kualitas air bersih yang melatarbelakangi kejadian diare pada anak

advertisement
KUALITAS AIR BERSIH YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN DIARE
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA GAYAMAN KECAMATAN
MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKEERTO
INDAH PUJI ASTUTIK
1212010016
SUBJECT:
kualitas, air bersih,diare,anak prasekolah
DESCRIPTION:
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan
anak Indonesia. Diare dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana pasokan air tidak memadai,
air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kualitas air bersih yangb melatarbelakangi kejadian diare pada anak usia
prasekolah di Desa Gayaman kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mokokerto.
Metode penelitian ini menggunakan rancang bangun deskriptif. Populasi penelitian ini
adalah semua keluarga yang mempunyai anak usia prasekolah di desa gayaman kecamatan
mojoanyar kabupaten mojokerto pada bulan agustus 2015 sejumlah 60 keluarga. Teknik
sampling yang digunakan adalah quota sampling. Besar sampel 15 orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas air bersih yang melatarbelakangi
kejadian diare pada anak usia prasekolah di desa gayaman kecamatan mojoanyar kabupaten
mojokerto adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak ada endapan,
namun posistif mengandung mikrobapatogen.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui makanan dan air yang tercemar oleh bakteri
pathogem. Keluarga dapat mengurangi resiko diare dengan menggunakan air bersih yang
tersedia dan melindunginya dari kontaminasi baik dari sumbernya maupun dari rumah.
Sumber air bersih yang memenuhi syarat adalah paling sedikit jaraknya 10 meter dari sumber
pencemar seperti penampungan air kotor, tempat pembuangan sampah, jamban/kakus
ABSTRACT
Diarrhea is still one of the major disiases in infants and children in Indonesia.
Diarhea is influenced by invironmental factors in which the water supply is inadequate,
water contaminated by faeces, toilrt did not meet the healt requirements. This study aimed to
know the quality of water that determine the incidence of diarrhea in healthy preschool
children in Gayaman Village Mojoanyar Mojokerto.
This research method used descriptive design. The study population was all families
with preschool children in gayaman village mojoanyar mojokerto in augustus 2015 aas
many as 60 families.the sampling technique used quota sampling. The sample was 15 people.
The result suggest that the quality of water that determine the incidence of diarrhea in
healty preschool children in gayaman mojoanyar mojokerto is not stinky, uncolored, not
tasty, but waas containing microorganisme
Diarrhea can be transmitted by food and water that is polluted by pathogen bacteria.
Families can reduce diarrhea risks by using clean water avaible and protect it from the
source or home. Clean water source that meet requirement is at least 10 meters away from
dirty water accumulator, trash, and water closet.
Keyword:quality, preschool children, clean water, diarrhea
Contributor
Date
Type Material
Edentifier
Righ
:
:
:
:
:
1.Eka Diah K,SKM.,M.Kes
2.Umul fatkhiyah.S.Kep.,Ns
16 Juli 2015
Laporan Penelitian
Open Document
Latar belakang
Salah satu penyebab tingginya angka kematian anak di Indonesia adalah diare.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan
anak di Indonesia. Diare merupakan penyakit menular yang mempunyai mekanisme
melalui bakteri atau virus yang masuk ke mulut denagn perantara makanan dan air.
Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam
rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (Depkes RI, 2011).
Data WHO pada tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian anak usia
prasekolah 9% disebabkan diare (WHO, 2014). Menurut Riskesdas 2013, insiden diare (≤
2 minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala pada anak usia prasekolah
sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%), sedangkan period prevalence diare pada
anak usia prasekolah sebesar 10,2% (Kemenkes RI, 2014). Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah anak usia prasekolah yang terdiagnosa diare
sebanyak 5,2%, dan di Propinsi Jawa Timur sebanyak 5,1%. Pada tahun 2013 capaian
rumah tangga yang melaksanakan kualitas air bersih yang melatarbelakangi kejadian
diare pada anak usia prasekolah dan jamban sehat di Indonesia sebesar 55,46%, dan di
Jawa Timur sebesar 45,02% (Kemenkes, 2014).
Diare dipengaruhi oleh faktor infeksi akibat infeksi virus (rotavirus dan
adenovirus), infeksi bakteri (Vibrio cholerae, E. Coli, Samonella, Shigella), dan infeksi
parasit (cacing perut); faktor malabsorpsi karbohidrat dan lemak seperti pada susu
formula; faktor makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah
(sayuran) dan kurang matang; faktor lingkungan dimana pasokan air tidak memadai, air
terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan, faktor perilaku pemberian
ASI atau makanan yang tidak baik oleh orang tua, dan faktor psikologis yaitu rasa cemas,
takut dan tegang. Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan
sirkulasi, gangguan asam basa, hipoglikemia, dan gangguan gizi (Widoyono, 2008).
Penyediaan air bersih dapat mencegah penyakit diare sebesar 35% dan
penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28%. Angka
kesakitan dan kematian karena diare, cenderung meningkat dengan penurunan
penggunaan jamban.Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 03 Agustus 2015 di
Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Dari hasil wawancara dengan 5
keluarga yang didapatkan data bawa 3 keluarga (60%) mencuci tangan sebelum makan
tapi tidak menggunakan sabun, tidak memiliki jamban keluarga (menggunakan jamban
cemplung), dan jarak septictank kurang dari 10 meter dari sumur dan 2 keluarga (20%)
mencuci tangan sebelum makan tapi tidak menggunakan sabun, memiliki jamban
keluarga (menggunakan jamban leher angsa), dan jarak septictank lebih dari 10 meter dari
sumur.
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan yaitu airnya jernih tidak keruh,
tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal (20-260C), tidak
mengandung zat padatan, dapat merupakan media penularan penyakit. Air tidak boleh
mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah
terkontaminasi dengan kotoran manusia. Kotoran manusia merupakan masalah yang
sangat penting. Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang
paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan
mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne
disease akan mudah berjangkit (Chandra, 2007).
Penyakit diaredapat dicegah dengan sanitasi yang baik. Akses terhadap sanitasi
layak merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat. Sanitasi yang baik
merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Selain itu memanfaatkan
air bersih dapat menghindarkan kita dari diare (Kemenkes RI, 2014). Hygiene dan
sanitasi seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, penyajian,
penyimpanan makanan dan minuman, dan sanitasi air minum merupakan salah satu faktor
pencegah terjadinya berbagaipenyakit (Ngastiyah, 2005).
Metode penelitian
Metode penelitian ini menggunakan rancang bangun deskriptif. Populasi
penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai anak usia prasekolah di desa
gayaman kecamatan mojoanyar kabupaten mojokerto pada bulan agustus 2015 sejumlah
60 keluarga. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Besar sampel 15
orang.
Hasil penelitian dan pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden yang tidak
mengalami kejadian diare airnya tidak keruh sebanyak 7 keluarga (100%), sedangkan yang
mengalami diare airnya tidak keruh sebanyak 3 keluarga (37,5%).
Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan bahan
makanan haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. Air
bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa,
dicium dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit (Depkes,
2013).
Kekeruhan yang terjadi pada sumber air bersih menunjukan adanya virus, parasit,
bakteri yang dapat menimbulkan mual, kejang, diare, dan sakit kepala. Kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat pada air. Kekeruhan disebabkan
adanya bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain
(APHA,1997; Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi 2003).
Kualitas air mandi yang digunakan dilihat dari kekeruhannya tidak menyebabkan
anak prasekolah mengalami diare, hal ini disebabkan air tersebut tidak untuk dikonsumsi
atau diminum sehingga tidak masuk ke dalam tubuh anak. Kekeruhan yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang patogen hanya mungkin bisa menginfeksi bagian luar tubuh
yang tersiram air, dalam hal ini adalah kulit anak, jadi apabila air mandi yang digunakan
ini keruh, penyakit yang mungkin ditimbulkan adalah penyakit kulit, bukan diare. Anak
yang menderita diare justru terjadi pada keluarga yang menggunakan air yang tampak
bersih untuk mandi. Air yang bersih tidak menjamin bebas dari kuman, karena bentuk
kuman tidak nampak kasat mata sehingga air tetap terlihat bersih meskipun banyak
mengandung kuman.
Hasil tabulasi diatas menjelaskan bahwa hampir sebagian responden yang tidak
mengalami kejadian diare airnya berwarna sebanyak 7 keluarga (100%), sedangkan yang
mengalami diare airnya tidak berwarna sebanyak 3 keluarga (37,5%).
Air minum sebaiknya tidak berwana untuk alasan estetika dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.warna dapat
menghambat penetrasi cahaya kedalam air. Warna pada air disebabkan oleh adanya
partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan),
plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi menyebabkan
air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwana kecoklatan
atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l
sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan (Pevy et al.,1985 dalam Effendi,
2003).
Air yang berwarna disebabkan oleh banyak penyebab seperti yang telah tersebut
dalam teori di atas. Penyebab air berwarna karena sebab fisik, bukan karena adanya
kuman atau mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan timbulnya diare. Namun,
alergi terhadap zat tertentu dapat menyebabkan anak menjadi diare bila tertelan dalam
jumlah tertentu dimana zat tersebut tidak dapat ditolerir oleh tubuh. Dalam penelitian ini,
anak tidak menelan air yang digunakan untuk mandi, karena itu tidak mengalami diare.
Sebagian besar responden yang tidak mengalami kejadian diare airnya tidak berasa
sebanyak 12 keluarga (80%), sedangkan yang mengalami diare airnya tidak berasa sebanyak
3 keluarga (20%).
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa menunjukan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek yang dapat
ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab timbulnya rasa.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002,
diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa
(Juju, 2012). Sumber pencemaran semua bahan kimia/ organik yang dapat merubah rasa
(Jumawal, 2013).
Air yang berasa disebabkan karena adanya pencemaran bahan kimia/organik,
bukan karena adanya kuman patogen dalam tubuh. Bahan pencemar ini tidak
menyebabkan diare namun menyebabkan sejumlah penyakit lain dalam tubuh seperti
gangguan hati, ginjal, dan saraf. Bahan pencemar tersebut tidak mempunyai target organ
pada saluran pencernaan sehingga tidak menyebabkan diare.
Hasil tabulasi diatas menjelaskan bahwa sebagian besar responden yang tidak
mengalami kejadian diare airnya tidak berbau sebanyak 12 keluarga (80%), sedangkan yang
mengalami diare airnya tidak berbau sebanyak 3 keluarga (20%).
Air minum yang berbau, selain tidak estesis juga tidak disukai oleh masyarakat.
Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat
disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum
yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau (Juju,2012). Gas, mineral yang
terlarut dalam air, septik tank dapat menimbulkan perubahan bau pada air minum
(Jumawa, 2013).
Air yang berbau karena bercampur dengan gas yang larut dalam air, juga karena
adanya algae. Air ini hanya akan menyebabkan diare bila diminum. Apabila air yang
berbau hanya digunakan untuk mandi, maka air ini tidak menyebabkan diare pada anak.
Anak kecil suka bermain saat mandi, seringkali sampai menelan air yang digunakan
untuk mandi, namun apabila air yang tertelan hanya sedikit, maka tidak cukup untuk
menginfeksi saluran pencernaan anak, karena di dalam saluran pencernaan anak juga
mengandung antibakteri yang dapat membunuh kuman patogen.
Hasil tabulasi diatas menjelaskan bahwa hampir sebagian responden yang tidak
mengalami kejadian diare airnya memiliki endapan sebanyak 6 keluarga (66,7%), sedangkan
yang mengalami diare airnya tidak memiliki endapan sebanyak 3 keluarga (33,3%).
Endapan pada air minum mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia.
Endapan hijau menunjukan adanya Cuprum, Oksida, Chlorin yang dapat menyebabkan
penyakit ginjal,sistem syaraf pusat, kanker. Endapan berwarna hitam menunjukan
kandungan kalsium,megnesium yang menyebabkan penyakit batu ginjal, kencing batu,
endapan berwarna putih menunjukan adanya aluminium, Arsen, Asbestos yang
menyebabkan penyakit hati, Sistem syaraf pusat, kanker. endapan berwarna Biru
menunjukan kandungan alumunium, sulfur, phospat, pestisida yang menyebabkan
penyakit hati, ginjal dan kencing batu, sistem syaraf, sedangkan endapan berwarna jingga
menunjukan adanya besi oksida yang menyebabkan penyakit gangguan air seni,
gangguan keseimbangan metabolisme tubuh (Mata air alam, 2015).
Air yang mengandung endapan memang dapat mengganggu kesehatan manusia,
akan tetapi tidak cukup mengganggu saluran pencernaan, apalagi jika digunakan untuk
mandi yang hanya dikenakan pada bagian luar tubuh sehingga tidak masuk ke dalam
saluran pencernaan, maka zat-zat yang ada dalam endapan tidak dapat mengganggu
saluran pencernaan dan tidak menyebabkan anak menjadi diare.
Hasil tabulasi diatas menjelaskan bahwa sebagian besar responden yang tidak
mengalami kejadian diare airnya mengalami perubahan mikrobiologi sebanyak 10 keluarga
(76,9%), sedangkan yang mengalami diare airnya mengalami perubahan mikrobiologi
sebanyak 3 keluarga (23,1%).
Perubahan air pada hari ke-1 menunjukkan sebagian besar responden yang tidak
mengalami kejadian diare airnya tetap sebanyak 11 keluarga (73,3%), sedangkan yang
mengalami diare airnya tetap sebanyak 3 keluarga (20%). Hari ke-2 menunjukkan bahwa
hampir sebagian responden yang tidak mengalami kejadian diare airnya berwarna hitam
sebanyak 7 keluarga (46,7%), sedangkan yang mengalami diare airnya berwarna tetap
sebanyak 2 keluarga (13,3%). Hari ke-3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
tidak mengalami kejadian diare airnya berwarna hitam sebanyak 10 keluarga (66,7%),
sedangkan yang mengalami diare airnya berwarna hitam sebanyak 3 keluarga (20%).
Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli,
Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin
(racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri
coliform (E.coli tergolong jenis bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan
hewan menunjukan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin
tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, makin tinggi pula resiko kehadiran bakteri
patogen, seperti bakteri shigella (penyebab muntaber), S.typhii (penyebab typus), kolera,
dan disentri. Keberadaan E colli mengindikasikan bahwa air minum terkontaminasi
kotoran manusia atau hewan. Mikroba dalam kotoran tersebut dapat menyebabkan
dampak jangka pendek, seperti diare, kejang, mual, sakit kepala atau gejala lainnya.
Mikroba tersebut dapat menimbulkan resiko kesehatan khusus terhadap bayi, balita dan
orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Sedangkan total coliform
menunjukan kemungkinan adanya bakteri berbahaya lainnya (Jumawal, 2013). Diare
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor infeksi, malabsorbsi, makanan,
lingkungan, perilaku, dan faktor psikologis (Depkes RI, 2007).
Anak usia prasekolah cenderung menyukai bermain dengan sesuatu yang kotor,
dimana mereka senang memakan sesuatu yang mereka anggap menarik tanpa mengetahui
makanan tersebut sehat atau tidak. Apabila orang tua tidak melakukan pengawasan yang
ketat pada kesehatan dan kebersihan anaknya, maka anak usia prasekolah akan mudah
terserang diare.
Kejadian diare pada anak usia prasekolah ini tidak hanya disebabkan karena
perilaku hidup bersih dan sehat oleh keluarga dan individu sendiri, akan tetapi juga
karena faktor makanan. Anak usia prasekolah memiliki sistem pencernaan yang masih
rentan, sehingga tidak sembarang makanan boleh dimakan, apabila anak tidak tahan
terhadap jenis makan tertentu, mereka bisa terkena diare. Pendidikan kepala keluarga
berperan dalam memberikan arahan dan asuhan pada anak, bagaimana mereka mendidik
anak supaya berperilaku hidup bersih dan sehat¸ menjaga makan dan mengawasi
makanan anaknya.
Anak usia prasekolah yang tidak mengalami diare dikarenakan daya tahan
tubuhnya yang kuat karena makanan yang diberikan oleh orang tua cukup bergizi dan
anak sudah bisa beradaptasi dengan kondisi keadaan lingkungan sekitarnya sehingga
tidak mudah terserang penyakit termasuk diare.
Penyebab diare paling utama adalah makanan yang tidak sehat, baik
pembersihannya, pengolahannya, bahannya, maupun alat yang dipakai untuk mengolah
serta perilaku orang yang mengolahnya. Kuman penyebab diare bisa menempel dimanamana. Jika tidak dibersihkan dengan benar menggunakan sabun anti kuman, maka kuman
akan tetap menempel pada tangan, alat, atau bahan makanan yang akan diolah, sehingga
kuman masih dapat masuk ke dalam saluran pencernaan anak usia prasekolah dan
menyebabkan diare.
Simpulan
Kualitas air bersih yang melatarbelakangi kejadian diare pada anak usia prasekolah di
Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto adalah tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak ada endapan, namun positif mengandung
mikro patogen
Rekomendasi
Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan untuk mengajarkan kepada keluarga tentang cara menguji adanya
mikroba agar waspada pada pengunaan air yang tampak bersih.
Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan untuk melakukan pengembangan penelitian mengenai kesehatan anak
khususnya tentang diare dan faktor penyebab dan yang mempengaruhinya seperti
konsumsi susu formula, konsumsi makanan, dan faktor sanitasi lingkungan.
Coresspondensi: E-mail
Alamat
No.hp
:[email protected]
:Dsn.Gumuk bago Desa. Nogosari
Rambipuji Kabupaten Jember
:083849080660
Kecamatan
Download