BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Persepsi 2.1.1. Pengertian Persepsi Sasanti yang dikutip Septiana (2008), Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Persepsi menurut Jalaludin yang dikutip Septiana (2008) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Kotler yang dikutip Selviana (2004), mendefinisikan persepsi adalah proses bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Menurut Robbins yang dikutip Selviana (2004), persepsi adalah daya mengenali barang, kualitas, hubungan serta perbedaan melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indera dapat rangsangan. Walgito (2001) mengemukakan bahwa persepsi merupakan : suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proes yang mendahului terjadinya persepsi. Sarlito (1999), persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran dan kognisi. 7 Gibson (1998) mengartikan persepsi sebagai proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang indivdu. Persepsi antara lain mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Thoha (1983) mendefinisikan persepsi pada hakekatnya adalah : proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Selanjutnya thoha juga mengatakan bahwa kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan, bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu penilaian individu terhadap kondisi yang ada dalam lingkungan sekolah tempat individu bekerja, yang nantinya akan menentukan individu dalam bertindak di tempat kerjanya. 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Walgito (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1. Faktor Eksternal yaitu stimulus dan lingkungan. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi. Stimulus yang kurang jelas, stimulus yang berwayuh arti, akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Bila stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi, karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi. Hal tersebut akan berbeda bila yang dipersepsi itu manusia. Sedangkan lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan 8 kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda. 2. Faktor Internal yaitu individu itu sendiri. Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistem fisiologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Sedangkan segi psikologis seperti telah dipaparkan di depan, yaitu antara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi. 2.2. Lingkungan Kerja 2.2.1. Pengertian Lingkungan Kerja Nitisemito yang dikutip Haryoso dkk (2008) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Menurut Parlinda dan Wahyudin (2008) lingkungan kerja adalah keadaan dimana tempat kerja yang baik meliputi fisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan, aman, tentram, perasaan dan lain sebagainya. Menurut Sedarmayanti yang dikutip Syarifuddin (2009) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Menurut Rahayu (dalam www.hendriandiamond.com 2011) lingkungan kerja merupakan : suatu situasi dimana karyawan tersebut bekerja. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat dan nyaman. Lebih jauh lagi lingkungan kerja yang kurang baik dapat tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Lingkungan kerja yang baik sangat membantu dalam proses pencapaian tujuan dalam organisasi. 9 Menurut Mardiana (dalam www.id.shvoong.com 2011) lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Kartono yang dikutip Darmawan (2007) mengatakan bahwa lingkungan kerja merupakan kondisi-kondisi materiil dan psikologis yang ada di dalam sekolah tempat orang bekerja. Kondisi materiil menyangkut keadaan ruang kerja. Sedangkan kondisi psikologis menyangkut hubungan antara guru dengan Kepala Sekolah, rekan sekerja dan siswa. Bedasarkan pendapat-pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah situasi dimana individu atau guru bekerja, baik berupa situasi fisik, psikologis, dan sosial yang memberikan pengaruh terhadap guru sehingga guru berdaya guna untuk menghasilkan sesuatu dalam menjalankan tugas-tugasnya. 2.2.2. Faktor-faktor Lingkungan Kerja Menurut Parlinda dan Wahyudin (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah perlengkapan kerja, pelayanan kepada pegawai, kondisi kerja dan hubungan personal. 10 Menurut Nitisemito yang dikutip Haryoso dkk (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan, musik, keamanan, suara, teknologi dan peralatan kerja. Menurut Kana (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja yaitu penerangan, warna, kebisingan, musik, budaya kerja, hubungan antar tenaga kerja dan pimpinannya. Menurut Sedarmayanti yang dikutip Syarifuddin (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah : penerangan, suhu udara, sirkulasi udara, ukuran ruang kerja, tata letak ruang kerja, privasi ruang kerja, kebersihan, suara bising, penggunaan warna, peralatan kantor, keamanan kerja, musik ditempat kerja, hubungan dengan karyawan dan hubungan antara atasan dan bawahan. 2.3. Persepsi Guru Dan Lingkungan Kerja 2.3.1. Persepsi Guru terhadap Lingkungan Kerja Sasanti yang dikutip Septiana (2008), Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Walgito (2001) mengemukakan bahwa persepsi merupakan : suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yatitu alat indera. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proes yang mendahului terjadinya persepsi. Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin yang dikutip Septiana (2008) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 11 Menurut Nitisemito yang dikutip Haryoso dkk (2008) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan. Menurut Parlinda dan Wahyudin (2008) lingkungan kerja adalah keadaan dimana tempat kerja yang baik meliputi fisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan, aman, tentram, perasaan dan lain sebagainya. Kartono yang dikutip Budi Darmawan (2007) yang mengemukakan bahwa lingkungan kerja merupakan kondisi-kondisi materiil dan psikologis yang ada di dalam sekolah tempat orang tersebut bekerja. Kondisi materiil menyangkut keadaan ruang kerja, sedangkan kondisi psikologis menyangkut hubungan antara guru dengan pimpinan dan rekan sekerja. Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap lingkungan kerja adalah pandangan guru terhadap obyek-obyek di sekitar lingkungan sekolah seperti keadaan ruang kerja, hubungan dengan Kepala Sekolah, rekan sekerja dan siswa-siswinya yang dapat mempengaruhi guru dalam bertindak di lingkungan kerja. 2.3.2. Aspek-aspek Persepsi guru terhadap lingkungan kerja Parker serta Tiffin dan Mc Cormick (dalam www.duniapsikologi.com, 2011) membagi lingkungan kerja menjadi 2 bagian : 1. Lingkungan fisik yang menyangkut fasilitas pembelajaran, suhu, udara, penerangan, tingkat kebisingan, tata ruang kerja dan hal-hal lain yang terkait dalam lingkungan fisik. 2. Lingkungan psikologis yang menyangkut kebutuhan pekerja, perilaku Kepala Sekolah, norma kelompok kerja, peran guru dan sikap-sikap guru. Adapun dalam mengukur persepsi lingkungan kerja yang menyangkut lingkungan fisik dan lingkungan psikologis tersebut Gautama (dalam 12 www.duniapsikologi.com, 2011) mengungkap aspek-aspek terhadap lingkungan kerja yang meliputi : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Kebijaksanaan yaitu meliputi prosedur dan pedoman yang memuat norma, standar atau sasaran kerja sehari-hari dan usaha dalam jangka lebih panjang. Syarat kerja yaitu semua kewajiban yang telah ditentukan oleh pimpinan termasuk imbalan untuk guru. Imbalan tersebut seharusnya seimbang dengan hasil kerja dan imbalan tersebut bukan gaji saja, tetapi imbalan tersebut termasuk pula berbagai tunjangan. Alat yang baik dan tersedianya bahan akan mempercepat kerja sehingga dapat menambah kepuasan kedua belah pihak. Sebaliknya apabila alat kurang baik dan bahan kurang tersedia, kerja diperlambat dan kurang produktif sehingga mengurangi kepuasan kedua belah pihak serta berakibat ketegangan dan tekanan apabila pekerjaan selesai tidak tepat waktu. Tempat kerja harus cukup luas untuk bergerak dan harus bersih atau memiliki udara segar di samping itu juga diusahakan gangguan sedikit mungkin. Pimpinan dalam hal ini kebijaksanaan kepemimpinan adalah cara pihak atasan mendekati, mendorong, membimbing dan mengawasi guru sehingga tercapai suatu keseimbangan yang diharapkan oleh kedua pihak. Disiplin dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan kepemimpinan dan merupakan pengaruh utama pada sumbangan guru karena disiplin akan membuat guru mencapai hasil yang lebih tinggi. Kerjasama dalam kelompok adalah refleksi dari moral dan akan baik kalau moralnya tinggi. Kesediaan membantu disebabkan oleh moral yang tinggi, kesediaan ini dapat ditingkatkan dengan latihan karena dapat menambah pengetahuan tentang kesukaran kerja, orang lain dan akan menambah sikap saling menghargai. Prestasi dan produktifitas yang tinggi pada beberapa guru lain untuk bekerja lebih giat, sedangkan guru yang malas bekerja akan menyebabkan rekan yang lain malas juga, maka sebaiknya dikelompokkan guru yang setaraf hasilnya. 2.4. Disiplin 2.4.1. Pengertian Disiplin Mac Millan Dictionary (dalam Tulus Tu’u, 2004 ) menyatakan istilah disiplin berasal dari : Bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa inggris disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam istilah bahasa Inggris lain discipline berati (1) taat, tertib, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri;(2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral; (3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; (4) kumpulan atau system peraturan-peraturan bagi tingkah laku. 13 Prijodarminto (dalam Tulus Tu’u, 2004) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. GDN (dalam Rawambaku, 2006). Disiplin adalah “ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas, lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. Nitisemito (dalam Rawambaku, 2006) mengatakan bahwa disiplin adalah “suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak”. Sedangkan menurut Amatembun (dalam Rawambaku, 2006) mengatakan disiplin adalah “suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan senang hati”. Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disebutkan prinsip-prinsip disiplin sebagai berikut : a) Disiplin mencakup bukan hanya tentang ketaatan belaka, tapi termasuk juga percaya diri, kontrol diri, inisiatif dan kebebasan bertindak. b) Disiplin yang baik dikembangkan berdasarkan sikap kesopanan dan respek antara pimpinan dan bawahan. c) Disiplin yang baik adalah dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna sesuai hasil perencanaan bersama. 14 d) Disiplin yang baik merupakan hasil pengawasan bersama pimpinan dan bawahan. e) Rangsanglah setiap bawahan untuk berpartisipasi dalam perencanaan. f) Jelaskan segala aturan agar dipahami dengan baik. Kedisplinan seorang guru di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : adanya penguat / reinforcement yang diterimanya. Penguat dapat berupa pujian atas kesuksesan guru dalam mendidik murid-muridnya di sekolah. GDN dalam (Umbu Tagela dan Soetedjo, 2003), dalam operasionalnya disiplin dapat diamati dengan menggunakan tiga kriteria sebagai berikut : 1. Budaya tertib 2. Budaya bersih 3. Budaya kerja Lebih lanjut lagi Umbu Tagela (2003) menjelaskan pengertian budaya lanjut yaitu : Budaya tertib adalah suatu sikap hidup yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang telah menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong yang membudaya dalam kehidupan suatu kelompok/ organisasi yang tercermin dalam perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan sehari-hari. Budaya bersih adalah keseluruhan cara hidup yang didasari oleh sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang tinggi dan layak , yang diwujudkan dalam perbuatan, tingkah laku dan kebiasaan serta hasil perbuatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Budaya kerja adalah sikap hidup yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang telah menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong yang membudaya dalam kehidupan suatu kelompok/organisasi yang tercermin dalam perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan sehari-hari. 2.4.2. Prinsip-Prinsip Disiplin Umbu Tagela (dalam Rawambaku, 2006) mengemukakan prinsip-prinsip disiplin sebagai berikut : 15 a) Disiplin mencakup bukan hanya tentang ketaatan belaka, tapi termasuk juga percaya diri, kontrol diri, inisiatif dan kebebasan bertindak. b) Disiplin yang baik dikembangkan berdasarkan sikap kesopanan dan respek antara pimpinan dan bawahan. c) Disiplin yang baik adalah dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna sesuai hasil perencanaan bersama. d) Disiplin yang baik merupakan hasil pengawasan bersama pimpinan dan bawahan. e) Rangsanglah setiap bawahan untuk berpartisipasi dalam perencanaan. f) Jelaskan segala aturan agar dipahami dengan baik. 2.5. Temuan Yang Relevan Berikut ini dipaparkan beberapa temuan-temuan yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian dari Andriani (2010) dengan judul ”Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Disiplin Kerja Karyawan PT. Hassco Multi Kimindo Sidoarjo. Ada pula penelitian oleh Hartanto (2009) yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap lingkungan kerja dengan disiplin dengan judul ”Efek persepsi guru tentang kondisi lingkungan kerja terhadap semangat kerja (Studi pada program keahlian bangunan SMK di Kota Malang)”. Selanjutnya penelitian dari Darmawan (2007) dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja di Bank BRI Cabang Salatiga”. Untuk hasil penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan penulis berdasarkan penelitian dari Suheri (2009) dengan judul “Pengaruh 16 Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada Dinas Sosial Kabupaten Padang Pariaman”. Ada pula penelitian dari Rochman (2008) dengan judul “Pengaruh Faktor Lingkungan Kerja, Usia, Masa Pensiun dan Tingkat Stres Kerja terhadap Kinerja Pegawai di PT. Duta Ananda Textile Pekalongan”. 2.6. Hipotesis Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis yang diajukan adalah ”Ada hubungan yang signifikan antara persepsi guru terhadap lingkungan kerja dengan disiplin di SMA Kartika III-I Banyubiru Tahun Ajaran 2012/2013”. 17