ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BI RATE DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SWASTA NASIONAL (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012) Disusun oleh : FAJAR ARI JUNIARTI 109081000071 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BI RATE DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SWASTA NASIONAL (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Fajar Ari Juniarti NIM : 109081000071 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Dr. Yahya Hamja, MM NIP. 19490602 197803 1 001 Adhitya Ginanjar, SE, M.Si NIP. 19740810 201101 1 001 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Selasa Tanggal 7 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Tiga Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : Fajar Ari Juniarti : 109081000071 : Manajemen : Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2012) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 7 Mei 2013 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002 ( ___________________ ) Ketua 2. Leis Suzanawati, SE, M. Si NIP. 19720809 200501 2 004 ( ___________________ ) Sekretaris 3. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si NIP. 19740810 201101 1 001 ( ___________________ ) Penguji Ahli ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Hari ini 26 Agustus 2013, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Fajar Ari Juniarti 2. NIM : 109081000071 3. Jurusan : Manajemen 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2012). Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujiain Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 26 Agustus 2013 1. Leis Suzanawati, SE., M.Si NIP : 19720809 200501 2004 ( ________________________ ) Ketua 2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP: 19731221200501 2002 ( ________________________ ) Sekretaris 3. Murdiyah Hayati S. Kom, MM NIP : 19741003 200312 001 ( ________________________ ) Penguji Ahli 4. Dr. Yahya Hamja, MM NIP : 19490602 197803 1 001 ( ________________________ ) Pembimbing I 5. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si NIP : 19740810 201101 1 001 ( ________________________ ) Pembimbing II iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fajar Ari Juniarti NIM : 109081000071 Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya : 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertaggung jawab atas karya ini. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, Tangerang, Juli 2013 Yang menyatakan Materai Rp.6000,- Fajar Ari Juniarti 109081000071 iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI Nama Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Agama Alamat Rumah No. Telepon/ HP Email II. PENDIDIKAN FORMAL 1997 – 2003 2003 – 2006 2006 – 2009 2009 – Sekarang III. : SD Negeri Kp.Utan II : SMP Negeri 4 Ciputat : SMA Negeri 2 Ciputat : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI 2006 – 2009 2009 – Sekarang IV : Fajar Ari Juniarti : Tangerang, 16 Juni 1991 : Perempuan : Belum Menikah : Islam : Jl. Legoso Raya RT.005 RW.08 No.13D Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15419 : (021) 7428668 / 085779631560 : [email protected] : Anggota Rohis SMA Negeri 2 Ciputat : Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN KERJA 2012 : Fundraising Mizan Amanah Yatim dan Dhuafa v Abstract This study aims to analyze the effect of capital adequacy ratio, non performing loan, the BI rate, and exchange rate as an independent variable on bank profitability be measured by return on assets as the dependent variable. This study used a sample of 10 BUSN exchange listed on the Stock Exchange at the time of the study was 7 years ie from 2006 to 2012. Sampling method used was purposive sampling method and statistical test used is a panel regression with fixed effect models. Empirical results of this study indicate that there are significant variables simultaneously on capital adequacy ratio, nonperforming loans, the BI rate, and the exchange rate on return on assets by probability is 0.000000. The results also show that the partial variable capital adequacy ratio significantly positive with a probability of 0.0268, non-performing loans variable does not affect the probability of 0.9782, BI variable rate significantly negative with a probability of 0.0182, and variable exchange rate significantly negative with probability 0.0041. And the relationship between the independent variable on the dependent variable is equal to 68.7562%, which means that the rest influenced by other variables not included in the model. Keywords: capial adequacy ratio, non-performing loans, the BI rate, the exchange rate, return on assets and profitability. vi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah sebagai variabel bebas terhadap profitabilitas bank yang diukur dengan return on asset sebagai variabel terikatnya. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 10 BUSN devisa yang terdaftar di BEI dengan waktu penelitian adalah 7 tahun yaitu dari tahun 2006 – 2012. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan uji statistik yang digunakan adalah uji regresi panel dengan model fixed effect. Hasil empiris penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah terhadap return on asset dengan probabilitas sebesar 0,000000. Hasil penelitian ini juga menunjukan secara parsial bahwa variabel capital adequacy ratio berpengaruh signifikan positif dengan probabilitas sebesar 0,0268, variabel non performing loan tidak berpengaruh dengan probabilitas sebesar 0,9782, variabel BI rate berpengaruh signifikan negatif dengan probabilitas sebesar 0,0182, dan variabel nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan negatif dengan probabilitas 0,0041. Dan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 68,7562%, yang berarti sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model. Kata kunci: capial adequacy ratio, non performing loan, BI rate, nilai tukar rupiah, return on asset dan profitabilitas. vii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas karunia, hidayah, rahmat, dan kasih sayang-Nya yang diberikan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Seiring berjalannya waktu, syukur alhamdulillah atas kasih sayang yang Allah SWT berikan penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pembuatan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012)”. Dimana skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dalam Jurusan Manajemen konsentrasi Perbankan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis penyadari isi dari penelitian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasn, kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun skripsi ini dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya pembuatan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu dan memberikan dukungan. Tak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini: 1. Allah SWT atas segala karunia, nikmat, hidayah, rahmat serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, arahan serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. viii 3. Kakaku Mba Dewi dan kakak iparku kak Jack serta adikku Puput dan keponakanku tersayang Kayyisah yang selalu menemani, menghibur, memotivasi dan memberikan dukungannya kepada penulis. 4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I yang telah besedia meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penyususan skripsi ini. 5. Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M.Si selaku pembimbing II yang telah besedia meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penyususan skripsi ini. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 7. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, BA., MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa yang berhasil. 8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini memberikan arahan dan ilmunya kepada penulis. 9. Buat sahabatku Rischa Maulida S. Terimakasih atas doa, semangat dan bantuannya selama ini. Penulis tidak bisa membalasnya semoga Allah selalu memberikan yang terbaik dan semoga persahabatan kita abadi, Aamiin. 10. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabatku, Meri Wulandari , Eka Septya N, Fany Agustine, Fitri Indriana yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku di manajemen Rizki Ramadhan, A. Reza Maulana, Novi Dehasni, Yudhnina, Rio (KM), Singgih, Bela, Astri, Egi, Asri, Sucayono, terima kasih atas doa, motivasi, dan candanya selama ini. 12. Sahabat-sahabatku Ega, Najah, Noflim, Ninu, Tika, Ike, Mentari, Maria, Indah, Devi, Indira, Azis, Diyan makasih atas semangat dan doanya penulis ucapkan,. ix 13. Dan teman-teman Manajemen B dan Manajemen Perbankan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, makasih atas kebersamaannya selama ini 14. Keluarga besar Alm.Durrahman terimakasih atas motivasi dan doanya penulis ucapakan. Kate siape anak betawi ga bisa jadi sarjane, nih satu lagi cucumu yang insya Allah jadi sarjane, hehe 15. Teman-teman manajemen B 2009 dan Manajemen Perbankan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya selama ini. 16. Seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama mahasiswa Jurusan Manajemen Angkatan 2009 Atas jasa-jasa mereka semua, penulis tidak bisa memberi apa-apa kecuali Jazakumullah Khoiron Kasiron, semoga Allah membalas kebaikan mereka semua dengan sebaik-baiknya. Ciputat, Juni 2013 Penulis Fajar Ari Juniarti NIM 109081000071 x DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.............................................. iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v ABSTRACT ..................................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah Penelitian ........................................................ 13 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 13 1. Tujuan Penelitian .................................................................. 13 2. Manfaat Penelitian ................................................................. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 15 A. Pengertian Bank ............................................................................ 15 B. Jenis-Jenis Bank ............................................................................ 16 C. Kinerja Perbankan ......................................................................... 21 D. Profitabilitas .................................................................................. 25 1. Pengertian Profitabilitas ........................................................... 25 2. Rasio-Rasio Profitabilitas ........................................................ 26 E. Return On Asset ............................................................................. 28 F. Capital Adequacy Ratio ................................................................ 29 G. Non Performing Loan.................................................................... 30 H. BI Rate........................................................................................... 31 xi I. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ............................................................ 34 1. Pengertian Kurs atau Nilai Tukar ........................................... 34 2. Macam-Macam Kurs .............................................................. 36 J. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen ................ 37 K. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 40 L. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43 M. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 48 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 48 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 48 1. Populasi .................................................................................. 48 2. Sampel .................................................................................... 49 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 50 1. Riset Kepustakaan ................................................................. 50 2. Sumber Internet ...................................................................... 51 D. Metode Analisis Data .................................................................... 51 1. Analisis Data Panel ................................................................ 51 2. Tahap Analisis Data ............................................................... 55 3. Uji Dasar Asumsi Klasik ........................................................ 58 4. Koefisien Determinasi ............................................................ 62 5. Uji Simultan ........................................................................... 63 6. Uji Parsial ............................................................................... 65 E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 67 1. Variabel Independen .............................................................. 67 2. Variabel Dependen ................................................................. 70 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 72 A. Gambar Umum Objek Penelitian .................................................. 72 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia .......................................... 72 2. Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ........................... 74 B. Pengujian dan Pembahasan ........................................................... 81 1. Deskriptif Sampel................................................................... 81 xii 2. Deskriptif Variabel ................................................................. 82 C. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 93 1. Uji Pemilihan Regresi Panel .................................................. 93 2. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 97 3. Adjusted R Square .................................................................. 102 4. Uji Simultan .......................................................................... 103 5. Uji Parsial ............................................................................... 105 6. Analisis Regresi Panel............................................................ 109 BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 115 A. Kesimpulan.................................................................................... 115 B. Saran ............................................................................................. 116 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 118 LAMPIRAN ................................................................................................... 122 xiii DAFTAR TABEL No Keterangan Halaman 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................................. 40 3.1 Daftar Sampel Penelitian ......................................................................... 50 4.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia ............................................................ 73 4.2 Daftar Sampel Penelitian ......................................................................... 82 4.3 Data Deskriptif Return On Asset .............................................................. 83 4.4 Data Deskriptif Capital Adequacy Ratio.................................................. 86 4.5 Data Deskriptif Non Performing Loan..................................................... 88 4.6 Data Deskriptif BI Rate............................................................................ 91 4.7 Data Deskriptif Kurs ................................................................................ 92 4.8 Uji Signifikansi Common Effect .............................................................. 94 4.9 Uji Signifikansi Fixed Effect .................................................................... 95 4.10 Uji Multikolinieritas ................................................................................. 99 4.11 Uji Heteroskedastisitas ............................................................................. 100 4.12 Uji Autokorelasi ....................................................................................... 101 4.13 Uji Parsial ................................................................................................. 106 4.14 Uji Regresi Panel dengan Model Fixed Effect ......................................... 110 xiv DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 1.1 Grafik Komposisi Aset Bank Tahun 2012 ................................................. 4 1.2 Grafik Perkembangan Return On Asset ..................................................... 6 1.3 Grafik Perkembangan Capital Adequacy Ratio ......................................... 7 1.4 Grafik Perkembangan Non Performing Loan ............................................ 8 1.5 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) .............................. 9 1.6 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ..................................... 9 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ..................................................................... 45 4.1 Grafik Return On Asset .............................................................................. 84 4.2 Grafik Capital Adequacy Ratio .................................................................. 86 4.3 Grafik Non Performing Loan ..................................................................... 89 4.4 Grafik BI Rate ............................................................................................ 91 4.5 Grafik Kurs................................................................................................. 92 4.1 Gambar Uji Normalitas .............................................................................. 98 xv DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan Halaman 1.1 Hasil Regresi Common Effect .................................................................... 122 1.2 Hasil Regresi Fixed Effect .......................................................................... 123 1.3 Hasil Regresi Random Effect ..................................................................... 124 1.4 Uji Normalitas ............................................................................................ 125 1.5 Uji Multikolinieritas ................................................................................... 126 1.6 Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 127 1.7 Uji Autokorelasi ......................................................................................... 128 1.8 Data Penelitian ........................................................................................... 129 xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi merupakan harapan dan tantangan, selain membuka peluang bisnis yang kian mengglobal tetapi pelaku bisnis juga dihidupkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis seperti krisis keuangan. Krisis keuangan selalu didahului oleh fluktuasi dan ketidakstabilan makro ekonomi yang menyebabkan depresiasi mata uang domestik secara signifikan, menyulut tingginya tingkat bunga dan inflasi serta ketidakstabilan makro ekonomi (Winarti Setyorini: 2012:179). Lembaga-lembaga keuangan khususnya pebankan telah lama mewarnai kegiatan perekonomian negara. Keberadaan perantara keuangan (financial intermediatery institution) yaitu perbankan sangat penting dalam suatu perekonomian modern. Sebagai lembaga intermediasi perbankan harus memiliki kinerja yang baik, karena dengan kinerja yang baik bank akan dapat lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari para nasabah (agent of trust). Perbankan sebagai badan usaha yang bergerak dibidang keuangan atau finansial sangat membutuhkan kepercayaan dari para nasabah tersebut guna memperdukung dan memperlancar kegiatan yang dilakukannnya. Lancarnya kegiatan yang dilakukan oleh bank akan sangat mendukung dalam mencapai kesejahteraan para stockholder dan akan meningkatkan nilai perusahaan (Kartika Wahyu, 2006:46). 1 Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut bank untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor. Investor sebelum menginvestasikan dananya memerlukan informasi mengenai kinerja perusahaan. Penggunaan laporan keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat dipahami, relevan, dan dapat dibandingkan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank serta berguna dalam pengambilan keputusan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengakibatkan seluruh potensi-potensi ekonomi mengalami kemandegan dan diambang kebangkrutan. Krisis moneter mengakibatkan banyak bank yang mengalami kredit macet. Hal tersebut sangat mempengaruhi iklim investasi pasar modal dibidang perbankan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu penyebab krisis moneter di Indonesia secara umum dapat dikatakan merupakan imbas dari lemahnya kualitas sistem perbankan. Liberalisasi sektor perbankan sejak tahun 1998 lebih banyak berimplikasi pada peningkatan kuantitas daripada kualitas lembaga perbankan, sehingga efisiensi dan stabilitas perbankan masih jauh dari yang diharapkan. Penyebab tejadinya krisis di Indonesia bukan karena lemahnya fundamental ekonomi, tetapi karena merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Utang luar negeri swasta jangka pendek sejak 1990-an telah terakumulasi sangat besar dimana sebagian besar tidak di-hedging (dilindungi nilainya terhadap mata uang asing). 2 Disaat perekonomian Indonesia sedang dalam masa perbaikan, gejolak besar dalam perekonomian dunia dalam lima tahun belakangan ini adalah terjadinya krisis ekonomi global yang diawali pada 15 September 2008 yang menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika Serikat, kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika serikat menjadi awal dari krisis keuangan di negara dengan sistem kapitalis tanpa batas tersebut. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika, transaksi bursa saham diberbagai belahan dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura, Korea Selatan, dan negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham Indonesia (BEI) harus di-suspend selama beberapa hari, peristiwa ini menandai fase awal dirasakannya dampak krisis ekonomi global yang pada mulanya terjadinya di Amerika dirasakan oleh negara Indonesia (www.kompas.co.id/read/xml/2008/10/02). Akan tetapi, pada tahun 2011 kinerja perbankan menunjukan perkembangan yang positif. Kondisi keuangan global yang belum membaik seiring krisis utang di Eropa dan melemahnya perekonomia AS tampaknya tidak memberikan dampak yang signifikan bagi pebankan Indonesia. Sejalan dengan itu, DPK perbankan tumbuh cukup tinggi dan sebagian besar digunakan untuk membiayai petumbuhan kredit. Ekspansi kredit tetap dilakukan dengan memperhatikan koridor prudential yang berlaku sehingga rasio kredit bermasalah terkendali pada level yang 3 rendah. Selain itu, kondisi permodalan bank juga tetap tejaga karena didukung oleh profitabilitas yang tinggi (Laporan Pangawasan Perbankan, 2011:4). Seiring dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5% pada tahun 2011, perbankan Indonesia juga terus memperkuat posisinya sebagai salah satu elemen penting sistem keuangan Indonesia dengan melakukan ekspansi usaha melalui pembukaan kantor diberbagai pelosok Indonesia. Jika dilihat dari komposisi aset perbankan nasional, total aset terbesar masih dikuasai oleh kelompok BUSN Devisa, disusul oleh kelompok Bank Persero dengan pangsa pasarnya mencapai 36,37% dari total aset perbankan. Secara umum seluruh kelompok bank mengalami kenaikan total aset dari tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2011. Grafik 1.1 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank Tahun 2012 5,36% 8,37% 8,17% 37,50% Bank Persero BUSN Devisa 2,15% BUSN Non Devisa BPD Bank Campuran Bank Asing 38,44% Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (data diolah) 4 Selama tahun 2012, perbankan Indonesia cukup mampu mempertahankan kinerja positif meski mengahadapi tantangan yang tidak mudah, di tengah tingginya volatilitas perekonomian global, perbankan berhasil memperkuat perannya dalam sistem keuangan Indonesia. Dilihat dari sisi komposisi aset perbankan nasional, total aset terbesar masih dikuasai oleh kelompok BUSN Devisa sebesar 38, 44%, disusul oleh bank persero yang mampu menguasai pangsanya mencapai 37, 5% dari total aset perbankan dan bank-bank lainnya seperti Bank Asing dan BPD (grafik 1.1). secara umum, seluruh kelompok bank mengalami kenaikan total aset dari tahun 2010 sampai dengan akhir tahun 2012 (Laporan Pengawasan Perbankan 2012:9). Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Menurut Slamet Riyadi (2006:169) tingkat kesehatan bank merupakan penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterprestasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang. Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur kinerja suatu bank. Return on Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total 5 aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006: 156) Grafik 1.2 Perkembangan Return On Asset (Dalam Presentase) ROA 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 ROA 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah Return On Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh profit (keuntungan) dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dari grafik 1.2 diketahui bahwa return on asset BUSN Devisa cenderung meningkat. Pada tahun 2006 return on asset sebesar 2,35% kemudian mengalami kenaikan di tahun 2007 sebesar 2,44% dan pada tahun 2008 return on asset mengalami penurunan sebesar 1,25% lalu mengalami kenaikan lagi sampai dengan tahun 2010 sebesar 2,58% di tahun 2011 dan 2012 masing-masing return on asset sebesar 2,46% dan 2,64%. Berdasarkan aspek penilaian kinerja suatu bank dapat dilihat dari rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) atau yang dikenal Capital Adequacy Ratio. CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang 6 mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Besarnya suatu modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Grafik 1.3 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Dalam Persentase) CAR 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 CAR 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah Dari grafik 1.3 dapat dilihat bahwa rasio kecukupan modal BUSN Devisa cukup baik, dimana CAR masih di atas 8% sebagai mana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2006 capital adequacy ratio sebesar 19,84% yang kemudian mengalami penurunan sampai dengan 2008 sebesar 14,82% lalu di tahun 2009 CAR mengalami peningkatan sebesar 16,61% dan kemudian terjadi penurunan kembali sampai tahun 2011 sebesar 14,37% dan CAR ditahun 2012 sebesar 15,33%. Non Performing Loan (NPL) atau yang sering disebut dengan kredit bemasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Winarti Setyorini: 7 2012:181). Berikut ini disajikan dalam bentuk grafik perkembangan NPL BUSN Devisa periode 2006-2012. Grafik 1.4 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) (Dalam Presentase) NPL 4,00 3,00 2,00 NPL 1,00 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah Pada grafik 1.4 dapat dilihat bahwa rata-rata NPL tahun 2006 relatif sangat tinggi yaitu mencapai 3,69%. Akan tetapi dari tahun ke tahun non performing loan mengalami penurunan seperti di tahun 2007 sebesar 2,61% kemdian 2010 sebesar 2,35% dan di tahun 2011 sebesar 1,97%. Menurut Kartika Wahyu (2006:54) NPL merupakan rasio yang menunjukan tingkat kredit yang merupakan salah satu bentuk dari loanable funds yang mengalami permasalahan dalam suatu bank, sehingga apabila rasio NPL mengalami peningkatan dari waktu ke waktu akan mendatangkan masalah serius terhadap kinerja bank. Fungsi intermediasi perbankan juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro diantaranya, tingkat bunga, inflasi, dan fluktuasi nilai tukar. BI Rate juga merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi profitabilitas suatu bank. 8 Grafik 1.5 Perkembangan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) (Dalam Presentase) BI rate 10,00 8,00 6,00 4,00 BI rate 2,00 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Garfik 1.5 menggambarkan bahwa BI rate cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 BI rate sebesar 9,75% yang kemudian mengalami penurunan ditahun 2007 sebesar 8,00% dan ditahun 2008 BI rate meningkat sebesar 9,25% ditahun 2009 sampai dengan 2012 BI rate mengalami penurunan sampai dengan 5,75%. Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi profitabilitas adalah nilai tukar rupiah (kurs): Grafik 1.6 Perkembangan Kurs KURS Rp15 Rp10 KURS Rp5 Rp0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah 9 Pada grafik 1.6 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 kurs sebesar Rp 9.166,- dan pada tahun 2007 kurs mengalami penurunan sebesar Rp 9.136,- pada tahun 2008 kurs sebesar Rp 9.680,- Memasuki tahun 2009 kurs mengalami peningkatan sebesar Rp 10.398,- kurs kembali mengalami penurunan sebesar Rp 9.085,- ditahun 2010. dan ditahun 2011 dan 2012 masing-masing kurs sebesar Rp 8.780,- dan Rp 9.380,Beberapa penelitian tentang profitabilitas suatu bank yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal juga pernah dilakukan. Hal ini memberikan indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal bank tetapi juga faktor eksternal seperti perubahan kondisi makro ekonomi yang terjadi di Indonesia. Terdapat penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan dengan profitabilitas. menggunakan Xuezhi rasio Qin dan Dickson keuangan untuk menilai Pastory (2012) tentang “Commercial Banks Profitability Position: The Case of Tanzania”, temuannya menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap profitabilitas diantara bank-bank komersial, dalam konteks model regresi panel telah mencatat bahwa likuiditas dan kualitas aktiva memiliki dapak positif terhadap profitabilitas dengan pengecualian tingkat kredit bermasalah yang memiliki pengaruh negatif pada profitabilitas, juga kecukupan modal (CAR) telah menunjukan dampak negatif terhadap profitabilitas. 10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu (2006) tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia” dari hasil penelitian menunjukan bahwa CAR, LDR, BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) sedangkan NPL dan DER tidak berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Bilal, dkk (2013) tentang “Influnce of Bank Specific and Macroeconomic Factors on Probability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan” hasil penelitian menunjukan bahwa Bank Size, NIM, dan GDP berpengaruh terhadap ROA sedangkan CAR, NPL, dan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi (2009) tentang “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007” hasil penelitian menunjukan bahwa Inflasi dan Nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap profitabilitas sedangkan BI Rate tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Terdapat perbedaan dan persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu pada variabel penelitian, metodologi penelitian, periode penelitian dan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas sebagai variabel terikat yang diukur dengan return on asset, 11 sementara variabel bebas yang digunakan adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI Rate, dan nilai tukar rupiah (kurs). Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara data runtun waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu data yang terdiri atas beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011:91). Adapun sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel dari Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel ini didasarkan pada pemikiran bahwa saat ini perkembangan aset Bank Umum Swasta Nasional Devisa dalam keadaan baik dan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, tercatat bahwa pada tahun 2012 aset terbesar masih diduduki oleh BUSN Devisa sebesar 38, 44% dari total aset perbankan nasional dan dari aset tersebutlah tercermin profitabilitas suatu bank. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2012). 12 B. Rumusan Masalah Penelitian Dari uraian latar belakang diatas, maka didapat perumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI? 2. Seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah pemelitian, maka diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut: a. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI secara simultan dan parsial. b. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI. 13 2. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni manfaat bagi akademisi maupun praktisi. 1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk: a. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. b. Bagi civitas akademika untuk memberikan sumbangan pikiran sebagai bahan perbandingan kepada semua pihak yang melakukan penelitian lebih lanjut. c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan menganalisa perbandingan faktor-faktor yang dalam mengkaji berpengaruh dan terhadap profitabilitas (return on asset). 2. Dari segi perspektif praktisi, penelitian ini akan bermanfaat untuk: a. Bagi pihak perbankan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. b. Bagi masyarakat untuk memberikan informasi tambahan guna mebantu dalam menilai kondisi keuangan suatu bank. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Menurut UU Nomor.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor. 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2005:275). “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007): “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Menurut Kasmir (2003:12) bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya masalah perbankan selalu berkaitan masalah bidang keuangan, jadi dapat disimpulkan bahwa perbankan meliputi tiga kegiatan utama: 15 a. Menghimpun dana b. Menyalurkan dana c. Memberikan jasa bank lainnya. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan bahwa bank adalah lembaga intermediary yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. B. Jenis-Jenis Bank Menurut Kasmir (2008:34) jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari beberapa segi antara lain: a. Dilihat dari segi fungsinya Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998, maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari: 1) Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya, dapat dilakukan di seluruh wilayah 16 Indonesia dan bahkan ke luar negeri (cabang). Bank Umum sering disebut bank komersial (Commercial bank). 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum. b. Dilihat dari segi kepemilikannya Maksudnya adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis-jenisnya: 1) Bank Milik Pemerintah Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akta pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah Indonesia antara lain Bank Negara Indonesia (BNI) 46, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Mandiri. 17 2) Bank Milik Swasta Nasional Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Hal ini dapat diketahui dari akta pendiriannya didirikan oleh swasta sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungan untuk swasta pula. Contohnya yaitu Bank Central Asia, Bank Danamon Indonesia, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Bumiputera, dll. 3) Bank Milik Koperasi Bank Milik Koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contohnya yaitu Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin). 4) Bank Milik Asing Bank Milik Asing merupakan bank yang kepemilikan sahamnya 100% dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) di Indonesia. Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik swasta asing atau pemerintah asing. Contohnya yaitu ABN-AMRO Bank, American Express Bank, Bank Of America, dll. 5) Bank Milik Campuran Bank Milik Campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh dua belah pihak, yaitu dalam negeri dan luar negeri. 18 Contoh bank campuran yaitu Inter Pacific Bank, Mitsubishi Buana Bank, Sanwa Indonesia Bank, dll. c. Dilihat dari Segi Status Artinya jenis ini dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, terutama bank umum. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kuliatas pelayanannya. Untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria pula. Contoh banknya yaitu: 1) Bank Devisa Bank Devisa yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Contoh transaksi luar negeri adalah transfer luar negeri, dll. 2) Bank Non Devisa Bank Non Devisa yaitu bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi transaksi masih dalam batas-batas negara (dalam negeri). 19 d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga Dibagi dalam dua kelompok, yaitu: 1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat) Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu: menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan ataupun deposito serta untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional (Barat) menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu yang dikenal dengan istilah fee based. 2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam) Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut: a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah) c) Prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) 20 d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) e) Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain. (ijarah wa iqtina). C. Kinerja Perbankan Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaaan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Pengukuranpengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada tahap perumusan strategi dalam sebuah proses manajemen startegi (dengan memperhatikan profitabilitas, pangsa pasar, dan pengurangan biaya, dan berbagai ukuran lainnya) harus betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi starategi (Hunger & Wheelen, 2003). Penilaian kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut peraturan BI No.6/10/PBI/2004 dikatakan bahwa penilaian kinerja keuangan terdiri atas: 1. Aspek Permodalan (Capital) Kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan 21 manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko yang timbul dan dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Perhitungan pada aspek ini didasarkan atas prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanaman modalnya. Perbankan wajib memenuhi kewajiban penyertaan modal minimum, atau disebut dengan istilah CAR (Capital Adequacy Ratio), yang dihitung dari presentase tertentu terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi BI No.26/20/KEP/DIR tentang kewajiban penyedian modal minimum (CAR). Penilaian tersebut berdasarkan CAR yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan pemerintah, CAR minimum harus 8%. 2. Aspek Kualitas Aset (Assets) Adalah menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif 22 diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada bank indonesia. Rasio yang digunakan mewakili aspek kualitas asset adalah Non Performing Loan (NPL). NPL dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam megelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Besaran NPL yang baik adalah < 5%. 3. Aspek manajemen (Management) Menunjukan kemampuan manajemen bank untuk menidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko yang timbul melalui kebijakan dan strategi bisnis untuk mencapai target. Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian dari beberapa komponen yaitu manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen kualitas. 4. Aspek Likuiditas Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Surat Edaran BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, LDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Dalam surat edaran tersebut jga 23 dikatakan bahwa bank dikatakan sehat jika memiliki LDR sebesar 85%-110%. 5. Aspek Rentabilitas/Profitabilitas (Earning) Merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya, dalam setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank yang sehat yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan: a) Rasio laba terhadap total aset (ROA) Dalam penelitian kali ini ROA digunakan sebagai variabel dependen. Alasan dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai proksi profitabilitas, karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Berdasarkan alasan tersebut ROA dijadikan indikator dari kinerja profitabilitas bank dalam penelitian ini. Menurut BI, standar ROA harus berada dikisaran > 1,215%. 24 D. Profitabilitas 1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan apakah usaha yang dijalankan sudah efisien atau belum. Mandala Manurung (2004:209) mendefinisikan profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Dendawijaya (2001:119) rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2007:279), rentabilitas rasio disebut profitabilitas usaha, dimana rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Sedangkan menurut Rodoni dan Ali (2010:28) profitability ratio yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bank adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. 25 2. Rasio-Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Lukman Dendawijaya (2003:119) analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dlam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Analisis rentabilitas/profitabilitas suatu bank dapat diukur denga rasio-rasio sebagai berikut: 1) Net Profit Margin (NPM) Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih NPM = x 100% Pendapatan Operasional 2) Rasio Biaya (Beban) Operasional Rasio Biaya Operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Biaya (Beban) Operasional BOPO = x 100% Pendapatan Operasional 26 3) Return On Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham sendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Dengan demikian rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut kana menyebabkan kenaikan harga saham bank. 4) Return On Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. 27 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Laba Bersih ROA = x 100% Total Aktiva Perlu diketahui, bahwa dalam mementukan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukan unsur return on quaity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia, sebagai pembina dan pengawas perbankan, lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagai besar berasal dari dana simpanan masyarakat. E. Return On Asset (ROA) Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tertentu harapan yang pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan atau profitabilitas. Yang dimaksud dengan profitabilitas (profitability) atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba (O.P. Simorangkir, 2004:152). Menurut Dendawijaya (2003:120) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Sedangkan menurut Dahlan Siamat (2005:290) ROA memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. ROA 28 memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Dalam bukunya, Frederic Mishkin (2007:232) menyatakan bahwa, because owners of a bank must know whether their bank is being managed well, they need good measures of bank profitability. A basic measure of bank profitability is return on asset (ROA). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar return on asset suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh oleh bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut. Profitabilitas yang diproksikan oleh return on asset (ROA) dengan rumus sebagai berikut: Laba Sebelum Pajak ROA = x 100% Total Aset F. Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Lukman Dendawijaya (2003:122) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau yang menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. 29 Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/ standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (Selamet Riyadi, 2006:161). Dahlan Siamat (2005:295) kewajiban penyedian modal minimun bagi semua bank berdasarkan Paket Kebijakan Perbankan 2005 adalah sebesar 8% dari ATMR. Secara matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2003:123). Modal Bank CAR = x 100% ATMR G. Non Performing Loan (NPL) Menurut Dahlan Siamat (2005:35) NPL dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. besarnya non performing loan yang 30 diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5% (Selamet Riyadi, 2006:161). Menurut Dahlan Siamat (2005:361) persyaratan yang ketat dalam kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya masalahmasalah seperti terjadinya default risk atau penunggakan pembayaran. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 besarnya NPL dihitung sebagai berikut: Kredit Bermasalah NPL = x 100% Kredit Yang Disalurkan H. BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter (www.bi.go.id). Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan di ikuti oleh 31 perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan (www.bi.go.id). Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate apabial inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (www.bi.go.id). Menurut Darmawi (2006:181) tingkat bunga merupakan harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati. Dengan kata lain, tingkat bunga dalam hal ini merupakan harga dari kredit. Namun harga itu tidak sama dengan harga barang di pasar komoditi karena tingkat bunga sesungguhnya merupakan suatu angka perbandingan, yaitu jumlah biaya pinjaman dibagi jumlah uang yang sesungguhnya dipinjam, biasanya dinyatakan dalam presentase pertahun. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh pihak peminjam dana. Sedangkan tingkat bunag riil menunjukan persentasi dari nilai riil modal ditambah bunganya dalam setahun, dinyatakan sebagai presentasi dari nilai riil modal sebelum dibungakan (Sukirno, 2000:386). 32 Sedangkan Sjahrial (2006:7) menyatakan bahwa tingkat bunga adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada yang memberikan pijaman. Dari sudut peminjam merupakan biaya dari dana yang mereka pinjam. Menurut Sadono Sukirno (2002:389) di dalam teori, analisis mengenai penentuan tingkat bunga selalu mengganggap bahwa dalam perekonomian hanya terdapat satu tingkat bunga. Namun, dalam kenyataan keadaannya sangat berbeda. Tingkat bunga pinjaman pemerintah berbeda dengan tingkat bunga yang dibayarkan kepada konsumen. Dan bank mengenakan tingkat bunga yang berbeda-beda kepada para nasabahnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a. Pebedaan resiko b. Jangka waktu pinjaman c. Biaya administrasi pinjaman Menurut Herman Darmawi (2006:188) tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam berbagai kegiatan perekonomian sebagai berikut: a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. 33 b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemiliki modal apakah ia akan berinvestasi pada real assets ataukah pada financial assets. c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan lainnya. d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar. I. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) 1. Penegertian Kurs atau Nilai Tukar Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman Karim, 2008:157). Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batasbatas geografis ataupun batas-batas hukum. Kurs merupakan salah satu hal terpenting dalam perekonomian terbuka, karena memiliki pengaruh yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap mata uang negara 34 lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga aset (asset price) (Krugman, 2005: 40). Sadono sukirno (2004:197), menjelaskan bahwa kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri. Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal (Mankiw, 2006:242). Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu mata uang rupiah yang ditukerkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya nilai tukar rupiah terhadap dolaar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar rupih terhadap Euro dan lain-lain. Sedangkan nilai tukar riil ialah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain, nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang-barang dari suatau negara dengan barang-barang negara lain. Nilai tukar mata uang erat kaitannya dengan konsep konvertibilitas (convertible currency). Mata uang konvertibel (convertible currency) adalah mata uang yang bisa digunakan secara bebas dalam berbagai transaksi internasional oleh penduduk dan negara dimana pun (Krugman, 2005:292) konsep ini menekankan pada pentingnya penggunaan mata uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata uang negara 35 lain. Tidak adanya konvertibel mata uang akan sangat menyulitkan bagi transaksi dan perdagangan internasonal. 2. Macam-Macam Kurs Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu (Mankiw, 2006:128): a) Kurs nominal (nominal exchange rate) Adalah harag relatif dari mata uang dua negara simbolnya e. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. b) Kurs riil (real exchange rate) Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang yang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar atau disebut juga valuta asing dalam berbagai transaksi atau jual beli valuta asing, ada empat jenis yakni: a. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu. b. Middle Rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu. 36 c. Buying Rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu. d. Flate Rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque, demana sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya. J. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen a) Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Return On Asset Capital Adequacy Ratio juga bisa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutupi resiko kerugian yang timbul dari penanaman aktivaaktiva yang mengandung resiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Semakin besar Capital Adequacy Ratio maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil resiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Dendawijaya (2003:34), semakin tinggi capital adequacy ratio (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan konstribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan. 37 b) Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Return On Asset Non Performing Loan yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (return on asset) yang diperoleh bank (Kasmir, 2000:270). c) Pengaruh BI Rate Terhadap Return On Asset Naiknya tingkat inflasi akan mengakibatkan suku bunga naik, sehingga masyarakat enggan meminjam dana pada bank. Selain itu sektor riil juga enggan untuk menambah modal guna membiayai produksinya, maka kedua hal tersebut akan berdampak pada penurunan profitabilitas bank (Febrina, 2009:95). d) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Return On Asset. Perbankan sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan internasional, tidak dapat menghindari diri dari pengaruh nilai tukar didalam keterlibatannya pada pasar valuta asing. Menurut Febrina dan Naomi (2009:95), adanya pengaruh nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank mengidentifikasikan apabila nilai tukar mengalami apresiasi dan depresiasi, maka akan berdampak pada kewajiban valas bank pada saat jatuh tempo. Akibatnya, profitabilitas 38 bank akan mengalami perubahan jika dalam kasus tersebut bank tidak melakukan headging. Selain menjadi fasilisator perdagangan internasional perbankan syariah juga dapat terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar melalui nasabah yang memiliki dana besar dalam bentuk valuta asing seperti dollar AS. Apabila terdepresiasinya rupiah terhadap dollar Amerika maka akan berdampak pada peningkatan profitabilitas bank (Zainul Arifin, 2006:231). 39 K. Penelitian Sebelumnya Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu yang tampak pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Penelitian Judul 1 Muhamad Bilal, Asif Saeed, Ammar Ali Gull, dan Toquer Akram (2013) Influnce of Bank Specific and Macroecono mic Factors on Profitability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan 2 Xuezhi Qin dan Dickson Pastory (2012) Commercial Banks Profitability Position: The Case of Tanzania Variabel Penelitian Return On Asset, Return On Equity, bank Size, Capital Ratio, Non Performing Loans, Deposits to Asset Ratio, Net Interest Margin, Inflation, Real Gross Domestic Product, dan industry Production Growth. Model Analisis Analisis regresi linier berganda Variabel dependen yaitu ROA, sedangkan variabel independen yaitu CAR, LDR, dan NPL Analisis regresi panel Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan Bank Size berpengaruh terhadap ROA dan ROE, Non Performing Loan berpengaruh terhadap ROE tetapi tidak berpengaruh terhadap ROA, Capital Ratio signifikan terhadap ROE tetapi tidak signifikan terhadap ROA, Deposit to Total Aseet tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE , Net Interest Margin berpengaruh terhadap ROA dan ROE, Industry Production Growth berpengaruh terhadap ROA dan ROE, GDP berpengaruh terhadap ROA dan ROE, Inflasi tidak berpengaruh terhadap ROE tetapi berpengaruh terhadap ROA. Temuannya menunjukan bahwa dalam konteks model regresi LDR dan kualitas aktiva memiliki dampak positif terhadap ROA, dengan pengecualian bahwa NPL dan CAR memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA). 40 No Penelitian 3 Nanang Adi Wijaya (2012) 4 5 Judul Analisis Pengaruh CAR, LDR, NPL, NIM, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Nanda Tri Analisis Putra faktor-faktor (2012) yang mempengaru hi kinerja perbankan (study empiris pada industri perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 Deger Bank Alper dan Specific and Adem Macroecono Anbar mic (2011) Determinant of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence from Turkey Variabel Penelitian CAR, LDR, NPL, NIM, BOPO, dan Return On Asset Model Analisis Analisis regresi linier berganda Hasil Penelitian CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR (variabel independen) return on asset (variabel dependennya) Analisis regresi berganda Hasil penelitian ini menunjkan bahwa variabel CAR, NPL, NPM, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja profitabilitas bank (ROA) sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja profitabilitas bank Asset size, capital adequacy, asset quality, liquidity, deposits, NIM, non interest income, GDP, inflation, and interest rate (variabel independen), ROA and ROE Analisis regresi panel hasil penelitian ini menunjukan bahwa bank size berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE, capital adequacy tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE, asset quality berpengaruh negatif terhadap ROA dan tidak berpengaruh terhadap ROE, deposits tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE, NIM tidak berpengaruh terhadap ROA dan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel capital adequacy ratio, loan deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional, net interest margin berpengaruh signifikan terhadap return on asset sedangkan non performing loan tidak berpengaruh terhadap return on asset 41 No Penelitian Judul Variabel Penelitian (variabel dependen) Model Analisis 6 Febrina Dwi jayanthy dan Prima Naomi (2009) Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007 Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Mata Uang (variabel independen) profitabilitas (variabel dependen) Analisis Regresi berganda 7 Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu (2006) Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia ROA, CAR, LDR, NPL, DER, dan, BOPO Analisis regresi linier berganda Hasil Penelitian ROE, NII berpengaruh posiitf terhadap ROA tetapi tidak berpengaruh terhadap ROE, interest rate tidak berpengaruh terhadap ROA tetapi berpengaruh positif terhadap ROE, GDP dan inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank, BI Rate terbukti tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank karena dalam penelitian ini terjadi hubungan antara BI Rate dengan Inflasi, dan Nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank terbukti berpengaruh Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR, LDR, dan BOPO berpengaruh terhadap Return On Asset sedangkan NPL dan DER tidak berpengaruh terhadap Return On Asset Sumber: Jurnal dan Skrpsi Hasil Penelitian Terdahulu 42 L. Kerangka Pemikiran Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu di atas, maka penelitian ini mengambil judul tentang analisis pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2012). Sampel dalam penelitian adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang memiliki aset terbesar dan terdaftar di BEI pada periode 2006-2012. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan return on asset sedangkan variabel independennya adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah (kurs). Motode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain model common effect, model fixed effect, dan model random effect. Kemudian untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, yaitu uji chow untuk menentukan model common effect atau model fixed effect yang lebih tepat digunakan dalam mengelola data panel, kemudian uji hausman dilakukan untuk mennetukan model fixed effect atau model random effect yang lebih tepat digunakan dalam regresi data panel. Selanjutnya setelah melakukan pengujian tersebut dilakukan uji asumsi klasik dan analisis 43 regresi data panel serta pengujian hipotesis. Setelah tahap pengujian selesai, peneliti melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitian yang berbeda. Setelah peneliti mengumpulkan beberapa jurnal dan skripsi, peneliti mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian mmebuat pradigma penelitian yang berbeda dimana penelitian ini menggunakan metode regresi dengan menggunakan data panel (Panel Least Square) dan dengan menggunakan bantuan software Eviews 7.01. Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini. 44 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BUSN Devisa Variabel Dependen Profitabilitas : ROA (Y) Variabel Independen: Capital adequacy ratio (X1), non performing loan (X2), BI Rate (X3), dan kurs (X4) Metode Estimasi Data Panel Common Effect Fixed Effect Uji Chow Random Effect Uji Hausman Metode Estimasi Terpilih Uji Asumsi Klasik Normalitas Multikolinieritas Adjusted R2 Heteroskedastisita s Uji Simultan Autokorelasi Uji Parsial Interpretasi 45 M. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban masalah atau pertanyaan penelitian yang dikembangan berdasarkan teori-teori yang perlu diuji melalui proses pemilihan, pengumpulan, dan analisis data (Indriantoro dan Supomo, 2002:81). Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. H0 : b1...b4 = 0, tidak terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa. H1 : b1...b4 ≠ 0, terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa. 2. H0 : b1 < 0, tidak terdapat pengaruh positif antara capital adequacy ratio terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa H1 : b1 > 0, terdapat pengaruh positif antara capital adequacy ratio terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa. 3. H0 : b2 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara non performing loan terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa H1 : b1 < 0, terdapat pengaruh negatif antara non performing loan terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa. 4. H0 : b3 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara BI Rate terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa 46 H1 : b3 < 0, terdapat pengaruh negatif antara BI Rate terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa. 5. H0 : b4 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara kurs terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa. H1 : b4 < 0, terdapat pengaruh negatif antara kurs terhadap profitablitas bank umum swasta nasional devisa. 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh antara variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Penelitian ini dilakukan atas data-data yang didapat melalui studi kepustakaan dan data dari internet (data skunder) yang dipublikasikan, data yang digunakan yaitu periode 2006-2012. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2012. Adapun ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada: 1. Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA) 2. Permodalan, yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) 3. Tingkat kredit bermasalah, yang diukur dengan Non Performing Loan (NPL) 4. BI rate, merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan 5. Kurs, merupakan nilai tukar rupiah terhadap dolar. B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 48 kesimpulannya (Sugiyono, 2003:72). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa yang listing di BEI selama periode 2006-2012. 2. Sampel Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian dalam sebuah penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:7). Sampel yang baik haruslah memberikan gambaran mengenai populasi dari sampel tersebut, maka diperlukan pengambilan sempel yang representatif sehingga sampel yang diambil dapat mewakili populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut berdasarkan pada kepentingan dan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:17). Karakteristik sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: a. 10 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa yang memiliki aset terbesar serta terdaftar di BEI selama empat periode terakhir. b. Bank yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) secara berkala selama periode penelitian. c. Bank yang menerbitkan data-data keuangan tentang variabel penelitian yang terkait serta secara lengkap. 49 Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka peneliti mengambil 10 bank sebagai sampel. Beriku daftar bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini: No Kode Tabel 3.1 Daftar sampel penelitian Perusahaan Total Aset (Rp Juta) 1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk. 442.994.197 2 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk. 197.412.481 3 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia 155.791.308 4 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk. 148.792.614 5 BNLI PT. Bank Permata Tbk. 131.798.595 6 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 115.855.514 7 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk. 79.141.737 8 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk. 65.689.830 9 MEGA PT. Bank Mega Tbk. 65.219.108 10 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk. 25.365.299 Sumber: www.idx.co.id (data diolah) C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Riset Kepustakaan Menurut Mestika Zed (2004:3) Riset Kepustakaan atau yang sering disebut dengan studi keputakaan ialah serangkaian kegiatan 50 yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Riset kepustakaan merupakan teknik untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan cara membaca dan mempelajari buku, jurnal-jurnal ataupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder dimana data-data yang dibutuhkan diperoleh dari: a. Laporan keuangan tahunan perusahaan BUSN devisa yang dipublikasikan yang diteliti selama periode penelitian. b. Data BI rate, Kurs yang dipublikasikan di www.bi.go.id c. Jurnal atau publikasi lainnya yang relevan yang memuat informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Sumber Internet Sebagian data tambahan yang penulis tidak bisa temukan dari sumber-sumber yang telah disebutkan, maka diambil data dari internet untuk melengkapi kekurangan yang ada. D. Metode Analisi Data 1. Analisis Data Panel Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari data time series dan cross section. Estimasi yang dilakukan dengan menyatukan kedua data tersebut yang disebut 51 dengan data pooling atau panel data dengan pengolahan data menggunakan Software Eviews 7.01 untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penggunaan software ini dirasa tepat mengingat analisis dengan data panel sudah disediakan Eviews sejak versi awal dan selama ini sudah menjadi selah satu keunggulan Eviews dibanding dengan program-program statistik lainnya dalam mengelolah data panel. Software Microsoft Excel 2007 juga dipakai untuk mempermudah pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-lain. Data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara runtun waktu (time series) dengan seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu data yang terdiri dari beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011:91). Menurut Agus Widarjono (2009:229) ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan Degree Of Freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted variable). 52 Model Regresi Panel Menurut Agus Widarjono: Yit = α + b1X1it + b2X2it + b3X3it + b4X4it + e Dimana: Y = Variabel dependen α = Kostanta X = Variabel independen b = Koefisien regresi masing-masing variabel independen t = Waktu i = Perusahaan e = Error term Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain: 1) Model Common Effect Model Common Effect atau Pooled Regression Model adalah motode estimasi yang menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross section dengan menggunakan pendekatan OLS (Ordinary Least Square) untuk melakukan estimasi parameternya. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga perilaku data antara perusahaan diasumsikan sama dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect sama seperti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan time series atau data cross section saja melainkan data panel yang 53 diterapkan data bentuk pooled. Bentuk umum untuk model Ordianry Least Square adalah: Yit = b0 + b1Xit + b2Xit + εit untuk i=1,2,…,n dan t=1,2,…,t 2) Model Fixed Effect Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time invariant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu. Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) atau disebut juga Covariance Model. Persamaan pada estimasi dengan menggunakan fixed effect model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut: Yit = b0 + b1Xit + b2Xit + b3D1i + b4D2i +……+ εit = 1,2,....,n = 1,2,....t D = dummy 3) Model Random Effect Random Effect Model adalah model etimasi regresi panel dengan asumsi koefisien slope kontan dan intersep berbeda antara individu dan antar waktu (Random Effect). Dimasukannya variabel dummy di dalam Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi 54 berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal dengan Random Effect. Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum untuk Random Effect Model adalah: Yit = α1 + bjXjit + εit dengan εit = ui + vt + wit Dimana : ui ~ N ( 0, δu2) = komponen cross section error vt ~ N ( 0, δv2 ) = komponen time series error wit ~ N ( 0, δw2 ) = komponen eror kombinasi 2. Tahapan Analisis Data Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan. a. Uji Chow Uji chow adalah pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau Common Effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. 55 Hipotesis Uji Chow adalah: HO : Common Effect Model atau Pooled OLS H1 : Fixed Effect Model Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan membandingkan perhitungan F statistik dengan F tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka terima H0 dan model yang lebih tepat digunakan adalah Common Effect Model. Nilai F statistik untuk Uji Chow ditentukan oleh: F n–1 nt,n–k = (SSE1 – SSE2) / ( n – 1 ) SSE2 / ( nt – n – k ) Dimana : SSE1 = Sum Square Error dari model common effect SSE2 = Sum Square Error dari model individual individual effect n = jumlah individual (cross section) t = jumlah series waktu (time series) k = jumlah variabel bebas Sedangkan F tabel didapat dari: F tabel = | α : df(n-1, nt – n – k) | 56 b. Uji Hausman Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat digunakan dalam regresi data panel. Uji ini di kembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam model Fixed Effect dan GLS adalah efisien sedangkan model OLS adalah tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga Uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut. Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut: H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model Uji Hausman akan mengikuti distribusi Chi-Squares sebagai berikut: m = ̂ Var ( ̂ ) -1 ̂ Dimana: ̂=[ ̂ – ̂ Var ( ̂ ) = Var ( ̂ - Var ( ̂ GLS) Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi-Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang 57 tepat adalah model Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model Random Effect. 3. Uji Dasar Asumsi Klasik Uji dasar asumsi klasik ini dilakukan sebagai parameter untuk mengukur apakah data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak. a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah terstandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil (Suliyanto, 2011:69). Menurut Winarno (2011:539) untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung. Ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data berdistribusi normal. 58 2. Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α (5%), maka data berdistribusi normal (hipotesis nolnya adalah data berdistribusi normal). Dalam perangkat Eviews yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, normalitas dapat diketahui dengan melihat kepada histogram dan uji Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika nilai JB < X2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75). b. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas (Suliyanto, 2011:82). Multikolinieritas adalah hubungan linier antar variabel independen didalam regresi berganda. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Menurut Agus Widarjono (2010:75) jika ada multikolinieritas antar variabel independen, estimasi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) masih menghasilkan estimator yang tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum (BLUE) karena estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi terbebas dari masalah multikolinieritas. Metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode 59 korelasi parsial antar variabel independen. Sebagai aturan kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85 maka kita duga multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu kehatihatian terutama pada data time series seringkai menunjukan korelasi antara variabel independen yang cukup tinggi. Korelasi tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukan unsur trend, yaitu data bergerak naik dan turun secara bersamaan (Widarjono, 2010:77). c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang homokedastisitas. Homokedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan (Suliyanto, 2011:95). Heteroskedastisitas berarti varians variabel gangguan yang tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering muncul pada cross section daripada time series. Jika varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode 60 Park. Uji park dilakukan dengan melakukan regresi fungsi-fungsi residual. Jika variabel independen tidak signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model yang terbentuk dalam persamaan regresi tidak mengandung masalah heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Suliyanto, 2011:125). Autokorelasi merupakan korelasi antar variabel gangguan satu observasi dengan variabel gangguan observasi lain. Autokorelasi sering muncul pada data time series. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntung sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Autokorelasi dapat dideteksi melalui metode Durbin-Waston (DW) dengan mengasumsikan bahwa variabel gangguan hanya berhubungan dengan variabel ganguan periode sebelumnya (lag pertama) yang dikenal dengan model autoregresif tingkat pertama dan variabel independen tidak mengandung variabel independen yang merupakan kelambanan dari variabel dependen (Widarjono, 2010: 99). Menurut Danang Sunyoto (2011:134) salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 61 1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2) 2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2atau -2 < DW < +2 3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2. Pendapat lain untuk mendeteksi tentang uji autokorelasi secara umum bisa diambil patokan (Singgih, 2012:243): 1) Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka D-W diatas +2, berarti ada korelasi negatif. 4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilain R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R² < 1). Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. 62 Koefisien determinasi memilikin kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah penagamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2 adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuiakan (Adjusted R-Square) maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59). 5. Uji Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara keseluruhan terdapat variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingan F hitung dengan F tabel. Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel tegantung, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh 63 secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Menurut suliyanto (2011:61), untuk menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df: α,(k-1), (n-k), dimana k adalah jumlah variabel dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh secara signifikan tehadap variabel dependen, tetapi jika jika F hitung < F tabel, maka H0 terima dan H1 ditolak yang berarti bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Suliyanto (2011:62) untuk menghitung besarnya nilai F hitung digunakn formula berikut: Keterangan: F = Nilai F hitung R2 = Koefisien Determinasi k = Jumlah Variabel n = Jumlah Pengamatan (ukuran sampel). 64 6. Uji Parsial (Uji t) Sementara uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Nilai t hitung digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak. Pengujian dalam penelitian ini digunakan uji satu arah (one tailed test) karena hipotesis yang diajukan sudah menunjukan arah, yaitu positif dan negatif. Dalam uji satu sisi (one tailed test) hanya ada satu daerah penolakan, dan hipotesisi nol ditolak hanya jika nilai statistik sampel berada pada daerah ini. Uji hipotesis satu sisi dipilih jika mempunyai dasar teori atau dugaan yang kuat, karena berdasarkan teori terdapat hubungan positif (+) atau negatif (-). Adapun prosedur langkahnya sebagai berikut (Agus Widarjono, 2010:26): 1. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Jika hipotesis negatif, maka digunakan uji hipotesis satu sisi negatif. H0 : b1 = 0 H1 : b1 < 0 Maka dasar keputusan menolak H0 atau menerima H1 adalah jika nilai –t hitung < -t kritis maka H0 ditolak dan menerima H1, artinya bahwa variabel independen berpengaruh 65 terhadap variabel dependen begitu juga sebaliknya apabila nilai -t hitung > nilai -t kritis maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika hipotesis positif, maka digunakan uji hipotesis satu sisi positif. H0 : b1 = 0 H1 : b1 > 0 Maka dasar keputusan menolak H0 atau menerima H1 adalah jika nilai t hitung > nilai t ktitis maka H0 ditolak dan menerima H1, artinya bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Begitu juga sebaliknya apabila nilai t hitung < nilai t kritis maka H0 dterima dan menolak H1, artinya bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya. 2. Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai t kritis (n-k) dari tabel distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel independen. Untuk menghitung besarnya nilai t hitung digunakan rumus berikut (Suliyanto, 2011:62): ti = bj Sbj 66 Keterangan: t = Nilai t hitung bj = Koefisien regresi sbj = kesalahan baku koefisien reresi 3. Keputusan menolak H0 atau menerima H1 dapat juga dijelaskan melalui distribusi probabilitas. H1 akan diterima jika nilai probabilitas kurang dari 0,05(α). E. Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variansi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan konstruk, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik (Indriantoro dan Supomo, 2002:69). Model operasional variabel dalam penelitian ini dapat ditunjukan sebagai berikut: 1. Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2003:33). Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah: 67 a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Selamet Riyadi (2006:161), Capital Adequacy ratio (CAR) yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS). Rasio ini juga sangat umum digunakan sebagai aspek permodalan sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia. Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus berikut: Modal CAR = x100 ATMR Data mengenai capital adequacy ratio diperoleh dari laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini. b. Non Performing Loan (NPL) Menurut Selamet Riyadi (2006:160) Non Performing Loan adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan 68 tingkat kolektabilitas 3 sampai dengan 5 dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh pihak bank. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi bersangkutan, penilaian yaitu Tingkat akan Kesehatan mengurangi nilai/ Bank yang skor yang diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tingginya NPL yang dihadapi bank (Selamet Riyadi, 2006:161). non perfoming loan dapat dihitung dengan rumus: Kredit yang diberikan dengan kolektabilitas 3 s/d 5 NPL = Total Kredit yang diberikan Data mengenai rasio non performing loan diperoleh dari laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini. c. BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). Data mengenai BI rate diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. 69 d. Kurs Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman Karim, 2008:157). Data mengenai kurs diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. 2. Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2003:33). Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset. Menurut Sawir (2004:31), Return On Asset adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam mendapatkan profitabilitas dalam mangerial efisiensi secara umum. Return On Asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih ROA = x 100% Total Asset 70 Data mengenai return on asset (ROA) diperoleh dari laporan keuangan/ laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini. 71 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1997, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: 72 Tanggal/tahun Desember/1892 1914-1918 1925-1942 Awal tahun 1939 1942-1952 1956 1956-1977 10 Agustus 1977 1977-1987 1987 1988-1990 2 Juni 1988 Desember 1988 16 juni 1989 Tabel 4.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia Peristiwa Bursa Efek pertama kali dibentuk oleh pemerintah di Batavia oleh pemrintah Belanda. Bursa efek ditutup selama masa pernag dunia I Bursa efek di Jakarta kembali dibuka bersamaan dengan bursa efek di Semarang dan Surabaya. Karena isu politik (perang dunia II) bursa efek di Semarang dan Surabaya ditutup. Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II Program nasionalisasi perusahaan Belanda, Bursa Efek kembali tidak aktif. Perdagangan di Bursa Efek Vakum Bursa efek diresmikan kembali oleh presiden Soeharto. BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Pada tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan Go Public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu, jumlah emiten di Bursa Efek hingga tahun 1987 hanya 24. Masyarakat lebih memilih instrumen Perbankan dibanding instrumen Pasar Modal Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PAKDES87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia Paket deregulasi Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas perdagangan terlihat meningkat. Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Pemerintah mengeluarkan paket Desember (PAKDES88) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Bursa Efek Surabaya mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu 73 PT. Bursa Efek Surabaya. Swastanisasi BEJ, BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 22 Mei 1995 Sistem otomatisasi di BEJ dilakukan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System). 10 November Pemrintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 1995 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 1995 Bursa Pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 2000 Sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia. 2002 BEJ Mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). 2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa efek Indonesia. 2 Maret 2009 Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek Indonesia : JATS-NextG. Sumber: www.idx.co.id 13 Juli 1992 2. Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian Berikut ini adalah sejarah singkat perusahaan yang menjadi objek penelitian berdasarkan penentuan kriteria sampel objek penelitian: a. Bank Central Asia Tbk. BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi 74 BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA. Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial dan ditahun 2012 tecatat aset bank BCA mencapai Rp 442.994 triliun. b. Bank CIMB Niaga Tbk. Berdiri sejak 26 September 1955, saat ini CIMB Niaga adalah bank terbesar ke-7 di Indonesia berdasarak nilai aset. CIMB Niaga merupakan bank kedua terbesar di Indonesia dalam penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dengan pangsa pasar sekitar 10%. Sejak 25 November 2002 mayoritas saham CIMB Niaga dimiliki oleh Bumiputra-Commerce Holdings Berhad (BCHB), dan pada 16 Agustus 2007 dialihkan kepada CIMB Group Sdn Bhd, perusahaan yang 100% dimiliki oleh BCHB. 75 Sebagai bank nasional yang pertama kali meluncurkan layanan ATM pada tahun 1987 dan online banking system pada tahun 1991, CIMB Niaga dikenal sebagai salah satu bank yang paling inovatif di Indonesia selain itu kinerja bank CIMB Niaga yang mencatat nilai aset sebesar Rp 197.412 triliun. c. Bank Danamon Indonesia Tbk. Danamon didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Danamon dialihkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken Over). Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dilebur ke dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger tersebut, Danamon menerima program rekapitalisasinya yang ke dua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. Sebagai surviving entity, Danamon bangkit menjadi salah satu 76 bank swasta terbesar di Indonesia dengan total aset sebesar Rp 155.791 triliun. d. Bank Pan Indonesia Tbk. Panin Bank merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971 hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta tahun 1982 sebagai bank Go Public yang pertama. Dengan struktur modal yang kuat dan Rasio kecukupan Modal yang tinggi, Panin Bank Bersyukur tidak harus direkapitalisasi oleh pemerintah pasca krisis ekonomi pada tahun 1998. pemegang saham Panin Bank adalah ANZ Banking Group of Austarlia (37,1%), Panin Life (45,9%), dan publik-domestik dan internasional. Per Juni 2009, Panin Bank tercatat sebagai bank ke-7 terbesar di Indonesia dari segi total aset Rp.71,2 triliun, dengan permodalan mencapai Rp. 9,8 triliun dan CAR 23,9% dan pada tahun 2012 tercatat total aset Panin Bank sebesar Rp 148.793. e. Bank Permata Tbk. Permata Bank dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT. Bank Bali Tbk, PT. Bank Universal Tbk, PT. Bank Prima Express, PT. Bank Artamedia, dan PT. Bank Patriot 77 pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT. Astra Internasional Tbk mengambil alih Permata Bank dan memulai proses transformasi secara besar-besaran di dalam organisasi. Selanjutntya, sebagai wujud komitmennya terhadap Permata Bank, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006. Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan salah satu kekuatan utama Permata Bank. PT Astra Internasional Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global terkemuka yang dimilikinya menjadikan Permata Bank menjadi posisi yang unik. Tercatat besarnya aset yang dimiliki oleh bank permata pada tahun 2012 sebesar Rp 131.798 triliun. f. Bank Internasional Indonesia Tbk. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) bergerak dalam kegiatan perbankan domestik dan internasional yang menyediakan berbagai layanan keuangan baik perusahaan nasional dan multinasional, perusahaan ukuran menengah, usaha kecil dan individu, dan juga perbankan syariah untuk pembiayaan, penggalangan dana, dan produk jasa perbankan. Bank Internasional Indonesia didirikan 15 Mei 1959, BII juga 78 menyediakan pelayanan dan fasilitas pengawasan korporasi (corporate advisory). g. Bank OCBC NISP Tbk. Bank OCBC NISP (sebelumnya bernama Bank NISP) adalah sebuah bank swasta di Indonesia. Bank ini didirikan 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch-Indische Spaar en Deposito Bank. Pada 1981, sempat berganti nama menjadi NV. Spaar En Deposito yang diuraikan sebagai Bank Nilai Inti Sari Penyimpan (disingkat NISP), bank ini kemudian lama dikenal sebagai Bank NISP. Semenjak 16 Oktober 2008, Bank NISP resmi berganti nama dan logo menjadi Bank OCBC NISP. Nama perusahaan juga turut diubah dari PT Bank NISP Tbk menjadi PT Bank OCBC NISP Tbk. Bank OCBC NISP juga sering mencatatkan prestasinya secara baik dalam dunia perbankan serta meraih beragam penghargaan selain itu pada tahun 2012 aset bank OCBC NISP sebesar Rp 115.772 triliun. Saat ini mayoritas saham Bank NISP dimiliki oleh OCBC Group yang berlokasi di Singapura. OCBC merupakan penyedia jasa perbankan dan asuransi terbesar di Singapura. h. Bank Bukopin Tbk. Bank Bukopin yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970 menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh 79 dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer. i. Bank Mega Tbk. Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta. Seiring dengan perkembangannya, PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil oleh PRA GROUP (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal mealui logo perusahaan yang baru tersebut. Pada tahun 2000 melakukan perubahan dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada tahun yang sama PT. Bank Mega melaksanakan Initial Public Offering dengan menawarkan saham kepada masyarakat, dengan demikian sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh publik dan berubah namanya menjadi PT. Bank Mega Tbk. Saat ini bank 80 j. Bank Ekonomi Raharja Tbk. PT. Bank Ekonomi Raharja,Tbk., adalah penyedia layanan perbankan komersial yang didirikan pada tanggal 15 Mei 1989 dengan nama awal PT. Bank Mitra Raharja lalu 4 (empat) bulan kemudian berganti nama menjadi PT Bank Ekonomi Raharja (lebih dikenal dengan nama Bank Ekonomi). Bank Ekonomi adalah perusahaan publik yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sejak 22 Mei 2009, Bank Ekonomi menjadi bagian dari grup institusi keuangan internasional, HSBC Holdings Plc., melalui anak perusahaannya, HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited. B. Pengujian dan Pembahasan 1. Deskriptif Sampel Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan sebagai sampel penelitian. Kesepuluh perusahaan tersebut adalah perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2012. Berikut adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini : 81 No Kode Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian Nama Perusahaan 1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk. 2 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk 3 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 4 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk. 5 BNLI PT. Bank Permata Tbk. 6 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 7 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk. 8 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk. 9 MEGA PT. Bank Mega Tbk. 10 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk. Sumber: www.idx.co.id (data diolah) Total Aset (Rp Juta) 442.994.197 197.412.481 155.791.308 148.792.614 131.798.595 115.855.514 79.141.737 65.689.830 65.219.108 25.365.299 2. Deskriptif Variabel Dalam penelitian ini, data diolah dengan menggunakan alat bantu software EViews 7.01 yang telah teruji dengan baik dalam menjelaskan hubungan antara variabel independen (bebas) dan dependen (terikat) melalui regresi panel. Selain itu penelitian ini juga menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 untuk mempermudah dalam mengelola data. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas sebagai varaibel dependen yang diukur dengan return on asset, sementara variabel independen yang digunakan adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah (kurs). Penelitian ini dilakukan dalam rentang periode 2006-2012. Berikut ini adalah penjelasan mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian ini: 82 a. Return On Asset Return On Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Riyadi, 2006:156): Laba Sebelum Pajak ROA = x100% Rata-rata Total Aset Dalam penelitian ini, data mengenai return on asset diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang diteliti periode 2006-2012. Tabel 4.3 Data Deskriptif Return On Asset (angka dalam persen) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perusahaan BBCA BNGA BDMN PNBN BNLI BNII NISP BBKP MEGA BAEK 2006 3,80 2,09 1,80 2,78 1,20 1,43 1,55 1,85 0,88 1,62 2007 3,30 2,49 2,40 3,14 1,90 1,44 1,31 1,63 2,33 1,87 2008 3,40 1,10 1,50 1,75 1,70 1,11 1,50 1,66 1,98 2,26 2009 3,40 2,10 1,50 1,78 1,40 0,07 1,90 1,46 1,77 2,21 2010 3,50 2,75 2,70 1,76 1,98 1,14 1,30 1,62 2,45 1,78 2011 3,80 2,85 2,60 2,02 1,66 1,13 1,90 1,87 2,29 1,49 2012 3,60 3,18 2,70 1,96 1,70 1,62 1,80 1,83 2,74 1,02 Sumber: Data diolah 83 Gambar 4.1 Grafik Return On Asset 4,00 BBCA BNGA 3,00 BDMN 2,00 PNBN BNLI 1,00 BNII NISP 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BBKP Sumber: Data diolah Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya return on asset masing-masing bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006, return on asset tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT. Bank Central Asia Tbk Dengan presentase sebesar 3,80%, seangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Bank Mega Tbk dengan presentase 0,88%. Pada tahun 2007, return on asset tertinggi dimilki oleh PT. Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,30% sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan presentase 1,31%. Pada tahun 2008, return on aset tertinggi masih dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan presentase 1,10%. Pada tahun 2009, return on asset tertinggi masih dikuasai oleh PT. Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan terendah PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan presentase 0,07%. Pada tahun 2010, return on asset tertinggi masih dimiliki 84 oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,50%, sedangkan terendah dimilki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk dengan presentase 1,14%. Pada tahun 2011, return on asset tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,80%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia dengan presentase 1,13%. Pada tahun 2012, return on asset tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia dengan presentase 3,60%, sedangkan yang terendah dimilki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 1,02%. b. Capital Adequacy Ratio Capital Adequacy Ratio adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko, ditambah Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006:161). Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Modal (Modal Inti + Modal Pelengkap) CAR = x 100% ATMR ( Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) Dalam penelitian ini, data mengenai capital adequacy ratio diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi 85 data capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang diteliti periode 2006-2012. Tabel 4.4 Data Deskriptif Capital Adequacy Ratio (angka dalam persen) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perusahaan BBCA BNGA BDMN PNBN BNLI BNII NISP BBKP MEGA BAEK 2006 22,10 18,88 20,40 29,47 13,50 23,34 17,07 15,79 15,73 14,00 2007 19,20 17,06 20,30 21,58 13,30 19,81 16,15 12,84 11,84 13,13 2008 15,80 15,60 15,40 20,31 10,80 18,70 19,00 11,20 16,09 14,03 2009 15,30 13,88 20,70 21,53 12,10 14,78 20,50 14,36 18,01 21,75 2010 13,50 13,47 16,00 16,65 14,05 12,51 17,60 12,55 15,03 19,05 2011 12,70 13,16 17,60 17,45 14,07 11,83 13,80 12,71 11,86 16,37 2012 14,20 15,16 18,90 14,67 15,86 12,83 16,50 16,34 16,83 14,21 Sumber: Data diolah Gambar 4.2 Grafik Capital Adequacy Ratio 35,00 BBCA 30,00 BNGA 25,00 BDMN 20,00 PNBN 15,00 BNLI 10,00 BNII 5,00 NISP 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BBKP Sumber: Data diolah Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya capital adequacy ratio bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan presentase sebesar 29,47%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Permata Tbk dengan presentase 13,50%. Pada tahun 86 2007, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan presentase 21,58%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Mega Tbk dengan presentase 11,84%. Pada tahun 2008, capital adequacy ratio tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan presentase 20,31%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Permata Tbk dengan presentase 10,80%. Pada tahun 2009, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 21,75%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Permata Tbk dengan presentase 12,10%. Pada tahun 2010, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 19,05%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk dengan presentase 12,51%. Pada tahun 2011, capital adequacy ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan presentase 17,60%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT Bank Mega Tbk dengan presentase masing-masing 11,83% dan 11,86%. Dan pada tahun 2012, capital adequacy ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan presentase 18,90%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk dengan presentase 12,83%. 87 c. Non Performing Loan Non performing loan (NPL) atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Winarti Setyorini, 2012:181). Non Performing Loan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kredit Bermasalah NPL = x 100% Total Kredit Dalam penelitian ini, data mengenai non performing loan diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data non performing loan dari perusahaan-perusahaan yang diteliti periode 2006-2012. Tabel 4.5 Data Deskriptif Non Performing Loan (angka dalam persen) No Perusahaan BBCA BNGA BDMN PNBN BNLI BNII NISP BBKP MEGA BAEK 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 1,30 2 3,08 3 3,30 4 7,95 5 6,40 6 5,03 7 2,49 8 3,71 9 1,68 10 2,52 Sumber: Data diolah 0,80 3,03 2,30 3,06 4,60 2,92 2,53 3,57 1,53 2,45 0,60 2,51 2,30 4,34 3,50 3,20 2,60 4,87 1,18 1,07 0,70 3,06 4,50 3,16 4,00 2,42 3,10 2,81 1,70 1,11 0,60 2,59 3,00 4,37 2,65 3,09 2,00 3,22 0,90 0,35 0,50 2,64 2,50 3,56 2,04 2,14 1,30 2,88 0,98 0,74 0,40 2,29 2,30 1,69 1,37 1,70 0,90 2,66 2,09 0,28 88 Gambar 4.3 Grafik Non Performing Loan 10,00 BBCA 8,00 BNGA 6,00 BDMN PNBN 4,00 BNLI 2,00 BNII NISP 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya non peforming loan bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan presentase sebesar 7,95%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 1,30%. Pada tahun 2007, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Permata Tbk dengan presentase 4,60%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,80%. Pada tahun 2008, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Bukopin Tbk dengan presentase 4,87%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,60%. Pada tahun 2009, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Danamon Tbk dengan presentase 4,50%, sedangkan yang terendah masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,70%. Pada tahun 2010, non performing loan tertinggi 89 dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan presentase 4,37%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 0,35%. Pada tahun 2011, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan presentase 3,56%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,50%. Dan pada tahun 2012, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Bukopin Tbk dengan presentase 2,66%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. d. BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). Dalam penelitian ini, data mengenai BI Rate diperoleh dari data publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data BI Rate periode 2006-2012. Tahun Tabel 4.6 Data Deskriptif BI Rate (angka dalam presentase) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BI Rate 9,75 8,00 9,25 6,50 6,50 6,00 5,75 Sumber: Data diolah 90 Gambar 4.4 Grafik BI Rate BI Rate 10,00 8,00 6,00 4,00 BI rate 2,00 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa BI rate cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 BI Rate mengalami penurunan mancapai level 9,75% dari tahun sebelumnya, hal ini tercermin dari laju inflasi yang menurun dan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat diiringi volatilitas yang rendah, serta likuiditas yang cukup untuk memenuhi aktivitas ekonomi. Kemudian ditahun 2007 BI Rate mengalami penurunan mencapai 8,00% keputusan tersebut diambil karena pencapaian target inflasi akibat dari stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan yang terjaga. Dan ditahun 2008 BI Rate mengalami kenaikan menjadi 9,25% akibat anjloknya nilai tukar rupiah serta potensi tingginya inflasi dampak dari krisis global. Selanjutnya akibat penurunan inflasi ditahun 2009 BI Rate mengalami penurunan menjadi 6,50% dan BI Rate stabil ditahun 2010 hingga 2012. 91 e. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman Karim, 2008:157). Dalam penelitian ini, data mengenai Kurs diperoleh dari data publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data Kurs periode 2006-2012. Tahun 2006 Tabel 4.7 Data Deskriptif Kurs (angka dalam rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kurs 9.136 8.780 9.380 9.166 9.680 10.398 9.085 Gambar 4.5 Grafik Kurs KURS Rp15 Rp10 Rp5 KURS Rp0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa kurs stabil. pada tahun 2006, kurs sebesar Rp 9.166, kemudian di tahun 2007 kurs mengalami penurunan sebesar Rp 9.136, pada tahun 92 2008 kurs mengalami peningkatan menjadi Rp 9.680, dan di tahun 2009 kurs mengalami peningkatan lagi menjadi Rp 10.398. kemudian ditahun 2010 kurs mengalami penurunan sebesar Rp 9.085, dan ditahun 2011, kurs mengalami penurunan lagi sebesar Rp 8.780, dan di tahun 2012, kurs mengalami peningkatan sebesar Rp 9.380. C. Analisis dan Pembahasan 1. Uji Pemilihan Regresi data Panel a. Uji Chow Uji Chow ialah pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau Common Effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow dalam penelitian ini adalah: H0 : Common Effect Model H1 : Fixed Effect Model Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan membandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah Common Effect Model. Berikut adalah hasil uju Chow yang dilakukan dalam penelitian ini: 93 Tabel 4.8 Uji Signifikasi Common Effect Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/16/13 Time: 02:01 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.738736 0.048630 0.154261 -0.085370 -0.000323 R-squared 0.088203 Adjusted R-squared 0.032093 S.E. of regression 0.738483 Sum squared resid 35.44820 Log likelihood -75.51090 F-statistic 1.571959 Prob(F-statistic) 0.192315 Std. Error t-Statistic 1.824336 2.597513 0.028051 1.733626 0.566578 0.272268 0.062975 -1.355630 0.000184 -1.756726 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat Prob. 0.0116 0.0877 0.7863 0.1799 0.0837 2.015714 0.750626 2.300311 2.460918 2.364106 0.463366 Sumber: Data diolah 94 Tabel 4.9 Uji Signifikasi Fixed Effect Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:04 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.897667 0.046154 -0.009541 -0.088791 -0.000316 Std. Error t-Statistic Prob. 1.045004 4.686743 0.020294 2.274213 0.347496 -0.027455 0.036512 -2.431806 0.000106 -2.994040 0.0000 0.0268 0.9782 0.0182 0.0041 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.746427 Adjusted R-squared 0.687562 S.E. of regression 0.419571 Sum squared resid 9.858235 Log likelihood -30.71911 F-statistic 12.68029 Prob(F-statistic) 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2.015714 0.750626 1.277689 1.727388 1.456315 1.696911 Sumber: Data diolah Hasil perhitungan dari Uji Chow adalah sebagai berikut F = (35,44820 – 9,858235) / (10-1) = 16, 15162 9,858235 / (70-10-4) Hasil dari F hitung adalah sebesar 16,15162 sedangkan nilai F tabel untuk numerator 9 dan denumenator 56 adalah 2,05 yang berarti lebih kecil dari nilai F hitung. Dengan demikian H0 ditolak 95 dan H1 diterima yang artinya model regresi yang lebih baik adalah model dengan Fixed Effect. b. Uji Hausman Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat digunakan. Pengujian Uji Hausman dalam penelitian ini dilakukan dengan hipotesis berikut: H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi- Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya, maka H0 ditolah dan model yang lebih tepat adalah model Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausmannya lebih kecil dari nilai kritisnya, maka model yang lebih tepat adalah model Random Effect. Untuk melakukan Uji Hausman digunakan alat bantu software Eviews. Hasil dari perhitungan statistik Uji Hausman adalah sebagai berikut: 𝑚 = 𝑞 𝑉𝑎𝑟 (𝑞)-1 𝑞 = 27,18741 Hasil dari perhitungan statistik Hausman adalah sebesar 27,18741 sedangkan nilai nilai kritis Chi-Square dengan df sebesar 4 pada α = 0,05 adalah sebesar 9, 48773 yang berarti lebih kecil 96 dari nilai statistik Hausman. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan dalam penelitian ini adalah model Fixed Effect. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah terstandarisasi pada model regresi bedistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan bedistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil (Suliyanto, 2011:69). Menurut Winarno (2011:539) untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan probabilitasnya. Kedua angka ini salin mendukung. Ketentuannya adalah sebagai berikut: 1) Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data berdistribusi normal. 2) Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α (5%), maka data berdistribusi normal. Menurut Suliyanto (2011:75) dalam perangkat Eviews yang digunakan dalam penelitian ini normalitas dapat diketahui dengan 97 melihat kepada histogram dan uji Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. jika JB < X2 tabel maka nilai residual terstadarisasi dinyatakan berdistribusi normal. Berikut adalah hasil dari uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini: Gambar 4.1 Uji Normalitas 16 Series: Standardized Residuals Sample 2006 2012 Observations 70 14 12 10 8 6 4 2 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -6.34e-18 0.067002 0.887752 -1.070745 0.377985 -0.424179 3.756802 Jarque-Bera Probability 3.769679 0.151853 0 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 Sumber: Data diolah Dari grafik histogram diatas dapat dilihat bahwa nilai JarqueBera sebesar 3,769679 atau berada dibawah nilai X² tabel yaitu sebesar 9,488. Selain itu, nilai probabilitasnya sebesar 0,151853, nilai tersebut lebih besar dari derajat kesalahan yaitu 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi tinggi atau sempurna diantara variabel bebas (Suliyanto, 2011:82). 98 Pada penelitian ini, ada atau tidaknya multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi diantara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,85 maka terjadi multikolinieritas. Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas: Tabel 4.10 Uji Multikolinieritas CAR NPL BIRATE CAR 1.000000 -0.267092 0.278098 NPL -0.267092 1.000000 -0.270728 BIRATE 0.278098 -0.270728 1.000000 KURS 0.157953 0.073197 0.018512 Sumber: Data diolah KURS 0.157953 0.073197 0.018512 1.000000 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi antar variabel independen dalam penelitian ini berada pada kisaran angka di bawah 0,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan (Suliyanto, 2011:95) untuk menguji masalah heteroskedastisitas, peneliti menggunakan Uji Park, yaitu dengan membuat persamaan regresi dengan cara mengganti variabel dependen dengan residual 99 kuadratnya. Apabila probabilitas yang ada bernilai diatas 0,05 yang berarti tidak signifikan, maka data dinyatakan bebas dari masalah heteroskedastisitas yang berarti bahwa data yang ada adalah data yang bersifat homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil Uji Park yang dilakukan terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:06 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS -5.147584 0.076120 0.097002 0.124855 -4.59E-05 Std. Error t-Statistic 5.482141 -0.938973 0.106466 0.714969 1.822981 0.053211 0.191545 0.651832 0.000554 -0.082804 Prob. 0.3518 0.4776 0.9578 0.5172 0.9343 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.203725 Adjusted R-squared 0.018876 S.E. of regression 2.201090 Sum squared resid 271.3085 Log likelihood -146.7423 F-statistic 1.102115 Prob(F-statistic) 0.376590 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -3.328410 2.222162 4.592639 5.042338 4.771264 2.398088 Sumber: Data diolah Dari tampilan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari setiap variabel independen berada diatas 0,05 100 dengan rincian probabilitas CAR sebesar 0,4776, probabilitas NPL sebesar 0,9578, probabilitas BI rate sebesar 0,5172, dan probabilitas kurs sebesar 0,9343. Dengan demikian maka dalam penelitian ini tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan meurut waktu atau ruang (Suliyanto, 2011:125). Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Durbin-Waston (DW). Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:04 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C CAR NPL BIRATE KURS 4.897667 0.046154 -0.009541 -0.088791 -0.000316 1.045004 0.020294 0.347496 0.036512 0.000106 4.686743 2.274213 -0.027455 -2.431806 -2.994040 0.0000 0.0268 0.9782 0.0182 0.0041 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.746427 0.687562 0.419571 9.858235 -30.71911 12.68029 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2.015714 0.750626 1.277689 1.727388 1.456315 1.696911 Sumber: Data diolah 101 Menurut Danang Sunyoto (2011:134) salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2) 2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 < DW < +2 3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2 Pendapat lain untuk mendeteksi tentang uji autokorelasi secara umum bisa diambil patokan (Singgih, 2012:243): 1) Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif 2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai DW adalah sebesar 1,696911 dari model regresi yang terbentuk dari penelitian ini berada pada daerah bebas autokorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi. 3. Adjusted R² Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total varian variabel 102 dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R² < 1). Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai Adjusted R-Square dianggap lebih baik daripada nilai R-Square karena semakin banyak variabel independen yang dimasukan kedalam model, maka nilai Adjusted RSquare akan semakin berkurang akibat penyesuaian dengan model. Oleh karena itu yang peneliti lihat dalam penelitian ini adalah Adjusted R- Square. Dari tabel 4.2 model Fixed Effect dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R-Square dari model regresi yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebesar 0,687562 yang menunjukan bahwa kemampuan variabel independen (capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs) dalam menjelaskan variabel dependen (return on asset) adalah sebesar 68,7562%, sisanya sebesar 31,2438% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini. 4. Uji Pengaruh Simultan Variabel Independen terhadap Variabel Dependen. Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. 103 Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Dalam penelitian ini, uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs) berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan atau bersama-sama. Jika nilai F hitung > dari F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima H1 ditolak yang berart bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Dari tabel 4.2 model Fixed Effect, dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 12,68029 dengan probabilitas 0.000000. sementara nilai F tabel dengan df:α,(k-1),(n-k) atau 0,05, (5-1), (70-5) adalah 2,51 yang berarti lebih kecil dari F hitung maka H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel independen (capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs) secara simultan berpengaruh signifikan tehadap return on asset. 104 5. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen terhadap Variabel Dependen sementara uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel. jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak yang berarti bahwa variabel Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima yang berarti bahwa variebl Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap variabel dependen. Uji t yang dilakukan menggunakan uji satu sisi (one tail test), dengan α= 5%, maka diperoleh t tabel sebagai berikut: t tabel (t kritis) = |α; df = (n-k)| = 5% ; df = (70-4) = 0,05 ; df 66 = 1,66827 Selain membandingkan nilai t tabel dengan t hitung, untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dalam penelitian ini juga dilakukan dengan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen. Apabila nilai probabilitas variabel independen lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan, yaitu 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel independen 105 terhadap variabel dependen. Dengan membandingkan nilai t tabel dengan t hitung dan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen, maka dapat ditarik kesimpulan. Berikut ini adalah model regresi panel untuk uji signifikansi parameter individual. Tabel 4.13 Uji Parsial (Uji t) Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:04 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.897667 0.046154 -0.009541 -0.088791 -0.000316 Std. Error t-Statistic 1.045004 4.686743 0.020294 2.274213 0.347496 -0.027455 0.036512 -2.431806 0.000106 -2.994040 Prob. 0.0000 0.0268 0.9782 0.0182 0.0041 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.746427 Adjusted R-squared 0.687562 S.E. of regression 0.419571 Sum squared resid 9.858235 Log likelihood -30.71911 F-statistic 12.68029 Prob(F-statistic) 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2.015714 0.750626 1.277689 1.727388 1.456315 1.696911 Sumber: Data diolah 1) Uji parsial terhadap variabel capital adequacy ratio Dengan melihat nilai t hitung (t-statistik) CAR sebesar 2,274213 > nilai t tabel sebesar 1,66827 dengan probabilitas 0,0268 106 yang berati lebih kecil dari nilai α= 0,05%, maka dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel capital adequacy ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi capital adequacy ratio (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan konstribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003:34). Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kartika Wahyu dan Muhammad Syaichu (2006), Bambang Sudiyanto (2010), Fadzlan Sifian dan Royfaizal Razali Chong (2008) yang menemukan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Bilal dan Ammar (2013) yang menemukan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap profitabilitas. Nilai koefisien X1 atau capital adequacy ratio adalah sebesar 0,046154 yang menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menaikan profitabilitas 107 sebesar 0,046154% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstant atau tetap. 2) Uji Parsial terhadap variabel BI Rate Dengan melihat nilai t hitung (t-statistik) BI Rate sebesar -2,431806 < nilai -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas 0,0182 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel BI Rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naceur (2003) yang melihat adanya hubungan negatif signifikan antara suku bunga dengan profitabilitas bank namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriana dan Naomi (2009) bahwa BI rate tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Nilai koefisien X3 atau BI Rate adalah sebesar -0,088791 menunjukan bahwa jika nilai BI Rate mengalami kenaikan sebesar 1%, maka akan mengurangi nilai profitabilitas sebesar -0,088791% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap. 3) Uji Parsial terhadap variabel nilai tukar rupiah (kurs) Dengan melihat t hitung (t-statistik) nilai tukar rupiah sebesar -2,994040 < nilai -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas 0,0041 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05, dengan demikian 108 dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel Kurs berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriana Dwijayanthy dan Prima Naomi (2009) bahwa nilai tukar mata uang (kurs) berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap profitabilitas bank namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Rahmadhani (2007) bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Nilai koefisien X4 atau Kurs adalah sebesar -0,000316 menunjukan bahwa jika nilai Kurs mengalami kenaikan sebesar 1Rp (satu rupiah), maka akan mengurangi nilai profitabilitas sebesar -0,000316% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap. Nilai konstanta sebesar 4,897667 menunjukan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari capital adequacy ratio, non performing loan, BI Rate, dan kurs bernilai 0, maka nilai return on asset adalah 4,897667. 6. Analisis Regresi Panel Berdasarkan penjelasan diatas, maka hasil persamaan regresi panel yang bertujuan menguji variabel Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap Profitabilitas (Return 109 On Asset) Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI periode 2006-2012. Tabel 4.14 Uji Regresi Panel Dengan Model Fixed Effect Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:04 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.897667 0.046154 -0.009541 -0.088791 -0.000316 Std. Error t-Statistic 1.045004 4.686743 0.020294 2.274213 0.347496 -0.027455 0.036512 -2.431806 0.000106 -2.994040 Prob. 0.0000 0.0268 0.9782 0.0182 0.0041 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.746427 Adjusted R-squared 0.687562 S.E. of regression 0.419571 Sum squared resid 9.858235 Log likelihood -30.71911 F-statistic 12.68029 Prob(F-statistic) 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2.015714 0.750626 1.277689 1.727388 1.456315 1.696911 Sumber: Data diolah Berdasarkan output diatas, maka didapatkan persamaan regresi: Y = 4,897667 + 0,046154CAR - 0,088791BIRATE - 0,000316KURS + e. 110 Keterangan: Y : Return On Asset X1it : Capital Adequacy Ratio X2D1i : Non Performing Loan X3it : BI Rate X4it : Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diinterprestasikan bahwa 4 dari variabel yang digunakan, ada 3 variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (profitabilitas yang diukur dengan return on asset), yaitu capital adequacy ratio, BI Rate, dan Nilai tukar rupiah (kurs). Sementara variabel non performing loan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap varaiabel dependen (profitabilitas yang diukur dengan return on asset). Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh capital adequacy ratio terhadap profitabilitas bank Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas, t-hitung capital adequacy ratio sebesar 2,274213 > dari nilai t tabel 1,66827 dengan probabilitas 0,0268 yang berati lebih kecil dari nilai α= 0,05%, maka dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel capital adequacy ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika Wahyu 111 dan Muhammad Syaichu (2006), Bambang Sudiyanto (2010), Fadzlan Sifian dan Royfaizal Razali Chong (2008) yang menyimpulkan bahwa capital adequacy ratio mempunyai pengaruh posistif terhadap profitabilitas bank. Nilai koefisien X1 atau capital adequacy ratio adalah sebesar 0,046154 yang menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menaikan profitabilitas sebesar 0,046154% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstant atau tetap. Tingkat capital adequacy ratio sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank, dimana kepercayaan masyarakat merupakan modal dasar bagi kelangsungan lembaga keuangan. Tingkat CAR yang ideal sangat menguntungkan bagi bank dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai pemilik dana, sehingga masyarakat akan memiliki keinginan yang lebih untuk menyimpan dananya di bank. tetapi sebaliknya rendahnya capital adequacy ratio menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat kepada bank yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. 2. Pengaruh BI Rate terhadap profitabilitas bank Dari tabel 4.6 diatas, BI Rate sebesar -2,431806 < dari nilai -t tabel -1,66827 dengan probabilitas 0,0182 yang berarti lebih kecil dari nilai α 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 112 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel BI Rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naceur (2003) yang melihat adanya hubungan yang negatif anatara suku bunga dengan profitabilitas bank. Nilai koefisien X3 atau BI Rate adalah sebesar -0,088791 menunjukan bahwa jika nilai BI Rate mengalami kenaikan sebesar 1%, maka akan mengurangi nilai profitabilitas sebesar -0,088791% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap. 3. Pengaruh nilai tukar rupiah (kurs) terhadap profitabilitas bank. Dengan melihat t hitung (t-statistik) nilai tukar rupiah sebesar -2,994040 < dari -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas 0,0041 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel Kurs berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriana Dwijayanthy dan Prima Naomi (2009) bahwa nilai tukar mata uang (kurs) berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Nilai koefisien X4 atau Kurs adalah sebesar -0,000316 menunjukan bahwa jika nilai Kurs mengalami kenaikan sebesar 1Rp (satu rupiah), maka akan mengurangi nilai profitabilitas 113 sebesar -0,000316% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap. Nilai tukar mata uang mempengaruhi perekonomian apabila nilai tukar mata uang tersebut terapresiasi atau terdepresiasi. Menurut Febriana dan Naomi (2009) apabila mata uang mengalami apresiasi atau deperesiasi maka akan berdampak terhadap profit bank. 114 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa yang memiliki aset terbesar dengan melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi serta uji regresi data panel dengan menggunakan model fixed effect, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini, antara lain: 1. Hasil Pengujian Hasil pengujian secara simultan menunjukan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap return on asset. Sementara pengujian secara parsial menunjukan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap return on asset. Variabel non performing loan tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return on asset, variabel BI rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return on asset. Dan variabel nilai tukar rupiah (kurs) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return on asset. 115 2. Nilai Adjusted R-Square Nilai Adjusted R-Square dari model regresi yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebesar 0,687562 yang menunjukan bahwa kemampuan variabel independen yang terdiri dari capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah (kurs) dalam menjelaskan variabel dependen return on asset adalah sebesar 68,7562%, sisanya sebesar 31,2438% dijelaskan oleh variabel lain seperti loan to deposit ratio, biaya terhadap pendapatan operasional, inflasi, GDP, dan lain-lain. B. Saran Dengan telah dilakukannya penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Swasta Nasional (studi empiris pada 10 bank umum swasta nasional devisa terbesar yang terdaftar di BEI periode 2006-2012) ini, maka penelitian memberikan beberapa saran. 1. Bagi Perbankan Bagi pihak manajemen bank untuk dapat memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi return on asset seperti capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs. Hal ini membuktikan bahwa faktor-fator tersebut dapat dijadikan patokan suatu perusahaan perbankan dalam mengetahui tingkat kesehatan suatu bank. 2. Bagi Investor Bagi investor dapat dijadikan acuan dalam memilih investasinya, karena dengan mengetahui tingkat kesehatan bank maka 116 investor akan lebih nyaman dalam menginvestasikan dananya. Selain itu juga kesehatan bank dapat meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat tentang kinerja bank tersebut. 3. Bagi Akademisi / Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya, dilihat bahwa penilaian kesehatan bank penting bagi pihak-pihak yang terkait. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar menggunakan variabel-variabel, tahun, perusahaan-perusahan yang berbeda atau lebih beragam sehingga hasil penelitian yang dihasilkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang baru tentang faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas bank. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar mengambil waktu penelitian jangan hanya 7 tahun saja akan tetapi lebih dari 7 tahun agar nantinya dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi. Diharapkan agar penelitian selanjutnya menggunakan metode analisis yang lain. 117 DAFTAR PUSTAKA Alper, Deger dan Anbar, Adem. “Bank Specific and Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence from Turkey”. Business and Research Journal, Vol.2, No.2, 2011. Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”. Pustaka Alvabet, 2006. Bilal, Muhammad, dkk. “Influence of Bank Specific and Macroeconomic Factors on Profitability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan”. Research Journal of Finance and Accounting, Vol.4, No.2, 2013. Darmawi, Herman. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”. PT. Bumi Aksara, 2006. Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Jakarta, PT Ghalia Indonesia, 2001. Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Edisis Kedua, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Dwijayanthy, Febrina dan Naomi, Prima. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 20032007”. Universitas Paramadina Jakarta, Vol.3, No.2, 2009. Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB, UIN Jakarta, 2012. Hunger, J.David & Thomas.L. Wheelen. “Manajemen Staretegi”. Edisi kedua, Yogyakarta, 2002. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”. BPFE Yogyakarta, 2002. Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”. Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Kasmir. “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi , PT. Rajawali, Jakarta, 2008. Krugman, Paul R. “Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, Edisi Kedua. 118 Mankiw, N. Gregory. “Makroekonomi”. Erlangga, Jakarta, 2006. Manurung, Mandala dan Raharja, Pratama. “Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter”. FEUI, Jakarta, 2004. Mishkin Frederich. “The Economics of money, Banking, and Financial Markets”. Person Education Inc. New York, 2007. Putra, Nanda Tri. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perbankan (study empiris pada industri perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2010)”. Skripsi UIN Jakarta, 2012. Qin, Xuezhi dan Pastory, Dickson. “Commercial Banks Profitability Position: The Case of Tanzania”. International Journal of Business and Management, Vol.7, No.13, 2012. Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. “Manajemen Keuangan”. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010. Santoso, Singgih. “Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik”. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012. Setyorini, Winarti. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol.4, No.1, Februari 2012. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. LPFEUI, Jakarta, 2005. Simorangkir, OP. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank”. Ghalia Indonesia, Bogor, 2004. Sjahrial, Dermawan. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Edisi Pertama, Jakarta, 2006. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. CV. Alfabeta, Bandung 2003. Suharyadi dan Purwanto. “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”. Penerbit Salemba 4, Jakarta, 2008. Sukarno, Kartika Wahyu dan Syaichu Muhamad. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol.3, No.2, Juli 2006. 119 Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi”. Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000. Sukirno, Sadono. “Pengatar Teori Mikroekonomi”. Edisi Ketiga, Cetakan Tujuh Belas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Dengan Menggunakan SPSS Contoh dan Pemecahannya”. Penerbit Andi, Yogyakarta 2004. Suliyanto. “Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2011. Sunyoto, Danang. “Praktik SPSS Untuk Kasus”. Nuha Medika”, Yogyakarta, 2011. Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Ekonisia FE UII, Yogyakarta, 2009. Widarjono, Agus, “Analisis Multivariat Terapan”. Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, 2010. Wijaya, Nanang Adi. “Analisis Pengaruh CAR, LDR, NPL, NIM, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Terhadap Return On Asset pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI”. Skripsi UIN Jakarta 2012. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2009. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews”. Unit Penerbitan dan Percetakan STIM YKPN, 2011. www.bankekonomi.co.id. www.bankmega.com. www.bca.co.id. www.bii.co.id. www.bukopin.co.id. www.cimbniaga.com. www.danamon.co.id. 120 www.panin.co.id. www.permatabank.com. www.ocbcnisp.com. www.idx.co.id www.bi.go.id www.kompas.co.id/read/xml/2008/10/02/23553141/kekhawatiran.krisis.ekonomi. global.benamkan.saham.dunia 121 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Regresi Common Effect Model Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/16/13 Time: 02:01 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.738736 0.048630 0.154261 -0.085370 -0.000323 R-squared 0.088203 Adjusted R-squared 0.032093 S.E. of regression 0.738483 Sum squared resid 35.44820 Log likelihood -75.51090 F-statistic 1.571959 Prob(F-statistic) 0.192315 Std. Error t-Statistic 1.824336 2.597513 0.028051 1.733626 0.566578 0.272268 0.062975 -1.355630 0.000184 -1.756726 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat Prob. 0.0116 0.0877 0.7863 0.1799 0.0837 2.015714 0.750626 2.300311 2.460918 2.364106 0.463366 122 Lampiran 2 Hasil Regresi Fixed Effect Model Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:04 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.897667 0.046154 -0.009541 -0.088791 -0.000316 Std. Error t-Statistic 1.045004 4.686743 0.020294 2.274213 0.347496 -0.027455 0.036512 -2.431806 0.000106 -2.994040 Prob. 0.0000 0.0268 0.9782 0.0182 0.0041 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.746427 Adjusted R-squared 0.687562 S.E. of regression 0.419571 Sum squared resid 9.858235 Log likelihood -30.71911 F-statistic 12.68029 Prob(F-statistic) 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2.015714 0.750626 1.277689 1.727388 1.456315 1.696911 123 Lampiran 3 Hasil Regresi Random Effect Model Dependent Variable: ROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/13/13 Time: 01:08 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.888592 0.046340 -0.000262 -0.088625 -0.000317 Std. Error t-Statistic 1.067737 4.578460 0.019994 2.317684 0.346048 -0.000757 0.036460 -2.430743 0.000105 -3.000568 Prob. 0.0000 0.0236 0.9994 0.0178 0.0038 Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random 0.700771 0.419571 Rho 0.7361 0.2639 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.200944 0.151771 0.413372 4.086494 0.005136 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 0.444902 0.448833 11.10698 1.504404 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.087154 35.48901 Mean dependent var Durbin-Watson stat 2.015714 0.470833 124 Lampiran 4 Uji Normalitas 16 Series: Standardized Residuals Sample 2006 2012 Observations 70 14 12 10 8 6 4 2 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -6.34e-18 0.067002 0.887752 -1.070745 0.377985 -0.424179 3.756802 Jarque-Bera Probability 3.769679 0.151853 0 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 125 Lampiran 5 Uji Multikolinieritas CAR NPL BIRATE KURS CAR 1.000000 -0.267092 0.278098 0.157953 NPL -0.267092 1.000000 -0.270728 0.073197 BIRATE 0.278098 -0.270728 1.000000 0.018512 KURS 0.157953 0.073197 0.018512 1.000000 126 Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:06 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS -5.147584 0.076120 0.097002 0.124855 -4.59E-05 Std. Error t-Statistic 5.482141 -0.938973 0.106466 0.714969 1.822981 0.053211 0.191545 0.651832 0.000554 -0.082804 Prob. 0.3518 0.4776 0.9578 0.5172 0.9343 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.203725 Adjusted R-squared 0.018876 S.E. of regression 2.201090 Sum squared resid 271.3085 Log likelihood -146.7423 F-statistic 1.102115 Prob(F-statistic) 0.376590 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -3.328410 2.222162 4.592639 5.042338 4.771264 2.398088 127 Lampiran 7 Uji Autokorelasi Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 07/13/13 Time: 01:04 Sample: 2006 2012 Periods included: 7 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 70 Variable Coefficient C CAR NPL BIRATE KURS 4.897667 0.046154 -0.009541 -0.088791 -0.000316 Std. Error t-Statistic 1.045004 4.686743 0.020294 2.274213 0.347496 -0.027455 0.036512 -2.431806 0.000106 -2.994040 Prob. 0.0000 0.0268 0.9782 0.0182 0.0041 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.746427 Adjusted R-squared 0.687562 S.E. of regression 0.419571 Sum squared resid 9.858235 Log likelihood -30.71911 F-statistic 12.68029 Prob(F-statistic) 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2.015714 0.750626 1.277689 1.727388 1.456315 1.696911 128 Lampiran 8 Data Penelitian Bank BCA CIMB Niaga Danamon Panin Permata BII Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 ROA 3.80 3.30 3.40 3.40 3.50 3.80 3.60 2.09 2.49 1.10 2.10 2.75 2.85 3.18 1.80 2.40 1.50 1.50 2.70 2.60 2.70 2.78 3.14 1.75 1.78 1.76 2.02 1.96 1.20 1.90 1.70 1.40 1.98 1.66 1.70 1.43 1.44 CAR 22.10 19.20 15.80 15.30 13.50 12.70 14.20 18.88 17.06 15.60 13.88 13.47 13.16 15.16 20.40 20.30 15.40 20.70 16.00 17.60 18.90 29.47 21.58 20.31 21.53 16.65 17.45 14.67 13.50 13.30 10.80 12.10 14.05 14.07 15.86 23.34 19.81 NPL 1.30 0.80 0.60 0.70 0.60 0.50 0.40 3.08 3.03 2.51 3.06 2.59 2.64 2.29 3.30 2.30 2.30 4.50 3.00 2.50 2.30 7.95 3.06 4.34 3.16 4.37 3.56 1.69 6.40 4.60 3.50 4.00 2.65 2.04 1.37 5.03 2.92 dummy 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 Birate 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 Kurs 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 129 OCBC NISP Bukopin Mega Ekonomi Raharja 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1.11 0.07 1.14 1.13 1.62 1.55 1.31 1.50 1.90 1.30 1.90 1.80 1.85 1.63 1.66 1.46 1.62 1.87 1.83 0.88 2.33 1.98 1.77 2.45 2.29 2.74 18.70 14.78 12.51 11.83 12.83 17.07 16.15 19.00 20.50 17.60 13.80 16.50 15.79 12.84 11.20 14.36 12.55 12.71 16.34 15.73 11.84 16.09 18.01 15.03 11.86 16.83 3.20 2.42 3.09 2.14 1.70 2.49 2.53 2.60 3.10 2.00 1.30 0.90 3.71 3.57 4.87 2.81 3.22 2.88 2.66 1.68 1.53 1.18 1.70 0.90 0.98 2.09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1.62 1.87 2.26 2.21 1.78 1.49 1.02 14.00 13.13 14.03 21.75 19.05 16.37 14.21 2.52 2.45 1.07 1.11 0.35 0.74 0.28 1 1 1 1 1 1 1 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 9166 9136 9680 10398 9085 8780 9380 130