APLIKASI PLASMA LUCUTAN PENGHALANG DIELEKTRIK DENGAN REAKTOR BERKONFIGURASI SPIRAL-SILINDER MENGGUNAKAN GAS SUMBER OKSIGEN (O2 ) MURNI UNTUK MENGHASILKAN GAS OZON (O3) Dyah Hari Setyaningrum, S.Si 1), Dr. Muhammad Nur, DEA 2), Drs. Gunawan, M.Si 3), Ir. Mohammad Munir, Msi 4) 1), 2), 3), 4). Laboratorium Riset Nuklir dan Atom Jurusan Fisika Fakultas MIPA UNDIP Abstract An experiment about silent discharge plasma (SDP) or dielectric barrier discharge plasma (DBD) has been done by using dielectric barrier spiral-cylindrical reactor that configurated with coaxial spiral wire, to produce ozone (O3) by oxygen (O2) as the input. The generation of silent discharge plasma by alternating current (AC) power source such high as 3,8 kV-5 kV. The concentration of ozone in the air can be obtained by giving ozone produced as it hast just been out from SDP reactor into dissolved absorber (kalium iodide) while dissolved ozone concentration in the water can be obtained by giving ozone into water and entering it directly into kalium iodide as the ozone absorber. The absorbance of dissolved ozone sample measured by spectrophotometer UV-vis at 352 nm wavelength. Based on the experiment, the concentration of ozone produce is in 0,4 ppm-251 ppm order. The concentration of ozone in the air is higher than dissolved ozone in the water. The concentration of ozone will be less with the higher gasses of flow rate. Its concentration in the air is increased with longer treatment time of ozone in the water. The concentration of dissolved ozone in the water will be less with longer treatment time in the water. Keywords: Dielectric barrier discharge plasma, Spiral-cylindrical electrode, Pure oxygen, Ozone gasses, Dissolved ozone in the water. Intisari Telah dilakukan penelitian plasma lucutan senyap (silent discharge plasma (SDP)) atau plasma lucutan penghalang dielektrik (dielectric barrier discharge plasma (DBD)) dengan menggunakan reaktor spiral-silinder berpenghalang dielektrik yang berkonfigurasi kawat spiral-koaksial, untuk menghasilkan gas ozon (O3) dengan masukan gas oksigen (O2). Pembangkitan plasma senyap menggunakan sumber tegangan AC (Alternating Current) dengan tegangan sebesar 3,8 kV-5 kV. Konsentrasi ozon di udara dapat diperoleh dengan memasukkan ozon yang dihasilkan saat keluar dari reaktor SDP kedalam larutan penyerap (kalium iodida) sedangkan konsentrasi dissolved ozon di dalam air dapat diperoleh dengan memasukkan ozon kedalam air yang kemudian langsung dimasukkan larutan kalium iodida sebagai pengikat ozon. Pengukuran absorbansi larutan sampel ozon menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang 352 nm. Dari penelitian, konsentrasi ozon yang dihasilkan dalam orde (0,4 ppm-251,8 ppm). Konsentrasi gas ozon di udara lebih besar daripada konsentrasi dissolved ozon di dalam air. Konsentrasi ozon semakin meningkat dengan kenaikan sumber tegangan tinggi yang diberikan. Konsentrasi ozon semakin berkurang apabila debit alir gas semakin besar. Konsentrasi ozon di udara semakin meningkat dengan waktu perlakuan ozon di udara yang semakin lama. Konsentrasi dissolved ozon di dalam air semakin berkurang dengan bertambahnya waktu perlakuan ozon di dalam air. Kata kunci: Lucutan plasma berpenghalang dielektrik, Elektroda spiral-silinder, Gas oksigen murni, Gas ozon, Dissolved ozon di dalam air PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan akibat polusi di tanah, air dan udara semakin bertambah kompleks. Untuk mengatasi berbagai macam polusi dengan pemanfaatan teknologi yang tepat (Sugiarto, 2002). Pada umumnya sistem pengolahan limbah cair industri mempergunakan cara kombinasi antara pemakaian klor serta sistem kondensasi dan filtrasi. Sistem ini dapat membahayakan keselamatan makhluk hidup meskipun senyawa organik dalam kandungan konsentrasi yang sangat kecil (ppm/ppb). Sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang ini kurang efisien untuk mengurangi pencemaran air di lingkungan. Hal ini dapat merusak ekosistem makhluk hidup (Sugiarto, 2002). Teknologi plasma non termal didasari atas sifat plasma non termal, yakni mudahnya plasma jenis tersebut menghasilkan senyawa-senyawa radikal bebas. Teknologi plasma dapat dipergunakan secara langsung dalam proses pengolahan air yang dapat menghasilkan ozon sebagai desinfektan air. Ozon dikenal sebagai oksidan kuat yang dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik serta dapat membunuh bakteri (Miyake, et al, 2000). Sehingga penggunaan gas ozon telah direkomendasikan oleh organisasi kesehatan dunia dan beberapa negara berkembang telah memulai untuk menggunakan ozon dalam pemeliharaan air minum (Tango, 2003). Pada penelitian ini dilakukan produksi ozon serta melakukan ozonisasi terhadap air dengan menggunakan oksigen murni sebagai bahan yang terionisasi untuk memproduksi ozon. Produksi ozon dilakukan dengan membangkitkan plasma non termal (Korzekwa et al, 2001). Pembentukan ozon di dalam oksigen murni dengan plasma non termal merupakan salah satu metoda yang sangat efektif untuk mengurangi polusi air. Di dalam reaktor plasma senyap memiliki konfigurasi geometri elektroda spiralsilinder (koaksial). Gas oksigen murni dapat dikondisikan menjadi plasma non termal dengan menggunakan teknik lucutan plasma penghalang dielektrik. Selanjutnya oksigen murni melalui proses ionisasi dalam fase plasma non termal akan berubah menjadi radikal bebas yang mengakibatkan terjadinya proses sinar ultra violet, spesies aktif ( O2 , O , O2 , O , O3 ) serta termal proses lainnya yang dapat menghasilkan senyawa baru dan ozonisasi. Plasma non termal dapat dibangkitkan dalam dua elektroda tak simetris yang diberikan beda potensial atau tegangan tinggi. Menggunakan sumber tegangan tinggi AC dengan kisaran tegangan sebesar 3,8 kV-5,0 kV. Debit aliran gas oksigen murni yang dimasukkan ke dalam reaktor plasma dilakukan pada debit aliran gas yang divariasi, antara lain; 0,5 L/menit, 1,5 L/menit, dan 2,5 L/menit. Lucutan plasma penghalang dielektrik di dalam tabung lucutan gas (pipa) dikondisikan pada tekanan atmosfir 1 atm (pada temperatur kamar 20 C). Pengukuran konsentrasi ozon dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV vis. Penelitian ini bertujuan untuk merealisasi reaktor plasma lucutan penghalang dielektrik, melakukan karakteristik dari reaktor berkonfigurasi spiral silinder serta menganalisa dari konsentrasi ozon yang dihasilkan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah memajukan pengetahuan dibidang plasma di lingkungan jurusan fisika Universitas Diponegoro Semarang. DASAR TEORI Ionisasi dan Konduktivitas Plasma Proses terlepasnya elektron dari suatu partikel gas yang terjadi secara serempak dengan kenaikan ion positif merupakan proses ionisasi. Plasma dapat terbentuk karena adanya ionisasi partikel-partikel gas (Chen, 2002). Proses terlepasnya elektron dari suatu elektroda (solid) dapat disebut sebagai emisi elektron. Emisi elektron akan menyumbang muatan-muatan partikel. Adapun hasil dari proses ionisasi dan emisi elektron ini akan memiliki pengaruh yang besar terhadap konduktivitas gas dan perilaku plasma (Nasser, 1971). Produksi Muatan Partikel Pembentukkan berbagai muatan partikel dapat dilakukan dengan beberapa cara melalui proses ionisasi dan emisi elektron. Serta fotoionisasi dan penyerapan radiasi yang juga merupakan proses ionisasi melalui tumbukan elektron dengan partikel gasnya yang dapat memproduksi lebih banyak lagi muatan-muatan partikel. Proses pembentukan ion negatif dapat terjadi pada saat elektron-elektron bebas menumbuk atom-atom atau molekul-molekul netral gas. Akan tetapi, tidak semua atom-atom gas dapat membentuk ion-ion negatifnya (Nasser, 1971). Ionisasi Tumbukan Partikel Pada saat atom ditumbuk oleh partikel (seperti ion atau elektron) atom tersebut dapat kehilangan atau mendapat tambahan muatan, yang bergantung pada banyaknya energi yang dilepaskan pada saat tumbukan. Energi ini harus melebihi energi ionisasi Ei (eV). Pada kasus tumbukan elektron, elektron dapat ditangkap oleh atom atau elektron yang dapat menyebabkan atom melepaskan elektron atau hanya mengeksitasi elektron valensi dari atom tersebut. Elektron yang dikeluarkan selama proses ionisasi dapat menyebabkan ionisasi sekunder jika energinya cukup tinggi (Panicker, 2003). Ionisasi Medan Listrik Metode yang digunakan ialah dengan melewatkan gas diantara elektroda, pada saat atom atau molekul bereaksi dengan permukaan elektroda maka akan mengalami kehilangan atau pertambahan muatan yang disebabkan oleh polaritas elektroda. Apabila intensitas medan listrik meningkat, partikel yang menuju anoda akan terionisasi sebelum sampai pada elektroda tersebut. Tingkat ionisasi akan turun secara drastis apabila intensitas medan listrik menurun (Panicker, 2003). Dalam keadaan stabil, ionisasi dapat terjadi apabila energi elektron yang menumbuk lebih besar atau sama dengan energi ionisasi atom atau molekul tertumbuk, dapat ditulis dalam persamaan (Valyi, 1977). 1 (1) me v e2 eV i 2 dengan me adalah massa elekton ve adalah kecepatan elektron e adalah muatan elektron V i adalah potensial ionisasi atom atau molekul (Valyi, 1977). Pada proses tumbukan antara elektron dengan partikel-partikel gas dapat menyebabkan peristiwa-peristiwa lainnya. Kebalikan dari proses ini adalah proses rekombinasi. Rekombinasi terjadi dengan cara pengikatan elektron oleh atom dan pengikatan antar atom menjadi molekul sehingga menjadi spesies netral atau ion negatif yang disertai pemancaran foton (Chapman, 1990). Disosiasi adalah pemisahan molekul menjadi atom-atom penyusunnya (Marr, 1967). Partikel gas yang terdisosiasi ini dapat pula terionisasi menjadi ion-ion positif dan negatif (Alonso, 1994). Sedangkan eksitasi merupakan peristiwa dimana elektron yang berada di tingkat energi yang lebih rendah berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi tumbukannya dengan elektron. Peristiwa kebalikan dari eksitasi tersebut disebut relaksasi atau deeksitasi dan peristiwa ini disertai pemancaran foton (Konuma, 1992). Deionisasi Proses yang terjadi dalam lucutan gas tidak hanya pada pembentukan muatannya tetapi juga pada jumlah partikel-partikel yang ditentukan pada kondisi tertentu, serta dengan kerapatan yang diinginkan. Adapun muatan-muatan partikel yang dihasilkan harus sama dengan muatan-muatan pembawa yang terlepas karena modifikasi atau perpindahan muatan. Setiap perubahan yang terjadi di dalam lucutan gas (terlepasnya muatan-muatan partikel) dapat mengurangi konduktivitas suatu gas. Muatan– muatan pembawa yang lepas ini dapat melalui dua cara yang berbeda, yaitu melalui proses difusi atau melalui proses rekombinasi partikel bermuatan positif atau negatif. Adapun kedua proses ini merupakan proses deionisasi yang terjadi pada plasma (Nasser, 1971). Pelucutan Gas Pelucutan diawali dengan proses ionisasi gas dalam medan listrik yang besar. Hasil dari ionisasi gas berupa elektron-elektron yang bermuatan negatif dan ion-ion yang bermuatan positif bergerak menuju elektroda sehingga terjadi aliran muatan listrik. Elektron dari katoda akan bergerak ke anoda dan selama perjalanannya elektron-elektron tersebut akan menumbuk partikel-partikel atau atom-atom gas diantara kedua elektrodanya. Proses tumbukan tersebut dapat mengakibatkan ionisasi. Pada tegangan rendah elektron-elektron tidak berpengaruh pada atom-atom gas, ionisasi yang terjadi karena radiasi kosmis. Elektronelektron ini disebut dengan elektron primer. Bila tegangan dinaikkan partikel akan mendapat tambahan energi untuk terjadinya ionisasi, sehingga arus listrik naik terhadap tegangan (Raizer, 1991). Bila tegangan dinaikkan terus, maka elektron-elektron yang bergerak menuju anoda akan semakin banyak dan proses ionisasi sering terjadi, sehingga terjadi pelipatan elektron dan ion yang kemudian akan dipercepat menumbuk katoda karena adanya medan listrik. Tumbukan ion tersebut menghasilkan elektron melalui efek fotolistrik, elektron hasil tumbukan tersebut dinamakan elektron sekunder). Elektron sekunder ini dapat mengakibatkan ionisasi berantai. Pada kondisi ini terjadi lucutan secara terus menerus akibat ionisasi eksternal (Raizer, 1991). Plasma Non Termal Plasma merupakan gas yang terionisasi dalam lucutan listrik dengan reaksi tumbukan elektron yang sangat signifikan untuk terjadi. Plasma juga dapat didefinisikan sebagai percampuran kuasinetral dari elektron, radikal, ion positif dan negatif. Keadaan kuasinetral adalah keadaan gas terionisasi dimana rapat ion hampir sama dengan rapat elektron (Tseng, 1999). Gambar 1. Ilustrasi dari molekul diatomik gas oksigen dan plasma (terdisosiasi karena telah mempunyai energi yang cukup sehingga menjadi ion positif dan negatif, elektron, dan radikal bebas) (Kickuth, 2001). Plasma non termal termasuk plasma dingin, dengan ion-ion dan atom-atom atau molekulmolekul netral yang mempunyai energi kinetik lebih kecil dibandingkan partikel berat (Nur,1998). Plasma non termal merupakan salah satu dari bentuk plasma dengan energi rerata elektronnya lebih besar daripada energi rerata gas dan ion. Jenis-jenis bentukan dalam plasma non termal merupakan senyawa-senyawa radikal bebas selain ion dan molekul gas netral (Chang, 1993). Lucutan Plasma Penghalang Dielektrik (Dielectric Barrier Discharge Plasma) Plasma dapat dibangkitkan dengan teknik lucutan plasma penghalang dielektrik yang sering disebut dengan plasma senyap (silent plasma) merupakan sistem tertutup. Dengan menggunakan geometri elektroda berbentuk silinder koaksial atau bidang dengan lapisan penghalang dielektrik. Pada lapisan penghalang dielektrik ini ditempatkan di antara tegangan tinggi dengan meninggalkan beberapa milimeter celah yang diisi oleh udara atau gas. Plasma senyap ini dapat dibangkitkan di antara celah udara atau gas dengan tegangan tinggi (Korzekwa, et al, 1998). Adapun secara keseluruhan dari sistem reaktor plasma senyap dengan penghalang dielektrik ini dapat ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2. Sistem reaktor plasma senyap dengan lapisan penghalang dielektrik (McClellan, 2003) Plasma yang dihasilkan dari reaktor plasma ini merupakan plasma non termal, yang dapat menghasilkan spesies kimia yang bereaktif tinggi untuk menghancurkan polutan-polutan dalam air. Reaktor plasma lucutan dengan penghalang dielektrik dapat menghasilkan plasma senyap dengan durasi waktu yang singkat dan pulsa tegangan tinggi yang diberikan pada geometri kawat atau pipa koaksialnya (yang diawali dengan banyak aliran elektron (pelipatgandaan elektron) di sepanjang pipanya). Energi elektron yang dihasilkan dalam bentuk streamer yang dibentuk dari spesies aktif (radikal) pada temperatur kamar (Korzekwa, et al, 1998). Sistem reaktor pada gambar 2.2 merupakan bentuk struktur yang tidak homogen antara elektroda positif dan elektroda negatifnya. Adapun ketidakhomogenan ruang pada sistem reaktor ini merupakan fakta yang menunjukkan bahwa lucutan plasma penghalang dielektrik merupakan lucutan terusan tunggal (Kogelschatzt, et al, 1999). Lucutan plasma penghalang dielektrik (dielectric barrier discharge plasma) terjadi pada kondisi plasma yang non equilibrium di sekitar tekanan atmosfir gas. Dan merupakan plasma yang unik karena terletak pada perpindahan (transisi) antara proses lucutan korona dengan lucutan glow (Kogelschatzt, et al, 1999). Pada akhirnya, lucutan mikro ini menyebar di bawah pengaruh medan tersebut. Lucutan mikro biasanya mempunyai waktu hidup yang sangat pendek, pada 100 nanodetik atau bahkan kurang. Diameter kawat dan lamanya waktu yang efektif bergantung pada gas sumber yang digunakan dan juga tekanan pada reaktor. Arus mengalir seluruhnya di dalam filamen. Pertukaran energi terjadi di antara elektron-elektron yang dipercepat dengan molekul-molekul (yang dibangkitkan dengan merubah kerapatan jenis gasnya), baik di dalam lucutan mikro maupun di luar dari lucutan mikro. Elektron berenergi tinggi menumbuk atom atau molekul, dengan mengubah energi kinetik menjadi energi ionisasi yang menghasilkan spesies tereksitasi. Oleh karena energi tinggi elektron, perubahan energi dapat menjadi sangat efisien dengan 90% atau bahkan lebih yang merupakan energi kinetik dari elektron tersebut. Dari streamer (lucutan mikro), mengalir spesies yang berinteraksi dengan gas terbanyak untuk membentuk spesies baru. Sebagai contoh, O dihasilkan di permukaan elektroda aktif yang bereaksi dengan O 2 di sekitar elektroda aktif untuk membentuk O 3 (dengan O O2 reaksi pembentukannya adalah O3 ). Pada tekanan yang lebih rendah, terdapat transisi kontinu dari struktur filamen pada lucutan mikro menjadi lebih tersebar, yang menunjukkan lucutan glow normal (Shira, 1998). Secara umum, proses pembentukan lucutan mikro dimulai ketika medan listrik di dekat elektroda aktif (positif) memiliki kemampuan untuk menyebabkan timbulnya ionisasi pada spesies gas oksigen sehingga menghasilkan ion positif dan elektron bebas. Medan yang kuat antara kedua elektroda membuat kedua partikel bermuatan ini terpisah dan mencegah terjadinya rekombinasi disamping mempercepat ion dan elektron sehingga memberikan energi kinetik pada keduanya. Pembangkitan energi kinetik elektron dapat menyebabkan terjadinya proses tumbukan antara elektron bebas dengan atom netral sehingga menghasilkan pasangan ion positif baru dan elektron sekunder dimana ketika proses ini berlangsung secara terus menerus sehingga akan menimbulkan pelipatgandaan elektron (Chen, 2003). Adanya lapisan penghalang dielektrik akan menghalangi lucutan plasma yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena muatan-muatan yang tertinggal pada permukaan dielektrik yang dapat mengurangi medan listriknya. Lucutan ini dapat dibentuk dengan pelipatgandaan elektron yang bergerak dari elektroda aktif yang terakumulasi pada bahan dielektrik (yang melindungi elektroda pasif) pada waktu yang bersamaan. Aliran muatan pada 10-100 ns memungkinkan terjadinya perpindahan muatan selama waktu itu. Muatan elektron (negatif) ini dikumpulkan pada permukaan dielektrik sebagai muatan bebas (Kuraica, et al, 1996). Breakdown Listrik pada Lucutan Plasma Penghalang Dielektrik Setelah sumber tegangan tinggi diberikan di antara kedua elektroda, aliran elektron akan bergerak dari katoda menuju anoda. Dalam gambar 2.6 menunjukkan bahwa elektron bebas pertama dapat membentuk elektron bebas yang lain, setelah ionisasi terjadi dalam gas. Sehingga reaksi kimia dapat terjadi dari streamer-streamer yang dihasilkan. Dalam kondisi ini elektronelektron bebas mendapat tambahan energi untuk melakukan proses ionisasi selanjutnya. Apabila medan listrik di dalam lucutan sudah cukup tinggi maka akan terjadi breakdown. Dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh kerapatan jenis gas N dan diameter dari tabung reaktornya (Shira, 1998). Gambar 3. Konfigurasi bidang paralel dalam daerah lucutan breakdown (Shira, 1998) Lintasan bebas rerata partikel (free path) Setiap molekul gas akan sering menumbuk antara satu dengan yang lainnya (walaupun pada tekanan rendah sekalipun) sehingga hal ini dapat menyebabkan kerapatan gas menjadi berkurang. Apabila pengaruh grafitasi dan pengaruh medan listrik pada muatan-muatan partikel dapat diabaikan maka molekul dapat dianggap bergerak dalam garis lurus diantara dua tumbukan berturut-turut. Lintasan dengan garis lintang partikel di antara dua tumbukan yang terjadi secara berturut-turut dapat disebut dengan lintasan bebas rerata. Dengan jelas bahwa lintasan bebas rerata merupakan besaran yang random dengan nilai yang bergantung pada konsentrasi atom atau densitas gas. Dapat diasumsikan bahwa molekul gas berbentuk bola padat yang elastis dengan diameter yang jauh lebih kecil daripada dengan jarak antar molekul. Hal ini jelas bahwa salah satu molekul menempuh jarak yang lebih jauh sebelum mengalami dua tumbukan berturutturut, sedangkan molekul yang lain menempuh jarak yang lebih pendek sebelum akhirnya saling bertumbukan. Oleh karena itu, masing-masing lintasan bebas rerata akan menghasilkan nilai yang berbeda-beda, tetapi akan terdistribusi secara merata dengan nilai rata-rata. Lintasan bebas rerata partikel dapat dinyatakan dalam persamaan 2: dekomposisi (decomposition speed) ozon di udara adalah 16 jam (Miyoshi, 2000). Ozon yang dihasilkan secara kinetis dari lucutan plasma senyap dengan penghalang dielektrik (silent plasma with dielectric barrier discharge) dalam gas oksigen dapat dibentuk dengan lima dasar reaksi yang disebutkan di bawah ini: I. Produksi pada atom oksigen (R-1) e O2 e O O II. Konversi atom oksigen menjadi ozon O O2 O2 O3 O2 (R-2) 1 (2) N Hasil N berbanding terbalik dengan lintasan bebas rerata, yang juga merupakan jumlah tumbukan-tumbukan yang terjadi pada setiap lintasan partikel (Nasser, 1971). Ozon (O3) Ozon adalah oksidan terkuat yang bereaksi dengan mengurangi senyawa inorganik beserta dengan material organiknya. Sedangkan gas yang tidak stabil yang dapat ditentukan oleh oksigen yang terionisasi pada medan listrik yang diperoleh dari tegangan tinggi dengan lucutan violet merupakan ozon (Bechaux, 1979). Dalam proses pembentukan gas ozon, harus mengikuti bentuk karakteristik dari ozon antara lain masa molar sebesar 48 g/mol, densitas terhadap udara sebesar 1.657, masa yang spesifik pada suhu 0 C dengan tekanan sebesar 760 kolom mmHg adalah 2.143 kg/m3, dan bentuk panas pada mol yang memberikan volume konstan sebesar 143 kJ (34,2 kcal) (Bechaux, 1979). Ozon dapat mudah larut 13 lebih cepat di dalam air daripada oksigen. Pada saat terjadi saturasi dalam air pada temperatur 20 C, 2 % campuran berat ozon dan kandungan oksigen sekitar 11 mg pada ozon, dengan 40 mg oksigen/liter. Ozon harus dapat diproduksi hanya pada saat pemakaiannya, hal ini disebabkan karena ozon memiliki short lived di dalam air yaitu sekitar 40 menit dengan PH yang sebesar 7,6 (Williams, 1986). Sedangkan kecepatan (R-6) III. Dekomposisi pada ozon O O3 O2 O2 (R-3) e O3 O2 O e (R-4) O O2 e O3 O2 O O2 O3 O2 O2 O (R-5) (R-7) (Rahel, et al, 2000) Oksigen (O2) Dalam keadaan bebas, oksigen terdapat di dalam atmosfir sebagai molekul O2. Jumlah volume oksigen di udara sebesar 20,953 % (Oxtoby, 1986). Pada keadaan temperatur kamar, oksigen tidak berwarna dan tidak memiliki bau. Molekul oksigen merupakan diatomik dan paramagnetik (elektron-elektron yang tidak sepasang per molekulnya). Energi ikat oksigen sebesar 494 kJ. Dengan massa jenis pada temperatur kamar (200 C) sebesar 1,429 kg m3 . Dielektrik Dielektrik dapat memperlemah medan listrik di antara kedua konduktor karena dengan hadirnya medan listrik, molekul-molekul dalam dielektrik akan menghasilkan medan listrik tambahan yang arahnya berlawanan dengan medan listrik luar. Apabila medan listrik yang menyebabkan pengutuban molekul dielektrik disebut medan molekul, yang merupakan medan listrik pada tempat kedudukan molekul dalam dielektrik, dan yang dihasilkan oleh semua sumber luar dan oleh semua molekul terkutub di dalam dielektrik (Reitz, 1993). Molekul di dalam dielektrik akan terpolarisasi oleh medan listrik luar, yang dapat menghasilkan medan listrik E yang merupakan medan listrik awal E0 diantara kedua konduktor yang berkurang karena adanya medan listrik di dalam dielektrik Eb. Medan listrik E ini merupakan medan listrik yang digunakan untuk membuat muatan di dalam dielektrik terpolarisasi (sebagai gaya torka) agar dapat searah dengan medan listrik awal E0 yang diberikan di antara kedua konduktor sejajar (Wangsness, 1986). Molekul di dalam dielektrik yang terpolarisasi oleh medan listrik awal E0 dapat ditunjukkan pada gambar 4 sedangkan gambar 5 menunjukkan kapasitor dengan dielektrik di antara kedua plat dimana pada permukaan dielektriknya memiliki sedikit jarak yang terpisah dengan konduktornya. Dimana molekul dielektrik yang terikat kuat akan terpolarisasi karena adanya medan listrik awal E0, memiliki tanda muatan yang sesuai dengan masing-masing plat. Muatan permukaan di dalam dielektrik ini akan menghasilkan medan listrik Eb dengan arah seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 sejak muatan Q masih menghasilkan medan listrik awal E0, resultan dari medan listrik E ditunjukkan dengan: E = E0 – Eb, dimana E<E0 (3) Gambar 4. Molekul di dalam dielektrik yang terpolarisasi karena medan listrik awal E0 di antara kedua konduktor Gambar 5. Muatanmuatan dan medanmedan yang terjadi di antara kedua plat yang disisipkan bahan dielektrik (Wangsness, 1986) Gelas Pyrex Gelas pyrex merupakan isolator listrik yang termasuk dalam material keramik yang memiliki resistivitas 1014 ohm.m (pada temperatur 20 C), dengan kekuatan dielektrik adalah 14.000 V/mm. Gelas pyrex ini memiliki nilai konstantakonstanta dielektrik relatif sebesar 4,3 (pada 60 Hz) dan 4 (pada 106 Hz). Konstanta dielektrik relatif merupakan salah satu sifat dari material yang digunakan sebagai dielektrik. Dimana dielektrik tersebut dapat peka terhadap suhu dan frekuensi (Vlack, 2001). METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Secara keseluruhan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Reaktor plasma Reaktor plasma yang digunakan menggunakan geometri elektroda koaksial Elektroda positif berada ditengah silinder koaksial (kawat spiral) dengan bahan logam sedangkan elektroda negatif berada diluar silinder koaksial (aluminium) yang dihalangi dengan bahan dielektrik yang berupa gelas pyrex. 2. Stopwatch Stopwatch (Japan CBM Corp Water Resist, ketelitian 0,01 sekon) digunakan untuk mengukur waktu perlakuan gas ozon terhadap larutan penyerap. 3. High Voltage (HV) Probe HV Probe (HV Probe DC max Voltage DC 40 kV; AC 28 kV nomor kode EC 1010, En G1010. made in Taiwan.) digunakan untuk membagi tegangan agar tegangan yang masuk ke dalam multimeter digital dapat terbaca. 4. Multimeter Analog Multimeter (Sunwa Taiwan TRXn 360) digunakan untuk mengukur arus dan tegangan bolak balik (AC) yang terdapat pada rangkaian reaktor plasma lucutan penghalang dielektrik 5. Jangka sorong Jangka sorong (Mitutoyo Japan nomer kode 530-104 dengan ketelitian 0,05 mm) digunakan untuk mengukur panjang tabung elektroda koaksial pada sistem pembangkit plasma. 6. Mikrometer sekrup Mikrometer sekrup (mitutoyo made in Japan nomer kode 103-137, MI 10-25 dengan ketelitian 0,01 mm) digunakan untuk mengukur ketebalan dinding elektroda geometri silinder koaksial. 7. Spektrofotometer UV vis Spektrofotometer UV vis 1201 (Japan SHIMADZU Corp, No. Serial A1005) digunakan untuk mengukur absorbansi dari gas ozon yang dihasilkan serta yang telah diserap oleh larutan senyawa penyerapan (pada panjang gelombang 352 nm). 8. Tabung erlenmeyer Tabung erlenmeyer digunakan sebagai tempat zat yang disertai dengan perlakuan gas ozon. 9. Tabung reaksi Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit. 10. Gelas ukur Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume zat fase cair. 11. Labu ukur Labu ukur digunakan untuk membuat larutan standar atau larutan tertentu dengan volume tertentu secara tepat. 12. Kertas Aluminium Kertas aluminium digunakan sebagai pembungkus erlenmeyer agar keluaran gas ozon yang dihasilkan dari reaktor plasma tidak menguap karena terkena (exposed) sinar UV matahari. 13. Tabung Oksigen Tabung oksigen digunakan untuk mendapatkan gas oksigen murni sebagai gas sumber (bahan) yang terionisasi. Tabung Oksigen dilengkapi dengan regulator gas sebagai pengatur keluaran kecepatan alir gas oksigen. Bahan Bahan yang digunakan adalah: 1. Gas sumber oksigen murni, dengan tingkat kemurnian 99,6 % dan kelembaban sebesar 0,3 C 2. 3. 4. 5. 6. Kalium Dihidrogen Fosfat (KH2PO4) Natrium Hidrogen Fosfat (Na2HPO4) Kalium Iodida (KI) Iodin (I2) Larutan penyerap. Penyiapan larutan sampel dengan melarutkan 14,20 g Na2HPO4, 13,61 g KH2PO4 dan 10,00 g KI di dalam labu ukur dengan volume 1 liter air akuadest. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dimulai dengan perancangan sistem reaktor plasma dengan teknik lucutan plasma penghalang dielektrik yang dihubungkan dengan tabung gas sumber oksigen dan peralatan bagian luar lainnya untuk memulai penelitian. Proses penelitian dimulai dengan memberikan tegangan sumber AC yang dikondisikan plasma senyap, kemudian dengan mengalirkan gas sumber oksigen pada elektroda dengan konfigurasi geometri spiral-silinder yang terdapat di dalam reaktor plasma. Selanjutnya adalah mengukur konsentrasi keluaran gas ozon dan konsentrasi gas ozon yang terlarut dalam air dengan variasi waktu keluaran gas ozon dari reaktor plasma, kecepatan alir gas sumber oksigen, dan tegangan sumber AC. Hasil pengukuran konsentrasi gas ozon dan konsentrasi gas ozon yang terlarut dalam air dapat dianalisis dengan menggunakan alat spektrofotometer UV vis. Keseluruhan sistem digunakan untuk mengetahui kadar konsentrasi keluaran gas ozon yang dihasilkan dari sistem reaktor untuk penghilangan polutan-polutan dalam air. Prosedur Penelitian Pengukuran Ozon (O3) Pengukuran kadar konsentrasi gas ozon dan konsentrasi gas ozon terlarut dalam air dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV vis. Setelah perlakuan (gas ozon yang dihasilkan dari reaktor plasma) dialirkan ke dalam campuran larutan penyerap. Kemudian diletakkan ke dalam tabung reaksi dengan jumlah volume sebesar 5 ml. Memindahkan sebagian dari bahan reagen yang diarahkan untuk setiap 1 cm sel serapan dan menentukan absorbansi dari larutan penyerapan dengan menggunakan spektrofotometer UV vis pada panjang gelombang 352 nm. Mempersiapkan rangkaian standar kalibrasi sebagai berikut. Siapkan larutan standar iodin (I2) sebesar 0,025 M dengan melarutkan 3,2 g KI dan 0,635 g I2 di dalam labu ukur dengan volume aquadest sebesar 100 ml. Sebelum digunakan larutan tersebut harus didiamkan selama satu hari dalam temperatur kamar. Ambil 4 ml dari larutan ini dan kemudian larutkan kembali dengan volume aquadest sebesar 100 ml di dalam labu ukur dengan reagent absorbansi yang tidak terkena sinar matahari agar dapat membentuk larutan I2 0,001 M. Menggunakan larutan ini untuk mempersiapkan rangkaian standar kalibrasi di dalam labu ukur dengan volume sebesar 50 ml, setiap kali mengencerkan larutan dengan reagent absorbansi. Dengan mengambil volume larutan dari 0,001 M I2 untuk memperoleh konsentrasi I2: 0,5 ml-6,0 ml dengan interval sebesar 0,5 ml, dengan molaritas larutan 10 M-12 M pada interval 1 M. Pengukuran absorbansi pada larutan reagen, dimana absorbansi yang dihasilkan tidak boleh terkena sinar matahari (unexposed absorbing reagent) karena dengan mengurangi nilai absorbansi dari suatu sampel. Adapun absorbansi yang dihasilkan harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan kalibrasi standar I2 (iodin). Mempersiapkan grafik kalibrasi standar dengan memplotkan absorbansi versus konsentrasi I2. Grafik kalibrasi standar digunakan untuk membandingkan nilai absorbansi dari konsentrasi I2 dengan nilai absorbansi dari konsentrasi ozon di dalam absorbing solution. Grafik kalibrasi standar larutan iodin digunakan untuk mengetahui nilai absorbansi dan kemolaran (M) dari larutan sampel ozon sehingga dapat memperoleh konsentrasi ozon di dalam larutan penyerap. Rangkaian Sistem Pembangkit Plasma Gambar 6. Rangkaian sistem pembangkit plasma melalui teknik lucutan penghalang dielektrik Deskripsi Sistem Pembangkit Plasma Lucutan Penghalang Dielektrik Sistem pembangkit plasma yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bentuk kofigurasi silinder koaksial. Elektroda aktif menggunakan kawat spiral yang mengikuti bentuk konfigurasi sistem pembangkit plasma, sedangkan untuk elektroda pasif menggunakan lapisan aluminium. Untuk penghalang dielektrik pada sistem menggunakan gelas pyrex karena memiliki nilai resistivitas yang tinggi. Adapun gambar sistem pembangkit lucutan plasma penghalang dielektrik dapat ditunjukkan pada gambar 7secara detail dan jelas. Gambar 7. Sketsa sistem pembangkit plasma berkonfigurasi silinder koaksial Pada elektroda kawat (aktif), dibentuk menjadi bentuk spiral dengan jumlah lilitan sebanyak 30 buah, dengan diameter lilitan kawat sebesar 0,266 cm. Panjang kawat ini secara keseluruhan (apabila tidak dililitkan menjadi bentuk spiral atau kawat lurus) adalah 47 cm, sedangan jarak diantara masing-masing lilitannya sebesar 0,128 cm. Lapisan elektroda negatif pada sistem pembangkit plasma ini menggunakan lapisan aluminium dengan ketebalan sebesar 0,015 cm. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari reaktor plasma. Kedua elektroda ini dihalangi oleh lapisan dengan bahan dielektrik, yang berupa gelas pyrex. Adapun nilai resistivitas pada gelas pyrex sebesar 1014 ohm.m (pada temperatur 20 C). Gelas pyrex ini memiliki tebal sebesar 0,160 cm dan diemeter sebesar 0,64 cm. Diantara kawat spiral dengan lapisan dielektrik terpisah oleh jarak sebesar 0,093 cm (lebar celah), sedangkan panjang keseluruhan tabung reaktor plasma lucutan penghalang dielektriknya adalah 9,52cm. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Arus-Tegangan dari Sistem Pembangkit Plasma Sumber tegangan yang digunakan dalam sistem pembangkit plasma senyap adalah sumber tegangan arus bolak-balik (AC) yang dapat menghasilkan medan listrik tinggi di antara kedua elektroda dengan melewati efek pengisolasian gas oksigen di dalam tabung reaktor plasma. Beda potensial yang diberikan di dalam tabung reaktor yang berisi gas oksigen dapat bervariasi sehingga nilai arus yang dihasilkan pun bervariasi. Perubahan nilai arus pada sistem ini bergantung kepada nilai tegangan yang dikenakan pada sistem pembangkit plasma. Plasma senyap dapat dibangkitkan dengan tegangan AC pulsa. Adapun foto pulsa tegangan dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Foto bentuk gelombang sinusoidal yang dihasilkan dari sumber tegangan AC yang digunakan dalam sistem pembangkit plasma senyap Gambar 8 menunjukkan pulsa tegangan AC dengan bentuk gelombang sinusoidal yang ditampilkan pada osiloskop. Pulsa tegangan ini dihasilkan pada tegangan 3 kV dengan amplitudo sebesar 2 div (setengah gelombang sinusoidal), pada 2 volt/div. Siklus pulsa tegangan ini terjadi secara berulang-ulang dengan periode tegangan sebesar 140 s pada satu siklus pulsa tegangan (satu panjang gelombang sebesar 1,4 div dengan 100 s/div). Sehingga besarnya frekuensi tegangan AC adalah 7.142,857 Hz. Karena frekuensi yang digunakan pada sistem pembangkit plasma ini tinggi (memiliki laju perubahan arus yang tinggi) maka digunakan induktor untuk membatasi arus listrik agar tetap pada nilai arus yang diperbolehkan (Tipler, 1991). Arus listrik yang terukur dari sistem reaktor plasma lucutan peghalang dielektrik ini akibat adanya muatan yang terakumulasi di dalam reaktor. Muatan listrik terbentuk dari adanya ionisasi berantai karena medan listrik mempercepat elektron sehingga elektron memiliki energi yang cukup untuk mengionisasi gas. Adapun elektron awal disinyalir terbentuk oleh adanya radiasi sinar kosmis pada molekul atau gas. V maksimal pada sistem pembangkit plasma lucutan penghalang dielektrik menghasilkan nilai arus sebesar 17 A . Tegangan yang diberikan pada sistem pembangkit plasma ini dinaikkan sehingga arus yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena timbulnya medan listrik yang semakin tinggi sehingga energi elektron pun semakin besar dan terjadinya tumbukan antara elektron dengan molekulmolekul oksigen yang dapat mengakibatkan terjadinya proses ionisasi berantai sehingga menghasilkan elektron lebih banyak lagi. Pada tegangan 3 kV–3,6 kV, mulanya arus meningkat dengan kenaikan arus 1 A pada setiap kenaikan tegangannya. Akan tetapi, pada tegangan 3,8 kV-4,2 kV arus meningkat dengan nilai yang lebih besar dari tegangan sebelumnya. Kemudian untuk tegangan 4,4 kV-5 kV, arus meningkat tajam sebesar 3 A pada setiap kenaikan tegangannya. Karena kenaikan arus yang tidak berbanding lurus dengan tegangannya maka grafik ini akan memiliki kecendrungan bentuk persamaan I s V 2 . Bentuk grafik ini menyamai kecendrungan pada arus saturasi untuk lucutan plasma korona berkonfigurasi point to plane (Sigmond, 1982). Pada grafik arus saturasi ini menghasilkan nilai mobilitas arus unipolar diperoleh 0,513 cm2 / Vs. Konsentrasi Gas Ozon sebagai Fungsi Tegangan dengan Waktu Konstan Pada sistem pembangkit lucutan plasma penghalang dielektrik yang digunakan dalam penelitian ini dimulai pada tegangan 3,8 kV sampai dengan 5 kV karena pada kisaran tersebut telah terbentuk plasma yang dapat menghasilkan ozon. 20 5 0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 Tegangan (kV) Gambar 9. Grafik karakteristik arus listrik sebagai fungsi tegangan Gambar 9 menunjukkan arus sebagai fungsi tegangan pada sistem pembangkit plasma diawali pada tegangan 3 kV yang menghasilkan arus sebesar 1 A . Sedangkan pada tegangan 260 240 220 200 180 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit 7 menit 160 140 120 100 80 60 40 20 0 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 Tegangan (kV) (a) 4,8 5,0 Konsentrasi Ozon (µppm) 10 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit 7 menit 180 280 Konsentrasi Ozon (µppm) Arus (µA) 15 160 140 120 100 80 60 40 20 0 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 Tegangan (kV) (b) 4,8 5,0 50 45 40 35 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit 7 menit 30 25 20 15 10 5 0 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 Tegangan (kV) (c) Gambar 10. Grafik hubungan antara konsentrasi sebagai fungsi tegangan dengan debit alir gas (a). 0,5 L/menit, (b). 1,5 L/menit, dan (c). 2,5 L/menit Dari grafik 10 dapat terlihat bahwa karakteristik dari ketiga debit alir gas mempunyai kecendrungan bentuk yang sama. Konsentrasi ozon semakin meningkat dengan peningkatan tegangan yang diberikan. Pada tegangan 3,8 kV sampai dengan 4 kV (debit alir gas 0,5 L/menit) konsentrasi ozon yang dihasilkan mengalami kenaikan dengan gradien yang kecil. Kenaikan ini disebabkan karena semakin meningkatnya kuat medan listrik diantara kedua elektroda untuk mengionisasi gas, sehingga semakin banyak spesies aktif yang dihasilkan untuk menghasilkan ozon dari reaksi kimia yang terjadi. Konsentrasi ozon yang dihasilkan meningkat sampai pada waktu perlakuan 7 menit karena konsentrasi ozon meningkat dengan meningkatnya jumlah elektron (akibat proses ionisasi) dalam setiap waktu yang digunakan gas untuk mengubah O 2 menjadi O 3 . Molekul gas yang bertumbukan dengan elektron akan menghasilkan atom oksigen dengan reaksi sebagai berikut: e+O 2 O+O+e (R-8) Tumbukan tak elastis pada elektron bebas akan mengionisasi molekul gas yang ada di dalam gas oksigen yang melewati celah antar elektroda sehingga menghasilkan lebih banyak elektron bebas yang akan mengalami reaksi yang berulang-ulang sehingga terjadi pelipatgandaan elektron (streamer). Lucutan yang dibangkitkan oleh ion akan terdistribusi pada permukaan dielektrik. Lucutan mikro yang terjadi dalam jumlah besar akan meningkatkan konsentrasi ozon. Konsentrasi ozon terus meningkat secara tajam pada tegangan 4,0 kV sampai dengan 4,8 kV dengan gradien yang besar, karena pada range tegangan ini breakdown lucutan gas telah tercapai. Sedangkan pada range tegangan 4,8 kV sampai 5,0 kV, konsentrasi ozon naik dengan gradien yang kecil karena breakdown lucutan gas yang tercapai ini menghasilkan pergerakan elektron yang sangat cepat dari tegangan sebelumnya. Sehingga konsentrasi ozon pada tegangan ini mengalami kenaikan yang kecil dibandingkan dengan kenaikan konsentrasi ozon pada tegangan 4,0 kV-4,8 kV. Jumlah elektron yang semakin meningkat karena penambahan tegangan dapat meningkatkan proses ionisasi gas untuk produksi ozon. Kenaikan ozon yang kecil pada tegangan 4,8 kV-5,0 kV disebabkan karena jumlah partikel gas yang mengalir lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah elektron primer yang dihasilkan dari tegangan yang diberikan. Dalam keadaan ini, energi kinetik elektron yang dihasilkan untuk menumbuk atom atau molekul gasnya akan semakin besar karena adanya fotonfoton yang terbentuk dari emisi elektron (Shira, 1998). Proses pelipatgandaan elektron karena tumbukan tak elastik yang terjadi secara berulang kali akan terdistribusi secara merata terhadap ruang dan waktu, yang juga semakin banyaknya gas yang terionisasi di dalam tabung lucutan. Kumpulan streamer ini akan membentuk lucutan mikro karena durasi pendistribusian pada permukaan dielektrik yang sangat pendek. Lucutan yang terbentuk tersebut akan berkumpul pada permukaan dielektrik yang akan menghasilkan medan listrik balik dan akan menghentikan arus dalam waktu nanodetik (Malik, et al, 2000). Pengaruh debit alir gas oksigen murni terhadap konsentrasi ozon Debit alir gas sangat mempengaruhi hasil konsentrasi ozon seperti yang ditunjukkan pada gambar 10. 0,5 L/men 1,5 L/men 2,5 L/men 250 Konsentrasi Ozon (µppm) Konsentrasi Ozon (µppm) 55 200 150 100 50 0 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 Tegangan (kV) Gambar 11 Grafik hubungan konsentrasi ozon sebagai fungsi tegangan dengan waktu 4 menit Pada gambar 11 ini merupakan karakteristik konsentrasi ozon sebagai fungsi tegangan dengan debit alir gas 0,5 L/menit, 1,5 L/menit, dan 2,5 L/menit (pada waktu konstan 4 menit). Pada debit aliran gas 0,5 L/menit, konsentrasi ozon sebagai fungsi tegangan yang dihasilkan lebih tinggi karena energi elektron yang digunakan saat terjadi tumbukan dengan molekul gas lebih sedikit karena kecepatan alir molekul gas oksigen ini lebih lambat dibandingkan dengan debit aliran gas 1,5 L/menit dan 2,5 L/menit. Gas oksigen dengan debit aliran yang lebih kecil akan menghasilkan ozon yang lebih tinggi karena gerak aliran yang semakin lambat maka semakin lama molekul gas itu tinggal di dalam sistem pembangkit lucutan plasma menyebabkan semakin banyaknya molekul gas yang dapat terionisasi di dalam celah antar elektroda. Pada debit alir gas 1,5 L/menit dan 2,5 L/menit dapat menyebabkan semakin menurunnya konsentrasi ozon yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak gas yang mengalir ke dalam tabung reaktor, dapat menyebabkan berkurangnya waktu molekul gas yang berada pada saat proses ionisasi berlangsung (daerah ionisasi) sehingga molekul gas yang terionisasi hanya sedikit. Dalam penelitian ini lintasan bebas rerata juga harus diperhitungkan secara fisis dan teoritik. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembentukan plasma akan terjadi proses tumbukan yang terjadi secara terus menerus. Dimana molekul-molekul gas akan sangat sering menumbuk partikel-partikel atau saling menumbuk satu sama lainnya (walaupun pada tekanan rendah sekalipun) sehingga dapat menyebabkan kerapatan gas menjadi berkurang. Konsep lintasan bebas rerata digunakan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam konduksi gas. Lintasan bebas rerata merupakan lintasan dengan garis penampang lintang di antara partikel-partikel yang bertumbukan secara berturut-turut. Adapun lintasan bebas rerata dapat dinyatakan di dalam rumus: 1 . Secara teoritik, dapat diketahui N bahwa lintasan bebas rerata berbanding terbalik dengan kerapatan gasnya. Sehingga semakin besar jumlah partikel gas di dalam tabung reaktor dapat menyebabkan nilai lintasan bebas rerata partikel semakin kecil (Nasser, 1971). Secara fisis, bahwa semakin besar debit alir gas akan menghasilkan jumlah molekul gas di dalam tabung semakin meningkat sehingga lintasan bebas reratanya semakin kecil. Hal ini disebabkan karena seringnya proses tumbukan yang terjadi secara berturut-turut antara partikel gas dengan ozon karena lintasan bebas rerata partikel gas yang kecil. Semakin rapat partikel gas dalam tabung reaktor (debit alir besar) maka dapat mengakibatkan elektron-elektron tidak mudah untuk menambah energinya (dari medan listrik maupun melalui proses ionisasi). Elektron-elektron ini akan mudah kehilangan energi kinetiknya karena seringnya tumbukantumbukan yang terjadi secara berturut-turut, sehingga elektron-elektron tersebut akan sukar untuk membelah molekul gas oksigen dalam proses dissosiasi. Adapun tumbukan awal yang terjadi di antara keduanya disinyalir merupakan tumbukan lenting karena elektron-elektronnya menumbuk partikel-partikel gas yang rapat maka elektron-elektron tersebut hanya akan kehilangan sedikit energi, yang tidak dapat menyebabkan ionisasi atom gas. Adapun hal ini dapat mengakibatkan atom-atom gas yang terionisasi sangat sedikit sehingga proses pelipatgandaan elektron yang terjadi dalam plasma lebih lama tercapai untuk proses ionisasi selanjutnya. Sehingga pembentukan ozon dan senyawasenyawa radikal bebas melalui reaksi kimia yang terjadi di dalam plasma akan semakin berkurang karena terhalangnya proses ionisasi atom gas tersebut. Hal inilah yang dapat menyebabkan konsentrasi ozon akan semakin berkurang dengan semakin tingginya debit alir gas di dalam tabung reaktor. Sedangkan untuk debit alir gas yang rendah, partikel-partikel gas di dalam tabung memiliki kerapatan gas yang kecil. Karena kerapatan gas berbanding terbalik dengan lintasan bebas rerata partikelnya maka lintasan rerata partikel gas yang dihasilkan menjadi lebih besar. Adapun tumbukan awal antara elektron-elektron dengan partikel gas merupakan tumbukan tidak lenting karena seluruh energi elektronnya digunakan untuk mendissosiasi partikel-partikel gas. Hal ini dapat menyebabkan elektron-elektron tersebut memiliki energi yang lebih besar untuk membentuk ion-ion dan radikal bebas dalam proses ionisasi. Dimana elektron-elektron tersebut akan mendapatkan tambahan energi dari medan listrik agar dapat melakukan proses 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 Tegangan (kV) Konsnetrasi dissolved ozon (µppm) (a) (b) 1,6 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 1,4 1,2 1,0 0,8 O3 + O O2 + O2 (R-9) sehingga ozon yang telah terbentuk akan terurai kembali menjadi molekul oksigen. Reaksi yang berulang-ulang akan mengurangi konsentrasi ozon yang terbentuk di udara, konsentrasinya juga mengalami penurunan, karena ozon mempunyai sifat yang tidak stabil dan mudah berubah kembali menjadi oksigen. Pada kebanyakan reaksi (pada temperatur kamar), ozon dapat beroksidasi dengan cepat di dalam air daripada oksigen. Hasil dari keluaran reaktor plasma senyap tidak seluruhnya menghasilkan ozon, akan tetapi spesies-spesies aktif lain juga dihasilkan di dalam reaktor ini. Spesies-spesies aktif yang dihasilkan dari lucutan plasma penghalang dielektrik, antara lain; e-, O2 , O , O , dan O3 . Ozon yang dilarutkan kedalam air ini akan mengalami proses dekomposisi dengan air. Konsentrasi gas ozon di udara selalu lebih besar daripada konsentrasi dissolved ozon di dalam air untuk waktu dan tegangan yang sama. Hal ini ditunjukkan pada gambar 13 yang merupakan hubungan antara konsentrasi ozon di udara dan konsentrasi dissolved ozon di dalam air sebagai fungsi tegangan pada waktu konstan 5 menit. 0,6 Gas ozon di udara Dissolved ozon di dalam air 0,4 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 Tegangan (kV) (c) Gambar 12. Grafik hubungan konsentrasi dissolved ozon di dalam air sebagai fungsi tegangan dengan debit alir gas (a). 0,5 L/menit, (b). 1,5 L/menit, dan (b). 2,5 L/menit Seperti yang terlihat pada gambar 12 Konsentrasi dissolved ozon di dalam air mengalami kenaikan yang berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan karena semakin besar medan listrik yang dihasilkan, pada kondisi ini proses ionisasi dapat terus berlangsung. Dimana molekul-molekul gas oksigen yang tereksitasi pun semakin besar, sehingga dapat meningkatkan reaksi kimia yang terjadi dengan memproduksi ozon. Penurunan yang terjadi pada konsentrasi dissolved ozon di dalam air dapat disebabkan karena molekul ozon di dalam sistem pembangkit lucutan plasma penghalang dielektrik ini mengalami tumbukan lagi dengan atom oksigen yang akan menyebabkan reaksi sebagai berikut: 250 Konsentrasi Ozon (µppm) Konsnetrasi dissolved ozon (µppm) ionisasi selanjutnya. Dalam hal ini, proses pelipatgandaan elektron lebih mudah tercapai sehingga proses ionisasi akan terus berlangsung untuk meningkatkan jumlah plasma yang disertai dengan peningkatan konsentrasi ozonnya. Konsentrasi Dissolved Gas Ozon di dalam Air sebagai Fungsi Tegangan dengan Waktu Konstan Pada subbab ini dibahas karakteristik konsentrasi dissolved ozon di dalam air sebagai fungsi tegangan dengan waktu keluaran gas dan kecepatan alir gas yang konstan. 200 150 100 50 0 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 Tegangan (kV) Gambar 13. Grafik hubungan konsentrasi ozon di udara dan konsentrasi dissolved ozon di dalam air sebagai fungsi tegangan dengan debit alir gas 0,5 L/menit Ozon yang terlarut di dalam air ini mengalami proses reaksi reduksi-oksidasi dengan air. Dimana waktu perlakuan dissolved ozon lebih lama daripada waktu perlakuan ozon yang tidak dilarutkan di dalam air (di udara). Sehingga semakin lama ozon yang dilarutkan di dalam air dapat menyebabkan dissolved ozonnya semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena ozon memiliki short lived yang terbatas di dalam air daripada short lived ozon di udara. Sehingga semakin lama waktu perlakuan ozon yang terlarut di dalam air ini dapat menyebabkan konsentrasi dissolved ozonnya akan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena molekulmolekul ozon yang terlarut di dalam air tersebut telah kembali menjadi gas oksigen, dimana hal ini merupakan reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi antara ozon dengan air (Montgomery, 1985). Proses dekomposisi ozon di dalam air merupakan reaksi kesetimbangan yang terjadi antara ozon yang beroksidasi dengan air. Adapun reaksi kesetimbangan yang dapat terjadi dari ozon di dalam air (larutan asam dan larutan basa) seperti terlihat pada (R-10) sampai (R-13). Reaksi antara gas ozon dengan larutan yang bersifat asam: O2 4 H 4e E 1,23V (R-10) 2H 2 O 2O3 4 H 4e 2O2 2H 2O E 2,07V (R-11) ---------------------------------------------------------+ 2O3 g 3O2 E 0,84V Reaksi antara gas ozon dengan larutan yang bersifat basa: 4OH O2 2H 2 O 4e E 1,23V (R-12) 2O3 2 H 2O 4e 2O2 4OH E 2,07V (R-13) ---------------------------------------------------------+ 2O3 g 3O2 E 0,84V (Holum, 1993) Dari reaksi (R-10) sampai (R-13) diatas dapat memperlihatkan bahwa ozon memiliki potensial pereduksi yang besar untuk membunuh senyawa inorganik beserta material organiknya. Dimana ozon yang terlarut di dalam air yang bersifat asam maupun basa akan berubah kembali menjadi oksigen yang terlarut di dalam air (dengan short lived 40 menit). Ozon yang dihasilkan dari lucutan plasma penghalang dielektrik ini dapat digunakan sebagai aplikasi desinfektan air, yang dapat menghilangkan polutan-polutan dalam air. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari semua pembahasan dan penjelasan pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem pembangkit plasma senyap menggunakan lapisan penghalang dielektrik yang memiliki bentuk konfigurasi silinderkoaksial (kawat spiral silinder) dapat digunakan untuk memproduksi ozon. 2. Konsentrasi gas ozon di udara selalu lebih besar dari konsentrasi dissolved ozon di dalam air untuk tegangan dan waktu yang sama. 3. Kenaikan tegangan yang diberikan dapat meningkatkan konsentrasi ozon dan konsentrasi dissolved ozon di dalam air yang dihasilkan dari sistem pembangkit plasma lucutan penghalang dielektrik 4. Konsentrasi ozon yang dihasilkan dari sistem pembangkit lucutan plasma penghalang dielektrik mempunyai nilai tertinggi pada penggunaan debit alir gas terkecil yaitu 0,5 L/menit dibandingkan dengan debit alir gas 1,5 L/menit dan 2,5L/menit. 5. Semakin besar kerapatan suatu gas (debit alir gas besar) dapat menyebabkan jalur jalan bebas rerata partikel gas semakin kecil yang menghasilkan konsentrasi ozon semakin berkurang. 6. Konsentrasi dissolved ozon di dalam air semakin menurun berdasarkan variasi waktu perlakuan ozon di dalam air. Saran Hal yang perlu dilakukan selanjutnya: 1. Tegangan yang diberikan pada sistem pembangkit lucutan plasma penghalang dielektrik sebaiknya lebih besar dari 5 kV agar dapat mengetahui batas tegangan breakdownnya. 2. Melakukan penelitian dengan debit alir gas yang lebih kecil dari 0,5 liter/menit agar ozon yang dihasilkan lebih banyak. 3. Pengujian ozon dan dissolved ozon di dalam air sebaiknya dilakukan dengan menggunakan ozon analyzer agar mendapatkan hasil yang lebih baik daripada pengujian ozon (dalam larutan penyerapan) yang dilakukan dengan spektrofotometer UV vis. 4. Pada sistem pembangkit plasma sebaiknya dikondisikan dalam keadaan vakum agar proses lucutan gas yang terjadi di dalam tabung lucutan gas dapat maksimal. 5. Melakukan pengukuran konsentrasi oksigen di dalam air agar dapat diketahui nilai dari konsentrasi dissolved ozon yang telah berokdidasi kembali menjadi oksigen 6. Melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat memperoleh konsentrasi ozon yang efektif sebagai aplikasi desinfektan air (konsentrasi efektif ozon adalah 0,5 ppm-2 ppm). DAFTAR PUSTAKA Alonso, M., dan Finn, E.J., 1994, Dasar-Dasar Fisika Universitas Jilid 2, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. Bechaux, J., 1979, Water Treatment Hand Book Fifth Edition, John Wiley and Sons, New York. Chang, J. S., 1993, Energetic Electron Induced Plasma Process for Reduction of Acid and Greenhouse in Combustion Flue Gas, diedit oleh Penitrante, B. M., and Schultheis, S. E., NATO ASI Series, Springer Verlag. Chapman, B., 1990, Glow Discharge Processes, John Willey & Sons, New York. Chen, J., dan Davidson, J.H., 2002, Electron Density and Energy Distributions in the Positive DC Corona: Interpretation for Corona-Enhanced Chemical Reactions, Plasma Chemistry and Plasma Processing, Vol. 22, pp 199-224. Chen, J., dan Davidson, J.H., 2003, Model of the Negative DC Corona Plasma : Comparison to the Positive DC Corona Plasma, Department of Mechanical Engineering University of Minnesota, Minneapolis, http://www.menet.umn.edu/~jhchen/neg _corona_plasma_final.pdf. Giancoli, D.C., 1998, Fisika Jilid 1, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Holum, dan Brady, 1993, Chemistry The Study of Matter and its Changes, John Wiley and Sons. inc, New York. Kickuth, R., et al, 2001, Plasma Technology with Process Diversity and Sustainability, Translated by Dr. Angela Lahee, Federal Ministry of Education and Research, German. Kogelschatzt, U., et al, 1999, From Ozone to Flat Television Screens: History and Future Potential of dielectric-Barrier Discharges, ABB Corporate Research Ltd, Switzerland. Konuma, M., 1992, Film Deposition by Plasma Tecniques, Springer_Verlag, Berlin Korzekwa, R., et al, 1998, Experimental Results Comparing Pulsed Corona and Dielectric Barrier Discharges for Pollution Control, Los Alamos National Laboratory, Los Alomos. Kuraica, M. M., et al, 1996, Application of Coaxial Dielectric Barrier Discharge for Portable and Waste Water Treatment, Faculty of Physics, Serbia and Montenegro. Lieberman, M. A., dan Lichtenberg, A. J., 2005, Principles of plasma discharges and materials processing second edition, John Wiley and Sons, United State of America. Malik, M. M., at al, 2000, Water purification by Electrical Discharges, PINSTECH, Pakistan. Marr, G.V., 1967, Photoionization Processes in Gases, Academic Press, New York. McClellan, 2003, The Silent Discharge Plasma Technology Nonequilibrium Nonthermal Plasma to Oxidize Organic Contaminants, ENV America Incorporation, United States of America. Miyoshi, Y., 2000, Treatment Technology for Colored Waste Water, APEC, The Tokyo Metropolitan Research Institute for Environmental Protection, Japan. Montgomery, J.M., 1985, Water Treatment Principles and Design, John Wiley and Sons, Canada. Nasser, E., 1971, Fundamental of Gasseous Ionization and Plasma Electronics, Wiley-Interscience, New York. Nur, M., 1998, Fisika Plasma dan Aplikasinya, Stadium General Fisika Universitas Diponegoro, Semarang. Orlandini, O., and Riadel, U., 2000, Chemical Kinetics of NO Removal by Pulsed Corona Discharges, Journal Phys. D: Appl. Phys., Vol 33, pp 2467-2474. Orlandini, O., and Riadel, U., 2001, Modelling of NO and HC Removal by Non-Thermal Plasmas, Combustion Theory and Modelling, Institute if Physics Publishing, Vol. 5, pp 447-462 Oxtoby, D.W., and Nachtrieb, N.H., 1986, Principles of Modern Chemistry, Saunders College Publishing, United States of America. Panicker, P, 2003, Ionisation Of Gas By Corona Discharge, S-2, Thesis, Universitas Texas, Arlington. Radojevic, M., dan Bashkin, V.N., 1999, Practical Environmental Analysis, Royal Society of Chemistry, England. Rahel, J., et al , 2000, Study of Ozone Production by Negative Corona Discharge in Mixtures of Oxygen with some Chlorinated Methanes, Department of Plasma Physics, Comenius University, Slovakia. Raizer, Y.P., 1991, Gas Discharge Physics, Springer-Verlag, Berlin. Reitz, J.R., et al., 1993, Dasar Teori Listrik Magnet, Edisi ketiga, Terjemahan oleh Suwarno Wiryosimin, Penerbit Institut Teknik Bandung (ITB), Bandung. Shira, 1998, Dielectric Barrier Discharge, lecture_notes, Plasma Procces,note.pdf, Japan. Sigmond, R.S., 1982, Simple Approximation Treatment of Unipolar Space chargeDominated Corona: The Warburg Law and the Saturation Current, J.Appl.Phy., 53(2), 891-898. Spyrout, N., et al, 1994, New Result on a Point– to-Plane DC Plasma Reactor in LowPressure Dried Air, Journal Phys. D: Appl. Phys., Vol. 27, pp 2329-2339. Stratton, B.C., et al, 1998, Synthesis of ozone at Atmospheric pressure by a Quenched Induction-Coupled Plasma Torch, Princeton Plasma Physics Laboratory, Princeton University, England. Sugiarto, A.T., 2002, Atasi Polusi dengan Plasma, Pusat Penelitian KIM-LIPI, Tangerang. Tango, S. M., Gagnon, G.A., 2003, Impact of Ozonation on Water Quality in Marine Recirculation Systems, Departement of Civil Engineering, Dalhousie University, Canada. Tipler, P.A., 1991, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta. Tseng, C.H., 1999, The application of Pulsed Corona Discharge Technology in Flue Gas Desulfurization and Denitrification, The Air & Wasre Management association’s 92nd Annual Meeting & Exhibition, St. Louis, Missouri, USA, http://.chaoheng.ip.com/Awma99Poster.pdf. Valyi, L., 1977, Atom and Ion Source, Central of Research Institute for Physics of the Hungarian Academy of Science, John Willey and Sons, London. Vlack Van., L., H., 2001, Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material, Edisi Keenam, Penerjemah Ir. Ny. Sriati Djaprie, M. E., M. Met, Erlangga, Jakarta. Wangsness, R.K., 1986, Electromagnetic Fields Second Edition, John Wiley and Sons, New York. Williams, R.B., dan Culp, G.L., 1986, Hand Book of Public Water Systems, VNE, Van Nostrand Reinhold, New York.