BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk menyampaikan pesan, maksud dan tujuan. Salah satu penggunaan bahasa yang memiliki pesan, maksud, dan tujuan di dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa dalam iklan. Bahasa dalam iklan sangat berpengaruh bagi masyarakat yang berperan sebagai alat komunikasi antara penutur yaitu pembuat iklan dan terhadap lawan tutur yaitu konsumen. Bentuk komunikasi dalam bahasa iklan merupakan komunikasi satu arah dari pihak pembuat iklan. Oleh karena itu, tuturan dalam bahasa iklan harus dibuat secara efektif, menarik dan dapat mempengaruhi calon konsumen untuk mengkonsumsi atau membeli produk yang ditawarkan. Bahasa dalam iklan dituntut untuk mampu menggugah, manarik, dan mengkomunikasikan pesan dengan koperatif kepada khalayak. Untuk menyampaikan gagasan pikiran tersebut dalam suatu bahasa, seorang penulis iklan harus mengetahui aturan bahasa tersebut, seperti tata bahasa, kaidahkaidahnya, idiom-idiomnya, nuansa atau konotasi sebuah kata, dan sebagainya. Syarat ini adalah syarat yang mutlak. Iklan adalah media komunikasi untuk menyebarluaskan pesan. Iklan berisi kata-kata yang kuat dalam mempengaruhi konsumen dalam skala besar. Oleh karena itu, iklan juga dikategorikan sebagai salah satu bentuk komunikasi khususnya komunikasi non personal (Belch dan Belch, 2007:141). 1 2 Dalam mengidentifikasi Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler peneliti menggunakan objek penelitian dari media iklan di televisi. Dari segi komunikasi televisi memiliki keuntungan atas pesan yang bisa dilihat serta didengar dalam waktu bersamaan (Suhandang, 2010:89). Televisi juga mampu menampilkan dua elemen yaitu elemen visual (gambar) dan juga audio (suara) sehingga komunikasi yang disampaikan lebih mudah dimengerti oleh calon konsumen. Oleh karena itu, pemahaman calon konsumen perlu dipertimbangkan, karena apa yang dipahami oleh pembuat iklan belum tentu dipahami dengan mudah oleh calon konsumen, terutama iklan yang memiliki alur cerita. Salah satu jenis iklan yang memiliki alur cerita yaitu iklan layanan telepon seluler. Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler yang terdapat dalam media televisi cukup menarik dengan permainan struktur, relasi makna dan unsur tindak tutur atau pragmatik, yang membuat daya saing semakin kuat antar pesaingnya. Hal ini cukup membuat konsumen kebingungan, antara memilih kartu seluler mana yang murah tetapi jaringan sinyal yang cukup kuat. Berikut contoh Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler AS versi WOW: (1) L : Oke thank you mas Pedagang : Kembalaiannya mas? L : Udah ambil aja Perempuan 1 : You call w Perempuan 2 : You sms w muah Perempuan 3 : You follow w Sule : Heh! Kartu AS gratisnya WOW bukan Pe.Ha.Pe. Pakai lima ratus gratisnya biasa buat apa aja. Cuman kartu AS yang bisa. You call w. 3 Bahasa yang digunakan dalam iklan ini disesuaikan dengan sasaran konsumen dalam masyarakat, yakni para remaja. Dalam iklan ini, kata–kata yang digunakan adalah kata-kata dan istilah yang familiar di kalangan para remaja. (1a) “WOW GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe.” Pe.Ha.Pe adalah akronim dari pemberi harapan palsu. Julukan ini sering dilekatkan pada seseorang yang suka memberi harapan palsu pada orang lain. Penulisan fonetik Pe.Ha.Pe bukannya PHP ini digunakan untuk memberi penekanan bahwa produk ini benar-benar ingin mencitrakan tentang keseriusan bukan hanya menawarkan janji palsu yang bisa membuat masyarakat tertipu. Struktur iklan yang terdapat dalam wacana iklan Telkomsel kartu AS, yaitu terdapatnya Opening, Body Ad dan Closing. Inti dari iklan tersebut terdapat pada bagian closing atau penutup. Iklan tersebut menggunakan relasi makna perbandingan yaitu personifikasi yang terlihat pada wacana percakapan yang dikatakan oleh sule, (1b) “Kartu AS gratisnya WOW bukan pe.ha.pe” Kalimat tersebut membandingkan kartu AS yang pada dasarnya adalah benda mati, tetapi pada wacana iklan tersebut diceritakan memiliki sifat kemanusiaan yaitu pe.ha.pe. Iklan tersebut juga menggunakan tindak tutur lokusi dan perlokusi. Tindak ilokusi direktif terlihat pada wacana percakapan pedagang dengan tokoh laki-laki, (1c) Pedagang : Kembalaiannya mas? L : Udah ambil aja 4 Pada percakapan wacana di atas dapat ditemukan penggunaan tindak tutur ilokusi direktif, karena tuturan yang dilakukan oleh tokoh pedagang mengharapkan lawan tuturnya melakukan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan tokoh laki-laki dalam iklan ini yaitu menolak kembalian dari tokoh pedagang koran. Kalimat yang mengandung perlokusi terdapat pada wacana percakapan sule dengan laki-laki tersebut yang mengatakan, (1d) “Heh! Kartu AS gratisnya WOW bukan Pe.Ha.Pe. Pakai lima ratus gratisnya biasa buat apa aja. Cuman kartu AS yang bisa. You call w” Kalimat tersebut dapat diidentifikasi menggunakan tindak tutur perlokusi, karena kalimat tersebut mempengaruhi lawan tutur yaitu tokoh laki-laki. Selain itu, percakapan yang dikatakan oleh sule juga mempunyai daya pengaruh bagi penonton khususnya calon konsumen. Implikatur yang memungkinkan dalam kalimat tersebut adalah menyatakan secara tidak langsung bahwa operator seluler lain hanya memberi harapan palsu pada konsumen. Apalagi dengan melihat kondisi dalam masyarakat bahwa persaingan antar operator seluler di Indonesia semakin gencar. Setiap perusahaan ingin mencitrakan bahwa produk mereka adalah yang paling unggul. Bahkan ada beberapa iklan, khusunya iklan operator seluler yang memperlihatkan persaiangan secara terang-terangan. Pada percakapan wacana iklan Telkomsel terlihat bahwa iklan sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat. Permainan kata yang digunakan dalam percakapan tersebut cukup sering terjadi dalam masyarakat. 5 1.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berada pada lingkup pragmatik, khususnya kajian wacana. Penelitian ini membahas jenis-jenis tindak tutur beserta prinsip kerja sama yang terdapat dalam Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler. Selain itu, penelitian ini juga membahas relasi makna dan struktur pada wacana iklan. Lingkup data dalam penelitian ini dikhususkan pada iklan layanan telepon seluler. Selanjutnya, penelitian ini juga membahas dampak dari penggunaan bahasa iklan yang digunakan pada wacana iklan layanan telepon seluler. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dapat disusun sebagai berikut. 1. Apa sajakah struktur dan relasi makna dalam Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler? 2. Bagaimana jenis tindak tutur dan prinsip kerja sama berpengaruh pada Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu 1. Menguraikan struktur dan relasi makna dalam Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler. 6 2. Menjelaskan jenis tindak tutur dan prinsip kerja sama serta pelanggarannya yang terdapat dalam Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler memiliki dua manfaat yaitu, mamfaat teoritis dan mamfaat praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan terhadap perkembangan ilmu bahasa, khususnya mengenai perkembangan bahasa iklan dalam ilmu linguistik secara umum. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan pembaca, dan memberikan pengalaman baru terhadap pembaca terkait dengan pemahaman bahasa iklan. 1.6 Tinjauan Pustaka Hidayat (http:www.google.com?Faresearch.upi.edu%=skripsi_10513.doc) (2012) dalam skripsi “Strategi Tindak Tutur Dalam Iklan Operator Seluler di Televisi” membahas mengenai strategi tindak tutur yang dilakukan operator seluler dalam memasarkan produknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun metode kajian yang dilakukan adalah metode kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan bahwa iklan operator seluler mempunyai tujuan untuk membatasi pandangan pembaca, memengaruhi pembaca 7 agar menggunakan produk tersebut, dan menjatuhkan produk lain dengan melakukan berbagai sindiran. Pemilihan diksi dan keterkaitan dengan iklan operator seluler lain cenderung menjadi daya tarik tersendiri. Purwanti (http:/digilib.ump.ac.id/files/disk1/9jhptump-a-umiuswatun-4392-babii.pdf) (2009) dalam skripsi “Analisis Wacana Dalam Iklan Kartu Seluler Pada Spanduk” membahas penggunaan teknik persuasif, tindak tutur dan aspek komunikasi pada wacana iklan kartu seluler di spanduk. Penelitian ini menggunakan metode simak yang dilanjutkan dengan simak bebas libat cakap (SLBC). Penelitian ini mendeskripsikan mengenai teknik persuasi yang dikaitkan dengan tindak tutur pada iklan kartu seluler di spanduk. Aspek dan efek komunikasi juga kalji pada penelitian ini. Dalam penelitian ini efek komunikasi yang ditemukan yaitu efek positif dan negatif yang mencakup aspek sosial, ekonomi, agama dan budaya. Solikha (2010) dalam tesis “Wacana Iklan Komersial Berbahasa Indonesia dan Inggris” membahas pemakaian bahasa dan teknik persuasif yang dipakai dalam iklan komersial tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan metode observasi. Penelitian ini juga menggunakan teknik sadap dalam bentuk rekaman video, lalu mentranskripsikan narasi iklan komersial di televisi. Tesisi ini juga mendeskripsikan perbedaan antara iklan berbahasa Indonesia dan iklan berbahsa inggris dan mendeskripsikan tentang struktur iklan komersial, penggunaan bahasa dan teknik persuasif yang digunakan dalam iklan komersial tersebut. 8 Kajian tentang penggunaan bahasa mengenai slogan telah dilakukan penelitian oleh Suryani (2000) dalam skripsi “Wacana Slogan Parpol: Kajian Pragmatik” membahas bentuk pemakaian tindak tutur bahasa dalam politik. Wacana slogan parpol adalah wacana persuasi yang digunakan untuk menarik pembaca agar memilih atau mendukung parpol pembuat wacana slogan. Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak dengan teknik sadap sebagai dasarnya. Pada tahap analisis data menggunakan metode padan dan agih dengan teknik pilah unsur penentu dan bagi teknik bagi unsur langsung. Dalam skripsi ini dijelaskan jenis-jenis tindak tutur dalam wacana slogan parpol. Selain itu, dalam skripsi ini juga dikaji pemamfaatan bunyi, serapan unsur bahasa asing, relasi makna, dan pemamfaatan koteks. Santoso (2000) dalam tesis “Iklan Rokok: Sebuah Kajian Struktural dan Pragmatik” membahas struktur wacana iklan rokok pada media cetak dan deskripsi tentang jenis-jenis tindak tutur yang digunakan dalam wacana iklan rokok. Tesis ini juga menkaji kepatuhan dan penyimpangan prinsip-prinsip kerja sama. Pada tahap penyediaan digunakan metode simak dan pencatatan sebagai teknik lanjutan. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung serta metode penafsiran teks yang didasarkan pada koteks dan konteks sebagai penjelasan tindak tutur dan prinsip-prinsip kerja sama dalam iklan rokok. Uraian mengenai penelitian yang telah disampaikan di atas hanya menggunakan studi wacana, struktur iklan dan relasi makna pada iklan secara keseluruhan. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengkaji penelitian mengenai 9 struktur iklan, relasi makna, dan kajian pragmatik pada wacana iklan khususnya WILTS. 1.7 Landasan Teori Dalam pembuatan sebuah iklan tentu saja didasarkan pada aspek seni, yang menduduki peran kebahasaan. Dari peran kebahasaan, relasi makna berperan penting dalam pembuatan iklan di televisi. Keraf (1996:113) menyatakan bahwa style atau gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas dalam memperlihatkan ciri dari kepribadian penulis. Gaya bahasa adalah istilah yang digunakan dalam ilmu sastra. Sementara itu, relasi makna adalah istilah yang digunakan dalam ilmu linguistik. Relasi makna menjadi masalah atau bagian dari diksi (pilihan kata) yang mempersoalkan cocok tidaknya permainan kata, frasa dan klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Oleh karena itu, persoalan relasi makna meliputi semua hirarki kebahasaan seperti pilihan kata secara individual, klausa, frasa dan kalimat bahkan mencakup wacana secara keseluruhan (Keraf, 1996:112-113). Relasi makna adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan suatu efek dengan jalan memperkenalkan atau memperbaningkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1985:5). Mengacu dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa relasi makna adalah cara mengungkapkan pikiran dan perasaan batin yang hidup melalui bahasa yang khas dalam bertutur, untuk memperoleh efek-efek tertentu sehingga apa yang dinyatakan menjadi jelas dan mendapat arti yang pas. 10 Jenis-jenis relasi makna menurut (Nurdin, dkk, 2004:21-30) yaitu 1) relasi makna perbandingan, meliputi: hiperbola, metonemia, personifikasi, metafora, sinekdok, alusi, simile, asosiasi, pars pro toto, epitet, eponim, fan hipalase. 2) relasi makna perulangan, meliputi: aliterasi, anafora, anadiplosis, mesodiplosis, epanolipsis, epizeuksis. 3) relasi makna sindiran, meliputi: ironi, sinisme, innuendo, sarkasme, satire, dan antifrasis. 4) relasi makna pertentangan, meliputi: antitesis, paradoks, litotes, oksimoron dan histeron prosteron. 5) relasi makna penegasan, meliputi: repetisi dan paralisme. Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler merupakan bentuk tuturan satu arah dari penutur (produsen atau pembuat iklan) kepada lawan tutur (konsumen). Ditinjau dari aspek kebahasaan, bahasa iklan layanan telepon seluler dapat dianalisis dengan pendekatan identifikasi struktur iklan, relasi makna iklan dan analisis wacana pragmatik. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana „pertuturan‟/speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Kridalaksana, 1984:154). Tindak tutur (speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial (Alwasilah, 1993:19). Menurut Hamey (via Sumarsono dan Partama, 2002:329-330) tindak tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur, dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Sementara itu, Searle (via Wijana, 1996:16) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur 11 perlokusi (tuturan yang memiliki daya pengaruh). Menurut Wijana (2004:54), secara sederhana ada tiga aspek yang dipertimbangkan oleh penutur dan lawan tutur di dalam memproduksi wacana yang wajar, yaitu aspek kerja sama, aspek maksim kesopanan dan aspek parameter pragmatik. Wijana (1996:15) mengungkapkan bahwa wacana iklan yang disusun secara tidak konvesional dipandang lebih efektif dibandingkan dengan wacana iklan konvensional. Aspek kebahasaan dalam wacana iklan konvensional penuh dengan ungkapan superlative, metaforis, hiperbolis dan berbagai permainan katakata yang serupa. Sementara itu, aspek kebahasaan dalam wacana iklan tidak konvensional memanfaatkan keterkaitan konteks. Konteks dalam iklan tidak konvensional terkait dengan maksud-maksud tuturan dan hanya dapat diidentifikasikan lewat penggunaan bahasa itu secara konkret dengan menjelaskan situasi tutur terdiri dari lima unsur: (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks sebuah tuturan, (3) tujuan sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar, (5) tuturan sebagai bentuk tindak verbal. Peristiwa tutur yang akan diteliti merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan. Peristiwa tindak tutur yang terdapat pada Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler bersifat sosial dan memiliki tujuan untuk mempengaruhi konsumen. Hal tersebut ditentukan oleh kemampuan dan kekuatan bahasa dari suatu iklan. 12 Dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa seorang penutur mengatikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu (Wijana, 2009:44). Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, mudah dipahami, padat dan ringkas (concisee), dan selalu pada persoalan (straight forward), sehingga tidak menghabiskan waktu lawan bicaranya (Wijana, 2009:44). Grice via (Wijana, 2009:45) mengemukakan bahwa didalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan yakni, maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan. Dalam penyusunan sebuah iklan tidak saja didasarkan pada aspek seni, tetapi juga terdapat aspek rasional dan fungsional, karena iklan dibangun berdasarkan pertimbangan rasionalitas yang jelas dan terukur, untuk memenuhi fungsi-fungsi sesuai yang diharapkan oleh komunikator. Bila dalam penyusunan iklan diperlukan perpaduan rasional dan seni sebagaimana diuraikan diatas, maka iklan tidak ada standar baku dalam isinya. Artinya, unsur atau anatomi yang terdapat dalam iklan yaitu antara lain terdiri dari Opening, Body Ad, dan Closing. Widyatama (2011:91) struktur iklan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal atau opening, bagian tengah tubuh iklan body ad, dan bagian terakhir penutup atau closer. Ketiga bagian tersebut saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh sehingga memiliki kejelasan tujuan. Bagian awal atau opening merupakan bagian yang bertugas untuk merebut perhatian awal 13 konsumen. Bagian ini harus sangat atraktif dan menjadi eye catcher sehingga mampu menggiring indra mata dan indra pendengaran untuk menjaga penonton agar tetap pada iklan tersebut. Apabila iklan sudah mendapatkan perhatian penonton, maka langkah selanjutnya adalah memelihara perhatian konsumen tersebut agar terus ke bagian badan iklan body ad. Pada bagian ini, umumnya pesan iklan diurai secara rinci untuk terus mempersuasi konsumen. Selain itu, pada bagian ini juga harus menjaga perhatian calon konsumen atau penonton, agar tetap melihat pesan pada iklan tersebut sehingga berlanjut pada bagian penutup iklan. Bagian terahir iklan adalah bagian penutup atau closing, yaitu bagian yang menutup atau mengahiri sebuah iklan. Bagian penutup merupakan bagian yang memiliki peranan yang cukup berat. Ia tidak sekedar berposisi di bagian penutup sebuah iklan tetapi closing berfungsi untuk menyimpulkan, mengarahkan, menunjukan, menegaskan, menginformasikan bahkan mambujuk calon konsumen. 1.8 Data dan Metode Penelitian Penelitian Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian data. Data penelitian ini diambil dari iklan di televisi, seperti RCTI, TRANS TV, SCTV, ANTV, TRANS7, TV ONE, Global TV, MNCTV dan Kompas TV secara acak. Pengambilan data pada penelitian ini dengan cara mengunduh video iklan dari Youtube. 14 1.8.1 Tahap Penyediaan Data Tahap pertama adalah tahap penyediaan data. Pada tahap ini peneliti menggunakan metode simak atau observasi dengan teknik unduh lalu dilanjutkan dengan teknik catat. Dalam hal ini peneliti menyimak penggunaan relasi makna dan analisis wacana pragmatik lalu mencatatnya hingga menjadi sebuah wacana iklan. Pada penelitian ini, pengambilan sampel iklan dilakukan pada iklan tahun 2008 sampai 2014, dengan cara mengunduh dari media sosial Youtube. Namun, karena pertimbangan kebutuhan data yang sesuai dengan pembahasan, peneliti dapat mengambil 15 data iklan dari 60 populasi iklan layanan telepon seluler. Iklan tersebut dipilih karena memiliki kriteria menarik, unik, baru, dan populer di masyarakat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik simak bebas libat cakap, karena peneliti tidak terlibat langsung dalam percakapan. 1.8.2 Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode padan pragmatis, karena kajian dalam penelitian ini adalah pragmatik. Teknik yang digunakan ialah teknik pilah unsur penentu, yakni data dipilah-pilah sesuai dengan satuan kebahasaannya (Sudaryanto, 1993:123). Analisis data pada penelitian ini didasarkan sesuai rumusan masalah yang ada. Setelah pengumpulan data penelitian, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data, pertama dengan mengidentifikasi struktur iklan dan relasi makna yang digunakan dalam WILTS. Setelah semua data dapat diidentifikasi, penulis kemudian mengamati aspek analisis wacana pragmatik 15 yaitu tindak tutur dan prinsip kerja sama yang terdapat pada Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler. Setelah kedua langkah di atas terlalui, penulis menyampaikan isi dari identifikasi dan analisis beserta kekurangannya yang terdapat pada bab kesimpulan. 1.8.3 Penyajian Hasil Analisis Setelah penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah penyajian hasil analisis data. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. Metode formal yang digunakan pada skripsi ini dengan menyajiakn data berupa tabel. Metode informal yang digunakan pada skripsi ini dengan menyajikan penjelasan identifikasi dan analisis pada WILTS secara deskriptif. 1.9 Sistematika Penyajian Hasil analisis data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi yang mendalam karena penelitian ini merupakan kajian kualitatif. Analisis dalam penelitian ini bersifat interpretif, penjelasan dan interpretasi data didasarkan pada analiasis dan teori tertentu. Dalam penelitian kualitatif, analisis seperti ini bisa dilakukan (Creswell, 2003:182). Hasil penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah. Tujuan dan mamfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, data dan metode penelitian, dan sistematika penyajian data. 16 Bab II dalam skripsi ini mengidentifikasi struktur iklan dan relasi makna pada Wacana Iklan Layanan Telepon Seluler. Bab III menjelaskan tentang analisis wacana pragmatik yaitu tindak tutur dan prinsip kerja sama yang terdapat dalam WILTS. Bab IV adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Penomoran data ditulis berdasarkan urutan. Setiap bab, urutan penomoran tidak berlanjut dari bab sebelumnya, tetapi diurutkan dari nomor satu. Penomoran tersebut dilakukan agar memberi kemudahan untuk pembaca. Pada bagian akhir skripsi ini dilampirkan daftar pustaka sebagai referensi pustaka yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Selain daftar pustaka, penelitian ini juga melampirkan daftar laman yang berisi refrensi pustaka dan laman pengambilan data.