RENCANA ALLAH

advertisement
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
GOD’S PLANS FOR YOU
(Rencana Allah Bagi Anda)
J.I.Packer
Penerbit: Momentum
Halaman 9 -29
RENCANA ALLAH
Dasar Orientasi Kristen
ADAKAH SESUATU YANG DISEBUT RENCANA?
ORANG ZAMAN SEKARANG MERASA TERSESAT DAN
TERHILANG. Kesenian, puisi, novel modern, atau perbincangan lima
menit dengan orang yang peka akan membuat kita meyakini hal ini.
Sepertinya aneh jika hal ini bisa terjadi pada zaman ketika pengendalian
kita atas kekuatan alam jauh melampaui zaman-zaman sebelumnya.
Namun hal ini sesungguhnya tidak aneh. Hal ini adalah penghukuman
Allah karena kita mencoba untuk merasa terlalu betah tinggal di duma ini.
Kita menolak untuk percaya bahwa tujuan hidup kita harus
melampaui kehidupan masa sekarang. Bahkan sekalipun kita mencurigai
kaum materialis karena menyangkali keberadaan Allah dan dunia lain, kita
tidak mengizinkan keyakinan kita menjauhkan kita dari kehidupan
berdasarkan prinsip-prinsip materialistis. Kita memperlakukan dunia ini
seolah-olah ini satu-satunya rumah kita, dan kita berkonsentrasi penuh
1
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
untuk mengaturnya demi kenyamanan kita. Kita menyangka kita bisa
membangun sorga di bumi.
Kini Allah menghakimi kita karena keduniawian kita. Pada abad
silam kita mengalami dua perang dunia "yang panas," dan satu perang
"dingin," yang dalam bidang tertentu masih berlangsung. Kita hidup pada
zaman perang nuklir, rasisme, perang antarsuku, penipuan uang, terorisme,
dan segala jenis pencucian otak.
Mustahil kita dapat betah di dunia seperti ini. Dunia ini telah
mengecewakan kita. Kita berharap kehidupan ini ramah tetapi kehidupan
mengejek pengharapan kita, dan membiarkan kita kecewa dan frustrasi.
Kita menyangka kita tahu apa yang harus diperbuat dalam hidup ini. Kini
kita cemas apakah masih ada yang bisa kita perbuat dengannya. Kita
menganggap diri bijak. Kini kita mendapati diri bagaikan anak-anak yang
tersesat di kegelapan malam.
Cepat atau lambat ini pasti terjadi. Dunia milik Allah tak pernah
ramah terhadap mereka yang melupakan Penciptanya. Pemeluk agama
Buddha yang mengaitkan ateisme mereka dengan pesimisme menyeluruh
terhadap hidup, benar sampai batas ini. Tanpa Allah manusia kehilangan
arah, dan kecuali ia menemukan Sang Empunya dunia ini, ia tidak akan
dapat menemukan arah itu. Tidak heran jika orang yang tidak percaya
merasa diri mereka tidak berarah dan menyedihkan. Tidak heran jika jiwa
jiwa yang pahit dan frustrasi ini berpaling pada obat-obat terlarang dan
minuman keras, atau jika para remaja menanggapi kekacauan di sekeliling
mereka dengan bunuh diri. Allah menciptakan hidup, dan hanya Allah
yang bisa memberi tahu maknanya. Jika kita mau memahami hidup di
dunia ini, maka kita harus tahu tentang Allah. Dan jika kita mau tahu
tentang Allah, kita harus kembali kepada Alkitab.
BACALAH ALKITAB
Jadi marilah kita membaca Alkitab - jika kita bisa. Tetapi bisakah kita?
Banyak di antara kita yang kehilangan kemampuan ini. Kita membuka
Alkitab dengan kerangka pikir yang membentuk batasan yang tak dapat
2
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
ditembus. Meski terdengar mengejutkan, hal ini benar. Izinkan saya
menjelaskan.
Ketika Anda membaca sebuah buku, Anda memperlakukannya
sebagai suatu kesatuan. Anda mencari plot atau alur utamanya, dan
menelusurinya sampai akhir. Anda membiarkan pikiran si penulis
menuntun Anda. Tidak peduli apakah Anda membiarkan diri "terbenam"
sebelum menyerap isi buku tersebut atau tidak, Anda tahu bahwa Anda tak
akan pernah memahaminya sampai Anda membacanya dari awal hingga
akhir. Jika Anda ingin menguasai buku itu, Anda akan meluangkan waktu
khusus untuk mempelajarinya dengan saksama dan tidak tergesa-gesa.
Tetapi kita membaca Kitab Suci secara berbeda. Kita tidak terbiasa
memperlakukannya sebagai sebuah buku. Kita melihatnya hanya sebagai
kumpulan cerita dan pepatah yang tepisah. Kita begitu saja menganggap
tulisan ini sebagai nasihat moral atau penghiburan bagi mereka yang
bermasalah. Jadi kita membaca Alkitab dalam dosis ringan, beberapa ayat
setiap kali baca. Kita tidak membaca keseluruhan kitab, apalagi membaca
kedua Perjanjian tersebut secara menyeluruh. Kita menyusuri masa tua
Yakub yang kaya raya, sambil menantikan sesuatu menyambar kita.
Ketika ayat-ayat ini menenangkan pikiran atau memberi gambaran yang
menyenangkan, kita yakin Alkitab telah menyelesaikan tugasnya. Kita
menganggap Alkitab bukan sebagai buku, melainkan sekumpulan
penggalan bacaan yang indah dan menguatkan, dan berdasarkan itulah kita
menggunakannya. Akibatnya, dalam pengertian "membaca" secara umum,
kita sama sekali tidak membaca Alkitab. Kita menganggap kita telah
memperlakukan Kitab Suci dengan cara yang benar, tetapi kita ternyata
salah. Ini hanyalah religiusitas semu, bukan religiositas sejati.
Allah tidak ingin Alkitab dibaca hanya sebagai obat bagi pikiran yang
sedang kesal. Pembacaan Kitab Suci dimaksudkan untuk membangunkan
pikiran kita, bukan untuk menina-bobokannya. Allah meminta kita untuk
mendekati Kitab Suci sebagai Firman-Nya - pesan yang ditujukan kepada
ciptaan-Nya yang berakal budi dan bernalar, sehingga jangan harap dapat
dipahami tanpa memikirkannya. "Marilah, baiklah kita berperkara [reason
together, KJV]!" kata Allah kepada bangsa Yehuda melalui Yesaya (Yes.
1:18), dan Dia mengucapkan hal yang sama setiap kali kita membuka
kitab-Nya. Dia mengajar kita berdoa memohon pencerahan ilahi ketika
3
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
kita membaca. "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang
keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu" (Mzm. 119:18). Doa ini meminta
Allah memberikan pemahaman saat kita merenungkan Firman-Nya.
Namun kita menghalangi Allah menjawab doa ini jika sesudah berdoa, kita
tidak berpikir saat membaca.
Allah ingin kita membaca Alkitab sebagai buku - sebuah kisah
dengan sebuah tema. Saya tidak lupa bahwa Alkitab terdiri dari banyak
bagian yang terpisah (tepatnya enam puluh enam bagian) dan sebagian
bahkan merupakan gubahan (seperti Mazmur yang terdiri dari 150 doa dan
himne). Sekalipun demikian, Alkitab dihasilkan oleh satu pikiran, yakni
pikiran Allah. Alkitab berulang kali membuktikan kesatuan ini melalui
keterkaitan yang mengagumkan antarbagiannya, bagian satu memperjelas
bagian lain. Jadi kita harus membacanya sebagai satu kesatuan. Dan ketika
membaca, kita harus bertanya: Apakah plot kitab ini? Apakah topiknya?
Apakah isinya? Kecuali kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita
takkan pernah melihat apa yang sedang ia katakan mengenai hidup kita.
Ketika telah mencapai titik ini, kita akan menemukan bahwa pesan
Allah kepada kita lebih radikal dan lebih memberi semangat, ketimbang
apa pun yang bisa diberikan oleh religiositas manusia.
TEMA UTAMA
Apakah yang akan kita temukan jika kita membaca Alkitab sebagai satu
kesatuan yang utuh dan dengan menyelidiki fokusnya? Inilah yang akan
kita temukan: Alkitab tidak terutama berbicara tentang manusia. Tokoh
utamanya adalah Allah. Dia-lah tokoh utama dalam drama ini, Sang
Pahlawan dalam kisah Alkitab. Alkitab mensurvei karya-Nya di dunia ini,
dulu, kini, dan kelak, berikut penjelasan dari para nabi, pemazmur, orang
bijak, dan rasul. Tema utamanya bukan keselamatan manusia, melainkan
karya Allah yang mempertahankan tujuan-Nya dan memuliakan diri-Nya
dalam alam semesta yang berdosa dan kacau. Dia melakukannya dengan
mendirikan kerajaan-Nya dan meninggikan Putra-Nya, dengan
menciptakan suatu umat untuk menyembah dan melayani Dia, dan dengan
4
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
membongkar dan menata ulang segala yang ada, yang berarti mencabut
dosa dari dunia-Nya.
Dalam perspektif yang lebih besar inilah Alkitab berbicara tentang
karya Allah yang menyelamatkan manusia. Allah Alkitab lebih dari
sekadar arsitek kosmos yang jauh, atau paman sorgawi yang mahaada, atau
kuasa pemberi hidup yang impersonal. Allah melampaui semua allah
pengganti yang mendiami pikiran abad kedua puluh. la hidup, hadir dan
aktif di mana saja, "Mulia karena kepudusan-Mu, menakutkan karena
perbuatan-Mu yang mahsyur" (Kel. 15:11). Ia menamai diri-Nya - Yahweh
(Jehovah: lih. Kel. 3:14-15; 6:2-3). Baik diterjemahkan menjadi "Akulah
Aku" atau "Akulah Aku yang akan datang" (bahasa Ibrani mencakup
kedua makna ini), nama ini memproklamasikan eksistensi-Nya dan
kecukupan-Nya, kemahakuasaan-Nya dan kebebasan-Nya yang tak terikat
apa pun.
Dunia ini miliknya, Ia menjadikannya dan mengendalikannya. Ia "di
dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya (Ef. 1:11).
Pengetahuan dan kuasanya-Nya menjangkau hal terkecil: "Dan kamu,
rambut kepalamu pun terhitung semuanya" (Mat. 10:30). "Tuhan
bertakhta" - pemazmur menjadikan kebenaran yang tak tergoyahkan ini
sebagai titik awal bagi puji-pujian mereka (lih. Mzm. 93:1; 96:10; 97:1;
99:1). Sekalipun kekuatan jahat menerjang dan kekacauan mengancam,
Allah adalah Raja. Karena itu umat-Nya aman.
Itulah Allah Alkitab. Dan Alkitab, dari Kejadian hingga Wahyu,
mengumandangkan keyakinan bahwa ada rencana Allah di balik semua
kebingungan yang tampak di dunia ini. Rencana tersebut berkenaan
dengan penyempurnaan suatu umat dan pemulihan suatu dunia melalui
perantaraan Yesus Kristus. Allah mengatur berbagai urusan manusia
dengan mengingat tujuan ini. Sejarah manusia merupakan catatan dari
penggenapan maksud Allah ini.
Alkitab merincikan tahap-tahap rencana Allah. Allah mengunjungi
Abraham, memimpinnya ke Kanaan, dan mengikut kovenan dengannya
dan dengan keturunannya - "perjanjian antara Aku dan engkau serta
keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal.... Aku akan
menjadi Allah mereka" (Kej. 17:7 dst.). Dia mengaruniai Abraham seorang
5
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
putra, mengubah keluarganya menjadi suatu bangsa dan membawa mereka
keluar dari Mesir menuju tanah milik mereka. Selama berabad-abad Ia
mempersiapkan mereka dan dunia kafir untuk menyambut kedatangan
Sang Juruselamat dan Raja, "Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,
tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada akhir zaman. Oleh
Dialah kamu percaya kepada Allah" (1Ptr. 1:20 dst.).
Akhirnya, "Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat,
supaya kita diterima menjadi anak" (Gal. 4:4 dst.). Perjanjian kepada
keturunan Abraham kini digenapkan pada semua orang yang percaya
kepada Kristus: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga
adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah" (Gal. 3:29).
Rencana Allah atas zaman ini adalah supaya Injil ini tersebar di
seluruh dunia, dan "suatu kumpulan besar ... dari segala bangsa dan suku
dan kaum dan bahasa" (Why. 7:9) dibawa untuk percaya kepada Kristus.
Saat Kristus kembali, langit dan bumi akan dibangun ulang dengan luar
biasa. Maka, tempat "Takhta Allah dan takhta Anak Domba itu," akan
menjadi tempat "hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, dan
mereka akan melihat wajah-Nya ... dan mereka akan memerintah sebagai
raja sampai selama¬lamanya" (Why. 22:3-5).
Inilah rencana Allah menurut Alkitab. Rencana ini tidak dapat
digagalkan oleh dosa manusia, sebab Allah membuat suatu jalan sehingga
dosa manusia dapat menjadi bagian dari rencana tersebut, dan perlawanan
terhadap rencana Allah dipakai untuk memajukan kehendak-Nya. Kepada
saudara-saudara yang menjualnya ke Mesir, Yusuf berkata, "Memang
kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan, yakni memelihara hidup suatu bangsa
yang besar" (Kej. 50:20); "Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini,
tetapi Allah" (Kej. 45:8). Salib Kristus adalah gambaran yang paling tepat
dari prinsip ini. Dalam khotbahnya pada hari Pentakosta, Petrus berkata "Ia
yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu
salibkan dan kamu bunuh" (Kis. 2:23). Di bukit Golgota, Allah memakai
dosa Israel sebagai sarana keselamatan dunia. Jadi, kefasikan manusia tak
bisa menghalangi rencana Allah menebus umat-Nya. Melalui hikmat
6
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
kemahakuasaan-Nya, hal ini justru menjadi sarana untuk menggenapi
rencana itu.
MENERIMA RENCANA ITU
Jadi, inilah Allah Alkitab: Allah yang memerintah, Penguasa atas
peristiwa, yang melalui pelayanan umat-Nya yang tersendat-sendat dan
kejahatan musuh-musuh-Nya, mengerjakan maksud kekal-Nya bagi duniaNya. Sekarang kita mulai melihat apa yang akan Alkitab katakan kepada
angkatan kita yang merasa begitu tersesat dalam berbagai peristiwa yang
sulit dimengerti. Ada rencana, demikian kata Alkitab. Ada makna dalam
berbagai keadaan, tetapi semua ini luput dari perhatian Anda.
Berpalinglah kepada Kristus. Carilah Allah. Serahkan diri Anda pada
penggenapan rencana-Nya, maka Anda akan menemukan kunci
kehidupan. Kristus berjanji, "Barangsiapa mengikut Aku, is tidak akan
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup"
(Yoh. 8:12). Anda akan memiliki motivasi: kemuliaan Allah. Anda akan
memiliki aturan: hukum Allah. Anda akan memiliki sahabat baik, hidup
atau mati: Putra Allah. Anda akan menemukan jawaban atas keraguan
akibat keadaan yang tanpa makna, bahkan jahat. Anda akan tahu bahwa
"Tuhan bertakhta," dan "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm. 8:28). Dan
Anda akan memiliki damai sejahtera.
Altematifnya, kita bisa menentang dan menolak rencana-Nya, tetapi
kita tidak akan luput darinya. Salah satu unsur rencana-Nya adalah
penghukuman atas dosa. Mereka yang menolak Injil yang menawarkan
kehidupan dalam Kristus, membawa diri ke dalam kekekalan yang gelap.
Mereka yang memilih hidup tanpa Allah, akan hidup tanpa allah: Allah
menghormati pilihan kita. Ini juga bagian dari rencana tersebut. Kehendak
Allah digenapi dalam penghukuman mereka yang tidak percaya, seperti ia
digenapi dalam keselamatan mereka yang beriman kepada Tuhan Yesus.
7
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
Semua itu adalah garis besar rencana Allah, pesan inti tentang Allah
yang Alkitab sampaikan kepada kita. Nasihat yang diberikan kepada kita
adalah nasihat yang Elifas berikan kepada Ayub: "Berlakulah ramah
terhadap Dia, supaya engkau tenteram, dengan demikian engkau
memperoleh keuntungan" (Ayb. 22:21). Karena tahu bahwa "Tuhan
bertakhta" dan mengerjakan rencana-Nya bagi dunia tanpa rintangan, kita
bisa mulai menghargai baik hikmat dari nasihat ini, maupun kemuliaan
yang tersembunyi di balik janji ini.
"SEGALA SESUATU MENDATANGKAN KEBAIKAN"?
"Tuhan bertakhta." Inilah kebenaran dasar pertama yang harus kita sadari.
Sang Pencipta adalah Raja dalam alam semesta-Nya. Allah "di dalam
segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya" (Ef. 1:11).
Faktor penentu dalam sejarah dunia, tujuan yang mengendalikannya, dan
kunci untuk menafsirkannya, adalah rencana kekal Allah. Ketuhanan Allah
yang berdaulat merupakan dasar dari pesan Alkitab dan fakta mendasar
iman Kristen, dan kita telah melihat bahwa di atasnya dibangun jaminan
besar bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah." Jika benar,
ini adalah kabar yang teramat baik.
Tetapi benarkah keyakinan ini? Klaim ini cukup menyulitkan jiwajiwa yang peka dan perenung. Klaim ini tidak mengizinkan demonstrasi
rasional, dan ada banyak situasi yang membuat sulit menerimanya.
Sebagian yang dialami oleh orang Kristen sangat menyakitkan dan
membingungkan kita. Bagaimana mungkin segala kemalangan,
keputusasaan, dan hambatan ini merupakan kehendak-Nya? Dalam
menanggapi hal ini, kita cenderung menyangkali fakta bahwa Allah
memerintah, atau menyangkali kebaikan sempurna dari Allah yang
memerintah. Memang mudah untuk menarik kedua kesimpulan ini, tetapi
mudah pula untuk keliru. Ketika kita tergoda untuk berbuat demikian, kita
harus berhenti dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada diri kita.
8
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
BEBERAPA RAHASIA
Anehkah jika kita dibingungkan oleh apa yang sedang Allah kerjakan?
Tidak! Jangan lupa siapa kita! Kita bukan allah; kita adalah ciptaan dan
tidak lebih dari itu. Sebagai ciptaan, kita tidak-memiliki hak atau alasan
untuk memahami segala hikmat Pencipta kita. Ia sendiri pemah
mengingatkan kita: "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu ...
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah ... rancangan-Ku dari
rancanganmu" (Yes. 55:8-9). Sang Raja juga menjelaskan bahwa Ia tidak
berkehendak menyingkapkan semua rincian kebijakan-Nya kepada umatNya. Seperti yang Musa nyatakan seusai menjelaskan kehendak Allah
yang disingkapkan kepada Israel: "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi
TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita ...
supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini" (Ul. 29:29).
Prinsipnya adalah, Allah menyingkapkan pikiran dan kehendak-Nya
sejauh yang kita perlu ketahui demi tujuan-tujuan praktis, dan kita harus
menerima apa yang Ia singkapkan sebagai aturan yang lengkap dan cukup
bagi iman dan kehidupan kita. Tetapi ada "rahasia" yang tidak Ia
beritahukan. Dan setidaknya dalam kehidupan sekarang ini, Ia tidak
berkenan kita menemukannya. Alasan di balik pemeliharaan Allah kadang
masuk ke dalam kategori ini.
Ayub contohnya. Ia tidak pernah diberi tahu tentang tantangan Iblis
yang membuat Allah mengizinkan Ayub ditulahi. Ayub hanya tahu bahwa
Allah yang mahahadir itu sempurna secara moral, dan menyangkali
kebaikan-Nya dalam kondisi apa pun merupakan penghujatan. Ia menolak
"mengutuki Allah" bahkan saat hidupnya, anak-anaknya, dan kesehatannya
direnggut (Ayb. 2:9-10). Pada hakikatnya ia tetap menolak tindakan
tersebut sampai akhir, sekalipun ucapan keliru dari teman-teman
sombongnya yang bermaksud baik, membuatnya hampir gila dan
terkadang memaksanya mengeluarkan kata-kata kasar tentang Allah (yang
kemudian ia sesali). Walau bukan tanpa pergumulan, Ayub memegang
teguh integritasnya selama masa ujian dan mempertahankan keyakinannya
pada kebaikan Allah.
9
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
Keyakinan Ayub terbukti. Ketika masa ujian berakhir, sesudah Allah
mendatangi Ayub dengan penuh kemurahan untuk memperbarui
kerendahan hatinya (40:1-5; 42:1-6) dan Ayub dengan taat berdoa bagi
ketiga teman yang membuatnya hampir gila, "TUHAN memberikan
kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaaannya dahulu" (Ayb.
42:10). Yakobus menulis, "Kamu telah mendengar tentang Ayub dan
kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena
Tuhan mahapenyayang dan penuh belas kasihan" (Yak. 5:11). Apakah
rangkaian mala petaka yang menimpa Ayub berarti Allah telah turun
takhta atau telah meninggalkan hamba-Nya? Tidak! Pengalaman Ayub
membuktikan hal ini. Namun alasan mengapa Allah membuangnya ke
dalam kegelapan tak pernah disingkapkan kepadanya. Jadi bolehkah Allah,
demi maksud-Nya yang bijaksana, memperlakukan para pengikut-Nya
yang lain seperti Ayub?
Tetapi ada hal lain yang harus disampaikan. Ada pertanyaan kedua
yang harus diajukan.
Apakah Allah membiarkan kita sama sekali tidak mengetahui apa
yang sedang Ia kerjakan dalam memelihara dunia ini? Tidak! Ia memberi
kita informasi lengkap tentang tujuan utama yang sedang Ia kerjakan, dan
alasan positif utama dalam ujian yang dialami oleh orang Kristen.
Apakah yang sedang Allah kerjakan? Ia sedang "membawa banyak
orang kepada kemuliaan" (Ibr. 2:10). Ia akan menyelamatkan sekumpulan
besar orang berdosa. Ia mengerjakan tugas ini sejak dimulainya sejarah. Ia
menghabiskan waktu berabad-abad untuk mempersiapkan suatu umat dan
suatu tempat dalam sejarah bagi kedatangan Putra-Nya. Kemudian Ia
mengutus Putra-Nya ke dalam dunia agar Injil dapat ada, dan kini Ia
mengirimkan Injil¬Nya ke dalam dunia agar Gereja dapat ada. Ia telah
meninggikan Putra-Nya di atas takhta alam semesta, dan Kristus yang
bertakhta kini mengundang orang berdosa datang kepada-Nya, memelihara
mereka, membimbing mereka, dan pada akhirnya membawa mereka
masuk ke dalam kemuliaan-Nya, bersama dengan Dia.
10
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
Allah menyelamatkan manusia melalui Putra-Nya. Pertama-tama
karena Kristus, Ia membenarkan dan mengadopsi mereka ke dalam
keluarga-Nya begitu mereka percaya, dan dengan demikian memulihkan
hubungan mereka dengan diri-Nya yang pernah putus karena dosa. Setelah
hubungan ini pulih, Allah terus berkarya di dalam diri mereka untuk
memperbarui mereka dalam citra Kristus, sehingga keserupaan keluarga
bisa semakin tampak di dalam diri mereka. Pembaruan ini terus bertumbuh
pada masa kini dan akan disempurnakan kelak, dan inilah yang Paulus
sebut sebagai "kebaikan" yang untuknya segala sesuatu bekerja "bagi
mereka yang mengasihi Dia ... yang terpanggil sesuai dengan rencana
Allah" (Rm. 8:28). Seperti yang Paulus jelaskan, Allah ingin agar mereka
yang Ia pilih dan panggil "menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara"
(Rm. 8:28-29). Menurutnya semua pengaturan keadaan yang Allah
lakukan, dirancang untuk menggenapi tujuan ini. "Kebaikan" yang
untuknya segala sesuatu bekerja bukan berupa kemudahan atau
penghiburan yang langsung dinikmati oleh anak-anak Allah (seperti yang
terlalu sering dikatakan), melainkan kekudusan dan keserupaan mereka
dengan Kristus.
Apakah semua ini menolong kita memahami bahwa keadaan buruk
bisa menjadi bagian dari rencana Allah? Tentu! Seperti ditunjukkan oleh
penulis Surat Ibrani, hal ini memberikan secercah cahaya pada masalah
yang ada. Kepada orang Kristen yang berkecil hati dan apatis karena
tekanan kesulitan yang tak henti-hentinya, ia menulis: "Dan sudah lupakah
kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:
'Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus
asa apabila engkau diperingatkan-Nya, dan Ia menyesah orang yang
diakui-Nya sebagai anak' Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah
memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak
dihajar oleh ayahnya? ... Dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganj
aran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih
taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? ... Dia menghajar
kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak
mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan
11
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
buah kebenaran yang membenkan damai kepada mereka yang dilatih
olehnya" (Ibr. 12:5-11, mengutip Ams. 3:11-12, penekanan ditambahkan).
Jelas terlihat bahwa seperti Paulus, penulis Ibrani juga menyamakan
"kebaikan" bagi orang Kristen, bukan dengan kemudahan dan ketenangan,
melainkan dengan pengudusan. Bagian ini begitu gamblang sehingga tak
perlu dikomentari, hanya perlu dibaca berulang kali setiap kali kita sulit
untuk percaya bahwa kesukaran yang sedang menimpa kita (atau sesama
orang Kristen), bisa merupakan kehendak Allah.
TUJUAN DARI SEMUA INI
Namun masih ada yang perlu dikatakan. Pertanyaan ketiga yang harus kita
ajukan kepada diri kita adalah: Apakah tujuan akhir Allah saat berurusan
dengan anak-anak-Nya? Apakah sekadar kebahagiaan mereka ataukah ada
yang lebih daripada itu? Alkitab menunjukkan bahwa tujuan akhir itu
adalah kemuliaan Allah sendiri.
Tujuan akhir dari seluruh tindakan Allah adalah diri-Nya sendiri. Hal
ini mutlak benar setara moral. Jika kita berkata bahwa tujuan tertinggi
manusia adalah memuliakan Allah, bagaimana kita bisa berkata bahwa
Allah memiliki tujuan yang berbeda? Sanggahan bahwa kita tak
selayaknya menyebut Allah bertujuan memuliakan diri-Nya sendiri, lupa
bahwa Allah dan manusia tidak setara. Sanggahan ini tidak menyadari
bahwa jika manusia memuliakan diri dengan mengorbankan ciptaan lain,
Allah yang mahapemurah memuliakan diri dengan memberkati umat-Nya.
Tujuan-Nya menebus manusia adalah "puji-pujian bagi kemuliaan-Nya"
(Ef. 1:6, 12, 14). Ia ingin menunjukkan kemudahan-Nya ("kekayaan"
kemurahan dan kemuliaan-Nya - "Kemuliaan" adalah keseluruhan sifat
dan kuasa yang Ia singkapkan: Ef. 2:17; 3:16) dalam membawa orangorang kudus-Nya kepada kebahagiaan terbesar mereka, yaitu kebahagiaan
di dalam kebahagiaan-Nya.
Tetapi bagaimanakah kebenaran ini, kebenaran bahwa Allah
memuliakan diri-Nya ketika berurusan dengan kita, dapat menjelaskan
12
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
masalah pemeliharaan? Kebenaran ini menolong kita melihat cara Allah
menyelamatkan kita, dengan memberi tahu kita mengapa Ia tidak
membawa kita ke sorga begitu kita percaya. Kita sekarang tahu bahwa Ia
meninggalkan kita dalam dunia yang berdosa ini untuk diuji, dicobai,
diterjang oleh masalah yang mengancam akan melumatkan kita - agar kita
dapat memuliakan-Nya melalui ketabahan kita menanggung penderitaan,
dan agar Ia dapat menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya dan
membangkitkan pujian kita saat Ia menopang kita dan membebaskan kita
terns-menerus. Mazmur 107 merupakan deklarasi agung akan kebenaran
ini.
Apakah hal ini sulit dimengerti? Tidak bagi mereka yang telah belajar
bahwa tujuan utama mereka di dunia ini adalah untuk "memuliakan Allah
dan [dengan demikian] menikmati Dia selama-lamanya." Inti dari agama
sejati adalah untuk memuliakan Allah melalui ketabahan menderita dan
memuji Dia atas pembebasan-Nya yang penuh kemurahan. Ini berarti
menjalani hidup di dalam ketaatan dan ucapan syukur, baik saat berada di
tempat yang empuk maupun kasar. Ini berarti mencari dan menemukan
sukacita terdalam bukan dalam kenyamanan rohani, melainkan dalam
menemukan bahwa Kristus dapat menyelamatkan kita dari setiap badai
dan konflik. Ini berarti tahu pasti bahwa jalan Allah adalah yang terbaik
bagi kebahagiaan kita dan bagi kemuliaan-Nya. Tak ada masalah
pemeliharaan yang akan mengguncang iman orang yang telah sungguhsungguh mempelajari semua ini.
KEMULIAAN ALLAH
Jadi, kita perlu memahami bahwa Allah Pencipta memerintah dunia-Nya
demi kemuliaan-Nya sendiri. "Bagi Dialah kemuliaan sampai selamalamanya!" (Rm. 11:36); Dia sendirilah akhir dari segala karya-Nya. Dia
tidak ada demi kebaikan kita, melainkan kita ada demi kemuliaan-Nya.
Adalah hal yang wajar dan merupakan hak prerogatif Allah untuk
menyenangkan diri-Nya, dan rencana baik yang Ia singkapkan adalah
untuk membuat diri-Nya besar di mata kita. Ia berkata "Diamlah dan
ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-
13
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mzm. 46:11). Tujuan utama Allah adalah
memuliakan diri-Nya.
Karena kebenaran ini begitu penting dan sering kali sulit diterima,
saya ingin mempertajam fokus akan hal ini dengan lebih memerincinya.
Begitu kita mengerti konsep ini dengan jelas, segala hal lain dalam
Kekristenan akan menjadi gamblang dan masuk akal. Selama kita belum
yakin, iman alkitabiah lainnya akan tetap menyulitkan kita. Mari kita
melihat kembali apa yang telah kita katakan tentang Pencipta kita.
Kemasukakalannya. Kita awalnya akan sulit percaya bahwa Allah
selalu bertujuan untuk memuliakan diri-Nya. Kita langsung merasa bahwa
gagasan ini tidak layak dikenakan kepada Allah, bahwa kepedulian kepada
diri sendiri tidak akan pemah sesuai dengan kesempurnaan moral Allah
dan natur-Nya yang mahakasih. Banyak orang beradab yang peka secara
moral akan terkejut oleh pemikiran bahwa tujuan utama Allah adalah
memuliakan diri-Nya sendiri, dan mereka sangat menentang konsep ini.
Bagi mereka, itu berarti menyamakan Allah dengan manusia yang jahat
atau bahkan dengan Iblis itu sendiri! Bagi mereka, doktrin itu sesuatu yang
imoral dan kasar, dan jika Alkitab mengajarkan demikian, Alkitab juga
bersifat imoral dan kasar! Mereka sexing menarik kesimpulan ini saat
menyoroti Perjanjian Lama. Tulisan yang menggambarkan Allah sebagai
Pribadi "pencemburu" yang begitu memperhatikan "kemuliaan"-Nya, tak
bisa dianggap sebagai kebenaran ilahi. Allah tidak seperti itu. Itu adalah
penghujatan, bahkan sekalipun kita tidak sengaja berpikir seperti ini!
Karena keyakinan ini dianut oleh banyak orang dengan sangat kuat, kita
perlu mempertimbangkan keabsahannya.
Kita mulai dengan bertanya: Mengapa keyakinan ini begitu kuat?
Orang bisa membicarakan masalah-masalah teologis lain dengan tenang,
tetapi terhadap doktrin ini muncullah protes yang begitu bernafsu dan
kadang penuh kegeraman. Jawabannya tidak sulit dan terletak pada
ketulusan moral si pembicara. Orang-orang ini peka terhadap keberdosaan
dari sikap orang yang terus mementingkan diri. Mereka tahu bahwa hasrat
menyenangkan diri merupakan akar kelemahan dan kekurangan, dan
mereka berjuang keras untuk menghadapi dan melawannya. Jadi mereka
menyimpulkan bahwa Allah yang berpusat pada diri pasti juga sama
buruknya. Kerasnya mereka menolak gagasan bahwa Allah yang kudus
14
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
meninggikan diri-Nya, mencerminkan kepekaan mereka terhadap
kesalahan manusia yang melulu hanya memperhatikan diri sendiri.
Apakah kesimpulan ini sah? Kami ulangi: kesimpulan ini mutlak
salah. Jika manusia boleh bertujuan memuliakan Allah, salahkah Allah
jika memiliki tujuan yang sama? Jika manusia tak mungkin memiliki
tujuan yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah, bagaimana Allah mungkin?
Jika manusia salah jika tujuannya kurang dari ini, demikian pula dengan
Allah. Alasan manusia tidak boleh hidup bagi diri-Nya sendiri seakan-akan
dia adalah Allah, adalah karena dia bukan Allah. Namun Allah tidak
bersalah jika bertujuan memuliakan diri-Nya, karena Dia memang adalah
Allah. Mereka yang bersikeras bahwa Allah tidak boleh memuliakan diriNya sesungguhnya meminta Dia berhenti menjadi Allah. Dan tidak ada
penghujatan yang lebih besar dari menghendaki hal seperti ini.
Jika penalaran dari sanggahan ini jelas keliru, mengapa hal ini
diterima oleh banyak orang pada masa kini? Itu karena kita terbiasa
menjadikan Allah menurut citra kita dan menganggap seolah-olah Dia dan
kita setara. Dengan kata lain, kewajiban-Nya kepada kita sama dengan
kewajiban kita kepada-Nya - seolah-olah Dia harus melayani dan
membahagiakan kita dengan menyangkal diri, seperti yang merupakan
kewajiban kita dalam melayani-Nya. Ini berarti menganggap Allah seolaholah Dia adalah manusia, sekalipun mungkin manusia yang agung. Jika
pemikiran ini benar, maka Allah yang berusaha memuliakan diri-Nya bisa
disamakan dengan manusia yang paling buruk clan bahkan dengan Iblis itu
sendiri.
Tetapi Pencipta kita bukan manusia, bukan pula manusia super yang
mahakuasa, clan memikirkan Dia seperti ini berarti penyembahan berhala.
(Anda tak perlu membuat patung Allah untuk menjadi penyembah berhala;
gambaran mental yang keliru sudah bisa membuat Anda melanggar
Perintah Kedua.) Jadi, kita jangan membayangkan bahwa kewajiban yang
mengikat kita sebagai ciptaan, juga secara setara mengikat Dia sebagai
Pencipta. Kebergantungan merupakan hubungan satu arah dan memiliki
kewajiban satu arah. Anak harus patuh kepada orangtua, bukan
sebaliknya! Kebergantungan kita kepada Sang Pencipta mengikat kita
untuk mencari kemuliaan-Nya tanpa mewajibkan Dia memuliakan kita.
15
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
Bagi kita, memuliakan Dia adalah kewajiban; bagi Dia, memberkati kita
adalah kasih karunia. Satu-satunya hal yang mengikat Allah adalah apa
yang Ia tuntut untuk kita lakukan, yaitu memuliakan diri-Nya.
Jadi, kita menyimpulkan bahwa bukan suatu penghujatan jika kita
berkata bahwa Allah berpusat pada diri-Nya sendiri; sebaliknya, tidak
berkata demikian berarti fasik. Merupakan kemuliaan bagi Allah jika Ia
menciptakan segala sesuatu bagi diri-Nya dan memakainya sebagai alat
kemuliaan-Nya. Orang Kristen yang berpengertian akan menegaskan hal
ini. Dia juga akan menegaskan bahwa merupakan kemuliaan jika ia diberi
hak untuk menjadi alat bagi kemuliaan Allah. Tidak mungkin ada
kemuliaan yang lebih besar bagi manusia selain memuliakan Allah.
"Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah," dan hanya dengan
berbuat demikian manusia menemukan kemuliaannya sendiri.
Kaum humanis, yang yakin manusia akan mencapai kemuliaan
tertinggi dan menyerupai yang ilahi jika membuang rintangan agama, akan
berkata bahwa meyakini bahwa manusia tak lebih dari sekadar alat untuk
memuliakan Allah, berarti merampas nilai sejati dari hidup manusia.
Namun, yang sebaliknya justru benar. Hidup tanpa Allah justru tidak
berarti dan begitu ganjil. Saat kita berkata bahwa manusia tak lebih dari
sekadar alat untuk kemuliaan Allah, kita juga berkata bahwa manusia tak
kurang dari itu, sehingga menunjukkan betapa hidup ini berarti dan
bernilai. Satu-satunya manusia di dunia yang menikmati kepuasan sejati
adalah dia yang tahu bahwa satu-satunya kehidupan yang-bernilai dan
memuaskan, adalah menjadi alat bagi kemuliaan Allah. Jalan menuju
kebahagiaan sejati adalah dengan menjadi manusia sejati clan jalan
menuju manusia sejati adalah dengan menjadi manusia yang sungguhsungguh saleh.
Maknanya. Apakah artinya ketika kita berkata bahwa tujuan utama
Allah adalah kemuliaan-Nya? Bagi sebagian besar kita, frasa "kemuliaan
Allah" tak berarti apa pun. Kepentingan apakah yang Kitab Suci berikan
kepada frasa ini? Dalam Perjanjian Lama, kata yang diterjemahkan
"kemuliaan" pada awalnya berarti bobot. Kemuliaan merujuk pada ciri-ciri
yang membuat seseorang "berbobot" dalam pandangan orang lain, yang
mendorong mereka menghormati dan menghargainya. Keberuntungan
16
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
Yakub dan kekayaan Yusuf disebut "kemuliaan" (Kej. 31:1; 45:13). Istilah
ini kemudian diperluas menjadi kehormatan.
Saat merujuk kepada Allah, Alkitab memakai kata ini dengan makna
ganda. Di satu sisi, kata ini merujuk pada kemuliaan yang Allah miliki keindahan dan keagungan yang melekat pada seluruh penyingkapan Allah
akan diri-Nya. Di sisi lain, ia merujuk pada pemuliaan yang diberikan
kepada Allah - hormat dan sujud, puji-pujian dan penyembahan yang
berhak Allah terima, satu-satunya tanggapan yang sesuai akan hadirat-Nya
yang kudus. Yehezkiel 43:2 dst. menggambarkan kaitan ini: "Sungguh,
kemuliaan Allah Israel datang ... maka aku sembah sujud." Kata kemuliaan
di sini mengaitkan pemikiran akan kelayakan Allah untuk dipuji keagungan kuasa dan hadirat-Nya - dengan penyembahan, yang
merupakan tanggapan yang benar ketika Allah berdiri di hadapan kita dan
kita di hadapan-Nya.
Marilah kita sejenak memisahkan kedua pemikiran ini.
Dalam pewahyuan, Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya.
Kemuliaan berarti Allah di dalam manifestasi-Nya. Penciptaan
menyatakan diri-Nya. "Langit menceritakan kemuliaan Allah" (Mzm.
19:2). "Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (Yes. 6:3). Pada zaman
Alkitab, Allah menyingkapkan hadirat-Nya melalui teofani yang
menyatakan "kemuliaan"-Nya (awan berkilauan dalam tabut dan bait suci,
Kel. 40:34, 1Raj. 8:10 dst.; penglihatan Yehezkiel tentang takhta dan roda,
Yeh. 1:28; dll.) Orang percaya kini memandang kemuliaan Allah yang
dengan sempurna "tampak pada wajah Kristus" (2Kor. 4:6). Di mana saja
kita melihat Allah bertinclak, di sana kita melihat kemuliaan-Nya. Ia
menampilkan diri-Nya sendiri di hadapan kita sebagai Pribadi yang kudus
dan indah, dan kita diundang untuk tunduk dan menyembah.
Kita memuliakan Allah. Kita melakukannya dengan menanggapi
penyataan kasih karunia-Nya:
1. Melalui penyembahan dan puji-pujian. "Siapa yang mempersembahkan
syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku (Mzm. 50:23); "Berilah
17
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya" (Mzm. 96:8); "Memuliakan Allah
karena rahmat-Nya" (Rm. 15:9).
2. Dengan mempercayai firman-Nya. "Dasar firman-Mu adalah
kebenaran" (Mzm. 119:160); "Segala firman-Mulah kebenaran" (2Sam.
7:28).
3. Dengan mempercayai janji-janji-Nya (dengan cara ini Abraham
memuliakan Allah, Rm. 4:20 dst.).
4. Dengan mengakui Kristus sebagai Tuhan, "Bagi kemuliaan Allah
Bapa!" (Flp. 2:11).
5. Dengan menaati hukum Allah. "Buah kebenaran" adalah "memuliakan
dan memuji Allah" (Flp. 1:11).
6. Dengan tunduk pada penghukuman-Nya yang adil atas dosa-dosa kita
(maka Akhan memuliakan Allah, Yosua 7:19 dst.). 7. Dengan berusaha
mengagungkan Dia (yang berarti membuat diri sendiri kecil) dalam hidup
kita sehari-hari.
Sekarang kita bisa melihat makna dari pernyataan bahwa tujuan utama
Allah adalah kemuliaan-Nya. Itu berarti kepada ciptaan-Nya yang berakal
budi Ia bermaksud memperlihatkan kemuliaan hikmat, kuasa, kebenaran,
keadilan, dan kasih-Nya, sehingga mereka mengenal Dia dan dengan
mengenal Dia, memuliakan Dia selama-lamanya melalui kasih dan
kesetiaan, penyembahan dan puji-pujian, kepercayaan dan ketaatan.
Persekutuan yang ingin Ia ciptakan dengan kita adalah suatu relasi yang di
dalamnya Ia memberikan kekayaan-Nya sepenuhnya, dan kits memberikan
syukur setulus hati. Ketika Ia menyatakan diri sebagai Allah yang
"cemburu" dan mengumumkan: "Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain!" (Yes. 42:8; 48:11), Ia ingin menjaga kemurnian dan
kekayaan dari relasi ini. Seperti inilah maksud Allah.
Seluruh karya Allah adalah sarana bagi tujuan ini. Satu-satunya
jawaban yang Alkitab berikan atas pertanyaan yang dimulai dengan:
"Mengapa Allah ... ?" adalah: "Demi kemuliaan-Nya." Untuk inilah Allah
memutuskan mencipta dan untuk inilah Ia memilih membiarkan dosa. Ia
bisa saja menghindarkan manusia dari pelanggaran. Ia bisa saja
18
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
menghalangi Iblis masuk ke Taman Eden atau meneguhkan Adam
sehingga tidak mampu berbuat dosa (seperti yang akan Dia lakukan
terhadap kaum tebusan di sorga). Tetapi Dia tidak melakukannya.
Mengapa? Demi kemuliaan-Nya. Sering dikatakan bahwa yang termulia
dalam diri Allah adalah kasih penebusan-Nya, yaitu kemurahan yang
menyelamatkan orang berdosa melalui pencurahan darah Putra Allah.
Tetapi tidak akan ada penyataan kasih yang menebus jika dosa tak terlebih
dulu diizinkan.
Mengapa Allah memilih untuk menebus? Sebenarnya Ia tak perlu
berbuat demikian. Ia tidak wajib menyelamatkan kita. Kasih-Nya kepada
orang berdosa, keputusan-Nya menyerahkan Putra-Nya bagi mereka,
merupakan pilihan bebas yang tidak harus Ia buat. Mengapa Dia memilih
untuk mengasihi dan menebus yang tak layak dikasihi? Alkitab memberi
tahu kita: "Supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia ... menjadi
puji-pujian bagi kemuliaan-Nya..." (Ef. 1:6,12,14).
Tujuan yang sama juga menentukan berbagai tahap rencana
keselamatan. Sebagian Ia pilih untuk hidup; yang lain Ia biarkan dalam
penghukuman yang memang patut mereka terima. Ia "menunjukkan
murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya ... untuk menyatakan kekayaan
kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya" (Rm. 9:22 dst.). Ia
membentuk jemaat-Nya dari sisa-sisa dunia, yaitu mereka yang "bodoh ...
lemah ... tidak terpandang ... dan hina." Mengapa? "Supaya jangan ada
seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.... Seperti
ada tertulis: `barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam
Tuhan"' (1 Kor. 1:29-31). Mengapa Allah tidak mencabut dosa dari orang
kudus begitu mereka menjadi Kristen, seperti yang akan Ia lakukan begitu
mereka mati? Mengapa Ia menguduskan mereka secara perlahan dan
menyakitkan, sehingga seumur hidup mereka diganggu oleh dosa dan tak
pernah mencapai kesempurnaan seperti yang mereka inginkan? Mengapa
Ia memberikan perjalanan yang sulit di dunia ini?
Jawabnya tetap: Ia melakukan semua ini demi kemuliaan-Nya, yaitu
untuk menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaan kita, sehingga kita
belajar bersandar pada anugerah dan kuasa penyelamatan-Nya. "Harta ini
kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (2Kor. 4:7).
19
Rencana Allah – Dasar Oritentasi Kristen – J.I. Packer
Sekali lagi untuk terakhir kali, marilah kita menyingkirkan gagasan bahwa
Allah tak berdaya mengatasi apa yang terjadi. Allah "di dalam segala
sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya" (Ef. 1:11), dan segala
sesuatu dapat teriadi karena Allah memilih untuk menjadikan mereka, dan
alasan pilihan-Nya selalu demi kemuliaan-Nya.
Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:
Dikutip dari
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/rencanaallah.html
20
Download