BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Komunikasi merupakan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari aspek
kehidupan manusia. Setiap individu selalu membutuhkan komunikasi dengan
individu lain yang berada di sekitarnya. Gregory Bateson, Paul Watzlawik dan
koleganya yang dikenal pula sebagai Palo Alto Group, mengungkapkan
bahwa, kita tidak dapat tidak berkomunikasi.(Littlejohn and Foss, 2009 : 284)
Segala hal yang kita lakukan ketika berhadapan dengan orang lain pula dapat
dianggap sebagai salah satu bentuk komunikasi, baik secara sadar atau tidak.
Sebagai contoh ketika kita menatap seseorang, kita menganggap hal itu tidak
memiliki maksud apapun, tetapi orang lin bisa menganggap kita sedang
memberikan “penilaian” terhadap orang tersebut.
Proses komunikasi yang dibangun merupakan sebuah cara kita untuk
mengemukakan eksistensi diri, sebagai cara untuk membentuk identitas diri,
serta membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita. Pemahaman
komunikasi yang dikemukakan oleh Thomas M. Scheidel (Mulyana, 2003 : 4)
tersebut mengatakan pula bahwa komunikasi merupakan sebuah cara untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga orang tersebut dapat memiliki perasaan,
pemikiran, atau bahkan berperilaku sama seperti yang kita maksudkan.
Komunikasi dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan sebuah gagasan yang
juga melibatkan perasaan diantara peserta komunikasi, yaitu sebuah proses
transaksional yang dinamis.(Mulyana, 2003 : 69)
2.2. Model Komunikasi
Dalam upaya memahami sebuah proses komunikasi, dapat dilihat dari
bagaimana model komunikasi menjelaskan mengenai bagaimana sebuah pesan
disampaikan dalam sebuah proses komunikasi. Model komunikasi merupakan
sebuah penggambaran secara abstrak mengenai aspek yang terdapat dalam
proses komunikasi, mengenai keseluruhan unsur, sifat, dan juga komponen
7
penting dari sebuah fenomena.(B. Aubrey Fisher, dalam Mulyana, 2003 : 121)
Pentingnya pemahaman akan model komunikasi dikarenakan model dapat
juga dikatakan sebagai sebuah gambaran teori yang lebih disederhanakan.
Seperti diungkapkan oleh Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr.
(Mulyana, 2003 : 121), model membantu dalam proses merumuskan teori dan
dalam menjelaskan suatu hubungan.
Salah satu model komunikasi yang dapat diambil untuk menjelaskan proses
komunikasi adalah model matematis atau teori informasi yang dikemukakan
oleh Claude Shannon dan Warren Weaver.(Mulyana, 2003 : 137) Model ini
menyoroti bagaimana sebuah pesan yang disandikan oleh pengirim pesan
dapat disandikan kembali oleh penerima pesan. Sebuah pesan yang
disampaikan melalui media tertentu kepada penerima, tetapi dalam proses
penyampaian pesan ini pastilah terdapat noise atau gangguan di dalamnya.
Gangguan ini dapat diartikan dalam banyak hal, baik yang berasal dari
pengirim pesan, pada media yang digunakan, atau pada penerima pesan.
Gangguan ini berpengaruh terhadap pesan yang diterima oleh penerima pesan,
yang akan berpengaruh terhadap proses pemahaman pesan sehingga umpan
balik yang diberikan dapat berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh
pengirim pesan.
2.3. Unsur-unsur Komunikasi
Hal pokok dari komunikasi adalah dapat tersampaikannya pesan yang
dimaksudkan kepada penerima pesan, akan tetapi tanpa adanya unsur-unsur
komunikasi yang terdapat di dalamnya, proses komunikasi tersebut tidak akan
terjadi.(London School of Public Relation, 2010 : 243)
Unsur-unsur komunikasi tersebut seperti (Morissan, 2013 : 16-26) :
2.3.1.
Pengirim pesan / sender
Pengirim
pesan
/
sender
/
komunikator
dapat
berupa
individu,kelompok, ataupun organisasi yang dalam sebuah proses
komunikasi merupakan sumber yang menyampaikan pesan.
Keberhasilan proses komunikasi tidak terlepas pula dari peranan
8
seorang komunikator yang baik, dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi yang baik. Memiliki kecakapan bahasa
yang digunakan serta mampu menunjukan sikap dan wawasan
yang luas, sehingg terjadi perubahan dalam diri penerima pesan.
2.3.2.
Pesan
Pesan merupakan serangkaian informasi yang disampaikan dalam
sebuah proses komunikasi. Pesan ini dapat ditujukan kepada salah
seorang saja atau kepada penerima pesan dalam jumlah besar.
Dalam proses penyampaian pesan ini, penerima pesan memiliki
kontrol yang berbeda-beda terhadap pesan yang diterima.
Terdapat beberapa macam bentuk pesan dalam proses komunikasi,
diantaranya (Widjaya, 1997 : 14) :
a. Informatif, berisikan mengenai informasi atau keteranganketerangan, dan komunikan dapat memberikan kesimpulan
sendiri atas informasi yang didapatkan.
b. Persuasif, berisikan informasi yang berupa ajakan atau bujukan
dengan maksud untuk mengubah pemahaman dan kesadaran
akan sesuatu sehingga terjadi perubahan sikap, tetapi atas
kemauan sendiri.
c. Koersif, informasi dengan melekatkan sanksi di dalamnya.
Bentuk pesan ini seperti agitasi, yang memiliki penekananpenekanan yang menimbulkan dapat tekanan batin baik secara
individu maupun publik.
2.3.3.
Media
Penyampaian pesan dalam proses komunikasi menggunakan media
tertentu yang dianggap tepat sesuai pesan dan komunikannya.
Pemilihan media yang tepat akan dapat menghasilkan pesan yang
efektif, dapat langsung dirasakan efeknya oleh penerima pesan atau
komunikan.
2.3.4.
Penerima Pesan / receiver / komunikan
9
Penerima pesan merupakan sasaran dari pesan yang disampaikan
oleh pengirim pesan. Penerima pesan atau komunikan ini dapat
berupa satu individu, satu kelompok atau lembaga, bahkan
sekumpulan besar orang yang bahkan tidak saling mengenal. Pesan
yang disampaikan akan direspon oleh komunikan, yang akan
berbeda-beda antara komunikan satu dan lainnya.
2.3.5.
Efek
Efek yang dihasilkan dari proses transmisi pesan merupakan
respon terhadap pesan tersebut. Munculnya feedback dalam proses
komunikasi merupakan sebuah efek, yaitu respon terhadap pesan
yang disampaikan kembali oleh komunikan kepada komunikator.
Tahapan ini menyatakan bahwa pada saat terjadi umpan balik,
komunikan akan berperan menjadi komunikator dan komunikator
akan berubah peran menjadi komunikan.
Terdapat dua jenis feedback, yaitu positif, yang akan memunculkan
sebuah komunikasi yang berkelanjutan, sedangkan negatif, akan
mengakhiri proses komunikasi tersebut.
2.3.6.
Gangguan / Noise
Setiap penyampaian pesan pastilah terdapat gangguan. Gangguan
merupakan segala hal yang menghambat penyampaian pesan dari
komunikan kepada komunikator. Apabila gangguan tersebut kecil
mungkin dapat diabaikan, akan tetapi apabila gangguan tersebut
besar dapat menghambat pesan yang disampaikan sesuai dengan
tujuan awalnya.
Gangguan dalam proses menyampaikan pesan dapat dikategorikan
ke dalam tiga jenis, yaitu :
a. Gangguan Semantik, gangguan ini merupakan perbedaan
pemahaman
dan
pengartian
mengenai
kata-kata
yang
diuatarakan dalam pesan.
10
b. Gangguan Mekanik, gangguan ini muncul ketika ketika
terdapat
masalah
dengan
alat
yang
digunakan
untuk
penyampaian pesan.
c. Gangguan Lingkungan, gangguan ini terjadi ketika sumber
gangguan berasal dari luar unsur-unsur komunikasi yang sudah
dijabarkan sebelumnya. Semakin besar gangguan maka akan
semakin tidak jelas pesan yang disampaikan, sehingga
penerimaan pesan tidak sempurna.
2.4. Definisi Organisasi
Hasil dari sebuah tindakan komunikasi individu secara sadar maupun
tidak memunculkan sebuah organisasi. Sebuah organisasi terdiri dari
tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan individuindividu. Dapat dikatakan bahwa organisasi tercipta melalui kontak yang
terus menerus antara individu-individu terseut, serta diikuti eksistensi yang
tidak dapat terpisahkan, perilaku dari individu-individu tersebut menciptakan
organisasi.(Pace, 2010 : 11)
Organisasi dapat dikatakan pula sebagai sarana bagi masyarakat guna
meraih hasil-hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai ketika individuindividu tersebut berjalan sendiri-sendiri. Unit-unit dalam organisasi ini
merupakan unit yang terkoordinasi, berfungsi untuk mencapai sasaran
tertentu.(Donnelly, 1996 : 6) Pemahaman organisasi ini dapat memperjelas
bagaimana individu, proses, dan struktur merupakan satu unit kesatuan yang
tidak terlepas satu dengan yang lainnya.
Pencapaian tujuan organisasi ini tidak terlepas dari sistem, yang
mencakup sebuah hierarki dan pembagian kerja antara individu yang di
dalamnya. Diungkapkan oleh Weber,(Morissan, 2013 : 391) pencapaian
tujuan tersebut terdapat sistem kegiatan interpersonal yang memiliki tujuan
untuk melakukan pengkoordinasian tugas-tugas individu.
Menilik pada penjelasan-penjelasan diatas, sebuah organisasi memiliki
tujuan serta memiliki tingkatan peran hierarkis di dalamnya yang menuntut
11
harus dipertanggugjawabkan setiap tugasnya. Setiap komponen yang terdapat
di dalam sebuah komunikasi itu saling bergantung antara satu dengan yang
lainnya. Koordinasi menjadi poin penting dalam organisasi, hal itu
dimaksudkan supaya setiap komponen dapat bekerja sesuai dengan tugasnya
dan tidak memberatkan komponen lain.
2.5. Komunikasi Organisasi
Dimensi komunikasi dapat tergolong ke dalam beragam tindakan
komunikasi yang berdasarkan konteks di mana komunikai tersebut dilakukan,
seperti
komunikasi
antarpribadi,
komunikasi
kelompok,
komunikasi
organisasi, dan komunikasi massa.(Rohim, 2009 : 108) Salah satu yang
menjadi topik kajian dalam penelitian ini adalah komunikasi organisasi.
Komunikasi organisasi secara fungsional, merupakan proses penciptaan
serta pemaknaan pesan di antara unit-unit komunikasi dalam suatu organisasi.
Unit komunikasi dalam komunikasi organisasi ini adalah seseorang dalam
suatu jabatan.(Pace, 2010 : 31) Sebuah organisasi terdiri dari unsur-unsur
yang memiliki hubungan hierarkis yang berfunsgi dalam lingkup suatu
organisasi.
Definisi secara interpretif, komunikasi organisasi lebih menekankan
kepada proses penciptaan maknadalam sebuah interaksi di dalam organisasi.
Pemahaman ini melihat bagaimana perilaku pengorganisasian yang terjadi,
bagaimana keterlibatan
dalam proses
komunikasi,
serta bagaimana
pemaknaan terhadap proses yang sedang terjadi.(Pace, 2010 : 33)
2.6. Arah Aliran Komunikasi Organisasi
Setiap organisasi pastinya memiliki struktur yang jelas, yang menyatakan
jabatan atau kedudukan setiap orang di dalam organisasi tersebut. Pembagian
struktur tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam organisasi.
Keberadaan struktur tersebut, tentunya memunculkan adanya yang disebut
sebagai atasan-bawahan, atau seseorang dengan tingkat otoritas tinggi dan
dengan yang memiliki tingkat otoritas rendah. Perbedaan kedudukan secara
12
struktural tersebut memunculkan bentuk aliran komunkasi yang berbedabeda, berikut beberapa arah aliran komunikasi organisasi (Pace, 2010 : 184) :
2.6.1. Komunikasi ke Bawah
Proses aliran komunikasi ini menunjukan bahwa informasi
disampaikan oleh seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi kepada
mereka yang memiliki otoritas lebih rendah. Setiap orang dalam
organisasi selalu membutuhkan informasi, maka kualitas dan kuantitas
informasi harus tinggi supaya dapat memberikan keputusan yang
bermanfaat dan cermat. Manajemen puncak dalam hal ini merupakan
nafas hidup organisasi, yang harus memiliki informasi dari semua unit,
serta memperoleh informasi untuk semua unit.
2.6.2. Komunikasi ke Atas
Aliran komunikasi ini seperti arah balik komunikasi ke bawah,
yaitu komunikasi ini terjadi dari tingkat otoritas rendah (bawahan),
kepada otoritas yang lebih tinggi (penyelia atau manajer unit). Arus
komunikasi ini penting untuk dipraktekan karena dengan aliran
komunikasi ini atasan dapat mengetahui perkembangan kerja bawahan,
persoalan kerja, gagasan mengenai unit bidang kerja yang akan sangat
membantu dalam memaksimalkan hasil kerja.
2.6.3. Komunikasi Horisontal
Komunikasi horizontal ini merupakan komunikasi di aras rekan
sejawat yang berada di dalam satu unit kerja yang sama. Satu unit kerja
ini berisikan individu-individu yang memiliki tingkat otoritas sama dan
memiliki satu atasan yang sama.
2.6.4. Komunikasi Lintas Saluran
Pemahaman komunikasi lintas saluran secara garis besar sama
seperti komunikasi horizontal, yaitu antar rekan sejawat dalam satu
organisasi. Faktor pembedanya ialah dalam komunikasi lintas saluran
ini terjadi ketika komunikasi berlangsung antar rekan sejawat yang
berada pada unit yang berbeda, beda atasan, tetapi memiliki tingkatan
otoritas yang sama. Selain itu, sebelum melakukan komunikasi lintas
13
saluran ini, seseorang harus terlebih dahulu meminta ijin kepada
atasannya, serta memberitahukan hasilnya. Hal itu dimaksudkan
supaya tidak terjadi terganggunya saluran otoritas dan kehilangan
kendali terhadap aliran informasi tersebut.
2.7. Strategi Komunikasi
Strategi
pada
hakekatnya
merupakan
sebuah
perencanaan
serta
manajemen dalam upaya untuk mencapai sebuah tujuan. Peran strategi dalam
pencapaian tujuan tersebut bukan hanya sebagai sebuah petunjuk arah, tetapi
juga berperan sebagai pedoman mengenai taktik operasi yang akan dijalankan
(Effendy, 1981:84). Strategi dapat dikatakan pula sebagai sebuah konsep
yang dalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi, dan harapan
yang merupakan sebuah acuan dalam menyusun sebuah kerangka pemikiran
untuk memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya tujuan
(Liliweri, 2011:239).
Strategi komunikasi merupakan langkah-langkah yang diambil guna
mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan visi dan satuan tujuan
komunikasi dalam suatu rumusan yang baik. Pengambilan langkah tersebut
digunakan untuk mencapai sebuah komunikasi yang konsisten, yang
diperoleh dari tahapan-tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi
yang berbasis pada satuan teknik komunikasi yang berimplementasi dengan
tujuan komunikasi(Liliweri, 2011:240).
Melihat bagaimana sebuah strategi komunikasi tersebut berjalan dengan
baik, dapat didukung oleh teori atau model komunikasi, dalam hal ini dapat
diambil dari model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell,
yakni who says what in which channel to whom with what effect(Effendy,
1981:85). Dalam rumusan tersebut strategi komunikasi dapat dikaitkan
dengan pertanyaan siapakah yang menjadi komunikatornya, pesan apa yang
ingin disampaikan, media apa yang dipilih sebagai media penyampaiannya,
siapa yang menjadi komunikannya, dan efek apa yang diharapkan. Dampak
atau efek yang diharapkan tersebut memunculkan penekanan kembali
14
terhadap kapan dilaksanakannya, bagaimana pelaksanaanya, dan mengapa
dilaksanakan dengan cara tersebut(Effendy, 1981:85). Penjabaran model
komunikasi Lasswell tersebut dapat dilihat bahwa di dalam sebuah strategi
komunikasi terhadap tahapan-tahapan yang ditempuh guna mendapatkan atau
mencapai tujuan dari komunikasi tersebut.
2.7.1. Tujuan Strategi Komunikasi
Berbicara mengenai dengan strategi yang akan kita gunakan, maka
secara langsung kita berpikir berdasarkan tujuan apa yang hendak kita
capai. Tujuan strategi komunikasi tersebut sangat penting dalam
pelaksanaannya dalam sebuah proses komunikasi, yang meliputi
(Liliweri, 2011:248-249) :
a. Memberitahu / announcing, yakni informasi yang akan
diinformasikan setidaknya berkaitan dengan informasi utama
dari seluruh bagian informasi yang juga memiliki peranan
penting. Melalui strategi dapat dipilih apa inti dari informasi
terebut serta hal apa yang akan lebih ditampakkan dari sebuah
informasi.
b. Memotivasi / motivating, informasi yang disebar luaskan belum
tentu dapat memberikan dampak secara keseluruhan bagi
khalayak yang menerimanya. Strategi komunikasi yang baik
harus
dapat
memberikan
dorongan
motivasi
terhadap
komunikan sehingga maksud dari informasi tersebut dapat
berdampak secara penuh.
c. Mendidik / educating, informasi yang disampaikan dalam
sebuah proses komunikasi harus bersifat mendidik.
d. Menyebarkan informasi / informing, penyebarluasan informasi
kepada khalayak atau komunikan, yang memuat informasi yang
spesifik dan actual, sehingga memiliki nilai guna yang lebih
bagi komunikan.
e. Mendukung pembuatan keputusan / decision making, dalam
proses strategi pengambilan keputusan, informasi yang sudah
15
diterima akan dikumpulkan, dikategorisasi, dianalisis sehingga
memunculkan informasi utama yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam pengambilan keputusan.
2.7.2. Alur Strategi Komunikasi
Praktek strategi komunikasi umumnya terdiri dari tiga esensi
utama, yaitu strategi implementasi, dukungan dan integrasi. Ketiga
esensi tersebut menjadi bingkai dalam praktik strategi komunikasi,
yang memiliki kriteria dan standar kualitas guna menciptakan sebuah
strategi komunikasi yang baik. Kriteria dan standar yang digunakan
untuk melihat bagaimana sebuah strategi komunikasi dapat berjalan
dengan baik dapat dilihat dari tabel berikut.
Strategic Communication
Quality Criteria/Standards
Practices
The communication vision is aligned with, but
a. Identify the vision
distinct from, the organization’s overall
mission
b. Choose goals and
Strategy
outcomes
Goals and outcomes are well defined,
measurable, and help guide a defined plan of
action
Audiens are specific (not the general public)
c. Select target audiences
and include key decision makers or
individuals with influence on the issue
Messages are specific, clear, persuasive,
d. Develop messages
reflect audience values, and include a solution
or course of action.
e. Identify credible
messengers
Messengers are seen as credible by the target
audiences, and can be recruited and available
to the cause
16
f. Choose
Outlets (e.g both in the air [media] and on the
communications
ground) are choosen for their access and
mechanism/outlets
availability to target audiences
g. Scan the context and
competition
Risks and contextual variables that can affect
communications success are identified and
factored into planning when possible
Sumber : Liliweri 2011:250
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa praktik strategi
komunikasi berjalan dengan alur sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi visi dan misi, visi merupakan gambaran citacita ideal jangka panjang yang hendak dicapai, penjabaran dari
cita-cita tersebut akan dirumuskan sebagai sebuah misi.
b. Menentukan
program
kegiatan,
program
dan
kegiatan
merupakan rangkaian aktivitas yang harus dikerjakan, program
dan kegiatan tersebut mengacu kepada penjabaran dari misi,
c. Menentukan tujuan dan hasil, setiap program kegiatan memiliki
tujuan-tujuan serta hasil tersendiri yang hendak dicapai.
Perumusan tujuan tersebut merupakan gambaran mengenai hal
apa yang diharapkan tercapai melalui proses komunikasi.
d. Seleksi komunikan, perencanaan komunikasi menentukan
kategori komunikan yang menjadi sasaran komunikasi.
e. Pengembangan pesan, setiap pesan yang dirancang sedapat
mungkin memiliki isi khusus, jelas, persuasif, dan merefleksikan
nilai-nilai komunikan, tampilan isi yang dapat memberikan
solusi atau menunjukan tindakan tertentu.
f. Identifikasi komunikator, kriteria komunikator diantaranya
kredibilitas, kredibilitas dalam ilmu pengetahuan, keahlian,
professional, dan ketrampilan yang berkaitan dengan isu
tertentu.
17
g. Media, memilih media yang dapat memperlancar proses
pengiriman serta penerimaan pesan dalam proses komunikasi.
h. Scan konteks dan persaingan, penghitungan resiko dan konteks
yang akan mempengaruhi strategi komunikasi.
2.7.3. Korelasi
Antar
Komponen
Komunikasi
dalam
Strategi
Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah proses yang kompleks, diperlukan
pemikiran-pemikiran yang memperhitungkan faktor-faktor pendukung
serta penghambat dari sebuah rancangan strategi komunikasi yang
dibangun. Sebuah strategi komunikasi akan lebih efektif ketika
mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat serta
komponen-komponen
komunikasi
yang terdapat
di
dalamnya.
Komponen-komponen tersebut terdiri dari komunikan, media, pesan,
dan komunikator (Effendy, 2006:35-39)
a. Mengenali komunikan, mengetahui dan mempelajari siapa
sasaran komunikasi merupakan hal paling utama ketika kita
hendak menyusun sebuah strategi komunikasi. Pemahaman akan
lawan bicara tersebut berkaitan erat dengan tujuan komunikasi
tersebut, sehingga strategi yang hendak digunakan dapat
tersampaikan tepat sasaran.
b. Pemilihan media komunikasi, media komunikasi merupakan alat
yang
digunakan
dalam
penyampaian
informasi
kepada
komunikan. Terdapat berbagai macam jenis media komunikasi
yang dapat digunakan mulai dari media komunikasi tradisional
hingga media komunikasi modern. Pemilihan media komunikasi
yang akan digunakan tersebut dapat digunakan lebih dari satu
media. Keputusan pemilihan media yang hendak digunakan
bergantung kepada tujuan yang hendak dicapai, pesan apa yang
hendak disampaikan, dan pula teknik apa yang hendak
digunakan. Hal tersebut dikarenakan setiap pilihan media
18
memiliki kelebihan serta kekurangan sehingga dapat dilengkapi
oleh pilihan media lain yang digunakan.
c. Pengkajian
tujuan
pesan
komunikasi,
pesan
dalam
berkomunikasi memiliki tujuan tertentu. Baik pesan yang
dimaksudkan untuk memberi informasi, mempersuasi, ataupun
berisikan instruksi. Pesan komunikasi tersebut terdiri atas
konten pesan komunikasi serta lambang atau simbol. Isi pesan
komunikasi tersebut hanya satu, akan tetapi penggunaan simbol
dalam penyampaiannya dapat bermacam-macam. Simbol yang
dimaksudkan seperti bahasa, gambar, warna, gestur, dan
sebagainya. Salah satu simbol yang paling sering digunakan
ialah bahasa yang merupakan kunci utama dalam sebuah proses
komunikasi. Bahasa tersebut terdiri dari kata ataupun kalimat
yang memiliki memiliki makna denotatif atau makna yang
sebenarnya, dan konotatif yakni kata atau kalimat yang
dipengaruhi oleh emosi.
d. Peranan komunikator dalam komunikasi, memiliki faktor
penting yang menunjang kelancaran berkomunikasi, yaitu daya
tarik komunikator dan kredibilitas komunikator. Komunikator
dianggap berhasil ketika mampu mengubah sikap, opini, dan
perilaku komunikan yang nampak dari daya tarik komunikator.
Komunikan akan merasakan komunikator memiliki kesamaan
dengan dirinya sehingga komunikan taat terhadap isi pesan yang
disampaikan. Selain itu, kredibilitas sumber merupakan faktor
penentu lain, yakni komunikan akan lebih percaya ketika
komunikator memiliki keahlian khusus sesuai dengan apa yang
disampaikan kepada komunikan. Kunci keberhasilan seorang
komunikator ialah seorang komunikator harus memiliki empati,
sehingga ia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh lawan
bicaranya.
19
2.8. Kerangka Pemikiran Penulisan
HARIAN KOMPAS
ACCOUNT EXECUTIVE
DAN FRONT OFFICER
FREELANCE
INSTRUKSI MENGENAI TUGAS KERJA
STRATEGI KOMUNIKASI
Pada penelitian ini, peneliti mengamati mengenai strategi komunikasi
yang berjalan di Harian Kompas Semarang. Peneliti menemukan terdapat
kekosongan divisi grafis yang disebabkan sentralisasi perusahaan, sehingga
divisi grafis tersebut ditarik ke kantor pusat di Jakarta. Sehubungan dengan
pemenuhan kekosongan divisi tersebut, kantor harian Kompas Semarang
menggunakan tenaga freelance untuk mengisi posisi divisi desain grafis.
Freelance grafis tersebut dalam sistem kerja bersinggungan langsung
dengan divisi lain yakni Account Officer dan Front Officer. Peneliti
mengamati bagaimana strategi komunikasi yang berjalan antara Account
Officer dan Front Officer dengan Freelance Desain Grafis, yang dapat
menciptakan pemahaman yang sama dari tugas kerja masing-masing divisi.
20
Download