BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari aspek kehidupan manusia. Setiap individu selalu membutuhkan komunikasi dengan individu lain yang berada di sekitarnya. Gregory Bateson, Paul Watzlawik dan koleganya yang dikenal pula sebagai Palo Alto Group, mengungkapkan bahwa, kita tidak dapat tidak berkomunikasi.(Littlejohn and Foss, 2009 : 284) Segala hal yang kita lakukan ketika berhadapan dengan orang lain pula dapat dianggap sebagai salah satu bentuk komunikasi, baik secara sadar atau tidak. Sebagai contoh ketika kita menatap seseorang, kita menganggap hal itu tidak memiliki maksud apapun, tetapi orang lin bisa menganggap kita sedang memberikan “penilaian” terhadap orang tersebut. Proses komunikasi yang dibangun merupakan sebuah cara kita untuk mengemukakan eksistensi diri, sebagai cara untuk membentuk identitas diri, serta membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita. Pemahaman komunikasi yang dikemukakan oleh Thomas M. Scheidel (Mulyana, 2003 : 4) tersebut mengatakan pula bahwa komunikasi merupakan sebuah cara untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang tersebut dapat memiliki perasaan, pemikiran, atau bahkan berperilaku sama seperti yang kita maksudkan. Komunikasi dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan sebuah gagasan yang juga melibatkan perasaan diantara peserta komunikasi, yaitu sebuah proses transaksional yang dinamis.(Mulyana, 2003 : 69) 2.2. Model Komunikasi Dalam upaya memahami sebuah proses komunikasi, dapat dilihat dari bagaimana model komunikasi menjelaskan mengenai bagaimana sebuah pesan disampaikan dalam sebuah proses komunikasi. Model komunikasi merupakan sebuah penggambaran secara abstrak mengenai aspek yang terdapat dalam proses komunikasi, mengenai keseluruhan unsur, sifat, dan juga komponen 7 penting dari sebuah fenomena.(B. Aubrey Fisher, dalam Mulyana, 2003 : 121) Pentingnya pemahaman akan model komunikasi dikarenakan model dapat juga dikatakan sebagai sebuah gambaran teori yang lebih disederhanakan. Seperti diungkapkan oleh Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr. (Mulyana, 2003 : 121), model membantu dalam proses merumuskan teori dan dalam menjelaskan suatu hubungan. Salah satu model komunikasi yang dapat diambil untuk menjelaskan proses komunikasi adalah model matematis atau teori informasi yang dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver.(Mulyana, 2003 : 137) Model ini menyoroti bagaimana sebuah pesan yang disandikan oleh pengirim pesan dapat disandikan kembali oleh penerima pesan. Sebuah pesan yang disampaikan melalui media tertentu kepada penerima, tetapi dalam proses penyampaian pesan ini pastilah terdapat noise atau gangguan di dalamnya. Gangguan ini dapat diartikan dalam banyak hal, baik yang berasal dari pengirim pesan, pada media yang digunakan, atau pada penerima pesan. Gangguan ini berpengaruh terhadap pesan yang diterima oleh penerima pesan, yang akan berpengaruh terhadap proses pemahaman pesan sehingga umpan balik yang diberikan dapat berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. 2.3. Unsur-unsur Komunikasi Hal pokok dari komunikasi adalah dapat tersampaikannya pesan yang dimaksudkan kepada penerima pesan, akan tetapi tanpa adanya unsur-unsur komunikasi yang terdapat di dalamnya, proses komunikasi tersebut tidak akan terjadi.(London School of Public Relation, 2010 : 243) Unsur-unsur komunikasi tersebut seperti (Morissan, 2013 : 16-26) : 2.3.1. Pengirim pesan / sender Pengirim pesan / sender / komunikator dapat berupa individu,kelompok, ataupun organisasi yang dalam sebuah proses komunikasi merupakan sumber yang menyampaikan pesan. Keberhasilan proses komunikasi tidak terlepas pula dari peranan 8 seorang komunikator yang baik, dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Memiliki kecakapan bahasa yang digunakan serta mampu menunjukan sikap dan wawasan yang luas, sehingg terjadi perubahan dalam diri penerima pesan. 2.3.2. Pesan Pesan merupakan serangkaian informasi yang disampaikan dalam sebuah proses komunikasi. Pesan ini dapat ditujukan kepada salah seorang saja atau kepada penerima pesan dalam jumlah besar. Dalam proses penyampaian pesan ini, penerima pesan memiliki kontrol yang berbeda-beda terhadap pesan yang diterima. Terdapat beberapa macam bentuk pesan dalam proses komunikasi, diantaranya (Widjaya, 1997 : 14) : a. Informatif, berisikan mengenai informasi atau keteranganketerangan, dan komunikan dapat memberikan kesimpulan sendiri atas informasi yang didapatkan. b. Persuasif, berisikan informasi yang berupa ajakan atau bujukan dengan maksud untuk mengubah pemahaman dan kesadaran akan sesuatu sehingga terjadi perubahan sikap, tetapi atas kemauan sendiri. c. Koersif, informasi dengan melekatkan sanksi di dalamnya. Bentuk pesan ini seperti agitasi, yang memiliki penekananpenekanan yang menimbulkan dapat tekanan batin baik secara individu maupun publik. 2.3.3. Media Penyampaian pesan dalam proses komunikasi menggunakan media tertentu yang dianggap tepat sesuai pesan dan komunikannya. Pemilihan media yang tepat akan dapat menghasilkan pesan yang efektif, dapat langsung dirasakan efeknya oleh penerima pesan atau komunikan. 2.3.4. Penerima Pesan / receiver / komunikan 9 Penerima pesan merupakan sasaran dari pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Penerima pesan atau komunikan ini dapat berupa satu individu, satu kelompok atau lembaga, bahkan sekumpulan besar orang yang bahkan tidak saling mengenal. Pesan yang disampaikan akan direspon oleh komunikan, yang akan berbeda-beda antara komunikan satu dan lainnya. 2.3.5. Efek Efek yang dihasilkan dari proses transmisi pesan merupakan respon terhadap pesan tersebut. Munculnya feedback dalam proses komunikasi merupakan sebuah efek, yaitu respon terhadap pesan yang disampaikan kembali oleh komunikan kepada komunikator. Tahapan ini menyatakan bahwa pada saat terjadi umpan balik, komunikan akan berperan menjadi komunikator dan komunikator akan berubah peran menjadi komunikan. Terdapat dua jenis feedback, yaitu positif, yang akan memunculkan sebuah komunikasi yang berkelanjutan, sedangkan negatif, akan mengakhiri proses komunikasi tersebut. 2.3.6. Gangguan / Noise Setiap penyampaian pesan pastilah terdapat gangguan. Gangguan merupakan segala hal yang menghambat penyampaian pesan dari komunikan kepada komunikator. Apabila gangguan tersebut kecil mungkin dapat diabaikan, akan tetapi apabila gangguan tersebut besar dapat menghambat pesan yang disampaikan sesuai dengan tujuan awalnya. Gangguan dalam proses menyampaikan pesan dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu : a. Gangguan Semantik, gangguan ini merupakan perbedaan pemahaman dan pengartian mengenai kata-kata yang diuatarakan dalam pesan. 10 b. Gangguan Mekanik, gangguan ini muncul ketika ketika terdapat masalah dengan alat yang digunakan untuk penyampaian pesan. c. Gangguan Lingkungan, gangguan ini terjadi ketika sumber gangguan berasal dari luar unsur-unsur komunikasi yang sudah dijabarkan sebelumnya. Semakin besar gangguan maka akan semakin tidak jelas pesan yang disampaikan, sehingga penerimaan pesan tidak sempurna. 2.4. Definisi Organisasi Hasil dari sebuah tindakan komunikasi individu secara sadar maupun tidak memunculkan sebuah organisasi. Sebuah organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan individuindividu. Dapat dikatakan bahwa organisasi tercipta melalui kontak yang terus menerus antara individu-individu terseut, serta diikuti eksistensi yang tidak dapat terpisahkan, perilaku dari individu-individu tersebut menciptakan organisasi.(Pace, 2010 : 11) Organisasi dapat dikatakan pula sebagai sarana bagi masyarakat guna meraih hasil-hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai ketika individuindividu tersebut berjalan sendiri-sendiri. Unit-unit dalam organisasi ini merupakan unit yang terkoordinasi, berfungsi untuk mencapai sasaran tertentu.(Donnelly, 1996 : 6) Pemahaman organisasi ini dapat memperjelas bagaimana individu, proses, dan struktur merupakan satu unit kesatuan yang tidak terlepas satu dengan yang lainnya. Pencapaian tujuan organisasi ini tidak terlepas dari sistem, yang mencakup sebuah hierarki dan pembagian kerja antara individu yang di dalamnya. Diungkapkan oleh Weber,(Morissan, 2013 : 391) pencapaian tujuan tersebut terdapat sistem kegiatan interpersonal yang memiliki tujuan untuk melakukan pengkoordinasian tugas-tugas individu. Menilik pada penjelasan-penjelasan diatas, sebuah organisasi memiliki tujuan serta memiliki tingkatan peran hierarkis di dalamnya yang menuntut 11 harus dipertanggugjawabkan setiap tugasnya. Setiap komponen yang terdapat di dalam sebuah komunikasi itu saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Koordinasi menjadi poin penting dalam organisasi, hal itu dimaksudkan supaya setiap komponen dapat bekerja sesuai dengan tugasnya dan tidak memberatkan komponen lain. 2.5. Komunikasi Organisasi Dimensi komunikasi dapat tergolong ke dalam beragam tindakan komunikasi yang berdasarkan konteks di mana komunikai tersebut dilakukan, seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa.(Rohim, 2009 : 108) Salah satu yang menjadi topik kajian dalam penelitian ini adalah komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi secara fungsional, merupakan proses penciptaan serta pemaknaan pesan di antara unit-unit komunikasi dalam suatu organisasi. Unit komunikasi dalam komunikasi organisasi ini adalah seseorang dalam suatu jabatan.(Pace, 2010 : 31) Sebuah organisasi terdiri dari unsur-unsur yang memiliki hubungan hierarkis yang berfunsgi dalam lingkup suatu organisasi. Definisi secara interpretif, komunikasi organisasi lebih menekankan kepada proses penciptaan maknadalam sebuah interaksi di dalam organisasi. Pemahaman ini melihat bagaimana perilaku pengorganisasian yang terjadi, bagaimana keterlibatan dalam proses komunikasi, serta bagaimana pemaknaan terhadap proses yang sedang terjadi.(Pace, 2010 : 33) 2.6. Arah Aliran Komunikasi Organisasi Setiap organisasi pastinya memiliki struktur yang jelas, yang menyatakan jabatan atau kedudukan setiap orang di dalam organisasi tersebut. Pembagian struktur tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam organisasi. Keberadaan struktur tersebut, tentunya memunculkan adanya yang disebut sebagai atasan-bawahan, atau seseorang dengan tingkat otoritas tinggi dan dengan yang memiliki tingkat otoritas rendah. Perbedaan kedudukan secara 12 struktural tersebut memunculkan bentuk aliran komunkasi yang berbedabeda, berikut beberapa arah aliran komunikasi organisasi (Pace, 2010 : 184) : 2.6.1. Komunikasi ke Bawah Proses aliran komunikasi ini menunjukan bahwa informasi disampaikan oleh seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi kepada mereka yang memiliki otoritas lebih rendah. Setiap orang dalam organisasi selalu membutuhkan informasi, maka kualitas dan kuantitas informasi harus tinggi supaya dapat memberikan keputusan yang bermanfaat dan cermat. Manajemen puncak dalam hal ini merupakan nafas hidup organisasi, yang harus memiliki informasi dari semua unit, serta memperoleh informasi untuk semua unit. 2.6.2. Komunikasi ke Atas Aliran komunikasi ini seperti arah balik komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi ini terjadi dari tingkat otoritas rendah (bawahan), kepada otoritas yang lebih tinggi (penyelia atau manajer unit). Arus komunikasi ini penting untuk dipraktekan karena dengan aliran komunikasi ini atasan dapat mengetahui perkembangan kerja bawahan, persoalan kerja, gagasan mengenai unit bidang kerja yang akan sangat membantu dalam memaksimalkan hasil kerja. 2.6.3. Komunikasi Horisontal Komunikasi horizontal ini merupakan komunikasi di aras rekan sejawat yang berada di dalam satu unit kerja yang sama. Satu unit kerja ini berisikan individu-individu yang memiliki tingkat otoritas sama dan memiliki satu atasan yang sama. 2.6.4. Komunikasi Lintas Saluran Pemahaman komunikasi lintas saluran secara garis besar sama seperti komunikasi horizontal, yaitu antar rekan sejawat dalam satu organisasi. Faktor pembedanya ialah dalam komunikasi lintas saluran ini terjadi ketika komunikasi berlangsung antar rekan sejawat yang berada pada unit yang berbeda, beda atasan, tetapi memiliki tingkatan otoritas yang sama. Selain itu, sebelum melakukan komunikasi lintas 13 saluran ini, seseorang harus terlebih dahulu meminta ijin kepada atasannya, serta memberitahukan hasilnya. Hal itu dimaksudkan supaya tidak terjadi terganggunya saluran otoritas dan kehilangan kendali terhadap aliran informasi tersebut. 2.7. Strategi Komunikasi Strategi pada hakekatnya merupakan sebuah perencanaan serta manajemen dalam upaya untuk mencapai sebuah tujuan. Peran strategi dalam pencapaian tujuan tersebut bukan hanya sebagai sebuah petunjuk arah, tetapi juga berperan sebagai pedoman mengenai taktik operasi yang akan dijalankan (Effendy, 1981:84). Strategi dapat dikatakan pula sebagai sebuah konsep yang dalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi, dan harapan yang merupakan sebuah acuan dalam menyusun sebuah kerangka pemikiran untuk memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya tujuan (Liliweri, 2011:239). Strategi komunikasi merupakan langkah-langkah yang diambil guna mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan visi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik. Pengambilan langkah tersebut digunakan untuk mencapai sebuah komunikasi yang konsisten, yang diperoleh dari tahapan-tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik komunikasi yang berimplementasi dengan tujuan komunikasi(Liliweri, 2011:240). Melihat bagaimana sebuah strategi komunikasi tersebut berjalan dengan baik, dapat didukung oleh teori atau model komunikasi, dalam hal ini dapat diambil dari model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell, yakni who says what in which channel to whom with what effect(Effendy, 1981:85). Dalam rumusan tersebut strategi komunikasi dapat dikaitkan dengan pertanyaan siapakah yang menjadi komunikatornya, pesan apa yang ingin disampaikan, media apa yang dipilih sebagai media penyampaiannya, siapa yang menjadi komunikannya, dan efek apa yang diharapkan. Dampak atau efek yang diharapkan tersebut memunculkan penekanan kembali 14 terhadap kapan dilaksanakannya, bagaimana pelaksanaanya, dan mengapa dilaksanakan dengan cara tersebut(Effendy, 1981:85). Penjabaran model komunikasi Lasswell tersebut dapat dilihat bahwa di dalam sebuah strategi komunikasi terhadap tahapan-tahapan yang ditempuh guna mendapatkan atau mencapai tujuan dari komunikasi tersebut. 2.7.1. Tujuan Strategi Komunikasi Berbicara mengenai dengan strategi yang akan kita gunakan, maka secara langsung kita berpikir berdasarkan tujuan apa yang hendak kita capai. Tujuan strategi komunikasi tersebut sangat penting dalam pelaksanaannya dalam sebuah proses komunikasi, yang meliputi (Liliweri, 2011:248-249) : a. Memberitahu / announcing, yakni informasi yang akan diinformasikan setidaknya berkaitan dengan informasi utama dari seluruh bagian informasi yang juga memiliki peranan penting. Melalui strategi dapat dipilih apa inti dari informasi terebut serta hal apa yang akan lebih ditampakkan dari sebuah informasi. b. Memotivasi / motivating, informasi yang disebar luaskan belum tentu dapat memberikan dampak secara keseluruhan bagi khalayak yang menerimanya. Strategi komunikasi yang baik harus dapat memberikan dorongan motivasi terhadap komunikan sehingga maksud dari informasi tersebut dapat berdampak secara penuh. c. Mendidik / educating, informasi yang disampaikan dalam sebuah proses komunikasi harus bersifat mendidik. d. Menyebarkan informasi / informing, penyebarluasan informasi kepada khalayak atau komunikan, yang memuat informasi yang spesifik dan actual, sehingga memiliki nilai guna yang lebih bagi komunikan. e. Mendukung pembuatan keputusan / decision making, dalam proses strategi pengambilan keputusan, informasi yang sudah 15 diterima akan dikumpulkan, dikategorisasi, dianalisis sehingga memunculkan informasi utama yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. 2.7.2. Alur Strategi Komunikasi Praktek strategi komunikasi umumnya terdiri dari tiga esensi utama, yaitu strategi implementasi, dukungan dan integrasi. Ketiga esensi tersebut menjadi bingkai dalam praktik strategi komunikasi, yang memiliki kriteria dan standar kualitas guna menciptakan sebuah strategi komunikasi yang baik. Kriteria dan standar yang digunakan untuk melihat bagaimana sebuah strategi komunikasi dapat berjalan dengan baik dapat dilihat dari tabel berikut. Strategic Communication Quality Criteria/Standards Practices The communication vision is aligned with, but a. Identify the vision distinct from, the organization’s overall mission b. Choose goals and Strategy outcomes Goals and outcomes are well defined, measurable, and help guide a defined plan of action Audiens are specific (not the general public) c. Select target audiences and include key decision makers or individuals with influence on the issue Messages are specific, clear, persuasive, d. Develop messages reflect audience values, and include a solution or course of action. e. Identify credible messengers Messengers are seen as credible by the target audiences, and can be recruited and available to the cause 16 f. Choose Outlets (e.g both in the air [media] and on the communications ground) are choosen for their access and mechanism/outlets availability to target audiences g. Scan the context and competition Risks and contextual variables that can affect communications success are identified and factored into planning when possible Sumber : Liliweri 2011:250 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa praktik strategi komunikasi berjalan dengan alur sebagai berikut : a. Mengidentifikasi visi dan misi, visi merupakan gambaran citacita ideal jangka panjang yang hendak dicapai, penjabaran dari cita-cita tersebut akan dirumuskan sebagai sebuah misi. b. Menentukan program kegiatan, program dan kegiatan merupakan rangkaian aktivitas yang harus dikerjakan, program dan kegiatan tersebut mengacu kepada penjabaran dari misi, c. Menentukan tujuan dan hasil, setiap program kegiatan memiliki tujuan-tujuan serta hasil tersendiri yang hendak dicapai. Perumusan tujuan tersebut merupakan gambaran mengenai hal apa yang diharapkan tercapai melalui proses komunikasi. d. Seleksi komunikan, perencanaan komunikasi menentukan kategori komunikan yang menjadi sasaran komunikasi. e. Pengembangan pesan, setiap pesan yang dirancang sedapat mungkin memiliki isi khusus, jelas, persuasif, dan merefleksikan nilai-nilai komunikan, tampilan isi yang dapat memberikan solusi atau menunjukan tindakan tertentu. f. Identifikasi komunikator, kriteria komunikator diantaranya kredibilitas, kredibilitas dalam ilmu pengetahuan, keahlian, professional, dan ketrampilan yang berkaitan dengan isu tertentu. 17 g. Media, memilih media yang dapat memperlancar proses pengiriman serta penerimaan pesan dalam proses komunikasi. h. Scan konteks dan persaingan, penghitungan resiko dan konteks yang akan mempengaruhi strategi komunikasi. 2.7.3. Korelasi Antar Komponen Komunikasi dalam Strategi Komunikasi Komunikasi merupakan sebuah proses yang kompleks, diperlukan pemikiran-pemikiran yang memperhitungkan faktor-faktor pendukung serta penghambat dari sebuah rancangan strategi komunikasi yang dibangun. Sebuah strategi komunikasi akan lebih efektif ketika mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat serta komponen-komponen komunikasi yang terdapat di dalamnya. Komponen-komponen tersebut terdiri dari komunikan, media, pesan, dan komunikator (Effendy, 2006:35-39) a. Mengenali komunikan, mengetahui dan mempelajari siapa sasaran komunikasi merupakan hal paling utama ketika kita hendak menyusun sebuah strategi komunikasi. Pemahaman akan lawan bicara tersebut berkaitan erat dengan tujuan komunikasi tersebut, sehingga strategi yang hendak digunakan dapat tersampaikan tepat sasaran. b. Pemilihan media komunikasi, media komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian informasi kepada komunikan. Terdapat berbagai macam jenis media komunikasi yang dapat digunakan mulai dari media komunikasi tradisional hingga media komunikasi modern. Pemilihan media komunikasi yang akan digunakan tersebut dapat digunakan lebih dari satu media. Keputusan pemilihan media yang hendak digunakan bergantung kepada tujuan yang hendak dicapai, pesan apa yang hendak disampaikan, dan pula teknik apa yang hendak digunakan. Hal tersebut dikarenakan setiap pilihan media 18 memiliki kelebihan serta kekurangan sehingga dapat dilengkapi oleh pilihan media lain yang digunakan. c. Pengkajian tujuan pesan komunikasi, pesan dalam berkomunikasi memiliki tujuan tertentu. Baik pesan yang dimaksudkan untuk memberi informasi, mempersuasi, ataupun berisikan instruksi. Pesan komunikasi tersebut terdiri atas konten pesan komunikasi serta lambang atau simbol. Isi pesan komunikasi tersebut hanya satu, akan tetapi penggunaan simbol dalam penyampaiannya dapat bermacam-macam. Simbol yang dimaksudkan seperti bahasa, gambar, warna, gestur, dan sebagainya. Salah satu simbol yang paling sering digunakan ialah bahasa yang merupakan kunci utama dalam sebuah proses komunikasi. Bahasa tersebut terdiri dari kata ataupun kalimat yang memiliki memiliki makna denotatif atau makna yang sebenarnya, dan konotatif yakni kata atau kalimat yang dipengaruhi oleh emosi. d. Peranan komunikator dalam komunikasi, memiliki faktor penting yang menunjang kelancaran berkomunikasi, yaitu daya tarik komunikator dan kredibilitas komunikator. Komunikator dianggap berhasil ketika mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan yang nampak dari daya tarik komunikator. Komunikan akan merasakan komunikator memiliki kesamaan dengan dirinya sehingga komunikan taat terhadap isi pesan yang disampaikan. Selain itu, kredibilitas sumber merupakan faktor penentu lain, yakni komunikan akan lebih percaya ketika komunikator memiliki keahlian khusus sesuai dengan apa yang disampaikan kepada komunikan. Kunci keberhasilan seorang komunikator ialah seorang komunikator harus memiliki empati, sehingga ia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh lawan bicaranya. 19 2.8. Kerangka Pemikiran Penulisan HARIAN KOMPAS ACCOUNT EXECUTIVE DAN FRONT OFFICER FREELANCE INSTRUKSI MENGENAI TUGAS KERJA STRATEGI KOMUNIKASI Pada penelitian ini, peneliti mengamati mengenai strategi komunikasi yang berjalan di Harian Kompas Semarang. Peneliti menemukan terdapat kekosongan divisi grafis yang disebabkan sentralisasi perusahaan, sehingga divisi grafis tersebut ditarik ke kantor pusat di Jakarta. Sehubungan dengan pemenuhan kekosongan divisi tersebut, kantor harian Kompas Semarang menggunakan tenaga freelance untuk mengisi posisi divisi desain grafis. Freelance grafis tersebut dalam sistem kerja bersinggungan langsung dengan divisi lain yakni Account Officer dan Front Officer. Peneliti mengamati bagaimana strategi komunikasi yang berjalan antara Account Officer dan Front Officer dengan Freelance Desain Grafis, yang dapat menciptakan pemahaman yang sama dari tugas kerja masing-masing divisi. 20