PERKEMBANGAN SERANGAN SERANGGA PERUSAK KULIT POHON Indarbela acutistriata Mell (Lepidoptera:Indarbelidae) PADA TEGAKAN SENGON (Paraserianthes falcataria (L) NIELSEN) (STUDI KASUS DI KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR) Oleh : SRI HARTATI, SP. MSi. MUSTIKA DEWI, Ir. MSi. DONAL ADE PUTRA, S.Hut. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2006 PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan menempati urutan ketiga dari negara Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (dulu Zaire), sehingga memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan dan perekonomian nasional. Sejak tahun 1996, Indonesia kehilangan hutan setiap tahunnya seluas 2 juta hektar. Hal ini disebabkan karena pembalakan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat, para pejabat yang korupsi, militer, para operator liar, kebakaran, perkebunan kelapa sawit, dan kelompok perusahaan kayu (HPH) yang resmi (Holmes, 2000). Dampak dari hal ini, pada masa yang akan datang hutan alam tidak dapat sepenuhnya diandalkan untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan. Sedangkan permintaan akan kayu setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 1997 sektor kehutanan dan pengolahan kayu menyumbang 3,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor kayu lapis, pulp, dan kertas senilai 5,5 miliar (Bank of Indonesia, 1999). Dalam memenuhi permintaan kayu maka dilakukan penanaman jenis-jenis pohon yang berkualitas tinggi dan cepat tumbuh, kegiatan penanaman ini sering mengarah ke pembentukan tegakantegakan monokultur yaitu dalam rangka pembangunan HTI (Hutan Tanaman Industri). Perubahan ekosistem hutan alam yang kompleks menjadi ekosistem hutan tanaman yang sederhana telah menimbulkan berbagai masalah, diantaranya adalah terjadinya serangan hama. Serangan hama ini dapat menggagalkan tujuan pembangunan hutan tanaman tersebut. Jenis pohon yang dapat tumbuh secara cepat diantaranya adalah sengon (Paraserianthes falcataria). Namun, dalam pengelolaan hutan tanaman jenis ini, sering mendapatkan kendala akibat adanya serangan hama. Berbagai hama dapat dibedakan berdasarkan bagian pohon yang diserang. Salah satu jenis hama yang menyerang dan merusak kulit pohon sengon adalah Indarbela acutistriata. Pada saat ini, hama Indarbela acutistriata belum banyak dikenal dan keberadaannya dianggap belum berarti, karena serangannya tidak sampai mematikan pohon inang. Namun, ditinjau dari segi fisiologis sangat mengganggu pertumbuhan pohon sengon dan tanaman lain yang diserangnya, selain itu akibat serangannnya dapat menurunkan kualitas pohon. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan berbahayanya serangan hama ini di masa yang akan datang, maka perlu diketahui perkembangan serangannya terhadap tegakan sengon. Dengan demikian, usaha pengendalian secara efektif dapat ditentukan dan persediaan kayu semakin meningkat. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan serangan hama perusak kulit pohon oleh Indarbela acutistriata pada tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) di Jalan Agathis Kampus IPB Darmaga Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perkembangan serangan serangga Indarbela acutistriata serta dampak yang ditimbulkan dan memberikan masukan kepada pihak pengelola tanaman sengon. Sehingga dapat menjadi acuan dalam mengatasi hama Indarbela acutistriata. 2 3 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa tercurah ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya Laporan Penelitian dengan judul ”Perkembangan Serangan Serangga Perusak Kulit Pohon Indarbela acutistriata Mell (Lepidoptera:Indarbelidae) pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) (Studi Kasus di Kampus IPB Darmaga Bogor) ” dapat terselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan serangan hama perusak kulit pohon oleh Indarbela acutistriata pada tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) di Jalan Agathis Kampus IPB DarmagaKami berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk dunia keilmuan maupun untuk kegiatan praktek dan aplikasi di lapangan. Namun demikian, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini baik isi maupun bahasannya, sehingga saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini sampai terselesaikannya laporan ini. Bandung, September 2006 Tim Peneliti i DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ...................................................................................... Daftar Isi ................................................................................................ Daftar Tabel........................................................................................... Daftar Gambar ...................................................................................... Daftar Lampiran.................................................................................... i ii iv v vi PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang................................................................................ Tujuan ............................................................................................ Manfaat Penelitian .......................................................................... 1 1 2 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3 Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. ............................................ Indarbela acutistriata...................................................................... Daerah Penyebaran Dan Tanaman Inang ................................ Morfologi I. acutistriata ......................................................... Biologi I. acutistriata ............................................................. Aspek-Aspek Serangan........................................................... Pengendalian .......................................................................... Kerusakan Tegakan Akibat Hama ................................................... Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan Populasi Serangga ........................................................................... 3 7 7 8 8 9 10 10 METODE PENELITIAN ...................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... Bahan dan Alat................................................................................ Metode Penelitian ........................................................................... 14 14 14 14 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... Serangan I. acutistriata Mell. pada Sengon di Petak I..................... Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif....................................................................................... Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon oleh I. acutistriata di Petak I ................... Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I ..................... Serangan I. acutistriata Mell. pada Sengon di Petak II ................... Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif....................................................................................... Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh I. acutistriata di Petak II .............................................................................. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II .................... Rata-Rata Serangan I. acutistriata................................................... 22 22 11 22 27 30 33 33 37 39 45 ii Perkembangan Serangan Serangga I. acutistriata Setiap Hektar ..... Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh (I. acutistriata) dalam Hektar.................................................. Persentase Serangan I. acutistriata dalam Hektar.................... Rata-Rata Serangan I. acutistriata dalam Hektar..................... Keadaan Suhu Harian Dan Kelembaban Harian Tegakan Sengon Suhu Udara......................................................................... 46 48 49 52 52 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 57 iii DAFTAR TABEL Halaman 1. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada Petak I. (N = 72) .................................................... 23 2. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I .............................. 31 3. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada Petak II. (N = 76) ................................................... 35 4. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II............................. 40 5. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Setiap Hektar.................................................................. 46 6. Besarnya Persentase Serangan Hama I. acutistriata Setiap Hektar.. 50 iv DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Serangan Aktif ............................................................................... 22 2. Serangan Tidak Aktif ...................................................................... 22 3. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak I........................................... 28 4. Hama Lain Penyerang Pohon Sengon (P. falcataria) ...................... 30 5. Serangan Aktif ............................................................................... 40 6. Serangan Tidak Aktif ...................................................................... 40 7. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak II.......................................... 38 8. Larva (I. acutistriata) ..................................................................... 43 9. Pupa................................................................................................ 43 10. Imago.............................................................................................. 43 11. Grafik Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif dalam Hektar................................. 48 12. Nilai Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Harian di Tegakan sengon IPB Darmaga Bogor.............................................. 54 v DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Tally Sheet Serangan Aktif dan Tidak Aktif Petak I ........................... 65 2.. Tally Sheet Serangan Aktif dan Tidak Aktif Petak II.......................... 79 3. Rata-Rata Kelembaban Relatif (%), Suhu Bola Kering dan Suhu Bola Basah.............................................................. 95 4. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Harian ................................. 97 5. Peta Lokasi Penelitian di Kampus IPB Bogor..................................... 99 6. Struktur dan komposisi Pohon Sengon Petak I ................................... 100 7. Struktur dan komposisi Pohon Sengon Petak II .................................. 102 vi METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal tegakan sengon seluas 0,2 ha, berumur ± 6 tahun dikampus IPB Darmaga Bogor, tepatnya di jalan Agathis. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2006. Bahan dan Alat Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan sengon berumur ± 6 tahun dengan luasan 0,2 ha, sedangkan alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pita ukur, cat, tally sheet, tambang, alat tulis, kalkulator, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering. Metode Penelitian Dalam melakukan identifikasi dan perbandingan perkembangan serangga I. acutisriata pada tegakan sengon, metode yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan petak ukur dan penomoran Sebelum dilakukan pengamatan, terlebih dahulu dibuat 2 buah petak ukur berbentuk lingkaran dengan luas masing-masing petak 0,1 ha (jari-jari 17,8 m). Kedua petak ukur tersebut diletakkan secara acak pada tegakan sengon. Intensitas sampling penarikan contoh adalah 10 %. Selanjutnya pohon-pohon yang berada di dalam petak ukur di beri nomor dengan menggunakan cat putih. Penomoran dimulai dari titik pusat petak ukur. 2. Pengamatan serangan pada tegakan sengon Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung jumlah pohon secara keseluruhan (jumlah total pohon sengon) dalam tiap petak ukur. Selain itu pohon-pohon sengon yang berada dalam petak diamati untuk mengetahui berapa banyak pohon yang terserang hama I. acutisriata adanya serangan ditandai dengan serbuk gerek berwarna coklat yang dijalin dengan benang-benang yang terdapat pada permukaan kulit pohon. Dalam satu pohon kemungkinan terdapat lebih dari satu lokasi serangan, untuk itu diamati pula jumlah lokasi serangannya pada setiap pohon. Karena hama I. acutisriata sifat penyerangannya tidak selalu di batang saja, maka bagian dahan dan ranting juga diamati. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali selama 3 bulan atau selama lebih kurang empat puluh lima hari pengamatan. Tiap dua hari dicatat pertambahan serangannya untuk tiap pohon. Pertambahan serangan dihitung secara kumulatif. Serangan hama I. acutisriata dibedakan menjadi dua macam serangan, yaitu serangan aktif dan serangan tidak aktif. Serangan aktif adalah serangan dimana larvanya (ulat) masih hidup dan aktif makan serta merusak pohon. Sedangkan serangan tidak aktif adalah bila larvanya telah berubah menjadi pupa atau imago (ngengat) atau mati. Cara membedakan serangan aktif dan tidak aktif adalah dengan melihat serbuk gerek yang ada. Jika serbuk gerek masih berwarna coklat muda dan terlihat agak basah menunjukkan serangan aktif, sedangkan serbuk gerek yang sudah berubah warna kehitaman dan kering menunjukkan serangan tidak aktif, 15 bahkan kadang-kadang sudah tidak ada serbuk gereknya sehingga kulit batang bagian dalam kelihatan, termasuk kedalam serangan yang sudah lampau atau tidak aktif lagi. 3. Menentukan banyaknya pohon terserang dalam setiap hektar. Setelah diketahui jumlah total pohon sengon pada setiap petak ukur, maka dapat ditentukan banyaknya pohon sengon yang terserang tiap hektarnya, yaitu dengan menjumlahkan pohon sengon pada petak ukur 1 dan petak ukur 2 kemudian dibagi dengan luas kedua petak, seperti pada rumus berikut : X = X1 + X 2 L Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997). Keterangan : 4. X = Jumlah pohon sengon terserang perhektar X1 = Jumlah pohon sengon terserang pada petak ukur 1 X2 = Jumlah pohon sengon terserang pada petak ukur 2 L = Luas petak ( 0.2 ha) Menghitung pertambahan jumlah pohon terserang Untuk mengetahui perkembangan atau kenaikan jumlah pohon sengon yang terserang hama I. acutisriata, terlebih dahulu dihitung banyaknya pohon terserang setiap 2 harinya secara kumulatif. Selanjutnya dihitung pertambahan jumlah pohon terserang selama 46 hari pengamatan, yaitu dengan menghitung selisih antara jumlah pohon terserang dua hari terakhir dengan jumlah pohon terserang dengan jumlah 16 pohon terserang dua hari pertama. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : S = Xt - Xa Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994). Keterangan : 5. S = Total pertambahan jumlah pohon terserang Xt = Jumlah pohon terserang pada dua hari terakhir (t2) Xa = Jumlah pohon terserang pada dua hari pertama (t1) Mengetahui perkembangan jumlah serangan hama I. acutisriata pada tegakan sengon. Berdasarkan data kumulatif setiap dua hari selama 46 hari pengamatan, dapat diketahui bagaimana perkembangan jumlah serangan hama I. acutisriata pada tegakan sengon, yaitu dengan menghitung pertambahan serangan pada setiap pengamatan. Dalam perkembangan serangan ini, ada dua macam perubahan serangan yaitu serangan aktif dan serangan yang menjadi tidak aktif. Adanya serangan aktif pada dua hari pengamatan dapat dilihat dari selisih jumlah serangan aktif pada dua hari pengamatan dengan jumlah serangan aktif pada dua hari sebelum pengamatan, dengan rumus seperti : B = Tt – T(t-1) Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994). Keterangan : B = Banyaknya serangan aktif pada dua hari pengamatan (t) Tt = Jumlah serangan aktif pada dua hari pengamatan (t) T(t-1) = Jumlah serangan aktif pada dua hari sebelum pengamatan (t-1) 17 Dari banyaknya serangan aktif setiap dua hari pengamatan, dapat dijumlahkan secara keseluruhan untuk mengetahui berapa banyak total serangan aktif selama 46 hari pengamatan. Demikian halnya dengan serangan yang menjadi tidak aktif, dihitung dengan selisih jumlah serangan tidak aktif pada dua hari pengamatan dengan jumlah serangan tidak aktif pada dua hari sebelum pengamatan, dengan rumus seperti di bawah ini : L = Lt – L(t-1) Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994). Keterangan : L = Jumlah serangan tidak aktif pada dua hari pengamatan (t) Lt = Jumlah serangan tidak aktif pada dua hari pengamatan (t) L(t-1) = Jumlah serangan tidak aktif sebelum dua hari pengamatan (t-1) Total jumlah serangan menjadi tidak aktif dihitung dari penjumlahan setiap 2 hari selama 3 bulan. Tiga Kemungkinan Pertambahan Populasi, yaitu meningkat (r > 0 ), mendatar (r = 0) dan menurun (r < 0), akhirnya punah, r adalah laju pertambahan (Tarumingkeng, R. C. 1994). 6. Menentukan persentase serangan Pada petak pengamatan yang telah dibuat, dapat ditentukan besarnya persentase serangan, yaitu dengan membandingkan antara jumlah pohon sengon yang terserang hama I. acutisriata dengan total jumlah pohon sengon yang berada dalam petak pengamatan, dengan rumus 18 sebagai berikut : P = Ps × 100 % Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997). Keterangan : P = Besarnya persentase pohon terserang Ps = Jumlah pohon terserang Pt = Jumlah pohon total Selain juga ditentukan besarnya persentase jumlah serangan, baik yang masih aktif maupun serangan tidak aktif, yaitu dengan membandingkan antara jumlah serangan aktif ataupun jumlah serangan tidak aktif dengan serangan totalnya, seperti pada rumus di bawah ini : P1= Pa × 100% Pr P2= Pb × 100% Pr Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997). Keterangan : P1 = Besarnya persentase serangan aktif P2 = Besarnya persentase serangan tidak aktif Pa = Jumlah serangan aktif Pb = Jumlah serangan tidak aktif Pr = Jumlah serangan total Jika besarnya persentase serangan aktif (P1) sudah deketahui, maka besarnya persentase serangan tidak aktif (P2) dapat diketahui dengan cara 19 mengurangkan besarnya persentase serangan aktif dari seratus persennya, yaitu : P2 = 100% - P1 Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997). 7. Menentukan rata-rata serangan Untuk mengetahui jumlah serangan hama I. acutisriata pada setiap pohon sengon yang terserang, maka dapat diketahui dari rata-rata serangannya. Dalam menentukan rata-rata serangan ini, serangan aktif dan serangan tidak aktif tidak dapat dibedakan, melainkan hanya dilihat dari jumlah serangan totalnya. Dengan demikian rata-rata serangan dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah serangan total dengan jumlah pohon terserang. Dengan rumus perhitungan : R = Pr Ps Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997). Keterangan : R = Rata-rata serangan Pr = Jumlah serangan total Ps = Jumlah pohon terserang Rata-rata serangan menunjukkan jumlah adanya serangan, jadi hasil perhitungannya tidak mengunakan angka desimal. Jika hasilnya mempunyai angka desimal lebih dari atau sama dengan 0.5, maka dilakukan pembulatan keatas, sedangkan hasil perhitungannya kurang dari 0,5, maka dilakukan pembulatan kebawah. 20 8. Mengukur Suhu Udara Dan Kelembaban Udara Pengukuran dilakukan pada pukul 06.10 WIB, 12.10 WIB dan 16.10 WIB. Dan menghitung suhu udara harian dan kelembaban udara harian dari tanggal 13 Mei sampai tanggal 11 Agustus, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Suhu Udara dan RH Harian = 2 x T Pagi + T Siang + T Sore 4 Serta menghitung kelembaban udara dengan menggunakan tabel kelembaban udara. (Sumber: Badriah, 2002) 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Serangan I. acutistriata Mell pada Sengon di Petak I Jumlah Pohon Terserang (Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif) I. acutistriata merupakan salah satu hama kulit pohon sengon, yang menyerang pohon-pohon hutan, juga menyerang tanaman buah-buahan dan tanaman perkebunan. Stadium I. acutistriata yang menyerang kulit pohon sengon adalah stadium larva atau biasa disebut ulat. Sejak telur menetas menjadi ulat, ulat tersebut langsung memakan kulit pohon sengon dengan membuat lubang semacam terowongan berwarna coklat, terbuat dari serbuk gerek kotorannya, yang dijalin dengan benang-benang sutera yang dihasilkan larvanya. Setiap satu lubang gerekan berisi satu ekor larva I. acutistriata, hal ini menunjukkan jumlah populasi larva I. acutistriata pada pohon sengon (Gambar 1). Gambar 1. Serangan Aktif I. acutistriata Gambar 2. Serangan Tidak Aktif merupakan ordo dari Lepidoptera, ordo ini mengalami metamorfosa sempurna yang makanannya berbeda pada stadium larva dan imago dan selalu menghindar dari persaingan makanan dalam spesiesnya (intra-spesies), sifat adaptasi ini menyebabkan keberhasilan eksistensi ordo Lepidoptera dan ordo yang lain (Price, 1975). Tinggi rendahnya derajat kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu serangga perusak hutan terutama ditentukan oleh jumlah individunya atau populasi serangga (Suratmo, 1974). Didasari hasil pengamatan pada pohon sengon selama 3 bulan, 46 hari pengamatan, di dua petak ukur ditemukan adanya pertambahan jumlah pohon terserang pada setiap petak ukur (Tabel 1). Adapun jumlah pohon sengon yang berada pada petak I sebanyak 72 pohon dan petak II sebanyak 76 pohon. Tabel 1. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada Petak I. (N = 72) Pengamatan Jumlah Pohon Jumlah Serangan Ke Terserang Aktif Tidak Aktif Total 1 17 20 18 38 2 20 26 27 53 3 20 30 30 60 4 20 30 30 60 5 20 34 32 66 6 21 29 38 67 7 24 43 38 81 8 27 50 39 89 9 27 64 39 103 10 28 64 39 103 11 28 67 40 107 12 28 64 45 109 13 28 60 49 109 14 28 65 49 114 15 28 70 51 121 16 29 81 53 134 23 Tabel 1. Lanjutan Pengamatan Ke 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Rata-Rata Jumlah Pohon Terserang 31 31 31 31 31 31 36 36 36 36 36 37 37 37 38 39 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 0,87 Jumlah Serangan Aktif Tidak Aktif Total 88 54 142 93 54 147 94 56 150 94 56 150 94 56 150 89 62 151 102 64 166 105 64 169 107 64 171 110 66 176 112 66 178 114 66 180 121 66 187 121 66 187 125 66 191 127 67 194 129 67 196 139 67 206 141 67 208 142 68 210 143 68 211 146 68 214 154 69 223 159 69 228 166 69 235 166 75 241 171 75 246 165 83 248 164 84 248 162 86 248 3,52 1,87 5,39 Jumlah total pohon terserang selama 46 hari di petak I berkisar antara 17 sampai 40 pohon dengan rata-rata pohon terserang 0,87 pohon. Penambahan dan pengurangan jumlah pohon terserang dimulai sejak hari pertama, dengan jumlah pohon terserang adalah 17 pohon, pada hari kedua menjadi bertambah menjadi 20 pohon sampai hari kelima, tidak adanya penambahan jumlah pohon terserang 24 karena dipengaruhi oleh pada awal pengamatan tidak ditemukannya larva lagi dan tidak ada lagi serbuk gerek yang ditinggalkan pada pohon sengon, pada hari ke enam sampai hari ke - 10 serangan pada pohon menjadi bertambah. Pertambahan jumlah pohon terserang tinggi pada saat hari ke tujuh dan kedelapan dengan penambahan mencapai 3 pohon sehingga menjadi 24 dan 27 pohon, pada hari ke 11 sampai hari ke - 15 serangan menjadi tetap dengan jumlah pohon terserang adalah 28 pohon, jumlah serangan meningkat pada hari ke - 16 dan ke - 17, setelah itu kembali tetap. Penambahan jumlah pohon terserang pada pohon sengon oleh I. acutistriata pada hari ke - 18 sampai hari ke - 22 tetap sama dengan jumlah pohon terserang adalah 31 pohon, meningkat pada hari ke - 23 pengamatan dengan nilai 36 pohon, penambahan jumlah yang cukup tinggi dengan nilai penambahannya adalah 5 pohon, pada hari ke - 24 sampai hari ke - 27 masih tetap sama dengan jumlah pohon terserang 37 pohon, pada hari ke - 28 dan ke - 29 meningkat menjadi 38 dan 39 pohon dengan penambahan jumlah pohon terserang masing-masing 1 pohon, pada hari ke - 34 sampai hari ke - 46 tidak ada penambahan jumlah pohon terserang masih tetap dengan nilai 40 pohon terserang (Tabel 1). Penambahan dan pengurangan jumlah pohon terserang dikarenakan oleh faktor-faktor biotik, seperti daya reproduksi dan daya survival dari I. acutistriata, kualitas dan kuantitas makanannya dan parasit dan predator. Faktor-faktor fisik seperti temperatur, sinar matahari, hujan, kelembaban, dan angin. Pada saat pengamatan adalah musim kemarau, hal ini mempengaruhi daya reproduksi, dan kualitas dan kuantitas makanan karena kulit sengon menjadi keras sehingga serangan banyak terjadi pada awal percabangan karena lunak, dan juga 25 dipengaruhi oleh predator I. acutistriata seperti burung-burung, semut hitam dan rayap yang memakan telur dan larva. Jenis burung yang berada di tegakan sengon adalah kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan cipou (Aegithina viridissima). Sedangkan pada saat hujan, serangan menjadi bertambah dengan cepat. Berbedanya jumlah serangan, baik serangan aktif atau serangan tidak aktif dikarenakan adanya selang pengamatan dan perubahan serangan aktif menjadi serangan tidak aktif, matinya larva karena dimakan oleh burung pemakan serangga, diserang oleh semut, faktor iklim dan mati. Jumlah serangan aktif berkisar antara 20 sampai 171 serangan, dengan puncak serangan terjadi pada hari ke - 43 dengan jumlah serangan 171 serangan larva dari I. acutistriata dan rata-rata serangannya pada pohon sengon pada petak I adalah 3,25 serangan, sedangkan serangan tidak aktif mempunyai nilai yang berkisar antara 18 sampai 86 serangan I. acutistriata, pengurangan jumlah serangan aktif menjadi serangan tidak aktif adalah pada hari terakhir pengamatan dengan jumlah serangan 86 serangan. Rata-rata serangan tidak aktif mencapai 1,87 serangan selama 46 hari pengamatan, serangan tidak aktif meningkat setiap dua hari, hal ini berbeda dengan serangan aktif yang berfluktuasi atau berubahubah jumlah serangannya. Jumlah serangan total oleh I. acutistriata pada sengon selama 46 hari pengamatan berkisar antara 38 sampai 248 serangan pada 40 pohon. Ini menyatakan bahwa populasi total dari serangga I. acutistriata adalah 248 ekor didalam 40 pohon sengon. Bentuk serangan serangga I. acutistriata adalah secara berkelompok atau saling berdekatan, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan 26 terbang serangga I. acutistriata tidak jauh. Sehingga pohon yang terserang akan menyerang pohon yang berada disekitar pohon yang tidak terserang. Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon oleh I. acutistriata di Petak I Pertambahan atau proses turun naiknya jumlah serangan berlangsung terus menerus sepanjang waktu pengamatan, perubahan yang berlangsung terus menerus ini merupakan proses dinamis, dengan tingkat serangan dari I. acutistriata berlangsung relatif sedang. Pertambahan jumlah pohon terserang oleh I. acutistriata berkisar antar 0 sampai 5 pohon terserang dengan jumlah serangan sebanyak 23 serangan selama 46 hari pengamatan. Sedangkan rata-rata jumlah serangan pada pohon sengon adalah 0,50 serangan. Jumlah serangan aktif berubah-ubah setiap hari pengamatan dengan kisaran antara 0 serangan sampai 14 serangan. Pada serangan aktif mengalami penambahan dan pengurangan jumlah, hal ini disebabkan oleh serangan aktif menjadi serangan tidak aktif dimana larva telah menjadi imago dan adanya faktorfaktor interaksi dalam populasi seperti predator, penyakit, persaingan makanan, perebutan ruang dan lain-lain. Pengurangan jumlah serangan aktif menjadi serangan tidak berkisar antara 1 serangan sampai 9 serangan, hal ini tejadi pada tujuh hari pengamatan. Jumlah pertambahan serangan aktif dari serangga I. acutistriata adalah 142 serangan, dengan rata-rata serangannya adalah 3,09 serangan setiap satu pohon sengon. 27 Puncak perkembangan serangan hama I. acutistriata pada petak I adalah pada hari ke tujuh dan hari ke sembilan dengan kenaikan jumlah serangan sebanyak 14 serangan, (Gambar 3) Selama tujuh hari tidak terjadi penambahan jumlah serangan aktif. PERTAMBAHAN JUMLAH SERANGAN I. acutistriata JUMLAH SERANGAN 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031323334353637383940414243444546 -5 -10 PENGAMATAN KEJumlah Pohon Terserang Aktif Tidak Aktif Gambar 3. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif di Petak I. Pada saat hujan bekas gerekannya akan hilang karena terbawa oleh air hujan, tetapi akan muncul kembali dengan bekas gerekan baru dengan serangan yang lebih parah hingga mengelilingi batang dan cabang pohon, hal ini karena kulit sengon menjadi lebih lunak dan mudah untuk di makan. Serangga I. acutistriata memakan kulit dan kambium dari pohon sengon, hal ini yang bisa menyebabkan kematian pada pohon sengon, sehingga mudah diserang oleh hama dan penyakit yang lain seperti rayap, semut dan cendawan. Jumlah serangan tidak aktif merupakan bekas serangan aktif yang telah ditinggalkan oleh serangga I. acutistriata, karena perubahan stadium larva menjadi stadium pupa, dan kematian pada larva karena di mangsa oleh predator 28 atau perubahan pupa menjadi imago. Jumlah pertambahan serangan tidak aktif dari serangga I. acutistriata adalah 68 serangan, dengan rata-rata serangannya adalah 1,48 serangan setiap satu pohon sengon. Penambahan serangan tidak aktif tidak secepat penambahan serangan aktif, karena masa staduim larva atau ulat selama 6 bulan dan stadium kepompong selama 1 bulan, masa hidupnya sekitar 7 bulan (Tjoa tjien mo, 1956). Hanya pada hari-hari tertentu saja jumlah serangannya meningkat seperti pada hari kedua dengan jumlah serangan tidak aktif 9 serangan, hari kedua merupakan pengurangan jumlah serangan serangga I. acutistriata yang cukup tinggi, diikuti pada hari ke - 44 dengan jumlah serangan tidak aktif 8 serangan, dan pada hari ke - 22 dan 42 dengan jumlah serangan tidak aktif sebanyak 6 serangan. Serangan tidak aktif ditandai dengan berubahnya warnanya serbuk gerek dari warna coklat muda dan terlihat agak basah menjadi warna hitam dan kering, menghilangnya serbuk gerek, dan rusaknya serbuk gerek. Hal ini disebabkan larva dari serangga I. acutistriata telah menjadi imago atau ngengat, mati karena dimakan oleh burung, di hanyutkan oleh air hujan sampai ke tanah dan diserang oleh rayap. Setelah lubang gerek tidak aktif merupakan masa rentan bagi pohon sengon P. falcataria, karena lubang gerek yang ditinggalkan akan menjadi busuk apabila terkena air hujan dan akan mudah diserang baik oleh hama lain dan penyakit. Serangga I. acutistriata merupakan perintis bagi datangnya hama dan penyakit yang lainnya, karena serangga I. acutistriata hanya menimbulkan kerusakan pada bagian batang dan dahan pohon sengon. Hama selain I. acutistriata yang menyerang pohon sengon, dapat dilihat pada Gambar 4. 29 Gambar 4. Hama Lain Penyerang Pohon Sengon (P. falcataria) (Sumber : Penelitian 2006) Persentase Serangan I. Acutistriata pada Petak I Didasari pada Tabel 1, dapat diketahui besarnya persentase serangan baik besarnya persetase pohon terserang, serangan aktif dan serangan tidak aktif, seperti pada Tabel 2. persentase serangan menunjukkan seberapa besar serangan I. acutistriata pada pohon sengon yang berada pada petak I. Selama 46 hari pengamatan, besarnya persentase pohon terserang berkisar antara 23,61 % sampai 55,56 %, hal ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan pohon terserang tergolong sedang, hanya mencapai nilai 31,95 %, sedangkan rata-rata serangan setiap hari pengamatan adalah 45,50 %, seperti terlihat pada Tabel 2. 30 Tabel 2.Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I Pengamatan Besarnya Persentase Besarnya Persentase Ke Pohon Terserang (%) Serangan (%) Aktif Tidak Aktif 1 23,61 52,63 47,37 2 27,78 49,06 50,94 3 27,78 50,00 50,00 4 27,78 50,00 50,00 5 27,78 51,52 48,48 6 29,17 43,28 56,72 7 33,33 53,09 46,91 8 37,50 56,18 43,82 9 37,50 62,14 37,86 10 38,89 62,14 37,86 11 38,89 62,62 37,38 12 38,89 58,72 41,28 13 38,89 55,05 44,95 14 38,89 57,02 42,98 15 38,89 57,85 42,15 16 40,28 60,45 39,55 17 43,06 61,97 38,03 18 43,06 63,27 36,73 19 43,06 62,67 37,33 20 43,06 62,67 37,33 21 43,06 62,67 37,33 22 43,06 58,94 41,06 23 50,00 61,45 38,55 24 50,00 62,13 37,87 25 50,00 62,57 37,43 31 Tabel 2. lanjutan Pengamatan Besarnya Persentase Ke Pohon Terserang (%) 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Jumlah Rata-Rata 50,00 50,00 51,39 51,39 51,39 52,78 54,17 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 2093,06 45,50 Besarnya Persentase Serangan (%) Aktif Tidak Aktif 62,50 37,50 62,92 37,08 63,33 36,67 64,71 35,29 64,71 35,29 65,45 34,55 65,46 34,54 65,82 34,18 67,48 32,52 67,79 32,21 67,62 32,38 67,77 32,23 68,22 31,78 69,06 30,94 69,74 30,26 70,64 29,36 68,88 31,12 69,51 30,49 66,53 33,47 66,13 33,87 65,32 34,68 2839,63 1760,37 61,73 38,27 Besarnya persentase serangan aktif berubah-ubah karena dipengaruhi oleh berubahnya larva menjadi imago, dimangsa oleh predator seperti burung kutilang, burung cipau, semut hitam dan rayap yang merusak sumberdaya makanan dari I. acutistriata, karena terjadi persaingan makanan dimana rayap memakan pohon sengon dan hama I. acutistriata juga memakan bagian dari kulit sengon. Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 43,28 % sampai 70,64 %, dengan rata-rata serangan sebanyak 61,73 %. Sedangkan persentase kenaikan serangan aktif adalah 27,36 % tergolong sedang. Persentase serangan aktif tertinggi terjadi pada hari pengamatan ke empat puluh satu dengan besarnya persentase 70,64 %, sedangkan persentase serangan aktif terendah terjadi pada 32 hari pengamatan ke enam dengan nilai 43,28 %. Persentase serangan tidak aktif merupakan kebalikan dari persentase serangan aktif, dengan kisaran persentasenya adalah 29,36 % sampai 50,94 %, rata-rata persentase serangan tidak aktif adalah 38,37 %. Serangan I. acutistriata Mell pada Sengon di Petak II Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif Pada petak II total pohon sengon yang diamati adalah 76 pohon, dengan jumlah pohon terserang berkisar antara 8 serangan sampai 38 serangan, dan ratarata jumlah pohon terserang adalah 0,83 serangan per hari pengamatan (Tabel 3). Jumlah pohon terserang pada petak II berbeda dengan jumlah pohon terserang pada petak I, dengan jumlah pohon petak I lebih sedikit tetapi daya serangnya lebih cepat. Hal ini disebabkan pada petak II jarak tanamnya lebih rapat yaitu 4 m x 3 m. Keliling batang hampir merata dengan nilai rata-rata keliling 45,38 cm, nilai rata-rata diameter 14,45 cm, rata-rata nilai tinggi total mencapai 15,29 m dan nilai rata-rata tinggi bebas cabang 7,05 cm, serta kondisi kulit batang yang keras. Sehingga penyebaran serangan dari serangga I. acutistriata jadi lebih sedikit, serangan serangga I. acutistriata pada petak II lebih banyak di bagian dahandahan pohon sengon. Jumlah serangan serangga I. acutistriata yang aktif pada petak II berkisar antara 3 serangan sampai 129 serangan, dengan rata-rata jumlah serangan aktif adalah 0,83 serangan. Jumlah serangan serangga I. acutistriata terus meningkat, puncak serangan terjadi pada hari terakhir pengamatan dengan jumlah serangan 129 serangan, pengurangan jumlah serangan aktif terjadi pada hari ke tiga, dan hari ke delapan sebanyak 1 serangan. 33 Gambar 5. Serangan Aktif Gambar 6. Serangan Tidak Aktif Serangan tidak aktif terus meningkat dari jumlah 8 serangan menjadi 36 serangan dan rata–rata serangan 0,78 serangan. Tetapi hal ini tidak sebanding dengan jumlah serangan aktif yang terus bertambah setiap dua hari pengamatan sekali. Total jumlah serangan serangga I. acutistriata pada pohon sengon berkisar antara 11 serangan sampai 165 serangan, serangan terus bertambah sampai akhir pengamatan, rata-rata serangan total serangga I. acutistriata pada pohon sengon adalah 3,59 serangan. Petak II memiliki jumlah pohon yang lebih banyak dibandingkan dengan petak I yaitu sebanyak 76 pohon dengan jumlah pohon terserang 38 pohon, sedangkan petak I jumlah pohon 72 dengan jumlah pohon terserang 40 pohon. Total Jumlah serangan pada petak II lebih sedikit dibandingkan dengan petak I, dengan total jumlah serangan pada petak II 165 serangan, sedangkan petak I sebanyak 248 serangan (Tabel 3). 34 Tabel 3. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada Petak II. (N = 76) Pengamatan Jumlah Pohon Jumlah Serangan Ke Terserang Aktif Tidak Aktif Total 1 8 3 8 11 2 10 8 8 16 3 10 7 9 16 4 10 7 9 16 5 10 10 10 20 6 14 13 13 26 7 18 21 13 34 8 18 20 14 34 9 20 26 14 40 10 23 29 18 47 11 23 29 18 47 12 24 30 19 49 13 24 32 24 56 14 24 34 24 58 15 25 36 24 60 16 25 37 25 62 17 25 37 25 62 18 25 37 25 62 19 25 37 25 62 20 26 41 25 66 21 26 41 25 66 22 26 41 25 66 23 28 57 27 84 24 29 62 27 89 25 30 69 27 96 26 30 69 27 96 27 31 68 31 99 28 31 68 31 99 29 32 83 32 115 35 Tabel 3. Lanjutan Pengamatan Jumlah Pohon Ke Terserang 30 32 31 33 32 33 33 33 34 33 35 33 36 33 37 33 38 33 39 33 40 33 41 35 42 36 43 37 44 37 45 38 46 38 Rata-Rata 0.83 Jumlah Serangan Aktif Tidak Aktif Total 83 32 115 88 32 120 90 32 122 90 32 122 92 32 124 98 32 130 101 32 133 101 32 133 106 33 139 109 33 142 111 33 144 115 34 149 120 35 155 125 35 160 127 35 162 129 36 165 129 36 165 2.80 0.78 3.59 Pohon sengon pada petak II memiliki kerapatan yang lebih baik dibandingkan dengan petak I dan tinggi pohon merata, hal ini memiliki potensi diserang oleh serangga I. acutistriata dengan jumlah yang banyak, karena bentuk penyerangan dari serangga I. acutistriata adalah berkelompok, sehingga bagian batang dan dahan menjadi rentan. Pertambahan jumlah serangan pada setiap dua hari pengamatan di petak II dapat dilihat pada (Gambar 7). Pada petak II serangan serangga I. acutistriata masih tergolong baru, karena jumlah pohon yang terserang masih sedikit, dengan life cycle atau panjang umur pada stadium larva dari serangga I. acutistriata selama 10 sampai 11 bulan yang tergolong waktu yang lama, maka di prediksi petak II akan mengalami serangan yang cukup berarti dengan rata-rata serangan perdua hari adalah 1 serangan serta dengan kerapatan tanaman sengon yang beukuran 4m x 3m. Life 36 cycle serangga I. acutistriata sangat panjang hal ini disebabkan kandungan dari makanannya dan kadar air dari makanan sangat tidak menguntungkan untuk mendukung kehidupannya (Suratmo, 1974). Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh I. acutistriata di Petak II Jumlah perkembangan serangan serangga I. acutistriata pada pohon sengon di petak II berfluktuasi atau berubah-ubah, pada jumlah pohon terserang 0 sampai 4 serangan, dengan rata-rata serangan 0,65 serangan perhari pengamatan, total pertambahan jumlah pohon terserang selama empat puluh enam hari pengamatan adalah 30 serangan. Kenaikan jumlah pohon terserang terjadi pada hari ke enam dan hari ke tujuh dengan jumlah kenaikan 4 serangan, diikuti oleh hari ke sepuluh dengan jumlah kenaikan jumlah 3 serangan, penambahan jumlah pohon terserang tidak terjadi pada 28 hari pengamatan. Penambahan Jumlah serangan aktif pada petak II mempunyai nilai yang berkisar antara 0 sampai 15 serangan serangga I. acutistriata, dengan rata-rata serangan perhari adalah 2,74 serangan, sedangkan total pertambahan jumlah serangan aktif adalah sebanyak 126 serangan. Puncak serangan serangga I. acutistriata terjadi pada hari ke - 23 dengan jumlah serangan aktif mencapai 16 serangan, diikuti pada hari ke - 29 dengan jumlah kenaikan sebanyak 15 serangan, dan pada hari ketujuh dengan jumlah kenaikan serangan aktif mencapai 8 serangan (Gambar 7). 37 PERTAMBAHAN JUMLAH SERANGAN I. acutistriata 18 JUMLAH SERANGAN 16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223 2425262728293031323334353637383940414243444546 PENGAMATAN KE Jumlah Pohon Terserang Aktif Tidak Aktif Gambar 7. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak II . Serangan serangga I. acutistriata pada awal pengamatan meningkat menjadi 5 serangan dari 0 serangan, kemudian menjadi turun jumlah serangan selama 2 hari pengamatan, dan terus berkembang, pada hari terakhir pengamatan tidak terjadi kenaikan jumlah serangan aktif dengan jumlah penambahan serangan 0 serangan. Kenaikan jumlah serangan aktif tidak terjadi selama 14 hari pengamatan. Total pertambahan jumlah serangan tidak aktif adalah 28 serangan, serangan tidak aktif terus berkembang dengan nilai yang berbeda-beda dengan kisaran nilai serangan antara 0 sampai 5 serangan, dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah 0,61 serangan perhari, puncak penurunan jumlah serangan aktif terjadi pada hari ke tiga belas dengan jumlah serangan tidak aktif mencapai 5 serangan. Serangan aktif berkurang menjadi serangan tidak aktif terjadi juga pada hari ke - 10 dan hari ke - 27 dengan jumlah serangan tidak aktif 4 serangan, 38 jumlah hari pengurangan serangan aktif menjadi serangan tidak aktif sebanyak 15 hari dan pengurangan jumlah serangan aktif menjadi serangan tidak aktif tidak terjadi selama 31 hari (Gambar 7). Rendahnya pengurangan jumlah serangan aktif ini, menunjukkan lamanya masa serangan aktif dan lamanya serangga I. acutistriata menyerang pohon sengon. Pada pohon sengon yang berdiameter besar serangan I. acutistriata tidak sampai mengelilingi batang pohon sengon, tetapi pada dahan yang kecil serangga I. acutistriata dapat memakan kulit pohon sengon, ini mengakibatkan banyaknya batang dan dahan yang menjadi mati dengan gejala daun menjadi layu karena kambium dari dahan pohon sengon ikut dimakan oleh serangga I. acutistriata. Persentase Serangan I. Acutistriata pada Petak II Didasari pada Tabel 3, dapat diketahui besarnya persentase serangan baik besarnya persentase pohon terserang, serangan aktif dan serangan tidak aktif pada petak II (Tabel 4). Selama 46 hari pengamatan, besarnya persentase pohon terserang berkisar antara 10,53 % sampai 50,00 %. Persentase pohon terserang terus meningkat sampai akhir pengamatan, dengan persentase kenaikan pohon terserang mencapai nilai 39,47 %, persentase serangan ini masih tergolong sedang. Sedangkan ratarata serangan setiap hari pengamatan adalah 35,27 %, seperti terlihat pada Tabel 4. 39 Tabel 4. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II Pengamatan Besarnya Persentase Besarnya Persentase Ke Pohon Terserang (%) Serangan (%) Aktif Tidak Aktif 1 10,53 27,27 72,73 2 13,16 50,00 50,00 3 13,16 43,75 56,25 4 13,16 43,75 56,25 5 13,16 50,00 50,00 6 18,42 50,00 50,00 7 23,68 61,76 38,24 8 23,68 58,82 41,18 9 26,32 65,00 35,00 10 30,26 61,70 38,30 11 30,26 61,70 38,30 12 31,58 61,22 38,78 13 31,58 57,14 42,86 14 31,58 58,62 41,38 15 32,89 60,00 40,00 16 32,89 59,68 40,32 17 32,89 59,68 40,32 18 32,89 59,68 40,32 19 32,89 59,68 40,32 20 34,21 62,12 37,88 21 34,21 62,12 37,88 22 34,21 62,12 37,88 23 36,84 67,86 32,14 24 38,16 69,66 30,34 25 39,47 71,88 28,13 26 39,47 71,88 28,13 27 40,79 68,69 31,31 28 40,79 68,69 31,31 29 42,11 72,17 27,83 30 42,11 72,17 27,83 31 43,42 73,33 26,67 32 43,42 73,77 26,23 33 43,42 73,77 26,23 40 Tabel 4. Lanjutan Pengamatan Ke 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Jumlah Rata-Rata Besarnya Persentase Pohon Terserang (%) 43,42 43,42 43,42 43,42 43,42 43,42 43,42 46,05 47,37 48,68 48,68 50,00 50,00 1622,37 35,27 Besarnya Persentase Serangan (%) Aktif Tidak Aktif 74,19 25,81 75,38 24,62 75,94 24,06 75,94 24,06 76,26 23,74 76,76 23,24 77,08 22,92 77,18 22,82 77,42 22,58 78,13 21,88 78,40 21,60 78,18 21,82 78,18 21,82 3018,74 1581,26 65,62 34,38 Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 27,27 % sampai 78,40 %, dengan rata-rata serangan sebanyak 65,62 %. Sedangkan persentase kenaikan serangan aktif adalah 47,13 % masih tergolong sedang. Persentase serangan aktif tertinggi terjadi pada hari pengamatan ke empat puluh empat dengan besarnya persentase 78,40 %, sedangkan persentase serangan aktif terendah terjadi pada hari pengamatan ke satu dengan nilai 27,27 %. Persentase serangan I. acutistriata pada petak II lebih tinggi di bandingkan dengan petak I. Petak II persentase tertingginya adalah 78,40 %, sedangkan petak I persentase tertinggi adalah 70,64 %. Persentase serangan tidak aktif merupakan kebalikan dari persentase serangan aktif, dengan kisaran persentasenya adalah 21,60 % sampai 72,73 %, rata-rata persentase serangan tidak aktif adalah 38,37 %. Pada petak II pertambahan jumlah pohon terserang, serangan aktif, dan serangan tidak aktif terus bertambah secara bertahap dan tidak terlalu besar, tetapi 41 pengurangan jumlah serangan aktif tidak terlalu besar, sehingga pada akhir pengamatan persentase serangan tetap tinggi dibandingkan dengan petak I, dimana pengurangan jumlah serangan aktif lebih besar dua kali pengurangan jumlah serangan tidak aktif pada petak II yaitu sebanyak 68 serangan, dari 28 serangan pada petak II (Tabel 4). Hal yang mempengaruhi serangan terus bertambah adalah periode larva selama 10 sampai 11 bulan, berkembang dari bulan Juni sampai April (Hutacharern,1993), sedangkan pengamatan dilakukan pada pertengahan bulan Mei sampai pertengahan bulan Agustus 2006, bertepatan dengan ulat atau larva sedang berkembang. Didasari perhitungan pertambahan jumlah serangan I. acutistriata diketahui bahwa dengan adanya penambahan jumlah pohon sengon diserang, maka jumlah serangan pasti akan bertambah, tetapi jika jumlah serangan bertambah, belum tentu jumlah pohon yang diserang akan bertambah. Serangan hama I. acutistriata tidak hanya menyerang pohon yang berdiameter besar tetapi juga menyerang pohon sengon yang berdiameter kecil, ini menunjukkan bahwa serangan hama I. acutistriata menyerang pohon berumur muda sampai berumur tua dengan penyebaran di batang dan di percabangan, dengan syarat kulit pohon sengon masih muda dan mudah untuk dimakan, dikarenakan memudahkan larvanya untuk menggerek dan melakukan penyerangan terhadap pohon sengon. 42 Gambar 8. Larva Indarbela acutistriata Gambar 9. Pupa Gambar 10. Imago Serangan yang tidak digunakan akan meninggalkan bekas pada pohon sengon, bekas serangan akan berupa serbuk gerek yang sudah menghitam, kulit sengon yang terluka tanpa kulit luar, dan lubang gerek (Gambar 1 dan 2). Semakin lama keaktifan dari larva serangga hama I. acutistriata menyerang pohon sengon, maka akan menimbulkan kerusakan yang berarti dengan kerusakan cabang pecah, patah, mati, akan tumbang apabila ditiup angin kencang, dan merusak nilai ekonomis dari kayu sengon serta hilangnya keindahan dari kayu sengon. Bentuk serangan yang berkelompok, sehingga serangan dapat merata diseluruh pohon sengon baik pada bagian batang, cabang, dan ranting, hal ini yang akan membahayakan karena rentan terhadap hama dan penyakit sengon yang lain. 43 Kesembuhan dari pohon sengon oleh hama I. acutistriata yang mengakibatkan luka memakan waktu yang cukup lama. Kondisi yang seperti ini sangat merugikan karena memperpendek umur dari pohon sengon. Perkembangan serangan serangga I. acutistriata yang begitu cepat, perlu diwaspadai keberadaannya bagi tegakan sengon. Didalam pertumbuhan dan perkembangan, serangga I. acutistriata sangat dipengaruhi oleh kondisi pohon inang dan kondisi iklim mikro yang sesuai. Dimana kondisi pohon inang berkaitan dengan faktor biotik untuk mendukung pertumbuhan sengon, dengan kondisi sengon yang sehat pertumbuhan baik akan membuat kualitas dan kuantitas makanan dari serangga lebih baik, karena bagian pohon yang menjadi makanan serangga I. acutistriata, keadaanya sesuai dengan yang disukai oleh hama I. acutistriata serta banyaknya pohon yang ada per hektar didalam kawasan perkebunan pohon sengon. Sedangkan kondisi iklim mikro berkaitan dengan faktor fisik yang membentuknya seperti temperatur, sinar, hujan, kelembaban udara dan angin disekitar tempat hidup. Kondisi iklim mikro yang disukai oleh serangga I. acutistriata, yaitu kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi, karena mendukung bagi perkembangan hidup serangga I. acutistriata. Tegakan sengon di areal pengamatan, berumur 6 tahun. Sedangkan larva I. acutistriata mulai menyerang pohon yang berumur lebih dari 2 tahun (Hutacharen, 1993). Dengan semakin besarnya pohon sengon maka makin banyak bagian yang berpotensi untuk menjadi serangannya untuk dimakan. Kenaikan serangan I. acutistriata yang masih tergolong sedang, di pengaruhi oleh faktor-faktor ketersedian sumberdaya makanan dan ruang tempat hidup. Kemampuan serangga I. acutistriata mencapai dan memperoleh 44 sumberdaya (penyebaran, pemencaran dan kemampuan mencari makanan, dan yang terakhir faktor waktu atau kesempatan untuk memanfaatkan iklim yang menguntungkan untuk perkembangbiakan (Andrewartha dan Birch, 1961). Rata-Rata Serangan I. acutistriata Rata-rata serangan merupakan perbandingan antara jumlah serangan total dengan jumlah pohon terserang. Dengan mengetahui rata-rata serangan, maka akan dapat diketahui jumlah serangan hama I. acutistriata yang terdapat pada setiap pohon sengon. Rata-rata serangan yang terjadi pada setiap pohon sengon pada petak I adalah 6 serangan. Jadi setiap hari pengamatan terjadi penambahan jumlah serangan pada setiap pohon sengon sebanyak 6 serangan. Rata-rata serangan yang terjadi pada setiap pohon sengon pada petak II adalah 4 serangan. Jadi setiap hari pengamatan terjadi penambahan jumlah serangan pada setiap pohon sengon sebanyak 4 serangan. Dengan rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II, dapat diprediksi bahwa perkembangan serangannya sangat cepat dan hal ini akan mengancam kesehatan dari pohon sengon, karena akan mengakibatkan pohon menjadi sakit. Pengendalian yang pernah digunakan pada tahun 1956 oleh Tjoa tjien mo adalah dengan membuang serbuk gerek. Ulat dikeluarkan dari lubang dengan menggunakan kawat yang bengkok ujungnya, atau dimasukkan kedalam lubang atau liang bensin atau larutan paradichoorbenzene dalam minyak tanah (8-10 %) sesendok teh kecil, lalu lubang disumbat dengan semen atau lumpur. 45 Pengendalian secara alami dengan mengembangbiakan pemangsa dari I. acutistriata seperti rayap, burung kutilang, cipaou dan semut hitam, tetapi alam memiliki keseimbangan sendiri untuk mengendalikan perkembangan hama I. acutistriata ini. Perkembangan Serangan Serangga I. acutistriata Setiap Hektar Didasari oleh perhitungan pada dua petak ukur, ternyata banyaknya pohon sengon adalah sebanyak 74 pohon per 0,1 hektar atau 740 pohon sengon per hektar. Pertambahan serangan serangga I. acutistriata setiap hari pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5. diketahui bahwa perkembangan jumlah pohon sengon terserang serangga I. acutistriata selama 46 dalam hektar berkisar antara 125 pohon sampai 390 pohon sengon per hektar atau 13 pohon sampai 39 pohon per 0,1 hektar, dengan rata-rata pohon terserang adalah 8,48 pohon per hektar. Jadi penambahan pohon sengon terserang adalah 265 pohon per hektar, 26 pohon per 0,1 hektar. Tabel 5. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Setiap Hektar Pengamatan Jumlah Pohon Jumlah Serangan (Ha) Ke Terserang Aktif Tidak Aktif Total 1 125 115 130 245 2 150 170 175 345 3 150 185 195 380 4 150 185 195 380 5 150 220 210 430 6 175 210 255 465 7 210 320 255 575 8 225 350 265 615 9 235 450 265 715 10 255 465 285 750 11 255 480 290 770 12 260 470 320 790 46 Pengamatan Ke 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah Pohon Terserang 260 260 265 270 280 280 280 285 285 285 320 325 Jumlah Serangan (Ha) Aktif Tidak Aktif Total 460 365 825 495 365 860 530 375 905 590 390 980 625 395 1.020 650 395 1.045 655 405 1.060 675 405 1.080 675 405 1.080 650 435 1.085 795 455 1.250 835 455 1.290 Tabel 5. Lanjutan Pengamatan Jumlah Pohon Ke Terserang 25 330 26 330 27 335 28 340 29 345 30 345 31 355 32 360 33 365 34 365 35 365 36 365 37 365 38 365 39 365 40 365 41 375 42 380 43 385 44 385 45 390 46 390 Rata-Rata 8,48 Jumlah Serangan (Ha) Aktif Tidak Aktif Total 880 455 1.335 895 465 1.360 900 485 1.385 910 485 1.395 1.020 490 1.510 1.020 490 1.510 1.065 490 1.555 1.085 495 1.580 1.095 495 1.590 1.155 495 1.650 1.195 495 1.690 1.215 500 1.715 1.220 500 1.720 1.260 505 1.765 1.315 510 1.825 1.350 510 1.860 1.405 515 1.920 1.430 550 1.980 1.480 550 2.030 1.460 590 2.050 1.465 600 2.065 1.455 610 2.065 31,63 13,26 44,89 Perkembangan jumlah serangan aktif terus bertambah selama empat 46 hari pengamatan (Gambar 11). Serangan aktif terus bertambah dengan kisaran 47 nilai antara 115 serangan sampai 1.455 serangan, dengan rata-rata serangan 31,63 serangan. Serangan tidak aktif juga bertambah setiap dua hari pengamatan tetapi jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan penambahan jumlah serangan aktif, nilai serangan tidak aktif berkisar antara 130 serangan sampai 610 serangan hama I. acutistriata pada pohon sengon dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah 13,26 serangan. Total serangan aktif dan serangan tidak aktif pada sengon adalah 2.065 serangan, dengan nilai serangan dari hari pertama sampai hari terakhir berkisar antara 245 serangan sampai 2.065 serangan per hektar. Rata-rata total serangan aktif dan serangan tidak aktif adalah 44,89 serangan. Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh (I. acutistriata) dalam Hektar 48 PERKEMBANGAN SERANGAN SERANGGA I. acutistriata PADA POHON SENGON (HA) 160 140 JUMLAH SERANGAN 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 -20 -40 PENGAMATAN KE Jumlah Pohon Terserang Aktif Tidak Aktif Gambar 11. Grafik Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif dalam Hektar Penambahan jumlah pohon terserang perhektar bekisar antara 0 sampai 35 pohon, total jumlah pohon terserang adalah 265 pohon, dengan rata-rata serangan sebanyak 5,76 serangan. Puncak serangan terjadi pada hari ke tujuh dan hari ke 23 dengan jumlah pohon terserang 35 pohon, diikuti pada hari ke dua dan hari keenam dengan jumlah pohon teserang 25 pohon, penambahan pohon terserang terjadi selama 22 hari, dan penambahan jumlah pohon terserang terjadi selama 24 hari. Perkembangan serangan aktif setiap hektar berkisar antara 0 sampai 145 serangan, dengan total jumlah serangan aktif 1340 serangan dan rata-rata serangan per hari pengamatan sebanyak 29,13 serangan. Selain penambahan terjadi pengurangan jumlah serangan aktif menjadi serangan tidak aktif yang berkisar 49 antara 10 sampai 25 serangan. Puncak pengurangan jumlah serangan aktif terjadi pada hari pengamatan ke - 22. Jumlah serangan tidak aktif memiliki nilai yang tidak terlalu tinggi yang berkisar antara 0 sampai 45 serangan, total jumlah serangan tidak aktif adalah 480 serangan, dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah 10,38 serangan per hari pengamatan. Pengurangan jumlah serangan aktif menjadi tidak aktif banyak terjadi pada hari ke dua, ke enam, dan hari ke - 13 dengan jumlah 45 serangan (Gambar 11). Persentase Serangan I. acutistriata dalam Hektar Berdasarkan perhitungan persentase serangan larva I. acutistriata pada setiap hari pengamatan selama 46 hari pengamatan (Tabel 6). Besarnya persentase pohon terserang berkisar antara 16,89 % sampai 52,70 %, dengan nilai rata-rata persentasenya adalah 40,25 %, hal ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan pohon terserang hama I. acutistriata sedang, dengan nilai mencapai 33,81 % selama 46 hari pengamatan. Persentase serangan aktif berkisar antara 45,16 % sampai 73,18 %, dengan nilai rata-rata serangan adalah 63,31 %, persentase serangan aktif mencapai 28,02 % ini berarti persentase kenaikan serangan aktif masih tergolong sedang. Persentase kenaikan serangan aktif cukup tinggi pada hari ke - 41 dengan nilai persentase serangan sebesar 73,18 %, diikuti oleh hari ke - 40 dengan persentase serangan aktif sebesar 72,58 %, sedangkan persentase terendah pada hari ke enam dengan nilai 45,16 %, hal ini dikarenakan masih banyaknya larva I. acutistriata 50 dan belum berubah menjadi pupa atau imago.persentase serangan tidak aktif merupakan kebalikan dari serangan aktif. Hektar Tabel 6. Besarnya Persentase Serangan Hama (I. acutistriata) Setiap Pengamatan Ke - Besarnya Persentase Pohon Terserang (%) 1 16.89 2 20.27 3 20.27 4 20.27 5 20.27 6 23.65 7 28.38 8 30.41 9 31.76 10 34.46 11 34.46 12 35.14 13 35.14 14 35.14 15 35.81 16 36.49 Tabel 6. Lanjutan Pengamatan Besarnya Persentase Ke Pohon Terserang (%) 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 37.84 37.84 37.84 38.51 38.51 38.51 43.24 43.92 44.59 44.59 45.27 45.95 46.62 46.62 47.97 48.65 49.32 49.32 Besarnya Persentase Serangan (%) Aktif Tidak Aktif 46.94 53.06 49.28 50.72 48.68 51.32 48.68 51.32 51.16 48.84 45.16 54.84 55.65 44.35 56.91 43.09 62.94 37.06 62.00 38.00 62.34 37.66 59.49 40.51 55.76 44.24 57.56 42.44 58.56 41.44 60.20 39.80 Besarnya Persentase Serangan (%) Aktif Tidak Aktif 61.27 38.73 62.20 37.80 61.79 38.21 62.50 37.50 62.50 37.50 59.91 40.09 63.60 36.40 64.73 35.27 65.92 34.08 65.81 34.19 64.98 35.02 65.23 34.77 67.55 32.45 67.55 32.45 68.49 31.51 68.67 31.33 68.87 31.13 70.00 30.00 51 Pengamatan Ke 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Jumlah Rata-Rata Besarnya Persentase Pohon Terserang (%) 49.32 49.32 49.32 49.32 49.32 49.32 50.68 51.35 52.03 52.03 52.70 52.70 1851.35 40.25 Besarnya Persentase Serangan (%) Aktif Tidak Aktif 70.71 29.29 70.85 29.15 70.93 29.07 71.39 28.61 72.05 27.95 72.58 27.42 73.18 26.82 72.22 27.78 72.91 27.09 71.22 28.78 70.94 29.06 70.46 29.54 2912.33 1687.67 63.31 36.69 Persentase serangan tidak aktif berkisar antara 26,82 % sampai 54,84 %, dengan nilai rata-rata persentase serangan adalah 36,69 %. Hal ini menunjukkan perubahan serangan aktif menjadi serangan tidak aktif berubah-ubah, persentase kenaikan jumlah serangan tidak aktif cukup tinggi terjadi pada hari ke enam dengan nilai persentase pengurangannya adalah 54,84 %, sedangkan persentase terendah terjadi pada hari ke empat puluh satu. Apabila serangan aktif ditambah dengan serangan tidak aktif akan mempunyai nilai 100 %. Rata-Rata Serangan I. acutistriata dalam Hektar Rata-rata serangan hama I. acutistriata untuk setiap pohon yang terserang dari awal pengamatan sampai hari terakhir pengamatan adalah 4 serangan. Dengan rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan sebesar 4 serangan, dapat di prediksi bahwa perkembangan serangannya sangat cepat dan hal ini akan mengancam kesehatan dari pohon sengon, karena akan mengakibatkan pohon menjadi sakit. 52 Keadaan Suhu Harian Dan Kelembaban Harian Tegakan Sengon Suhu Udara Faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah suhu udara, sinar matahari, presipitasi, kelembaban udara dan angin dan termasuk iklim dan cuaca. Iklim atau cuaca suatu daerah dapat menyeleksi serangga yang dapat hidup di daerah tersebut, karena menyebabkan musnahnya atau tidak dapatnya hidup spesies-spesies serangga tertentu, tetapi dapat pula menyebabkan timbulnya epidemi suatu hama (Suratmo, 1974). Serangga adalah binatang yang berdarah dingin, artinya bahwa suhu tubuh adalah sama dengan suhu udara di sekitarnya, karena temperatur serangga tergantung pada suhu udara disekitarnya maka untuk dapat hidup tumbuh berkembang dari telur sampai dewasa maka suhu udara disekitarnya harus berada pada daerah yang suhu udaranya cocok untuk perkembangan hidup serangga atau C sampai 45 0 C Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26 0 C disebut efektive temperatures, yang biasanya diantara 15 0 (Suratmo, 1974). sampai 29 0 C, hal ini cocok untuk perkembangan hama I. acutistriata, karena termasuk dalam kategori sedang, suhu udara di tegakan sengon selama empat puluh enam hari relatif sama. Suhu udara bagi hama I. acutistriata di tegakan sengon tidak menjadi faktor pembatas, karena suhu udaranya mendukung untuk perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan satwa selain dipengaruhi oleh radiasi surya dan suhu udara juga dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban udara adalah ukuran banyaknya uap air di udara. Nilai kelembaban 53 udara akan lebih kecil bila suhu meningkat dan sebaliknya kelembaban udara semakin tinggi bila suhu udara lebih rendah (Badriyah, 2002). Nilai rata-rata kelembaban harian tegakan sengon selama empat puluh enam hari pengamatan berkisar antara 65 % sampai 82 %, dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26 0 C sampai 29 0 C, hal ini cocok untuk perkembangan hama I. acutistriata, karena termasuk dalam kategori sedang, suhu udara di tegakan sengon selama empat puluh enam hari relatif sama (Gambar 12). RATA-RATA SUHU DAN KELEMBABAN UDARA HARIAN RATA-RATA SUHU DAN KELEMBABAN UDARA 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 PENGAMATAN KE TBK 'C TBB 'C RH (%) Gambar 12. Nilai Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Harian di Tegakan Sengon IPB Darmaga Bogor Suhu udara bagi hama I. acutistriata di tegakan sengon tidak menjadi faktor pembatas, karena suhu udaranya mendukung untuk perkembangannya. Serangga sangat rentan apabila kelembaban udara terlalu rendah karena akan terjadi penguapan air yang tinggi di tubuhnya atau kelembaban udara terlalu tinggi akan menimbulkan penderitaan terhadap serangga I. acutistriata, dan ini dapat menyebabkan kematian hama I. acutistriata, tetapi dengan kelembaban udara 54 harian seperti ini tidak mempengaruhi perkembangan hama I. acutistriata, dan hama ini akan terus berkembang mencapai dewasa. 55 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perkembangan serangan serangga I. acutistriata perusak kulit pohon sengon tergolong cepat dilihat dari jumlah serangan yang terus bertambah. 2. Pada petak I jumlah pohon terserang adalah 40 pohon, rata-rata jumlah pohon terserang adalah 0,87 serangan, rata-rata jumlah serangan aktif adalah 3,52 serangan, sedangkan rata-rata serangan tidak aktif 1,87 serangan. Total jumlah serangan adalah 248 serangan. Rata-rata pertambahan jumlah pohon terserang adalah 0,5 serangan, jumlah pertambahan sebanyak 23 serangan, jumlah serangan aktif adalah 142 serangan, dengan rata-rata 3,09 serangan, sedangkan rata-rata serangan tidak aktif adalah 1,48 serangan, dengan jumlah penambahan sebanyak 68 serangan. 3. Rata-rata persentase pohon terserang pada petak I adalah 45,50 %, dan rata-rata persentase serangan aktif adalah adalah 61,73 %, rata-rata persentase serangan tidak aktif adalah 38,27 %. 4. Pada petak II jumlah pohon terserang adalah 38 pohon, dengan rata-rata 0,83 serangan, rata-rata jumlah serangan aktif 2,80 serangan, sedangkan rata-rata jumlah serangan tidak aktif 0,78 serangan. Rata-rata pertambahan jumlah pohon terserang adalah 0,65 serangan, total pertambahan adalah 30 serangan. Rata-rata serangan aktif adalah 2,74 serangan, sedangkan total pertambahan sebanyak 126 serangan, Total pertambahan jumlah serangan tidak aktif adalah 28 serangan, dengan rata-rata 0,61 serangan. 5. Rata-rata besarnya persentase pohon terserang adalah 35,27 %, rata-rata persentase serangan aktif adalah 65,62 %, sedangkan rata-rata serangan tidak aktif adalah 34,38 %. 6. Rata-rata serangan per dua hari pengamatan selama tiga bulan pengamatan sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II. Saran Keberadaan hama I. acutistriata belum menimbulkan kerusakan yang cukup berarti pada saat ini, tetapi dengan jumlah serangan yang terus meningkat setiap dua hari dan serangannya tergolong cepat serta berkelompok, disarankan kepada semua pihak yang menanam jenis pohon sengon secara monokultur untuk dapat mewaspadai serangan hama I. acutistriata, karena dapat menurunkan nilai ekonomi dari kayu sengon. 56 RINGKASAN Jenis pohon yang dapat tumbuh secara cepat diantaranya adalah sengon (P. falcataria), namun dalam pengelolaan hutan tanaman jenis ini, sering mendapatkan kendala akibat adanya serangan hama. Berbagai hama dapat dibedakan berdasarkan bagian pohon yang diserang. Salah satu jenis hama yang menyerang dan merusak kulit pohon sengon adalah I. acutistriata. Pada saat ini, hama I. acutistriata belum banyak dikenal dan keberadaannya dianggap belum berarti, karena serangannya tidak sampai mematikan pohon inang. Namun ditinjau dari segi fisiologis sangat menggangu pertumbuhan pohon sengon dan tanaman lain yang diserangnya, selain itu akibat serangannnya dapat menurunkan kualitas pohon. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan berbahayanya serangan hama ini di masa yang akan datang, maka perlu diketahui perkembangan serangannya terhadap tegakan sengon. Dengan demikian usaha pengendalian secara efektif dapat ditentukan dan persediaan kayu semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perkembangan serangan hama perusak kulit pohon oleh I. acutistriata pada tegakan sengon (P. falcataria). Penelitian dilakukan di areal tegakan sengon seluas 0,2 ha, berumur ± 6 tahun dikampus IPB Darmaga Bogor, tepatnya di jalan Agathis. Penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu dari Mei sampai Agustus 2006. Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan sengon berumur ± 6 tahun dengan luasan 0,2 ha, sedangkan alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pita ukur, cat, tally sheet, tambang, alat tulis, kalkulator, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering. Dalam melakukan identifikasi dan perbandingan perkembangan serangga I. acutisriata pada tegakan sengon, metode yang digunakan adalah pembuatan petak ukur dan penomoran, pengamatan serangan pada tegakan sengon, menentukan banyaknya pohon terserang dalam setiap hektar, menghitung pertambahan jumlah pohon terserang, mengetahui perkembangan jumlah serangan hama I. acutisriata pada tegakan sengon, menentukan presentase serangan menentukan rata-rata serangan dan mengukur suhu udara dan kelembaban udara. Perkembangan serangan serangga I. acutistriata perusak kulit pohon sengon tergolong cepat dilihat dari jumlah serangan yang terus bertambah. Dengan adanya penambahan jumlah pohon sengon diserang, maka jumlah serangan pasti akan bertambah tetapi jika jumlah serangan bertambah, belum tentu jumlah pohon yang diserang akan bertambah, hal ini terjadi pada petak I dengan jumlah pohon sengon sebanyak 72 dan petak II sebanyak 76. Perkembangan jumlah pohon terserang selama 46 hari di petak I berkisar antara 17 sampai 40 pohon dengan rata-rata pohon terserang 0,87 serangan. Jumlah serangan aktif berkisar antara 20 sampai 171 serangan, rata-rata serangan 3,52 serangan, dan serangan tidak aktif antara 18 sampai 86 serangan, dengan rata-rata serangan 1,87 serangan. Total jumlah serangan adalah 248 serangan. Pertambahan jumlah pohon terserang oleh I. acutistriata pada petak I berkisar antar 0 sampai 5 pohon terserang dengan jumlah serangan sebanyak 23 serangan, serangan aktif dari serangga I. acutistriata adalah 142 serangan, dengan rata-rata serangannya adalah 3,09 serangan. Pertambahan tidak aktif 68 serangan dengan rata-rata serangannya adalah 1,48 serangan. Besarnya persentase pohon terserang pada petak I berkisar antara 23,61 % sampai 55,56 %, persentase kenaikan pohon terserang tergolong sedang, hanya mencapai nilai 31,95 %, sedangkan rata-rata serangan setiap hari pengamatan adalah 45,50 %, Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 43,28 % sampai 70,64 %, dengan rata-rata serangan sebanyak 61,73 %, dan persentase serangan tidak aktif berkisar antara 29,36 % sampai 50,94 %, dengan rata-rata persentase serangan adalah 38,37 % Pada petak II jumlah pohon terserang adalah 38 pohon, dan rata-rata pohon terserang adalah 0,83 serangan, Jumlah serangan aktif berkisar antara 3 sampai 129 serangan dengan rata-rata serangan 2,80 serangan sedangkan jumlah serangan tidak aktif dari jumlah 8 serangan menjadi 36 serangan dengan rata-rata serangan 0,78 serangan. Pertambahan jumlah pohon terserang 0 sampai 4 serangan, dengan rata-rata serangan 0,65 serangan, total adalah 30 serangan, jumlah serangan aktif berkisar antara 0 sampai 15 serangan, rata-rata serangan adalah 2,74 serangan, sedangkan total pertambahan jumlah serangan aktif adalah sebanyak 126 serangan, Total pertambahan jumlah serangan tidak aktif adalah 28 serangan, kisaran nilai serangan tidak aktif antara 0 sampai 5 serangan, dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah 0,61 serangan. Besarnya persentase pohon terserang berkisar antara 10,53 % sampai 50,00 %. rata-rata serangan adalah 35,27 %, persentase serangan aktif adalah 27,27 % sampai 78,40 %, dengan rata-rata serangan sebanyak 65,62 %, serangan tidak aktif berkisar antara 21,60 % sampai 72,73 %, dengan rata-rata persentase serangan adalah 38,37 %. Rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II. Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26 0C sampai 0 29 C dan nilai rata-rata kelembaban udara harian berkisar antara 65 % sampai 82 %, dan termasuk dalam kategori sedang dan bukan faktor pembatas untuk perkembangan hama I. acutistriata. TINJAUAN PUSTAKA Paraserianthes falcataria (L) Nielsen P. falcataria termasuk kedalam famili Leguminosae, adalah salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang sudah lama dikenal masyarakat luas, terutama di Jawa dan sekitarnya. Di Indonesia P. falcataria dikenal dengan nama sengon laut, di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut sengon sebrang, di Jawa Barat disebut jeunjing dan di Madura dikenal dengan nama jing laut, di Ambon disebut seja, sikat di Banda, tawa di Ternate, dan gosui di Tidore. sedangkan di Malaysia dan Brunei dikenal dengan nama batai atau kayu macis (Alrasjid, 1972). Pohon dapat mencapai tinggi 45 meter dengan diameter lebih dari 100 cm. Batang tidak berbanir, kulit licin berwarna kelabu muda, bulat memanjang, agak lurus dengan batang bebas cabang mencapai 20 meter. Tajuk berbentuk perisai, jarang dan selalu hijau (Departemen Kehutanan, 1976). Menurut Alrasjid (1972) perakarannya terbentang melebar dan disamping susunan akar yang berkembang masuk agak dalam. Hadi dan Suharyanto (1982) menyatakan bahwa pohon ini umumnya berbunga sepanjang tahun, terutama di bulan Juni – Desember. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas (Lablink, 2006). Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, sehingga tanah disekitar pohon sengon menjadi subur (Lablink, 2006). Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga (Lablink, 2006). Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji seperti perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman, agak keras dan berlilin (Lablink, 2006 ). P. falcataria ditemukan di Maluku dan pada tahun 1871 dimasukkan ke Jawa. Selain itu, di Toampala (Sulawesi Selatan), Irian, Serawak, Brunei, Kepong (Malaysia), Srilangka dan India (Departemen Kehutanan, 1976). Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7 (Lablink, 2006 ). Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Tetapi, tanaman sengon masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C (Lablink, 2006 ). Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 4 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm (Lablink, 2006 ). Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75% (Lablink, 2006 ). Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon Menurut Lablink (2006) Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Mulai dari daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan. A. Daun Daun Sengon, sebagaimana famili Leguminosae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak yang menyukai daun sengon seperti sapi, kerbau dan kambing. B. Perakaran Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya. 5 C. Kayu Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup tinggi pada saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dan lain lain. Nariodirejo (1959) mengemukakan bahwa kayu sengon dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti : 1. konstruksi bangunan di bawah atap 2. berbagai macam peti dan perkakas rumah 3. kayu lapis dan korek api 4. sirap, pulp dan kertas. Hama dan Penyakit pada Tanaman Sengon Beberapa jamur kadang-kadang menyerang pohon ini, seperti jamur akar merah (Ganoderma pseudoferum), Ustulina sp., Diplodia sp. dan Rosselina sp. Sedangkan jenis hama yang paling berbahaya adalah Xystrocera festiva Pascoe yang menyerang bagian kulit dan batang pohon sengon (Alrasjid, 1972). Disamping itu, menurut Natawiria (1973) ada beberapa hama sekunder yang menyerang tanaman sengon, yaitu diantaranya X. globosa yang merusak kulit pohon dan Eurema sp. yang dapat menggundulkan daun. Sedangkan menurut Husaeni (1993), ada satu jenis hama yang belum berarti keberadaannya bagi tanaman sengon, yaitu hama Indarbela acutistriata yang merusak kulit pohon. 6 Menurut Tarlinawati (1997) perkembangan serangan serangga perusak kulit pohon I. acutistriata pada tegakan sengon (P. falcataria) tergolong cepat dilihat dari jumlah serangan yang terus bertambah, hama I. acutistriata menyukai daerah yang basah seperti Bogor. Dengan sistem penyerangan bersifat mengelompok, baik serangannya maupun pohon yang diserangnya. Indarbela acutistriata. I. acutisriata merupakan hama perusak kulit pohon sengon (P. falcataria) yang aktif pada malam hari (nokturnal). Serangga ini termasuk kedalam ordo Lepidoptera, famili Indarbelidae (Hutacharern, 1993). I. acutisriata sebelumnya dikenal dengan nama Arbela (Kalshoven,1981) dan Sguamura (Tjoa tjien mo, 1956) Daerah Penyebaran dan Tanaman Inang Daerah penyebaran I. acutisriata selain di Indonesia juga di negara Asia Timur (Hutacharern, 1993). Di Indonesia paling banyak terdapat di Jawa (Kalshoven, 1981). Menurut Hutacharern (1993) I. acutisriata menyerang juga pohon-pohon lain seperti Acacaia mangium, Acacia auriculiformis, Acacia catechu, Albizia chinensis, Albezia procera, Artocapus integra, Casuarina eguisetifolia, Eucaliyptus cammaldulensis, Eucaliyptus deglupta, Gmelina arborea, Langerstroemia speciosa, Mangifera indica, Pelthopurum pterocarpum, Samanea saman, Syzigium comunii, Tectona grandis, Terminalia myriocarpa, Terminalia superba, xylia xylocarpa. Selain itu, Beeson (1953) menyatakan bahwa I. acutisriata menyerang beberapa spesies-spesies pohon lain seperti Anogeissus, Bauhinia, Bomb, Bassia, Boswelia, Berrya, Cassia, Callicarpa, 7 Cratoxylon, Eugenia, Grewia, Kydia, Mallotus, Milletia, Mitragyna, Phyllanthus, Psidium, Shorea, Stephegyne, Strycnos, Woodfordia dan Zizyphus. Sedangkan menurut Kalshoven (1981) I. acutisriata menyerang tanaman kakao dan kedinding (Albizia lebbeck). Morfologi I. acutisriata Telur melekat satu sama lain, karena adanya zat semacam perekat tak berwarna yang dihasilkan oleh serangga betina. Telur diletakkan oleh imago betina secara berkelompok (Hutacharern, 1993). Larva berwarna abu-abu tua, dengan panjang tubuh 4-5 cm, kulit tubuh larva halus, pada segmen tubuh terdapat selaput (Hutacharern, 1993). Pupa berwarna coklat tua dengan panjang tubuh 2,5 cm dan bertubuh ramping. Serangga dewasa atau ngengat mempunyai panjang sayap 4-5 cm. Sayap berbintik-bintik putih abu-abu tua. Sayap bagian depan lebih panjang dari pada sayap belakang. Jika direntangkan maka sebagian abdomen akan memanjang melebihi garis dasar sayap bagian bawah (Hutacharern, 1993). Biologi I. acutisriata Telur diletakkan secara berkelompok pada kulit cabang atau batang. Walaupun umur ngengat atau imago hanya beberapa hari saja, namun setiap imago betina dapat bertelur sebanyak hampir 200 butir telur (Beeson, 1993). Larva hidup dengan memakan bagian kulit luar pohon sengon. Pada permukaaan kulit tersebut larva membentuk semacam terowongan berwarna coklat, terbuat dari serbuk gerek dan kotorannya, yang dijalin dengan benangbenang yang dihasilkan oleh larvanya sendiri (Husaeni, 1993). Menurut Beeson (1953) biasanya larva membuat terowongan pendek kedalam kayu pada 8 persimpangan cabang pohon yang rusak atau luka. Larva lebih mudah memakan kulit pada waktu mulai musim hujan karena kulitnya lunak. Larva hanya makan pada waktu malam hari. Seekor larva dapat merusak pada areal kulit yang luas (Hutacharern, 1993). Kadang-kadang xylemnya dirusak (Kalshoven, 1981). Periode larva 10-11 bulan, dari bulan Juni sampai April (Hutacharern, 1993). Pupa berada dalam liang gerek, yang panjangnya mencapai 10-15 cm. Periode pupa 20-30 hari. Selanjutnya imago/ngengat muncul dari akhir April hingga Juni (Hutacharern, 1993). Menurut Beeson (1953) periode pupa adalah 3 minggu. Siklus hidup I. acutisriata bersifat tahunan dan ngengat muncul pada bulan Mei-Juli, sedangkan di Burma siklus hidup I. acutisriata dalam setahun ada dua periode, yaitu periode pertama pada bulan Maret-April setelah pupa terbentuk pada bulan Februari-Maret dan periode kedua pada musim hujan OktoberNovember. Aspek-aspek Serangan Hutacharern (1993) mengemukakan bahwa larva I. acutisriata menyerang pohon yang berumur lebih dari 2 tahun. Larva ini lebih sering berada di daerah luka sekitar batang. Selain menyerang batang, juga menyerang dahan yang menyebabkan ujung dahan retak dan patah. I. acutisriata menyerang pohon-pohon kecil sampai pohon besar. Kerusakan secara langsung tidak akan menyebabkan pohon mati, tetapi akan menurunkan kesehatan pohon, mengundang penyakit dan penurunan kualitas kayu. 9 Pengendalian Menurut Husaeni (1993) serangan I. acutisriata ini belum berarti bagi tegakan sengon, jadi pemberantasan yang pernah dilakukan adalah menutup bagian kulit yang luka dengan ter atau karbolineum. Hutacharern (1993) juga menyatakan beberapa metode yang pernah dilakukan yaitu dengan : 1. mengunakan kawat yang kuat dengan panjang 10 cm untuk membunuh larva yang ada di liang gerek dengan cara menusukkan kawat tersebut kedalam liang gerek. 2. menyemprot permukaan batang dengan Neoplectena carpocapssae selama musim hujan. 3. menyuntikkan batang dengan methamidophos (69 % SL), sebanyak 5 cc dalam 15 cc air ; 20 cc larutan tersebut disuntikkan pada setiap ujung cabang. Frekuensi penyuntikan tergantung kepada ukuran pohon. Kerusakan Tegakan Akibat Hama Hama dari golongan serangga merupakan hama yang paling banyak menimbulkan kerusakan, baik pada akar, batang, bunga maupun daun. Kerusakan akibat serangga hama tidak selalu dilakukan oleh imago serangga itu sendiri, bahkan sebagian besar justru kerusakan disebabkan oleh serangga pada stadium larva atau ulat (Departemen Kehutanan, 1989). Menurut Soeratmo (1979) bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu hama pada suatu pohon/tegakan hutan dapat dibedakan menjadi dua macam kerusakan, yaitu kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan langsung antara lain : mematikan pohon, merusak sebagian dari pohon, menurunkan kualitas hasil-hasil hutan, menurunkan pertumbuhan pohon/tegakan 10 dan merusak biji dan buah. Sedangkan kerusakan tidak langsung antara lain : merubah suksesi (komposisi tegakan), menurunkan umur tegakan, menimbulkan kebakaran, mengurangi nilai keindahan dan membawa penyakit. Tinggi rendahnya derajat kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu serangan perusak, terutama ditentukan oleh jumlah individunya (Soeratmo, 1979), Andrewartha (1970) juga mengemukakan bahwa keadaan serangan/invansi serangga hama sangat ditentukan oleh faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik. Menurut Prawirohartono (1989) antara mahluk hidup dengan lingkungannya selalu ada ketergantungan, sehingga perubahan pada salah satu komponen akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Kerawanan suatu tegakan hutan terhadap kerusakan oleh hama berkaitan dengan vigor/kesehatan tegakan, selain itu keragaman jenis dan luas kelas umur juga mempengaruhi (Husaeni, 1991). Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Populasi Serangga Soeratmo (1979) mengemukakan bahwa perkembangan populasi serangga ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Faktor-faktor Biotik Terdiri atas daya reproduksi dan daya survival dari serangga ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut : Daya reproduksi adalah kemampuan berkembang dalam jumlah individu dari setiap ekor serangga betina dewasa di dalam periode waktu tertentu dalam keadaan kondisi sekeliling yang selalu optimal. Adapun faktor-faktor yang menentukan daya reproduksi tersebut adalah sifat-sifat dari serangga, terutama sifat keperidian (fecundity); panjang umur dari mulai telur sampai dewasa, 11 perbandingan antara jantan dan betina (sex ratio), dan dua serangga atau lebih yang dapat keluar dari satu telur (polyembriony). Daya survival adalah kemampuan tumbuh, cara hidup dan sifat-sifat lainnya dari serangga untuk dapat tetap hidup dengan keadaan sekitarnya. Kualitas dan kuantitas makanan maksudnya adalah bagian pohon yang menjadi makanannya keadaannya sesuai atau tidak dengan yang disukai dan keadaan jumlah yang banyak atau sedikit. Parasit adalah suatu organisme yang hidup di dalam atau diluar organisme lain, dimana organisme yang pertama mendapat kebutuhan hidupnya dari organisme kedua dan organisme kedua dirugikan. Predator adalah suatu organisme yang hidup bebas dimana organisme tersebut untuk hidupnya mendapatkan makanan dengan membunuh mangsanya dan biasanya selalu memerlukan mangsa lebih dari seekor dalam hidupnya. 2. Faktor-faktor Fisik Faktor-faktor fisik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah temperatur, sinar, hujan, kelembaban dan angin. Faktor-faktor fisik tersebut bersama-sama membentuk suatu cuaca atau iklim yang dapat pula menyebabkan timbulnya banyak kematian pada suatu serangga atau dapat pula menyebabkan timbulnya epidemi suatu serangga, bahkan dapat menyebabkan musnahnya atau tidak dapat hidupnya suatu serangga. Penyebaran serangga juga dapat berperan dalam perkembangan populasi serangga. Serangga dapat datang sendiri kesuatu tempat untuk mencari makan, tapi dapat pula kehadirannnya itu karena terbawa oleh hewan lainnya, seperti burung, kupu-kupu dan kumbang. Pada mulanya, jumlahnya memang masih 12 sedikit, tetapi jumlah itu kemudian akan menjadi besar manakala kondisi lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan serangga tersebut (Trubus, 1989). 13 DAFTAR PUSTAKA Adrewartha, H. G. 1961. Introduction to the Study of Animal Populations. The University of Chicago Press. Alrasjid, H. 1972. Beberapa Keterangan Tentang Albizia falcataria (L) Fosberg. Menara Perkebunan. Jakarta. Badriyah, S. 2002. Panduan Praktikum Klimatologi Hutan Terapan. IPB. Bogor. Departemen Kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta. Hutacharern, C. 1993. Insect Pests. In Acacia mangium growing and Ultization. Winrock Internasional and the Food Agricultur Organizing of the United Nations. Bangkok. Thailand Lablink, 2006. Sengon. Http : //www.lablink.or.id/Env/Agro/Sengon/sngnb1.htm. Accesed at 24 – 8 – 2006. Lahiya, A. A. 2000. Perihal Perlindungan Hutan. Terjemahan dari: Algemene Houtteel en bosbescherming. Bandung. Nair, K.S.S. 2000. Insect Pests and Diseases in Indonesia Forest. Cifor. Bogor. Indonesia Samingan, T. 1979. Dendrologi. Bagian Ekologi Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Soeratmo, F. G. 1979. Hama Hutan di Indonesia. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor Tarlinawati, D. 1997. Perkembangan Serangan Serangga Perusak kulit Pohon Indarbela sp. (Lepidoptera : Indarbelidae) Pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Bogor. Tarmizi. 1986. Rangkuman Kuliah Entomologi Umum. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta.