analisis pengaruh capital adequacy ratio, non

advertisement
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON
PERFORMING LOAN, BI RATE DAN NILAI TUKAR RUPIAH
(KURS) TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM
SWASTA NASIONAL
(Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012)
Disusun oleh :
FAJAR ARI JUNIARTI
109081000071
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON
PERFORMING LOAN, BI RATE DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS)
TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SWASTA
NASIONAL
(Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fajar Ari Juniarti
NIM : 109081000071
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM
NIP. 19490602 197803 1 001
Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa Tanggal 7 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Tiga Belas telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
: Fajar Ari Juniarti
: 109081000071
: Manajemen
: Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas
(ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank
Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI
Periode 2006-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Mei 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617 198503 1 002
( ___________________ )
Ketua
2.
Leis Suzanawati, SE, M. Si
NIP. 19720809 200501 2 004
( ___________________ )
Sekretaris
3.
Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
( ___________________ )
Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Hari ini 26 Agustus 2013, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama
: Fajar Ari Juniarti
2. NIM
: 109081000071
3. Jurusan
: Manajemen
4. Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate,
dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional
(Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI
Periode 2006-2012).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses Ujiain Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan
LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 26 Agustus 2013
1. Leis Suzanawati, SE., M.Si
NIP : 19720809 200501 2004
( ________________________ )
Ketua
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP: 19731221200501 2002
( ________________________ )
Sekretaris
3. Murdiyah Hayati S. Kom, MM
NIP : 19741003 200312 001
( ________________________ )
Penguji Ahli
4. Dr. Yahya Hamja, MM
NIP : 19490602 197803 1 001
( ________________________ )
Pembimbing I
5. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP : 19740810 201101 1 001
( ________________________ )
Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Fajar Ari Juniarti
NIM
: 109081000071
Jurusan
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertaggung jawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa
saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya,
Tangerang, Juli 2013
Yang menyatakan
Materai
Rp.6000,-
Fajar Ari Juniarti
109081000071
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Status
Agama
Alamat Rumah
No. Telepon/ HP
Email
II.
PENDIDIKAN FORMAL
1997 – 2003
2003 – 2006
2006 – 2009
2009 – Sekarang
III.
: SD Negeri Kp.Utan II
: SMP Negeri 4 Ciputat
: SMA Negeri 2 Ciputat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2006 – 2009
2009 – Sekarang
IV
: Fajar Ari Juniarti
: Tangerang, 16 Juni 1991
: Perempuan
: Belum Menikah
: Islam
: Jl. Legoso Raya RT.005 RW.08 No.13D
Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan 15419
: (021) 7428668 / 085779631560
: [email protected]
: Anggota Rohis SMA Negeri 2 Ciputat
: Anggota Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI), Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN KERJA
2012
: Fundraising Mizan Amanah Yatim dan
Dhuafa
v
Abstract
This study aims to analyze the effect of capital adequacy ratio, non
performing loan, the BI rate, and exchange rate as an independent variable on
bank profitability be measured by return on assets as the dependent variable.
This study used a sample of 10 BUSN exchange listed on the Stock
Exchange at the time of the study was 7 years ie from 2006 to 2012. Sampling
method used was purposive sampling method and statistical test used is a panel
regression with fixed effect models. Empirical results of this study indicate that
there are significant variables simultaneously on capital adequacy ratio, nonperforming loans, the BI rate, and the exchange rate on return on assets by
probability is 0.000000. The results also show that the partial variable capital
adequacy ratio significantly positive with a probability of 0.0268, non-performing
loans variable does not affect the probability of 0.9782, BI variable rate
significantly negative with a probability of 0.0182, and variable exchange rate
significantly negative with probability 0.0041. And the relationship between the
independent variable on the dependent variable is equal to 68.7562%, which
means that the rest influenced by other variables not included in the model.
Keywords: capial adequacy ratio, non-performing loans, the BI rate, the
exchange rate, return on assets and profitability.
vi
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy
ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah sebagai variabel bebas
terhadap profitabilitas bank yang diukur dengan return on asset sebagai variabel
terikatnya.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 10 BUSN devisa yang
terdaftar di BEI dengan waktu penelitian adalah 7 tahun yaitu dari tahun 2006 –
2012. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling dan uji statistik yang digunakan adalah uji regresi panel dengan model
fixed effect. Hasil empiris penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh
secara simultan pada variabel capital adequacy ratio, non performing loan, BI
rate, dan nilai tukar rupiah terhadap return on asset dengan probabilitas sebesar
0,000000. Hasil penelitian ini juga menunjukan secara parsial bahwa variabel
capital adequacy ratio berpengaruh signifikan positif dengan probabilitas sebesar
0,0268, variabel non performing loan tidak berpengaruh dengan probabilitas
sebesar 0,9782, variabel BI rate berpengaruh signifikan negatif dengan
probabilitas sebesar 0,0182, dan variabel nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan
negatif dengan probabilitas 0,0041. Dan hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen adalah sebesar 68,7562%, yang berarti sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model.
Kata kunci: capial adequacy ratio, non performing loan, BI rate, nilai tukar
rupiah, return on asset dan profitabilitas.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas karunia, hidayah,
rahmat, dan kasih sayang-Nya yang diberikan kepada kita semua. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya.
Seiring berjalannya waktu, syukur alhamdulillah atas kasih sayang yang
Allah SWT berikan penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pembuatan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank
Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional
Devisa Terbesar Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012)”. Dimana skripsi ini
merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dalam Jurusan
Manajemen konsentrasi Perbankan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis penyadari isi dari penelitian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasn, kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki, namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun skripsi
ini dengan baik.
Penulis
juga
menyadari
bahwa
sejak
awal
penyusunan
hingga
terselesaikannya pembuatan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu dan
memberikan dukungan. Tak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini:
1. Allah SWT atas segala karunia, nikmat, hidayah, rahmat serta kasih
sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
2. Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, arahan
serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
viii
3. Kakaku Mba Dewi dan kakak iparku kak Jack serta adikku Puput dan
keponakanku tersayang Kayyisah yang selalu menemani, menghibur,
memotivasi dan memberikan dukungannya kepada penulis.
4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I yang telah besedia
meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam proses penyususan skripsi ini.
5. Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M.Si selaku pembimbing II yang telah
besedia meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam proses penyususan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
7. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, BA., MA selaku Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan
motivasi dan pengarahan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
yang berhasil.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini
memberikan arahan dan ilmunya kepada penulis.
9. Buat sahabatku Rischa Maulida S. Terimakasih atas doa, semangat dan
bantuannya selama ini. Penulis tidak bisa membalasnya semoga Allah
selalu memberikan yang terbaik dan semoga persahabatan kita abadi,
Aamiin.
10. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabatku, Meri Wulandari , Eka
Septya N, Fany Agustine, Fitri Indriana yang telah membantu dan
memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku di manajemen Rizki Ramadhan, A. Reza Maulana,
Novi Dehasni, Yudhnina, Rio (KM), Singgih, Bela, Astri, Egi, Asri,
Sucayono, terima kasih atas doa, motivasi, dan candanya selama ini.
12. Sahabat-sahabatku Ega, Najah, Noflim, Ninu, Tika, Ike, Mentari,
Maria, Indah, Devi, Indira, Azis, Diyan makasih atas semangat dan
doanya penulis ucapkan,.
ix
13. Dan teman-teman Manajemen B dan Manajemen Perbankan yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu, makasih atas kebersamaannya
selama ini
14. Keluarga besar Alm.Durrahman terimakasih atas motivasi dan doanya
penulis ucapakan. Kate siape anak betawi ga bisa jadi sarjane, nih satu
lagi cucumu yang insya Allah jadi sarjane, hehe
15. Teman-teman manajemen B 2009 dan Manajemen Perbankan yang
tidak
dapat
saya
sebutkan
satu
persatu,
terimakasih
atas
kebersamaannya selama ini.
16. Seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terutama mahasiswa Jurusan Manajemen
Angkatan 2009
Atas jasa-jasa mereka semua, penulis tidak bisa memberi apa-apa
kecuali Jazakumullah Khoiron Kasiron, semoga Allah membalas kebaikan
mereka semua dengan sebaik-baiknya.
Ciputat, Juni 2013
Penulis
Fajar Ari Juniarti
NIM 109081000071
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..........................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI..............................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH......................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................
v
ABSTRACT .....................................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian .............................................................
1
B. Rumusan Masalah Penelitian ........................................................
13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
13
1. Tujuan Penelitian ..................................................................
13
2. Manfaat Penelitian .................................................................
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
15
A. Pengertian Bank ............................................................................
15
B. Jenis-Jenis Bank ............................................................................
16
C. Kinerja Perbankan .........................................................................
21
D. Profitabilitas ..................................................................................
25
1. Pengertian Profitabilitas ...........................................................
25
2. Rasio-Rasio Profitabilitas ........................................................
26
E. Return On Asset .............................................................................
28
F. Capital Adequacy Ratio ................................................................
29
G. Non Performing Loan....................................................................
30
H. BI Rate...........................................................................................
31
xi
I. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ............................................................
34
1. Pengertian Kurs atau Nilai Tukar ...........................................
34
2. Macam-Macam Kurs ..............................................................
36
J. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen ................
37
K. Penelitian Sebelumnya ..................................................................
40
L. Kerangka Pemikiran ......................................................................
43
M. Hipotesis Penelitian .......................................................................
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
48
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
48
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................
48
1. Populasi ..................................................................................
48
2. Sampel ....................................................................................
49
C. Metode Pengumpulan Data ...........................................................
50
1. Riset Kepustakaan .................................................................
50
2. Sumber Internet ......................................................................
51
D. Metode Analisis Data ....................................................................
51
1. Analisis Data Panel ................................................................
51
2. Tahap Analisis Data ...............................................................
55
3. Uji Dasar Asumsi Klasik ........................................................
58
4. Koefisien Determinasi ............................................................
62
5. Uji Simultan ...........................................................................
63
6. Uji Parsial ...............................................................................
65
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................
67
1. Variabel Independen ..............................................................
67
2. Variabel Dependen .................................................................
70
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .............................................
72
A. Gambar Umum Objek Penelitian ..................................................
72
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia ..........................................
72
2. Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ...........................
74
B. Pengujian dan Pembahasan ...........................................................
81
1. Deskriptif Sampel...................................................................
81
xii
2. Deskriptif Variabel .................................................................
82
C. Analisis dan Pembahasan ..............................................................
93
1. Uji Pemilihan Regresi Panel ..................................................
93
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................
97
3. Adjusted R Square .................................................................. 102
4. Uji Simultan .......................................................................... 103
5. Uji Parsial ............................................................................... 105
6. Analisis Regresi Panel............................................................ 109
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 115
A. Kesimpulan.................................................................................... 115
B. Saran ............................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 118
LAMPIRAN ................................................................................................... 122
xiii
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................................. 40
3.1 Daftar Sampel Penelitian ......................................................................... 50
4.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia ............................................................ 73
4.2 Daftar Sampel Penelitian ......................................................................... 82
4.3 Data Deskriptif Return On Asset .............................................................. 83
4.4 Data Deskriptif Capital Adequacy Ratio.................................................. 86
4.5 Data Deskriptif Non Performing Loan..................................................... 88
4.6 Data Deskriptif BI Rate............................................................................ 91
4.7 Data Deskriptif Kurs ................................................................................ 92
4.8 Uji Signifikansi Common Effect .............................................................. 94
4.9 Uji Signifikansi Fixed Effect .................................................................... 95
4.10 Uji Multikolinieritas ................................................................................. 99
4.11 Uji Heteroskedastisitas ............................................................................. 100
4.12 Uji Autokorelasi ....................................................................................... 101
4.13 Uji Parsial ................................................................................................. 106
4.14 Uji Regresi Panel dengan Model Fixed Effect ......................................... 110
xiv
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
1.1 Grafik Komposisi Aset Bank Tahun 2012 ................................................. 4
1.2 Grafik Perkembangan Return On Asset ..................................................... 6
1.3 Grafik Perkembangan Capital Adequacy Ratio ......................................... 7
1.4 Grafik Perkembangan Non Performing Loan ............................................ 8
1.5 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) .............................. 9
1.6 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ..................................... 9
2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ..................................................................... 45
4.1 Grafik Return On Asset .............................................................................. 84
4.2 Grafik Capital Adequacy Ratio .................................................................. 86
4.3 Grafik Non Performing Loan ..................................................................... 89
4.4 Grafik BI Rate ............................................................................................ 91
4.5 Grafik Kurs................................................................................................. 92
4.1 Gambar Uji Normalitas .............................................................................. 98
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1.1 Hasil Regresi Common Effect .................................................................... 122
1.2 Hasil Regresi Fixed Effect .......................................................................... 123
1.3 Hasil Regresi Random Effect ..................................................................... 124
1.4 Uji Normalitas ............................................................................................ 125
1.5 Uji Multikolinieritas ................................................................................... 126
1.6 Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 127
1.7 Uji Autokorelasi ......................................................................................... 128
1.8 Data Penelitian ........................................................................................... 129
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Era globalisasi merupakan harapan dan tantangan, selain membuka
peluang bisnis yang kian mengglobal tetapi pelaku bisnis juga dihidupkan
dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis seperti krisis
keuangan. Krisis
keuangan selalu didahului
oleh fluktuasi
dan
ketidakstabilan makro ekonomi yang menyebabkan depresiasi mata uang
domestik secara signifikan, menyulut tingginya tingkat bunga dan inflasi
serta ketidakstabilan makro ekonomi (Winarti Setyorini: 2012:179).
Lembaga-lembaga keuangan khususnya pebankan telah lama
mewarnai kegiatan perekonomian negara. Keberadaan perantara keuangan
(financial intermediatery institution) yaitu perbankan sangat penting
dalam suatu perekonomian modern. Sebagai lembaga intermediasi
perbankan harus memiliki kinerja yang baik, karena dengan kinerja yang
baik bank akan dapat lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari para
nasabah (agent of trust). Perbankan sebagai badan usaha yang bergerak
dibidang keuangan atau finansial sangat membutuhkan kepercayaan dari
para nasabah tersebut guna memperdukung dan memperlancar kegiatan
yang dilakukannnya. Lancarnya kegiatan yang dilakukan oleh bank akan
sangat mendukung dalam mencapai kesejahteraan para stockholder dan
akan meningkatkan nilai perusahaan (Kartika Wahyu, 2006:46).
1
Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut bank untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor. Investor sebelum
menginvestasikan dananya memerlukan informasi mengenai kinerja
perusahaan. Penggunaan laporan keuangan bank membutuhkan informasi
yang
dapat
dipahami,
relevan,
dan
dapat
dibandingkan
dalam
mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank serta berguna dalam
pengambilan keputusan.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997 mengakibatkan
seluruh potensi-potensi ekonomi mengalami
kemandegan dan diambang kebangkrutan. Krisis moneter mengakibatkan
banyak bank yang mengalami kredit macet. Hal tersebut sangat
mempengaruhi iklim investasi pasar modal dibidang perbankan baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu penyebab krisis
moneter di Indonesia secara umum dapat dikatakan merupakan imbas dari
lemahnya kualitas sistem perbankan.
Liberalisasi sektor perbankan sejak tahun 1998 lebih banyak
berimplikasi pada peningkatan kuantitas daripada kualitas lembaga
perbankan, sehingga efisiensi dan stabilitas perbankan masih jauh dari
yang diharapkan. Penyebab tejadinya krisis di Indonesia bukan karena
lemahnya fundamental ekonomi, tetapi karena merosotnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika. Utang luar negeri swasta jangka pendek
sejak 1990-an telah terakumulasi sangat besar dimana sebagian besar tidak
di-hedging (dilindungi nilainya terhadap mata uang asing).
2
Disaat perekonomian Indonesia sedang dalam masa perbaikan,
gejolak besar dalam perekonomian dunia dalam lima tahun belakangan ini
adalah terjadinya krisis ekonomi global yang diawali pada 15 September
2008 yang menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika Serikat,
kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu perusahaan
investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika serikat
menjadi awal dari krisis keuangan di negara dengan sistem kapitalis tanpa
batas tersebut. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat
keuangan dunia di Amerika, transaksi bursa saham diberbagai belahan
dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura, Korea Selatan, dan
negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham
Indonesia (BEI) harus di-suspend selama beberapa hari, peristiwa ini
menandai fase awal dirasakannya dampak krisis ekonomi global yang
pada mulanya terjadinya di Amerika dirasakan oleh negara Indonesia
(www.kompas.co.id/read/xml/2008/10/02).
Akan tetapi, pada tahun 2011 kinerja perbankan menunjukan
perkembangan yang positif. Kondisi keuangan global yang belum
membaik seiring krisis utang di Eropa dan melemahnya perekonomia AS
tampaknya tidak memberikan dampak yang signifikan bagi pebankan
Indonesia. Sejalan dengan itu, DPK perbankan tumbuh cukup tinggi dan
sebagian besar digunakan untuk membiayai petumbuhan kredit. Ekspansi
kredit tetap dilakukan dengan memperhatikan koridor prudential yang
berlaku sehingga rasio kredit bermasalah terkendali pada level yang
3
rendah. Selain itu, kondisi permodalan bank juga tetap tejaga karena
didukung oleh profitabilitas yang tinggi (Laporan Pangawasan Perbankan,
2011:4).
Seiring dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar 6,5% pada tahun 2011, perbankan Indonesia juga terus
memperkuat posisinya sebagai salah satu elemen penting sistem keuangan
Indonesia dengan melakukan ekspansi usaha melalui pembukaan kantor
diberbagai pelosok Indonesia. Jika dilihat dari komposisi aset perbankan
nasional, total aset terbesar masih dikuasai oleh kelompok BUSN Devisa,
disusul oleh kelompok Bank Persero dengan pangsa pasarnya mencapai
36,37% dari total aset perbankan. Secara umum seluruh kelompok bank
mengalami kenaikan total aset dari tahun 2009 sampai dengan akhir tahun
2011.
Grafik 1.1
Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank Tahun 2012
5,36%
8,37%
8,17%
37,50%
Bank Persero
BUSN Devisa
2,15%
BUSN Non Devisa
BPD
Bank Campuran
Bank Asing
38,44%
Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (data diolah)
4
Selama
tahun
2012,
perbankan
Indonesia
cukup
mampu
mempertahankan kinerja positif meski mengahadapi tantangan yang tidak
mudah, di tengah tingginya volatilitas perekonomian global, perbankan
berhasil memperkuat perannya dalam sistem keuangan Indonesia. Dilihat
dari sisi komposisi aset perbankan nasional, total aset terbesar masih
dikuasai oleh kelompok BUSN Devisa sebesar 38, 44%, disusul oleh bank
persero yang mampu menguasai pangsanya mencapai 37, 5% dari total
aset perbankan dan bank-bank lainnya seperti Bank Asing dan BPD
(grafik 1.1). secara umum, seluruh kelompok bank mengalami kenaikan
total aset dari tahun 2010 sampai dengan akhir tahun 2012 (Laporan
Pengawasan Perbankan 2012:9).
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah
satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan
keuangan bank yang bersangkutan. Menurut Slamet Riyadi (2006:169)
tingkat kesehatan bank merupakan penilaian atas suatu kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank
Indonesia.
Hasil
analisis
laporan
keuangan
akan
membantu
menginterprestasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat
memberikan
dasar
pertimbangan
mengenai
potensi
keberhasilan
perusahaan dimasa mendatang.
Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk
mengukur kinerja suatu bank. Return on Asset adalah rasio profitabilitas
yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total
5
aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang
dilakukan oleh bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006: 156)
Grafik 1.2
Perkembangan Return On Asset
(Dalam Presentase)
ROA
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
ROA
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Data diolah
Return On Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh profit (keuntungan) dalam kegiatan operasi perusahaan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dari grafik 1.2 diketahui
bahwa return on asset BUSN Devisa cenderung meningkat. Pada tahun
2006 return on asset sebesar 2,35% kemudian mengalami kenaikan di
tahun 2007 sebesar 2,44% dan pada tahun 2008 return on asset mengalami
penurunan sebesar 1,25% lalu mengalami kenaikan lagi sampai dengan
tahun 2010 sebesar 2,58% di tahun 2011 dan 2012 masing-masing return
on asset sebesar 2,46% dan 2,64%.
Berdasarkan aspek penilaian kinerja suatu bank dapat dilihat dari
rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) atau yang
dikenal Capital Adequacy Ratio. CAR digunakan untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
6
mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.
Besarnya suatu modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank.
Grafik 1.3
Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)
(Dalam Persentase)
CAR
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
CAR
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Data diolah
Dari grafik 1.3 dapat dilihat bahwa rasio kecukupan modal BUSN
Devisa cukup baik, dimana CAR masih di atas 8% sebagai mana yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2006 capital adequacy ratio
sebesar 19,84% yang kemudian mengalami penurunan sampai dengan
2008 sebesar 14,82% lalu di tahun 2009 CAR mengalami peningkatan
sebesar 16,61% dan kemudian terjadi penurunan kembali sampai tahun
2011 sebesar 14,37% dan CAR ditahun 2012 sebesar 15,33%.
Non Performing Loan (NPL) atau yang sering disebut dengan
kredit bemasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau karena
faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Winarti Setyorini:
7
2012:181). Berikut ini disajikan dalam bentuk grafik perkembangan NPL
BUSN Devisa periode 2006-2012.
Grafik 1.4
Perkembangan Non Performing Loan (NPL)
(Dalam Presentase)
NPL
4,00
3,00
2,00
NPL
1,00
0,00
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Data diolah
Pada grafik 1.4 dapat dilihat bahwa rata-rata NPL tahun 2006
relatif sangat tinggi yaitu mencapai 3,69%. Akan tetapi dari tahun ke tahun
non performing loan mengalami penurunan seperti di tahun 2007 sebesar
2,61% kemdian 2010 sebesar 2,35% dan di tahun 2011 sebesar 1,97%.
Menurut Kartika Wahyu (2006:54) NPL merupakan rasio yang
menunjukan tingkat kredit yang merupakan salah satu bentuk dari
loanable funds yang mengalami permasalahan dalam suatu bank, sehingga
apabila rasio NPL mengalami peningkatan dari waktu ke waktu akan
mendatangkan masalah serius terhadap kinerja bank.
Fungsi intermediasi perbankan juga dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi makro diantaranya, tingkat bunga, inflasi, dan fluktuasi nilai
tukar. BI Rate juga merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi profitabilitas suatu bank.
8
Grafik 1.5
Perkembangan Tingkat Suku Bunga (BI Rate)
(Dalam Presentase)
BI rate
10,00
8,00
6,00
4,00
BI rate
2,00
0,00
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Garfik 1.5 menggambarkan bahwa BI rate cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2006 BI rate sebesar 9,75% yang kemudian
mengalami penurunan ditahun 2007 sebesar 8,00% dan ditahun 2008 BI
rate meningkat sebesar 9,25% ditahun 2009 sampai dengan 2012 BI rate
mengalami penurunan sampai dengan 5,75%.
Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi profitabilitas adalah
nilai tukar rupiah (kurs):
Grafik 1.6
Perkembangan Kurs
KURS
Rp15
Rp10
KURS
Rp5
Rp0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Data diolah
9
Pada grafik 1.6 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 kurs sebesar
Rp 9.166,- dan pada tahun 2007 kurs mengalami penurunan sebesar Rp
9.136,- pada tahun 2008 kurs sebesar Rp 9.680,- Memasuki tahun 2009
kurs mengalami peningkatan sebesar Rp 10.398,- kurs kembali mengalami
penurunan sebesar Rp 9.085,- ditahun 2010. dan ditahun 2011 dan 2012
masing-masing kurs sebesar Rp 8.780,- dan Rp 9.380,Beberapa penelitian tentang profitabilitas suatu bank yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal juga pernah dilakukan. Hal
ini memberikan indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor internal bank tetapi juga faktor eksternal seperti
perubahan kondisi makro ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Terdapat penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
perbankan
dengan
profitabilitas.
menggunakan
Xuezhi
rasio
Qin dan Dickson
keuangan
untuk
menilai
Pastory (2012)
tentang
“Commercial Banks Profitability Position: The Case of Tanzania”,
temuannya menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap profitabilitas diantara bank-bank komersial, dalam konteks model
regresi panel telah mencatat bahwa likuiditas dan kualitas aktiva memiliki
dapak positif terhadap profitabilitas dengan pengecualian tingkat kredit
bermasalah yang memiliki pengaruh negatif pada profitabilitas, juga
kecukupan modal (CAR) telah menunjukan dampak negatif terhadap
profitabilitas.
10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartika Wahyu
Sukarno dan Muhamad Syaichu (2006) tentang “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia” dari hasil
penelitian menunjukan bahwa CAR, LDR, BOPO berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA) sedangkan NPL dan DER tidak berpengaruh terhadap
ROA.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Bilal, dkk
(2013) tentang “Influnce of Bank Specific and Macroeconomic Factors on
Probability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan” hasil
penelitian menunjukan bahwa Bank Size, NIM, dan GDP berpengaruh
terhadap ROA sedangkan CAR, NPL, dan Inflasi tidak memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas (ROA).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy
dan Prima Naomi (2009) tentang “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan
Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”
hasil penelitian menunjukan bahwa Inflasi dan Nilai tukar mata uang
berpengaruh terhadap profitabilitas sedangkan BI Rate tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas bank.
Terdapat perbedaan dan persamaan dari penelitian ini dengan
penelitian terdahulu, yaitu pada variabel penelitian, metodologi penelitian,
periode penelitian dan perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
profitabilitas sebagai variabel terikat yang diukur dengan return on asset,
11
sementara variabel bebas yang digunakan adalah capital adequacy ratio,
non performing loan, BI Rate, dan nilai tukar rupiah (kurs).
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi
data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara data runtun
waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh
karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu
data yang terdiri atas beberapa objek dan meliputi beberapa waktu
(Winarno, 2011:91).
Adapun sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel dari
Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di BEI. Pemilihan
sampel ini didasarkan pada pemikiran bahwa saat ini perkembangan aset
Bank Umum Swasta Nasional Devisa dalam keadaan baik dan mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun, tercatat bahwa pada tahun 2012 aset
terbesar masih diduduki oleh BUSN Devisa sebesar 38, 44% dari total aset
perbankan nasional dan dari aset tersebutlah tercermin profitabilitas suatu
bank.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian terdahulu yang
telah dijelaskan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing
Loan, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas
(ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank
Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI
Periode 2006-2012).
12
B. Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang diatas, maka didapat perumusan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum
Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI?
2. Seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing
Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah pemelitian, maka diperoleh tujuan
penelitian sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap
profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang Terdaftar di BEI secara simultan dan parsial.
b. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap
profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa
yang Terdaftar di BEI.
13
2. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
ganda, yakni manfaat bagi akademisi maupun praktisi.
1.
Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan
bermanfaat untuk:
a.
Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih
diri dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa
perkuliahan.
b.
Bagi civitas akademika untuk memberikan sumbangan
pikiran sebagai bahan perbandingan kepada semua pihak
yang melakukan penelitian lebih lanjut.
c.
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan
bahan
menganalisa
perbandingan
faktor-faktor
yang
dalam
mengkaji
berpengaruh
dan
terhadap
profitabilitas (return on asset).
2.
Dari segi perspektif praktisi, penelitian ini akan bermanfaat
untuk:
a.
Bagi pihak perbankan, diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen
perbankan sebagai acuan dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi.
b.
Bagi masyarakat untuk memberikan informasi tambahan
guna mebantu dalam menilai kondisi keuangan suatu bank.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank
Menurut UU Nomor.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor. 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah
sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2005:275).
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.
Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007): “Bank adalah suatu lembaga
yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary)
antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Menurut Kasmir (2003:12) bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya masalah perbankan selalu
berkaitan masalah bidang keuangan, jadi dapat disimpulkan bahwa
perbankan meliputi tiga kegiatan utama:
15
a. Menghimpun dana
b. Menyalurkan dana
c. Memberikan jasa bank lainnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan
bahwa bank adalah lembaga intermediary yang kegiatan utamanya
menghimpun dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah
suatu lembaga yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
B. Jenis-Jenis Bank
Menurut Kasmir (2008:34) jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau
dari beberapa segi antara lain:
a. Dilihat dari segi fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI No. 10 tahun
1998, maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari:
1) Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula
dengan wilayah operasinya, dapat dilakukan di seluruh wilayah
16
Indonesia dan bahkan ke luar negeri (cabang). Bank Umum sering
disebut bank komersial (Commercial bank).
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang
melaksanakan
kegiatan
usaha
secara
konvensional
atau
berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa
perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
b. Dilihat dari segi kepemilikannya
Maksudnya adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut.
Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan
saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis-jenisnya:
1) Bank Milik Pemerintah
Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akta
pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini
dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah
Indonesia antara lain Bank Negara Indonesia (BNI) 46, Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank
Mandiri.
17
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh
atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Hal
ini dapat diketahui dari akta pendiriannya didirikan oleh swasta
sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungan untuk
swasta pula. Contohnya yaitu Bank Central Asia, Bank Danamon
Indonesia, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Bumiputera,
dll.
3) Bank Milik Koperasi
Bank Milik Koperasi merupakan bank yang kepemilikan
saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum
koperasi. Contohnya yaitu Bank Umum Koperasi Indonesia
(Bukopin).
4) Bank Milik Asing
Bank Milik Asing merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya 100% dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) di
Indonesia. Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada
di luar negeri, baik swasta asing atau pemerintah asing.
Contohnya yaitu ABN-AMRO Bank, American Express Bank,
Bank Of America, dll.
5) Bank Milik Campuran
Bank Milik Campuran merupakan bank yang sahamnya
dimiliki oleh dua belah pihak, yaitu dalam negeri dan luar negeri.
18
Contoh bank campuran yaitu Inter Pacific Bank, Mitsubishi
Buana Bank, Sanwa Indonesia Bank, dll.
c. Dilihat dari Segi Status
Artinya jenis ini dilihat dari segi kemampuannya melayani
masyarakat, terutama bank umum. Pembagian jenis ini disebut juga
pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.
Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank
dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal
maupun kuliatas pelayanannya. Untuk memperoleh status tertentu
diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria pula. Contoh banknya
yaitu:
1) Bank Devisa
Bank Devisa yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi
ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan. Contoh transaksi luar negeri adalah transfer
luar negeri, dll.
2) Bank Non Devisa
Bank Non Devisa yaitu bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi
transaksi masih dalam batas-batas negara (dalam negeri).
19
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah
bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari
keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank
yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode,
yaitu: menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan ataupun deposito serta untuk jasa-jasa bank
lainnya pihak perbankan konvensional (Barat) menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase
tertentu yang dikenal dengan istilah fee based.
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam)
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi
bank berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:
a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b) Pembiayaan
berdasarkan
prinsip
penyertaan
modal
(musyarakah)
c) Prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah)
20
d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah)
e) Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain. (ijarah wa iqtina).
C. Kinerja Perbankan
Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaaan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Pengukuranpengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada
bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan
dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada tahap perumusan strategi dalam
sebuah proses manajemen startegi (dengan memperhatikan profitabilitas,
pangsa pasar, dan pengurangan biaya, dan berbagai ukuran lainnya) harus
betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa
implementasi starategi (Hunger & Wheelen, 2003).
Penilaian kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut peraturan BI
No.6/10/PBI/2004 dikatakan bahwa penilaian kinerja keuangan terdiri
atas:
1. Aspek Permodalan (Capital)
Kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam
mempertahankan
modal
yang
mencukupi
dan
kemampuan
21
manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,
dan mengontrol risiko yang timbul dan dapat berpengaruh terhadap
besarnya modal bank. Perhitungan pada aspek ini didasarkan atas
prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus
disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk margin)
terhadap jumlah penanaman modalnya.
Perbankan wajib memenuhi kewajiban penyertaan modal
minimum, atau disebut dengan istilah CAR (Capital Adequacy
Ratio), yang dihitung dari presentase tertentu terhadap aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR) sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan Direksi BI No.26/20/KEP/DIR tentang kewajiban
penyedian modal minimum (CAR). Penilaian tersebut berdasarkan
CAR yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio
tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan pemerintah, CAR
minimum harus 8%.
2. Aspek Kualitas Aset (Assets)
Adalah menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif
yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
22
diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah
dilaporkan secara berkala kepada bank indonesia.
Rasio yang digunakan mewakili aspek kualitas asset adalah
Non Performing Loan (NPL). NPL dijadikan variabel independen
yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat
risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio
NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam megelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.
Besaran NPL yang baik adalah < 5%.
3. Aspek manajemen (Management)
Menunjukan
kemampuan
manajemen
bank
untuk
menidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko yang
timbul melalui kebijakan dan strategi bisnis untuk mencapai target.
Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian dari
beberapa
komponen
yaitu
manajemen
umum,
manajemen
rentabilitas, dan manajemen kualitas.
4. Aspek Likuiditas
Salah
satu
penilaian
likuiditas
bank
adalah
dengan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Surat Edaran
BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, LDR dapat diukur
dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan
terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan
akan menentukan keuntungan bank. Dalam surat edaran tersebut jga
23
dikatakan bahwa bank dikatakan sehat jika memiliki LDR sebesar
85%-110%.
5. Aspek Rentabilitas/Profitabilitas (Earning)
Merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya,
dalam setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank
yang sehat yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat.
Penilaian juga dilakukan dengan:
a) Rasio laba terhadap total aset (ROA)
Dalam penelitian kali ini ROA digunakan sebagai variabel
dependen. Alasan dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai
proksi profitabilitas, karena ROA digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan
memanfaatkan
aktiva
yang
dimilikinya.
ROA
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset.
Semakin besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin
baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar.
Berdasarkan alasan tersebut ROA dijadikan indikator
dari kinerja profitabilitas bank dalam penelitian ini. Menurut
BI, standar ROA harus berada dikisaran > 1,215%.
24
D. Profitabilitas
1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Laba
yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan apakah
usaha yang dijalankan sudah efisien atau belum.
Mandala Manurung (2004:209) mendefinisikan profitabilitas
adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Menurut Dendawijaya (2001:119) rasio
profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang
bersangkutan.
Menurut
Kasmir
(2007:279),
rentabilitas
rasio
disebut
profitabilitas usaha, dimana rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Sedangkan menurut Rodoni dan Ali (2010:28)
profitability ratio yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas bank adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba
dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya.
25
2. Rasio-Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
Lukman Dendawijaya (2003:119) analisis rasio rentabilitas bank
adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain
itu, rasio-rasio dlam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur
tingkat kesehatan bank.
Analisis rentabilitas/profitabilitas suatu bank dapat diukur denga
rasio-rasio sebagai berikut:
1) Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih
NPM =
x 100%
Pendapatan Operasional
2) Rasio Biaya (Beban) Operasional
Rasio Biaya Operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional
dan
pendapatan
operasional.
Rasio
ini
dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Biaya (Beban) Operasional
BOPO =
x 100%
Pendapatan Operasional
26
3) Return On Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan
modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laba Bersih
ROE =
x 100%
Modal Sendiri
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank
(baik pemegang saham sendiri maupun pemegang saham baru)
serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank
yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).
Dengan demikian rasio ROE ini merupakan indikator yang
amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk
mengukur kemampuan kemampuan bank dalam memperoleh laba
bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan
dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut kana menyebabkan
kenaikan harga saham bank.
4) Return On Asset (ROA)
Rasio
ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
27
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laba Bersih
ROA =
x 100%
Total Aktiva
Perlu diketahui, bahwa dalam mementukan tingkat kesehatan
suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian
besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukan unsur return
on quaity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia, sebagai
pembina dan pengawas perbankan, lebih mengutamakan nilai
profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya
sebagai besar berasal dari dana simpanan masyarakat.
E. Return On Asset (ROA)
Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tertentu
harapan yang pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan
atau profitabilitas. Yang dimaksud dengan profitabilitas (profitability)
atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba
(O.P. Simorangkir, 2004:152).
Menurut
Dendawijaya
(2003:120)
ROA
digunakan
untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Dahlan Siamat (2005:290) ROA memberikan
informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan
usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan
yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. ROA
28
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.
Dalam bukunya, Frederic Mishkin (2007:232) menyatakan bahwa,
because owners of a bank must know whether their bank is being
managed well, they need good measures of bank profitability. A basic
measure of bank profitability is return on asset (ROA).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar
return on asset suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang diperoleh oleh bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut.
Profitabilitas yang diproksikan oleh return on asset (ROA) dengan
rumus sebagai berikut:
Laba Sebelum Pajak
ROA =
x 100%
Total Aset
F. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Lukman Dendawijaya (2003:122) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh
dana dari sumber-sumber di luar bank. Dengan kata lain, capital
adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau yang menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.
29
Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal
minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR
sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), atau
ditambah dengan Risiko Pasar dan Risko Operasional, ini tergantung
pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/ standar internasional yang
dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (Selamet Riyadi,
2006:161).
Dahlan Siamat (2005:295) kewajiban penyedian modal minimun
bagi semua bank berdasarkan Paket Kebijakan Perbankan 2005 adalah
sebesar 8% dari ATMR.
Secara matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut
(Dendawijaya, 2003:123).
Modal Bank
CAR =
x 100%
ATMR
G. Non Performing Loan (NPL)
Menurut Dahlan Siamat (2005:35) NPL dapat diartikan sebagai
pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat faktor kesengajaan
dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa NPL mencerminkan
risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang
ditanggung
pihak
bank.
besarnya
non
performing
loan
yang
30
diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%
(Selamet Riyadi, 2006:161).
Menurut Dahlan Siamat (2005:361) persyaratan yang ketat dalam
kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit
bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya masalahmasalah seperti terjadinya default risk atau penunggakan pembayaran.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal
14 Desember 2001 besarnya NPL dihitung sebagai berikut:
Kredit Bermasalah
NPL
=
x 100%
Kredit Yang Disalurkan
H. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).
BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi
moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter (www.bi.go.id).
Sasaran
operasional
kebijakan
moneter
dicerminkan
pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB
O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan di ikuti oleh
31
perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga
kredit perbankan (www.bi.go.id).
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate
apabial inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah
ditetapkan (www.bi.go.id).
Menurut Darmawi (2006:181) tingkat bunga merupakan harga
yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi
pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati. Dengan kata lain, tingkat
bunga dalam hal ini merupakan harga dari kredit. Namun harga itu tidak
sama dengan harga barang di pasar komoditi karena tingkat bunga
sesungguhnya merupakan suatu angka perbandingan, yaitu jumlah biaya
pinjaman dibagi jumlah uang yang sesungguhnya dipinjam, biasanya
dinyatakan dalam presentase pertahun.
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan
sebagai ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus dibayar
oleh pihak peminjam dana. Sedangkan tingkat bunag riil menunjukan
persentasi dari nilai riil modal ditambah bunganya dalam setahun,
dinyatakan sebagai presentasi dari nilai riil modal sebelum dibungakan
(Sukirno, 2000:386).
32
Sedangkan Sjahrial (2006:7) menyatakan bahwa tingkat bunga
adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada yang
memberikan pijaman. Dari sudut peminjam merupakan biaya dari dana
yang mereka pinjam.
Menurut Sadono Sukirno (2002:389) di dalam teori, analisis
mengenai penentuan tingkat bunga selalu mengganggap bahwa dalam
perekonomian hanya terdapat satu tingkat bunga. Namun, dalam
kenyataan keadaannya sangat berbeda. Tingkat bunga pinjaman
pemerintah berbeda dengan tingkat bunga yang dibayarkan kepada
konsumen. Dan bank mengenakan tingkat bunga yang berbeda-beda
kepada para nasabahnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
a.
Pebedaan resiko
b.
Jangka waktu pinjaman
c.
Biaya administrasi pinjaman
Menurut Herman Darmawi (2006:188) tingkat suku bunga
merupakan salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam
berbagai kegiatan perekonomian sebagai berikut:
a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan
investasi
yang
pada
akhirnya
akan
mempengaruhi
tingkat
pertumbuhan ekonomi.
33
b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan
keputusan pemiliki modal apakah ia akan berinvestasi pada real
assets ataukah pada financial assets.
c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak
bank dan lembaga keuangan lainnya.
d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.
I. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
1. Penegertian Kurs atau Nilai Tukar
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal
denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari
mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik
(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik
dalam mata uang asing (Adiwarman Karim, 2008:157). Nilai tukar uang
merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain
transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional,
ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batasbatas geografis ataupun batas-batas hukum.
Kurs merupakan salah satu hal terpenting dalam perekonomian
terbuka, karena memiliki pengaruh yang besar bagi neraca transaksi
berjalan
maupun
variabel-variabel
makroekonomi
lainnya.
Kurs
menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap mata uang negara
34
lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga aset (asset
price) (Krugman, 2005: 40).
Sadono sukirno (2004:197), menjelaskan bahwa kurs valuta asing
dapat didefinisikan sebagai nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila
ditukarkan dengan mata uang dalam negeri.
Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat
dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal
(Mankiw, 2006:242). Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang
digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata
uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu mata
uang rupiah yang ditukerkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya
nilai tukar rupiah terhadap dolaar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,
nilai tukar rupih terhadap Euro dan lain-lain. Sedangkan nilai tukar riil
ialah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa
suatu negara dengan barang dan jasa negara lain, nilai tukar riil
menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan
barang-barang dari suatau negara dengan barang-barang negara lain.
Nilai tukar mata uang erat kaitannya dengan konsep konvertibilitas
(convertible currency). Mata uang konvertibel (convertible currency)
adalah mata uang yang bisa digunakan secara bebas dalam berbagai
transaksi internasional oleh penduduk dan negara dimana pun (Krugman,
2005:292) konsep ini menekankan pada pentingnya penggunaan mata
uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata uang negara
35
lain. Tidak adanya konvertibel mata uang akan sangat menyulitkan bagi
transaksi dan perdagangan internasonal.
2. Macam-Macam Kurs
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu (Mankiw,
2006:128):
a) Kurs nominal (nominal exchange rate)
Adalah harag relatif dari mata uang dua negara simbolnya e.
Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah
120 per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di
pasar uang.
b) Kurs riil (real exchange rate)
Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua
negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang-barang yang dari suatu negara untuk
barang-barang dari negara lain.
Nilai tukar atau disebut juga valuta asing dalam berbagai
transaksi atau jual beli valuta asing, ada empat jenis yakni:
a. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu
bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b. Middle Rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan
kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang
ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.
36
c. Buying Rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu
bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
d. Flate Rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi
jual beli bank notes dan traveller chaque, demana sudah
diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya.
J. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen
a) Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Return On Asset
Capital Adequacy Ratio juga bisa disebut dengan rasio
kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan
untuk menutupi resiko kerugian yang timbul dari penanaman aktivaaktiva yang mengandung resiko serta membiayai seluruh benda tetap
dan inventaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan
untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR.
Semakin besar Capital Adequacy Ratio maka keuntungan bank juga
semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil resiko suatu bank
maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro dan
Suhardjono, 2002).
Dendawijaya (2003:34), semakin tinggi capital adequacy ratio
(sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa
bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang
menguntungkan tersebut dapat memberikan konstribusi yang cukup
besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan.
37
b) Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Return On Asset
Non Performing Loan yang tinggi akan memperbesar biaya,
sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar. Oleh karena itu bank harus
menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga
berpengaruh terhadap penurunan laba (return on asset) yang diperoleh
bank (Kasmir, 2000:270).
c) Pengaruh BI Rate Terhadap Return On Asset
Naiknya tingkat inflasi akan mengakibatkan suku bunga naik,
sehingga masyarakat enggan meminjam dana pada bank. Selain itu
sektor riil
juga enggan untuk menambah modal guna membiayai
produksinya, maka kedua hal tersebut akan berdampak pada
penurunan profitabilitas bank (Febrina, 2009:95).
d) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Return On Asset.
Perbankan sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi
perdagangan internasional, tidak dapat menghindari diri dari pengaruh
nilai tukar didalam keterlibatannya pada pasar valuta asing. Menurut
Febrina dan Naomi (2009:95), adanya pengaruh nilai tukar mata uang
terhadap profitabilitas bank mengidentifikasikan apabila nilai tukar
mengalami apresiasi dan depresiasi, maka akan berdampak pada
kewajiban valas bank pada saat jatuh tempo. Akibatnya, profitabilitas
38
bank akan mengalami perubahan jika dalam kasus tersebut bank tidak
melakukan headging.
Selain menjadi fasilisator perdagangan internasional perbankan
syariah juga dapat terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar melalui
nasabah yang memiliki dana besar dalam bentuk valuta asing seperti
dollar AS. Apabila terdepresiasinya rupiah terhadap dollar Amerika
maka akan berdampak pada peningkatan profitabilitas bank (Zainul
Arifin, 2006:231).
39
K. Penelitian Sebelumnya
Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu yang tampak pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Penelitian
Judul
1
Muhamad
Bilal, Asif
Saeed,
Ammar
Ali Gull,
dan
Toquer
Akram
(2013)
Influnce of
Bank
Specific and
Macroecono
mic Factors
on
Profitability
of
Commercial
Banks: A
Case Study
of Pakistan
2
Xuezhi
Qin dan
Dickson
Pastory
(2012)
Commercial
Banks
Profitability
Position: The
Case of
Tanzania
Variabel
Penelitian
Return On
Asset, Return
On Equity,
bank Size,
Capital
Ratio, Non
Performing
Loans,
Deposits to
Asset Ratio,
Net Interest
Margin,
Inflation,
Real Gross
Domestic
Product, dan
industry
Production
Growth.
Model
Analisis
Analisis
regresi
linier
berganda
Variabel
dependen
yaitu ROA,
sedangkan
variabel
independen
yaitu CAR,
LDR, dan
NPL
Analisis
regresi
panel
Hasil Penelitian
Hasil penelitian
menunjukan Bank Size
berpengaruh terhadap
ROA dan ROE, Non
Performing Loan
berpengaruh terhadap
ROE tetapi tidak
berpengaruh terhadap
ROA, Capital Ratio
signifikan terhadap ROE
tetapi tidak signifikan
terhadap ROA, Deposit to
Total Aseet tidak
berpengaruh terhadap
ROA dan ROE , Net
Interest Margin
berpengaruh terhadap
ROA dan ROE, Industry
Production Growth
berpengaruh terhadap
ROA dan ROE, GDP
berpengaruh terhadap
ROA dan ROE, Inflasi
tidak berpengaruh
terhadap ROE tetapi
berpengaruh terhadap
ROA.
Temuannya menunjukan
bahwa dalam konteks
model regresi LDR dan
kualitas aktiva memiliki
dampak positif terhadap
ROA, dengan
pengecualian bahwa NPL
dan CAR memiliki
pengaruh negatif terhadap
profitabilitas (ROA).
40
No
Penelitian
3
Nanang
Adi
Wijaya
(2012)
4
5
Judul
Analisis
Pengaruh
CAR, LDR,
NPL, NIM,
Biaya
Operasional
dan
Pendapatan
Operasional
Terhadap
Return On
Asset Pada
Perusahaan
Perbankan
Yang
Terdaftar di
BEI
Nanda Tri Analisis
Putra
faktor-faktor
(2012)
yang
mempengaru
hi kinerja
perbankan
(study
empiris pada
industri
perbankan
yang
terdaftar di
BEI periode
2008-2010
Deger
Bank
Alper dan Specific and
Adem
Macroecono
Anbar
mic
(2011)
Determinant
of
Commercial
Bank
Profitability:
Empirical
Evidence
from Turkey
Variabel
Penelitian
CAR, LDR,
NPL, NIM,
BOPO, dan
Return On
Asset
Model
Analisis
Analisis
regresi
linier
berganda
Hasil Penelitian
CAR, NPL,
NPM,
BOPO, LDR
(variabel
independen)
return on
asset
(variabel
dependennya)
Analisis
regresi
berganda
Hasil penelitian ini
menunjkan bahwa
variabel CAR, NPL,
NPM, dan LDR
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kinerja profitabilitas bank
(ROA) sedangkan BOPO
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
kinerja profitabilitas bank
Asset size,
capital
adequacy,
asset quality,
liquidity,
deposits,
NIM, non
interest
income,
GDP,
inflation, and
interest rate
(variabel
independen),
ROA and
ROE
Analisis
regresi
panel
hasil penelitian ini
menunjukan bahwa bank
size berpengaruh positif
terhadap ROA dan ROE,
capital adequacy tidak
berpengaruh terhadap
ROA dan ROE, asset
quality berpengaruh
negatif terhadap ROA dan
tidak berpengaruh
terhadap ROE, deposits
tidak berpengaruh
terhadap ROA dan ROE,
NIM tidak berpengaruh
terhadap ROA dan
Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa variabel
capital adequacy ratio,
loan deposit ratio, biaya
operasional dan
pendapatan operasional,
net interest margin
berpengaruh signifikan
terhadap return on asset
sedangkan non
performing loan tidak
berpengaruh terhadap
return on asset
41
No
Penelitian
Judul
Variabel
Penelitian
(variabel
dependen)
Model
Analisis
6
Febrina
Dwi
jayanthy
dan Prima
Naomi
(2009)
Analisis
Pengaruh
Inflasi, BI
Rate, dan
Nilai Tukar
Mata Uang
terhadap
Profitabilitas
Bank Periode
2003-2007
Inflasi, BI
Rate dan
Nilai Tukar
Mata Uang
(variabel
independen)
profitabilitas
(variabel
dependen)
Analisis
Regresi
berganda
7
Kartika
Wahyu
Sukarno
dan
Muhamad
Syaichu
(2006)
Analisis
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi
Kinerja Bank
Umum
di
Indonesia
ROA, CAR,
LDR, NPL,
DER, dan,
BOPO
Analisis
regresi
linier
berganda
Hasil Penelitian
ROE, NII berpengaruh
posiitf terhadap ROA
tetapi tidak berpengaruh
terhadap ROE, interest
rate tidak berpengaruh
terhadap ROA tetapi
berpengaruh positif
terhadap ROE, GDP dan
inflasi tidak berpengaruh
terhadap ROA dan ROE.
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa inflasi
berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas
bank, BI Rate terbukti
tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas
bank karena dalam
penelitian ini terjadi
hubungan antara BI Rate
dengan Inflasi, dan Nilai
tukar mata uang terhadap
profitabilitas bank
terbukti berpengaruh
Hasil penelitian
menunjukan bahwa CAR,
LDR, dan BOPO
berpengaruh terhadap
Return On Asset
sedangkan NPL dan DER
tidak berpengaruh
terhadap Return On Asset
Sumber: Jurnal dan Skrpsi Hasil Penelitian Terdahulu
42
L. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu di atas,
maka penelitian ini mengambil judul tentang analisis pengaruh Capital
Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah
(Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional
(Studi Empiris pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar
yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2012).
Sampel dalam penelitian adalah Bank Umum Swasta Nasional
Devisa yang memiliki aset terbesar dan terdaftar di BEI pada periode
2006-2012. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah
profitabilitas yang diukur dengan return on asset sedangkan variabel
independennya adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI
rate, dan nilai tukar rupiah (kurs).
Motode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain model common
effect, model fixed effect, dan model random effect. Kemudian untuk
memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel,
terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, yaitu uji chow untuk
menentukan model common effect atau model fixed effect yang lebih
tepat digunakan dalam mengelola data panel, kemudian uji hausman
dilakukan untuk mennetukan model fixed effect atau model random effect
yang lebih tepat digunakan dalam regresi data panel. Selanjutnya setelah
melakukan pengujian tersebut dilakukan uji asumsi klasik dan analisis
43
regresi data panel serta pengujian hipotesis. Setelah tahap pengujian
selesai, peneliti melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya
dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitian yang
berbeda. Setelah peneliti mengumpulkan beberapa jurnal dan skripsi,
peneliti mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian
mmebuat pradigma penelitian yang berbeda dimana penelitian ini
menggunakan metode regresi dengan menggunakan data panel (Panel
Least Square) dan dengan menggunakan bantuan software Eviews 7.01.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang
peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.
44
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BUSN Devisa
Variabel Dependen
Profitabilitas : ROA (Y)
Variabel Independen:
Capital adequacy ratio (X1), non
performing loan (X2), BI Rate (X3),
dan kurs (X4)
Metode Estimasi Data Panel
Common Effect
Fixed Effect
Uji Chow
Random Effect
Uji Hausman
Metode Estimasi Terpilih
Uji Asumsi Klasik
Normalitas
Multikolinieritas
Adjusted R2
Heteroskedastisita
s
Uji Simultan
Autokorelasi
Uji Parsial
Interpretasi
45
M. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban masalah atau pertanyaan penelitian
yang dikembangan berdasarkan teori-teori yang perlu diuji melalui proses
pemilihan, pengumpulan, dan analisis data (Indriantoro dan Supomo,
2002:81). Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. H0 : b1...b4 = 0, tidak terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio,
non performing loan, BI rate, dan kurs terhadap profitabilitas bank
umum swasta nasional devisa.
H1 : b1...b4 ≠ 0, terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio, non
performing loan, BI rate, dan kurs terhadap profitabilitas bank umum
swasta nasional devisa.
2. H0 : b1 < 0, tidak terdapat pengaruh positif antara capital adequacy
ratio terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa
H1 : b1 > 0, terdapat pengaruh positif antara capital adequacy ratio
terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.
3. H0 : b2 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara non performing
loan terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa
H1 : b1 < 0, terdapat pengaruh negatif antara non performing loan
terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.
4. H0 : b3 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara BI Rate terhadap
profitabilitas bank umum swasta nasional devisa
46
H1 : b3 < 0, terdapat pengaruh negatif antara BI Rate terhadap
profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.
5. H0 : b4 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara kurs terhadap
profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.
H1 : b4 < 0, terdapat pengaruh negatif antara kurs terhadap profitablitas
bank umum swasta nasional devisa.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh antara
variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat).
Penelitian ini dilakukan atas data-data yang didapat melalui studi
kepustakaan dan data dari internet (data skunder) yang dipublikasikan,
data yang digunakan yaitu periode 2006-2012.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta
Nasional (BUSN) Devisa yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2012.
Adapun ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada:
1. Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA)
2. Permodalan, yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)
3. Tingkat kredit bermasalah, yang diukur dengan Non Performing Loan
(NPL)
4. BI rate, merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, dan
5. Kurs, merupakan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisitik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
48
kesimpulannya
(Sugiyono, 2003:72). Adapun populasi
dalam
penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa
yang listing di BEI selama periode 2006-2012.
2. Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi
perhatian dalam sebuah penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:7).
Sampel yang baik haruslah memberikan gambaran mengenai populasi
dari sampel tersebut, maka diperlukan pengambilan sempel yang
representatif sehingga sampel yang diambil dapat mewakili populasi
tersebut.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
metode
purposive
sampling
yaitu
penarikan
sampel
dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut berdasarkan pada
kepentingan dan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:17).
Karakteristik sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah:
a. 10 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa yang memiliki
aset terbesar serta terdaftar di BEI selama empat periode terakhir.
b. Bank yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report)
secara berkala selama periode penelitian.
c. Bank yang menerbitkan data-data keuangan tentang variabel
penelitian yang terkait serta secara lengkap.
49
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka peneliti mengambil
10 bank sebagai sampel. Beriku daftar bank yang menjadi sampel
dalam penelitian ini:
No
Kode
Tabel 3.1
Daftar sampel penelitian
Perusahaan
Total Aset
(Rp Juta)
1
BBCA
PT. Bank Central Asia Tbk.
442.994.197
2
BNGA
PT. Bank CIMB Niaga Tbk.
197.412.481
3
BDMN
PT. Bank Danamon Indonesia
155.791.308
4
PNBN
PT. Bank Pan Indonesia Tbk.
148.792.614
5
BNLI
PT. Bank Permata Tbk.
131.798.595
6
BNII
PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 115.855.514
7
NISP
PT. Bank OCBC NISP Tbk.
79.141.737
8
BBKP
PT. Bank Bukopin Tbk.
65.689.830
9
MEGA
PT. Bank Mega Tbk.
65.219.108
10
BAEK
PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk.
25.365.299
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Riset Kepustakaan
Menurut Mestika Zed (2004:3) Riset Kepustakaan atau yang
sering disebut dengan studi keputakaan ialah serangkaian kegiatan
50
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca,
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Riset kepustakaan merupakan teknik untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dengan cara membaca dan mempelajari buku,
jurnal-jurnal ataupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian
ini.
Metode
pengumpulan
data
pada
penelitian
ini
adalah
pengumpulan data sekunder dimana data-data yang dibutuhkan
diperoleh dari:
a. Laporan keuangan tahunan perusahaan BUSN devisa yang
dipublikasikan yang diteliti selama periode penelitian.
b. Data BI rate, Kurs yang dipublikasikan di www.bi.go.id
c. Jurnal atau publikasi lainnya yang relevan yang memuat
informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Sumber Internet
Sebagian data tambahan yang penulis tidak bisa temukan dari
sumber-sumber yang telah disebutkan, maka diambil data dari internet
untuk melengkapi kekurangan yang ada.
D. Metode Analisi Data
1. Analisis Data Panel
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan
kombinasi dari data time series dan cross section. Estimasi yang
dilakukan dengan menyatukan kedua data tersebut yang disebut
51
dengan data pooling atau panel data dengan pengolahan data
menggunakan Software Eviews 7.01 untuk menjelaskan hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Penggunaan software ini dirasa tepat mengingat analisis dengan
data panel sudah disediakan Eviews sejak versi awal dan selama ini
sudah menjadi selah satu keunggulan Eviews dibanding dengan
program-program statistik lainnya dalam mengelolah data panel.
Software Microsoft Excel 2007 juga dipakai untuk mempermudah
pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-lain.
Data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara
runtun waktu (time series) dengan seksi silang (cross section). Oleh
karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu
data yang terdiri dari beberapa objek dan meliputi beberapa waktu
(Winarno, 2011:91).
Menurut Agus Widarjono (2009:229) ada beberapa keuntungan
yang diperoleh dengan menggunakan data panel. Pertama, data panel
yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section
mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan
menghasilkan Degree Of Freedom yang lebih besar. Kedua,
menggabungkan informasi dari data time series dan cross section
dapat
mengatasi
masalah
yang
timbul
ketika
ada
masalah
penghilangan variabel (omitted variable).
52
Model Regresi Panel Menurut Agus Widarjono:
Yit = α + b1X1it + b2X2it + b3X3it + b4X4it + e
Dimana:
Y = Variabel dependen
α = Kostanta
X = Variabel independen
b = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
t
= Waktu
i
= Perusahaan
e = Error term
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
1) Model Common Effect
Model Common Effect atau Pooled Regression Model adalah
motode estimasi yang menggabungkan (pooled) seluruh data time series
dan cross section dengan menggunakan pendekatan OLS (Ordinary
Least Square) untuk melakukan estimasi parameternya. Dalam
pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu
sehingga perilaku data antara perusahaan diasumsikan sama dalam
berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect sama seperti
OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan
bukan time series atau data cross section saja melainkan data panel yang
53
diterapkan data bentuk pooled. Bentuk umum untuk model Ordianry
Least Square adalah:
Yit = b0 + b1Xit + b2Xit + εit untuk i=1,2,…,n dan t=1,2,…,t
2) Model Fixed Effect
Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya
perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar
waktu (time invariant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu.
Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan
Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) atau
disebut juga Covariance Model. Persamaan pada estimasi dengan
menggunakan fixed effect model dapat ditulis dalam bentuk sebagai
berikut:
Yit = b0 + b1Xit + b2Xit + b3D1i + b4D2i +……+ εit
= 1,2,....,n
= 1,2,....t
D = dummy
3) Model Random Effect
Random Effect Model adalah model etimasi regresi panel dengan
asumsi koefisien slope kontan dan intersep berbeda antara individu dan
antar waktu (Random Effect). Dimasukannya variabel dummy di dalam
Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang
model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi
54
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan
menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal dengan
Random Effect. Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.
Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect
adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena
dapat meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum untuk
Random Effect Model adalah:
Yit = α1 + bjXjit + εit dengan εit = ui + vt + wit
Dimana :
ui ~ N ( 0, δu2) = komponen cross section error
vt ~ N ( 0, δv2 ) = komponen time series error
wit ~ N ( 0, δw2 ) = komponen eror kombinasi
2. Tahapan Analisis Data
Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam
mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan.
a. Uji Chow
Uji chow adalah pengujian untuk menentukan model
Fixed Effect atau Common Effect yang lebih tepat digunakan
dalam mengestimasi data panel.
55
Hipotesis Uji Chow adalah:
HO
: Common Effect Model atau Pooled OLS
H1
: Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan perhitungan F statistik dengan F tabel.
Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F
tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat
digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya, jika
F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka terima H0 dan model
yang lebih tepat digunakan adalah Common Effect Model.
Nilai F statistik untuk Uji Chow ditentukan oleh:
F n–1 nt,n–k = (SSE1 – SSE2) / ( n – 1 )
SSE2 / ( nt – n – k )
Dimana :
SSE1 = Sum Square Error dari model common effect
SSE2 = Sum Square Error dari model individual individual effect
n
= jumlah individual (cross section)
t
= jumlah series waktu (time series)
k
= jumlah variabel bebas
Sedangkan F tabel didapat dari:
F tabel = | α : df(n-1, nt – n – k) |
56
b. Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih
apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat
digunakan dalam regresi data panel. Uji ini di kembangkan oleh
Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam
model Fixed Effect dan GLS adalah efisien sedangkan model
OLS adalah tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS
efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya
adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga Uji
Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut.
Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0
: Random Effect Model
H1
: Fixed Effect Model
Uji Hausman akan mengikuti distribusi Chi-Squares
sebagai berikut:
m = ̂ Var ( ̂ ) -1 ̂
Dimana:
̂=[ ̂ – ̂
Var ( ̂ ) = Var ( ̂ - Var ( ̂ GLS)
Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik
Chi-Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k
adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman
lebih besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang
57
tepat adalah model Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai
statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang
tepat adalah model Random Effect.
3.
Uji Dasar Asumsi Klasik
Uji dasar asumsi klasik ini dilakukan sebagai parameter untuk
mengukur apakah data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai
residual
yang
telah
terstandarisasi
pada
model
regresi
berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan
berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut
sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya
normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data tidak
normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil
(Suliyanto, 2011:69).
Menurut Winarno (2011:539) untuk mendeteksi normalitas
data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan
probabilitasnya.
Kedua
angka
ini
saling
mendukung.
Ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data
berdistribusi normal.
58
2. Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α
(5%), maka data berdistribusi normal (hipotesis nolnya
adalah data berdistribusi normal).
Dalam perangkat Eviews yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini, normalitas dapat diketahui dengan melihat kepada
histogram dan uji Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika
nilai JB < X2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan
berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau
sempurna di antara variabel bebas (Suliyanto, 2011:82).
Multikolinieritas
adalah
hubungan
linier
antar
variabel
independen didalam regresi berganda. Model yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Menurut Agus Widarjono (2010:75) jika ada multikolinieritas
antar variabel independen, estimasi dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS) masih menghasilkan estimator
yang tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum
(BLUE) karena estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi
terbebas dari masalah multikolinieritas.
Metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah
multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
59
korelasi parsial antar variabel independen. Sebagai aturan kasar
(rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85
maka kita duga multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika
koefisien korelasi kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak
mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu kehatihatian terutama pada data time series seringkai menunjukan
korelasi antara variabel independen yang cukup tinggi. Korelasi
tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukan
unsur trend, yaitu data bergerak naik dan turun secara bersamaan
(Widarjono, 2010:77).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian
dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang
homokedastisitas. Homokedastisitas terjadi jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan
(Suliyanto, 2011:95). Heteroskedastisitas berarti varians variabel
gangguan yang tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas dengan
demikian lebih sering muncul pada cross section daripada time
series. Jika varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan
lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode
60
Park. Uji park dilakukan dengan melakukan regresi fungsi-fungsi
residual. Jika variabel independen tidak signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa model yang terbentuk dalam persamaan
regresi tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antar anggota serangkaian data observasi yang diurutkan
menurut waktu atau ruang (Suliyanto, 2011:125). Autokorelasi
merupakan korelasi antar variabel gangguan satu observasi
dengan variabel gangguan observasi lain. Autokorelasi sering
muncul pada data time series. Autokorelasi muncul karena
observasi yang beruntung sepanjang waktu berkaitan satu sama
lain. Autokorelasi dapat dideteksi melalui metode Durbin-Waston
(DW) dengan mengasumsikan bahwa variabel gangguan hanya
berhubungan dengan variabel ganguan periode sebelumnya (lag
pertama) yang dikenal dengan model autoregresif tingkat pertama
dan variabel independen tidak mengandung variabel independen
yang merupakan kelambanan dari variabel dependen (Widarjono,
2010: 99).
Menurut Danang Sunyoto (2011:134) salah satu ukuran
dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai
berikut:
61
1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2
(DW < -2)
2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara
-2 dan +2atau -2 < DW < +2
3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau
DW > +2.
Pendapat lain untuk mendeteksi tentang uji autokorelasi
secara umum bisa diambil patokan (Singgih, 2012:243):
1) Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi
positif.
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi.
3) Angka D-W diatas +2, berarti ada korelasi negatif.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa
baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).
Koefisien determinasi ini mengukur presentase total varian variabel
dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis
regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilain R² mempunyai interval
antara 0 sampai 1 (0 < R² < 1). Semakin besar R² (mendekati 1),
semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin
mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat
menjelaskan variabel dependen.
62
Koefisien determinasi memilikin kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana
setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah penagamatan
dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang
dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka
digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R
Square (R2
adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti
bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang telah disesuiakan (Adjusted R-Square)
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau
turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto,
2011:59).
5. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen secara keseluruhan terdapat variabel dependen. Pengujian
ini dilakukan dengan membandingan F hitung dengan F tabel.
Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji
pengaruh
secara
simultan
variabel
bebas
terhadap
variabel
tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan
terhadap variabel tegantung, maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh
63
secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok
atau not fit.
Menurut suliyanto (2011:61), untuk menyimpulkan apakah
model masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat
bebas: df: α,(k-1), (n-k), dimana k adalah jumlah variabel dan n adalah
jumlah
pengamatan
(ukuran
sampel).
Dasar
pengambilan
keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan
H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh secara signifikan tehadap variabel dependen, tetapi jika
jika F hitung < F tabel, maka H0 terima dan H1 ditolak yang berarti
bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Suliyanto (2011:62) untuk menghitung besarnya nilai F hitung
digunakn formula berikut:
Keterangan:
F = Nilai F hitung
R2 = Koefisien Determinasi
k = Jumlah Variabel
n = Jumlah Pengamatan (ukuran sampel).
64
6. Uji Parsial (Uji t)
Sementara uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari
pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Nilai t hitung
digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak.
Pengujian dalam penelitian ini digunakan uji satu arah (one
tailed test) karena hipotesis yang diajukan sudah menunjukan arah,
yaitu positif dan negatif. Dalam uji satu sisi (one tailed test) hanya ada
satu daerah penolakan, dan hipotesisi nol ditolak hanya jika nilai
statistik sampel berada pada daerah ini. Uji hipotesis satu sisi dipilih
jika mempunyai dasar teori atau dugaan yang kuat, karena
berdasarkan teori terdapat hubungan positif (+) atau negatif (-).
Adapun prosedur langkahnya sebagai berikut (Agus Widarjono,
2010:26):
1. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Jika hipotesis negatif, maka digunakan uji hipotesis satu
sisi negatif.
H0 : b1 = 0
H1 : b1 < 0
Maka dasar keputusan menolak H0 atau menerima H1
adalah jika nilai –t hitung < -t kritis maka H0 ditolak dan
menerima H1, artinya bahwa variabel independen berpengaruh
65
terhadap variabel dependen begitu juga sebaliknya apabila nilai
-t hitung > nilai -t kritis maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya
bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.

Jika hipotesis positif, maka digunakan uji hipotesis satu
sisi positif.
H0 : b1 = 0
H1 : b1 > 0
Maka dasar keputusan menolak H0 atau menerima H1
adalah jika nilai t hitung > nilai t ktitis maka H0 ditolak dan
menerima H1, artinya bahwa variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Begitu juga sebaliknya apabila nilai
t hitung < nilai t kritis maka H0 dterima dan menolak H1, artinya
bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependennya.
2. Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai t kritis
(n-k) dari tabel distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu
dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel
independen.
Untuk menghitung besarnya nilai t hitung digunakan rumus
berikut (Suliyanto, 2011:62):
ti = bj
Sbj
66
Keterangan:
t
= Nilai t hitung
bj = Koefisien regresi
sbj = kesalahan baku koefisien reresi
3. Keputusan menolak H0 atau menerima H1 dapat juga dijelaskan
melalui distribusi probabilitas.

H1 akan diterima jika nilai probabilitas kurang dari 0,05(α).
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variansi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh
peneliti dalam mengoperasionalkan konstruk, sehingga memungkinkan
bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara
yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih
baik (Indriantoro dan Supomo, 2002:69).
Model operasional variabel dalam penelitian ini dapat ditunjukan
sebagai berikut:
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (Sugiyono, 2003:33). Adapun yang menjadi variabel
independen dalam penelitian ini adalah:
67
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Selamet Riyadi (2006:161), Capital Adequacy
ratio (CAR) yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum
yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR
sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR),
atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini
tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang
ditetapkan
oleh
Bank
Indonesia
ini,
mengacu
pada
ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking
for International Settlement (BIS). Rasio ini juga sangat umum
digunakan sebagai aspek permodalan sesuai dengan ketetapan
Bank Indonesia.
Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus berikut:
Modal
CAR =
x100
ATMR
Data mengenai capital adequacy ratio diperoleh dari
laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam
penelitian ini.
b. Non Performing Loan (NPL)
Menurut Selamet Riyadi (2006:160) Non Performing Loan
adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan
68
tingkat kolektabilitas 3 sampai dengan 5 dibandingkan dengan
total kredit yang diberikan oleh pihak bank.
Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia
saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan
mempengaruhi
bersangkutan,
penilaian
yaitu
Tingkat
akan
Kesehatan
mengurangi
nilai/
Bank
yang
skor
yang
diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukan bahwa
bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya,
sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas
pemberian kredit pada bank tersebut cukup tingginya NPL yang
dihadapi bank (Selamet Riyadi, 2006:161). non perfoming loan
dapat dihitung dengan rumus:
Kredit yang diberikan dengan kolektabilitas 3 s/d 5
NPL =
Total Kredit yang diberikan
Data mengenai rasio non performing loan diperoleh dari
laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam
penelitian ini.
c. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).
Data mengenai
BI rate diperoleh dari data
yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
69
d. Kurs
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer
dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation)
harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga
mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu
harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman
Karim, 2008:157).
Data mengenai kurs diperoleh dari data yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2003:33). Variabel dependen (terikat) dalam
penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan Return On
Asset.
Menurut Sawir (2004:31), Return On Asset adalah rasio untuk
mengukur kemampuan bank dalam mendapatkan profitabilitas dalam
mangerial efisiensi secara umum. Return On Asset dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
ROA =
x 100%
Total Asset
70
Data mengenai return on asset (ROA) diperoleh dari laporan
keuangan/ laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel
dalam penelitian ini.
71
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.
Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika
itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak
tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak
berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode
kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik
Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek
tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1997, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi
yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan
pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
72
Tanggal/tahun
Desember/1892
1914-1918
1925-1942
Awal
tahun
1939
1942-1952
1956
1956-1977
10
Agustus
1977
1977-1987
1987
1988-1990
2 Juni 1988
Desember 1988
16 juni 1989
Tabel 4.1
Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Peristiwa
Bursa Efek pertama kali dibentuk oleh pemerintah
di Batavia oleh pemrintah Belanda.
Bursa efek ditutup selama masa pernag dunia I
Bursa efek di Jakarta kembali dibuka bersamaan
dengan bursa efek di Semarang dan Surabaya.
Karena isu politik (perang dunia II) bursa efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama
perang dunia II
Program nasionalisasi perusahaan Belanda, Bursa
Efek kembali tidak aktif.
Perdagangan di Bursa Efek Vakum
Bursa efek diresmikan kembali oleh presiden
Soeharto. BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM
(Badan Pengawas Pasar Modal). Pada tanggal 10
Agustus diperingati sebagai HUT pasar modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai
dengan Go Public PT. Semen Cibinong sebagai
emiten pertama.
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu, jumlah
emiten di Bursa Efek hingga tahun 1987 hanya 24.
Masyarakat lebih memilih instrumen Perbankan
dibanding instrumen Pasar Modal
Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987
(PAKDES87) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk melakukan penawaran umum
dan investor asing untuk menanamkan modal di
Indonesia
Paket deregulasi Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.
Aktivitas perdagangan terlihat meningkat.
Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan
Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer.
Pemerintah mengeluarkan paket Desember
(PAKDES88) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar
modal.
Bursa Efek Surabaya mulai beroperasi
dan
dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu
73
PT. Bursa Efek Surabaya.
Swastanisasi BEJ, BAPEPAM berubah menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini
diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995
Sistem otomatisasi di BEJ dilakukan dengan sistem
komputer JATS (Jakarta Automated Trading
System).
10 November Pemrintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8
1995
tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang
ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995
Bursa Pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya.
2000
Sistem perdagangan tanpa warkat (scripless
trading) mulai diaplikasikan di Pasar Modal
Indonesia.
2002
BEJ Mulai mengaplikasikan sistem perdagangan
jarak jauh (remote trading).
2007
Penggabungan Bursa Efek Surabaya dan Bursa
Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa efek
Indonesia.
2 Maret 2009
Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT.
Bursa Efek Indonesia : JATS-NextG.
Sumber: www.idx.co.id
13 Juli 1992
2.
Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian
Berikut ini adalah sejarah singkat perusahaan yang menjadi
objek penelitian berdasarkan penentuan kriteria sampel objek
penelitian:
a.
Bank Central Asia Tbk.
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957
dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui
sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan
adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997.
Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000,
dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi
74
BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih
menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham
kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN
mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di
BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo
Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan
tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata
kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi,
pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya
baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga
intermediasi finansial dan ditahun 2012 tecatat aset bank BCA
mencapai Rp 442.994 triliun.
b. Bank CIMB Niaga Tbk.
Berdiri sejak 26 September 1955, saat ini CIMB Niaga
adalah bank terbesar ke-7 di Indonesia berdasarak nilai aset.
CIMB Niaga merupakan bank kedua terbesar di Indonesia dalam
penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dengan pangsa pasar
sekitar 10%. Sejak 25 November 2002 mayoritas saham CIMB
Niaga dimiliki oleh Bumiputra-Commerce Holdings Berhad
(BCHB), dan pada 16 Agustus 2007 dialihkan kepada CIMB
Group Sdn Bhd, perusahaan yang 100% dimiliki oleh BCHB.
75
Sebagai bank nasional yang pertama kali meluncurkan
layanan ATM pada tahun 1987 dan online banking system pada
tahun 1991, CIMB Niaga dikenal sebagai salah satu bank yang
paling inovatif di Indonesia selain itu kinerja bank CIMB Niaga
yang mencatat nilai aset sebesar Rp 197.412 triliun.
c. Bank Danamon Indonesia Tbk.
Danamon didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra
Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah
menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon
menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri
sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Sebagai akibat
dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Danamon
dialihkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken Over).
Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank
Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara
Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT
Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional)
dilebur ke dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger
tersebut, Danamon menerima program rekapitalisasinya yang ke
dua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun.
Sebagai surviving entity, Danamon bangkit menjadi salah satu
76
bank swasta terbesar di Indonesia dengan total aset sebesar Rp
155.791 triliun.
d. Bank Pan Indonesia Tbk.
Panin Bank merupakan salah satu bank komersial utama di
Indonesia. Didirikan pada tahun 1971 hasil merger dari Bank
Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang
Indonesia. Dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta
tahun 1982 sebagai bank Go Public yang pertama.
Dengan struktur modal yang kuat dan Rasio kecukupan
Modal yang tinggi, Panin Bank Bersyukur tidak harus
direkapitalisasi oleh pemerintah pasca krisis ekonomi pada tahun
1998. pemegang saham Panin Bank adalah ANZ Banking Group
of Austarlia (37,1%), Panin Life (45,9%), dan publik-domestik
dan internasional. Per Juni 2009, Panin Bank tercatat sebagai
bank ke-7 terbesar di Indonesia dari segi total aset Rp.71,2 triliun,
dengan permodalan mencapai Rp. 9,8 triliun dan CAR 23,9% dan
pada tahun 2012 tercatat total aset Panin Bank sebesar Rp
148.793.
e. Bank Permata Tbk.
Permata Bank dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di
bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN), yakni PT. Bank Bali Tbk, PT. Bank Universal Tbk, PT.
Bank Prima Express, PT. Bank Artamedia, dan PT. Bank Patriot
77
pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan
PT. Astra Internasional Tbk mengambil alih Permata Bank dan
memulai proses transformasi secara besar-besaran di dalam
organisasi. Selanjutntya, sebagai wujud komitmennya terhadap
Permata Bank, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini
meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006.
Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis
merupakan salah satu kekuatan utama Permata Bank. PT Astra
Internasional Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar
dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard
Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global
terkemuka yang dimilikinya menjadikan Permata Bank menjadi
posisi yang unik. Tercatat besarnya aset yang dimiliki oleh bank
permata pada tahun 2012 sebesar Rp 131.798 triliun.
f. Bank Internasional Indonesia Tbk.
PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) bergerak dalam
kegiatan
perbankan
domestik
dan
internasional
yang
menyediakan berbagai layanan keuangan baik perusahaan
nasional dan multinasional, perusahaan ukuran menengah, usaha
kecil dan individu, dan juga perbankan syariah untuk pembiayaan,
penggalangan
dana,
dan
produk
jasa
perbankan.
Bank
Internasional Indonesia didirikan 15 Mei 1959, BII juga
78
menyediakan pelayanan dan fasilitas pengawasan korporasi
(corporate advisory).
g. Bank OCBC NISP Tbk.
Bank OCBC NISP (sebelumnya bernama Bank NISP)
adalah sebuah bank swasta di Indonesia. Bank ini didirikan 4
April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch-Indische
Spaar en Deposito Bank. Pada 1981, sempat berganti nama
menjadi NV. Spaar En Deposito yang diuraikan sebagai Bank
Nilai Inti Sari Penyimpan (disingkat NISP), bank ini kemudian
lama dikenal sebagai Bank NISP.
Semenjak 16 Oktober 2008, Bank NISP resmi berganti
nama dan logo menjadi Bank OCBC NISP. Nama perusahaan
juga turut diubah dari PT Bank NISP Tbk menjadi PT Bank
OCBC NISP Tbk. Bank OCBC NISP juga sering mencatatkan
prestasinya secara baik dalam dunia perbankan serta meraih
beragam penghargaan selain itu pada tahun 2012 aset bank OCBC
NISP sebesar Rp 115.772 triliun. Saat ini mayoritas saham Bank
NISP dimiliki oleh OCBC Group yang berlokasi di Singapura.
OCBC merupakan penyedia jasa perbankan dan asuransi terbesar
di Singapura.
h. Bank Bukopin Tbk.
Bank Bukopin yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970
menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh
79
dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank
menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya
kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan
masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan
usahanya ke segmen komersial dan konsumer.
i. Bank Mega Tbk.
Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT.
Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 berkedudukan di
Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi
PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta.
Seiring dengan perkembangannya, PT. Mega Bank pada tahun
1996 diambil oleh PRA GROUP (PT. Para Global Investindo dan
PT. Para Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan citra PT.
Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo
dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan
masyarakat, akan lebih mudah dikenal mealui logo perusahaan
yang baru tersebut. Pada tahun 2000 melakukan perubahan dari
PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.
Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada
tahun yang sama PT. Bank Mega melaksanakan Initial Public
Offering dengan menawarkan saham kepada masyarakat, dengan
demikian sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh publik
dan berubah namanya menjadi PT. Bank Mega Tbk. Saat ini bank
80
j. Bank Ekonomi Raharja Tbk.
PT. Bank Ekonomi Raharja,Tbk., adalah penyedia layanan
perbankan komersial yang didirikan pada tanggal 15 Mei 1989
dengan nama awal PT. Bank Mitra Raharja lalu 4 (empat) bulan
kemudian berganti nama menjadi PT Bank Ekonomi Raharja
(lebih dikenal dengan nama Bank Ekonomi).
Bank Ekonomi adalah perusahaan publik yang telah
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sejak 22 Mei
2009, Bank Ekonomi menjadi bagian dari grup institusi keuangan
internasional, HSBC Holdings Plc., melalui anak perusahaannya,
HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited.
B. Pengujian dan Pembahasan
1. Deskriptif Sampel
Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan sebagai sampel
penelitian. Kesepuluh
perusahaan tersebut
adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2006-2012. Berikut adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini :
81
No
Kode
Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian
Nama Perusahaan
1
BBCA PT. Bank Central Asia Tbk.
2
BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk
3
BDMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
4
PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk.
5
BNLI
PT. Bank Permata Tbk.
6
BNII
PT. Bank Internasional Indonesia Tbk.
7
NISP
PT. Bank OCBC NISP Tbk.
8
BBKP PT. Bank Bukopin Tbk.
9
MEGA PT. Bank Mega Tbk.
10 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk.
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Total Aset
(Rp Juta)
442.994.197
197.412.481
155.791.308
148.792.614
131.798.595
115.855.514
79.141.737
65.689.830
65.219.108
25.365.299
2. Deskriptif Variabel
Dalam penelitian ini, data diolah dengan menggunakan alat
bantu software EViews 7.01 yang telah teruji dengan baik dalam
menjelaskan hubungan antara variabel independen (bebas) dan
dependen (terikat) melalui regresi panel. Selain itu penelitian ini juga
menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 untuk
mempermudah dalam mengelola data. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah profitabilitas sebagai varaibel dependen yang
diukur dengan return on asset, sementara variabel independen yang
digunakan adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI
rate, dan nilai tukar rupiah (kurs). Penelitian ini dilakukan dalam
rentang periode 2006-2012. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
82
a. Return On Asset
Return On Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan
perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank,
rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang
dilakukan oleh bank yang bersangkutan. ROA dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Riyadi, 2006:156):
Laba Sebelum Pajak
ROA =
x100%
Rata-rata Total Aset
Dalam penelitian ini, data mengenai return on asset diperoleh
dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi
sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data
capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang diteliti
periode 2006-2012.
Tabel 4.3
Data Deskriptif Return On Asset
(angka dalam persen)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perusahaan
BBCA
BNGA
BDMN
PNBN
BNLI
BNII
NISP
BBKP
MEGA
BAEK
2006
3,80
2,09
1,80
2,78
1,20
1,43
1,55
1,85
0,88
1,62
2007
3,30
2,49
2,40
3,14
1,90
1,44
1,31
1,63
2,33
1,87
2008
3,40
1,10
1,50
1,75
1,70
1,11
1,50
1,66
1,98
2,26
2009
3,40
2,10
1,50
1,78
1,40
0,07
1,90
1,46
1,77
2,21
2010
3,50
2,75
2,70
1,76
1,98
1,14
1,30
1,62
2,45
1,78
2011
3,80
2,85
2,60
2,02
1,66
1,13
1,90
1,87
2,29
1,49
2012
3,60
3,18
2,70
1,96
1,70
1,62
1,80
1,83
2,74
1,02
Sumber: Data diolah
83
Gambar 4.1
Grafik Return On Asset
4,00
BBCA
BNGA
3,00
BDMN
2,00
PNBN
BNLI
1,00
BNII
NISP
0,00
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
BBKP
Sumber: Data diolah
Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya return on
asset masing-masing bank umum swasta nasional yang terdaftar di
BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006, return on asset tertinggi
dimiliki oleh perusahaan PT. Bank Central Asia Tbk Dengan
presentase sebesar 3,80%, seangkan yang terendah dimiliki oleh
PT. Bank Mega Tbk dengan presentase 0,88%. Pada tahun 2007,
return on asset tertinggi dimilki oleh PT. Bank Central Asia Tbk
dengan presentase 3,30% sedangkan yang terendah dimiliki oleh
PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan presentase 1,31%. Pada tahun
2008, return on aset tertinggi masih dimiliki oleh PT. Bank Central
Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan yang terendah
dimiliki oleh PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan presentase 1,10%.
Pada tahun 2009, return on asset tertinggi masih dikuasai oleh PT.
Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan
terendah PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan presentase
0,07%. Pada tahun 2010, return on asset tertinggi masih dimiliki
84
oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,50%,
sedangkan terendah dimilki oleh PT Bank Internasional Indonesia
Tbk dengan presentase 1,14%. Pada tahun 2011, return on asset
tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan
presentase 3,80%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank
Internasional Indonesia dengan presentase 1,13%. Pada tahun 2012,
return on asset tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia
dengan presentase 3,60%, sedangkan yang terendah dimilki oleh
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 1,02%.
b. Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kewajiban pemenuhan
modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini
minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko,
ditambah Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada
kondisi bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006:161).
Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Modal (Modal Inti + Modal Pelengkap)
CAR =
x 100%
ATMR ( Aktiva Tertimbang Menurut Resiko)
Dalam penelitian ini, data mengenai capital adequacy ratio
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang
menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi
85
data capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang
diteliti periode 2006-2012.
Tabel 4.4
Data Deskriptif Capital Adequacy Ratio
(angka dalam persen)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perusahaan
BBCA
BNGA
BDMN
PNBN
BNLI
BNII
NISP
BBKP
MEGA
BAEK
2006
22,10
18,88
20,40
29,47
13,50
23,34
17,07
15,79
15,73
14,00
2007
19,20
17,06
20,30
21,58
13,30
19,81
16,15
12,84
11,84
13,13
2008
15,80
15,60
15,40
20,31
10,80
18,70
19,00
11,20
16,09
14,03
2009
15,30
13,88
20,70
21,53
12,10
14,78
20,50
14,36
18,01
21,75
2010
13,50
13,47
16,00
16,65
14,05
12,51
17,60
12,55
15,03
19,05
2011
12,70
13,16
17,60
17,45
14,07
11,83
13,80
12,71
11,86
16,37
2012
14,20
15,16
18,90
14,67
15,86
12,83
16,50
16,34
16,83
14,21
Sumber: Data diolah
Gambar 4.2
Grafik Capital Adequacy Ratio
35,00
BBCA
30,00
BNGA
25,00
BDMN
20,00
PNBN
15,00
BNLI
10,00
BNII
5,00
NISP
0,00
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
BBKP
Sumber: Data diolah
Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya capital
adequacy ratio bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI
periode 2006-2012. Pada tahun 2006, capital adequacy ratio yang
tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan
presentase sebesar 29,47%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh
PT Bank Permata Tbk dengan presentase 13,50%. Pada tahun
86
2007, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Pan Indonesia Tbk dengan presentase 21,58%, sedangkan yang
terendah dimiliki oleh PT Bank Mega Tbk dengan presentase
11,84%. Pada tahun 2008, capital adequacy ratio tertinggi masih
dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan presentase
20,31%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Permata
Tbk dengan presentase 10,80%. Pada tahun 2009, capital adequacy
ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk
dengan presentase 21,75%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh
PT Bank Permata Tbk dengan presentase 12,10%. Pada tahun
2010, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 19,05%, sedangkan yang
terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk
dengan presentase 12,51%. Pada tahun 2011, capital adequacy
ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk
dengan presentase 17,60%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT
Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT Bank Mega Tbk dengan
presentase masing-masing 11,83% dan 11,86%. Dan pada tahun
2012, capital adequacy ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Danamon Indonesia Tbk dengan presentase 18,90%, sedangkan
terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk
dengan presentase 12,83%.
87
c. Non Performing Loan
Non performing loan (NPL) atau sering disebut kredit
bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau
karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Winarti
Setyorini, 2012:181).
Non Performing Loan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Kredit Bermasalah
NPL =
x 100%
Total Kredit
Dalam penelitian ini, data mengenai non performing loan
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang
menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi
data non performing loan dari perusahaan-perusahaan yang diteliti
periode 2006-2012.
Tabel 4.5
Data Deskriptif Non Performing Loan
(angka dalam persen)
No
Perusahaan
BBCA
BNGA
BDMN
PNBN
BNLI
BNII
NISP
BBKP
MEGA
BAEK
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1
1,30
2
3,08
3
3,30
4
7,95
5
6,40
6
5,03
7
2,49
8
3,71
9
1,68
10
2,52
Sumber: Data diolah
0,80
3,03
2,30
3,06
4,60
2,92
2,53
3,57
1,53
2,45
0,60
2,51
2,30
4,34
3,50
3,20
2,60
4,87
1,18
1,07
0,70
3,06
4,50
3,16
4,00
2,42
3,10
2,81
1,70
1,11
0,60
2,59
3,00
4,37
2,65
3,09
2,00
3,22
0,90
0,35
0,50
2,64
2,50
3,56
2,04
2,14
1,30
2,88
0,98
0,74
0,40
2,29
2,30
1,69
1,37
1,70
0,90
2,66
2,09
0,28
88
Gambar 4.3
Grafik Non Performing Loan
10,00
BBCA
8,00
BNGA
6,00
BDMN
PNBN
4,00
BNLI
2,00
BNII
NISP
0,00
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Data diolah
Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya non
peforming loan bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI
periode 2006-2012. Pada tahun 2006, non performing loan
tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan
presentase sebesar 7,95%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh
PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 1,30%. Pada tahun
2007, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Permata
Tbk dengan presentase 4,60%, sedangkan yang terendah dimiliki
oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,80%. Pada
tahun 2008, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Bukopin Tbk dengan presentase 4,87%, sedangkan yang terendah
dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,60%.
Pada tahun 2009, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT
Bank Danamon Tbk dengan presentase 4,50%, sedangkan yang
terendah masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan
presentase 0,70%. Pada tahun 2010, non performing loan tertinggi
89
dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan presentase 4,37%,
sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja
Tbk dengan presentase 0,35%. Pada tahun 2011, non performing
loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan
presentase 3,56%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank
Central Asia Tbk dengan presentase 0,50%. Dan pada tahun 2012,
non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Bukopin Tbk
dengan presentase 2,66%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk.
d. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).
Dalam penelitian ini, data mengenai BI Rate diperoleh dari
data publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan
grafik yang berisi data BI Rate periode 2006-2012.
Tahun
Tabel 4.6
Data Deskriptif BI Rate
(angka dalam presentase)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
BI Rate
9,75
8,00
9,25
6,50
6,50
6,00
5,75
Sumber: Data diolah
90
Gambar 4.4
Grafik BI Rate
BI Rate
10,00
8,00
6,00
4,00
BI rate
2,00
0,00
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Data diolah
Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa BI rate
cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 BI Rate
mengalami
penurunan
mancapai
level
9,75%
dari
tahun
sebelumnya, hal ini tercermin dari laju inflasi yang menurun dan
nilai tukar rupiah yang cenderung menguat diiringi volatilitas yang
rendah, serta likuiditas yang cukup untuk memenuhi aktivitas
ekonomi. Kemudian ditahun 2007 BI Rate mengalami penurunan
mencapai 8,00% keputusan tersebut diambil karena pencapaian
target inflasi akibat dari stabilitas makro ekonomi dan sistem
keuangan yang terjaga. Dan ditahun 2008 BI Rate mengalami
kenaikan menjadi 9,25% akibat anjloknya nilai tukar rupiah serta
potensi tingginya inflasi dampak dari krisis global. Selanjutnya
akibat penurunan inflasi ditahun 2009 BI Rate mengalami
penurunan menjadi 6,50% dan BI Rate stabil ditahun 2010 hingga
2012.
91
e. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer
dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation)
harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga
mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu
harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman
Karim, 2008:157).
Dalam penelitian ini, data mengenai Kurs diperoleh dari data
publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan grafik
yang berisi data Kurs periode 2006-2012.
Tahun 2006
Tabel 4.7
Data Deskriptif Kurs
(angka dalam rupiah)
2007 2008 2009
2010
2011
2012
Kurs
9.136
8.780
9.380
9.166
9.680
10.398
9.085
Gambar 4.5
Grafik Kurs
KURS
Rp15
Rp10
Rp5
KURS
Rp0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Data diolah
Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa kurs
stabil. pada tahun 2006, kurs sebesar Rp 9.166, kemudian di tahun
2007 kurs mengalami penurunan sebesar Rp 9.136, pada tahun
92
2008 kurs mengalami peningkatan menjadi Rp 9.680, dan di tahun
2009 kurs mengalami peningkatan lagi menjadi Rp 10.398.
kemudian ditahun 2010 kurs mengalami penurunan sebesar Rp
9.085, dan ditahun 2011, kurs mengalami penurunan lagi sebesar
Rp 8.780, dan di tahun 2012, kurs mengalami peningkatan sebesar
Rp 9.380.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Pemilihan Regresi data Panel
a. Uji Chow
Uji Chow ialah pengujian untuk menentukan model Fixed
Effect atau Common Effect yang lebih tepat digunakan dalam
mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow dalam
penelitian ini adalah:
H0
: Common Effect Model
H1
: Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan
perhitungan
F-statistik
dengan
F-tabel.
Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F
tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat
digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya jika F
hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka H0 diterima dan model
yang digunakan adalah Common Effect Model. Berikut adalah hasil
uju Chow yang dilakukan dalam penelitian ini:
93
Tabel 4.8
Uji Signifikasi Common Effect
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/16/13 Time: 02:01
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.738736
0.048630
0.154261
-0.085370
-0.000323
R-squared
0.088203
Adjusted R-squared 0.032093
S.E. of regression
0.738483
Sum squared resid
35.44820
Log likelihood
-75.51090
F-statistic
1.571959
Prob(F-statistic)
0.192315
Std. Error
t-Statistic
1.824336 2.597513
0.028051 1.733626
0.566578 0.272268
0.062975 -1.355630
0.000184 -1.756726
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.0116
0.0877
0.7863
0.1799
0.0837
2.015714
0.750626
2.300311
2.460918
2.364106
0.463366
Sumber: Data diolah
94
Tabel 4.9
Uji Signifikasi Fixed Effect
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:04
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.897667
0.046154
-0.009541
-0.088791
-0.000316
Std. Error
t-Statistic
Prob.
1.045004 4.686743
0.020294 2.274213
0.347496 -0.027455
0.036512 -2.431806
0.000106 -2.994040
0.0000
0.0268
0.9782
0.0182
0.0041
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.746427
Adjusted R-squared 0.687562
S.E. of regression
0.419571
Sum squared resid
9.858235
Log likelihood
-30.71911
F-statistic
12.68029
Prob(F-statistic)
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
2.015714
0.750626
1.277689
1.727388
1.456315
1.696911
Sumber: Data diolah
Hasil perhitungan dari Uji Chow adalah sebagai berikut
F = (35,44820 – 9,858235) / (10-1)
= 16, 15162
9,858235 / (70-10-4)
Hasil dari F hitung adalah sebesar 16,15162 sedangkan nilai
F tabel untuk numerator 9 dan denumenator 56 adalah 2,05 yang
berarti lebih kecil dari nilai F hitung. Dengan demikian H0 ditolak
95
dan H1 diterima yang artinya model regresi yang lebih baik adalah
model dengan Fixed Effect.
b. Uji Hausman
Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk memilih
apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat
digunakan. Pengujian Uji Hausman dalam penelitian ini dilakukan
dengan hipotesis berikut:
H0
: Random Effect Model
H1
: Fixed Effect Model
Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi-
Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah
jumlah variabel independen jika nilai statistik Hausman lebih besar
dari nilai kritisnya, maka H0 ditolah dan model yang lebih tepat
adalah model Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai statistik
Hausmannya lebih kecil dari nilai kritisnya, maka model yang lebih
tepat adalah model Random Effect.
Untuk melakukan Uji Hausman digunakan alat bantu
software Eviews. Hasil dari perhitungan statistik Uji Hausman
adalah sebagai berikut:
𝑚 = 𝑞 𝑉𝑎𝑟 (𝑞)-1 𝑞 = 27,18741
Hasil dari perhitungan statistik Hausman adalah sebesar
27,18741 sedangkan nilai nilai kritis Chi-Square dengan df sebesar
4 pada α = 0,05 adalah sebesar 9, 48773 yang berarti lebih kecil
96
dari nilai statistik Hausman. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti model
yang lebih tepat digunakan dalam penelitian ini adalah model Fixed
Effect.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai
residual yang telah terstandarisasi pada model regresi bedistribusi
normal atau tidak. Nilai residual dikatakan bedistribusi normal jika
nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati
nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya
disebabkan karena distribusi data tidak normal, karena terdapat
nilai ekstrem pada data yang diambil (Suliyanto, 2011:69).
Menurut Winarno (2011:539) untuk mendeteksi normalitas
data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan
probabilitasnya. Kedua angka ini salin mendukung. Ketentuannya
adalah sebagai berikut:
1) Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data
berdistribusi normal.
2) Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α
(5%), maka data berdistribusi normal.
Menurut Suliyanto (2011:75) dalam perangkat Eviews yang
digunakan dalam penelitian ini normalitas dapat diketahui dengan
97
melihat kepada histogram dan uji Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2
tabel. jika JB < X2 tabel maka nilai residual terstadarisasi
dinyatakan berdistribusi normal.
Berikut adalah hasil dari uji normalitas data yang digunakan
dalam penelitian ini:
Gambar 4.1
Uji Normalitas
16
Series: Standardized Residuals
Sample 2006 2012
Observations 70
14
12
10
8
6
4
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-6.34e-18
0.067002
0.887752
-1.070745
0.377985
-0.424179
3.756802
Jarque-Bera
Probability
3.769679
0.151853
0
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Sumber: Data diolah
Dari grafik histogram diatas dapat dilihat bahwa nilai JarqueBera sebesar 3,769679 atau berada dibawah nilai X² tabel yaitu
sebesar 9,488. Selain itu, nilai probabilitasnya sebesar 0,151853,
nilai tersebut lebih besar dari derajat kesalahan yaitu 5% atau 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk terdapat korelasi tinggi atau
sempurna diantara variabel bebas (Suliyanto, 2011:82).
98
Pada penelitian ini, ada atau tidaknya multikolinieritas dapat
diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas. Jika koefisien korelasi diantara masing-masing
variabel bebas lebih besar dari 0,85 maka terjadi multikolinieritas.
Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas:
Tabel 4.10
Uji Multikolinieritas
CAR
NPL
BIRATE
CAR
1.000000 -0.267092
0.278098
NPL
-0.267092
1.000000 -0.270728
BIRATE
0.278098 -0.270728
1.000000
KURS
0.157953
0.073197
0.018512
Sumber: Data diolah
KURS
0.157953
0.073197
0.018512
1.000000
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi
antar variabel independen dalam penelitian ini berada pada kisaran
angka di bawah 0,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
terbebas
dari
masalah
multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian
dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang
homoskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan
(Suliyanto, 2011:95) untuk menguji masalah heteroskedastisitas,
peneliti menggunakan Uji Park, yaitu dengan membuat persamaan
regresi dengan cara mengganti variabel dependen dengan residual
99
kuadratnya. Apabila probabilitas yang ada bernilai diatas 0,05 yang
berarti tidak signifikan, maka data dinyatakan bebas dari masalah
heteroskedastisitas yang berarti bahwa data yang ada adalah data
yang bersifat homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil Uji Park
yang dilakukan terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 4.11
Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: LOG(RES2)
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:06
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
-5.147584
0.076120
0.097002
0.124855
-4.59E-05
Std. Error
t-Statistic
5.482141 -0.938973
0.106466 0.714969
1.822981 0.053211
0.191545 0.651832
0.000554 -0.082804
Prob.
0.3518
0.4776
0.9578
0.5172
0.9343
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.203725
Adjusted R-squared 0.018876
S.E. of regression
2.201090
Sum squared resid
271.3085
Log likelihood
-146.7423
F-statistic
1.102115
Prob(F-statistic)
0.376590
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-3.328410
2.222162
4.592639
5.042338
4.771264
2.398088
Sumber: Data diolah
Dari tampilan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas dari setiap variabel independen berada diatas 0,05
100
dengan rincian probabilitas CAR sebesar 0,4776, probabilitas NPL
sebesar 0,9578, probabilitas BI rate sebesar 0,5172, dan
probabilitas kurs sebesar 0,9343. Dengan demikian maka dalam
penelitian ini tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
meurut waktu atau ruang (Suliyanto, 2011:125). Uji Autokorelasi
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Durbin-Waston
(DW).
Tabel 4.12
Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:04
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.897667
0.046154
-0.009541
-0.088791
-0.000316
1.045004
0.020294
0.347496
0.036512
0.000106
4.686743
2.274213
-0.027455
-2.431806
-2.994040
0.0000
0.0268
0.9782
0.0182
0.0041
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.746427
0.687562
0.419571
9.858235
-30.71911
12.68029
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
2.015714
0.750626
1.277689
1.727388
1.456315
1.696911
Sumber: Data diolah
101
Menurut Danang Sunyoto (2011:134) salah satu ukuran
dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)
2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan
+2 atau -2 < DW < +2
3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW >
+2
Pendapat lain untuk mendeteksi tentang uji autokorelasi
secara umum bisa diambil patokan (Singgih, 2012:243):
1) Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi
3) Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai DW adalah
sebesar 1,696911 dari model regresi yang terbentuk dari penelitian
ini berada pada daerah bebas autokorelasi sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
terbebas dari masalah autokorelasi.
3. Adjusted R²
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa
baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).
Koefisien determinasi ini mengukur presentase total varian variabel
102
dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis
regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilai R² mempunyai interval
antara 0 sampai 1 (0 < R² < 1). Semakin besar R² (mendekati 1),
semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin
mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat
menjelaskan variabel dependen. Nilai Adjusted R-Square dianggap
lebih baik daripada nilai R-Square karena semakin banyak variabel
independen yang dimasukan kedalam model, maka nilai Adjusted RSquare akan semakin berkurang akibat penyesuaian dengan model.
Oleh karena itu yang peneliti lihat dalam penelitian ini adalah Adjusted
R- Square.
Dari tabel 4.2 model Fixed Effect dapat dilihat bahwa nilai
Adjusted R-Square dari model regresi yang terbentuk dalam penelitian
ini adalah sebesar 0,687562 yang menunjukan bahwa kemampuan
variabel independen (capital adequacy ratio, non performing loan, BI
rate, dan kurs) dalam menjelaskan variabel dependen (return on asset)
adalah sebesar 68,7562%, sisanya sebesar 31,2438% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.
4. Uji Pengaruh Simultan Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen.
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian
ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.
103
Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji pengaruh
secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini akan masuk
dalam kategori tidak cocok atau not fit.
Dalam penelitian ini, uji F dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen (capital adequacy ratio, non performing
loan, BI rate, dan kurs) berpengaruh terhadap variabel dependen
secara simultan atau bersama-sama. Jika nilai F hitung > dari F tabel,
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen, tetapi jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima H1
ditolak yang berart bahwa variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dari tabel 4.2 model Fixed Effect, dapat dilihat bahwa nilai F
hitung adalah 12,68029 dengan probabilitas 0.000000. sementara nilai
F tabel dengan df:α,(k-1),(n-k) atau 0,05, (5-1), (70-5) adalah 2,51
yang berarti lebih kecil dari F hitung maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel independen
(capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs) secara
simultan berpengaruh signifikan tehadap return on asset.
104
5. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen
sementara uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari
pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan
dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel. jika t hitung > t
tabel, berarti H0 ditolak yang berarti bahwa variabel Xi berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel,
maka H0 diterima yang berarti bahwa variebl Xi tidak berpengaruh
signifikan terhadap terhadap variabel dependen.
Uji t yang dilakukan menggunakan uji satu sisi (one tail test),
dengan α= 5%, maka diperoleh t tabel sebagai berikut:
t tabel (t kritis)
= |α; df = (n-k)|
= 5% ; df = (70-4)
= 0,05 ; df 66
= 1,66827
Selain membandingkan nilai t tabel dengan t hitung, untuk
mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen. Apabila
nilai probabilitas variabel independen lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang digunakan, yaitu 5% atau 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel independen
105
terhadap variabel dependen. Dengan membandingkan nilai t tabel
dengan t hitung dan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel
independen, maka dapat ditarik kesimpulan. Berikut ini adalah model
regresi panel untuk uji signifikansi parameter individual.
Tabel 4.13
Uji Parsial (Uji t)
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:04
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.897667
0.046154
-0.009541
-0.088791
-0.000316
Std. Error
t-Statistic
1.045004 4.686743
0.020294 2.274213
0.347496 -0.027455
0.036512 -2.431806
0.000106 -2.994040
Prob.
0.0000
0.0268
0.9782
0.0182
0.0041
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.746427
Adjusted R-squared 0.687562
S.E. of regression
0.419571
Sum squared resid
9.858235
Log likelihood
-30.71911
F-statistic
12.68029
Prob(F-statistic)
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
2.015714
0.750626
1.277689
1.727388
1.456315
1.696911
Sumber: Data diolah
1) Uji parsial terhadap variabel capital adequacy ratio
Dengan melihat nilai t hitung (t-statistik) CAR sebesar
2,274213 > nilai t tabel sebesar 1,66827 dengan probabilitas 0,0268
106
yang berati lebih kecil dari nilai α= 0,05%, maka dapat
disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang berarti bahwa
variabel capital adequacy ratio berpengaruh signifikan dan positif
terhadap profitabilitas. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin
tinggi capital adequacy ratio (sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu
membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan
tersebut dapat memberikan konstribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya,
2003:34).
Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Kartika Wahyu dan Muhammad Syaichu (2006), Bambang
Sudiyanto (2010), Fadzlan Sifian dan Royfaizal Razali Chong
(2008)
yang
menemukan
bahwa
capital
adequacy
ratio
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Namun hasil
penelitian ini berbeda dengan temuan dari penelitian yang
dilakukan oleh Bilal dan Ammar (2013) yang menemukan bahwa
capital adequacy ratio berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap profitabilitas.
Nilai koefisien X1 atau capital adequacy ratio adalah sebesar
0,046154 yang menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio
mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menaikan profitabilitas
107
sebesar 0,046154% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai
konstant atau tetap.
2) Uji Parsial terhadap variabel BI Rate
Dengan melihat nilai t hitung (t-statistik) BI Rate sebesar
-2,431806 < nilai -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas
0,0182 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti
bahwa variabel BI Rate berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap profitabilitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Naceur (2003) yang melihat adanya hubungan negatif
signifikan antara suku bunga dengan profitabilitas bank namun
hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Febriana dan Naomi (2009) bahwa BI rate tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Nilai koefisien X3 atau BI Rate adalah sebesar -0,088791
menunjukan bahwa jika nilai BI Rate mengalami kenaikan sebesar
1%, maka akan mengurangi nilai profitabilitas sebesar -0,088791%
dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap.
3) Uji Parsial terhadap variabel nilai tukar rupiah (kurs)
Dengan melihat t hitung (t-statistik) nilai tukar rupiah sebesar
-2,994040 < nilai -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas
0,0041 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05, dengan demikian
108
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti
bahwa variabel Kurs berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
profitabilitas.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Febriana Dwijayanthy dan Prima Naomi (2009)
bahwa nilai tukar mata uang (kurs) berpengaruh secara signifikan
dan negatif terhadap profitabilitas bank namun hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Rahmadhani
(2007) bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan dan positif
terhadap profitabilitas.
Nilai koefisien X4 atau Kurs adalah sebesar -0,000316
menunjukan bahwa jika nilai Kurs mengalami kenaikan sebesar
1Rp (satu rupiah), maka akan mengurangi nilai profitabilitas
sebesar -0,000316% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai
konstan atau tetap.
Nilai konstanta sebesar 4,897667 menunjukan bahwa jika
variabel independen yang terdiri dari capital adequacy ratio, non
performing loan, BI Rate, dan kurs bernilai 0, maka nilai return on
asset adalah 4,897667.
6. Analisis Regresi Panel
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hasil persamaan regresi
panel yang bertujuan menguji variabel Capital Adequacy Ratio, Non
Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap Profitabilitas (Return
109
On Asset) Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI
periode 2006-2012.
Tabel 4.14
Uji Regresi Panel Dengan Model Fixed
Effect
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:04
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.897667
0.046154
-0.009541
-0.088791
-0.000316
Std. Error
t-Statistic
1.045004 4.686743
0.020294 2.274213
0.347496 -0.027455
0.036512 -2.431806
0.000106 -2.994040
Prob.
0.0000
0.0268
0.9782
0.0182
0.0041
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.746427
Adjusted R-squared 0.687562
S.E. of regression
0.419571
Sum squared resid
9.858235
Log likelihood
-30.71911
F-statistic
12.68029
Prob(F-statistic)
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
2.015714
0.750626
1.277689
1.727388
1.456315
1.696911
Sumber: Data diolah
Berdasarkan output diatas, maka didapatkan persamaan regresi:
Y = 4,897667 + 0,046154CAR - 0,088791BIRATE
- 0,000316KURS + e.
110
Keterangan:
Y
: Return On Asset
X1it
: Capital Adequacy Ratio
X2D1i
: Non Performing Loan
X3it
: BI Rate
X4it
: Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diinterprestasikan
bahwa 4 dari variabel yang digunakan, ada 3 variabel yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (profitabilitas yang
diukur dengan return on asset), yaitu capital adequacy ratio, BI Rate,
dan Nilai tukar rupiah (kurs). Sementara variabel non performing loan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap varaiabel dependen
(profitabilitas yang diukur dengan return on asset).
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh capital adequacy ratio terhadap profitabilitas bank
Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas, t-hitung capital adequacy
ratio sebesar 2,274213 > dari nilai t tabel 1,66827 dengan
probabilitas 0,0268 yang berati lebih kecil dari nilai α= 0,05%,
maka dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang
berarti bahwa variabel capital adequacy ratio berpengaruh
signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika Wahyu
111
dan Muhammad Syaichu (2006), Bambang Sudiyanto (2010),
Fadzlan Sifian dan Royfaizal Razali Chong (2008) yang
menyimpulkan bahwa capital adequacy ratio mempunyai pengaruh
posistif terhadap profitabilitas bank.
Nilai koefisien X1 atau capital adequacy ratio adalah sebesar
0,046154 yang menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio
mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menaikan profitabilitas
sebesar 0,046154% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai
konstant atau tetap.
Tingkat capital adequacy ratio sangat mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap bank, dimana kepercayaan
masyarakat merupakan modal dasar bagi kelangsungan lembaga
keuangan. Tingkat CAR yang ideal sangat menguntungkan bagi
bank dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai
pemilik dana, sehingga masyarakat akan memiliki keinginan yang
lebih untuk menyimpan dananya di bank. tetapi sebaliknya
rendahnya
capital
adequacy
ratio
menyebabkan
turunnya
kepercayaan masyarakat kepada bank yang pada akhirnya dapat
menurunkan profitabilitas bank.
2. Pengaruh BI Rate terhadap profitabilitas bank
Dari tabel 4.6 diatas, BI Rate sebesar -2,431806 < dari nilai -t
tabel -1,66827 dengan probabilitas 0,0182 yang berarti lebih kecil
dari nilai α 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0
112
ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel BI Rate
berpengaruh
signifikan
dan
negatif
terhadap
profitabilitas.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naceur
(2003) yang melihat adanya hubungan yang negatif anatara suku
bunga dengan profitabilitas bank.
Nilai koefisien X3 atau BI Rate adalah sebesar -0,088791
menunjukan bahwa jika nilai BI Rate mengalami kenaikan sebesar
1%, maka akan mengurangi nilai profitabilitas sebesar -0,088791%
dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap.
3. Pengaruh nilai tukar rupiah (kurs) terhadap profitabilitas bank.
Dengan melihat t hitung (t-statistik) nilai tukar rupiah sebesar
-2,994040 < dari -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas
0,0041 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti
bahwa variabel Kurs berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
profitabilitas.
Hasil
penelitian
ini
mendukung
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Febriana Dwijayanthy dan Prima
Naomi (2009) bahwa nilai tukar mata uang (kurs) berpengaruh
secara signifikan dan negatif terhadap profitabilitas.
Nilai koefisien X4 atau Kurs adalah sebesar -0,000316
menunjukan bahwa jika nilai Kurs mengalami kenaikan sebesar
1Rp (satu rupiah), maka akan mengurangi nilai profitabilitas
113
sebesar -0,000316% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai
konstan atau tetap.
Nilai tukar mata uang mempengaruhi perekonomian apabila
nilai tukar mata uang tersebut terapresiasi atau terdepresiasi.
Menurut Febriana dan Naomi (2009) apabila mata uang mengalami
apresiasi atau deperesiasi maka akan berdampak terhadap profit
bank.
114
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk
menguji pengaruh capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate,
dan kurs terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa yang
memiliki aset terbesar dengan melakukan uji asumsi klasik yang terdiri
dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinieritas, dan uji
autokorelasi serta uji regresi data panel dengan menggunakan model fixed
effect, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini,
antara lain:
1. Hasil Pengujian
Hasil pengujian secara simultan menunjukan bahwa seluruh
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap return on asset.
Sementara pengujian secara parsial menunjukan bahwa capital
adequacy ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap return on
asset. Variabel non performing loan tidak berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap return on asset, variabel BI rate berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap return on asset. Dan variabel nilai
tukar rupiah (kurs) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return
on asset.
115
2. Nilai Adjusted R-Square
Nilai Adjusted R-Square dari model regresi yang terbentuk
dalam penelitian ini adalah sebesar 0,687562 yang menunjukan bahwa
kemampuan variabel independen yang terdiri dari capital adequacy
ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah (kurs) dalam
menjelaskan variabel dependen return on asset adalah sebesar
68,7562%, sisanya sebesar 31,2438% dijelaskan oleh variabel lain
seperti loan to deposit ratio, biaya terhadap pendapatan operasional,
inflasi, GDP, dan lain-lain.
B. Saran
Dengan telah dilakukannya penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Swasta Nasional (studi empiris
pada 10 bank umum swasta nasional devisa terbesar yang terdaftar di BEI
periode 2006-2012) ini, maka penelitian memberikan beberapa saran.
1. Bagi Perbankan
Bagi pihak manajemen bank untuk dapat memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi return on asset seperti capital adequacy
ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs. Hal ini membuktikan
bahwa faktor-fator tersebut dapat dijadikan patokan suatu perusahaan
perbankan dalam mengetahui tingkat kesehatan suatu bank.
2. Bagi Investor
Bagi
investor
dapat
dijadikan
acuan
dalam
memilih
investasinya, karena dengan mengetahui tingkat kesehatan bank maka
116
investor akan lebih nyaman dalam menginvestasikan dananya. Selain
itu juga kesehatan bank dapat meningkatkan kepercayaan kepada
masyarakat tentang kinerja bank tersebut.
3. Bagi Akademisi / Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya, dilihat bahwa penilaian kesehatan bank penting
bagi pihak-pihak yang terkait.
 Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar menggunakan
variabel-variabel, tahun, perusahaan-perusahan yang berbeda atau
lebih beragam sehingga hasil penelitian yang dihasilkan dapat
memberikan pengetahuan dan informasi yang baru tentang faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas bank.
 Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar mengambil waktu
penelitian jangan hanya 7 tahun saja akan tetapi lebih dari 7 tahun
agar nantinya dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi.
 Diharapkan agar penelitian selanjutnya menggunakan metode
analisis yang lain.
117
DAFTAR PUSTAKA
Alper, Deger dan Anbar, Adem. “Bank Specific and Macroeconomic
Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence
from Turkey”. Business and Research Journal, Vol.2, No.2, 2011.
Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”. Pustaka Alvabet, 2006.
Bilal, Muhammad, dkk. “Influence of Bank Specific and Macroeconomic Factors
on Profitability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan”.
Research Journal of Finance and Accounting, Vol.4, No.2, 2013.
Darmawi, Herman. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”. PT.
Bumi Aksara, 2006.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Jakarta, PT Ghalia Indonesia,
2001.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Edisis Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Dwijayanthy, Febrina dan Naomi, Prima. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate,
dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 20032007”. Universitas Paramadina Jakarta, Vol.3, No.2, 2009.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB, UIN Jakarta, 2012.
Hunger, J.David & Thomas.L. Wheelen. “Manajemen Staretegi”. Edisi kedua,
Yogyakarta, 2002.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”. BPFE Yogyakarta, 2002.
Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”. Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi , PT. Rajawali,
Jakarta, 2008.
Krugman, Paul R. “Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan”, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005, Edisi Kedua.
118
Mankiw, N. Gregory. “Makroekonomi”. Erlangga, Jakarta, 2006.
Manurung, Mandala dan Raharja, Pratama. “Uang, Perbankan dan Ekonomi
Moneter”. FEUI, Jakarta, 2004.
Mishkin Frederich. “The Economics of money, Banking, and Financial Markets”.
Person Education Inc. New York, 2007.
Putra, Nanda Tri. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Perbankan (study empiris pada industri perbankan yang terdaftar di BEI
periode 2008-2010)”. Skripsi UIN Jakarta, 2012.
Qin, Xuezhi dan Pastory, Dickson. “Commercial Banks Profitability Position:
The Case of Tanzania”. International Journal of Business and
Management, Vol.7, No.13, 2012.
Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. “Manajemen Keuangan”. Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2010.
Santoso, Singgih. “Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik”. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2012.
Setyorini, Winarti. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial, Vol.4, No.1, Februari 2012.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. LPFEUI, Jakarta, 2005.
Simorangkir, OP. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank”. Ghalia
Indonesia, Bogor, 2004.
Sjahrial, Dermawan. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Edisi Pertama, Jakarta,
2006.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. CV. Alfabeta, Bandung 2003.
Suharyadi dan Purwanto. “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”.
Penerbit Salemba 4, Jakarta, 2008.
Sukarno, Kartika Wahyu dan Syaichu Muhamad. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Jurnal Studi
Manajemen dan Organisasi, Vol.3, No.2, Juli 2006.
119
Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi”. Edisi Kedua, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Sukirno, Sadono. “Pengatar Teori Mikroekonomi”. Edisi Ketiga, Cetakan Tujuh
Belas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004.
Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Dengan Menggunakan SPSS Contoh dan
Pemecahannya”. Penerbit Andi, Yogyakarta 2004.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Penerbit
Andi, Yogyakarta, 2011.
Sunyoto, Danang. “Praktik SPSS Untuk Kasus”. Nuha Medika”, Yogyakarta,
2011.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Ekonisia FE UII,
Yogyakarta, 2009.
Widarjono, Agus, “Analisis Multivariat Terapan”. Unit Penerbit dan Percetakan
STIM YKPN, 2010.
Wijaya, Nanang Adi. “Analisis Pengaruh CAR, LDR, NPL, NIM, Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional Terhadap Return On Asset
pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI”. Skripsi UIN
Jakarta 2012.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”.
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2009.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews”.
Unit Penerbitan dan Percetakan STIM YKPN, 2011.
www.bankekonomi.co.id.
www.bankmega.com.
www.bca.co.id.
www.bii.co.id.
www.bukopin.co.id.
www.cimbniaga.com.
www.danamon.co.id.
120
www.panin.co.id.
www.permatabank.com.
www.ocbcnisp.com.
www.idx.co.id
www.bi.go.id
www.kompas.co.id/read/xml/2008/10/02/23553141/kekhawatiran.krisis.ekonomi.
global.benamkan.saham.dunia
121
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Regresi Common Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/16/13 Time: 02:01
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.738736
0.048630
0.154261
-0.085370
-0.000323
R-squared
0.088203
Adjusted R-squared 0.032093
S.E. of regression
0.738483
Sum squared resid
35.44820
Log likelihood
-75.51090
F-statistic
1.571959
Prob(F-statistic)
0.192315
Std. Error
t-Statistic
1.824336 2.597513
0.028051 1.733626
0.566578 0.272268
0.062975 -1.355630
0.000184 -1.756726
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.0116
0.0877
0.7863
0.1799
0.0837
2.015714
0.750626
2.300311
2.460918
2.364106
0.463366
122
Lampiran 2 Hasil Regresi Fixed Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:04
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.897667
0.046154
-0.009541
-0.088791
-0.000316
Std. Error
t-Statistic
1.045004 4.686743
0.020294 2.274213
0.347496 -0.027455
0.036512 -2.431806
0.000106 -2.994040
Prob.
0.0000
0.0268
0.9782
0.0182
0.0041
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.746427
Adjusted R-squared 0.687562
S.E. of regression
0.419571
Sum squared resid
9.858235
Log likelihood
-30.71911
F-statistic
12.68029
Prob(F-statistic)
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
2.015714
0.750626
1.277689
1.727388
1.456315
1.696911
123
Lampiran 3 Hasil Regresi Random Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/13/13 Time: 01:08
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.888592
0.046340
-0.000262
-0.088625
-0.000317
Std. Error
t-Statistic
1.067737 4.578460
0.019994 2.317684
0.346048 -0.000757
0.036460 -2.430743
0.000105 -3.000568
Prob.
0.0000
0.0236
0.9994
0.0178
0.0038
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
Idiosyncratic random
0.700771
0.419571
Rho
0.7361
0.2639
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.200944
0.151771
0.413372
4.086494
0.005136
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.444902
0.448833
11.10698
1.504404
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.087154
35.48901
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
2.015714
0.470833
124
Lampiran 4 Uji Normalitas
16
Series: Standardized Residuals
Sample 2006 2012
Observations 70
14
12
10
8
6
4
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-6.34e-18
0.067002
0.887752
-1.070745
0.377985
-0.424179
3.756802
Jarque-Bera
Probability
3.769679
0.151853
0
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
125
Lampiran 5 Uji Multikolinieritas
CAR
NPL
BIRATE
KURS
CAR
1.000000
-0.267092
0.278098
0.157953
NPL
-0.267092
1.000000
-0.270728
0.073197
BIRATE
0.278098
-0.270728
1.000000
0.018512
KURS
0.157953
0.073197
0.018512
1.000000
126
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: LOG(RES2)
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:06
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
-5.147584
0.076120
0.097002
0.124855
-4.59E-05
Std. Error
t-Statistic
5.482141 -0.938973
0.106466 0.714969
1.822981 0.053211
0.191545 0.651832
0.000554 -0.082804
Prob.
0.3518
0.4776
0.9578
0.5172
0.9343
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.203725
Adjusted R-squared 0.018876
S.E. of regression
2.201090
Sum squared resid
271.3085
Log likelihood
-146.7423
F-statistic
1.102115
Prob(F-statistic)
0.376590
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-3.328410
2.222162
4.592639
5.042338
4.771264
2.398088
127
Lampiran 7 Uji Autokorelasi
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 01:04
Sample: 2006 2012
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable
Coefficient
C
CAR
NPL
BIRATE
KURS
4.897667
0.046154
-0.009541
-0.088791
-0.000316
Std. Error
t-Statistic
1.045004 4.686743
0.020294 2.274213
0.347496 -0.027455
0.036512 -2.431806
0.000106 -2.994040
Prob.
0.0000
0.0268
0.9782
0.0182
0.0041
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.746427
Adjusted R-squared 0.687562
S.E. of regression
0.419571
Sum squared resid
9.858235
Log likelihood
-30.71911
F-statistic
12.68029
Prob(F-statistic)
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
2.015714
0.750626
1.277689
1.727388
1.456315
1.696911
128
Lampiran 8 Data Penelitian
Bank
BCA
CIMB Niaga
Danamon
Panin
Permata
BII
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
ROA
3.80
3.30
3.40
3.40
3.50
3.80
3.60
2.09
2.49
1.10
2.10
2.75
2.85
3.18
1.80
2.40
1.50
1.50
2.70
2.60
2.70
2.78
3.14
1.75
1.78
1.76
2.02
1.96
1.20
1.90
1.70
1.40
1.98
1.66
1.70
1.43
1.44
CAR
22.10
19.20
15.80
15.30
13.50
12.70
14.20
18.88
17.06
15.60
13.88
13.47
13.16
15.16
20.40
20.30
15.40
20.70
16.00
17.60
18.90
29.47
21.58
20.31
21.53
16.65
17.45
14.67
13.50
13.30
10.80
12.10
14.05
14.07
15.86
23.34
19.81
NPL
1.30
0.80
0.60
0.70
0.60
0.50
0.40
3.08
3.03
2.51
3.06
2.59
2.64
2.29
3.30
2.30
2.30
4.50
3.00
2.50
2.30
7.95
3.06
4.34
3.16
4.37
3.56
1.69
6.40
4.60
3.50
4.00
2.65
2.04
1.37
5.03
2.92
dummy
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
Birate
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
Kurs
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
129
OCBC NISP
Bukopin
Mega
Ekonomi
Raharja
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.11
0.07
1.14
1.13
1.62
1.55
1.31
1.50
1.90
1.30
1.90
1.80
1.85
1.63
1.66
1.46
1.62
1.87
1.83
0.88
2.33
1.98
1.77
2.45
2.29
2.74
18.70
14.78
12.51
11.83
12.83
17.07
16.15
19.00
20.50
17.60
13.80
16.50
15.79
12.84
11.20
14.36
12.55
12.71
16.34
15.73
11.84
16.09
18.01
15.03
11.86
16.83
3.20
2.42
3.09
2.14
1.70
2.49
2.53
2.60
3.10
2.00
1.30
0.90
3.71
3.57
4.87
2.81
3.22
2.88
2.66
1.68
1.53
1.18
1.70
0.90
0.98
2.09
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.62
1.87
2.26
2.21
1.78
1.49
1.02
14.00
13.13
14.03
21.75
19.05
16.37
14.21
2.52
2.45
1.07
1.11
0.35
0.74
0.28
1
1
1
1
1
1
1
9.75
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
9166
9136
9680
10398
9085
8780
9380
130
Download