Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang

advertisement
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
KRITIK TERHADAP KEBATILAN DAN PARA
PERILAKUNYA, PRINSIP ISLAM YANG KIAN
DITINGGALKAN
Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al-Atsari, Lc
Sikap kritis tampaknya memang tidak mudah dibudayakan di tengah masyarakat yang
tenggelam dalam kultus individu dan fanatisme golongan. Yang muncul justru sikap kritis
yang kebablasan: kebenaran yang telah pasti justru diotak-atik, sementara yang nyata-nyata
menyimpang justru dibiarkan tanpa dikritisi dengan dalih ukhuwah Islam ataupun demi
persatuan umat.
Konsep persatuan dan rapatkan barisan, nampaknya menjadi konsep yang laker (laku keras)
saat ini. Dengan ciri khas mengedepankan persatuan, tanpa mempermasalahkan latar
belakang pemahaman agama masing-masing unsurnya, konsep ini terus bergulir. Slogan
“Islam warna-warni” terus didengungkan, seiring dengan semakin merasuknya konsep batil
ini di tengah umat Islam. Motto kelompok sesat Ikhwanul Muslimin “saling bantu-membantu
dalam hal-hal yang disepakati bersama dan saling menghargai (tidak mempermasalahkan)
perbedaan-perbedaan yang ada” pun turut meramaikan suasana. Tak peduli apakah
perbedaan tersebut berkaitan dengan masalah prinsip ataukah tidak. Hingga sampailah pada
klimaksnya di mana tidak boleh saling mengkritik kesalahan dan pelakunya meskipun
kesalahan tersebut hakekatnya termasuk masalah prinsip dalam agama ini. Subhanallah,
sedemikian sucikah kebatilan dan para pelakunya itu…?!
Kebatilan dan Pelakunya Pada Umat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
Allah Azza wa jalla telah menetapkan bahwa setiap nabi mempunyai musuh dari jenis jin dan
manusia yang selalu menentang mereka dan mengajak umat manusia kepada kebatilan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian dari mereka membisikkan kepada sebagian yang
lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia.” (Al-An’am: 112)
Meski demikian Allah Azza wa jalla tetap memerintahkan Rasul-Nya untuk terus mengajak
kepada kebenaran dan mencegah dari kebatilan. Allah Azza wa jalla berfirman:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya kami memelihara
kamu dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (kamu).” (Al-Hijr: 94-95)
Hal ini menunjukkan bahwa kebatilan dan pelakunya, benar-benar ada pada umat
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana yang diriwayatkan shahabat
Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Orang-orang (para shahabat) selalu
bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku
selalu bertanya kepada beliau tentang kejelekan, karena aku khawatir kejelekan itu akan
menimpaku. Maka aku berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu tenggelam
dalam kehidupan jahiliyah dan kejelekan, kemudian Allah menganugerahkan kepada kami
kebaikan (Al-Islam) ini. Apakah setelah kebaikan ini akan ada kejelekan?” Beliau bersabda:
“Ya.” Aku berkata: “Dan apakah setelah kejelekan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau
bersabda: “Ya, namun ada kelemahan (pergeseran dalam agama) padanya.” Aku berkata:
“Apa kelemahan itu?” Beliau bersabda: “Adanya suatu kaum yang berpegang dengan selain
Sunnahku dan membimbing manusia dengan selain petunjukku, engkau mengetahui apa
yang datang dari mereka dan bisa mengingkari.” Aku pun berkata: “Apakah setelah kebaikan
itu akan ada kejelekan lagi?”
Beliau bersabda: “Ya, adanya para da’i yang menyeru kepada pintu-pintu jahannam.
Barangsiapa menyambut ajakan mereka, niscaya akan dilemparkan ke dalamnya
(jahannam).” Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apa nasehatmu jika aku mendapatinya?”
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
(yang menyeru kepada kesesatan) itu, meskipun engkau harus berpegangan (menggigit)
akar pohon sampai kematian mendatangimu dan engkau dalam keadaan seperti itu.”(HR. AlBukhari, no.7084 dan Muslim, no.1847, dengan lafadz Muslim)
Disebutkan pula dalam hadits Al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati kami dengan suatu nasehat yang
sangat mengena, membuat hati trenyuh, dan air mata berlinang. Maka kami berkata: ‘Wahai
Rasulullah, sepertinya ini nasehat seseorang yang akan meninggalkan (kami), maka berilah
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam
hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu di atas.
Demikian pula Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencukupkan peringatan/ kritik
terhadap kebatilan semata, akan tetapi beliau juga memperingatkan umat dari para penyeru
kebatilan yang menyebarkan kebatilan tersebut di tengah-tengah umat, menghalangi
mereka dari jalan istiqamah, serta menipu umat dengan hiasan kata-kata agar mereka
terkelabui dengannya. Bahkan beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam tak segan-segan
menyebutkan nama-nama mereka, tanpa mencukupkan penyebutan sifat dan kebatilan
mereka semata. Tidak ada yang mendorong beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk
memberikan peringatan tersebut kecuali kekhawatiran beliau terhadap umatnya dari
penyimpangan dan dari syi’ar-syi’ar kebatilan yang menipu.
Ketahuilah, beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan (umat) dari orangorang Khawarij sebagaimana yang terdapat di dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu
‘anhu tentang Dzul Khuwaishirah yang pernah mengatakan (dengan lancang):
“Berbuat adillah, wahai Muhammad!”
Ketika Umar Radhiyallahu ‘anhu berkehendak untuk membunuh orang yang tidak tahu diri
ini, beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun mencegahnya. Dan ketika Dzul Khuwaishirah
beranjak pergi, beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan (para shahabat) darinya
dan dari para pengikutnya, seraya bersabda:
“Sesungguhnya ia mempunyai para pengikut yang salah seorang dari kalian merasa
shalatnya tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, shaumnya tidak ada apaapanya dibandingkan shaum mereka. Mereka (selalu) membaca Al Qur`an namun tidaklah
melewati kerongkongan (tidak dihayati dan dipahami maknanya, pen). Mereka keluar dari
(prinsip) agama sebagaimana keluarnya (menembusnya) anak panah dari tubuh hewan
buruan.” (HR. Al-Bukhari no. 3610 dan Muslim no. 1064)
Dan juga sabda beliau, sebagaimana dalam hadits Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu:
“Mereka adalah sejahat-jahat makhluk.” (HR. Muslim no. 1067)
Sebagaimana pula sabda beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang Qadariyyah (para
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
berkata: “Jangan duduk-duduk bersamanya karena ia seorang Murji` (yang berpemikiran
irja`). Kemudian Ayyub mengomentari nasehat Sa’id bin Jubair: “Aku tidak meminta
pendapatnya dalam perkara ini, namun sudah semestinya bagi seorang muslim bila melihat
sesuatu yang buruk pada saudaranya agar mengingatkannya.” (Asy-Syari’ah, karya Al-Ajurri
rahimahullah hal.144)
Thawus bin Kaisan memperingatkan umat dari Ma’bad Al-Juhani ‘si pengingkar taqdir’ dengan
menyebut namanya, beliau berkata: “Hati-hatilah dari Ma’bad Al-Juhani karena sungguh ia
seorang pengingkar taqdir.” (Al-Ibanah, karya Ibnu Baththah rahimahullah juz 2 hal. 453)
Ketika Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah datang ke kota Bashrah, beliau
memperhatikan keadaan Ar-Rabi’ bin Shubaih dan kedudukannya di kalangan umat,
kemudian beliau bertanya: “Apa madzhabnya?” Mereka menjawab: “Madzhabnya tidak lain
adalah As-Sunnah.” Sufyan berkata: “Siapa kawan-kawan dekatnya?” Mereka menjawab:
“Ahlul qadar (para pengingkar taqdir).” Maka Sufyan berkata: “(Kalau begitu) dia adalah
seorang Qadari (pengingkar taqdir).” (Al-Ibanah, karya Ibnu Baththah juz 2 hal. 453)
Al-Imam Al-Ajurri rahimahullah berkata setelah menyebutkan para imam di atas:
“Barangsiapa meneladani para imam tersebut, maka akan selamat agamanya, insya Allah.”
Demikianlah teladan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, para shahabatnya, tabi’in, dan
para ulama setelah mereka, dalam menyikapi pelaku kebatilan dari kalangan Ahlul Bid’ah.
Dan ternyata yang demikian itu tidak termasuk dari ghibah, bahkan tergolong sebagai
nasehat untuk umat. Para imam Islam pun sepanjang masa senantiasa berpegang teguh
dengan prinsip ini. Bila anda perhatikan apa yang mereka tulis dalam karya-karya tulis
mereka niscaya anda akan melihatnya dengan jelas dan gamblang. Lihatlah apa yang ditulis
oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dalam kitabnya Ar-Raddu ‘Alal Jahmiyyati Waz
Zanaadiqah, bantahan Al-Imam Ad-Darimi rahimahullah terhadap Bisyr Al-Marisi, dan juga
bantahan Ibnu Abdil Hadi rahimahullah salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah terhadap As-Subki.
Adapun bantahan-bantahan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah terhadap ahlul ahwa` tidak
terhitung lagi banyaknya. Beliau benar-benar bagaikan pedang terhunus bagi mereka.
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
Lihatlah kitabnya Ar-Raddu ‘alal Akhnaa’i dan kitab Ar-Raddu ‘alal Bakri, bantahannya
terhadap Imamul Haramain di dalam kitab Dar`u Ta’arudhil ‘Aqli wan Naqli, bantahan
terhadap Ar-Razi dalam kitab Talbisul Jahmiyyah, dan bantahannya terhadap Al-Ghazali
dalam kitab Minhajus Sunnah.
Bagaimana tidak… beliaulah yang mengatakan: “Seorang yang membantah ahlul bid’ah
adalah mujahid, sampai-sampai Yahya bin Yahya menyatakan pembelaan terhadap AsSunnah lebih utama dari jihad.” (Naqdhul Manthiq hal. 12)
Beliau juga berkata: “Sesungguhnya menjelaskan dan memperingatkan umat dari keadaan
para penyeru bid’ah, yang perkataan atau ibadahnya bertentangan dengan Al Qur`an dan
As-Sunnah merupakan suatu kewajiban yang disepakati oleh kaum muslimin.
Telah dikatakan kepada Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah: “Siapakah yang lebih
engkau sukai, seorang yang selalu shaum (berpuasa), shalat, dan i’tikaf ataukah seseorang
yang membicarakan ahlul bid’ah?” Maka beliau menjawab: “Jika seseorang shaum
(berpuasa), shalat, dan i’tikaf, maka itu untuk dirinya sendiri. Namun jika berbicara tentang
ahlul bid’ah, maka sungguh ia untuk kaum muslimin, dan itulah yang lebih utama.” Beliau
juga berkata: “Sebagian mereka ada yang mengatakan kepada Al-Imam Ahmad bin Hanbal,
sesungguhnya berat bagiku untuk berkata ‘fulan demikian dan fulan demikian’, maka beliau
berkata: ‘Jika engkau diam dan aku pun diam, maka kapan lagi seorang jahil bisa
membedakan antara yang benar dan yang salah.’
Demikianlah secara berkesinambungan hingga zaman kita ini, para ulama Sunnah selalu
mengangkat tinggi bendera As-Sunnah dan membelanya, serta memerangi bid’ah dan
memperingatkan (umat) dari ahlul bid’ah. Dan segala puji hanya milik Allah yang telah
menjadikan di zaman kita ini orang-orang yang menjaga kemurnian agama dan membela
aqidah salaf sehingga tidak tercemari oleh berbagai macam kotoran. Perhatikanlah kitabkitab Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah, semuanya penuh dengan bantahanbantahan terhadap ahlul ahwa`. Perhatikanlah bantahan beliau terhadap Al-Kautsari dan
muridnya Abdul Fattah Abu Ghuddah serta Ash-Shabuni dalam hal sifat-sifat Allah, niscaya
anda akan mendapatinya dengan jelas di dalam kitab Majmu’ Fatawa Wa Maqalat
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
Mutanawwi’ah. Benar-benar beliau telah membantah sejumlah ahlul bid’ah para pemilik
nama-nama yang indah. Al-Mu’allimi rahimahullah juga membantah Al-Kautsari dalam kitab
At-Tankil, dan perhatikan bantahan-bantahan Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah terhadap ahlul bid’ah seperti bantahannya terhadap Abu Ghuddah di dalam
muqaddimah kitab Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah dan dalam kitab beliau Kasyfun Niqab, dan
juga bantahan beliau terhadap Muhammad Al-Buuthi. Kaset-kaset beliau pun penuh dengan
diskusi tentang ahlul bid’ah serta membongkar tipuan dan kerancuan-kerancuan mereka.
Demikian pula bantahan-bantahan Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah terhadap ahlul
ahwa`, seperti bantahan beliau terhadap Al-Buuthi di dalam kitab As-Salafiyah dan bantahan
beliau terhadap Ash-Shabuni. Bantahan-bantahan Asy-Syaikh Al-‘Allamah Hamud At-Tuwaijiri
rahimahullah terhadap ahlul bid’ah pun sangat banyak, di antaranya kitab Ar-Raddul Qawi
‘Alal Mujrimil Atsim, Al-Qaulul Baligh Fit Tahdzir Min Jama’atit Tabligh, dan Al-Ihtijaj Bil Atsar
‘Ala Man Ankaral Mahdi Al-Muntazhar. Dan lihatlah apa yang telah ditulis oleh Asy-Syaikh
Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah dalam menyingkap aqidah Sayyid Quthub dan
bantahan terhadap orang-orang yang berlebihan terhadapnya dalam empat kitab yang
sangat berharga; Adhwa‘ Islamiyah ‘Ala ‘Aqidati Sayyid Quthub Wa Fikrihi, Matha’in Sayyid
Quthub Fi Ashhabi Rasulillah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Al-‘Awashim Mimma Fi Kutubi
Sayyid Quthub Minal Qawaashim, dan Al-Hadddul Fashil Bainal Haqqi Wal Bathil, dan banyak
lagi dari para ulama selain mereka yang membela As-Sunnah dan manhaj salaf siang dan
malam, secara sembunyi dan terang-terangan dengan mengharap pahala dari Allah Azza wa
jalla. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin.
Penutup
Dari bahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
Kebatilan dan para pelakunya benar-benar ada pada umat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya menunjukkan jalan kebenaran yang harus
ditempuh oleh umatnya, tetapi beliau juga memperingatkan mereka dari kebatilan dan
segala apa yang diada-adakan dalam agama ini (bid’ah). Sehingga betapa batilnya perkataan
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
sebagian orang, “Ajarkanlah kepada umat suatu kebenaran, niscaya mereka dapat
mengetahui kebatilan dengan sendirinya.”
Di antara prinsip Islam adalah memperingatkan umat dari kebatilan dan pelakunya,
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, para shahabat,
tabi’in, dan ulama-ulama Islam. Dari sini nampak kesesatan dan kebatilan perkataan
sebagian orang, “Peringatkan umat dari kebatilan, namun jangan sekali-kali berbicara
tentang pelakunya”, atau yang lebih ‘keren’ lagi “Kita memperbaiki dan tidak
menghancurkan.”
Persatuan sejati adalah yang dibangun di atas Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman
As-Salafush Shalih dengan saling membantu dalam kebaikan dan saling menasehati bila ada
yang terjatuh dalam kemungkaran.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Bantulah saudaramu (sesama muslim) baik dalam keadaan dzalim atau didzalimi.” Para
shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, membantunya dalam keadaan didzalimi bisa kami
mengerti, lalu bagaimana membantunya dalam keadaan dzalim?” Beliau menjawab,
“Kalian mencegahnya dari perbuatan dzalim tersebut.” (HR. Al-Bukhari, Kitabul
Mazhalim)
Maka dari itu konsep “persatuan dan rapatkan barisan” yang hanya mengedepankan
‘persatuan’ tanpa mempermasalahkan latar belakang pemahaman agama masing-masing
unsurnya, bahkan tidak boleh saling mengkritik kesalahan dan pelakunya dalam masalah
yang prinsip sekalipun, merupakan konsep yang batil.
Suatu konsep persatuan orang-orang Yahudi yang diingkari oleh Allah Azza wa jalla dalam
firman-Nya:
“Mereka tidak akan memerangi kamu secara frontal, kecuali di kota-kota yang berbenteng
atau di belakang tembok. Permusuhan di antara mereka sendiri sangat tajam. Kamu mengira
mereka itu bersatu, tapi hati mereka terpecah-pecah. Itulah karena mereka kaum yang tidak
mau berpikir.” (Al-Hasyr: 14)
Wallahu a’lam bish-shawab.
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kritik Terhadap Kebatilan Dan Para Perilakunya, Prinsip Islam Yang
Kian Ditinggalkan
(Diterjemahkan dari kitab Tahafutus Syi’arat-Wa Suquthul Aqni’ah, karya Asy-Syaikh Abdul
Aziz bin Syabib Ash-Shaqr hal 3-10, dengan beberapa perubahan dan tambahan oleh Ruwaifi’
bin Sulaimi Al-Atsari)
————————————————Sumber : Majalah Asy Syariah
Related Posts
Buku-buku Sesat Perusak Agama Umat
BUKU-BUKU SESAT PERUSAK AGAMA UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc
Buku (agama) adalah pengikat ilmu. Adagium demikian memang tidak ada yang
mengingkarinya. Namun…
Kebatilan Manhaj Dakwah Hizbiyah
KEBATILAN MANHAJ DAKWAH HIZBIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma menyatakan bahwa ketika Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa
sallam mengutus Mu’adz bin Jabal…
Petunjuk Bagi Orang-orang Yang Bingung
PETUNJUK BAGI ORANG-ORANG YANG BINGUNG [Terhadap Ahlul Kitab Dan Orang-orang Yang
Sesat] Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Hafizhahullah Shahabat yang mulia bernama
Jabir bin…
Sayyid Qutb Pencela Sahabat
SAYYID QUTB PENCELA SHAHABAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari Abu
Sa’id Al-Khudri radhiyallahuanhu berkata: Nabi Shalallau’alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku.…
Menghidupkan Sunnah Nabi yang Kian Terasing
Menghidupkan Sunnah Nabi yang Kian Terasing Al Ustadz Qomar Su'aidy Lc Dahulu
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah mewasiatkan umatnya agar berpegang
dengan kuat pada ajaran…
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Download