jepma - Universitas Lambung Mangkurat

advertisement
Error!
J
E
Vol. 10, No. 1 : April 2011
ISSN 1693-1610
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Barang Konsumsi Indonesia
Ali Wardhana
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham Konvensional di Indonesia Periode Januari
2009 - Desember 2010
Nadiya Rahmi Sari, Fifi Swandari
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Daerah, Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus Pada Belanja Daerah Pemerintah Kota di Provinsi Kalimantan
Selatan
Fahmi Rizani, Nur Fatiah, Rasidah, Rawintan, Ananda Riani Utami
P
Analisis Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Indofood Sukses
Makmur,Tbk Banjarmasin
Novika Rosari
Profitabilitas Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di
BEI
Fahriah, Fifi Swandari, Doni Stiadi
M
Kajian Kinerja Penguatan Modal Dan
Sungai Tengah
Ahmad Yunani
Kelompok Masyarakat Kabupaten Hulu
Kajian Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Balangan
Ali Wardhana, Ahmad Yunani
A
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Nilai Perusahaan
Nor' Ain, Novita Weningtyas Respati dan Yohana Yustika Sari
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
JEPMA
Vol.10, No. 1
April 2011
hal. 19 - 27
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN DAERAH,
DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS PADA BELANJA
DAERAH PEMERINTAH KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh : Fahmi Rizani, Nur Fatiah, Rasidah, Rawintan, Ananda Riani Utami
(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat)
ABSTRACT
This research was conducted to determine whether economic growth, local revenues, the general
allocation fund and special allocation funds affect the local expenditure on Pemko/regency in
South Kalimantan Province. The population of this study are 13 districts and using probability
sampling obtained 9 districts and 2 cities which serve as the research sample from 2005-2009.
Multiple regression is used in this research. The results shows that the economic growth, local
revenues, the general allocation fund and special allocation funds influence regional spending
simultaneoulys on districts and municipalities in South Kalimantan Province. This can be
explained in the Adjusted R Square of 88.5% of local expenditure variation can be explained by the
variation of the four independent variables of Economic Growth, PAD, DAU and DAK. The
remaining 11.5% is explained by other variables not included in this study. Partially economic
growth, local revenues, the general allocation fund, and special allocation funds significantly
influence regional spending on districts and municipalities in South Kalimantan Province.
Key Words :
Economic Growth, Local Revenue, the General Allocation Fund, Special
Allocation Fund and local expenditure.
PENDAHULUAN
Saat ini desentralisasi telah menjadi perhatian pokok dan menjadi fenomena bagi
negara-negara di dunia, baik negara berkembang maupun negara maju. Banyak negara
berkembang berputar haluan menuju desentralisasi fiskal sebagai salah satu upaya
melepaskan diri dari berbagai jebakan ketidakefektifan dan ketidakefisienan
pemerintahan, serta ketidakstabilan makro ekonomi. Perkembangan demokratisasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta komitmen nasional untuk mewujudkan good
governance di Indonesia telah menjadi faktor penting yang mendorong pelaksanaan
desentralisasi. Otonomi daerah merupakan realisasi atau bentuk konkret dari ide
desentralisasi sebagai konsekuensi logis untuk membangun good governance (Yuwono
dkk., 2008:12).
Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi dibebankan pada APBD. Daerah diberi kewenangan untuk memungut
pajak/retribusi dan pemberian bagi hasil penerimaan serta bantuan keuangan yang dikenal
sebagai dana perimbangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
19
Jurnal Ekonomi Pembangunan Manajemen dan Akuntansi, Vol..10, No. 1 April 2011 : 19 - 27
kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi. Daerah juga diberi kewenangan untuk
melakukan pinjaman, baik dari dalam negeri maupun luar negeri (Yuwono dkk, 2008:46).
Anggaran daerah merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik
dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan
pemerintah daerah karena terkait dengan dampak anggaran terhadap kinerja pemerintah
sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, APBD harus benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan masyarakat
dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan
tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU
Nomor 33 Tahun 2004). APBD di satu sisi menggambarkan anggaran pengeluaran guna
membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran dan di
sisi lain menggambarkan penerimaan dari sumber-sumber penerimaan daerah guna
membiayai pengeluaran-pengeluaran yang telah dianggarkan. Proses penyusunan
anggaran melibatkan dua pihak yaitu eksekutif dan legislatif. Eksekutif berkewajiban
membuat draft/rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah
disahkan oleh DPRD.
Kebijakan otonomi daerah merupakan pendelegasian wewenang yang disertai
dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya
manusia dalam rangka desentralisasi fiskal. Dalam menghadapi desentralisasi fiskal,
potensi fiskal pemerintah daerah yang satu dengan daerah yang lain menjadi sangat
beragam dan perbedaan potensi ini dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang
beragam pula. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita.
Pertumbuhan ekonomi daerah diproksi dengan produk domestik regional bruto (PDRB)
perkapita.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. PAD mencerminkan kemandirian suatu daerah
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pendapatan asli daerah setiap daerah berbedabeda. Daerah yang memiliki kemajuan dibidang industri dan memiliki kekayaan alam
yang melimpah cenderung memiliki PAD yang lebih besar dibanding daerah lainnya,
begitu juga sebaliknya. Disatu sisi ada daerah yang sangat kaya karena memiliki PAD
yang tinggi dan disisi lain ada daerah yang tertinggal karena memiliki PAD yang rendah.
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan
pendanaan daerah yang cukup besar untuk pelaksanaan desentralisasi. DAU merupakan
komponen terbesar dalam dana perimbangan dan perannya sangat strategis dalam
menciptakan pemerataan dan keadilan antar daerah. Proporsinya yang cukup besar dan
kewenangan pemanfaatannya yang luas memberikan makna otonomi yang lebih nyata
bagi pemerintahan di daerah.
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Daerah
tertentu yang dimaksud adalah daerah yang memenuhi kriteria yang ditetapkan setiap
tahun untuk mendapatkan alokasi DAK. Dengan demikian, tidak semua daerah
mendapatkan alokasi DAK.
20
Nur Fatiah, Rasidah, Rawintan, Ananda Riani Utami -- Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, ...........
Sumber-sumber pendapatan daerah yang diperoleh dipergunakan untuk
membiayai penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Belanja daerah merupakan semua
pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang dapat mengakibatkan berkurangnya
nilai kekayaan bersih sebagai kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja
daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
sebagai upaya pemenuhan kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, untuk menganalisis
pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus terhadap alokasi belanja daerah secara simultan. Kedua, untuk
menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi
umum dan dana alokasi khusus terhadap alokasi belanja daerah secara parsial. Ketiga,
untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah.
Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting
karena di dalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan
sumber-sumber kekayaan daerah. Tujuan utama proses perumusan anggaran adalah
menterjemahkan perencanaan ekonomi pemerintah, yang terdiri dari perencanaan input
dan output dalam satuan keuangan. Perumusan anggaran harus dapat menggali dan
mengendalikan sumber-sumber dana publik.
Dokumen anggaran daerah di Indonesia disebut dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Struktur APBD, terdiri dari Pendapatan Daerah,
Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah (Yani, 2008:371-377).
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah dipergunakan
dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupaten dan kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah
urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada
masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Urusan yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi keunggulan daerah
yang bersangkutan, seperti pertambangan, perikanan, pertanian dan sebagainya.
Belanja dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program,
kegiatan, kelompok, jenis, objek dan rincian objek belanja. Penggolongan belanja atas
dasar kelompoknya dimaksudkan untuk memudahkan pengendalian atas dasar perilaku
pembiayaannya. Belanja menurut kelompok belanja terdiri atas belanja tidak langsung dan
belanja langsung.
Pertumbuhan ekonomi secara singkat adalah proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per
kapita, disini ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi
jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah
penduduk. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan suatu gambaran
ekonomi pada suatu saat (Boediono, 2009 : 1).
Ahmeth dalam artikelnya yang berjudul makalah pertumbuhan ekonomi, indikator
yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat
21
Jurnal Ekonomi Pembangunan Manajemen dan Akuntansi, Vol..10, No. 1 April 2011 : 19 - 27
pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dan tingkat pertumbuhan PNB (Produk
Nasional Bruto). Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam hitungan PNB kurang lazim
dipakai, yang lebih populer dipakai adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas
wilayah, terbatas pada negara yang bersangkutan.
Menurut Undang-undang No 33 Tahun 2004 Pasal 1 berbunyi “Pendapatan Asli
Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku”. PAD merupakan sumber penerimaan yang digali dari daerah itu
sendiri guna membiayai pembangunan dan usaha daerah serta untuk mengurangi
ketergantungan terhadap dana yang diberikan pemerintah pusat. PAD dipisahkan menjadi
4 yaitu : 1. Pajak Daerah, 2. Retribusi Daerah, 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik
Daerah yang Dipisahkan dan 4. Lain-lain PAD yang Sah.
Dana Alokasi Umun (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan memeratakan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran daerah dalam rangka desentralisasi (Widjaja,
2005:75). Alokasi DAU bagi daerah yang memiliki potensi fiskal yang besar, tetapi
kebutuhan fiskalnya kecil, akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya daerah
yang memiliki potensi fiskal yang kecil, namun kebutuhan akan fiskalnya besar, akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar (Yani, 2008:46-47).
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang dialokasikan dari APBN kepada
daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus (Widjaja, 2005:34). Sesuai dengan
UU Nomor 25 Tahun 1999 yang digantikan oleh UU Nomor 33 Tahun 2004, yang
dimaksud kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan
menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan tidak sama dengan
kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa
jenis investasi atau prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta saluran
irigasi primer dan kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional (Yuwono
dkk, 2008:51).
Berikut beberapa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini.
H1: Pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara simultan terhadap
alokasi belanja daerah.
H2: Pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara parsial terhadap
alokasi belanja daerah. H3: DAU berpengaruh secara dominan terhadap alokasi
belanja daerah.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Selatan yang berjumlah 13 kabupaten/kota. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah probability sampling yaitu teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Sugiyono, 2007:74).
Prosedur pengumpulan data merupakan cara-cara untuk memperoleh data dan
keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah teknik observasi yaitu melakukan tinjauan secara
langsung ke instansi yang terkait untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
22
Nur Fatiah, Rasidah, Rawintan, Ananda Riani Utami -- Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, ...........
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode analisis regresi berganda, dan
dilakukan Pengujian Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Multikolinearitas, Uji
Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi. Model analisis regresi linier berganda adalah
hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, …Xn) dengan
variabel dependen (Y). Persamaan regresi : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Pengujian hipotesis dengan cara menguji secara simultan (uji F) dan secara parsial
(uji t). Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan menggunakan perbandingan
antara F hitung dengan F tabel, atau dengan membandingkan nilai probabilitas dengan
taraf signifikansi 0,05.
HASIL PENELITIAN
Variabel independen Pertumbuhan Ekonomi selama tahun 2005 - 2009 PDRB
perkapita 11 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan selalu mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.
Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang
untuk membayar pungutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang pada akhirnya
akan meningkatkan sumber penerimaan di daerah.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) seluruh variabel kurang dari 10 dan nilai Tolerance
seluruh variabel lebih dari 0,10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Berdasarkan grafik scatterplots, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai untuk memprediksi.
Berdasarkan hasil uji uatokorelasi diperoleh angka Durbin-Watson sebesar 1,250.
Hal ini menunjukkan bahwa angka Durbin-Watson berada diantara diantara -2 sampai +2,
jadi dapat tarik kesimpulan bahwa dalam model regresi tidak ditemukan autokorelasi.
Berdasarkan Analisis regresi (lihat lampiran ), maka persamaan model regresi
yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y= -79210,297+6150,937 X1+1,820 X2+1,098 X3+2,847 X4+ e
Berdasarkan uji ANOVA atau F test, dapat diperoleh angka F hitung sebesar
104,804 dengan signifikansi 0,000. Untuk F tabel dengan df 1 (jumlah variabel-1), yaitu
(5-1) = 4 dan df 2 (n-k-1), yaitu (55-4-1) = 50 pada tingkat kepercayaan 95% atau
=
0,05 maka dapat diperoleh angka 2,557. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui
perbandingan antara F hitung dengan F tabel, yaitu F hitung lebih besar daripada F tabel
(104,804 > 2,557). Nilai Signifikansi F sebesar 0,000 berada dibawah 0,05 (0,000 < 0,05)
sehingga dapat diketahui bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh secara
signifikan. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka rumusan masalah yang pertama dalam
penelitian ini dapat dijawab dan hipotesis penelitian pertama dapat diterima.
Hasil pengujian variabel pertumbuhan ekonomi yang diproksi dengan PDRB
perkapita (X1) terhadap belanja daerah (Y) secara parsial menunjukkan angka t hitung
sebesar 4,784 yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,784 > 2,009)
dengan tingkat signifikansinya adalah 0,000 yang berarti nilai signifikansi t ini dibawah
0,05 (0,000 < 0,05). Dari hal tersebut, maka diketahui pertumbuhan ekonomi yang
23
Jurnal Ekonomi Pembangunan Manajemen dan Akuntansi, Vol..10, No. 1 April 2011 : 19 - 27
diproksi dengan PDRB perkapita (X1) memberikan pengaruh yang signifikan secara
parsial terhadap belanja daerah.
Hasil pengujian variabel pendapatan asli daerah (X2) terhadap belanja daerah (Y)
secara parsial menunjukkan angka t hitung sebesar 2,254 yang berarti nilai t hitung lebih
besar dari t tabel (2,254 > 2,009) dengan tingkat signifikansinya adalah 0,029 yang berarti
nilai signifikansi t ini dibawah 0,05 (0,029 < 0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka
diketahui bahwa pendapatan asli daerah (X2) secara parsial memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap belanja daerah.
Hasil pengujian variabel DAU (X3) terhadap belanja daerah (Y) secara parsial
menunjukkan angka t hitung sebesar 5,750. Nilai t hitung ternyata lebih besar dari t tabel
(5,750 > 2,009) dan tingkat signifikansinya adalah 0,000 yang berarti nilai signifikansi t
ini berada dibawah 0,05 (0,000 < 0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka diketahui bahwa
DAU (X3) secara parsial memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap belanja
daerah.
Hasil pengujian variabel DAK (X4) terhadap belanja daerah (Y) secara parsial
menunjukkan angka t hitung sebesar 4,182 yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar
dari t tabel (4,182 > 2,009) dengan tingkat signifikansinya adalah 0,000 yang berarti nilai
signifikansi t ini dibawah 0,05 (0,000 < 0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka diketahui
bahwa DAK memberikan pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap belanja
daerah.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pertumbuhan ekonomi yang diproksi
dengan PDRB perkapita memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap belanja
daerah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan semakin tinggi PDRB perkapita
suatu daerah, semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintahannya. Dengan
kata lain, semakin tinggi PDRB perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi
sumber penerimaan daerah tersebut.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini
mempunyai hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Darwanto dan Yustikasari (2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
diproksi dengan PDRB perkapita secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal. Hasil yang berbeda tersebut disebabkan oleh perbedaan sampel penelitian,
variabel dependen yang digunakan, dan periode pengamatan.
Berdasarkan hasil analisis data, maka rumusan masalah yang kedua dalam
penelitian ini dapat dijawab dan hipotesis penelitian ketiga dapat diterima. Berdasarkan
hasil pengujian secara parsial PAD memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap
belanja daerah. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar
pendapatan yang diperoleh dari PAD semakin besar pula dana yang harus disalurkan
lewat belanja rutin maupun belanja pembangunannya. Hasil dari penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Bawono (2008) dan
Rahmawati (2010) yang menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan
terhadap belanja daerah.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial DAU memberikan pengaruh positif
yang signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
24
Nur Fatiah, Rasidah, Rawintan, Ananda Riani Utami -- Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, ...........
sebagian besar sumber pembiayaan pemerintah daerah berasal dari transfer pemerintah
pusat. Sebagian besar dana ini digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan
selebihnya untuk pengeluaran pembangunan.
Peran DAU di beberapa daerah sangat signifikan, karena kebijakan belanja daerah
lebih di dominasi oleh jumlah DAU daripada PAD. Holtz-Eakin et. al. dalam Darwanto
dan Yustikasari (2007:12) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara
transfer dari pemerintah pusat dengan belanja daerah. Berdasarkan pembahasan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Bawono (2008) dan Rahmawati (2010) yang
menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial DAK memberikan pengaruh positif
yang signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa sebagian besar sumber pembiayaan pemerintah daerah berasal dari transfer
pemerintah pusat. Sebagian besar dana ini digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin
dan selebihnya untuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Situngkir (2009) yang menyatakan bahwa DAK secara parsial mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap belanja modal. Belanja modal merupakan
komponen dari belanja daerah.
Penentuan variabel yang paling berpengaruh terhadap belanja daerah didasarkan
pada hasil pengujian hipotesis masing-masing variabel secara parsial dengan
membandingkan nilai Standardized Beta Coefficients antar variabel independen yaitu
pertumbuhan ekonomi (PDRB perkapita), PAD, DAU dan DAK. Variabel yang memiliki
nilai Standardized Beta Coefficients paling tinggi ditentukan sebagai variabel yang paling
berpengaruh terhadap belanja daerah. Perbandingan nilai Standardized Beta Coefficients
masing-masing variabel dapat pada lampiran.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui variabel yang mempunyai Standardized
Beta Coefficients paling tinggi adalah variabel X3 (DAU) yaitu 0,564. Hubungan antara
DAU dengan belanja daerah adalah positif, yang berarti menunjukkan hubungan yang
searah. Tingginya Standardized Beta Coefficients yang dimiliki oleh variabel DAU
diperkuat dengan nilai t hitung yang paling besar diantara variabel lainnya. Tingkat
signifikansi yang dimiliki oleh DAU juga jauh berada di bawah 0,05 (0,000 < 0,05). Hal
tersebut semakin menegaskan bahwa variabel DAU merupakan variabel independen yang
paling berpengaruh terhadap belanja daerah jika dibandingkan dengan variabel
independen yang lain. Besarnya pengaruh DAU terhadap belanja daerah dikarenakan
DAU merupakan transfer dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan tujuan pemerataan keuangan antar
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya
penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Oleh karena itu
terjadi transfer yang cukup signifikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan
pemerintah daerah dengan leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting.
DAU merupakan transfer dari pusat kepada daerah yang bersifat block grant yang
kewenangan pengaturan dan penggunaanya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Proporsinya yang cukup
besar dan kewenangan pemanfaatannya yang luas menjadikan peran DAU di beberapa
25
Jurnal Ekonomi Pembangunan Manajemen dan Akuntansi, Vol..10, No. 1 April 2011 : 19 - 27
daerah sangat signifikan dan kebijakan belanja daerah biasanya lebih di dominasi oleh
jumlah DAU.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan Pemerintah Kabupaten/Kota di
provinsi Kalimantan Selatan untuk lebih meningkatkan PAD nya dengan cara intensifikasi
maupun ekstensifikasi, karena kecendrungan Pemerintah Kabupaten/Kota di provinsi
Kalimantan Selatan lebih mengandalkan transfer dana dari pemerintah pusat seperti DAU
dan DAK untuk membiayai pengeluaran daerahnya. Intensifikasi adalah mengoptimalkan
pemungutan sumber pendapatan yang sudah ada, kegiatan intensifikasi yang dapat
dilakukan antara lain yaitu melakukan sosialisasi terhadap pembayar pajak atau retribusi
untuk meningkatkan ketaatan pajak, penyederhanaan prosedur administrasi untuk
memberi kemudahan bagi masyarakat pembayar pajak/retribusi sehingga diharapkan
meningkatkan kepatuhan membayar pajak, memiliki sistem pengendalian intern yang
memadai untuk menjamin ditaatinya prosedur dan kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan, memiliki sistem perpajakan yang efisien, efektif, adil, dan ekonomis.
Ekstensifikasi adalah menggali dan mengembangkan sumber pendapatan yang baru,
kegiatan ekstensifikasi yang dapat dilakukan antara lain yaitu melaksanakan identifikasi
potensi sumber PAD yang baru kemudian menganalisa dan melakukan studi kelayakan
terhadap potensi daerah yang baru tersebut, serta bekerjasama dengan instansi terkait
menyusun peraturan daerah baru tentang pungutan yang banyak dikembangkan dan digali
sebagai sumber PAD baru. Kegiatan lainnya yaitu memperbaiki infrastuktur di daerah
yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan penerimaan PAD. Dengan meningkatkan
PAD diharapkan akan meningkatkan kemandirian daerah tersebut dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
lebih baik.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada penelitian
ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu : secara simultan
dengan uji F, diperoleh hasil bahwa keempat variabel independen yang terdiri dari
pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU dan DAK secara bersama-sama terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap belanja daerah. Pengujian secara parsial dengan uji t, diketahui
bahwa keempat variabel independen yaitu pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU dan DAK
secara individual terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmeth, Adie. 2010. Makalah Pertumbuhan Ekonomi. Http://PDRB/makalahpertumbuhan-ekonomi-definisi.html. (Diakses : 13 November 2010).
Bawono, Bernanda Gatot Tri. 2008. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah (Studi pada
Kabupaten/Kota di Jawa Barat dan Banten). Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi ketujuh. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal. Simposium Nasional Akuntansi X.
26
Nur Fatiah, Rasidah, Rawintan, Ananda Riani Utami -- Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, ...........
Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2003. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Jawa Bali. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di
Pemerintahan Daerah : Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi. Jurnal
Akuntansi Pemerintahan.
http://www.kalselprov.go.id.
Putra. 2009. Definisi Pertumbuhan Ekonomi dan Penjelasannya. Http://Definisi
Pertumbuhan Ekonomi dan Penjelasannya « PutraCenter.net – About Economics,
City Planning, and Learn Language Online.htm. (Diakses : 13 November 2010).
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
………………….., 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah.
………………….., 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan.
Sari, Noni Puspita dan Idhar Yahya. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Jurnal Akuntansi.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Edisi kesepuluh. CV. Alfabeta. Bandung.
..........................., 2005. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Edisi Pertama. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Yani, Ahmad. 2008. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia. Edisi Revisi ketiga. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Yuwono, Sony, Dwi Cahyo Utomo, H. Suheiry Zein, H. Azrafiany A. R. 2008.
Memahami APBD dan Permasalahannya : Panduan Pengelolaan Keuangan
Daerah. Edisi Pertama. Bayumedia Publishing. Malang.
27
Download