BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alkena Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C. Suku alkena yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Jumlah atom H pada gugus alkena dua kali lebih banyak dari jumlah atom C, sehingga secara umum dapat dirumuskan : CnH2n. Etena : CH2 CH2 C2H4 Propena : CH2 CH2 CH3 C3H6 Butena : CH2 CH CH2 CH3 C4H8 Pentena : CH2 CH CH2 CH2 CH3 C5H10 Sifat- sifat dari alkena adalah : a. Sifat Kimia Sifat khas dari alkena adalah terdapatnya ikatan rangkap dua antara dua buah atom karbon. Ikatan rangkap dua ini merupakan gugus fungsional dari alkena sehingga menentukan adanya reaksi-reaksi yang khusus bagi alkena, yaitu : adisi, polimerisasi, dan pembakaran (Wikipedia, 2009). b. Sifat Fisik 1. Pada suhu kamar, tiga suku yang pertama adalah gas, suku-suku berikutnya adalah cair dan suku-suku tinggi berbentuk padat. Jika cairan alkena dicampur dengn air maka kedua cairan itu akan membentuk lapisan yang saling tidak mencampur. Karena kerapatan cairan alkena lebih kecil dari pada air maka cairan alkena berada di atas lapisan air. 2. Dapat terbakar dengan nyala yang berjelaga karena kadar karbon alkena lebih tinggi daripada alkana yang jumlah atom karbonnya sama Beberapa sifat fisik alkena lainnya diberikan dalam tabel 2.1 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Beberapa sifat fisik alkena Nama Alkena Rumus Molekul Berat Molekul Titik leleh (0C) Titik didih (0C) Kerapatan ( g/cm3 ) Etena Propena Butena Pentena Heksena C2H4 C3H6 C4H8 C5H10 C6H12 28 42 56 70 84 -169 -185 -185 -165 -140 -104 -48 -6 30 63 0,568 0,614 0,630 0,643 0,675 Fase pada 250C Gas Gas Gas Cair Cair Heptena C7H14 98 Oktena C8H16 112 Nonena C9H18 126 Dekena C10H20 140 ( Sumber : Wikipedia, 2009 ) -120 -102 -81 -66 94 122 147 171 0,698 0,716 0,731 0,743 Cair Cair Cair Cair 2.2 Heptena Heptena merupakan bahan baku untuk industri oli sintesis, polietilena, deterjen, dan Poly Vinyl Chloride (PVC) (Kirk Othmer, 1978). Heptena juga dapat digunakan sebagai bahan pencampur untuk meningkatkan angka oktan pada motor bakar (Ipatieff dan Schaad, 1989). Sifat-sifat dari heptena adalah : Rumus molekul : C7H14 Berat molekul : 98,189 Titik didih : 93,6 0C Titik beku : – 118,9 0C Suhu kritis : 264,2 0C Tekanan kritis : 28,4 atm Panas pembentukan : – 62,34 kJ/mol Densitas : 679 kg/m3 Viskositas : 0,2868 cp Panas jenis : 161,975 J/mol.K Fase : Cair ( Sumber : Wikipedia, 2009 ) Universitas Sumatera Utara Pembuatan Heptena dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Pada tekanan tinggi dan suhu tinggi Proses pembuatan heptena dari propena dan n–butena dilakukan dalam reaktor fixed bed pada suhu 175 – 225 °C dan tekanan diatas 27 atm. Konversi n–butena yang menjadi heptena 30 – 40 %. Sebagai hasil samping didapat heksena dan oktena. Katalisator yang digunakan untuk proses ini adalah asam fosfat padat. (Kirk dan Othmer, 1978). Destiningsih (2003), memperlihatkan data-data proses yaitu pada kondisi operasi suhu 135 °C dan tekanan 38 atm didapatkan produk heptena 40 – 45 %, Oktena 10 – 25 %, campuran dekena dan undekena 25 – 30 %, dan polimer – polimer dengan titik didih yang lebih tinggi 10 – 25 %. Reaktor yang dipakai ialah Multi Bed Reactor dengan katalisator asam fosfat padat yang berbentuk silindris dengan ukuran 5 x 5 mm. Reaksi berlangsung pada fase gas – gas. 2. Pada tekanan rendah dan suhu rendah Reaksi dijalankan dalam reaktor fixed bed multitubular pada kondisi operasi suhu 40 °C dan tekanan 8 atm. Katalisator yang digunakan adalah AlCl3 dan ZnCl2. Reaksi berlangsung pada fase cair – cair dengan konversi n–Butena yang menjadi Heptena 50 %, sisanya menjadi Heksena dan Oktena (Chauvel, 1980). Reaksi yang terjadi pada pembuatan Heptena dari Propena dan n–Butena ini adalah reaksi dimerisasi, yaitu : C3H6 + n–C4H8 C7H14 (hasil utama) C3H6 + C3H6 C6H12 (hasil samping) n–C4H8 C8H16 (hasil samping) n–C4H8 + Berdasarkan penelitian di Eropa, proses yang kedua (pada tekanan dan suhu rendah dengan katalisator AlCl3 dan ZnCl2) lebih disukai dan lebih menguntungkan daripada proses yang pertama (pada tekanan dan suhu tinggi dengan katalisator H3PO4 padat) (Chauvel, 1980). Dari kedua proses diatas dipilih proses yang kedua yaitu pada tekanan rendah dan suhu rendah dengan pertimbangan : 1. Operasi yang berlangsung pada suhu dan tekanan rendah penanganannya lebih mudah. Universitas Sumatera Utara 2. Konversi yang di hasilkan lebih tinggi yaitu 50 %. 2.3 Spesifikasi bahan 2.3.1 Bahan baku 2.3.1.1 Propena Sifat – sifat : Rumus molekul : C3H6 Berat molekul : 42,08 Titik didih : -47,8 0C Titik beku : -185 0C Suhu kritis : 91,8 0C Tekanan kritis : 45,6 atm Panas pembentukan : 20,43 kJ/mol Densitas : 612 kg/m3 Viskositas : 0,0623 cp Panas jenis : 66,420 J/mol.K Fase : Gas Komposisi : C3H6 95 % C3H8 5% (Wikipedia, 2009) 2.3.1.2 n-Butena Sifat – sifat : Rumus molekul : C4H8 Berat molekul : 56,108 Titik didih : – 6,3 0C Titik beku : – 185,4 0C Suhu kritis : 146,6 0C Tekanan kritis : 37,2 atm Panas pembentukan : – 0,13 kJ/mol Densitas : 595 kg/m3 Viskositas : 0,1354 cp Universitas Sumatera Utara Panas jenis : 89,509 J/mol.K Fase : Cair Komposisi : n-C4H8 n-C4H10 57,799 % 42,036 % (Wikipedia, 2009) 2.3.2 Bahan Pembantu Bahan-bahan pembantu yang digunakan dalam proses pembuatan heptena dari propena dan butena ini adalah : Aluminium Klorida ( AlCl3 ) dan Zink Klorida ( ZnCl2 ). Kedua bahan ini berfungsi sebagai katalisator pada tahap pembentukan heptena. 2.3.2.1 Aluminium Klorida ( AlCl3 ) Sifat- sifat : 1. Berat molekul : 241,43 gr/mol 2. Titik beku : 00C 3. Titik didih : 1200C 4. Fase : Padat 5. Densitas : 1,3 g/cm3 6. Kelarutan dalam air : 46,6g/100 ml (300C) 7.Larut dalam hidrogen klorida, etanol, kloroform, dan karbon tetraklorida (Wikipedia, 2009) 2.3.2.2 Zink Klorida ( ZnCl2 ) Sifat- sifat : 1. Berat molekul : 136,315 2. Titik beku : 2920C 3. Titik didih : 7560C 4. Fase : Padat 5. Densitas : 2,970 g/cm3 6. Kelarutan dalam air : 432g/100 ml (25 0C) 7. Kelarutan dalam alkohol : 430g/100 ml 8. Larut dalam etanol, aseton dan gliserol Universitas Sumatera Utara (Wikipedia, 2009) 2.4 Proses Pembuatan Heptena Proses pembuatan heptena dari propena dan n–butena terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah tahap pembentukan heptena (tahap sintesis) dan tahap kedua adalah tahap pemisahan heptena dari hasil – hasil samping lain dan sisa bahan bakunya. Tahap Pembentukan Heptena Dari tangki penyimpan (TK–01), propena dialirkan kedalam inline mixing untuk dicampur dengan n–butena dari tangki penyimpan (TK–02) dan n–butena recycle. Tangki pencampur diperlukan mengingat tingginya tekanan propena pada suhu reaksi. Dari tangki pencampur (T–08) ini campuran kemudian dipanaskan dalam penukar panas sampai suhu 40 °C. Dari sini campuran umpan langsung dimasukkan ke dalam reaktor (R). Katalisator AlCl3 dan ZnCl2 diumpankan dengan menggunakan hopper dan dimasukkan ke dalam reaktor pada saat start up dan diganti setiap satu tahun sekali pada waktu pembersihan alat-alat pabrik dilakukan. Reaktor yang digunakan adalah reactor fixed bed multitubular dan bekerja pada suhu 40 °C dan tekanan 8,5 atmosfer. Waktu tinggal pereaksi dalam reaktor 5 detik. Kemudian digunakan steam untuk mempertahankan panas dalam reaktor. Konversi n–butena yang menjadi heptena 50 %, sedangkan propena habis bereaksi. Reaksi – reaksi yang terjadi adalah : C3H6 + n–C4H8 C7H14 C3H6 + C3H6 C6H12 n–C4H8 C8H16 n–C4H8 + Dari sini campuran hasil dan sisa bahan baku masuk ke tahap pemisahan. Universitas Sumatera Utara Tahap Pemisahan Campuran hasil reaksi dan sisa bahan baku dari reaktor (R) dipompakan secara langsung ke menara distilasi (MD–01). Pada menara distilasi (MD–01) sisa bahan baku terpisah dari hasil reaksi menjadi hasil atas dan hasil bawah. Hasil atas yang merupakan sisa bahan baku dalam keadaan cair jenuh langsung diumpankan ke menara distilasi (MD–02) sedangkan hasil bawah yang merupakan hasil reaksi didinginkan dalam penukar panas. Dari sini hasil bawah diturunkan suhunya dengan menggunakan penukar panas baru kemudian dialirkan ke menara distilasi (MD–03). Pada menara distilasi (MD–02) n–butana dipisahkan untuk diambil sebagai hasil samping pada hasil bawah. Hasil samping n–butana ini didinginkan terlebih dahulu dalam penukar panas, kemudian disimpan di tangki penyimpan (TK–05). Sedangkan hasil atas dipompa dan dimasukkan ke menara distilasi (MD–04). Pada menara distilasi (MD–04) ini n–butena dipisahkan sebagai hasil bawah bersama dengan i–butena dan kemudian diumpankan kembali ke tangki pencampur untuk dicampur dengan umpan segar. Sedangkan hasil atas yang berupa propane dipompa dan dialirkan ke tangki penyimpan (TK–03). Pada menara distilasi (MD–03 ), hasil samping heksena terpisah dari hasil utama heptena dan hasil samping oktena sebagai hasil atas. Heksena didinginkan terlebih dahulu dalam penukar panas, kemudian dialirkan ke tangki penyimpan (TK– 05). Sedangkan hasil bawah langsung diumpankan ke menara distilasi (MD–05). Pada menara distilasi (MD–05) ini hasil utama heptena dipisahkan sebagai hasil atas. Heptena terlebih dahulu didinginkan dalam penukar panas kemudian disimpan dalam tangki penyimpan (TK–06). Hasil bawah oktena juga terlebih dahulu didinginkan dalam penukar panas kemudian dialirkan ke tangki penyimpan (TK–07) Universitas Sumatera Utara