Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta XXIII. Merger dan Akuisisi 1. Merger dan Akuisisi: Beberapa Istilah Me r g e r Satu perusahaan diabsorpsi oleh perusahaan lain, dan pengakuisisi mengambil alih aset dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi, mempertahankan nama dan identitasnya. Akuisisi Satu perusahaan diabsorpsi oleh perusahaan lain, dan pengakuisisi mengambil alih aset dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi, namun pengakuisisi dan yang diakuisisi ‘hilang’ dan menjadi perusahaan baru. Akuisisi Saham Membeli saham dengan hak voting (voting stock) dengan kas, saham, atau sekuritas lainnya. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 461 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Private Offer Tidak langsung ke pemegang saham, misal mengambil alih manajemen. T e n d e r O ff e r Penawaran publik untuk membeli saham dari perusahaan target. Akuisisi Aset Membeli semua aset perusahaan yang diakuisisi dengan persetujuan formal dari pemegang saham perusahaan yang menjual. Pendekatan ini menghindari problem pemegang saham minoritas seperti pada situasi akuisisi saham. Catatan: untuk selanjutnya, istilah ”merger dan atau akuisisi” diganti dengan ”penggabungan”. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 462 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 2 . A n a li si s ” P e n g g a b u n g a n ” : K e r a n g k a A wa l Misal, perusahaan X ingin membeli perusahaan Y. Dari sudut pandang X, keputusan pembelian Y bisa dilihat sebagai keputusan penganggaran modal biasa. Keputusan tersebut layak dilakukan jika net present value (NPV) dari keputusan tersebut adalah positif. Membeli perusahaan lain tidak sama dengan membeli pabrik atau aktiva tetap. Beberapa hal yang membedakan, antara lain: masalah akuntansi, pajak, hukum, dan masalah menggabungkan dua unit yang bisa berbeda satu sama lain. Analisis ”penggabungan” bisa dimulai dengan mengidentifikasi PV manfaat dan PV biaya. Manfaat diperoleh dari sinergi atau penghematan yang timbul dari penggabungan dua unit usaha tersebut. Sedangkan biaya adalah premium yang dibayarkan oleh pembeli atas nilai perusahaan yang dibeli. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 463 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 3 . Al a s a n “ P e n g g a b u n g a n ” 3.1. Alasan yang Rasional 3. 1. 1. S k a l a Ek o n o m i Skala ekonomi berangkat dari filosofi “lebih besar, lebih baik”. Misal, kita memesan barang dalam jumlah besar, kita akan memperoleh potongan kuantitas, atau harga yang lebih rendah. Jika kita ingin menyewa tenaga profesional, maka volume penjualan perusahaan harus cukup besar untuk bisa memanfaatkan tenaga profesional tersebut. Meskipun skala ekonomi bisa menjadi alasan ”penggabungan”, tetapi skala ekonomi bisa dicapai tidak harus melalui ”penggabungan”. Dalam beberapa situasi, cara terbaik untuk mencapai skala ekonomi justru bukan melalui ”penggabungan”. Dalam ”penggabungan”, jika pengintegrasian tidak bisa dilakukan dengan baik, maka unit usaha yang digabung tersebut barangkali akan berjalan sendiri, dan tidak dapat memanfaatkan skala ekonomi. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 464 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 3. 1. 2. P en g en d a l i a n Beberapa perusahaan melakukan ”penggabungan” untuk memperoleh pengendalian yang lebih baik terhadap jalur pasokan (backward integration) dan jalur distribusi (forward integration). 3. 1. 3. P a j a k ”Penggabungan” bisa dilakukan dengan tujuan memanfaatkan penghematan pajak. Misal: • Perusahaan yang membeli atau yang dibeli mengalami akumuluasi kerugian yang cukup besar. Akumulasi kerugian tersebut, jika tidak dimanfaatkan tidak dapt digunakan untuk menghemat pajak. • Restrukturisasi asset. Menghapus aset tertentu (write off) dengan cara meningkatkan depresiasi sehingga dapat menghemat pajak. • Dana untuk membiayai ”penggabungan” berasal dari hutang Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 465 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta maka perusahaan harus membayar bunga sehingga dapat menghemat pajak. 3. 1. 4. M en g g a b u n g k a n S u m b er D a y a Perusahaan bisa membeli perusahaan lain yang mempunyai sumber daya yang bisa komplemen (melengkapi) sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan pembeli. Misal, Microsoft membeli software “pengecekan grammar bahasa Inggris” (apakah bahasa Inggris yang ditulis sudah benar atau belum, apakah pilihan kata yang digunakan sudah benar atau belum). 3. 1. 5. M en g hi l a n g ka n K et i d a k- ef i s i en a n ”Penggabungan” menjadi alternatif untuk menghilangkan manajer yang tidak kompeten. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 466 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 3 . 1 . 6 . M e m a k s a P e n d i s tr i b u s i a n K a s ”Penggabungan” merupakan salah satu cara untuk memaksa manajer membayar cash dividend ke pemegang saham atau kreditur. 3.2. Alasan yang Tidak Rasional 3 . 2 . 1 . D i v e r s if i k a s i Diversifikasi bisa mengurangi risiko. Tetapi dari sisi investor, diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara ”penggabungan” tidak bernilai karena investor bisa melakukannya secara langsung dengan relatif mudah. Contoh, dengan menggabungkan sekitar 15 s/d 20 saham bisa diperoleh portofolio yang bisa menghapus sebagian besar risiko. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 467 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 3. 2. 2. M en i n g k a t ka n P er t u m b u h a n Pertumbuhan akan memperbesar perusahaan namun tanpa peningkatan efisiensi atau sinergi tidak ada pengaruh positif terhadap pemegang saham. 3.2.3. Meningkatkan EPS Peningkatan EPS tanpa melalui peningkatan efisiensi dan sinergi hanya akan menciptakan perangkap bagi perusahaan, karena untuk meningkatkan EPS hanya bisa dilakukan melalui ”penggabungan”, padahal masih banyak cara lain. Disamping itu peningkatan EPS belum tentu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. 3.3. Alasan Lain yang Tidak Nampak Manajer memiliki motif mempertahankan sumber daya perusahaan dengan cara membeli perusahaan lain agar kas tidak jatuh ke tangan pihak lain. Perusahaan yang sering Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 468 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta melakukan ”penggabungan” semacam itu pada akhirnya menjadi target akuisisi oleh perusahaan lain. ”Penggabungan” sebagai alat untuk mengeluarkan kas dari perusahaan, hal ini ”penggabungan” bisa dipandang sebagai alternative pemecahan masalah agency problem of free cash flow, dan menyebabkan ”penggabungan” tidak menguntungkan. 3.4. Kegagalan “Penggabungan” a. b. Membayar terlalu mahal, disebabkan: Terlalu optimis terhadap potensi pasar. Over-estimasi sinergi. Tidak memperhatikan potensi masalah (problem). Overbidding. Integrasi setelah ”penggabungan” kurang baik. Manajemen setelah ”penggabungan” kurang baik. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 469 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 3.5. Kesuksesan “Penggabungan” a. Langkah sebelum ”penggabungan”, dengan memperjelas visi ”bagaimana meningkatkan nilai”. Memperkuat core business dengan memperoleh akses ke konsumen baru atau produk atau jasa yang komplemen. Memanfaatkan economic of scale pada distribusi atau manufaktur. b. Memanfaatkan transfer teknologi. Mengidentifikasi kandidat: Aktif, tidak menunggu tawaran dari bank. Membuat database perusahaan target yang ideal, dengan kriteria, antara lain: bisnis yang berkaitan atau bisa diintegrasikan dengan lebih mudah, harga terjangkau, dan bersedia dibeli. c. Menilai kandidat lebih mendalam. Nilai yang akan diperoleh setelah ”penggabungan” atau sinergi dibandingkan dengan harga yang akan dibayar. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 470 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Sinergi dikelompokkan dalam: Universal: manfaat ”penggabungan” dapat dinikmati oleh setiap pengakuisisi. Endemic: manfaat ”penggabungan” dapat dinikmati oleh beberapa pengakuisisi, misal perusahaan pengakuisisi berusaha dalam industri yang sama. Unique: manfaat ”penggabungan” dapat dinikmati oleh sebagian kecil pengakuisisi (pihak tertentu). d. Melakukan kontak dan negosiasi. Melakukan kontak dengan kandidat utama, sekaligus negosiasi serta mempelajari situasi target. Negosiasi lebih merupakan seni dibanding ilmu (meskipun ada ilmunya). e. Manajemen integrasi setelah ”penggabungan”. Integrasi target. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 471 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 4. Strategi dan Taktik ” P en g g a bu n g an ” Jika suatu perusahaan ingin mengakuisisi atau menggabungkan diri dengan perusahaan lain, maka ia akan melakukan langkah-langkah ofensif. Sebaliknya, jika perusahaan yang diincar (target) tidak mau dibeli atau bergabung, maka perusahaan tersebut bisa mengembangkan langkah-langkah mempertahankan diri dari serangan tersebut. 4.1. Strategi dan Taktik Ofensif a. Membeli saham perusahaan target (yang akan dibeli) melalui pasar saham (bursa efek). b. Tender offer, perusahaan mengumumkan akan membeli saham perusahaan target dengan harga tertentu. c. Kontes proksi, yaitu membujuk pemegang saham perusahaan target untuk mewakilkan suaranya kepada perusahaan pengakuisisi. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 472 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta d. Strategi leveraged buy out (LBO, yaitu membeli perusahaan lain dengan menggunakan hutang yang tinggi), atau menerbitkan obligasi yang tidak dirating (junk bond). Strategi ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan: • Perusahaan gabungan memiliki hutang yang tinggi Æ • bunga yang tinggi Æ • penghematan pajak yang tinggi Æ • jika EAT tinggi maka degree of financial leverage (DFL) tinggi Æ • EPS tinggi. Kelemahan: • Kegagalan membayar cicilan dan bunga Æ • Kebangkrutan. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 473 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 4.2. Strategi dan Taktik Defensif 4. 2. 1. S t r a t eg i P e n c e g a h a n Secara umum, strategi pencegahan bertujuan agar tidak menjadi target atau tidak menarik untuk diambil alih oleh perusahaan lain. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: • Menjadi perusahaan yang baik Æ • Perusahaan yang baik memiliki harga saham yang tinggi Æ • Untuk membeli dibutuhkan dana yang besar. • Meningkatkan hutang untuk membeli saham Æ • Sehingga saham terkonsentrasi. Meningkatkan cash dividend. Perjanjian pembayaran hutang dipercepat jika terjadi takeover. Invest excess cash ke proyek dengan NPV positif. Membeli perusahaan lain. Undervalue asset: sell-off atau restrukturisasi untuk meningkatkan nilai aset (revaluasi aset). Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 474 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Karakteristik perusahaan yang punya potensi tinggi untuk diambil alih (bukan perusahaan yang baik): Q-ratio yang rendah. Neraca yang sangat likuid, dengan excess cash yang besar. PER yang rendah. Anak perusahaan atau aset yang bisa dijual tanpa menggangu aliran kas. Kepemilikan manajemen yang rendah. Mengamati Perdagangan Saham Monitoring perdagangan saham secara kontinyu (mengamati volume perdagangan harian) untuk menghindari akumulasi saham. AD / ART Perusahan bisa menetapkan beberapa peraturan dalam AD/ART yang bertujuan untuk mempersulit pengambilalihan. Misal, AD/ART perusahaan menetapkan bahwa penggabungan Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 475 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta perusahaan harus disetujui oleh minimal 90% pemegang saham (super majority provision). Poison Pills Poison pill adalah tehnik dimana pemegang saham perusahaan target mempunyai hak untuk membeli perusahaan target (tipe flip-in) atau membeli perusahaan pengakuisisi (flip- over) jika terjadi upaya pengambilalihan. G o ld e n Pa r ac hu t e ( G P ) Golden parachute merupakan perjanjian, dimana jika perusahaan diambilalih, maka manajer akan diberi pesangon yang besar jika dia diberhentikan (biasanya manajer target akan diberhentikan jika terjadi pengambilalihan). Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 476 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 4 . 2 . 2 . S t r a t e g i P e rt a h a n a n A k t i f Litigations Target bisa menghindari pengambilalihan melalui jalur hukum. Misal, antitrust, discolure tidak cukup, fraud. G r ee n m a i l Pembelian blok saham dari pemegang saham tertentu dengan premium. Transaksi tersebut disertai dengan perjanjian bahwa pemegang saham tertentu tersebut akan berhenti melakukan upaya pengambilalihan perusahaan untuk jangka waktu tertentu (misal, selama 10 tahun). Perjanjian tersebut dinamakan sebagai standstill agreement. P a c M a n D e f e n se Perusahaan target melakukan pembalasan dengan jalan membeli bidder. Strategi tersebut akan efektif jika target lebih besar dibandingkan dengan pengakuisisi. Strategi tersebut bisa menjadi tidak terkendali, karena keduanya akan mengeluarkan biaya yang besar untuk saling “menggigit”. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 477 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta W h it e kn ig h t Target mungkin tidak suka dengan calon pengakuisisi. Perusahaan target bisa mencari partner yang lebih friendly, mungkin karena lebih cocok atau janji tidak memecah target, kemudian dijadikan partner untuk menggagalkan upaya pengambilalihan oleh pihak yang tidak disukai oleh target. Misal, target menjual sahamnya ke white knight tersebut, sehingga kendali ada ditangan target dan white knight. White squire Berbeda dengan white knight, dalam white squire, partner tidak perlu memiliki kontrol (memiliki) atas target. Target menjual blok saham kepada white squire, kemudian partner tersebut akan mendukung manajemen perusahaan target. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 478 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 5 . P e n il a i a n d a l a m ” P e n g g a b u n g a n ” Penilaian dalam ”penggabungan” merupakan isu penting karena kegagalan ”penggabungan” disebabkan, antara lain: karena harga terlalu tinggi, terlalu optimis pada prospek perusahaan setelah ”penggabungan”. Persoalan penilaian dalam ”penggabungan” (menaksir nilai perusahaan yang menjadi target) pada dasarnya sama dengan persoalan penganggaran modal dalam keputusan investasi. Persoalan penganggaran modal pada dasarnya adalah aplikasi persoalan nilai waktu uang. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 479 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta 5.1. Metode Aliran Kas yang Didiskontokan: Pendahuluan Contoh Sebuah perusahaan memiliki data, sebagai berikut: Net Cash Flow (NCF) Tahun NCF 1 Rp640.000.000,- 2 Rp660.000.000,- 3 Rp690.000.000,- 4 Rp730.000.000,- 5 Rp780.000.000,- 6 Rp840.000.000,- Discount rate 11%, menggunakan biaya modal saham dengan capital asets pricing model (CAPM) ks = Rf + (Rm – Rf) β Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 480 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta NCF Tahun PV (11%) PV of NCF 1 Rp640.000.000,- 0,90090 Rp57.6576.576,60 2 Rp660.000.000,- 0,81162 Rp53.5670.805,90 3 Rp690.000.000,- 0,73119 Rp50.4522.053,10 4 Rp730.000.000,- 0,65873 Rp480.873.611,10 5 Rp780.000.000,- 0,59345 Rp462.892.035,90 6 Rp840.000.000,- 0,53464 Rp449.098.302,30 Jumlah Nilai Sinergi, misal Nilai Perusahaan Target Rp3.009.633.385,00 Rp500.000.000,00 Rp3.509.633.385,00 5.2. Pendekatan Kelipatan Alternatif penilaian lain adalah dengan menggunakan pendekatan kelipatan (multiple approach). Basis yang dipakai bisa berupa: • Net operating income (NOI). • Earning per share (EPS). • Book value (BV). Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 481 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta • Earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA). • Bisnis tertentu berdasarkan jumlah pelanggan (misal untuk TV kabel, operator seluler). Contoh Sebuah perusahaan memiliki rata-rata EAT selama tahun Rp100.000.000,-. PER untuk perusahaan sejenis = 7. Nilai Perusahaan = 100.000.000 x 7 = Rp700.000.000,- 5.3. Metode Aliran Kas yang Didiskontokan: Analisis Lebih Lanjut Variasi lain dalam metode discounted cash flow (DCF) adalah memasukkan biaya bunga, sehingga aliran kas yang tersedia tidak hanya untuk pemegang saham, namun juga untuk pemegang hutang. Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dipakai sebagai discount rate. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 482 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Cara ini memiliki kelebihan, antara lain: • Dapat memfokuskan pada keterkaitan antara strategi, kebijakan, pengendalian biaya, dan operasi perusahaan. • Dapat memasukkan judgment sehingga persentase revenue tidak bersifat mekanis. • Dapat melakukan uji sensitivitas, jika ada perubahan rasio keuangan ”bagaimana pengaruh terhadap nilai perusahaan”. Variasi lain adalah menggunakan earning before interest and taxes (EBIT). Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 483 Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Daftar Pustaka Brigham, Eugene F. dan Philip R. Davis (2004), 8th Edition, Intermediate Financial Management, Thompson South Western, USA. Hanafi, Mamduh M. (2008), Edisi 1, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta. Sartono, Agus R. (2000), Edisi 3, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta. Sartono, Agus R. (2000), Edisi 3, Ringkasan Teori Manajemen Keuangan Soal dan Penyelesaiannya, BPFE, Yogyakarta. Wihandaru Sotya Pamungkas Merger dan Akuisisi 484