BAB III PERENCANAAN POMPA

advertisement
35
BAB III
PERENCANAAN POMPA
3.1
Pemilihan Pompa
PT. Wira Putra adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
penyediaan gedung khususnya untuk pabrik-pabrik home industri. Pada
pengambilan data ini, data yang didapat dari perancangan pompa dari salah satu
gedung baru milik PT. Wira Putra yang terdapat di wilayah Serang, Banten.
Usaha yang terdapat di sekitar wilayah gedung milik PT. Wira Putra rata-rata
bergerak pada bidang pembuatan bahan baku kertas, sehingga PT. Wira Putra
memilih pompa dengan merk Centroflo.
Berikut ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
pemilihan sebuah pompa. Kapan menggunakan pompa sentrifugal dan kapan
menggunakan pompa pemindah positif (pompa PD). Berikut ini adalah beberapa
pertimbangan tersebut :
Laju Aliran dan Tekanan
Pada pompa sentrifugal memiliki berbagai aliran tergantung pada tekanan
atau kepala, sedangkan pompa PD memiliki aliran lebih atau kurang konstan
terlepas dari tekanan.
36
Laju Aliran dan Viskositas (Kekentalan)
Pertimbangan lainnya antara jenis pompa adalah viskositas (kekentalan),
viskositas sangat berpengaruh pada kapasitas pompa. Pada pompa sentrifugal
aliran dapat hilang akibat viskositas (kekentalan) yang tinggi atau sangat kental
tetapi pada aliran pompa PD viskositas (kekentalan) tidak berpengaruh terhadap
aliran pompa tersebut. Hal ini karena cairan viskositas yang tinggi mengisi pompa
jarak tersebut yang menyebabkan efisiensi volumetrik yang lebih tinggi. Grafik
ini hanya menunjukkan efek viskositas pada aliran pompa, ketika ada perubahan
viskositas ada juga lebih besar sejalan kerugian dalam sistem. Ini berarti juga
harus ada perhitungan perubahan dalam aliran pompa dari grafik pertama untuk
perubahan tekanan.
Efisiensi dengan Tekanan
Pompa berperilaku sangat berbeda ketika mempertimbangkan efisiensi
mekanik, dapat diperhatikan dampak dari perubahan tekanan pada efisiensi
pompa. Perubahan tekanan memiliki sedikit efek pada pompa PD tetapi sangat
terlihat jelas pada pompa sentrifugal.
Pebandingan Efisiensi dan Viskositas
viskositas juga memiliki peran penting dalam efisiensi pompa mekanik
atau sentrifugal, karena pompa sentrifugal beroperasi pada efisiensi kecepatan
motor turun sebagai increasesdue viskositas untuk kerugian gesekan meningkat
dalam pompa. Efisiensi sering meningkat dalam pompa PD dengan viskositas
meningkat.
37
3.2
Penghantar
Fungsi penghantar adalah untuk menyalurkan energi dari satu titik ke titik
yang lain. Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik pompa adalah
berisolasi dan dapat berupa kawat atau berupa kabel. Ada juga penghantar tanpa
isolasi seperti Bare Conductor (BC), penghantar berlubang (hollow conductor),
ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinfored), dan ACAR (Aluminium
Conductor Alloy Reiforeed). Batasan kawat berisolasi adalah rakitan satu
pengantar atau lebih, baik penghantar serabut maupun pejal, masing-masing
diisolasi. Contoh kawat berisolasi adalah NYA dan NYAF. Sedangkan batasan
kabel berisolasi adalah rakitan satu penghantar atau lebih , baik penghantar
serabut maupun pejal, masing-masing diisolasikan dan keseluruhannyadilindungi
pelindung bersama.
3.2.1 Tata Nama
Menurut PUIL 2000 tata nama untuk kawat berisolasi atau kabel yang
berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut :
38
Tabel 3.1 Tata Nama Kawat atau Kabel
No.
1
Jenis
Penghantar
Kode
N
NA
2
3
Isolasi
Selubung dalam
Perisai
Terbuat dari tembaga
Terbuat dari alumunium
Y
Isolasi dari PVC (Poli Vinyl Chloride)
2Y
Isolasi dari XLPE (Cross Linkage Polyethiline)
G
Selubung dari karet
2G
Selubung dari karet butyl
K
Selubung dari timah hitam
KL
Selubung dari karet alumunium dengan permukaan licin
KWK
4
Keterangan
Selubung dari pita tembaga
2X
Selubung dari XLPE (Cross Linkage Polythiline)
Y
Selubung dari PFC
2Y
Selubung dari poluthiline
Z
Selubung dari pita seng
B
Perisai dari pita baja
F
Perisai dari baja pipih
L
Perisai dari jalinan kawat baja
Q
Perisai dari kawat baja berlapis seng
39
5
Spiral
5
Selubung luar
R
Perisai dari kawat baja bulat 1 lapis (RR-2 lapis)
S
Perisai dari tembaga
Z
Perisai dari kawat baja berbentuk huruf “Z”
D
Spiral anti tekan
Gb
Spiral dari pita baja
A
Selubung dari yute
MK
Y
Selubung dari timah hitam
Selubung dari PVC
Bentuk penghantar kabel ada 4 macam yaitu :
•
se
= sektor pejal
•
sm
= sektor serabut
•
re
= bulat pejal
•
rm
= bulat serabut
3.2.2 Pemilihan Penghantar
Pemilihan penghantar baik kawat berisolasi maupun kabel harus
menggunakan pertimbangan teknik yang meliputi tegangan nominal, konstruksi,
dan Kemampuan Hantar Arus (KHA). Tegangan nominal kabel dipengaruhi oleh
mutu beban isolasi yang digunakan. Konstruksi kabel juga dapat mempengaruhi
tegangan nominal dan sekaligus KHA. Kondisi tidak normal seperti : suhu, daya,
hantar tanah yang rendah (untuk kabel tanah), dan pemasangan beberapa kabel
40
yang berdekatan dengan rak kabel (cable rack) akan mempengaruhi besarnya
KHA kabel itu sendiri.
3.2.3 Memilih Tegangan Nominal
Tegangan nominal babel adalah tegangan yang mendasari pembuatan
kabel. Untuk sistem arus bolak-balik, tegangan nominal kebel tegangan
dinyatakan dengan nilai 2 tegangan yaitu Vo/V dalam volt. Vo adalah tegangan
efektif (ms) antara penghantar fasa dengan netral (logam pelindung bumi).
Sedangkan V adalah tegangan efektif (ms) antara 2 penghantar fasa dan besarnya
V adalah (√3). Bebrapa tegangan nominal Vo/Vkabel yang sudah lazim
digunakan adalah 0,61 kV, 3,6/6 kV, 18/30 kV. Pada arus bolak balik, tegangan
nomnal kabel kurang lebih sama dengan tegangan sistem tempat kabel tersebut
dipasang. Pada arus searah, tegangan sistem dapat mencapai 1.5 kali tegangan
nomonal kabel.
Sebuah kabel dapat digunakan :
•
Pada instalasi 1 atau 3 fasa yang titik netralnya dibumikan dengan baik.
•
Pada instalasi yang titik netralnya tidak dibumikan dengan baik, maka
tidak boleh terjadi gangguan ke bumi selama 8 jam setiap kejadian atau
125 jam selama 1 tahun. Jika hal ini tidak ada jaminan maka harus dipilih
tegangan nominal kabel yang lebih tinggi.
41
Tabel 3.2 Macam-macam Arus Nominal
Arus Bolak Balik 3 Fasa
Sistem
Arus Bolak Balik 1 Fasa
Kabel
Kedua
Salah Satu
Penghantar
Penghantar
Terisolasi
di Bumikan
Teg.
Teg.
Teg.
Satuan
Ter.
Nominal
Nominal
Maksimum
Maksimum
Vo/V
Vo (kV)
Vm (kV)
kV
kV
V (kV)
(kV)
3.3
1
1,2
0,6/1
1,2
1,4
0,7
6
7,2
3,6/6
7,2
8,3
4,1
10
12
6/10
12
14
7
20
24
12/20
24
24
14
30
36
18/30
36
36
21
Circuit Breaker (CB)
Circuit Breaker (CB) adalah suatu peralatan listrik yang dapat
menghubungkan atau memutuskan rangkaian listrik dalam keadaan normal atau
tidak normal yang dilengkapi alat pemadam busur api. Dalam keadaan tidak
normal (gangguan) CB adalah merupakan saklar otomatis yang dapat memisahkan
arus gangguan, dimana untuk mengerjakan atau mengoprasikan CB dalam
keadaan tidak normal ini umumnya digunakan suatu rangkaian trip yang
mendapat sinyal dari suatu rangkaian relai pengaman.
42
Syarat-syarat yang harus dipenuhi CB diantaranya :
•
Dalam keadaan tertutup, harus sanggup dialiri arus beban penuh untuk
jangka waktu yang panjang.
•
Bila dikehendaki harus dapat membuka dalam keadaan beban normal
atau terjadi sedikit beban lebih.
•
Harus dapat memutuskan secara cepat arus beban yang mengalir bila
terjadi gangguan hubung singkat.
•
Bila rangkaian dalam keadaan terbuka, celah harus tahan dengan
tegangan rangkaian.
•
Untuk membebaskan gangguan dari sistem, maka jika terjadi
gangguan harus segera reclosing atau reopening.
•
Harus tahan terhadap arus singkat untuk beberapa saat sampai
rangkaian dibebaskan oleh peralatan pengaman lainnya yang lebih
dekat dengan titik gangguan.
•
Harus dapat memutuskan arus gangguan yang sangat kecil.
•
Harus tahan terhadap efek pembusuran kontak-kontaknya, gaya
elektrodinamis, dan panas yang timbul pada saat terjadi gangguan
hubung singkat.
Sehubungan dengan fungsi dan sifat yang harus dipenuhi oleh CB, standar rating
CB didasarkan atas :
•
Rating arus
•
Rating tegangan, frekuensi, dan fasa
•
Arus maksimum pada saat terjadi gangguan
43
•
Interuoting current (arus yang masih ditahan CB setelah terjadi
gangguan)
•
Breaking capasity
•
Waktu pemutusan
•
Tingkat tegangan isolasi
Tabel 3.3 Setelan Pengaman Untuk Beban Motor
Proteksi Arus Beban
Penuh
Jenis Motor
Pemutus
Pengaman
Sirkit (%)
Lebur (%)
250
400
200
400
150
400
Motor sangkar atau serempak, dengan pengasutan
bintang segitiga, langsung pada jaringan, dengab
reaktor atau resistor, dan motor fasa tunggal.
Motor sangkar atau serempak, dengan pengasutan
autotransformator, atau motor sangkar reaktans
tinggi.
Motor rotor lilit arus searah
3.3.1 Klasifikasi Circuit Breaker (CB) atau PMT
klasifikasi PMT atau circuit breaker digolongkan berdasarkan media
pemutus aliran listrik atau insulator dan material dielektriknya. Circuit breaker
dibagi menjadi :
•
PMT minyak (oil circuit breaker)
44
•
PMT udara hembus (air blast circuit breaker)
•
PMT vakum (vacuum circuit breaker)
•
PMT sf6 (sf6 circuit breaker) dan PMT magnet (magnetic circuit
breaker)
•
PMT minyak (oil circuit breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur
api akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan
gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan
busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang
bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur
api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung
pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.
Gambar 3.1 Proses Pemadaman Busur Api Pada OCB
Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan
terhadap minyak, sehingga minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di
45
leher bilik, minyakini melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini
akan menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan
menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus.
Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak
memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang
membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit
Breaker), pada tipe ini minyak berfungsi sebagai peredam loncatan bunga
api listrik selama terjadi pemutusan kontak dan sebagai isolator antara
bagian-bagian yang bertegangan dengan badan, jenis PMT ini juga ada
yang dilengkapi dengan alat pembatas busur api listrik.
Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content
Circuit Breaker), pada tipe ini minyak hanya dipergunakn sebagai peredam
loncatan bunga api listrik, sedangkan sebagai bahan isolator dari bagianbagian yang bertegangan digunakan porselen atau material isolasi dari
jenis organik.
•
PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk
mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator
kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan
46
kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat
cepat.
Gambar 3.2 Proses Pemadaman Busur Api Pada PMT Udara Hembus
Saat busur api timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api
melalui nozzle pada kontak pemisah dan ionisasi media diantara kontak
dipadamkan oleh hembusan udara tekanan tinggi itu dan juga menyingkirkan
partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini juga berfungsi untuk
mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang). Kontak pemutus
ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan udara. Pada sakelar PMT
kapasitas kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi untuk
kapasitas besar tidak demikian.
•
PMT vakum (vacuum circuit breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan
sampai 38 kV. Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum.
47
Gambar 3.3 PMT Vakum
Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup
rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.Jika kontak
dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang
tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini
bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul
udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada penambahan
elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain, busur
api dapat dipadamkan.
•
PMT gas SF6 (SF6 circuit breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe
ini adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak
berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas
150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam
bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi
(2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan
tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik
48
dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan
bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka.
Gambar 3.4 Proses Pemadaman Busur Api Pada SF6 Circuit
Breaker
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki
penyimpanan dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam
bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan
tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu
lingkungan.
Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:
•
PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini
diisi dengan gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2 . selama
pemisahan kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang
menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi,
gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.
•
PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini
sudah tidak diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi
dialirkan melalui nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan
busur api. Pada sistem gas tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih 12
49
Kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih
2 kg/cm2. Gas pada sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali
ke sistem tekanan tinggi.
•
PMT Magnet (magnetic circuit breaker)
Pemutus sirkuit circuit breakers Magnetic Magnetic menggunakan
(elektromagnet) solenoida yang menarik meningkatkan kekuatan dengan arus.
Desain tertentu memanfaatkan kekuatan elektromagnetik selain mereka yang
solenoida. Kontak pemutus arus yang diadakan ditutup dengan gerendel. Seperti
arus dalam solenoida meningkat di luar rating dari pemutus sirkuit, tarik solenoid
itu melepaskan kait yang kemudian memungkinkan kontak untuk membuka oleh
tindakan musim semi.
Gambar 3.5 PMT Magnet
Beberapa jenis pemutus magnetik menggabungkan fitur penundaan waktu
hidrolik menggunakan cairan kental. Inti adalah dibatasi oleh musim semi sampai
saat ini melebihi rating pemutus. Selama kelebihan beban, kecepatan gerak
solenoid dibatasi oleh fluida. Penundaan izin saat ini singkat lonjakan luar biasa
yang sedang berjalan untuk motor mulai, energi peralatan, dll arus pendek
rangkaian solenoid memberikan kekuatan yang cukup untuk melepas kait terlepas
dari posisi inti sehingga melewati fitur penundaan. Ambient temperatur
50
mempengaruhi waktu tunda tetapi tidak mempengaruhi nilai sekarang dari breaker
magnetik.
3.4
Arus Listrik
Arus listrik merupakan aliran muatan listrik. Aliran ini berupa aliran
elektron atau aliran ion. Aliran ini harus melalui media penghantar listrik yang
biasa disebut sebagai konduktor. Jenis penghantar atau kabel yang digunakan
pada pompa di PT. Wira Putra adalah jenis NYY.
Sebelum menentukan ukuran kabel dan MCB yang akan digunakan
terlebih dahulu kita harus menghitung nilai arus yang akan melewati penghantar /
kabel tersebut. Berikut ini adalah perhitungan nilai arus untuk pompa :
=
√ ( )
...................(3.1)
dimana :
3.5
= arus listrik (ampere)
= daya
= efisiensi motor
Pengertian Faktor Daya Listrik
Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara
daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda
sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cosφ.
!" =
!" #$% ()
!" &" (')
51
=
=
()
(*+
*.- ./0 *.-
= cos 4 ………………….................(3.2)
Faktor daya bisa dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan seberapa
efisien jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita
manfaatkan. Faktor daya dibatasi dari 0 hingga 1, semakin tinggi faktor daya
(mendekati 1) artinya semakin banyak daya tampak yang diberikan sumber bisa
kita manfaatkan, sebaliknya semakin rendah faktor daya (mendekati 0) maka
semakin sedikit daya yang bisa kita manfaatkan dari sejumlah daya tampak yang
sama. Di sisi lain, faktor daya juga menunjukkan “besar pemanfaatan” dari
peralatan listrik di jaringan terhadap investasi yang dibayarkan. Seperti kita tahu,
semua peralatan listrik memiliki kapasitas maksimum penyaluran arus, apabila
faktor daya rendah artinya walaupun arus yang mengalir di jaringan sudah
maksimum namun kenyataan hanya porsi kecil saja yang menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi pemilik jaringan.
Baik penyedia layanan maupun konsumen berupaya untuk membuat
jaringannya memiliki faktor daya yang bagus (mendekati 1). Bagi penyedia
layanan, jaringan dengan faktor daya yang jelek mengakibatkan dia harus
menghasilkan daya yang lebih besar untuk memenuhi daya aktif yang diminta
oleh para konsumen. Apabila konsumen didominasi oleh konsumen jenis
residensial maka mereka hanya membayar sejumlah daya aktif yang terpakai saja,
artinya penyedia layanan harus menanggung sendiri biaya yang hanya menjadi
daya reaktif tanpa mendapatkan kompensasi uang dari konsumen. Sebaliknya bagi
52
konsumen skala besar atau industri, faktor daya yang baik menjadi keharusan
karena beberapa penyedia layanan kadang membebankan pemakaian daya aktif
dan daya reaktif (atau memberikan denda faktor daya) tentu saja konsumen tidak
akan mau membayar mahal untuk daya yang “tidak termanfaatkan” bagi mereka.
3.6
Perbaikan Fakor Daya
Energi listrik yang digunakan berbanding lurus dengan biaya produksi
yang dikeluarkan. Semakin besar energi listrik yang digunakan maka semakin
besar pula biaya produksi yang dibutuhkan. Dengan menggunakan power
monitoring system dapat diketahui pemakaian energi listrik dan kondisi energi
listrik dari peralatan listrik sehingga meningkatkan efisiensi dari energi listrik
yang digunakan dalam pekerjaan dan meminimalkan rugi – rugi pada system
untuk penyaluran energi listrik yang lebih efisien dari sumber listrik ke beban.
Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan
kVAR berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut :
!" 56$%(7) = !" #$% (7) 8 9 4 ………………………… (3.3)
9 4 =
=
:;<; =;( (>)
:;<; ;( ()
(*+=
()
…………………………………………........(3.4)
53
Gambar 3.6 Vektor perbaikan faktor daya
Misalkan suatu beban yang mempunyai daya aktif sebesar P (kW), daya
reaktif Q (kVAR) dan daya semu S (kVA), maka faktor daya sebesar :
cos 4? =
@A
atau :
cos 4? =
BC F >A C
Bila kapasitor shunt telah dipasang dengan kapasitas QC, maka faktor daya
menjadi :
cos 4D =
cos 4D =
@C
=
BC F >C C
E
EC F (>A I >J )C
………………………………………..
………………………..(3.5)
Maka untuk menentukan nilai besarnya kapasitor QC, dapat dihitung dengan
rumus :
7G = 8 (9 4? H 9 4D ) ………………………………………….. (3.6)
!" 6$% (#5 ) = !" #$% () 8 (9 4? H 9 4D )
54
dimana :
Qc = daya reaktif kapasitor (kVAR)
Q2 = daya reaktif setelah diperbaiki (kVAR)
Q1 = daya reaktif awal (kVAR)
P
= daya aktif (kW)
φ1 = sudut fasa awal
φ2 = sudut fasa setelah diperbaiki
Bila dilihat dari penjelasan diatas maka akan terjadi pengurangan daya
semu (kVA), yang semula S1 menjadi S2. Jadi terdapat pengurangan daya semu
sebesar : ' = ('? H 'D ).
3.7
Pemakaian kWH
Untuk menghitung nilai biaya total pemakaian kWH dapat menggunakan
persamaan di bawah ini :
= 9K L6M$ NO 8 9!P 2010 ……................................................(3.7)
Dimana tarif dasar listrik (2010) untuk WBP (17.00 – 22.00) = Rp 1200, LWBP
(17.00 – 22.00) = Rp 800, dan untuk denda kelabihan kVAR = Rp 905.
Download