susu kambing bernilai gizi tinggi, serta berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit di antaranya asma dan TBC (Moeljanto and Wiryanta 2002). Kelebihan lain susu kambing ditengarai memiliki kandungan fluorine cukup tinggi, yang bermanfaat sebagai antiseptik alami dan diduga dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam tubuh. Selain itu, efek laksatif proteinnya rendah, sehingga tidak menyebabkan diare dan globula lemaknya kecil, sehingga mudah diserap (Damayanti 2002). Namun, realita yang ada menunjukkan bahwa perkembang-biakan kambing PE masih mengalami kendala, dalam hal kuantitas produksi susu yang masih terbilang rendah, yaitu 1.0 – 1.5 liter/ekor/hari (Balitnak 2004, Afandi 2007) dan tingkat mortalitas anak yang cukup tinggi dari lahir sampai disapih yaitu 16.6 – 55.0 % (Devendra and Burns 1994). Rendahnya produksi susu erat kaitannya dengan rendahnya mutu pakan dan kurang optimalnya metabolisme rumen. Menurut Haenlein (2008), nilai heritability produksi susu adalah 0.25, sehingga diindikasikan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik sebesar 25 %, sedangkan 75 % lainnya ditentukan oleh faktor lingkungan di antaranya pakan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi susu pada kambing PE masih dapat dioptimalkan melalui perbaikan mutu pakan. Dengan kata lain, melalui perbaikan pakan, produksi susu kambing PE di Indonesia dapat ditingkatkan mendekati produksi susu kambing etawah yaitu 3.5 liter/ekor/hari (Devendra and Burns 1994). Perbaikan pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan fortifikasi, suplementasi maupun dengan pemanfaatan jenis pakan yang berpotensi meningkatkan produksi susu. Dari berbagai informasi diketahui bahwa selain daun katuk, jenis tanaman lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi susu adalah daun bangun-bangun (Depkes 2005). Lawrence et al. (2005) menyatakan bahwa dalam tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) ditemukan tiga komponen utama yang berkhasiat, yaitu komponen yang bersifat laktagogue, komponen zat gizi, dan komponen farmakoseutika. Hal ini telah dibuktikan melalui beberapa penelitian, di antaranya Silitonga (1993) yang mendapatkan bahwa terjadi peningkatan produksi susu sampai 30 % pada tikus putih dan pertumbuhan anak lebih baik. Demikian halnya penelitian yang dilakukan Santosa (2001), memperlihatkan peningkatan produksi air susu ibu (ASI) sampai 47.4 % pada ibu menyusui dan pertambahan bobot badan bayi lebih tinggi. Penelitian lain yang dilakukan Damanik et al. (2001), menunjukkan bahwa pada ibu melahirkan, konsumsi daun bangunbangun membantu mengontrol postpartum bleeding dan berperan sebagai uterine cleansing agent, sedangkan pada ibu menyusui, konsumsi daun bangun-bangun dapat menstimulir produksi susu, tanpa efek merugikan. Tinggi rendahnya produksi susu juga tergantung dari proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh ternak. Kondisi ini adalah kenyataan yang dihadapi peternak akibat model pemberian pakan, yang hanya dititik beratkan pada pemenuhan kebutuhan protein dan energi semata (zat gizi makro), sedangkan zat gizi mikronya kurang diperhatikan. Keseimbangan protein dan energi memang sangat diperlukan untuk produktivitas optimal dari ternak ruminansia, namun tidak jarang terlihat secara visual produksi dan reproduksi ternak masih tidak normal, bahkan sering timbul simptom klinis, walaupun bahan makanan yang diberikan pada ternak cukup banyak. Pada kondisi seperti ini, praduga dapat diarahkan kepada ketidakseimbangan zat gizi mikro yaitu mineral dan vitamin. Menurut Ziegler (1996), banyak mineral berperan penting dalam metabolisme, di antaranya mineral Zn yang berfungsi sebagai kofaktor dari banyak enzim metabolisme. Piliang (2000) menyatakan bahwa melalui beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa mineral Zn kurang tersedia dalam pakan hijauan. Hasil analisis Hartadi et al. (1995) mendapatkan bahwa kandungan Zn dalam hijauan pakan ruminansia di Indonesia hanya berkisar antara 13 - 32 mg/kg bahan kering, sehingga menurut Adiati et al. (2001), apabila mengacu pada rata-rata konsumsi bahan kering sebesar 3% dari bobot badan per hari, maka kambing PE hanya mendapatkan asupan Zn sebesar 0.84 – 1.26 mg/kg bahan kering per hari. Padahal NRC (1981), merekomendasikan kebutuhan Zn kambing perah seharusnya di atas 40 mg/kg BK ransum per hari dan secara kontinyu harus disuplai, sebab hanya sedikit Zn yang disimpan tubuh dalam bentuk tersedia siap pakai. Namun, kebutuhan ini sangat tergantung dari beberapa faktor seperti umur, bobot badan, jenis kelamin dan status fisiologi (Cousins 1996). Pentingnya ketersediaan Zn, menjadi dasar perlunya suplementasi Zn dalam pakan ruminansia. Mineral Zn merupakan faktor penting dalam proses metabolisme, karena Zn sebagai kofaktor lebih dari 30 macam enzim yang berfungsi dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat (Riis 1983). Selain itu, Zn berperan dalam pemeliharaan fungsi sistem imun, untuk pembentukan antibodi yang menjaga daya tahan tubuh ternak (Frandson 1992). Rendahnya ketersediaan Zn dapat menyebabkan gangguan metabolisme, sehingga ketersediaan zat gizi dalam darah, yang dibutuhkan baik untuk daya tahan tubuh maupun proses produksi menjadi berkurang. Meskipun demikian, menurut Cousins (1996), Zn dalam ransum tidak sepenuhnya dapat dimetabolisme dan dimanfaatkan oleh ternak. Zn hanya mampu diserap sebesar ± 33%. Untuk membantu penyerapan Zn, ada komponen lain yang terlibat dalam mekanisme biokimia ini. Komponen yang dimaksud adalah vitamin, salah satunya vitamin E. Menurut Lonnerdal (1988), vitamin E bersama-sama Zn, sangat penting untuk menjaga kesehatan dan memelihara performans. Mekanisme interaksi Zn-vitamin E terjadi pada level membran. Zn dapat memperbaiki integritas membran, sedangkan vitamin E memelihara struktur membran dan melindungi dari stress peroksidasi. Dengan demikian, Zn-vitamin E secara sinergis mempertahankan integritas membran sel. Hasil penelitian Hurley et al. (1983), mendapatkan bahwa transport Zn atau vitamin E melewati membran sel tergantung pada level Zn atau vitamin E dalam membran. Vitamin E juga memiliki fungsi penting lain yaitu mempertahankan produksi optimal, pertumbuhan normal, melindungi sel darah dari hemolisis, dan terlibat dalam metabolisme terutama metabolisme lemak yaitu dengan membantu penyerapan lemak dan mencegah oksidasi asam lemak (Sokol 1996). Selain itu, dapat meningkatkan hipersensitivitas lambat dari sistem imun, yaitu suatu respons imunologis untuk melawan kanker, parasit dan infeksi kronis (Vitahealth, 2004). Peran vitamin E dalam membantu penyerapan Zn diharapkan dapat memperbaiki metabolisme dan memicu peran daun bangun-bangun dalam meningkatkan produksi susu. Selain itu, sebagai antioksidan, vitamin E dapat menghambat proses oksidasi lemak susu, sehingga dapat mendukung upaya peningkatan preferensi konsumen terhadap susu kambing yang masih rendah karena bau susu yang menjadi faktor pembatas. Padahal dari segi komposisi kimia, susu kambing lebih tinggi dibanding susu sapi (Walstra et al. 1999), bahkan setara dengan air susu ibu (Akers 2002). Berdasarkan informasi di atas diketahui bahwa sampai saat ini penelitian yang menjadi landasan bagi aplikasi pemanfaatan daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dan Zn-vitamin E dalam ransum, untuk mengetahui peranannya dalam memperbaiki metabolisme rumen dan meningkatkan produksi susu kambing PE belum pernah dikaji, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Berdasarkan pembahasan terhadap masalah-masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk : 1. Mengkaji pengaruh suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum terhadap metabolisme in vitro dan produksi susu. 2. Mengkaji mekanisme fisiologis interaksi pengaruh suplementasi daun bangunbangun dan Zn-vitamin E dalam ransum terhadap metabolisme in vitro dan produksi susu. 3. Mengkaji respon peningkatan pertumbuhan anak selama menyusu pada induk yang mendapat ransum mengandung daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum memberikan pengaruh positif terhadap perbaikan metabolisme in vitro dan produksi susu. 2. Terdapat suatu mekanisme fisiologis spesifik dan interaksi pengaruh yang positif di antara daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam memperbaiki metabolisme in vitro dan produksi susu. 3. Suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E menghasilkan pertumbuhan anak yang lebih baik. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat : 1. Menambah informasi mengenai manfaat daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam memperbaiki metabolisme dan meningkatkan produksi susu, sehingga dapat membantu upaya peningkatan produktivitas kambing PE melalui perbaikan pakan. 2. Menghasilkan anak kambing PE yang berbobot badan lebih tinggi. 3. Meningkatkan nilai tambah tanaman tradisional dan memasyarakatkan penggunaannya baik terhadap ternak maupun manusia.