fakultas pertanian universitas padjadjaran 2006

advertisement
PERKEMBANGAN SERANGAN SERANGGA PERUSAK
KULIT POHON Indarbela acutistriata Mell
(Lepidoptera:Indarbelidae) PADA TEGAKAN SENGON
(Paraserianthes falcataria (L) NIELSEN)
(STUDI KASUS DI KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR)
Oleh :
SRI HARTATI, SP. MSi.
MUSTIKA DEWI, Ir. MSi.
DONAL ADE PUTRA, S.Hut.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2006
PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan menempati urutan ketiga
dari negara Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (dulu Zaire), sehingga
memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan dan perekonomian
nasional. Sejak tahun 1996, Indonesia kehilangan hutan setiap tahunnya seluas 2
juta hektar. Hal ini disebabkan karena pembalakan ilegal yang dilakukan oleh
masyarakat, para pejabat yang korupsi, militer, para operator liar, kebakaran,
perkebunan kelapa sawit, dan kelompok perusahaan kayu (HPH) yang resmi
(Holmes, 2000). Dampak dari hal ini, pada masa yang akan datang hutan alam
tidak dapat sepenuhnya diandalkan untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan.
Sedangkan permintaan akan kayu setiap tahunnya meningkat.
Pada tahun 1997 sektor kehutanan dan pengolahan kayu menyumbang 3,9
persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor kayu lapis, pulp, dan kertas
senilai 5,5 miliar (Bank of Indonesia, 1999). Dalam memenuhi permintaan kayu
maka dilakukan penanaman jenis-jenis pohon yang berkualitas tinggi dan cepat
tumbuh, kegiatan penanaman ini sering mengarah ke pembentukan tegakantegakan monokultur yaitu dalam rangka pembangunan HTI (Hutan Tanaman
Industri).
Perubahan ekosistem hutan alam yang kompleks menjadi ekosistem hutan
tanaman yang sederhana telah menimbulkan berbagai masalah, diantaranya adalah
terjadinya serangan hama. Serangan hama ini dapat menggagalkan tujuan
pembangunan hutan tanaman tersebut.
Jenis pohon yang dapat tumbuh secara cepat diantaranya adalah sengon
(Paraserianthes falcataria). Namun, dalam pengelolaan hutan tanaman jenis ini,
sering mendapatkan kendala akibat adanya serangan hama. Berbagai hama dapat
dibedakan berdasarkan bagian pohon yang diserang. Salah satu jenis hama yang
menyerang dan merusak kulit pohon sengon adalah Indarbela acutistriata.
Pada saat ini, hama Indarbela acutistriata belum banyak dikenal dan
keberadaannya dianggap belum berarti, karena serangannya tidak sampai
mematikan pohon inang. Namun, ditinjau dari segi fisiologis sangat mengganggu
pertumbuhan pohon sengon dan tanaman lain yang diserangnya, selain itu akibat
serangannnya dapat menurunkan kualitas pohon. Oleh karena itu, untuk
menghindari kemungkinan berbahayanya serangan hama ini di masa yang akan
datang, maka perlu diketahui perkembangan serangannya terhadap tegakan
sengon. Dengan demikian, usaha pengendalian secara efektif dapat ditentukan dan
persediaan kayu semakin meningkat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan serangan
hama perusak kulit pohon oleh Indarbela acutistriata pada tegakan sengon
(Paraserianthes falcataria) di Jalan Agathis Kampus IPB Darmaga
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perkembangan
serangan serangga Indarbela acutistriata serta dampak yang ditimbulkan dan
memberikan masukan kepada pihak pengelola tanaman sengon. Sehingga dapat
menjadi acuan dalam mengatasi hama Indarbela acutistriata.
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa tercurah ke hadirat Allah SWT, karena atas
limpahan
rahmat
dan
hidayahNya
Laporan
Penelitian
dengan
judul
”Perkembangan Serangan Serangga Perusak Kulit Pohon Indarbela acutistriata
Mell (Lepidoptera:Indarbelidae) pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria
(L) Nielsen) (Studi Kasus di Kampus IPB Darmaga Bogor) ” dapat terselesaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan serangan
hama perusak kulit pohon oleh Indarbela acutistriata pada tegakan sengon
(Paraserianthes falcataria) di Jalan Agathis Kampus IPB DarmagaKami berharap
bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk dunia keilmuan maupun
untuk kegiatan praktek dan aplikasi di lapangan. Namun demikian, kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini baik isi
maupun bahasannya, sehingga saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini sampai terselesaikannya laporan ini.
Bandung, September 2006
Tim Peneliti
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ......................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................
Daftar Tabel...........................................................................................
Daftar Gambar ......................................................................................
Daftar Lampiran....................................................................................
i
ii
iv
v
vi
PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang................................................................................
Tujuan ............................................................................................
Manfaat Penelitian ..........................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. ............................................
Indarbela acutistriata......................................................................
Daerah Penyebaran Dan Tanaman Inang ................................
Morfologi I. acutistriata .........................................................
Biologi I. acutistriata .............................................................
Aspek-Aspek Serangan...........................................................
Pengendalian ..........................................................................
Kerusakan Tegakan Akibat Hama ...................................................
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan
Populasi Serangga ...........................................................................
3
7
7
8
8
9
10
10
METODE PENELITIAN ......................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................
Bahan dan Alat................................................................................
Metode Penelitian ...........................................................................
14
14
14
14
HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................
Serangan I. acutistriata Mell. pada Sengon di Petak I.....................
Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak
Aktif.......................................................................................
Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif
pada Pohon Sengon oleh I. acutistriata di Petak I ...................
Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I .....................
Serangan I. acutistriata Mell. pada Sengon di Petak II ...................
Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak
Aktif.......................................................................................
Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif
pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh I. acutistriata
di Petak II ..............................................................................
Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II ....................
Rata-Rata Serangan I. acutistriata...................................................
22
22
11
22
27
30
33
33
37
39
45
ii
Perkembangan Serangan Serangga I. acutistriata Setiap Hektar .....
Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif
dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh
(I. acutistriata) dalam Hektar..................................................
Persentase Serangan I. acutistriata dalam Hektar....................
Rata-Rata Serangan I. acutistriata dalam Hektar.....................
Keadaan Suhu Harian Dan Kelembaban Harian Tegakan
Sengon Suhu Udara.........................................................................
46
48
49
52
52
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 57
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara
Kumulatif Pada Petak I. (N = 72) .................................................... 23
2.
Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I .............................. 31
3.
Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara
Kumulatif Pada Petak II. (N = 76) ................................................... 35
4.
Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II............................. 40
5.
Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara
Kumulatif Setiap Hektar.................................................................. 46
6.
Besarnya Persentase Serangan Hama I. acutistriata Setiap Hektar.. 50
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Serangan Aktif ............................................................................... 22
2.
Serangan Tidak Aktif ...................................................................... 22
3.
Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan
Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak I........................................... 28
4.
Hama Lain Penyerang Pohon Sengon (P. falcataria) ...................... 30
5.
Serangan Aktif ............................................................................... 40
6.
Serangan Tidak Aktif ...................................................................... 40
7.
Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan
Aktif dan Serangan Tidak Aktif Petak II.......................................... 38
8.
Larva (I. acutistriata) ..................................................................... 43
9.
Pupa................................................................................................ 43
10.
Imago.............................................................................................. 43
11.
Grafik Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan
Aktif dan Serangan Tidak Aktif dalam Hektar................................. 48
12.
Nilai Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Harian di
Tegakan sengon IPB Darmaga Bogor.............................................. 54
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tally Sheet Serangan Aktif dan Tidak Aktif Petak I ........................... 65
2.. Tally Sheet Serangan Aktif dan Tidak Aktif Petak II.......................... 79
3. Rata-Rata Kelembaban Relatif (%), Suhu Bola
Kering dan Suhu Bola Basah.............................................................. 95
4. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Harian ................................. 97
5. Peta Lokasi Penelitian di Kampus IPB Bogor..................................... 99
6. Struktur dan komposisi Pohon Sengon Petak I ................................... 100
7. Struktur dan komposisi Pohon Sengon Petak II .................................. 102
vi
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di areal tegakan sengon seluas 0,2 ha, berumur ± 6
tahun dikampus IPB Darmaga Bogor, tepatnya di jalan Agathis. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2006.
Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan
sengon berumur ± 6 tahun dengan luasan 0,2 ha, sedangkan alat yang digunakan
dalam melakukan penelitian ini adalah pita ukur, cat, tally sheet, tambang, alat
tulis, kalkulator, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering.
Metode Penelitian
Dalam melakukan identifikasi dan perbandingan perkembangan serangga
I. acutisriata pada tegakan sengon,
metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1.
Pembuatan petak ukur dan penomoran
Sebelum dilakukan pengamatan, terlebih dahulu dibuat 2 buah
petak ukur berbentuk lingkaran dengan luas masing-masing petak 0,1 ha
(jari-jari 17,8 m). Kedua petak ukur tersebut diletakkan secara acak pada
tegakan sengon. Intensitas sampling penarikan contoh adalah
10 %.
Selanjutnya pohon-pohon yang berada di dalam petak ukur di beri
nomor dengan menggunakan cat putih. Penomoran dimulai dari titik pusat
petak ukur.
2.
Pengamatan serangan pada tegakan sengon
Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung jumlah pohon
secara keseluruhan (jumlah total pohon sengon) dalam tiap petak ukur.
Selain itu pohon-pohon sengon yang berada dalam petak diamati untuk
mengetahui berapa banyak pohon yang terserang hama I. acutisriata
adanya serangan ditandai dengan serbuk gerek berwarna coklat yang
dijalin dengan benang-benang yang terdapat pada permukaan kulit pohon.
Dalam satu pohon kemungkinan terdapat lebih dari satu lokasi
serangan, untuk itu diamati pula jumlah lokasi serangannya pada setiap
pohon. Karena hama I. acutisriata sifat penyerangannya tidak selalu di
batang saja, maka bagian dahan dan ranting juga diamati.
Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali selama 3 bulan atau
selama lebih kurang empat puluh lima hari pengamatan. Tiap dua hari
dicatat pertambahan serangannya untuk tiap pohon. Pertambahan serangan
dihitung secara kumulatif.
Serangan hama I. acutisriata
dibedakan menjadi dua macam
serangan, yaitu serangan aktif dan serangan tidak aktif. Serangan aktif
adalah serangan dimana larvanya (ulat) masih hidup dan aktif makan serta
merusak pohon. Sedangkan serangan tidak aktif adalah bila larvanya telah
berubah menjadi pupa atau imago (ngengat) atau mati. Cara membedakan
serangan aktif dan tidak aktif adalah dengan melihat serbuk gerek yang
ada. Jika serbuk gerek masih berwarna coklat muda dan terlihat agak
basah menunjukkan serangan aktif, sedangkan serbuk gerek yang sudah
berubah warna kehitaman dan kering menunjukkan serangan tidak aktif,
15
bahkan kadang-kadang sudah tidak ada serbuk gereknya sehingga kulit
batang bagian dalam kelihatan, termasuk kedalam serangan yang sudah
lampau atau tidak aktif lagi.
3.
Menentukan banyaknya pohon terserang dalam setiap hektar.
Setelah diketahui jumlah total pohon sengon pada setiap petak
ukur, maka dapat ditentukan banyaknya pohon sengon yang terserang tiap
hektarnya, yaitu dengan menjumlahkan pohon sengon pada petak ukur 1
dan petak ukur 2 kemudian dibagi dengan luas kedua petak, seperti pada
rumus berikut :
X =
X1 + X 2
L
Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997).
Keterangan :
4.
X
= Jumlah pohon sengon terserang perhektar
X1
= Jumlah pohon sengon terserang pada petak ukur 1
X2
= Jumlah pohon sengon terserang pada petak ukur 2
L
= Luas petak ( 0.2 ha)
Menghitung pertambahan jumlah pohon terserang
Untuk mengetahui perkembangan atau kenaikan jumlah pohon
sengon yang terserang hama I. acutisriata, terlebih dahulu dihitung
banyaknya pohon terserang setiap 2 harinya secara kumulatif. Selanjutnya
dihitung pertambahan jumlah pohon terserang selama
46 hari
pengamatan, yaitu dengan menghitung selisih antara jumlah pohon
terserang dua hari terakhir dengan jumlah pohon terserang dengan jumlah
16
pohon terserang dua hari pertama. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
S = Xt - Xa
Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994).
Keterangan :
5.
S
= Total pertambahan jumlah pohon terserang
Xt
= Jumlah pohon terserang pada dua hari terakhir (t2)
Xa
= Jumlah pohon terserang pada dua hari pertama (t1)
Mengetahui perkembangan jumlah serangan hama I. acutisriata pada
tegakan sengon.
Berdasarkan
data kumulatif setiap dua hari selama 46 hari
pengamatan, dapat diketahui bagaimana perkembangan jumlah serangan
hama I. acutisriata
pada tegakan sengon, yaitu dengan menghitung
pertambahan serangan pada setiap pengamatan. Dalam perkembangan
serangan ini, ada dua macam perubahan serangan yaitu serangan aktif dan
serangan yang menjadi tidak aktif. Adanya serangan aktif pada dua hari
pengamatan dapat dilihat dari selisih jumlah serangan aktif pada dua hari
pengamatan dengan jumlah serangan aktif pada dua hari sebelum
pengamatan, dengan rumus seperti :
B = Tt – T(t-1)
Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994).
Keterangan :
B
= Banyaknya serangan aktif pada dua hari pengamatan (t)
Tt
= Jumlah serangan aktif pada dua hari pengamatan (t)
T(t-1)
= Jumlah serangan aktif pada dua hari sebelum pengamatan (t-1)
17
Dari banyaknya serangan aktif setiap dua hari pengamatan, dapat
dijumlahkan secara keseluruhan untuk mengetahui berapa banyak total
serangan aktif selama 46 hari pengamatan.
Demikian halnya dengan serangan yang menjadi tidak aktif,
dihitung dengan selisih jumlah serangan tidak aktif pada dua hari
pengamatan dengan jumlah serangan tidak aktif pada dua hari sebelum
pengamatan, dengan rumus seperti di bawah ini :
L = Lt – L(t-1)
Sumber : Tarumingkeng, R. C (1994).
Keterangan :
L
= Jumlah serangan tidak aktif pada dua hari pengamatan (t)
Lt
= Jumlah serangan tidak aktif pada dua hari pengamatan (t)
L(t-1) = Jumlah serangan tidak aktif sebelum dua hari pengamatan (t-1)
Total jumlah serangan menjadi tidak aktif dihitung dari
penjumlahan setiap 2 hari selama 3 bulan.
Tiga Kemungkinan Pertambahan Populasi, yaitu meningkat
(r
> 0 ), mendatar (r = 0) dan menurun (r < 0), akhirnya punah, r adalah laju
pertambahan (Tarumingkeng, R. C. 1994).
6.
Menentukan persentase serangan
Pada petak pengamatan yang telah dibuat, dapat ditentukan
besarnya persentase serangan, yaitu dengan membandingkan antara jumlah
pohon sengon yang terserang hama I. acutisriata dengan total jumlah
pohon sengon yang berada dalam petak pengamatan, dengan rumus
18
sebagai berikut :
P =
Ps
× 100 %
Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997).
Keterangan :
P
= Besarnya persentase pohon terserang
Ps
= Jumlah pohon terserang
Pt
= Jumlah pohon total
Selain juga ditentukan besarnya persentase jumlah serangan, baik
yang
masih
aktif
maupun
serangan
tidak
aktif,
yaitu
dengan
membandingkan antara jumlah serangan aktif ataupun jumlah serangan
tidak aktif dengan serangan totalnya, seperti pada rumus di bawah ini :
P1=
Pa
× 100%
Pr
P2=
Pb
× 100%
Pr
Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997).
Keterangan :
P1
= Besarnya persentase serangan aktif
P2
= Besarnya persentase serangan tidak aktif
Pa
= Jumlah serangan aktif
Pb
= Jumlah serangan tidak aktif
Pr
= Jumlah serangan total
Jika besarnya persentase serangan aktif (P1) sudah deketahui, maka
besarnya persentase serangan tidak aktif (P2) dapat diketahui dengan cara
19
mengurangkan besarnya persentase serangan aktif dari seratus persennya,
yaitu :
P2 = 100% - P1
Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997).
7.
Menentukan rata-rata serangan
Untuk mengetahui jumlah serangan hama I. acutisriata pada setiap
pohon sengon yang terserang, maka dapat diketahui dari rata-rata
serangannya. Dalam menentukan rata-rata serangan ini, serangan aktif dan
serangan tidak aktif tidak dapat dibedakan, melainkan hanya dilihat dari
jumlah serangan totalnya. Dengan demikian rata-rata serangan dapat
diketahui dengan membandingkan antara jumlah serangan total dengan
jumlah pohon terserang.
Dengan rumus perhitungan :
R =
Pr
Ps
Sumber : Andrewartha, H. G (1961) dalam Tarlinawati (1997).
Keterangan :
R
= Rata-rata serangan
Pr
= Jumlah serangan total
Ps
= Jumlah pohon terserang
Rata-rata serangan menunjukkan jumlah adanya serangan, jadi
hasil perhitungannya tidak mengunakan angka desimal. Jika hasilnya
mempunyai angka desimal lebih dari atau sama dengan 0.5, maka
dilakukan pembulatan keatas, sedangkan hasil perhitungannya kurang dari
0,5, maka dilakukan pembulatan kebawah.
20
8.
Mengukur Suhu Udara Dan Kelembaban Udara
Pengukuran dilakukan pada pukul 06.10 WIB, 12.10 WIB dan
16.10 WIB. Dan menghitung suhu udara harian dan kelembaban udara
harian dari tanggal 13 Mei sampai tanggal 11 Agustus, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Suhu Udara dan RH Harian =
2 x T Pagi + T Siang + T Sore
4
Serta menghitung kelembaban udara dengan menggunakan tabel
kelembaban udara. (Sumber: Badriah, 2002)
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serangan I. acutistriata Mell pada Sengon di Petak I
Jumlah Pohon Terserang (Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif)
I. acutistriata merupakan salah satu hama kulit pohon sengon, yang
menyerang pohon-pohon hutan, juga menyerang tanaman buah-buahan dan
tanaman perkebunan. Stadium I. acutistriata yang menyerang kulit pohon sengon
adalah stadium larva atau biasa disebut ulat. Sejak telur menetas menjadi ulat, ulat
tersebut langsung memakan kulit pohon sengon dengan membuat lubang
semacam terowongan berwarna coklat, terbuat dari serbuk gerek kotorannya, yang
dijalin dengan benang-benang sutera yang dihasilkan larvanya. Setiap satu lubang
gerekan berisi satu ekor larva I. acutistriata, hal ini menunjukkan jumlah populasi
larva I. acutistriata pada pohon sengon (Gambar 1).
Gambar 1. Serangan Aktif
I. acutistriata
Gambar 2. Serangan Tidak Aktif
merupakan ordo dari Lepidoptera, ordo ini mengalami
metamorfosa sempurna yang makanannya berbeda pada stadium larva dan imago
dan selalu menghindar dari persaingan makanan dalam spesiesnya (intra-spesies),
sifat adaptasi ini menyebabkan keberhasilan eksistensi ordo Lepidoptera dan ordo
yang lain (Price, 1975).
Tinggi rendahnya derajat kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu
serangga perusak hutan terutama ditentukan oleh jumlah individunya atau
populasi serangga (Suratmo, 1974). Didasari hasil pengamatan pada pohon
sengon selama 3 bulan, 46 hari pengamatan, di dua petak ukur ditemukan adanya
pertambahan jumlah pohon terserang pada setiap petak ukur (Tabel 1). Adapun
jumlah pohon sengon yang berada pada petak I sebanyak 72 pohon dan petak II
sebanyak 76 pohon.
Tabel 1. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada
Petak I. (N = 72)
Pengamatan
Jumlah Pohon
Jumlah Serangan
Ke Terserang
Aktif Tidak Aktif Total
1
17
20
18
38
2
20
26
27
53
3
20
30
30
60
4
20
30
30
60
5
20
34
32
66
6
21
29
38
67
7
24
43
38
81
8
27
50
39
89
9
27
64
39
103
10
28
64
39
103
11
28
67
40
107
12
28
64
45
109
13
28
60
49
109
14
28
65
49
114
15
28
70
51
121
16
29
81
53
134
23
Tabel 1. Lanjutan
Pengamatan
Ke 17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Rata-Rata
Jumlah Pohon
Terserang
31
31
31
31
31
31
36
36
36
36
36
37
37
37
38
39
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
0,87
Jumlah Serangan
Aktif Tidak Aktif Total
88
54
142
93
54
147
94
56
150
94
56
150
94
56
150
89
62
151
102
64
166
105
64
169
107
64
171
110
66
176
112
66
178
114
66
180
121
66
187
121
66
187
125
66
191
127
67
194
129
67
196
139
67
206
141
67
208
142
68
210
143
68
211
146
68
214
154
69
223
159
69
228
166
69
235
166
75
241
171
75
246
165
83
248
164
84
248
162
86
248
3,52
1,87
5,39
Jumlah total pohon terserang selama 46 hari di petak I berkisar antara 17
sampai 40 pohon dengan rata-rata pohon terserang 0,87 pohon. Penambahan dan
pengurangan jumlah pohon terserang dimulai sejak hari pertama, dengan jumlah
pohon terserang adalah 17 pohon, pada hari kedua menjadi bertambah menjadi 20
pohon sampai hari kelima, tidak adanya penambahan jumlah pohon terserang
24
karena dipengaruhi oleh pada awal pengamatan tidak ditemukannya larva lagi dan
tidak ada lagi serbuk gerek yang ditinggalkan pada pohon sengon, pada hari ke
enam sampai hari ke - 10 serangan pada pohon menjadi bertambah. Pertambahan
jumlah pohon terserang tinggi pada saat hari ke tujuh dan kedelapan dengan
penambahan mencapai 3 pohon sehingga menjadi 24 dan 27 pohon, pada hari ke 11 sampai hari ke - 15 serangan menjadi tetap dengan jumlah pohon terserang
adalah 28 pohon, jumlah serangan meningkat pada hari ke - 16 dan ke - 17,
setelah itu kembali tetap. Penambahan jumlah pohon terserang pada pohon sengon
oleh I. acutistriata pada hari ke - 18 sampai hari ke - 22 tetap sama dengan
jumlah pohon terserang adalah 31 pohon, meningkat pada hari ke - 23 pengamatan
dengan nilai 36 pohon, penambahan jumlah yang cukup tinggi dengan nilai
penambahannya adalah 5 pohon, pada hari
ke - 24 sampai hari ke - 27 masih
tetap sama dengan jumlah pohon terserang 37 pohon, pada hari ke - 28 dan ke - 29
meningkat menjadi 38 dan 39 pohon dengan penambahan jumlah pohon terserang
masing-masing 1 pohon, pada hari ke - 34 sampai hari ke - 46 tidak ada
penambahan jumlah pohon terserang masih tetap dengan nilai 40 pohon terserang
(Tabel 1).
Penambahan dan pengurangan jumlah pohon terserang dikarenakan oleh
faktor-faktor biotik, seperti daya reproduksi dan daya survival dari I. acutistriata,
kualitas dan kuantitas makanannya dan parasit dan predator. Faktor-faktor fisik
seperti temperatur, sinar matahari, hujan, kelembaban, dan angin. Pada saat
pengamatan adalah musim kemarau, hal ini mempengaruhi daya reproduksi, dan
kualitas dan kuantitas makanan karena kulit sengon menjadi keras sehingga
serangan banyak terjadi pada awal percabangan karena lunak, dan juga
25
dipengaruhi oleh predator I. acutistriata seperti burung-burung, semut hitam dan
rayap yang memakan telur dan larva. Jenis burung yang berada di tegakan sengon
adalah kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan
cipou (Aegithina viridissima).
Sedangkan pada saat hujan, serangan menjadi bertambah dengan cepat.
Berbedanya jumlah serangan, baik serangan aktif atau serangan tidak aktif
dikarenakan adanya selang pengamatan dan perubahan serangan aktif menjadi
serangan tidak aktif, matinya larva karena dimakan oleh burung pemakan
serangga, diserang oleh semut, faktor iklim dan mati.
Jumlah serangan aktif berkisar antara 20 sampai 171 serangan, dengan
puncak serangan terjadi pada hari ke - 43 dengan jumlah serangan 171 serangan
larva dari
I. acutistriata dan rata-rata serangannya pada pohon sengon pada
petak I adalah 3,25 serangan, sedangkan serangan tidak aktif mempunyai nilai
yang berkisar antara 18 sampai 86 serangan I. acutistriata, pengurangan jumlah
serangan aktif menjadi serangan tidak aktif adalah pada hari terakhir pengamatan
dengan jumlah serangan 86 serangan. Rata-rata serangan tidak aktif mencapai
1,87 serangan selama 46 hari pengamatan, serangan tidak aktif meningkat setiap
dua hari, hal ini berbeda dengan serangan aktif yang berfluktuasi atau berubahubah jumlah serangannya.
Jumlah serangan total oleh I. acutistriata pada sengon selama 46 hari
pengamatan berkisar antara 38 sampai 248 serangan pada 40 pohon. Ini
menyatakan bahwa populasi total dari serangga I. acutistriata adalah 248 ekor
didalam 40 pohon sengon. Bentuk serangan serangga I. acutistriata adalah secara
berkelompok atau saling berdekatan, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
26
terbang serangga I. acutistriata tidak jauh. Sehingga pohon yang terserang akan
menyerang pohon yang berada disekitar pohon yang tidak terserang.
Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon
oleh I. acutistriata di Petak I
Pertambahan atau proses turun naiknya jumlah serangan berlangsung terus
menerus sepanjang waktu pengamatan, perubahan yang berlangsung terus
menerus ini merupakan proses dinamis, dengan tingkat serangan dari I.
acutistriata berlangsung relatif sedang.
Pertambahan jumlah pohon terserang oleh I. acutistriata berkisar antar
0 sampai 5 pohon terserang dengan jumlah serangan sebanyak 23 serangan selama
46 hari pengamatan. Sedangkan rata-rata jumlah serangan pada pohon sengon
adalah 0,50 serangan.
Jumlah serangan aktif berubah-ubah setiap hari pengamatan dengan
kisaran antara 0 serangan sampai 14 serangan. Pada serangan aktif mengalami
penambahan dan pengurangan jumlah, hal ini disebabkan oleh serangan aktif
menjadi serangan tidak aktif dimana larva telah menjadi imago dan adanya faktorfaktor interaksi dalam populasi seperti predator, penyakit, persaingan makanan,
perebutan ruang dan lain-lain. Pengurangan jumlah serangan aktif menjadi
serangan tidak berkisar antara 1 serangan sampai 9 serangan, hal ini tejadi pada
tujuh hari pengamatan.
Jumlah pertambahan serangan aktif dari serangga I. acutistriata adalah
142 serangan, dengan rata-rata serangannya adalah 3,09 serangan setiap satu
pohon sengon.
27
Puncak perkembangan serangan hama I. acutistriata pada petak I adalah
pada hari ke tujuh dan hari ke sembilan dengan kenaikan jumlah serangan
sebanyak 14 serangan, (Gambar 3) Selama tujuh hari tidak terjadi penambahan
jumlah serangan aktif.
PERTAMBAHAN JUMLAH SERANGAN
I. acutistriata
JUMLAH SERANGAN
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031323334353637383940414243444546
-5
-10
PENGAMATAN KEJumlah Pohon Terserang
Aktif
Tidak Aktif
Gambar 3. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan
Serangan Tidak Aktif di Petak I.
Pada saat hujan bekas gerekannya akan hilang karena terbawa oleh air
hujan, tetapi akan muncul kembali dengan bekas gerekan baru dengan serangan
yang lebih parah hingga mengelilingi batang dan cabang pohon, hal ini karena
kulit sengon menjadi lebih lunak dan mudah untuk di makan. Serangga I.
acutistriata memakan kulit dan kambium dari pohon sengon, hal ini yang bisa
menyebabkan kematian pada pohon sengon, sehingga mudah diserang oleh hama
dan penyakit yang lain seperti rayap, semut dan cendawan.
Jumlah serangan tidak aktif merupakan bekas serangan aktif yang telah
ditinggalkan oleh serangga I. acutistriata, karena perubahan stadium larva
menjadi stadium pupa, dan kematian pada larva karena di mangsa oleh predator
28
atau perubahan pupa menjadi imago. Jumlah pertambahan serangan tidak aktif
dari serangga I. acutistriata adalah 68 serangan, dengan rata-rata serangannya
adalah 1,48 serangan setiap satu pohon sengon.
Penambahan serangan tidak aktif tidak secepat penambahan serangan
aktif, karena masa staduim larva atau ulat selama 6 bulan dan stadium kepompong
selama
1 bulan, masa hidupnya sekitar 7 bulan (Tjoa tjien mo, 1956). Hanya
pada hari-hari tertentu saja jumlah serangannya meningkat seperti pada hari kedua
dengan jumlah serangan tidak aktif 9 serangan, hari kedua merupakan
pengurangan jumlah serangan serangga I. acutistriata yang cukup tinggi, diikuti
pada hari ke - 44 dengan jumlah serangan tidak aktif 8 serangan, dan pada hari ke
- 22 dan 42 dengan jumlah serangan tidak aktif sebanyak 6 serangan.
Serangan tidak aktif ditandai dengan berubahnya warnanya serbuk gerek
dari warna coklat muda dan terlihat agak basah menjadi warna hitam dan kering,
menghilangnya serbuk gerek, dan rusaknya serbuk gerek. Hal ini disebabkan larva
dari serangga I. acutistriata telah menjadi imago atau ngengat, mati karena
dimakan oleh burung, di hanyutkan oleh air hujan sampai ke tanah dan diserang
oleh rayap. Setelah lubang gerek tidak aktif merupakan masa rentan bagi pohon
sengon P. falcataria, karena lubang gerek yang ditinggalkan akan menjadi busuk
apabila terkena air hujan dan akan mudah diserang baik oleh hama lain dan
penyakit.
Serangga I. acutistriata merupakan perintis bagi datangnya hama dan
penyakit yang lainnya, karena serangga I. acutistriata hanya menimbulkan
kerusakan pada bagian batang dan dahan pohon sengon. Hama selain I.
acutistriata yang menyerang pohon sengon, dapat dilihat pada Gambar 4.
29
Gambar 4. Hama Lain Penyerang Pohon Sengon (P. falcataria) (Sumber :
Penelitian 2006)
Persentase Serangan I. Acutistriata pada Petak I
Didasari pada Tabel 1, dapat diketahui besarnya persentase serangan baik
besarnya persetase pohon terserang, serangan aktif dan serangan tidak aktif,
seperti pada Tabel 2. persentase serangan menunjukkan seberapa besar serangan
I. acutistriata pada pohon sengon yang berada pada petak I.
Selama 46 hari pengamatan, besarnya persentase pohon terserang berkisar
antara 23,61 % sampai 55,56 %, hal ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan
pohon terserang tergolong sedang, hanya mencapai nilai 31,95 %, sedangkan
rata-rata serangan setiap hari pengamatan adalah 45,50 %, seperti terlihat pada
Tabel 2.
30
Tabel 2.Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak I
Pengamatan
Besarnya Persentase
Besarnya Persentase
Ke Pohon Terserang (%)
Serangan (%)
Aktif
Tidak Aktif
1
23,61
52,63
47,37
2
27,78
49,06
50,94
3
27,78
50,00
50,00
4
27,78
50,00
50,00
5
27,78
51,52
48,48
6
29,17
43,28
56,72
7
33,33
53,09
46,91
8
37,50
56,18
43,82
9
37,50
62,14
37,86
10
38,89
62,14
37,86
11
38,89
62,62
37,38
12
38,89
58,72
41,28
13
38,89
55,05
44,95
14
38,89
57,02
42,98
15
38,89
57,85
42,15
16
40,28
60,45
39,55
17
43,06
61,97
38,03
18
43,06
63,27
36,73
19
43,06
62,67
37,33
20
43,06
62,67
37,33
21
43,06
62,67
37,33
22
43,06
58,94
41,06
23
50,00
61,45
38,55
24
50,00
62,13
37,87
25
50,00
62,57
37,43
31
Tabel 2. lanjutan
Pengamatan
Besarnya Persentase
Ke Pohon Terserang (%)
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Jumlah
Rata-Rata
50,00
50,00
51,39
51,39
51,39
52,78
54,17
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
55,56
2093,06
45,50
Besarnya Persentase
Serangan (%)
Aktif
Tidak Aktif
62,50
37,50
62,92
37,08
63,33
36,67
64,71
35,29
64,71
35,29
65,45
34,55
65,46
34,54
65,82
34,18
67,48
32,52
67,79
32,21
67,62
32,38
67,77
32,23
68,22
31,78
69,06
30,94
69,74
30,26
70,64
29,36
68,88
31,12
69,51
30,49
66,53
33,47
66,13
33,87
65,32
34,68
2839,63
1760,37
61,73
38,27
Besarnya persentase serangan aktif berubah-ubah karena dipengaruhi oleh
berubahnya larva menjadi imago, dimangsa oleh predator seperti burung kutilang,
burung cipau, semut hitam dan rayap yang merusak sumberdaya makanan dari
I. acutistriata, karena terjadi persaingan makanan dimana rayap memakan pohon
sengon dan hama I. acutistriata juga memakan bagian dari kulit sengon.
Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 43,28 % sampai 70,64
%, dengan rata-rata serangan sebanyak 61,73 %. Sedangkan persentase kenaikan
serangan aktif adalah 27,36 % tergolong sedang. Persentase serangan aktif
tertinggi terjadi pada hari pengamatan ke empat puluh satu dengan besarnya
persentase 70,64 %, sedangkan persentase serangan aktif terendah terjadi pada
32
hari pengamatan ke enam dengan nilai 43,28 %. Persentase serangan tidak aktif
merupakan kebalikan dari persentase serangan aktif, dengan kisaran persentasenya
adalah 29,36 % sampai 50,94 %, rata-rata persentase serangan tidak aktif adalah
38,37 %.
Serangan I. acutistriata Mell pada Sengon di Petak II
Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Serangan Tidak Aktif
Pada petak II total pohon sengon yang diamati adalah 76 pohon, dengan
jumlah pohon terserang berkisar antara 8 serangan sampai 38 serangan, dan ratarata jumlah pohon terserang adalah 0,83 serangan per hari pengamatan (Tabel 3).
Jumlah pohon terserang pada petak II berbeda dengan jumlah pohon terserang
pada petak I, dengan jumlah pohon petak I lebih sedikit tetapi daya serangnya
lebih cepat. Hal ini disebabkan pada petak II jarak tanamnya lebih rapat yaitu 4 m
x 3 m. Keliling batang hampir merata dengan nilai rata-rata keliling 45,38 cm,
nilai rata-rata diameter 14,45 cm, rata-rata nilai tinggi total mencapai 15,29 m dan
nilai rata-rata tinggi bebas cabang 7,05 cm, serta kondisi kulit batang yang keras.
Sehingga penyebaran serangan dari serangga I. acutistriata jadi lebih sedikit,
serangan serangga I. acutistriata pada petak II lebih banyak di bagian dahandahan pohon sengon.
Jumlah serangan serangga I. acutistriata yang aktif pada petak II berkisar
antara 3 serangan sampai 129 serangan, dengan rata-rata jumlah serangan aktif
adalah 0,83 serangan. Jumlah serangan serangga I. acutistriata terus meningkat,
puncak serangan terjadi pada hari terakhir pengamatan dengan jumlah serangan
129 serangan, pengurangan jumlah serangan aktif terjadi pada hari ke tiga, dan
hari ke delapan sebanyak 1 serangan.
33
Gambar 5. Serangan Aktif
Gambar 6. Serangan Tidak Aktif
Serangan tidak aktif terus meningkat dari jumlah 8 serangan menjadi 36
serangan dan rata–rata serangan 0,78 serangan. Tetapi hal ini tidak sebanding
dengan jumlah serangan aktif yang terus bertambah setiap dua hari pengamatan
sekali. Total jumlah serangan serangga I. acutistriata pada pohon sengon berkisar
antara 11 serangan sampai 165 serangan, serangan terus bertambah sampai akhir
pengamatan, rata-rata serangan total serangga I. acutistriata pada pohon sengon
adalah 3,59 serangan. Petak II memiliki jumlah pohon yang lebih banyak
dibandingkan dengan petak I yaitu sebanyak 76 pohon dengan jumlah pohon
terserang 38 pohon, sedangkan petak I jumlah pohon 72 dengan jumlah pohon
terserang 40 pohon. Total Jumlah serangan pada petak II lebih sedikit
dibandingkan dengan petak I, dengan total jumlah serangan pada petak II 165
serangan, sedangkan petak I sebanyak 248 serangan (Tabel 3).
34
Tabel 3. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Pada
Petak II. (N = 76)
Pengamatan
Jumlah Pohon
Jumlah Serangan
Ke Terserang
Aktif Tidak Aktif
Total
1
8
3
8
11
2
10
8
8
16
3
10
7
9
16
4
10
7
9
16
5
10
10
10
20
6
14
13
13
26
7
18
21
13
34
8
18
20
14
34
9
20
26
14
40
10
23
29
18
47
11
23
29
18
47
12
24
30
19
49
13
24
32
24
56
14
24
34
24
58
15
25
36
24
60
16
25
37
25
62
17
25
37
25
62
18
25
37
25
62
19
25
37
25
62
20
26
41
25
66
21
26
41
25
66
22
26
41
25
66
23
28
57
27
84
24
29
62
27
89
25
30
69
27
96
26
30
69
27
96
27
31
68
31
99
28
31
68
31
99
29
32
83
32
115
35
Tabel 3. Lanjutan
Pengamatan
Jumlah Pohon
Ke Terserang
30
32
31
33
32
33
33
33
34
33
35
33
36
33
37
33
38
33
39
33
40
33
41
35
42
36
43
37
44
37
45
38
46
38
Rata-Rata
0.83
Jumlah Serangan
Aktif Tidak Aktif
Total
83
32
115
88
32
120
90
32
122
90
32
122
92
32
124
98
32
130
101
32
133
101
32
133
106
33
139
109
33
142
111
33
144
115
34
149
120
35
155
125
35
160
127
35
162
129
36
165
129
36
165
2.80
0.78
3.59
Pohon sengon pada petak II memiliki kerapatan yang lebih baik
dibandingkan dengan petak I dan tinggi pohon merata, hal ini memiliki potensi
diserang oleh serangga I. acutistriata dengan jumlah yang banyak, karena bentuk
penyerangan dari serangga I. acutistriata adalah berkelompok, sehingga bagian
batang dan dahan menjadi rentan. Pertambahan jumlah serangan pada setiap dua
hari pengamatan di petak II dapat dilihat pada (Gambar 7).
Pada petak II serangan serangga I. acutistriata masih tergolong baru,
karena jumlah pohon yang terserang masih sedikit, dengan life cycle atau panjang
umur pada stadium larva dari serangga I. acutistriata selama 10 sampai 11 bulan
yang tergolong waktu yang lama, maka di prediksi petak II akan mengalami
serangan yang cukup berarti dengan rata-rata serangan perdua hari adalah 1
serangan serta dengan kerapatan tanaman sengon yang beukuran 4m x 3m. Life
36
cycle serangga I. acutistriata sangat panjang hal ini disebabkan kandungan dari
makanannya dan kadar air dari makanan sangat tidak menguntungkan untuk
mendukung kehidupannya (Suratmo, 1974).
Perkembangan Jumlah Serangan Aktif dan Tidak Aktif pada Pohon Sengon
(P. falcataria) oleh I. acutistriata di Petak II
Jumlah perkembangan serangan serangga I. acutistriata pada pohon
sengon di petak II berfluktuasi atau berubah-ubah, pada jumlah pohon terserang
0 sampai 4 serangan, dengan rata-rata serangan 0,65 serangan perhari
pengamatan, total pertambahan jumlah pohon terserang selama empat puluh enam
hari pengamatan adalah 30 serangan. Kenaikan jumlah pohon terserang terjadi
pada hari ke enam dan hari ke tujuh dengan jumlah kenaikan 4 serangan, diikuti
oleh hari ke sepuluh dengan jumlah kenaikan jumlah 3 serangan, penambahan
jumlah pohon terserang tidak terjadi pada 28 hari pengamatan.
Penambahan Jumlah serangan aktif pada petak II mempunyai nilai yang
berkisar antara 0 sampai 15 serangan serangga I. acutistriata, dengan rata-rata
serangan perhari adalah 2,74 serangan, sedangkan total pertambahan jumlah
serangan aktif adalah sebanyak 126 serangan. Puncak serangan serangga I.
acutistriata terjadi pada hari ke - 23 dengan jumlah serangan aktif mencapai 16
serangan, diikuti pada hari ke - 29 dengan jumlah kenaikan sebanyak 15 serangan,
dan pada hari ketujuh dengan jumlah kenaikan serangan aktif mencapai 8
serangan (Gambar 7).
37
PERTAMBAHAN JUMLAH SERANGAN
I. acutistriata
18
JUMLAH SERANGAN
16
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223 2425262728293031323334353637383940414243444546
PENGAMATAN KE Jumlah Pohon Terserang
Aktif
Tidak Aktif
Gambar 7. Grafik Pertambahan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan
Serangan Tidak Aktif Petak II .
Serangan serangga I. acutistriata
pada awal pengamatan meningkat
menjadi 5 serangan dari 0 serangan, kemudian menjadi turun jumlah serangan
selama 2 hari pengamatan, dan terus berkembang, pada hari terakhir pengamatan
tidak terjadi kenaikan jumlah serangan aktif dengan jumlah penambahan serangan
0 serangan. Kenaikan jumlah serangan aktif tidak terjadi selama 14 hari
pengamatan.
Total pertambahan jumlah serangan tidak aktif adalah 28 serangan,
serangan tidak aktif terus berkembang dengan nilai yang berbeda-beda dengan
kisaran nilai serangan antara 0 sampai 5 serangan, dengan rata-rata serangan tidak
aktif adalah 0,61 serangan perhari, puncak penurunan jumlah serangan aktif
terjadi pada hari ke tiga belas dengan jumlah serangan tidak aktif mencapai 5
serangan. Serangan aktif berkurang menjadi serangan tidak aktif terjadi juga pada
hari ke - 10 dan hari ke - 27 dengan jumlah serangan tidak aktif 4 serangan,
38
jumlah hari pengurangan serangan aktif menjadi serangan tidak aktif sebanyak 15
hari dan pengurangan jumlah serangan aktif menjadi serangan tidak aktif tidak
terjadi selama 31 hari (Gambar 7). Rendahnya pengurangan jumlah serangan aktif
ini, menunjukkan lamanya masa serangan aktif dan lamanya serangga I.
acutistriata menyerang pohon sengon.
Pada pohon sengon yang berdiameter besar serangan I. acutistriata tidak
sampai mengelilingi batang pohon sengon, tetapi pada dahan yang kecil serangga
I. acutistriata dapat memakan kulit pohon sengon, ini mengakibatkan banyaknya
batang dan dahan yang menjadi mati dengan gejala daun menjadi layu karena
kambium dari dahan pohon sengon ikut dimakan oleh serangga I. acutistriata.
Persentase Serangan I. Acutistriata pada Petak II
Didasari pada Tabel 3, dapat diketahui besarnya persentase serangan baik
besarnya persentase pohon terserang, serangan aktif dan serangan tidak aktif pada
petak II (Tabel 4).
Selama 46 hari pengamatan, besarnya persentase pohon terserang berkisar
antara 10,53 % sampai 50,00 %. Persentase pohon terserang terus meningkat
sampai akhir pengamatan, dengan persentase kenaikan pohon terserang mencapai
nilai 39,47 %, persentase serangan ini masih tergolong sedang. Sedangkan ratarata serangan setiap hari pengamatan adalah 35,27 %, seperti terlihat pada Tabel
4.
39
Tabel 4. Persentase Serangan I. acutistriata pada Petak II
Pengamatan
Besarnya Persentase
Besarnya Persentase
Ke Pohon Terserang (%)
Serangan (%)
Aktif
Tidak Aktif
1
10,53
27,27
72,73
2
13,16
50,00
50,00
3
13,16
43,75
56,25
4
13,16
43,75
56,25
5
13,16
50,00
50,00
6
18,42
50,00
50,00
7
23,68
61,76
38,24
8
23,68
58,82
41,18
9
26,32
65,00
35,00
10
30,26
61,70
38,30
11
30,26
61,70
38,30
12
31,58
61,22
38,78
13
31,58
57,14
42,86
14
31,58
58,62
41,38
15
32,89
60,00
40,00
16
32,89
59,68
40,32
17
32,89
59,68
40,32
18
32,89
59,68
40,32
19
32,89
59,68
40,32
20
34,21
62,12
37,88
21
34,21
62,12
37,88
22
34,21
62,12
37,88
23
36,84
67,86
32,14
24
38,16
69,66
30,34
25
39,47
71,88
28,13
26
39,47
71,88
28,13
27
40,79
68,69
31,31
28
40,79
68,69
31,31
29
42,11
72,17
27,83
30
42,11
72,17
27,83
31
43,42
73,33
26,67
32
43,42
73,77
26,23
33
43,42
73,77
26,23
40
Tabel 4. Lanjutan
Pengamatan
Ke 34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Jumlah
Rata-Rata
Besarnya Persentase
Pohon Terserang (%)
43,42
43,42
43,42
43,42
43,42
43,42
43,42
46,05
47,37
48,68
48,68
50,00
50,00
1622,37
35,27
Besarnya Persentase
Serangan (%)
Aktif
Tidak Aktif
74,19
25,81
75,38
24,62
75,94
24,06
75,94
24,06
76,26
23,74
76,76
23,24
77,08
22,92
77,18
22,82
77,42
22,58
78,13
21,88
78,40
21,60
78,18
21,82
78,18
21,82
3018,74
1581,26
65,62
34,38
Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 27,27 % sampai 78,40
%, dengan rata-rata serangan sebanyak 65,62 %. Sedangkan persentase kenaikan
serangan aktif adalah 47,13 % masih tergolong sedang. Persentase serangan aktif
tertinggi terjadi pada hari pengamatan ke empat puluh empat dengan besarnya
persentase 78,40 %, sedangkan persentase serangan aktif terendah terjadi pada
hari pengamatan ke satu dengan nilai 27,27 %. Persentase serangan I. acutistriata
pada petak II lebih tinggi di bandingkan dengan petak I. Petak II persentase
tertingginya adalah 78,40 %, sedangkan petak I persentase tertinggi adalah 70,64
%. Persentase serangan tidak aktif merupakan kebalikan dari persentase serangan
aktif, dengan kisaran persentasenya adalah 21,60 % sampai 72,73 %, rata-rata
persentase serangan tidak aktif adalah 38,37 %.
Pada petak II pertambahan jumlah pohon terserang, serangan aktif, dan
serangan tidak aktif terus bertambah secara bertahap dan tidak terlalu besar, tetapi
41
pengurangan jumlah serangan aktif tidak terlalu besar, sehingga pada akhir
pengamatan persentase serangan tetap tinggi dibandingkan dengan petak I,
dimana pengurangan jumlah serangan aktif lebih besar dua kali pengurangan
jumlah serangan tidak aktif pada petak II yaitu sebanyak 68 serangan, dari 28
serangan pada petak II (Tabel 4).
Hal yang mempengaruhi serangan terus bertambah adalah periode larva
selama 10 sampai 11 bulan, berkembang dari bulan Juni sampai April
(Hutacharern,1993), sedangkan pengamatan dilakukan pada pertengahan bulan
Mei sampai pertengahan bulan Agustus 2006, bertepatan dengan ulat atau larva
sedang berkembang.
Didasari perhitungan pertambahan jumlah serangan I. acutistriata
diketahui bahwa dengan adanya penambahan jumlah pohon sengon diserang,
maka jumlah serangan pasti akan bertambah, tetapi jika jumlah serangan
bertambah, belum tentu jumlah pohon yang diserang akan bertambah.
Serangan hama I. acutistriata tidak hanya menyerang pohon yang
berdiameter besar tetapi juga menyerang pohon sengon yang berdiameter kecil, ini
menunjukkan bahwa serangan hama I. acutistriata menyerang pohon berumur
muda sampai berumur tua dengan penyebaran di batang dan di percabangan,
dengan syarat kulit pohon sengon masih muda dan mudah untuk dimakan,
dikarenakan
memudahkan
larvanya
untuk
menggerek
dan
melakukan
penyerangan terhadap pohon sengon.
42
Gambar 8. Larva Indarbela acutistriata
Gambar 9. Pupa
Gambar 10. Imago
Serangan yang tidak digunakan akan meninggalkan bekas pada pohon
sengon, bekas serangan akan berupa serbuk gerek yang sudah menghitam, kulit
sengon yang terluka tanpa kulit luar, dan lubang gerek (Gambar 1 dan 2). Semakin
lama keaktifan dari larva serangga hama I. acutistriata menyerang pohon sengon,
maka akan menimbulkan kerusakan yang berarti dengan kerusakan cabang pecah,
patah, mati, akan tumbang apabila ditiup angin kencang, dan merusak nilai
ekonomis dari kayu sengon serta hilangnya keindahan dari kayu sengon.
Bentuk serangan yang berkelompok, sehingga serangan dapat merata
diseluruh pohon sengon baik pada bagian batang, cabang, dan ranting, hal ini yang
akan membahayakan karena rentan terhadap hama dan penyakit sengon yang lain.
43
Kesembuhan dari pohon sengon oleh hama I. acutistriata yang mengakibatkan
luka memakan waktu yang cukup lama. Kondisi yang seperti ini sangat merugikan
karena memperpendek umur dari pohon sengon.
Perkembangan serangan serangga I. acutistriata yang begitu cepat, perlu
diwaspadai keberadaannya bagi tegakan sengon. Didalam pertumbuhan dan
perkembangan, serangga I. acutistriata sangat dipengaruhi oleh kondisi pohon
inang dan kondisi iklim mikro yang sesuai. Dimana kondisi pohon inang berkaitan
dengan faktor biotik untuk mendukung pertumbuhan sengon, dengan kondisi
sengon yang sehat pertumbuhan baik akan membuat kualitas dan kuantitas
makanan dari serangga lebih baik, karena bagian pohon yang menjadi makanan
serangga I. acutistriata, keadaanya sesuai dengan yang disukai oleh hama I.
acutistriata serta banyaknya pohon yang ada per hektar didalam kawasan
perkebunan pohon sengon. Sedangkan kondisi iklim mikro berkaitan dengan
faktor fisik yang membentuknya seperti temperatur, sinar, hujan, kelembaban
udara dan angin disekitar tempat hidup. Kondisi iklim mikro yang disukai oleh
serangga I. acutistriata, yaitu kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi,
karena mendukung bagi perkembangan hidup serangga
I. acutistriata.
Tegakan sengon di areal pengamatan, berumur 6 tahun. Sedangkan larva
I. acutistriata mulai menyerang pohon yang berumur lebih dari 2 tahun
(Hutacharen, 1993). Dengan semakin besarnya pohon sengon maka makin banyak
bagian yang berpotensi untuk menjadi serangannya untuk dimakan.
Kenaikan serangan I. acutistriata yang masih tergolong sedang, di
pengaruhi oleh faktor-faktor ketersedian sumberdaya makanan dan ruang tempat
hidup. Kemampuan serangga I. acutistriata mencapai dan memperoleh
44
sumberdaya (penyebaran, pemencaran dan kemampuan mencari makanan, dan
yang terakhir faktor waktu atau kesempatan untuk memanfaatkan iklim yang
menguntungkan untuk perkembangbiakan (Andrewartha dan Birch, 1961).
Rata-Rata Serangan I. acutistriata
Rata-rata serangan merupakan perbandingan antara jumlah serangan total
dengan jumlah pohon terserang. Dengan mengetahui rata-rata serangan, maka
akan dapat diketahui jumlah serangan hama I. acutistriata yang terdapat pada
setiap pohon sengon.
Rata-rata serangan yang terjadi pada setiap pohon sengon pada petak I
adalah 6 serangan. Jadi setiap hari pengamatan terjadi penambahan jumlah
serangan pada setiap pohon sengon sebanyak 6 serangan.
Rata-rata serangan yang terjadi pada setiap pohon sengon pada petak II
adalah 4 serangan. Jadi setiap hari pengamatan terjadi penambahan jumlah
serangan pada setiap pohon sengon sebanyak 4 serangan.
Dengan rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan
sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II, dapat diprediksi
bahwa perkembangan serangannya sangat cepat dan hal ini akan mengancam
kesehatan dari pohon sengon, karena akan mengakibatkan pohon menjadi sakit.
Pengendalian yang pernah digunakan pada tahun 1956 oleh Tjoa tjien mo
adalah dengan membuang serbuk gerek. Ulat dikeluarkan dari lubang dengan
menggunakan kawat yang bengkok ujungnya, atau dimasukkan kedalam lubang
atau liang bensin atau larutan paradichoorbenzene dalam minyak tanah (8-10 %)
sesendok teh kecil, lalu lubang disumbat dengan semen atau lumpur.
45
Pengendalian secara alami dengan mengembangbiakan pemangsa dari I.
acutistriata seperti rayap, burung kutilang, cipaou dan semut hitam, tetapi alam
memiliki keseimbangan sendiri untuk mengendalikan perkembangan hama
I.
acutistriata ini.
Perkembangan Serangan Serangga I. acutistriata Setiap Hektar
Didasari oleh perhitungan pada dua petak ukur, ternyata banyaknya pohon
sengon adalah sebanyak 74 pohon per 0,1 hektar atau 740 pohon sengon per
hektar. Pertambahan serangan serangga I. acutistriata setiap hari pengamatan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Pada Tabel 5. diketahui bahwa perkembangan jumlah pohon sengon
terserang serangga I. acutistriata selama 46 dalam hektar berkisar antara 125
pohon sampai 390 pohon sengon per hektar atau 13 pohon sampai 39 pohon per
0,1 hektar, dengan rata-rata pohon terserang adalah 8,48 pohon per hektar. Jadi
penambahan pohon sengon terserang adalah 265 pohon per hektar, 26 pohon per
0,1 hektar.
Tabel 5. Banyaknya Pohon Terserang dan Serangannya Secara Kumulatif Setiap
Hektar
Pengamatan
Jumlah Pohon
Jumlah Serangan (Ha)
Ke Terserang
Aktif Tidak Aktif Total
1
125
115
130
245
2
150
170
175
345
3
150
185
195
380
4
150
185
195
380
5
150
220
210
430
6
175
210
255
465
7
210
320
255
575
8
225
350
265
615
9
235
450
265
715
10
255
465
285
750
11
255
480
290
770
12
260
470
320
790
46
Pengamatan
Ke 13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Jumlah Pohon
Terserang
260
260
265
270
280
280
280
285
285
285
320
325
Jumlah Serangan (Ha)
Aktif Tidak Aktif Total
460
365
825
495
365
860
530
375
905
590
390
980
625
395
1.020
650
395
1.045
655
405
1.060
675
405
1.080
675
405
1.080
650
435
1.085
795
455
1.250
835
455
1.290
Tabel 5. Lanjutan
Pengamatan
Jumlah Pohon
Ke Terserang
25
330
26
330
27
335
28
340
29
345
30
345
31
355
32
360
33
365
34
365
35
365
36
365
37
365
38
365
39
365
40
365
41
375
42
380
43
385
44
385
45
390
46
390
Rata-Rata
8,48
Jumlah Serangan (Ha)
Aktif Tidak Aktif Total
880
455
1.335
895
465
1.360
900
485
1.385
910
485
1.395
1.020
490
1.510
1.020
490
1.510
1.065
490
1.555
1.085
495
1.580
1.095
495
1.590
1.155
495
1.650
1.195
495
1.690
1.215
500
1.715
1.220
500
1.720
1.260
505
1.765
1.315
510
1.825
1.350
510
1.860
1.405
515
1.920
1.430
550
1.980
1.480
550
2.030
1.460
590
2.050
1.465
600
2.065
1.455
610
2.065
31,63
13,26
44,89
Perkembangan jumlah serangan aktif terus bertambah selama empat 46
hari pengamatan (Gambar 11). Serangan aktif terus bertambah dengan kisaran
47
nilai antara 115 serangan sampai 1.455 serangan, dengan rata-rata serangan 31,63
serangan.
Serangan tidak aktif juga bertambah setiap dua hari pengamatan tetapi
jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan penambahan jumlah serangan aktif,
nilai serangan tidak aktif berkisar antara 130 serangan sampai 610 serangan hama
I. acutistriata pada pohon sengon dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah
13,26 serangan.
Total serangan aktif dan serangan tidak aktif pada sengon
adalah 2.065 serangan, dengan nilai serangan dari hari pertama sampai hari
terakhir berkisar antara 245 serangan sampai 2.065 serangan per hektar. Rata-rata
total serangan aktif dan serangan tidak aktif adalah 44,89 serangan.
Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan Tidak Aktif
pada Pohon Sengon (P. falcataria) oleh (I. acutistriata) dalam Hektar
48
PERKEMBANGAN SERANGAN SERANGGA
I. acutistriata PADA POHON SENGON (HA)
160
140
JUMLAH SERANGAN
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
-20
-40
PENGAMATAN KE Jumlah Pohon Terserang
Aktif
Tidak Aktif
Gambar 11. Grafik Perkembangan Jumlah Pohon Terserang, Serangan Aktif dan
Serangan Tidak Aktif dalam Hektar
Penambahan jumlah pohon terserang perhektar bekisar antara 0 sampai 35
pohon, total jumlah pohon terserang adalah 265 pohon, dengan rata-rata serangan
sebanyak 5,76 serangan. Puncak serangan terjadi pada hari ke tujuh dan hari ke 23 dengan jumlah pohon terserang 35 pohon, diikuti pada hari ke dua dan hari
keenam dengan jumlah pohon teserang 25 pohon, penambahan pohon terserang
terjadi selama 22 hari, dan penambahan jumlah pohon terserang terjadi selama 24
hari.
Perkembangan serangan aktif setiap hektar berkisar antara 0 sampai 145
serangan, dengan total jumlah serangan aktif 1340 serangan dan rata-rata serangan
per hari pengamatan sebanyak 29,13 serangan. Selain penambahan terjadi
pengurangan jumlah serangan aktif menjadi serangan tidak aktif yang berkisar
49
antara 10 sampai 25 serangan. Puncak pengurangan jumlah serangan aktif terjadi
pada hari pengamatan ke - 22.
Jumlah serangan tidak aktif memiliki nilai yang tidak terlalu tinggi yang
berkisar antara 0 sampai 45 serangan, total jumlah serangan tidak aktif adalah 480
serangan, dengan rata-rata serangan tidak aktif adalah 10,38 serangan per hari
pengamatan. Pengurangan jumlah serangan aktif menjadi tidak aktif banyak
terjadi pada hari ke dua, ke enam, dan hari ke - 13 dengan jumlah 45 serangan
(Gambar 11).
Persentase Serangan I. acutistriata dalam Hektar
Berdasarkan perhitungan persentase serangan larva I. acutistriata pada
setiap hari pengamatan selama 46 hari pengamatan (Tabel 6). Besarnya persentase
pohon terserang berkisar antara 16,89 % sampai 52,70 %, dengan nilai rata-rata
persentasenya adalah 40,25 %, hal ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan
pohon terserang hama I. acutistriata sedang, dengan nilai mencapai 33,81 %
selama 46 hari pengamatan.
Persentase serangan aktif berkisar antara 45,16 % sampai 73,18 %, dengan
nilai rata-rata serangan adalah 63,31 %, persentase serangan aktif mencapai 28,02
% ini berarti persentase kenaikan serangan aktif masih tergolong sedang.
Persentase kenaikan serangan aktif cukup tinggi pada hari ke - 41 dengan nilai
persentase serangan sebesar 73,18 %, diikuti oleh hari ke - 40 dengan persentase
serangan aktif sebesar 72,58 %, sedangkan persentase terendah pada hari ke enam
dengan nilai 45,16 %, hal ini dikarenakan masih banyaknya larva I. acutistriata
50
dan belum berubah menjadi pupa atau imago.persentase serangan tidak aktif
merupakan kebalikan dari serangan aktif.
Hektar
Tabel 6. Besarnya Persentase Serangan Hama (I. acutistriata) Setiap
Pengamatan
Ke -
Besarnya Persentase
Pohon Terserang (%)
1
16.89
2
20.27
3
20.27
4
20.27
5
20.27
6
23.65
7
28.38
8
30.41
9
31.76
10
34.46
11
34.46
12
35.14
13
35.14
14
35.14
15
35.81
16
36.49
Tabel 6. Lanjutan
Pengamatan
Besarnya Persentase
Ke Pohon Terserang (%)
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
37.84
37.84
37.84
38.51
38.51
38.51
43.24
43.92
44.59
44.59
45.27
45.95
46.62
46.62
47.97
48.65
49.32
49.32
Besarnya Persentase
Serangan (%)
Aktif
Tidak Aktif
46.94
53.06
49.28
50.72
48.68
51.32
48.68
51.32
51.16
48.84
45.16
54.84
55.65
44.35
56.91
43.09
62.94
37.06
62.00
38.00
62.34
37.66
59.49
40.51
55.76
44.24
57.56
42.44
58.56
41.44
60.20
39.80
Besarnya Persentase
Serangan (%)
Aktif
Tidak Aktif
61.27
38.73
62.20
37.80
61.79
38.21
62.50
37.50
62.50
37.50
59.91
40.09
63.60
36.40
64.73
35.27
65.92
34.08
65.81
34.19
64.98
35.02
65.23
34.77
67.55
32.45
67.55
32.45
68.49
31.51
68.67
31.33
68.87
31.13
70.00
30.00
51
Pengamatan
Ke 35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Jumlah
Rata-Rata
Besarnya Persentase
Pohon Terserang (%)
49.32
49.32
49.32
49.32
49.32
49.32
50.68
51.35
52.03
52.03
52.70
52.70
1851.35
40.25
Besarnya Persentase
Serangan (%)
Aktif
Tidak Aktif
70.71
29.29
70.85
29.15
70.93
29.07
71.39
28.61
72.05
27.95
72.58
27.42
73.18
26.82
72.22
27.78
72.91
27.09
71.22
28.78
70.94
29.06
70.46
29.54
2912.33
1687.67
63.31
36.69
Persentase serangan tidak aktif berkisar antara 26,82 % sampai 54,84 %,
dengan nilai rata-rata persentase serangan adalah 36,69 %. Hal ini menunjukkan
perubahan serangan aktif menjadi serangan tidak aktif berubah-ubah, persentase
kenaikan jumlah serangan tidak aktif cukup tinggi terjadi pada hari ke enam
dengan nilai persentase pengurangannya adalah 54,84 %, sedangkan persentase
terendah terjadi pada hari ke empat puluh satu. Apabila serangan aktif ditambah
dengan serangan tidak aktif akan mempunyai nilai 100 %.
Rata-Rata Serangan I. acutistriata dalam Hektar
Rata-rata serangan hama I. acutistriata untuk setiap pohon yang terserang
dari awal pengamatan sampai hari terakhir pengamatan adalah 4 serangan.
Dengan rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan pengamatan sebesar 4
serangan, dapat di prediksi bahwa perkembangan serangannya sangat cepat dan
hal ini akan mengancam kesehatan dari pohon sengon, karena akan
mengakibatkan pohon menjadi sakit.
52
Keadaan Suhu Harian Dan Kelembaban Harian Tegakan Sengon
Suhu Udara
Faktor-faktor yang
penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga
adalah suhu udara, sinar matahari, presipitasi, kelembaban udara dan angin dan
termasuk iklim dan cuaca. Iklim atau cuaca suatu daerah dapat menyeleksi
serangga yang dapat hidup di daerah tersebut, karena menyebabkan musnahnya
atau tidak dapatnya hidup spesies-spesies serangga tertentu, tetapi dapat pula
menyebabkan timbulnya epidemi suatu hama (Suratmo, 1974).
Serangga adalah binatang yang berdarah dingin, artinya bahwa suhu tubuh
adalah sama dengan suhu udara di sekitarnya, karena temperatur serangga
tergantung pada suhu udara disekitarnya maka untuk dapat hidup tumbuh
berkembang dari telur sampai dewasa maka suhu udara disekitarnya harus berada
pada daerah yang suhu udaranya cocok untuk perkembangan hidup serangga atau
C sampai 45
0
C
Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26
0
C
disebut efektive temperatures, yang biasanya diantara 15
0
(Suratmo, 1974).
sampai 29
0
C, hal ini cocok untuk perkembangan hama I. acutistriata, karena
termasuk dalam kategori sedang, suhu udara di tegakan sengon selama empat
puluh enam hari relatif sama. Suhu udara bagi hama I. acutistriata di tegakan
sengon tidak menjadi faktor pembatas, karena suhu udaranya mendukung untuk
perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan satwa selain dipengaruhi
oleh radiasi surya dan suhu udara juga dipengaruhi oleh kelembaban udara.
Kelembaban udara adalah ukuran banyaknya uap air di udara. Nilai kelembaban
53
udara akan lebih kecil bila suhu meningkat dan sebaliknya kelembaban udara
semakin tinggi bila suhu udara lebih rendah (Badriyah, 2002).
Nilai rata-rata kelembaban harian tegakan sengon selama empat puluh
enam hari pengamatan berkisar antara 65 % sampai 82 %, dan termasuk dalam
kategori sedang. Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26
0
C sampai 29 0 C, hal ini cocok untuk perkembangan hama I. acutistriata, karena
termasuk dalam kategori sedang, suhu udara di tegakan sengon selama empat
puluh enam hari relatif sama (Gambar 12).
RATA-RATA SUHU DAN KELEMBABAN UDARA HARIAN
RATA-RATA SUHU DAN
KELEMBABAN UDARA
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
PENGAMATAN KE TBK 'C
TBB 'C
RH (%)
Gambar 12. Nilai Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Harian di Tegakan
Sengon IPB Darmaga Bogor
Suhu udara bagi hama I. acutistriata di tegakan sengon tidak menjadi
faktor pembatas, karena suhu udaranya mendukung untuk perkembangannya.
Serangga sangat rentan apabila kelembaban udara terlalu rendah karena akan
terjadi penguapan air yang tinggi di tubuhnya atau kelembaban udara terlalu tinggi
akan menimbulkan penderitaan terhadap serangga I. acutistriata, dan ini dapat
menyebabkan kematian hama I. acutistriata, tetapi dengan kelembaban udara
54
harian seperti ini tidak mempengaruhi perkembangan hama I. acutistriata, dan
hama ini akan terus berkembang mencapai dewasa.
55
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Perkembangan serangan serangga I. acutistriata perusak kulit pohon
sengon tergolong cepat dilihat dari jumlah serangan yang terus bertambah.
2.
Pada petak I jumlah pohon terserang adalah 40 pohon, rata-rata jumlah
pohon terserang adalah 0,87 serangan, rata-rata jumlah serangan aktif
adalah 3,52 serangan, sedangkan rata-rata serangan tidak aktif 1,87
serangan. Total jumlah serangan adalah 248 serangan. Rata-rata
pertambahan jumlah pohon terserang adalah 0,5 serangan, jumlah
pertambahan sebanyak 23 serangan, jumlah serangan aktif adalah 142
serangan, dengan rata-rata 3,09 serangan, sedangkan rata-rata serangan
tidak aktif adalah 1,48 serangan, dengan jumlah penambahan sebanyak 68
serangan.
3.
Rata-rata persentase pohon terserang pada petak I adalah 45,50 %, dan
rata-rata persentase serangan aktif adalah adalah 61,73 %, rata-rata
persentase serangan tidak aktif adalah 38,27 %.
4.
Pada petak II jumlah pohon terserang adalah 38 pohon, dengan rata-rata
0,83 serangan, rata-rata jumlah serangan aktif 2,80 serangan, sedangkan
rata-rata jumlah serangan tidak aktif 0,78 serangan. Rata-rata pertambahan
jumlah pohon terserang adalah 0,65 serangan, total pertambahan adalah 30
serangan. Rata-rata serangan aktif adalah 2,74 serangan, sedangkan total
pertambahan sebanyak 126 serangan, Total pertambahan jumlah serangan
tidak aktif adalah 28 serangan, dengan rata-rata 0,61 serangan.
5.
Rata-rata besarnya persentase pohon terserang adalah 35,27 %, rata-rata
persentase serangan aktif adalah 65,62 %, sedangkan rata-rata serangan
tidak aktif adalah 34,38 %.
6.
Rata-rata serangan per dua hari pengamatan selama tiga bulan pengamatan
sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II.
Saran
Keberadaan hama I. acutistriata belum menimbulkan kerusakan yang
cukup berarti pada saat ini, tetapi dengan jumlah serangan yang terus meningkat
setiap dua hari dan serangannya tergolong cepat serta berkelompok, disarankan
kepada semua pihak yang menanam jenis pohon sengon secara monokultur untuk
dapat mewaspadai serangan hama I. acutistriata, karena dapat menurunkan nilai
ekonomi dari kayu sengon.
56
RINGKASAN
Jenis pohon yang dapat tumbuh secara cepat diantaranya adalah sengon (P.
falcataria), namun dalam pengelolaan hutan tanaman jenis ini, sering
mendapatkan kendala akibat adanya serangan hama. Berbagai hama dapat
dibedakan berdasarkan bagian pohon yang diserang. Salah satu jenis hama yang
menyerang dan merusak kulit pohon sengon adalah I. acutistriata.
Pada saat ini, hama I. acutistriata belum banyak dikenal dan
keberadaannya dianggap belum berarti, karena serangannya tidak sampai
mematikan pohon inang. Namun ditinjau dari segi fisiologis sangat menggangu
pertumbuhan pohon sengon dan tanaman lain yang diserangnya, selain itu akibat
serangannnya dapat menurunkan kualitas pohon. Oleh karena itu, untuk
menghindari kemungkinan berbahayanya serangan hama ini di masa yang akan
datang, maka perlu diketahui perkembangan serangannya terhadap tegakan
sengon. Dengan demikian usaha pengendalian secara efektif dapat ditentukan dan
persediaan kayu semakin meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perkembangan serangan
hama perusak kulit pohon oleh I. acutistriata pada tegakan sengon (P. falcataria).
Penelitian dilakukan di areal tegakan sengon seluas 0,2 ha, berumur
± 6 tahun dikampus IPB Darmaga Bogor, tepatnya di jalan Agathis. Penelitian
berlangsung selama 3 bulan yaitu dari Mei sampai Agustus 2006.
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan
sengon berumur ± 6 tahun dengan luasan 0,2 ha, sedangkan alat yang digunakan
dalam melakukan penelitian ini adalah pita ukur, cat, tally sheet, tambang, alat
tulis, kalkulator, kamera digital, termometer bola basah dan bola kering.
Dalam melakukan identifikasi dan perbandingan perkembangan serangga
I. acutisriata pada tegakan sengon, metode yang digunakan adalah pembuatan
petak ukur dan penomoran, pengamatan serangan pada tegakan sengon,
menentukan banyaknya pohon terserang dalam setiap hektar, menghitung
pertambahan jumlah pohon terserang, mengetahui perkembangan jumlah serangan
hama I. acutisriata pada tegakan sengon, menentukan presentase serangan
menentukan rata-rata serangan dan mengukur suhu udara dan kelembaban udara.
Perkembangan serangan serangga I. acutistriata perusak kulit pohon
sengon tergolong cepat dilihat dari jumlah serangan yang terus bertambah.
Dengan adanya penambahan jumlah pohon sengon diserang, maka jumlah
serangan pasti akan bertambah tetapi jika jumlah serangan bertambah, belum tentu
jumlah pohon yang diserang akan bertambah, hal ini terjadi pada petak I dengan
jumlah pohon sengon sebanyak 72 dan petak II sebanyak 76. Perkembangan
jumlah pohon terserang selama 46 hari di petak I berkisar antara 17 sampai
40 pohon dengan rata-rata pohon terserang 0,87 serangan. Jumlah serangan aktif
berkisar antara 20 sampai 171 serangan, rata-rata serangan 3,52 serangan, dan
serangan tidak aktif antara 18 sampai 86 serangan, dengan rata-rata serangan
1,87 serangan. Total jumlah serangan adalah 248 serangan.
Pertambahan jumlah pohon terserang oleh I. acutistriata pada petak
I berkisar antar 0 sampai 5 pohon terserang dengan jumlah serangan sebanyak
23 serangan, serangan aktif dari serangga I. acutistriata adalah 142 serangan,
dengan rata-rata serangannya adalah 3,09 serangan. Pertambahan tidak aktif
68 serangan dengan rata-rata serangannya adalah 1,48 serangan. Besarnya
persentase pohon terserang pada petak I berkisar antara 23,61 % sampai 55,56 %,
persentase kenaikan pohon terserang tergolong sedang, hanya mencapai nilai
31,95 %, sedangkan rata-rata serangan setiap hari pengamatan adalah 45,50 %,
Kisaran besarnya persentase serangan aktif adalah 43,28 % sampai 70,64 %,
dengan rata-rata serangan sebanyak 61,73 %, dan persentase serangan tidak aktif
berkisar antara 29,36 % sampai 50,94 %, dengan rata-rata persentase serangan
adalah 38,37 %
Pada petak II jumlah pohon terserang adalah 38 pohon, dan rata-rata
pohon terserang adalah 0,83 serangan, Jumlah serangan aktif berkisar antara
3 sampai 129 serangan dengan rata-rata serangan 2,80 serangan sedangkan jumlah
serangan tidak aktif dari jumlah 8 serangan menjadi 36 serangan dengan rata-rata
serangan 0,78 serangan. Pertambahan jumlah pohon terserang 0 sampai
4 serangan, dengan rata-rata serangan 0,65 serangan, total adalah 30 serangan,
jumlah serangan aktif berkisar antara 0 sampai 15 serangan, rata-rata serangan
adalah 2,74 serangan, sedangkan total pertambahan jumlah serangan aktif adalah
sebanyak 126 serangan, Total pertambahan jumlah serangan tidak aktif adalah
28 serangan, kisaran nilai serangan tidak aktif antara 0 sampai 5 serangan, dengan
rata-rata serangan tidak aktif adalah 0,61 serangan.
Besarnya persentase pohon terserang berkisar antara 10,53 % sampai
50,00 %. rata-rata serangan adalah 35,27 %, persentase serangan aktif adalah
27,27 % sampai 78,40 %, dengan rata-rata serangan sebanyak 65,62 %, serangan
tidak aktif berkisar antara 21,60 % sampai 72,73 %, dengan rata-rata persentase
serangan adalah 38,37 %. Rata-rata serangan per dua hari selama tiga bulan
pengamatan sebesar 6 serangan pada petak I dan 4 serangan pada petak II.
Rata-rata suhu udara harian ditegakan sengon berkisar antara 26 0C sampai
0
29 C dan nilai rata-rata kelembaban udara harian berkisar antara 65 % sampai
82 %, dan termasuk dalam kategori sedang dan bukan faktor pembatas untuk
perkembangan hama I. acutistriata.
TINJAUAN PUSTAKA
Paraserianthes falcataria (L) Nielsen
P. falcataria termasuk kedalam famili Leguminosae, adalah salah satu
jenis pohon cepat tumbuh yang sudah lama dikenal masyarakat luas, terutama di
Jawa dan sekitarnya. Di Indonesia P. falcataria dikenal dengan nama sengon laut,
di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut sengon sebrang, di Jawa Barat disebut
jeunjing dan di Madura dikenal dengan nama jing laut, di Ambon disebut seja,
sikat di Banda, tawa di Ternate, dan gosui di Tidore. sedangkan di Malaysia dan
Brunei dikenal dengan nama batai atau kayu macis (Alrasjid, 1972).
Pohon dapat mencapai tinggi 45 meter dengan diameter lebih dari 100 cm.
Batang tidak berbanir, kulit licin berwarna kelabu muda, bulat memanjang, agak
lurus dengan batang bebas cabang mencapai 20 meter. Tajuk berbentuk perisai,
jarang dan selalu hijau (Departemen Kehutanan, 1976). Menurut Alrasjid (1972)
perakarannya terbentang melebar dan disamping susunan akar yang berkembang
masuk agak dalam. Hadi dan Suharyanto (1982) menyatakan bahwa pohon ini
umumnya berbunga sepanjang tahun, terutama di bulan Juni – Desember. Berat
jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun
yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan
anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus,
berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan
karbon dioksida dari udara bebas (Lablink, 2006).
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam
tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol
kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen,
sehingga tanah disekitar pohon sengon menjadi subur (Lablink, 2006).
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar
0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum
bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan
yang dibantu oleh angin atau serangga (Lablink, 2006).
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12
cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji seperti perisai kecil dan
jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman, agak keras dan berlilin
(Lablink, 2006 ).
P. falcataria ditemukan di Maluku dan pada tahun 1871 dimasukkan ke
Jawa. Selain itu, di Toampala (Sulawesi Selatan), Irian, Serawak, Brunei, Kepong
(Malaysia), Srilangka dan India (Departemen Kehutanan, 1976).
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan
latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan
kemasaman tanah sekitar pH 6-7 (Lablink, 2006 ).
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m
dpl. Tetapi, tanaman sengon masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di
atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk
tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C (Lablink, 2006 ).
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya
sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam
tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu.
Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15
4
hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki
curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm (Lablink, 2006 ).
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman
terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon
membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75% (Lablink, 2006 ).
Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon
Menurut Lablink (2006) Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna.
Mulai dari daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam
keperluan.
A.
Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Leguminosae lainnya merupakan pakan
ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak yang
menyukai daun sengon seperti sapi, kerbau dan kambing.
B.
Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan
sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan
penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat
membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat
ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan
petani penggarapnya.
5
C.
Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon
adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup tinggi pada saat ini sengon
banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa
papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat,
pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel,
bahan baku industri pulp kertas dan lain lain.
Nariodirejo (1959) mengemukakan bahwa kayu sengon dapat digunakan
untuk berbagai keperluan seperti :
1. konstruksi bangunan di bawah atap
2. berbagai macam peti dan perkakas rumah
3. kayu lapis dan korek api
4. sirap, pulp dan kertas.
Hama dan Penyakit pada Tanaman Sengon
Beberapa jamur kadang-kadang menyerang pohon ini, seperti jamur akar
merah (Ganoderma pseudoferum), Ustulina sp., Diplodia sp. dan Rosselina sp.
Sedangkan jenis hama yang paling berbahaya adalah Xystrocera festiva Pascoe
yang menyerang bagian kulit dan batang pohon sengon (Alrasjid, 1972).
Disamping itu, menurut Natawiria (1973) ada beberapa hama sekunder
yang menyerang tanaman sengon, yaitu diantaranya X. globosa yang merusak
kulit pohon dan Eurema sp. yang dapat menggundulkan daun. Sedangkan menurut
Husaeni (1993), ada satu jenis hama yang belum berarti keberadaannya bagi
tanaman sengon, yaitu hama Indarbela acutistriata yang merusak kulit pohon.
6
Menurut Tarlinawati (1997) perkembangan serangan serangga perusak kulit
pohon I. acutistriata pada tegakan sengon (P. falcataria) tergolong cepat dilihat
dari jumlah serangan yang terus bertambah, hama I. acutistriata menyukai daerah
yang basah seperti Bogor. Dengan sistem penyerangan bersifat mengelompok,
baik serangannya maupun pohon yang diserangnya.
Indarbela acutistriata.
I. acutisriata merupakan hama perusak kulit pohon sengon (P. falcataria)
yang aktif pada malam hari (nokturnal). Serangga ini termasuk kedalam ordo
Lepidoptera, famili Indarbelidae (Hutacharern, 1993). I. acutisriata sebelumnya
dikenal dengan nama Arbela (Kalshoven,1981) dan Sguamura (Tjoa tjien mo,
1956)
Daerah Penyebaran dan Tanaman Inang
Daerah penyebaran I. acutisriata selain di Indonesia juga di negara Asia
Timur (Hutacharern, 1993). Di Indonesia paling banyak terdapat di Jawa
(Kalshoven, 1981). Menurut Hutacharern (1993) I. acutisriata menyerang juga
pohon-pohon lain seperti Acacaia mangium, Acacia auriculiformis, Acacia
catechu, Albizia chinensis, Albezia procera, Artocapus integra, Casuarina
eguisetifolia, Eucaliyptus cammaldulensis, Eucaliyptus deglupta, Gmelina
arborea, Langerstroemia speciosa, Mangifera indica, Pelthopurum pterocarpum,
Samanea saman, Syzigium comunii, Tectona grandis, Terminalia myriocarpa,
Terminalia superba, xylia xylocarpa. Selain itu, Beeson (1953) menyatakan
bahwa I. acutisriata menyerang beberapa spesies-spesies pohon lain seperti
Anogeissus, Bauhinia, Bomb, Bassia, Boswelia, Berrya, Cassia, Callicarpa,
7
Cratoxylon, Eugenia, Grewia, Kydia, Mallotus, Milletia, Mitragyna, Phyllanthus,
Psidium, Shorea, Stephegyne, Strycnos, Woodfordia dan Zizyphus. Sedangkan
menurut Kalshoven (1981) I. acutisriata menyerang tanaman kakao dan
kedinding (Albizia lebbeck).
Morfologi I. acutisriata
Telur melekat satu sama lain, karena adanya zat semacam perekat tak
berwarna yang dihasilkan oleh serangga betina. Telur diletakkan oleh imago
betina secara berkelompok (Hutacharern, 1993). Larva berwarna abu-abu tua,
dengan panjang tubuh 4-5 cm, kulit tubuh larva halus, pada segmen tubuh terdapat
selaput (Hutacharern, 1993).
Pupa berwarna coklat tua dengan panjang tubuh 2,5 cm dan bertubuh
ramping. Serangga dewasa atau ngengat mempunyai panjang sayap 4-5 cm. Sayap
berbintik-bintik putih abu-abu tua. Sayap bagian depan lebih panjang dari pada
sayap belakang. Jika direntangkan maka sebagian abdomen akan memanjang
melebihi garis dasar sayap bagian bawah (Hutacharern, 1993).
Biologi I. acutisriata
Telur diletakkan secara berkelompok pada kulit cabang atau batang.
Walaupun umur ngengat atau imago hanya beberapa hari saja, namun setiap
imago betina dapat bertelur sebanyak hampir 200 butir telur (Beeson, 1993).
Larva hidup dengan memakan bagian kulit luar pohon sengon. Pada
permukaaan kulit tersebut larva membentuk semacam terowongan berwarna
coklat, terbuat dari serbuk gerek dan kotorannya, yang dijalin dengan benangbenang yang dihasilkan oleh larvanya sendiri (Husaeni, 1993). Menurut Beeson
(1953) biasanya larva membuat terowongan pendek kedalam kayu pada
8
persimpangan cabang pohon yang rusak atau luka. Larva lebih mudah memakan
kulit pada waktu mulai musim hujan karena kulitnya lunak. Larva hanya makan
pada waktu malam hari. Seekor larva dapat merusak pada areal kulit yang luas
(Hutacharern, 1993). Kadang-kadang xylemnya dirusak (Kalshoven, 1981).
Periode larva 10-11 bulan, dari bulan Juni sampai April (Hutacharern, 1993).
Pupa berada dalam liang gerek, yang panjangnya mencapai 10-15 cm.
Periode pupa 20-30 hari. Selanjutnya imago/ngengat muncul dari akhir April
hingga Juni (Hutacharern, 1993). Menurut Beeson (1953) periode pupa adalah 3
minggu. Siklus hidup I. acutisriata bersifat tahunan dan ngengat muncul pada
bulan Mei-Juli, sedangkan di Burma siklus hidup I. acutisriata dalam setahun ada
dua periode, yaitu periode pertama pada bulan Maret-April setelah pupa terbentuk
pada bulan Februari-Maret dan periode kedua pada musim hujan OktoberNovember.
Aspek-aspek Serangan
Hutacharern (1993) mengemukakan bahwa larva I. acutisriata menyerang
pohon yang berumur lebih dari 2 tahun. Larva ini lebih sering berada di daerah
luka sekitar batang. Selain menyerang batang, juga menyerang dahan yang
menyebabkan ujung dahan retak dan patah. I. acutisriata menyerang pohon-pohon
kecil sampai pohon besar. Kerusakan secara langsung tidak akan menyebabkan
pohon mati, tetapi akan menurunkan kesehatan pohon, mengundang penyakit dan
penurunan kualitas kayu.
9
Pengendalian
Menurut Husaeni (1993) serangan I. acutisriata ini belum berarti bagi
tegakan sengon, jadi pemberantasan yang pernah dilakukan adalah menutup
bagian kulit yang luka dengan ter atau karbolineum. Hutacharern (1993) juga
menyatakan beberapa metode yang pernah dilakukan yaitu dengan :
1. mengunakan kawat yang kuat dengan panjang 10 cm untuk membunuh larva
yang ada di liang gerek dengan cara menusukkan kawat tersebut kedalam
liang gerek.
2. menyemprot permukaan batang dengan Neoplectena carpocapssae selama
musim hujan.
3. menyuntikkan batang dengan methamidophos (69 % SL), sebanyak 5 cc
dalam 15 cc air ; 20 cc larutan tersebut disuntikkan pada setiap ujung cabang.
Frekuensi penyuntikan tergantung kepada ukuran pohon.
Kerusakan Tegakan Akibat Hama
Hama dari golongan serangga merupakan hama yang paling banyak
menimbulkan kerusakan, baik pada akar, batang, bunga maupun daun. Kerusakan
akibat serangga hama tidak selalu dilakukan oleh imago serangga itu sendiri,
bahkan sebagian besar justru kerusakan disebabkan oleh serangga pada stadium
larva atau ulat (Departemen Kehutanan, 1989).
Menurut Soeratmo (1979) bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
suatu hama pada suatu pohon/tegakan hutan dapat dibedakan menjadi dua macam
kerusakan, yaitu kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan
langsung antara lain : mematikan pohon, merusak sebagian dari pohon,
menurunkan kualitas hasil-hasil hutan, menurunkan pertumbuhan pohon/tegakan
10
dan merusak biji dan buah. Sedangkan kerusakan tidak langsung antara lain :
merubah suksesi (komposisi tegakan), menurunkan umur tegakan, menimbulkan
kebakaran, mengurangi nilai keindahan dan membawa penyakit.
Tinggi rendahnya derajat kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh suatu
serangan perusak, terutama ditentukan oleh jumlah individunya (Soeratmo, 1979),
Andrewartha (1970) juga mengemukakan bahwa keadaan serangan/invansi
serangga hama sangat ditentukan oleh faktor lingkungan baik biotik maupun
abiotik.
Menurut
Prawirohartono
(1989)
antara
mahluk
hidup
dengan
lingkungannya selalu ada ketergantungan, sehingga perubahan pada salah satu
komponen akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya.
Kerawanan suatu tegakan hutan terhadap kerusakan oleh hama berkaitan
dengan vigor/kesehatan tegakan, selain itu keragaman jenis dan luas kelas umur
juga mempengaruhi (Husaeni, 1991).
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Populasi Serangga
Soeratmo (1979) mengemukakan bahwa perkembangan populasi serangga
ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.
Faktor-faktor Biotik
Terdiri atas daya reproduksi dan daya survival dari serangga ditentukan
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Daya reproduksi adalah kemampuan berkembang dalam jumlah individu
dari setiap ekor serangga betina dewasa di dalam periode waktu tertentu dalam
keadaan kondisi sekeliling yang selalu optimal. Adapun faktor-faktor yang
menentukan daya reproduksi tersebut adalah sifat-sifat dari serangga, terutama
sifat keperidian (fecundity); panjang umur dari mulai telur sampai dewasa,
11
perbandingan antara jantan dan betina (sex ratio), dan dua serangga atau lebih
yang dapat keluar dari satu telur (polyembriony).
Daya survival adalah kemampuan tumbuh, cara hidup dan sifat-sifat
lainnya dari serangga untuk dapat tetap hidup dengan keadaan sekitarnya. Kualitas
dan kuantitas makanan maksudnya adalah bagian pohon yang menjadi
makanannya keadaannya sesuai atau tidak dengan yang disukai dan keadaan
jumlah yang banyak atau sedikit.
Parasit adalah suatu organisme yang hidup di dalam atau diluar organisme
lain, dimana organisme yang pertama mendapat kebutuhan hidupnya dari
organisme kedua dan organisme kedua dirugikan.
Predator adalah suatu organisme yang hidup bebas dimana organisme
tersebut untuk hidupnya mendapatkan makanan dengan membunuh mangsanya
dan biasanya selalu memerlukan mangsa lebih dari seekor dalam hidupnya.
2.
Faktor-faktor Fisik
Faktor-faktor fisik
yang penting dalam mempengaruhi kehidupan
serangga adalah temperatur, sinar, hujan, kelembaban dan angin. Faktor-faktor
fisik tersebut bersama-sama membentuk suatu cuaca atau iklim yang dapat pula
menyebabkan timbulnya banyak kematian pada suatu serangga atau dapat pula
menyebabkan timbulnya epidemi suatu serangga, bahkan dapat menyebabkan
musnahnya atau tidak dapat hidupnya suatu serangga.
Penyebaran serangga juga dapat berperan dalam perkembangan populasi
serangga. Serangga dapat datang sendiri kesuatu tempat untuk mencari makan,
tapi dapat pula kehadirannnya itu karena terbawa oleh hewan lainnya, seperti
burung, kupu-kupu dan kumbang. Pada mulanya, jumlahnya memang masih
12
sedikit, tetapi jumlah itu kemudian akan menjadi besar manakala kondisi
lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan serangga tersebut (Trubus, 1989).
13
DAFTAR PUSTAKA
Adrewartha, H. G. 1961. Introduction to the Study of Animal Populations. The
University of Chicago Press.
Alrasjid, H. 1972. Beberapa Keterangan Tentang Albizia falcataria (L) Fosberg.
Menara Perkebunan. Jakarta.
Badriyah, S. 2002. Panduan Praktikum Klimatologi Hutan Terapan. IPB. Bogor.
Departemen Kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Departemen
Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta.
Hutacharern, C. 1993. Insect Pests. In Acacia mangium growing and Ultization.
Winrock Internasional and the Food Agricultur Organizing of the United
Nations. Bangkok. Thailand
Lablink, 2006. Sengon. Http : //www.lablink.or.id/Env/Agro/Sengon/sngnb1.htm. Accesed at 24 – 8 – 2006.
Lahiya, A. A. 2000. Perihal Perlindungan Hutan. Terjemahan dari: Algemene
Houtteel en bosbescherming. Bandung.
Nair, K.S.S. 2000. Insect Pests and Diseases in Indonesia Forest. Cifor. Bogor.
Indonesia
Samingan, T. 1979. Dendrologi. Bagian Ekologi Departemen Botani. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Soeratmo, F. G. 1979. Hama Hutan di Indonesia. Proyek Peningkatan Mutu
Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tarlinawati, D. 1997. Perkembangan Serangan Serangga Perusak kulit Pohon
Indarbela sp. (Lepidoptera : Indarbelidae) Pada Tegakan Sengon
(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Bogor.
Tarmizi. 1986. Rangkuman Kuliah Entomologi Umum. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif.
Jakarta.
Download