba/rugi atas kontrak berdasarkan saldo kedua rekening buku besar tersebut pada saat kontrak / pekerjaan dinyatakan selesai : - Harga kontrak (=saldo kredit rek. Harga kontrak yang difakturkan) = Rp. 60.000.000,- Biaya kontrak (=saldo debit rek. Kontrak dalam pelaksanaan) = 49.800.000,Laba atas kontrak jangka panjang Rp. 10.200.000,Kesimpulan pada metode kontrak jangka panjang : - Laba / rugi atas kontrak jangka panjang baru diakui / dicatat setelah kontrak tersebut selesai. Sehingga kelemahannya adalah adanya kemungkinan akan berfluktuasinya laba yang dilaporkan (pada awal-awal tahun laba yang diperhitungkan kecil dan pada satu / tahun pekerjaan tersebut selesai jumlah lab akan besar). - Setiap akhir periode tahun buku, dalam Neraca dimana kontrak tersebut masih dilaksanakan harus menyatakan informasi-informasi yang berhubungan dengan kontrak jangka panjang, meliputi : a. Piutang atas kontrak jangka panjang yaitu : bagian harga kontrak yang telah difakturkan tetapi belum diterima pembayarannya sampai dengan tanggal Neraca, sebagai aktiva lancar b. Selisih lebih biaya kontrak jangka panjang diatas harga kontrak yang difakturkan, sebagai aktiva lancar c. Selisih lebih harga kontrak yang difakturkan diatas biaya kontrak jangka panjang sebagai hutang lancer 2. Metode Prosentase Penyelesaian Kontrak Keterangan Harga kontrak Dikurangi biaya-biaya kontrak : - biaya yang telah terjadi - taksiran biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan kontrak Taksiran Biaya kontrak R/L atas kontrak (=taksiran untuk th’04&05) Tahap penyelesaian kontrak : - th’04 : 12.000.000/48.000.000x 100% - th’05 : 35.280.000/51.000.000x100% - th’06 : selesai Laba atas kontrak sampai dengan akhir th buku Dikurang : laba yang telah diakui tahun sebelumnya Laba atas kontrak dalam tahun buku yangbersangkutan (000,-) 2004 2005 2006 60.000 60.000 60.000 12.000 35.280 49.800 36.000 15.720 48.000 51.000 49.800 12.000 9.000 10.200 25% 3.000 0 3.000 69% - 100% 6.210 10.200 3.000 6.210 3.210 3.990 Jurnal untuk mencatatat pengakuan laba : Rekening Kontrak dalam pelaksanaan Laba atas kontrak jangka panjang 2004 D 3.000.000 2005 K 3.000.000 D 3.210.000 K 3.210.000 Perhitungan laba tahun 2006 : 51 Saldo kredit, rekening kontrol yang difakturkan : - pd th’04 = (25% x 60.000.000) - pd th’05 = (44% x 60.000.000) - pd th’06 = (31% x 60.000.000) Jumlah (100% x 60.000.000) Dikurangi Saldo debit rekening kontrak dalam pelaksanaan : - Biaya yang sesungguhnya terjadi : . Th 2004 = 12.000.000 . Th 2005 = 23.280.000 . Th 2006 = 14.520.000 - Laba yang diakui: . Th 2004 = 3.000.000 . Th 2005 = 3.210.000 Jumlah Laba Atas Kontrak untuk Th Buku 2006 = = = = = 15.000.000 26.400.000 18.600.000 60.000.000 56.010.000 3.990.000 Jurnal untuk mencatat pengakuan laba tahun 2006 : Kontrak dalam pelaksanaan 3.990.000 Laba atas kontrak jangka panjang 3.990.000 Jurnal untuk mencatat penyerahan hasil pekerjaan setelah selesai kepada pemberi kerja : Harga kontrak yang difakturkan 60.000.000 Kontrak dalam pelaksanaan 60.000.000 Kesimpulan Metode Prosentase Penyelesaian Kontrak : - Pendapatan diakui secara periodik, sejalan dengan tingkat penyelesaian kontrak - Selisih lebih biaya-biaya yang terjadi ditambah pendapatan yang direalisasikan diatas bagianbagian harga kontrak yang telah difakturkan disajikan sebagai Aktiva Lancar dalam rekening “Biaya kontrak dalam pelaksanaan diatas jumlah yang difakturkan” didalam Neraca. - Selisih kurang dari biaya-biaya yang terjadi dan pendapatan-pendapatan yang direalisasikan dibanding dengan bagian-bagian harga kontrak yang telah difakturkan harus disajikan dalam Neraca sebagai Hutang lancer - BAU tetap diperlakukan sebagai biaya periodik dan tidak ada alasan untuk menangguhkan pembebanannya (hal tersebut penting untuk menentukan besarnya pendapatan / laba dan rugi secara periodik. 52 BAB VI UTANG JANGKA PENDEK Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek jika pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber Aktiva Lancar / dengan menimbulkan utang jangka pendek baru. A. Utang Jangka Pendek yang Sudah pasti Syarat utang jangka pendek yang sudah pasti : 1. Kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar 2. Jumlah yang harus dibayar sudah pasti Termasuk dalam utang jangka pendek yang sudah pasti : 1. Utang dagang dan utang wesel - biasanya timbul dari pembelian barang-barang / jasa-jasa dan dari pinjaman jangka pendek - penentuan jumlah utang jangka pendek perlu memperhitungkan utang terhadap barangbarang yang dibeli yang masih dalam perjalanan (dengan melihat syarat pengiriman). - Utang wesel ada yang dijamin dan ada yang tanpa jaminan (contoh : pinjaman Bank Jangka Pendek, pemegang saham dan untuk membeli mesin , alat, barang atau jasa dengan wesel. 2. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode saat itu - Utang obligasi dan utang jangka panjang lain yang akan dilunasi kurang dari satu tahun dilaporkan sebagai utang jangka pendek - Jika yang jatuh tempo hanya sebagian, maka bagian yang jatuh tempo dalam tahun tersebut dilaporkan sebagai utang utang jangka pendek dan yang belum jatuh tempo tetap dilaporkan sebagai utang jangka panjang. - Jika utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode tersebut akan dilunasi dengan dana-dana pelunasan atau dari uang hasil penjualan obligasi baru / ditukar dengan saham, maka utang jangka panjang tersebut tetap dilaporkan sebagai utang jangka panjang. 3. Utang Dividen Timbul pada saat pengumuman pembagian dividen oleh direksi dan terutang sampai dengan tanggal pembayaran . Pencatatan dividen yang belum dibayar (dalam bentuk aktiva/uang): Laba tidak dibagi Rp. xxx Utang dividen Rp. xxx Pembagian dividen dalam bentuk saham (dividen saham) dicatat: Laba tidak dibagi Rp. xxx Dividen saham yang akan dibagi Rp. Xxx 4. Uang Muka dan Jaminan yang Dapat Diminta Kembali Uang muka merupakan pembayaran dari pembeli untuk barang-barang yang dipesan. Jaminan yang dapat ditarik sewaktu-waktu merupakan utang jangka pendek, dan jika jaminan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama merupakan utang jangka panjang. 5. Dan Yang Dikumpulkan Untuk Pihak Ketiga. Perusahaan terkadang menjadi pengumpul uang dari pegawai / pelanggan yang nantinya akan diserahkan kepada pihak lain (caranya: memotong upah pegawai / membebani pembeli dengan jumlah-jumlah tertentu. Contoh : Gaji pegawai bulan Januari Rp. 1.500.000,- (PKP) dan tarif PPh 10% Maka jurnal : (sebelum disetor) Gaji dan Upah 1.500.000 Utang PPh Karyawan 150.000 Kas 1.350.000 PPN yang menjadi tanggungan perusahaan terkadang digeser ke pembeli, dengan cara menambahkan PPN pada harga jual. Contoh : Penjualan bulan Februari 2004 Rp. 10.000.000,- termasuk PPN 10% Maka Jurnal : (sebelum disetor) 53 Kas Penjualan Utang PPN Perhitungan : PPN 10/110 x 10.000.000 = 909.091 Jurnal : (saat PPN disetor ke Negara) Utang PPN Kas 10.000.000 9.090.909 909.091 909.091 909.091 6. Utang Biaya / Biaya yang masih harus dibayar Timbul karena adanya pengakuan akuntansi terhadap biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Contoh: utang yang timbul dari gaji dan upah,bonus,biaya sewa, dll. 7. UTANG BONUS Dasar penghitungannya ada 2, dasar penjualan / laba. Bonus yang dihitung atas laba, dapat dihitung dengan 3 cara : Contoh : PT. XYZ memberi bonus untuk kepala bagian penjualan 12% dari laba. Laba tahun 2004 Rp. 10.000.000,- PPh 10% dari laba bersih jika B=Bonus T=Pajak a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi PPh,sebelum dikurangi bonus : B = 0,12 x 10.000.000 = Rp. 1.200.000,PPh = 10% x (10.000.000 – 1.200.000) = Rp. 880.000,b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh, sebelum dikurangi bonus : B = 0,12 (10.000.000 - T) T = 0,10 (10.000.000 – B) B = 0,12 { (10.000.000 – 0,10 (10.000.000 – B)) B = 0,12 (10.000.000 – 1.000.000 + 0,1 B) B= 1.200.000 – 120.000 + 0,012 B B – 0,012 B = 1.080.000 > 0,988 B = 1.080.000 > B=Rp. 1.893.117,PPh : T = 0,10 (10.000.000 - B ) = 0,10 (10.000.000 – 1.093.117 ) = 0,10 (8.906.883) = Rp. 890.688,3 c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh : B = 0,12 (10,000.000 – B – T ) T = 0,1 (10.000.000 – B ) B = 0,12 { (10.000.000 – B – 0,1 (10.000.000 – B ) ) = 0,12 (10.000.000 – B – 1.000.000 + 0,1 B) = 1.200.000 – 0,12 B – 120.000 + 0,012 B B + 0,12 B – 0,012 B = 1. 200.000 – 120.000 1,108 B = 1.080.000 B = 974.729 T = 0,1 (10.000.000 – B ) = 0,1 (10.000.000 – 974.729 ) = 902. 527,1 8. Utang Gaji dan Upah 9. Pendapatan diterima dimuka Contoh : uang muka untuk pelanggan majalah / surat kabar. B. TAKSIRAN UTANG Beberapa jenis taksiran utang jangka pendek : 1. Taksiiran Utang PPh Sesudah diketahui laba pada akhir periode, maka dilakukan taksiran besarnya PPh yang akan menjadi beban tahun yang bersangkutan. Caranya : PPh = Laba x tariff pajak Jurnal : PPh Rp. xxx Utang Pajak Rp. Xxx 2. Taksiran utang hadiah yang beredar Penawaran hadiah atas pembelian barang-barang tertentu marupakan biaya-biaya untuk periode dimana penjualan barang-barang tersebut terjadi. 54 - jika hadiah-hadiah tersebut waktunya habis pada akhir periode maka tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian. - jika jangka waktu pengambilan hadiah melebihi satu periode akuntansi maka harus dibuat jurnal penyesuaian pada akhir periode : Biaya hadiah penjualan Rp.xxx Utang hadiah yang beredar Rp.xxx Utang hadiah yang beredar = menaksir jumlah penjualan. 3. Taksiran Utang Garansi. Untuk barang – barang yang dijual disertai dengan garansi (contoh : untuk perbaikan ) , maka dihitung taksiran jumlah biaya yang akan terjadi karena garansi tersebut. Ada 2 metode : a. Expense warranty treatment (sesuai dengan prinsip “ Matching Principles “) Contoh : PT . ABC menghasilkan mesin cuci dan terjual 100 unit , garansi satu unit Rp. 100.000,-/unit, harga jual Rp. 1.500.000,Jurnalnya: Penjualan 100 mesin cuci : Piutang Penjualan 150.000.000,150.000.000,- Tanggal 31 Desember xx : Taksiran Biaya Garansi = 100 unit x 100.000 = 10.000.000 Biaya Garansi 10.000.000,Taksiran Utang Garansi 10.000.000,Selama tahun x + 1 = biaya perbaikan sesungguhnya untuk mesin cuci yang masih dalam masa garansi Rp. 3.000.000,- (biaya ini terdiri : gaji, spare part, dll) Jurnal : Taksiran utang garansi 3.000.000,Kas persediaan suku cadang, dll 3.000.000,b. Sales warranty treatment. Dalam Metode Sales Warranty Treatment sebagian harga jualnya ditunda pengakuannya sampai saat terjadinya biaya garansi sesungguhnya. Cara ini dapat digunakan karena dasar pencatatannya “Accrual Basis” hanya kelemahannya pada prinsip “matching principles”, yaitu penghasilan ditunda sampai terjadinya biaya. 4. Taksiran Utang Pensiun. Jumlah pensiun yang akan dibayarkan ditaksir berdasarkan jumlah karyawan, umur, dan jangka waktu pembayaran pension, dan taksiran tersebut dibagi dengan taksiran jangka waktu bekerjanya karyawan tersebut. Jurnal : Taksiran tiap periode : Biaya gaji dan upah Rp.xxx atau Utang pensiun Rp. xxx Biaya produksi tidak langsung Rp. xxx Utang pension Rp. xxx Jurnal : Pembayaran pension Utang pension Rp. xxx Kas Rp. xxx C. UTANG – UTANG BERSYARAT Adalah utang – utang yang sampai dengan tanggal neraca masih belum pasti apakah akanmenjadi kewajiban atau tidak. Yang termasuk utang – utang bersyarat : 1. Piutang wesel didiskontokan dan piutang dijaminkan. 2. Endorsemen bersyarat atas wesel – wesel 3. Sengketa hokum 4. Tambahan pajak yang kepastiannya belum jelas 5. Jaminan terhadap utang anak perusahaan 6. Garansi terhadap penurunan harga barang –barang yang dijual Dalam Neraca ditunjukkan dengan catatan kaki (fote note), atau dilaporkan dengan judul sendiri tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang lain. 55 BAB VII PENANAMAN MODAL DALAM SAHAM DAN DANA A. Tujuan Penanaman Modal Dalam Saham dan Dana Didalam perusahaan terkadang ada sejumlah Kas yang pada suatu periode tidak digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, sehingga agar uang tersebut dapat menghasilkan pendapatan maka perusahaan dapat menanamkan uangnya kepada perusahaan lain dengan cara membeli Surat-surat Berharga seperti : surat utang, (contoh : Obligasi, Wesel) atau Saham / Sertifikat Saham (Saham Biasa, Saham Prioritas). Apabila Surat-surat Berharga yang dibeli dengan tujuan untuk menginvestasikan uang yang menganggur / penjualannnya untuk memenuhi kebutuhan uang, maka Surat Berharga tersebut akan dicatat sebagai Investasi Jangka Pendek yang diklasifikasikan sebagai Aktiva Lancar serta disajikan dalam Neraca pada Kelompok Surat-surat Berharga (Marketable Securities). Investasi kedalam Surat-surat Berharga yang tidak mempunyai tujuan seperti diatas maka tidak diklasifikasikan sebagai Aktiva tidak lancer, serta disajikan dalam Neraca pada kelompok Investasi Jangka panjang. Tujuan-tujuan dari investasi jangka Panjang adalah : 1. untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode 2. untuk membentuk penyisihan dana khusus 3. untuk mengawasi, mengendalikan usaha maupun manajemen dari perusahaan lain 4. untuk mendapatkan pasar dari produk yang dihasilkan dan menjamin kontinuitas suplai bahan baku 5. untuk menjaga hubungan antar perusahaan dan mengurangi persaingan Untuk mencapai 3 tujuan terakhir, maka dapat terwujud hanya jika perusahaan menanamkan modalnya dalam Saham. Penanaman modal dalam Saham ada 2 bentuk, yaitu : dalam bentuk Saham Biasa atau dalam bentuk Saham Prioritas., tergantung pada tujuan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan. Jika tujuan dari Investasi untuk memperoleh pendapatan tetap maka akan lebih baik membeli Saham Prioritas, tetapi jika tujuannya untuk mengawasi perusahaan lain maka lebih baik membeli Saham Biasa karena Saham biasa memiliki hak suara. Perusahaan yang memiliki sebagian besar Saham perusahaan lain disebut “Perusahaan Induk” dan perusahaan yang diawasi disebut “Perusahaan Anak”. B. Metode Pencatatan Penanaman Modal Dalam Saham APB Opinion no 181 menyatakan : “ metode-metode yang digunakan dalam mencatat penanaman modal dalam Saham tergantung pada prosentase pemilikan Saham “. Prosentase pemilikan Saham adalah : Jumlah lembar Saham yang dimiliki oleh seorang Investor dibandingkan dengan jumlah lembar Saham yang beredar. Rumus : % Lembar Saham Seorang Investor % Pemilikan Saham = % Saham yang Beredar Metode Pencatatan dan Prosentase Pemilikan Saham : Metode Pencatatan - Cost Method (Metode Harga Pokok) - Equity Method (Metode Pemilikan) - Equity Method & dibuat laporan keuangan yang dikonsolidasikan untuk kedua perusahaan Prosentase Pemilikan < 20% 20% - 50% > 50% Dalam situasi khusus ketentuan penggunaan metode pencatatan tersebut bisa berubah, contoh : Perusahaan A memiliki Saham Perusahaan B besarnya kurang dari 20%, tetapi Perusahaan A bisa mempengaruhi Perusahaan. Maka menurut FASB, Perusahaan A harus menggunakan Metode Equity dalam mencatat Invesatasi Sahamnya. Perusahaan yang memiliki Saham perusahaan lain lebih dari 50% disebut “Perusahaan Induk” (Parent Company, dan perusahaan yang sahamnya dimiliki disebut “Perusahan Anak” (Subsidiary Company). Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh kedua perusahaan ini disusun menjadi satu dalam “laporan keuangan yang Dikonsolidasikan”. 56 C. Metode Harga Pokok Dalam metode ini, penanaman modal dalam Saham akan dicantumkan dalam Neraca sebesar Harga Pokoknya, dan perubahan-perubahan Harga Pasar tidak dicatat serta Laba atau rugi baru diakui pada saat saham-saham tersebut dijual. Dalam FASB No 12 dinyatakan bahwa bila penanaman modal tersebut dilakukan pada sahamsaham yang memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai Marketable Securities, maka perusahaan dapat menggunakan metode “Harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah” yang diterapkan pada jumlah keseluruhan saham-saham tersebut, seperti dalam hal investasi jangka pendek. Perbedaannya dengan Investasi jangka Pendek adalah pada perlakuan terhadap rekening rugi penurunan nilai surat berharga, dimana untuk investasi jangka pendek rekening rugi diperhitungkan dalam dalam laporan Rugi/Laba sedangkan dalam investasi jangka panjang dikelompokkan dalam kelompok Modal. D. Metode Pemilikan Equity Method adalah suatu metode untuk mencatat penanaman modal dalam saham, dengan mencatat sebesar Harga Pokoknya. Pada setiap akhir periode, harga pokok tersebut diubah sesuai dengan bagian laba atau rugi yang diperoleh perusahaan yang sahamnya dimiliki. Dividen dari saham-saham dicatat mengurangi rekening penanaman modal dalam saham. Oleh Investor bagian laba atau rugi dicatat sebagai laba atau rugi untuk tahun buku yang bersangkutan. E. Laporan Keuangan yang Dikonsolidasikan Apabila Investor memiliki saham perusahaan lain lebih dari 50% dari jumlah yang beredar maka harus membuat mengkonsolidasikan antara laproan keuangan perusahaan induk dengan perusahaan anak. (Dibahas dalam Akuntansi Keuangan Lanjut / Advanced Accounting). F. Pembelian Saham Cara untuk memperoleh saham bisa dilakukan dengan dibeli tunai atau ditukar dengan aktiva, dimana masing-masing cara akan menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok dari saham yang dibeli. Jika saham dengan tunai maka harga pokoknya adalah jumlah semua unag yang dibayarkan dalam pembelian saham tersebut, meliputi harga kurs, biaya-biaya komisi, materai, dan biaya lain-lain yang timbul pada saat pembelian saham. Jumlah harga pokok didebit dalam rekening “Penanaman modal dalam saham”. Jika saham diperoleh dengan menukarkan aktiva, maka harga pokok saham dicatat sebesar harga pasar aktiva yang digunakan untuk menukarkan. Jika harga pasar aktiva tidak dapat ditentukan, maka harga pokok saham akan dicatat sebesar harga pasar saham tersebut. Pembelian saham prioritas tidak pada tanggal pembayran Dividen maka secara legal tidak akan menimbulkan masalah Dividen Terutang (Accrued Dividend), tetapi karena Dividen saham prioritas jumlahnya sudah pasti maka biasanya dalam transaksi jual beli saham prioritas akan diperhitungkan Dividen yang terutang sampai tanggal pembelian. Contoh : Pada tanggal 1 juni Tn Ahmad membeli 10 lembar saham prioritas PT DEF, dividen 5% dibayarkan tiap tanggal 31 Desember, nominal Rp. 100,-/lembar dengan kurs 102. Biaya pembelian saham Rp. 25,Ada 2 cara untuk mencatat Dividen terutang : a) Dicatat dengan mendebit Dividen Terutang dalam rekening “Pendapatan Dividen” : 1 Juni Penanaman modal dalam saham prioritas Rp. 1.045,Pendapatan Dividen 20,8 Kas Rp. 1.065,8 Perhitungan : Harga beli saham : 10 x Rp. 100 x 102/100 = Rp. 1.020,Biaya pembelian = 25,Harga beli saham Rp. 1.045,Dividen yang terutang 1 Jan – 1 Jun : 5/12 x 5% x 10 x Rp. 100,- = 20,8 Jumlah uang yang dibaayrkan Rp. 1.065,8 Dividen yang terutang sebesar Rp. 20,8 didebit dalam rekening Pendapatan Dividen, sehingga mengakibatkan seluruh dividen yang diterima pada tanggal 31 Desember akan dikredit ke rekening Pendapatan Dividen. 57 31 Des Kas Rp. 50,Pendapatan Dividen Rp. 50,- Perhitungan : Pendapatan Dividen : 5% x 10 x Rp. 100,- = Rp. 50,b) Dicatat dengan mendebit rekening Dividen terutang dalam rekening “Piutang Pendapatan Dividen” Cara yang kedua akan mengakibatkan Dividen yang diterima pada tanggal 31 Desember akan dikreditkan dalam dua rekening yaitu rekening “piutang Pendapatan Dividen” Rp. 20,8 dan rekening “Pendapatan Dividen” Rp. 29,2 31 Des Kas Rp. 50,Piutang Pendapatan Dividen Rp. 20,8 Pendapatan Dividen Rp. 29,2 G. LUMPSUM Lumpsum (bersama) adalah pembelian dua macam atau lebih saham secara sekaligus dengan jumlah satu harga. Sehingga akan timbul masalah mengenai alokasi harga beli masingmasing jenis saham. Alokasi harga beli dapat delakukan dengan dasar : 1. Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli diketahui, alokasi didasarkan pada perbandingan jumlah relative masing-masing saham 2. Jika yang diketahui harga pasarnya hanya satu jenis saham, maka harga pasar saham yang diketahui, diperlakukan sebagai harga pokok saham tersebut dan sisanya merupakan harga pokok saham jenis yang lain 3. Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli tidak diketahui, maka alokasi harga pokoknya ditangguhkan sampai salah satu saham dapat diketahui harga pasarnya. Contoh : Ny Nisa membeli 60 blok saham dengan harga Rp. 10.000,- per blok. Tiap blok terdiri dari 2 lembar saham prioritas dan 3 lembar saham biasa. Alokasi harga pokok saham kepada masingmasing jenis adalah ; a. Harga pasar masing-masing jenis saham diketahui Misalnya harga pasar saham prioritas Rp. 2.500,-/lembar dan harga pasar saham biasa Rp. 1.800,-/lembar Perhitungan : Nilai saham prioritas = 60 x 2 x Rp. 2.500,= Rp. 300.000,Nilai Saham biasa = 60 x 3 x Rp. 1.800,= 324.000,Rp. 624.000,Harga pokok saham prioritas = Rp. 300.000,Rp. 624.000,- x Rp. 600.000,- = Rp. 288.461,54 Harga pokok saham biasa = Rp. 324.000,Rp. 624.000,- x Rp. 600.000,- = Rp. 311.538,46 Jurnal : Penanaman modal dalam saham prioritas Penanaman modal dalam saham biasa Kas Rp. 288.461,54 311.538,46 Rp. 600.000,- b. Hanya harga pasar saham prioritas yang diketahui Misalnya harga pasar saham prioritas Rp. 2.500,-/lembar dan harga pasar saham biasa tidak diketahui Perhitungan : Hrga beli saham prioritas dan saham biasa = Rp. 600.000,Harga pasar saham prioritas = 60 x 2 x Rp.2.500,= 300.000,Harga pokok saham biasa Rp. 300.000,Jurnal : Penanaman modal dalam saham prioritas Penanaman modal dalam saham biasa Kas Rp. 300.000,300.000,Rp. 600.000,- 58 c. Harga pasar masing-masing saham tidak diketahui Jika tidak ada harga pasar saham yang diketahui maka tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk mengalokasikan harga beli saham-saham tersebut. Alokasi harga beli saham ditangguhkan sampai diperoleh dasar yang kuat. Jurnal : Penanaman modal dalam saham biasa dan saham prioritas Rp. 600.000,Kas Rp. 600.000,- H. Dividen Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham. Besanya Dividen yang diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki. Dividen yang dibagikan dapat berbentuk ; 1. uang tunai 2. aktiva (selain kas dan saham) 3. saham baru 1. Dividen Berbentuk Uang Tunai Pembagian Dividen yang sering dilakukan adalah dalam bentuk uang sebesar tariff per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki. Jurnal untuk mencatat penerimaan Dividen berbentuk kas : Kas Rp. xxx,Penghasilan Dividen Rp. xxx Dividen Likuidasi adalah pembagian dividen yang sebagian merupakan pembagian laba dan sebagian lagi merupakan pembagian modal. Biasanya yang membagikan Dividen likuidasi adalah perusahaan-perusahaan yang akan menghentikan usahanya (seperti dalam Joint Ventures). Diividen Likuidasi dicatat oleh pemegang saham sebagai penghasilan dan sebagian sebagai pengembalian modal. Contoh : PT ANEKA mengumumkan pembagian Dividen sebesar Rp. 1.000,- dengan ketentuan 35 % merupakan pembagian laba dan 65% merupakan pengembalian modal. Tn Andi menerima Dividen sebesar Rp. 250,- . Jurnal yang dibuat oleh Tn Andi adalah : Kas Rp. 200,Penghasilan Dividen Rp. 87,5 Penanaman modal dalam saham PT ANEKA 162,5 Sehingga saldo rekening penanaman modal dalam saham PT ANEKA berkurang Rp. 162,5 3. Pembagian Dividen Berbentuk Aktiva (selain Kas dan Saham sendiri) Dividen terkadang dibagikan dalam bentuk aktiva seperti Saham dari perusahan lain atau barangbarang hasil produksi perusahaan yang membagi Diividen tersebut, yang akan dicatat oleh penerima Dividen sebesar harga pasar yang dierima. Contoh : Tn Andi menerima pembagian Dividen dari PT ANEKA berbentuk saham PT ABC sebanyak 10 lembar dengan harga pasar Rp. 1.000,-. Jurnal yang dibuat Tn Andi : Penanaman modal dalam saham PT ABC Rp. 100.000,Penghasilan Dividen Rp. 100.000,- 3. Pembagian Dividen Saham (Stock Dividen) Dividen saham adalah pembagian dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi saham tersebut. Saham yang diterima dapat berbentuk : a) Saham yang sama dengan yang dimiliki Bagi pemegang saham berarti ada penambahan saham baru yang dimiliki tanpa melakukan pengeluaran. Jadi jumlah lembar saham bertambah sedangkan harga perolehannya tetap, artinya tidak ada kenaikan nilai buku. Dividen saham ini tidak dijurnal hanya memo untuk menunjukkan kenaikan jumlah lembar saham. Penjualan saham sesudah adanya penerimaan dividen saham akan dibebani dengan harga pokok saham yang baru. Contoh : Tn Andi membeli 10 lembar saham biasa dari PT ANEKA pada bulan Maret’94 seharga Rp. 5.000,-. Pada bulan Desember’04 diterima Dividen Saham biasa 40%. Pada bulan Januari 2005, dijual 4 lembar saham dengan harga Rp. 1.500,Jurnal yang dibuat oleh Tn Andi : 59 Mrt’04 Penanaman modal dalam saham biasa Kas Rp. 5.000,Rp. 5.000,- Des’04 Memo : diterima 4 lembar saham biasa sebagai Dividen, jumlah saham dan harga pokoknya menjadi = 10 lembar + 4 lembar = 14 lembar Harga pokok per lembar Rp. 5.000 : 14 = Rp. 357,1 Jan’05 Kas Rp. 1.500,Penanaman modal dalam saham biasa Laba penjualan saham Perhitungan : Harga jual Harga pokok 4 x Rp. 357,1 Rugi penjualan saham = = Rp. 1.428,4 71,6 Rp. 1.500,Rp.1.428,4 Rp. 71,6,- Jika Dividen Saham yang diterima berupa saham berbeda dengan saham yang dimiliki, maka harga pokok saham yang dimiliki dibagikan kepada tiap macam saham dengan dasar nilai relatifnya. Contoh : Tn Andi memiliki 50 lembar saham biasa PT XYZ, nominal Rp. 10.000,-/lembar, dibeli dengan harga Rp. 750.000,-. Pada bulan Desember 2002 diterima dividen saham prioritas sebanyak 25 lembar dengan nilai nominal Rp. 5.000,-/lembar. Pada saat penerimaan dividen harga pasar saham biasa Rp. 14.000,-/lembar dan saham prioritas Rp. 4.000,/lembar Pembagian harga pokok saham dan pencatatan penerimaan Dividen : Nilai saham biasa = Rp. 14.000,- x 50 = Rp. 700.000,Nilai saham prioritas = Rp. 4.000,- x 25 = 100.000,Rp. 800.000,Harga pokok saham biasa = 700.000 800.000 x Rp. 750.000,- = Rp. 656.250,- Harga pokok saham prioritas = 100.000 800.000 x Rp. 750.000,- = Rp. 93.750,- Jurnal : Penanaman modal dalam saham prioritas Penanaman modal dalam saham biasa Rp. 93.750,Rp. 93.750,- Dividen saham yang diterima jika merupakan pengganti dividen tunai dicatat sebagai penghasilan dividen. Jadi harga pokok saham yang dimiliki tidak berkurang dan harga pokok per lembar juga tidak berubah. Rekening penghasilan dividen dikredit dengan harga pasar saham yang diterima. Contoh : rekening penghasilan dividen dikredit dengan harga pasar saham yang diterima. Contohnya 25 lembar saham prioritas, nominal Rp. 5.000,- per lembar, harga pasar Rp. 4.000,- per lembar, sebagai pengganti dari dividen uang. Jurnal : Penanaman modal dalam saham prioritas Rp. 100.000,Penghasilan dividen Rp. 100.000 ] Jika saham yang dimiliki terdiri dari beberapa kali pembelian dengan harga yang berbedabeda, maka penerimaan dividen saham harus dihubungkan dengan masing-masing pembelian tersebut. Dengan cara ini harga pokok baru untuk saham ynag dimiliki dapat ditentukan Contoh : Saham PT DEF yang dimiliki Nn Lia adalah sebagai berikut : Ket Lembar Harga Pokok / Lembar Jumlah Harga Pokok Pembelian I 70 Rp. 12.000,Rp. 840.000,Pembelian II 40 13.000,520.000,Pembelian III 50 13.500,675.000,Rp. 2.035.000,PT DEF mengumumkan dividen saham sebesar satu lembar saham untuk tiap-tiap 5 lembar saham yang dimiliki. Memo yang dibuat oleh Nn Lia untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan harga pokok perlembar adalah : 60 Ket Pembelian I Pembelian II Pembelian III Jumlah Harga Pokok Rp. 840.000,520.000,675.000,Rp. 2.035.000,Harga pokok saham per lembar untuk amsing-masing pembelian perlu dihitung akrena akan menentukan laba atau rugi pada waktu sahamnya dijual. Contohnya dijual 60 lembar saham dari pembelian ke III , maka harga pokok yang diperhitungkan adalah Rp. 675.000,-. Pembebanan harga pokok saham pada waktu saham-saham dijual dapat menggunakan cara MPKP, Rata-rata tertimbang atau MTKP. I. Lembar 84 (70+14) 48 (40+8) 60 (50+10) Harga Pokok / Lembar Rp. 10.000,10.833,33,11.250,- Pemecahan Saham (Stock Split-Up) Suatu perusahaan dapat memperbanyak sahamnya yang ebredar dengan cara mengurangi nilai nominal sahamnya. Pengurangan nilai nominal atau nilai yang dinyatakan ini dapat menambah jumlah lembar tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba tidak dibagi. Bagi pemegang saham, pengurangan nilai nominal ini tidak mengubah nilai buku investasisahamnya, satu-satunya perubahan yanga da hanyalah pertambahan jumlah lembar. Keadaan ini tidak memerlukan jurnal tetapi cukup dengan catatan memo. Contoh PT FVW mengumumkan pemecahan saham dimana tiap satu lembar dipecah menjadi 2 lembar. Dengan adanya pemecahan saham ini, para pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk menukar tiap-tiap lembar yang dimiliki. Jumlah harga pokok saham tidak mengalami perubahan, tetapi akrena jumlah lembarnya bertambah dua kali lipat maka harga pokok per lembar saham tutun menjadi setengah dari harga pokok mula-mula. Dalam hal pemecahan saham tidaka ada pendapatan yang diakui oleh pemegang saham. Kebalikan dari pemecahan saham adalah keadaan dimana perusahaan mengurangi jumlah lembar sahamnya dengan cara memperbesar nilai nominal atau nilai yang dinyatakan. Akibat dari pengurangan jumlah lembar ini hanya dicatat dengan memo untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan harga pokok saham. 61 BAB VIII PENANAMAN MODAL DALAM OBLIGASI DAN DANA PELUNASAN OBLIGASI A. Pengertian Obligasi Surat Obligasi adalah merupakan pengakuan utang pihak yang mengeluarkan obligasi pada pihak yang membeli / Investor (merupakan suatu janji tertulis untuk membayar uang sejumlah tertentu, pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang dan juga bunga setiap tanggal tertentu). Surat obligasi menunjukkan jumlah nominal, bunga dan tanggal pembayarannya sera perjanjian-perjanjian lain. Pembeli surat obligasi dapat menjual kembali obligasi yang dimilikinya sewaktu-waktu, dalam waktu yang relative pendek atau lama, sehingga obligasi yang dibeli dapat dicatat sebagai investasi jangka pendek atau jangka panjang. Penanaman modal dalam obligasi akan memeberikan pendapatan bunga yang tetap setiap periode. B. Macam-macam Obligasi Pengelompokan obligasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu : 1. Ditinjau dari waktu jatuh temponya, ada 2 macam obligasi, yaitu : a. Obliogasi biasa (Term Bonds), yaitu obligasi yang jatuh tempo pada saat yang sama b. Obligasi Berseri (Serial Bonds), yaitu obligasi yang jatuh temponya berurutan dalam periodeperiode tertentu 2. Ditinjau dari jaminannya Ada 2 macam obligasi, yaitu : a. Obligasi yang dijamin : berarti memberi jaminan kepada investor bila perusahaan tidak dapat membayar utangnya maka investor dapat mengklaim jaminan tersebut. Jaminan dapat berbentuk aktiva tetap yang dimiliki perusahaan (Hipotik). Jaminan yang diberikan dapat beberapa tingkatan, jaminan tingkat pertama berarti mempunyai klaim yang pertama, jaminan tingkat kedua berarti klaimnya terhadap jaminan adalah sesudah Obligasi dengan jaminan pertama. Kadang-kadang jaminan dpat diberikan dalam bentuk surat-surat berharga (Saham dan obligasi) perusahaan lain yang dimiliki. b. Obligasi yang tidak dijamun 3. Obligasi Bergaransi, yaitu : obligasi yang dijamin oleh pihak lain. Contoh : perusahaan induk menjamin obligasi perusahaan anaknya. 4. Obligasi yang dapat ditukarkan, yaitu Obligasi yang dapat ditukarkan dengan Saham. Pertukaran tergantung kepada keinginan pemegang obligasi. Jika Obligasi dapat ditukarkan dengan Saham maka investor dapat mengubah pemilikannya menjadi menjadi pemegang saham (sehingga obligasi ini menarik minat banyak Investor). 5. Ditinjau dari bentuknya, dapat dibedakan menjadi 2 macam : a. Obligasi Atas Nama Hanya dapat diambil bunganya oleh orang yang namanya terdaftar, sehingga kalau dijual harus dilaporkan ke perusahaan yang mengeluarkan obligasi. b. Obligasi Kupon Merupakan obligasi bebas , tidak bernama. karena tidak atas nama maka penjualan obligasi tidak perlu diberitahukan pada perusahaan yang mengeluarkan. Setiap lembar obligasi disertai dengan kupon-kupon yang digunakan untuk mengambil bunga. C. Penentuan Harga Obligasi Harga jual (beli) obligasi tidak selalu sebesar niali nominalnya. Besarnya harga ditentukan oleh tingkat bunga obligasi. Semakin besar bunganya maka harga obligasi semakin tinggi, dan semakin kecil bunganya maka harganya semakin rendah. Bunga Obligasi cukup besar atau kurang dapat diketahui dengan membandingkan anatar prosentase bunga obligasi dengan tingkat bunga dipasar. Jika prosentase bunga obligasi melebihi tingkat bunga dipasar, maka harga jual obligasi akan diats nilai nominal (dengan Agio), tetapi jika tariff bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga dipasar maka harganya dibawah nilai nominal (dengan Disagio). Agio atau Disagio obligasi merupakan perbedaan antara tariff bunga obligasi dengan tingkat bunga dipasar untuk seluruh bunga obligasi yang dibayarkan. Sedangkan “Tarif Efektif” adalah bunga 62 obligasi ditambah atau dikurangi dengan agio atau disagio yang timbul pada saat pembelian (menunukkan hasil sesungguhnya dari obligasi). Cara untuk menentukan harga obligasi adalah sebagai berikut : Menghitung niali tunai dari : 1. Jumlah jatuh tempo , ditambah 2. bilai tunai bunga yang akan diterima Contoh : Pada tanggal 1 januari 2001 Tn Dimas membeli obligasi dari PT harmoni dengan nilai nominal Rp. 10.000.000,-, bunga 7% per tahun dibayarkan setiap tanggal 31 Desember, jatuh tempo tanggal 31 Desember 2005, dengan tujuan untuk menbdapatkan hasil sesungguhnya (tariff efektif) sebesar 8%. * Nilai tunai jautuh tempo = Rp. 10.000.000,- x A n7p = Rp. 10.000.000,- x A 578 = Rp. 10.000.000,- x 0,68058 = Rp. 6.805.800,* Nilai tunai bunga yang akan diterima = Rp. 700.000,- x a n7p = Rp. 700.000,- x a 578 = Rp. 700.000,- x 3,99271 = Rp. 2.794.897,- Jadi harga beli obligasi diatas agar menghasilkan tariff efektif 8% adalah sebesar Rp. 6.805.800,- + Rp 2.794.897,- = Rp. 9.600.697,- atau dengan kata lain : Ada Disagio obligasi sebesar Rp. 10.000.000,- – Rp. 9.600.697,- = Rp. 399.303,Jika dalam contoh tersebut hasil sesungguhnya (tariff efektif) yang diharapkan sebesar 5% maka harga obligasi adalah : * Nilai tunai jautuh tempo = Rp. 10.000.000,- x A n7p = Rp. 10.000.000,- x A 575 = Rp. 10.000.000,- x 0,7835368058 = Rp. 7.835.300,- * Nilai tunai bunga yang akan diterima = Rp. 700.000,- x a n7p = Rp. 700.000,- x a 575 = Rp. 700.000,- x 4,32948 = Rp. 3.030.636,- Harga belinya sebesar = Rp. 7.835.300,- + Rp. .030.636,- = Rp. 10.865.936,- atau ada Agio obligasi sebesar Rp. 10.000.000,- – Rp. 10.865.936,- = Rp. 865.936,D. Amortisasi Agio dan Akumulasi Disagio Agio atau Disagio adalah selisih harga beli obligasi dengan nilai nominal. Jika dilihat dari contoh pertama diatas, nilai nominal obligasi Rp. 10.000.000,- dibeli dengan harga Rp. 9.600.697,berarti disagionya Rp. 399.303,-. Dengan contoh kedua ada Agio obligasi sebesar Rp. 865.963,-. Agio atau disagio obligasi akan diamortisaasi atau diakumulasikan selama umur obligasi. Cara untuk Amortisasi Agio atau Akumulsi Disagio obligasi ada 2, yaitu : 1. Metode Garis Lurus (Straigt Line Method) 2. Metode bunga Efektif (Effective Intrest Method) Contoh: Ny Ria membeli obligasi dari PT HIJ, nilai nominal Rp. 10.000.000,- bunga 7% per tahun dibayarkan setiap tanggal 31 Desember. Obligasi jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2005. Harga beli obligasi adalah rp. 9.600.697,- dan pembeliannnya pada tanggal 1 Janiari 2001. 63 1. Tabel akumulasi disagio dengan metode garis lurus : TABEL AKUMULASI DISAGIO OBLIGASI METODE GARIS LURUS JUMLAH BUNGA AKUMULASI TAHUN PENDAPATAN OBLIGASI DISAGIO BUNGA 2001 Rp. 700.000,- 1) Rp. 79.860,- 2) Rp. 779.860,- 3) 2002 700.000,79.860,779.860,2003 700.000,79.860,779.860,2004 700.000,79.860,779.860,2005 700.000,79.860,779.860,Rp. 3.500.000,Rp. 339.303,- Rp. 3.839.303,1) Rp. 10.000.000,- x 7% = Rp. 700.000,2) Rp. 10.000.000,- - Rp. 9.600.697,= Rp. 339.303,- : 5 = Rp. 79.860,3) Rp. 700.000,- + Rp. 79.860,= Rp. 779.860,Jika digunakan Metode bunga efektif, dengan tariff efektif yang diharapkan 8%, maka akumulasi disagio : 2. Tabel akumulasi disagio dengan metode tariff efektif: TABEL AKUMULASI DISAGIO OBLIGASI METODE BUNGA EFEKTIF DENGAN TARIF EFEKTIF 8% JUMLAH BUNGA AKUMULASI NILAI BUKU TAHUN PENDAPATAN OBLIGASI DISAGIO OBLIGASI BUNGA 1 Jan’01 Rp. 9.600.697,31 Des’01 Rp. 700.000,- 1) Rp. 768.056,- 2) Rp. 68.056,- 3) 9.668.753,- 4) 31 Des’02 700.000,773.500,73.500,9.742.253,31 Des’03 700.000,779.380,79.380,9.821.633,31 Des’04 700.000,785.730,85.730,9.907.363,31 Des’05 700.000,792.590,92.590,10.000.000,1) Rp. 10.000.000,- x 7% = Rp. 700.000,2) Rp. 9.600.697,- x 8% = Rp. 768.056,- (pembulatan) 3) Rp. 768.056,- - Rp. 700.000,= Rp. 68.056,4) Rp. 9.600.697,- + Rp. 68.056,= Rp. 9.668.753,- (pembulatan) E. Pencatatan Penanaman Modal Dalam obligasi Tujuan pembelian obligasi adalah untuk penanaman modal jangka panjang. Obligasi dicatat sebesar harga perolehan, yaitu harga beli ditambah semua biaya pembelian seperti komisi, biaya materai, provisi dan lain-lain. Obligasi yang dimiliki dengan cara ditukar dengan aktiva, maka harga perolehannya dihitung sebesar harga pasar aktiva tersebut. Jika harga beli berbeda dengan nilai nominal obligasi, maka selisihnya disebut agio atau disagio obligasi. Agio obligasi adalah selisih harga beli obligasi diatas nilai nominal. Sedangkan Disagio obligasi adalah selisih harga beli obligasi dibawah nilai nominal. Jika obligasi dibeli diantara tanggal pembayarn bunga, maka pembeli membayar harga beli ditambah denga “Bunga Berjalan”. Bunga berjalan yaitu bunga sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai tanggal pembelian obligasi. Pembayaran bunga berjalan bukan merupakan harga perolehan obligasi. Pencatatan bunga berjalan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan mendebitkan pada rekening pendapatan bunga obligasi atau pada rekening piutang bunga obligasi, dimana kedua cara tersebut akan membedakan pencatatan jurnal pada saat tanggal pembayaran bunga. Contoh : Ny Via membeli obligasi PT RST pada tanggal 1 Mei 2001, nominal Rp. 1.000.000,-, bunga 12% dengan harga beli sebesar Rp. 1.000.000,-. Biaya pembelian, yaitu komisi dan materai Rp. 25.000,-. Bunga obligasi dibayarkan setiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Perhitungan : Harga beli obligasi Rp. 1.000.000,Komisi dan Materai 25.000,Rp. 1.025.000,Bunga berjalan (1 Mrt – 1 Mei) 2/12 x 12% x Rp. 1.000.000,20.000,Jumlah yang dibayarkan Rp. 1.045.000,- 64 1) Bunga berjalan dicatat dengan mendebitkan ke rekening pendapatan bunga obligasi Jurnal yang dibuat Ny Via : (untuk mencatat pembelian obligasi) Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.025.000,Pendapatan bunga obligasi 20.000,Kas Rp. 1.045.000,Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Sept’01 (tanggal pembayaran bunga) : Kas Rp. 60.000,Pendapatan bunga obligasi Rp. 60.000,Perhitungan : 6/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 60.000,2) Bunga berjalan dicatat dengan mendebitkan ke rekening piutang bunga obligasi Jurnal yang dibuat Ny Via : (untuk mencatat pembelian obligasi) Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.025.000,Piutang bunga obligasi 20.000,Kas Rp. 1.045.000,Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Sept’01 (tanggal pembayaran bunga) : Kas Rp. 60.000,Piutang bunga obligasi Rp. 20.000,Pendapatan bunga obligasi Rp. 40.000,Perhitungan amortisasi agio dan akumulasi disagio dengan metode garis lurus : Contoh 1) : Obligasi yang dibeli pada tanggal 1 Maret 2001, nominal Rp. 1.000.000,- bunga 12%, jatuh tempo tanggal 31 Desember 2003 dengan harga Rp. 966.000,- termasuk komisi dan materai. Bunga obligasi dibayarkan setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli tiap-tiap tahun. Pada tanggal 31 desember 2003 obligasi dilunasi oleh perusahaan yang mengeluarkan. Perhitungan : Harga beli Rp. 966.000,Bunga berjalan: 2/12 x 12% x Rp. 1.000.000,Rp. 20.000,Jumlah uang yang dibayarkan Rp. 986.000,Disagio oblgasi = rp. 1.000.000,- - rp. 966.000,- = Rp. 34.000,- akan diakumulasikan selama umur obligasi yaitu 34 bulan (1 Maret 2001 – 31 Desember 2003). Akumulasi disagio setiap bulan sebesar Rp. 34.000,- : 34,- = Rp. 1.000,Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersbut : Transaksi Jurnal 1 Mrt’01 Pembelian obligasi Penanaman modal dlm obligasi 966.000 Pendapatan bunga obligasi 20.000 Kas 986.000 1 jul’01 Penerimaan Bunga 6/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- = Kas 60.000 Rp. 60.000,Pendapatan bunga obligasi 60.000 31 Des’91 Penyesuaian a) Mencatat bunga 6 bulan b) akumulasi disagio 10 bulan x Rp. 1.000,- = Rp. 10.000,1 Jan’02 a) Penyesuaian kembali b) Penerimaan bunga 1 Jul’02 Piutang Bunga Pendapatan bunga obligasi 60.000 Penanaman modal dalam obligasi Pendapatan bunga obligasi 10.000 Pendapatan bunga obligasi Piutang bunga 60.000 Kas Pendapatan bunga obligasi 60.000 Kas 60.000 60.000 10.000 60.000 60.000 65 Penerimaan bunga 6/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 60.000,- Pendapatan bunga obligasi 31 Des’02 Penyesuaian a) Mencatat pendapatan bunga Piutang Bunga Pendapatan bunga obligasi 60.000 Penanaman modal dalam obligasi Pendapatan bunga obligasi 10.000 b) Akumulasi Disagio 12 bulan x Rp. 1.000 = Rp. 12.000,- 60.000 60.000 10.000 Tahun 2003 Dalam tahun 2003 dibuat jurnal separti pada tahun 2002. Ketika obligasi dillunasi pada tanggal 31 Desember 2003 dibuat jurnal : Kas Rp. 1.000.000,Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.000.000,Contoh 2) : Pada tanggal 1 April 2001 dibeli obligai dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,- bunga 12 %, jatuh tempo tanggal 31 Desember 2003, dengan harga Rp. 1.066.000,- (termasuk komidi dan biaya pembelian lain). Bunga dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Pada tanggal jatuh tempo, obligasi dilunasi. Perhitungan : Harga beli obligasi Rp. 1.066.000,Bunga berjalan: 1/12 x 12% x Rp. 1.000.000,10.000,Jumlah yang dibayarkan Rp. 1.076.000,Agio Obligasi sebesar Rp. 66.000,- (Rp. 1.066.000,- - Rp. 1.000.000,-) akan diamortisasi selama pemilikan obligasi (1Apr’01 – 31 Des’03) = 33 bulan. Amortisasi agio tiap bulan = Rp. 66.000,- / 33 = Rp. 2.000,Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersbut : Transaksi Jurnal 1 Apr’01 Pembelian obligasi Penanaman modal dlm obligasi 1. 066.000 Pendapatan bunga obligasi 10.000 Kas 1.066.000 1 Sept’01 Penerimaan Bunga 6/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- = Kas 60.000 Rp. 60.000,Pendapatan bunga obligasi 60.000 31 Des’91 Penyesuaian a) Mencatat bunga 4 bulan 4/12 x 12% x Rp. 1.000.000 = Rp. 40.000,b) Amortisasi Agio 9 bulan 9 bulan x Rp. 2.000,- = Rp. 18.000,1 Jan’02 Penyesuaian kembali Piutang Bunga Pendapatan bunga obligasi 40.000 40.000 Pendapatan bunga obligasi 18.000 Penanaman modal dalam obligasi 18.000 Pendapatan bunga obligasi Piutang bunga 40.000 1 Mrt’02 Penerimaan bunga 6 bulan Kas Pendapatan bunga obligasi 60.000 1 Sept’02 Kas 60.000 40.000 60.000 66 Penerimaan bunga 6 bulan 6/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 60.000,- Pendapatan bunga obligasi 60.000 31 Des’02 Penyesuaian a) Mencatat pendapatan bunga 4/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 40.000,- Piutang Bunga Pendapatan bunga obligasi 40.000 b) Amortisasi Agio 12 bulan x Rp. 2.000 = Rp. 24.000,- Penanaman modal dalam obligasi Pendapatan bunga obligasi 24.000 40.000 24.000 Tahun 2003 : Dibuat jurnal yang sama dengna tahun 2003, sehingga pada tanggal 31 Desember 2003 rekening Penanaman modal dalam obligasi akan menunjukkkan saldo Rp. 1.000.000,-. Pada saat pelunasan obligasi tanggal 31 Desember 2003 dibuat jurnal : Kas Rp. 1.000.000,Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.000.000,- # Pencatatan Amortisasi Agio dan Akumulasi Disagio dapat juga dilakukan pada setiap tanggal penerimaan bunga bersama dengan jurnal penerimaan bunga F. Penjualan Obligasi Sebelum Tanggal Jatuh Tempo Jika obligasi yang dimiliki dengan tujuan untuk penanaman modal jangka panjang, kemudian dijual sebelum tanggal jatuh temponya maka perhitungan laba/rugi penjualan didasarkan pada jumlah uang yang diterima dengan nilai buku obligasi. Nilai buku obligasi dihitung dengan cara : harga perolehan obligasi ditambah dengan akumulasi disagio sampai tanggal penjualan atau harga perolehan obligasi dikurangi amortisasi agio sampai tanggal penjualan. Contoh : (lihat contoh no 2), pada tanggal 1 April 2003 obligasi dijual dengan harga Rp. 10.030.000,(sesudah dikurangi komisi dan lain-lain). Perhitungan laba/rugi : Harga perolehan obligasi Rp. 1.066.000,Amortisasi Agio : 2001 = 9 x Rp. 2.000,- = Rp. 18.000,2002 = 12 x 2.000,- = 24.000,2003 = 3 x 2.000,- = 6.000,Rp. 48.000,Nilai buku obligasi Rp. 1.018.000,Harga jual obligasi 1.030.000,Laba penjualan Rp. 12.000,Bunga berjalan : 1/12 x 12% x Rp. 1.000.000,Rp. 10.000,Uang yang diterima = Rp. 1.030.000,- + Rp. 10.000,Rp. 1.040.000,Jurnal untuk mencatat penjualan obligasi tanggal 1 April 2003 ; Mencatat Amortisasi Pendapatan bunga obligasi 60.000 selama 3 bulan Penanaman modal dlm obligasi 60.000 Mencatat penjualan Kas 1.040.000 dan penerimaan bunga Penanaman modal dlm obl 1.018.000 Pendapatn bunga obl 10.000 Laba penjualan obligasi 12.000 G. Pelunasan Obligasi Sebelum Tanggal jatuh Tempo Obligasi yang dapat dilunasi kembali sebelum tanggal jatuh tempo biasanya dilakukan dengan memberi Agio pada pemegang obligasi pada waktu pelunasan tersebut terjadi. Akumulasi disagio atau amortisasi agio dalam buku Investor tidak lagi dengan cara garis lurus tetapi menggunakan cara “Amortisasi yang Dapat Dipercepat”. Contoh : Obligasi dikeluarkan tanggal 1 Januari 1988 dan jatuh tempo tanggal 1 Januari 2006. Daftar 67 tanggal pelunasan dengan junlah pelunasan adalah : Dilunasi pada tanggal 1 januari 1985 sampai 31 Desember 1989 = 1.050.000 Dilunasi pada tanggal 1 januari 1990 sampai 31 Desember 1994 = 1.030.000 Dilunasi pada tanggal 1 januari 1994 sampai 31 Desember 2005 = 1.010.000 Jika obligasi ini dibeli oleh investor diata niali nominal maka perhitungan amortisasi agionya harus dibuat sedemikian rupa agar nilai buku obligasi tidak melebihi nilai jatuh tempo tiap-tiap jangka waktu. Rp. 1.100.000,- - Rp. 1.050.000,- : 3 tahun (1988-1990) = Rp. 16.667,-/tahun Rp. 1.050.000,- - Rp. 1.030.000,- : 5 tahun (1991-1995) = Rp. 4.000,-/tahun Rp. 1.030.000,- - Rp. 1.010.000,- : 5 tahun (1996-2000) = Rp. 4.000,-/tahun Rp. 1.010.000,- - Rp. 1.000.000,- : 5 tahun (2001-2005) = Rp. 2.000,-/tahun Dengan amortisasi yang dipercepat, nilai buku penanaman modala dalam obligasi sama dengan jumlah pelunasan pada akhir suatu jangka waktu. Obligasi yang agio atau disagionya tidak lebih besar dari nilai jatuh tempo setiap periode, tidak menimbulkan masalah. Pelunasan obligasi seperti ini dicatat dalam buku Investor dengan debit kas, Kredit penanaman modal dalam obligasi, sedangkan laba ruginya merupakan selisihnya. Penerimaan bunga obligasi tetap dikreditkan ke rekening pendapatan bunga obligasi. H. Pertukaran Obligasi Jika obligasi yang dimiliki ditukarkan dengan surat berharga lain, maka rekening penanaman modal dalam obligasi ditutup dan dibuka rekening penanaman modal yang baru. Surat berharga yang diterima dicatat sebesar harganya di bursa, selisihnya dengan nilai buku obligasi dicatat sebagai laba atau rugi. Contohnya : obligasi yang dimiliki nilai nominal Rp. 100.000,-, bunga 12%, dibayarkan tiap tanggal 1 maret dan 1 September. Pada tanggal 1 April 2001 nilai bukunya sebesar Rp. 102.400,dan ditukarkan dengan 10 lembar saham biasa, nominal Rp. 10.000,- per lembar. Pada atnggal tersebut harga pasar saham biasa tercatat sebesar Rp. 12.000,- per lembar. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut : Pendapatan bunga obligasi Penanaman modal dalam obligasi (mencatat amortisasi agio selama 3 bulan) Rp xxx,- Penanaman modal dalam saham Penanaman modal dalam obligasi Laba pertukaran obligasi (Mencatat pertukaran obligasi dengan saham) Rp. 120.000,-,- Kas Rp. Rp. xxx,- 102.400,17.600,- 1.000,- Pendapatan bunga obligasi 1.000,(mencatat penerimaan bunga berjalan 1 bulan : 1/12 x 12% x Rp. 100.000,- 68