Nurse Day Festival: Deteksi Dini Kaki Diabetik

advertisement
Nurse Day Festival: Deteksi Dini Kaki Diabetik
Dikirim oleh humas3 pada 22 April 2015 | Komentar : 0 | Dilihat : 4501
Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs
(Hons)
Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan global dimana dilaporkan sekitar 14 juta penduduk Indonesia dan
246 juta di dunia menderita penyakit ini. Salah satu komplikasi Diabetes Mellitus yang mengganggu kondisi
biologis, psikologis dan sosial pada penderita adalah Kaki Diabetik. Kaki Diabetik adalah infeksi dan atau
kerusakan pada jaringan yang berhubungan dengan gangguan saraf dan gangguan aliran darah pada tungkai kaki.
Kaki Diabetik telah terjadi pada 15 sampai 25 persen penderita Diabetes Mellitus.
Salah satu upaya pencegahan terjadinya luka Kaki Diabetik adalah perlunya perawatan kaki yang sangat baik pada
pasien Diabetes Mellitus. Untuk itu, Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya (FK-UB) Kampus IV mengadakan Seminar Nasional Keperawatan "Update Deteksi Dini Kaki Diabetes
dengan Aspek Perawatan Klinis, Kolaborasi Perawat-Dokter, dan Manajemen Perawatan Sesuai dengan UndangUndang Keperawatan 2014". Kegiatan yang dikemas dalam acara Nurse Day Festival ini digelar Minggu
(19/04/2015), di Hotel Lotus Garden, Kediri.
Disampaikan Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), peran perawat dalam aspek klinis yang berbasis UU
Keperawatan 2014 sangat diperlukan. "Perlu adanya kesepakatan antara klien dan pasien dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan," ujar Guru Besar Keperawatan
Universitas Airlangga yang menyampaikan materi "Manajemen Keperawatan DMT2 Sesuai UU KEP 38 / 2014".
Lebih lanjut dijelaskan Ns. Heri Kristianto, S. Kep., M. Kep., Sp. KMB bahwa pada tahun 2000 sekitar 8,4 juta
penduduk Indonesia terkena Diabetes. Karena penatalaksanaan yang kurang tepat, mengakibatkan komplikasi
terutama pada kaki. "Selain memberikan perawatan pada pasien, perawat juga harus memberikan edukasi pada
keluarga pasien dan masyarakat untuk memandirikan pasien," papar dosen Keperawatan FK-UB.
Perlunya Kolaborasi Perawat-Dokter
"Salah satu penentu keberhasilan penanganan pasien adalah dengan kolaborasi antar tenaga kesehatan, yaitu
hubungan yang setara antara dokter dan perawat, bukan hubungan hirarki seperti yang saat ini terbentuk. Perawat
bukan pengganti dokter dan bukan kepanjangan tangan dari dokter. Masing-masing memberikan pelayanan sesuai
kompetensi masing-masing," demikian disampaikan dr. Andrew William Tulle dalam materi "Model Peran Klinis
Kolaborasi Perawat-Dokter dalam Perawatan Pasien Diabetes Melitus".
Dosen pada Laboratorium Mikrobiologi FK-UB ini mencontohkan kolaborasi dalam penanganan Diabetes
Mellitus. Yakni dokter memberikan terapi medis dengan menentukan jenis obat dan dosisnya, sedangkan perawat
memberikan edukasi cara mengkonsumsi obat, kapan waktu meminum obat, cara mengatur asupan makanan dan
cara mengatur pola hidup untuk mencegah komplikasi.
"Keuntungan dari kolaborasi ini, pasien mendapat pelayanan dari dua provider yang dapat diandalkan. Bagi dokter
dan perawat, dengan adanya kolaborasi dapat meringankan beban kerja, karena semua tanggung jawab tidak perlu
ditanggung oleh salah satu pihak saja," pungkasnya. [Irene/Humas UB]
Artikel terkait
MoU UB dan BKKBN
One Health untuk Cegah Penyakit Zoonosis
FK-UB Kembangkan Tes Cepat untuk Diagnosa Dini Lupus
Teknologi Kedokteran Nuklir untuk Obati Kanker
Dr. Erna Susanti: Peran Catechins Teh Hijau terhadap Penghambatan Proses Aterogenesis
Download